pemberian teknik relaksasi nafas dalam...

77
i PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. G DENGAN POST ORIF FRAKTUR KLAVIKULA DEXTRA DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO DISUSUN OLEH : APRILIA DEBI SAFITRI P. 11068 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

Upload: trancong

Post on 20-Apr-2018

241 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

i

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP

INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. G

DENGAN POST ORIF FRAKTUR KLAVIKULA DEXTRA

DI BANGSAL FLAMBOYAN

RSUD SUKOHARJO

DISUSUN OLEH :

APRILIA DEBI SAFITRI

P. 11068

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

Page 2: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

i

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAMTERHADAP

INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN TN. G

DENGANPOSTORIF FRAKTUR KLAVIKULA DEXTRA

DI BANGSAL FLAMBOYAN

RSUDSUKOHARJO

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

APRILIA DEBI SAFITRI

P 11068

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

Page 3: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : APRILIA DEBI SAFITRI

NIM : P.11068

Program Studi : DIII KEPERAWATAN

Judul Karya Tulis Ilmiah : “PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS

DALAM TERHADAP INTENSITAS NYERI

PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. G

DENGAN POST ORIF FRAKTUR KLAVIKULA

DEXTRA DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD

SUKOHARJO”

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran

orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebutsesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, Mei 2014

Yang Membuat Pernyataan

APRILIA DEBI SAFITRI

NIM. P.11068

Page 4: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : APRILIA DEBI SAFITRI

NIM : P.11068

Program Studi : DIII KEPERAWATAN

Judul Karya Tulis Ilmiah : “PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS

DALAM TERHADAP INTENSITAS NYERI

PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. G

DENGAN POST ORIF FRAKTUR KLAVIKULA

DEXTRA DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD

SUKOHARJO”

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIkes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di :

Hari/ Tanggal :

Pembimbing : NurulIzzawati, S.Kep., Ns ( )

NIK. 201389117

Page 5: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : APRILIA DEBI SAFITRI

NIM : P11 068

Program Studi : DIII KEPERAWATAN

Judul : PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS

DALAM TERHADAP INTENSITAS NYERI

PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. G

DENGAN POST ORIF FRAKTUR KLAVIKULA

DEXTRA DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD

SUKOHARJO

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan : Surakarta

Hari/Tanggal : Kamis / 22 Mei 2014

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Nurul Izzawati, Skep., Ns ( )

NIK : 201389117

Penguji I : Noor Fitriyani, S.Kep., Ns ( )

NIK : 201187085

Penguji II : Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep ( )

NIK : 200680021

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan

STIKES Kusuma Husada Surakarta

Atiek Murharyati, S.Kep,. Ns., M. Kep

NIK :200680021

Page 6: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS

DALAM TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN

KEPERAWATAN Tn. G DENGAN POST ORIF FRAKTUR KLAVIKULA

DEXTRA DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO”.

Dalam Penyusunan Karya Tulis ini penulis banyak mendapat bimbingan

dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

terhormat :

1. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns, M.Kep, selaku Ketua Program studi DIII

Keperawatan sekaligus dosen penguji II yang telah memberikan kesempatan

untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns, M.Kep, selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII

Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta.

3. Nurul Izzawati, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

4. Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji I yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

Page 7: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

vi

5. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

6. Ayah dan Ibu, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk

menyelesaikan pendidikan.

7. Saudara serta keluarga tercinta, yang senantiasa memberikan dukungan dan

semangat dalam setiap proses yang dilalui penulis.

8. Teman-teman Mahasiswa Program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,

yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, Mei 2014

Penulis

Page 8: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ............................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Tujuan Penulisan ................................................................... 4

C. Manfaat Penulisan ................................................................. 5

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Fraktur ................................................................. 7

B. AsuhanKeperawatan ............................................................. 14

C. Nyeri ...................................................................................... 21

D. TeknikRelaksasi .................................................................... 29

BAB III LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien...................................................................... 32

B. Pengkajian ............................................................................. 32

C. PolaKesehatanFungsional ..................................................... 34

Page 9: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

viii

D. Terapi.......................................................... .......................... 39

E. PerumusanMasalahKeperawatan .......................................... 39

F. PerencanaanKeperawatan ..................................................... 40

G. Implementasi ......................................................................... 41

H. Evaluasi ................................................................................. 43

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian.............................................................................. 45

B. Diagnosa Keperawatan........................................................... 50

C. Intervensi Keperawatan.......................................................... 53

D. Implementasi Keperawatan.................................................... 56

E. Evaluasi.................................................................................. 57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan............................................................................. 60

B. Saran....................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 10: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skala deskriptif ......................................................................... 28

Gambar 2.2Skala numerik ............................................................................ 29

Gambar 2.3Skala analog visual .................................................................... 29

Gambar 3.1 Genogram ................................................................................. 33

Page 11: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Asuhan Keperawatan

Lampiran 2 Log Book

Lampiran 3 Format Pendelegasian Pasien

Lampiran 4 Jurnal

Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup

Page 12: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang

bersifat total maupun sebagian. Fraktur dikenal dengan istilah patah tulang.

Fraktur disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan, sudut, tenaga,

keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah

fraktur yang terjadi tersebut lengkap atau tidak lengkap (Muttaqin, 2008).

Fraktur klavikula adalah putusnya hubungan tulang klavikula yang

disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan

terputar atau tertarik keluar (outstretched hand), dimana trauma dilanjutkan

dari pergelangan tangan sampai klavikula trauma ini dapat menyebabkan

fraktur klavikula (Helmi, 2012).

Cidera akibat kecelakaan lalu lintas tertinggi dijumpai beberapa negara

Amerika Latin (41,7 %), Korea Selatan (21,9 %), Thailand (21 %) (Nasution,

2010). Menurut data Direktorat Jendral Perhubungan Darat Kementerian

Republik Indonesia, jumlah korban kecelakaan 2010 sebanyak 175.787 orang,

pada tahun 2011 sebanyak 176.763 orang, sedangkan 2012 sebanyak 197.560

orang. Dalam setiap 9,1 menit sekali terjadi satu kasus kecelakaan dijalan raya.

WHO mencatat hingga saat ini sebanyak 50 juta orang lainnya menderita luka

berat. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab fraktur (patah tulang)

terbanyak (Departemen Perhubungan, 2010).

Page 13: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

2

Penanganan fraktur klavikula bisa berupa konservatif ataupun operasi.

Tindakan operasi terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi interna dan reposisi

tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna, dimana didalamnya

terdapat banyak prosedur yang harus dilaksanakan (Mansjoer, 2007).

Pembedahan ORIF (open reduction and internal fixation), yaitu reduksi

terbuka dan fiksasi interna. Sasaran pembedahan yang dilakukan untuk

memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan, stabilitas, mengurangi

nyeri dan disatibilitas (Smeltzer dan Bare, 2002).

Pasien pasca operasi pada umumnya mengalami nyeri, nyeri pasca

bedah disebabkan oleh rangsangan mekanik luka yang menyebabkan tubuh

menghasilkan mediator-mediator kimia nyeri (Smeltzer dan Bare, 2002). Nyeri

adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari suatu emosional disertai

kerusakan jaringan secara aktual maupun potensial atau kerusakan jaringan

secara menyeluruh (Ningsih, 2009). Intensitas nyeri bervariasi mulai dari nyeri

ringan sampai nyeri berat, namun menurun sejalan dengan proses

penyembuhan (Potter dan Perry, 2005).

Penanganan nyeri harus segera diatasi, karena dapat menyebabkan

proses rehabilitasi pasien tertunda dan hospitalisasi lama. Hal ini karena pasien

memfokuskan semua perhatiannya pada nyeri yang dirasakan. Penatalaksanaan

nyeri pada pasien post operasi fraktur klavikula dextra dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu farmakologis dan nonfarmakologis. Menangani nyeri secara

farmakologis dapat dilakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

Page 14: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

3

analgetik, sedangkan tindakan nonfarmakologis dapat dilakukan dengan cara

teknik relaksasi berupa nafas dalam (Smeltzer & Bare, 2002).

Teknik relaksasi nafas dalam adalah metode yang dapat dilakukan

terutama pada pasien yang mengalami nyeri. Teknik relaksasi nafas dalam

merupakan latihan pernafasan yang menurunkan komsumsi oksigen, frekuensi

pernafasan, frekuensi jantung dan ketegangan otot. Hal ini terjadi karena

relative kecilnya peran otot-otot skeletal dalam nyeri pasca operasi atau

kebutuhan pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam secara efektif.

Teknik relaksasi nafas dalam perlu diajarkan beberapa kali agar mencapai hasil

yang optimal dan perlunya instruksi menggunakan teknik relaksasi nafas dalam

untuk menurunkan atau mencegah meningkatnya nyeri (Suhartini, 2013)

Menurut penelitian Suhartini Nurdin, dkk (2013), yang dilakukan pada

pasien fraktur di RSUP PROF Dr. R.D Kandou Manado pada tahun 2013

menunjukkan hasil bahwa teknik relaksasi nafas dalam mampu menurunkan

skala nyeri pasca operasi terhadap pasien fraktur.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada klien Tn. G di ruang

flamboyan RSUD Sukoharjo, dengan post orif fraktur klavikula dextra

didapatkan hasil bahwa pemeriksaan nyeri, klien mengatakan nyeri pada bahu

kanan, nyeri dirasakan saat bergerak, skala nyeri 6, nyeri hilang timbul 5-10

menit. Klien belum pernah diajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk

mengurangi nyeri.

Page 15: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

4

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menyusun Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Terhadap Intensitas Nyeri pada Tn. G dengan Post ORIF Fraktur Klavikula

Dextra di Bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo.”

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Melaporkan pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

nyeri pada Tn. G dengan post orif fraktur klavikula dextra di bangsal

flamboyan RSUD Sukoharjo.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. G dengan post orif

fraktur klavikula dextra.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. G dengan

post orif fraktur klavikula dextra.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn. G

dengan post orif fraktur klavikula dextra.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. G dengan post orif

fraktur klavikula dextra.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.G dengan post orif fraktur

klavikula dextra.

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian teknik relaksasi nafas dalam

pada Tn. G dengan post orif fraktur klavikula dextra.

Page 16: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

5

3. Manfaat Penulisan

a. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan untuk pengajaran pada asuhan keperawatan

nyeri khususnya pada pasien post orif fraktur klavikula dextra.

b. Bagi Rumah Sakit

Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam

melakukan asuhan keperawatan khususnya bagi klien dengan post orif

fraktur klavikula dextra.

c. Bagi Profesi Keperawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dibidang

keperawatan tentang asuhan keperawatan nyeri khususnya pada pasien

post orif fraktur klavikula dextra.

d. Bagi Penulis

1. Sebagai sarana dan alat untuk mengurangi nyeri pada pasien post orif

fraktur klavikula dextra.

2. Sebagai bahan evaluasi tentang penerapan konsep keperawatan yang

didapatkan selama pendidikan praktek keperawatan selama nyata.

Page 17: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Fraktur

1. Pengertian Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Sjamsuhidayat,

2005). Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya

disebabkan adanya kekerasan yang timbul secara mendadak (Paula, 2009).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulangdikenai stres yang lebih besar

dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan

langsung, gaya meremuk, getaran puntir mendadak, dan bahkan kontraksi

otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan sekitarnya juga akan

terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan

sendi, dislokasi sendi, reptur tendo, kerusakan saraf, dan kerusakan

pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang

disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Brunner and Suddarth,

2002).

Fraktur klavikula merupakan fraktur yang paling sering terjadi.

Fraktur batang tengah klavikula umumnya disebabkan oleh dorongan kuat

ke atas dan ke belakang yang biasanya diakibatkan oleh jatuh dengan

tangan terlentang (Dandy & Edwards, 2011).

Page 18: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

7

Fraktur klavikula adalah patah tulang yang sering terjadi pada orang

dewasa maupun anak. Fraktur ini terjadi biasanya akibat jatuh dengan

bertumpu pada tangan. Gaya benturan disalurkan ke lengan, kemudian ke

sendi bahu, dan selanjutnya ke sendi akromio-klavikular. Sendi

sternoklavikular yang terfiksasi menyebabkan gaya ini mematahkan

klavikula (Sjamsuhidajat, 2005).

2. Klasifikasi Fraktur

Klasifikasifraktur dalam beberapa keadaan sebagai berikut :

a. Fraktur traumatik

Terjadi karena trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan

kekuatan yang besar dan tulang tidak mampu menahan trauma

tersebut sehingga terjadi patah.

b. Fraktur patologis

Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan

patologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi pada daerah-

daerah tulang yang telah menjadi lemah karena tumor atau proses

patologis lainnya. Tulang sering kali menunjukkan penurunaan

densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur-fraktur semacam

ini adalah tumor, baik tumor primer maupun tumor metastasis.

c. Fraktur stres

Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat

tertentu.

d. Fraktur tertutup (simple fracture)

Page 19: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

8

Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak

menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh

lingkungan atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.

e. Fraktur terbuka (compound fracture)

Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan

dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk

from within (dari dalam), atau from without (dari luar).

f. Fraktur dengan komplikiasi (complicated fracture)

Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan

komplikasi, misalnya mal-union, de-layed union, dan infeksi tulang

(Muttaqin, 2008).

3. Etiologi Fraktur

Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,

gerakan putar mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstremitas, organ

tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur

atau akibat fragmen tulang (Brunner & Suddarth, 2005).

Penyebab fraktur ada beberapa macam yaitu (Oswari E, 2000) :

a. Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan

garis patah melintang atau miring.

b. Kekerasan tidak langsung

Page 20: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

9

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang

jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah

bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

c. Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat

berupa pemuntiran, penekuan dan penekanan, kombinasi dari

ketiganya, dan penarikan.

4. Manifestasi Fraktur

Manifestasi fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,

pemendekan ekstermitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan

warna.

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk

bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antara

fragmen tulang.

b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)

bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada

fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun

teraba) ekstermitas yang bisa diketahui dengan membandingkan

dengan ekstermitas normal. Ekstermitas tak dapat berfungsi dengan

baik karena fungsi normal otot bergantung pada intergritas tulang

tempat melekatnya otot.

Page 21: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

10

c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya

karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.

Fragmen sering melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1

sampai 2 inci).

d. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang

dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu

dengan lainnya.

e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai

akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa

baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera (Brunner &

Suddarth, 2005).

5. Patofisiologi Fraktur

Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma

gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan

metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik

yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan

mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun

maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi

plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam

tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang

dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat

mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri

gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka

Page 22: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

11

dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi

terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan

mengakibatkan kerusakan intergritas kulit. Fraktur adalah patah tulang,

biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang

terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada umumnya pada pasien fraktur

terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk

mempertahankan fragmen yang yang telah dihubungkan tetap pada

tempatnya sampai sembuh (Sylvia, 2006).

Trauma pada bahu atau posisi lengan terputar atau tertarik keluar

dapat menyebabkan fraktur klavikula. Fraktur pertengahan sampai batang

terjadi akibat fragmen luar tertarik ke bawah oleh berat lengan dan separuh

bagian dalam tertahan ke atas oleh otot sternomastoid. Fraktur sepertiga

bagian luar terjadi jika ligamen korakoklavikular robek, pergeseran dapat

hebat, dan reduksi tertutup tidak dapat dilakukan. Kondisi klinis fraktur

klavikula menimbulkan keluhan klien berupa nyeri, hambatan mobilitas

fisik, respons psikologis berupa ansietas. Intervensi medis dengan

tindakan pembedahan menyebabkan keluhan nyeri pasca bedah, resiko

tinggi infeksi, dan pemenuhan informasi (Muttaqin, 2012).

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik fraktur diantaranya :

a. Pemeriksaan Rontgen

Mentukan lokasi atau luasnya fraktur.

Page 23: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

12

b. Scan tulang, tommogram, scan CT/MRI

Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi

kerusakan jaringan lunak.

c. Arteriogram

Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

d. Hitung darah lengkap

Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun perdarahan

bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipe.

Peningkatan SDP adalah respon stress normal setelah trauma.

e. Kreatinin

Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal.

f. Profil koagulasi

Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple,

atau cedera hati (Doengoes, 2000).

7. Penatalaksanaan Fraktur

Prinsip penanganan fraktur klaviukula meliputi reduksi, imobilisasi,

dan pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi

(Brunner dan Suddarth, 2002). Mempertahankan dan mengembalikan

fragmen tulang dapat dilakukan dengan reduksi dan imobilisasi. Pantau

status neurovaskuler, latihan isometrik, dan memotivasi klien untuk

berpartisipasi dalam memperbaiki kemandirian dan harga diri (Brunner &

Suddarth, 2005). Prinsip penanganan fraktur dikenal dengan empat R yaitu

(Price, 2006) meliputi :

Page 24: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

13

a. Rekognisi adalah menyangkutan diagnosis fraktur pada tempat

kejadian dan kemudian di rumah sakit.

b. Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi fragmen-fragmen

tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak

asalnya.

c. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasang

untuk mempertahankan reduksi harus melewati sendi diatas fraktur

dan dibawah fraktur.

d. Rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan.

B. Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan

secara ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien,

merencanakan secara sistematis dan melaksanakannya serta mengevaluasi hasil

tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

1. Pengkajian pada pasien post operasi

Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar dalam proses

keperawatan secara menyeluruh. Pengkajian pasien post operasi fraktur

(Jitowiyono, 2012) meliputi :

a. Sirkulasi

Gejala : riwayat masalah jantung, GKJ, edema, pulmonal, penyakit

vaskular perifer, atau statis vaskular (peningkatan risiko pembentukan

trombus).

b. Integritas ego

Page 25: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

14

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis, faktor-faktor stress

multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak dapat

istirahat, peningkatan ketegangan atau peka rangsangan, stimulasi

simpatis.

c. Makanan atau cairan

Gejala : insufisiensi pankreas atau diabetes militus, (predisposisi untuk

hipoglikemia atau ketoasidosis), malnutrisi (termasuk obesitas),

membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukan atau periode

puasa pra operasi).

d. Penafasan

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis atau batuk, merokok.

e. Keamanan

Gejala : alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan

larutan defisiensi immune (peningkatan resiko infeksi sitemik dan

penundaan penyembuhan), munculnya kanker atau terapi kanker

terbaru. Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant atau

detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi. Riwayat

transfuse darah atau reaksi transfuse. Tanda : munculnya proses infeksi

yang melelahkan menyebabkan demam.

f. Penyuluhan atau pembelajaran

Gejala : penggunaan antikoagulasi, steroid, antibiotik, antihipertensi,

kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, dieretik,

dekongestan, analgesik, antiinflamasi, antikonvulsan atau transquilizer

dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.

Page 26: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

15

Penggunaan alkohol (resiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi

koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri

pasca operasi).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah sebuah label singkat, menggambarkan

kondisi pasien yang diobservasi dilapangan. Kondisi ini dapat berupa

masalah-masalah aktual atau potensial (Wilkinson, 2007).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post operasi

fraktur (Wilkinson, 2016) meliputi :

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang,

gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi

atau immobilisasi, stress, ansietas.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, ansietas, dan

gangguan pola tidur.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan

status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan

oleh terdapat luka atau ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan,

tugor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.

d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri atau ketidak

nyamanan, kerusakan muskuloskeletal, terapi pembatasan aktivitas, dan

penurunan kekuatan atau tahanan.

Page 27: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

16

3. Intervensi

Intervensi keperawatan adalah menyusun prioritas masalah,

merumuskan tujuan, dan kriterian hasil, memilih strategi asuhan

keperawatan, melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, dan

menuliskan atau mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan

(Deswani, 2009).

4. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Intervensi dan

implementasi keperawatan yang muncul pada pasien post operasi fraktur

(Wilkinson, 2006) meliputi :

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang,

gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi atau

immobilisasi, stress, ansietas.

Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :

1. Nyeri berkurang atau hilang

2. Klien tampak tenang

Intervensi :

1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga

Rasional : hubungan yang baik membuat klien dan keluarga

kooperatif.

Page 28: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

17

2. Kaji tingkat intensitas dan frekuensi nyeri

Rasional : tingkat intensitas nyeri dan frekuensi menunjukan skala

nyeri.

3. Jelaskan pada klien penyebab nyeri

Rasional : memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien

tentang nyeri.

4. Observasi tanda-tanda vital

Rasional : untuk mengetahui perkembangan klien.

5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik.

Rasional : merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik

berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, ansietas, dan

gangguan pola tidur.

Tujuan : klien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.

Kriteria hasil :

1. Perilaku klien menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan

diri.

2. Klien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas

tanpa dibantu.

3. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainnya baik.

Page 29: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

18

Intervensi :

1. Rencanakan periode istirahat yang cukup

Rasional : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi

terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secara optimal.

2. Berikan latihan aktivitas secara bertahap

Rasional : tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas

secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat,

mobilisai dini.

3. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan

Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien

pulih kembali.

4. Setelah latihan dan aktivitas kaji respon pasien

Rasional : menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari

tubuh sebagai akibat dari latihan.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status

metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh

terdapat luka atau ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, tugor

kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.

Tujuan : mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai

Kriteria hasil :

1. Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus

2. Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor

3. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Page 30: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

19

Intervensi :

1. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka

Rasional : mengetahui sejauh mana perkembangan luka

mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.

2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka

Rasional : mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan

mempermudah intervensi.

3. Pantau peningkatan suhu tubuh

Rasional : suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai

adanya proses peradangan.

4. Berikan perawatan luka dengan teknik aseptik, balut luka dengan

kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.

Rasional : teknik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka

dan mencegah terjadinya infeksi.

5. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya

debridement.

Rasional : agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak

menyebar luas pada area kulit normal lainnya.

6. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan

Rasional : balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung

kondisi parah atau tidaknya luka, agar tidak terjadi infeksi.

Page 31: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

20

7. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi

Rasional : antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme

pathogen pada daerah yang beresiko terjadi infeksi.

d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri atau ketidak

nyamanan, kerusakan muskuloskeletal, terapi pembatasan aktivitas, dan

penurunan kekuatan atau tahanan.

Tujuan : klien akan menunjukan tingkat mobilitas optimal

Kriteria hasil :

1. Penampilan yang seimbang

2. Melakukan pergerakan dan perpindahan

3. Mempertahankan mobilitas optimal yang dapat ditoleransi, dengan

karakteristik :

0 = mandiri penuh

1 = memerlukan alat bantu

2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan,

dan pengajaran

3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat bantu

4 = ketergantunagan tidak berpatisipasi dalam aktivitas

Intervensi :

1. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan

peralatan

Rasional : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

Page 32: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

21

2. Tentukan tingkat motivasi klien dalam melakukan aktivitas

Rasional : mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas

apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.

3. Ajarkan dan pantau klien dalam hal penggunaan alat bantu

Rasional : menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.

4. Ajarkan dan dukung klien dalam latihan ROM aktif dan pasif

Rasional : mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan

ketahanan otot.

5. Kolaborasi dengan ahli fisik atau okupasi

Rasional : sebagai suatu sumber untuk mengembangkan perencanaan

dan mempertahankan atau meningkatkan mobilitas klien.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf

keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan

untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan. Evaluasi

yang diharapkan pada klien dengan post operasi fraktur (Jitowiyono, 2012)

adalah :

a. Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan

keperawatan.

b. Klien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.

c. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

d. Klien akan menunjukan tingkat mobilitas optimal.

Page 33: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

22

C. Nyeri

1. Pengertian Nyeri

Nyeri adalah pengalaman emosional yang tidak menyenangkan

berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual, potensial, atau yang

dirasakan dalam kejadian-kejadian saat terjadi kerusakan (Smeltzer and

Bare, 2012).

Nyeri merupakan suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul

ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut

bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri (Prasetyo, 2010).

Bahwa nyeri adalah pengalaman pribadi, subjektif, yang

dipengaruhi oleh budaya, persepsi seseorang, perhatian dan variabel-

variabel psikologis lain yang mengganggu perilaku berkelanjutan dan

memotivasi setiap orang untuk menghentikan rasa nyeri tersebut (Judha,

2010).

2. Teori-Teori Nyeri

a. Teori Spesivitas (Specivicity Theory)

Teori ini menjelaskan bahwa nyeri berjalan dari reseptor-

reseptor nyeri yang spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu ke

pusat nyeri di otak dan bahwa hubungan antara stimulus dan respon

nyeri yang bersifat langsung dan invariabel. Prinsip teori ini adalah

reseptor somatosensorik adalah reseptor yang mengalami spesialisasi

untuk berespon secara optimal terhadap satu atau lebih atau lebih

tipe stimulus tertentu dan tujuan perjalanan neuro aferen primer dan

Page 34: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

23

jalur ascendens merupakan faktor kritis dalam membedakan sifat

stimulus perifer (Price & Wilson, 2002).

b. Teori pola (Pattern Theori)

Teori pola ini menjelaskan bahwa nyeri yang disebabkan oleh

berbagai reseptor sensori yang dirangsang oleh pola tertentu. Nyeri

merupakan akibat stimulasi reseptor yang menghasilkan pola tertentu

dari inpuls saraf. Pada sejumlah causalgia, nyeri pantom, dan

neuralgia teori pola ini bertujuan bahwa rangsangan yang kuat

mengakibatkan berkembangnya gaung terus menerus pada spinal

cord sehingga saraf transmisi nyeri bersifat hipersensitif yang mana

rangsangan dengan intensitas rendah dapat menghasilkan transmisi

nyeri (Andarmoyo, 2013).

3. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan durasinya

dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik.

a. Nyeri akut.

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut,

penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awal yang cepat, dengan

intensitas yang bervariasi dari ringan sampai berat dan berlangsung

untuk waktu singkat. Nyeri akut akan berhenti dengan sendirinya

(self-limiting) dan akhirnya menghilang atau tanpa pengobatan setelah

keadaan pulih pada area yang terjadi kerusakan. Nyeri akut berdurasi

singkat (kurang dari 6 bulan), nyeri ini biasanya disebabkan trauma

Page 35: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

24

bedah atau inflamasi. Seperti pada saat sakit kepala, sakit gigi,

terbakar, tertusuk duri, pasca persalinan, pasca pembedahan (Smeltzer

and Bare, 2005).

b. Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau interminten yang

menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik berlangsung

lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari 6

bulan. Nyeri kronis dibagi menjadi dua yaitu, nyeri kronik

nonmalignan dan malignan. Nyeri kronik nonmalignan merupakan

nyeri yang timbul akibat cedera jaringan yang tidak progresif atau

yang menyembuh. Nyeri kronik yang disebut juga nyeri kanker

memiliki penyebab nyeri yang dapat diindentifikasi malignan terjadi

akibat perubahan pada saraf. Perubahan ini terjadi bisa karena

penekanan pada saraf sel-sel kanker maupun pengaruh zat-zat kimia

yang dihasilkan oleh kanker itu sendiri (Potter & Perry, 2005).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri

Bahwa klien lah yang paling mengerti dan memahami tentang

nyeri yang ia rasakan. Oleh karena itu klien dikatakan sebagai expert

tentang nyeri yang ia rasakan. Faktor-faktor tersebut antara lain, usia,

jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan,

pengalaman sebelumnya, gaya koping, dukungan keluarga dan, sosial.

5. Strategi Penatalaksanaan Nyeri Nonfarmakologis

Page 36: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

25

Manajemen nyeri nonfarmakologis merupakan tindakan

menurunkan respons nyeri tanpa menggunakan agen farmakologis.

Manajemen nyeri nonfarmakologis merupakan tindakan dari seorang

perawat dalam mengatasi respons nyeri klien.

Manajemen nyeri nonfarmakologis sangat beragam. Banyak

literatur yang membicarakan mengenai teknik-teknik peredaan nyeri,

beberapa mengenai tindakan-tindakan tersebut antara lain :

a. Bimbingan antisipasi

b. Terapi es dan panas atau kompres panas dan dingin

c. Stimulasi Saraf Elektrik Transkutan/TENS (Transcutaneus Elektrical

Nerve Stimulation)

d. Distraksi

e. Teknik relaksasi

f. Imajinasi terbimbing

g. Hipnosis

h. Akupuntur

i. Umpan balik biologis

j. Masase

6. Proses Terjadinya Nyeri

Proses terjadinya nyeri merupakan suatu rangkaian yang

rumit,dalam hal ini dibutuhkan pengetahuan mengenai struktur dan

fisiologi sistem persarafan karena sistem inilah yang memegang kendali

dalam terciptanya nyeri.

Page 37: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

26

Sel saraf atau neuron terdiri dari badan sel dan dua sel tonjolan

yang terutama bertanggung jawab untuk transmisi impuls saraf, termasuk

impuls nyeri. Menonjol dari badan sel adalah tonjolan pendek bercabang

yang dinamakan dendrit yang menerima rangsangan sensorik dari

lingkungan luar sel dan mentransmisikan menuju badan sel. Tonjolan ini

disebut neuron atau serat aferen (sensorik), yaitu serat saraf yang

memantau masukan sensorik dan membawa informasi ini dari perifer ke

susunan saraf pusat (Andarmoyo, 2013).

Pada setiap sel juga memiliki tonjolan tunggal yang disebut akson

dengan panjang bervariasi. Pada sepanjang akson itulah impuls saraf

dikonduksikan menjauhi badan sel neuron menjadi dendrit neuron lain

atau struktur eferen misal otot atau kelenjar. Serat saraf ini sisebut neuro

eferen (motorik), yaitu saraf yang membawa impuls saraf dari susunan

saraf pusat ke dalam tubuh (Bresnick, 2003).

Zat-zat kimia yang meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri

meliputi histamin, brandikinin, asetilkolin, dan subtansi P. Prostagladin

adalah zat kimia yang diduga dapat meningkatkan sensitivitas reseptor

nyeri dengan meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari

brandikinin (Smeltzer & Bare, 2005).

7. Efek Membahayakan Nyeri

Efek membahayakan nyeri merupakan kejadian tidak

menyenangkan yang dalam perkembangannya akan mempengaruhi

berbagai komponen dalam tubuh. Efek nyeri dapat berpengaruh terhadap

Page 38: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

27

fisik, perilaku, dan pengaruh pada aktifitas sehari-hari (Smeltzer and

Bare, 2002).

a. Efek fisik

Nyeri akut yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek

yang membahayakan diluar krtidak nyamanan yang disebabkannya.

Selain merasakan ketidaknyamanan dan mengganggu nyeri akut yang

tidak kunjung mereda dapat mempengaruhi sistem pulmonary,

kardiovaskuler, gastrointestinal, dan imunologik.

b. Efek perilaku

Respon vocal individu yang bisa dilihat dari bagaimana individu

mengekspresikan nyeri seperti mengaduh, menangis, sesak napas, dan

mendengkur. Ekspresi wajah akan menunjukkan karakteristik seperti

meringis, mengeletukkan gigi, mengerutkan dahi, menutup mata atau

mulut dengan rapat atau membuka matau atau mulut dengan lebar,

dan mengigit jari. Gerakan tubuh menunjukkan karakteristik seperti

perasaan gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan

jari dan tangan aktivitas melangkah yang tunggal ketika berlari dan

berjalan, gerakan ritmik nyeri atau menggosok, dan gerakan

melindungi bagian tubuh yang nyeri.

c. Pengaruh pada aktifitas sehari-hari

Nyeri dapat pula mengganggu kemampuan seseorang untuk

mempertahankan hubungan seksual yang normal. Kondisi seperti

arthristik, penyakit panggul degeneratif, dan nyeri punggung kronik

Page 39: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

28

akan membuat individu sulit untuk mengambil posisi tubuh yang

biasanya dilakukan saat berhubungan seksual. Kemapuan individu

dalam bekerja seacra serius pun terancam oleh karena nyeri yang

dirasakan. Semakin banyak beraktifitas fisik yang dibutuhkan dalam

suatu pekerjaan, semakin besar juga resiko ketidaknyamanan yang

dirasakan apabila nyeri disebabkan oleh perubahan pada

muskuloskeletal dan pada bagian organ dalam tertentu.

8. Penilaian Nyeri

Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah

nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat

subjektif dan individual serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang

sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran

nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah

menggunakan respons fifiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.

Pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran

pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2008).

Menurut Andarmoyo (2013), alat ukur nyeri di bagi menjadi 3

yaitu :

a. Skala deskriptif

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan

nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal

Descriptor Scale, VDS), merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga

sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama

Page 40: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

29

di sepanjang garis. Pendeskripsi ini dirangking dari “tidak terasa

nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan

kepada klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih

intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan

seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri

terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien

memilih sebuah kategori untuk mendeskripsiakan nyeri.

Gambar 2.1 Skala deskriptif

b. Skala Numerik

Skala penilaian numerik (Numerical rating scale, NRS), lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini

klien menilai nyeri dengan mengunakan skala 0-10, skala paling

efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah

intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri

maka direkomendasikan patokan 10 cm.

Gambar 2.2 Skala Numerik

Page 41: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

30

c. Skala Analog Visual

Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) adalah suatu

garis lurus atau horizontal sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas

nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap

ujungnya. Pasien diminta untuk menunjukkan titik pada garis yang

menunjukkan letak nyeri yang terjadi sepanjang garis tersebut, ujung

kiri biasanya menandakan “tidak ada” atau “tidak nyeri”. Sedangkan

ujung kanan biasanya menandakan “berat” atau “nyeri yang paling

buruk” untuk menilai hasil sebuah penggaris diletakkan sepanjang

garis dan jarak yang dibuat pasien pada garis dari “tidak ada nyeri”

diukur dan ditulis dalam centimeter.

Gambar 2.3 Skala Analog Visual

D. Teknik Relaksasi

1. Pengertian Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi

secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan.

Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam

juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi

Page 42: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

31

darah (Smeltzer & Bare, 2002). Relaksasi merupakan metode efektif untuk

mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronik. Relaksasi

sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan kecemasan

sehingga mencegah menghambatnya stimulasi nyeri (Kusianti dkk, 2006).

Setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam terdapat hormon

yang dihasilkan yaitu hormon adrenalin dan hormon kortison. Kadar

PaCo2 akan meningkat dan menurunkan PH sehingga akan meningkatkan

kadar oksigen dalam darah (Judha, 2012).

2. Jenis – Jenis Teknik Relaksasi

Menurut Miltenberger (2004), mengemukakan 4 macam relaksasi,

yaitu relaksasi otot (progressive muscle relaxation), pernafasan diafragma

(diaphragmatic breathing), meditasi (attention – focusing exercises), dan

relaksasi perilaku (behavioral relaxationtraining).

3. Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Bentuk pernafasan yang digunakan pada prosedur ini adalah

pernafasan diagfragma yang mengacu pada pendataran kubah diafragma

selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas

sejalan dengan desakan udara yang masuk selam inspirasi.

Prosedur teknik relaksasi nafas dalam yang dilakukan antara lain

ciptakan lingkungan yang tenang, jaga privasi klien, usahakan klien dalam

keadaan rileks, minta klien memejamkan mata dan usahakan agar

konsentrasi, menarik nafas dari dalam hidung secara perlahan-lahan sambil

menghitung dalam hati, hirup, satu, dua, tiga, hembuskan udara melalui

Page 43: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

32

mulut sambil menghitung dalam hati, hembuskan, satu, dua, tiga. Menarik

nafas lagi dari hidung dan hembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan

sama seperti prosedur sebelumnya, ulangi lagi dengan selingi istirahat

yang singkat (Suhartini, 2013).

Teknik relaksasi nafas dalam yang baik dan benar akan

memberikan efek yang berharga bagi tubuh, efek tersebut dapat

menurunkan nadi, tekanan darah, pernapasan, menurunan komsumsi

oksigen, menurunan ketegangan otot, menurunkan kecepatan metabolisme,

meningkatkan kesadaran global, perasaan damai dan sejahtera (Potter &

Perry, 2006).

Mekanisme teknik relaksasi nafas dalam merelaksasi otot skeletal,

dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang dapat

menunjang nyeri. Teknik relaksasi nafas dalam mampu menurunkan nyeri

pada pasien pasca operasi, hal ini terjadi karena relative kecilnya peran

otot-otot skeletal dalam nyeri pasca operasi atau kebutuhan pasien untuk

melakukan teknik relaksasi nafas dalam secara efektif (Suhartini, 2013).

Page 44: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

33

BAB III

LAPORAN KASUS

Bab ini menjelaskan tentang Laporan Asuhan Keperawatan Tn. G

dengan Post ORIF Fraktur Klavikula Dextra, yang dilaksanakan pada tanggal 10

sampai 11 April 2014. Asuhan Keperawatan ini mulai dari Pengkajian, Diagnosa

Keperawatan atau rumusan masalah, Intervensi Keperawatan, Implementasi dan

Evaluasi.

A. Identitas Klien

Klien adalah seorang laki-laki berumur 53 tahun dengan inisial Tn. G

yang beragama islam, bertempat tinggal di daerah Tawangsari, Sukoharjo.

Klien merupakan seorang petani. Selama di rumah sakit, yang bertanggung

jawab atas Tn. G adalah anak kandungnya yaitu Sdr. A dengan usia 20 tahun,

beragama islam, beliau belum bekerja dengan tingkat pendidikan SMA yang

bertempat tinggal di daerah Tawangsari, Sukoharjo. Ny. A tinggal satu rumah

dengan klien.

B. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 April 2014 jam 10.15 WIB

dengan metode allo-anamnesa dan auto-anamnesa.

Keluhan utama yang dirasakan Tn. G adalah nyeri pada bahu kanan.

Riwayat penyakit sekarang, pada tanggal 9 April 2014 klien mengalami

Page 45: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

34

kecelakaan saat naik sepeda motor, klien merasakan nyeri yang begitu hebat

pada bahu kanannya, tidak dapat digerakkan dan merintih kesakitan dan saat

itu juga klien di bawa ke RSUD Sukoharjo di IGD klien di pasang infus RL

20 tpm, injeksi ketorolak 30 mg dengan Tanda-tanda vital tekanan darah

130/90 mmHg, nadi 72x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36,8°C. Kemudian

pada pukul 20.40 WIB klien dibawa ke bangsal Flamboyan. Operasi

dilakukan pada hari kamis 10 April 2014 pukul 08.35 sampai pukul 09.35

WIB.

Riwayat penyakit dahulu, sebelumnya klien sudah pernah dirawat di

rumah sakit karena ambeyen, klien belum pernah mengalami kecelakaan

maupun operasi. Klien tidak mempunyai alergi terhadap obat atau makanan.

Riwayat kesehatan keluarga, klien mengatakan didalam keluarganya

tidak mempunyai penyakit keturunan seperti DM, jantung, dan hipertensi.

Genogram :

Gambar 3.1 Genogram Tn. G

Keterangan :

: Laki – laki : Pasien

: Perempuan : Garis Perkawinan

Page 46: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

35

: Meninggal : Garis Keturunan

: Tinggal serumah

Riwayat kesehatan lingkungan, klien mengatakan lingkungan rumahnya

sehat dan bersih. Ada tempat pembuangan sampah, jauh dari sungai atau

pabrik.

C. Pola Kesehatan Fungsional

Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, klien mengatakan bahwa

sehat itu penting dan berharga, klien berharap cepat sembuh dan bisa segera

pulang untuk melakukan aktifitas seperti biasa. Menurut klien sakit itu

merupakan sesuatu hal yang tidak nyaman, keluarga klien kooperatif dalam

proses perawatan di rumah sakit.

Pola nutrisi dan metabolisme, sebelum sakit klien mengatakan makan

3x sehari satu porsi habis dengan nasi, sayur, lauk, dan minum air putih, teh.

Selama sakit klien mengatakan makan 3x sehari dengan makan makanan

yang di sediakan di rumah sakit habis setengah porsi.

Pola eliminasi, eliminasi BAB sebelum dan selama sakit klien

mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, bau khas, warna

kecoklatan. Eliminasi BAK, sebelum sakit klien mengatakan BAK 4-6 x

sehari dengan jumlah urine kurang lebih 150 cc/hari, warna kuning jernih,

bau amoniak. Selama sakit klien mengatakan BAK 5-7 x/hari dengan jumlah

urine kurang lebih 120cc/hari, warna kuning jernih, bau amoniak.

Pola aktifitas dan latihan, sebelum sakit klien mengatakan melakukan

aktifitas dan latihan seperti makan, minum, toileting, berpakaian, mobilitas di

Page 47: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

36

tempat tidur, berpindah, ROM secara mandiri dengan nilai 0. Selama sakit

klien mengatakan melakukan aktifitas seperti makan, minum, toileting,

berpakaian, mobilitas di tempat tidur dengan dibantu dengan orang lain

dengan nilai 2.

Pola istirahat tidur, sebelum sakit klien mengatakan bisa tidur nyenyak

baik malam hari maupun siang hari. Tidur malam hari kurang lebih 6-7 jam

dan siang hari kurang lebih 1 jam. Selama sakit, klien mengatakan dapat tidur

pada malam hari dan siang hari namun tidak nyenyak karena merasa kurang

nyaman dan merasa nyeri pada bahunya.

Pola kognitif perseptual, sebelum sakit klien mampu berbicara dengan

normal, pendengaran dan penglihatan baik, klien juga mampu berjalan

dengan normal. Selama sakit klien merintih kesakitan di bahu kanannya,

klien mengatakan nyeri pada bahu kanannya saat bergerak, rasanya seperti

ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 6 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih

5-10 menit. Ekspresi wajah klien meringis kesakitan.

Pola persepsi konsep diri, sebelum sakit gambaran diri klien merasa

senang tubuhnya sehat tidak ada cacat tubuh ideal diri klien ingin selalu sehat

dan tidak ingin mempunyai penyakit,harga diri klien merasa disayangi oleh

anggota keluarganya peran diri klien seorang kepala keluarga yang

mempunyai 3 orang anak klien bekerja sebagai petani dan merasa cukup

memenuhi kebutuhan identitas diri klien berjenis kelamin laki-laki dengan

usia 53 tahun bekerja sebagai petani. Selama sakit gamabaran diri klien

menerima dengan keadaan sakitnya saat ini ideal diri klien ingin segera

Page 48: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

37

sembuh dan pulang kerumah agar bisa melakukan aktifitas kembali harga diri

klien tidak merasa rendah diri dengan penyakitnya peran diri klien seorang

kepala keluarga saat ini klien tidak mampu bekerja untuk memenuhi

kebutuhan keluarganya identitas diri klien berjenis kelamin laki-laki dengan

usia 53 tahun.

Pola hubungan peran, sebelum sakit klien mengatakan hubungan

dengan keluarga maupun dengan tetangga tidak ada masalah. Selama sakit

klien mengatakan hubungan dengan keluarga dan tetangga tetap baik klien

lebih diperhatikan keluarga. Pola seksualitas reproduksi, klien berusia 53

tahun sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak klien tidak ingin

menambah anak lagi.

Pola mekanisme koping, sebelum sakit klien mengatakan untuk

menghilangkan kepenatan dengan istirahat dan berkumpul dengan tetangga

jika ada masalah dibicarakan dengan keluarga apabila ada anggota keluarga

yang sakit segera memeriksakan ke puskesmas atau membeli obat ke apotek.

Selama sakit klien mengatakan selalu membicarakan masalah atau keluhan

sakitnya kepada keluarga.

Pola nilai dan keyakinan, sebelum sakit klien beragama islam dan

melaksanakan sholat 5 waktu. Selama sakit klien mengatakan masalah yang

dihadapinya merupakan ujian dari Tuhan YME, selama dirawat di rumah

sakit klien tidak mampu menjalankan sholat 5 waktu.

Klien berada dalam kesadaran sadar penuh (composmentis), saat

dilakukan pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan tanda-tanda vital adalah

Page 49: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

38

tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 72x/menit dengan irama teratur, frekuensi

pernafasan 20x/menit dengan irama teratur, dan suhu 36,8°C. Hasil

pemeriksaan kepala didapatkan bentuk kepala mesochepal, kulit kepala

bersih, rambut hitam tidak berketombe sedikit beruban. Pemeriksaan mata

didapatkan fungsi penglihatan baik, mata simetris kanan dan kiri, konjungtiva

pucat, sklera putih, pupil normal, tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

Pemeriksaan hidung bentuk simetris, bersih tidak ada polip, tidak terdapat

sekret. Pemeriksaan mulut bersih, simetris kanan dan kiri, mukosa bibir

lembab. Pemeriksaan gigi bentuk sejajar dan bersih. Pemeriksaan telinga

bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen, tidak ada gangguan

pendengaran. Pemeriksaan leher tidak ada pembesaran kelenjar thiroid, nadi

karotis teraba.

Pemeriksaan dada paru inspeksi bentuk dada simetris, tidak ada jejas,

tidak menggunakan otot bantu pernafasan. Palpasi vocal premitus kanan dan

kiri sama. Perkusi sonor disemua lapang paru. Auskultasi: suara vesikuler

disemua lapang paru, tidak ada suara tambahan, irama teratur. Pemeriksaan

jantung inspeksi ictus cordis tidak tampak. Palpasi ictus cordis teraba kuat di

SIC 4 dan SIC 5. Perkusi pekak disemua lapang paru. Auskultasi bunyi

jantung 1 sama dengan bunyi jantung 2 reguler tidak terjadi pelebaran suara.

Pemeriksaan abdomen inspeksi bentuk simetris dan tidak ada jejas.

Auskultasi bising usus 20x/menit. Perkusi tympani di kuadran 2,3,4 dan

redup di kuadran 1. Palpasi tidak terdapat pembesaran hepar tidak teraba

nyeri tekan. Genetalia bersih tidak terpasang kateter. Rektum bersih.

Page 50: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

39

Pemeriksaan ekstremitas atas kekuatan otot kanan 2, klien tampak takut

untuk menggerakan tangan, pergerakan terbatas. ROM kanan pasif. Kekuatan

otot kiri 5, ROM aktif pergerakan terbatas karena terpasang infus. Perabaan

akral, akaral teraba hangat. Capilary refile < 2 detik. Ekstremitas bawah

kekuatan otot kanan dan kiri 5, ROM kanan dan kiri aktif. Perabaan akral,

akral teraba hangat. Capilary refile< 2 detik.

Pemeriksaan penunjang pada klien meliputi pemeriksaan laboratorium,

rontgen extermitas atas kanan. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada

tanggal 9 April 2014, jam 11.12 WIB. Meliputi Hemoglobin 15,9 g/dL (nilai

normal 12,2-18,1 g/dL), Hematokrit 41,4 % (nilai normal 37,7-53,7 %), MCV

89,2 fL (nilai normal 80-97 fL), MCH 34,4 pg (nilai normal 27-81,2 pg),

RDW-CV 16,1 % (nilai normal 11,5-14,5 %), MPV 9,3 fL (nilai normal 0-

99,9 fL), Neutrofil 69,7 % (nilai normal 37-80 %),MXO 10,1 % (nilai normal

4-18%), Limfosit 20,3 % (nilai normal 19-48 %), GDS 141mg/dL (nilai

normal < 200 mg/dL), SGOT 40 u/i (nilai normal <31 u/i), SGPT 26 u/i (nilai

normal <32 u/i),Ureum 28,61 mg/dL (nilai normal 10-50 mg/dL), Creatinin

0,83 mg/dL), HbSAg (-), Golongan darah O, Masa pembekuan 3 menit, Masa

perdarahan 3 menit.

Rontgen dilakukan dua kali, yang pertama pada tanggal 9 April 2014

didapatkan hasil tomografi menunjukankerusakan struktur yang komplek

(fraktur clavikula dextra), hasil mielografi menunjukan saraf spinal dan

pembuluh darah mengalami kerusakan, hasil artrografi menunjukan jaringan

ikat rusak karena ruda paksa. Rontgen kedua dilakukan pada tanggal 11 April

Page 51: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

40

2014, didapatkan hasil tomografi menunjukkanstruktur tulang sudah

membaik, hasil mielografi menunjukan saraf spinal dan pembuluh darah

sudah membaik, dan hasil artrografi menunjukan jaringan ikat sudah

membaik.

D. Terapi

Terapi yang diperoleh klien pada tanggal 10 sampai 11 April 2014

selama di bangsal flamboyan antara lain infus RL 20 tetes per menit dengan

rasional mengembalikan keseimbangan elektrolit. Ketorolac 30mg/8jam

masuk melalui intra vena dengan rasional untuk mengobati nyeri akut.

Cefazolin 1mg/12jam masuk melalui intra vena dengan rasional untuk infeksi

saluran pernafasan. KA-EN 3B 20 tetes per menit dengan rasioanal sebagai

cairan dasar pemeliharaan (ISO, 2010).

Setelah dilakukan tindakan operasi Tn. G mendapatkan diit Tinggi

Kalori Tinggi Protein.

E. Perumusan Masalah Keperawatan

Setelah melakukan analisa data pertama pada klien, penulis

mendapatkan data subjektif antara lain klien mengatakan nyeri pada bahu

kanan setelah operasi, rasanya seperti ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 6 dan

dirasakan hilang timbul kurang lebih 5-10 menit, dan data objektif yang

diperoleh antara lain ekspresi wajah klien meringis kesakitan, dengan

hasiltanda-tanda vital tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 72x/menit, respirasi

20x/menit, suhu 36,8°C. Hasil rontgen menunjukkan adanya fraktur pada

klavikula dextra. Dan analisa data kedua pada klien, penulis mendapatkan

Page 52: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

41

data subjektif antara lain klien mengatakan takut bergerak dan tubuh tidak

bebas bergerak, aktifitas dibantu keluarga. Dan data objektif yang diperoleh

antara lain keadaan umum composmentis, ADL dibantu keluarga.

Berdasarkan masalah diatas, maka penulis merumuskan diagnosa

keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

fisik (fraktur klavikula dextra). Dan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu

hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal

fraktur klavikula dextra.

F. Perencanaan Keperawatan

Berdasarkan masalah keperawatan pertama pada klien dengan nyeri

akut, maka penulis membuat rencana tindakan keperawatan dengan tujuan:

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah

keperawatan nyeri akut berkurang. Dengan kriteria hasil nyeri berkurang dari

skala 6 menjadi skala 3, klien tidak meringis kesakitan, wajah klien rileks.

Dan berdasarkan masalah keperawatan kedua pada klien dengan hambatan

mobilitas fisik, maka penulis membuat rencana tindakan keperawatan dengan

tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan

hambatan mobilitas fisik klien secara mandiri dengan kriteria hasil klien

mampu beraktifitas secara mandiri, klien mampu melaporkan aktivitas secara

mandiri.

Berdasarkan masalah keperawatan pertama pada klien nyeri akut,

penulis membuat rencana keperawatan, yaitu observasi keadaan umum klien

dan kaji PQRST dengan rasional untuk mengetahui keadaan perkembangan

Page 53: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

42

nyeri klien. Monitor tanda-tanda vital dengan rasional untuk mengetahui

keadaan umum klien. Berikan posisi yang nyaman dengan rasional untuk

memberikan posisi yang dapat mengurai nyeri. Ajarkan teknik relaksasi nafas

dalam dengan rasional untuk mengurangi nyeri. Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian obat analgesik dengan rasional mengetahui advis dokter

dalam mengurangi nyeri.

Berdasarkan masalah keperawatan kedua pada klien hambatan

mobilitas fisik, penulis membuat rencana keperawatan, yaitu observasi

keadaan umum klien dengan rasional untuk mengetahui perkembangan

mobilitas klien. Bantu pemenuhan kebutuhan klien dengan rasional

membantu mengurangi rasa sakit klien saat pemenuhan kebutuhan. Libatkan

keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien dengan rasional untuk

meningkatkan kemandirian klien dalam kondisi keterbatasan. Ajarkan latihan

ROM dengan rasional untuk meregangkan otot. Kolaborasi dengan fisioterapi

dengan rasional untuk mengetahui aktifitas gerak klien.

G. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis pada hari kamis tanggal

10 April 2014 jam 07.30WIB, yaitu mengkaji nyeri klien dan klien merespon

dengan klien mengatakan nyeri pada bahu kanan setelah operasi, rasanya

seperti ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 6 dan dirasakan hilang timbul

kurang lebih 5-10 menit. Ekspresi wajah klien tampak meringis kesakitan.

Setelah itu, jam 07.45 WIB, memonitor tanda-tanda vital klien dan

didapatkan hasil tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 72x/menit,

Page 54: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

43

respirasi20x/menit, suhu 36,8°C. Setelah itu jam 08.00 WIB, memberikan

posisi yang nyaman semi fowler klien merasa nyaman saat dianjurkan untuk

semi fowler. Setelah itu jam 08.30 WIB, memberikan injeksi ketorolak 30 mg

melalui intra vena obat ketorolak masuk melalui intra vena klien tampak

meringis kesakitan saat diinjeksi obat ketorolak.

Setelah itu jam 13.10 WIB, mengajarkan teknik relaksasi napas dalam

klien mengatakan nyeri berkurang setelah diajarkan teknik relaksasi napas

dalam klien terlihat nyaman. Setelah itu jam 14.00 WIB, mengobservasi

keadaan mobilitas klien mengatakan tubuhnya lemas tidak bebas bergerak,

aktifitas klien dibantu keluarga. Setelah itu jam 14.10 WIB, melibatkan

keluarga dalam pemenuhan kebutuhan keluarga klien mengatakan bersedia

membantu aktifitas klien, keluarga klien terlihat kooperatif membantu ADL

klien. Setelah itu jam 14.20 WIB, menganjurkan klien melakukan aktifitas

secara mandiri klien bersedia melakukan aktifitas sesuai kemampuan yang

dimiliki, klien terlihat duduk dan minum secara mandiri.

Hari jum’at tanggal 11 April 2014 jam 08.00 WIB, yaitu mengobservasi

nyeri klien dan klien merespon dengan klien mengatakan masih merasa nyeri

pada bahu kanan nyeri dirasakan saat bergerak, rasanya seperti ditusuk-tusuk,

skala nyeri 3 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih 5-10 menit. Ekspresi

wajah klien meringis kesakitan. Setelah itu, jam 08.10 WIB, memonitor

tanda-tanda vital klien dan didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mmHg,

nadi 68x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36°C. Setelah itu jam 08.20 WIB,

memberikan posisi yang nyaman semi fowler klien merasa nyaman saat

Page 55: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

44

dianjurkan untuk semi fowler. Setelah itu jam 08.30 WIB, memberikan

injeksi ketorolak 30 mg melalui intra vena obat ketorolak masuk melalui intra

vena klien tampak meringis kesakitan saat diinjeksi obat ketorolak.

Setelah itu jam 09.00 WIB, mengajarkan teknik relaksasi napas dalam

klien mengatakan nyeri berkurang setelah diajarkan teknik relaksasi napas

dalam, klien terlihat nyaman. Setelah itu jam 09.10 WIB, mengobservasi

keadaan mobilitas klien, klien mengatakan tubuh terasa lemas tidak bebas

bergerak, ADL klien dibantu keluarga. Setelah itu jam 09.20 WIB,

melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan keluarga klien mengatakan

bersedia membantu aktifitas klien, keluarga klien terlihat kooperatif

membantu ADL klien. Setelah itu jam 09.30 WIB, menganjurkan klien

melakukan aktifitas secara mandiri klien bersedia melakukan aktifitas sesuai

kemampuan yang dimiliki, klien terlihat duduk dan minum secara mandiri.

H. Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi hari pertama diagnosa pertama, tanggal 10 April 2014

dilakukan pada jam 14.30 WIB, dengan metode SOAP. Respon Subjektif

klien mengatakan nyeri pada bahu kanan saat bergerak, rasanya seperti

ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 6 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih

5-10 menit. Respon Objektif ekspresi wajah klien meringis kesakitan. Analisa

masalah keperawatan nyeri belum teratasi. Planning lanjutkan intervensi,

observasi nyeri (PQRST), monitor tanda-tanda vital, berikan posisi nyaman,

anjurkan teknik relaksasi napas dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik

ketorolac 30 mg sesuai advis dokter melalui intra vena.

Page 56: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

45

Hasil evaluasi diagnosa kedua pada jam 14.30 WIB, dengan metode

SOAP. Respon Subjektif klien mengatakan tubuh terasa lemas dan tidak

bebas bergerak. Respon Objektif aktifitas klien terlihat dibantu keluarga.

Analisa masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik belum teratasi.

Planning lanjutkan intervensi observasi keadaan umum, anjurkan klien

melakukan aktifitas sesuai kemampuan, kolaborasi dengan ahli fisioterapi,

anjurkan latihan ROM.

Hasil evaluasi hari ke dua diagnosa pertama, tanggal 11 April 2014

dilakukan pada jam 14.10 WIB, dengan metode SOAP. Respon Subjektif

klien mengatakan masih sedikit merasa nyeri pada bahu kanannya nyeri saat

bergerak, rasanya seperti ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 3 dan dirasakan

hilang timbul kurang lebih 5-10 menit. Respon Objektif ekspresi wajah klien

tampak rileks. Analisa masalah keperawatan nyeri teratasi. Planning hentikan

intervensi. Dan hasil evaluasi diagnosa kedua pada jam 14.10 WIB, dengan

metode SOAP. Respon Subjektif klien mengatakan tubuh terasa lemas dan

tidak bebas bergerak. Respon Objektif aktifitas klien terlihat dibantu keluarga.

Analisa masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik belum teratasi.

Planning lanjutkan intervensi observasi keadaan umum, anjurkan klien

melakukan aktifitas secara mandiri, kolaborasi dengan ahli fisioterapi.

Page 57: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

46

BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini penulis akan membahas tentang Pemberian Teknik Relaksasi

Napas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Tn. G dengan

Post ORIF Fraktur Klavikula Dextra di Ruang Flamboyan RSUD Sukoharjo.

Disamping itu penulis akan membahas tentang faktor kesenjangan-kesenjangan

yang terjadi antara teori dengan kenyataan yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pada pengkajian terpenting yang dilakukan pada klien pasca operatif

fraktur klavikula adalah pengkajian keperawatan yang teratur tentang nyeri

dan ketidak nyamanan klien karena klien mengalami tingkat intensitas nyeri

(Brunner&Suddart, 2002).

Dalam mengkaji karakteristik nyeri ini adapun teori yang digunakan

penulis yaitu P (provocate) mengacu pada penyebab nyeri, Q (quality)

menjelaskan standart nyeri, R (region) mengacu pada daerah nyeri, S (scale)

menjelaskan tingkat keparahan nyeri yaitu dengan melihat intensitas skala

nyeri, untuk intensitas skala nyeri 0 menunjukkan tidak ada nyeri, skala nyeri

1-3 menunjukkan nyeri ringan, skala nyeri 4-6 menunjukkan nyeri sedang,

untuk skala nyeri 7-9 menunjukkan nyeri hebat dan skala nyeri 10

Page 58: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

47

menunjukkan nyeri paling hebat, T (time) menjelaskan waktu terjadinya nyeri

(Brunner dan Suddarth, 2002).

Fraktur klavikula merupakan fraktur yang paling sering terjadi. Fraktur

batang tengah klavikula umumnya disebabkan oleh dorongan kuat ke atas dan

ke belakang yang biasanya diakibatkan oleh jatuh dengan tangan terlentang

(Dandy & Edwards, 2011).

Pengkajian Asuhan keperawatan pada Tn. G dilakukan pada tanggal 10

April 2014 jam 10.15 WIB. Keluhan utama klien mengeluh nyeri pada bahu

kanan setelah operasi. Pada penderita post operasi fraktur klavikula dextra

akan timbul keluhan berupa nyeri pasca bedah, resiko tinggi infeksi, dan

pemenuhan informasi (Muttaqin, 2012). Nyeri merupakan suatu mekanisme

proteksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan

individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri (Prasetyo, 2010).

Pengkajian pada pola kesehatan fungsional menurut Gordon. Pola

aktivitas latihan selama sakit, klien melakukan aktivitas seperti makan,

minum, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, dibantu orang lain

dengan nilai 2. Klien pasca operatif tidak mampu untuk secara mandiri

menyelesaikan semua aktivitas latihan, sementara terus beralih melewati

periode pasca operatif. Klien secara bertahap dibantu perawat atau keluarga

dalam aktivitas dan latihan (Potter dan Perry, 2005).

Pengkajian pada pola istirahat tidur, klien mengatakan ada gangguan

istirahat tidur karena nyeri setelah operasi, klien tampak menguap. Klien yang

Page 59: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

48

mengalami rasa nyeri akan berpengaruh pada perubahan pola istirahat tidur

(Potter dan Perry, 2005).

Pengkajian pola kognitif perseptual, klien mengatakan tidak ada

gangguan penginderaan dan komunikasi, klien mengalami gangguan

kenyamanan atau nyeri. Klien mengatakan nyeri pada bahu kanannya saat

bergerak, rasanya panas cekit-cekit, skala nyeri 6 dan dirasakan hilang timbul

kurang lebih 5-10 menit, klien tampak takut menggerakkan tangannya,

ekspresi wajah klien meringis kesakitan. Hal ini dibuktikan dalam pengkajian

karakteristik nyeri (PQRST). P (provocate) mengacu pada penyebab nyeri, Q

(quality) menjelaskan standart nyeri, R (region) mengacu pada daerah nyeri,

S (scale) menjelaskan tingkat keparahan nyeri yaitu dengan melihat intensitas

skala nyeri, untuk intensitas skala nyeri 0 menunjukkan tidak ada nyeri, skala

nyeri 1-3 menunjukkan nyeri ringan, skala nyeri 4-6 menunjukkan nyeri

sedang, untuk skala nyeri 7-9 menunjukkan nyeri hebat dan skala nyeri 10

menunjukkan nyeri paling hebat, T (time) menjelaskan waktu terjadinya nyeri

(Brunner dan Suddarth, 2002). Pada teori dibuktikan salah satu ekspresi

wajah dari nyeri yaitu adanya gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah

yang mengindikasikan nyeri meliputi ekspresi wajah yang menyeringai,

menggeretakkan gigi, memegang pada bagian yang terasa nyeri, postur tubuh

membengkok (Perry & Potter, 2006).

Hasil pengkajian pada pola persepsi dan konsep diri dan pada ideal

diri Tn. G mengungkapkan keluh kesahnya di RSUD Sukoharjo karena Tn. G

ingin mendapatkan dukungan dan solusi yang baik buat sakitnya. Hal ini

Page 60: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

49

dibuktikan dalam teori bahwa untuk membantu klien mencapai kembali

kontrol dan mencapai rasa makna diri dibutuhkan pentingnya dorongan dan

pendekatan yang positif pada klien (Brunner dan Suddart, 2002).

Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah

130/90 mmHg, nadi 72x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu 36,8°C. Pada

klien pasca operasi tanda-tanda vital mengalami ketidak normalan karena ada

gangguan, baik fungsi maupun bentuk (Muttaqin, 2008). Peningkatan tekanan

darah dapat terjadi sebagai respon terhadap nyeri yang dirasakan atau terkait

dengan penyakit klien. Nyeri dapat menjadi suatu stressor bagi pasien.

Peningkatan frekuensi respirasi dapat terjadi sebagai kompensasi terhadap

nyeri dan dalam upaya meningkatkan suplai oksigen dalam darah. Hal ini

dikarenakan nyeri menimbulkan peningkatan penggunaan oksigen, sehingga

tubuh berkompensasi dengan meningkatnya frekuensi pernapasan untuk

memenuhi kebutuhan tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

Pada pemeriksaan ekstermitas atas kekuatan otot kanan 2, Klien

tampak takut menggerakkan tangan, ROM kanan pasif, kekuatan otot kiri 5,

ROM aktif pergerakan terbatas karena terpasang infus, perabaan akral hangat,

capilary refile < 2 detik. Pemeriksaan ekstremitas bawah kekuatan otot kanan

dan kiri 5, ROM kanan dan kiri aktif, akral teraba hangat, capilary refile < 2

detik.

Hasil pemeriksaan ekstremitas kebanyakan klien merasa takut untuk

bergerak setelah pascaoperatif fraktur karena merasa nyeri pada luka bekas

operasi dan luka bekas trauma (Brunner & Suddarth, 2002). Pemeriksaan

Page 61: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

50

tentang gerak sendi (ROM/range of joint motion), dan pengkajian kekuatan

otot sangat penting dilakukan apabila klien mengeluh rasa nyeri pada

ektremitas atau kehilangan fungsi sendi atau otot (Potter dan Perry, 2010).

Hasil pemeriksaan penunjang yang penulis cantumkan adalah rontgen

dan laboratorium. Dilakukan pemeriksaan rontgen karena dengan foto

rontgen terlihat terputusnya tulang klavikula dimana bagian fragmen medial

lebih terangkat keatas (Helmi, 2012). Hasil rontgen yang pertama pada

tanggal 9 April 2014 dengan hasil tomografi menunjukan kerusakan struktur

yang komplek (fraktur klavikula dextra), hasil mielografi menunjukan saraf

spinal dan pembuluh darah mengalami kerusakan, hasil artrografi

menunjukan jaringan ikat rusak karena ruda paksa. Hasil rontgen yang kedua

pada tanggal 10 April 2014 dengan hasil tomografi menunjukan perubahan

struktur tulang sudah membaik, hasil mielografi menunjukan saraf spinal dan

pembuluh darah sudah membaik, hasil artrografi menunjukan jaringan ikat

sudah membaik.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan karena dapat membantu

menentukan adanya perdarahan atau abnormal, sehingga dapat menentukan

tindakan keperawatan (Sjamsuhidajat, 2004). Hasil pemeriksaan laboratorium

yang dilakukan pada klien yaitu pemeriksaan darah lengkap didapatkan hasil

normal.

Terapi intravena infus RL 20 tetes per menit (tpm) termasuk golongan

cairan elektrolit yang berfungsi untuk menambah cairan dan elektrolit.

Ketorolak 30 mg termasuk golongan analgesik non narkotik yang berfungsi

Page 62: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

51

untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut derajat sedang

sampai berat. Cefazolin 1 mg termasuk golongan anti mikroba yang berfungsi

untuk infeksi saluran pernafasan, saluran kemih, kulit, kelamin, dan jaringan

lunak tulang sendi. Infus KA-EN 3B 20 tetes per menit (tpm) termasuk

golongan elektrolit yang berfungsi sebagai cairan dasar pemeliharaan (ISO,

2011).

Terapi diit Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) 2000 kkal. makanan

yang diberikan pada penderita setelah pembedahan harus mengandung TKTP,

karena pemberian zat gizi dalam bentuk karbohidrat dan lemak diperlukan

untuk menghasilkan energi siap pakai sebagi bahan bakar guna memenuhi

energi bagi pemulihan sesudah pembedahan. Asupan energi akan

meningkatkan kemampuan tubuh untuk mempertahankan simpanan protein

sehingga berbagai organ tubuh, seperti saluran pencernaan sumsung tulang

dan organ lain dapat melakukan fungsinya dengan baik. Protein sangat

diperlukan untuk memperbaiki jaringan akibat pembedahan dan pembentukan

jaringan baru (Uripi, 2005).

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan ringkasan tentang status

kesehatan klien yang didapat melalui proses pengkajian dan membutuhkan

intervensi dari domain (Potter dan Perry, 2005).

Diagnosa yang muncul pada pasien fraktur yang pertama didapatkan

hasil klien mengatakan nyeri pada bagian bahu kanan luka post operasi, skala

nyeri 6, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri timbul saat bergerak, nyeri hilang

Page 63: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

52

timbul 5-10 menit, ekspresi wajah klien meringis kesakitan.Diagnosa yang

muncul pada pasien fraktur yang kedua didapatkan hasil klien takut

menggerakan tangan dan tubuh tidak bebas bergerak, aktivitas dibantu

keluarga, keadaan umum klien composmentis.

Penulis menegakan diagnosa yang pertama adalah nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik (fraktur klavikula dextra). Ini bisa

dikuatkan dalam teori nyeri akut berkaitan dengan trauma pembedahan yang

diakibatkan oleh prosedur pembedahan dimana beberapa agens

kemoterapeutik menyebabkan nekrotik jaringan, neuropati perifer dan

stomatitis yang merupakan sumber potensial nyeri (Brunner dan Suddarth,

2002).

Penulis menegakan diagnosa yang kedua adalah hambatan mobilitas

fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal fraktur klavikula dextra.

Ini bisa dikuatkan dalam teori hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan

pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri

dan terarah dan adapun batasan karakteristiknya yaitu kesulitan keterbatasan

rentang pergerakan sendi, membolak balik posisi, keterbatasan kemampuan

untuk melakukan ketrampilan motorik kasar, keterbatasan kemampuan untuk

melakukan ketrampilan motorik halus (Wilkinson, 2011).

Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri menjadi diagnosa pertama.

Penanganan nyeri harus segera diatasi, karena dapat menyebabkan proses

rehabilitasi pasien tertunda dan hospitalisasi lama. Hal ini karena pasien

memfokuskan semua perhatiannya pada nyeri yang dirasakan.

Page 64: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

53

Penatalaksanaan nyeri pada pasien post operasi fraktur klavikula dextra dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu farmakologis dan nonfarmakologis.

Menangani nyeri secara farmakologis dapat dilakukan kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian analgetik, sedangkan tindakan nonfarmakologis

dapat dilakukan dengan cara teknik relaksasi berupa napas dalam (Smeltzer &

Bare, 2002).

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun

psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan

kesehatan. Menurut Teori Hierarki Maslow yang kemudian dikembangkan

oleh Richard A. Khalish terdapat lima kebutuhan dasar manusia yang harus

terpenuhi, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan keselamatan,

kebutuhan mencintai, dicintai dan memiliki, kebutuhan akan harga diri, serta

kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang

paling dasar, salah satu yang termasuk didalamnya adalah kebutuhan untuk

menghindari rasa nyeri (Mubarak, 2008).

Penanganan nyeri harus segera diatasi, karena dapat menyebabkan

proses rehabilitasi pasien tertunda dan hospitalisasi lama. Hal ini karena

pasien memfokuskan semua perhatiannya pada nyeri yang dirasakan.

Penatalaksanaan nyeri pada pasien post operasi fraktur klavikula dextra dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu farmakologis dan nonfarmakologis.

Menangani nyeri secara farmakologis dapat dilakukan kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian analgetik, sedangkan tindakan nonfarmakologis

Page 65: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

54

dapat dilakukan dengan cara teknik relaksasi berupa napas dalam (Smeltzer &

Bare, 2002).

Dari data diatas proses keperawatan yang pertama diambil oleh

penulis adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (fraktur

klavikula dextra) yang telah disesuaikan dengan diagnosa keperawatan

NANDA. Pada kasus yang dialami Tn. G terjadi nyeri akut. Ini bisa

dibuktikan sesuai dengan teori nyeri akut yaitu pengalaman sensori dan

emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan

yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian

rupa (International Association for the Study of Pain) awitan tiba-tiba atau

lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat

diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan ( Wilkinson,

2011).

Penulis memprioritaskan diagnosa untuk yang pertama adalah nyeri

akut berhubungan dengan agen cedera fisik (fraktur klavikula dextra). Nyeri

akut, nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Gejalanya

mendadak dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui, nyeri

akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang

keduanya meningkatkan persepsi nyeri. Biasanya nyeri terjadi pada pasien

insisi bedah (Mubarak, 2008).

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah menyusun prioritas masalah,

merumuskan tujuan, dan kriterian hasil, memilih strategi asuhan keperawatan,

Page 66: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

55

melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, dan menuliskan atau

mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan (Deswani, 2009).

Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan masalah keperwatan nyeri akut

pada Tn. G berkurang, dengan kriteria hasil nyeri berkurang dari skala nyeri 6

menjadi skala nyeri 3, klien tidak meringis kesakitan, ekspresi wajah klien

rileks.

Kriteria hasil yang diharapkan pada klien dengan nyeri akut adalah

klien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan

teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri), melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri

(skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri), menyatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang (Wilkinson, 2007).

Intervensi yang dilakukan pada klien dengan nyeri akut antara lain

adalah lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi). Monitor

tanda-tanda vital, berikan posisi yang nyaman,ajarkan teknik relaksasi napas

dalam, kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik. Intervensi yang

dilakukan pada klien dengan hambatan mobilitas fisik adalah observasi

keadaan umum, bantu pemenuhan kebutuhan klien, ajarkan latihan ROM,

kolaborasi dengan fisioterapi (Nanda, 2012).

Penulis melakukan intervensi pada diagnosa yang pertama

berdasarkan tujuan dari diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

Page 67: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

56

fisik (fraktur klavikula detxtra) adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang. Dengan kriteria

hasil klien mengatakan nyeri berkurang, tidak merintih kesakitan, tanda-tanda

vital normal. Intervensi yang pertama yaitu mengkaji karakteristik nyeri

(PQRST).

Intervensi selanjutnya yang dilakukan penulis adalah monitor tanda-

tanda vital. Pemeriksaan tanda-tanda vital merupakan suatu cara untuk

mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Tanda-tanda vital meliputi, suhu

tubuh, denyut nadi, frekuensi nafas, pernafasan dan tekanan darah. Tanda

vital mempunyai nilai sangat tinggi pada fungsi suhu tubuh. Adanya

perubahan tanda vital misalnya suhu tubuh menunjukan perubahan sistem

kardiovaskuler, frekuensi pernafasan menunjukan fungsi pernafasan dan

tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem kardiovaskuler yang dapat

dikaitkan dengan denyut nadi. Semua tanda vital tersebut saling berhubungan

dan saling mempengaruhi. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh

dalam kondisi aktivitas atau dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut

merupakan indikato adanya gangguan sistem tubuh (Hidayat, 2005).

Intervensi selanjutnya yang dilakukan penulis adalah berikan posisi

yang nyaman. Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan

nyeri, kenyamanan dengan cara yang konsistensi pada pengalaman subjektif

klien, kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar

manusian (Potter dan Perry,2006).

Page 68: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

57

Intervensi selanjutnya yang dilakukan penulis adalah ajarkan teknik

relaksasi napas dalam. Teknik relaksasi napas dalam mampu menurunkan

nyeri pasca operasi, hal ini terjadi karena relative kecilnya peran otot-otot

skeletal dalam nyeri pasca operasi atau kebutuhan pasien untuk melakukan

teknik relaksasi napas dalam secara efektif. Teknik relaksasi napas dalam

terbukti menunjukkan efek yaitu menurunkan komsumsi oksigen, frekuensi

pernapadsan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot (Brunner dan Suddart,

2002). Intervensi selanjutnya yang di berikan penulis adalah pemberian

analgesic. Analgesik berfungsi memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan

berkurang (Muttaqin, 2012).

Penulis melakukan intervensi pada diagnosa yang kedua berdasarkan

tujuan dari diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

muskuloskeletal fraktur klavikula detxtra adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan imobilitas fisik secara mandiri.

Dengan kriteria hasil klien mampu beraktivitas mandiri.

Intervensi yang dilakukan penulis pertama yaitu observasi keadaan

umum. Intervensi selanjutnya yang dilakukan penulis adalah bantu

pemenuhan kebutuhan klien. Dalam teori pemenuhan kebutuhan ADL secara

mandiri sesuai kemampuan dengan gerakan aktif memberikan kekuatan otot

serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan, bantu klien saat mobilisasi

dan pemenuhan kebutuhan ADL untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai

kemampuan (NANDA, 2013).

Page 69: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

58

Intervensi selanjutnya yang dilakukan penulis adalah ajarkan latihan

ROM. Intervensi selanjutnya yang dilakukan penulis yaitu kolaborasi dengan

ahli fisioterapi. Dalam teori dibuktikan dengan dilakukan latihan terapeutik

dapat membantu mempertahankan dan membangun kekuatan otot,

mempertahankan fungsi sendi, mencegah deformitas, meningkatkan relaksasi.

Latihan juga berguna dalam membantu memulihkan motivasi dan

kesejahteraan klien (Brunner dan Suddarth, 2002) .

D. Implementasi Keperawatan

Tahapan melakukan rencana yang telah dibuat pada klien, kegiatan

yang ada dalam implementasi meliputi pengkajian ulang, memperbaharui data

dasar, meninjau dan merevisi rencana asuhan yang telah dibuat, dan

melaksanakan intervensi keperawatan yang telah direncanakan (Deswani,

2009).

Penulis melakukan implementasi berdasarkan dari intervensi yang

telah dibuat. Implementasi yang dilakukan untuk menurunkan skala nyeri

dilakukan dengan teknik relaksasi napas dalam, teknik relaksasi napas dalam

merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang

mengalami nyeri kronik. Teknik relaksasi napas dalam yang sempurna dapat

mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan kecemasan sehingga mencegah

menghambatnya stimulasi nyeri (Kusyati dkk, 2006).

Prosedur teknik relaksasi napas dalam yang dilakukan antara lain

ciptakan lingkungan yang tenang, jaga privasi klien, usahakan klien dalam

keadaan rileks, minta klien memejamkan mata dan usahakan agar konsentrasi,

Page 70: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

59

menarik napas dari dalam hidung secara perlahan-lahan sambil menghitung

dalam hati, hirup, satu, dua, tiga, hembuskan udara melalui mulut sambil

menghitung dalam hati, hembuskan, satu, dua, tiga. Menarik napas lagi dari

hidung dan hembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan sama seperti

prosedur sebelumnya, ulangi lagi dengan selingi istirahat yang singkat

(Suhartini, 2013). Didapatkan hasil subjektif klien mengatakan nyeri

berkurang setelah diajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Hasil objektif klien

tampak terlihat nyaman.

Mekanisme teknik relaksasi nafas dalam merelaksasi otot skeletal,

dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang dapat

menunjang nyeri. Teknik relaksasi nafas dalam mampu menurunkan nyeri

pada pasien pasca operasi, hal ini terjadi karena relative kecilnya peran otot-

otot skeletal dalam nyeri pasca operasi atau kebutuhan pasien untuk

melakukan teknik relaksasi nafas dalam secara efektif (Suhartini, 2013).

Ketika dilakukan pengkajian nyeri, skala nyeri pasien adalah 6.

Setelah dilakukan tindakan pemberian napas dalam selama dua hari nyeri

pasien berkurang menjadi 3. Menurut jurnal penelitian yang dilakukan oleh

Suhartini, teknik relaksasi napas dalam mampu menurunkan skala nyeri 95%.

Hal tersebut menunjukan bahwa tindakan pemeberian teknik relaksasi napas

dalam efektif dilakukan pada pasien kelolaan penulis.

Page 71: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

60

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan.

Namun, evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses keperawatan.

Evaluasi mengacu pada penilaian, tahapan, dan perbaikan (Deswani, 2009).

Evaluasi hari pertama skala nyeri masih 6, nyeri pasca bedah 48 jam

pertama skala nyeri tidak berat. Skala nyeri berat terjadi pada hari ke dua post

operasi (Nurhafizah, 2012). Hasil penelitian ini tidak ada pasien pasca bedah

yang menunjukan intensitas tidak nyeri, hasil ini sesuai dengan Smeltzer &

Bare (2002) yang menyatakan bahwa setelah menjalani tindakan operasi.

Pasien merasakan nyeri pasca operasi karena disebabkan oleh rangsangan

mekanik luka yang menyebabkan tubuh menghasilkan mediator-

mediatorkimia nyeri. Selain itu penelitian ini juga menghasilkan bahwa tidak

ada pasien pasca bedah yang menunjukan intensitas nyeri sangat berat pada

48 jam pertama. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Pasaribu (2011) bahwa intensitas nyeri terbanyak yang

dijukan pasien pasca operasi pada hari ke dua rawatan bedah adalah intensitas

nyeri sangat berat. Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian yang

sebelumnya yang dilakukan oleh Pasaribu (2011), dapat disebabkan oleh

perbedaan pada objek penelitian. Penelitian ini dilakukan pada pasien bedah

abdomen, sedangkan penelitian Pasaribu dilakukan terhadap pasien pasca

bedah ORIF.

Hasil evaluasi hari kedua diagnosa pertama tanggal 11 April 2014

dilakukan pada jam 14.10 WIB, dengan metode SOAP. Respon Subjektif

Page 72: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

61

klien mengatakan masih merasa nyeri pada bahu kanannya, nyeri saat

bergerak, rasanya panas cekit-cekit, skala nyeri 3 dan dirasakan hilang timbul

kurang lebih 5-10 menit.Respon Objektif ekpresi wajah klien meringis

kesakitan. Analisa masalah keperawatan nyeri teratasi. Planing hentikan

intervensi. Hasil evaluasi diagnosa kedua tanggal 11 April 2014 dilakukan

pada jam 14.10 WIB, dengan metode SOAP. Respon Subjektif klien

mengatakan tubuh terasa lemah dan tidak bebas bergerak. Respon Objektif

aktivitas klien tampak dibantu keluarga. Analisa masalah keperawatan

hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian. Planing lanjutkan intervensi

dengan observasi keadaan umum kembali, anjurkan klien melakukan aktivitas

secara mandiri, kolaborasi dengan fisioterapi.

Dari data yang didapatkan, penulis telah berhasil mengatasi masalah

keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (fraktur

klavikula dextra), karena telah sesuai dengan kriteria hasil yang penulis

harapkan. Ditandai dengan ekspresi wajah klien tampak rileks, klien tidak

meringis kesakitan saat menggerakan tangannya. Hasil masalah keperawatan

hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal

fraktur klavikula dextra teratasi sebagian. Ditandai dengan klien mengatakan

tubuh terasa lemah dan tidak bebas bergerak, aktivitas klien tampak dibantu

keluarga.

Page 73: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa,

implementasi dan evaluasi tentang Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Terhadap Intensitas Nyeri pada Tn. G dengan Post ORIF Fraktur Klavikula

Dextra di Bangsal Flamboyan RSUD Sukoharjo. Secara metode studi kasus, maka

dapat ditarik kesimpulan.

A. Kesimpulan

1. Pengkajian terhadap masalah nyeri akut pada Tn. G telah dilakukan secara

komprehensif dan diperoleh hasil yaitu terdapat keluhan utama nyeri,

nyeri karena adanya luka, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri dibahu

sebelah kanan, nyeri dengan skala 6, nyeri hilang timbul kurang lebih 5-

10 menit setiap kali muncul. Tekanan darah 130/90mmHg, nadi

72x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,80C. Pengkajian fisik terdapat

luka post operasi fraktur klavikula dextra.

2. Diagnosa yang muncul pada Tn. G yang pertama adalah nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik (fraktur klavikula dextra).

Diagnosa selanjutnya adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan gangguan muskuloskeletal fraktur klavikula dextra.

3. Rencana keperawatan yang disusun untuk diagnosa nyeri akut yaitu kaji

skala nyeri (PQRST), monitor tanda-tanda vital, berikan posisi yang

nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter

Page 74: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

63

untuk pemberian analgesik sesuai program. Pada diagnosa hambatan

mobilitas fisik intervensinya yaitu observasi keadaan umum klien, bantu

pemenuhan kebutuhan klien, ajarkan latihan ROM, kolaborasi dengan

fisioterapi.

4. Tindakan keperawatan yang dilakukan merupakan implementasi dari

rencana keperawatan yang telah disusun.

5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan selama dua hari sudah dilakukan

secara komprehensif dengan acuan Rencana Asuhan Keperawatan

(Brunner dan Suddarth, 2002) serta telah berkolaborasi dengan tim

kesehatan lainnya didapatkan hasil evaluasi keadaan klien dengan kriteria

hasil sudah teratasi, maka nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

fisik (fraktur klavikula dextra) pada Tn. G teratasi dan intervensi

dihentikan. Pada diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

gangguan muskuloskeletal fraktur klavikula dextra hasil evaluasi keadaan

klien dengan kriteria hasil belum tercapai, maka hambatan mobilitas fisik

pada Tn. G teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan dengan observasi

ulang keadaan umum, anjurkan klien melakukan aktivitas secara mandiri,

kolaborasi dengan fisioterapi.

6. Pemberian teknik relaksasi nafas dalam pada Tn. G yang dilakukan

selama dua hari mampu menurunkan skala nyeri 6 menjadi 3.

Page 75: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

64

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan

nyeri akut, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif

khususnya dibidang kesehatan antara lain :

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan

kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim

kesehatan maupun klien. Sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan

asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan klien post orif

fraktur klavikula dextra khususnya dan diharapkan rumah sakit mampu

menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung

kesembuhan klien.

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya

dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien agar lebih maksimal,

khususnya pada klien dengan post orif fraktur klavikula dextra. Perawat

diharapkan dapat memberikan pelayanan profesional dan komprehensif.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas dan profesional sehingga dapat tercipta perawat profesional,

terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan

keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.

Page 76: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

65

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. 2013. Konsep dan Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Ar-Ruzz

Media.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, vol 3 Edisi 8.

Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, vol 2 Edisi 8.

Jakarta : EGC.

Departemen Perhubungan. (2010). Epidemologi Kecelakaan Lalu Lintas.

http://itd.idaho.gov/ohs/2009 Data/2010/02/a21.jpg.skripsi dari PSIK-UR.

Diakses pada tanggal 15 April 2013 jam 20.00.

Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berfikir Kritis. Jakarta : Salemba

Medika.

Doengoes, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Helmi, Z. 2012. Buku Saku Kedaruratan di Bidang Bedah Ortopedi. Jakarta :

Salemba Medika.

Hidayat dan Uliyan. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC

ISO. 2010. Informasi Spesialite Obat. Jakarta : PT. ISFI.

Judha, dkk. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta :

Nuha Medika.

Kusyati. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : EGC.

Mansjoer A. etal (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Edisi 3. Jakarta :

FKUI.

Mubarak, W. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi

dalam Praktik. Jakarta : EGC.

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.

Muttaqin, A. 2012. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.

Page 77: PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl... ·  · 2017-07-24i pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

66

Nanda. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda. Jakarta : EGC.

Ningsih, N. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.

Nurdin, Suhartini. 2013. Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Intensitas Nyeri

pada Pasien Post Operasi Fraktur. Manado : Fakultas Kedokteran USRM.

Jurnal. http://ejurnal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2243, diakses

pada tanggal 15 April 2014 jam 22.00.

Nurhafizah, E. 2012. Strategi Koping dan Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi.

Medan : Fakultas Keperawatan USU. Jurnal. diakses pada tanggal 15 April

2014 jam 21.00.

Paula Krisanty, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : Trans

Info Media.

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Prasetyo, S.N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha

Ilmu.

Price, Sylvia A. 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Penyakit. Jilid 2.Edisi

4. Jakarta : EGC.

Sjamsuhidayat, R. dan Jong, W. 2005.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta

: EGC.

Smeltzer,S.C., & Bare,B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta : EGC.

Tamsuri, A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : Buku

Kedokteran EGC.

Wijaya, A. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika.

Wilkinson, Judith M., (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :

Salemba Medika.