pemberdayaan petani kelapa dalam upaya.pdf

6
Jurnal Litbang Pertanian, 25(1), 2006 31 K elapa merupakan komoditas stra- tegis yang memiliki peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Manfaat tanaman kelapa tidak saja terletak pada daging buahnya yang dapat diolah menjadi santan, kopra, dan minyak kelapa, tetapi seluruh bagian tanaman kelapa mempu- nyai manfaat yang besar. Demikian besar manfaat tanaman kelapa sehingga ada yang menamakannya sebagai "pohon kehidupan" (the tree of life) atau "pohon yang amat menyenangkan" (a heaven tree) (Asnawi dan Darwis 1985). Sukamto (2001) selain menjuluki kelapa sebagai "pohon kehidupan", juga menamakannya sebagai "pohon surga". Kelapa merupakan tanaman tropis yang telah lama dikenal masyarakat Indo- nesia. Hal ini terlihat dari penyebaran tanaman kelapa di hampir seluruh wilayah Nusantara, yaitu di Sumatera dengan areal 1,20 juta ha (32,90%), Jawa 0,903 juta ha (24,30%), Sulawesi 0,716 juta ha (19,30%), Bali, NTB, dan NTT 0,305 juta ha (8,20%), Maluku dan Papua 0,289 juta ha (7,80%), dan Kalimantan 0,277 juta ha (7,50%). Kelapa diusahakan petani baik di kebun maupun pekarangan (Nogoseno 2003). Kelapa merupakan tanaman perke- bunan dengan areal terluas di Indonesia, lebih luas dibanding karet dan kelapa sawit, dan menempati urutan teratas untuk tanaman budi daya setelah padi. Kelapa menempati areal seluas 3,70 juta ha atau 26% dari 14,20 juta ha total areal perkebunan. Sekitar 96,60% pertanaman kelapa dikelola oleh petani dengan rata- rata pemilikan 1 ha/KK (Allorerung dan Mahmud 2003), dan sebagian besar diusahakan secara monokultur (97%), kebun campuran atau sebagai tanaman pekarangan (Budianto dan Allorerung 2003). PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN Supadi dan Achmad Rozany Nurmanaf Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jalan A. Yani No. 70 Bogor 16161 ABSTRAK Pada umumnya usaha tani kelapa rakyat masih bersifat monokultur dengan produktivitas rendah sehingga belum mampu mendukung kehidupan keluarga petani. Sekitar 60% petani kelapa tergolong miskin. Oleh karena itu, pemberdayaan petani merupakan upaya strategis untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Pemberdayaan dapat dilaksanakan melalui: l) pembinaan dan pelatihan cara berproduksi yang efisien melalui penerapan teknologi anjuran dan diversifikasi usaha tani dan produk, 2) bantuan modal (kredit usaha), 3) pembangunan sarana dan prasarana untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan untuk memperlancar penyediaan sarana produksi serta pemasaran hasil, barang dan jasa, serta 4) penguatan kelembagaan sosial ekonomi petani baik lembaga ekonomi (koperasi) maupun nonekonomi (asosiasi). Dengan upaya tersebut diharapkan petani kelapa mampu memanfaatkan potensi dan kreativitasnya sehingga dapat merespons dan mengakses fasilitas yang dibangun untuk kesejahteraan mereka. Kata kunci: Kelapa, usaha tani, pemberdayaan petani, pendapatan usaha tani ABSTRACT Empowerment of coconut farmers to increase their family income Generally, small coconut farmings apply monoculture techniques with low productivity so the farming is not able to support yet the life of farmer’s family. Around 60% coconut farmers are poor. Therefore, coconut farmer’s empowerment is the crucial effort to increase their income and welfare. Farmer's empowerment can be done by several ways, namely 1) construction and training on how to make production efficiently by applying recommended technologies and diversifying farm products, 2) capital aid for farm business, 3) infrastructure development to support public social-economic activities to accelerate marketing of input and output, goods and services, and 4) reinforcement of farmer’s social institution, not only in economic aspect, like cooperation, but also in noneconomic aspect, for example farmers’ association. By these efforts farmers could use their potency and creativity in responding and accessing available facilities. Keywords: Coconuts, farming systems, farmer empowerment, farm income

Upload: haqqi-silverhaq

Post on 11-Aug-2015

493 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA DALAM UPAYA.pdf

Jurnal Litbang Pertanian, 25(1), 2006 31

Kelapa merupakan komoditas stra-tegis yang memiliki peran sosial,

budaya, dan ekonomi dalam kehidupanmasyarakat Indonesia. Manfaat tanamankelapa tidak saja terletak pada dagingbuahnya yang dapat diolah menjadisantan, kopra, dan minyak kelapa, tetapiseluruh bagian tanaman kelapa mempu-nyai manfaat yang besar. Demikian besarmanfaat tanaman kelapa sehingga adayang menamakannya sebagai "pohonkehidupan" (the tree of life) atau "pohonyang amat menyenangkan" (a heaventree) (Asnawi dan Darwis 1985). Sukamto(2001) selain menjuluki kelapa sebagai

"pohon kehidupan", juga menamakannyasebagai "pohon surga".

Kelapa merupakan tanaman tropisyang telah lama dikenal masyarakat Indo-nesia. Hal ini terlihat dari penyebarantanaman kelapa di hampir seluruh wilayahNusantara, yaitu di Sumatera denganareal 1,20 juta ha (32,90%), Jawa 0,903 jutaha (24,30%), Sulawesi 0,716 juta ha(19,30%), Bali, NTB, dan NTT 0,305 jutaha (8,20%), Maluku dan Papua 0,289 jutaha (7,80%), dan Kalimantan 0,277 juta ha(7,50%). Kelapa diusahakan petani baikdi kebun maupun pekarangan (Nogoseno2003).

Kelapa merupakan tanaman perke-bunan dengan areal terluas di Indonesia,lebih luas dibanding karet dan kelapasawit, dan menempati urutan teratas untuktanaman budi daya setelah padi. Kelapamenempati areal seluas 3,70 juta ha atau26% dari 14,20 juta ha total arealperkebunan. Sekitar 96,60% pertanamankelapa dikelola oleh petani dengan rata-rata pemilikan 1 ha/KK (Allorerung danMahmud 2003), dan sebagian besardiusahakan secara monokultur (97%),kebun campuran atau sebagai tanamanpekarangan (Budianto dan Allorerung2003).

PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA DALAM UPAYAPENINGKATAN PENDAPATAN

Supadi dan Achmad Rozany Nurmanaf

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jalan A. Yani No. 70 Bogor 16161

ABSTRAK

Pada umumnya usaha tani kelapa rakyat masih bersifat monokultur dengan produktivitas rendah sehingga belummampu mendukung kehidupan keluarga petani. Sekitar 60% petani kelapa tergolong miskin. Oleh karena itu,pemberdayaan petani merupakan upaya strategis untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.Pemberdayaan dapat dilaksanakan melalui: l) pembinaan dan pelatihan cara berproduksi yang efisien melaluipenerapan teknologi anjuran dan diversifikasi usaha tani dan produk, 2) bantuan modal (kredit usaha), 3)pembangunan sarana dan prasarana untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan untuk memperlancarpenyediaan sarana produksi serta pemasaran hasil, barang dan jasa, serta 4) penguatan kelembagaan sosial ekonomipetani baik lembaga ekonomi (koperasi) maupun nonekonomi (asosiasi). Dengan upaya tersebut diharapkanpetani kelapa mampu memanfaatkan potensi dan kreativitasnya sehingga dapat merespons dan mengakses fasilitasyang dibangun untuk kesejahteraan mereka.

Kata kunci: Kelapa, usaha tani, pemberdayaan petani, pendapatan usaha tani

ABSTRACT

Empowerment of coconut farmers to increase their family income

Generally, small coconut farmings apply monoculture techniques with low productivity so the farming is not ableto support yet the life of farmer’s family. Around 60% coconut farmers are poor. Therefore, coconut farmer’sempowerment is the crucial effort to increase their income and welfare. Farmer's empowerment can be done byseveral ways, namely 1) construction and training on how to make production efficiently by applying recommendedtechnologies and diversifying farm products, 2) capital aid for farm business, 3) infrastructure development tosupport public social-economic activities to accelerate marketing of input and output, goods and services, and 4)reinforcement of farmer’s social institution, not only in economic aspect, like cooperation, but also in noneconomicaspect, for example farmers’ association. By these efforts farmers could use their potency and creativity inresponding and accessing available facilities.

Keywords: Coconuts, farming systems, farmer empowerment, farm income

Page 2: PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA DALAM UPAYA.pdf

32 Jurnal Litbang Pertanian, 25(1), 2006

Areal tanam kelapa meningkat dari1,60 juta ha tahun 1968 menjadi 3,75 hatahun 2000 atau rata-rata bertambahdengan laju 4%/tahun. Secara kuantitatifareal tanam meningkat, tetapi secarakualitatif belum ada peningkatan yangnyata (Brotosunaryo 2003). MenurutAllorerung dan Mahmud (2003), selama30 tahun terakhir areal kelapa meningkatsekitar 154%, tetapi produktivitasnyarelatif tidak berubah dari 0,80 t menjadi1,10 t kopra/ha/tahun, padahal kelapadalam yang dipelihara intensif dapatmenghasilkan 2,50 t kopra/ha/tahun dankelapa hibrida 4 t kopra/ha/tahun.

Dalam perekonomian Indonesia,kelapa merupakan salah satu komoditasstrategis karena perannya yang besar bagimasyarakat sebagai sumber pendapatan,sumber utama minyak dalam negeri,sumber devisa, sumber bahan bakuindustri (pangan, bangunan, farmasi, oleo-kimia), dan sebagai penyedia lapangankerja (Kasryno et al. 1998; Tondok 1998;Allorerung dan Mahmud 2003; Budiantodan Allorerung 2003; Tarigans 2003).Namun demikian menurut Budianto danAllorerung (2003), bila dilihat dari segipendapatan petani, potensi ekonomikelapa yang sangat besar itu belum di-manfaatkan secara optimal karena adanyaberbagai masalah internal baik dalamproses produksi, pengolahan, pemasaranmaupun kelembagaan (Kasryno et al.1998).

Terbatasnya perhatian pemerintahterhadap perkelapaan, secara langsungdan tidak langsung telah mengabaikannasib dan kepentingan sekitar 8 juta KK(40 juta rakyat Indonesia) yang meliputipetani, buruh tani, buruh dagang,pedagang, dan buruh industri (Allore-rung dan Mahmud 2003). Hal ini terjadikarena penilaian peran suatu komoditaskhususnya kelapa secara nasionalsering bias, karena hanya dilihat darikontribusinya terhadap perolehan devisadengan mengabaikan jumlah rakyatyang terlibat langsung di dalamnya.Sejak zaman penjajahan hingga kini,profil usaha tani kelapa praktis tidakbanyak mengalami perubahan. Produkyang dihasilkan petani tetap hanyaberupa kopra atau kelapa butiran. Bahkanjika dahulu petani atau usaha kecilpedesaan banyak mengolah minyakklentik, sekarang praktis sudah tidak ada(Allorerung dan Mahmud 2003). Dengandemikian, peran sosial ekonomi kelapabagi petani relatif tidak berubah.

Kondisi ekonomi kelapa dalam kurunwaktu 30 tahun terakhir relatif tidakberubah, baik dari segi pendapatan mau-pun pengusahaan kelapa oleh petani.Hasil penelitian Balai Penelitian Kelapadan Palma Lain pada tahun 2001 di sentraproduksi kelapa Kabupaten Indragiri Hilir(Riau), Kabupaten Minahasa dan BolaangMongondow (Sulawesi Utara) menunjuk-kan bahwa umumnya petani kelapa diwilayah tersebut memiliki status sosialekonomi di bawah garis kemiskinan(standar US$ 200/kapita/tahun) (Tarigans2003). Kondisi tersebut merupakantantangan yang harus dihadapi secarasungguh-sungguh. Untuk itu pember-dayaan petani kelapa dalam rangkameningkatkan pendapatan dan sekaligusmengentaskan kemiskinan merupakanupaya yang strategis.

Tulisan ini merupakan tinjauan(review) terhadap upaya pemberdayaanpetani kelapa dalam rangka mengem-bangkan kemampuan dan kemandirianpetani. Pemberdayaan dimaksudkan agarpetani mampu mengakses, memanfaatkan,meraih, dan menciptakan peluang eko-nomi yang dapat meningkatkan pen-dapatan dan kesejahteraan keluargapetani.

KERAGAAN USAHA TANIKELAPA

Dalam kurun waktu tiga dasawarsa ter-akhir, petani kelapa di berbagai negaratermasuk Indonesia berada pada posisiyang tidak menguntungkan, karenarendahnya produktivitas serta hargakopra yang rendah dan fluktuatif. Akibatrendahnya pendapatan, petani kelapamenjadi kurang termotivasi untuk meng-adopsi teknologi anjuran untuk mening-katkan produktivitas dan efisiensi usahatani (Tarigans 2003).

Allorerung dan Mahmud (2003)menyatakan posisi petani kelapa dalamberbagai pola pengembangan seperti PIRhanya sebagai penyedia bahan baku bagiindustri. Hubungan antara petani sebagaipenghasil bahan baku dengan industripengolahan belum terjalin sebagai kemi-traan yang saling menguntungkan,sehingga seluruh nilai tambah yangdihasilkan dari proses pengolahan hanyadinikmati oleh industri atau pengolah.

Tanpa adanya perubahan mendasardari cara pandang berbagai pelaku

agribisnis kelapa termasuk pemerintahmaka kondisi petani kelapa akan tetapterpuruk. Selama ini petani hanya dipo-sisikan sebagai produsen atau pemasokbahan baku untuk kebutuhan industri,tetapi pihak industri belum melihat bahwakeberlanjutan industri mereka sangatbergantung pada stabilitas pasokanbahan baku dari petani (Allorerung danMahmud 2003). Selain itu, kebijakanpemerintah dalam pengembangan kelapapun tidak lebih maju dari kebijakanindustriawan. Pola pengembangan sepertiUPP dan PIR belum mampu memperkuatposisi petani dalam agribisnis kelapa.Dalam banyak hal PIR lebih ditujukanuntuk menjamin pasokan bahan baku bagiindustri, bukan untuk memperbaikikesejahteraan petani. Pada saat hargatinggi, perusahaan inti berusaha membelikelapa dengan harga tinggi, namun ketikaharga turun pembelian inti juga turunwalaupun pihak inti dapat memperolehnilai tambah dari tempurung dan airkelapa.

Menurut Salam dan Suwandi (2003),lemahnya keberdayaan petani kelapaditunjukkan oleh sulitnya mereka menge-mukakan pendapat dalam mengambilkeputusan yang menguntungkan untukmenghadapi kelompok lain yang ikutmemanfaatkan kelapa sebagai sumberaktivitas. Petani selalu diposisikan se-bagai objek dan kurang dilibatkan dalamperencanaan sehingga dalam aktivitaspengelolaannya selalu dirugikan.

KARAKTERISTIK USAHATANI KELAPA DANPERMASALAHANNYA

Dari total areal perkebunan kelapa 3,74 jutaha, 96% merupakan perkebunan rakyat(Brotosunaryo 2003). Karakteristik usahatani kelapa yang didominasi oleh per-kebunan rakyat tersebut adalah sebagaiberikut:1. Luas pemilikan lahan usaha tani

rata-rata 1−1,10 ha/KK. Luas lahan iniakan berkurang lagi sebagai akibatfragmentasi lahan sejalan dengansistem bagi waris yang telah mem-budaya (Allorerung dan Lay 1998;Allorerung dan Mahmud 2003;Brotosunaryo 2003).

2. Penanaman dilakukan secara mono-kultur sehingga pemanfaatan lahan

Page 3: PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA DALAM UPAYA.pdf

Jurnal Litbang Pertanian, 25(1), 2006 33

belum optimal dan produktivitasnyarendah. Petani juga belum menerapkanteknologi budi daya anjuran karenaketerbatasan modal. Pemeliharaantanaman terbatas pada penyiangan disekitar pangkal batang dengan inter-val tidak teratur, tanpa pemupukandan pengendalian hama dan penyakit.Pola pengembangan kelapa secaramonokultur yang tidak dibarengidengan penerapan teknologi budidaya menyebabkan pemanfaatansumber daya belum optimal (Sulistyo1998; Sukamto 2001; Brotosunaryo2003).

3. Jenis kelapa yang diusahakan adalahkelapa dalam lokal dengan produk-tivitas hanya 1−1,40 t kopra/ha/tahun,jauh di bawah potensi produktivitasyang dimiliki sebesar 2,50 t kopra/ha/tahun. Rendahnya penghasilan yangdiperoleh dari kelapa menyebabkanpetani tidak memiliki modal untukmemelihara kebun secara intensif,apalagi menggarap lahan perkebunansecara optimal maupun mengolahhasil (Allorerung dan Lay 1998;Kasryno et al. 1998; Suprapto 1998;Sukamto 2001; Brotosunaryo 2003;Djunaedi 2003; Nogoseno 2003).

4. Sebagian besar tanaman kelapaberumur tua (lebih dari 50 tahun) dantidak produktif lagi sebagai akibatbelum terlaksananya program perema-jaan tanaman. Kondisi demikianmenyebabkan produktivitas kelaparendah dan usaha tani kelapa tidakmengalami perubahan selama 30tahun terakhir. Di sisi lain pola usahatani monokultur yang diterapkansebagian besar petani saat ini, danpola usaha tani polikultur yang masihbersifat subsisten, telah membatasipetani untuk memperoleh pendapatanyang lebih layak (Suprapto 1998;Jamaludin 2003; Tarigans 2003).

5. Produk usaha tani yang dihasilkanmasih bersifat tradisional, yaitu kelapabutiran dan kopra berkualitas rendah.Pemanfaatan hasil samping belumbanyak dilakukan oleh petani, sehing-ga nilai tambah dari usaha tani belumdiperoleh secara optimal. Hanya seba-gian kecil petani yang telah meman-faatkan hasil samping seperti sabutdan tempurung (Brotosunaryo 2003;Jamaludin 2003; Nogoseno 2003).

6. Pendapatan usaha tani kelapa masihrendah dan fluktuatif sehingga tidakmampu mendukung kehidupan kelu-

arga secara layak. Pendapatan dariusaha tani kelapa monokultur sebesarRp1.500.000/ha/tahun atau Rp125.000/bulan, lebih rendah dari kebutuhan fisikminimum petani sekitar Rp200.000−Rp300.000/KK (5 orang) (Kasryno etal. 1998).

7. Posisi petani dalam berbagai polapengembangan seperti PIR hanyasebagai penyedia bahan baku bagiindustri. Pengolahan dan pemasaranhasil masih dikuasai oleh sektorswasta. Hubungan petani sebagaipenghasil bahan baku dengan in-dustri pengolahan belum merupakanhubungan yang saling membutuhkan(Allorerung dan Lay 1998; Allorerungdan Mahmud 2003; Djunaedi 2003).

8. Lokasi perkebunan umumnya ter-pencar dan relatif terpencil dengansarana atau prasarana (infrastruktur)yang terbatas (Suprapto 1998; Yasin1998 ).

9. Pada umumnya pendidikan petanimasih rendah, karena 90% hanya ber-pendidikan sekolah dasar, padahaluntuk membangun agribisnis kelapayang maju diperlukan tenaga terampiluntuk mengelola usaha secara pro-fesional (Suprapto 1998).

10. Peran dan dukungan kelembagaanpertanian seperti kelompok tani dankoperasi masih lemah, bahkan kelem-bagaan di tingkat petani seperti KUDumumnya belum berfungsi sebagai-mana mestinya (Yasin 1998; Broto-sunaryo 2003).

11. Dari segi pemasaran, para petanikelapa dirugikan oleh praktek pasarmonopsoni dari pabrik minyak kelapadan pedagang kopra yang menen-tukan harga secara sepihak. Keadaanini menyebabkan petani kecewa danmembiarkan tanaman kelapa terlantarsehingga produktivitas kelapa turundrastis (Brotosunaryo 2003).

12. Tingginya harga pupuk dan rendah-nya harga jual kopra serta fluktuasiharga yang tidak menentu menye-babkan petani tidak bergairah untukmemelihara tanaman dan memanenbuah kelapa (Rondonuwu dan Amrizal1998; Wibowo 1997; Djunaedi 2003;Jamaludin 2003; Mahmud 2003).

13. Tidak adanya insentif yang diberikankepada petani kelapa untuk men-dorong petani menghasilkan koprabermutu baik atau menjual kelapasegar kepada pabrik terdekat (Dju-naedi 2003).

14. Pembinaan dari pemerintah dalamteknik budi daya, perbaikan prasaranatransportasi, penanganan pasca-panen maupun kemudahan dalammengakses modal dan pasar relatifkurang (Allorerung dan Lay 1998;Suprapto 1998; Jamaludin 2003).

Secara garis besar hambatan padausaha tani kelapa terdapat pada efisiensipemanfaatan sumber daya, pengolahanhasil, sumber daya manusia, kelemba-gaan, dan infrastruktur. Hal tersebutmenyebabkan produktivitas dan penda-patan dari usaha tani kelapa rendahsehingga tidak mampu mendukungkehidupan yang layak (Sulistyo 1998).Peluang dan tantangannya adalah pengu-sahaan tanaman sela dan ternak, sertapemanfaatan hasil samping.

PEMBERDAYAAN PETANI

Pemberdayaan (empowerment) petani(kelompok tani) merupakan upaya mem-fasilitasi petani untuk memanfaatkanpotensi dan kreativitas sendiri dalamupaya meningkatkan pendapatan dankesejahteraannya. Menurut Syafa'at et al.(2003), pemberdayaan merupakan ins-trumen inti yang dapat digunakan untukpengembangan masyarakat. Denganpengertian tersebut maka pemberdayaanpetani atau kelompok tani tidak hanyaterbatas pada aspek teknik produksi,tetapi juga peningkatan sumber dayamanusia (keluarga) dan aspek bisnis, baikusaha tani maupun usaha di luar sektorpertanian.

Pemberdayaan petani kelapa ber-tujuan untuk: 1) mengembangkan kemam-puan petani sehingga dapat mengaksespermodalan, teknologi, agroinput danpemasaran hasil, termasuk membuatrencana, memproduksi, mengelola, me-masarkan serta melihat setiap peluangyang ada, 2) memanfaatkan sumber dayasecara efisien melalui pengembangansistem pertanian berkelanjutan denganusaha pokok tanaman perkebunan, 3)meningkatkan diversifikasi sumber pen-dapatan sepanjang tahun, 4) menum-buhkembangkan kelembagaan ekonomipetani yang mampu mewakili kepen-tingan petani sehingga dapat meningkat-kan posisi tawar dan daya saing hasilusaha tani, dan 5) meningkatkan dayasaing hasil usaha tani dan olahannya(Sekretariat Direktorat Jenderal Bina

Page 4: PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA DALAM UPAYA.pdf

34 Jurnal Litbang Pertanian, 25(1), 2006

Produksi Perkebunan 2003). MenurutYasin (1998) dan Mahmud (2003),pemberdayaan petani kelapa bukanlahpekerjaan mudah, karena di sampingberkaitan dengan interaksi antara pe-merintah, pengusaha, dan petani jugaterkait dengan sistem sebagai spirit daristruktur interaksi, sumber ekonomi yangdapat dimanfaatkan dan bekerjanyasistem tersebut. Meskipun demikianupaya pemberdayaan petani kelapamerupakan kebijakan strategis yangdapat dioperasionalkan untuk mening-katkan pendapatan keluarga petani danmemperbesar kontribusi petani dalampembangunan ekonomi.

Inti pemberdayaan petani kelapaadalah dukungan dan peran serta petaniitu sendiri, sehingga pemberdayaandapat membangkitkan potensi dankemampuan petani untuk meningkatkanproduktivitas dan efisiensi usaha tanisecara berkelanjutan. Terpuruknya usahatani kelapa di Indonesia perlu dikaji danditata kembali. Oleh karena itu, upayapemberdayaan dibagi dalam dua tahap,yaitu tahap pemulihan (recovery stage)dan tahap pengembangan (developmentstage) (Brotosunaryo 2003).

Menurut Sulistyo (1998), pember-dayaan petani dilaksanakan melaluipembinaan pengembangan kelapa ber-dasarkan keunggulan komparatif dengancara berproduksi secara efisien melaluipenerapan teknologi anjuran dan diver-sifikasi usaha tani baik horizontal mau-pun vertikal. Sementara itu, Tarigans(2003) menyatakan bahwa pemberdayaanpetani kelapa dan keluarganya meru-pakan salah satu upaya pengembanganusaha tani kelapa berbasis pendapatandan berwawasan pengentasan kemis-kinan, dan dilakukan melalui peningkatankemampuan dalam teknik budi daya danpengolahan hasil serta kemandirianpetani. Pemberdayaan petani dan kelem-bagaannya merupakan salah satu faktorpenting dalam pengembangan agribisniskelapa, terutama kaitannya dengan upayameningkatkan penguasaan teknologi,informasi dan akses terhadap sumber-sumber pembiayaan serta pemasaran.Pemberdayaan dilakukan terhadap indi-vidu dan kelompok melalui kelembagaanekonomi (koperasi) dan nonekonomi(asosiasi) dengan sasaran: 1) meningkat-kan kemampuan dan kemandirian dalampengembangan dan pengelolaan or-ganisasi dan usaha, 2) meningkatkankemampuan mengakses sumber tekno-

logi, informasi, pembiayaan dan pasar,serta 3) meningkatkan posisi rebut tawarpetani terhadap mitra usaha.

Peran pemerintah dalam pember-dayaan petani terbatas sebagai fasilitatordan regulator, sedangkan inisiasi darioperasional pemberdayaan adalah petanidan mitra usahanya (Nogoseno 2003).Menurut Mahmud (2003), terdapatbeberapa persyaratan atau komitmendalam pemberdayaan petani kelapa, yaitu:1) komitmen politik pemerintah pusat dandaerah dalam bentuk kebijakan yangkonsisten dan dapat dioperasionalkan dilapangan, 2) mengikutsertakan petanidalam berbagai aspek pembangunanperkebunan kelapa rakyat melaluipendekatan partisipatif, 3) kesediaan dankomitmen pemerintah daerah bersamainstitusi terkait untuk menjadi mediatoryang menjembatani hubungan antarapetani maupun lembaga pertanian de-ngan pengusaha (pedagang, produsensarana produksi, industri pengolahan)di dalam dan luar negeri, 4) koordinasiyang baik antarinstansi terkait yangterlibat langsung dalam pengembanganagribisnis kelapa, 5) pewilayahan ko-moditas dan industri kelapa untukmengatasi tumpang tindih dan ketidak-pastian luas lahan di wilayah pengem-bangan serta pemanfaatan potensi per-mintaan pasar secara efisien, serta 6)pengembangan komoditas kelapa danproduk olahan berdasarkan keunggulankomparatif dan kompetitif secara wilayahsesuai dengan agroekosistem.

Pemberdayaan petani perlu didu-kung oleh: 1) bantuan dana sebagai modalusaha, 2) pembangunan prasarana seba-gai pendukung pengembangan kegiatansosial ekonomi rakyat, 3) penyediaansarana pemasaran, 4) pelatihan bagipetani dan pelaksana, dan 5) penguatankelembagaan sosial ekonomi masyarakat.Fasilitas pemberdayaan petani ataukelompok tani diberikan melalui kegiatanpenguatan modal usaha tani, pengem-bangan kelembagaan usaha, sertapembinaan teknis dan manajemen.Pemberdayaan kelompok tani meliputiaspek manajemen atau perencanaanusaha (permodalan, produksi, pengo-lahan dan pemasaran), aspek teknis(budi daya, pascapanen dan pengolahanhasil, pemanfaatan teknologi tepat gunaspesifik lokasi), dan aspek kelembagaan(kerja sama kelompok, antarkelompokdan kemitraan usaha) (DepartemenPertanian 2000).

LANGKAH STRATEGIS

Semua pihak yang menaruh perhatianterhadap komoditas kelapa memahamibahwa kelapa memiliki multifungsi. Olehkarena itu dalam setiap penanganannya,sifat tersebut perlu diperhatikan agartujuan pengembangan kelapa dirumuskanmengikuti fungsi-fungsi tersebut (Salamdan Suwandi 2003).

Pembinaan Petani

Petani sebagai produsen bahan bakuperlu dibina secara intensif oleh instansiteknis serta didukung sarana produksidengan harga terjangkau dan tersediasecara lokal. Harga bahan baku diharap-kan memadai agar petani dapat mengem-bangkan usaha tani lebih produktif danefisien. Namun petani dituntut dapatmenghasilkan bahan baku yang meme-nuhi persyaratan mutu industri dankonsumen dan produksinya berkelan-jutan.

Tarigans (2003) berpendapat bahwapeningkatan pengetahuan dan keteram-pilan petani perlu terus didorong danditingkatkan melalui penyuluhan danpelatihan. Secara garis besar, langkahstrategis operasional dalam pember-dayaan pelaku agribisnis kelapa adalah:1) peningkatan produktivitas, 2) diver-sifikasi horizontal dan vertikal, 3)penguatan kelembagaan, 4) kemitraan,serta 5) penelitian dan pengembangan(Mahmud 2003). Peningkatan produkti-vitas dilakukan melalui peningkatan mutuintensifikasi serta kinerja petani melaluiberbagai pendidikan dan pelatihanyang berkaitan dengan teknologi baru.Diversifikasi horizontal berupa meng-anekaragamkan jenis tanaman untukmengefisienkan penggunaan lahansehingga mampu meningkatkan ke-tahanan ekonomi rumah tangga dankeberlanjutan usaha. Diversifikasi ver-tikal dalam bentuk penganekaragamanproduk kelapa dapat dilakukan oleh peng-usaha dan petani dalam upaya mening-katkan nilai tambah.

Pembinaan Kelembagaan Petani

Peningkatan peran kelembagaan kelom-pok tani dan koperasi dilakukan untukmenghidupkan agribisnis kelapa rakyat

Page 5: PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA DALAM UPAYA.pdf

Jurnal Litbang Pertanian, 25(1), 2006 35

mulai dari pengadaan sarana produksihingga pengendalian mutu dan pema-saran. Keberadaan kelembagaan baru jugapenting untuk mendukung pengem-bangan tersebut, seperti asosiasi ataulembaga pelayanan teknis, permodalandan bisnis. Ketersediaan teknologi agri-bisnis kelapa berperan penting dalampengembangan perkebunan kelaparakyat, baik teknologi budi daya danagroindustri maupun informasi pasar,sosial ekonomi dan pelaku agribisniskelapa.

Pada tahap pemulihan diperlukansuatu program pendampingan untukmendidik dan memotivasi petani mening-katkan produktivitas dan efisiensi usahatani. Termasuk dalam tahap pemulihanadalah pembinaan kelompok petanisebagai community based organizationmelalui pengembangan azas kebersamaanserta peningkatan kemampuan dalammemecahkan masalah dan mengambilkeputusan. Motivasi petani untuk me-ningkatkan produktivitas dan efisiensiusaha tani kelapa, kondisi budi dayakelapa serta pemilihan aktivitas ekonomikelapa merupakan input dan landasanuntuk upaya pengembangan lebih lanjut.

Pada tahap pengembangan, programpendampingan diarahkan untuk mengem-bangkan agroindustri skala pedesaan(bersifat spesifik untuk tiap daerahsentra kelapa) serta kelembagaan ekonomipetani kelapa yang mandiri. Dengandemikian di masa mendatang petanihendaknya menjadi salah satu komponenutama dalam agribisnis kelapa. Alternatifyang dapat ditempuh untuk meningkatkanperan dan pendapatan petani (Allorerungdan Mahmud 2003) adalah memberipeluang kepada petani untuk ikut memilikisaham dalam industri pengolahan ataumengolah produk-produk antara yangselanjutnya diolah lanjut atau dipasarkanoleh industri besar atau eksportir. Perlupula didorong tumbuhnya kelompok-kelompok usaha secara bottom up sertaperlu dilakukan pembinaan dan pelatihandalam bidang organisasi dan manajemen.

Pemasyarakatan InovasiTeknologi

Upaya untuk meningkatkan pendapatanpetani kelapa antara lain dapat dilakukanmelalui penanaman tanaman sela, diver-sifikasi produk, pemanfaatan hasilsamping, efisiensi biaya produksi, serta

peningkatan produktivitas dan efisiensiusaha tani. Kegiatan utama untuk me-realisasikan alternatif tersebut adalahmembentuk kelembagaan petani, mening-katkan kemampuan petani dalam ber-produksi, dan membangun pasar yangefisien (Tarigans 2003).

Menurut Jamaludin (2003), beberapasolusi untuk meningkatkan pendapatanpetani kelapa adalah: 1) membenahi sis-tem tata niaga kelapa dengan melibatkanberbagai pelaku agribisnis kelapa mulaidari hulu hingga hilir, serta lembagapenunjang dengan mengintegrasikankerja sama secara sinergis untuk meng-hasilkan produk akhir yang berdaya saingtinggi, 2) meningkatkan peran pemerintahcq. Departemen Pertanian dan Pemdadalam penyediaan sarana produksi sertateknologi budi daya dan pascapanen, 3)menyediakan teknologi tepat guna untukmendirikan industri kelapa terpadu skalakelompok tani atau koperasi pada setiapsentra produksi kelapa sehingga semuakomponen kelapa dapat dimanfaatkan, 4)memperbaiki sarana dan prasarana trans-portasi untuk memperlancar pengang-kutan sarana produksi dan hasil, serta 5)membantu petani dalam akses pelayananpermodalan dan pemasaran.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pemberdayaan petani kelapa merupakankebijakan strategis untuk meningkatkanpendapatan dan kesejahteraan keluargapetani serta memperbesar kontribusipetani dalam pembangunan ekonomi.Pengembangan perkebunan kelapaberwawasan agribisnis melalui pemberda-yaan petani dapat dilakukan melalui: 1)penyuluhan dan pelatihan dalam aspekteknis dan manajemen untuk meningkat-kan kemampuan petani dalam meraihdan menciptakan peluang ekonomi, 2)mengaktifkan dan memfungsikan kelem-bagaan pertanian, seperti kelompok tani,koperasi, lembaga keuangan mikro,lembaga penyuluhan dan lainnya untukmengatasi berbagai persoalan dalamrangka meningkatkan pendapatan pe-tani, 3) pengembangan dan penerapanteknologi spesifik lokasi, 4) memberikanbantuan permodalan kepada petani dalambentuk bantuan dana bergulir dan kredit.

Pemberdayaan dapat dilakukansecara bertahap. Pada tahap pemulihan,pemberdayaan bertujuan untuk mening-

katkan motivasi dan kepercayaan petanipada kemampuan sendiri, sedangkan padatahap pengembangan untuk mengem-bangkan kelembagaan ekonomi petaniyang mandiri dalam rangka mendukungpengembangan agroindustri pedesaansecara berkelanjutan. Meningkatnyakemampuan dan kemandirian petani se-lanjutnya akan: 1) meningkatkan produk-tivitas dengan diterapkannya peremajaantanaman, rehabilitasi, intensifikasi danpola tanam, 2) menempatkan petanisebagai pelaku dalam industri perkela-paan, 3) memberi peluang kepada petaniuntuk terlibat dalam industri kelapa danmengolah produk antara, dan 4) men-dorong petani dan keluarganya untukmengikuti pelatihan peningkatan keteram-pilan pengolahan kelapa dan produksamping yang bernilai tinggi hinggapembibitan dan budi daya tanaman sela.

Untuk mengatasi permasalahandalam perkelapaan nasional perlu dila-kukan reorientasi, reposisi, dan restruk-turisasi pengelolaan usaha tani kelapa.Usaha tani kelapa harus berorientasikomersial. Peran petani bukan lagisebagai produsen bahan baku, tetapisebagai pelaku usaha. Kelembagaan yangmenangani kelapa juga ditingkatkanefisiensinya dan bila diperlukan dapatdibangun kelembagaan tingkat petani.

Pemberdayaan petani kelapa dapatdilaksanakan melalui diversifikasi usahatani secara horizontal maupun vertikalmelalui kemitraan yang saling mengun-tungkan. Beragamnya produk usaha taniyang dihasilkan akan memperbesarpeluang pasar dan lebih kompetitif.Fasilitasi pemberdayaan diberikan melaluipenguatan modal usaha tani, pengem-bangan kelembagaan usaha, serta pembi-naan teknis dan manajemen. Pember-dayaan petani kelapa perlu didukung olehpenguatan kelembagaan ekonomi lokaldengan memperhatikan biaya transaksiyang rendah dan efektif, semangat kerjasama, kepercayaan, kemanfaatan bagiusaha perorangan, dan transparansipengelolaan.

Pemberdayaan di tingkat petanimenggunakan pendekatan sistem usahatani kelapa terpadu (SUKT), bersifatpartisipatif, dinamis, dan multidisiplinyang menunjukkan ciri spesifik lokasi,dinamis sesuai dengan kondisi biofisik,sosial ekonomi, kebutuhan dan kemam-puan pengguna, akrab lingkungan dandapat meningkatkan nilai tambah danpendapatan petani, sehingga dalam

Page 6: PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA DALAM UPAYA.pdf

36 Jurnal Litbang Pertanian, 25(1), 2006

jangka panjang mampu menunjang upayapengentasan kemiskinan. Pola pende-katan adalah pembentukan kelembagaanpetani yang mengakar dan tumbuh darikekuatan petani sendiri yang selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Allorerung, D. dan A. Lay. 1998. Kemungkinanpengembangan pengolahan buah kelapasecara terpadu skala pedesaan. ProsidingKonferensi Nasional Kelapa IV. BandarLampung, 21−23 April 1998. PusatPenelitian dan Pengembangan TanamanIndustri. hlm. 327−341.

Allorerung, D. dan Z. Mahmud. 2003. Dukungankebijakan iptek dalam pemberdayaankomoditas kelapa. Prosiding KonferensiNasional Kelapa V. Tembilahan, 22−24Oktober 2002. Pusat Penelitian danPengembangan Perkebunan, Bogor. hlm.70−82.

Asnawi, S. dan S.N. Darwis. 1985. ProspekEkonomi Tanaman Kelapa dan Masalahnyadi Indonesia. Terbitan Khusus No. 2/VI/1985. Balai Penelitian Kelapa, Manado.

Brotosunaryo, O.A.S. 2003. Pemberdayaanpetani kelapa dalam kelembagaan per-kelapaan di era otonomi daerah. ProsidingKonferensi Nasional Kelapa V. Tembilahan,22−24 Oktober 2002. Pusat Penelitian danPengembangan Perkebunan, Bogor. hlm.10−16.

Budianto, J. dan D. Allorerung. 2003. Kelem-bagaan perkelapaan. Prosiding KonferensiNasional Kelapa V. Tembilahan, 22−24 Ok-tober 2002. Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Perkebunan, Bogor. hlm. 1−9.

Departemen Pertanian. 2000. Pedoman UmumProyek Pengembangan Ketahanan PanganTA 2000. Departemen Pertanian, Jakarta.

Djunaedi, I. 2003. Kebijakan dan implementasipembangunan perkelapaan di Indonesia darisisi pengolahan dan pemasaran hasilpertanian. Prosiding Konferensi NasionalKelapa V. Tembilahan, 22−24 Oktober2002. Pusat Penelitian dan PengembanganPerkebunan. hlm. 36−53.

Jamaludin. 2003. Keberhasilan dan kegagalanagribisnis kelapa di bidang on farm. ProsidingKonferensi Nasional Kelapa V. Tembilahan,22−24 Oktober 2002. Pusat Penelitian danPengembangan Perkebunan, Bogor. hlm.97−100.

Kasryno, F., Z. Mahmud, dan P. Wahid. 1998.Sistem usaha pertanian berbasis kelapaProsiding Konferensi Nasional Kelapa IV.Bandar Lampung, 21−23 April 1998. PusatPenelitian dan Pengembangan TanamanIndustri. hlm. 57−76.

Mahmud, Z. 2003. Pemberdayaan petanikelapa dengan sistem usaha tani kelapaterpadu. Prosiding Konferensi NasionalKelapa V. Tembilahan, 22−24 Oktober2002. Pusat Penelitian dan PengembanganPerkebunan, Bogor. hlm. 115−124.

Nogoseno. 2003. Reinventing agribisnis per-kelapaan nasional. Prosiding KonferensiNasional Kelapa V. Tembilahan, 22−24Oktober 2002. Pusat Penelitian danPengembangan Perkebunan, Bogor. hlm.17−27.

Rondonuwu, O. dan Amrizal. 1998. Aspek sosialekonomi kelapa di Sulawesi Utara. ProsidingKonferensi Nasional Kelapa IV. BandarLampung, 21−23 April 1998. PusatPenelitian dan Pengembangan TanamanIndustri. hlm. 435−444.

Salam, H. dan 1. Suwandi. 2003. Penguatankelembagaan petani kelapa melaluipenguasaan teknologi dalam rangkapengembangan agroindustri. ProsidingKonferensi Nasional Kelapa V. Tembilahan,22−24 Oktober 2002. Pusat Penelitian danPengembangan Perkebunan, Bogor. hlm.101−105.

Sekretariat Direktorat Jenderal Bina ProduksiPerkebunan. 2003. Beberapa CatatanPentingnya Peranan Penelitian dalamPembangunan Agribisnis Berbasis Per-kebunan. Bahan Pertemuan SinkronisasiTopik Penelitian Sosek Pertanian Tahun2004. Bogor, 20 Maret 2003. PusatPenelitian dan Pengembangan SosialEkonomi Pertanian, Bogor.

Sukamto. 2001. Upaya Meningkatkan ProduksiKelapa. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sulistyo. 1998. Pemberdayaan petani dalamusaha tani kelapa pola kemitraan (kemit-raan skala besar dan kecil dalam rangka

memberdayakan petani kelapa). ProsidingKonferensi Nasional Kelapa IV. BandarLampung, 21-23 April 1998. PusatPenelitian dan Pengembangan TanamanIndustri, Bogor. hlm. 33−46.

Suprapto, A. 1998. Prospek pengembanganagribisnis kelapa dalam era globalisasi.Prosiding Konferensi Nasional Kelapa IV.Bandar Lampung, 21−23 April 1998. PusatPenelitian dan Pengembangan TanamanIndustri. hlm. 77−95.

Syafa’at, N., P. Simatupang, S. Mardianto, danT. Pranadji. 2003. Konsep pengembanganwilayah berbasis agribisnis dalam rangkapemberdayaan petani. Forum Agroekonomi21(1): 26−43.

Tarigans, D.D. 2003 Pengembangan usaha tanikelapa berbasis pendapatan melaluipenerap-an teknologi yang berwawasanpengurangan kemiskinan petani kelapa diIndonesia. Prosiding Konferensi NasionalKelapa V. Tembilahan, 22−24 Oktober2002. Pusat Penelitian dan PengembanganPerkebunan, Bogor. hlm. 106−115.

Tondok, A.R. 1998. Pemanfaatan pengem-bangan kelapa dalam menghadapi era glo-balisasi. Dalam Modernisasi UsahaPertanian Berbasis Kelapa. ProsidingKonferensi Nasional Kelapa IV. BandarLampung, 21−23 April 1998. PusatPenelitian dan Pengembangan TanamanIndustri. hlm. 25−32.

Wibowo, R. 1997. Pengembangan sistemagribisnis kelapa di Indonesia. ProsidingTemu Usaha Perkelapaan Nasional,Manado, 6−8 Januari 1997. Buku I(Agribisnis). Balai Penelitian TanamanKelapa dan Palma Lain, Manado. hlm. 52−60.

Yasin, A.Z. Fahri. 1998. Aspek sosial ekonomikelapa di Propinsi Riau. ProsidingKonferensi Nasional Kelapa IV. BandarLampung, 21−23 April 1998. PusatPenelitian dan Pengembangan TanamanIndustri. hlm. 421−434.

dapat menumbuhkan aktivitas dan parti-sipasi aktif petani sehingga dapatmeningkatkan kemampuan dan posisirebut tawar petani. Dalam operasional-nya diperlukan dukungan dan pembinaan

dari berbagai pihak terkait. Koordinasidiperlukan agar masing-masing pihakberperan sesuai dengan tanggung jawabserta tugas dan fungsinya.