pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik timatex ditinjau dari hukum islam dan...
TRANSCRIPT
i
PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN PABRIK
TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG
PERLINDUNGAN ANAK
(Studi Kasus Perumahan Manunggal, Desa Karangtengah, Kecamatan
Tuntang, Kabupaten Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
„Umar AlFaruk
NIM : 21114007
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
ii
iii
PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN PABRIK
TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG
PERLINDUNGAN ANAK
(Studi Kasus Perumahan Manunggal, Desa Karangtengah, Kecamatan
Tuntang, Kabupaten Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
„Umar AlFaruk
NIM : 21114007
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
iv
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN PABRIK
TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG
PERLINDUNGAN ANAK
(Studi Kasus Perumahan Manunggal, Desa Karangtengah, Kecamatan
Tuntang, Kabupaten Semarang)
Oleh:
„Umar AlFaruk
NIM : 21114007
Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari ...., tanggal ...., dan telah
dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam
hukum Islam
Dewan Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang : Dr. H. Muh. Irfan Helmy Lc., MA. ttd......................
Sekretaris Sidang : Heni Satar Nuraida, S.H, M. Si. ttd......................
Penguji I : Dr. Ilyya Muhsin, S. HI., M.Si. ttd......................
Penguji II : Tri Wahyu Hidayati, M. Ag. ttd......................
Salatiga, 26 September 2018
Dekan Fakultas Syari‟ah
Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.
NIP.19670115 199803 2 002
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS SYARI’AH
v
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan
dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : „Umar AlFaruk
NIM : 21114007
Judul :PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN
PABRIK TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014
TENTANG PERLINDUNGAN ANAK
(Studi Kasus Perumahan Manunggal, Desa
Karangtengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang)
Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan
dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan
digunakan sebagimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 4 September 2018
Pembimbing,
Evi Ariyani, S.H., M.H.
NIP. 19731117 200003 2007
vi
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : „Umar AlFaruk
NIM : 21114007
Jurusan : Hukum Keluarga Islam
Fakultas : Syari‟ah
Judul Skripsi : PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN
PABRIK TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM
ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35
TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK
(Studi Kasus Perumahan Manunggal, Desa Karangtengah,
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang)
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 4 September 2018
Yang menyatakan
„Umar AlFaruk
NIM: 21114007
vii
MOTTO
Barangsiapa Ingin Mutiara Harus Berani Terjun Dilautan Yang Dalam
~Ir. Soekarno~
viii
Persembahan
Sebagai tanda baktiku
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
Yang Pertama,
Kedua Orang Tuaku yang selama ini mendo‟akan dan mendukungku ibukku
Ismiyatul Ulfah dan Ayahku Masykur
Yang Kedua,
Keluarga Besarku kakak-kakakku dan adik-adikku
Yang Ketiga,
Kampusku IAIN Salatiga
Yang Keempat,
Untuk Teman-teman seperjuangku Hukum Keluarga Islam
Yang Kelima,
Untuk semua yang telah mendo‟akanku dan mendukungku
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
atas segala limpahan nikmat, karunia, serta hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa terhatur
dan tercurahkan kepada Khatamul Anbiya‟ wal Mursalin (penutup para Nabi dan
Rasul) baginda Nabi Muhammad SAW, beserat keluarga, sahabat, dan
pengikutnya serta orang-orang yang mencintainya, hingga Yaumil Qiyamah,
islam, ihsan, istikamah daam beribadah dan dibimbig oleh Allah SWT dan pada
akhirnya jika kita dipanggil menghadap Allah SWT menetapi „Alaar-Ridha wa
Khusnil Khaimah, Aamin yaa Rabbal „Alamiin.
Penyusunan skripsi adalah salah syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Hukum pada Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pemenuhan Hak-
Hak Anak Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
Perumahan Manunggal Desa Karangtengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang)”. Sebagai hamba yang lemah dan banyak kesalahan penulis menyadari
bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang ikut serta yang
memberikan bantuan moral maupun materiil. Oleh karenanya dengan kerendahan
hati perkenankan penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.
3. Bapak Sukron Makmun, S.H., M.Si. selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga
Islam.
4. Evi Ariyani, S.H., M.H. selaku pembimbing pembuatan skripsi.
5. Bapak Suwarno, S.Pd, M.Or. selaku Ketua RW Perumahan Manunggal
Sejahtera beserta warganya.
6. Edris Akhmadi. S.H. selaku Kepala Divisi Umum/Personalia beserta staffnya.
x
7. Para Dosen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat di Institut Agama
Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga.
8. Teman-teman yang selalu mendo‟akan dan memberi bantuan.
9. Segenapkan pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu-persatu.
Semoga amal dan bantusn dibalas jasanya oleh Allah SWT. Penulis
menyadari dalam penyusunan sripsi ini banayak kekurangan, untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi memperbaiki
skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi Almamater dan
semua pihak yang membutuhkannya. Atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih.
Salatiga, 3 September 2018
Penulis
xi
ABSTRAK
AlFaruk, Umar. 211-14-007. 2018. Pemenuhan Hak-Hak Anak Karyawan Pabrik
Timatex Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Perlindungan Anak. Skripsi, Syariah, Hukum Keluarga Islam, IAIN
Salatiga. Evi Ariyani, S.H., M.H.
Kata Kunci : Hak Anak dan Hukum Islam
Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1)
bagaimana bentuk pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex? (2)
bagaimana tinjauan Hukum Islam dan UU NO. 35 Tahun 2014 terhadap pemenuhan
hak-hak anak karyawan pabrik Timatex?.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, pendekatan
yuridis normatif dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu observasi,
wawancara dan dokumentasi. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Karangtengah
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
Ada beberapa bentuk pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex
yang dilakukan diperumahan Manunggal sesuai dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 Perlindungan Anak yaitu pengasuhan dilakukan bergantian,
dibolehkan bermain dengan batas waktu tertentu, terkadang pergi berlibur
bersama, kesehatan terjamin ditopang dari Puskemas dan BPJS Pabrik, semua
anak mengenyam pendidikan. Sedangkan menurut Hukum Islam anak diajarkan
orangtua, TPA, atau orang yang faham untuk membaca Al-Qur‟an, Penyusuan
berjalan dengan baik, tidak ditemukan nama-nama yang menyimpang dari syariat
bahkan norma masyarakat, didominasi dengan bahasa Arab dan Jawa. Keakraban
dengan anak terjalin dengan sering adanya waktu untuk diskusi, keadaan warga
sekitar yang rukun dan toleransi yang tinggi. Memberikan sanksi kecil tanpa ada
kekerasan melalui kontak fisik, hanya memberikan nasehat untuk keputusan
diserahkan ke anak, ibu turut mencari nafkah, tidak ditemukan eksploitasi anak di
perumahan Manunggal.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
NOTA PEMBIMBING...........................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................................iv
MOTTO....................................................................................................................v
PERSEMBAHAN...................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
ABSTRAK............................................................................................................viii
DAFTAR ISI............................................................................................................x
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah..............................................................1
2. Fokus Penelitian...........................................................................8
3. Tujuan Penelitian.........................................................................8
4. Kegunaan Penelitian....................................................................9
5. Penegasan Istilah.........................................................................9
6. Telaah Pustaka...........................................................................10
7. Metode Penelitian......................................................................12
8. Sistematika Penulisan................................................................17
BAB II : Tinjauan Pustaka
1. Pengertian anak.........................................................................18
2. Hak-Hak Anak Menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun
2014...........................................................................................21
3. Hak-Hak Anak Menurut Hukum Islam.....................................26
4. Hak dan kewajiban Karyawan dalam UU Ketenagakerjaan......31
BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian
1. Gambaran Umum PT. Tiga Manunggal....................................40
2. Gambaran Umum Perumahan Manunggal................................43
3. Hak dan Kewajiban Karyawan Pabrik......................................51
xiii
4. Pemenuhan Hak Anak Karyawan Pabrik diPerumahan
Manunggal................................................................................59
BAB IV : Pembahasan
1. Bentuk Pemenuhan Hak-Hak Anak Karyawan Pabrik Timatex
Ditinjau Dari Undang-Undang Perlindungan Anak...................63
2. Bentuk Pemenuhan Hak-Hak Anak Karyawan Pabrik Timatex
Ditinjau Dari Hukum Islam.......................................................68
BAB V : Penutup
1. Kesimpulan................................................................................75
2. Saran..........................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................79
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang
belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan
keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang
dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa
(https://id.wikipedia.org/wiki/Anak, diakses pada tanggal 25 oktober 2017).
Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa
bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan
periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun tahun sekolah
dasar(Fase fase Perkembangan Manusia oleh Wayback Machine (berkas 2014-01-
08)).
Pada saat lahir seorang anak tidak masuk kedalam sebuah lingkungan yang
alami, tetapi dia masuk kedalam lingkungan yang telah banyak dimodifikasi oleh
manusia. Ini adalah sebuah lingkungan yang asing yang telah dibentuk oleh
manusia dengan mengorbankan alam, karena hasrat mereka untuk memperoleh
bagi diri mereka sendiri cara-cara hidup yang lebih mudah (Montessori, 2016:
31). Ketika seorang anak lahir setiap orang begitu peduli dengan keadaan ibu. Ia
telah mengalami kesengsaraan. Tetapi tidakkah anak mengalami kesengsaraan?
Perawatan diberikan untuk melindungi ibu dari cahaya dan kebisingan. Begitu
2
pun dengan anak yang diberikan perhatian yang sama, bahkan lebih dari perhatian
kepada ibunya. Dengan sosok ibu yang di kenal anak sejak dalam kandungan,
membuat anak mempunyai kedekatan batin yang sangat kuat, sehingga anak yang
keluar kedunia, secara otomatis dekat kepada ibunya terlebih dahulu. Meskipun
ayah yang berperan penting dalam penciptaan secara biologis, akan tetapi dari
intensitas waktu yang lama anak dalam kandungan, maka ikatan secara batin dan
keakraban anak sangat intim kepada ibu. Peran ayah juga diperlukan oleh anak,
melalui penanaman moral dan figur ibu pengganti yang mengerti kebutuhan anak
saat ibu pergi bekerja.
Orangtua seorang anak bukanlah penciptanya tetapi penjaga dan
pelindungnya. Mereka harus melindungi dan memiliki kepedulian yang mendalam
terhadapnya seperti orang yang mengemban kepercayaan yang sangat kuat. Untuk
misi mereka yang mulia tersebut, orangtua anak harus memurnikan cinta dalam
hari mereka dan harus berusaha memahami bahwa cinta ini merupakan ekpresi
sadar dari sebuah sentimen yang mendalam yang tidak boleh terkontaminasi oleh
kepentingan diri. Para orangtua harus pihatin dan peduli terhadap persoalan sosial
yang besar pada hari ini perjuangan untuk memperoleh sebuah pengakuan
terhadap hak-hak dari anak-anak didunia ini (Montessori, 2016: 312).
Saat tumbuhkembang seseorang dari anak sampai dewasa, membutuhkan
waktu yang lama serta membutuhkan sesosok figur yang lebih dekat secara hati
nurani, yaitu sosok ibu. Meskipun sosok bapak tidak kalah penting di dalamnya.
Jangan sampai anak merasa menjadi inang yang menempel pada pohon, dan
merasa akan keberadaannya sebagai anak terlantar. Sebab terlalu menyusahkan
3
orangtua, serta penelantaran demikian dari terlalu menurutkan kemauan anak-
anak, sebab diwaktu anak kecil ditelantarkan di waktu selanjutnya menjadi
penjahat(Ardian, 1988: 107).
Akan tetapi dengan jeratan ekonomi yang memaksa kedua orangtua untuk
mencari nafkah, maka perhatian terhadap keluarga, khususnya anak kurang
maksimal. Tambahan akan itu yaitu dalam UU No. 13 TAHUN 2003 tentang
Ketenagakerjaan pasal 82 ayat 1. “Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh
istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan
1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter
kandungan atau bidan”. Hal ini membatasi libur karyawati yang sedang
mengandung dan cuti bagi karyawan, sedangkan dalam undang-undang
perlindungan anak banyak hak-hak anak sudah tertulis jelas tentang kebutuhan
anak terhadap orangtua disaat tumbuh kembangnya. Sehingga dalam
pemeliharaan anak terjadi pergeseran wewenang. Pergeseran disini anak
pelimpahan wewenang pengasuhan anak kepada orang terdekat atau pihak
keluarga yang dipercayai dapat membimbing dan mengawasi anak selama sang
ibu bekerja. Sedangkan disaat negara Cina melaksanakan program keluarga
berencana tahun 1950-an, para pemimpinnya, tanpa henti menegaskan bahwa
negara itu tidak punya masalah penduduk. Sebabnya keluarga berencana ialah
untuk memungkinkan wanita bekerja dan dengan demikian turut menyumbang
tenaga untuk membangun negara. Sekarang perencana lain: diharapkan kalau
wanita bekerja angka kelahiran akan turun, dan dengan demikian meringankan
usaha untuk mencapai kemakmuran (Eckholm, 1984: 57).
4
Sekarang ini, telah diberikan fasilitas yang baik akan kesehatan dan
keamanan karyawan pabrik. Yang diharapkan mampu mensejahterakan kedua
belah pihak, yaitu segi pemenuhan target kerja dan kesehatan karyawan. Yang
berimbaskan pada kesehatan keluarga berupa psikis maupun biologis. Dengan
terjaganya psikis karyawan yang memiliki anak, mampu mengasuh anak dengan
baik melalui kasih sayang tanpa adanya kekerasan dan keegoisan orangtua yang
berlebihan terhadap anak. Yang ditakutkan dapat menganggu pertumbuhan psikis
anak.
Telah banyak disuarakan pada tahun ini tentang hak-hak manusia dan
khususnya hak-hak dari para pekerja, tetapi sekarang adalah waktunya berbicara
hak-hak sosial dari anak-anak. Pengakuan terhadap hak-hak pekerja memiliki
pengaruh yang sangat penting bagi masyarakat karena hanyalah dengan
perjuangan manusia, kemanusiaan dapat dipertahankan. Tetapi jika pekerja
memproduksi apa yang dikonsumsi oleh manusia dan menjadi kreator dari
berbagai benda, anak memproduksi kemanusiaan itu sendiri dan konsekuensinya
hak-hak mereka lebih patut untuk diakui. Terbukti bahwa manusia harus
memberikan perawatan yang paling besar pada anak-anak sehingga pada
gilirannya ia dapat menerima dari anak-anak tersebut energi-energi dan potensi-
potensi baru (Montessori, 2016: 313).
Dalam Islam, eksistensi anak melahirkan adanya hubungan vertikal
dengan Allah Penciptanya, dan hubungan horizontal dengan orang tua dan
masyarakatnya yang bertanggungjawab untuk mendidiknya menjadi manusia
yang taat beragama. Walaupun fitrah kejadian manusia baik melalui pendidikan
5
yang benar dan pembinaan manusia yang jahat dan buruk, karena salah asuhan,
tidak berpendidikan dan tanpa norma-norma agama Islam.
Anak sebagai amanah dari Allah, membentuk 3 dimensi hubungan, dengan
orang tua sebagai sentralnya. Pertama, hubungan kedua orang tuanya dengan
Allah yang dilatarbelakangi adanya anak. Kedua, hubungan anak (yang masih
memerlukan banyak bimbingan) dengan Allah melalui orang tuanya. Ketiga,
hubungan anak dengan kedua orang tuanya di bawah bimbingan dan tuntunan dari
Allah. Dalam mengemban amanat dari Allah yang mulia ini, berupa anak yang
fitrah beragama tauhidnya harus dibina dan dikembangkan, maka orang tua harus
menjadikan agama Islam, sebagai dasar untuk pembinaan dan pendidikan anak,
agar menjadi manusia yang bertaqwa dan selalu hidup di jalan yang diridhoi oleh
Allah SWT dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun juga keadaannya,
pribadinya sebagai manusia yang taat beragama tidak berubah dan tidak mudah
goyah.
Kehidupan keluarga yang tenteram, bahagia, dan harmonis baik bagi orang
yang beriman, maupun orang kafir, merupakan suatu kebutuhan mutlak. Setiap
orang yang menginjakkan kakinya dalam berumah tangga pasti dituntut untuk
dapat menjalankan bahtera keluarga itu dengan baik. Kehidupan keluarga
sebagaimana diungkap di atas, merupakan masalah besar yang tidak bisa dianggap
sepele dalam mewujudkannya. Apabila orang tua gagal dalam memerankan dan
memfungsikan peran dan fungsi keduanya dengan baik dalam membina hubungan
masing-masing pihak maupun dalam memelihara, mengasuh dan mendidik anak
6
yang semula jadi dambaan keluarga, perhiasan dunia, akan terbalik menjadi
bumerang dalam keluarga, fitnah dan siksaan dari Allah.
Dalam ayat lain Allah berfirman;
Q.S.at-Tahrim/66:6
ت غلظ يا أيها الذين آمنىا قىا أنفسكم وأهليكم نارا وقىدها الناس والحجارة عليها ملئك
ما أمزهم ويفعلىن ما يؤمزون شداد ل يعصىن الل
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”(Q.S.at-Tahrim/66:6), (http://syahronisiregar140.blogspot.co.id,
diakses pada tanggal 27 Oktober 2017).
Dengan demikian mendidik dan membina anak beragam Islam adalah
merupakan suatu cara yang dikehendaki oleh Allah agar anak-anak kita dapat
terjaga dari siksa neraka. Cara menjaga diri dari api neraka adalah dengan jalan
taat mengerjakan perintah-perintah Allah. Oleh karena itu pada setiap muslim,
pemberian jaminan bahwa setiap anak dalam keluarga akan mendapatkan asuhan
yang baik, adil, merata dan bijaksana, merupakan suatu kewajiban bagi kedua
orang tua. Lantaran jika asuhan terhadap anak-anak tersebut sekali saja kita
abaikan, maka niscaya mereka akan menjadi rusak. Minimal tidak akan tumbuh
dan berkembang secara sempurna (https://maunur.wordpress.com/artikel/pola-asuh-
dalam-persektif-ajaran-islam, di akses 29 oktober 2017).
Peraturan negara Indonesia sendiri, dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang perlindungan anak menyebutkan “perlindungan anak bertujuan untuk
7
menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan diskriminasi, demi terwujudnya anak
indonesia yang berkualitas, berakhlakul mulia, dan sejahtera”. Serta di perinci di
pasal selanjutnya, akan hak dan juga kewajibannya.
Di kala perempuan turut menjadi sumber penghasilan tambahan, maka
dengan otomatis kewajibannya sebagai ibu rumah tangga tidak berjalan dengan
baik, seperti dalam bahasa Jawa dikatakan perempuan itu masak, macak, manak.
Maka pantanglah perempuan Jawa yang sudah berkeluarga meninggalkan
tanggungjawabnya. Dengan seiring zaman, dan persamaan derajat dengan kaum
laki-laki, perempuan juga turut mencari nafkah untuk keluarga. Membuat
penjagaan dan pengasuhan sebagai bapak dan ibu menjadi semakin berkurang,
hanya saja dengan waktu bekerja yang tidak sama membuat waktu bersama anak
mampu bergantian. Apabila bekerja diwaktu yang sama, anak dapat dipastikan
akan mendapat pengasuhan dari orang lain yaitu bisa berupa kakek nenek dari
pihak istri atau suami, tetangga atau boleh jadi tempat penitipan anak yang sudah
marak beroprasi di kota-kota indutri.
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga tetap
menjadi kelompok pertama (primary group) tempat meletakan dasar kepribadian
di dalam keluarga. Meskipun dengan peran ganda, bapak sebagai kepala keluarga,
juga sebagai pekerja serta ibu sebagai ibu rumah tangga harus membantu
menopang kebutuhan keluarga yaitu dalam pembahasan ini, orangtua menjadi
8
karyawan pabrik yang harus berjalan seimbang. Ditopang dari kemauan orangtua
dan kebijakan pabrik.
Dari berbagai fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai terjadinya kurang pemenuhannya hak-hak anak karyawan
pabrik . Penulis akan meneliti hal tersebut dengan judul “PEMENUHAN HAK-
HAK ANAK KARYAWAN PABRIK TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM
ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG
PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus Perumahan Manunggal Desa
Karangtengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang)”
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik
dilingkungan perumahan. Adapun fokus penelitian yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana bentuk pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex?
2. Bagaimana tinjauan Hukum Islam dan UU NO. 35 Tahun 2014 terhadap
pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bentuk pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex
2. Mengetahui tinjauan Hukum Islam dan UU NO. 35 Tahun 2014 terhadap
pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex.
9
D. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah:
1. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini akan dapat memberikan sumbangan
khasanah keilmuan khususnya dikampus IAIN Salatiga dan perguruan
tinggi lainnya yang di harapkan sebagai rujukan penelitian yang
selanjutnya, berkenaan dengan hak-hak anak terhadap orang tuanya yang
bekerja sebagai karyawan pabrik.
2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu
memecahkan permasalahan di masyarakat ataupun memberi saran kepada
orangtua yang bekerja sebagai karyawan pabrik yang berkenaan dengan
pemenuhan hak-hak anak.
E. Penegasan Istilah
Untuk mendapatkan kejelasan judul diatas, penulis perlu memberikan
penegasan dan batasan terhadap istilah-istilah yang ada. Istilah tersebut adalah:
1. Hak merupakan unsur normative yang berfungsi sebagai pedoman
berperilaku, melindungi kekebalan dan kebebasan, serta menjamin
adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan
martabatnya (Srijanti, 2007: 16).
2. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan ( Pasal 1 Ayat
1 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak)
10
3. Hukum Islam adalah syariat yang berarti hokum-hukum yang
diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang
Nabi, baik hubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun
hokum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) (
http://www.sarjanaku.com/pengertian -hukum-islam-syariat-islam.html
diakses pukul 20.00 WIB minggu, 1 April 2018).
F. Telaah Pustaka
Penerapan hak-hak anak terkurangi seiring dengan jam terbang orangtua
yang lebih meluangkan waktu untuk bekerja di tempat kerjanya. Dengan
keterbatasan waktu yang dimiliki orangtua dalam mengasuh, melindungi,
mendidik anak membuat hak-hak anak lainnya kurang tercukupi. Dengan kurang
lengkapnya perhatian dan intensitas pertemuan yang terbatas, membuat anak
mencari perhatian diluar lingkungan keluarga, yang belum tentu baik untuknya.
Banyak diantara orang tua yang bekerja di pabrik „kewalahan‟ dalam
melaksanakan tugas mereka dalam pengasuhan anak. Maka dari itu banyak
pengasuhan dan peran orangtua yang lainnya digantikan oleh anggota keluarga
yang lain bahkan dilimpahkan kepada Lembaga Pengasuhan Anak yang semakin
hari, semakin bermunculan dikota-kota besar, khususnya di kota industri seperti
ini. Meskipun adanya pengasuhan selain orang tua, yaitu dari pihak keluarga,
tetangga yang dipercaya ataupun lembaga pengasuhan anak, tetap saja peran
orang tua tidak bisa digantikan oleh siapapun. Karena peran orang tua sangat
berpengaruh sekali dalam pola perkembangan anak.
11
Pembicaraan pengasuhan anak memang tidak terlalu disinggung oleh
aturan di Indonesia, meskipun di Kompilasi Hukum Islam adanya pasal 98-106
hanya menerangkan kepada hak anak terhadap hukum islam di indonesia, tidak
secara ekplisit menjelaskan pola asuh secara jelas. Sama halnya dengan Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak yang secara jelas
menerangkan hak-hak dan kewajiban anak yaitu dalam pasal 4-19 yang
diharapkan memperoleh perlindungan khusus dari segi fisik maupun psikis.
Sholechah dalam skripsinya yang berjudul Istri Karier dalam Perspektif
Hukum Islam menyatakan bahwa secara perspektif ulama‟ tentang kebolehan
seorang istri berkarier, asalkan dapat memenuhi kewajibannya sebagai istri yang
mengurusi tugas-tugasnya sebagai ibu rumahtangga dan dapat menjaga
kehormatannya meskipun berada diluar rumah. Sedangkan dalam penelitian ini,
lebih cenderung kepada hak-hak anak yang kurang dipenuhi, dikarenakan
orangtua khususnya ibu sebagai tulang punggung dan juga sosok ibu
rumahtangga.
Rahmad Bayu Anggoro yaitu dalam skripsinya yang berjudul Pengasuhan
Anak oleh Narapidana dalam Perspektif Hukum Islam dan UU NO. 35 Tahun
2014 menyatakan bahwa bentuk pengasuhan anak dari seorang narapidana,
meskipun dengan masa lalu yang kelam akan tindak kriminalnya. Seorang bapak
yang dulunya seorang narapidana, mampu membesarkan anaknya dengan layak
dan sewajarnya sesuai anak seusianya. Sedangkan dalam penelitian ini, bukan
membahas pengasuhan saja, akan tetapi juga hak-hak anak yang lain, dan juga
objek yang diteliti adalah ibu yang bekerja sebagai karyawan pabrik.
12
Ana Nur Filiya dalam skripsinya yang berjudul Hubungan Tumbuh
Kembang Anak dengan Pola Asuh Ibu Bekerja menyatakan bahwa ibu Bekerja
memiliki peran ganda yaitu bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. Dengan hal
tersebut membuat peran ibu kurang optimal dalam tumbuh kembang anak. Di
karenakan peran ibu sangat penting dipertumbuhan anak apalagi di masa usia 0-5
tahun, yang masih sangat membutuhkan kasih sayang dan perawatan dari ibu
biologisnya. Dalam penelitiannya fokus kepada anak TK yang ibunya bekerja.
Sedangkan dalam penelitian ini, membahas bukan hanya pengasuhan dan bukan
termasuk pendekatan psikologi. Penelitian ini memiliki pendekatan yuridis
normatif dan mencakup berbagai hak-hak anak. Dapat dikatakan bukan hanya
pengasuhan anak saja, akan tetapi dapat meliputi pendidikan, perlindungan,
penghidupan dan lain sebagainya.
G. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Untuk pemecahan masalah penelitian ini, peneliti menggunakan
jenis atau sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu yang
mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum
dalam pelaksanaannya didalam masyarakat yang berkenaan objek
penelitian (Ali, 2009: 105). Turut serta didalam penelitian ini hukum islam
yang menjadi sumber penelitian.
13
Dalam melakukan penelitian, bentuk pendekatan yang digunakan
adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif membahas doktrin-
doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum (Ali, 2009: 24).
2. Data dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data kualitatif. Data
kualitatif yang dimaksud adalah terdiri dari dua sumber, yaitu:
a. Sumber data Primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan
secara langsung oleh peneliti yang ditemukan langsung dari
sumbernya, yaitu orangtua dan anggota keluarga yang lain yang
bertempat tinggal di perumahan Manunggal, pegawai pabrik
Timatex. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan yaitu
wawancara, observasi, dan diskusi terfokus.
b. Sumber data sekunder / pendukungnya adalah semua publikasi
tentang hukum yang merupakan dokumen yang tidak resmi.
Publikasi tersebut terdiri atas skripsi, tesis, dan desertasi serta
ensiklopedia, jurnal, surat kabar dan sebagainya (Ali, 2009: 54).
3. Kehadiran Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis sebagai pengumpul data sekaligus
sebagai instrument lain yang menjadi pendukung berupa alat perekam, alat
tulis, dokumentasi. Maka dari itu penulis melakukan observasi langsung
ke lapangan, serta berperan penuh dalam partisipasi dengan keadaan yang
14
terjadi.dengan membaur pada objek yang ingin diteliti. Kehadiran penulis
sebagai penelitian diketahui statusnya sebagai peneliti.
4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah perumahan Manunggal Desa
Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Karena pada
Masyarakat tersebut berkumpul mayoritas keluarga berupa suami istri
yang bekerja sebagai Karyawan Pabrik di PT. Timatex Salatiga serta
masih memiliki anak di bawah umur.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam bagian ini diuraikan teknis pengumpulan data yang
digunakan, misalnya observasi partisipan, wawancara mendalam, dan
dokumentasi dan studi pustaka (Amrullah, 2013: 42).
a. Observasi
Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan
pencatatan secara langsung dengan sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang diselidiki.. Dengan cara mengambil contoh 10 KK
karyawan PT. Timatex yang masih memiliki anak berusia 18 tahun
kebawah setelah itu dilakukan wawancara sesuai dasar hukum yang
penulis miliki. Pencatatan, merekam suara, serta foto warga
perumahan Manunggal secara langsung. Hal ini digunakan untuk
memperoleh data dari Karyawan Pabrik akan pemenuhan hak-hak
anak.
15
b. Wawancara
Yaitu merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi dalam
proses ini hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang
berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor
tersebut adalah : pewawancara, topik penelitian yang tertuang
dalam pertanyaan, dan situasi wawancara. Yang diwawancara
adalah:
1) Warga perumahan Manunggal yang bekerja di PT. Timatex;
2) Ketua RW dan Ketua RT 04;
3) Pegawai Kantor PT. Timatex.
c. Dokumentasi
Mencari data mengenai beberapa hal, baik berupa catatan dan
data dari perumahan Manunggal Desa Karangtengah Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang. Data yang diperoleh diantaranya
adalah buku KKB (Kesepakatan Kerja Bersama), data dari Klinik
Pratama Manunggal serta foto-foto bersama warga perumahan dan
dan karyawan pabrik. Metode ini digunakan sebagai pelengkap
dalam memperoleh data.
6. Teknis Analisis Data
Pada bagian analisis diuraikan proses pelacakan dan
pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan
16
temuannya (Amrullah, 2013: 42). Dengan metode induktif yaitu
digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari
sebuah fakta yang kemudian dibuktikan dengan pencarian teori.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data, untuk memperoleh hal tersebut, penulis akan
mendatakan keabsahan temuan, penulis akan menggunakan teknik-
teknik perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, observasi yang
diperdalam, triangulasi (menggunakan sumber, metode, teori), pelacak
kesesuaian, dan pengecekan anggota. Jadi temuan data tersebut bisa
diketahui.
8. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian terlebih
dahulu ke Perumahan Manunggal Desa Karangtengah, kemudian
penulis melakukan pengembangan desain awal dan selanjutnya
penulis melakukan penelitian yang sebenarnya. Setelah itu penulis
mengambil hasil penelitian tersebut.
17
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Dalam bab ini berisi kajian pustaka yang menjelaskan
tentang pengertian anak, hak-hak anak menurut Undang-
Undang NO. 35 Tahun 2014, hak-hak anak menurut hukum
islam, dan Hak dan kewajiban Karyawan dalam Undang-
Undang Ketenagakerjaan.
BAB III : Dalam bab ini berisi paparan data dan temuan penelitian
yang menjelaskan tentang gambaran umum Pabrik Tiga
Manunggal, gambaran umum Perumahan Manunggal, Hak
dan Kewajiban Karyawan Pabrik, dan Pemenuhan Hak
Anak Karyawan di Perumahan Manunggal.
BAB IV : Dalam bab ini berisi Bentuk Pemenuhan Hak-hak Anak
Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau dari Undang-Undang
Perlindungan Anak dan Bentuk Pemenuhan Hak-hak Anak
Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau dari Hukum Islam
BAB V : Dalam bab ini penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Anak
Dari pengertian anak, Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau
perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga
merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang
tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah
dewasa (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anak, diakses pukul 11.30 Rabu, 4 April
2018). Menurut penjelasan ini, anak merupakan orang yang belum mencapai
pubertas, yaitu ciri-ciri fisik yang menunjukkan kedewasaan dan kematangan
secara biologis, dalam islam dapat dikatakan laki-laki yang mencapai baligh
adalah saat sudah mimpi basah (keluar sperma), sedangkan perempuan saat sudah
haid (keluar darah rutin tiap seminggu sekali atau lebih). Serta merupakan
keturunan kedua, yang berarti penerus orangtuanya sampai mati. Meskipun anak
itu dewasa, tetap disebut anak, karena ikatan darah diantaranya.
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan. (Pasal 1, Undang-Undang nomor 35
tahun 2014 tentang perlindungan anak). Berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak
dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “
Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8
(delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun (delapan belas) tahun dan
19
belum pernah menikah. Dalam Undang-undang ini, lebih mengkerucutkan
pengertian anak dengan menggunakan batasan umur yaitu maksimal mencapai 18
tahun. Dengan hal tersebut membuat kemudahan berpikir dan kepastian hukum,
antara anak ke dewasa. Akan tetapi itu hanaya sebatas jenjang umur, status tetap
saja anak biologis, yang mempunyai ikatan darah.
Dengan adanya pemenuhan hak-hak anak maka akan muncullah pola asuh
orang tua terhadap anak. Menurut Baumrind, pola asuh pada prinsipnya adalah
parental control, yakni bagaimana orang tua mengotrol, membimbing, dan
mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya
meuju proses pendewasaan. Sedangkan Kohn mengatakan bahwa pola asuh
merupakan cara orangtua berinteraksi dengan naak meliputi pemberian aturan,
hadiah, hukuman, pemebrian perhatian, serta tanggapan orangtua terhadap setiap
perilaku anak. Menurut Theresia Indira Shanti, Psi. M. Si., pola asuh merupakan
pola interkasi antara orang tua dan anak. Lebih jelasnya, bagaimana sikap atau
perilaku orangtua saat berinteraksi dengan anak. Termasuk cara menerapkan
aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta
menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, sehingga dijadikan contoh/panutan
bagi anaknya (Muallifah. 2008: 43)
Dalam hukum Islam, anak semakna dengan kata walad dalam bahasa Arab
(bentuk jamaknya, aulâd) atau child dalam bahasa Inggris (bentuk jamaknya,
children), yaitu keturunan kedua manusia, hasil dari perkawinan laki-laki dan
perempuan (Azra, 1997. jilid I: 141) Pada hakikatnya, anak merupakan amanah
sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena
20
dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-haknya sebagai manusia harus
yang dijunjung tinggi. Dengan adanya amanah tersebut, orangtua sebagai orang
diberikan amanah, selayaknya menjaga, memelihara, dan menyayangi anak
tersebut dengan semaksimal mungkin.
Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang
dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut
dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun tahun
sekolah dasar. Dengan setiap jenjang umur dan pendidikan, membuat kematangan
secara mental pun akan berbeda. Hal tersebut, menjadikan pemeliharaan anak
akan berbeda setiap jenjangnya. Sedangkan dari beberapa pandangan berpendapat
adalah sebagai berikut :
1. Pandangan dari aliran filsafat lama: Anak dipandang sebagai manusia
dewasa dalam bentuk dan ukuran kecil, anak lahir sudah membawa bekal
pembawaan yang lengkap dan akan berkembang dengan sendirinya kalau
sudah sampai waktunya.
2. Pandangan dari kalangan agama: Anak lahir tidak hanya sebagai hasil
proses biologis semata, tetapi sebagai kodrat Tuhan.
3. Pandangan dari para ahli pendidikan
a. J.A.Comenius = anak bukalah manusia dewasa yang sedang tumbuh
dan berkembang.
b. J. Locke = anak yang pada waktu lahir, jiwanya dalam keadaan
bersih (putih - bersih), tanpa bekal bakat atau pembawaan apapun.
21
c. J. J. Rouseau = pada waktu lahir anak telah membawa bekal-bekal
pembawaan yang serba baik, dan menjadi buruk jika mendapat
pengaruh dari kebudayaan atau dari lingkungan sekitar.
d. Dr. M. Montessori = sejak lahir anak membawa pembawaan sendiri,
pembawaan yang dimiliki secara kodrati berbeda dengan anak yang
lain, kodrat anak berbeda dengan orang dewasa.
e. Frobel = menurut kodratnya anak adalah baik. Adapun sifat-sifat
yang tidak baik umumnya disebabkan oleh kesalahan pendidikan.
(Ardian, 1988: 186)
B. Hak-Hak Anak Menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak telah dijelaskan tujuan anak yaitu “untuk menjamin terpenuhinya hak-hak
anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang
berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera”. Pemenuhan hak-hak sangat
diperlukan sekali, karena itu merupakan suatu bentuk perlindungan anak. Demi
tercapainya tujuan yang mulia yaitu agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal ditengah-tengah masyarakat yang modern ini. Sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi demi terwujudnya anak Indonesia yang
22
berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Berikut penulis akan mencantumkan
pasal demi pasal yang berisi tentang hak-hak anak, yaitu adalah sebagai berikut:
1. Hak dan Kewajiban Anak
“Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi”. Dengan penggalan pasal 4 sudah merupakan inti dari pasal-
pasal selanjutnya. Bahwasanya, setiap anak berhak atas suatu nama
sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan. Setiap anak berhak
untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai
dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.
a. Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan
diasuh oleh orang tuanya sendiri.
b. Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin
tumbuh kembang anak, atauanak dalam keadaan terlantar maka anak
tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuhatau anak
angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan
sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Tidak
cuma kesehtan saja, akan tetapi manusia, khususnya setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
23
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
Selain hak anak tersebut, khusus bagi anak yang menyandang cacat. juga
berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang
memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Bukan hanya hak orang dewasa saja yang patut didengar
aspirasinya, akan tetapi anak sebagai salah satu rakyat yang harus juga
dihormati suaranya. Maka dari itu, setiap anak berhak menyatakan dan
didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi
sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya
sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.
Selayaknya seorang anak yang masih mebutuhkan ruang untuk
memperkenalkan diri, dan mengenali berbagai hal, maka setiap anak
berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan
anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat,
bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. Setiap anak
yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial,
dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
Dengan kesibukan orangtua yang bekerja, maka setiap anak selama dalam
pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung
jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:
a. diskriminasi;
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
24
c. penelantaran;
d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
e. ketidakadilan; dan
f. perlakuan salah lainnya.
Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala
bentuk perlakuan tersebut, maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman.
Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika
ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa
pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan
pertimbangan terakhir. Setiap anak berhak untuk memperoleh
perlindungan dari :
a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
b. pelibatan dalam sengketa bersenjata;
c. pelibatan dalam kerusuhan sosial;
d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan
e. pelibatan dalam peperangan.
Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran
penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak
manusiawi. Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai
dengan hukum. Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak
25
hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya
dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.
Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk :
a. mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya
dipisahkan dari orang dewasa;
b. memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam
setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan
c. membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang
objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual
atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan. Setiap anak
yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan
bantuan hukum dan bantuan lainnya.
Dengan adanya hak anak maka muncullah kewajiban bagi orangtua
yang harus memenuhi kewajibannya sebagai orangtua dan menjadi
tumpuan berpijak pertama kali hidup si anak agar terjamin kehidupannya,
bukan hanya tercukupi secara fisik saja, akan tetapi lebih dari pada itu
adalah kesehatan mental atau psikis anak agar merasakan kenyamanan dan
perlindungan yang terjamin bersama kedua orangtuannya. Hal itu tertuang
dalam Pasal 26 Undang-Undang nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan
anak, bahwasanya Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :
26
a. mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;
b. menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
minatnya; dan
c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.
Dalam hal orang tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya,
atau karena suatu sebab, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan
tanggung jawabnya, maka kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana
dimaksud diatas, dapat beralih kepada keluarga, yang dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
C. Hak-Hak Anak Menurut Hukum Islam
Salah satu amanah yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia
adalah anak adalah sebagai hasil dari sebuah hubungan anatara suami istri dalam
sebuah ikatan pernikahan. Islam memelihara keturunan agar seluruh ajaran-
ajarannya agar terus diajarkan dan dilaksanakan oleh seluruh umat manusia dalam
rangka melaksanakan tugas kholifah fil arld (pemimpin di bumi). Menurut Islam
makhluk yang dicintai oleh Allah adalah anak-anak, sebagaimana ditegaskan oleh
Rasulullah, bahwa sesungguhnya Allah tidak murka lantaran sesuatu lantaran
sebagaimana Dia murka lantaran (penindasan atas) para wanita dan anak-anak
(Mansur, 2005: 161).
Bermula dari yang sederhana, yaitu: Pertama bermula dari mendidik anak
sebagai anak yang salih dan shalihah dengan membaca Al-Qur‟an. Al-Qur‟an
adalah kitab suci umat islam yang diturunkan oleh Allah Swt, kepada Rasulullah
27
Saw, melalui perantara malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Agar dijadikan
sebagai pedoman, konsep dan aturan hidup manusia (Habibu, 2015: 21).
Diharapkan orangtua mengajarkan anak untuk rajin membaca Al-Qur‟an dan tidak
lupa memberikan pengertian dan penjelasan yang baik terhadap anak, dikarenakan
anak shalih dan shalihah akan berpegang teguh kepada Al-Qur‟an dan sunnah
dalam mengarungi hidup. Oleh karena itu, sejak dalam kandungan, anak harus
diperkenalkan. Demikian tersebut dengan cara, meletakkannya diatas perut si ibu
atau si ayah dengan membaca al-Qur‟an.
Kedua, setelah pada hari pertama kelahiran bayi diperdengarkan kalimat
tauhid, maka hari ketuju diberikan nama yang baik sekaligus diaqiqahi sebagai
bukti kasih sayang orangtua dan sekaligus sebagai penebus gadaian yang
berbentuk ibadah (Mansur, 2005: 173).
Ketiga, meliputi penyusuan, hal ini berarti memberikan makanan kepada
agar dapat berkembang dan tumbuh secara sempurna, baik fisik maupun
psikisnya(Mansur, 2005: 162). Dikuatkan dalam hadis tentang manfaat yang ada
dalam penyusuan tersebut, yang dituturkan oleh Ibn Mas‟ud r.a. bahwa Rasulullah
Saw bersabda:
لرضا ع إلما أنشزالعظم وانبت الحم
“Tidak ada penyusuan, kecuali yang menguatkan tulang dan menumbuhkan
daging.” (HR. Abu Daud) ( Ibn Hajar Al-Asqalani. 1998. hlm 463).
28
Adapun yang tidak ingin, ia menyapih anaknya sebelum dua tahun apabila
penyapihan itu tidak berakibat buruk bagi anak dan kedua orang tuanya rela. Hal
ini dikuatkan dengan firman Allah Ta‟ala:
.......
“Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan
antara keduanya, maka tidak dosa atas keduanya” (QS. Al-Baqarah : 233).
Dengan hal tersebut menunjukkan peran ibu sangat besar dalam pengasuhan anak.
Serta penyusuan terhadap anak merupakan hal yang penting, bukan hanya untuk
kecukupan gizi anak akan tetapi juga memberikan kesehatan psikologis di antara
keduanya.
Keempat, anjuran membuat nama yang baik, seperti yang diriwayatkan
dari Abu Hurairah, dia berkata: “Sehina-hinanya nama disisi Allah adalah seorang
yang bernama “Malikil amlak” (Maharaja diraja).” (HR. Imam Al- Bukhari)
(Muhammad Makmun, 2015: 240). Kita diajurkan memberikan nama bayi dengan
nama Abdullah dan Abdurrahman. Sesuai dengan hadits dari Ibnu Umar bahwa
Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya, nama kalian yang paling dicintai di sisi Allah adalah Abdullah
dan Abdurrahman.” (HR. Muslim)
Kedua nama ini memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan
nama lain, yaitu mengandung makna penghambaan secara khusus kepada Allah
serta banyak disebutkan secara khusus di al-Qur‟an sebagai nama-nama yang
29
baik. Serta ketentuan lain yang sepeti sesuai adab, meniru nama orang shalih,
nama nabi dan lain-lainnya.
Kelima, menjalin keakraban dengan anak, bahwa seorang anak yang takut,
bahkan sangat takut kepada orangtuanya merupakan bentuk kegagalan orangtua
dalam mengakrabkan diri dengan anak. Hal itu terjadi karena kurangnya
menyisihkan waktu untuk anak. Rasulullah Saw yang mulia pun bercengkrama
dengan cucunya. Abu Hurairah Ra. Berkisah bahwa suatu saat Rasulullah Saw.
menjulurkan lidahnya kearah Hasan bin Ali Ra, saat itu ia masih kecil.
Menyaksikan merahnya lidah Rasulullah, ia merasa tertarik. Hasan kemudian
mendekat lagi hingga ia benar-benar bisa melihat dengan jelas lidah nabi Saw
(Habibu, 2015: 119).
Keenam, memberikan teladan yang baik ada suatu hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim mengatakan bahwa “tidak ada bayi yang
terlahir, kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka, kedua orang
tuannyalah yang akan menjadikan seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi ”. Hadits
tersebut semakin menandaskan tentang pengaruh kondisi internal terhadap
kepribadian manusia, yang khususnya anak terhadap orangtuanya, berhak atas
hunian yang tidak hanya sehat untuk tumbuh kembang anak secara fisik saja, akan
tetapi psikologisnya juga harus diperhatikan juga. (Habibu, 2015: 202).
Ketujuh, tidak memberikan hukuman secara berlebihan, pada prinsipnya,
suatu kesalahan tidak akan bisa berubah menjadi kebenaran kecuali dalam diri
orang yang telah dirasuki oleh hawa nafsu (Habibu, 2015: 217). Sebenarnya
30
dalam mendidik anak, kita patut mencontoh Rasulullah. Bahwa sebelum
memberikan hukuman, dinasihati dengan dengan lemah lembut. Pemberian
hukuman adalah alternatif terakhir ketika nasihat tidak mempan. Sesuai dengan
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yaitu: “Suruhlah anakmu melakukan
sholat sejak usia tujuh tahun, dan pukullah jika tidak mau sholat siusia sepuluh
tahun, serta pisahkan tempat tidur mereka”.
Kedelapan, tidak memaksakan kehendak kepada anak, karena tidak semua
orantua mengerti bahwa masing-masing anak memiliki karakter, kepribadian,
bahkan juga impian dan cita-cita yang berbeda-beda. Ingatlah firman Allah Swt.
Berikut:
.....
“Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya...”
(QS. Al-Baqarah: 286) (Habibu, 2015: 228)
Dengan menyelami dunia anak dan belajar menjadi diri anakdan tentukan materi,
metode, pendekatan, suasana, dan penilainan menurut porsi anak. Bukan
mengukur dengan standar orang dewasa.
Kesembilan, selain daripada itu, ayat al-Qur‟an
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan
orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang
diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang
31
melainkan sekadar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan
memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” ( QS. Ath-Thalaaq : 7)
Bahwa bapak wajib menafkahi anaknya dan juga menjadi upah kepada
istrinya yang lelah mengasuh anak. Wajibnya nafkah anak atas bapak ini karena si
anak masih lemah dan membutuhkan bantuan, dan bapaknya adalah orang yang
paling dekat dengannya (Assalaam. or. id, diakses 11 April 2018). Serta dalam
hadis yang dituturkan dari Aisyah r.a., ia berkata, " Hindun Binti „Utbah istri Abu
Sofyan menemui Rasulullah Saw. dan berkata , „Wahai Rasulullah, sungguh Abu
Sofyan adalah orang yang pelit. Ia tidak memberiku nafkah yang cukup untuk aku
dan anak-anakku, kecuali aku mengambil harta tanpa sepengetahuannya. Apakah
dengan perbuatan itu aku berdosa?‟ Beliau bersabda, ‟ambillah dari hartanya
yang cukup untukmu dan anak-anakmu dengan baik,‟”(HR Al-Bukhari dan
Muslim) (Al-Asqalani. 1998, hlm 486).
Kesepuluh, perlindungan anak dalam hal ini, memang sepatutnya
dilindungi dikarenakan anak merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang wajib
dilindungi segala bentuk perlakuan yang mengganggu dan merusak hak-hak anak
dari kekerasan (Mufidah. 2006 : 14)
D. Hak dan Kewajiban Karyawan dalam UU Ketenagakerjaan
Sebelum membicarakan Hak dan kewajiban maka akan lebih baik
mengetahui kedudukan wanita dalam masyarakat. Hal itu baik sistem hukum
ataupun politik Indonesia menjamin hak-hak dan kewajiban serta kesempatan-
kesempatan yang sama bagi wanita. Hal ini mencerminkan pula pada tradisi yang
32
pada umumnya memberikan kedudukan dan harkat yang tinggi pada kaum wanita.
Pemerintah indonesia telah pula mengukuhkan sejak konvensi PBB tahun 1952
tentang Hak-hak Politik Wanita sampai sekarang (Daniel J. Brooks, 1989: 61).
Dengan adanya kesamaan derajat antara perempuan dengan laki-laki akan
membuat persamaan dalam segala aspek. Aspek tersebut meliputi ekonomi,
politik, budaya terkecuali akan hal tersebut adalah aspek agama, dikarenakan
tidak semua peran laki-laki dalam peribadatan bisa di gantikan oleh perempuan.
Dalam Undang-undang ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 terdapat hak-
hak dan kewajiban karyawan pabrik, meskipun tidak secara ekplisit disebutkan
dalam salah satu bab, akan tetapi dimulai dari pasal 77 di paragraf 4 sampai pasal
101 menunjukkan bahwa itu merupakan hak-hak karyawan untuk mendapatkan
kejelasan hukum akan pekerjaannya. Maka dari itu, penulis mencoba menjelaskan
satu-persatu, yaitu adalah sebagai berikut:
1. Waktu Kerja
Merupakan suatu salah satu perjanjian kerja yang harus ditaati oleh
pekerja, apabila tidak maka akan ada sanksi tersendiri. Perjanjian kerja itu sendiri,
adalah dalam pasal 1601a KUHPerdata memberikan pengertian aadalah sebagai
berikut:
“perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana suatu pihak kesatuan (si buruh),
mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah pihak lain, simajikan untuk suatau
waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah”. (Husni, Lalu. 2010:
64)
33
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka
14 memberikan pengertian yakni:
“ perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja/buruh dan pengusaha
atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua
belah pihak”.
Kembali ke waktu kerja sendiri sudah di jelaskan secara rinci di pasal 77 di
angka 4 bahwasanya:
a. Setiap wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja, hal itu
dimaksudkan agar pekerja mendapatkan kejelasan seberapa lama
waktu kerja yang diperoleh
b. Apabila mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja maka
harus adanya persetujuan dikedua belah pihak, maksimal waktu kerja
3 jam, melebihi jam kerja, pengusaha wajib membayar tambahan upah
kerja lembur.
c. Mendapat waktu istirahat sekurang-kurangnya setengah jam setelah
bekerja selama 4 ( empat) jam,
d. Cuti seminggu diberikan cuti sehari saja. Tidak cuma itu saja,
karyawan juga diberi istirahat panjang sekurang-kurang 2 (dua) bulan
dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1
(satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam)
tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama hanya
diberuntukan untuk kelipatan 6 (enam) tahun
34
Serta ada lagi yaitu waktu beribadah. Dan dikhususkan bagi perempuan,
terdapat beberapa keistimewaan, diantaranya adalah:
a. Tidak diwajibkan untuk pekerja yang sedang haid untuk masuk kerja,
dan boleh cuti dihari pertama dan kedua.
b. Istirahat akan kehamilan karyawati yaitu 1,5 (satu setengah) sebelum
melahirkan dan 1,5 (satu setengah) setelah melahirkan.
c. Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih dalam penyusuan
harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal
itu harus dilakukan selama waktu kerja.
d. Meskipun mendapatkan istirahat, tetap mendapatkan upah yang
penuh.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Hal demikian terdapat dalam pasal 86 ayat 1, yang disitu mulai berisi
tentang pasal-pasal Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yaitu pekerja
mempunyai hak memperoleh perlindungan atas:
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai agama.
Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkaan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
35
kesehatan kerja. Perlindungan tersebut dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk mewujudkan perlindungan keselatan kerja, maka
pemerintah telah melakukan upaya pembinaan norma di bidang
ketenagakerjaan. Dalam pengertian pembinaan norma ini sudah mencakup
pengertian pembentukan, penerapan dan pengawasan norma itu sendiri
(Husni, 2010: 147). Selanjutnya penegasan akan hal tersebut, untuk
diwajibkan bagi setiap perusahaan untuk menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Kebijakan Pengupahan
Dalam pasal 88 berisi kebijakan pengupahan. Pada ayat 1
menyebutkan “Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang
memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Memang upah
memegang peran penting dan merupakan ciri khas suatu hubungan yaitu
hubungan kerja, bahkan merupakan tujuan utama orang yang bekerja
kepada orang atau badan hukum lain (Husni, Lalu. 2010: 158). Maka dari
itu, menyambung dari ayat 1 tadi, pemerintah menetapkan kebijakan
pengupahan untuk melindungi pekerja/buruh. Kebijakan tersebut meliputi:
a. Upah minimum;
b. Upah kerja lembur;
c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar
pekerjaannya;
36
e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
f. Bentuk dan cara pembayaran upah;
g. Denda dan potongan upah;
h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
i. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
j. Upah untuk pembayaran pesangon; dan
k. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan
hidup layak dan dengan mem-perhatikan produktivitas dan pertumbuhan
ekonomi. Upah minimum dapat terdiri atas :
a. Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;
b. Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau
kabupaten/kota.
Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan
pekerjaan. Ketentuan diatas tidak berlaku, dan pengusaha wajib membayar
upah apabila :
a. Pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
b. Pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua
masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
37
c. Pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah,
menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri
melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau isteri atau anak
atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam
satu rumah meninggal dunia;
d. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang
menjalankan kewajiban terhadap negara;
e. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalan-
kan ibadah yang diperintahkan agamanya;
f. Pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan
tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan
sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha;
g. Pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat;
h. Pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas
persetujuan pengusaha; dan
i. Pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.
Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang sakit sebagai berikut :
1) Untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus
perseratus) dari upah;
38
2) Untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima
perseratus) dari upah;
3) Untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh
perseratus) dari upah; dan
4) Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima perseratus)
dari upah sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh
pengusaha.
Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang tidak masuk bekerja
selain ijin sakit diatas, sebagai berikut :
1) Pekerja/buruh menikah, dibayar untuk selama 3 (tiga) hari;
2) Menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;
3) Mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari
4) Membaptiskan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;
5) Isteri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk
selama 2 (dua) hari;
6) Suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau menantu meninggal
dunia, dibayar untuk selama 2 (dua) hari; dan
7) Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, di bayar
untuk selama 1 (satu) hari.
39
Pengaturan pelaksanaan ketentuan tersebut, ditetapkan dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap
maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh lima
perseratus) dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. Pelanggaran yang
dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan atau kelalaiannya dapat
dikenakan denda. Pengusaha yang karena kesengajaan atau kelalaiannya
mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda sesuai
dengan persentase tertentu dari upah pekerja/buruh. Pemerintah mengatur
pengenaan denda kepada pengusaha dan/atau pekerja/buruh, dalam
pembayaran upah.
4. Kesejahteraan
Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh
jaminan sosial tenaga kerja. Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya, pengusaha wajib menyediakan fasilitas
kesejahteraan. Dengan memperhatikan kebutuhan pekerja/buruh dan
ukuran kemampuan perusahaan. Untuk meningkatkan kesejahteraan
pekerja/buruh itu juga, dibentuk koperasi pekerja/buruh dan usaha-usaha
produktif di perusahaan. Yang berupaya menumbuhkembangkan koperasi
pekerja/buruh, dan mengembangkan usaha produktif.
40
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum PT Tiga Manunggal
PT Tiga Manunggal Synthetic Indistries atau dikenal dengan nama
Timatex secara de facto didirikan pada tahun 1974, dan diresmikan pada
tanggal 7 Agustus 1976 oleh Presiden Suharto disertai dengan menteri per-
industrian M. Yusuf. Dinama tiga Manunggal, karena mulanya ada tiga
saham yang menaungi Timatex, yaitu Mitsui Co/Jepang, PT. Daya
Manunggal/ Indonesia, dan Ichimura Sangyo/Jepang. Pada saat ini, PT Tiga
Manunggal Synthetic Indistries hanaya memiliki 700 mesin tenun, dan satu
unit pencucian dan penghilang kanji. Hasil yang diperoleh waktu hanay
terbatas pada kain mentah.
Namun dengan seiring berjalannya waktu, kondisi dalam perusahaan
mengalami perubahan. Dimana kondisi sekarang dalam Timatex, pada tahun
2004 terjadi pergantian managemen karena adanya perubahan pemilikan
saham, sesuai dengan perubahan pada Akte Pendirian Perusahaan,
kepemilikan saham berubah menjadi PT. Daya Manunggal Textile/Indonesia,
Greatbury Evenue SDN.BHD/Malaysia, Assetlink Tranding Limited / British
Virgin Island, Orangeville Venture Capital Incorporation / Britis Virgin
Island. Produk utama adalah kain finish “Black Item” untuk abaya, cadar
41
tujuan ekpor Timur Tengah dan menjadi produk unggulan untuk Market
Timur Tengah dengan kuaitas no.2 setelah produk dari Jepang.
PT. Timatex memiliki 2 penanggung jawab, yaitu Lie Kheng Tjong
sebagai direktur utama dan Ir. Djarot Gunadi sebagai manager utama. Kantor
pusat Timatex terletak di Wisama Agro Manunggal 11th floor, JL. Gatot
Subroto Kav.22, Jakarta, Telp. No. (021) 2521117-2521121. Sedangkan
untuk pabriknya berlokasi di JL. Jendral Sudirman, Salatiga – 50732, Telp
(0298) 326462, Kel. Ledok, Kecamatan Argomulyo, Salatiga, Jawa Tengah,
PT. Timatex memiliki 649 tenaga kerja terdiri dari laki-laki 235 orang dan
perempuan 414 orang dalam batasan usia 21-55 tahun. Namun adapula
karyawan yang berusia 60 tahun tapi masih tetap bekerja, dikarenakan suatu
hal tertentu.
Visi yang terdapat di PT.Timatex ini yaitu “Menjadi perusahaan
terkemuka dibidang textile dan tetap mempertahankannya”. Sedangkan misi
yang dimiliki yaitu:
1. Meningkatkan Standar dan Kualitas Produk, yang didukung
dengan tenaga kerja yang handal.
2. Tanggapan yang Cepat dan Tepat.
3. Menigkatkan Kesejahteraan Krayawan dan Kepuasan Mitra
Bisnis.
4. Memberikan Keuntungan bagi Pemegang Saham.
42
5. Melaksanakan Tanggung Jawab Perusahaan terhadap Lingkungan
Sosial.
Ketentuan atau peaturan yang berapa di PT. Timatex ini pada
umumnya sama seperti perusahaan lain. dahulu peraturan di PT. Timatex ini
sangat ketat dan disiplin, misal saat memasukki gerbang pabrik Timatex
harus menggunakan topi perusahaan dan tanda pengenal, jika tidak maka
akan dipanggil dan diberi sanksi. Akan tetapi peraturan-peraturan yang
dahulu ada sudah lama tidak dijalankan lagi dengan alasan dunia yang
semakin berkembang dan berbeda dengan zaman dahulu. Ada satu hal yang
menarik yang membedakan PT. Timatex dengan perusahaan lainnya yaitu
dimana PT. Timatex lebih menekankan pada relasi antar sesama karyawan
dan keselamatan kerja karyawan.
Struktur organisasi yang ada didalam PT. Timatex terdiri dari 6
bagian yang didalamnya masih terdapat beberapa unit/divisi. Pertama
Factory Manager; Kedua Vice Factory Manager; Ketiga Staff Ahli;
Keempat bagian Departemen Umum/Personalia yang didalamnya terdiri
dari divisi personalia, umum (kendaraan dan kebun), dan UPL; Kelima
bagian Administrasi Produksi yang didalamnya terdapat divisi PPC,
Accounting, Logistic, dan Kasir; Keenam adalh bagian Produksi yang
didalamnya terdapat divisi weaving (dengan 4 shief/jam yaitu khusus pagi,
siang, sore, malam), Sizing (dengan 4 shief/jam), Twisting (dengan 4
shief/jam), Power yang terdiri dari Verpacking (dengan 4 shief/jam).
43
Pada saat ini bisnis utama dari PT. Timatex yaitu manufaktur dan
ekportir kain, usaha yang bergerak industri tekstil dengan jenis industri (klui)
kain mentah dan kain jadi (17114, 17122, 17123). Untuk pemasaran produk
di Timatex selain ekpor ke Timur Tengah ,Jepang, Afrika, Vietnam ekpor
sebanyak 95%, sedangkan domestik 5% ke Antar Kaber, dan kain sisa
ekpor/perca.
B. Gambaran Umum Perumahan Manunggal
Menurut Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
dalam Pasal 4 Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan, yang pertama
memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi. Dengan kata lain memperhatikan kebutuhan karyawan, yang
membutuhkan istirahat, gaji yang cukup bagi kehidupannya, dan memperoleh
perlindungan fisik dari ancaman bahaya. Dengan hal tersebut layak dikatakan
sebagai perusahaan yang baik.
Kedua, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan
tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan
daerah, dengan dibukanya peluang bagi masyarakat yang sudah cukup umur
untuk kerja, untuk bersama-sama membangun ekonomi daerah yang sekaligus
membangun ekonomi nasional. Ketiga, memberikan perlindungan dan
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Dengan hal
tersebut, dari pihak perusahaan, pemerintah serta dibantu oleh Bank BTN
44
dibangunlah pemukiman khusus berupa perumahan yang ditempati oleh
pekerja di perusahaan Damatex dan Timatex.
Dengan hal tersebut maka Perumahan yang ditempati oleh Karyawan
Pabrik tersebut memiliki nama lengkap adalah Perumahan Griya Manunggal
Sejahtera yang bertempatkan di desa Karangtengah Kecamatan Tuntang ini,
didirikan pertamakali ditahun 1994, atas bantuan dari perusahaan,
pemerintah, dan Bank BTN yang bertujuan untuk memberikan tempat tinggal
yang murah dan layak kepada karyawan yang belum memiliki tempat tinggal.
Dahulunya, perumahan ini dapat dikatakan sebagai RSS (Rumah Sangat
Sederhana) yang memiliki ciri-ciri bangunan rumah menggunakan batako,
tidak diplester, genteng PG super tidak menggunakan plafon, dengan
beralaskan tegel ukuran 20 X 20 cm. Dengan ukuran tanah dengan panjang 4
m, dan lebar 6,5 m. Yang berisikan 1 ruang tamu, 1 kamar tidur, dan 1 kamar
mandi. Dengan denah rumah sebagai berikut:
Dengan biaya pembeliannya, apabila dengan angsuran maka disediakan
pilihan dengan jangka waktu 10 tahun dengan angsuran rumah Rp. 50.000,-
/bulan, 15 tahun dengaan angsuran Rp. 44.000,-/bulan, dan 20 tahun Rp.
35.000/bulan. Dengan fasilitas air, dan listrik 450 watt. Dengan dibangunnya
perumahan Manunggal tersebut, dapat dikatakan sangat membantu karyawan
yang belum memiliki hunian yang layak, dan sebagian besar karyawan yang
menempati perumahan tersebut, adalah keluarga yang baru dan belum
memperoleh tempat tinggal. Setelah karyawan memiliki rizki yang lebih,
45
mulailah mengadakan pembangunan dengan merenovasi rumah yang menurut
mereka layak dan nyaman untuk ditempati.
Perumahan Manunggal memiliki wilayah seluas lebih kurang 110 m X
90 m = 9.900 m, terbagi menjadi 6 RT terdiri dari 220 KK. Batas wilayahnya
adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Desa Macanan
2. Sebelah Selatan : Perumahan Permata Hijau
3. Sebelah Barat : Jalan Salatiga – Bringin
4. Sebelah Timur : Sungai
1. Kondisi Perekonomian
Dengan seiring waktu berjalan, perumahan yang semula hanya
diperuntukan untuk karyawan pabrik Timatex. Dengan adanya banyak
karyawan yang berhenti dan pindah kepemukiman dengan yang dekat dengan
pekerjaan yang baru. Maka banyak rumah yang dijual kepada oranglain yang
bukan karyawan pabrik Timatex. Dengan demikiaan, hampir 50 persen dari
perumahan tersebut berisikan orang-orang yang bukan karyawan pabrik.
Dengan hal itu pula, perekonomian masyarakat Perumahan Manunggal
tentunya adalah Karyawan Pabrik Timatex namun juga terdapat profesi
lainnya. Dengan jumlah penduduk 950 orang. Berikut adalah persentase
sektor perekonomian masyarakat Perumahan Manunggal sebagai berikut :
46
TABEL I
PERSENTASE SEKTOR PEREKONOMIAN WARGA
Jenis Pekerjaan Persentase
Karyawan Damatex 25 %
Pensiunan Karyawan Damatex 50 %
PNS / POLRI 5 %
Pedagang / Wiraswasta 5 %
Tukang / Buruh 10 %
Sumber : Keterangan Ketua RW Perumahan Manunggal
Berdasarkan tabel diatas, terdapat Pensiunan Karyawan Timatex yang
disebabkan oleh keadaan pendapatan dan kinerja pabrik yang kurang
maksimal seperti dahulu. Dengan hal tersebut, banyak diantara karyawan
pabrik yang dirumahkan, bahkan di pensiun muda agar dapat menekan
pengeluaran pabrik terhadap pemberian gaji bagi karyawan. Bahkan saat ini
masih banyak karyawan yang belum mendapatkan pesangonnya. Maka dari
itu, banyak dari pensiunan Pabrik tersebut peralih profesi untuk memenuhi
kebutuhannya sehari-hari, profesi tersebut diantaranya adalah :
47
TABEL II
PERSENTASE PROFESI WARGA
Jenis Pekerjaan Persentase
Pedagang / wiraswasta 20 %
Petani 10 %
Tukang / Buruh 20 %
Sumber : Keterangan Ketua RW Perumahan Manunggal
Dari tabel diatas, menandakan bahwa warga perumahan Manunggal tidak
ada yang menganggur. Meskipun banyak diantara mereka yang menjadi
karyawan Pabrik Timatex yang dirumahkan ataupun sudah dipensiunkan.
Mereka tetap bekerja, untuk menyambung hidup. Karena mereka memiliki
tanggungjawab terhadap istri dan anak yang harus dicukupi kebutuhannya
selain angsuran rumah yang harus di bayar setiap bulannya.
Kualitas bangunan perumahan sudah lebih baik dari awal berdirinya
perumahan tersebut yang masih RSS (Rumah Sangat Sederhana) yang masih
sederhana dalam renovasinya. Sekarang sudah mengalami renovasi yang
lebih baik, dibuktikan dengan perluasan bangunan dibagian halaman belakang
seluas 2 m, bahkan ada yang sampai ditingkat 2 lantai. Dengan banyak rumah
yang dibangun dengan batu bata, lantai sudah keramik, kondisi jalan yang
sudah terbangun dengan aspal, masyarakat yang sudah memiliki kendaraan
berupa motor yang lebih dari 1 serta beberapa yang memiliki mobil
menandakan bahwa dengan etos kerja yang masyarakat yang tinggi, membuat
48
perekonomian masyarakat perumahan Manunggal tersebut terbilang
menengah keatas.
2. Keadaan Demografis
Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa jumlah warga
perumahan Griya Manunggal Sejahtera desa Karangtengah, Kecamatan
Tuntang pada tahun 2018 ini mencapai 950 jiwa, dengan rincian 430 jiwa
yang berjenis kelamin laki-laki, serta 520 jiwa berjenis kelamin perempuan.
Berdasarkan data monografi antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan
lebih banyak jenis kelamin perempuan.
Dibawah ini adalah data deskripsi warga perumahan Griya Manunggal
Sejahtera desa Karangtengah, Kecamatan Tuntang berdasrkan data yang
diperoleh dari Ketua RW perumahan Griya Manunggal Sejahtera.
TABEL III
JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR
Usia Jumlah
0-4 tahun 30 orang
5-9 tahun 60 orang
10-14 tahun 86 orang
15-19 tahun 120 orang
20-24 tahun 132 orang
25-29 tahun 66 orang
30-34 tahun 52 orang
49
35-39 tahun 58 orang
40-44 tahun 64 orang
45-49 tahun 75 orang
50-54 tahun 75 orang
55-59 tahun 57 orang
60-64 tahun 3 orang
65-69 tahun 2 orang
70-74 tahun 3 orang
75+ tahun -
Sumber : Keterangan Ketua RW Perumahan Manunggal
Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk diatas sebanyak 950 jiwa, jika
dibandingkan dengan luas wilayah perumahan Manunggal, maka warga
perumahan Manunggal termasuk perumahan yang padat penduduk.
TABEL IV
JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN
Keterangan Jumlah
Tidak/belum tamat SD 100
Tamat SD 49
Tamat SLTP 400
Tamat SLTA 350
S1 50
S2 1
Sumber : Keterangan Ketua RW Perumahan Manunggal
50
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa penduduk perumahan
Griya Manunggal Sejahtera bersekolah semua sejumlah 950 jiwa, yang terbagi
dalam berbagai jenis pendidikan.
TABEL V
JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA
Keterangan Jumlah
Islam 880 orang
Kristen 50 orang
Katolik 20 orang
Sumber : Keterangan Ketua RW Perumahan Manunggal
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa agama yang dianut oleh
masyarakat ada tiga agama, akan tetapi mayoritas menganut agama islam.
4. Kondisi Sosial
Sebagai masyarakat sosial, hampir seluruh warga mengena satu sama
lain, dan rasa kebersamaan antar warga sangat baik, ditandai dengan
gotong-royong yang berjalan dengan baik. Dalam perbaikan jalan, salah
satu terkena musibah ataupun kematian dengan sigap masyarakat segera
membantu. Dengan agama yang berbeda, masyarakat menyikapinya
dengan saling menghormati antar agama turut serta adat istiadat yang ada.
Sikap toleransi antar umat beragama membuat kerukunan antar warga
semakin terjaga.
51
Serta setiap sebulan sekali diadakan pertemuan RT 01-06 agar dapat
memecahkan persoalan yang dihadapi dibulan tersebut serta terjalain
komunikasi yang baik, antara pemimpin dengan warganya. Serta
perkumpulan lainnya, seperti pertemuan RW, PKK, Dawis, dan Takmir.
Yang menandakan bahwa pertemuan sangat penting di Perumahan
Manunggal ini, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam setiap hal untuk
kerukunan dan kemajuan masyarakat yang ada disana.
C. Hak dan Kewajiban Karyawan Pabrik
Dalam Undang-undang ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003
terdapat hak-hak dan kewajiban karyawan pabrik, meskipun tidak secara
ekplisit di sebutkan dalam salah satu bab, akan tetapi dimulai dari pasal 77
di paragraf 4 sampai pasal 101 menunjukkan bahwa itu merupakan hak-
hak karyawan untuk mendapatkan kejelasan hukum akan pekerjaannya.
Memuat waktu kerja, kesejahteraan karyawan. Maka dari itu, penulis
mencoba menjelaskan satu-persatu, yaitu adalah sebagai berikut:
1. Waktu Kerja
Merupakan suatu salah satu perjanjian kerja yang harus ditaati oleh
pekerja, apabila tidak maka akan ada sanksi tersendiri. Perjanjian kerja itu
sendiri, adalah dalam pasal 1601a KUHPerdata memberikan pengertian
adalah sebagai berikut: “perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana
suatu pihak kesatuan (si buruh), mengikatkan dirinya untuk dibawah
52
perintah pihak lain, simajikan untuk suatau waktu tertentu melakukan
pekerjaan dengan menerima upah”. (Husni, Lalu. 2010: 64). Waktu di
perusahaan adalah 7 jam sehari atau 40 jam seminggu bagi Pekerja yang
bekerja 6 hari kerja atau 7 jam sehari bagi pekerja atau 35 jam bagi
Pekerja yang bekerja 5 hari kerja sesuai dengan Undang-Undang, tidak
menyimpang (Keterangan Lina selaku Staff Administrasi Kamis, 8
Agustus 2018 pukul 14.00).
Sedangkan cuti dalam setahun ada 12 kali, tidak langsung diambil
sekali, terkadang dipotong libur hari raya yang aslinya hanya 2 hari, jika
lebih dari itu akan diambilkan dari hak cuti, jadi kita harus pandai-
pandainya mengambil hak cuti. Disana pun sudah disediakan masjid dan
gereja serta menurut waktu beribadah bergantian. Khususnya hari jum‟at,
dengan sebagian besar disana adalah karyawan perempuan jadi sementara
bisa digantikan sebentar. Keistimewaan bagi perempuan, terdapat
beberapa diantaranya adalah:
a. Tidak diwajibkan untuk pekerja yang sedang haid untuk masuk
kerja, dan boleh cuti dihari pertama dan kedua. Cuti yang seperti
ini, dinamakan H1 yang berakhir ditanggal 15 yang diatur oleh
pimpinan bagian (Keterangan Pak RT Rabu, 8 Agustus 2018 pukul
20.35).
b. Istirahat akan kehamilan karyawati yaitu 1,5 (satu setengah)
sebelum melahirkan dan 1,5 (satu setengah) setelah melahirkan.
Karena dulu pernah terjadi keguguran, Jadi masa kehamilan,
53
pekerjaan karyawati tidak masuk shif, jadi hanya masuk jam 8
sampai jam 4 dan tidak terlalu difokuskan untuk bekerja. Dan
selama 1,5 sebelum dan sesudah itu diliburkan (Keterangan Pak
Agung Rabu, 8 Agustus 2018 pada pukul 18.37).
c. Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih dalam penyusuan
harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika
hal itu harus dilakukan selama waktu kerja. Dilakukan saat waktu
istrirahat, istri pulang untuk menyusui anak sampai waktu satu jam
habis (Keterangan Pak Irwan Kamis, 9 Agustus 2018 pukul 15.03)
d. Meskipun mendapatkan istirahat, tetap mendapatkan upah yang
penuh. Yang dimaksud istirahat, adalah saat cuti menunggu masa
kelahiran yaitu 1,5 bulan sebelum dan 1,5 sesudah kelahiran dan
cuti saat haid.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Hal demikian terdapat dalam pasal 86 ayat 1, yang disitu mulai
berisi tentang pasal-pasal Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yaitu pekerja
mempunyai hak memperoleh perlindungan atas:
a. Keselamatan dan kesehatan kerja, untuk karyawati yang
mengandung 4-5 bulan, diberikan kebijakan hanya masuk shif pagi
saja, tidak dibolehkannya merokok dan kelengkapan kerja yang
lengkap seperti sepatu, seragam atasan bawahan, topi, kaos tangan,
masker dan lain sebagainya. (Keterangan Pak Joko Rabu, 8 Agustus
2018 pukul 18.30)
54
b. moral dan kesusilaan; dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Diberikan waktu untuk salat dengan cara bergantian. terkecuali waktu salat
jum‟at untuk karyawan, karena disana kebanyakan perempuan, maka
perempuan sementara waktu menggantikan tugas karyawan laki-laki
(Keterangan Pak RT Rabu 8 Agustus 2018 pukul 20.30 WIB).
Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkaan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja. Perlindungan tersebut dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Kebijakan Pengupahan
Dalam pasal 88 berisi kebijakan pengupahan. Pada ayat 1
menyebutkan “Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan
yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”
Kebijakan tersebut meliputi:
a. Upah minimum;
b. Upah kerja lembur dibayarkan saat terjadi kelebihan jam kerja,
saat hari libur kecuali hari Kemerdekaan diminta untuk
berangkat (Keterangan Pak Agung Rabu 8 Agustus 2018 pukul
18.30 WIB );
55
c. denda dan potongan upah, untuk denda tidak ada, tapi potongan
itu biasanya saat tidak masuk, maka preminya akan berkurang
(Keterangan Pak RT Rabu 8 Agustus 2018 pukul 20.28 WIB);
d. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
e. struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
f. upah untuk pembayaran pesangon. Untuk pabrik sekarang
banyak karyawan kontrak, jadi pihak pabrik mencoba
menghindar dari membayar pesangon (Menurut Pak RT Rabu 8
Agustus 2018 pukul 20.29 WIB ); dan
g. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
4. Kesejahteraan
Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh
jaminan sosial tenaga kerja. Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya, pengusaha wajib menyediakan fasilitas
kesejahteraan. Dengan memperhatikan kebutuhan pekerja/buruh dan
ukuran kemampuan perusahaan. Untuk meningkatkan kesejahteraan
pekerja/buruh itu juga, dibentuk koperasi pekerja/buruh dan usaha-usaha
produktif di perusahaan. Yang berupaya menumbuhkembangkan koperasi
pekerja/buruh, dan mengembangkan usaha produktif.
Timatex memiliki fasilitas kesejahteraan yang dapat dinikmati oleh
karyawan yang bekerja didalamnya, diantara lain yaitu:
56
a. Jamsostex/BPJS Ketenagakerjaan
Jaminan Sosial Tenaga Kerja : jenis perlindungannya yaitu jaminan
kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan kematian dan pesiun.
b. InHealth/BPJS Kesehatan
Asuransi Kesehatan : diberikan kepada pekerja + suami/istri + 3 orang
anak (max)
c. Staff masih diberikan tanggungan asuransi swasta (disamping BPJS).
d. Makan 1 kali dalam jam kerja, di kantin yang sudah disediakan.
e. Transportasi antar-jemput, hanya dilakukan masuk pagi dan juga
berangkat / pulang malam (Menurut Pak Agung Kamis, 9 Agustus
2018 pukul 18.30)
f. Seragam kerja termasuk atasan, bawahan, sepatu kerja, topi, serta
name tag untuk pekerja dibagian produksi. Secara lengkap untuk
perlindungan karyawan, akan tetapi karyawan tidak menggunakan
masker dan topi padahal itu untuk kesehatan karyawan sendiri
(Menurut Pak Joko sebagai Kabag Pabrik, Kamis 9 Agustus 2018
pukul 19.30)
g. Balai pengobatan (poliklinik) dengan 2 dokter dan 9 tenaga medis.
h. Mess pekerja.
i. Rumah/tempat ibadah, bagi yang muslim tersedia musholla serta yang
nasrani tersedia gereja (Menurut Pak Joko sebagai Kabag Pabrik,
Kamis 9 Agustus 2018 pukul 19.30).
57
j. Tunjungan Hari Raya Keagamaan.
k. Perpustakaan Perusahaan.
l. Koperasi karyawan manunggal 9 Damatex – Timatex-Argo
Manunggal Triasta.
Sedangkan menurut peraturan yang khusus diberlakukan oleh
Pabrik Timatex dan Damatex yaitu Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)
atau sekarang yang lebih dikenal dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
dengan poin-poin yang disepakati oleh Pengusaha dengan Pekerja di
Pabrik tersebut. Dalam PKB ini membahas tentang:
a. Istilah : beberapa istilah yang digunakan serta perlu dijelaskan
artinya. Seperti Perusahaan, pengusaha, Pekerja dan lain
sebagainya;
b. Umum : pihak, dasar, tujuan, luasnya perjanjian kerja bersama,
hak dan kewajiban yang berkesepakatan.
c. Pengakuan dan Jaminan : pengakuan perserikatan kedua belah
pihak, dan fasilitas-fasilitas untuk serikat bekerja.
d. Hubungan Kerja : penerimaan pekerja dan masa percobaan,
batas umur putus hubungan kerja, batas umur penerimaan calon
bekerja, mutasi dan promosi, serta status dan penggolongan
pekerja.
e. Peraturan Kerja :waktu kerja tergantung departemen, ada yang
dua shif dan ada yang tiga shif. Terkadang ada tiga bagian, yang
hanya masuk malam hanya satu shif saja (Pak Agung Rabu, 8
58
Agustus 2018 pukul 18.30 WIB). Dan istirahat yaitu apabila
bekerja empat jam terus-menerus dapat beristirahat satu jam,
terkecuali bagi karyawan yang menjaga mesin, jadi istirahatnya
bergantian, agar mesin tetap beroprasi (Pak RT Rabu, 8 Agustus
2018 pukul 20.30 WIB)
f. Absensi, Perijinan, Cuti Khusus dan Istirahat Tahunan
g. Kewajiban dan Larangan-Larangan. Dalam KKB pasal 22,
Pekerja diwajibkan untuk mentaati peraturan dan tata tertib yang
ditetapkan oleh Pimpinan Perusahaan dan lain sebagainya.
Larangan bagi Pekerja diantaranya dalam pasal 23, tidak boleh
menggunakan / membawa barang milik perusahaan tanpa izin
pemimpin, membawa mengambil dan atau memindahkan bukan
haka atau wewenang di dalam kompleks \perusahaan, dan lain
sebagainya.
h. Syarat-Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Sebagai
contoh tidak dibolehkannya merokok dan kelengkapan kerja
yang lengkap seperti sepatu, seragam atasan bawahan, topi, kaos
tangan, masker dan lain sebagainya. ( Menurut Pak Joko Rabu, 8
Agustus 2018 pukul 18.30)
i. Pengupahan .
Sebenarnya peraturan masih sama, hanya saja pergantian nama yang
dulunya Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) menjadi Perjanjian Kerja Bersama
(PKB) yang mengalami perubahan yang sedikit sebagai contoh BPJS atau yang
59
dulu lebih dikenal Jamsostex (kepala personalia, Kamis, 23 Agustus 2018
pukul 13.00 WIB).
D. Pemenuhan Hak Anak Karyawan di Perumahan Manunggal
Menurut keterangan dari ketua RT 4 diperumahan Griya Manunggal
Sejahtera yang masih menjadi penduduk asli karyawan pabrik Timatex dan
Damatex hanya tersisa 50 persen saja, dengan sebagian lagi memiliki
pekerjaan selain karyawan pabrik yaitu di negeri maupun swasta. Ada yang
menjadi guru, pegawai kantor, polisi, bekerja di pabrik lain bahkan ada yang
menjadi buruh serabutan.
Dari satu keluarga, terdiri dari bapak ibu yang bekerja sebagai karyawan
pabrik Timatex dan Damatex yang memiliki dua ataupun tiga orang anak.
Jenjang usia dan pendidikannya pun berbeda-beda, ada yang masih bayi, SD,
SMP maupun sudah SMA. Dari anak tersebut, mulai dibiasakan untuk
dititipkan dan hidup mandiri semisal orangtua sedang bekerja. Memang
awalnya anak sempat mengeluh, akan tetapi lama kelamaan akan mengerti
kondisi keluarga yaitu dengan kedua orangtuanya bekerja (Keterangan Ketua
RT 04 Desa KarangTengah Kecamatan Tuntang).
Penulis sendiri sudah menwawancarai 10 KK yang sebagian besar dari
RT 4, karyawan pabrik Timatex yang masih memiliki anak usia delapan belas
tahun kebawah. Dari wawancara tersebut, akan membahas terhadap
pemenuhan hak-hak anak karyawan di perumahan tersebut. Dikarenakan
dengan sibuknya orangtua yang bekerja, dari kaum laki-laki serta bagi kaum
perempuan yang menjadi ibu rumahtangga sekaligus sebagai salah satu
60
penopang perekonomian keluarga, untuk membantu tugas pokok seorang
suami dalam mencari rizki. Kebutuhan yang banyak dan anak yang masih
membutuhkan pendidikan serta penghidupan yang layak. Dengan peran ganda
yang dimiliki, maka dapat dikatakan salah satu perannya, bahkan kedua-
duanya akan berjalan dengan tidak maksimal.
Sewajarnya, anak berhak untuk diasuh atau dalam bimbingan
orangtuanya sendiri, akan tetapi dengan kondisi ekonomi yang tidak
memungkinkan, maka orangtua sebagai orangtua biologis berpikir membagi
waktunya. Awalnya mereka pun merasa kebingungan untuk mengurus anak
yang masih kecil (Keterangan Ketua RT 4 pada kamis, 17 Mei 2018). Dengan
jenjang usia yang berbeda, maka berbeda pula cara pengasuhannya. Adapun
cara yang digunakan agar anak tersebut dapat bahkan mampu mendapatkan
perhatian, pemeliharaan dan perlindungan yaitu dari mereka memiliki
berbagai cara untuk mengurus anak.
Adapun cara pertama, yang digunakan adalah kedua orangtua sama-
sama bekerja dan dalam shif yang berbeda, maka dalam pengasuhannya
dengan cara di aplus yaitu anak dibawa saat pergantian shif, untuk diasuh
oleh pihak suami atau pihak istri yang sudah selesai bekerja. Cara yang
kedua, dititipkan sanak saudara, banyak dari mereka masih memiliki sanak
saudara yang bisa dimintakan pertolongan untuk mengurus anak, sewaktu
orangtua bekerja. Ketiga, setiap karyawan disana, tidak mungkin memiliki
bagian ataupun shif yang sama, maka dari itu disaat orangtua bekerja maka
anak dititipkan ke tetangga terdekat, serta dipercaya mampu mengurus anak
61
tersebut. Untuk kebutuhan material berupa uang, pakaian, susu serta yang
lainnya untuk si anak, semua sudah disiapkan oleh orangtua, akan tetapi
hanya penjagaannya saja dengan orang yang berbeda (Wawancara dengan
Ibu Supriyati jum‟at, 18 mei 2018 pada pukul 08.00).
Perlindungan anak pun dilakukan dengan cara pengawasan disaat
orangtua ada dirumah, dengan ketentuan jam pulang malam dan setiap pergi
kemana pun memberi pesan, agar tidak ada kekhawatiran dari orangtua yang
ada dirumah. Apabila melewati jam malam yang ditentukan, maka anak
diberikan sanksi dengan dimarahi oleh orangtua dan dikurangi uang sakunya.
Sedangkan apabila tidak dirumah, maka pengawasan akan diberikan kepada
orang yang dilimpahkan pengasuhannya, serta tetangga seperumahan yang
memperhatikan dan mengabarkan tentang perilaku anak saat orangtuanya
bekerja.
Setiap bulan di tanggal 12 diadakan imunisasi bagi bayi, dan seluruh
karyawan pabrik yang tinggal diperumahan tersebut, sudah memiliki BPJS
yang diselenggarakan oleh Pemerintah melalui Pabrik Timatex tersebut,
membantu apabila sewaktu-waktu orangtua atau anak yang sudah memiliki
kartu BPJS dapat memperoleh keringanan saat berobat. Serta tidak ada
warganya yang mengalami kecacatan. Kecatatan tersebut meliputi kecacatan
fisik maupun mental (Keterangan Ketua RW pada kamis, 24 Mei 2018).
Peribadatan disana berjalan sangat baik, dengan prosentase yang
bergama Islam mencapai 80 %, yang menjadi agama mayoritas dibandingkan
dengan Kristen dan Budha yang masing-masing 10 %. Maka diperumahan
62
tersebut, dibangunlah sebuah masjid yang bahkan sudah dibentuk remaja
masjid dan takmir untuk mengurusi masjid yang sudah dibangun tersebut.
Agama yang dianut oleh anak adalah agama yang dibawa orangtunya. Jadi
agama si anak, tergantung kepada agama yang dianut oleh orangtuanya
sendiri. Kondisi umat beragama pun disana sangat rukun, karena setiap
minggu diadakan perkumpulan RT maupun RW guna mengumpulkan
masyarakat apabila terjadi persoalan dan untuk menambah keakraban antar
warga perumahan (Keterangan Ketua RW pada Kamis, 24 Mei 2018).
63
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Bentuk Pemenuhan Hak-hak Anak Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau
dari Undang-Undang Perlindungan Anak
Pasal 7 dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak: “Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya,
dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri”. Dengan dua status yang ,
jadi membuat peran wanita, khususnya istri menjadi terkurangi, terlebih
kepada istri yang masih mempunyai anak dibawah umur, yang masih
membutuhkan pengasuhan, pengawasan, dan kasih sayang. Diperumahan
Manunggal Sejahtera terdapat beberapa pasang suami istri dari Pabrik
Timatex yang bahkan semakin semakin besar disana, dikarenakan
perumahan tersebut diperuntukan kepada Karyawan Pabrik, dan sekarang
sebagian ditempati oleh umum.
Menurut penuturan Supriyati yang masih memiliki anak yang masih
SMK di salah satu sekolah di Salatiga, beliau pun tidak memiliki pembantu
rumah tangga untuk menyelesaikan urusan rumahtangga, jadi sebelum
berangkat kerja, bahkan saat masuk jam enam pagi pun,beliau sudah
mempersiapkan urusan rumah. Adapula ibu Khalim yang masih memiliki
anak bayi. Apabila saat suami kebetulan pulang dan istri berangkat, maka
kerap kali istri membawa anaknya untuk bertemu bapaknya, agar bisa
bergantian menjaga tanpa meninggalkan anak.
64
Sedangkan Pasal 8: “Setiap anak berhak memperoleh pelayanan
kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental,
spiritual, dan social”. Pelayanan puskesmas pun rutin dilakukan oleh
masyarakat perumahan manunggal dengan setiap bulannya, untuk mengecek
kesehatan bayi serta ditopang dengan kebijakan pabrik dengan BPJS bagi 3
anak adalah sebuah keringanan kesehatan yang diberikan kepada pekerja
dengan ketentuan anak masih dalam usia 21 tahun dan orangtua masih
bekerja aktif di pabrik. Turut serta fasilitas pabrik yang menunjang kulaitas
ASI yaitu menurut Pak RT yang merupakan karyawan pabrik yang masih
aktif menurut penuturannya, beliau mempunyai teman satu bagian yang
baru saja melahirkan dan anaknya dalam masa penyusuan, sewaktu istirahat
dengan jarak yang cukup jauh yaitu setengah kilometer dari klinik, maka
dari itu para ibu-ibu dijemput menggunakan ambulan menuju klinik, untuk
memompa dan menyimpan ASI ditempat penyimpanan khusus yang akan
diambil setelah jam pulang. Beliau juga mengatakan bahwa klinik tersebut
dilengkapi tempat pemerahan ASI salah satunya agar terjaganya
penghargaan pabrik, tentang pengahargaan pabrik dengan perhatian yang
tinggi terhadap keluarga KB. Serta diperumahan Manunggal, tidak ada anak
yang cacat, hal ini membuktikan bahwa anak tercukupi gizinya oleh
orangtuanya, meskipun disibukkan dengan bekerja.
Pasal 9 ayat 1: “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Pendidikan merupakan
65
hal yang penting bagi warga perumahan Manunggal. Hal itu ditunjukkan
dengan semua anak disana mengenyam pendidikan, bahkan ada pula yang
mulai masuk kuliah disalah satu perguruan tinggi, mereka berkeyakinan
dengan mensekolahkan anak lebih tinggi, anak tersebut bisa hidup lebih
baik dari yang orangtua sekarang.
Pasal 10 “Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya,
menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat
kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-
nilai kesusilaan dan kepatutan”. Dengan adanya waktu yang ada saat
orangtua berada dirumah diwaktu pulang kerja maupun hari libur dihari
sabtu dan minggu. Sering terjadi interaksi antara orangtua dan anak yang
membuat kedekatan antara kedua semakin erat.
Dalam pasal 11, “Setiap anak berhak untuk beristirahat dan
memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain,
berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat
kecerdasannya demi pengembangan diri”. Bermain dapat mengembangkan
aspek sosial emosional anak yaitu melalui bermain anak mempunyai rasa
memiliki, merasa menjadi bagian/diterima dalam kelompok, belajar untuk
hidup dan bekerja sama dalam kelompok dengan segala perbedaan yang
ada. Dengan bermain dalam kelompok anak juga akan belajar untuk
menyesuaikan tingkah lakunya dengan anak yang lain, belajar untuk
menguasai diri dan egonya, belajar menahan diri, mampu mengatur emosi,
dan belajar untuk berbagi dengan sesama. Dengan manfaat penyesuaian diri
66
dengan orang lain, membuat setiap anak berhak untuk menunjukkan diri
ditengah-tengah masyarakat, dengan melepas waktunya bersama teman
serta hal yang mereka senangi, tentunya sesuai norma dan nilai-nilai yang
baik didalam masyarakat. Sama halnya diperumahan, dengan rumah yang
berdekatan dan dalam satu wilayah yang sempit, membuat segala informasi
dan perhatian antara warga satu dengan warga lain semakin cepat. Hal itu
terjadi disaat anak dari bapak Irwan yang masih berumur enam tahun
bermain di sungai dekat perumahan, dan itu diketahui oleh tetangga, maka
sampailah informasi tersebut ketelingan orangtuanya. Sehingga anak
tersebut,dilarang untuk bermain ke sungai lagi, dikarenakan berbahaya.
Sebuah keluarga ideal adalah sebuah keluarga yang lengkap posisi
dan peranannya. Ada suami istri yang berperan sebagai bapak dan ibu bagi
anak-anak mereka. Hubungan antar anggota keluarga ini terbentuk karena
sebuah komunikasi yang tepat dan sesuai digunakan dalam keluarga itu dan
bisa jadi masing-masing keluarga menerapkan pola komunikasi yang
berbeda-beda karena sangat bergantung pada kebutuhan dan situasi yang
melatarinya (Istianto, 2016: 382). Sama halnya diperumahan Manunggal.
Meskipun kesibukan orangtua yang bekerja, saat hari libur, yang kebetulan
sama yaitu dihari minggu, kerap kali dimanfaatkan sebagai hari keluarga.
Dengan hal positif yaitu dengan pergi ketempat wisata, atau pergi kerumah
saudara jauh. Bahkan setiap harinya, apabila salah satu orangtua ada yang
berada dirumah, seringkali digunakan untuk menemani anak saat bermain
67
maupun belajar. Meskipun terkadang saat kedua orangtua bekerja, anak
dititipkan ke kerabat serta tetangga terdekat dan terpercaya.
Pasal 13 ayat (1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua,
wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan,
berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:a. diskriminasi; b. eksploitasi,
baik ekonomi maupun seksual; c. penelantaran; d. kekejaman, kekerasan,
dan penganiayaan; e. ketidakadilan; dan f. perlakuan salah lainnya.
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang
senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat,
dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Ketika anak
masih terjerembab dalam diskriminasi maka masa depan di planet ini akan
semakin terancam, karena tidak adanya generasi yang diberi ruang untuk
berekspresi dan didengar keluh kesahnya (Subiyakto. 2012. Membangun
Kota Layak Anak.Sosio-Religia,(On Line), Vol.10 No.1 (diakses 12 Juli
2018) ). Dalam hal ini, banyak sekali jenis diskriminasi yaitu meliputi
politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Diperumahan sendiri tidak ada anak
yang didiskriminasi, anak diberikan waktu untuk bermain, mengeluarkan
pendapatnya, tanpa menjalankan perilaku yang tidak semestinya dilakukan
oleh anak pada umumnya.
68
B. Bentuk Pemenuhan Hak-hak Anak Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau
dari Hukum Islam
Islam Salah satu amanah yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada
manusia adalah anak adalah sebagai hasil dari sebuah hubungan anatara
suami istri dalam sebuah ikatan pernikahan. Islam memelihara keturunan
agar seluruh ajaran-ajarannya agar terus diajarkan dan dilaksanakan oleh
seluruh umat manusia dalam rangka melaksanakan tugas kholifah fil arld.
Pertama bermula dari mendidik anak sebagai anak yang salih dan
shalihah dengan membaca Al-Qur‟an. Al-Qur‟an adalah kitab suci umat
islam yang diturunkan oleh Allah Swt, kepada Rasulullah Saw, melalui
perantara malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Agar dijadikan sebagai
pedoman, konsep dan aturan hidup manusia sebagai firman Allah Swt al-
Baqarah: 2-3) (Ukasyah Habibu, 2015: 21). Diperumahan adalah mayotitas
orangtuanya adalah karyawan pabrik Timatex yang mestinya saat bekerja
tidak dapat mengawasi anak, apabila membimbing anak untuk setiap hari
membaca Al-Qur‟an, bagi ibu yang yang tidak bekerja dapat membimbing
anaknya untuk membaca al-Qur‟an, akan tetapi apabila dalam keluarga
bapak maupun ibu bekerja, maka hanya nasehat saja yang diberikan oleh
orangtua, untuk mengikuti TPA (Tempat Pembelajaran Al-Qur‟an) yang ada
di masjid perumahan tersebut.
69
Kedua, penyusuan dalam hadis lain manfaat yang ada dalam penyusuan
tersebut, yang dituturkan oleh Ibn Mas‟ud r.a. bahwa Rasulullah Saw
bersabda:
لرضا ع إلما أنشزالعظم وانبت الحم
“Tidak ada penyusuan, kecuali yang menguatkan tulang dan
menumbuhkan daging.” (HR. Abu Daud) ( Ibn Hajar Al-Asqalani. 1998.
hlm 463).
Dari hadits tersebut, tergambar jelas bahwa ASI merupakan hal
yang terpenting bagi pertumbuhan anak usia dini. Hal ini juga disadari
oleh pihak pabrik dan khususnya orangtua yang bertempat tinggal di
Perumahan Manunggal. Perhatian pabrik terhadap anak karyawati pabrik
ditunjukkan dengan dibuatnya ruang laktasi atau tempat memompa ASI
lalu disimpan sementara di lemari pendingin yang nantinya dibawa pulang
untuk anak. Apabila kediaman dekat dengan pabrik, maka sewaktu
istirahat diperbolehkan ijin pulang untuk menyusui anak (Pak RT ). Allah
juga berfirman:
...
"Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan". [Al Baqarah: 233].
Dengan adanya keistimewaan yang diberikan pabrik, membuat pemberi
ASI teratur, dan menjaga gizi anak bayi. Serta lebih dari itu, telah adanya
70
BPJS yang memberikan pelayanan kesehatan untuk keluarga, agar biaya
kesehatan sedikit banyak terbantu dengan adanya BPJS tersebut.
Ketiga, anjuran membuat nama yang baik, seperti yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata: “Sehina-hinanya nama di sisi
Allah adalah seorang yang bernama “Malikil amlak” (Maharaja diraja).”
(HR. Imam Al- Bukhari) (Makmun, 2015: 240). Islam meyakini bahwa
nama adalah sebuah doa bagi orang yang memiliki nama tersebut. Jadi
dalam islam, tidak diperbolehkan memberi nama sembarangan pada anak.
Bahkan bisa memberikan nama anaknya dengan nama Abdurrahman,
Abdullah, para nabi, para sahabat atau yang lainnya yang penting
mengandung makna yang baik dan tidak menyimpang dari syariat. Di
perumahan pun tidak ditemukan nama-nama yang menyimpang dari
syariat bahkan norma masyarakat. Bukan hanya nama Arab akan tetapi
juga nama orang Jawa.
Keempat, menjalin keakraban dengan anak, bahwa seorang anak
yang takut, bahkan sangat takut kepada orangtuanya merupakan bentuk
kegagalan orangtua dalam mengakrabkan diri dengan anak. Hal itu terjadi
karena kurangnya menyisihkan waktu untuk anak. Rasulullah Saw yang
mulia pun bercengkrama dengan cucunya. Abu Hurairah ra. Berkisah
bahwa suatu saat Rasulullah Saw. menjulurkan lidahnya kearah Hasan bin
Ali Ra, saat itu ia masih kecil. Menyaksikan merahnya lidah Rasulullah, ia
merasa tertarik. Hasan kemudian mendekat lagi hingga ia benar-benar bisa
melihat dengan jelas lidah nabi Saw (Ukasya Habibu, 2015: 119). Menurut
71
penuturan Bapak Imam Pramono, beliau sesekali mengajak keluarganya
untuk berpergian, meskipun tidak sering, akan tetapi sebagai ayah
perhatian anak cukup tinggi. Dibuktikan dengan saat waktu salat tiba, anak
diharuskan sudah sampai dirumah, saat anak belajar terkadang ditemani,
dan semisal tidak ada dirumah, maka dititipka keteman dekat perumahan
tersebut, dengan memberikan nasehat kepada anak untuk selalu nurut
dengan perkataan temannya tersebut. Hal ini menandakan bahwa
meskipun bapak bekerja, segi kerohanian dan perhatian terhadap anak
tidak hilang. Karena masih adanya pengawasan terhadap anak meskipun
meminta bantuan oranglain.
, Kelima, memberikan teladan yang baik ada suatu hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim mengatakan bahwa “tidak ada bayi
yang terlahir, kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka, kedua
orang tuannyalah yang akan menjadikan seorang Yahudi, Nasrani, atau
Majusi ”. Hadits tersebut semakin menandaskan tentang pengaruh kondisi
ekternal terhadap kepribadian manusia, maka dari itu anak berhak atas
hunian yang tidak hanya sehat untuk tumbuh kembang anak secara fisik
saja, akan tetapi psikologisnya juga harus diperhatikan juga (Ukasya
Habibu, 2015: 202). Disana, kerukunan antar warga berjalan dengan baik,
ditandain dengan dilakukannya pertemuan RT setiap minggunya, dan
penjagaan warga satu dengan warga yang lain terjadi sangat baik, karena
saat keadaan anak yang main di sekitar perumahan, maka tetangga
langsung mengabarkan kondisi anak yang main, agar tidak ada kecemasan
72
orangtua si anak, akan kepergian anak tersebut. Menandakan bahwa
penjagaan antar warga perumahan terjalin dengan baik.
Keenam, tidak memberikan hukuman secara berlebihan, pada
prinsipnya, suatu kesalahan tidak akan bisa berubah menjadi kebenaran
kecuali dalam diri orang yang telah dirasuki oleh hawa nafsu (Ukasya
Habibu, 2015: 217). Menurut Keterangan ibu Supriyati yang memiliki
anak yang sudah SMK, apabila anak jam sembilan malam tidak kembali
kerumah, maka akan dimarahi serta orangtua lain yang memberikan
batasan khusus terhadap anak, agar terciptanya anak yang memiliki akhlak
dan budi pekerti yang baik.
Ketujuh, tidak memaksakan kehendak kepada anak, karena tidak semua
orantua mengerti bahwa masing-masing anak memiliki karakter,
kepribadian, bahkan juga impian dan cita-cita yang berbeda-beda. Ingatlah
firman Allah Swt. Berikut:
.....
“Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan
kesanggupannya...” (QS. Al-Baqarah: 286) (Ukasya Habibu, 2015: 228).
Diperumahan tersebut, juga tidak dipaksakan apa yang akan dipilih
oleh anak, sebagai contoh sekolah, diperumahan itu sendiri banyak dari
mereka SMK maupun SMA yang menurut kemauan dan kemampuan
anak. Orangtua hanya memberikan pertimbangan akan biaya dan arahan
73
sekolah yang baik dan biayanya terjangkau, semisal anak tetap kuat pada
pendiriannya dengan sekolah favorit, maka sebagai orangtua berusaha
dengan keras, agar anaknya bisa sekolah di tempat pilihan anak.
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah
memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar apa yang Allah
berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah
kesempitan.” ( QS. Ath-Thalaaq : 7)
Kedelapan, bahwa bapak wajib menafkahi anaknya dan juga
menjadi upah kepada istrinya yang lelah mengasuh anak. Wajibnya nafkah
anak atas bapak ini karena si anak masih lemah dan membutuhkan
bantuan, dan bapaknya adalah orang yang paling dekat dengannya
(Nizami, Auliya Ghazna. 2017. hlm 462, Online, (jurnal. assalaam. or. id,
diakses 11 April 2018). Akan tetapi dalam kenyataannya dengan
kebutuhan dan harga barang semakin meningkat,membuat peran wanita
sebagai ibu rumahtangga juga merangkat sebagai wanita karir. Hal itu
tidak mudah, akan tetapi dengan kecerdasan memanfaatkan waktu dan ada
yang membantu, maka dalam dua peran tersebut bisa berjalan baik.
Dengan tentunya dengan dukungan suami, kerabat dan tetangga yang
terdekat.
74
Kesembilan, perlindungan anak dalam hal ini, memang sepatutnya
dilindungi dikarenakan anak merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang
wajib dilindungi segala bentuk perlakuan yang mengganggu dan merusak
hak-hak anak dari kekerasan ( Mufidah. 2006 : 14). Perlindungan memang
sangat penting, bahkan saat ini bangsa Indonesia mulai sadar akan
perlindungan terhadap wanita dan anak. Karena mereka lah kaum yang
lemah, ditopang dengan hukum diharapkan dapat mampu berkekuatan
yang sama dengan lelaki dan tidak ditindas dengan orang yang jenjang
usia yang diatasnya. Menurut penuturan Pak RT diperumahan terdapat 300
anak, dan tidak ditemukan eksploitasi baik berupa ekonomi, politik dan
lainnya. jadi disana terjaga kerukunan dan kekerabatan dengan baik. Serta
dengan dukungan suami, kerabat dan tetangga terdekat, membuat
penjagaan orangtua terhapa anak sedikit terbantu, meskipun, peran dan
sosok orangtua tidak akan tergantikan oleh orang lainnya.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas pada bab sebelumnya maka penulis
menyimpulkan:
1. Bentuk pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex diperumahan
tersebut menggunakan kerjasama yang baik antar bertetangga. Dengan
pengalihan pengasuhan saat orangtua bekerja kepada tetangga yang masuk
dengan shift berbeda membuat pengasuhan anak terpenuhi. Dari segi
agama ditopang dengan TPA yang dilakukan di masjid diperumahan
tersebut. Serta kebijakan pemerintah yang diterapkan pihak pabrik berupa
BPJS Kesehatan membuat jaminan kesehatan anak dapat sedikit terbantu.
Serta fasilitas-fasilitas yang lainnya seperti bus jemputan, koperasi, klinik,
secara tidak langsung ikut serta terjaminnya pemenuhan hak-hak anak.
2. Bentuk Pemenuhan Hak-hak Anak Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau
dari Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 Perlindungan Anak
a. Berdasarkan pasal 7 ayat 1 bahwa anak diasuh oleh orangtua sendiri,
dengan waktu kerja yang memungkinkan untuk pengasuhan anak secara
maksimal, maka orangtau menggunakan cara Pengasuhan anak terdiri
dari beberapa cara yaitu :
1) cara di oplos kedua orangtua sama-sama bekerja dan dalam plug /
shift yang berbeda, maka dalam pengasuhannya yaitu anak dibawa
76
saat pergantian shif, untuk diasuh oleh pihak suami atau pihak istri
yang sudah selesai bekerja.
2) Dititipkan sanak saudara yang dimintakan pertolongan untuk
mengurus anak, sewaktu orangtuanya bekerja.
3) Dititipkan ke orang lain yaitu orangtua bekerja di shif yang sama,
maka dari itu disaat orangtua bekerja maka anak dititipkan kepada
tetangga atau teman yang dipercaya.
b. Perhatian orangtua terhadap anak tidak hilang, meskipun kedua
orangtua mencari nafkah.
c. Berdasarkan pasal 9 tentang Kesadaran pendidikan di sana sangat baik,
dengan semua anak mengeyam pendidikan.
d. Pasal 6 tentang hak beribadah menurut agamanya terpenuhi cukup baik,
dengan adanya TPA di masjid perumahan serta bimbingan yang
dilakukan orangtua maupun tetangga yang mengerti agama.
e. Pasal 10 Setiap anak dapat menyampaikan keluh kesahnya saat
orangtua berada di rumah.
f. Pasal 11 anak dapat memanfaatkan waktu luang, dengan pengaturan
batas waktu tertentu.
g. Pasal 11 Terkadang dilakukannya rekreasi bersama anak saat libur,
untuk semakin eratnya hubungan antara orangtua dengan anak.
h. Pasal 9 tentang pendidikan, seluruh anak diperumahan tersebut
mengenyam pendidikan formal maupun informal seperti TPA, mengaji
dirumah tetangga.
77
3. Bentuk Pemenuhan Hak-hak Anak Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau dari
Hukum Islam
a. Anak diajarkan membaca Al-Qur‟an dengan mengikuti TPA serta
sedikit dibantu orangtua.
b. Penyusuan anak tidak genap 2 (dua) tahun dengan beberapa faktor:
ASI tidak keluar, bertepatan waktu kerja, dan masih adanya susu
formula.
c. Nama anak disana didominasi oleh nama dari bahasa Arab dan Jawa,
adapun nama-nama lain tidak menyimpang dari syariat bahkan norma
masyarakat.
d. Keakraban dengan anak ditunjukkan oleh orangtua dengan bermain,
belajar dan berekreasi bersama.
e. Memberikan teladan yang baik antar warga sangat baik, dengan
terjalinnya kerukunan dan toleransi yang tinggi.
f. Cara menghukum anak dengan marah dan menasehati, tidak sampai
memukul.
g. Tidak memaksakan kehendak kepada anak, hanya memberikan
pengertian dan sepenuhnya keputusan ditangan anak.
h. Kedua orangtua bekerja semua, akan tetapi yang bekerja di pabrik
dominan bapaknya saja.
i. Perlindungan anak diciptakan dari orangtua, serta dititipkan ke
kerabat, tetangga.
B. Saran
78
1. Bagi Orangtua
Untuk para orangtua dalam mendidik dan mengasuh anak
diharapkan lebih ditekan pada pemberian waktu bersama, dikarenakan
dengan kedekatan secara fisik, diharapkan anak merasakan kenyamanan
dan penjagaan yang terbaik dari orangtua kandungnya. Ditemukan anak
yang tidak dititipkan kepada tetangga atau kerabat menjadikan anak
mencari perhatian dari orang lain, jikalau orang lain itu baik akan tetapi
anak dalam mencari identitas tidak memikirkan baik atau tidaknya bagi
dirinya. Hanya mencari dan mencoba meniru. Maka dari itu, peran
orangtua sangat dibutuhkan untuk memberikan pengertian akan tindakan
yang akan diperbuat oleh anak.
2. Bagi Pabrik
Perhatian terhadap karyawan pabrik sudah baik, hanya saja
tingkatkan lagi fasilitas Klinik bukan hanya pemerahan ASI saja, akan
tetapi ditambah dengan program-program keluarga karyawan sehat lagi,
karena dengan kesehatan karyawan maka menjadikan optimal dalam
bekerja dan mengurus keluarga. Diharapkan pihak pabrik lebih
meningkatkan fasilitas keselamatan, kesehatan dan fasilitas lainnya agar
tercapainya pekerjaan yang mencapai target serta keluarga karyawan yang
sehat jasmani dan rohani.
79
Daftar Pustaka
Ahmad, Ukasyah Habibu. 2015. Didiklah Anakmu Ala Rasulullah. Yogyakarta:
Saufa.
Ali, Zainuddin. 2009. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Al-Asqalani, Ibn Hajar. 1998. Bulughul Maram Panduan Lengkap Masalah-
Masalah Fiqih, Akhlak, Dan Keutamaan Amal. Terjemahan oleh Irfan
Maulana Hakim. 2013. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Amrullah, M.Amin. 2013. Panduan Penyusunan Proposal Skripsi, Tesis dan
Disertasi. Jakarta: Smart Pustaka.
Anggoro, Rahmad Bayu. 2017, Pengasuhan Anak Oleh Narapidana dalam
Perspektif Hukum Islam dan UU No. 35 Tahun 2014 (Studi kasus di
lapas kelas II A Ambarawa, Kab. Semarang), Skripsi, IAIN Salatiga.
Ardian, Abu Ahmadi. 1988. Ilmu Jiwa Anak. Bandung: CV. Armico.
Azra, Azyumardi. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru.
Filiya, Ana Nur, 2008, Hubungan Tumbuh Kembang Anak dengan Pola Asuh Ibu
Bekerja (Studi kasus di TK Dharma Wanita Kebon Agung Kecamatan
Sukodono Kabupaten Sidoarjo), Skripsi, Universitas AIRLANGGA
Surabaya.
https://id.wikipedia.org/wiki/Anak.
http://Syahronisiregar140.Blogspot.Co.Id, diakses pada tanggal 27 Oktober 2017.
https://Maunur1201110010.Wordpress.Com/artikel/pola-asuh-dalam-persektif-
ajaran-islam.
80
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Montessori, Maria. 2016. Rahasia Masa Kanak-Kanak Alih Bahasa Ahmad
Lintang Lazuardi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mufidah. 2006. Haruskah Perempuan Dan Anak Dikorbankan?. Yogyakarta:
Pilar Media.
Nelson, W. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Alih Bahasa A Samik Wahab. Jakarta :
EGC.
Nizami, Auliya Ghazna. 2017. Hak Pengasuhan Anak Dalam Perspektif Al
Qur‟an Dan Hadits child custody rights in qur‟an and hadits
perspectives: 462, Online, (jurnal. assalaam. or. id, diakses 11 April
2018).
Sholechah. 2006. Istri Karier dalam Perspektif Hukum Islam (studi terhadap istri
pencari nafkah di Desa Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang),
Skripsi, STAIN Salatiga.
Srijanti, dkk. 2007. Buku Etika Berwarganegara. Jakarta : Salemba Empat.
Subiyakto, Rudi. 2012. Membangun Kota Layak Anak.Sosio-Religia,(On Line),
Vol.10 No.1 (diakses Kamis 12 Juli 2018).
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun Tentang Perlindungan Anak,
Citra Umbara, Bandung: 2006.