pemeriksaan laboratorium.doc

4
Pemeriksaan laboratorium merupakan suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita (pasien) untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit Pemeriksaan laboratorium memiliki beberapa fungsi dan manfaat sebagai berikut: 1. Skrining atau uji saring adanya penyakit subklinis, dengan tujuan menentukan resiko terhadap suatu penyakit dan mendeteksi dini penyakit terutama bagi individu beresiko tinggi (walaupun tidak ada gejala atau keluhan). 2. Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk memastikan penyakit yang diderita seseorang, 3. Menyediakan informasi prognosis atau perjalanan penyakit, yaitu untuk memprediksi perjalanan penyakit dan berkaitan dengan terapi dan pengelolaan pasien selanjutnya 4. Memantau perkembangan penyakit, yaitu untuk memantau perkembangan penyakit dan memantau efektivitas terapi yang dilakukan agar dapat meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi. Pemantauan ini sebaiknya dilakukan secara berkala 5. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan 6. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Untuk mendiagnosis terjadinya radang, tenaga kesehatan dapat melakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan yang sering digunakan untuk mendeteksi

Upload: rahma-pramatama-tameru-rambey

Post on 20-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pemeriksaan laboratorium merupakan suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita (pasien) untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit Pemeriksaan laboratorium memiliki beberapa fungsi dan manfaat sebagai berikut: 1. Skrining atau uji saring adanya penyakit subklinis, dengan tujuan menentukan resiko terhadap suatu penyakit dan mendeteksi dini penyakit terutama bagi individu beresiko tinggi (walaupun tidak ada gejala atau keluhan).

2. Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk memastikan penyakit yang diderita seseorang, 3. Menyediakan informasi prognosis atau perjalanan penyakit, yaitu untuk memprediksi perjalanan penyakit dan berkaitan dengan terapi dan pengelolaan pasien selanjutnya

4. Memantau perkembangan penyakit, yaitu untuk memantau perkembangan penyakit dan memantau efektivitas terapi yang dilakukan agar dapat meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi. Pemantauan ini sebaiknya dilakukan secara berkala

5. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan

6. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Untuk mendiagnosis terjadinya radang, tenaga kesehatan dapat melakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan yang sering digunakan untuk mendeteksi radang adalah erythrocyte sedimentation rate (ESR), C-reactive protein (CRP), dan plasma viscosity (PV).

1. ESR (erythrocyte sedimentation rate) / Laju endap eritrosit

Dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pasien lalu dimasukan ke tabung berisi senyawa yang menghentikan darah untu membeku, sehingga eritrosit akan mengendap dan berpisah dengan plasma

Pemeriksaan ESR mengukur kecepatan dimana eritrosit mengendapkan darah yang tidak membeku dalam millimeter/jam (mm/jam)

Pemeriksaan tidak spesifik

Nilai-nilai rujukan :

a. Anak : bayi baru lahir 0-2 mm/jam, umur 4-14 tahun 0-10 mm/jam

b. Dewasa :

metode westergren ( 50 tahun pria 0-20 mm/jam wanita 0-30 mm/jam

metode wintrobe ( pria 0-9 mm/jam wanita 0-15 mm/jam

ESR akan tinggi pada proses peradangan akut, infeksi kronis, nekrosis, rematik, dan kehamilan. Jika ESR tinggi, maka diagnose keperawatannya adalah gangguan integritas yang berhubungan dengan proses inflamasi akut dan tidak toleransi terhadap aktivitas yang berhubungan dengan penyakit inflamasi2. CRP (C-reactive protein)

Nilai-nilai rujukan :

a. Dewasa :

b. Anak :

CRP merupakan salah satu dari beberapa protein yang disebut sebagai protein fase akut dan digunakan untuk memantau perubahan-perubahan dalam fase inflamasi akut yang dihubngkan dengan banyak penyakit infeksi

CRP ada dalam darah 6-10 jam setelah proses peradangan atau kerusakan jaringan, atau keduanya dan mencapai puncaknya antara 48-72 jam.

Pemeriksaan CRP tidak spesifik sama seperti ESR namun CRP dianggap lebih ampuh daripada ESR karena kenaikan CRP lebih cepat selam proses inflamasi akut dan lebih cepat kembali normal.

CRP meningkat selam infeksi oleh bakteri tetapi bukan infeksi virus

CRP digunakan untuk memantau fase peradangan aku rheumatoid arthritis dan demam rematik sehingga dapat diberikan pelayanan sebelum semakin parah

High sensitive-CRP merupakan uji yang dapat mendeteksi inflamasi yang terjadi akibat pembentukan plak aterosklerotik pada pembuluh arteri coroner.

3. PV (plasma viscosity)/ kekentalan plasma

Tes PV jarang digunakan dibandingkan ESR dan CRP

Digunakan untuk memantau inflamasi akut dan kronik.

Non spesifik karena tingginya tes PV tidak menunjukan dengan pasti penyebab dan dimana terjadi inflamasi

PV berguna untuk mendiagnosa dua penyakit inflamasi yaitu temporal arteritis and polymyalgia rheumatica PV lebih sensitive daripada ESR dan CRP dalam memantau rheumatoid arthritis.Referensi :

Fischbach, F. T. (2003). A Manual of laboratory and Diagnostic Test, 7th ed. Philadelphia : Lipincott Williams & Willkins PublisherKee, J.L. (2002). Laboratory and diagnostic tests with nursing implications (6th ed.) New Jersey : Pearson Education, Inc

Unnamed. (n.d.) Untittled. Online. http://www.labtestsonline.org.uk/understanding/analytes/plasma-viscosity/tab/sample/ diakses pada Selasa, 24 Februari 2015 05.30 WIBRachel Hoad-Robson. (2012) Online. http://www.patient.co.uk/health/Blood-Test-Detecting-Inflammation.htm# diakses pada Senin, 23 Februari 2015 14.30 WIB