pemeriksaan fisik pada

17
Pemeriksaan fisik Pada Penderita Stroke a)Keadaan umum (1)Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran (2)Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara (3)Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi b)Pemeriksaan integumen (1)Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3 minggu (2)Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis (3)Rambut : umumnya tidak ada kelainan c)Pemeriksaan kepala dan leher (1)Kepala : bentuk normocephalik (2)Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi (3)Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998) d)Pemeriksaan dada Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan. e)Pemeriksaan abdomen Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.

Upload: strawberrycool

Post on 30-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Px Fisik

TRANSCRIPT

Page 1: Pemeriksaan Fisik Pada

Pemeriksaan fisik Pada Penderita Stroke

a)Keadaan umum(1)Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran(2)Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara(3)Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasib)Pemeriksaan integumen(1)Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3 minggu(2)Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis(3)Rambut : umumnya tidak ada kelainanc)Pemeriksaan kepala dan leher(1)Kepala : bentuk normocephalik(2)Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi(3)Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)d)Pemeriksaan dadaPada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.e)Pemeriksaan abdomenDidapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.f)Pemeriksaan inguinal, genetalia, anusKadang terdapat incontinensia atau retensio urineg)Pemeriksaan ekstremitasSering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.h)Pemeriksaan neurologiUmumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.

Page 2: Pemeriksaan Fisik Pada

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STROKEPengertian

Menurut WHO stroke adalah adanya defisit neurologis yang berkembang cepat akibat

gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung

selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain

yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)

Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi penyebab yang tiba-tiba defisit

neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi

suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis,

terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap

perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma) (Lynda Juall Carpenito, 1995).

Etiologi

Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain:

1. Thrombosis Cerebral.

Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga

menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti

di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau

bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan

penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan

gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.

Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:

a. Atherosklerosis

Page 3: Pemeriksaan Fisik Pada

Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan

atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis

bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:

- Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.

- Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.

- Merupakan tempat terbentuknya thrombus, dan kemudian melepaskan kepingan

thrombus (embolus).

- Dinding arteri menjadi lemah, terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi

perdarahan.

b. Hypercoagulasi pada polysitemia

Darah bertambah kental , peningkatan viskositas/hematokrit meningkat dapat

melambatkan aliran darah serebral.

c. Arteritis (radang pada arteri)

2. Emboli

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,

lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang

terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat

dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat

menimbulkan emboli:

a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).

b. Myokard infark

c. Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel

sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali

dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.

d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-

gumpalan pada endocardium.

3. Haemorhagi

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang

subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena

atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan

Page 4: Pemeriksaan Fisik Pada

perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,

pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan

membengkak, jaringan otak tertekan

Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi:

a. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.

b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.

c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.

d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri,

sehingga darah arteri langsung masuk vena.

e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan

degenerasi pembuluh darah.

Faktor – faktor resiko stroke

1. Hipertensi: faktor resiko utama

2. Penyakit kardiovaskuler, emboli serebral berasal dari jantung: gagal jantung,

penyakit jantung kongestif

3. Kolesterol tinggi, obesitas

4. Peningkatan hemolitik meningkatkan resiko infark serebral

5. Diabetes: dikaitkan dengan aterogenesise terakseberasi

6. Kontrasepsi oral (khusus dengan disertai hypertensi, merokok dan kadar estrogen

tinggi)

7. Merokok, menyalahgunakan obat (khusus kokain) konsumsi alkohol.

Klasifikasi

1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:

a. Stroke Haemorhagi,

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan

oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya

kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat

istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.

Page 5: Pemeriksaan Fisik Pada

b. Stroke Non Haemorhagi

Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat

setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi

perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya

dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umummnya baik.

2. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:

a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama

beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan

spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan

neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24

jam atau beberapa hari.

c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau

permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA

berulang.

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan radiologi

* CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau

menyebar ke permukaan otak.

* MRI untuk menunjukkan area yang mengalami infark,hemoragik.

* Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik

seperti perdarahan atau obstruksi arteri.

* Pemeriksaan foto thorax dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat

pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada

penderita stroke.

b. Pemeriksaan laboratorium

Page 6: Pemeriksaan Fisik Pada

* Pungsi lumbal: Menunjukan adanya tekanan Normal dan cairan tidak mengandung

darah atau jernih.

* Pemeriksaan darah rutin

* Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah

dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun

kembali.

* Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

Penatalaksanaan Stroke

Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai

berikut:

1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:

a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang

sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.

b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha

memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.

3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.

4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin

pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.

Pengobatan Konservatif

1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi

maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.

2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.

3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi

pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.

Page 7: Pemeriksaan Fisik Pada

Pengobatan Pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:

1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka

arteri karotis di leher.

2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya

paling dirasakan oleh pasien TIA.

3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.

4. Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

Pengkajian keperawatan

Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien

yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat

perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien (Marilynn

E. Doenges et al, 1998).

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,

alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,

diagnose medis.

2. Keluhan utama

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan

tidak dapat berkomunikasi.

3. Riwayat penyakit sekarang

Sakit kepala hebat pada saat bangun pagi atau pada saat istirahat disertai mual

muntah, kesadaran menurun,otot terasa melemah atau kaku.

4. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat

trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,

aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.

Page 8: Pemeriksaan Fisik Pada

5. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes melitus.

6. Riwayat psikososial

Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan,

pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor

biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.

7. Pola-pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi

oral.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase

akut.

c. Pola eliminasi

Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi

konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.

d. Pola aktivitas dan latihan

Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau

paralise/ hemiplegi, mudah lelah.

e. Pola tidur dan istirahat

Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot

f. Pola sensori dan kognitif

Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan,

perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola

kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.

g. Pola persepsi dan konsep diri

Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.

Page 9: Pemeriksaan Fisik Pada

h. Pola hubungan dan peran

Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk

berkomunikasi akibat gangguan bicara.

i. Pola reproduksi seksual

Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke,

seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.

j. Pola penanggulangan stress

Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan

proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil,

kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

* Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran

* Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak

bisa bicara

* Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi.

b. Pemeriksaan integumen

* Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan

maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus

terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke non hemoragik harus bed

rest 2-3 minggu

* Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

* Rambut: umumnya tidak ada kelainan.

c. Pemeriksaan kepala dan leher

* Kepala: bentuk normocephalik

Page 10: Pemeriksaan Fisik Pada

* Muka: umumnya tidak simetris yaitu miring ke salah satu sisi

* Leher: kaku kuduk jarang terjadi.

d. Pemeriksaan dada

* Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing

ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks

batuk dan menelan.

e. Pemeriksaan abdomen

* Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang

terdapat kembung.

f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

* Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine.

g. Pemeriksaan ekstremitas

* Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

h. Pemeriksaan neurologi:

* Pemeriksaan nervus cranialis

Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.

* Pemeriksaan motorik

Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.

* Pemeriksaan sensorik

Dapat terjadi hemihipestesi.

* Pemeriksaan refleks

Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa

hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.

Prioritas Keperawatan:

1. Meningkatkan perfusi serebri dan oksigenasi yang adekuat.

Page 11: Pemeriksaan Fisik Pada

2. Mencegah dan meminimalkan komplikasi dan kelumpuhan permanen.

3. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

4. Memberikan dukungan terhadap proses mekanisme koping dan mengintegrasikan

perubahan konsep diri.

5. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis, pengobatan dan

kebutuhan rehabilitasi.

Tujuan Akhir keperawatan:

1. Meningkatnya fungsi serebral dan menurunnya defisit neurologis.

2. Mencegah/meminimalkan komplikasi.

3. Kebutuhan sehari-hari terpenuhi baik oleh dirinya maupun orang lain.

4. Mekanisme koping positip dan mampu merencanakan keadaan setelah sakit

5. Mengerti terhadap proses penyakit dan prognosis.

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

1. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan

intracerebral. (Marilynn E. Doenges, 2000)

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia (Donna D.

Ignativicius, 1995)

3. Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan penekanan

pada saraf sensori, penurunan penglihatan (Marilynn E. Doenges, 2000)

4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak

(Donna D.Ignativicius,1995)

5. Gangguan eliminasi alvi(konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan

yang tidak adekuat (Donna D. Ignativicius, 1995)

6. Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan

menelan (Barbara Engram, 1998)

Page 12: Pemeriksaan Fisik Pada

7. Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan

hemiparese/hemiplegi (Donna D. Ignativicius, 1995)

8. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama (Barbara

Engram, 1998)

9. Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penurunan

refleks batuk dan menelan.(Lynda Juall Carpenito, 1998)

10.Gangguan eliminasi uri (inkontinensia uri) yang berhubungan dengan penurunan

sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi (Donna D.

Ignatavicius, 1995

Pemeriksaan Penunjang untuk TIA dan Stroke

Pemeriksaan penunjang ini mendukung analisa faktor resiko yang mungkin muncul pada pasien TIA dan Stroke, terutama segala macam faktor yang terdapat pada sistem peredaran darah.

Kawan, sistem peredaran darah kita ini sangat luas cakupannya. Coba lihat, berawal dari jantung. Jika sistem jantung-paru kita bermasalah, bisa saja berdampak pada suplai darah ke otak. Karenanya perlu analisis X-foto polos dada untuk melihat gambaran umum kondisi jantung-paru, terutama rasio jantung dan rongga dada (CTR, cor-thorax ratio). Jika lebih dari 50%, maka terjadi pembesaran jantung. Jantung kita adalah segenggam otot yang memiliki struktur mirip seperti otot-otot bergaris yang ada di lengan dan paha kita. Seperti halnya para lelaki yang dengan mudah memperbesar gelendong otot di lengan dan dada, jika beban kerja jantung bertambah, bertambah pula ukurannya. Pembesaran jantung yang melebihi normal, tentu saja menunjukkan masalah pada kerja jantung.

Melalui kontur jantung dan kondisi pembuluh darah utama di sekitar jantung, misalnya aorta atau arteri pulmonalis (arteri yang menuju paru), kita bisa menilai seberapa jantung terbebani kerjanya. Beban kerja jantung yang meningkat ini bisa karena masalah pada katub-katubnya, pada otot jantung itu sendiri atau penyakit pada paru. Sistem jantung paru ini harus sehat untuk menjamin suplai darah yang cukup menuju otak kita.

Pemeriksaan lain yang sederhana namun cukup akurat untuk melihat kelainan kerja jantung adalah EKG, elektrokardiografi. Dari pemeriksaan ini kita bisa mengetahui ada

Page 13: Pemeriksaan Fisik Pada

masalah di jantung sebelah mana, baik di serambi atau bilik, kanan maupun kiri, dan pembuluh-pembuluh darah yang ada di sana. Biasanya, EKG dan X-foto dada ini sudah menjadi pemeriksaan rutin untuk membantu menegakkan diagnosis penyebab TIA dan menentukan terapi selanjutnya. Karena kita tidak semerta memperhatikan kondisi otak saja, melainkan jantung-paru yang mendukung suplai darah ke otak.

Pemeriksaan laboratoris semacam darah lengkap, kimia darah (kadar glukosa, serum elektrolit, faal ginjal dan hati), juga faal hemostasis perlu dilakukan. Tentu saja ini semua tidak harus diperiksa. Mahal, lho! (Tapi kalau Askes bisa gratis semua, alhamdulillah…) Penentuan mana saja yang harus diperiksa sangat tergantung pada hasil anamnesis atau wawancara pasien, apakah ada riwayat kencing manis (diabetes melitus) sehingga perlu kita periksa kadar gula darahnya, ataukah pasien cuci darah sehingga perlu kita periksa faal ginjalnya, ataukah pasien ini punya riwayat gangguan faal hemostasis seperti memar pada betis yang tak diketahui sebabnya.

Hanya yang rutin diperiksakan adalah darah lengkap, ditambah dengan kadar Natrium, Kalium, dan Calsium darah (Na, K, Ca). Karena kekurangan atau kelebihan tiga ion itu, menimbulkan gejala yang mirip dengan TIA ataupun Stroke, yakni kelemahan salah satu anggota badan sampai penurunan kesaradan, termasuk kejang

Penanganan Pertama Pasien Stroke pada Praktek Pribadi  

Pada kesempatan ini saya akan sedikit berbagi mengenai kuliah yang saya dapatkan tadi siang.

Kuliah tadi siang menceritakan tentang penanganan pertama pasien stroke di praktek pribadi.

Sejujurnya tidak banyak yang dapat kita lalukan dengan keterbatasan peralatan dan obat-obatan

di praktek pribadi. Namun justru karena keterbatasan inilah maka kita harus mampu melakukan

apa yang bisa dilakukan secara maksimal demi kebaikan pasien.

Langsung saja. Inilah rambu-rambu penanganan pasien stroke di praktek pribadi:

1. Cek ABC (Airway, Breathing, dan Circulation)

2. Periksa adanya cedera sekunder

Kadang pasien stroke terjatuh dan timbul luka akibat jatuh ini. Cek adanya cedera sekunder

untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan

3. Periksa Status Kesadaran

Periksa status kesadaran dengan standar Glasgow Coma Scale.

4. Periksa Vital Sign lengkap

Ukur tekanan darah, dan hitung denyut nadi serta Respiratory Rate, dan juga periksa suhu tubuh.

Bila Respiratory rate tinggi (>28) berikan oksigen.

5. Anamnesis Lengkap

70% diagnosis berada pada anamnesis. Begitu pula untuk kasus stroke ini. Tanyakan apakah

kelumpuhan timbul mendadak atau bertahap. Timbul pada saat beraktivitas atau pada saat

Page 14: Pemeriksaan Fisik Pada

beristirahat. Ada sakit kepala, mual muntah, dan bicara pelo sebelumnya atau tidak. Selain itu

tanyakan riwayat penyakit dahulu yang dapat menjadi faktor penyebab stroke, meliputi darah

tinggi, diabetes, hiperkolesterolemia, dan penyakit katub jantung.

Seringkali pada pasien stroke pasien sudah tidak sadar atau sulit menjawab pertanyaan. Dalam

hal ini kita harus bertanya pada keluarga pasien. Pastikan anda bertanya pada orang yang

serumah dan orang yang ada pada saat kejadian.

6. Pemeriksaan Neurologis lengkap

Meliputi Kekuatan, Tonus, Refleks Fisiologis, dan refleks patologis. Serta Refleks cahaya dan

lateralisasi.

7. Lateralisasi

Lateralisasi sebenarnya merupakan bagian dari Pemeriksaan Neurologis. Namun kadang

pemeriksaan ini dilakukan dengan cara yang kurang lege artis. Biasanya dokter akan meminta

pasien untuk mengangkat tangan dan kakinya satu-persatu dan ditahan oleh tangan sang dokter.

Pemeriksaan dengan cara ini sering meleset karena subjektivitas pemeriksa. Bisa saja skornya

sama-sama 5. Tapi terjadi kelemahan pada satu sisi.

Pemeriksaan yang benar adalah:

- GCS = 3

Angkat kedua tangan penderita bersamaan dan lepaskan secara bersamaan. Sisi yang jatuh

terlebih dahulu adalah sisi yang mengalami kelumpuhan. Begitu juga pada kaki. Fleksikan dan

tekuk lutut penderita. Dan lepaskan secara bersamaan. Sisi di mana kaki jatuh terlebih dahulu

adalah sisi yang menderita kelumpuhan

- GCS sekitar 7 dan respon motorik masih ada

Rangsang dengan rangsang nyeri. Tekan kuku penderita dengan benda yang keras. Jika kita

menekan pada satu sisi dan malah justru sisi lain yang bereaksi, maka sisi yang kita tekan itulah

yang mengalami kelumpuhan

- GCS mendekati 15

Suruh penderita mengangkat tangannya secara bersamaan. Sisi yang tertinggal adalah sisi yang

mengalami kelemahan. Lakukan juga untuk memeriksa kaki. Suruh penderita mengangkat

kakinya secara bersamaan.

8. Edukasi

Berikan pengertian singkat tentang stroke dan prognosisnya. Tentu saja anda tidak mau ada

Page 15: Pemeriksaan Fisik Pada

cerita di masyarakat seperti:

“Sebelum bapak dibawa ke praktek dokter A dia masih bisa berjalan. Tp setelah diobati malah

lumpuh total”.

Point-Point penting

- Jangan pernah menurunkan tensi penderita stroke. Terkecuali tekanan darahnya lebih dari

180/110.

- Jangan memberikan obat-obat seperti warfarin, aspilet, maupun heparin sebelum tegak bahwa

stroke yang terjadi adalah stroke infark. Obat-obatan ini dapat memperparah stroke Hemorrhagic.

- Pastikan semua pasien stroke mendapatkan perwatan inap. Rawat jalan baru boleh dilakukan

setelah fase akut terlewati.merokok juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan stroke selain hipertensi (penyebab terbanyak), DM, hiperkolesterol dan penyakit jantung.Untuk penanganan pasien stroke, penting untuk menilai apakah pasien tersebut stroke hemoragik (SH) atau non hemoragik (SNH) karena penanganannya berbeda. Ada beberapa skor yang bisa kita gunakan (apabila CT-scan kepala belum dilakukan). Saya sering menggunakan Algoritma Gadjah Mada karena ini sangat simpel dan gampang diingat ^^ kategori yang dinilai ada 3:(1) penurunan kesadaran,(2) nyeri kepala,(3) refleks Babinski.SH --> semuanya (+); hanya (1) yang (+); hanya (2) yang (+); (1) & (2) yang (+).SNH --> semuanya (-); hanya (3) yang (+)