pemeriksaan dan penyidikan pajak.doc

17
1. PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Direktur Jenderal Oajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturang perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan dapat dilakukan melalui dua jenis pemeriksaan, yaitu: a. Pemeriksaan Lapangan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal wajib pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak; atau b. Pemeriksaan Kantor, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya. Pihak yang melakukan penyidikan adalah penyidik dimana penyidik adalah pejabat

Upload: mentoel

Post on 21-Dec-2015

83 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.doc

1. PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data

keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan

suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan. Direktur Jenderal Oajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak dan untuk tujuan lain

dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturang perundang-undangan perpajakan.

Pemeriksaan dapat dilakukan melalui dua jenis pemeriksaan, yaitu:

a. Pemeriksaan Lapangan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan,

tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal wajib pajak, atau tempat

lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak; atau

b. Pemeriksaan Kantor, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal

Pajak.

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang

dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu

membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan

tersangkanya. Pihak yang melakukan penyidikan adalah penyidik dimana penyidik adalah

pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi

wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tujuan penyidik ada

tiga, yaitu: 1) Agar masalah tindak pidanan perpajakan menjadi terang dan jelas; 2)

Menemukan tersangka, dan 3) mengetahui besarnya jumlah pajak yang digelapkan.

2. KETETAPAN PAJAK

Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi:

a. Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

SKPKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,

jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi

administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

Page 2: PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.doc

b. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama

besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit

pajak.

c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

SKPLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran

pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau

seharusnya tidak terutang.

d. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak

yang telah ditetapkan. SKPKBT merupakan koreksi atas surat ketetapan pajak

sebelumnya. SKPKBT baru diterbitkan apabila sudah pernah diterbitkan surat

ketetapan pajak.

Surat ketetapan pajak dapat diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak apabila

berdasarkan hasil pemeriksaan atau penelitian data wajib pajak, bahwa pajak yang

terutang dihitung dan dilaporkan dalam SPT tidak benar, sehingga: 1) Pajak tidak atau

Kurang Dibayar, atau 2) Pajak tidak atau kurang dipotong atau dipungut. Surat Ketetapan

Pajak dapat diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak apabila sampai dengan jangka waktu

lima tahun setelah saat terutang nya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahu pajak

atau tahun pajak.

3. PENAGIHAN PAJAK DAN PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi

utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,

melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa,

mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan,

menjual yang telah disita.

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Dasar hukum melakukan tindakan

penagihan pajak adalah Undang-undang no. 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak

Dengan Surat Paksa. Undang-undang ini mulai berlaku tanggal 23 Mei 1997. Undang-

Page 3: PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.doc

undang ini kemudian diubah dengan Undang-undang no. 19 tahun 2000 yang mulai

berlaku pada tanggal 1 Januari 2001. Pada intinya Undang-undang tersebut bertujuan

untuk:

a. Membentuk keseimbangan antara kepentingan masyarakat wajib pajak dan

kepentingan Negara

b. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat sehingga termotivasi untuk

membayar pajak

c. Meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.

Penagihan dengan surat paksa dilakukan apabila jumlah tagihan pajak tidak atau

kurang bayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran, atau sampai dengan jatuh

tempo penundaan pembayaran atau tidak memenuhi angsuran pembayaran pajak. Apabila

Wajib Pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak dalam waktu sebagaimana

ditentukan dalam surat teguran maka penagihan selanjutnya dilakukan oleh juru sita

pajak.

Pejabat adalah orang yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Juru sita

Pajak, menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat

Perintah Melakukan Penyitaan, Surat Pencabutan Sita, Pengumuman Lelang, dan surat

lain yang diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan Penanggung Pajak.

Jurusita adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan

sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan. Tugas Jurusita

Pajak:

a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus

b. Memberitahukan Surat Paksa

c. Melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah

d. Melaksanakan Penyitaan

e. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.

Langkah-langkah penagihan pajak:

a. Surat Teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang

diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan wajib pajak untuk

melunasi utang pajaknya. Surat tersebut diterbitkan apabila penanggung pajak tidak

melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran.

Page 4: PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.doc

b. Pemberitahuan Surat Paksa dimana memuat surat perintah membayar utang pajak dan

biaya penagihan pajak.

c. Penyitaan adalah tindakan yang dilakukan juru sita untuk menguasai barang milik

penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak.

d. Pelelangan adalah penjualan barang di muka umum yang dipimpin oleh pejabat lelang

dengan cara penawaran harga, secara terbuka/lisan, tertutup/tertulis, yang didahului

dengan pengumuman lelang.

4. SANKSI-SANKSI PAJAK

Sanksi perpajakan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Sanksi Administrasi

Sanksi Administrasi adalah sanksi yang dikenakan kepada wajib pajak karena

melanggar ketentuan yang sifatnya formal atau administratif, dengan demikian

sanksinya lebih ringan dari sanksi pidana. Sanksi administrasi dapat berupa:

Denda, dikenakan karena pelanggaran administrasi wajib pajak, jumlah dendda

bersifat tetap, tidak bertambah setiap bulannya dan tidak mengubah pokok pajak.

Bunga, dikenakan pada jumlah tertentu setiap bulannya. Apabila tidak dibayar

maka jumlah bunga yang harus dibayar akan bertambah terus setiap bulannya.

Kenaikan adalah sanksi administrasi yang sifatnyan tidak bertambah tiap

bulannya akan tetapi mengubah jumlah pokok pajak.

b. Sanksi Pidana

Sanksi pidana adalah sanksi yang dikenakan kepada wajib pajak yang karena

kealpaannya sehingga menimbulkan kerugian bagi negara.

5. RESTITUSI

Restitusi (pengembalian kelebihan pembayaran pajak) terjadi apabila jumlah

kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang

terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang, dengan

catatan wajib pajak tidak punya hutang pajak lain. Proses pengembalian kelebihan

Page 5: PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.doc

pembayaran pajak dapat dilakukan pada jenis pajak PPh, PPN, dan PPnBM, yang

diakibatkan adanya produk hukum berupa SKPLB maupun keputusan keberatan atau

banding yang mengakibatkan pajak yang dibayar menjadi mengalami kelebihan

pembayaran. Proses pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan melalui

tahapan:

Pemeriksaan atau penelitian

Hasil pemeriksaan atau penelitian

Penelitian utang pajak

Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP)

Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP)

Surat Perintah Pencairan Dana (SPPD)

6. TATA CARA KEBERATAN

Keberatan diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di tempat

Wajib Pajak terdaftar, dengan syarat:

a. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan

jumlah pajak yang terutang, jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau jumlah

rugi menurut perhitungan wajib pajak dengan disertai alasan yang menjadi dasar

perhitungan.

b. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong

atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan wajib pajak dan disertai alasan-

alasan yang jelas.

c. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis pajak dan satu tahun/masa pajak.

Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan

penagihan pajak dan keberatan yang tidak memenuhi syarat, dianggap bukan Surat

Keberatan, sehingga tidak diproses.

d. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib Pajak

wajib melunasi pajak yang harus dibayar paling sedikit sejumlah yang disetujui Wajib

Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan

disampaikan.

Page 6: PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.doc

7. TATA CARA BANDING

Upaya hukum yang dilakukan oleh wajib pajak terhadap suatu keputusan yang

dapat diajukan banding berdasarkan peraturan perundang-undangan. Permohonan:

a. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas

paling lama tiga bulan setelah surat keputusan keberatan diterima.

b. Dilampiri salinan surat keputusan keberatan.

c. Diajukan dengan menyertakan alasan-alasan yang jelas dan dicantumkan tanggal

diterima putusan keberatan yang diajukan banding.

d. Diajukan terhadap besarnya jumlah pajak yang terutang.

e. Satu surat banding hanya berlaku untuk satu putusan keberatan.

Wajib pajak yang mengajukan banding, jangka waktu pelunasan pajak yang

diajukan banding tertangguh sampai dengan satu bulan sejak tanggal penerbitan putusan

banding. Penangguhan jangka waktu pelunasan pajak menyebabkan sanksi administrasi

berupa bunga sebesar 2% per bulan.

8. PENGADILAN PAJAK

Pengadilan Pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan

kehakiman bagi Wajib Pajak atau penanggung Pajak yang mencari keadilan terhadap

Sengketa Pajak. Kedudukan Pengadilan Pajak yaitu:

a. Pengadilan pajak berkedudukan di ibukota Negara.

b. Sidang Pengadilan Pajak dilakuakn di tempat kedudukannya.

c. Apabila dipandang perlu dapat dilakukan di tempat lain yang ditetapkan oleh Ketua.

Kekuasaan Pengadilan Pajak yaitu:

a. Pengadilan Pajak merupakan pengadilan tingkat pertama dan terakhir dalam

memeriksa dan memutus Sengketa Pajak oleh karenanya putusan Pengadilan Pajak

tidak dapat diajukan Gugatan ke Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara atau

Badan Peradilan lain, kecuali putusan berupa "tidak dapat diterima" yang menyangkut

kewenangan/kompetensi

b. Pengadilan pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus Sengketa

Pajak

Page 7: PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.doc

c. Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas

keputusan keberatan kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

d. Pengadilan Pajak dalam hal Gugatan memeriksa dan memutus sengketa atas

pelaksanaan penagihan Pajak atau Keputusan pembetulan atau, Keputusan lainnya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 dan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

e. Pengadilan Pajak mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada

pihak-pihak yang bersengketa dalam sidang-sidang Pengadilan Pajak.

f. Pengadilan Pajak dapat memanggil atau meminta data atau keterangan yang berkaitan

dengan Sengketa Pajak dari pihak ketiga sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

9. PENINJAUAN KEMBALI PAJAK

Apabila pihak yang bersangkutan tidak/belum puas dengan putusan Pengadilan

Pajak, maka pihak yang bersengketa dapat mengajukan Peninjauan Kembali kepada

Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak dan hanya dapat diajukan satu kali. Alasan-

alasan Peninjauan Kembali yaitu:

a. Putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada kebohongan atau tipu muslihat;

b. Terdapat bukti tertulis baru penting dan bersifat menentukan;

c. Dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari yang dituntut;

d. Ada suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya;

e. Putusan nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Jangka Waktu Peninjauan Kembali yaitu:

a. Permohonan Peninjauan Kembali dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam angka

1 dan 2 diajukan paling lambat 3 bulan sejak diketahuinya kebohongan atau tipu

muslihat atau ditemukan bukti tertulis baru;

Page 8: PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.doc

b. Permohonan Peninjauan Kembali dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam angka

3, 4, dan 5 diajukan paling lambat 3 bulan sejak putusan dikirim oleh Pengadilan

Pajak.

Page 9: PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.doc

KASUS

Pemohon Banding : PT ABC Fashion Industries

Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23

Pokok Sengketa : Koreksi positif objek Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran sewa

sebesar Rp62.600.000,00

Menurut Pihak Terbanding Atas Kasus Pengadilan Pajak :

Dalam berkas banding terdapat bukti-bukti yang telah dilegalisir Kantor Pelayanan Pajak

Bandung Karces yaitu:

1. Perjanjian sewa menyewa tertanggal 30 Oktober 1993 yang antara lain menjelaskan bahwa

jumlah uang sewa Rp62.600.000,00 akan dibayarkan pada tanggal 30 Oktober 1993 dan surat

perjanjian tersebut berlaku sebagai bukti pembayaran.

2. Bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 tanggal 2 September 1993 atas

pembayaran :

a. Sewa Rp 25.927.511,00 x 15% = Rp 3.889.127,00

b. Bunga Rp 62.600.000,00 x 15% = Rp 9.390.000,00

Jumlah Rp 13.279.127,00

3. Bukti setoran sebesar Rp13.279.127,00, disetor melalui Bank Bali pada tanggal 3 September

1993.

4. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 tanggal 2 September 1993, diterima

Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat pada tanggal 4 September 1993.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, baik dalam Surat Ketetapan Pajak Pajak

Penghasilan Pasal 23 nomor : 00005.203.92.422.93 tanggal 5 Oktober 1993 maupun surat

keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor : KEP.001/WPJ.07/KP.1109/SKP.PPH.23/94

tanggal 7 Januari 1994 terdapat kesalahan penerapan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Menurut Pihak Pemohon Atas Kasus Pengadilan Pajak : Perusahaan Pemohon pada tahun 1991

telah membebankan biaya sewa untuk masa 3 tahun dan sewa berakhir pada bulan Oktober 1993

sebesar Rp62.600.000,00, meskipun biaya sewa belum Pemohon lunasi, akan tetapi sesuai

dengan Pasal 23 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983, Pemohon telah memungut dan

menyetorkan Pajak Penghasilan Pasal 23 sebesar Rp9.390.000,00 pada bulan September 1993

untuk masa sewa 3 tahun.

Page 10: PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.doc

Sehubungan dengan hal tersebut, Pemohon berpendapat tidak lagi terutang Pajak

Penghasilan Pasal 23 atas sewa gedung. Pendapat Majelis Pengadilan Pajak : Menurut Pemohon

, Pajak Penghasilan Pasal 23 dari pembayaran sewa sebesar Rp62.600.000,00 telah

Pemohon pungut dan setorkan dan dalam surat banding telah dilampirkan bukti

pemotongannya. Dalam surat uraian banding, Terbanding telah menerima bukti yang

dilampirkan Pemohon dan mengakui telah terjadi kesalahan penerapan undang-undang

perpajakan dan mengusulkan untuk menerima permohonan banding pemohon, oleh karenanya

tidak ada lagi sengketa pajak.

KASUS SENGKETA PAJAK

Asian Agri Sambut Penanganan Transparan

Kasus perselisihan pajak yang menimpa Asian Agri akhirnya sampai ke tangan Presiden.

Pekan lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta kasus tersebut ditangani secara

transparan, akuntabel, dan tidak ada yang disembunyikan. Asian Agri juga diminta

menyelesaikan masalah tersebut, apabila ada perselisihan dan kewajiban yangbelum dipenuhi.

"Kalau dispute, jangan digantung. Selesaikan," kata Presiden sebagaimana disampaikan Menteri

Sekretaris Negara Hatta Rajasa.

Atas sikap tersebut, pihak Asian Agri menyambut dengan baik. "Kami menyambut baik

arahan Bapak Presiden sebagaimana disampaikan Bapak Hatta Rajasa pada Kamis lalu seusai

berkunjung ke Bandung, Jawa Barat," kata Direktur Utama PT Inti Indosawit Subur (DS), anak

perusahaan Asian Agri Semion Tarigan.

"Arahan Bapak Presiden sangat sejalan dengan filosofi perpajakan yang kita kenal,

bahwa fungsi pajak adalah fungsi bujeter untuk penerimaan negara. Sehingga Pasal 12 ayat (3)

UU KUP menegaskan apabila ditemukan adanya SPT yang tidak benar, Direktur Jenderal Pajak

menerbitkan surat ketetapan pajak sebagai koreksi atas SPT yang tidak benar tersebut." Dia

melanjutkan, keinginan Presiden adalah harapan pihak Asian Agri yang sejak awal telah

meminta agar Direktorat Jenderal Pajak memberikan perhitungan secara transparan apabila

terdapat koreksi pajak.

Mereka yakin, apabila proses ini diikuti akan memberikan kepastian hukum yang

mendorong terciptanya iklim kondusif bagi dunia usaha. "Karena kami dapat mengembangkan

Page 11: PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.doc

operasi usaha dengan baik," kata Direktur Funadi Wongso, Direktur I1S. Adapun kasus sengketa

pajak yang diduga dilakukan Asian Agri diawali adanya laporan yang dilakukan Vincentius

Amin Sutanto (VAS), mantan Financial Controller Asian Agri, pada akhir 2006. Pada waktu itu

VAS yang tertangkap Polda Metro Jaya setelah membobol dana Asian Agri Rp30 miliar

memberikan informasi dugaan manipulasi pajak yang ddakukan Asian Agri tahun buku 2002-

2005. Dirjen Pajak selanjutnya melakukan pemeriksaan pajak Asian Agri dugaan manipulasi

pajak sejak 19 Januari 2007.

Menurut perhitungan Dirjen Pajak dugaan manipulasi pajak Asian Agri menyebabkan

kerugian Negara mencapai Rp. 1,3 Triliun. "Hingga saat ini klien telah berulang-ulang menyurati

Ditjen Pajak untuk diberikan perhitungan yang dikatakan di koran itu. Namun belum pernah

diberikan. Jadi, bagaimana mau bayar?" tanya kuasa hukum Asian Agri, Yan Apul. Sementara

itu, Kepala Subdirektorat Penyidikan Dirjen Pajak Pantas Pane mengatakan, saat ini pihaknya

sedang meneliti dokumen yang disita.

Page 12: PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.doc

Referensi

http://dueeg.blogspot.com/2010/11/banding-dan-sengketa-pajak.html

http://memebali.blogspot.com/2013/04/perpajakan-ketentuan-umum-dan-tata-cara.html