pemekaran wilayah

8

Click here to load reader

Upload: lisa-syp

Post on 21-Jun-2015

711 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemekaran wilayah

HUKUM TATA NEGARA

ANALISIS KASUS PEMEKARAN WILAYAH DI INDONESIA

Oleh :

Lisa Savitri Younan P (115010101111018)

Ajeng Dwi Pramesti (115010101111030)

Kelas : G

Page 2: Pemekaran wilayah

Kebijakan otonomi daerah dengan diberlakukannya UU no 22 tahun 1999 mengawali rangkaian

pemekaran daerah yang ada di Indonesia. UU tersebut dengan semangat otonomi daerahnya

menjadikan pemerkaran daerah “bak cendawan dimusim penghujan” pemekaran “menjamur”.

Semua daerah berlomba-lomba untuk memekarkan daerahnya dengan menjadikan satu

kabupaten/kota atau provinci menjadi 2 atau lebih kab/kota dan provinsi

Pemekaran daerah dan permasalahannya

Namun dilapangan ternyata banyak pertentangan (pro kontra) yang terjadi dalam menyikapi

otonomi daerah, baik ditengah masyarakat, masyarakat dengan pemerintah daerah, pemerintah

daerah dengan pemerintah daerah yang lain, pemerintah daerah dengan pemerintah pusat,

dsb. . Beberapa hal yang juga menjadi permasalahan dilapangan adalah pengaturan keuangan,

belanja aparatur, tapal batas antardaerah, perangkat kelembagaan, bantuan daerah induk,

pelimpahan aset, penentuan ibukota daerah otonom baru dsb. Juga semangat “putra daerah”

dalam pemilihan kepala daerah dan rekruting PNS. Sehingga ada penumpukan pegawai,

sedangkan di daerah lain mengalami kekurangan PNS.

Pada Hari Rabu, tanggal 14 Juli 2010 yang lalu, Pemerintah menyampaikan hasil evaluasi

terhadap pemekaran 205 buah Provinsi/Kabupaten/kota di Indonesia, yang dilakukan sejak

tahun 1999 yang lalu. Sebanyak 80 (delapanpuluh) persen atau Daerah Otonomi Baru tersebut

gagal. Presiden menambahkan, dalam 10(sepuluh) tahun terakhir banyak permasalahan

dilapangan, oleh karena itu kedepan diupayakan agar pemekaran betul-betul efektif, sehingga

(memberikan) pelayanan public menjadi lebih baik, ekonomi bergerak dan keadilan didaerah

mengalami perbaikan.

Menyimak hasil evaluasi pemerintah ini, banyak hal yang perlu di kritisi dan perlunya langkah-

langkah introspkesi, agar pembentukan DOB kedepan, benar-benar memberikan manfaat.

Perlu diketahui, bahwa pemekaran merupakan hasil pelaksanaan kebijakan pusat didaerah,

walaupun usulan pemekaran seluruhnya berasal dari bawah(bottom up), namun kegagalan

diatas semestinya menyadarkan semua pihak, agar melakukan perbaikan langkah-langkah

yang lebih tepat kedepan. Beberapa catatan kritis mencermati pelaksanaan pemekaran selama

ini adalah : pertama, belum jelasnya kebijakan pemerintah terhadap pemekaran, kedua:

Pemekaran banyak dilakukan dalam kerangka pertimbangan politis, ketiga: kurangnya

dukungan pertimbangan demografis, geografis dan kesisteman, dan keempat: pelaksanaan

DOB pada suatu daerah terlalu terburu-buru, dan inkonsisten pelaksanaan kebijakan; kelima,

Page 3: Pemekaran wilayah

belum dilakukannya langkah yang konkrit terhadap upaya percepatan pembangunan kawasan

perbatasan.

Kebijakan Pemekaran

Kebijakan merupakan arah bagi penyelenggaraan pemekaran didaerah.Dengan adanya arah,

maka tujuan dan sasaran pelaksanaan sebuah pemekaran menjadi jelas, dan mudah diukur.

Kebijakan yang dibutuhkan adalah sebuah kerangka yang komprehensif, sehingga dapat

menjadi dasar kesepakatan dan aturan yang digunakan semua pihak. Acuan pemekaran pada

dasarnya merupakan penjabaran dari Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah. Pada saat ini acuan pemekaran dasarnya berasal dari Undang-undang

Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang ini semula dijabarkan

dalam PP Nomor 29 tahun 2000 tentang Tata Cara Pembentukan, Penggabungan dan

Penghapusan Daerah, kemudian PP tersebut terakhir di revisi kedalam PP Nomor 78 tahun

2007 tentang halyang sama. Pada tahun 2008 Pemerintah mengeluarkan moratorium

pemekaran, sebagai respon terhadap kasus pemekaran Provinsi PROTAP, kebijakan ini telah

menghambat persetujuan terhadap beberapa DOB baru. Dari rangkaian peraturan dan

perundang-undangan, dilihat dari substansi nampak bahwa, pemerintah masih mencari

bentuk/model kebijakan yang diinginkan, akibtanya pembentukan, penggabungan dan

penghapusan daerah yang dilaksanakan kurang jelas. Kebijakan yang paling dibutuhkan dalam

pemekaran adalah, seperti apa sebenarnya penataan daerah yang ingin diwujudkan oleh

pemerintah kedepan, hal ini diperlukan agar ada penekanan, dan aturan yang dapat dijadikan

acuan dalam membatasi dan focus terhadap daerah-daerah yang akan dimekarkan, sayangnya

pemerintah belum pernah berhasil menyusun Grand Desain atau Desain Besar Penatan

Daerah Indonesia berdimensi jangka panjang ini. Pelaksanaan pemekaran, yang kurang

didukung oleh sebuah kebijakan yang baik dapat kita bayangkan hasilnya ?

Analisis

Pemekaran daerah dilandasi oleh Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah, pada pasal 5 ayat 2 dinyatakan daerah dapat dimekarkan mejadi lebih dari satu

daerah, namun setelah UU no.22 tahun 1999 diganti dengan Undang-undang nomor 32 tahun

2004 tentang Pemerintahan daerah, maka materi pemekaran wilayah tercantum pada pasal 4

Page 4: Pemekaran wilayah

ayat 3 dan ayat 4, namun istilah yang dipakai adalah Pemekaran Daerah berarti

pengembangan dari satu daerah otonom menjadi dua atau lebih daerah otonom.

Dalam UU no 32 tahun 2004 tersebut pada pasal 4 ayat 3 dinyatakan: Pembentukan daerah

dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau

pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. Sedangkan dalam Pasal 4 ayat 4

da lam UU tersebut dinyatakan:Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih

sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia

penyelenggaraan pemerintahan.

Tujuan Pemekaran Wilayah

Salah satu tujuan Pemekaran daerah adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik

guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Dengan pemekaran wilayah

diharapkan dapat memunculkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru , mampu

meningkatkan berbagai potensi yang selama ini belum tergarap secara optimal baik potensi

sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia, membuka “keterkungkungan” masyarakat

terhadap pembangunan dan dapat memutus mata rantai pelayanan yang sebelumnya terpusat

di satu tempat/ Ibukota kabupaten atau Ibukota kecamatan, memicu motivasi masyarakat untuk

ikut secara aktif dalam proses pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya, dsb.

Kriteria dan Persyaratan Pemekaran Wilayah

Kriteria pemekaran wilayah baik pemekaran daerah otonom, pemekaran kecamatan, kelurahan

ataupun desa adalah sama, yakni jumlah penduduk, luas wilayah, sumberdaya manusia,

sumberdaya ekonomi, kondisi sosial dan budaya, serta sumberdaya keuangan. Setiap

pemekaran wilayah harus dilandasi hasil kajian, khusus untuk pemekaran daerah dan

pemekaran desa harus didukung atau dikehendaki oleh masyarakat setempat.

Rekomendasi

Ada beberapa hal yang menjadi rekomendasi (catatan) dalam pemekaran daerah:

1. Perketat syarat pemekaran daerah, sehingga diharapkan daerah otonom baru yang dibentuk

benar-benar “berkualitas”.

2. Jangan langsung menjadikan sebagai daerah otonom baru, tapi kita bisa mengadopsi konsep

orde baru, dimana sebelum menjadi daerah otonom, suatu daerah menjadi daerah administratif

Page 5: Pemekaran wilayah

dulu. Setalah beberapa tahun baru dievaluasi, apakah layak jadi daerah otonom.Jika tidak

kembali dilebur dengan daerah induk.

3. Moratorium (penghentian sementara) pemekaran daerah. Sebelum daerah otonom baru saat

ini dievaluasi secara menyeluruh, maka belum ada pemekaran daerah.

Jadi kesimpulannya walaupun pemekaran wilayah merupakan suatu peluang sebagai salah

satu upaya peningkatan pelayanan publik, namun cukup tinggi permasalahan dan kendala yang

dihadapi. Pemekaran daerah selama ini lebih banyak untuk kepentingan segelintir elite lokal.

Baik eksekutif, legislatif dan juga pengusaha yang “menyuplai” dana untuk menggolkan

pemekaran daerah. Sehingga upaya penyelenggaraan pemekaran di Indonesia sampai saat ini

masih terasa belum optimal.

Page 6: Pemekaran wilayah

REFERENSI

UU No 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah

UU No 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Kompas, 15 September 2007

http://dendisetiawan.wordpress.com/2008/07/08/evaluasi-pemekaran-daerah-di-indonesia-by-dendi-

setiawan-mahasiswa-administrasi-negara-fisip-universitas-andalas/

http://www.setdaprovkaltim.info/perbatasan/pemekaran-wilayah-di-indonesia/