pemberian pakan pelet dengan sumber protein … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120...

34
CYNTIA AGUSTIN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN SIDAT Anguilla bicolor bicolor STADIA YELLOW EEL

Upload: phamlien

Post on 14-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

CYNTIA AGUSTIN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN

BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN

SIDAT Anguilla bicolor bicolor STADIA YELLOW EEL

Page 2: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

ii

Page 3: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberian Pakan

Pelet dengan Sumber Protein Berbeda terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat

Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel adalah benar karya saya dengan arahan

dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Cyntia Agustin

NIM C14100012

Page 4: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

4

ABSTRAK

CYNTIA AGUSTIN. Pemberian Pakan Pelet dengan Sumber Protein Berbeda

Terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow

Eel. Dibimbing oleh NUR BAMBANG PRIYO UTOMO dan RIDWAN

AFFANDI.

Permasalahan utama pada budidaya ikan sidat adalah pertumbuhan lambat

dan konversi pakan yang relatif tinggi. Aspek pakan merupakan salah satu aspek

utama yang mempengaruhi kinerja pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan informasi sumber protein utama yang paling baik diantara tepung

rebon, tepung ikan impor, atau kombinasi rebon, ikan impor dan lokal dalam

bentuk pelet untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat stadia yellow eel.

Sumber protein utama yang digunakan untuk pembuatan pakan uji pada penelitian

ini adalah tepung rebon, tepung ikan impor, tepung kombinasi antara tepung rebon,

tepung ikan impor, dan tepung ikan lokal sedangkan pakan komersial digunakan

sebagai pakan kontrol. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 8 buah akuarium

berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan

berukuran 100,99 ± 0,88 gram/ekor. Parameter uji meliputi kelangsungan hidup,

laju pertumbuhan harian, konversi pakan dan fisika kimia air. Berdasarkan hasil

skoring parameter pengamatan secara keseluruhan, pakan dengan sumber protein

utama tepung ikan impor merupakan perlakuan yang paling baik untuk

meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat stadia yellow eel dengan

menggunakan pakan pelet. Oleh karena itu tepung ikan impor dapat dijadikan

sebagai sumber protein utama dalam pembuatan pakan ikan sidat dikarenakan

memiliki komposisi nutrisi yang paling baik dan sesuai dengan kebutuhan ikan

sidat.

Kata kunci: Ikan sidat, sumber protein, pakan pelet, kinerja pertumbuhan

Page 5: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

ABSTRACT

CYNTIA AGUSTIN. Feeding Pellets With Different Protein Sources On Growth

Performance Of Eels Anguilla bicolor bicolor Stage Yellow Eel. Supervised by

NUR BAMBANG PRIYO UTOMO and RIDWAN AFFANDI.

The main problems found in Indonesian shortfin eel production were slow

growth rate and relatively high feed conversion ratio. Feed is one of main aspects

which directly affects growth rate. The purpose of the recent study was to find out

the best main protein source for Indonesian shortfin eel feed in form of pellets

between shrimp meal, imported fish meal, or combination between shrimp meal,

imported fish meal and local fish meal to improve the growth rate of Indonesian

shortfin eel at yellow eel stage. Main protein sources used for feed production in

the recent study were shrimp meal, imported fish meal, and combination of shrimp

meal, imported fish meal and local fish meal. Commercial feed were also used as

control. Research was performed using 8 units of aquarium with dimension of

90x50x40 cm3 with total water volume of 120 liters. The average weight of eels

used in the recent study was 100,99 ± 0,88 gram/eel. Observed parameters in the

recent study consisted of survival rate, daily growth rate, feed conversion ratio, and

water quality parameters (water physics and chemistry). Based on overall observed

parameters scoring, feed with main protein source of imported fish meal were the

best treatment in the recent study to improve growth rate of Indonesian shortfin eel

at yellow eel stage using feed in form of pellets. Therefore, imported fish meal

could be utilized as main protein source in Indonesian shortfin eel feed production

because it was estimated to contain the most compatible nutrient composition with

the growth requirements of Indonesian shortfin eel.

Keywords : eel, protein source, pellet, growth performance

Page 6: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

6

Page 7: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN

BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN

SIDAT Anguilla bicolor bicolor STADIA YELLOW EEL

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

CYNTIA AGUSTIN

Page 8: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

8

Page 9: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

Judul Skripsi : Pemberian Pakan Pelet dengan Sumber Protein Berbeda

terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor

bicolor Stadia Yellow eel

Nama : Cyntia Agustin

NIM : C14100012

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Dr. Ir. Nur Bambang Priyo Utomo, M.Si.

Pembimbing I

Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA.

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, M.Sc.

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

10

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September hingga

Desember 2013 yang berlokasi di CV.Widya Mandiri Cibanteng ini adalah pakan

ikan sidat, dengan judul Pemberian Pakan Pelet dengan Sumber Protein Berbeda

terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow

Eel.

Terima kasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada:

1. Ayahanda Sumartono, Ibunda Sugiarti, Kaka Marina Febriyanti, Adik Agung

Nugroho dan Niken Ayu Susanti atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.

2. Bapak Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo MSi selaku pembimbing I dan Bapak

Dr Ridwan Affandi DEA selaku pembimbing II yang telah banyak memberi

bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Ir Tatag Budiardi MSi, Ibu Hangesti, pegawai di CV Widya Mandiri,

Bapak Wasjan dan Mba Retno di Laboratorium Nutrisi Ikan, Kang Yoshi di

Pabrik pakan Budi Daya Perairan, dan Kang Abe di Laboratorium Lingkungan

atas bantuannya selama pelaksanaan penelitian.

4. Retno Cahya Mukti, Eko Harianto, Sufal Diansyah, Amalia Safitri, Elvani Nur

Ilmiah, Sahesti Fitria, dan Siti Nuraidah yang telah memberikan banyak bantuan

dan kerja sama.

5. Teman-teman BDP angkatan 47, serta pihak lain atas segala doa dan kasih

sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

Cyntia Agustin

Page 11: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xii

PENDAHULUAN............................................................................................ 1

Latar Belakang.............................................................................................. 1

Tujuan Penelitian.......................................................................................... 2

METODE.......................................................................................................... 2

Rancangan Penelitian.................................................................................... 2

Prosedur Penelitian....................................................................................... 2

Persiapan wadah dan media................................................................... 2

Pembuatan pakan uji.............................................................................. 3

Persiapan ikan uji.................................................................................. 3

Pemeliharaan ikan................................................................................. 4

Parameter pengamatan.................................................................................. 5

Kelangsungan hidup.............................................................................. 5

Pertumbuhan.......................................................................................... 5

Tingkat konsumsi pakan........................................................................ 5

Konversi pakan..................................................................................... 5

Retensi protein...................................................................................... 5

Retensi lemak........................................................................................ 6

Retensi energi........................................................................................ 6

Analisis Data................................................................................................. 6

HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................ 7

Hasil.............................................................................................................. 7

Pembahasan................................................................................................... 8

KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................ 12

Kesimpulan................................................................................................... 12

Saran.............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12

LAMPIRAN..................................................................................................... 15

RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... 22

DAFTAR TABEL

1 Komposisi bahan baku pakan uji................................................................. 3

2 Target komposisi kimiawi pakan uji............................................................ 3

3 Kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, konversi pakan, tingkat

konsumsi pakan, retensi protein, retensi lemak, retensi energi ikan sidat

dan total skoring........................................................................................... 7

4 Fisika kimia air pada sistem pemeliharaan ikan sidat yang diberi pakan

uji selama 40 hari......................................................................................... 8

Page 12: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Skema sistem resirkulasi dan tata letak wadah pemeliharaan ikan sidat..... 14

2 Prosedur analisis proksimat......................................................................... 15

3 Hasil analisis proksimat bahan baku pakan (% bobot kering)..................... 17

4 Hasil analisis proksimat pakan (% bobot kering)........................................ 18

5 Hasil analisis proksimat tubuh ikan (% bobot kering)................................. 18

6 Hasil sampling bobot rata-rata ikan sidat..................................................... 18

7 Hasil pengukuran fisika kimia air................................................................ 18

8 Skor masing-masing parameter uji.............................................................. 19

9 Hasil skoring parameter uji.......................................................................... 20

Page 13: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Ikan sidat Anguilla bicolor bicolor merupakan salah satu komoditas

perikanan ekspor yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Harga ikan sidat ukuran

konsumsi mencapai Rp 185.000-200.000,00/kilogram (KKP 2013). Beberapa

negara seperti Jepang, China, Taiwan, Jerman, dan Italia merupakan konsumen ikan

sidat sehingga potensi ikan sidat sebagai komoditas ekspor sangat tinggi (Affandi

2005). Indonesia juga memiliki potensi sumberdaya ikan sidat yang tinggi dengan

sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan yang bermuara ke perairan laut

dalam. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya ikan sidat di Indonesia mulai

berkembang baik secara ekstensif maupun secara intensif (Sutrisno 2008).

Permasalahan utama dalam budidaya ikan sidat antara lain pertumbuhan

lambat dan konversi pakan yang tinggi (Handoyo 2012). Aspek pakan merupakan

aspek utama yang paling mempengaruhi kinerja pertumbuhan. Kualitas nutrien

yang terkandung di dalam pakan memiliki peranan yang penting dalam

meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan. Efisiensi pakan dapat terjadi apabila

kualitas dan kuantitas nutrien di dalam pakan sesuai dan seimbang untuk kebutuhan

ikan. Menurut Mahi (2000) kualitas nutrien pakan meliputi kandungan protein,

lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Protein merupakan komponen nutrien

penyusun tubuh yang juga digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai

aktivitas tubuh ikan. Kualitas dan kuantitas protein yang cukup dalam pakan akan

diubah menjadi protein tubuh secara efisien yang selanjutnya akan mempengaruhi

pertumbuhan ikan (NRC 1993).

Kebutuhan protein bagi ikan dapat diperoleh dari tumbuhan (nabati) dan

hewan (hewani). Ikan sidat termasuk ke dalam jenis ikan karnivora yang

membutuhkan protein sekitar 45-55% dengan sumber protein hewani yang

memiliki asam amino lengkap (Djajasewaka 2002). Bahan baku yang biasa

digunakan sebagai sumber protein hewani adalah tepung ikan dan tepung darah

(Afrianto dan Liviawaty 2005). Sumber protein yang digunakan pada pembuatan

pakan uji diantaranya adalah tepung rebon, tepung ikan impor, dan tepung ikan

lokal. Ketiga jenis tepung yang digunakan memiliki potensi yang tinggi sebagai

sumber protein utama dikarenakan kandungan proteinnya yang tinggi dan

ketersediaannya yang cukup. Namun pengaruh penggunaan sumber protein berbeda

tersebut perlu dibandingkan untuk memperoleh kinerja pertumbuhan ikan yang

paling baik.

Pada kegiatan budidaya sidat pakan yang digunakan dapat berbentuk pelet.

Penggunaan pelet ini bertujuan untuk memudahkan proses penyimpanan dan

pemberian pakan, di samping itu untuk mencegah terjadinya peluruhan nutrisi yang

terkandung di dalam pakan karena pakan pelet memiliki struktur yang kompak.

Faktor penentu dalam penelitian protein pakan ikan adalah mendapatkan komposisi

nutrien yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan optimum ikan agar kinerja

pertumbuhan dapat meningkat. Kebutuhan nutrisi ini dapat dipenuhi dengan

penyusunan dan pengaturan komposisi pakan yang baik. Berdasarkan pemahaman

mengenai pentingnya peranan protein terhadap pertumbuhan ikan sidat, maka

dilakukan penelitian ini untuk mendapatkan informasi mengenai sumber protein

Page 14: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

2

alternatif yang dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat stadia yellow eel

dan pakan yang digunakan adalah berbentuk pelet.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi sumber protein utama

yang paling baik diantara tepung rebon, tepung ikan impor, atau kombinasi rebon,

ikan impor dan lokal dalam bentuk pelet untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan

ikan sidat stadia yellow eel.

METODE

Rancangan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan dan dua ulangan. Perlakuan yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Perlakuan A :pakan ikan dengan menggunakan pakan komersial (kontrol)

2. Perlakuan B :pakan ikan dengan sumber protein utama tepung rebon

3. Perlakuan C :pakan ikan dengan sumber protein utama tepung ikan impor

4. Perlakuan D :pakan ikan dengan sumber protein kombinasi antara tepung rebon,

tepung ikan impor, dan tepung ikan lokal

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah dan Media

Persiapan penelitian diawali dengan persiapan komponen akuarium dengan

sekat untuk sistem resirkulasi. Akuarium, tandon dan seluruh peralatan

pemeliharaan ikan serta komponen filter (zeolit, karbon aktif, batu karang jahe,

kapas filter dan bioball) dicuci dengan menggunakan air hingga bersih dan

dikeringkan. Sementara itu untuk peralatan seperti seser, ember, dan baskom

didesinfeksi dengan menggunakan kalium permanganat pada dosis 25 mg/L dan

selanjutnya dikeringkan. Setelah komponen akuarium siap digunakan, dilakukan

pemasangan komponen filter yang berfungsi sebagai filter fisik, kimia dan biologi

pada tandon dan ruang filter yang telah tersedia pada setiap akuarium. Air dari

akuarium pemeliharaan masuk ke dalam filter melalui pipa serapan pada sistem

resirkulasi yang dialirkan secara gravitasi. Air yang telah melewati filter akan

mengalir ke dalam sekat penampungan air. Selanjutnya, air tersebut dipompa dan

dialirkan ke dalam akuarium pemeliharaan melalui pipa inlet. Kemudian diberikan

aerasi dan shelter berupa pipa PVC dengan diameter 2 inci dan panjang ± 25 cm

untuk masing-masing akuarium (Lampiran 1). Setelah itu dilakukan pengisian air

ke dalam akuarium dengan ketinggian 30 cm untuk mencapai volume 120 liter. Air

dalam akuarium diendapkan terlebih dahulu selama 3 hari dengan kondisi sistem

resirkulasi aktif. Kemudian stabilisasi media dilakukan dengan penambahan garam

pada dosis 3 g/L.

Page 15: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

3

Pembuatan Pakan Uji

Pakan uji pada penelitian ini berupa pakan buatan yang berbentuk pelet

yang dibuat dengan menggunakan sumber protein utama berbeda. Sebelum pakan

uji dibuat, dilakukan analisis proksimat terlebih dahulu terhadap bahan baku yang

akan digunakan. Hasil analisis proksimat tersebut dijadikan acuan untuk

menentukan formulasi pakan yang akan digunakan untuk penelitian (Lampiran 3).

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pakan uji diantaranya adalah tepung

ikan lokal, tepung ikan impor, tepung udang rebon, tepung bungkil kedelai, tepung

terigu, minyak ikan, minyak jagung, minyak kelapa, premix, binder CMC (Carboxy

Metyl Celoluse), dan tepung cumi sebagai atraktan. Pakan dibuat sesuai dengan

komposisi yang telah ditentukan, lalu ditimbang sesuai formulasi, dan dicampur

menggunakan mixer dengan adanya penambahan air sebanyak 20% dari total bobot

pakan. Setelah itu pakan dimasukkan ke dalam mesin pelleting untuk dicetak.

Selanjutnya pakan dimasukkan ke dalam oven selama ± 4 jam. Pakan yang telah

dibuat kemudian dianalisis proksimat (Lampiran 4) untuk mengetahui kandungan

nutriennya. Komposisi bahan baku pakan uji disajikan pada Tabel 1. Target

komposisi kimiawi pakan uji disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1 Komposisi bahan baku pakan uji

Bahan Baku Pakan B

(Tepung rebon)

Pakan C

(Tepung ikan impor)

Pakan D

(Tepung kombinasi)

Tepung rebon (%) 55 7 28

Tepung terigu (%) 8 13 4

Bungkil Kedelai (%) 10 11 4

Tepung Ikan Lokal (%) 7 11 28

Minyak ikan (%) 1 1 1

Minyak jagung (%) 0,5 0,5 0,5

Minyak kelapa (%) 0,5 0,5 0,5

Premix (%) 3 3 3

Tepung Ikan Impor (%) 12 50 28

Tepung Cumi (%) 2 2 2

CMC (%) 1 1 1

Total (%) 100 100 100

Tabel 2 Target komposisi kimiawi pakan uji

Komposisi Kimiawi (%)

Perlakuan Pakan

A

(Komersial)

B

(Tepung

rebon)

C

(Tepung ikan

impor)

D

(Tepung

kombinasi)

Protein 45,95 46,07 46,15 45,64

Lemak 8,46 6,46 4,81 7,10

Serat kasar 1,31 2,30 2,47 2,91

Abu 11,95 20,96 12,76 25,99

BETN 25,26 23,21 17,61 10,36

Persiapan Ikan Uji

Sebelum ikan uji ditransportasikan, dilakukan grading terlebih dahulu untuk

menyeragamkan bobot. Setelah itu dilakukan packing ikan ke dalam plastik yang

berisi 1/3 air dan 2/3 oksigen dari volume plastik. Ukuran plastik packing yang

digunakan adalah 60 cm x 40 cm yang diisi dengan air sebanyak 2 liter dan ikan 2

kg per kantong plastik. Ikan sidat ditransportasikan dari farm di daerah Gadog ke

daerah Cibanteng sekitar 2 jam. Setelah itu ikan dimasukkan ke dalam akuarium

Page 16: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

4

pengadaptasian yang telah disediakan untuk aklimatisasi terhadap suhu dan kondisi

air yang baru. Ikan uji diaklimatisasi terlebih dahulu agar kondisinya stabil dan

dapat merespons pakan yang diberikan. Setelah itu ikan uji dipuasakan selama 24

jam untuk menghilangkan pengaruh sisa pakan.

Pemeliharaan Ikan

Penebaran Ikan

Setelah akuarium pemeliharaan selesai distabilisasi dan ikan uji telah

diaklimatisasi, maka dilakukan penebaran ikan uji. Penebaran ikan dilakukan pada

waktu pagi hari. Kepadatan ikan yang ditebar adalah 5 ekor untuk masing-masing

akuarium yang telah diposisikan secara acak, dengan bobot rata-rata ikan awal

100,99 ± 0,88 gram. Setelah itu waring dan penjepit waring dipasangkan sebagai

penutup untuk setiap unit akuarium penelitian.

Pemberian Pakan

Pemberian pakan dilakukan dengan metode restricted yakni pada feeding

rate (FR) sebesar 3% dan frekuensi pemberian pakan sebanyak empat kali sehari

yaitu sekitar pukul 07.00, 12.00, 16.00 dan 21.00 WIB. Proporsi jumlah pakan

untuk setiap kali pemberian pakan yang diberikan yaitu 25% dari jumlah pakan per

hari. Teknis pemberian pakan dilakukan dengan cara ruangan penelitian digelapkan

dan menggunakan headlamp sebagai sumber cahaya.

Pengelolaan Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan pengambilan sisa pakan dan

kotoran setiap 30 menit sebelum waktu pemberian pakan, pergantian air sebanyak

20% per hari dari volume media pemeliharaan yaitu pada pagi dan sore hari

(masing-masing 10%), pencucian komponen filter setiap lima hari sekali serta

sistem resirkulasi yang dioperasikan secara kontinyu.

Pengumpulan Data

Pemeliharaan dilakukan selama 40 hari. Selama masa pemeliharaan

dilakukan analisis parameter kualitas air, sampling, dan analisis proksimat tubuh

ikan. Pengukuran parameter suhu dan pH dilakukan pada waktu pagi dan sore hari.

Sedangkan untuk parameter dissolved oxygen (DO), total amonia nitrogen (TAN),

dan alkalinitas dilakukan pada awal, tengah, dan akhir pemeliharaan (Lampiran 7).

Sampling dilakukan setiap 10 hari sekali untuk mengukur pertumbuhan bobot

(Lampiran 6), jumlah ikan yang hidup, dan penyesuaian terhadap jumlah pakan

yang diberikan. Analisis proksimat tubuh ikan dilakukan pada awal dan akhir

pemeliharaan (Lampiran 5), meliputi pengukuran protein, lemak, kadar abu, serat

kasar, dan kadar air. Analisis proksimat ini dilakukan dengan metode AOAC

(1984) dalam Takeuchi (1988) (Lampiran 2).

Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati selama penelitian meliputi kelangsungan hidup, laju

pertumbuhan harian, tingkat konsumsi pakan, konversi pakan, retensi protein,

retensi lemak dan retensi energi.

Page 17: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

5

Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup ikan uji diamati setiap hari hingga akhir

pemeliharaan. Perhitungan kelangsungan hidup dihitung berdasarkan persamaan

Effendie (2004):

Keterangan: KH = Kelangsungan hidup ikan

Nt = Jumlah individu ikan uji pada t percobaan (ekor)

No = Jumlah individu ikan uji pada awal percobaan (ekor)

Pertumbuhan Untuk mengetahui laju pertumbuhan harian, bobot ikan ditimbang pada

awal dan akhir pemeliharaan. Laju pertumbuhan harian ikan uji dihitung dengan

menggunakan rumus Huissman (1987):

Keterangan : α = Laju pertumbuhan harian (%)

= Bobot rata-rata individu pada waktu t percobaan (g)

= Bobot rata-rata individu pada waktu awal percobaan (g)

n = Waktu percobaan (hari)

Tingkat Konsumsi Pakan

Tingkat konsumsi pakan ikan uji diukur dengan cara menimbang jumlah

pakan yang dimakan oleh ikan uji selama penelitian. Rumus dari tingkat konsumsi

pakan adalah sebagai berikut:

TKP (gram pakan/gram ikan/hari) =

Konversi Pakan

Konversi pakan didefinisikan sebagai peningkatan berat basah daging per

unit berat pakan kering. Konversi pakan dianalisis berdasarkan rumus Takeuchi

(1988) :

Retensi Protein

Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang diberikan,

yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan serta dimanfaatkan tubuh

untuk metabolisme harian (Halver 1989). Nilai retensi protein dihitung berdasarkan

persamaan yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988):

KH (%) =

100

KP = F

[(Bt + Bd) – B0]

Keterangan : Bt = Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (gram)

B0 = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan(gram)

Bd = Biomassa ikan yang mati selama pemeliharaan (gram)

F = Jumlah pakan yang diberikan (gram)

Page 18: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

6

Keterangan : RP = Retensi protein (%)

Pt = Bobot protein tubuh pada waktu t (g)

Po = Bobot protein tubuh awal (g)

Pp = Bobot protein pakan (g)

Retensi Lemak

Retensi lemak merupakan gambaran dari banyaknya lemak yang diberikan,

yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan serta dimanfaatkan tubuh

untuk metabolisme harian (Halver 1989). Nilai retensi lemak dihitung berdasarkan

persamaan yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988):

Keterangan : RL = Retensi lemak (%)

Lt = Bobot lemak tubuh pada waktu t (g)

Lo = Bobot lemak tubuh awal (g)

Lp = Bobot lemak pakan (g)

Retensi Energi

Retensi energi merupakan gambaran dari banyaknya energi yang diberikan,

yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan serta dimanfaatkan tubuh

untuk metabolisme harian. Rumus dari retensi energi adalah sebagai berikut:

Keterangan : RE = Retensi energi (%)

Et = Bobot energi tubuh ikan pada waktu t (g)

Eo = Bobot energi tubuh ikan awal (g)

Ep = Bobot energi pakan (g)

Analisis Data

Data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif eksploratif. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan menggunakan metode skoring. Prinsip dari metode

skoring adalah mengidentifikasi parameter-parameter yang diamati dalam suatu

penelitian dengan cara memberikan skor terhadap berbagai kriteria dan indikator

yang digunakan dalam penilaian. Setelah skor untuk setiap parameter diperoleh,

selanjutnya dilakukan teknik pembobotan (persentase) untuk masing-masing

parameter. Skor dan bobot dengan nilai tertinggi dapat dijadikan indikator

parameter dengan nilai terbaik. Nilai skoring untuk setiap parameter uji disajikan

pada Lampiran 8 dan hasil skoring disajikan pada Lampiran 9.

RP (%) = (Pt - P0)

Pp

RL (%) = (Lt - L0)

Lp

RE (%) = (Et - E0)

Ep

Page 19: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Data hasil pengukuran dari kinerja pertumbuhan ikan sidat Anguilla bicolor

bicolor selama masa pemeliharaan 40 hari yang meliputi tingkat kelangsungan

hidup, laju pertumbuhan harian, konversi pakan, tingkat konsumsi pakan, retensi

protein dan lemak untuk masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan harian (LPH), konversi

pakan (KP), tingkat konsumsi pakan (TKP), retensi protein (RP), retensi

lemak (RL), retensi energi (RE) ikan sidat dan total skoring

Parameter

Perlakuan

A (pakan

komersial)

B (tepung

rebon)

C (tepung ikan

impor)

D (tepung

kombinasi)

KH (%) 90,00±14,14 100,00±0,00

60,00±28,28

90,00±14,14

LPH (%) 0,71±0,06 0,67±0,11

0,74±0,00

0,50±0,07

KP 3,33±0,25 2,98±0,38

3,55±0,92

3,94±0,6

TKP (g pakan/g ikan/hari) 0,023±0,001 0,021±0,001

0,021±0,003 0,020±0,001

RP (%) 51,11 52,76 66,47 44,50

RL (%) 476,14 383,60 349,57 309,03

RE (%) 83,79 70,77 68,76 64,53

Total Skoring 410 410 430 200

Berdasarkan tabel 2 diketahui secara umum perlakuan pakan komersial,

tepung rebon, tepung ikan impor dan tepung kombinasi menunjukkan hasil yang

berbeda. Kelangsungan hidup tertinggi diperoleh dari pakan tepung rebon

sedangkan nilai terendah diperoleh dari pakan tepung ikan impor. Laju

pertumbuhan harian tertinggi diperoleh dari pakan tepung ikan impor sedangkan

nilai terendah diperoleh dari tepung kombinasi. Nilai laju pertumbuhan harian ini

seiring dengan nilai retensi protein yang dihasilkan. Retensi protein tertinggi

diperoleh dari tepung ikan impor sedangkan nilai terendah diperoleh dari pakan

tepung kombinasi. Sementara itu tingginya nilai retensi lemak tidak seiring dengan

peningkatan laju pertumbuhan. Retensi lemak dan retensi energi tertinggi diperoleh

dari pakan komersial sedangkan nilai terendah diperoleh dari pakan tepung

kombinasi. Nilai retensi lemak dan energi ini seiring dengan tingkat konsumsi

pakan ikan. Tingkat konsumsi pakan tertinggi diperoleh dari pakan komersial

sedangkan terendah diperoleh dari tepung kombinasi.

Pertumbuhan bobot rata-rata ikan sidat selama 40 hari masa pemeliharaan

mengalami kenaikan untuk perlakuan pakan komersial, tepung rebon, tepung ikan

impor serta tepung kombinasi rebon, ikan impor dan ikan lokal. Berdasarkan

Gambar 1 dapat diketahui bahwa peningkatan tertinggi bobot rata-rata individu ikan

sidat selama masa pemeliharaan diperoleh dari pakan tepung ikan impor.

Sedangkan pada ikan sidat yang diberi pakan kombinasi menunjukkan perubahan

bobot rata-rata individu yang paling rendah dibandingkan perlakuan lainnya.

Page 20: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

8

Gambar 1 Perubahan bobot rata-rata ikan sidat pada perlakuan (♦) pakan komersial,

(■) tepung rebon (▲) tepung ikan impor, dan (x) tepung kombinasi

selama pemeliharaan

Selama 40 hari pemeliharaan ikan sidat dilakukan pengukuran fisika kimia

air meliputi parameter suhu, derajat keasaman (pH), dissolved oxygen (DO),

amonia dan alkalinitas. Kondisi fisika kimia air selama penelitian disajikan pada

Tabel 4.

Tabel 4 Fisika kimia air pada sistem pemeliharaan ikan sidat yang diberi pakan uji

selama 40 hari

Parameter Satuan

Perlakuan

Kisaran

optimum A (pakan

komersial)

B (tepung

rebon

C (tepung

ikan

impor)

D (tepung

kombinasi)

Suhu ºC 27,0-31,0 27,0-31,0 26,8-31,0 26,8-30,2 25,0-30,0a

pH unit 6,5-7,8 6,4-7,7 6,5-7,8 6,5-7,7 6,0-8,0b

DO mg/L 5,1-7,4 4,6-5,7 4,4-5,1 4,9-7,4 >3,0c

Amonia mg/L <0,0056 <0,0215 <0,0148 <0,0071 <0,1000d

Alkalinitas mg/L 104-168 56-168 112-168 112-168 20-300e

a : Hasbullah (2006) ;

b Ritonga (2014);

cHuet (1975);

d Yamagata dan Niwa (1982);

eBoyd (1988)

Kondisi fisika kimia air selama pemeliharaan menunjukkan masih berada

pada kisaran optimum untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan sidat.

Pembahasan

Hasil pengamatan terhadap tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan

harian dan konversi pakan menunjukkan hasil yang berbeda untuk setiap perlakuan

pakan yang diberikan. Berdasarkan hasil penelitian Altun et al (2005) untuk ikan

sidat stadia yellow eel memiliki tingkat kelangsungan hidup terbaik sebesar 92,6%.

Sementara itu tingkat kelangsungan hidup untuk masing-masing perlakuan berkisar

antara 60-100%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini lebih rendah

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

110,00

120,00

130,00

140,00

0 10 20 30 40

Bo

bo

t (g

ram

)

Waktu pemeliharaan (hari)

Page 21: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

9

khususnya perlakuan tepung ikan impor, sedangkan untuk perlakuan tepung rebon

menunjukkan kelangsungan hidup yang lebih baik yakni 100%. Pertumbuhan dan

tingkat kelangsungan hidup merupakan proses biologis yang komplek dimana

banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah faktor luar dan faktor dalam.

Faktor luar diantaranya adalah lingkungan dan makanan (Ricker 1975 dalam

Sasono 2001).

Kondisi lingkungan pemeliharaan yang optimum tentunya akan menunjang

kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Alkalinitas merupakan gambaran

kapasitas air untuk menetralkan asam yang berperan sebagai penyangga perairan

terhadap pH, koagulasi dan pelunakan air (Effendie 2003). Nilai alkalinitas yang

dihasilkan selama pemeliharaan berkisar antara 56-168 mg/L dengan nilai pH 6,4-

7,8. Hal ini sesuai dengan pemaparan Boyd (1988) yang menyatakan bahwa

alkalinitas yang baik berada pada kisaran 30-500 mg/L dan hasil penelitian Ritonga

(2014) yang menunjukkan bahwa pH optimum untuk ikan sidat adalah 6,0-8,0.

Nilai alkalinitas dan pH ini dapat mempengaruhi proses osmoregulasi dalam tubuh

ikan. Nilai amonia selama masa pemeliharaan kurang dari 0,0215 mg/L. Menurut

Yamagata dan Niwa (1982) ikan sidat mampu bertahan hidup pada kondisi amonia

yang kurang dari 0,1 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi amonia media

pemeliharaan masih berada pada batas toleransinya sehingga amonia tidak

terakumulasi di dalam darah dan eksresi amonia tidak terhambat. Menurut Boyd

(1988) akumulasi amonia di dalam darah dapat mengakibatkan transportasi oksigen

menjadi berkurang. Hal ini dikarenakan keberadaan amonia dapat menurunkan

kemampuan hemoglobin dalam mengangkut oksigen.

Kisaran oksigen terlarut selama pemeliharaan yaitu 4,4-7,4 mg/L. Hal ini

sesuai dengan penelitian Huet (1975) yang menunjukkan bahwa ikan sidat dapat

bertahan hidup dan tumbuh dengan baik pada oksigen terlarut lebih dari 3,0 mg/L.

Secara umum, ikan sidat lebih tahan terhadap konsentrasi oksigen yang rendah. Hal

ini dikarenakan organ pernapasan ikan sidat terdiri atas insang dan kulit sehingga

ikan sidat memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara

(Tesch 1977). Suhu merupakan parameter fisika air yang dapat mempengaruhi

proses fisiologis organisme akuatik. Kisaran suhu pada saat pemeliharaan yaitu

26,8-31,0oC. Menurut penelitian Hasbullah (1996) suhu optimum untuk

pertumbuhan ikan sidat adalah 25-30oC. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

suhu media pemeliharaan cukup menunjang kelangsungan hidup ikan sidat. Secara

keseluruhan parameter fisika kimia air masih berada pada kisaran optimum untuk

kelangsungan hidup ikan sidat (Lampiran 8). Hal ini diduga karena sistem

resirkulasi berjalan dengan cukup baik, disertai pengelolaan pergantian air dan

pengambilan kotoran ikan secara rutin dalam meminimalisasi terakumulasinya

bahan organik pada media pemeliharaan.

Pakan perlakuan yang diberikan memiliki kandungan protein yang cukup

tinggi sebesar 45,98±0,23%. Oleh karena itu kematian ikan sidat dapat dikatakan

tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pakan. Kematian ikan sidat pada saat

pemeliharaan berlangsung, dicirikan dengan terdapatnya luka bekas gigitan yang

memerah dan diselimuti oleh selaput tipis menyerupai jamur. Hal ini diduga terjadi

akibat kualitas benih ikan yang sulit dikontrol sehingga terjadinya infeksi fungi

eksternal. Berdasarkan hasil penelitian Tesch (1977) penyakit ini biasa disebut

sebagai penyakit sidat Saprolegnia parasitica yang terjadi akibat adanya bekas luka

dan merupakan infeksi sekunder.

Page 22: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

10

Efisiensi penggunaan pakan dalam kegiatan budidaya ikan dapat dilihat dari

tinggi rendahnya nilai konversi pakan. Hasil pengamatan terhadap nilai konversi

pakan (Tabel 2) menunjukkan hasil yang berbeda utnuk masing-masing perlakuan.

Berdasarkan hasil penelitian Altun et al (2005) untuk ikan sidat stadia yellow eel

memiliki nilai konversi pakan terbaik sebesar 3,76. Hal ini menunjukkan bahwa

hasil penelitian ini sudah cukup baik. Effendie (2004) menjelaskan bahwa konversi

pakan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah spesies meliputi

kebiasaan makan dan stadia ikan, kualitas air serta kualitas dan kuantitas pakan.

Jika dilihat dari tingkat konsumsi pakan pada ikan sidat, perlakuan pakan komersial

menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini

diduga karena jenis atraktan yang digunakan dalam pakan komersial lebih baik

sehingga ketertarikan ikan terhadap pakan lebih tinggi. Sesuai dengan pemaparan

Irawan (2013) yang menyatakan bahwa jumlah konsumsi pakan dipengaruhi oleh

adanya atraktan yang dapat mempengaruhi palabilitas ikan terhadap pakan. Pakan

dengan atraktan yang sesuai akan mudah dikenali oleh ikan sidat sehingga dapat

meningkatkan jumlah konsumsi pakan yang masuk ke dalam tubuh ikan sebagai

faktor penunjang pertumbuhan. Hal ini dikarenakan ikan sidat memiliki penglihatan

yang kurang baik, namun memiliki organ penciuman yang sensitif (Rovara 2007).

Sementara itu konversi pakan terendah diperoleh dari pakan tepung rebon.

Sutrisno (2008) memaparkan bahwa konversi pakan berhubungan dengan tingkat

efisiensi ikan dalam memanfaatkan pakan yang dikonsumsi. Rendahnya nilai

konversi pakan ini mengindikasikan penggunaan energi oleh ikan untuk aktifitas

hidup dan yang hilang melalui jalur ekskresi relatif kecil sehingga ikan memiliki

kelebihan energi yang dapat digunakan untuk pertumbuhan, demikian pula

sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa pakan tepung rebon lebih dapat

dimanfaatkan oleh tubuh ikan sidat sehingga energi yang dihasilkan untuk

pertumbuhan lebih besar dan nilai konversi pakan menjadi lebih rendah.

Sebaliknya, pakan tepung kombinasi relatif lebih sulit untuk dimanfaatkan oleh

tubuh ikan sidat sehingga menghasilkan nilai konversi pakan tertinggi.

Laju pertumbuhan harian menunjukkan hasil yang berbeda untuk masing-

masing perlakuan. Laju pertumbuhan harian berkisar antara 0,50-0,74%. Menurut

hasil penelitian Altun et al (2005) untuk sidat stadia yellow eel memiliki laju

pertumbuhan harian terbaik sebesar 0,33%. Hal ini menunjukkan bahwa laju

pertumbuhan harian untuk masing-masing perlakuan jauh lebih tinggi jika

dibandingkan dengan hasil penelitian tersebut. Berdasarkan Gambar 1 dapat

diketahui nilai pertumbuhan bobot rata-rata tertinggi diperoleh dari pakan tepung

impor. Pertambahan bobot rata-rata ini berbanding lurus dengan laju pertumbuhan

harian. Tingginya pertambahan bobot pada perlakuan pakan tepung ikan impor

diduga karena kandungan nutrisi pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan

ikan sidat, sehingga mudah dicerna oleh tubuh ikan dan dapat memacu

pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan nilai retensi protein yang dihasilkan.

Retensi protein ikan sidat (Tabel 2) yang paling tinggi diperoleh dari pakan tepung

ikan impor sehingga menghasilkan pertambahan bobot tertinggi.

Retnosari (2007) menjelaskan bahwa penggunaan protein dalam pakan

dipengaruhi oleh susunan asam amino, jumlah energi, sifat fisiologis dari ikan, dan

kualitas pakan. Faktor penyebab tingginya retensi protein pada pakan tepung ikan

impor diduga karena pemenuhan energi untuk pertumbuhan telah ditunjang secara

cukup oleh lemak dan karbohidrat. Hal ini sesuai dengan pemaparan Shimeno et al.

Page 23: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

11

(1995) dalam Kurniawan (2013) yang menjelaskan bahwa penggunaan energi

dengan pemanfaatan lemak dan karbohidrat yang cukup dalam pakan akan

mengefisiensikan protein untuk pertumbuhan sehingga jumlah protein yang

disimpan dalam tubuh dapat meningkat. Kualitas dan kuantitas protein yang cukup

dalam pakan ini akan diubah menjadi protein tubuh secara efisien yang selanjutnya

akan mempengaruhi pertumbuhan ikan (NRC 1993). Hal ini sesuai dengan Steffens

(1989) yang menyatakan bahwa jika terjadi kesesuaian profil asam amino yang

terkandung dalam pakan dengan asam amino yang dibutuhkan oleh ikan, maka

akan semakin banyak bagian asam amino yang disintesis menjadi protein. Oleh

karena itu diduga tepung ikan impor memiliki kandungan asam amino yang paling

sesuai dengan asam amino yang dibutuhkan ikan sidat sehingga jumlah asam amino

yang dapat disintesis menjadi protein meningkat dan menghasilkan pertumbuhan

yang paling baik. Sementara itu retensi protein yang paling rendah diperoleh dari

pakan tepung kombinasi dan menghasilkan pertambahan bobot rata-rata terendah.

Nilai retensi yang rendah ini dapat disebabkan oleh mutu protein yang rendah, dan

diduga kandungan asam amino esensial di dalam pakan kurang sesuai dengan asam

amino yang dibutuhkan oleh ikan sidat. Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya

pertambahan bobot ini adalah tingkat konsumsi pakan yang lebih rendah

dibandingkan perlakuan lainnya, menyebabkan pemasukan nutrisi juga rendah

sehingga penggunaan energi untuk menunjang pertumbuhan belum cukup.

Tingginya retensi lemak (Tabel 2) dengan nilai di atas 100% untuk masing-

masing perlakuan ini diduga karena terjadinya biosintesis lemak dari unsur nutrisi

lain contohnya karbohidrat, yang berarti sumber lemak yang dihasilkan bukan

hanya berasal dari lemak dalam pakan (Afrianto dan Liviawaty 2005). Karbohidrat

dapat disintesis menjadi lemak dikarenakan adanya kesesuaian gugus C, H, O

dengan gugus lemak. Lemak memiliki peranan yang penting sebagai sumber energi

serta untuk memelihara struktur dan fungsi membran jaringan sel pada organ tubuh

tertentu (NRC 1993). Deposit lemak pada ikan sidat stadia yellow eel ini diduga

sebagai strategi untuk pemijahan. Ikan sidat merupakan jenis ikan katadromous

yang pada stadia dewasa akan melakukan ruaya ke laut untuk bereproduksi

(Affandi 2005). Oleh karena itu ikan sidat memerlukan cadangan energi yang

cukup banyak untuk proses fisiologi selama migrasi. Selain itu cadangan energi

yang berasal dari asam lemak esensial memiliki peranan yang penting dalam

fisiologis reproduksi seperti pembentukan gonad (Afrianto dan Liviawaty 2005).

Nilai retensi lemak ini berbanding lurus dengan retensi energi ikan sidat

(Tabel 2). Hasil retensi lemak dan retensi energi tertinggi diperoleh dari pakan

komersial sedangkan retensi lemak terendah diperoleh dari pakan tepung

kombinasi. Nilai ini seiring dengan tingkat konsumsi pakan ikan sidat. Tingkat

konsumsi pakan yang lebih tinggi pada pakan komersial menyebabkan pemasukan

nutrisi ke dalam tubuh ikan juga lebih tinggi sehingga asam lemak esensial yang

dapat disintesis dan disimpan serta dimanfaatkan oleh tubuh ikan sidat mengalami

peningkatan. Sebaliknya, pada pakan tepung kombinasi, tingkat konsumsi pakan

ikan sidat lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya sehingga cadangan energi

di dalam tubuh ikan lebih rendah dan menghasilkan retensi energi dan retensi lemak

yang lebih rendah pula. Afrianto dan Liviawaty (2005) menambahkan bahwa

keseimbangan dan kesesuaian antara kandungan asam lemak esensial dalam pakan

dengan kebutuhan ikan menyebabkan pakan mudah dicerna oleh tubuh ikan dan

Page 24: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

12

selanjutnya akan ditimbun dalam jaringan tubuh sebagai lemak di dalam tubuh,

demikian pula sebaliknya.

Kinerja pertumbuhan ikan dapat dilihat dari parameter tingkat kelangsungan

hidup, konversi pakan, dan laju pertumbuhan harian. Berdasarkan hasil skoring

parameter pengamatan secara keseluruhan, pakan dengan sumber protein utama

tepung ikan impor merupakan perlakuan yang paling baik untuk meningkatkan

kinerja pertumbuhan ikan sidat stadia yellow eel dengan menggunakan pakan pelet.

Oleh karena itu tepung ikan impor dapat dijadikan sebagai sumber protein utama

dalam pembuatan pakan ikan sidat dikarenakan memiliki komposisi nutrisi yang

paling baik dan sesuai dengan kebutuhan ikan sidat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan sumber protein utama berupa tepung ikan impor menunjukkan

hasil yang paling baik dalam meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan sidat

Anguilla bicolor bicolor dengan menggunakan pakan pelet. Oleh karena itu tepung

ikan impor dapat dijadikan sebagai sumber protein utama dalam pembuatan pakan

ikan sidat dikarenakan memiliki komposisi nutrisi yang paling baik dan sesuai

dengan kebutuhan ikan sidat.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memaksimalkan penggunaan

tepung ikan lokal dengan melakukan kombinasi dalam formulasi pembuatan pakan.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R. 2005. Strategi pemanfaatan sumberdaya ikan sidat Anguilla spp. di

Indonesia. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. Vol.5 (2): 77-81.

Afrianto E, Liviawaty E. 2005. Pakan Ikan. Yogyakarta (ID): Kanisius.148 hlm.

Altun T, Nazmi T, Erdal N, Yusuf S. 2005. Some growth parameters on european

eel (Anguilla Anguilla 1758) fed with different feeds. J. Fish & Aqua Scie.

Vol. 22 (1-2): 215-219.

Boyd CE. 1988. Water Quality in Warm Water Fish Ponds. Fourth Printing.

Alabama (US): Auburn University Agriculture Experiment Station. 359 p.

Djajasewaka H. 2002. Pengaruh pemberian pakan buatan dalam bentuk pelet, pasta

dan campuran keduanya terhadap pertumbuhan benih sidat Anguilla bicolor.

Prosiding Sumberdaya Perikanan Sidat Tropik. UPT Baruna Jaya. Jakarta

(ID) : BPPT-DKP. Hlm. 55-58.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelola Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius. 258 hlm.

Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Halver J.E. 1989. Fish Nutrition Second Edition. New York (US): Academy Press

Inc. 789 pp.

Page 25: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

13

Handoyo B. 2012. Respon benih ikan sidat terhadap hormon pertumbuhan

rekombinan ikan kerapu kertang melalui perendaman dan oral. [tesis].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hasbullah. 1996. Pengaruh tingkat salinitas (0, 3, 6, dan 9 ppt) dan suhu (23, 26,

28, dan 32oC) terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan

sidat Anguilla bicolor pada masa pemeliharaan 0-2 minggu setelah

penangkapan dari alam. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Huet M. 1975. Text book of fish culture. Breeding and cultivation of fish. England

(GB): Fishing News (Book) Ltd. p 201-333.

Huissman EA. 1987. Principle of fish production. Departement of Fish Culture and

Fisheries, Wageningen Agricultural University, The Netherlands.

Irawan WS. 2013. Evaluasi tepung bungkil biji karet Hevea brasiliensis yang

dihidrolisis cairan rumen domba sebagai pengganti bungkil kedelai dalam

pakan ikan patin Pangasius sp. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Statistik perikanan budidaya kolam

[Internet]. [diunduh 2014 Mar 25]. Tersedia pada http://sidatik.kkp.go.id

Kurniawan A. 2013. Palatabilitas dan pertumbuhan sidat Anguilla bicolor bicolor

dengan pemberian atraktan tepung cumi 2%. tepung udang rebon 2%. serta

kombinasi keduanya masing-masing. [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Mahi II. 2000. Pengaruh kadar protein dan imbangan energi protein pakan berbeda

terhadap retensi protein dan pertumbuhan benih ikan sidat Anguilla bicolor

bicolor. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS

dan Minitab Jilid I. Edisi Kedua. Bogor (ID): IPB-Press.

National Research Council. 1993. Nutrient Requirement of Fish. Washington D.C

(US): National Academic Press. 115 pp.

Retnosari D. 2007. Pengaruh Subtitusi Tepung Ikan oleh Tepung Belatung

Terhadap Pertumbuhan Benih Nila Oreochromis niloticus. [skripsi].

Bandung (ID): Universitas Padjajaran.

Ritonga T. 2014. Respon benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) terhadap

derajat keasaman (pH). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rovara O. 2007. Karakteristik reproduksi. upaya maskulinisasi dan pematangan

gonad ikan sidat betina Anguilla bicolor bicolor melalui penyuntikan

ekstrak hipofisis. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sasono AD. 2001. Kebiasaan makanan ikan sidat Anguilla bicolor di Desa Citepus.

Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Desa Cimaja. Kecamatan Cisolok.

Kabupaten Sukabumi. Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Steffens W. 1989. Principle of Fish Nutrition. Chichester (GB): Ellis Horwood

Limited.

Sutrisno. 2008. Penentuan salinitas air dan jenis pakan alami yang tepat dalam

pemeliharaan benih ikan sidat Anguilla bicolor. Jurnal Akuakultur

Indonesia. 7(1) : 71-77.

Page 26: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

14

Takeuchi T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrition. In

Watanabe T, ed. Fish Nutrition and Mariculture, JICA Textbook the

General Aquaculture Course. Tokyo (JP): Kanagawa internat. Fish. Training

Center. p 179-229.

Tesch FW. 1977. The Eel – Biology and Management of Anguillid Eels. London

(ENG): Chapman and Hall.

Yamagata Y, Niwa M. 1982. Acute and chronic toxicity of ammonia to eel Anguilla

japonica. Bull Jap Soc Sci Fish. 48 (2): 171-176.

Page 27: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

15

Lampiran 1 Skema dan tata letak wadah pemeliharaan ikan sidat

Ruang Filter Ruang Wadah Budidaya

Pipa Inlet

Aerasi

Shelter

Paralon Pipa

Penyerapan

Pompa

Pipa

OutletParal

on

Page 28: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

16

Lampiran 2 Prosedur analisis proksimat

A. Kadar Protein

Tahap Oksidasi

1. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam labu

Kjedahl.

2. Katalis (K2SO4+CuSO4.5H2O) dengan rasio 9:1 ditimbang sebanyak 1,5 gram

dan dimasukkan ke dalam labu Kjedahl.

3. 10 ml H2SO4 pekat ditimbahkan ke dalam labu Kjedahl dan kemudian labu

tersebut dipanaskan dalam rak oksidasi/digestion pada suhu 400ºC selama 3-4

jam sampai terjadi perubahan warna cairan dalam labu menjadi hijau bening.

4. Larutan didinginkan lalu ditambahkan air destilasi 100 ml. Kemudian larutan

dimasukkan ke dalam labu takar dan diencerkan dengan akuades sampai

volume larutan mencapai 100 ml. Larutan sampel siap didestilasi.

Tahap Destilasi

1. Beberapa tetes H2SO4 dimasukkan kedalan labu. sebelumnya labu diisi

setengahnya dengan akuades untuk menghindari kontaminasi oleh amonia

lingkungan. Kemudian didihkan selama 10 menit.

2. Erlenmeyer diisi 10 ml H2SO4 0,05 N dan ditambahkan 2 tetes indikator

methyl blue green diletakkan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan

cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.

3. 5 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi melalui corong

yang kemudian dibilas dengan akuades dan ditambahkan 10 ml NaOH 30%

lalu dimasukkan melalui corong tersebut dan ditutup.

4. Campuran alkalin dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10

menit sejak terjadi pengembunan pada kondensor.

Tahap Titrasi

1. Larutan hasil destilasi dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N

2. Volume hasil titrasi dicatat

3. Prosedur yang sama juga dilakukan pada blanko

Kadar Protein (%) = x 100

Keterangan :

Vb = Volume hasil titrasi blanko (ml)

Vs = Volume hasil titrasi sampel (ml)

S = Bobot Sampel (gram)

* = Setiap ml 0,05 NaOH ekivalen dengan 0,0007 gram Nitrogen

** = Faktor Nitrogen

B. Kadar Lemak

Metode ekstraksi Soxhlet 1. Labu ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 110ºC dalam waktu 1 jam.

Kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang bobot

labu tersebut (X1).

Page 29: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

17

2. Sampel ditimbang sebanyak 3-5 gram (A). dan dimasukkan ke dalam

selongsong tabung filter dan dimasukkan ke dalam soxhlet dan pemberat

diletakkan di atasnya.

3. N-hexan 100-150 ml dimasukkan ke dalam soxhlet sampai selongsong

terendam dan sisa N-hexan dimasukkan ke dalam labu.

4. Labu yang telah dihubungkan dengan soxhlet dipanaskan di atas water bath

sampai cairan yang merendam sampel dalam soxhlet berwarna bening.

5. Labu dilepaskan dan tetap dipanaskan hingga N-hexan menguap

6. Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 60 menit.

kemudian didinginkan dalam desikatot selama 30 menit dan ditimbang (X2).

Metode Folch

1. Sampel ditimbang sebanyak 2-3 gram (A) dan dimasukkan ke dalam gelas

homogenize dan ditambahkan larutan kloroform / methanol(20xA). sebagian

disisakan untuk membilas pada saat penyaringan.

2. Sampel dihomogenizer selama 5 menit setelah itu disaring dengan vacuum

pump.

3. Sampel yang telah disaring tersebut dimasukkan dalam labu pemisah yang

telah diberi larutan MgCl2 0,03 N (0,2xC). kemudian dikocok dengan kkuat

minimal selama 1 menit kemudian ditutup dengan alumunium foil dan

didiamkan selama 1 malam.

4. Labu silinder dioven terlebih dahulu pada suhu 110ºC selama 1 jam.

didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X1).

5. Lapisan bawah yang terdapat dalam labu pemisah disaring kedalam labu

silinder kemudian dievaporator sampai kering. Sisa kloroform/methanol yang

terdapat dalam labu ditiup dengan menggunakan vacuum.

6. Stelah sisa kloroform / methanol dalam labu habis. labu dimasukkan kedalam

oven selama 1 jam. didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian

ditimbang (X2).

Kadar Lemak (%) = x 100

C. Kadar Air 1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 100ºC selama 1 jam dan kemudian

dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)

2. Bahan ditimbang 2-3 gram.

3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam oven pada suhu 110ºC selama 4-6 jam

kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)

Kadar Air (%) = x 100

Page 30: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

18

D. Kadar Abu

1. Cawan dan bahan dipanaskan dlama oven pada suhu 100ºC selama 1 jam dan

kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan dtimbang )X1)

2. Bahan ditimbang 2-3 gram(A)

3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam tanur pada suhu 600ºC sampai menjadi

abu kemudian dimasukkan kedalam oven selama 15 menit. didinginkan

dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang. (X2)

Kadar Abu (%) = x 100

E. Kadar Serat Kasar

1. Kertas filter dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 110ºC setelah

itu didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang (X1)

2. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram (A) dimasukkan kedalam Erlemeter

250 ml

3. H2SO4 0,3 N sebanyak 50 ml ditambahakan ke dalam erlemeyer kemudian di

panaskan diatas pembakar bunsen selama 30 menit. Setelah itu NaOH 1,5 N

sebanyak 25 ml ditambahkan ke dalam Erlemeyer dan dipanaskan kembali 30

menit.

4. Larutan dan bahan yang telah dipanaskan kemudian disaring dalam corong

Buchner dan hubungkan pada vacuum pump untuk memepercepat filtrasi.

5. Larutan dan bahan yang ada pada corong Buchner kemudian dibilas secra

berturut-turut dengan 50 ml air panas. 50 ml H2SO4 0,3 N. 50 ml air panas.

dan 25 ml aseton.

6. Kertas saring dan residu bahan dimasukkan dalam cawan porselin. Lalu

dipanaskan dalam oven 105–110ºC selama 1 jam kemudian didinginkan

dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (x2)

7. Setelah itu di panaskan dalam tanur 600ºC hingga berwarna putih atau

menjadi abu (±4 jam). Kemudian dimasukkan dalam oven 105-110ºC selama

15 menit. didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X3)

Kadar Serat Kasar (%) = x 100

Lampiran 3 Hasil analisis proksimat bahan baku pakan (% bobot kering)

Bahan

Baku

Protein

(%)

Lemak

(%)

Abu

(%)

Serat

Kasar

(%)

BETN

(%) KH (%)

GE

(kkal/kg)

Tepung

Rebon 53,86 4,36 21,82 0,92 19,04 19,95 4270,19

Terigu 10,62 0,94 0,72 0,11 87,60 87,71 4293,75

Bungkil

Kedelai 45,49 2,05 7,28 4,14 41,03 45,17 4616,91

Tepung Ikan

Lokal 35,01 9,41 54,24 4,51 -3,17 1,34 2918,12

Tepung Ikan

Impor 61,95 7,96 19,69 1,02 9,38 10,40 4673,73

Tepung

Cumi 53,89 6,74 25,46 1,75 12,17 13,92 4247,48

Page 31: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

19

Lampiran 4 Hasil analisis proksimat pakan (% bobot kering)

Lampiran 5 Hasil analisis proksimat tubuh ikan (% bobot kering)

Bahan Lemak Serat Kasar Abu Protein BETN Karbohidrat GE

(kkal/kg)

Ikan Awal 37,13 1,19 6,83 42,98 11,88 13,07 6466,94

Ikan A 57,90 0,43 6,71 50,24 -15,29 -14,86 7689,46

Ikan B 43,33 0,30 4,77 44,63 6,97 7,27 6906,99

Ikan C 42,95 0,16 6,77 51,19 -1,07 -0,91 6905,06

Ikan D 44,01 0,10 4,40 46,29 5,20 5,30 6983,98

Lampiran 6 Hasil sampling bobot rata-rata ikan sidat

Perlakuan Bobot rata-rata (gram)

Sampling 0 Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4

A1 100,24 106,18 120,00 129,93 135,50

A2 100,44 101,30 115,68 124,60 130,88

B1 100,18 103,42 106,26 113,02 126,88

B2 101,48 102,74 109,98 126,20 136,68

C1 102,70 102,92 119,87 134,95 138,45

C2 100,18 106,82 119,10 126,70 134,53

D1 100,84 103,68 115,38 121,85 120,73

D2 101,88 102,74 109,10 119,72 126,56

Lampiran 7 Hasil pengukuran fisika kimia air

DO (mg/L)

TAN (mg/L)

Perlakuan Pengukuran ke-

Perlakuan

Pengukuran ke-

1 2 3

1 2 3

A1 5,1 7,4 5,9

A1 0,078 0,060 0,009

A2 5,1 6,1 5,6

A2 0,078 0,132 0,129

B1 5,1 4,6 5,7

B1 0,078 0,018 0,044

B2 5,1 4,0 5,7

B2 0,078 0,375 0,139

C1 5,1 4,6 4,4

C1 0,078 0,117 0,089

C2 5,1 5,1 6,6

C2 0,078 0,259 0,129

D1 5,1 5,4 7,4

D1 0,078 0,011 0,009

D2 5,1 4,9 6,5

D2 0,078 0,167 0,104

Bahan Lemak Serat Kasar Abu Protein BETN Karbohidrat GE

(kkal/kg)

Pakan A 8,42 3,69 14,58 46,04 27,26 30,96 4436,76

Pakan B 5,88 2,33 25,32 34,50 31,97 34,30 4257,31

Pakan C 6,58 1,83 21,27 43,94 26,38 28,21 4361,22

Pakan D 6,66 1,67 32,00 38,30 21,38 23,05 4016,20

Page 32: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

20

Alkalinitas (mg/L)

Amonia (mg/L)

Perlakuan Pengukuran ke-

Perlakuan

Pengukuran ke-

1 2 3

1 2 3

A1 168 128 136 A1 0,0045 0,0034 0,0005

A2 168 112 104 A2 0,0033 0,0056 0,0055

B1 168 104 112

B1 0,0021 0,0005 0,0012

B2 168 80 56 B2 0,0045 0,0215 0,0080

C1 168 112 144

C1 0,0045 0,0067 0,0051

C2 168 120 112 C2 0,0045 0,0148 0,0074

D1 168 152 144 D1 0,0045 0,0006 0,0005

D2 168 112 152 D2 0,0033 0,0071 0,0044

Lampiran 8 Skor masing-masing parameter uji

TKP Kelangsungan Hidup

LPH

Skor Nilai

Skor Nilai

Skor Nilai

1 0,005-0,008

1 0-20

1 0,46-0,52

2 0,009-0,012

2 21-40

2 0,53-0,59

3 0,013-0,016

3 41-60

3 0,60-0,66

4 0,017-0,020

4 61-80

4 0,67-0,73

5 0,021-0,024

5 81-100

5 0,74-0,80

Konversi Pakan Retensi protein

Retensi lemak

Skor Nilai

Skor Nilai

Skor Nilai

1 3,91-4,20

1 44,50-48,89

1 201-260

2 3,61-3,90

2 48,90-53,29

2 261-320

3 3,31-3,60

3 53,30-57,69

3 321-380

4 3,01-3,30

4 57,70-62,09

4 381-440

5 2,71-3,00

5 62,10-66,49

5 441-500

Retensi Energi

Skor Nilai

1 31-35

2 36-50

3 51-65

4 66-80

5 81-95

Page 33: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

21

Lampiran 9 Hasil skoring parameter uji

Parameter

Perlakuan

1 2 3 4

B S BXS B S BXS B S BXS B S BXS

TKP 10 5 50 10 5 50 10 5 50 10 4 40

FCR 10 3 30 10 5 50 10 3 30 10 1 10

RP 10 2 20 10 2 20 10 5 50 10 1 10

RL 10 5 50 10 4 40 10 3 30 10 2 20

RE 10 5 50 10 4 40 10 4 40 10 3 30

SR 10 5 50 10 5 50 10 3 30 10 5 50

LPH 40 4 160 40 4 160 40 5 200 40 1 40

Total 410 410 430 200

Keterangan : B= Bobot ; S=Skor

Page 34: PEMBERIAN PAKAN PELET DENGAN SUMBER PROTEIN … · berukuran 90 x 50 x 40 cm3 pada volume air 120 liter. Ikan sidat yang digunakan ... sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 15 Agustus 1992 dari ayahanda

Sumartono dan ibunda Sugiarti. Penulis merupakan anak kedua dari empat

bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SDN Margajaya I (1998-

2004), SMP Negeri 4 Bogor (2004-2007), dan SMA Negeri 3 Bogor (2007-2010).

Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Teknologi dan Manajemen

Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut

Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2010.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif

Mahasiswa divisi Sosial Masyarakat (SOSMAS) pada periode kepengurusan

2011/2012. Penulis juga pernah menjadi pengurus HIMAKUA pada tahun

2010/2011 dan pengurus FKM-C pada tahun 2010/2011. Penulis juga pernah

menjadi asisten mata kuliah Metode Statistika (2012), Teknologi Pembuatan dan

Pemberian Pakan Ikan (2013), Fisiologi Hewan air (2013),(2014), dan Nutrisi Ikan

(2014).

Tugas Akhir dalam pendidikan tinggi sarjana diselesaikan oleh penulis

dengan menyusun skripsi yang berjudul “Pemberian Pakan Pelet dengan

Sumber Protein Berbeda terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla

bicolor bicolor Stadia Yellow Eel”.