pemberian pakan pelet dengan sumber protein … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120...
TRANSCRIPT
CYNTIA AGUSTIN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN
BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN
SIDAT Anguilla bicolor bicolor STADIA YELLOW EEL
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberian Pakan
Pelet dengan Sumber Protein Berbeda terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat
Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Cyntia Agustin
NIM C14100012
4
ABSTRAK
CYNTIA AGUSTIN. Pemberian Pakan Pelet dengan Sumber Protein Berbeda
Terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow
Eel. Dibimbing oleh NUR BAMBANG PRIYO UTOMO dan RIDWAN
AFFANDI.
Permasalahan utama pada budidaya ikan sidat adalah pertumbuhan lambat
dan konversi pakan yang relatif tinggi. Aspek pakan merupakan salah satu aspek
utama yang mempengaruhi kinerja pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan informasi sumber protein utama yang paling baik diantara tepung
rebon, tepung ikan impor, atau kombinasi rebon, ikan impor dan lokal dalam
bentuk pelet untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat stadia yellow eel.
Sumber protein utama yang digunakan untuk pembuatan pakan uji pada penelitian
ini adalah tepung rebon, tepung ikan impor, tepung kombinasi antara tepung rebon,
tepung ikan impor, dan tepung ikan lokal sedangkan pakan komersial digunakan
sebagai pakan kontrol. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 8 buah akuarium
berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan
berukuran 100,99 ± 0,88 gram/ekor. Parameter uji meliputi kelangsungan hidup,
laju pertumbuhan harian, konversi pakan dan fisika kimia air. Berdasarkan hasil
skoring parameter pengamatan secara keseluruhan, pakan dengan sumber protein
utama tepung ikan impor merupakan perlakuan yang paling baik untuk
meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat stadia yellow eel dengan
menggunakan pakan pelet. Oleh karena itu tepung ikan impor dapat dijadikan
sebagai sumber protein utama dalam pembuatan pakan ikan sidat dikarenakan
memiliki komposisi nutrisi yang paling baik dan sesuai dengan kebutuhan ikan
sidat.
Kata kunci: Ikan sidat, sumber protein, pakan pelet, kinerja pertumbuhan
ABSTRACT
CYNTIA AGUSTIN. Feeding Pellets With Different Protein Sources On Growth
Performance Of Eels Anguilla bicolor bicolor Stage Yellow Eel. Supervised by
NUR BAMBANG PRIYO UTOMO and RIDWAN AFFANDI.
The main problems found in Indonesian shortfin eel production were slow
growth rate and relatively high feed conversion ratio. Feed is one of main aspects
which directly affects growth rate. The purpose of the recent study was to find out
the best main protein source for Indonesian shortfin eel feed in form of pellets
between shrimp meal, imported fish meal, or combination between shrimp meal,
imported fish meal and local fish meal to improve the growth rate of Indonesian
shortfin eel at yellow eel stage. Main protein sources used for feed production in
the recent study were shrimp meal, imported fish meal, and combination of shrimp
meal, imported fish meal and local fish meal. Commercial feed were also used as
control. Research was performed using 8 units of aquarium with dimension of
90x50x40 cm3 with total water volume of 120 liters. The average weight of eels
used in the recent study was 100,99 ± 0,88 gram/eel. Observed parameters in the
recent study consisted of survival rate, daily growth rate, feed conversion ratio, and
water quality parameters (water physics and chemistry). Based on overall observed
parameters scoring, feed with main protein source of imported fish meal were the
best treatment in the recent study to improve growth rate of Indonesian shortfin eel
at yellow eel stage using feed in form of pellets. Therefore, imported fish meal
could be utilized as main protein source in Indonesian shortfin eel feed production
because it was estimated to contain the most compatible nutrient composition with
the growth requirements of Indonesian shortfin eel.
Keywords : eel, protein source, pellet, growth performance
6
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN
BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN
SIDAT Anguilla bicolor bicolor STADIA YELLOW EEL
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
CYNTIA AGUSTIN
8
Judul Skripsi : Pemberian Pakan Pelet dengan Sumber Protein Berbeda
terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor
bicolor Stadia Yellow eel
Nama : Cyntia Agustin
NIM : C14100012
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Disetujui oleh
Dr. Ir. Nur Bambang Priyo Utomo, M.Si.
Pembimbing I
Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA.
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Sukenda, M.Sc.
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
10
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September hingga
Desember 2013 yang berlokasi di CV.Widya Mandiri Cibanteng ini adalah pakan
ikan sidat, dengan judul Pemberian Pakan Pelet dengan Sumber Protein Berbeda
terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow
Eel.
Terima kasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada:
1. Ayahanda Sumartono, Ibunda Sugiarti, Kaka Marina Febriyanti, Adik Agung
Nugroho dan Niken Ayu Susanti atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.
2. Bapak Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo MSi selaku pembimbing I dan Bapak
Dr Ridwan Affandi DEA selaku pembimbing II yang telah banyak memberi
bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Ir Tatag Budiardi MSi, Ibu Hangesti, pegawai di CV Widya Mandiri,
Bapak Wasjan dan Mba Retno di Laboratorium Nutrisi Ikan, Kang Yoshi di
Pabrik pakan Budi Daya Perairan, dan Kang Abe di Laboratorium Lingkungan
atas bantuannya selama pelaksanaan penelitian.
4. Retno Cahya Mukti, Eko Harianto, Sufal Diansyah, Amalia Safitri, Elvani Nur
Ilmiah, Sahesti Fitria, dan Siti Nuraidah yang telah memberikan banyak bantuan
dan kerja sama.
5. Teman-teman BDP angkatan 47, serta pihak lain atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014
Cyntia Agustin
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xii
PENDAHULUAN............................................................................................ 1
Latar Belakang.............................................................................................. 1
Tujuan Penelitian.......................................................................................... 2
METODE.......................................................................................................... 2
Rancangan Penelitian.................................................................................... 2
Prosedur Penelitian....................................................................................... 2
Persiapan wadah dan media................................................................... 2
Pembuatan pakan uji.............................................................................. 3
Persiapan ikan uji.................................................................................. 3
Pemeliharaan ikan................................................................................. 4
Parameter pengamatan.................................................................................. 5
Kelangsungan hidup.............................................................................. 5
Pertumbuhan.......................................................................................... 5
Tingkat konsumsi pakan........................................................................ 5
Konversi pakan..................................................................................... 5
Retensi protein...................................................................................... 5
Retensi lemak........................................................................................ 6
Retensi energi........................................................................................ 6
Analisis Data................................................................................................. 6
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................ 7
Hasil.............................................................................................................. 7
Pembahasan................................................................................................... 8
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................ 12
Kesimpulan................................................................................................... 12
Saran.............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12
LAMPIRAN..................................................................................................... 15
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... 22
DAFTAR TABEL
1 Komposisi bahan baku pakan uji................................................................. 3
2 Target komposisi kimiawi pakan uji............................................................ 3
3 Kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, konversi pakan, tingkat
konsumsi pakan, retensi protein, retensi lemak, retensi energi ikan sidat
dan total skoring........................................................................................... 7
4 Fisika kimia air pada sistem pemeliharaan ikan sidat yang diberi pakan
uji selama 40 hari......................................................................................... 8
12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Skema sistem resirkulasi dan tata letak wadah pemeliharaan ikan sidat..... 14
2 Prosedur analisis proksimat......................................................................... 15
3 Hasil analisis proksimat bahan baku pakan (% bobot kering)..................... 17
4 Hasil analisis proksimat pakan (% bobot kering)........................................ 18
5 Hasil analisis proksimat tubuh ikan (% bobot kering)................................. 18
6 Hasil sampling bobot rata-rata ikan sidat..................................................... 18
7 Hasil pengukuran fisika kimia air................................................................ 18
8 Skor masing-masing parameter uji.............................................................. 19
9 Hasil skoring parameter uji.......................................................................... 20
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Ikan sidat Anguilla bicolor bicolor merupakan salah satu komoditas
perikanan ekspor yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Harga ikan sidat ukuran
konsumsi mencapai Rp 185.000-200.000,00/kilogram (KKP 2013). Beberapa
negara seperti Jepang, China, Taiwan, Jerman, dan Italia merupakan konsumen ikan
sidat sehingga potensi ikan sidat sebagai komoditas ekspor sangat tinggi (Affandi
2005). Indonesia juga memiliki potensi sumberdaya ikan sidat yang tinggi dengan
sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan yang bermuara ke perairan laut
dalam. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya ikan sidat di Indonesia mulai
berkembang baik secara ekstensif maupun secara intensif (Sutrisno 2008).
Permasalahan utama dalam budidaya ikan sidat antara lain pertumbuhan
lambat dan konversi pakan yang tinggi (Handoyo 2012). Aspek pakan merupakan
aspek utama yang paling mempengaruhi kinerja pertumbuhan. Kualitas nutrien
yang terkandung di dalam pakan memiliki peranan yang penting dalam
meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan. Efisiensi pakan dapat terjadi apabila
kualitas dan kuantitas nutrien di dalam pakan sesuai dan seimbang untuk kebutuhan
ikan. Menurut Mahi (2000) kualitas nutrien pakan meliputi kandungan protein,
lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Protein merupakan komponen nutrien
penyusun tubuh yang juga digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai
aktivitas tubuh ikan. Kualitas dan kuantitas protein yang cukup dalam pakan akan
diubah menjadi protein tubuh secara efisien yang selanjutnya akan mempengaruhi
pertumbuhan ikan (NRC 1993).
Kebutuhan protein bagi ikan dapat diperoleh dari tumbuhan (nabati) dan
hewan (hewani). Ikan sidat termasuk ke dalam jenis ikan karnivora yang
membutuhkan protein sekitar 45-55% dengan sumber protein hewani yang
memiliki asam amino lengkap (Djajasewaka 2002). Bahan baku yang biasa
digunakan sebagai sumber protein hewani adalah tepung ikan dan tepung darah
(Afrianto dan Liviawaty 2005). Sumber protein yang digunakan pada pembuatan
pakan uji diantaranya adalah tepung rebon, tepung ikan impor, dan tepung ikan
lokal. Ketiga jenis tepung yang digunakan memiliki potensi yang tinggi sebagai
sumber protein utama dikarenakan kandungan proteinnya yang tinggi dan
ketersediaannya yang cukup. Namun pengaruh penggunaan sumber protein berbeda
tersebut perlu dibandingkan untuk memperoleh kinerja pertumbuhan ikan yang
paling baik.
Pada kegiatan budidaya sidat pakan yang digunakan dapat berbentuk pelet.
Penggunaan pelet ini bertujuan untuk memudahkan proses penyimpanan dan
pemberian pakan, di samping itu untuk mencegah terjadinya peluruhan nutrisi yang
terkandung di dalam pakan karena pakan pelet memiliki struktur yang kompak.
Faktor penentu dalam penelitian protein pakan ikan adalah mendapatkan komposisi
nutrien yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan optimum ikan agar kinerja
pertumbuhan dapat meningkat. Kebutuhan nutrisi ini dapat dipenuhi dengan
penyusunan dan pengaturan komposisi pakan yang baik. Berdasarkan pemahaman
mengenai pentingnya peranan protein terhadap pertumbuhan ikan sidat, maka
dilakukan penelitian ini untuk mendapatkan informasi mengenai sumber protein
2
alternatif yang dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat stadia yellow eel
dan pakan yang digunakan adalah berbentuk pelet.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi sumber protein utama
yang paling baik diantara tepung rebon, tepung ikan impor, atau kombinasi rebon,
ikan impor dan lokal dalam bentuk pelet untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan
ikan sidat stadia yellow eel.
METODE
Rancangan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan dan dua ulangan. Perlakuan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Perlakuan A :pakan ikan dengan menggunakan pakan komersial (kontrol)
2. Perlakuan B :pakan ikan dengan sumber protein utama tepung rebon
3. Perlakuan C :pakan ikan dengan sumber protein utama tepung ikan impor
4. Perlakuan D :pakan ikan dengan sumber protein kombinasi antara tepung rebon,
tepung ikan impor, dan tepung ikan lokal
Prosedur Penelitian
Persiapan Wadah dan Media
Persiapan penelitian diawali dengan persiapan komponen akuarium dengan
sekat untuk sistem resirkulasi. Akuarium, tandon dan seluruh peralatan
pemeliharaan ikan serta komponen filter (zeolit, karbon aktif, batu karang jahe,
kapas filter dan bioball) dicuci dengan menggunakan air hingga bersih dan
dikeringkan. Sementara itu untuk peralatan seperti seser, ember, dan baskom
didesinfeksi dengan menggunakan kalium permanganat pada dosis 25 mg/L dan
selanjutnya dikeringkan. Setelah komponen akuarium siap digunakan, dilakukan
pemasangan komponen filter yang berfungsi sebagai filter fisik, kimia dan biologi
pada tandon dan ruang filter yang telah tersedia pada setiap akuarium. Air dari
akuarium pemeliharaan masuk ke dalam filter melalui pipa serapan pada sistem
resirkulasi yang dialirkan secara gravitasi. Air yang telah melewati filter akan
mengalir ke dalam sekat penampungan air. Selanjutnya, air tersebut dipompa dan
dialirkan ke dalam akuarium pemeliharaan melalui pipa inlet. Kemudian diberikan
aerasi dan shelter berupa pipa PVC dengan diameter 2 inci dan panjang ± 25 cm
untuk masing-masing akuarium (Lampiran 1). Setelah itu dilakukan pengisian air
ke dalam akuarium dengan ketinggian 30 cm untuk mencapai volume 120 liter. Air
dalam akuarium diendapkan terlebih dahulu selama 3 hari dengan kondisi sistem
resirkulasi aktif. Kemudian stabilisasi media dilakukan dengan penambahan garam
pada dosis 3 g/L.
3
Pembuatan Pakan Uji
Pakan uji pada penelitian ini berupa pakan buatan yang berbentuk pelet
yang dibuat dengan menggunakan sumber protein utama berbeda. Sebelum pakan
uji dibuat, dilakukan analisis proksimat terlebih dahulu terhadap bahan baku yang
akan digunakan. Hasil analisis proksimat tersebut dijadikan acuan untuk
menentukan formulasi pakan yang akan digunakan untuk penelitian (Lampiran 3).
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pakan uji diantaranya adalah tepung
ikan lokal, tepung ikan impor, tepung udang rebon, tepung bungkil kedelai, tepung
terigu, minyak ikan, minyak jagung, minyak kelapa, premix, binder CMC (Carboxy
Metyl Celoluse), dan tepung cumi sebagai atraktan. Pakan dibuat sesuai dengan
komposisi yang telah ditentukan, lalu ditimbang sesuai formulasi, dan dicampur
menggunakan mixer dengan adanya penambahan air sebanyak 20% dari total bobot
pakan. Setelah itu pakan dimasukkan ke dalam mesin pelleting untuk dicetak.
Selanjutnya pakan dimasukkan ke dalam oven selama ± 4 jam. Pakan yang telah
dibuat kemudian dianalisis proksimat (Lampiran 4) untuk mengetahui kandungan
nutriennya. Komposisi bahan baku pakan uji disajikan pada Tabel 1. Target
komposisi kimiawi pakan uji disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1 Komposisi bahan baku pakan uji
Bahan Baku Pakan B
(Tepung rebon)
Pakan C
(Tepung ikan impor)
Pakan D
(Tepung kombinasi)
Tepung rebon (%) 55 7 28
Tepung terigu (%) 8 13 4
Bungkil Kedelai (%) 10 11 4
Tepung Ikan Lokal (%) 7 11 28
Minyak ikan (%) 1 1 1
Minyak jagung (%) 0,5 0,5 0,5
Minyak kelapa (%) 0,5 0,5 0,5
Premix (%) 3 3 3
Tepung Ikan Impor (%) 12 50 28
Tepung Cumi (%) 2 2 2
CMC (%) 1 1 1
Total (%) 100 100 100
Tabel 2 Target komposisi kimiawi pakan uji
Komposisi Kimiawi (%)
Perlakuan Pakan
A
(Komersial)
B
(Tepung
rebon)
C
(Tepung ikan
impor)
D
(Tepung
kombinasi)
Protein 45,95 46,07 46,15 45,64
Lemak 8,46 6,46 4,81 7,10
Serat kasar 1,31 2,30 2,47 2,91
Abu 11,95 20,96 12,76 25,99
BETN 25,26 23,21 17,61 10,36
Persiapan Ikan Uji
Sebelum ikan uji ditransportasikan, dilakukan grading terlebih dahulu untuk
menyeragamkan bobot. Setelah itu dilakukan packing ikan ke dalam plastik yang
berisi 1/3 air dan 2/3 oksigen dari volume plastik. Ukuran plastik packing yang
digunakan adalah 60 cm x 40 cm yang diisi dengan air sebanyak 2 liter dan ikan 2
kg per kantong plastik. Ikan sidat ditransportasikan dari farm di daerah Gadog ke
daerah Cibanteng sekitar 2 jam. Setelah itu ikan dimasukkan ke dalam akuarium
4
pengadaptasian yang telah disediakan untuk aklimatisasi terhadap suhu dan kondisi
air yang baru. Ikan uji diaklimatisasi terlebih dahulu agar kondisinya stabil dan
dapat merespons pakan yang diberikan. Setelah itu ikan uji dipuasakan selama 24
jam untuk menghilangkan pengaruh sisa pakan.
Pemeliharaan Ikan
Penebaran Ikan
Setelah akuarium pemeliharaan selesai distabilisasi dan ikan uji telah
diaklimatisasi, maka dilakukan penebaran ikan uji. Penebaran ikan dilakukan pada
waktu pagi hari. Kepadatan ikan yang ditebar adalah 5 ekor untuk masing-masing
akuarium yang telah diposisikan secara acak, dengan bobot rata-rata ikan awal
100,99 ± 0,88 gram. Setelah itu waring dan penjepit waring dipasangkan sebagai
penutup untuk setiap unit akuarium penelitian.
Pemberian Pakan
Pemberian pakan dilakukan dengan metode restricted yakni pada feeding
rate (FR) sebesar 3% dan frekuensi pemberian pakan sebanyak empat kali sehari
yaitu sekitar pukul 07.00, 12.00, 16.00 dan 21.00 WIB. Proporsi jumlah pakan
untuk setiap kali pemberian pakan yang diberikan yaitu 25% dari jumlah pakan per
hari. Teknis pemberian pakan dilakukan dengan cara ruangan penelitian digelapkan
dan menggunakan headlamp sebagai sumber cahaya.
Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan pengambilan sisa pakan dan
kotoran setiap 30 menit sebelum waktu pemberian pakan, pergantian air sebanyak
20% per hari dari volume media pemeliharaan yaitu pada pagi dan sore hari
(masing-masing 10%), pencucian komponen filter setiap lima hari sekali serta
sistem resirkulasi yang dioperasikan secara kontinyu.
Pengumpulan Data
Pemeliharaan dilakukan selama 40 hari. Selama masa pemeliharaan
dilakukan analisis parameter kualitas air, sampling, dan analisis proksimat tubuh
ikan. Pengukuran parameter suhu dan pH dilakukan pada waktu pagi dan sore hari.
Sedangkan untuk parameter dissolved oxygen (DO), total amonia nitrogen (TAN),
dan alkalinitas dilakukan pada awal, tengah, dan akhir pemeliharaan (Lampiran 7).
Sampling dilakukan setiap 10 hari sekali untuk mengukur pertumbuhan bobot
(Lampiran 6), jumlah ikan yang hidup, dan penyesuaian terhadap jumlah pakan
yang diberikan. Analisis proksimat tubuh ikan dilakukan pada awal dan akhir
pemeliharaan (Lampiran 5), meliputi pengukuran protein, lemak, kadar abu, serat
kasar, dan kadar air. Analisis proksimat ini dilakukan dengan metode AOAC
(1984) dalam Takeuchi (1988) (Lampiran 2).
Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati selama penelitian meliputi kelangsungan hidup, laju
pertumbuhan harian, tingkat konsumsi pakan, konversi pakan, retensi protein,
retensi lemak dan retensi energi.
5
Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup ikan uji diamati setiap hari hingga akhir
pemeliharaan. Perhitungan kelangsungan hidup dihitung berdasarkan persamaan
Effendie (2004):
Keterangan: KH = Kelangsungan hidup ikan
Nt = Jumlah individu ikan uji pada t percobaan (ekor)
No = Jumlah individu ikan uji pada awal percobaan (ekor)
Pertumbuhan Untuk mengetahui laju pertumbuhan harian, bobot ikan ditimbang pada
awal dan akhir pemeliharaan. Laju pertumbuhan harian ikan uji dihitung dengan
menggunakan rumus Huissman (1987):
Keterangan : α = Laju pertumbuhan harian (%)
= Bobot rata-rata individu pada waktu t percobaan (g)
= Bobot rata-rata individu pada waktu awal percobaan (g)
n = Waktu percobaan (hari)
Tingkat Konsumsi Pakan
Tingkat konsumsi pakan ikan uji diukur dengan cara menimbang jumlah
pakan yang dimakan oleh ikan uji selama penelitian. Rumus dari tingkat konsumsi
pakan adalah sebagai berikut:
TKP (gram pakan/gram ikan/hari) =
Konversi Pakan
Konversi pakan didefinisikan sebagai peningkatan berat basah daging per
unit berat pakan kering. Konversi pakan dianalisis berdasarkan rumus Takeuchi
(1988) :
Retensi Protein
Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang diberikan,
yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan serta dimanfaatkan tubuh
untuk metabolisme harian (Halver 1989). Nilai retensi protein dihitung berdasarkan
persamaan yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988):
KH (%) =
100
KP = F
[(Bt + Bd) – B0]
Keterangan : Bt = Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (gram)
B0 = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan(gram)
Bd = Biomassa ikan yang mati selama pemeliharaan (gram)
F = Jumlah pakan yang diberikan (gram)
6
Keterangan : RP = Retensi protein (%)
Pt = Bobot protein tubuh pada waktu t (g)
Po = Bobot protein tubuh awal (g)
Pp = Bobot protein pakan (g)
Retensi Lemak
Retensi lemak merupakan gambaran dari banyaknya lemak yang diberikan,
yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan serta dimanfaatkan tubuh
untuk metabolisme harian (Halver 1989). Nilai retensi lemak dihitung berdasarkan
persamaan yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988):
Keterangan : RL = Retensi lemak (%)
Lt = Bobot lemak tubuh pada waktu t (g)
Lo = Bobot lemak tubuh awal (g)
Lp = Bobot lemak pakan (g)
Retensi Energi
Retensi energi merupakan gambaran dari banyaknya energi yang diberikan,
yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan serta dimanfaatkan tubuh
untuk metabolisme harian. Rumus dari retensi energi adalah sebagai berikut:
Keterangan : RE = Retensi energi (%)
Et = Bobot energi tubuh ikan pada waktu t (g)
Eo = Bobot energi tubuh ikan awal (g)
Ep = Bobot energi pakan (g)
Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif eksploratif. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan menggunakan metode skoring. Prinsip dari metode
skoring adalah mengidentifikasi parameter-parameter yang diamati dalam suatu
penelitian dengan cara memberikan skor terhadap berbagai kriteria dan indikator
yang digunakan dalam penilaian. Setelah skor untuk setiap parameter diperoleh,
selanjutnya dilakukan teknik pembobotan (persentase) untuk masing-masing
parameter. Skor dan bobot dengan nilai tertinggi dapat dijadikan indikator
parameter dengan nilai terbaik. Nilai skoring untuk setiap parameter uji disajikan
pada Lampiran 8 dan hasil skoring disajikan pada Lampiran 9.
RP (%) = (Pt - P0)
Pp
RL (%) = (Lt - L0)
Lp
RE (%) = (Et - E0)
Ep
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Data hasil pengukuran dari kinerja pertumbuhan ikan sidat Anguilla bicolor
bicolor selama masa pemeliharaan 40 hari yang meliputi tingkat kelangsungan
hidup, laju pertumbuhan harian, konversi pakan, tingkat konsumsi pakan, retensi
protein dan lemak untuk masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan harian (LPH), konversi
pakan (KP), tingkat konsumsi pakan (TKP), retensi protein (RP), retensi
lemak (RL), retensi energi (RE) ikan sidat dan total skoring
Parameter
Perlakuan
A (pakan
komersial)
B (tepung
rebon)
C (tepung ikan
impor)
D (tepung
kombinasi)
KH (%) 90,00±14,14 100,00±0,00
60,00±28,28
90,00±14,14
LPH (%) 0,71±0,06 0,67±0,11
0,74±0,00
0,50±0,07
KP 3,33±0,25 2,98±0,38
3,55±0,92
3,94±0,6
TKP (g pakan/g ikan/hari) 0,023±0,001 0,021±0,001
0,021±0,003 0,020±0,001
RP (%) 51,11 52,76 66,47 44,50
RL (%) 476,14 383,60 349,57 309,03
RE (%) 83,79 70,77 68,76 64,53
Total Skoring 410 410 430 200
Berdasarkan tabel 2 diketahui secara umum perlakuan pakan komersial,
tepung rebon, tepung ikan impor dan tepung kombinasi menunjukkan hasil yang
berbeda. Kelangsungan hidup tertinggi diperoleh dari pakan tepung rebon
sedangkan nilai terendah diperoleh dari pakan tepung ikan impor. Laju
pertumbuhan harian tertinggi diperoleh dari pakan tepung ikan impor sedangkan
nilai terendah diperoleh dari tepung kombinasi. Nilai laju pertumbuhan harian ini
seiring dengan nilai retensi protein yang dihasilkan. Retensi protein tertinggi
diperoleh dari tepung ikan impor sedangkan nilai terendah diperoleh dari pakan
tepung kombinasi. Sementara itu tingginya nilai retensi lemak tidak seiring dengan
peningkatan laju pertumbuhan. Retensi lemak dan retensi energi tertinggi diperoleh
dari pakan komersial sedangkan nilai terendah diperoleh dari pakan tepung
kombinasi. Nilai retensi lemak dan energi ini seiring dengan tingkat konsumsi
pakan ikan. Tingkat konsumsi pakan tertinggi diperoleh dari pakan komersial
sedangkan terendah diperoleh dari tepung kombinasi.
Pertumbuhan bobot rata-rata ikan sidat selama 40 hari masa pemeliharaan
mengalami kenaikan untuk perlakuan pakan komersial, tepung rebon, tepung ikan
impor serta tepung kombinasi rebon, ikan impor dan ikan lokal. Berdasarkan
Gambar 1 dapat diketahui bahwa peningkatan tertinggi bobot rata-rata individu ikan
sidat selama masa pemeliharaan diperoleh dari pakan tepung ikan impor.
Sedangkan pada ikan sidat yang diberi pakan kombinasi menunjukkan perubahan
bobot rata-rata individu yang paling rendah dibandingkan perlakuan lainnya.
8
Gambar 1 Perubahan bobot rata-rata ikan sidat pada perlakuan (♦) pakan komersial,
(■) tepung rebon (▲) tepung ikan impor, dan (x) tepung kombinasi
selama pemeliharaan
Selama 40 hari pemeliharaan ikan sidat dilakukan pengukuran fisika kimia
air meliputi parameter suhu, derajat keasaman (pH), dissolved oxygen (DO),
amonia dan alkalinitas. Kondisi fisika kimia air selama penelitian disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4 Fisika kimia air pada sistem pemeliharaan ikan sidat yang diberi pakan uji
selama 40 hari
Parameter Satuan
Perlakuan
Kisaran
optimum A (pakan
komersial)
B (tepung
rebon
C (tepung
ikan
impor)
D (tepung
kombinasi)
Suhu ºC 27,0-31,0 27,0-31,0 26,8-31,0 26,8-30,2 25,0-30,0a
pH unit 6,5-7,8 6,4-7,7 6,5-7,8 6,5-7,7 6,0-8,0b
DO mg/L 5,1-7,4 4,6-5,7 4,4-5,1 4,9-7,4 >3,0c
Amonia mg/L <0,0056 <0,0215 <0,0148 <0,0071 <0,1000d
Alkalinitas mg/L 104-168 56-168 112-168 112-168 20-300e
a : Hasbullah (2006) ;
b Ritonga (2014);
cHuet (1975);
d Yamagata dan Niwa (1982);
eBoyd (1988)
Kondisi fisika kimia air selama pemeliharaan menunjukkan masih berada
pada kisaran optimum untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan sidat.
Pembahasan
Hasil pengamatan terhadap tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan
harian dan konversi pakan menunjukkan hasil yang berbeda untuk setiap perlakuan
pakan yang diberikan. Berdasarkan hasil penelitian Altun et al (2005) untuk ikan
sidat stadia yellow eel memiliki tingkat kelangsungan hidup terbaik sebesar 92,6%.
Sementara itu tingkat kelangsungan hidup untuk masing-masing perlakuan berkisar
antara 60-100%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini lebih rendah
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
110,00
120,00
130,00
140,00
0 10 20 30 40
Bo
bo
t (g
ram
)
Waktu pemeliharaan (hari)
9
khususnya perlakuan tepung ikan impor, sedangkan untuk perlakuan tepung rebon
menunjukkan kelangsungan hidup yang lebih baik yakni 100%. Pertumbuhan dan
tingkat kelangsungan hidup merupakan proses biologis yang komplek dimana
banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah faktor luar dan faktor dalam.
Faktor luar diantaranya adalah lingkungan dan makanan (Ricker 1975 dalam
Sasono 2001).
Kondisi lingkungan pemeliharaan yang optimum tentunya akan menunjang
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Alkalinitas merupakan gambaran
kapasitas air untuk menetralkan asam yang berperan sebagai penyangga perairan
terhadap pH, koagulasi dan pelunakan air (Effendie 2003). Nilai alkalinitas yang
dihasilkan selama pemeliharaan berkisar antara 56-168 mg/L dengan nilai pH 6,4-
7,8. Hal ini sesuai dengan pemaparan Boyd (1988) yang menyatakan bahwa
alkalinitas yang baik berada pada kisaran 30-500 mg/L dan hasil penelitian Ritonga
(2014) yang menunjukkan bahwa pH optimum untuk ikan sidat adalah 6,0-8,0.
Nilai alkalinitas dan pH ini dapat mempengaruhi proses osmoregulasi dalam tubuh
ikan. Nilai amonia selama masa pemeliharaan kurang dari 0,0215 mg/L. Menurut
Yamagata dan Niwa (1982) ikan sidat mampu bertahan hidup pada kondisi amonia
yang kurang dari 0,1 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi amonia media
pemeliharaan masih berada pada batas toleransinya sehingga amonia tidak
terakumulasi di dalam darah dan eksresi amonia tidak terhambat. Menurut Boyd
(1988) akumulasi amonia di dalam darah dapat mengakibatkan transportasi oksigen
menjadi berkurang. Hal ini dikarenakan keberadaan amonia dapat menurunkan
kemampuan hemoglobin dalam mengangkut oksigen.
Kisaran oksigen terlarut selama pemeliharaan yaitu 4,4-7,4 mg/L. Hal ini
sesuai dengan penelitian Huet (1975) yang menunjukkan bahwa ikan sidat dapat
bertahan hidup dan tumbuh dengan baik pada oksigen terlarut lebih dari 3,0 mg/L.
Secara umum, ikan sidat lebih tahan terhadap konsentrasi oksigen yang rendah. Hal
ini dikarenakan organ pernapasan ikan sidat terdiri atas insang dan kulit sehingga
ikan sidat memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara
(Tesch 1977). Suhu merupakan parameter fisika air yang dapat mempengaruhi
proses fisiologis organisme akuatik. Kisaran suhu pada saat pemeliharaan yaitu
26,8-31,0oC. Menurut penelitian Hasbullah (1996) suhu optimum untuk
pertumbuhan ikan sidat adalah 25-30oC. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
suhu media pemeliharaan cukup menunjang kelangsungan hidup ikan sidat. Secara
keseluruhan parameter fisika kimia air masih berada pada kisaran optimum untuk
kelangsungan hidup ikan sidat (Lampiran 8). Hal ini diduga karena sistem
resirkulasi berjalan dengan cukup baik, disertai pengelolaan pergantian air dan
pengambilan kotoran ikan secara rutin dalam meminimalisasi terakumulasinya
bahan organik pada media pemeliharaan.
Pakan perlakuan yang diberikan memiliki kandungan protein yang cukup
tinggi sebesar 45,98±0,23%. Oleh karena itu kematian ikan sidat dapat dikatakan
tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pakan. Kematian ikan sidat pada saat
pemeliharaan berlangsung, dicirikan dengan terdapatnya luka bekas gigitan yang
memerah dan diselimuti oleh selaput tipis menyerupai jamur. Hal ini diduga terjadi
akibat kualitas benih ikan yang sulit dikontrol sehingga terjadinya infeksi fungi
eksternal. Berdasarkan hasil penelitian Tesch (1977) penyakit ini biasa disebut
sebagai penyakit sidat Saprolegnia parasitica yang terjadi akibat adanya bekas luka
dan merupakan infeksi sekunder.
10
Efisiensi penggunaan pakan dalam kegiatan budidaya ikan dapat dilihat dari
tinggi rendahnya nilai konversi pakan. Hasil pengamatan terhadap nilai konversi
pakan (Tabel 2) menunjukkan hasil yang berbeda utnuk masing-masing perlakuan.
Berdasarkan hasil penelitian Altun et al (2005) untuk ikan sidat stadia yellow eel
memiliki nilai konversi pakan terbaik sebesar 3,76. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil penelitian ini sudah cukup baik. Effendie (2004) menjelaskan bahwa konversi
pakan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah spesies meliputi
kebiasaan makan dan stadia ikan, kualitas air serta kualitas dan kuantitas pakan.
Jika dilihat dari tingkat konsumsi pakan pada ikan sidat, perlakuan pakan komersial
menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini
diduga karena jenis atraktan yang digunakan dalam pakan komersial lebih baik
sehingga ketertarikan ikan terhadap pakan lebih tinggi. Sesuai dengan pemaparan
Irawan (2013) yang menyatakan bahwa jumlah konsumsi pakan dipengaruhi oleh
adanya atraktan yang dapat mempengaruhi palabilitas ikan terhadap pakan. Pakan
dengan atraktan yang sesuai akan mudah dikenali oleh ikan sidat sehingga dapat
meningkatkan jumlah konsumsi pakan yang masuk ke dalam tubuh ikan sebagai
faktor penunjang pertumbuhan. Hal ini dikarenakan ikan sidat memiliki penglihatan
yang kurang baik, namun memiliki organ penciuman yang sensitif (Rovara 2007).
Sementara itu konversi pakan terendah diperoleh dari pakan tepung rebon.
Sutrisno (2008) memaparkan bahwa konversi pakan berhubungan dengan tingkat
efisiensi ikan dalam memanfaatkan pakan yang dikonsumsi. Rendahnya nilai
konversi pakan ini mengindikasikan penggunaan energi oleh ikan untuk aktifitas
hidup dan yang hilang melalui jalur ekskresi relatif kecil sehingga ikan memiliki
kelebihan energi yang dapat digunakan untuk pertumbuhan, demikian pula
sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa pakan tepung rebon lebih dapat
dimanfaatkan oleh tubuh ikan sidat sehingga energi yang dihasilkan untuk
pertumbuhan lebih besar dan nilai konversi pakan menjadi lebih rendah.
Sebaliknya, pakan tepung kombinasi relatif lebih sulit untuk dimanfaatkan oleh
tubuh ikan sidat sehingga menghasilkan nilai konversi pakan tertinggi.
Laju pertumbuhan harian menunjukkan hasil yang berbeda untuk masing-
masing perlakuan. Laju pertumbuhan harian berkisar antara 0,50-0,74%. Menurut
hasil penelitian Altun et al (2005) untuk sidat stadia yellow eel memiliki laju
pertumbuhan harian terbaik sebesar 0,33%. Hal ini menunjukkan bahwa laju
pertumbuhan harian untuk masing-masing perlakuan jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan hasil penelitian tersebut. Berdasarkan Gambar 1 dapat
diketahui nilai pertumbuhan bobot rata-rata tertinggi diperoleh dari pakan tepung
impor. Pertambahan bobot rata-rata ini berbanding lurus dengan laju pertumbuhan
harian. Tingginya pertambahan bobot pada perlakuan pakan tepung ikan impor
diduga karena kandungan nutrisi pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
ikan sidat, sehingga mudah dicerna oleh tubuh ikan dan dapat memacu
pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan nilai retensi protein yang dihasilkan.
Retensi protein ikan sidat (Tabel 2) yang paling tinggi diperoleh dari pakan tepung
ikan impor sehingga menghasilkan pertambahan bobot tertinggi.
Retnosari (2007) menjelaskan bahwa penggunaan protein dalam pakan
dipengaruhi oleh susunan asam amino, jumlah energi, sifat fisiologis dari ikan, dan
kualitas pakan. Faktor penyebab tingginya retensi protein pada pakan tepung ikan
impor diduga karena pemenuhan energi untuk pertumbuhan telah ditunjang secara
cukup oleh lemak dan karbohidrat. Hal ini sesuai dengan pemaparan Shimeno et al.
11
(1995) dalam Kurniawan (2013) yang menjelaskan bahwa penggunaan energi
dengan pemanfaatan lemak dan karbohidrat yang cukup dalam pakan akan
mengefisiensikan protein untuk pertumbuhan sehingga jumlah protein yang
disimpan dalam tubuh dapat meningkat. Kualitas dan kuantitas protein yang cukup
dalam pakan ini akan diubah menjadi protein tubuh secara efisien yang selanjutnya
akan mempengaruhi pertumbuhan ikan (NRC 1993). Hal ini sesuai dengan Steffens
(1989) yang menyatakan bahwa jika terjadi kesesuaian profil asam amino yang
terkandung dalam pakan dengan asam amino yang dibutuhkan oleh ikan, maka
akan semakin banyak bagian asam amino yang disintesis menjadi protein. Oleh
karena itu diduga tepung ikan impor memiliki kandungan asam amino yang paling
sesuai dengan asam amino yang dibutuhkan ikan sidat sehingga jumlah asam amino
yang dapat disintesis menjadi protein meningkat dan menghasilkan pertumbuhan
yang paling baik. Sementara itu retensi protein yang paling rendah diperoleh dari
pakan tepung kombinasi dan menghasilkan pertambahan bobot rata-rata terendah.
Nilai retensi yang rendah ini dapat disebabkan oleh mutu protein yang rendah, dan
diduga kandungan asam amino esensial di dalam pakan kurang sesuai dengan asam
amino yang dibutuhkan oleh ikan sidat. Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya
pertambahan bobot ini adalah tingkat konsumsi pakan yang lebih rendah
dibandingkan perlakuan lainnya, menyebabkan pemasukan nutrisi juga rendah
sehingga penggunaan energi untuk menunjang pertumbuhan belum cukup.
Tingginya retensi lemak (Tabel 2) dengan nilai di atas 100% untuk masing-
masing perlakuan ini diduga karena terjadinya biosintesis lemak dari unsur nutrisi
lain contohnya karbohidrat, yang berarti sumber lemak yang dihasilkan bukan
hanya berasal dari lemak dalam pakan (Afrianto dan Liviawaty 2005). Karbohidrat
dapat disintesis menjadi lemak dikarenakan adanya kesesuaian gugus C, H, O
dengan gugus lemak. Lemak memiliki peranan yang penting sebagai sumber energi
serta untuk memelihara struktur dan fungsi membran jaringan sel pada organ tubuh
tertentu (NRC 1993). Deposit lemak pada ikan sidat stadia yellow eel ini diduga
sebagai strategi untuk pemijahan. Ikan sidat merupakan jenis ikan katadromous
yang pada stadia dewasa akan melakukan ruaya ke laut untuk bereproduksi
(Affandi 2005). Oleh karena itu ikan sidat memerlukan cadangan energi yang
cukup banyak untuk proses fisiologi selama migrasi. Selain itu cadangan energi
yang berasal dari asam lemak esensial memiliki peranan yang penting dalam
fisiologis reproduksi seperti pembentukan gonad (Afrianto dan Liviawaty 2005).
Nilai retensi lemak ini berbanding lurus dengan retensi energi ikan sidat
(Tabel 2). Hasil retensi lemak dan retensi energi tertinggi diperoleh dari pakan
komersial sedangkan retensi lemak terendah diperoleh dari pakan tepung
kombinasi. Nilai ini seiring dengan tingkat konsumsi pakan ikan sidat. Tingkat
konsumsi pakan yang lebih tinggi pada pakan komersial menyebabkan pemasukan
nutrisi ke dalam tubuh ikan juga lebih tinggi sehingga asam lemak esensial yang
dapat disintesis dan disimpan serta dimanfaatkan oleh tubuh ikan sidat mengalami
peningkatan. Sebaliknya, pada pakan tepung kombinasi, tingkat konsumsi pakan
ikan sidat lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya sehingga cadangan energi
di dalam tubuh ikan lebih rendah dan menghasilkan retensi energi dan retensi lemak
yang lebih rendah pula. Afrianto dan Liviawaty (2005) menambahkan bahwa
keseimbangan dan kesesuaian antara kandungan asam lemak esensial dalam pakan
dengan kebutuhan ikan menyebabkan pakan mudah dicerna oleh tubuh ikan dan
12
selanjutnya akan ditimbun dalam jaringan tubuh sebagai lemak di dalam tubuh,
demikian pula sebaliknya.
Kinerja pertumbuhan ikan dapat dilihat dari parameter tingkat kelangsungan
hidup, konversi pakan, dan laju pertumbuhan harian. Berdasarkan hasil skoring
parameter pengamatan secara keseluruhan, pakan dengan sumber protein utama
tepung ikan impor merupakan perlakuan yang paling baik untuk meningkatkan
kinerja pertumbuhan ikan sidat stadia yellow eel dengan menggunakan pakan pelet.
Oleh karena itu tepung ikan impor dapat dijadikan sebagai sumber protein utama
dalam pembuatan pakan ikan sidat dikarenakan memiliki komposisi nutrisi yang
paling baik dan sesuai dengan kebutuhan ikan sidat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penggunaan sumber protein utama berupa tepung ikan impor menunjukkan
hasil yang paling baik dalam meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat
Anguilla bicolor bicolor dengan menggunakan pakan pelet. Oleh karena itu tepung
ikan impor dapat dijadikan sebagai sumber protein utama dalam pembuatan pakan
ikan sidat dikarenakan memiliki komposisi nutrisi yang paling baik dan sesuai
dengan kebutuhan ikan sidat.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memaksimalkan penggunaan
tepung ikan lokal dengan melakukan kombinasi dalam formulasi pembuatan pakan.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R. 2005. Strategi pemanfaatan sumberdaya ikan sidat Anguilla spp. di
Indonesia. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. Vol.5 (2): 77-81.
Afrianto E, Liviawaty E. 2005. Pakan Ikan. Yogyakarta (ID): Kanisius.148 hlm.
Altun T, Nazmi T, Erdal N, Yusuf S. 2005. Some growth parameters on european
eel (Anguilla Anguilla 1758) fed with different feeds. J. Fish & Aqua Scie.
Vol. 22 (1-2): 215-219.
Boyd CE. 1988. Water Quality in Warm Water Fish Ponds. Fourth Printing.
Alabama (US): Auburn University Agriculture Experiment Station. 359 p.
Djajasewaka H. 2002. Pengaruh pemberian pakan buatan dalam bentuk pelet, pasta
dan campuran keduanya terhadap pertumbuhan benih sidat Anguilla bicolor.
Prosiding Sumberdaya Perikanan Sidat Tropik. UPT Baruna Jaya. Jakarta
(ID) : BPPT-DKP. Hlm. 55-58.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelola Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius. 258 hlm.
Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Halver J.E. 1989. Fish Nutrition Second Edition. New York (US): Academy Press
Inc. 789 pp.
13
Handoyo B. 2012. Respon benih ikan sidat terhadap hormon pertumbuhan
rekombinan ikan kerapu kertang melalui perendaman dan oral. [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hasbullah. 1996. Pengaruh tingkat salinitas (0, 3, 6, dan 9 ppt) dan suhu (23, 26,
28, dan 32oC) terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan
sidat Anguilla bicolor pada masa pemeliharaan 0-2 minggu setelah
penangkapan dari alam. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Huet M. 1975. Text book of fish culture. Breeding and cultivation of fish. England
(GB): Fishing News (Book) Ltd. p 201-333.
Huissman EA. 1987. Principle of fish production. Departement of Fish Culture and
Fisheries, Wageningen Agricultural University, The Netherlands.
Irawan WS. 2013. Evaluasi tepung bungkil biji karet Hevea brasiliensis yang
dihidrolisis cairan rumen domba sebagai pengganti bungkil kedelai dalam
pakan ikan patin Pangasius sp. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Statistik perikanan budidaya kolam
[Internet]. [diunduh 2014 Mar 25]. Tersedia pada http://sidatik.kkp.go.id
Kurniawan A. 2013. Palatabilitas dan pertumbuhan sidat Anguilla bicolor bicolor
dengan pemberian atraktan tepung cumi 2%. tepung udang rebon 2%. serta
kombinasi keduanya masing-masing. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Mahi II. 2000. Pengaruh kadar protein dan imbangan energi protein pakan berbeda
terhadap retensi protein dan pertumbuhan benih ikan sidat Anguilla bicolor
bicolor. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab Jilid I. Edisi Kedua. Bogor (ID): IPB-Press.
National Research Council. 1993. Nutrient Requirement of Fish. Washington D.C
(US): National Academic Press. 115 pp.
Retnosari D. 2007. Pengaruh Subtitusi Tepung Ikan oleh Tepung Belatung
Terhadap Pertumbuhan Benih Nila Oreochromis niloticus. [skripsi].
Bandung (ID): Universitas Padjajaran.
Ritonga T. 2014. Respon benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) terhadap
derajat keasaman (pH). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rovara O. 2007. Karakteristik reproduksi. upaya maskulinisasi dan pematangan
gonad ikan sidat betina Anguilla bicolor bicolor melalui penyuntikan
ekstrak hipofisis. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sasono AD. 2001. Kebiasaan makanan ikan sidat Anguilla bicolor di Desa Citepus.
Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Desa Cimaja. Kecamatan Cisolok.
Kabupaten Sukabumi. Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Steffens W. 1989. Principle of Fish Nutrition. Chichester (GB): Ellis Horwood
Limited.
Sutrisno. 2008. Penentuan salinitas air dan jenis pakan alami yang tepat dalam
pemeliharaan benih ikan sidat Anguilla bicolor. Jurnal Akuakultur
Indonesia. 7(1) : 71-77.
14
Takeuchi T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrition. In
Watanabe T, ed. Fish Nutrition and Mariculture, JICA Textbook the
General Aquaculture Course. Tokyo (JP): Kanagawa internat. Fish. Training
Center. p 179-229.
Tesch FW. 1977. The Eel – Biology and Management of Anguillid Eels. London
(ENG): Chapman and Hall.
Yamagata Y, Niwa M. 1982. Acute and chronic toxicity of ammonia to eel Anguilla
japonica. Bull Jap Soc Sci Fish. 48 (2): 171-176.
15
Lampiran 1 Skema dan tata letak wadah pemeliharaan ikan sidat
Ruang Filter Ruang Wadah Budidaya
Pipa Inlet
Aerasi
Shelter
Paralon Pipa
Penyerapan
Pompa
Pipa
OutletParal
on
16
Lampiran 2 Prosedur analisis proksimat
A. Kadar Protein
Tahap Oksidasi
1. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam labu
Kjedahl.
2. Katalis (K2SO4+CuSO4.5H2O) dengan rasio 9:1 ditimbang sebanyak 1,5 gram
dan dimasukkan ke dalam labu Kjedahl.
3. 10 ml H2SO4 pekat ditimbahkan ke dalam labu Kjedahl dan kemudian labu
tersebut dipanaskan dalam rak oksidasi/digestion pada suhu 400ºC selama 3-4
jam sampai terjadi perubahan warna cairan dalam labu menjadi hijau bening.
4. Larutan didinginkan lalu ditambahkan air destilasi 100 ml. Kemudian larutan
dimasukkan ke dalam labu takar dan diencerkan dengan akuades sampai
volume larutan mencapai 100 ml. Larutan sampel siap didestilasi.
Tahap Destilasi
1. Beberapa tetes H2SO4 dimasukkan kedalan labu. sebelumnya labu diisi
setengahnya dengan akuades untuk menghindari kontaminasi oleh amonia
lingkungan. Kemudian didihkan selama 10 menit.
2. Erlenmeyer diisi 10 ml H2SO4 0,05 N dan ditambahkan 2 tetes indikator
methyl blue green diletakkan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan
cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.
3. 5 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi melalui corong
yang kemudian dibilas dengan akuades dan ditambahkan 10 ml NaOH 30%
lalu dimasukkan melalui corong tersebut dan ditutup.
4. Campuran alkalin dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10
menit sejak terjadi pengembunan pada kondensor.
Tahap Titrasi
1. Larutan hasil destilasi dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N
2. Volume hasil titrasi dicatat
3. Prosedur yang sama juga dilakukan pada blanko
Kadar Protein (%) = x 100
Keterangan :
Vb = Volume hasil titrasi blanko (ml)
Vs = Volume hasil titrasi sampel (ml)
S = Bobot Sampel (gram)
* = Setiap ml 0,05 NaOH ekivalen dengan 0,0007 gram Nitrogen
** = Faktor Nitrogen
B. Kadar Lemak
Metode ekstraksi Soxhlet 1. Labu ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 110ºC dalam waktu 1 jam.
Kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang bobot
labu tersebut (X1).
17
2. Sampel ditimbang sebanyak 3-5 gram (A). dan dimasukkan ke dalam
selongsong tabung filter dan dimasukkan ke dalam soxhlet dan pemberat
diletakkan di atasnya.
3. N-hexan 100-150 ml dimasukkan ke dalam soxhlet sampai selongsong
terendam dan sisa N-hexan dimasukkan ke dalam labu.
4. Labu yang telah dihubungkan dengan soxhlet dipanaskan di atas water bath
sampai cairan yang merendam sampel dalam soxhlet berwarna bening.
5. Labu dilepaskan dan tetap dipanaskan hingga N-hexan menguap
6. Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 60 menit.
kemudian didinginkan dalam desikatot selama 30 menit dan ditimbang (X2).
Metode Folch
1. Sampel ditimbang sebanyak 2-3 gram (A) dan dimasukkan ke dalam gelas
homogenize dan ditambahkan larutan kloroform / methanol(20xA). sebagian
disisakan untuk membilas pada saat penyaringan.
2. Sampel dihomogenizer selama 5 menit setelah itu disaring dengan vacuum
pump.
3. Sampel yang telah disaring tersebut dimasukkan dalam labu pemisah yang
telah diberi larutan MgCl2 0,03 N (0,2xC). kemudian dikocok dengan kkuat
minimal selama 1 menit kemudian ditutup dengan alumunium foil dan
didiamkan selama 1 malam.
4. Labu silinder dioven terlebih dahulu pada suhu 110ºC selama 1 jam.
didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X1).
5. Lapisan bawah yang terdapat dalam labu pemisah disaring kedalam labu
silinder kemudian dievaporator sampai kering. Sisa kloroform/methanol yang
terdapat dalam labu ditiup dengan menggunakan vacuum.
6. Stelah sisa kloroform / methanol dalam labu habis. labu dimasukkan kedalam
oven selama 1 jam. didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian
ditimbang (X2).
Kadar Lemak (%) = x 100
C. Kadar Air 1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 100ºC selama 1 jam dan kemudian
dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)
2. Bahan ditimbang 2-3 gram.
3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam oven pada suhu 110ºC selama 4-6 jam
kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)
Kadar Air (%) = x 100
18
D. Kadar Abu
1. Cawan dan bahan dipanaskan dlama oven pada suhu 100ºC selama 1 jam dan
kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan dtimbang )X1)
2. Bahan ditimbang 2-3 gram(A)
3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam tanur pada suhu 600ºC sampai menjadi
abu kemudian dimasukkan kedalam oven selama 15 menit. didinginkan
dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang. (X2)
Kadar Abu (%) = x 100
E. Kadar Serat Kasar
1. Kertas filter dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 110ºC setelah
itu didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang (X1)
2. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram (A) dimasukkan kedalam Erlemeter
250 ml
3. H2SO4 0,3 N sebanyak 50 ml ditambahakan ke dalam erlemeyer kemudian di
panaskan diatas pembakar bunsen selama 30 menit. Setelah itu NaOH 1,5 N
sebanyak 25 ml ditambahkan ke dalam Erlemeyer dan dipanaskan kembali 30
menit.
4. Larutan dan bahan yang telah dipanaskan kemudian disaring dalam corong
Buchner dan hubungkan pada vacuum pump untuk memepercepat filtrasi.
5. Larutan dan bahan yang ada pada corong Buchner kemudian dibilas secra
berturut-turut dengan 50 ml air panas. 50 ml H2SO4 0,3 N. 50 ml air panas.
dan 25 ml aseton.
6. Kertas saring dan residu bahan dimasukkan dalam cawan porselin. Lalu
dipanaskan dalam oven 105–110ºC selama 1 jam kemudian didinginkan
dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (x2)
7. Setelah itu di panaskan dalam tanur 600ºC hingga berwarna putih atau
menjadi abu (±4 jam). Kemudian dimasukkan dalam oven 105-110ºC selama
15 menit. didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X3)
Kadar Serat Kasar (%) = x 100
Lampiran 3 Hasil analisis proksimat bahan baku pakan (% bobot kering)
Bahan
Baku
Protein
(%)
Lemak
(%)
Abu
(%)
Serat
Kasar
(%)
BETN
(%) KH (%)
GE
(kkal/kg)
Tepung
Rebon 53,86 4,36 21,82 0,92 19,04 19,95 4270,19
Terigu 10,62 0,94 0,72 0,11 87,60 87,71 4293,75
Bungkil
Kedelai 45,49 2,05 7,28 4,14 41,03 45,17 4616,91
Tepung Ikan
Lokal 35,01 9,41 54,24 4,51 -3,17 1,34 2918,12
Tepung Ikan
Impor 61,95 7,96 19,69 1,02 9,38 10,40 4673,73
Tepung
Cumi 53,89 6,74 25,46 1,75 12,17 13,92 4247,48
19
Lampiran 4 Hasil analisis proksimat pakan (% bobot kering)
Lampiran 5 Hasil analisis proksimat tubuh ikan (% bobot kering)
Bahan Lemak Serat Kasar Abu Protein BETN Karbohidrat GE
(kkal/kg)
Ikan Awal 37,13 1,19 6,83 42,98 11,88 13,07 6466,94
Ikan A 57,90 0,43 6,71 50,24 -15,29 -14,86 7689,46
Ikan B 43,33 0,30 4,77 44,63 6,97 7,27 6906,99
Ikan C 42,95 0,16 6,77 51,19 -1,07 -0,91 6905,06
Ikan D 44,01 0,10 4,40 46,29 5,20 5,30 6983,98
Lampiran 6 Hasil sampling bobot rata-rata ikan sidat
Perlakuan Bobot rata-rata (gram)
Sampling 0 Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4
A1 100,24 106,18 120,00 129,93 135,50
A2 100,44 101,30 115,68 124,60 130,88
B1 100,18 103,42 106,26 113,02 126,88
B2 101,48 102,74 109,98 126,20 136,68
C1 102,70 102,92 119,87 134,95 138,45
C2 100,18 106,82 119,10 126,70 134,53
D1 100,84 103,68 115,38 121,85 120,73
D2 101,88 102,74 109,10 119,72 126,56
Lampiran 7 Hasil pengukuran fisika kimia air
DO (mg/L)
TAN (mg/L)
Perlakuan Pengukuran ke-
Perlakuan
Pengukuran ke-
1 2 3
1 2 3
A1 5,1 7,4 5,9
A1 0,078 0,060 0,009
A2 5,1 6,1 5,6
A2 0,078 0,132 0,129
B1 5,1 4,6 5,7
B1 0,078 0,018 0,044
B2 5,1 4,0 5,7
B2 0,078 0,375 0,139
C1 5,1 4,6 4,4
C1 0,078 0,117 0,089
C2 5,1 5,1 6,6
C2 0,078 0,259 0,129
D1 5,1 5,4 7,4
D1 0,078 0,011 0,009
D2 5,1 4,9 6,5
D2 0,078 0,167 0,104
Bahan Lemak Serat Kasar Abu Protein BETN Karbohidrat GE
(kkal/kg)
Pakan A 8,42 3,69 14,58 46,04 27,26 30,96 4436,76
Pakan B 5,88 2,33 25,32 34,50 31,97 34,30 4257,31
Pakan C 6,58 1,83 21,27 43,94 26,38 28,21 4361,22
Pakan D 6,66 1,67 32,00 38,30 21,38 23,05 4016,20
20
Alkalinitas (mg/L)
Amonia (mg/L)
Perlakuan Pengukuran ke-
Perlakuan
Pengukuran ke-
1 2 3
1 2 3
A1 168 128 136 A1 0,0045 0,0034 0,0005
A2 168 112 104 A2 0,0033 0,0056 0,0055
B1 168 104 112
B1 0,0021 0,0005 0,0012
B2 168 80 56 B2 0,0045 0,0215 0,0080
C1 168 112 144
C1 0,0045 0,0067 0,0051
C2 168 120 112 C2 0,0045 0,0148 0,0074
D1 168 152 144 D1 0,0045 0,0006 0,0005
D2 168 112 152 D2 0,0033 0,0071 0,0044
Lampiran 8 Skor masing-masing parameter uji
TKP Kelangsungan Hidup
LPH
Skor Nilai
Skor Nilai
Skor Nilai
1 0,005-0,008
1 0-20
1 0,46-0,52
2 0,009-0,012
2 21-40
2 0,53-0,59
3 0,013-0,016
3 41-60
3 0,60-0,66
4 0,017-0,020
4 61-80
4 0,67-0,73
5 0,021-0,024
5 81-100
5 0,74-0,80
Konversi Pakan Retensi protein
Retensi lemak
Skor Nilai
Skor Nilai
Skor Nilai
1 3,91-4,20
1 44,50-48,89
1 201-260
2 3,61-3,90
2 48,90-53,29
2 261-320
3 3,31-3,60
3 53,30-57,69
3 321-380
4 3,01-3,30
4 57,70-62,09
4 381-440
5 2,71-3,00
5 62,10-66,49
5 441-500
Retensi Energi
Skor Nilai
1 31-35
2 36-50
3 51-65
4 66-80
5 81-95
21
Lampiran 9 Hasil skoring parameter uji
Parameter
Perlakuan
1 2 3 4
B S BXS B S BXS B S BXS B S BXS
TKP 10 5 50 10 5 50 10 5 50 10 4 40
FCR 10 3 30 10 5 50 10 3 30 10 1 10
RP 10 2 20 10 2 20 10 5 50 10 1 10
RL 10 5 50 10 4 40 10 3 30 10 2 20
RE 10 5 50 10 4 40 10 4 40 10 3 30
SR 10 5 50 10 5 50 10 3 30 10 5 50
LPH 40 4 160 40 4 160 40 5 200 40 1 40
Total 410 410 430 200
Keterangan : B= Bobot ; S=Skor
22
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 15 Agustus 1992 dari ayahanda
Sumartono dan ibunda Sugiarti. Penulis merupakan anak kedua dari empat
bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SDN Margajaya I (1998-
2004), SMP Negeri 4 Bogor (2004-2007), dan SMA Negeri 3 Bogor (2007-2010).
Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Teknologi dan Manajemen
Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut
Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2010.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif
Mahasiswa divisi Sosial Masyarakat (SOSMAS) pada periode kepengurusan
2011/2012. Penulis juga pernah menjadi pengurus HIMAKUA pada tahun
2010/2011 dan pengurus FKM-C pada tahun 2010/2011. Penulis juga pernah
menjadi asisten mata kuliah Metode Statistika (2012), Teknologi Pembuatan dan
Pemberian Pakan Ikan (2013), Fisiologi Hewan air (2013),(2014), dan Nutrisi Ikan
(2014).
Tugas Akhir dalam pendidikan tinggi sarjana diselesaikan oleh penulis
dengan menyusun skripsi yang berjudul “Pemberian Pakan Pelet dengan
Sumber Protein Berbeda terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla
bicolor bicolor Stadia Yellow Eel”.