pemeriksaan & ddm (1)
DESCRIPTION
pemeriksaan untuk ddmTRANSCRIPT
PEMERIKSAAN
1 Observasi gigi insisivus tetap yang sedang erupsi
Gigi insisivus yang sedang erupsi dapat menunjukan bukti keadaan gigi berdesakan
secara dini. Walaupun overlapping yang sedikit dapat dihilangkan melalui
pertumbuhan yang akan meningkatkan lebar lengkung interkaninus sampai kira-kira
usia 9 tahun, overlap yang nyata dari titik kontak menunjukan bahwa lengkungnya
berjejal. Tanda gigi berdesaakan yang paraah adalah rotasi atau pergeseran dari gigi
yang sedaang erupsi dan resorbsi akar caninus oleh insisivus lateral
2 Pemeriksaan radiografi
Tanda lengkung gigi yang berdesakan dapat terlihat pada radiograf meliputi tumpukan
gigi molar rahang atas dan inklinasi distal dari gigi molar rahang bawah
3 Analisa kebutuhan ruang pada fase gigi campuran
TANDA KLINIS DDM
Disharmoni dentomaksiler dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
1. Tipe berdesakan, merupakan keadaan yang sering dijumpai yaitu ukuran gigi-gigi
yang berukuran besar pada lengkung geligi yang normal, atau ukuran gigi normal
pada lengkung geligi yang kecil sehingga menyebabkan letak gigi berdesakan.
2. Diastema menyeluruh, tidak adanya harmoni antara besar gigi dan lengkung gigi
yaitu ukuran gigi kecil dengan lengkung geligi normal ataupun ukuran gigi normal
dengan lengkung geligi yang besar.
3. Tipe transitoir, ketidakharmonisan erupsi gigi dengan pertumbuhan tulang, yang
menyebabkan gigi berdesakan. DDM tipe transitoir ini bisa terkoreksi seiring
bertambahnya usia karena pertumbuhan tulang rahang dan ukuran gigi tetap, sehingga
keterlambatan pertumbuhan, maka tidak dianjurkan melakukan pencabutan karena
dapat menyebabkan diastema. Untuk mendiagnosa DDM tipe transitoir bisa dilakukan
perbandingan antara gambaran normal gigi geligi saat itu dengan gamaran dari gigi
pasien.
Adapun gejala klinis disharmoni dentomaksiler, yaitu:
1. Fase gigi sulung: tidak ada monkey gaps, yaitu diastema fisiologis gigi sulung antara
gigi I2 dan C.
2. Fase geligi campuran:
- Palatoversi dari I2 rahang atas, ini dikarenakan pada saat I1 rahang atas akan
tumbuh dia meresopsi akar dari i1 dan i2 sulung, sehingga I1 dapat tumbuh
sempurna. Saat I2 akan tumbuh gigi tersebut tidak dapat meresopsi akar dari gigi c
sulung sehingga I2 tumbuh secara palatoversi.
- Gigi C ektostema, ini di karenakan pada saat I2 akan tumbuh, gigi tersebut
meresopsi akar c sulung, kemudian m1 sulung di gantikan oleh P1, jadi saat gigi C
akan tumbuh, gigi tersebut kekurangan tempat. Karena letak benih dari gigi C
berada di labial maka gigi tersebut menjadi labioversi, atau keluar dari lengkung
gigi yang berada (ektostema).
T. D.Foster. Buku Ajar Orthodonsi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2003.