pembiayaan pendidikan dan otonomi sekolah...

17

Click here to load reader

Upload: lamdat

Post on 07-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH …staff.unila.ac.id/radengunawan/files/...Otonomi-dan-Globalisasi.pdf · 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi

1

PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI1

Oleh:

R. Gunawan Sudarmanto2

ABSTRAK

Pendidikan yang berkualitas sangat diharapkan oleh berbagai

pihak, namun disisi lain banyak pihak-pihak yang merasa

keberatan untuk mengeluarkan dana sebagai sumber

pembiayaan pendidikan. Kualitas pendidikan sebagaimana

kita harapkan sangat ditentukan oleh tingkat pembiayan yang

dilakukan. Guna menghasilkan pendidikan yang berkualitas

tinggi diperlukan pembiayaan secara optimal. Dewasa ini

iklim pendidikan kita berada dalam dua spirit yang bertolak belakang, yaitu konsep

otonomi dan globalisasi. Konsep otonomi menunjukkan pada spirit serba

keterbatasan yang tidak sejalan dengan tujuan pendidikan yang berkualitas.

Sedangkan konsep globalisasi menunjukkan pada spirit serba tersedia untuk

mencapai tujuan pendidikan berkualitas guna memenangkan persaingan global.

Kenyataan demikian memerlukan kecerdasan manajemen sehingga menghasilkan

kebijakan pendidikan yang optimal.

Kata kunci: Pembiayaan, otonomi, globalisasi

A. PENDAHULUAN

Globalisasi merupakan suatu proses yang tidak dapat dihindari lagi, oleh karena itu

suatu bangsa atau suatu negara haruslah memiliki kebijakan yang tepat untuk

menghadapi dan memenangkan persaingan global. Oleh karena itu, suatu negara

haruslah mampu menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas.

1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi Pendidikan yang

diselenggarakan oleh Program Pascasarjana FKIP Universitas Lampung, bertempat di Balai Keratun Jl. Wolter Monginsidi, Badnar Lampung tanggal 21 Juni 2010.

2 Dr. R. Gunawan Sudarmanto, S.Pd., S.E., M.M. adalah Dosen Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS, Dosen Pascasarjana Pendidikan IPS, dan Dosen Pascasarjana Manajemen Pendidikan di FKIP Universitas Lampung, Jl. Sumantri Brojonegoro No. 1, Bandar Lampung, 35145.

Page 2: PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH …staff.unila.ac.id/radengunawan/files/...Otonomi-dan-Globalisasi.pdf · 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi

2

Penciptaan sumber daya manusia sebagai mana dimaksud hanya dapat dilakukan

melalui dunia pendidikan.

Kesalahan dalam menetapkan kebijakan pada dunia pendidikan akan mengakibatkan

keterpurukan suatu negara dalam menghadapi persaingan. Trend permasalahan yang

dihadapi di Indonesia dewasa ini berupa dua hal yang sangat bertolak belakang, yaitu

berupa otonomi yang lebih kental bernuansa kedaerahan (lokal) dan globalisasi yang

yang lebih kental bernuansa mendunia.

Dalam makalah ini akan dibahas bagai mana konsekuensi pembiayaan pendidikan

pada era otonomi dan globalisasi yang memiliki semangat bertolak belakang dan

kepentingan.

B. PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Pembiayaan pendidikan menjadi masalah yang sangat penting dalam keseluruhan

pembangunan sistem pendidikan. Uang memang tidak segala-galanya dalam

menentukan kualitas pendidikan, tetapi segala kegiatan pendidikan memerlukan

uang. Oleh karena itu jika performance sistem pendidikan diperbaiki, manajemen

penganggarannya juga tidak mungkin dibiarkan, mengingat bahwa anggaran mesti

mendukung kegiatan. Tidak semua masyarakat Indonesia sepenuhnya menyadari

bahwa biaya pendidikan yang cukup akan dapat mengatasi berbagai masalah

pendidikan, meskipun tidak semua masalah akan dapat dipecahkan secara tuntas

(Sutjipto, 2004).

Biaya pendidikan bukanlah sesuatu yang baru akan tetapi masih merupakan hal yang

sangat menarik untuk diperbincangkan, terutama pada tahun pelajaran baru. Biaya

pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental yang sangat

penting dalam penyelenggaraan pendidikan (di sekolah). Dalam setiap upaya

pencapaian tujuan pendidikan—baik tujuan-tujuan yang bersifat kuantitatif maupun

kualitatif—biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan. Lebih

lanjut dinyatakan bahwa hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat

mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses

pendidikan (di sekolah) tidak akan berjalan (Supriadi, 2006:3).

Page 3: PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH …staff.unila.ac.id/radengunawan/files/...Otonomi-dan-Globalisasi.pdf · 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi

3

Istilah biaya pendidikan sering kali dipadankan dengan pengeluaran pada

pendidikan. Biaya pendidikan dalam cakupan ini memiliki pengertian yang luas,

yaitu semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidik-an,

baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dinyatakan dengan satuan

moneter) (Supriadi, 2006:3). Biaya mengacu ke total biaya kesempatan suatu projek

(sumber daya sebenarnya digunakan) yang digunakan untuk perencanaan jangka

panjang. Pengeluaran menunjukkan pada pembelian barang dan jasa, bangunan

sekolah, perlengkapan dan lainnya. Pengeluaran valid untuk analisis alokasi. Seperti

biaya pribadi yaitu biaya yang dikorbankan oleh murid atau keluarganya, yang

berupa biaya langsung (fee, dikurangi rata-rata nilai biasiswa jika menggunakan dana

pemerintah, buku-buku, dsb.) dan biaya tidak langsung (penghasilan yang hilang)

(Latchanna dan Hussein, 2007:51—52). Sebagaimana dikatakan Woodhall (2004:

29) pengeluaran uang hanya berarti karena pengeluaran menggambarkan pembelian

tenaga pengajar, bangunan sekolah dan peralatan atau barang-barang dan jasa-jasa

lainnya yang memiliki alternatif penggunaan.

Konsep biaya pendidikan ini dapat dibedakan dengan cara mengelompokkan biaya

yang terjadi, yaitu (1) social and private cost, (2) opportunity cost and money cost,

and (3) explicit and implicit costs (Latchanna dan Hussein, 2007: 52—56). Pendapat

ahli lain menyatakan bahwa dalam pendidikan dikenal beberapa kategori biaya

pendidikan yaitu (1) biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect

cost), (2) biaya pribadi (private cost) dan biaya sosial (social cost), dan (3) biaya

dalam bentuk uang (monetary cost) dan bukan uang (non-menetary cost) (Anwar,

1991; Gaffar, 1991; Thomas, 1972). Dalam kenyataannya, pengkategorian biaya

pendidikan tersebut dapat “bertumpang tindih”; misalnya ada biaya pribadi dan

sosial yang bersifat langsung dan tidak langsung serta berupa uang dan bukan uang,

dan ada juga biaya langsung dan tidak langsung serta biaya pribadi dan biaya sosial

yang dalam bentuk uang maupun bukan uang (Supriadi, 2006).

Pengeluaran sekolah berkaitan dengan pembayaran keuangan sekolah untuk

pembelian berbagai macam sumberdaya atau masukkan (input) proses sekolah

seperti tenaga administrasi, guru-guru, bahan-bahan, perlengkapan-perlengkapan dan

fasilitas. Biaya menggambarkan nilai seluruh sumberdaya yang digunakan dalam

proses sekolah apakah terdapat dalam anggaran sekolah dan pengeluaran atau tidak.

Page 4: PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH …staff.unila.ac.id/radengunawan/files/...Otonomi-dan-Globalisasi.pdf · 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi

4

Biaya yang bersumber dari sekolah termasuk nilai setiap input yang digunakan,

meskipun sekolah memberikan sumbangan atau tidak terlihat secara akurat dalam

perhitungan pengeluaran (Levin and Hans, 1987:426).

Pembahasan di atas menunjukkan bahwa dalam upaya perbaikan mutu pendidikan

pada tingkat satuan pendidikan (sekolah) atau mutu pendidikan pada umumnya,

pemahaman yang serius terhadap berbagai aspek pembiayaan pendidikan sangat

diutamakan. Pemahaman terhadap berbagai aspek pendidikan sangatlah penting

diperhatikan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pemahaman

berbagai aspek pendidikan tersebut tidak dapat dilakukan hanya pada tingkat satuan

pendidikan atau tingkat mikro akan tetapi harus bersifat nasional (makro).

Pemahaman dimaksud merentang dari hal-hal yang sifatnya mikro (satuan

pendidikan) hingga yang makro (nasional), antara lain meliputi sumber-sumber

pembiayaan pendidikan, sistem dan mekanisme pengalokasiannya, efektivitas dan

efisiensi dalam penggunaannya, dan akuntabilitas hasilnya yang diukur dari

perubahan-perubahan kuantitatif dan kualitatif yang terjadi pada semua tataran,

khususnya tingkat sekolah (Supriadi, 2006: 7).

Paradigma umum pembiayaan pendidikan menekankan pada penyelesaian biaya

rendah untuk meningkatkan efisiensi internal dan efisiensi eksternal sistem

pendidikan pada jenjang sekolah yang berbeda. Keterkaitan antara efisiensi internal

dan eksternal sekolah untuk sekolah dasar dan sekolah menengah dapat ditunjukkan

pada Tabel 1.

Tabel 1. Keterkaitan antara Efisiensi Internal dan Eksternal Sekolah untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah

School Level Efficiency of Schooling

Internal Efficiency External Efficiency

Basic Education High Pass rates, Drop-out Prevention

Good Citizenship Literacy/Numeracy

Secondary Education and Above

Cost efective Approaches to Service Delivery of education

Market-based skill Wage Employment On-job training

(Loxley, 2008: 4).

Apabila diperhatikan dengan seksama, biaya pendidikan atau pengeluaran sekolah

sangat ditentukan oleh komponen-komponen biaya pendidikan yang jumlah dan

Page 5: PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH …staff.unila.ac.id/radengunawan/files/...Otonomi-dan-Globalisasi.pdf · 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi

5

porsinya berbeda-beda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Berdasarkan

pendekatan unsur biaya (ingridient approach), pengeluaran sekolah dapat

dikategorikan ke dalam beberapa item pengeluaran yang berupa (a) pengeluaran

untuk pelaksanaan pelajaran, (b) pengeluaran untuk tata usaha sekolah, (c)

pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, (d) kesejahteraan pegawai, (e)

administrasi, (f) pembinaan teknis edukatif, dan (g) pendataan (Fattah, 2002: 24).

Secara lebih rinci pemanfaatan biaya pendidikan di sekolah digunakan untuk

berbagai komponen yang berupa (1) gaji/kesejahteraan pegawai (termasuk guru), (2)

pembinaan profesi guru, (3) pengadaan alat-alat pelajaran, (4) pengadaan buku

pelajaran, (5) perawatan/rehabilitasi gedung ruang belajar, (6) pengadaan sarana

kelas, (7) pengadaan sarana sekolah, (8) pembinaan kegiatan ekstrakurikuler, dan (9)

pengelolaan sekolah (Fattah, 2002:109).

Pengeluaran biaya pendidikan di atas terlihat bahwa secara keseluruhan merupakan

beban yang harus dikeluarkan oleh sekolah. Di sisi lain, terdapat juga biaya-biaya

yang harus dikeluarkan oleh siswa atau keluarganya berkaitan dengan kegiatan

sekolah. Oleh karena itu pemanfaatan biaya pendidikan yang terjadi pada seorang

siswa berkaitan dengan kegiatan sekolah dapat berupa (1) uang pangkal/uang masuk,

(2) iuran rutin sekolah, (3) ulangan, (4) kegiatan ekstra-kurikuler, (5) praktikum, (6)

buku pelajaran/latihan/LKS, (7) buku dan alat-alat tulis, (8) tas sekolah, (9) sepatu

sekolah, (10) transportasi ke sekolah, (11) pakaian seragam sekolah, (12) pakaian

olah raga, (13) les di sekolah oleh gauru, (14) kursus/les di luar sekolah, (15) karya

wisata, (16) sumbangan insidental, (17) uang saku/jajan siswa, dan (18) biaya

lainnya (Supriadi, 2006:192).

Dalam konsep pembiayaan pendidikan ada dua hal penting yang perlu dikaji atau

dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan

per siswa (unit cost). Biaya satuan di tingkat sekolah merupakan aggregate biaya

pendidikan tingkat sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua siswa,

dan masyarakat yang dikeluarkan untuk penyeleng-garaan pendidikan dalam satu

tahun pelajaran. Biaya satuan per siswa merupakan ukuran yang menggambarkan

seberapa besar uang yang dialokasikan ke sekolah-sekolah secara efektif untuk

kepentingan murid dalam menempuh pendidikan (Fattah, 2002).

Page 6: PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH …staff.unila.ac.id/radengunawan/files/...Otonomi-dan-Globalisasi.pdf · 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi

6

Page 7: PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH …staff.unila.ac.id/radengunawan/files/...Otonomi-dan-Globalisasi.pdf · 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi

7

C. OTONOMI PENDIDIKAN

Sebagaimana kita pahami bersama bahwa pelaksanaan otonomi daerah (pendidikan)

telah memiliki dasar yang kuat. Beberapa aturan yang merupakan dasar pelaksanaan

otonomi tersebut antara lain Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah (UUPD 1999), Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000

tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom,

dan banyak lagi Peraturan Pemerintah lainnya.

Konsep munculnya otonomi daerah (pendidikan) didasarkan pada pola pemikiran

yang sangat baik, yaitu untuk menumbuhkembangkan inisiatif dan kreatifitas di

tingkat daerah dan sekolah. Pemerintah daerah berani mengatasi kekurangan guru,

sekolah memiliki inisiatif untuk meningkatkan mutu guru, daerah memiliki anggaran

yang memadahi untuk pengadaan buku, daerah berani meningkatkan kesejahteraan

guru, dan masih banyak pemikiran yang mendasari munculnya otonomi daerah

(sekolah). Namun satu hal yang perlu dipahami bahwa untuk membuat kebijakan

yang selaras dengan kearifan lokal bukan merupakan hal yang mudah dilakukan.

Sekolah dan daerah sangat memerlukan tenaga ahli yang sesuai untuk dapat

meningkatkan dan mengembangkan sekolah (daerah). Selama ini sumber daya

manusia yang ada sudah terbiasa melakukan kegiatan yang bersifat rutin.

Baedhowi (2010) menyatakan bahwa perlu ada semacam pemaparan komprehensif

untuk menjelaskan konsep dasar dan implementasi kebijakan otonomi daerah bidang

pendidikan. Konsep tentang perlunya kebijakan otonomi pendidikan, dipandang

perlu karena daerah lebih accountable dan efektif dalam mengelola pendidikan.

Berbeda jauh dibanding masa sentralisasi pendidikan, dengan birokrasi berbelit dan

panjang. Keuntungan fundamental memakai sistem desentralisasi, yaitu jika

keputusan berangkat dari daerah, keuntungannya daerah lebih mengetahui persoalan

pendidikan di wilayahnya, ketimbang pusat.

Satu hal yang harus diakui bahwa dengan desentralisasi pendidikan akan terwujud

sebuah sistem manajemen sekolah yang benar-benar menekankan pada konsep

kebhinnekaan. Menurut Hamijoyo (1999: 3), terdapat beberapa hal yang harus

dipenuhi dalam pelaksanaan desentralisasi pendidikan, yaitu (1) pola dan

pelaksanaan manajemen harus demokratis; (2) pemberdayaan masyarakat harus

Page 8: PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH …staff.unila.ac.id/radengunawan/files/...Otonomi-dan-Globalisasi.pdf · 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi

8

menjadi tujuan utama; (3) peranserta masyarakat bukan hanya pada staheholders,

tetapi harus menjadi bagian mutlak dari sistem pengelolaan; (4) pelayanan harus

lebih cepat, efisien, efektif, melebihi pelayanan era sentralisasi demi kepentingan

peserta didik dan rakyat banyak; dan (5) keanekaragaman aspirasi dan nilai serta

norma lokal harus dihargai dalam kerangka dan demi penguatan sistem pendidikan

nasional.

Beberapa permasalahan yang mungkin dihadapi oleh sekolah dalam pelaksanaan

otonomi pendidikan diantaranya berupa (1) kebijakan yang dibuat oleh sekolah

dihadapkan pada kondisi faktual yang harus segera direspon, (2) sekolah harus

mengelola sendiri sumber daya yang diperlukan (mencari dan memanfaatkannya),

(3) masing-masing sekolah harus memiliki sumber daya manusia yang benar-benar

profesional, (4) sekolah perlu memiliki kecerdasan yang memadahi untuk dapat

menyusun kurikulum yang benar-benar menjawab kebutuhan, (5) penyelenggaraan

sekolah harus berbasis pada sosial budaya lokal di mana sekolah bertempat, dan (6)

sekolah harus benar-benar memiliki kecerdasan berwiraswasta dan berjiwa inovatif

untuk mampu mengembangkan sekolah (satuan pendidikan).

D. GLOBALISASI

Perlu disadari bersama bahwa globalisasi bukanlah merupakan suatu proses alami

melainkan suatu proses yang dimunculkan berdasarkan gagasan, yang selanjutnya

ditawarkan kepada dunia untuk diikuti oleh bangsa lain. Dengan demikian,

globalisasi yang telah menghasilkan kesepakatan bersama sangat syarat dengan

muatan kepentingan dan keuntungan bagi yang menciptakan. Proses globalisasi

yang telah berlangsung pada semua bidang kehidupan (seperti bidang ideologi,

politik, ekonomi, sosiologi, kebudayaan pertahanan keamanan, politik internasional

dan lain-lain) akan memberikan dampak negatif pada negara-negara yang tidak

memiliki jatidiri yang jelas. Adanya globalisasi sudah barang tentu akan

memunculkan negara-negara sebagai subyek dan objek yang masing-masing

perannya sangat berbeda.

Banyak gejala lain, globalisasi ditandai oleh ambivalensi - yaitu tampak sebagai

"berkah" di satu sisi tetapi sekaligus menjadi "kutukan" di sisi lain. Tampak sebagai

Page 9: PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH …staff.unila.ac.id/radengunawan/files/...Otonomi-dan-Globalisasi.pdf · 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi

9

"kegembiraan" pada satu pihak tetapi sekaligus menjadi "kepedihan" di pihak

lainnya. Ciri ambivalensi seperti ini dalam globalisasi adalah persoalan sentral yang

maha penting. Di situ terletak locus problematicus yang menyimpan tantangan besar

bagi pendidikan sekolah (Tanje, 2008).

Mastuhu dalam Wicaksono (2008) mengemukakan bahwa Globalisasi sering

diterjemahkan “mendunia” atau “mensejagat”. Sesuatu entitas, betapapun kecilnya,

disampaikan oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun, dengan cepat menyebar ke

seluruh pelosok dunia, baik berupa ide, gagasan, data, informasi, produksi, temuan

obat-obatan, pembangunan, pemberontakan, sabotase, dan sebagainya; begitu

disampaikan, saat itu pula diketahui oleh semua orang di seluruh dunia. Hal ini

biasanya banyak terjadi di lingkungan politik, bisnis, atau perdagangan, dan

berpeluang mampu mengubah kebiasaan, tradisi, dan bahkan budaya.

Menurut pendapat Scholte (2002) dalam Suroso (2010) menyatakan bahwa

setidaknya ada lima kategori pengertian globalisasi yang umum ditemukan dalam

literatur. Kelima kategori definisi tersebut berkaitan satu sama lain dan kadangkala

saling tumpang-tindih, namun masing-masing mengandung unsur khas yang dapat

dikemukakan sbb.

1. Globalisasi sebagai internasionalisasi

Globalisasi dipandang sebagai sebuah kata sifat (adjective) untuk

menggambarkan hubungan antar-batas dari berbagai negara. Ia

menggambarkan pertumbuhan dalam pertukaran dan interdependensi

internasional. Semakin besar volume perdagangan dan investasi modal, maka

ekonomi antar-negara semakin terintegrasi menuju ekonomi global di mana

ekonomi nasional yang distingtif dilepas dan diartikulasikan kembali ke

dalam suatu sistem melalui proses dan kesepakatan internasional.

2. Globalisasi sebagai liberalisasi

Dalam pengertian ini, globalisasi merujuk pada sebuah proses penghapusan

hambatan-hambatan yang dibuat oleh pemerintah terhadap mobilitas antar

negara untuk menciptakan sebuah ekonomi dunia yang terbuka dan tanpa-

batas. Mereka yang berpendapat pentingnya menghapus hambatan-hambatan

Page 10: PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH …staff.unila.ac.id/radengunawan/files/...Otonomi-dan-Globalisasi.pdf · 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi

10

perdagangan dan kontrol modal biasanya berlindung di balik mantel

globalisasi.

3. Globalisasi sebagai universalisasi

Dalam konsep ini, kata global digunakan dengan pemahaman bahwa proses

mendunia dan globalisasi merupakan proses penyebaran berbagai obyek dan

pengalaman kepada semua orang ke seluruh penjuru dunia. Contoh klasik

dari konsep ini adalah penyebaran teknologi komputer, televisi, internet, dll.

4. Globalisasi sebagai westernisasi atau modernisasi (lebih dalam bentuk yang

Americanised)

Globalisasi dalam konteks ini dipahami sebagai sebuah dinamika, di mana

struktur-struktur sosial modernitas (kapitalisme, rasionalisme, industrialisme,

birokratisme, dsb.) disebarkan ke seluruh penjuru dunia, yang dalam

prosesnya cenderung merusak budaya setempat yang telah mapan serta

merampas hak self-determination rakyat setempat.

5. Globalisasi sebagai penghapusan batas-batas teritorial (atau sebagai

persebaran supra-teritorialitas)

Globalisasi mendorong rekonfigurasi geografis, sehingga ruang-sosial tidak

lagi semata dipetakan dengan kawasan teritorial, jarak teritorial, dan batas-

batas teritorial. Dalam konteks ini, globalisasi juga dipahami sebagai sebuah

proses (atau serangkaian proses) yang melahirkan sebuah transformasi dalam

spatial organisation dari hubungan sosial dan transaksi-ditinjau dari segi

ekstensitas, intensitas, kecepatan dan dampaknya-yang memutar mobilitas

antar-benua atau antar-regional serta jejaringan aktivitas (Scholte, 2002

dalam Suroso, 2010).

Dengan demikian, adanya globalisasi yang sudah berlangsung sangat berpengaruh

terhadap semua aspek kehidupan, baik secara individu, kelompok, maupun Negara

yang sudah barang tentu termasuk Indonesia. Globalisasi yang berdampak pada

berbagai bidang kehidupan tersebut tentu saja berpengaruh terhadap dunia

pendidikan di Indonesia. Globalisasi ini didorong oleh hiruk-pikuknya tiga faktor

utama yang berupa (1) teknologi informasi, (2) uang, dan (3) manajemen sehingga

Page 11: PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH …staff.unila.ac.id/radengunawan/files/...Otonomi-dan-Globalisasi.pdf · 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi

11

memiliki power untuk menggerakkan proses globalisasi keseluruh dunia (Gaffar,

2004).

E. PEMBAHASAN

Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa terdapat tiga faktor utama sebagai

pendorong globalisasi yaitu berupa teknologi informasi, uang, dan manajemen

(Gaffar, 2004). Oleh karena itu, persyaratan yang mutlak untuk dapat memenangkan

persaingan global termasuk bidang pendidikan haruslah memiliki kemampuan yang

lebih unggul dalam menguasai informasi, memiliki kemampuan keuangan yang

memadai, dan manajemen yang berdaya saing.

Bagai mana kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu negara dalam

mencari dan memanfaatkan informasi akan sangat menentukan sampai di mana

informasi mendunia tersebut dapat dikuasai. Tindakan selanjutnya berkaitan dengan

informasi yang dikuasai adalah bagai mana mengolah dan mengelola informasi

tersebut menjadi lebih bermanfaat. Kenyataan demikian sangat memerlukan

kecerdasan yang berkaitan dengan teknologi informasi. Faktor lain sebagai

pendorong percepatan globalisasi dalam segala aspek yaitu berupa uang. Pada tahap

awal, persoalan uang bukanlah pada berapa besar jumlah uang yang harus dimiliki,

akan tetapi lebih fokus pada bagai mana kecerdasan yang dimiliki berkaitan dengan

pengelolaan keuangan. Jumlah uang yang banyak bukan merupakan jaminan untuk

memenangkan persaingan global, akan tetapi kecerdasan dalam mengelola keuangan

akan menjadi faktor utama dalam memenangkan kompetisi global. Kecerdasan

keuangan yang dimiliki akan mampu mendatangkan penghasilan luar biasa sehingga

mampu memperbaiki perekonomian baik dirinya maupun negara.

Faktor lain sebagai pendorong percepatan globalisasi yaitu kemampuan manajemen

yang unggul pada diri individu atau suatu negara. Kecerdasan manajemen akan

sangat menentukan bagai mana faktor teknologi informasi dan faktor uang akan

memiliki peran penting. Dalam upaya memenangkan persaingan global haruslah

memiliki kecerdasan dalam mengelola dan memadukan antara teknologi informasi

dan uang.

Page 12: PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH …staff.unila.ac.id/radengunawan/files/...Otonomi-dan-Globalisasi.pdf · 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi

12

Sisi lain, persoalan otonomi yang tampaknya kontradiktif dengan istilah globalisasi,

perlu dicermati bersama oleh kita. Globalisasi yang berlangsung menuntut

persyaratan sangat ketat yang berupa kecerdasan teknologi informasi, kecerdasan

keuangan, dan juga kecerdasan manajemen (pengelolaan). Ketiga faktor tersebut

merupakan tantangan bagi setiap unit atau setiap satuan yang telah menyatakan

otonomi. Kecerdasan teknologi informasi, kecerdasan keuangan, dan juga

kecerdasan manajemen merupakan tiga faktor yang sangat sulit untuk dipenuhi oleh

daerah atau satuan pendidikan yang telah menyatakan sebagai wilayah otonom.

Semangat yang terkandung dalam istilah otonomi dan globalisasi sangat berbeda dan

pada umumnya persyaratan yang diperlukan untuk memenangkan persaingan global

merupakan kelemahan yang dimiliki oleh unit-unit otonom.

Untuk wilayah Indonesia, pada umumnya terdiri atas daerah-daerah yang masih

tergolong rendah dalam segala aspek, khususnya dalam kecerdasan teknologi

informasi, kecerdasan keuangan, dan kecerdasan manajemen. Hal ini merupakan

titik lemah bagi setiap unit otonom yang harus menghadapi globalisasi yang telah

hampir mengesampingkan jati diri. Berdasarkan pengamatan penulis, dapat

dinyatakan bahwa negara-negara lain telah mulai melaksanakan globalisasi tetapi

untuk masyarakat Indonesia pada umumnya masih ketakutan dengan istilah

globalisasi. Hal ini diakibatkan oleh ketidakkonsistenan dalam mempertahankan jati

diri bangsa sehingga menjadi tidak jelas ke arah mana akan bergerak.

Disadari atau tidak perkembangan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dan terjadi

secara global. Adanya era pasar bebas merupakan tantangan bagi dunia pendidikan

Indonesia, hal ini memberikan peluang bagi lembaga pendidikan dan tenaga pendidik

dari mancanegara masuk ke Indonesia. Dalam menghadapi pasar global, kebijakan

pendidikan nasional harus mampu meningkatkan kualitas pendidikan, baik secara

akademik maupun non-akademik. Kebijakan yang ditetapkan harus mampu

memperbaiki manajemen pendidikan sehingga menjadi lebih produktif dan efisien

serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan

pendidikan.

Page 13: PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH …staff.unila.ac.id/radengunawan/files/...Otonomi-dan-Globalisasi.pdf · 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi

13

Sebagai mana ditetapkan dalam Undang-Undang Sisdiknas Pasal 11 ayat 2,

menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya

dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh

sampai dengan lima belas tahun. Hal ini menunjukkan bahwa anak pada usia tujuh

sampai lima belas tahun seharusnya mendapatkan pendidikan dasar secara gratis.

Oleh karena itu, hendaknya pemerintah yang dalam hal ini sebagai pengemban

amanat rakyat, dapat bergerak cepat menemukan dan memperbaiki celah–celah yang

dapat menyulut gejolak tersebut. Salah satunya dengan cara menjadikan pendidikan

di Indonesia semakin murah atau bahkan gratis tapi bukan pendidikan yang murahan

tanpa kualitas. Hal ini memang sudah dimulai di beberapa daerah di Indonesia yang

menyediakan sekolah unggulan berkualitas yang bebas biaya. Namun hal tersebut

baru berupa kebijakan regional di daerah tertentu. Alangkah baiknya jika pemerintah

pusat menerapkan kebijakan tersebut dalam skala nasional. Untuk dapat

mewujudkan hal tersebut pemerintah perlu melakukan pembenahan terutama dalam

bidang birokrasi. Korupsi mesti segera diberantas, karena korupsi merupakan salah

satu yang menghancurkan bangsa ini. Dengan menekan angka korupsi di Indonesia

yang masuk jajaran raksasa korupsi dunia, diharapkan dapat memperbesar alokasi

dana untuk pendidikan. Globalisasi dalam dunia pendidikan saat ini memang

diperlukan untuk menghadapi tantangan global. Namun demikian globalisasi

pendidikan hendaknya tidak meninggalkan masyarakat kita yang masih termasuk

golongan lemah agar kemajuan bangsa ini dapat menikmati secara merata oleh

seluruh lapisan masyarakat Indonesia (Januar, 2006).

F. SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disampaikan beberapa simpulan sbb.

a. Untuk memenangkan persaingan global, pembiayaan pendidikan yang

selenggarakan secara otonomi perlu mendapat perhatian secara serius oleh

berbagai pihak.

b. Untuk dapat memenangkan persaingan global, maka spirit otonomi perlu

menselaraskan dengan spirit globalisasi.

Page 14: PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH …staff.unila.ac.id/radengunawan/files/...Otonomi-dan-Globalisasi.pdf · 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi

14

G. DAFTAR PUSTAKA

Anwar, I. 1991. Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan. Mimbar Pendidikan, No. 1 Tahun X, 1991: 28—33.

Baedhowi. 2007. Kebijakan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan: Konsep Dasar dan Implementasi. (Online). http://www.penapendidikan.com/mengupas-otonomi-pendidikan.html, Diakses tanggal 12 Juni 2010.

Fattah, N. 2002. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Penerbit Rosdakarya.

Gaffar, M. F. 1991. Konsep dan Filosofi Biaya Pendidikan Pendidikan. Mimbar Pendidikan, Nomor 1 Tahun X, 1991: 56—60.

Gaffar, Mohammad Fakry. 2004. Membangun Kembali Pendidikan Nasional dengan Fokus: Pembaharuan Manajemen Perguruan Tinggi pada Era Globalisasi. Disampaikan pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia V, di Surabaya, 5—9 Oktober 2004.

Hamijoyo, Santoso S. 1999. Pola Otonomi Daerah yang Efektif dan Efisien untuk Diimplementasikan dalam Bidang Pendidikan. Malang. FIP UNM.

Januar, Indra. 2006. Globalisasi Pendidikan Di Indonesia. (Online). http://zag.7p.com/globalisasi_pendidikan.htm, diakses tanggal 14 Juni 2010.

Latchanna, G., dan Hussein, J. O. 2007. Economics of Education. New Delhi: Discovery Publishing House.

Levin, M. H. and Hans, G. S. 1987. Financing Recurrent Educational. Beverly Hills California: Sage Publication Inc.

Loxley, W. 2008. Financing Education: Perspectives of The Asian Development Bank. (Online). (http://www.adb.org/Education/financing-edu.pdf, diakses 29 Juli 2008).

Supriyadi, D. 2006. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Rujukan bagi Penetapan Kebijakan Pembiayaan Pendidikan Pada Era Otonomi dan Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suroso, Jarot S. 2010. Pendidikan Nasional di Indonesia. (Siapkah Menghadapi Globalisasi?). (Online). http://www.scribd.com/doc/6480664/Globalisasi-Pendidikan, diakses tanggal 14 Juni 2010.

Sutjipto, 2004. Pembiayaan Pendidikan di Indonesia: Masalah dan Tantangannya. Makalah disajikan dalam Musyawarah Nasional Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), Hotel Bela Kutai Balikpapan, Kalimantan Timur, 21—23 Mei.

Tanje, Sixtus. 2008. Globalisasi Pendidikan dan Ketidaksiapan Sekolah. (Online). http://re-searchengines.com/sixtus0409.html, diakses tanggal 14 Juni 2010.

Thomas, J.A. 1971. The Productive School: A System Analysis Approach to Educational Administration. New York: John Wiley and Sons.

Wicaksono, Rohadi. 2008. Dunia Pendidikan Di Era Global. Disampaikan pada acara Talk Show yang diadakan oleh Akademi Analis Farmasi dan Makanan

Page 15: PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH …staff.unila.ac.id/radengunawan/files/...Otonomi-dan-Globalisasi.pdf · 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi

15

Putra Indonesia Malang, pada tanggal 9 Agustus 2008. (Online). http://www.scribd.com/doc/4643968/Dunia-Pendidikan-Di-Era-Global, diakses tanggal 14 Juni 2010.

Woodhall, M. 2004. Cost Benefit Analysis in Educational Planning. Fourth edition. Paris: UNESCO International Institute for Educational Planning.

Page 16: PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH …staff.unila.ac.id/radengunawan/files/...Otonomi-dan-Globalisasi.pdf · 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi

16

CURRICULUM VITAE

Nama : Dr. R. Gunawan S., S.Pd., S.E., M.M. Tempat dan Tanggal Lahir : Gunungkidul, 8 Agustus 1960 Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Kawin Agama : Islam Golongan / Pangkat : IV c/Pembina Utama Muda Jabatan Fungsional Akademik: Lektor Kepala Perguruan Tinggi : Universitas Lampung Alamat : Jl. Sumantri Brojonegoro No 1 Bandar Lampung Telp./Faks. : (0721) 704624/(0721) 704624 Alamat Rumah : Jl. Pulau Bawean I No. 28, Sukarame, Bandar Lampung, 35131 Telp. : 0721-789556; 08127922967 Faks. : Fax. 0721-789556 Alamat e-mail : [email protected]

[email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI

Tahun Lulus Jenjang Perguruan Tinggi Jurusan/Bidang Studi

1985 S1 Universitas Negeri Yogyakarta (IKIP Yogyakarta)

Pendidikan Akuntansi

2001 S1 Universitas Lampung Akuntansi 2001 S2 Universitas Brawijaya Manajemen/Akuntansi

Manajemen 2010 S3 Universitas Negeri Malang Pendidikan Ekonomi

Page 17: PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN OTONOMI SEKOLAH …staff.unila.ac.id/radengunawan/files/...Otonomi-dan-Globalisasi.pdf · 1 Makalah ini disampaikan pada Seminar Internasional tentang Globalisasi

17

Buku:

No. Judul Penerbit Tahun1. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Bidang

Kependidikan BKS – PTN Bagian Barat Ke II (Penyunting)

LP Universitas Lampung

1993

2. Laporan Keuangan dengan Menggunakan DacEsay Accounting

LP Universitas Lampung

2004

3. Cara Mudah Menguasai DacEsay Accounting for Windows

Graha Ilmu 2005

4. Kiat Mudah Menguasai MYOB Accounting Graha Ilmu 2005

5. Analisis Regresi Linear Ganda Menggunakan SPSS

Graha Ilmu 2005

6. Akuntansi Biaya (Penulisan Buku Ajar) - 2006

7. Pengembangan Model Penyelenggaraan Akreditasi Sekolah Menengah

Balitbang Depdiknas

2008

8. Karakteristik Penganggaran dan Efisiensi Biaya

Cahaya Abadi Tulung Agung

2010