pembuatan flap

4
Dalam bidang kedokteran gigi sering dilakukan tindakan pembedahan, misalnya bedah preprostetik, operasi periodontal, pencabutan gigi, odontektomi, dan perawatan di bidang endodonsia yang memerlukan perawatan prosedur bedah. Pada dasarnya setiap prosedur bedah selalu melibatkan proses insisi untuk pembuatan flap (Howe, 1995; Pedersen, 1996). Flap merupakan suatu bagian mukosa yang secara bedah dipisahkan dari jaringan di bawahnya (Carranza, 2002). Tindakan ini dilakukan untuk mendapatkan jalan masuk ke struktur di bawahnya (biasanya pada tulang atau gigi) atau untuk prosedur koreksi, untuk mencapai daerah patologis, merawat luka, atau untuk memperbaiki kerusakan jaringan (Pedersen, 1996). Klasifikasi Flap Flap diidentifikasi berdasarkan komposisi jaringan, lokasi, dan desain atau bentuknya. Pembuatan flap harus memperhatikan bentuk dan letak insisi pada gingiva. Bentuk dan letak insisi harus sedemikian rupa sehingga dapat menjamin penyembuhan luka dengan baik. Berdasarkan komponen jaringan yang membentuknya atau ketebalannya, flap dibagi menjadi 2 (dua) yaitu, full thickness flap (berketebalan penuh) atau flap mukoperiosteal dan partial thickness flap (berketebalan sebagian) atau flap mukosa (Pedersen, 1996). Flap. (A) Garis tebal yang terletak menyusuri tulang adalah periosteum. (B) Flap mukoperiosteal (full thickness) sehingga meninggalkan tulang yang terdedah dan (C) flap mukosa (partial thickness) diangkat dan periosteum tetap tinggal menempel

Upload: denidenimarunta

Post on 17-Sep-2015

76 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Pembuatan Flap

TRANSCRIPT

Dalam bidang kedokteran gigi sering dilakukan tindakan pembedahan, misalnya bedah preprostetik, operasi periodontal, pencabutan gigi, odontektomi, dan perawatan di bidang endodonsia yang memerlukan perawatan prosedur bedah. Pada dasarnya setiap prosedur bedah selalu melibatkan proses insisi untuk pembuatan flap (Howe, 1995; Pedersen, 1996).Flap merupakan suatu bagian mukosa yang secara bedah dipisahkan dari jaringan di bawahnya (Carranza, 2002). Tindakan ini dilakukan untuk mendapatkan jalan masuk ke struktur di bawahnya (biasanya pada tulang atau gigi) atau untuk prosedur koreksi, untuk mencapai daerah patologis, merawat luka, atau untuk memperbaiki kerusakan jaringan (Pedersen, 1996).

Klasifikasi FlapFlap diidentifikasi berdasarkan komposisi jaringan, lokasi, dan desain atau bentuknya. Pembuatan flap harus memperhatikan bentuk dan letak insisi pada gingiva. Bentuk dan letak insisi harus sedemikian rupa sehingga dapat menjamin penyembuhan luka dengan baik. Berdasarkan komponen jaringan yang membentuknya atau ketebalannya, flap dibagi menjadi 2 (dua) yaitu, full thickness flap (berketebalan penuh) atau flap mukoperiosteal dan partial thickness flap (berketebalan sebagian) atau flap mukosa (Pedersen, 1996).

Flap. (A) Garis tebal yang terletak menyusuri tulang adalah periosteum. (B) Flap mukoperiosteal (full thickness) sehingga meninggalkan tulang yang terdedah dan (C) flap mukosa (partial thickness) diangkat dan periosteum tetap tinggal menempel di tulang.Sumber: Pedersen, 1996

Flap mukoperiosteal terbentuk atas gingiva, mukosa, submukosa, dan periosteum. Flap ini dibentuk dengan cara memisahkan jaringan lunak dari tulang dengan pemotongan tumpul. Flap mukosa terdiri atas gingiva, mukosa, atau submukosa, tetapi tidak termasuk periosteum. Flap ini dibuat dengan insisi tajam sampai ke dekat tulang alveolar, tetapi periosteum dan jaringan ikat tetap dibiarkan melekat ke tulang dan menutupi tulang (Pedersen, 1996; Fedi et al., 2004).Flap berdasarkan desain atau bentuknya dibagi menjadi flap envelope, flap semilunar dan flap pedikel. Flap envelope dilakukan dengan membuat insisi horizontal pada tepi gingiva, kemudian dimodifikasi seperlunya dengan melakukan insisi serong ke arah anterior (triangular flap). Untuk mendapatkan jalan masuk apikal yang lebih besar maka ditambahkan insisi serong di bagian posterior. Flap semilunar ditempatkan pada pada permukaan prosesus alveoaris di sebelah apikal dari pertemuan antara mukosa bergerak dan mukosa cekat. Keuntungan desain ini adalah perlekatan gingiva dan sebagian besar mukosa cekat tetap terpelihara dengan baik. Flap ini digunakan untuk menghindari tepi mahkota protesa, untuk pembedahan periradikular, dan mendapatkan jalan masuk ke sinus maksilaris dan regio yang jauh lainnya. Flap pedikel dibuat pada bagian bukal, lingual atau palatal dan digunakan untuk migrasi atau transportasi untuk memperbaiki suatu cacat (Pedersen, 1996).

Persyaratan FlapFlap dibuat agar daerah operasi dapat terlihat dengan jelas dan dapat dicapai. Bentuk flap harus menjamin tersedianya lapang pandang dan jalan masuk secara mekanis yang memadai. Dasar flap harus lebih lebar dari pada bagian ujungnya yang bebas untuk mendapatkan suplai darah yang baik (Howe, 1995; Pedersen, 1996).Pembuatan flap yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut; (a) flap didesain sedemikian rupa sehingga suplai darah dapat dipertahankan, (b) desain flap harus dibuat dengan ukuran yang memadai, sehingga dapat disingkapkan dari daerah operasi, dan (c) flap dapat menutupi lagi bagian yang tadinya terbuka, dan tidak dalam kondisi tegang pada saat dijahit pada posisinya semula (Purwanto et al., 1999).Suplai darah yang cukup merupakan pertimbangan pertama dalam merencanakan desai flap. Kegagalan untuk memenuhi persyaratan ini akan mengakibatkan pengelupasan flap baik sebagaian maupun total. Flap yang mempunyai dasar yang lebih besar, yaitu dengan basis yang lebih besar daripada tepi bebasnya, biasanya tervaskularisasi dengan baik. Suplai darah sangat menentukan pada desai flap pedikel, dimana lebar basis flap berkaitan dengan panjang keseluruhan flap, lebar basis paling tidak setengah kali panjang flap (Pedersen, 1996).Tindakan yang perlu dilakukan untuk mempertahankan suplai darah adalah menghindari terpotongnya beberapa pembuluh darah pada waktu melakukan insisi. Pembuluh-pembuluh darah yang paling riskan di dalam rongga mulut, antara lain: a. Palatina mayor, a. Buccalis, a. Facialis, a. Lingualis; a. Mentalis pada regio mandibular tidak mudah terkena. Jadi jika pembuluh darah garus dihindari, maka adanya suplai saraf juga harus dipertimbangkan oada waktu mendesain suatu flap. Insisi ditempatkan sedemikian rupa sehingga apabila prosedur telah selesai tepinya didukung oleh tulang. Penyembuhan akan terganggu apabila tepi insisi hanya mengharapkan dari bekuan darah dan hematoma untuk mendukungnya (Pedersen, 1996).Kesalahan yang umum pada desain flap adalah ukurannya terlalu kecil, sehingga mengakibatkan jalan masuk terhalang, visualisasi yang kurang, luka yang tidak menguntungkan. Perluasan flap horizontal memberikan keuntungan yaitu trauma yang minimal, selain itu menambauh jalan masuk. Perluasan yang berlebihan dari insisi serong tambahan dan penyibakan periosteum yang berlebihan, mengakibatkan invasi yang tidak perlu pada tempat perlekatan otot, misalnya m. buccinator dan meningkatkan morbiditas pasca pencabutan, mialnya perdarahan, rasa sakit dan pembengkakan. Waktu yang digunakan untuk merencanakan pembuatan desain flap merupakan simapanan yang memberi keuntungan jangka panjang, termanifestasi berupa berkurangnya komplikasi dan morbiditas (Pedersen, 1996).