pemberian sudut posisi tidur 45 derajat...

97
PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY.S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RSUD SUKOHARJO DI SUSUN OLEH: JUANG GAYUH GEMILANG NIM. P.11032 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

Upload: phamdang

Post on 03-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT

TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA ASUHAN

KEPERAWATAN NY.S DENGAN CONGESTIVE HEART

FAILURE (CHF) DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT

RSUD SUKOHARJO

DI SUSUN OLEH:

JUANG GAYUH GEMILANG

NIM. P.11032

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

Page 2: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

PEMBERIAN POSISI TIDUR SUDUT 45 DERAJAT

TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA ASUHAN

KEPERAWATAN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART

FAILURE (CHF) DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT

RSUD SUKOHARJO

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH:

JUANG GAYUH GEMILANG

NIM. P.11032

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

i

Page 3: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Juang Gayuh Gemilang

NIM : P.11032

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : “PEMBERIAN POSISI TIDUR SUDUT 45

DERAJAT TERHADAP KUALITAS TIDUR

PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY.S

DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE

(CHF) DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT

RSUD. SUKOHARJO”.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pemikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, Mei 2014

Yang Membuat Pernyataan

JUANG GAYUH GEMILANG

NIM. P.11032

ii

Page 4: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Juang Gayuh Gemilang

NIM : P.11032

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : “PEMBERIAN POSISI TIDUR SUDUT 45 DERAJAT

TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA ASUHAN

KEPERAWATAN NY.S DENGAN CONGESTIVE

HEART FAILURE (CHF) DI RUANG INTENSIVE CARE

UNIT RSUD. SUKOHARJO”

Telah disetujui untuk diujikan diharapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/ Tanggal : Kamis, 8 Mei 2014

Pembimbing : S. Dwi Sulisetyawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep. ( ………..........……. )

NIK : 200984041

iii

Page 5: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Juang Gayuh Gemilang

NIM : P.11032

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : “PEMBERIAN POSISI TIDUR SUDUT 45 DERAJAT

TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA ASUHAN

KEPERAWATAN NY.S DENGAN CONGESTIVE

HEART FAILURE (CHF) DI RUANG INTENSIVE CARE

UNIT RSUD. SUKOHARJO”

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/ Tanggal : Senin, 19 Mei 2014

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : S. Dwi Sulisetyawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep. ( ………....……. )

NIK . 200984041

Penguji I : Atiek Murhayati S.Kep.,Ns.,M.Kep. ( ………....……. )

NIK. 200680021

Penguji II : Amalia Agustin S.Kep.,Ns ( ……....………. )

NIK.201289111

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan

STIKes Kusuma Husada Surakarta

Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep

NIK. 200680021

iv

Page 6: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “PEMBERIAN POSISI TIDUR SUDUT 45 DERAJAT

TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY.S

DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI RUANG INTENSIVE

CARE UNIT RSUD. SUKOHARJO.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba

ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekretaris Ketua Program studi

DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat

menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. S. Dwi Sulisetyawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen pembimbing

sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan

masukkan-masukkan, insprirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta

memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

v

Page 7: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

4. Atiek Murhayati S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen penguji yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukkan-masukkan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

studi kasus ini.

5. Amalia Agustin S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukkan-masukkan, inspirasi, perasaan

nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi

kasus ini.

6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan

wawasannya serta ilmu bermanfaat.

7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes

Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan

satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, April 2014

Penulis

vi

Page 8: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ............................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... . iii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... . iv

KATA PENGANTAR ............................................................................ . v

DAFTAR ISI ........................................................................................... . vi

DAFTAR TABEL ................................................................................... . vii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. . viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... . ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................... . 1

B. Tujuan Penulisan ........................................................... 6

C. Manfaat Penulisan ......................................................... 7

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Congestive Heart Failure (CHF) ................................... 9

B. Asuhan Keperawatan ..................................................... 21

C. Posisi fowler sudut 45 derajat........................................ 36

D. Kualitas tidur ................................................................. 38

vii

Page 9: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

E. Hubungan pemberian posisi tidur sudut 45 derajat terhadap

kualitas tidur .................................................................... 38

BAB III LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien ............................................................. 40

B. Pengkajian .................................................................... 40

C. Perumusan Masalah Keperawatan ............................... 48

D. Perencanaan Keperawatan ........................................... 49

E. Implementasi Keperawatan .......................................... 53

F. Evaluasi Keperawatan .................................................. 55

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pembahasan .................................................................. 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................... 78

B. Saran ............................................................................. 83

Daftar Pustaka

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

viii

Page 10: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2 : Jurnal Aplikatif dan Pendukung

Lampiran 3 : Log Book Kegiatan Harian

Lampiran 4 : Lembar Pendelegasian Pasien

Lampiran 5 : Asuhan Keperawatan

ix

Page 11: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskular masih

menduduki peringkat yang tinggi. Menurut data WHO dilaporkan bahwa

sekitar 3000 penduduk Amerika menderita Congestive Heart Failure

(CHF). Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada 1,5% sampai 2%

orang dewasa di Amerika Serikat menderita Congestive Heart Failure

(CHF) terjadi 700.000 perawatan dirumah sakit per-tahun (Brashers,

Valentina, 2008).

Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif

adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah keseluruh

jaringan dan keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak

mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan

(Ardiansyah, M, 2012).

Menurut Dipiro (2008), dalam jurnal Melanie (2014) gagal jantung

juga merupakan sindrom dengan gejala unik yang terkadang kurang

disadari oleh penderita dan sering menyebabkan ketidakmampuan dan

penurunan kualitas jantung penderitanya dan juga merupakan masalah

epidemik kesehatan masyarakat dan merupakan penyakit nomor satu yang

memicu terjadinya kematian.

1

Page 12: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

2

Penyebab Congestive Heart Failure (CHF) pada lansia adalah

peningkatan kolagen miokard akibat proses penuaan (Ardiansyah, M,

2012). Menurut Israel (2008), dalam jurnal Melanie (2014) hasil studi

literatur menunjukan bahwa usia memegang peranan terjadinya gagal

jantung, hal ini dikarenakan pada usia tua fungsi jantung mengalami

penurunan. Salah satu penyebab terjadinya gagal jantung yang terjadi pada

usia tua adalah karena hipertensi. Akibatnya akan timbul gejala gagal

jantung kongestif atau jantung tidak mampu memompa darah sesuai

kebutuhan tubuh. Gagal jantung kongestif lebih sering terjadi pada rentang

umur 60 sampai 90 tahun.

Gagal jantung diklasifikasikan menjadi gagal jantung kronik dan

akut, gagal jantung kiri dan kanan, gagal jantung sistolik-diastolik.

Manifestasi klinis dari gagal jantung dikelompokkan menjadi gagal

jantung akut dan kronik yang meliputi : anoreksia, asites, nokturia,

intoleransi aktivitas peningkatan BB, fatigue, takikardi, penurunan urine

output dan Congestive Heart Failure (CHF) ini dapat menjadi kronik

apabila disertai penyakit-penyakit lain, seperti: hipertensi, penyakit katup

jantung, kardiomiopati, dan lain-lain (Ardiansyah, M, 2012).

Tanda dan gejala yang penting dan sering terjadi dari gagal jantung

yaitu sesak napas, batuk, mudah lelah, kelisahan yang diakibatkan

gangguan gangguan oksigenasi, disfungsi ventrikel atau gagal jantung

kanan. Ciri-ciri yang penting dari definisi ini adalah pertama definisi gagal

adalah relatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh. Kedua penekanan arti

Page 13: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

3

gagal di tujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan

(Ardiansyah, M, 2012).

Gangguan kebutuhan dasar pada pasien Congestive Heart Failure

(CHF) akan menimbulkan masalah keperawatan, salah satunya adalah

gangguan kebutuhan istirahat atau gangguan pola tidur berhubungan

dengan nocturia (banyak kencing) atau perubahan posisi tidur yang

menyebabkan sesak napas (Bare, 2002). Tindakan yang tepat dapat

mengatasi gangguan tidur pada pasien Congestive Heart Failure (CHF)

gagal jantung karena sesak napas saat berbaring adalah dengan

mempertahankan tirah baring dengan memberi posisi tidur 45 derajat dan

hal ini sesuai dengan hasil analisis hubungan antara posisi tidur dengan

kualitas tidur diperoleh hasil bahwa sudut posisi tidur 45 derajat kualitas

tidurnya jauh lebih optimal daripada sudut posisi tidur 30 derajat (Melanie,

2014). Kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana seseorang

mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari seperti kedalaman tidur,

kemampuan tinggal tidur, dan kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan

medis. Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi

hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata

lain, memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan vital untuk hidup

sehat semua orang (Bare, 2002).

Menurut Wartono (2006) menjelaskan gangguan pola tidur

merupakan keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami

suatu perubahan dalam kuantitas dan kualitas polaa istirahatnya yang

Page 14: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

4

menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang

diinginkan. Faktor yang berhubungan gangguan pola tidur diantara lain :

sering terbangun karena kerusakan transport oksigen, angina,

arteriosklerosis, gangguan pernapasan, gangguan sirkulasi karena

kerusakan eliminasi usus dan urine, diare, konstipasi, retensi urine, disuria,

nyeri, terapi obat, ansietas.

Menurut Alimul (2006) menjelaskan istirahat merupakan keadaan

rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak

beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Tidur

merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif tenang disertai

peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari luar.

Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga

(bangun), dan mudah dibangunkan, namun pendapat lain menyebutkan

bahwa tidur merupakan suatu keadaan istirahat yang terjadi didalam waktu

tertentu, berkurangnya kesadaran membantu memperbaiki sistem tubuh

dan memulihkan energi.

Menurut Dochterman dan Bulechek (2002), dalam jurnal Melanie

(2014) positioning adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk

memberikan posisi tubuh dalam meningkatkan kesejahteraan atau

kenyamanan fisik dan psikologis. Aktivitas intervensi keperawatan yang

dilakukan untuk pasien gagal jantung diantaranya menempatkan tempat

tidur yang terapeutik, mendorong pasien meliputi perubahan posisi,

memonitor status oksigen sebelum dan sesudah perubahan posisi,

Page 15: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

5

tempatkan dalam posisi terapeutik, posisikan pasien dalam kondisi body

alignment, posisikan untuk mengurangi dyspnea seperti posisi semi fowler,

tinggikan 20 derajat atau lebih diatas jantung untuk memperbaiki aliran

darah.

Menurut Doenges (2002) dan Talwar (2008), dalam jurnal Melanie

(2014) tujuan dari tindakan memberikan posisi tidur adalah untuk

menurunkan konsumsi oksigen dan meningkatkan ekspansi paru yang

maksimal, serta untuk mengatasi kerusakan pertukaran gas yang

berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveous. Memperoleh

kualitas tidur terbaik adalah penting untuk peningkatkan kesehatan yang

baik dan pemulihan pasien yang sakit.

Menurut Israel (2008), dalam jurnal Melanie (2014) Posisi tidur

pasien mempengaruhi keadaan curah jantung pasien gagal jantung bahwa

posisi kepala dielevasikan dengan tempat tidur kurang lebih 45 derajat

akan mempertahankan curah jantung sehingga sesak nafas berkurang yang

pada akhirnya akan mengoptimalkan kualitas tidur pasien.

Mengatur pasien dalam posisi tidur dengan sudut 45 derajat akan

membantu menurunkan konsumsi oksigen dan meningkatkan ekspansi

paru-paru maksimal serta mengatasi kerusakan pertukaran gas yang

berhubungan dengan perubahan membran alveolus. Dengan sudut posisi

tidur 45 derajat, sesak nafas berkurang dan sekaligus akan meningkatkan

durasi dan kualitas tidur pasien. Pengaturan posisi tidur dengan

meninggikan punggung bahu dan kepala memungkinkan rongga dada

Page 16: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

6

dapat berkembang secara luas dan pengembangan paru meningkat.

Kondisi ini akan menyebabkan asupan oksigen membaik sehingga proses

respirasi kembali normal. Perubahan posisi berbaring dengan berbagai

ukuran sudut tidak berpengaruh besar terhadap perubahan tanda vital

(tekan darah, nadi, dan respirasi) hanya saja sudut posisi tidur 45 derajat

dapat menghasilkan kualitas tidur yang lebih baik dibandingkan dengan

posisi tidur dengan sudut 30 derajat (Melanie, 2014).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

mengaplikasikan hasil riset tentang posisi tidur tersebut dalam pengelolaan

kasus yang dituangkan dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Pemberian

Sudut Posisi Tidur 45 Derajat terhadap Kualitas Tidur pada Asuhan

keperawatan Ny.S dengan Congestive Heart Failure (CHF) Di Ruang

Intensif Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan hasil pemberian sudut posisi tidur 45 derajat

terhadap kualitas tidur pada asuhan keperawatan Ny.S dengan

Congestive Heart Failure (CHF) Di Ruang Intensif Care Unit Rumah

Sakit Umum Daerah Sukoharjo”.

Page 17: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

7

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien

dengan gangguan sistem kardiovaskuler: Congestive Heart Failure.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien

dengan gangguan sistem kardiovaskuler: Congestive Heart Failure.

c. Penulis mampu membuat rencana keperawatan pada pasien dengan

gangguan sistem kardiovaskuler: Congestive Heart Failure.

d. Penulis mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien

dengan gangguan sistem kardiovaskuler: Congestive Heart Failure.

e. Penulis mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah

dilakukan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler:

Congestive Heart Failure.

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian sudut posisi tidur 45

derajat terhadap kualitas tidur pada asuhan keperawatan Ny. S

dengan Congestive Heart Failure (CHF) Di Ruang Intensif Care

Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo”.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi penulis

Bahan dan masukkan dalam melaksanakan asuhan keperawatan

secara langsung dan optimal pada praktek klinik keperawatan, dan

sebagai tambahan ilmu baru bagi penulis. Memperoleh dan memperluas

Page 18: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

8

wawasan untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan dengan tindakan

pemberian sudut posisi tidur 45 derajat terhadap kualitas tidur pada

pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF).

2. Bagi pendidikan

Memberikan kontribusi laporan kasus sebagai bentuk laporan

aplikasi hasil riset, khususnya pada pasien dengan Congestive Heart

Failure (CHF), sehingga dapat digunakan sebagai sumber bagi praktek

mahasiswa keperawatan.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Memberikan kontribusi laporan kasus sebagai bentuk laporan

aplikasi hasil riset tentang tindakan pemberian sudut posisi tidur 45

derajat terhadap kualitas tidur pada pasien dengan Congestive Heart

Failure (CHF) yang akan bermanfaat bagi pemecahan masalah dalam

profesi keperawatan.

4. Bagi Rumah Sakit

Bahan masukkan bagi rumah sakit tentang tindakan pemberian

sudut posisi tidur 45 derajat terhadap kualitas tidur pada pasien dengan

Congestive Heart Failure (CHF), sehingga rumah sakit dapat

menambahkan dan membuat SOP tentang tindakan keperawatan

terhadap peningkatan kualitas tidur pada pasien Congestive Heart

Failure (CHF) dengan pengaturan sudut posisi tidur 45 derajat.

Page 19: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Congestive Heart Failure (CHF)

1. Pengertian

Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana

jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi

kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat

(Udjianti, 2010).

Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu kondisi

patofisiologis dicirikan oleh adanya bendungan (kongesti) diparu atau

sirkulasi sistemik yang disebabkan karena jantung tidak mampu

memompa darah yang beroksigen secara cukup untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme jaringan (Saputra, 2008)

Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan patofisiologis

yaitu jantung tidak stabil untuk menghasilkan curah jantung yang

adekuat sehingga perfusi jaringan tidak adekuat, dan/atau peningkatan

tekanan pengisian diastolik pada ventrikel kiri, sehingga tekanan kapiler

paru meningkat. Congestive Heart Failure (CHF) merujuk pada

disfungsi primer ventrikel kiri (LV), bisa sistolik, diastolik, atau

keduanya. Disfungsi primer pada ventrikel kanan paling sering

9

Page 20: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

10

berhubungan dengan penyakit paru dan tidak dianggap sebagai gagal

jantung kongestif (Brashers, 2007).

Gagal jantung kiri dalam jangka panjang dapat diikuti dengan

gagal jantung kanan, demikian juga gagal jantung kanan dalam jangka

panjang dapat diikuti gagal jantung kiri. Bila mana kedua jantung

tersebut terjadi pada saat yang sama maka keadaan ini disebut gagal

jantung kongestif. Secara klinis hal ini tampak sebagai suatu keadaan

dimana penderita sesak nafas disertai gejala-gejala bendungan cairan di

vena jugularis, hepatomegali, splenomegali, asites dan edema perifer.

Gagal jantung kongestif biasanya dimulai lebih dulu oleh jantung kiri

dan secara lambat diikuti gagal jantung kanan (Sitompul dan Sugeng,

2004).

2. Etiologi

Etiologi terjadinya gagal jantung antara lain (Ardiansyah, M, 2012) :

a. Kelainan otot jantung

Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan

otot jantung, yang berdampak pada menurunnya kontraktilitas

jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan funsi otot

mencangkup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit

otot degeneratif atau inflamasi.

b. Aterosklerosis koroner

Kelainan ini mengakibatkan disfungsi miokardium karena

terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan

Page 21: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

11

asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium

biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.

c. Hipertensi sistemik atau hipertensi pulmonal

Gangguan ini menyebabkan meningkatnya beban kerja

jantung dan pada gilira nnya juga turut mengakibatkan hipertrofi

serabut otot jantung. Efek tersebut dapat dianggap sebagai

mekanisme kompensasi, karena akan meningkatkan kontraktilitas

jantung.

d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif

Gangguan kesehatan ini berhubungan dengan gagal jantung

karena kondisi ini secara langsung dapat merusak serabut jantung

dan menyebabkan kontraktilitas menurun.

e. Penyakit jantung yang lain

Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung

yang sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi organ

jantung. Mekanisme yang biasanya terlibat mencangkup gangguan

aliran darah melalui jantung (misalnya stenosis katup semiluner)

serta ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (misalnya

tamponade perikardium, perikarditas, konstriktif, atau stenosis katup

siensi katup AV)

3. Tanda dan Gejala

a. Dispnea, yang terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang

mengganggu pertukaran gas. Gangguan ini dapat terjadi saat

Page 22: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

12

istirahat ataupun beraktivitas (gejalanya bisa dipicu oleh aktivitas

gerak yang minimal atau sedang)

b. Ortopnea, yakni kesulitan bernapas saat penderita berbaring.

c. Paroximal, yakni nokturna dispnea. Gejala ini biasanya terjadi

setelah pasien pasien duduk lama dengan posisi kaki dan tangan

dibawah atau setelah pergi berbaring ke tempat tidur.

d. Batuk, baik kering maupun basah sehingga menghasilkan dahak/

lender (sputum) berbusa dalam jumlah banyak, kadang disertai

darah dalam jumlah banyak.

e. Mudah lelah, dimana gejala ini muncul akibat cairan jantung yang

kurang sehingga menghambat sirkulasi cairan dan sirkulasi oksigen

yang normal, disamping menurunnya pembuangan sisa hasil

katabolisme.

f. Kegelisahan akibat gangguan oksigenasi jaringan, stres akibat

munculnya rasa sesak saat bernapas, dan karena pasien mengetahui

bahwa jantungnya tidak berfungsi dengan baik.

g. Disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan, dengan tanda

dan gejala berikut :

1) Edema ekstermitas bawah atau edema dependen;

2) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan abtas

abdomen;

3) Anoreksia dan mual, yang terjadi akibat pembesaran vena dan

status vena didalam rongga abdomen;

Page 23: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

13

4) Rasa ingin kencing pada malam hari, yang terjadi karena perfusi

renal dan didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring;

serta

5) Badan lemah, yang diakibatkan oleh menurunnya curah jantung,

gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme

yang tidak adekuat dari jaringan (Ardiansyah. M, 2012).

4. Klasifikasi

a. Gagal jantung akut-kronik

1) Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan

penurunan kardiak output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan.

Ini dapat mengakibatkan edema paru dan kolaps pembuluh darah.

2) Gagal jantung kronik terjadinya secara perlahan ditandai dengan

penyakit jantung iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal

jantung kronik terjadi retensi air dan sodium pada ventrikel

sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi

dan hipertrofi.

b. Gagal jantung kanan-kiri

1) Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal jantung untuk

memompa darah secara adekuat sehingga menyebabkan kongesti

pulmonal, hipertensi dan kelainan pada katub aorta/mitral.

2) Gagal jantung kanan, disebabkan peningkatan tekanan pulmo

akibat gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga

Page 24: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

14

cairan yang terbendung akan berakumulasi secara sistemik dikaki,

asites, hepatomegali, efusi pleura, dan lain-lain.

c. Gagal jantung sistolik-diastolik

1) Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri

sehingga ventrikel kiri tidak mampu memompa darah akibatnya

kardiak outout menurun dan ventrikel hipertrofi.

2) Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian

darah akibatnya stroke volume cardiac output turun (Kasron,

2012).

5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis gagal jantung secara keseluruhan sangat

bergantung pada etiologinya. Namun, manifestasi tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

a. Meningkatnya volume intraveskuler.

b. Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat.

c. Edema paru akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis, sehingga

cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli, yang di manifestasikan

dengan batuk dan nafas pendek.

d. Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat tekan

sistematik.

e. Turunnya curah jantung akibat darah tidak dapat mencapai jaringan dan

organ.

Page 25: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

15

f. Tekanan perfusi ginjal menurun sehingga mengakibatkan terjadinya

pelepasan renin dari ginjal, yang pada gilirannya akan menyebabkan

sekresi aldosteron, retensi natrium, dan cairan, serta peningkatan

volume intravaskuler.

g. Tempat kongestif tergantung dari ventrikel yang terlibat, misal

disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri (Ardiansyah, M, 2012)

6. Patofisiologi

Kekuatan jantung untuk merespon stres tidak mencukupi dalam

memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, jantung akan gagal untuk me

lakukan tugasnya sebagai organ pemompa, sehingga terjadilah yang

namanya gagal jantung. Pada tingkat awal, disfungsi komponen pompa

dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal mengalami

payah dan kegagalan respons fisiologis tertentu pada penurunan curah

jantung adalah penting. Semua respons ini menunjukkan upaya tubuh

untuk mempertahankan perfusi organ vital normal.

Sebagai respons terhadap gagal jantung jantung, ada tiga

mekanisme respons primer, yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik

simpatis, meningkatnya beban awal akibat aktivasi neurohormon, dan

hipertrofi ventrikel. Ketiga respons ini mencerminkan usaha untuk

mempertahankan curah jantung. Mekanisme-mekanisme ini mungkin

memadai untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau

hampir normal pada gagal jantung dini pada keadaan normal (Ardiansyah,

M, 2012).

Page 26: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

16

7. Mekanisme Kompensasi

Menurut Kasron (2012) Tubuh memiliki beberapa mekanisme kompensasi

untuk mengatasi gagal jantung :

Mekanisme respons darurat yang pertama berlaku untuk jangka

pendek (beberapa menit sampai beberapa jam), yaitu reaksi fight-or-flight.

Reaksi ini terjadi sebagai akibat dari pelepasan adrenalin (epinefrin) dan

norodrenalin (norepinefrin) dari kelenjar adrenal kedalam aliran darah;

noradrenalin juga dilepaskan dari saraf. Adrenalin dan noradrenalin adalah

system pertahanan tubuh yang pertama muncul setiap kali terjadi stres

mendadak. Pada gagal jantung, adrenalin dan noradrenalin menyebabkan

jantung bekerja lebih keras, untuk membantu meningkatkan curah jantung

dan mengatasi gangguan pompa jantung sampai derajat tertentu. Curah

jantung bisa kembali normal, tetapi biasanya disertai dengan

meningkatnya denyut jantung dan bertambah kuatnya denyut jantung.

Pada seseorang yang tidak mempunyai kelainan jantung dan memerlukan

peningkatan fungsi jantung jangka pendek, respons seperti ini sangat

menguntungkan. Tetapi pada penderita gagal jantung kronis, respons ini

bisa menyebabkan peningkatan kebutuhan jangka panjang terhadap system

kardiovaskuler yang sebelumnya sudah mengalami kerusakan. Lama-lama

peningkatan kebutuhan ini bisa menyebabkan menurunnya fungsi jantung.

Mekanisme perbaikan lainnya adalah penahanan garam (natrium)

oleh ginjal. Untuk mempertahankan konsentrasi natrium yang tetap, tubuh

secara bersamaan menahan air. Penambahan air ini menyebabkan

Page 27: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

17

bertambahnya volume darah dalam sirkulasi dan pada awalnya

memperbaiki kerja jantung. Salah satu akibat dari penimbunan cairan ini

adalah peregangan otot jantung karena bertambahnya volume darah. Otot

yang teregang berkontraksi lebih kuat. Hal ini merupakan mekanisme

jantung yang utama untuk meningkatkan kinerjanya dalam gagal jantung.

Tetapi sejalan dengan memburuknya gagal jantung, kelebihan cairan akan

dilepaskan dari sirkulasi dan berkumpul diberbagai bagian tubuh,

menyebabkan pembengkakan (edema). Lokasi penimbunan cairan ini

tergantung kepada banyaknya cairan didalam tubuh dan pengaruh gaya

gravitasi. Jika penderita berdiri, cairan akan terkumpul ditungkai dan kaki

jika penderita berbaring, cairan akan terkumpul dipunggung atau perut.

Sering terjadi penambahan berat badan sebagai akibat dari penimbunan air

dan garam.

Mekanisme utama lainnya adalah pembesaran otot jantung

(hipertrofi). Otot jantung yang membesar akan memiliki kekuatan yang

lebih besar, tetapi pada akhirnya bisa terjadi kelainan fungsi dan

menyebabkan semakin memburuknya gagal jantung.

8. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Kasron (2012) pemeriksaan penunjang atau diagnostik meliputi :

a. EKG

Mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikel, infark, penyimpanan aksis,

iskemia, dan kerusakan pola.

b. Tes Laboraturium Darah

Page 28: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

18

Enzyim hepar : meningkat dalam gagal jantung/

kongesti

Elektrolit : kemungkinan berubah karena

perpindahan cairan, penurunan fungsi

ginjal.

Oksimetri nadi : kemungkinan situasi oksigen rendah.

AGD (Analisa Gas Darah) : gagal ventrikel kiri ditandai dengan

alkalosis respiratorik ringan atau

hipoksia dengan peningkatan PCO2

Albumin : mungkin menurun sebagai akibat

penurunan masukan protein.

c. Radiologis

Senogram Ekokardiografi, dapat menunjukkan pembesaran balik

perubahan dalam fungsi struktur katup, penurunan kontraktilitas

ventrikel.

d. Scan jantung : tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan

dinding.

e. Rontgen dada : menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan

mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam

pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulmonal.

9. Komplikasi

Menurut Kasron (2012) komplikasi Congestive Heart Failure

(CHF) sebagai berikut :

Page 29: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

19

a. Syok kardiogenik

b. Episode tromboli karena pembentukan bekuan vena karena statis darah.

c. Efusi dan tamponade perikardium

d. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Congestive Heart Failure (CHF), meliputi (Kasron,

2012):

a. Non Farmakologis

1) Congestive Heart Failure (CHF) Kronik

a) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan

menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat atau

pembatasan aktivitas.

b) Diet pembatasan natrium (< 4 gr/ hari) untuk menurunkan

edema

c) Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAIDs

karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air

dan natrium.

d) Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/ hari)

e) Olahraga secara teratur

2) Congestive Heart Failure (CHF) Akut

a) Oksigenasi (ventilasi mekanik)

b) Pembatasan cairan (< 1,5 liter/ hari)

b. Farmakologis

Page 30: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

20

Tujuan : untuk mengurasi afterload dan preload

1) First line drugs : diuretic

Tujuan : mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan

mengurangi kongesti pulmonal pada disfungsi

diastolic.

Obatnya : thiazide diuretics untuk Congestive Heart Failure

(CHF) sedang, loop diuretic, matolazon (kombinasi

dari loop diuretic untuk meningkatkan pengeluaran

cairan), kalium-sparing diuretic.

2) Second line drugs ; ACE inhibitor

Tujuan : membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja

jantung. Obatnya adalah :

a) Digoxin : meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan

untuk kegagalan diastolik yang mana dibutuhkan pengembangan

ventrikel untuk relaksasi

b) Hidralazin : menurunkan afterload pada fungsi sistolik.

c) Isobarbide dinitrat : mengurangi preload dan afterload untuk

disfungsi sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi sistolik.

d) Calsium channel blocker : untuk kegagalan diastolik,

meningkatkan relaksasi dan pengisian ventrikel (jangan dipakai

pada gagal jantung kronik).

e) Beta blocker : sering dikontraindikasikan karena menekan

respon miokard. Digunakan pada disfungsi diastolik untuk

Page 31: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

21

mengurangi HR, mencegah iskemi miocard, menurunkan

tekanan darah, hipertrofi ventrikel kiri.

B. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien Congestive Heart Failure (CHF)

menurut Brunner & Suddart (2002) :

1. Pengkajian

Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibatkan

ketidakmampuan memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal

dan sistemik. Karenanya diagnostik dan teraupetik berlanjut. GJK

selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas.

a. Aktivitas/istirahat

1) Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,

insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat

istirahat.

2) Tanda : Gelisah, perubahan status mental misalnya : letargi,

tanda vital berubah pada aktivitas.

b. Sirkulasi

1) Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya,

penyakit jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia, syok

septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.

2) Tanda :

Page 32: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

22

a) TD : mungkin rendah (gagal pemompaan).

b) Tekanan Nadi : mungkin sempit.

c) Irama Jantung : Disritmia.

d) Frekuensi jantung : Takikardia.

e) Nadi apical : PMI mungkin menyebar dan merubah posisi

secara inferior ke kiri.

f) Bunyi jantung : S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat

terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.

g) Murmur sistolik dan diastolic.

h) Warna : kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.

i) Punggung kuku : pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler

lambat.

j) Hepar : pembesaran/dapat teraba.

k) Bunyi napas : krekels, ronkhi.

l) Edema : mungkin dependen, umum atau pitting khususnya

pada ekstremitas.

c. Integritas ego

1) Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan

dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya

perawatan medis)

2) Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas,

marah, ketakutan dan mudah tersinggung.

d. Eliminasi

Page 33: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

23

1) Gejala : Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih

malam hari (nokturia), diare/konstipasi.

e. Makanan/cairan

1) Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan

berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah,

pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang

telah diproses dan penggunaan diuretik.

2) Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen

(asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dan pitting).

f. Higiene

1) Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas

perawatan diri.

2) Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.

g. Neurosensori

1) Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.

2) Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan

mudah tersinggung.

h. Nyeri/Kenyamanan

1) Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen

kanan atas dan sakit pada otot.

2) Tanda : Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit dan perilaku

melindungi diri.

i. Pernapasan

Page 34: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

24

1) Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan

beberapa bantal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,

riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.

2) Tanda :

a) Pernapasan : takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori

pernapasan.

b) Batuk : kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus

menerus dengan/tanpa pembentukan sputum.

c) Sputum : mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih

(edema pulmonal)

d) Bunyi napas : mungkin tidak terdengar.

e) Fungsi mental : mungkin menurun, kegelisahan, letargi.

f) Warna kulit : pucat dan sianosis.

j. Keamanan

1) Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan

kekuatan/tonus otot, kulit lecet.

k. Interaksi sosial

1) Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang

biasa dilakukan.

l. Pembelajaran/pengajaran

1) Gejala : Menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung,

misalnya : penyekat saluran kalsium.

2) Tanda : Bukti tentang ketidakberhasilan untuk meningkatkan

Page 35: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

25

(Doenges, 2000).

2. Diagnosa Keperawatan

a. Aktual/resiko tinggi pola nafas tidak efektif yang berhubungan

dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan diparu

sekunder pada edema paru akut.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan tidak terjadi perubahan pola nafas.

Kriteria : pasien tidak sesak nafas, RR dalam batas normal 16-20

x/ menit, respons batuk berkurang.

Intervensi:

1) Auskultasi bunyi nafas

2) Kaji adanya edema

3) Ukur intake dan output

4) Timbang berat badan

5) Pertahankan pemasukan total cairan 2.000 ml/ 24 jam dalam

toleransi kardiovaskuler.

6) Kolaborasi:

a) Diet tanpa garam

b) Berikan diuretik, contoh : furosemide, sprinolaton, dan

hidronolakton.

c) Pantau data laboraturium, elektrolit, kalium.

Rasional :

1) Indikasikan edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung.

Page 36: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

26

2) Curiga gagal kongesti/kelebihan volume cairan.

3) Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi

ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan pengeluaran urine.

4) Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukkan gangguan

keseimbangan cairan.

5) Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa, tetapi

memerlukan pembatasan dengan adanya dekompensasi jantung.

6) Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume

plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja

jantung dan akan membuat kebutuhan miokardium meningkat.

7) Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan

menurunkan retensi cairan dijaringan, sehingga menurunkan

resiko terjadinya edema paru.

8) Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi.

b. Aktual/resiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan

dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi,

irama, konduksi elektrikal.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24 jam diharapkan penurunan curah jantung

dapat teratasi dan tanda vital dalam batas normal,

dan bebas dari gejala gagal jantung, output urine

adekuat.

Kriteria hasil : pasien akan melaporkan penurunan episode

Page 37: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

27

dispnea, berperan dalam aktivitas yang dapat

mengurangi beban kerja jantung, tekanan darah

dalam batas normal, tidak terjadi aritmia, denyut

jantung dan irama jantung teratur, CRT kurang dari

tiga detik, produksi urine >30 ml/ jam.

Intervensi :

1) Kaji dan lapor tanda penurunan curah jantung

2) Periksa keadaan klien dengan mengauskultasi nadi apikal : kaji

frekuensi, irama jantung (dokumentasi disritmia, bila tersedia

telemetri)

3) Catat bunyi jantung

4) Atur posisi tirah baring yang ideal, kepala tempat tidur harus

dinaikan 20 sampai 30 cm atau klien didudukkan dikursi.

5) Kolaborasi untuk pemberian obat.

Rasional :

1) Kejadian mortalitas dan morbiditas sehubungan dengan MI yang

lebih dari 24 jam pertama.

2) Biasanya terjadi takikardi meskipun pada saat istirahat untuk

mengompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel, KAP, PAT,

MAT, PVC, dan AF disritmia umum berkenan dengan GJK

meskipun lainnya juga terjadi.

3) S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa,

irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah

Page 38: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

28

yang mengalir dalam serambi yang mengalami distensi, murmur

dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis mitral.

4) Klien dengan gagal jantung kongestif dapat berbaring untuk

mengurangi kesulitan bernapas dan mengurangi jumlah darah

yang kembali ke jantung, yang dapat mengurangi kongesti paru.

5) Banyaknya obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume

sekuncup, memperbaiki kontraktilitas, dan menurunkan

kongesti.

c. Aktual/resiko tinggi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan

dengan perembesan cairan kongesti paru sekunder, perubahan

membran kapiler alveoli, dan retensi cairan interstisial.

Tujuan : setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam

diharapkan tidak ada keluhan sesak nafas atau

terdapat penurunan respons sesak nafas

Kriteria hasil : secara subyektif klien menyatakan penurunan sesak

nafas secara objektif didapatkan TTV dalam batas

normal, tidak ada penggunaan otot bantu nafas,

analisis gas darah dalam batas normal.

Intervensi :

1) Berikan tambahan O2 5 lpm/menit

2) Pantau saturasi (oksimetri) Ph, BE, HCO3 (dengan BGA).

3) Koreksi keseimbangan asam basa

4) Cegah atelektasis dengan melatih batuk efektif dan nafas dalam.

Page 39: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

29

5) Kolaborasi :

a) RL 500 cc/24 jam

b) Digoksin 1-0-0

c) Furosemide 2-1-0

Rasional :

1) Untuk meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran

gas.

2) Untuk mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan sebagai

dampak adekuat tidaknya proses pertukaran gas.

3) Mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi pernapasan.

4) Kongesti yang berat akan memperburuk proses pertukaran gas

sehingga berdampak pada timbulnya hipoksia.

5) Meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga dapat

mengurangi timbulnya edema dan dapat mencegah gangguan

pertukaran gas.

6) Membantu mencegah terjadinya retensi cairan dengan

menghambat ADH.

d. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder dan

penurunan curah jantung.

Tujuan : setelah dilakukan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan

meningkatnya kemampuan beraktivitas.

Page 40: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

30

Kriteria hasil : klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa

gejala-gejala yang berat terutama mobilitas ditempat

tidur.

Intervensi :

1) Catat frekuensi jantung : irama, perubahan TD selama dan

sesudah beraktivitas.

2) Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas

senggang yang tidak berat.

3) Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan

abdomen. Misal : mengejan saat defekasi.

4) Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas, contoh

: bangun dari kursi, bila tidak ada nyeri lakukan ambulasi,

kemudian istirahat selama 1 jam setelah makan.

5) Pertahankan klien pada posisi tirah baring sementara sakit akut.

6) Berikan waktu istirahat diantara waktu aktivitas.

7) Pertahankan penambahan O2 sesuai kebutuhan.

Rasional :

1) Respons klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan adanya

penurunan oksigen miokard

2) Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen

3) Dengan mengejan dapat mengakibatkan bradikardi, menurunkan

curah jantung dan takikardi, serta peningkatan TD.

4) Aktivitas yang maju memberikan control jantung, meningkatkan

Page 41: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

31

regangan, dan mencegah aktivitas berlebihan.

5) Untuk mengurangi beban jantung

6) Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh, dan

jangan terlalu memaksa kerja jantung

7) Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan

e. Perubahan gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan

lingkungan, proses penyakit.

Tujuan : setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam

diharapkan gangguan pola tidur pasien kembali

optimal dengan kuantitas dan kualitas tidur yang

baik.

Kriteria hasil : klien tidak terbangun, kuantitas dan kualitas tidur

pasien tercukupi dengan keterangan jumlah jam

tidur meningkat ±7-8 jam, perasaan segar nyaman

setelah bangun tidur, gangguan tidur tidak ada.

Intervensi :

1) Batasi Masukan makanan / minuman yang mengandung kafein

2) Dukung melanjutkan kebiasaan ritual sebelum tidur

3) Berikan posisi tidur yang membuat klien nyaman

4) Atur pencahayaan

5) Batasi pengunjung pada malam hari .

Rasional :

1) Kafein dapat memperlambat pasien untuk tidur dan

Page 42: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

32

mempengarahui tidur pasien

2) Meningkatkan reaksasi dan kesiapan untuk tidur

3) Meningkatkan kualitas tidur pasien saat tidur

4) Agar membantu klien untuk memudahkan tidur klien dengan

cepat.

5) Jumlah pengunjung yang datang pada malam hari akan

mengganggu tidur konsentrasi pasien saat tidur

f. Aktual/resiko kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan

kelebihan cairan sistemik, perembesan cairan interstisial disistemik

sebagai dampak sekunder dari penurunan curah jantung, gagal

jantung.

Tujuan : setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam

diharapkan tidak terjadi kelebihan volume cairan

sistemik

Kriteria hasil : klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas

berkurang pitting edema (-), produksi urine > 600

ml/hr.

Intervensi :

1) Kaji adanya edema ekstermitas

2) Kaji tekanan darah

3) Timbang berat badan

4) Beri posisi yang membantu drainase ektermitas, lakukan latihan

gerak pasif

Page 43: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

33

5) Kolaborasi :

a) Berikan diet garam

b) Berikan diuretic, contoh : furosemide, sprinolakton,

hidronolakton.

c) Pantau data laboratorium elektrolit kalium.

Rasional :

1) Curiga gagal kongesti/ kelebihan volume cairan

2) Sebagai salah satu cara untuk mengetahui peningkatan jumlah

cairan yang dapat diketahui dengan meningkatkan beban kerja

jantung yang dapat diketahui dari meningkatnya tekanan darah.

3) Perubahan tiba-tiba berat badan menunjukkan gangguan

keseimbangan cairan.

4) Meningkatkan various return dan mendorong berkurangnya

edema perifer.

5) Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume

plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja

jantung dan akan membuat kebutuhan miokardium maningkat.

6) Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan

menurunkan retensi cairan dijaringan sehingga menurunkan

resiko terjadinya edema paru.

7) Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi.

g. Resiko kekambuhan/ketidakpatuhan program perawatan diri yang

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang program

Page 44: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

34

pengobatan, aturan penanganan, dan kontrol proses penyakit.

Tujuan : setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam

diharapkan tidak terjadinya peningkatan tekanan

darah dan terpenuhinya pengetahuan tentang

program pengobatan dan kontrol penyakit.

Kriteria hasil : klien mampu dalam menjelaskan faktor-faktor

yang meningkatkan tekanan darah.

Intervensi :

1) Diskusikan dengan klien mengenai tekanan darah normal

2) Diskusikan farmakokinetik dan farmakodinamik obat-obatan

hipertensi yang dimiliki klien.

3) Jelaskan mengenai manfaat diet rendah garam, rendah lemak,

dan cara mempertahankan berat yang ideal.

4) Diskusikan dengan klien mengenai jenis makanan rendah garam

dan rendah lemak.

5) Jelaskan kepada klien dan keluarga mengenai faktor-faktor yang

dapat meningkatkan resiko kambuh seperti rokok, konsumsi

garam yang berlebihan, stres.

6) Berikan dukungan pada klien dan keluarga tentang pentingnya

program pemeliharaan tekanan darah.

7) Jelaskan kepada klien bila berat badan meningkat, edema

ekstermitas agar segera memeriksakan diri.

8) Menyarankan kepada keluarga agar memanfaatkan sarana

Page 45: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

35

kesehatan dimasyarakat.

9) Setelah meminum obat antihipertensi maka pantau tanda vital

terutama tekanan darah dan denyut nadi.

Rasional :

1) Diharapkan dapat mempermudah menerangkan penyakitnya.

2) Pemahaman yang baik tentang fungsi setiap obat dapat

membantu proses interaksi obat-obatan yang diminum.

3) Rendah garam untuk mengurangi retensi cairan, rendah lemak

untuk mengurangi kolesterol, dan berat badan ideal untuk

mengurangi badan krja jantung.

4) Diharapkan agar klien dapat mengurangi konsumsi makanan

tersebut untuk mengurangi resiko kambuh.

5) Agar klien dapat menghindari faktor-faktor yang meningkatkan

resiko kambuh dan keluarga memberikan lingkungan yang

mendukung penyembuhan.

6) Dukungan yang baik akan meningkatkan kemauan klien dan

keluarga untuk mendukung pemeliharaan tekanan darah.

7) Berat badan meningkat, merupakan indikasi yang

memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan darah kembali.

8) Untuk memnudahkan klien dalam memonitor status

kesehatannya.

9) Efektivitas terapi obat ditentukan dengan terpeliharanya tekanan

darah dan denyut nadi yang diinginkan (Muttaqin, A, 2009).

Page 46: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

36

C. Posisi Fowler Sudut 45 Derajat

1. Pengertian

Posisi fowler merupakan posisi tempat tidur dengan menaikkan kepala

dan dada setinggi 450-90

0 tanpa fleksi lutut.

2. Tujuan

a. Membantu mengatasi masalah kesulitan pernapasan dan

kardiovaskuler.

b. Melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton televisi).

3. Persiapan alat

a. Tempat tidur

b. Bantal kecil

c. Gulungan handuk

d. Footboard (bantalan kaki)

e. Sarung bantal (jika diperlukan)

4. Prosedur pelaksanaan

a. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan jika diperlukan.

Menurunkan transmisi mikroorganisme.

b. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan.

Mencegah klien melorot kebawah saat kepala dinaikkan.

c. Naikkan kepala tempat tidur 450-90

0 sesuai kebutuhan. Fowler

rendah atau semi fowler (150-45

0), fowler tinggi 90

0

d. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada

celah disana. Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah

Page 47: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

37

terjadinya fleksi lumbal.

e. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan menyangga

kurva servikal dari kolumna vertebra. Sebagai alternative, kepala

kien dapat diletakkan di atas kasur tanpa bantal. Terlalu banyak

bantal dibawah kepala akan mengakibatkan fleksi kontraktur dari

leher.

f. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit.

Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel; mencegah

ketidaknyamanan akibat adanya hiperrekstensi lutut dan tekanan

pada tumit.

g. Pastikan tidak terdapat tekanan pada area popliteal dan lutut dalam

keadaan fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan

dan dinding vena. Fleksi lutut membantu kien untuk tidak melorot

kebawah.

h. Letakkan trochanter roll (gulungan handuk) disampung masing-

masing paha. Mencegah eksternal dari pinggul.

i. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan bantalan kaki.

Mencegah fleksi plantar.

j. Letakkan bantal untuk menompang kedua lengan dan tangan, jika

klien memiliki kelemahan pada kedua tangan tersebut.

k. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

l. Dokumentasikan tindakan (Kusyati, dkk, 2006).

Page 48: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

38

D. Kualitas tidur

Menurut Rahayu (2009), dalam jurnal Melanie (2014) menyatakan

kualitas tidur merupakan aspek penting dari tidur yang meliputi lama

tertidur, waktu bangun dan kenyenyakkan dalam tidur. Pasien yang sakit

sering kali membutuhkan lebih banyak tidur dan istirahat daripada pasien

yang sehat. Sifat alamiah dari penyakit akan mengurangi pasien

mendapatkan istirahat dan tidur yang cukup. Kualitas tidur yang buruk

pada pasien dengan gangguan penyakit jantung dapat disebabkan oleh

dyspnea, disritmia, dan batuk.

E. Hubungan pemberian posisi tidur sudut 45 derajat terhadap kualitas

tidur

Menurut Juli (2004), dalam jurnal Melanie (2014) bahwa sudut

posisi tidur pasien mempengaruhi keadaan curah jantung pasien gagal

jantung. Hasil ini menyebutkan bahwa posisi kepala dielevasikan dengan

tempat tidur kurang lebih 45 derajat akan mempertahankan curah jantung

sehingga sesak nafas berkurang yang pada akhirnya akan mengoptimalkan

kualitas tidur pasien.

Sedangkan menurut Doengoes (1999), dalam jurnal Melanie,

(2014) mengatakan mengantur pasien dalam sudut posisi tidur 45 derajat

akan lebih membantu menurunkan konsumsi oksigen dan meningkatkan

ekspansi paru-paru maksimal serta mengatasi kerusakan pertukaran gas

yang berhubungan dengan perubahan membrane alveolus. Dengan sudut

Page 49: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

39

posisi tidur 45 derajat, sesak nafas berkurang dan sekaligus akan

meningkatkan durasi tidur pasien.

Pengaturan posisi tidur dengan meninggikan punggung bahu dan

kepala memungkinkan rongga dada dapat berkembang secara luas dan

pengembangan paru meningkat. Kondisi ini akan menyebabkan asupan

oksigen membaik sehingga proses respirasi kembali normal. Secara teori,

posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap perubahan denyut nadi dan

tekanan darah, hal ini karena efek gaya gravitasi bumi. Pada saat berbaring

gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran

tersebut horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak

terlalu memompa.

Page 50: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

40

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Pengkajian dilakukan pada tanggal 07 April 2014 jam 09.45 WIB

didapatkan hasil identitas pasien sebagai berikut pasien bernama Ny.S,

beralamat Sukoharjo, pasien berumur 44 tahun, jenis kelamin pasien

perempuan, pekerjaan buruh, tingkat pendidikan SD, tanggal masuk pasien

04 April 2014. Dokter mendiagnosa bahwa Ny.S menderita Congestive

Heart Failure (CHF) atau gagal jantung. Penanggung jawab terhadap

Ny.S adalah Tn.S berumur 45 tahun, hubungan Tn.S dengan pasien adalah

Suami.

B. Pengkajian

1. Riwayat kesehatan keluarga

Pengkajian dilakukan dengan metode autoanamnesa atau

pengkajian yang dilakukan secara langsung kepada pasien dan

alloanamnesa atau pengkajian yang melihat didasarkan data dalam status

pasien dan dari keluarga.

Pengkajian dilakukan dengan, keluhan utama pasien mengeluh

sesak napas. Riwayat kesehatan sekarang, pasien mengatakan ± 1

minggu sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan sesak nafas,

kepala pusing dada seperti tertekan, apabila saat aktivitas tambah sesak

nafas, jika tidur selalu menggunakan bantal lebih dari 2. Kemudian pihak

40

Page 51: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

41

keluarga membawa pasien ke IGD RSUD SUKOHARJO. di IGD di

lakukan pemeriksaan TD : 140/90 mmHg, N : 100 x/menit reguler, RR :

25 x/menit, S : 36,5 oC didapatkan perawatan infuse RL 16 tpm,

pemasangan nasal kanul O2 5 liter, Captopryl 25 mg.

Saat pengkajian 07 April 2014, pasien mengatakan sesak nafas,

lemas, jantung berdebar kencang, kepala pusing dada seperti tertekan.

TD 130/80 mmHg, N 102 x/ menit, RR 26 x/ menit, terpasang infuse RL

16 tpm, terpasang nasal kanul O2 5 lpm.

Riwayat kesehatan dahulu, pasien menyatakan sebelumnya

belum pernah opname dengan penyakit Congestive Heart Failure

(CHF), pasien mengatakan tidak mempunyai alergi baik makanan, obat-

obatan, imunisasi lengkap, tidak ada riwayat operasi.

Riwayat kesehatan keluarga, pasien mengatakan tidak ada

keluarga yang memiliki penyakit menurun dan menular seperti Diabetus

Militus, Hipertensi, Hepatitis, HIV. Riwayat kesehatan lingkungan,

pasien mengatakan tinggal di daerah yang bersih jauh dari jalan raya,

tempat pembuangan sampah akhir, saluran air bersih, jauh dari pabrik.

2. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional menurut Gordon.

Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, sebelum sakit pasien

mengatakan sehat itu jika badannya terasa segar, dan bisa beraktivitas

dengan baik, jika sakit minum obat dan periksa ke dokter atau tempat

kesehatan lainnya. Selama sakit pasien mengatakan jika sakit yang

Page 52: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

42

diderita ini adalah cobaan, kesehatan sangat penting bagi keluarganya,

pasien berharap cepat sembuh.

Pola Nutrisi dan Metabolisme, sebelum sakit pasien mengatakan

makan 3 kali sehari dengan menu nasi dan lauk, sayur, habis 1 porsi dan

tidak ada keluhan. Selama sakit pasien mengatakan makan 3 kali sehari

dengan diit rendah garam dari rumah sakit tetapi hanya menghabiskan

½ porsi, selebihnya makan makanan bawaan keluarga dari rumah.

Pengkajian nutrisi dilanjutkan dengan pengkajian Antropometri,

Biochemical data, Clinical sigh, Dietary (ABCD). Antropometri

antaranya berat badan sebelum sakit 46 Kg, berat badan selama sakit 45

Kg, tinggi badan 150 cm, tugor kulit elastis, kunjungtiva tidak anemis.

Pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan BAB 1-2 kali

sehari, konsistensi lunak, berbau khas, warna kuning kecoklatan, ketika

BAB pasien tidak ada keluhan , BAK pasien mengatakan 6-8 kali

sehari, bau amoniak, warna kuning jernih. Selama sakit pasien

mengatakan belum BAB, BAK terpasang kateter ± 500 ml/hari, bau

amoniak, warna kuning jernih, tidak ada keluhan.

Pola aktivitas dan latihan , sebelum sakit pasien mengatakan

dapat beraktivitas secara mandiri. Selama sakit aktivitas pasien seperti

makan dan minum, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur,

berpindah, ambulasi ROM di bantu oleh keluarga dengan nilai scoring 2

(dibantu orang lain).

Page 53: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

43

Pola istirahat dan tidur sebelum sakit pasien mengatakan dapat

tidur ±7-8 jam, tanpa penggunaan obat tidur, tidak ada gangguan tidur.

Selama sakit pasien mengatakan dapat tidur ±5-6 jam, tanpa

penggunaan obat tidur, gangguan tidur terganggu karena perubahan

lingkungan dan pasien masih terasa sesak.

Pola kognitif dan perceptual sebelum sakit pasien mengatakan

dapat berbicara dengan lancar, menjawab pertanyaan keluarga dengan

tepat saat diajak berbincang-bincang, penglihatan dan penciuman tidak

ada gangguan, pasien tidak menggunakan alat bantu pendengaran dan

penglihatan. Selama sakit pasien mengatakan tidak ada gangguan pada

kelima indranya, sadar penuh, dapat menjawab pertanyaan dari tenaga

kesehatan dan keluarga dengan tepat.

Pola persepsi dan konsep diri, Body image pasien mengatakan

tidak ada cacat tubuh, pasien mengatakan menyukai semua anggota

tubuhnya. Ideal diri pasien mengatakan berharap segera sembuh, segara

ingin pulang, dan berkumpul bersama keluarga. Peran diri pasien

mengatakan selama ini melakukan apapun bisa mandiri karena selama

sakit diharuskan bedrest pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti

biasa bekerja, pasien sebagai istri sekaligus ibu dari anak-anaknya.

Identitas diri pasien mengatakan seorang wanita berumur 44 tahun,

mempunyai 2 anak dan seorang ibu karier. Harga diri pasien

mengatakan menerima keadaannya saat ini apa adanya dan tetap

Page 54: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

44

bersyukur menerima keadaannya begitu juga keluarga dan

lingkungannya.

Pola hubungan dan Peran sebelum sakit pasien mengatakan

memiliki hubungan baik dengan keluarga dan orang lain. Selama sakit

pasien mengatakan hubungan dengan tenaga kesehatan, pengunjung

serta keluarga dan orang lain baik.

Pola seksualitas dan Reproduksi sebelum sakit pasien

mengatakan seorang istri, mempunyai dua anak, hubungan seksualitas

dengan suami harmonis, tidak ada gangguan reproduksi. Selama sakit

pasien mengatakan seorang istri, mempunyai dua anak cukup dan tidak

ada rencana menambah momongan, hubungan seksualitas dengan suami

berjalan harmonis, tidak ada gangguan reproduksi.

Pola Mekanisme Koping sebelum sakit pasien mengatakan jika

ada masalah selalu berdiskusi dengan keluarganya. Selama sakit pasien

mengatakan jika ada masalah selalu berdiskusi dengan keluarganya.

Pola Nilai dan Keyakinan sebelum sakit pasien mengatakan

beragama islam, pasien menjalankan sholat lima waktu dan selalu

berdoa. Selama sakit pasien mengatakan beragama islam, pasien selalu

berdoa.

3. Pengkajian dilakukan dengan pemeriksaan fisik

Hasil dari pemeriksaan didapatkan hasil klien datang dengan

keadaan composmentis/sadar penuh, GCS : 15, E4 M6 V5. Tekanan

darah 130/80 mmHg, Nadi 102 kali permenit, RR 26 kali permenit,

Page 55: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

45

Suhu 37 0C. Pada pemeriksaan kepala didapatkan hasil keadaan bentuk

kepala mesocepal, kulit kepala bersih bersih dan tidak ada ketombe,

warna rambut hitam sedikit beruban. Pada pemeriksaan muka klien

dengan hasil pada mata cekung, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak

anemis, pupil isokor dengan rangsang cahaya positif, diameter pupil 3/3

kanan kiri sama, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Pada

hidung klien tidak ada sekret dan tidak ada polip serta berbentuk

simetris, klien menggunakan alat bantu napas nasal kanul oksigen 5

lpm. Pemeriksaan mulut klien mulut tidak ada stomatitis, bersih.

Pemeriksaan telinga klien bersih tidak ada serumen, pada pemeriksaan

leher tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, vena jugularis, dan tidak

ada kaku kuduk.

Pada pemeriksaan dada (paru-paru) didapatkan hasil dengan

cara inspeksi bentuk paru simetris kanan kiri sama, pergerakan dan

pengembangan paru kanan kiri sama, pernapasa 26 kali permenit,

palpasi tidak ada nyeri tekan dan vocal premitus teraba kanan kiri sama,

perkusi sonor pada seluruh lapang paru, auskultasi terdapat hasil

vesikuler seluruh lapang paru. Pemeriksaan jantung dengan cara

inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba di ICS 5

mid clavikula, perkusi suara jantung pekak dan ada kesan pembesaran

jantung sebelah kanan dengan lebar lenih dari 1 cm persegi, auskultasi

bunyi jantung I-II murni reguler. Pemeriksaan abdomen dengan cara

inspeksi bentuk datar dan tidak ada jejas, auskultasi bising usus 16 kali

Page 56: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

46

permenit, perkusi bunyi timpani, palpasi tidak ada nyeri tekan pada

semua kuadran. Pemeriksaan genetalia bersih dan terpasang kateter,

rectum bersih tidak ada hemoroid.

Pada hasil pengkajian ekstermitas didapatkan hasil selama sakit

pada bagian ekstermitas atas memiliki kekuatan otot 5/5, tangan kanan

terpasang infuse RL 16 tpm dan saturasi, gerakan terbatas, tangan kiri

terpasang set monitor tensi. Ekstermitas bawah kekuatan otot 5/5, kaki

kanan menekuk, kaki kiri bebas, tidak ada oedema, ROM ekstermitas

fleksi dan ekstensi, capillary refill < 2 detik, perubahan bentuk tulang

tidak ada, akral dingin.

Pemeriksaan penunjang pada tanggal 04 April 2014 didapatkan

hasil pemeriksaan laboraturium WBC = 13.54 10Ù3/UL (Normal 4,1-

10,9 10Ù3/UL), RBC = 4.74 10

Ù6/UL (Normal 4,20 – 6,30 10

Ù6/UL) ,

HGB = 14.0 g/dl (Normal 12,0 – 18,0 g/dl) , HCT = 42.4% (Normal

37,0 – 51,0 %) , MCV = 89.5 FL (Normal 80,0 – 97,0 FL) , MCHC =

33.0 g/dl (Normal 31,0 – 36,0 g/dl) , PLT = 232 10Ù3/UL (Normal 140

– 440 10Ù3/UL) , RDW = 47,5 FL (Normal 11,5 – 14,5 FL) , MCH =

29,5 pg (Normal 25,0 – 32,0 pg ) , MPV = 9,7 FL (Normal 0,0 – 99,8 ),

Natrium 131,9 % (Normal 135-155), Kalium 45 FL (Normal 3,6-5.5),

Clorida 99,8 FL (Normal 95-108).

Tanggal 05 April 2014 didapatkan hasil pemeriksaan

laboraturium Cholesterol total 138 % (Normal <200), HDL Cholesterol

18 mmol/l (Normal >45), LDL Cholesterol 106 mmol/l (Normal <100),

Page 57: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

47

Trigliserida 73 mmol/l (Normal <150), Asam Urat 11,7 mg/dl (Normal

2,4-5,7).

Tanggal 08 April 2014 didapatkan hasil pemeriksaan

laboraturium HB = 15,2 g/dl ( Normal 12,0 – 18,0 g/dl ), Eritrosit = 4,2

juta/ul (Normal 4,10 – 5,10 juta/ul ), Hematokrit = 43,5 % ( Normal 33 –

45 % ), Trombosit 135 x103/µL ( Normal 150 – 450 x10

3/µL), Leukosit

17.400 x103/µL (naik) (Normal 4,5-11,0 x10

3/µL).

Tanggal 5 April 2014 didapatkan hasil pemeriksaan EKG

Hasil/kesan : Rate 175 x/menit, Axis : 137 0, Interprestasinya : Sinus

Takikardi (ST), Right Axist Deviation (RAD). Tanggal 7 April 2014

didapatkan hasil pemeriksaan EKG HR : 77 x/ menit, Axis : 132 o,

Interpretasinya: Sinus Rhytme (SR), Right Axist Deviation (RAD).

Tanggal 07 April 2014 klien mendapatkan terapi infus RL 500

mg 16 tpm diberikan melalui intravena. Berfungsi mengganti cairan

tubuh dan elektrolit. Furosemide diberikan melalui intravena. Dosis 40

mg/ 12 jam. Berfungsi pengobatan oedema karena gangguan sirkulasi

jantung. Alprazolam diberikan melalui intravena. Dosis 0,75-1,5mg/ 8

jam. Berfungsi antiansietas, antidepresi, antipanik. Paracetamol diberikan

melalui intravena. Dosis 120-250 mg/4-6 jam. Berfungsi menghilangkan

rasa nyeri ringan sampai sedang. Fargoxin diberikan melalui oral. Dosis

2-3 tablet/ 8 jam. Berfungsi mengobati gagal jantung kongesti akut.

Tiaryt diberikan melalui intravena. Dosis 200mg/ 12 jam. Berfungsi

menekan dan mencegah terjadinya aritmia ventrikuler dan

Page 58: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

48

supraventrikuler. Spironolacton diberikan melalui intravena. Dosis

100mg/ 12 jam. Berfungsi mengobati keadaan edematosa Congestive

Heart Failure (CHF). Antalgin diberikan melalui intravena. Dosis 500-

1000 mg/ 12 jam. Berfungsi mengurangi nyeri hebat akut atau kronik.

Asetosal diberikan melalui intravena. Dosis 60-80 mg/ 8 jam. Berfungsi

mencegah serangan iskemik otak sepintas.

C. Daftar Perumusan Masalah

Pada kasus Ny.S dihari senin tanggal 07 April 2014 hasil

pengkajian didapatkan data subyektif dan data obyektif, data subyektif

pasien mengatakan mengeluh sesak napas. Data obyektif pasien tampak

lemas, lesu, terpasang O2 5 lpm, TD 130/80 mmHg, Nadi 102 kali

permenit, RR : 26 kali permenit. Berdasarkan data fokus tersebut penulis

melakukan analisa data dan merumuskan prioritas keperawatan yaitu pola

napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi.

Pada kasus Ny.S dihari senin tanggal 07 April 2014 hasil

pengkajian didapatkan data subyektif dan data obyektif, data subyektif

pasien mengatakan sesak napas dada terasa tertekan, ketika melakukan

aktivitas sehari-hari bertambah sesak. Data obyektif pasien tampak lemah,

TD : 130/80 mmHg, Nadi : 102 kali permenit, RR : 26 kali permenit. Pada

pemeriksaan EKG didapatkan hasil kesan Rate 77 kali permenit, Axis

1320, interprestasi Sinus Rhytme (SR) dan Right Axist Deviation (RAD).

Berdasarkan data fokus tersebut penulis melakukan analisa data dan

Page 59: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

49

merumuskan prioritas keperawatan yaitu penurunan curah jantung

berhubungan dengan penurunan kontraktilitas.

Pada kasus Ny.S dihari senin tanggal 07 April 2014 hasil

pengkajian didapatkan data subyektif dan data obyektif, data subyektif

pasien mengatakan sesak napas ketika melakukan aktivitas. Data obyektif

pasien tampak lemas, akral dingin, terpasang O2 5 lpm, TD 130/80 mmHg,

Nadi 102 kali permenit, RR : 26 kali permenit. Berdasarkan data fokus

tersebut penulis melakukan analisa data dan merumuskan prioritas

keperawatan yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Pada kasus Ny.S dihari senin tanggal 07 April 2014 hasil

pengkajian didapatkan data subyektif dan data obyektif, data subyektif

pasien mengatakan susah tidur karena sesak napas dan perubahan

lingkungan yang ada dirumah sakit. Data obyektif pasien tampak lemah,

pasien tampak menguap, pasien terlihat mata panda, jumlah tidur ±5-6 jam

tidur malam dan ±1-2 jam tidur siang, kualitas tidur pasien kurang

nyenyak. Berdasarkan data fokus tersebut penulis melakukan analisa data

dan merumuskan prioritas keperawatan yaitu gangguan pola tidur

berhubungan dengan sesak napas, perubahan sesak napas atau menurunnya

supali oksigen.

D. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan tujuan dari diagnosa pola napas tidak efektif

berhubungan dengan hiperventilasi adalah setelah dilakukan tindkan

Page 60: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

50

keperawatan pada Ny.S dengan tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam, diharapkan pola

napas dapat efektif dalam batas normal dengan kriteria hasil yaitu tanda-

tanda vital dalam batas normal, RR : 16-24 kali permenit, pasien

menyatakan tidak sesak napas, irama teratur, wajah rileks.

Perencanaan yang dilakukan untuk mengatasi masalah

keperawatan pada Ny.S antara lain kaji tanda-tanda vital terutama

pernapasan pasien untuk mengetahui keadaan pasien, atur sudut posisi

tidur pasien 45 derajat untuk memberikan posisi nyaman pada pasien,

ajarkan napas dalam dan batuk efektif apabila perlu agar jalan napas

pasien terbebaskan dari secret, kolaboratif pemberian O2 dengan dokter

untuk memberikan kenyamanan pasien dan memberikan suplai oksigen

dalam tubuh.

Berdasarakan tujuan dari diagnosa penurunan curah jantung

berhubungan dengan kontraktilitas adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan pada Ny.S dengan tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam, diharapkan kondisi

pasien pada penurunan curah jantung dapat teratasi dengan criteria hasil

tanda-tanda vital dalam batas normal, capillary refill < 2 detik.

Perencanaan yang dilakukan untuk mengatasi masalah

keperawatan pada Ny.S antara lain observasi nadi, kaji frekuensi irama

jantung untuk mengetahui terjadinya takikardia meskipun pada saat

istirahat dan mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel, catat

Page 61: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

51

bunyi jantung untuk mengetahui S1 dan S2 mungkin lemah karena

menurunnya kerja pompa. Irama gallop umum S3 dan S4 dihasil sebagai

aliran darah serambi yang distensi. Mur-mur dapat menunjukkan

inkompentensi atau stenosis katup, palpasi nadi perifer untuk mengetahui

penburunan curah jantung yang menunjukkan menurunnya nadi radial,

popliteal dorsalis, pedis posttibia. Observasi TD untuk mengetahui GJK

dini, sedang atau kronis tekanan darah meningkat. Beri tambahan oksigen

nasal kanul atau masker dan obat sesuai indikasi kolaboratif untuk

meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard dan melawan

efek iskemik.

Berdasarkan tujuan dari diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan

dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen adalah

setelah dilakukan tindakan keperawatan pada Ny.S dengan tujuan dan

kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali

24 jam, di harapkan intoleransi aktivitas pasien dapat teratasi dengan

kriteria hasil tanda-tanda vital dalam batas normal, pasien mampu

mendemonstrasikan aktivitas dan self care, keseimbangan antara aktivitas

dan istirahat, pasien dapat beraktivitas secara bertahap, pasien menyatakan

tidak sesak napas, berpatisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi

kebutuhan perawatan diri sendiri, mencapai peningkatan toleransi aktivitas

yang dapat diukur, dibuktikan dengan menurunnya kelemahan, kelelahan

dan tanda-tanda vital dalam batas normal selama aktivitas.

Page 62: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

52

Perencanaan yang dilakukan untuk mengatasi masalah

keperawatan pada Ny.S antara lain periksa tanda-tanda vital dan segera

setelah aktivitas untuk mengetahui potensi ortostatik dapat terjadi dengan

aktivitas karena efek obat (vasodilatasi), perpindahan cairan (diuretik) atau

pengaruh fungsi jantung. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas

cacat takikardi, distritmia, dispnea berkeringat dingin dan pucat untuk

mengetahui penurunan ketidakmampuan miokardium untuk mengetahui

meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan

peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga

peningkatan kelelahan dan kelemahan. Evaluasi peningkatan intoleran

aktivitas untuk dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung

daripada kelebihan aktivitas. Implementasi program rehabilitasi jantung

atau aktivitas (kolaborasi) untuk mengetahui peningkatan bertahap pada

aktivitas menghindari kerja jantung atau oksigen berlebihan, penguatan

dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress bila fungsi jantung tidak

dapat membaik kembali.

Berdasarkan tujuan dari diagnosa gangguan pola tidur

berhubungan dengan perubahan lingkungan dan hiperventilasi adalah

setelah dilakukan tindakan keperawatan pada Ny.S dengan tujuan dan

kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali

24 jam, diharapkan gangguan tidur pasien dapat teratasi dengan kriteria

hasil jumlah jam tidur ±6-8 jam per 24 jam, pasien mudah memulai tidur,

Page 63: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

53

tidak ada keluhan dan tidak sering terbangun, pasien bangun tidur badan

terasa segar.

Perencanaan yang dilakukan untuk mengatasi masalah

keperawatan pada Ny.S antara lain kaji ulang pola tidur pasien untuk

mengetahui kuantitas dan kualitas tidur pasien, identifikasi faktor

penyebab gangguan tidur untuk mengetahui penyebab terjadinya

perubahan pola tidur, ciptakan lingkungan tenang dan nyaman agar

memberikan suasana nyaman ketika pasien tidur, batasi jumlah

pengunjung agar pasien dapat tidur dengan kualitas tidur yang diinginkan.

E. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari senin tanggal 07

April 2014 yaitu pukul 08.35 WIB memonitor tanda-tanda vital pasien,

didapatkan data subyektif pasien mengatakan mau di cek dan kooperatif,

data obyektif takanan darah 130/80 mmHg, Suhu 37oC, frekuensi nadi 102

kali permenit, frekuensi pernafasan 26 kali permenit. Pukul 08.40 WIB

memberikan oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker

didapatkan data subyektif pasien mengatakan sesak napas. Data obyektif

pasien tampak menggunakan alat bantu napas, pasien diberikan O2

sebanyak 5 lpm.

Pada pukul 08.49 WIB memonitor frekuensi dan irama pernapasan

didapatkan data subyektif pasien masih sesak napas dan lemas. Data

obyektif pasien tampak lemah, RR 26 kali permenit, irama cepat, pasien

terlihat menggunakan alat bantu napas nasal kanul. Pada pukul 09.30 WIB

Page 64: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

54

mengajarkan teknik batuk efektif, didapatkan data subyektif pasien

mengatakan mau diajari teknik batuk efektif. Data obyektif pasien tampak

kooperatif dan mau diajarkan. Pukul 10.00 WIB menciptakan suasana

tenang dan nyaman dan menjelaskan kegunaan posisi tidur dengan sudut

45 derajat untuk meningkatkan kualitas tidur didapatkan data subyektif

pasien mengatakan lebih dapat menikmati istirahat. Data obyektif pasien

tampak rileks, pasien tampak memperhatikan apa yang dijelaskan perawat.

Pukul 11.00 WIB memberikan makanan sesuai diet rendah garam

yang diberikan didapatkan data subyektif pasien mengatakan mau makan

bubur yang diberikan. Data obyektif pasien mau makan bubur. Pukul

11.05 WIB menganjurkan pasien makan dalam keadaan hangat didapatkan

data subyektif pasien mengatakan mau makan dalam keadaan hangat. Data

obyektif pasien tampak mengikuti saran yang diberikan.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari selasa tanggal 08

April 2014 pukul 07.30 WIB memonitor tanda-tanda vital didapatkan data

subyektif pasien mengatakan mau di cek dan kooperatif. Data obyektif

tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 360C , frekuensi pernafasan 24 kali

permenit, frekuensi nadi 100 kali permenit. Pukul 08.00 WIB

mengaulkultasi bunyi jantung didapatkan data subyektif pasien

mengatakan masih lemas dan pasien bersedia di cek. Data obyektif bunyi

jantung pasien I-II regular, irama sinus.

Pukul 08.30 WIB menganjurkan pasien untuk melakukan teknik

batuk efektif didapatkan data subyektif pasien mengatakan masih ingat

Page 65: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

55

cara batuk efektif untuk menghilangkan atau mengurangi secret dan pasien

mau melakukannya. Data obyektif pasien tampak melakukannya. Pukul

09.00 WIB memberikan terapi oksigen didapatkan data subyektif pasien

mengatakan sudah sedikit dapat bernapas lega jika tidak terlalu banyak

aktivitas bergerak. Data obyektif pasien tampak lebih rileks. Pada pukul

10.00 WIB memposisikan pasien tidur pasien dengan sudut 45 derajat

didapatkan data subyektif pasien mengatakan merasa nyaman. Data

obyektif pasien tampak rileks.

Pukul 10.30 WIB memberikan makanan sesuai diet rendah garam

dan lemak didapatkan data subyektif pasien mengatakan makan bubur dan

roti. Data obyektif pasien tampak makan dengan lahap. Pukul 12.00 WIB

mengkaji tanda-tanda vital didapatkan data subyektif pasien mengatakan

mau di cek dan kooperatif. Data obyektif TD : 120/80 mmHg, Nadi 100

kali permenit, Suhu 36 0C, RR : 24 kali permenit, pasien tampak lebih

rileks. Pukul 12.15 WIB membatasi pengunjung dan menganjurkan pasien

untuk mengurangi jam tidur siang serta menjelaskan kembali pentingnya

posisi tidur dengan sudut 45 derajat untuk kualitas tidur didapatkan hasil

data subyektif pasien mengatakan bersedia. Data obyektif pasien tampak

memperhatikan, pasien dapat tidur pulas, pasien tampak segar saat bangun.

F. Evaluasi Keperawatan

Pada hari senin tanggal 07 April 2014 pukul 12.00 WIB didapatkan

hasil evaluasi sebagai berikut : subyektif pasien mengatakan masih terasa

sesak napas. Obyektif, frekuensi pernafasan 26 kali permenit, pasien

Page 66: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

56

tampak gelisah, pasien terlihat menggunakan otot bantu dada dan

terpasang nasal kanul O2 5 lpm. Analisa yang dapat diambil masalah

keperawatan pola napas tidak efektif belum teratasi. Intervensi dilanjutkan

kaji pernapasan pasien, ajarkan teknik batuk efektif. Pukul 12.10 WIB

didapatkan hasil evaluasi sebagai berikut : subyektif pasien mengatakan

masih sedikit pusing dan sesak napas. Obyektif, pasien tampak lemas, TD

130/80 mmHg, Nadi 102 kali permenit, RR 26 kali permenit. Analisa yang

dapat diambil masalah keperawatan penurunan curah jantung belum

teratasi. Intervensi dilanjutkan kaji tanda-tanda vital, pantau keadaan

umum pasien.

Pukul 13.00 WIB didapatkan hasil evaluasi sebagai berikut :

subyektif pasien mengatakan masih lemas dan masih memerlukan bantuan

dari keluarga. Obyektif, pasien tampak lemas, TD 130/80 mmHg, Nadi

102 kali permenit regular, RR 26 kali permenit, Suhu 370C. analisa yang

dapat diambil masalah keperawatan intoleransi aktivitas belum teratasi.

Intervensi dilanjutkan pantau aktivitas pasien, anjurkan pasien mengurangi

aktivitas dan lebih lebih beristirahat. Pukul 13.30 WIB didapatkan hasil

evaluasi sebagai berikut : subyektif pasien mengatakan tidurnya tidak

nyenyak dan masih terasa sesak napas. Obyektif, pasien tampak lemas,

jumlah tidur pasien ±5-6 jam tidur malam dan ±1-2 jam tidur siang, terihat

mata panda, pasien tampak suka menguap. Analisa yang dapat diambil

masalah keperawatan gangguan pola tidur belum teratasi. Intervensi

Page 67: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

57

dilanjutkan pantau kuaalitas dan kuantitas tidur pasien, batasi jumlah

pengunjung yang masuk keruangan, ciptakan suasana tenang dan nyaman.

Pada hari selasa tanggal 08 April 2014 pukul 12.00 WIB

didapatkan hasil evaluasi sebagai berikut : subyektif pasien mengatakan

sesak napas sudah mulai berkurang. Obyektif pasien tampak rileks, RR 24

kali permenit, pasien masih menggunakan atau terpasang nasal kanul O2 5

lpm, pasien menggunakan posisi tidur dengan sudut 45 derajat. Analisa

yang dapat diambil masalah keperawatan pola napas tidak efektif teratasi

sebagian. Intervensi dipertahankan ajarkan batuk efektif bila perlu, pantau

frekuensi dan irama pernapasan, pantau pemberian terapi O2, posisikan

pasien posisi nyaman dengan sudut 45 derajat. Pukul 12.15 WIB

didapatkan hasil evaluasi sebagai berikut : subyektif pasien mengatakan

masih sedikit pusing, obyektif pasien tampak lemas, TD 120/80 mmHg,

Nadi 100 kali permenit. Analisa yang dapat diambil masalah keperawatan

penurunan curah jantung teratasi sebagian. Intervensi dipertahankan

pantau keadaan umum pasien, pantau pemberian terapi O2, observasi

tanda-tanda vital.

Pukul 13.00 WIB didapatkan hasil evaluasi sebagai berikut :

subyektif pasien mengatakan badannya masih lemas dan masih butuh

bantuan aktivitas dari keluarga. Obyektif pasien terlihat masih

menggunakan alat bantu nasal kanul O2 5 lpm, pasien tampak lemas.

Analisa yang dapat diambil masalah keperawatan intoleransi aktivitas

teratasi sebagian. Intervensi dipertahankan pantau aktivitas pasien,

Page 68: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

58

anjurkan pasien mengurangi aktivitas yang berlebih, anjurkan pasien

istirahat selama penyembuhan. Pukul 13.30 WIB didapatkan hasil evaluasi

sebagai berikut : subyektif pasien mengatakan sudah sedikit bisa tidur

dengan nyenyak, badannya masih lemas. Obyektif pasien terlihat mata

panda, pasien tampak rileks, jumlah tidur pasien meningkat menjadi ±6-8

jam untuk tidur malam dan ±1-2 jam untuk tidur siang. Analisa yang dapat

diambil masalah keperawatan gangguan pola tidur teratasi sebagian.

Intervensi dipertahankan pantau kualitas dan kuantitas tidur pasien, batasi

jumlah pengunjung yang msuk ruangan, ciptakan suasana tenang dan

nyaman saat pasien tidur, anjurkan pasien menghidari tidur siang.

Page 69: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

59

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, penulis menuliskan asuhan keperawatan

pada bab III yaitu pada Ny.S dengan Congestive Heart Failure (CHF)

yang dilaksanakan selama 2 hari, mulai dari tanggal 07 April 2014 sampai

dengan 08 April 2014 di ruang Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit

Umum Daerah Sukoharjo. Pembahasan meliputi : pelaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien Ny.S dengan Congestive Heart Failure (CHF) di

ruang Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo

sesuai tahapan dalam proses keperawatan yang meliputi : pengkajian

diagnosa keperawatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta dilengkapi

pembahasan dokumentasi keperawatan.

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada pasien Ny.S pada tanggal 07 April

2014 dengan diagnosa medis Congestive Heart Failure (CHF).

Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan dimana jantung tidak

lagi mampu memompa darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme tubuh, walaupun darah balik masih normal (Sitompul dan

Sugeng, 2004).

Keluhan utama yang dirasakan Ny.S adalah sesak napas. Sesak

napas merupakan bagian dari sindrom dekompensasi yang

59

Page 70: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

60

manifestasinya dapat berupa takipneu (frekuensi napas lebih cepat dari

biasa), dispneu (bernapas harus dengan usaha), optopneu (kesukaran

posisi berbaring) (Rachman, 2004). Sesak napas yang dikeluhkan

pasien akhirnya mengakibatkan pasien kesulitan untuk tidur dengan

nyenyak, gangguan pola tidur adalah keadaan dimana individu

mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas

atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman

atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan (Wartono, 2006).

Hasil pengkajian riwayat kesehatan dahulu pada Ny.S

ditemukan adanya tekanan darah yang tinggi. Pasien tidak begitu

memahami masalah kesehatannya karena kurangnya infomasi dan

pendidikan mengenai tekanan darah tinggi atau hipeetensi. Hal tersebut

sesuai dengan hasil penelitian yang menyebutkan beberapa faktor yang

turut berperan dalam terjadinya penyakit Congestive Heart Failure

(CHF) antara lain : usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit keluarga

dengan penyakit jantung yang dikenal dengan non-modificated factors

serta merokok, diabetus melitus, hipertensi, obesitas dan juga stress

yang dikenal dengan modificated factors. Penelitian tersebut

menyebutkan bahwa hipertensi merupakan gangguan pada sistem

peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di

atas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg. Hipertensi dalam

bahasa inggrisnya adalah Hypertension, Hypertension berasal dari dua

kata yaitu Hyper yang berarti tinggi, dan Tension yang berarti tegangan.

Page 71: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

61

Hipertensi merupakan faktor resiko terbesar yang turut berkontribusi

terhadap penyakit Congestive Heart Failure (CHF). Hipertensi yang terjadi

secara terus-menerus akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada

organ-organ vital, misalnya jantung. Hyperplasia medial (penebalan) arteriol-

arteriol akan terjadi akibat pembuluh harus menahan tekanan yang tinggi

secara terus-menerus. Penebalan membuat perfusi jaringan jadi terganggu

sehingga supali oksigen berkurang, menimbulkan pasien sesak napas dan

keadaan iskemik serta merunah metabolisme sel menjadi anaerob. Hal ini

menimbulkan penumpukkan asam laktat yang merangsang ujung-ujung saraf

pada area iskemik sehingga timbul rasa nyeri (Udjianti, 2010).

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan

respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang

perawat mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya. Alasan

untuk merumuskan diagnosa keperawatan setelah menganalisis data

pengkajian adalah untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang

melibatkan klien dan keluarganya dan untuk memberikan arah asuahan

keperawatan (Potter and Perry, 2005). Diagnosa keperawatan yang

muncul pada pasien Ny.S yaitu tiga diagnosa keperawatan yang sesuai

dengan pendapat Doengoes (2002).

Diagnosa keperawatan utama yang diangkat oleh penulis dalam

pengelolaan kasus Ny.S adalah pola napas tidak efektif berhubungan

dengan hiperventilasi. Menurut NANDA (2009-2011) pola nafas tidak

efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi

Page 72: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

62

adekuat. Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian tanda dan

gejala pada Ny.S yaitu pasien mengatakan sesak napas. Dalam

pemeriksaan RR 26 kali permenit (Normal 18 sampai 24 kali permenit),

pasien tampak lemas, dan terpasang O2 5 lpm.

Diagnosa keperawatan kedua yang diangkat oleh penulis adalah

penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas. Menurut

NANDA (2009-2011) penurunan curah jantung artinya

ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi

kebutuhan metabolik tubuh. Penurunan curah jantung terjadi karena

penurunan kontraktilitas mengacu pada perubahan kontraksi yang

terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang

serabut jantung dan kadar kalsium. Diagnosa ini muncul karena pada

saat pengkajian kepada pasien Ny.S, penulis mendapatkan data-data

yang menunjang untuk ditegakkannya diagnosa penurunan curah

jantung, antara lain ditemukan data pada Ny.S sebagai berikut : Ny.S

pasien mengatakan jika aktivitas mudah lelah, aktivitas dibantu

keluarga dan masih memerlukan bantuan keluarga sampai bisa

beraktivitas mandiri.

Diagnosa keperawatan ketiga yang diangkat oleh penulis adalah

intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai

oksigen. Menurut NANDA (2009-2011) intoleransi aktivitas adalah

ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan

atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau

Page 73: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

63

yang ingin dilakukan. Diagnosa ini muncul berdasarkan keluhan pasien

yang mengatakan aktivitasnya terbatas dan penulis mendapatkan data

sesuai dengan pendapat Doengoes (2002).

Diagnosa keperawatan ketiga yang diangkat oleh penulis adalah

gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan dan

hiperventilasi. Menurut NANDA (2009-2011) gangguan pola tidur

adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor

eksternal dari perubahan lingkungan dan eksternal dari sesak napas.

Gangguan tidur merupakan keadaan dimana individu mengalami atau

berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola

istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau menggangu

gaya hidup yang diinginkan (Wartonah, T, 2006). Diagnosa ini muncul

berdasarkan keluhan pasien yang mengatakan susah tidur dan sering

terbangun karena sesak napas dan perubahan lingkungan dengan data

obyektif jumlah tidur ±5-6 jam, pasien terlihat mata panda atau cekung,

pasien tampak lesu.

C. Intervensi Keperawatan

Perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan

menggunakan sistematika SMART, Spesifik adalah tujuan harus

spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda. Measureable adalah tujuan

dapat diukur, Acepptance adalah tujuan harus dapat dicapai, rasional

adalah tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan dan Time adalah

batasan waktu atau tujuan keperawatan (Dermawan, 2012).

Page 74: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

64

Tahap perencanaan adalah penentuan prioritas masalah. Dalam

penentuan prioritas, penulis menentukan berdasarkan teori Muttaqin

(2009) dan masalah yang mengancam jiwa pasien diprioritaskan

terlebih dahulu. Penentuan prioritas dilakukan karena tidak semua

masalah dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Perencanaan pada

masing-masing diagnosa untuk tujuan disesuaikan dengan teori yang

ada, dan lebih banyak melihat dari kondisi pasien, keadaan

tempat/ruangan dan sumber daya dari tim kesehatan. Pada penentuan

kriteria waktu, penulis juga menetapkan berdasarkan kondisi pasien,

ruangan sehingga penulis berharap tujuan yang sudah disusun dan telah

ditetapkan dapat tercapai.

Perencanaan pada pasien Ny.S dengan Congestive Heart Failure

(CHF) pada diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

hiperventilasi berdasarkan tujuan adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola napas dapat efektif

dengan kriteria hasil pasien mengatakan sesak napas berkurang, tanda-

tanda vital dalam batas normal terutama RR : 16 sampai 24 kali

permenit, pasien menyatakan tidak sesak napas, irama teratur, wajah

rileks. Adapun dalam teori batasan karakteristik pada gangguan pola

napas tidak efektif adalah napas dalam, perubahan gerakan dada, napas

cuping hidung, penggunaan otot-otot bantu untuk bernapas (Wiley dan

Blacwell, 2009).

Page 75: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

65

Terdapat kesenjangan dengan prinsip dalam penentuan kriteria

hasil dan waktu pencapaian. Menurut teori sesuai dengan Muttaqin

(2009) kriteria hasil gangguan pola napas tidak efektif berkurang

menjadi RR 18 sampai 24 kali permenit. Sedangkan penentuan waktu

pencapaian selama 2 hari mungkin terlalu singkat untuk dicapai Ny.S,

mengingat sesak napas mungkin tidak akan adekuat secara mandiri

dalam kurun waktu tersebut. Penyusunan intervensi dalam kasus ini

tidak sepenuhnya sesuai dengan teori, namun disesuaikan dengan

kebutuhan dan keadaan pasien.

Intervensi yang pertama pada diagnosa gangguan pola napas

berhubungan dengan hiperventilasi yaitu mengkaji ulang pernapasan

pasien dengan cara pengukuran tanda-tanda vital. Pemeriksaan tanda-

tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan

sistem tubuh. Tanda vital meliputi tekanan darah, denyut nadi, suhu,

frekuensi pernapasan (Hidayat dan Uliyan, 2005). Intenvensi

selanjutnya pada diagnosa gangguan pola napas berhubungan dengan

hiperventilasi yang dilakukan penulis adalah berikan teknik sudut posisi

tidur 45 derajat. Dalam teori menurut Melanie (2014) dibuktikan bahwa

pemberian teknik tersebut memberikan perubahan yang optimal,

dimana dapat menurunkan frekuensi sesak napas yang diakibatkan dari

gagalnya otot jantung memompa darah. Pemberian teknik sudut posisi

tidur 45 derajat sekaligus dapat memperbaiki kuantitas dan kualitas

Page 76: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

66

tidur pasien. Perawat dapat menggunakan teknik sudut posisi tidur 45

derajat diberbagai situasi klinik.

Intervensi selanjutnya untuk diagnosa gangguan pola napas

berhubungan dengan hiperventilasi yang diberikan penulis adalah

pemberian analgesic. Dalam teori menurut Andarmoyo (2013)

dibuktikan dengan pemberian analgesic merupakan metode yang paling

umum untuk mengatasi nyeri. Walaupun analgesic dapat

menghilangkan nyeri dengan efektif, perawatan dan dokter masih

cenderung tidak melakukan upaya analgesic dalam penanganan nyeri

karena informasi obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran

pasien akan mengalami ketagihan obat, cemas akan melakukan

kesalahan dalam menggunakan analgesic narkotik dan pemberian obat

kurang dari yang diresepkan. Adapun jenis analgesic yang diberikan

kepada Ny.S adalah analgesic non narkotik yaitu antalgin. Dalam teori

dijelaskan pada analgetik non narkotik ini umumnya menghilangkan

nyeri ringan dan sedang, seperti nyeri yang terkait dengan artritis

reumatoid, prosedur pengobatan gigi, dan prosedur bedah minor,

episiotomi, dan masalah pada punggung bagian bawah (Andarmoyo,

2013).

Intervensi untuk diagnosa penurunan curah jantung

berhubungan dengan kontraktilitas, berdasarkan tujuan adalah setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan

penurunan curah jantung teratasi. Dengan kriteria hasil tanda-tanda vital

Page 77: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

67

dalam batas normal, capillary refill < 2 detik. Intervensi yang penulis

lakukan yang pertama adalah monitor frekuensi jantung, monitor TTV,

monitor status nutrisi dan lakukan kolaborasi pemberian obat untuk

mempertahankan kontraktilitas jantung. Dari perencanaan tersebut, ada

satu perencanaan yang tidak bisa penulis tuliskan yaitu monitor

frekuensi jantung karena keterbatasan waktu penulis dan pasien

dianjurkan harus banyak istirahat dan tidak banyak bicara.

Intervensi untuk diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan

dengan kekurangan suplai dan kebutuhan oksigen berdasarkan tujuan

adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

diharapkan intoleransi aktivitas dapat teratasi. Dengan kriteria hasil

pasien mampu mendemonstrasikan aktivitas dan self care, pasien dapat

beraktivitas secara bertahap, pasien menyatakan tidak sesak napas,

pasien berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan. Intervensi yang

penulis lakukan yang pertama kali adalah kaji tanda vital setelah

beraktivitas. Dalam teori ini dibuktikan menurut Perry dan Potter

(2006) apabila saat pasien melakukan aktivitas maka sirkulasi akan

terjadi perubahan kontraktilitas yang mempengaruhi tanda vital

sehingga dibutuhkan adanya pemeriksaan tanda vital untuk memantau

keadaan jantung ketika beraktivitas.

Intervensi selanjutnya untuk diagnosa intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kurangnya suplai dan kebutuhan oksigen yang

dilakukan penulis adalah faktor kelelahan. Hal ini dibuktikan dalam

Page 78: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

68

teori Perry dan Potter (2006) dimana kelelahan merupakan kegiatan

yang memfosir tenaga secara terus menerus tanpa diimbangi dengan

istirahat yang cukup. Observasi faktor kelelahan menjadi salah satu

tindakan yang penting dimana dapat mengetahui penyebabnya.

Intervensi untuk gangguan pola tidur berhubungan dengan

perubahan lingkungan. Berdasarkan tujuan adalah setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan gangguan pola tidur

pasien dapat teratasi. Dengan kriteria hasil kuantitas dan kualitas tidur

pasien meningkat sesuai yang diinginkan. Intervensi yang pertama

observasi adanya faktor penyebab terjadinya gangguan tidur. Dalam

teori menurut Perry dan Potter (2006) dibuktikan untuk mengatasi

faktor penyebab yang dapat mengganggu pola tidur harus dilakukan

observasi subyektif secara berkelanjutan sangat dibutuhkan karena

mengingat sangat penting.

Intevensi selanjutnya untuk diagnosa gangguan pola tidur

berhubungan dengan perubahan lingkungan yaitu observasi ulang

jumlah dan kualitas tidur pasien. Dalam teori menurut Perry dan Potter

(2006) dapat dibuktikan bahwa dengan adanya intervensi ini dapat

mengukur perubahan pola tidur sesuai dengan harapan atau tidak

selama pengobatan. Intervensi selanjutnya untuk diagnosa gangguan

pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan yaitu ciptakan

lingkungan yang nyaman dan tenang serta batasi pengunjung dan

menjelaskan pentingnya sudut posisi tidur 45 derajat untuk kualitas

Page 79: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

69

tidur. Dalam teori Melanie (2014) dapat dibuktikan bahwa

menggunakan teknik sudut posisi tidur 45 derajat dapat meningkatkan

kualitas tidur dan lebih efektif terlebih untuk pasien dengan Congestive

Heart Failure (CHF).

Teknik pemberian teknik sudut posisi tidur 45 derajat

terhadap kualitas tidur memberikan pengaruh membantu

mempertahankan curah jantung sehingga sesak napas berkurang yang

pada akhirnya akan mengomptimalkan kualitas tidur pasien (Julie, 2005

dalam jurnal Melanie, 2014).

D. Implementasi Keperawatan

Menurut Kusyati, dkk., (2006) menjelaskan mengenai prosedur

pelaksanaan pemberian teknik sudut posisi tidur 45 derajat dengan

meminta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan,

kemudian, menaikkan kepala tempat tidur 450-90

0 sesuai kebutuhan.

Fowler rendah atau semi fowler (150-45

0), fowler tinggi 90

0 dan

letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada

celah disana. Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah

terjadinya fleksi lumbal. Kemudian letakkan bantal kecil dibawah

kepala klien. Bantal akan menyangga kurva servikal dari kolumna

vertebra. Sebagai alternative, kepala kien dapat diletakkan di atas kasur

tanpa bantal. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai

tumit. Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel,

kemudian letakkan trochanter roll (gulungan handuk) disamping

Page 80: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

70

masing-masing paha. Mencegah eksternal dari pinggul. Topang telapak

kaki klien dengan menggunakan bantalan kaki. Mencegah fleksi

plantar. Letakkan bantal untuk menompang kedua lengan dan tangan,

jika klien memiliki kelemahan pada kedua tangan tersebut.

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan,

kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan

untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan

keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter and Perry, 2006).

Dalam implementasi ini penulis memberikan posisi tidur 45

derajat untuk mengatasi gangguan pola tidur pada pasien, pemberian

teknik sudut posisi tidur 45 derajat terhadap kualitas tidur sesuai hasil

riset yang terdapat dalam jurnal. Posisi tidur fowler merupakan posisi

dengan meninggikan kepala dan tubuh 45 sampai 65 derajat diatas

tempat tidur. Posisi ini biasanya diterapkan pada pasien yang

mengalami sesak napas, sulit bernapas dan juga pasien dengan masalah

jantung (Sigalingging, 2010).

Menurut Julie (2005) dalam jurnal Melanie (2014) teknik

pemberian teknik sudut posisi tidur 45 derajat terhadap kualitas tidur

membantu mempertahankan curah jantung sehingga sesak napas

berkurang yang pada akhirnya akan mengoptimalkan kualitas tidur

pasien. Teknik pemberian posisi tidur dilakukan saat pasien merasakan

sesak napas dan masalah jantung karena bertujuan melonggarkan

saluran pernapasan, sehingga udara di alveoli mampu mengabsorbsi

Page 81: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

71

oksigen dan mengakibatkan tekanan darah sistolik berkurang secara

nyata dan memberikan kenyaman pada pasien dan membantu kualitas

tidur pasien (Sigalingging, 2010).

Menurut Yi, dkk., (2006) dalam jurnal Indrawati (2012) kualitas

tidur mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Kualitas tidur diukur menggunakan pengukuran kualitas tidur. Menurut

Hermawati, dkk. (2010) dalam jurnal Indrawati (2012) pengukuran

kualitas tidur dapat berupa kuesioner maupun sleep diary, nocturnal

polysomnography, dan multiple sleep latency test. Sleep diary berupa

pencatatan aktivitas tidur sehari-hari, waktu ketika tertidur, aktivitas

yang dilakukan dalam 10 menit setelah terbangun, dan makanan,

minuman serta medikasi yang dikonsumsi. Pengukuran terhadap

kualitas tidur telah dilakukan oleh beberapa peneliti Yi, dkk. (2006)

dalam jurnal Indrawati (2012) dengan melakukan pengukuran kualitas

tidur yang disebut dengan Sleep Quality Scale (SQS).

Buysee, dkk. (1989) dalam jurnal Indrawati (2012) juga

melakukan penelitian tentang pengukuran kualitas tidur. Buysee

menggunakan instrumen pengukuran kualitas tidur yang disebut The

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI adalah instrumen efektif

yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan pola tidur pada

orang dewasa. PSQI dikembangkan untuk mengukur dan membedakan

individu dengan kualitas tidur yang baik dan kualitas tidur yang buruk.

Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan

Page 82: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

72

beberapa dimensi yang seluruhnya dapat tercangkup dalam PSQI.

Dimensi tersebut antara lain kualitas tidur subyektif, sleep latensi,

durasi tidur, gangguan tidur, efisiensi kebiasaan tidur, penggunaan obat

tidur, dan disfungsi tidur pada siang hari. Demensi tersebut dinilai

dalam bentuk pertanyaan dan memiliki bobot penilaian masing-masing

sesuai dengan standar baku. PSQI terdiri dari 9 pertanyaan yang diberi

nilai dan dijawab oleh individu itu sendiri dan 1 pertanyaan dijawab

oleh pasangan tidur atau teman tidur.

Penentuan kualitas tidur yang baik atau buruk dilakukan dengan

mengukur tujuh area yaitu kualitas tidur subyektif, sleep latensi, durasi

tidur, gangguan tidur, efisiensi kebiasaan tidur, penggunaan obat tidur,

dan disfungsi tidur pada siang hari. Lima pertanyaan untuk pasangan

tidur merupakan pilihan ganda untuk mengetahui gangguan tidur yang

dialami. Semua pertanyaan singkat dan mudah dimengerti oleh orang

dewasa. Validitas penelitian dari PSQI sudah teruji. Instrumen ini

menghasilkan 7 skor yang sesuai dengan domain atau area yang

disebutkan sebelumnya. Tiap domain nilainya berkisar antara 0 (tidak

ada masalah) sampai 3 (masalah berat). Nilai tiap komponen kemudian

dijumlahkan menjadi skor global antara 0 sampai 21. Skor global >5

dianggap memiliki gangguan tidur yang signifikan. PSQI memiliki

konsistensi internal dan koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) 0,83

untuk tujuh komponen tersebut.

Page 83: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

73

Keterbatasan penulis yang dirasakan berkaitan dengan

pengelolaan kasus adalah dimana dari segi pengumpulan data, tidak

terkajinya penilaian dan kuesioner PSQI pada pasien karena waktu yang

singkat. Namun demikian penulis berusaha semaksimal mungkin

menampilkan dan memaparkan dari pengertian tentang PSQI dan

contoh kuesioner PSQI.

Berdasarkan pengelolaan kasus, pada hari senin tanggal 07 April

2014 pukul 08.00 WIB mengajarkan serta menganjurkan teknik sudut

pemberian posisi tidur 45 derajat. Penulis mengajarkan teknik

pemberian sudut posisi tidur 45 derajat pada Ny.S sebanyak dua kali.

Data subyektif pasien mengatakan bersedia diajarkan. Data obyektif

pasien tampak meminta bantuan perawat untuk menaikkan posisi kepala

45 derajat. Setelah dilakukan pemberian sudut posisi tidur 45 derajat

selama 2 kali diharapkan tekanan darah Ny.S yang semula 130/80

mmHg menurun menjadi 120/80 mmHg dan pasien mendapatkan

kualitas tidur yang diharapkan.

Pada tahap pelaksanaan ini, pada dasarnya disesuaikan dengan

susunan perencanaan bermaksud agar semua kebutuhan pasien dapat

terpenuhi secara optimal. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini,

penulis melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain sehingga

dapat bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien. Dalam pelaksanaan penulis juga melakukan tindakan secara

mandiri, melakukan kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainya.

Page 84: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

74

Faktor pendukung pasien, keluarga dan tim kesehatan lain mudah untuk

dilakukan kerjasama. Dalam hal hubungan baik antara pasien, keluarga

dan tim kesehatan lain mempermudah untuk penyembuhan pasien.

E. Evaluasi Keperawatan

Pada evaluasi penulis mengukur tindakan yang telah

dilaksanakan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Evaluasi disesuaikan

dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan dan waktu yang telah

ditentukan pada tujuan keperawatan. Evaluasi adalah tindakan

intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan

keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan

pelaksanaannya (Muttaqin, 2009).

Pada evaluasi ini penulis juga membahas hasil evaluasi untuk

implementasi dari pemberian posisi tidur terhadap kualitas tidur bahwa

sudut posisi tidur 45 derajat berpengaruh dan menghasilkan kualitas

tidur yang lebih baik pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) di

ruang Intensive Care Unit (ICU) di RSUD Sukoharjo.

Berdasarkan evaluasi dari implementasi yang telah dilaksanakan

oleh penulis bisa dituliskan bahwa hasil aplikasi riset tentang teknik

pemberian sudut posisi tidur 45 derajat menunjukkan hasil yang sesuai

dengan hasil dari riset dalam jurnal teknik pemberian sudut posisi tidur

45 derajat terhadap kualitas tidur pada pasien Congestive Heart Failure

(CHF) jika berbeda yang disampaikan alasan dari keterbatasan penulis

termasuk waktu pengelolaan yang tidak lama, tidak sesuai dengan

Page 85: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

75

waktu yang ada dalam penelitian oleh Melanie (2014) tersebut. Ketika

hasil sama berarti bisa menjadi pendukung dari hasil penelitian tersebut.

Evaluasi terakhir dilakukan pada hari selasa tanggal 08 April

2014 pukul 09.00 WIB data subyektif sesak napas sudah mulai

berkurang, data obyektif pasien tampak rileks, RR 24 kali permenit,

pasien masih menggunakan atau terpasang nasal kanul O2 5 lpm, pasien

menggunakan sudut posisi tidur 45 derajat. Hasil analisa, masalah pola

nafas tidak efektif teratasi sebagian karena kriteria hasil dalam tujuan

ada yang belum tercapai yaitu pola napas pasien belum adekuat secara

mandiri dan masih memerlukan bantuan napas melalui nasal kanul O2 5

lpm. Intervensi dilanjutkan yaitu ajarkan batuk efektif bila perlu, pantau

frekuensi dan irama pernapasan, pantau pemberian terapi O2 5 lpm,

posisikan pasien dengan sudut posisi tidur nyaman 45 derajat.

Evaluasi untuk diagnose keperawatan kedua, yaitu diperoleh

data subyektif pasien mengatakan masih sedikit pusing, data obyektif

pasien tampak lemas, TD 120/80 mmHg, Nadi 100 kali permenit. Hasil

analisa, masalah penurunan curah jantung teratasi sebagian karena

kriteria hasil dalam tujuan ada yang belum tercapai yaitu akral pasien

masih dingin. Intervensi dilanjutkan yaitu pantau keadaan umum

pasien, pantau pemberian terapi O2 5 lpm, observasi tanda-tanda vital,

beri sudut posisi tidur pasien tetap 45 derajat.

Evaluasi untuk diagnose keperawatan ketiga, yaitu diperoleh

data subyektif pasien mengatakan badannya masih lemas dan masih

Page 86: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

76

butuh bantuan aktivitas dari keluarga dan orang lain, data obyektif

pasien terlihat masih menggunakan alat bantu nasal kanul O2 5 lpm,

pasien tampak lemas. Hasil analisa, masalah intolerasi aktivitas teratasi

sebagian karena kriteria hasil dalam tujuan ada yang belum tercapai

yaitu aktivitas pasien masih dalam pantauan dan belum bisa beraktivitas

secara mandiri, masih memerlukan bedrest untuk masa pemulihan.

Intervensi dilanjutkan yaitu pantau aktivitas pasien, anjurkan pasien

mengurangi aktivitas yang berlebih, anjurkan pasien istirahat selama

penyembuhan, ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

Evaluasi untuk diagnose keperawatan keempat, yaitu diperoleh

data subyektif pasien mengatakan sudah mulai tidur dan bisa nyenyak

daripada hari-hari sebelumnya, data obyektif pasien tampak rileks dan

lihat segar setelah bangun tidur, jumlah tidur menunjukkan peningkatan

±6-8 jam, mata panda pasien berangsur berkurang tidak terlihat. Hasil

analisa, masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian karena kriteria

hasil dalam tujuan ada yang belum tercapai yaitu aktivitas tindakan

keperawatan yang masih dilakukan untuk pasien sehingga tidur pasien

sedikit terganggu. Intervensi dilanjutkan yaitu pantau ulang kualitas dan

jumlah tidur pasien, ciptakan suasana tenang dan nyaman, anjurkan

pasien mengurangi tidur siang yang berlebih, batasi kunjungan

pengunjung yang masuk ruangan dan pantau pemberian posisi tidur

sudut 45 derajat.

Page 87: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

77

F. Dokumentasi

Penulis melaksanakan asuhan keperawatan dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan pada pasien Ny.S dalam

studi kasus ini penulis telah mendokumentasikan secara lengkap mulai

dari pengkajian, diagnosa keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi

lembar catatan perkembangan yang ada pada status pasien dengan

format yang telah disediakan dari akademik menggunakan model

“SOAP” pada setiap pergantian shift yang berfungsi untuk komunikasi

dengan perawat lainnya. Pendokumentasian dilaksanakan selama proses

keperawatan pada pasien yaitu 2 kali 24 jam pada shift pagi, siang, dan

malam.

Page 88: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Pada pengkajian Ny.S mengeluh sesak napas RR 26 kali

permenit. Hasil pengkajian pemeriksaan fisik pada Ny.S didapatkan

data untuk tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg,

nadi 102 kali permenit, pernapasan 26 kali permenit, suhu 370C. Ny.S

juga sedikit gelisah akan penyakitnya karena banyak merepotkan

keluarga dan orang lain, pasien mengatakan selama ini jika sakit hanya

diobati seadanya dengan obat warung setelah itu istirahat. Data hasil

pengkajian dan observasi penulis, pasien tampak gelisah, akral dingin,

dan tampak lemas.

Hasil pengkajian selanjutnya didapatkan hasil pasien badannya

lemas, akral dingin dan tidak mampu beraktivitas mandiri, tidur pasien

terganggu karena perubahan lingkungan dan proses penyakit. Data hasil

pengkajian dan observasi penulis, pasien tampak lemas, aktivitas pasien

dibantu keluarga dan orang lain, selama dirawat pasien belum buang air

besar, pasien tampak dipasang kateter dan nasal kanul O2 5 lpm untuk

bantu napas, dan pasien tampak lesu.

78

Page 89: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

79

2. Diagnosa Keperawatan

Prioritas diagnosa keperawatan utama yaitu pola napas tidak

efektif berhubungan dengan hiperventilasi, sedangkan diagnosa

keperawatan yang mendukung saat dilakukan pengkajian adalah

penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas, gagal

pompa ventrikel, curah jantung (COP). Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen serta gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan

lingkungan dan sesak napas.

3. Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan yang disusun untuk diagnosa gangguan

pola napas intervensinya yaitu kaji pola napas secara komprehensif,

observasi non verbal dari ketidaknyamanan, kurangi faktor presipitasi

penyebab sesak napas, kaji tanda-tanda vital terutama respiratory rate,

ajarkan tentang pemberian teknik sudut posisi tidur 45 derajat dan

kolaborasi dengan dokter pemberian terapi oksigen 5 lpm. Pada

diagnosa penurunan curah jantung intervensinya yaitu kaji irama

jantung, catat bunyi jantung, palpasi nadi perifer, anjurkan pasien selalu

dalam kondisi tidur dengan sudut posisi tidur 45 derajat. Pada diagnosa

berikutnya intoleransi aktivitas intervensinya yaitu bantu pasien

mendemonstrasikan aktivitas dan self care, ajarkan memenuhi

kebutuhan perawatan diri sendiri, observasi tanda-tanda vital. Pada

diagnosa terakhir intervensinya yaitu kaji ulang jumlah tidur dan

Page 90: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

80

kualitas tidur pasien, identifikasi penyebab gangguan tidur, ciptakan

suasana tenang dan nyaman serta batasi jumlah pengunjung yang masuk

ruangan, jelaskan manfaat keguunaan sudut posisi tidur 45 derajat untuk

kualitas tidur.

4. Implementasi Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan Ny.S dengan Congestive Heart

Failure (CHF) di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum

Daerah Sukoharjo telah sesuai dengan intervensi yang dibuat penulis.

Penulis menekankan penggunaan teknik pemberian posisi tidur dengan

sudut 45 derajat yang diyakini mampu mengatasi kualitas tidur pada

pasien Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung.

5. Evaluasi Keperawatan

Tindakan yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode SOAP

(Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning).

Evaluasi terakhir dilakukan pada hari selasa tanggal 08 April

2014 pukul 09.00 WIB data subyektif sesak napas sudah mulai

berkurang, data obyektif pasien tampak rileks, RR 24 kali permenit,

pasien masih menggunakan atau terpasang nasal kanul O2 5 lpm, pasien

menggunakan sudut posisi tidur 45 derajat. Hasil analisa, masalah pola

nafas tidak efektif teratasi sebagian. Intervensi dilanjutkan yaitu ajarkan

batuk efektif bila perlu, pantau frekuensi dan irama pernapasan, pantau

pemberian terapi O2 5 lpm, posisikan pasien dengan sudut posisi tidur

nyaman 45 derajat.

Page 91: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

81

Evaluasi untuk diagnose keperawatan kedua, yaitu diperoleh

data subyektif pasien mengatakan masih sedikit pusing, data obyektif

pasien tampak lemas, TD 120/80 mmHg, Nadi 100 kali permenit. Hasil

analisa, masalah penurunan curah jantung teratasi sebagian karena

kriteria hasil dalam tujuan ada yang belum tercapai yaitu akral pasien

masih dingin. Intervensi dilanjutkan yaitu pantau keadaan umum

pasien, pantau pemberian terapi O2 5 lpm, observasi tanda-tanda vital.

Evaluasi untuk diagnose keperawatan ketiga, yaitu diperoleh

data subyektif pasien mengatakan badannya masih lemas dan masih

butuh bantuan aktivitas dari keluarga dan orang lain, data obyektif

pasien terlihat masih menggunakan alat bantu nasal kanul O2 5 lpm,

pasien tampak lemas. Hasil analisa, masalah intolerasi aktivitas teratasi

sebagian. Intervensi dilanjutkan yaitu pantau aktivitas pasien, anjurkan

pasien mengurangi aktivitas yang berlebih, anjurkan pasien istirahat

selama penyembuhan, ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

Evaluasi untuk diagnose keperawatan keempat, yaitu diperoleh

data subyektif pasien mengatakan sudah bisa mulai tidur dengan

nyenyak karena sesak napas sudah berkurang, data obyektif pasien

tampak rileks dan segar setelah bangun tidur, jumlah tidur pasien ±6-8

jam, pasien sudah tidak terlalu terganggu dan perubahan lingkungan,

RR 24 kali permenit, tidur pasien tampak pulas. Hasil analisa, masalah

gangguan pola tidur teratasi sebagian. Intervensi dilanjutkan yaitu

pantau dan kaji ulang jumlah tidur dan kualitas tidur pasien,

Page 92: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

82

pertahankan suasana tenang dan nyaman serta batasi pengunjung masuk

ruangan, jelaskan kegunaan sudut posisi tidur 45 derajat untuk kualitas

tidur.

Berdasarkan evaluasi dari implementasi yang telah dilaksanakan

oleh penulis bisa dituliskan bahwa hasil aplikasi riset tentang teknik

pemberian posisi tidur dengan sudut 45 derajat menunjukkan hasil yang

lebih baik dan berpengaruh efektif meningkatkan kualitas tidur daripada

dengan posisi tidur sudut 30 derajat pada pasien Congestive Heart

Failure (CHF) di ruang Intensive Care Unit (ICU) di RSUD Sukoharjo.

6. Hasil Analisa

Hasil analisa pada kasus Ny.S dengan Congestive Heart Failure

(CHF) data subyektif pasien mengatakan sesak napas dengan ditemukan

data obyektif respiratory rate 26 kali permenit. Selanjutnya gangguan

tidur pasien ditemukan data subyektif pasien mengatakan susah tidur

karena situasi lingkungan rumah sakit dan sesak napas yang masih

dirasakan, data obyektif mata pasien tampak cekung, pasien sering

menguap. Maka daripada itu Ny.S diberikan teknik pemberian sudut

posisi tidur 45 derajat selama 2 kali. Dimana didapatkan data Ny.S

sebelum diberikan tindakan pemberian teknik sudut posisi tidur 45

derajat Ny.S mengalami sesak napas sehingga mengakibatkan gangguan

pola tidur dan setelah diberikan terapi teknik pemberian sudut posisi

tidur 45 derajat selama 2 hari pengelolaan dengan waktu ±10 menit

diawal jam awal shift dan hasilnya sesak napas berkurang menjadi 24

Page 93: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

83

kali permenit dan kualitas tidur pasien teratasi. Dimana sesak napas

Ny.S disebabkan karena kekurangan suplai oksigen karena adanya

gangguan kontraktilitas jantung.

B. Saran

1. Bagi Pendidikan

Hasil aplikasi riset ini diharapkan dapat meningkatkan mutu

pelayanan pendidikan yang berkualitas dan profesional, sehingga dapat

terciptanya perawat profesional, terampil, inovatif dan bermutu yang

mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh

berdasarkan kode etik keperawatan.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan yang

mampu dikembangkan untuk memberikan pelayanan kepada pasien

dengan Congestive Heart Failure (CHF) yang lebih berkualitas dengan

mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Salah satunya teknik

pemberian sudut posisi tidur 45 derajat terhadap kualitas tidur pada

pasien Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung.

3. Bagi Rumah Sakit.

Hasil aplikasi riset penelitian ini diharapkan rumah sakit

mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif melalui

terapi nonfarmakologi dan teknik pemberian sudut posisi tidur 45

Page 94: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

84

derajat pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal

jantung khususnya.

Page 95: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

85

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H A. 2006. “Pengantar KDM dan Proses Keperawatan”.

Salemba Medika. Jakarta.

Andarmoyo, S. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar-ruzz

Media. Yogyakarta.

Ardiansyah, M. 2012.”Medikal bedah Untuk Mahasiswa”. Diva Press.

Yogyakarta.

Bare, S S. (2002). “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth”. EGC. Jakarta.

Bilotta, K. 2009. “Kapita Selekta Penyakit : Dengan Implikasi

Keperawatan Edisi 2”. EGC. Jakarta.

Brashers, V. 2007. “Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan &

Manajemen Edisi 2”. EGC. Jakarta.

Brunner & Suddarth. 2002. “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

volume 1”. EGC. Jakarta.

Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2.

EGC. Jakarta.

Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan

Kerangka Kerja. Gosyen Publishing. Yogyakarta.

Doenges, M E. 2000. “Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien”. EGC.

Jakarta.

Sitompul dan Sugeng. 2002. “Buku Ajar Kardiologi”. Gaya Baru. Jakarta.

Hidayat dan Uliyan. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. EGC. Jakarta.

Page 96: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

86

Indrawati, N. 2012. “Perbandingan Kualitas Tidur Mahasiwa yang

Mengikuti UKM dan Tidak Mengikuti UKM Pada Mahasiswa

Reguler FIK UI”. http//lontar.ui.ac.id.Perbanding-Kualitas.pdf.

(diakses pada tanggal 20 Mei 2014 pada pukul 15.45 WIB).

Melanie, R. 2014. “Analisis Pengaruh Sudut Posisi Tidur terhadap

Kualitas Tidur dan Tanda Vital Pada Pasien Gagal Jantung Di

Ruang Rawat Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”

.http://stikesayani.ac.id/publikasi/e-journal/.../201208-008.pdf.

(diakses pada tanggal 07 April 2014 pada pukul 21.00 WIB).

Potter and Perry. 2005. “Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,

Proses dan Praktik. Volume 1. Edisi 4”. EGC. Jakarta.

Kasron. 2012. “Buku Ajar : Gangguan Sistem Kardiovaskuler”. Nuha

Medika. Yogyakarta

Kusyati, E, dkk. 2004. “Ketrampilan dan Prosedur Laboraturium

Keperawatan Dasar”. EGC. Jakarta

Muttaqin, A. 2009. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi”. Salemba

Medika. Jakarta.

NANDA. 2005. “Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006”.

Prima Medika. Jakarta.

NANDA. 2010. “Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-

2011”. EGC. Jakarta.

Rachman. 2002. “Buku Ajar Kardiologi”. Gaya Baru. Jakarta.

Setiadi. 2012. “Konsep Penulisan Dokumentasi Keperawatan”. Graha

Ilmu. Yogjakarta.

Page 97: PEMBERIAN SUDUT POSISI TIDUR 45 DERAJAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/14/01-gdl-juanggayuh... · usia tua adalah karena hipertensi. ... gangguan kebutuhan istirahat

87

Sudarta, I W. 2013. “Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskuler”. Gosyen Publishing. Yogjakarta.

Saputra, L. 2008. “Intisari Ilmu Penyakit Dalam”. Karisma. Tangerang.

Sigalingging, G. 2010. “Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar

Manusia”. EGC. Jakarta.

Udjianti, W J. 2010. “Keperawatan Kardiovaskuler”. Salemba Medika.

Jakarta.

Wartonah, T. 2006. “KDM dan Proses keperawatan,Edisi 3”. Salemba

Medika. Jakarta.

Wiley dan Blacwell. 2009. “Nursing Diagnoses : Definition &

Classification 2009-2011, NANDA”. Markono Print Media Pte Ltd.

Singapura.