pembuatan simulator kamera dslr dengan · pdf filedengan adobe flash dan bahasa pemrograman...
TRANSCRIPT
PEMBUATAN SIMULATOR KAMERA DSLR DENGAN PENGATURAN NILAI
APERTURE, SHUTTER SPEED, DAN ISO
Reza M. Fauzan, Hestiasari Rante, Moh. Hasbi Assidiqi
Program Studi Teknologi Multimedia Broadcasting - Jurusan Telekomunkasi
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus PENS-ITS, Keputih, Sukolilo, Surabaya.
Telp : +62+031+5947280; Fax. +62+031+5946011
Email : [email protected]
Abstrak – Perkembangan teknologi multimedia dan broadcasting saat ini semakin pesat. Salah satunya
yaitu fotografi. Dalam bidang fotografi, teknologi multimedia dan broadcasting sangat berpengaruh sebagai
media pembelajaran dasar untuk fotografer pemula. Salah satu media yang efektif tanpa harus membeli
kamera DSLR terlebih dahulu adalah melalui simulator kamera.
Pada tugas akhir ini akan dibuat sebuah simulator kamera dengan pengaturan nilai aperture, shutter
speed, dan ISO yang merupakan dasar dari fotografi. Dalam simulator tersebut terdapat satu gambar yang
akan berubah-ubah gelap terang, fokus dan blur, atau bertambah noise. User dapat merubah pengaturan nilai
aperture, shutter speed, dan ISO dengan menggeser slider yang telah diberi keterangan kegunaan dari slider
tersebut. Simulator kamera DSLR ini dibuat dengan menggunakan actionscipt 2.0 dan persamaan dasar
fotografi yaitu persamaan exposure yang tepat.
Diharapkan dari proyek akhir ini dapat menjadi pembelajaran fotografi dasar seperti shutter speed,
aperture, dan ISO bagi pemula yang tidak memiliki kamera untuk praktek. Dibuat dengan flash agar belajar
fotografi lebih menarik.
Kata kunci : Fotografi, ActionScript 2.0
1. PENDAHULUAN
Dunia fotografi semakin berkembang dan
peminatnya semakin banyak, dengan kamera
DSLR yang menawarkan berbagai macam fitur
professional sehingga capturing suatu moment
lebih mudah dan hasil lebih jernih. Foto yang
bagus adalah foto dengan exposure yang tepat,
fokus pada objek yang diinginkan, dan komposisi
yang proposional.
Keahlian agar hasil foto terlihat bagus
tersebut diperlukan latihan dengan jam terbang
yang padat atau khursus fotografi dengan biaya
yang cukup mahal, namun dengan banyak
membaca buku atau ikut forum fotografi
kemampuan itu dapat dilatih. Tidak cukup dengan
teori, fotografer pemula harus praktek dengan
kameranya. Sehingga pemula yang tidak memiliki
kamera tidak dapat praktek setelah belajar teori.
Dengan pembuatan Simulasi Kamera
menggunakan software, seorang pemula dapat
belajar fotografi tanpa harus memiliki kamera
terlebih dahulu. konten dari simulasi kamera ini
adalah pengaturan dasar kamera seperti shutter
speed, aperture, dan ISO. Perangkat lunak dibuat
dengan Adobe flash dan bahasa pemrograman
Actionscript 2.0.
Tujuan dari pembuatan simulasi kamera
dengan flash untuk tugas akhir ini adalah untuk
pembelajaran fotografi dasar seperti shutter
speed, aperture, focal length dan ISO bagi
pemula yang tidak memiliki kamera untuk
praktek. Dibuat dengan flash agar belajar
fotografi lebih menarik.
2. PERUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah dari pembuatan Proyek
Akhir ini adalah:
1. Bagaimana menerapkan efek Aperture,
Shutter speed, dan ISO pada simulator
kamera DSLR.
2. Bagaimana mendapatkan nilai Exposure yang
tepat dari Aperture, Shutter speed, dan ISO
pada simulator kamera DSLR.
3. Bagaimana membuat Simulator Kamera
DSLR dengan menggunakan actionscript 2.0.
3. BATASAN MASALAH
Batasan Adapun batasan masalah dalam
Proyek Akhir ini adalah :
a. Focal length dalam Simulator Kamera DSLR
ini nilainya tetap.
b. Pengaturan Nilai Aperture dari f4 hingga f32.
c. Pengaturan Nilai Shutter speed dari 1/2
hingga 1/4000.
d. Pengaturan Nilai ISO dari 100 hingga 1600.
4. T U J U A N
Tujuan dari Proyek Akhir ini adalah :
1. Membuat simulator kamera DSLR untuk
pembelajaran fotografi dasar.
2. Memudahkan pemula untuk belajar dasar
fotografi tanpa harus memiliki kamera
DSLR terlebih dahulu,sehingga biaya
lebih murah.
3. Memberi pengetahuan dasar fotografi
seperti aperture, shutter speed dan ISO
5. TEORI PENUNJANG
5.1 Kamera DSLR
Digital Single Lens Reflex merupakan
kamera digital yang menggunakan sistem cermin
otomatis dikenal dengan pentaprisma atau
pentamirror untuk meneruskan cahaya dari lensa
menuju ke viewfinder.
Cara kerja kamera DSLR dimulai saat kita
melihat objek, cermin akan memantulkan cahaya
yang datang dari lensa menuju keatas dengan
sudut sekitar 90 derajat. Kemudian cahaya
dipantulkan oleh pintaprisma ke mata fotografer.
Selama proses pengambilan foto, cermin akan
bergerak membuka keatas dan jendela rana
membuka yang memungkinkan lensa
memproyeksikan cahaya menuju ke sensor.
Gambar 1 Mekanisme Kamera DSLR
Keterangan :
1. Lensa sebagai jalan cahaya
2. Cermin yang memantulkan cahaya
3. Focal plane shutter
4. Sensor
5. Focusing screen
6. Condensing lens
7. Pentaprism
8. Viewfinder
5.2 Aperture
Aperture didefinisikan sebagai besarnya
bukaan diagfragma suatu lensa yang berguna
untuk mengontrol cahaya yang masuk ke sensor
pada kamera lewat bukaan pada lensa. Aperture
menentukan seberapa besar intensitas sinar yang
diterima dan berpengaruh pada ruang ketajaman
gambar, jika bukaan diagframa kecil (sempit) atau
nilai aperture besar, maka akan menghasilkan
Depth of field (DOF) atau ruang ketajaman yang
luas pada bidang gambar. Dan jika bukaan
diagfragma lebar atau nilai aperture kecil, maka
DOF yang dihasilkan pada bidang gambar akan
lebih sempit.
Gambar 2 Aperture
5.3 Shutter speed
Dikenal juga dengan kecepatan rana, Shutter
merupakan semacam lapisan – lapisan seperti tirai
yang menutup sensor. Pada waktu kita mengambil
sebuah gambar dengan menekan tombol shutter.
Tirai shutter ini akan terbuka selama beberapa
waktu sehingga sensor dapat merekam cahaya
melalui lensa. Jarak terbukanya tirai shutter
sampai tertutup kembali ini yang kemudian
dikenal sebagai shutter speed.
Semakin lama shutter dibuka akan semakin
banyak cahaya yang masuk dan semakin cepat
shutter terbuka dan tertutup kembali maka
semakin sedikit cahaya yang masuk ke sensor.
Gambar 3 Shutter speed
5.4 ISO
ISO yang membuat standarisasi dalam hal ini
untuk tingkat kemampuan suatu teknologi sensor
untuk menangkap cahaya. Semakin tinggi nilai
ISO, semakin besar juga cahaya yang dapat
ditangkap oleh sensor maka hasil foto yang
dihasilkan akan semakin terang. Kekurangannya
adalah timbulnya noise seiring bertambahnya
nilai ISO yang disetting. Pada umumnya nilai ISO
mulai dari ISO 100, 200, 400,800,1600 dan 3200.
5.5 Lightmeter
Lightmeter merupakan instrumen dalam
kamera yang menunjukan apakah cahaya yang
masuk ke film atau sensor kamera sudah cukup,
berlebih, atau bahkan kurang. Lightmeter
ditentukan dari pengaturan aperture, shutter
speed, dan ISO.
Pembacaan lightmeter pada kamera tidak
selalu tepat, karena ada pengaturan lain seperti
metering, atau saat pengambilan gambar dalam
kondisi yang membingungkan lightmeter. Seperti
pengambilan gambar saat subjek lebih gelap dari
pada latar belakangannya akan menghasilkan
gambar yang overexpose karena lightmeter
membaca subjek yang gelap.
5.6 Histogram
Histogram berfungsi untuk mengetahui grafik
pencahayaan dan warna pada foto yang
dihasilkan. Histogram dibutuhkan saat
pengambilan foto dimana terkadang tampilan
gambar pada lcd yang tidak akurat dikarenakan
kondisi cahaya yang kontras sehingga
mengaburkan tampilan di lcd.
Berikut ini adalah nilai berapa contoh bentuk
histogram pada hasil gambar yang disebabkan
berubahnya pencahayaan pada gambar :
Gambar 4 Histogram
5.7 Exposure
Exposure merupakan istilah fotografi yang
mengacu pada banyaknya cahaya yang jatuh ke
media film atau sensor dalam proses pengambilan
foto. Hal yang mempengaruhi exposure
bermacam-macam mulai dari jenis intensitas
cahaya, respon benda terhadap cahaya, jarak
kamera dengan benda, shutter speed, aperture,
ISO, dan penggunaan filter tertentu. Di simulator
ini hanya dibahas pengaruh dari Aperture, Shutter
speed, dan ISO.
Nilai exposure relatif yang lebih sering
dipakai dalam fotografi didefinisikan dari
paramater kamera yang berpengaruh terhadap
tingkat iluminasi pada focal plane, yaitu aperture
dan shutter speed. Persamaan yang digunakan.
Keterangan :
Ev : Nilai exposure
N : Nilai Aperture
t : Nilai shutter speed
6. METODOLOGI
a. Studi Literatur
Pencarian referensi – referensi yang
berhubungan dengan pembuatan simulator
kamera ini, baik melalui internet ataupun buku -
buku referensi yang meliputi teori dan persamaan
aperture, shutter speed dan ISO, juga teknik
pembuatan simulator kamera DSLR, yang berupa
contoh simulator kamera DSLR ataupun
actionscript yang akan dibutuhkan. Berdasarkan
referensi yang telah terkumpul, dapat diambil
kesimpulan mengenai perancangan system, teknik
pengerjaan, maupun metode – metode apa yang
akan digunakan dalam pembuatan simulator
kamera DSLR ini.
Pada tahap ini dilakukan pendalaman buku -
buku literatur yang berhubungan dengan teknik –
teknik pembuatan simulator kamera DSLR ini.
b. Pengambilan Data Dengan Kamera
Pada tahap pengambilan data dengan kamera
DSLR ini, dilakukan pengujian efek yang
dihasilkan dari aperture dengan efek Depth of
Field antara objek dengan latar atau background,
shutter speed dengan efek motion blur , dan ISO
dengan efek noise.
Dalam tahap ini juga dilakukan pengambilan
gambar untuk digunakan sebagai objek pada
simulator kamera DSLR ini yang kemudian
gambar tersebut diberi efek-efek seperti
perubahan gelap terang, DOF (Depth of
Field),dan motion blur.
c. Perancangan Simulator Kamera DSLR
Pada tahap perancangan simulator ini,
langkah awal yang dilakukan adalah membuat
design system secara keseluruhan. Rancangan
digambarkan seperti melihat kedalam viewfinder
kamera, dan penambahan lainnya seperti gambar
ring aperture, Shutter kamera, noise ISO.
Penambahan slider untuk perubahan settingan
aperture, shutter speed, dan ISO.
Gambar yang terlihat dari viewfinder pada
simulator ini dilkukan pengeditan untuk
dipisahkan antara objek, background, dan kincir
angin.
d. Pembuatan Simulator Kamera DSLR
Sistematika pembuatan perangkat lunak,
disesuaikan dengan design yang telah ditentukan
pada tahap perancangan. Tahap ini meliputi
coding, implementasi teori kamera DSLR, serta
implementasi terhadap hasil efek - efek yang
diperoleh dari tahap pengambilan data dan
referensi.
e. Pengujian dan Analisa Sistem
Hasil yang diharapkan, dapat menghasilkan
efek seperti halnya kamera DSLR atau seperti
simulator kamera pada referensi. Dilakukan uji
coba berdasarkan parameter berikut :
1. Apakah pengaturan nilai pada aperture,
shutter speed, dan ISO di simulator
kamera DSLR dapat menghasilkan efek
pada suatu gambar.
2. Apakah efek yang dihasilkan sama
dengan referensi simulator kamera dari
penelitian yang pernah dilakukan.
Diukur dengan perbandingan histogram
.
7. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
SISTEM SECARA KESELURUHAN
7.1 Perancangan Alur Simulator Kmaera
DSLR
Perancangan alur simulator kamera DSLR ini
dibuat dengan tema tampilan seperti viewfinder
kamera dan desain lainnya tampilan dari referensi
simulator kamera DSLR.
Alur simulator kamera DSLR ini dapat
dilihat pada Gambar 3.1 berikut :
Gambar 5 Flowchart Desain sistem
Gambar diatas merupakan alur awal dari
perancangan sistem, kemudian dilakukan
pembuatan mockup atau sketsa sebagai acuan
dalam perancangan sistem. Berikut sketsa sebagai
acuan perancangan tampilan simulator kamera
DSLR yang kemudian diimplementasikan ke
dalam bentuk gambar dan dilakukan penempatan
button dan slider ke dalam desain yang telah
dibuat.
Gambar 6 sketsa simulator kamera DSLR
Gambar diatas merupakan sketsa awal dalam
desain simulator kamera DLSR. Dari sketsa
tersebut kemudian dibuat desain slider, button,
main interface, dan pengambilan foto yang akan
digunakan dalam simulator ini. Foto yang
digunakan adalah yang mempunyai unsur
background, objek diam,dan objek bergerak.
Dari desain tampilan simulator ini user akan
menekan tombol snap untuk capture gambar
setelah slider dirubah. Gambar yang dihasilkan
tergantung dari perubahan slider. Jika slider
aperture dirubah nilainya semakin kecil maka
muncul efek Depth of Field (DOF) atau efek
kedalaman gambar yang terlihat dari background
blur. Sebaliknya jika slider aperture dirubah
nilainya semakin besar maka background akan
semakin fokus seperti objek utamanya.
Jika slider shutter speed dirubah nilainya
semakin kecil maka efek yang ditimbulkan objek
semakin kurang fokus karena motion blur.
Sebaliknya nilai shutter speed besar objek makin
fokus. Sedangkan perubahan nilai ISO akan
menghasilkan gambar yang semakin gelap jika
nilai ISO kecil, dan semakin terang namun
semakin noise jika nilai ISO dirubah menjadi
lebih besar
7.2 Perancangan Tampilan Simulator Kamera
DSLR
Dalam pembuatan tampilan simulator kamera
DSLR dilakukan beberapa tahapan yang berpacu
pada sketsa dan alur awal simulator kamera
DSLR. Dari pengambilan gambar sebagai konten
dari simulator ini yang kemudian gambar tersebut
akan diberi efek-efek di software olah digital dan
kemudian dimasukan ke dalam simulator yang
dibuat di Adobe Flash.
a. Pengambilan Gambar
Gambar yang diambil dari kamera DSLR ini
menggambarkan seorang anak sebagai subjeknya
bermain kincir sebagai objek bergeraknya dengan
background taman bermain. Kemudian gambar ini
dipecah dengan cara di cropping sehingga
menjadi background, objek yaitu anak yang
memegang kincir.
Gambar 7 Hasil pengambilan gambar
Gambar yang telah dipisah seperti gambar
background, akan dibuat efek kedalaman gambar
atau Depth of Field (DOF) dengan cara lens blur,
sedangkan gambar anak akan dibuat efek shake
blur dengan cara motion blur, dan untuk blur pada
objek kincir diberi efek radial blur.
Gambar 8 Efek Lens blur
Gambar 9 Dari kiri, Efek Motion blur dan efek
Radial blur.
b. Pembuatan Tampilan Simulator
Tampilan yang dibuat dibuat sesuai sketsa
tampilan yang terlebih dahulu dibuat, dibuat
mulai dari pembuatan slider untuk merubah nilai,
kemudian penambahan animasi aperture, shutter
speed, dan ISO sebagai visualisasi dari perubahan
yang dilakukan, kemudian memasukan foto yang
telah diberi efek dan dijadikan 1 movie clip agar
lebih mudah diberi efek ataupun pengkodean.
Tampilan utama simulator kamera DSLR adalah
sebagai berikut :
Gambar 10 Tampilan utama
Gambar 11 Keterangan pada tampilan utama
Gambar 12 Keterangan viewfinder
Keterangan :
A :Tombol untuk info,ada di tiap animasi
aperture, shutter speed, ISO, dan di
lightmeter
B :Slider Aperture, dibawahnya slider
shutter speed, dan slider ISO untuk
merubah-rubah nilainya
C :Animasi ISO, diatasnya animasi shutter
speed,dan Aperture. Untuk visualisasi
perubahan nilai.
D :Tombol Snap, untuk mendapatkan hasil
dari perubahan nilai settingan, tekan back
to viewfinder untuk merubah settingan
lagi.
E :Nilai Shutter speed yang muncul di
viewfinder
F :Nilai Aperture yang muncul di
viewfinder
G :Indikator exposure, atau lightmeter pada
viewfinder
H :Nilai ISO pada viewfinder.
7.3 Pembuatan Slider dan Effect
Pembuatan slider dilakukan dengan membuat
movie clip slider dan diberi script didalam movie
clip slider. Slider ini akan digunakan sebagai
slider aperture, slider shutter speed, dan slider
ISO dengan efek yang berbeda.
Gambar 13 Script slider
A
B
C
D
E F G H
Dalam script slider diatas terdapat ratio yang
berfungsi sebagai nilai slider, nilai slider dibuat 0
sampai dengan 100, batas slider dibuat sebatas
garis slider. Slider akan bergeser jika sliderarrow
sebagai pointer digeser, dan berhenti bergerak
jika dilepas.
Untuk Pembuatan masing-masing slider, nilai
ratio pada slider dibagi dengan banyaknya jumlah
pengaturan yang akan muncul. Semisal ISO akan
muncul 5 nilai yaitu 100, 200, 400, 800, 1600.
Nilai ratio maksimal 100 sehingga hasil
pembagian adalah 20. Tiap slider digeser 20 ratio,
nilai yang akan muncul bukan nilai ratio tapi nilai
ISO. Proses ini dilakukan juga pada slider yang
lain, seperti pembuatan slider aperture dan slider
shutter speed.
Pada pembuatan slider aperture jarak tiap
ratio dibagi 14.3 dari hasil pembagian maksimal
ratio yaitu 100 dengan banyaknya nilai aperture
yang akan muncul yaitu 7. Dan slider shutter
speed dibuat dengan membagi nilai maksimal
ratio dan banyaknya nilai shutter speed yang akan
muncul yaitu 12. Sehingga didapatkan nilai 8.3.
Efek menggunakan transisi tingkat alpha
beberapa gambar yang berbeda seperti yang
dijelaskan pada bab 7.2. Untuk ISO dilakukan
transisi tingkat alpha gambar noise untuk efek
noise. Transisi disesuaikan dengan nilai tengah
slider ISO bukan dari nilai ratio agar perubahan
transisi pada suatu jarak pembagi nilai ratio sama.
Gambar 14 Script slider ISO
7.4 Pembuatan Animasi
Animasi aperture, shutter speed, dan ISO
digunakan untuk visualisasi dari perubahan yang
ditimbulkan selain efek pada gambar atau foto.
Dalam animasi aperture yang digunakan
pergantian frame, dan animasi shutter digunakan
teknik pause frame untuk jeda membuka dan
menutup shutter, sedangkan ISO digunakan
transisi tingkat alpha.
Pembuatan animasi Aperture, dari nilai
maksimal ratio 100 dibagi nilai Aperture yang
akan muncul yaitu 7. Dari hasil pembagian 14.3
dibuat jarak antara nilai ratio, semisal nilai ratio 0
sampai dengan 14,3 adalah f/4 pada nilai aperture
dan menuju frame bukaan terbesar pada movie
clip animasi aperture yaitu frame 1. Dan
seterusnya hingga frame bukaan terkecil frame 7.
Gambar 15 Script animasi aperture
Untuk Pembuatan animasi shutter speed
Script ditempatkan pada frame movie clip animasi
shutter speed. Variabel nilai detik pada script
animasi shutter terdapat diluar movie clip,
nilainya ditentukan dengan cara membagi nilai
maksimal ratio slider (100) dengan banyaknya
nilai shutter speed yang akan muncul yaitu 12,
kemudian dari hasil pembagian 8.3 dibuat jarak
pada nilai ratio slider menjadi nilai shutter speed.
Semisal nilai ratio dari 8.3 sampai dengan 16.6
menjadi 1/4 detik. Dari nilai shutter speed 1/4
detik tersebut dibuat pembagi 1000 milisecond
menjadi 250 milisecond. Maka jeda animasi
shutter membuka dan menutup adalah 250
milisecond.
Gambar 16 Script animasi shutter speed
Dan pembuatan animasi ISO sama prosesnya
dengan pembuatan slider ISO yaitu dengan
perubahan tingkat alpha gambar noise. Hanya saja
gambar noise yang digunakan lebih kecil.
7.5 Pembuatan Brightness
Pembuatan gelap terang disini merupakan
perubahan nilai RGB yang dilakukan pada movie
clip di color advanced effect mulai dari -255
hingga 255. Perubahan yang terjadi pada RGB
yang dirubah menjadi -255 semua akan membuat
gambar terlalu gelap atau hitam. Dan perubahan
RGB dengan nilai 255 akan menjadi terlalu terang
atau putih. Dan RGB kecerahan normal dibuat
menjadi 0. Dari pengaturan ini kemudian diatur di
script lightmeter untuk ditentukan framenya.
Persamaan pada variable ev dalam script
merupakan penjabaran dari persamaan eksposure
dan relasi dengan ISO yang didapat dari referensi.
Ev= 3,32*((log N2)-(log t)) – 3,32*(log S/100)
Dimana :
Ev : Nilai Exposure
N :Nilai aperture
t :Nilai shutter speed
S :Nilai ISO
Gambar 17 Script lightmeter
Didalam script pada pembuatan brightness,
na merupakan variable dari nilai aperture yang
diambil dari slider aperture, ns merupakan
variable dari nilai shutter speed yang diambil dari
slider shutter speed, dan ni adalah variable nilai
ISO dari slider ISO.
Dalam actionscript log menggunakan
Math.log, agar hasilnya sesuai dengan log10
ditambahkan Math.LOG10E
8. ANALISA DAN HASIL PENGUJIAN
8.1 Analisa Simulator
Analisa data dilakukan dengan perbandingan
histogram dari gambar simulator yang dibuat
dengan gambar simulator dari referensi yang di
cropping. Dari histogram yang ditunjukan diambil
nilai rata-rata dari histogram tersebut.
Lightmeter Nilai rata-rata Histogram
Gambar A Gambar B
-3 0 0
-3 1,99 4,58
-3 7,76 12,37
-2 35,24 32,46
-1 85,76 72,73
0 119,98 122,94
+1 151,52 169,30
+2 206,08 213,02
+3 236,90 239,71
+3 244,91 249,87
+3 247,52 250,53
Gambar A pada tabel merupakan gambar dari
simulator yang dibuat dan gambar B adalah
gambar dari simulator referensi. Dapat
disimpulkan bahwa perubahan histogram dengan
lightmeter dan pengaturan aperture, shutter
speed, dan ISO dari gambar A dan gambar B
tidak sama persis nilainya, namun cukup
mendekati. Hal ini bisa dikarenakan kedua
gambar mempunyai nilai exposure yang berbeda
pada saat pengambilan gambar.
Jadi simulator ini memiliki tingkat exposure
yang mendekati dengan simulator dari referensi
simulator yang pernah dibuat.
9. KESIMPULAN
1. Pembuatan efek aperture, shutter speed, dan
ISO dilakukan dengan cara manipulasi
perubahan tingkat alpha dari beberapa
gambar.
2. Nilai aperture, shutter speed, dan ISO
dimasukan ke dalam persamaan exposure.
Dan nilai exposure yang dihasilkan
digunakan untuk menentukan terang gelap
pada gambar.
3. Menentukan tingkat terang gelap dari
lightmeter dibuat dari acuan referensi
simulator yang pernah dibuat sehingga
histogram gambar yang dihasilkan tidak jauh
beda.
10. DAFTAR PUSTAKA
[1] Tobias,(2008). Kamera Simulator, from
http://www.kamerasimulator.se/eng/?page_id
=2, 20 Desember 2010
[2] Ray,Sydney F,2000.The Manual of
Photography- Ninth Edition :Focal Press,
Publishing, Inc
[3] Reinhardt, Robert dan Joey Lott.2004.Flash
MX 2004 Action Script.Canada: Wiley,
publishing, Inc.
[4] Edi S. Mulyanta.2007.Teknik Modern
Fotografi Digital.Yogyakarta: C.V Andi
offset.
[5] Allen, Elizabeth, and Sophie Triantaphillidou,
2011. The Manual of Photography-Tenth
Edition : Focal Press, Publishing, Inc.
[6] Jhonson, Charles S. 2010. Science For The
Curious Photographer. A K Peters, LTD.