pemeriksaan napza

11
CARA MENEGAKKAN DIAGNOSIS NAPZA Sulit oleh manipulatif, tertutup dan menghindar, sehingga diperlikan : a. Sikap mental petugas b. Tehnik wawancara c. Pemeriksaan A. Sikap Mental Petugas : a. Bersikap positif b. Penuh perhatian c. Menerima apa adanya d. Empati e. Tidak menghina, mengkritik, mengejek, menyalahkan B. Tehnik Wawancara : a. Alloanamnesa sebelum autoanamnesa b. Alloanamnesa setelah autoanamnesa c. Alloanamnesa dan autoanamnesa secara bersamaan C. Pemeriksaan a. Fisik b. Psikiatrik c. Penunjang : 1. Lab 2. EKG, EEG, Rontgen Evaluasi psikologi, sosial

Upload: dea-syahna

Post on 28-Oct-2015

128 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

NAPZA

TRANSCRIPT

Page 1: pemeriksaan napza

CARA MENEGAKKAN DIAGNOSIS NAPZA

Sulit oleh manipulatif, tertutup dan menghindar, sehingga diperlikan :

a. Sikap mental petugas

b. Tehnik wawancara

c. Pemeriksaan

A. Sikap Mental Petugas :

a. Bersikap positif

b. Penuh perhatian

c. Menerima apa adanya

d. Empati

e. Tidak menghina, mengkritik, mengejek, menyalahkan

B. Tehnik Wawancara :

a. Alloanamnesa sebelum autoanamnesa

b. Alloanamnesa setelah autoanamnesa

c. Alloanamnesa dan autoanamnesa secara bersamaan

C. Pemeriksaan

a. Fisik

b. Psikiatrik

c. Penunjang :

1. Lab

2. EKG, EEG, Rontgen

Evaluasi psikologi, sosial

PENEGAKAN DIAGNOSA

Anamnesa

Autoanamnesa

Tujuannya untuk membentuk rasa percaya pasien terhadap terapis sehingga pasien

merasa yakin bahwa data tentang dirinya akan terjamin jerahasiannya di tangan terapis. Data

Page 2: pemeriksaan napza

pribadi dan data demografi pengguna zat psikoaktif yang perlu diketahui meliputi nama, umur,

jenis kelamin, alamat tempat tinggal, tingkat pendidikan, agama yang dianut, etnik, status

perkawinan, anak nomor berapa dari orang tuanya, pekerjaan ayah, ibu, maupun pengguna.

Adapun pertanyaan yang dapat diajukan anatara lain :

a. Zat psikoaktif apa saja yang pernah dikonsumsi?

b. Sejak usia berapa menggunakan zat tersebut?

c. Zat psikoaktifa apa yang satu bula terakhir ini masih digunakan dan kapan terakhir

dikonsumsi?

d. Berapa kali setiap hari dikonsumsi?

e. Berapa jumlah setiap kali mengkonsumsi?

f. Bagaimana cara mengkonsumsi zat tersebut?

g. Bila dengan cara menyuntik, bagaimana cara mensterilkan jarum suntiknya?

h. Apakah pernah bertukar jarum suntik?

i. Alasan menggunakan zat tersebut?

j. Komplikasi apa saja yang pernah dialami selama pemakaian zat tersebut?

k. Apa pernah dirawat di rumah sakit atau di panti rehabilitasi??

Aloanamnesa

Aloanamesa dilakukan terhadap orang tua, guru, atau orang dekat lainnya berkisar pada

perubahan perilaku dan kebiasaan penderita. Yang dapat ditanyakan antara lain:

a. Apakah terjadi perubahan dalam pola tidur, makan, pola tidur, tampak mengantuk?

b. Apakah sering berpergian malam hari dan tanpa memberitahu kepergiannya?

c. Apakah sering tidak masuk sekolah?

d. Apakah sifatnya berubah?

e. Apakah sering berbohong?

f. Apakah anggota kelyarga sering kehilangan uang atau benda berharga?

Pemeriksaan Fisik

o Kesadaran = somnolen

o Kesadaran = spoor-koma

o Denyut nadi lambat

o Mulut akan tercium bau tidak enak

o Jantung akan mengalami aritmia

Page 3: pemeriksaan napza

o Saraf otak = timbul diplopia, dismetria, dan disarti

o Ataksia

o Hiprefleksi

Pemeriksaan Psikiatri

Bertujuan mengetahui ada tidaknya gangguan psikiatri yang sering kali terdapat

bersamaan dengan pengguna zat psikoaktif. Pada penyalahgunaan nikotin ini akan tampak

gangguan emosi berupa euphoria, gelisah, dan iritabel.

Pemeriksaan Psikologis

Dilakukan dengan melakukan tes DAP, tes baum, MMPI, SSCT, dan sebagainya.

Pemeriksaan Laboratorium

Dilakukan dengan menganalisis air seni untuk mengetahui zat psikoaktif yang

dikonsumsi penderita. Air seni sebaiknya diambil kurang dari 48 jam sejak penggunaan zat

psikoaktif terakhir.

Ada beberapa teknik pemeriksaan analisis air seni yaitu paper chromatography, thin

layer chromatography, gas chromatography, atau high power TLC. Selain tes anlisis urin dapat

pula dilakukan pemeriksaa darah rutin, kimia darah, tes fungsi hati, dan tes fungsi ginjal apabila

ada indikasi untuk diperiksa.

Pemeriksaan Flouroskopi dan elektrofisiologis

Pemeriksaan Flouroskopi berupa foto paru, foto tengkorak, USG, CT Scan, dan MRI sedangkan pemeriksaan elektofisiologi berupa EEG, EKG, dan EMG

DIAGNOSIS

Menetapkan diagnosis suatu kondisi klinis akibat penggunaan zat psikoaktif bukan

merupkan hal yang mudah, lebih-lebih bila zat psikoaktif yang digunakan lebih dari satu, seperti

pada polydrug use karena gejala akibat pengguna suatu jenis zat psikoaktif dapat berbaur atau

tertutup oleh gejala akibat pengguna zat psikoaktif lain, yang digunakan secara bersamaan waktu

atau bercampur dengan gejala putus zat psikoaktif lain.

Kesulitan lain disebabkan oleh pengguna sering kali tidak berterus terang karena takut

ancaman hukuman, dikeluarkan dari sekolah, dipecat dari pekerjaan, atau orang tuanya marah,

serta perasaan malu. Sebaliknya, terdapat juga pengguna zat psikoaktif yang membesar-besarkan

Page 4: pemeriksaan napza

masalahnya, misalnya mengaku pernah menggunakan semua jenis zat psikoaktif yang

ditanyakan kepadanya, atau menyebut jumlah dosis penggunaan yang besar, hal ini dilakukan

agar ia dipandang hebat.

Diagnosa Multiaksial

Sejak tahun 1974 telah dikembangkan metode diagnosis multiaksial, khususnya dalam

bidang psikiatrik. Di Indonesia, pada tahun 1983 telah diterbitkan buku Pedoman Penggolongan

Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ), yang menggunakan metode diagnosis

multiaksial, mengganti metode diagnosis multiaksial diperoleh diskripsi yang lebih menyeluruh

tentang kondisi penyakit pasien.

Saat ini, PPDGJ-III beserta suplemennya untuk menetapkan diagnosis gangguan jiwa.

Dalam buku nini klasifikasi dan criteria diagnosis berbagai kondisi klinis yang berkaitan dengan

penggunaan zat psikoaktif mengikuti ICD-10, sedangkan metode diagnostic multiaksial

mengikuti DSM-IV.

Diagnose multiaksial dapat ditetapkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan medis. Anamnesa

terdiri atas pemeriksaan fisik, pemeriksaan psikiatrik, pemeriksaan laboratorium. Fluoroskopi,

elektrofisiologi, tes psikologis, dan evaluasi social.

Kelima aksis dalam diagnosis multiaksial adalah sebagai berikut ;

Aksisi I : gangguan klinis

Kondisi lain yang dapat menjadi pusat perhatian klinis

Aksis II : gangguan kepribadian

Retardasi mental

Aksis III : kondidi medis umum

Aksis IV : masalah psikososial dan lingkungan

Aksis V : asesmen fungsi secara global.

Autoanamnesa

Tahap pertama autoanamnesa bertujuan untuk membentuk rasa percaya pasien terhadap

terapis sehingga pasien merasa yakin bahwa data tentang dirinya akan terjamin kerahasiannya di

tangan terapis.

Page 5: pemeriksaan napza

Bila pasien bersikap terbuka dan mengakui secara terus terang tentang penggunaan zat

psikoaktif, terapis dapat langsung menanykana seputar penggunaan zat psikoaktif tersebut.

Sebaliknya, bila langsung menanyakan seputar penggunaan zat psikoaktif, melainkan tanyakan

apa masalah yang dihadapinya dan apa yang terapis dapat lakukan untuk membantunya. Terapis

dapat menanyakan apakah pasien mempunyai kesulitan pada pelajarn atau masalah lain di

sekolah, apakah mengalami kesulitan tidur, apakah ada masalah dengan orangtua, teman atau

guru. Bagi mereka yang sudah bekerja, terapid menanyakan apakah ada masalah di tempat kerja,

dan bai yang sudah berkeluarga, menanyakan apakah ada masalah dengan pasangan. Sudah

berapa lam penggunaan zat psikoaktif itu mempunyai masalah dan usaha apa saja yang sudah

dilakukan untuk mengatasinya.

Aloanamnesa

Biasanya seorang anak menggunakan zat psikoaktif secara sembunyi-sembunyi, tidak

diketahui oleh orang tuanya, terutama bila zat psikoaktif yang digunakan ditolak oleh masyarakat

umum atau dilarang oleh undang-undang. Orang tua baru mulai ragu apakah anaknya

menggunakan zat psikoaktif atau tidak dari perubahan perilaku atau kebiasaan hidupnya.

Aloanamnesa terhadap orang tua, guru, atau orang dekat lainnya berkisar pada perubahan

perilaku dan kebiasaan tersebut.

Penggunaan zat psikoaktif seringa terdapat pada mereka yang sebelumnya menderita

gangguan jiwa atau gangguan kepribadian. Oleh karena itu, perlu ditanyakan pula kepada orang

tua perihal riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak, riwayat pendidikan, riwayat

pekerjaan, riwayat perkawinan, dan ciri-ciri masa kanak dan remaja.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan cermat dan menyeluruh. Dibawah ini

diuraikan beberapa gejala klinis yang sering ditemukan berkaitan dengan penggunan zat

psikoaktif. Pemeriksaan fisik hendaknya tidak hanya terbatas untuk menemukan gejala-gejala

yang disebutkan dibawah ini.

Pemeriksaan Hasil Keterangan

Kesadaran Somnolen Pada intoksikasi opiode, sedative hipnotik, alkoho, dan

Page 6: pemeriksaan napza

Sopor koma

Berkabut

inhalan, atau pada putus zat amfetamin, dan kokain

Pada keadaan kelebihan dosis yang berat zat apapun

Pada putus zat sedative-hipnotik atau alkoho, pada intoksikasi

amfetamin atau PCP

Denyut nadi Bertambah

cepat

Lambat

Pada intoksikasi amfetamin atau LSD, pada putus zat opioida

Pada intoksikasi opioida, sedative-hipnotik, alcohol atau

inhalan

Suhu badan Naik

Turun

Pada pengguna LSD, amfetamin; putus alcohol, sedative-

hipnotik, atau opioid; adanya penyakit infeksi

Pada intoksikasi opioid

Pernapasan Lambat

Cepat dan

dangkal

Pada pemakaian sedative-hipnotik, alcohol atau opioid

Pada intoksikasi sedative-hipnotik, dosis tinggi

Tekanan

darah

Naik

Turun

Pada pemakaian amfetamin, kokain, LSD, ganja

Pada putus alcohol, opiod walaupun pada awalnya tekanan

darah naik

Hidung Rinore

Ulkus atau

perforasi

Putus zat opiiod

Pada pengguna kokain secara inhalan

Pemeriksaan Psikiatrik

Bertujuan mengetahui ada tidaknya gangguan psikiatirk yang sering kali terdapat

bersamaan dengan penggunaan zat psikoaktif.

Agitatif : intoksikasi amfetamin, kokain, kafein, PCP

Agresif : intoksikasi amfetamin, kokain, PCP

Depresi : putus amfetamin, kokain, sedative-hipnotk, alcohol

Disforia : pengguna pemula ganja atau opioid

Page 7: pemeriksaan napza

Euphoria : intoksikais semua jenis zat psikoaktif

Gelisah : penggunaan amfetamin, kokain, halusinogen, kafein, PCP, ganja, dan putus

zat opioid, sedative-hidptonik, alcohol, dan nikotin

Impulsiff ; intoksikasi PCP

Iritabel : intoksikasi alcohol , sedative-hipnotik, inhalan, atau pada putuss zat alcohol,

sedative hipnotik, nikotin.

Labil : intoksitasi sedative-hipnotik, alcohol, PCP.

Gangguan Bicara

Banyak bicara : intoksitasi alkoho, sedative hipnotik, amfetamin, kokain, kafein

Cadel : intoksikasi alcohol, sedative-hipnotik, opioid, inhalan.

Gangguan Persepsi

Halusinasi : intoksikasi amfetamin, halusinogen, putus alcohol

Ilusi : intoksikasi halusinogen

Sinestesi : intoksikasi halusinogen

Pemeriksaan Laboratorium

Analisis air seni diperlukan untuk memgetahui zat psikoaktif apa saja yang dikonsumsi

pasien. Air seni sebaiknya diambil kurang dari 48 jam sejak penggunaan zat psikoaktif terakhir

karena setalah 48 jam, banyak zat yang tidak terdeteksi lagi dalam air seni. Harus dijaga agar

yang diperiksa adalah benar air seni pasien dan bukanny air seni orang lain. Jangka waktu

sesudah mengkonsumsi yang masih terdeteksi

Amfetamin : 2 hari

Barbiturat, kerja jangka pendek : 1 hari

Barbiturate, kerja jangka panjang : 21 hari

Benzodiazepine : 3 hari

Benzodiazepine, jangka panjang : 7 hari

Ganja : 7-10 hari

Heroin : 1-2 hari

Kodein : 1-2 hari

Kokain : 2-4 hari

Metadon : 3 hari

Page 8: pemeriksaan napza

Morfin : 2-5 hari

Pemeriksaan Khusus

Tes Nalokson

Nalokson HCl (narcan) adalah antagonis opiod berjangka kerja pendek. Pada orang yang

mengalami ketergantungan opioid, bila diberi narcan, ia akan memperlihatkan gejala putus

opioid. Seseorang yang tidak mengalami ketergantungan opioid bila diberikan Narcan, ia tidak

akan memperlihatkan gejala putus opioid.

Sebelum dilakukan tes nalokson, terlebih dahulu pemeriksaaan fisik dilakukan dan hasil

pemeriksaan dicatat yaitu denyut nadi, suhu badan, tekanan darah, ukuran pupil mata, apakah

ada piloereksi di dada, apakah terdapat lakrimasi, rinore, dan banyak berkeringat.

Suntikan 0,16 mg narcan im pada otot trisep seseudah 20-30 menit, pemeriksaaaan tersebut

di ulang dan hasilnya dicatat. Tes dinyatakan positif bila denyut adi bertambah cepa, suhu badan

menurun, pupil midriasis, berkeringat, lakrimasi, rinore tekanan darah naik piloereksi di dada,

dan menguap berulang-ulang.

Tes Nembutol

Nembutol (penobarbiturat) adalah barbiturate jangka kerja pendek. Tes ini dimaksud untuk

mengetahui derajt toleransi pasien terhadap sedative-hinotik atau alcohol.