pemeriksaan jasmani paru

25
PEMERIKSAAN JASMANI PARU DEPARTEMEN PULMONOLOGI & ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI R.S. PERSAHABATAN JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

Upload: avg2011

Post on 09-Aug-2015

104 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

modul respirasi

TRANSCRIPT

Page 1: Pemeriksaan jasmani paru

PEMERIKSAAN JASMANI PARU

DEPARTEMEN PULMONOLOGI & ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI R.S. PERSAHABATAN

JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

Page 2: Pemeriksaan jasmani paru

PEMERIKSAAN JASMANI

Dasar pemeriksaan jasmani paru adalah inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang harus dilakukan secara benar dan sistematik. Kemahiran melakukan pemeriksaan dan menilai kelainan-kelainan hanya mungkin dengan mempraktekkan secara terus menerus. Pemeriksaan jasmani pada paru adalah untuk menentukan ada tidaknya kelainan struktural jaringan.

Pemeriksaan jasmani pada paru, berdasarkan :

1. Adanya udara di alveoli dan saluran napas2. Terjadinya aliran (arus) udara di saluran napas3. Terdapatnya saluran-saluran pernapasan terbuka (patent)4. Adanya penghalang-penghalang

Persyaratan pemeriksaan jasmani paru :Dalam melakukan pemeriksaan paru , terdapat hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelumnya, yaitu :

- Bangku periksa sebaiknya datar dan dilapisi kasur tipis- Pemeriksa berdiri di samping kanan bangku periksa- Sikap pemeriksa harus tenang- Sikap subyek yang diperiksa sebaiknya berbaring lurus telentang. Kedua kaki

berdempetan, kedua lengan di samping badan atau lurus ke atas dan kepala menghadap ke depan.

- Bila subyek yang diperiksa tidak dapat berbaring misalnya pada serangan asma, maka subyek dapat diperiksa dalam posisi duduk dengan kaki tergantung ke bawah di pinggir bangku periksa

- Sebaiknya subyek yang diperiksa membuka pakaian atas sehingga telanjang dada sampai batas pinggang. Pada perempuan perlu dijelaskan maksud membuka bagian dada tersebut yaitu untuk pemeriksaan jasmani paru dengan baik dan tepat.

INSPEKSI

Setelah semua persyaratan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan jasmani paru yang baik terpenuhi, pemeriksaan dapat dimulai :Keadaan umum :

1. Perhatikan apakah penderita tampak sesak, baik dalam keadaan diam atau hanya waktu berbicara

2. Stridor dan suara sesak3. Terdengarnya mengi dengan telinga biasa menunjukkan adanya bronkospasme

yang berat4. Perhatikan dahak yang dibatukkan; warna, kekentalan, bau dan bongkahan mukus5. Bunyi gemericik lendir menandakan adanya retensi sekret

Page 3: Pemeriksaan jasmani paru

Warna Kulit Perhatikan ada tanda-tanda sianosis atau pucat

1. Sianosis warna kulit menjadi kebiruan atau kelabu akibat kurangnya oksigen dalam darah

2. Kulit pucat berarti anemia atau penyakit kronisPada orang dengan warna kulit yang gelap, sianosis menjadi sulit dinilai maka dapat dilihat pada bibir dan warna kuku. EkstremitasPerhatian adanya jari tabuh (clubbing fingers), yaitu kelainan pada ujung-ujung jari-jari yang menggembung. Pada jari normal, antara kuku dan kulit ujung jari membentuk sudut 165 .

Jari Tabuh (Clubbing Fingers)

Pada stadium dini atau permulaan pembentukan jari tabuh, sudut 160 ini akan menghilang (lihat gambar). Cara pemeriksaan untuk mengetahui jari tabuh dapat dilakukan dengan mempertemukan kedua ujung jari dengan merapatkan masing-masing sisi dorsalnya (gambar). Penyakit-penyakit paru yang sering, menimbulkan jari tabuh ini adalah bronkiektasis, kanker paru, abser paru, fibrosis kislik dan fibrosis paru. Penyakit di luar paru yang juga sering menimbulkan gejala ini adalah sirosis hati, penyakit jantung, kongenital, endokarditis bakteri subakut dan kolitis ulseratif kronik.

Page 4: Pemeriksaan jasmani paru

Dinding dada

Di dalam rongga dada terdapat paru dan jantung. Pada pembicaraan pemeriksaan jasmani paru dipisahkan , tetapi karena keduanya terletak dalam rongga dada sukar dihindari kemungkinan adanya tumpang tindih dalam pembicaraan pemeriksaan jasmani kedua alat -alat organ tersebut.

Untuk memudahkan mendeskripsi kelainan pada pemeriksaan dada diproyeksikan pada beberapa titik, sudut dan garis sebagai patokan.

Page 5: Pemeriksaan jasmani paru

Beberapa garis vertikal yang perlu diketahui :

a) Garis midsternum : garis yang melalui tengah-tengah sternumb) Garis sternum : garis yang melalui perlekatan iga-iga dengan

sternumc) Garis parasternum : garis vertikal yang melalui pertemuan rawan iga

dan tulang kira-kira pertengahan antara garis midklavikula dengan garis sternum

d) Garis midklavikula : garis vertikal yang melalui tengah-tengah klavikula, biasanya mengenai papila-mama

e) Garis aksila posterior dan anteriorf) Garis aksila media : garis vertikal melalui tengah-tengah antara garis

aksila anteroir dan aksila posterior

Dada belakang

Daerah interskapula. Ujung bawah skapula setinggi iga ke 7 atau torakal ke 8Korpus vertebra dihitung dengan pedoman vertebra prominens (C7)

Garis-garis vertikal yang perlu diketahui :1. Garis skapula kanan dan kiri2. Garis midspina

Page 6: Pemeriksaan jasmani paru

Inspeksi dada

Statik dan dinamisDada dalam keadaan tidak bergerak (statik) adalah melihat dada tanpa memperhatikan pergerakan napas. Perhatikan kesimetrisan dada kiri dan kanan. Pada keadaan bergerak, melihat pergerakan dada kiri dan kanan saat bernapas (dinamis), perhatikan kesimetrisan pergerakan tersebut.

Kelainan yang terdapat pada permukaan dinding dada, sela iga dan bentuk dada.- Pada permukaan dinding dada kita lihat adakah kelainan kulit, edema subkutis,

bendungan vena, benjolan (tumor), enfisema subkutis atau spider nevi.- Selain itu juga perlu dilihat kesimetrisan payudara, ginekomasti, atau adanya

perlekatan. Sela iga dilihat melebar atau menyempit. - Sela iga yang melebar dijumpai pada enfisema dan sela iga yang menyempit dapat

dijumpai pada schwarte. Bentuk dada dilihat normal atau abnormal

Bentuk dada normalBentuk dada normal bila diameter antero-posterior lebih kecil daripada diameter lateral (sagital) dengan rasio 5 : 7 sampai 1 : 2

Bentuk dada abnormal1. Dada paralitik : sela iga sempit, iga-iga lebih miring. Angulus kosta < 902. Dada emfisema : dada mengembang, diameter besar (diameter antero-

posterior dan sagital hampir sama/ sama), tulang punggung melengkung dan angulus kosta > 90

3. Dada kifosis4. Skoliosis5. Lordosis6. Kifoskoliosis7. Pektus ekskavatum : kelainan kongenital sternum yang mencekung ke dalam 8. Pektus karinatum : sternum mencembung ke depan seperti dada burung

Pektus ekskavatum

Page 7: Pemeriksaan jasmani paru

A. Skoliosis B. Kifosis C.kifoskoliosis

Pada keadaan dada bergerak (dinamis), melihat pergerakan napas :1. Frekuensi pernapasan, normal 12-18/menit. Bila kurang dari 12/menit disebut

bradipneu dan bila lebih dari 18 disebut takipneu. Pad anak frekuensi napas lebih cepat adalah normal.

2. Sifat pernapasan : torakal, abdominal. Lebih sering merupakan kombinasi3. Irama (ritme) napas :

a. Normalb. Kussmaul : pernapasan yang cepat dan dalam, didapatkan pada asidosis

metabolik (koma diabetikum)c. Biot : pernapasan yang tidak teratur dalam irama dan amplitudo, disleing

oleh periode apnu. Didapatkan pad apenderita dengan kerusakan otakd. Cheyne stokes: pernapasan dengan amplitudo yang mula-mula kecil dan

makin membesar dan surut lagi diseling apnu. Juga didapatkan pada gangguan saraf pusat

e. Pernapasan sighing : pola pernapsan normal yang diselingi inspirasi dalam, biasanya oleh karena tekanan emosi (stress)

4. Kedalaman : pernapasan yang dangkal dapat dijumpai misalnya pada emfisema5. Keserasian : pernapasan asimetri ditemukan misalnya pada schwarte (penebalan

pleura)6. Tanda dari Hoover : retraksi abnormal tanpa disertai pengembangan dada,

merupakan petunjuk kontraksi diafragma yang buruk pada penderita dengan obstruksi jalan napas

Page 8: Pemeriksaan jasmani paru

Kondisi-kondisi yang berhubungan dengan pernapasan abnormalCheyne-Stokes : tekanan intracranial me, gagal ginjal, meningitis, drug

Overdose, CHFBiot : meningitis spinal, gangguan sistem saraf pusat Kussmaul : asidosis metabolik terutama diabetic ketoacidosis

PALPASIPerabaan dengan menggunakan telapak tangan dan jari-jari untuk mencari kelainan yang tidak terlihat pada inspeksi atau mengkonfirmasi dan mendapatkan data yang lebih detail dari kelainan pada inspeksi.

LeherPada daerah leher dilakukan palpasi untuk beberapa pemeriksaan :

1. Pembesaran kelenjar getah bening (limfe)Perabaan pembesaran kelenjar getah bening di daerah submandibula, sepanjang sternokleidomatoideus dan supraklavikula. Pembesaran kelenjar getah bening di daerah tersebut dapat memberi petunjuk bagi kelainan di paru, seperti pembesaran kelenjar getah bening di supra klavikula pada kanker paru, pembesaran kelenjar getah bening di daerah sepanjang sternokleidomatoideus misalnya pada tuberkulosis, infeksi saluran napas atas, dan lain-lain.

2. Posisi trakeaMenetapkan adanya deviasi trakea sangat penting untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran mediastinum. Pada fibrosis paru atau penebalan pleura atau atelektasis, maka medistinum dan trakea akan tertarik ke sisi yang sakit tersebut; sedangkan pada efusi pleura atau penumotoraks atau massa tumor yang

Page 9: Pemeriksaan jasmani paru

mendorong medistinum maka trakea dan mediastinum akan terdorong ke sisi yang sehat.

Pemeriksaan posisi trakea , dengan meletakkan jari telunjuk pada daerah (kiri dan kanan) antara m. sternokleidomasteoideus dan trakea.

Cara lain adalah dengan meletakkan ujung-ujung jari telunjuk, jari tengah, jari manis kanan pada daerah suprasternal notch; dan meraba posisi trakea di tengah (ujung jari tengah) atau bergeser ke kanan (jari telunjuk )atau ke kiri (jari manis)

. Palpasi Dada

a. Ekspansi DadaNormalnya dinding dada ekspansi simetrik saat inhalasi dalam. Ekspansi tersebut dapat dievaluasi pad adada depan dan dada belakang. Pada dada depan, tangan pemeriksa diletakkan sepanjang anterolateral dada dengan kedua ibu jari saling berhadapan (lihat gambar). Dari garis tengah dapat dilihat perbedaan relatif gerakan dada (lihat gambar)

Page 10: Pemeriksaan jasmani paru

Pemeriksaan ekspansi dada depan

Pada dada belakang, tangan pemeriksa diposisikan sepanjang posterolateral dada dengan kedua ibu jari bertemu pada daerah vertebra torakalis 8 (T8)

Pemeriksaan ekspansi dada belakang

b. FremitusFremitus vokal adalah vibrasi yang ditimbulkan pita suara selama fonasi.Fremitus taktil (tactile fremitus) adalah vibrasi tersebut di atas ditransmisikan turun ke cabang-cabang trakeobrokial terus ke alveoli dan ke dinding dada. Pada saat vibrasi dirasakan pada dinding dada diraba dengan telapak tangan. Fremitus ditentukan dengan kedua telapak tangan yang diletakkan di dada kri dan kanan dan meminta penderita untuk menyebutkan angka tujuh puluh tujuh (77) atau sembilan puluh sembilan (99) berulang-ulang. Vibrasi fremitus raba tersebut

Page 11: Pemeriksaan jasmani paru

dapat melemah, normal, mengeras. Fremitus yang meningkat (mengeras) disebabkan trnasmisi vibrasi melalui media yang lebih padat (solid). Struktur paru normal adalah kombinasi dari padat dan jaringan yang berisi udara. Segala kondisi yang menimbulkan peningkatan densitas paru seperti konsolidasi pneumonia menyebabkan peningkatan fremitus (fremitus mengeras). Bila area konsolidasi tidak berhubungan dengan bronkus, fremitus dapat melemah. Fremitus taktil akan melemah (berkurang) pada penderita obese atau otot yang tebal, rongga pleura terisi udara (pneumotoraks), rongg apleura terisi cairan (efusi pleura), fremitus vokal menurun bermakna atau tidak ada fremitus vokal.

Fremitus taktil adalah relatif suatu penilaian kasar, tetapi sebagai teknik panduan pemeriksaan fremitus taktil dapat membantu agar pemeriksa memperhatikan kemungkinan abnormalitas. Kemudian akan dikonfirmasi/ dicek dengan mendengarkan suara napas secara auskultasi.

A. Pemeriksaan fremitus menggunakan permukaan palmar dari ujung-ujung jariB. Penggunaan bersamaan tangan kanan dan kiri

PERKUSI

Perkusi adalah pemeriksaan dengan mengetok permukaan dada untuk mengevaluasi struktur di bawahnya. Perkusi dada menghasilkan bunyi (sound) dan vibrasi raba (palpable vibration) yang berguna untuk evaluasi jaringan di bawahnya. Perkusi dapat mengevaluasi paru sampai kedalaman 5-7 cm di bawah dinding dada.

Perkusi dilakukan dengan cara mengetok jari tengah kiri yang diletakkan pada permukaan dada depan/ dada belakang dengan ujung jari tengah kanan tangan kanan. Sendi pergelangan bertindak sebagai aksis. Suara yang ditimbulkan oleh ketukan tersebut merupakan karakteristik perkusi :

1. Sonor, pada jaringan paru yang normal/ sehat

Page 12: Pemeriksaan jasmani paru

2. Hipersonor, pada paru yang banyak mengandungudara seperti emfisema, maupun pneumotoraks

3. Redup, bila mengenai jaringan padat massa, konsolidasi atau atelektasis, atau cairan

4. Pekak, mengenai haringan yang sangat padat, massa luas atau cairan masif5. Timpani, terdengar pada perkusi lambung akibat getaran udara di dalam

lambung, dapat terdengar juga pada pneumotoraks yang luas atau lokal

Batas-batas organ dalam rongga dada dan rongga abdomenDengan perkusi dapat ditentukan batas-batas organ

a) Batas paru – hati. Perkusi pada garis midklavikula kanan, bising ketok sonor menjadi redup, normal pada sela iga ke enam. Peranjakan antara inspirasi dan ekspirasi umumnya dua jari

b) Batas paru – lambung. Perkusi pada garis aksilaris anterior kiri, bising ketok sonor menjadi timpani. Normal pada sela iga ke delapan, sangat tergantung dari ada tidaknya isi lambung.

c) Batas jantung/ mediastinum kanan. Sebagaimana batas paru – hati, perkusi pada garis midklavikula kanan, bising ketok sonor menjadi redup kemudian 2 jari di atas tempat tersebut dilakukan perkusi lagi ke arah medial (sternum) sampai terdengar perubahan dari sonor menjadi redup, normal antara garis midsternum dan sternum kanan

d) Batas jantung/ mediastinum kiri. Sebagaimana batas paru – lambung, perkusi pada garis aksilaris anterior kiri, bising ketok sonor menjadi timpani kemudian 2 jari di atas tempat tersebut dilakukan perkusi lagi ke arah medial (sternum) sampai terdengar perubahan dari sonor menjadi redup, normal sedikit sebelah medial dari garis midklavikula kiri.

Teknik perkusi

Page 13: Pemeriksaan jasmani paru

Daerah kronig yaitu daerah supraklavikula didapatkan perkusi yang sonor, seluas tiga sampai empat jari di pundak. Kelainan di dalam puncak paru dapat menyebabkan hilangnya daerah kronig.

Batas paru belakang bawah ditentukan pada garis skapula, dilakukan perkusi ke bawah sampai mendapatkan perubahan bising ketok sonor menjadi redup. Pada paru kiri belakang biasanya setinggi vertebra torakalis 10 (T10) dan satu jari lebih tinggi pada paru kanan.

AUSKULTASI

Merupakan pemeriksaan terpenting dari seluruh pemeriksaan jasmani paru yang harus dikuasai benar dalam mengenal dan menilai kelainan paru.

Dasar-dasar auskultasi paru1. Pendengaran

Kebanyakan suara napas berada pada daerah frekuensi dimana telingan kurang sensitif menerima. Rata-rata orang muda dapat mendengar getaran suara di antara frekeunsi 16 sampai 10.000 Hz. Sensitiviti itu menurun pada frekuensi di bawah 1000 Hz. Suara napas normal umumnya berada pada 500 Hz atau kurang, oleh karena itu mudah dimengerti bila telinga menjadi kurang peka menangkap suara tersebut. Untuk dapat mendengar suara napas dengan baik, perlu ruangan yang sunyi, tenang dan kadang-kadang dengan mata tertutup (konsentrasi).

2. StetoskopDigunakan untuk membantu mendengar lebih baik disamping faktor estesis. Stetoskop modern sekarang terdiri dari gabungan dua jenis stetoskop, yaitu tipebell dan tipe membran (Bowles). Tipe bell digunakan terutama untuk nada rendah (low pitched). Tipe membran yang berdiameter lebih lebar, lebih cocok untuk nada-nada tinggi (high pitched)

Page 14: Pemeriksaan jasmani paru

Stetoskop

3. Sumber bunyiTurbulensi aliran udara pernapasan yang merupakan sumber suara utama. Walaupun ada dua jenis aliran udara lainnya yaitu aliran laminer dan vortices. Aliran udara turbulensi terutama terjadi pada trakea, bronkus-bronkus dan bronkus segmental. Pada bronkus perifer, aliran yang lambat menjadi laminer yang lemah.

Cara-cara melakukan auskultasi

Auskultasi harus dilakukan baik pada posisi berbaring dan posisi duduk tegak. Membandingkan paru kiri dan kanan harus selalu dilakukan. Stetoskop harus dipindahkan dari satu sisi dada ke sisi lain pada lokasi yang sama. Jangan sekali-kali menggerakkan satu sisi ke bawah dan pada sisi lain ke bawah. Setiap daerah di auskultasi dengan seksama pada waktu penderita bernapas melalui mulut pada pernapasan yang agak kuat dan dalam.

Page 15: Pemeriksaan jasmani paru

Auskultasi mulai dari apeks paru dan sitematik dibandingkan kanan dan kiri , turun kebawah , dibandingkan kiri kanan setiap lokasi.

Mulai konsentrasi pada inspirasi :Perhatikan panjangnya inspirasi, kualiti bunyi dan kerasnya. Selanjutnya dibandingkan dengan ekspirasi. Hindarkan menempatkan stetoskop di atas bulu-bulu atau pakaian. Hindarkan seluruh bagian stetoskop dari benda-benda lain yang memungkinkan pergesekan, karena akan menimbulkan bunyi-bunyi artifisial.

Auskultasi dada belakang

BUNYI NAPAS POKOKBunyi Napas Pada Paru Normal

Page 16: Pemeriksaan jasmani paru

1. VesikulerBunyi yang relatif lembut, nada rendah (low pitched), seperti desah didengar di bagian perifer paru. Fase inspirasi jauh lebih panjang dari ekspirasi dengan rasio 3 : 1. Ekspirasi lebih lemah dari inspirasi, hampir tidak terdengar. Istilah vesikuler sebenarnya salah kaprah. Dulu dianggap bunyi tersebut ditimbulkan oleh udara di alveoli, kemudian terbukti bahwa bunyi tersebut ditimbulkan oleh aliran turbulensi di bronkus-bronkus lobus dan segmental, bukan di alveoli.

2. BronkialBunyi ini mempunyai sifat keras, bernada tinggi (high pitched), kasar, mirip bunyi udara yang ditiup melalui pipa yang bolong. Bila diteliti ternyata ada ”Gap”. Tidak ada bunyi antara akhir inspirasi dan awal ekspirasi. Fase ekspirasi lebih keras dan lebih panjang dari inspirasi. Pada keadaan yang normal dapat didengar di atas manubrium sterni, ada ”Gap” antara fase inspirasi dan fase ekspirasi. Adanya suara bronkial di bagian perifer paru berarti adanya hantaran bunyi yang abnormal oleh karena jaringan paru yang memadat.

3. BronkovesikulerBunyi campuran dari bronkial dan vesikuler. Rasio inspirasi dan ekspirasi kira-kira 1:1. Pada keadaan normal dapat didengar di dua tempat : anterior, dekat bronkus utama kanan kiri pada sela iga 1 dan 2. Posterior, di antara skapula. Bila didengar di tempat lain berarti ada pemadatan atau keadaan abnormal lainnya.

4. TrakealBunyi ini umumnya tidak diperiksa rutin auskultasi. Sangat keras, nada tinggi sekali dan besar. Fase ekspirasi sedikit lebih panjang dari inspirasi. Lebih mirip dengan suara bronkial, dapat digunakan untuk pedoman dalam menentukan apakah suara napas yang didengar vesikuler atau bronkial, bila ada keragu-raguan antar keduanya.

Diagram bunyi napas normal Vesikuler

Garis ke atas menunjukkan inhalasi, garis ke bawah ekshalasi. Panjang garis menunjukkan durasi, tebal garis menunjukkan intensitas bunyi dan sudut antara garis keatas dan garis horizontal (putus-putus) menunjukkan nada, semakin besar sudut semakin tinggi nada, semakin kecil sudut semakin rendah nada bunyi napas.

Page 17: Pemeriksaan jasmani paru
Page 18: Pemeriksaan jasmani paru

Bunyi napas pokok dikaitkan dengan kelainan paru

Temuan pemeriksaan jasmani paru dikaitkan dengan gambaran foto toraks

Pada umumnya bunyi napas abnormal dapat digolongkan kepada :1. Bunyi napas pokok yang mengalami hantaran abnornal, yaitu bronkofoni,

egofoni, pectariloquy, bunyi napas bronkial, amforik dan bunyi napas yang melemah

2. Bunyi napas tambahan (adventitious lung sound) yaitu - Continuous : wheezing, stridor, ronki kering (low pitch wheezing/ wheezing

dengan nada rendah)3. Discontinuous : ronki basah (crackles)4. Bunyi lain : pleural friction rub (bunyi gesekan antara pleura viseral dan parietal

pada peradangan intrapleura/ pleuritis), Succusio Hypocrates

Mengi (Wheezing)Ditimbulkan melalui vibrasi dinding saluran napas yang menyempit, saat udara lewat dengan velositas yang tinggi. Penyempitan saluran napas dapat disebabkan berbagai hal seperti bronkospasme, edema mukosa, benda asing dalam bronkus dan lain-lain. Nada pada wheezing tidak bergantung kepada panjangnya saluran napas yang menyempit, tetapi bergantung kepada derajat penyempitan saluran napas, semakin berat derat penyempitannya semakin tinggi nada wheezing. Saat wheezing diidentifikasi, perlu diidentifikasi pula nadanya, intensitasnya dan siklus pernapasan yang terlibat (inspirasi

Page 19: Pemeriksaan jasmani paru

dan/atau ekspirasi). Semakin berat penyempitan saluran napas, maka semakin tinggi nadanya, semakin keras intensitasnya dan melibatkan 2 siklus pernapasan. Wheezing dapat polifonik atau monofonik. Polifonik menunjukkan multiple saluran napas yang menyempit (obstruksi) misalnya pada asma; sedangkan pada monofonik, saluran napas yang menyempit dapat single atau multiple. Contoh single monofonik adalah obstruksi pada single jalan napas misalnya tumor bronkus.

Ronki kering (Ronchi = low pitch wheezing)Mekanisme terjadinya bunyi ini dihubungkan dengan adanya sputum yang banyak pada jalan napas. Vibrasi lapisan sputum (sputum flap) saat udara lewat menghasilkan bunyi tambahan kontinu dengan nada rendah dikenal dengan ronki kering, yang dapat berubah/menghilang dengan batuk.

Ronki basah (Crackles)Dihasilkan akibat pergerakan sekret yang banyak saat udara lewat. Pada kondisi ini, biasanya ronki basah basah dan terdengar pada inspirasi dan ekspirasi. Dapat menghilang/ berubah denga batuk.

Ronki basah dapat pula terjadi pada keadaan tanpa sekret yang banyak, yaitu melalui mekanisme terbukanya secara mendadak (akibat perbedaan tekanan saat inspirasi/ udara masuk) jalan napas kecil yang kolaps , dikenal dengan pop open , terdengar saat inspirasi, misalnya pada pneumonia . Dahulu dikenal dengan krepitasi.

StridorStridor terjadi melalui mekanisme yang sama dengan wheezing , yang terjadi pada saluran napas atas. Terdengar walau tanpas stetoskop karena nada tinggi dan intensitas keras denga lokasi pada saluran napas atas. Penyempitan diameter saluran napas atas dapat disebabkan edema mukosa / epiglotitis karena infeksi akut (infeksi virus/ croup pada usia anak), inflamasi setelah ekstubasi, penyempitan karena adanya tumor laring, dll. Stridor lebih sering terdengar saat inhalasi , karena saluran napas atas cenderung menyempit saat inspirasi kuat ( inspiratory effort).

Gesekan Pleura ( Pleural friction rub)Gesekan pleura yang ditimbulkan oleh gesekan pleura viseral dan parietal yang menjadi kasar oleh karena permukaannya mengalami inflamasi dan menjadi kasar sehingga bergesekan selama bernapas. Sering terdengar hanya pada inhalasi tetapi bukan tidak mungkin terdengar pada inhalasi dan ekshalasi. Bunyinya sering sukar dibedakan dengan ronki basah kasar, terutama didengar pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi, tidak berubah dengan batuk (ronki basah kasar berubah dengan batuk)

Bunyi Hantaran Abnormal1. Bunyi napas bronkial, sudah dijelaskan2. Bronkofoni

Suara kata-kata yang dikeluarkan menjadi lebih terang didengar, karena frekuensi/ nada-nada tinggi dihantarkan lebih baik. Terjadi pada konsolidasi dimana hantaran menjadi lebih baik

Page 20: Pemeriksaan jasmani paru

3. AmforikBunyi napas yang ditimbulkan bila ada rongga di jaringan yang berhubungan langsung dengan bronkus (kaviti) terdengar seperti meniup botol kosong.

Cara : Stetoskop diletakkan di atas daerah konsolidasi, bila penderita diminta mengatakan tujuh-tujuh kata-kata dapat didengar jelas, dikatakan bronkofoni positif.

Bunyi lain : Succio hypocrates, adalah bunyi yang dapat didengar apabila dada penderita digoyang-goyang. Biasanya terdapat pada keadaan-keadaan hidro pneumotoraks. Bunyi yang terdengar seperti botol terisi air yang tidak penuh.

DAFTAR PUSTAKA

1) Hadiarto Mangunnegoro. Pemeriksaan Jasmani Paru. Bagian Pulmonologi FKUI/SMF paru RSUP Persahabatan. Jakarta.

2) Wilkins R & Specht L. Fundamentals of Physical Examination. In : Wilkins R, Sheldon RL, Krider JS eds. Clinical Assessment in Respiratory Care. 5ed Elsevier Mosby. St Louis, 2000 : 63-82

3) Thorax and the Lung. Bickley LS & Szilagyi PG eds. In : Guide to Physical Examination. And history taking. 9ed. Lippincott William &Wilkins, Philadelphia, 2007 : 241-267