pemberdayaan perempuan pada bank sampah …
TRANSCRIPT
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA BANK SAMPAH
FLAMBOYAN INDAH KOJA JAKARTA UTARA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Sonia Putri Pratama
NIM 11140541000010
JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/ 2021 M
i
ABSTRAK
Sonia Putri Pratama, NIM. 11140541000010, Pemberdayaan
Perempuan Pada Bank Sampah Flamboyan Indah Koja
Jakarta Utara.
Sampah yang tidak terurus di lingkungan masyarakat akan
menimbulkan masalah, dari masalah kesehatan, pencemaran
lingkungan dan banjir. Maka perlu suatu upaya untuk mengurangi
volume sampah dan menjaga kesehatan lingkungan. Salah satu
usaha tersebut dengan didirikan Bank Sampah. Dibentuknya
Bank Sampah tidak hanya bermanfaat untuk mengurangi sampah
tapi juga bisa menjadi pemberdayaan bagi Ibu rumah tangga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi ibu-ibu dan
manfaat dalam pengelolaan Bank Sampah.
Metodologi penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
penelitian yang dilakukan melalui pendekatan kualitatif yang
bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan
prosedur analisis statistik atau cara kuantitatif lainnya yaitu data
yang diperoleh berupa kata-kata, gambar dan perilaku. Melalui
program Bank Sampah Flamboyan Indah, masyarakat diajak
untuk mengumpulkan dan mengelola sampah rumah tangga
dengan baik.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa mekanisme
Bank Sampah Flamboyan dilakukan dengan mengumpulkan
sampah dengan bantuan ibu-ibu PKK sebagai penggerak kegiatan
pengumpulan sampah. Program bank sampah menjadi salah satu
upaya yang efektif dalam memelihara kebersihan di RW 05
Rawabadak Selatan. Perempuan yang khususnya ibu rumah
tangga yang tidak bekerja (menganggur) di Rawabadak Selatan
mendapatkan penghasilan tambahan untuk keluarga mereka.
Kata kunci: Pemberdayaan Perempuan, Sampah, Bank
Sampah,
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada baginda
alam Nabi besar Muhammad shalallahu’alaihi wasallam, beserta
keluarga dan sahabatnya serta pengikutnya yang senantiasa
berjalan dijalan Allah SWT hingga hari kiamat.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan
sebagai syarat meraih gelar Sarjana Sosial Jurusan Kesejahteraan
Sosial. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun
untuk memperbaiki skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak
terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada:
1. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Ibu Siti Napsiyah MSW
sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Dr.
Sihabudin Noor, MA sebagai Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA
sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, sebagai Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu
Hj. Nunung Khoiriyah, MA sebagai Sekretaris Program Studi
iii
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terimakasih atas kesediaan waktunya dalam membantu dan
menerima penulis untuk mengurus segala persyaratan dalam
proses penyusunan skripsi dari awal hingga akhir. Semoga
bapak dan ibu dapat terus memberikan pengaruh positif
terhadap perkembangan program studi.
3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
nasihat, serta motivasi kepada Penulis selama proses
pengerjaan skripsi ini. Terima kasih karena bapak sudah
sangat sabar dalam membimbing dan membantu.
4. Seluruh jajaran dosen Program Studi Kesejehteraan Sosial
dan seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih
atas segala pelajaran yang telah diberikan, semoga dapat
bermanfaat bagi penulis.
5. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, terimakasih telah membantu penulis dalam
memberikan referensi buku, jurnal, maupun skripsi.
6. Bank Sampah Flamboyan Indah Kelurahan Rawabadak
Selatan Jakarta Utara yang telah memberikan izin tempat
kepada peneliti untuk melakukan penelitiannya.
7. Kedua orangtua penulis, Alm. H. Syafrudin Atanggae S.H
dan Mama Rosmaya. Terimakasih karena selalu memberikan
kasih sayang yang tulus, tak pernah berhenti untuk selalu
mengingatkan dan senantiasa mendoakan dalam setiap
iv
langkahku, memberi bantuan baik moril maupun materil
sehingga membantu menyelesaikan skripsi ini.
8. Saudara kandung tercinta yaitu Ade Farhan yang telah banyak
berjasa dalam memberikan inspirasi dan semangat dalam
pembuatan skripsi ini.
9. Sahabat SD&SMP penulis. Ana, Yolanda, Resti, Yuli,
Rahma, Ghaida. Terimakasih sudah menjadi sahabatku
selama ini.
10. Kepada teman-teman, Ika, Rida, Anggi dan Inge. Terimakasih
sudah menjadi tempat berbagi keluh kesah, duka, dan canda
tawa. Terimaksih atas dukungan yang telah kalian berikan.
11. Kepada teman-teman Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2014, atas dukungan dan memori zaman
kuliah yang tidak akan penulis lupakan.
12. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan
baik materil maupun non- materil. Terimakasih banyak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Jakarta, Juli 2021
Sonia Putri Pratama
NIM. 11140541000010
DAFTAR ISI
v
ABSTRAK............................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................v
DAFTAR TABEL...............................................................viii
DAFTAR BAGAN..............................................................ix
DAFTAR GAMBAR...........................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................xi
BAB I PENDAHULUAN..................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................... 1
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah…….... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................. 7
D. Tinjauan Kajian Terdahulu....................................... 8
E. Metodologi Penelitian .............................................. 11
F. Sistematika Penulisan ............................................. 18
BAB II TINJAUAN TEORITIS ....................................... 20
A. Tinjauan Pemberdayaan………............................... 20
1. Definisi Pemberdayaan........................................ 20
2. Tujuan Pemberdayaan......................................... 21
3. Ciri-ciri Pemberdayaan Masyarakat……............ 23
4. Tahapan-tahap Pemberdayaan Masyarakat…..... 25
5. Pemberdayaan Perempuan….……...................... 28
6. Tujuan Pemberdayaan Perempuan...................... 30
B. Kajian tentang Sampah............................................. 31
1. Definisi Sampah…………………...................... 31
2. Jenis-jenis Sampah………………...................... 32
vi
3. Definisi Bank Sampah………............................. 33
C. Kerangka Konsep…. ................................................. 35
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN. 36
A. Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Koja…..........36
1. Letak Geografis…………………....................... 36
2. Demografis………………………...................... 36
B. Gambaran Umum Kelurahan Rawa Badak Selatan…37
C. Profil Bank Sampah……………….......................... 39
1. Visi dan Misi Bank Sampah Flamboyan Indah... 39
2. Tujuan……………………………...................... 41
3. Prosedur Pelayanan Bank Sampah...................... 42
4. Harga Jual dan Beli Barang Bekas...................... 43
BAB IV DATA DAN TEMUAN LAPANGAN................. 44
A. Proses Pengelolaan Bank Sampah Flamboyan.......... 46
1. Bank Sampah Flamboyan…..……...................... 46
2. Mekanisme dan Alur Bank Sampah Flamboyan..49
B. Pemberdayaan Perempuan………………................. 50
BAB V ANALISIS DATA…………………….................. 56
A. Proses Pengelolaan Bank Sampah Flamboyan.......... 56
1. Bank Sampah Flamboyan…..……...................... 56
3. Mekanisme dan Alur Bank Sampah Flamboyan..57
B. Pemberdayaan Perempuan………………................. 58
BAB VI PENUTUP…………………………….................. 61
vii
A. Kesimpulan…............................................................ 61
B. Saran………..…...…………..................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Informan Penelitian…….......................................16
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk………………….......................38
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk (Pendidikan dan Pekerjaan)......38
Tabel 3.3 Klasifikasi Harga Jual Beli....……….....................43
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir……........................................35
Bagan 3.1 Struktur Pengurus. …….......................................40
Bagan 3.2 Siklus Bank Sampah…….....................................42
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Foto Wawancara bersama Ketua Bank
Sampah…………………………………........……………...50
Gambar 4.2 Foto Masyarakat yang sedang memilah sampah non-
organik…………………… ………………….......................51
Gambar 4.3 Foto Proses Pemilahan Sampah Oleh
Masyarakat…………………………………………….........53
Gambar 4.4 Foto Dokumentasi Wawancara dengan Kader
PKK…………………………………....………....................54
Gambar 4.5 Foto Dokumentasi bersama ibu rumah tangga non
kader PKK………………..…………....………....................57
Gambar 4.6 Foto Bersama partisipan bank sampah
Flamboyan…………………………....………....................54
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Kantor Kelurahan
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Bank Sampah
Lampiran 3 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 4 Cover Pengesahan Seminar Proposal
Lampiran 5 Pedoman Wawancara
Lampiran 6 Transkrip Wawancara
Lampiran 7 Hasil Observasi Penelitian
Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di seluruh kota besar di Indonesia, khususnya DKI Jakarta,
sampah menjadi salah satu masalah utama. Produksi sampah di
DKI Jakarta terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2010
rata-rata produksi sampah di 5 (lima) wilayah DKI Jakarta
mencapai 6.139 ton per hari atau 2,4 juta ton per tahun (Bappeda
DKI Jakarta, 2013), dan di tahun 2014, produksi sampah kembali
mengalami peningkatan sebesar 30% menjadi 8.000 ton per hari
(Khairany, 2014). Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta
mencatat, 37,33% sampah yang ada di Ibu Kota berasal dari rumah
tangga pada 2020. Proporsi itu menjadi yang tertinggi
dibandingkan dari sumber lainnya sepanjang tahun lalu. Sumber
sampah terbanyak di Jakarta selanjutnya berasal dari pasar sebesar
16,35%, kawasan 16%, perniagaan 7,29%, fasilitas publik 5,25%,
dan perkantoran 3,22%. Sementara, sampah di Jakarta yang
berasal dari sumber lainnya sebanyak 14,55%.
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa jumlah sampah yang
dihasilkan perhari sangat besar. Jika hal ini dibiarkan, maka
kuantitas sampah akan semakin bertumpuk dan berdampak pada
pencemaran lingkungan. Dengan begitu banyaknya sampah yang
menumpuk, maka dampak yang ditimbulkan pada lingkungan
adalah: pertama, lingkungan menjadi lebih kotor, kumuh, dan
jorok yang menjadi tempat berkembangnya orgasme pathogen
2
yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti: sarang lalat,
tikus, dan hewan liar lainnya. Dengan demikian, sampah
berpotensi sebagai sumber penyabaran penyakit. Kedua, sampah
yang membususk akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan
berbahaya bagi kesehatan. Air yang dikeluarkan (lindih) juga dapat
menyebabkan pencemaran sumur, sungai maupun air tanah.
Ketiga, sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat
menyumbat saluran drainase ataupun serapan air hujan sehingga
dapat menimbulkan bahaya banjir. Keempat, pengumpulan
sampah dalam jumlah yang besar memerlukan tempat yang luas,
tertutup, dan jauh dari pemukiman (Sudrajat, 2007).
Salah satu upaya untuk mengurangi kuantitas sampah adalah
dengan memanfaatkan kembali sampah untuk dijadikan nilai
tambah ekonomi serta manfaat bagi masyarakat. Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
mengamanatkan kepada masyarakat Indonesia agar turut aktif
dalam mengurangi, memanfaatkan dan mendaur ulang sampah
dengan prinsip 3 R (Reduse, Reuse, dan Recycle) (UU No.18,
2008). Sampah yang sebelumnya hanya dijual masyarakat kepada
pengepul untuk di daur ulang kembali biji plastiknya, sekarang
diolah dan dikelola oleh sebuah komunitas Bank Sampah untuk
langsung menjadi barang-barang kerajinan yang memiliki nilai
ekonomis tinggi.
Bank Sampah pada dasarnya adalah sebuah komunitas yang
mengelola sampah menjadi sesuatu yang lebih bernilai dengan
konsep dan mekanisme yang meyerupai perbankan. Bank sampah
3
sendiri sudah sangat familiar dan ada di berbagai daerah di
Indonesia. Daur ulang sampah dapat digunakan untuk kebutuhan
dasar yang terbuat dari plastik kemasan atau tas yang memiliki
kegunaan yang sama untuk membawa barang belanja ibu rumah
tangga. Dalam jangka waktu yang singkat bank sampah dapat
menjadi acuan sebagai daur ulang yang tepat bagi kehidupan
masyarakat kota yang tentunya sering sekali membuang sampah
sembarangan. Dalam waktu yang panjang bank sampah dapat
menjadi sistem perekonomian yang siap untuk masyarakat kelas
menengah kebawah.
Pemberdayaan dapat diartikan ialah untuk membangun
kemampuan masyarakat dengan membangkitkan, memotivasi, dan
mendorong potensi yang dimilikinya serta mengembangkan
potensi mereka menjadi tindakan nyata. Pemberdayaan juga upaya
untuk menghadapi persoalan kependudukan yang terkait dengan
pembangunan dibidang kesejahteraan sosial. Salah satu persoalan
yang hingga saat ini menjadi persoalan kependudukan ialah
permasalahan yang berhubungan dengan pemberdayaan
perempuan (Zubaedi, 2007).
Dalam kehidupan nyata seringkali para ibu–ibu (perempuan)
kurang mampu berperan aktif dalam ekonomi keluarga, sehingga
perempuan hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
bergantung dengan hasil pendapatan suami. Pekerjaan perempuan
dalam rumah tangga menyebabkan perempuan dianggap sebagai
penerima pasif pembangunan. Berdasarkan sumber data dari
Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah diolah, tingkat partisipasi
4
angkatan kerja perempuan di Indonesia 51,7% sedangkan
partisipasi angkatan kerja laki-laki mencapai 88,5%. Ini
menunjukkan bahwa tingkat partisipasi kerja perempuan di
Indonesia masih rendah dibanding dengan partisipasi kerja laki-
laki (Boediono, 1993).
Rendahnya tingkat partisipasi tersebut disebabkan
keterbatasan yang dihadapi oleh perempuan seperti peluang dan
kesempatan kerja yang terbatas, serta dalam mengakses dan
mengontrol sumberdaya manusia, keterampilan dan pendidikan
yang rendah, hambatan ideologis perempuan yang terkait rumah
tangga serta kendala tertentu yang dikenal dengan istilah “tripple
burden of women”, yaitu perempuan harus melakukan fungsi
reproduksi, produksi dan fungsi sosial secara bersamaan di
masyarakat.
Kendala tersebut menyebabkan perempuan tidak dapat
menjadi mitra kerja aktif laki-laki dalam menangani masalah
sosial-ekonomi. Pemerintah pada akhir-akhir ini gencar untuk
melakukan pembangunan baik di perkotaan maupun perdesaan.
Berbagai upaya dilakukan dalam rangka meningkatkan
pembangunan desa. Upaya tersebut dilakukan dengan
mengembangkan organisasi-organisasi kemasyarakatan melalui
pembinaan kelompok-kelompok. Contohnya program PNPM-
Mandiri, Program Pengembangan Kecamatan (PPK), dan
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
PKK adalah sebuah organisasi kemasyarakatan yang mampu
mengerakan partisipasi masyarakat setempat dalam hal
5
keterampilan, dan serta juga berperan dalam kegiatan
pertumbuhan masyarakat tersebut. PKK sebagai gerakan yang
tumbuh dari bawah dengan perempuan sebagai penggerak dalam
membangun, membina, dan membentuk keluarga guna
mewujudkan kesejahteraan keluarga sebagai unit kelompok
terkecil dalam masyarakat. Organisasi PKK sudah melembaga
baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan maupun
desa. PKK yang merekrut anggota sampai lapisan bawah dengan
cara mengajak ibu rumah tangga yang ingin bergabung dan
membantu menjadi pengurus organisasi PKK untuk wilayah
tertentu.
Masyarakat diharapkan mampu membawa pada kondisi
keluarga yang sejahtera, yaitu keluarga yang mampu memenuhi
kebutuhan dasar manusia baik secara material, sosial, mental dan
spiritual serta keluarga yang hidup sejahtera, maju dan mandiri.
Berkaitan dengan perbaikan kesejahteraan keluarga maka telah
menuntut perempuan untuk dapat menopang ekonomi
keluarganya. Kondisi demikian merupakan dorongan yang kuat
bagi perempuan untuk bekerja dalam menambah penghasilan.
Seperti halnya program pemberdayaan masyarakat yang telah
dilakukan di Kelurahan Rawa Badak, Kecamatan Koja, Jakarta
Utara melalui program Bank Sampah yang disertai partisipasi Ibu-
ibu PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) di Rw 05
Kelurahan Rawa Badak.
Rawa Badak menjadi pilihan peneliti dalam menjalani skripsi
ini karena Rawa badak memiliki Bank sampah bertingkat nasional
6
yang sering dikunjungi untuk studi banding. Dalam melaksanakan
program tersebut, ibu-ibu PKK aktif terlibat mengumpulkan
sampah yang disetorkan per-minggu. Maka dari itu skripsi ini
berjudul, “Pemberdayaan Perempuan Pada Bank Sampah
Flamboyan Indah Koja Jakarta Utara” alasan peneliti
mengadakan penelitian dengan judul diatas, karena peneliti ingin
melihat dan belajar cara ibu PKK memberdayai lingkungan rumah
mereka dan manfaat yang dirasakan khususnya bidang ekonomi,
setelah aktif melaksanakan Bank Sampah.
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengigat keterbatasan peneliti, baik keterbatasan
waktu, tempat, dan biaya maka peneliti membatasi fokus
penelitian pada kelompok ibu PKK di Jalan K2 No.6 RT
009/05 Kelurahan Rawa Badak. Dan begitu luasnya pokok
bahasan maka peneliti memfokuskan pada Pemberdayaan
Perempuan melalui Bank Sampah Flamboyan oleh Ibu
PKK Kelurahan Rawa Badak, Kecamatan Koja, Jakarta
Utara.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut dan agar
permasalahan lebih mudah untuk dibahas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
7
a. Bagaimana Proses pengelolaan bank sampah yang
dilakukan di kelurahan Rawa Badak, Kecamatan Koja,
Jakarta Utara?
b. Bagaimana pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh
ibu PKK melalui program Bank Sampah Flamboyan di
kelurahan Rawa Badak, Kecamatan Koja, Jakarta Utara?
C. Tujuan dan Manfaaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui Proses pengelolaan bank sampah yang
dilakukan di kelurahan Rawa Badak, Kecamatan Koja,
Jakarta Utara.
b. Untuk pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh ibu
PKK melalui program Bank Sampah Flamboyan di
kelurahan Rawa Badak, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
2. Manfaat Penelitian
a. Dari Segi akademis
Peneliti berharap bahwa penelitian ini bermanfaat bagi
pengembangan wawasan dalam ilmu kesejahteraan sosial
dalam aspek pemberdayaan masyarakat yang dapat
digunakan dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial
disuatu wilayah, dalam segi lingkungan. Selain itu juga
diharapkan penelitian ini bisa menjadi rujukan dan
masukan mata kuliah Kesejahteraan Sosial dan Isu-isu
lingkungan.
8
b. Dari segi Praktis
Peneliti berharap penelitian ini berguna untuk organisasi
terkait seperti: Bank sampah Flamboyan serta Ibu PKK
disekitar wilayah kota Jakarta, serta bisa bermanfaat bagi
organisasi yang ingin mendirikan organisasi Ibu PKK,
sehingga penelitian ini dapat menjadi suatu rujukan dalam
membuat implementasi pemberdayaan masyarakat yang
bergerak di bidang ibu PKK.
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian dan penulisan judul ini, penulis
terlebih dahulu mengadakan tinjauan pustaka terhadap lima skripsi
sebelumnya yang menjadi ide awal dan referensi penulis dalam
penelitian dan karya ilmiah penulis yaitu:
1. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kegiatan Daur
Ulang Sampah Oleh Bank Sampah Berlian Kelurahan
Lenteng Agung oleh Nikmal Perdana Kesejahteraan
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.
Isi pokok skripsi ini adalah bagaimana pemberdayaan
masyarakat melalui bank sampah yang menjadi pijakan
utama masyarakat dalam berkegiatan social-ekonomi.
Pemberdayaan ini dilakukan oleh bank sampah berlian
kelurahan lenteng agung dengan tujuan utama mendaur
ulang sampah yang dapat di daur ulang dengan
menggunakan tenaga kerja masyarakat sekitar. Program
pemberdayaan masyarakat melalui bank sampah ini
9
bertujuan untuk membangun kreatifitas masyarakat dalam
mengolah sampah yang ada agar tidak tercecer sehingga
menyebabkan polusi dan rusaknya lingkungan sekitar.
Dengan adanya bank sampah ini, masyarakat menjadi lihai
dan cermat dalam membuang sampah sekaligus
menjadikan sampah sebagai komoditi utana dalam proses
pengolahan sampah yang dapat dijadikan barang-barang
kreatif sehingga menunjang social-ekonomi masyarakat
sekitar.
2. Pemberdayaan Masyarakat Studi Kasus Kegiatan
Bank Sampah Di Perumahan Bukit Pamlang Indah
RW 09 dan 13 Tangerang Selatan oleh Bunga Nur
Maaddah Nasution Pengembangan Masyarakat Islam
UIN Syarif Hidayatulllah Jakarta 2013.
Isi pokok skripsi ini adalah dimana peran warga
sebagai penerus sendi-sendi kehidupan bangsa menjadi
penting untuk tidak terlibat dalam membuang sampah
sembarangan. Bank sampah di perumhan bukit Pamulang
menjadi penting keberadaannya selain menjadi ruang
rehabilitasi selain itu juga menjadi alat bantu warga untuk
memunculkan kembali daya kreatifitasnya dalam
mengolah kehidupan sosail-budaya nya. Selain itu, kondisi
pemuda depok akhir-akhir ini sedang marak dengan adanya
kasus narkoba dan pergaulan bebas, untuk itu bank sampah
ini hadir untuk kaum muda yang sudah terlanjur terlibat
ataupun yang ingin menghindari narkoba dan pergaulan
10
bebas agar dapat mengikuti program pemberdayaan di
bank sampah ini.
3. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kegiata daur
ulang sampah plastik Studi Kasus pada Komunitas
Bank Sampah Poklili Perumahan Grya lembah depok
kecamatan sukmajaya kota depok oleh Nurul
Purbasari Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
Isi pokok skripsi ini adalah pemberdayaan
masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan Bank
Sampah. Dalam pemberdayaan warga dalam skripsi ini
ialah pemuda sebagai objek utama dalam menentukan dan
menyaring teknologi dan informasi untuk menjadikan
teknologi dan informasi tersebut berguna bagi
pengembangan minat dan bakat pemuda itu sendiri. Dalam
pemberdayaan ini pemuda diutamakan sudah melek
teknologi sehingga dapat mengolag dan menyaring
informasi yang didapat. Di zaman yang sudah serba
teknologi ini pemuda dalam pemberdayaan ini dituntut
dapat mengembangkan kemampuannya dalam pelatihan
sehingga menghasilkan produk gagasan yang dapat
membangun wilayah tempat tinggalnya masing-masing.
Dengan adanya pendidikan dan pelatihan teknologi
informasi ini, pemuda dapat diberdayakan sekaligus
mendapat softskill menggunakan teknologi dan dapat
mengelola informasi mana yang baik dan benar.
11
4. Pemberdayaan Ekonomi Pemuda Karang Taruna
Melalui Pengolahan Barang Bekas Berbahan Plastik Di
Desa Gilang Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo
oleh Silmi Nurhidayatulloh Pengembangan
Masyarakat Islam Universitas Islam Negri Sunan
Ampel Surabaya 2018.
Isi pokok skripsi ini adalah bagaimana
pemberdayaaan ekonomi pemuda karang taruna melalui
pengolahann barang bekas berbahan plastik. Plastik
menjadi bahan baku karena dari barang bekas yang terbuat
dari bahan plastik dapat dijadikan sebuah barang yang
dapat memiliki nilai kreatifitas yang tinggi. Barang bekas
berbahan plasik dapat dijadikan barang-barang yang
bernilai kreatifitas yang tinggi dengan adanya gerakan
tangan dari pemuda yang menjadi objek pmeberdayaan
utama dalam pemberdayaan ini. Dalam konteks ekonomi,
pemberdayaan ini sangatlah berdampak positif dan sangat
berpengaruh terhadap pemuda karena menjadikan pemuda
karang taruna aktif dan dapat membuat barang yang
nantinya dapat dijual dan menghasilkan uang. Untuk itu
pemuda karang taruna menjadi bagian penting dalam
lapisan masyarakat karena dapat menunjang kehidupan
sosio-ekonomi masyarakat dengan diadakannya
pengolahan barang bekas berbahan plastik ini.
12
E. Metodologi Penelitian
Metodologi merupakan strategi umum yang dipakai dalam
pengumpulan dan analisa data yang diperlukan, guna menjawab
permasalahan yang diteliti. Metode penelitian pada dasarnya
adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
manfaat tertentu (Sugiyono, 2014:2). Begitupula dengan penelitian
ini, diharapkan metode yang diterapkan sesuai dengan
permasalahan yang akan diteliti. Adapun metode yang diterapkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat
diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur
statistik atau cara-cara lain dari pengukuran. Miles dan
Hibermen sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J.
Moelong, penelitian kualitatif secara umum bias digunakan
untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah,
tingkah laku, aktivitas sosial dan lain-lain. Laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi
gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut
mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,
foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan
dokumen resmi lainnya (Meolong, 2007).
Jadi dalam hal ini peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif dengan alasan karena penelitian
13
kualitatif lebih tepat dengan subyek yang diamati penulis,
dimana peneliti tidak hanya meneliti perilaku subyek akan
tetapi penulis akan berusaha menyelami kehidupan sehari-
hari subyek untuk mengetahui bagaimana perilaku dalam
rangka menjalankan kegiatan Bank Sampah tersebut dan
pemberdayaann perempuan yang dirasakan masyarakat
khusunya ibu-ibu yang mengikuti kegiatan Bank Sampah.
2. Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif,
yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan
bukan angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan
berisi kutipan-kutipan dari pengurus Bank Sampah
Flamboyan Indah RW 05 dan masyarakat serta beberapa
dokumen yang berkaitan dengan pemberdayaan
masyarakat melalui program bank sampah.
Moh. Nazir berpendapat bahwa metode deskriptif
adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu onjek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas pada masa sekarang
(Praswoto, 2012).
14
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data primer terbagi 2 sumber data yaitu:
1) Utama, yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian, yaitu dari pengurus Bank Sampah Flamboyan
Indah RW 05 dan masyarakat RW 05 Rawa Badak Selatan.
2) Pendukung, yaitu data yang diperoleh dari bapak lurah
Rawa Badak Selatan dan para tokoh masyarakat Rawa
Badak Selatan yang mengawasi kegiatan Bank sampah
tersebut.
b. Data sekunder adalah data yang peneliti peroleh baik
berupa dokumen, arsip-arsip, memo atau catatan tertukis
lainnya maupun gambar atau benda lain yang berkaitan
dengan penelitian. Data sekunder ini peneliti peroleh dari
Bank Sampah Flamboyan Indah RW 05, jurnal, buku dan
lain-lain.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini proses pengumpulan data
dilakukan dengan tiga cara yaitu:
a. Wawancara
Wawancara yaiu sebuah dialog yang dilakukan
oleh pewawancara untuk memperoleh data yang
dibutuhkan peneliti dari yang diwawancara. Sedangkan
menurut W.Gulo wawancara adalah bentuk komunikasi
langsung antara peneliti dengan responden. Komunikasi
15
berlangsung dalam bentuk Tanya-jawab dalam hubungan
tatap muka. Dengan wawancara, proses wawancara data
yang diperoleh dapat langsung diketahui objektifitasnya
karena dilaksanakan secara tatap muka (Gulo, 2002).
Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara
terstruktur, yaitu wawancara yang pertanyaan yang akan
diajukan telah ditetapkan peneliti secara jelas dalam suatu
bentuk catatan.
b. Observasi
Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan
mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan
langsung dilapangan terhadap suatu kegiatan secara akurat,
serta mencatat fenomena yang muncul dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
hubungan tersebut (Kristi Poerwandari, 1998).
Penelitian melakukan pengamatan di lapangan
dengan cara mengumpulkan data-data lapangan serta data-
data yang ada seperti catatan, hasil observasi penulis.
Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung
aktivitas anggota Bank Sampah mengenai pemberdayaan
pada ibu-ibu setempat, untuk mengetahui dan
mengumpulkan data-data yang ada di Bank Sampah
Flamboyan RW 05 Kelurahan Rawa Badak, Kecamatan
Koja, Jakarta Utara.
c. Studi Dokumentasi
16
Peneliti mengumpulkan, membaca dan
mempelajari berbagai macam bentuk tertulis yang ada
dilapangan serta data-data lain. Misalnya majalah, brosur,
artikel, yang membahas tentang Bank Sampah Flamboyan
RW 05.
5. Teknik Pemilihan Informan
Teknik penelitian yang digunakan untuk penentuan
subjek dalam penelitian ini adalah teknik purposive
sampling (bertujuan). Purposive sampling merupakan
teknik penentuan sempel dengan pertimbangan tertentu.
Kita memilih orang sebagai sampel dengan memilih orang
yang benar-benar mengtahui atau memiliki kompetensi
dengan topic penelitian kita.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
purposive sampling yang memberikan keleluasaan pada
peneliti dalam menyeleksi informan yang sesuai dengan
tujuan penelitian, yang terpenting disini bukanlah jumlah
informan, melainkan potensi dari tiap kasus untuk
memberikan pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai
aspek yang dipelajari (Martono 2011).
Table 1.1 Informan Penelitian
No Informan Informasi yang dicari Jumlah
1. Ketua Mengetahui latar belakang
dan gambaran Bank Sampah,
pemberdayaan yang
1 orang
17
dilakukan Bank Sampah,
serta penerima manfaat.
2. Kader PKK Mengetahui tahapan
pemberdayaan yang
dilakukan Bank Sampah dan
Mengetahui Prosesnya.
1 orang
3. Warga Mengetahui Proses
pelaksanaan bank sampah
1 orang
6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengambil lokasi di Bank Sampah
Flamboyan RW 05 Jl. K2 No.06 RT 009 RW 05 Kelurahan
Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2020 hingga
bulan Mei 2021.
7. Teknik Analisis Data
Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Analisa data dilakukan dengan mengorgansasikan data,
menjabarkan ke dalam unit-unit melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
18
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2013).
8. Teknik Keabsahan Data
Dalam menentukan keabsahan data adalah dengan
teknik triangulasi. Dimana triangulasi adalah untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Misalnya data yang diperoleh dari wawancara,
lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, menghasilkan
data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi
lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau
yang lain, memastikan data yang mana yang dianggap
benar, atau mungkon semuanya benar, karena sudut
pandangnya berbeda-beda (Sugiyono, 2013).
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang
terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika.
Sistematika penulisan skripsi ini meliputi:
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti membahas tentang latar belakang masalah,
Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodelogi Penelitian dan
Sistematika Penulisan.
19
BAB II: TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini membahas tentang kerangka teori sebagai landasan
yang digunakan untuk menganalisi data dengan teori-teori yang
digunakan untuk membahas tentang pemberdayaan dan bank
sampah.
BAB III: GAMBARAN UMUM LATAR
PENELITIAN
Bahasan ini membahas menganai gambaran umum Bank Sampah
Flamboyan RW 05 Koja, visi, misi, dan tujuan, sejarah lembaga,
serta program yang dilakukan.
BAB IV: DATA DAN TEMUAN LAPANGAN
Bab ini berisi tentang uraian penyajian data dan temuan penelitian
di lapangan. Segala temuan yang berkait dengan penelitian dibahas
pada bab ini.
BAB V: ANALISIS
Merupakan bentuk pengolahan data menjadi informasi sehingga
data yang didapatkan bisa dipahami dan bermanfaat dalam proses
pemenuhan solusi permasalahan yang ada.
BAB VI: PENUTUP
Bagian penutup merupakan bagian yang mencangkup tentang
kesimpulan, dan saran dari hasil temuan dan serta analisis
penelitian yang didapatkan.
20
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Pemberdayaan
1. Definisi Pemberdayaan
Secara etimologis pemberdayaan berasal pada kata dasar
“daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan”. Bertolak dari
pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses
untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau
pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang
memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya
(Sulistiyani, 2004).
Pemberdayaan juga bisa diartikan sebagai suatu rencana untuk
pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada
daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Pemberdayaan didasarkan pada pemahaman akan kekuatan dan
penempatan posisi manusia, karakteristik lapangan, karakteristik
masyarakat, kekuatan dan karakter sumber daya yang tersedia,
sikap orang-orang yang menempati teritorial tertentu, serta
antisipasi terhadap setiap perubahan yang mungkin terjadi.
(Tjiptono, 2008)
Pemberdayaan menurut Griffin adalah rencana komprehensif
untuk mencapai tujuan organisasi. Tidak hanya mencapai, akan
tetapi strategi juga dimaksudkan untuk mempertahankan
keberlangsungan organisasi di lingkungan dimana organisasi
tersebut menjalankan aktivitasnya. (Saefullah, 2010)
21
Pemberdayaan menurut Hamel dan Prahalad adalah tindakan
yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-
menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa
yang diharapkan oleh konsumen di masa depan. (Rangkuti, 2013)
Pemberdayaan menurut Christensen adalah pola-pola berbagai
tujuan serta kebijaksanaan dasar dan rencana-rencana untuk
mencapai tujuan tersebut, dirumuskan sedemikian rupa sehingga
jelas usaha apa yang sedang dan akan dilaksanakan oleh
perusahaan, demikian juga sifat perusahaan baik sekarang maupun
dimasa yang akan datang. (Supriyono, 1998)
Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan adalah suatu rencana tentang upaya yang akan
dijalankan oleh sebuah organisasi atau perusahaan guna mencapai
tujuan perusahaan tersebut yakni mendapatkan hasil positif serta
menghadapi lingkungan atau zaman yang selalu berubah.
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan yang ingin dicapai dalam pemberdayaan menurut
Ambar Teguh adalah untuk membentuk individu dan masyarakat
menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian
berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan
tersebut. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi
yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan
untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang
dipandang tepat demi mecapai pemecahan masalah-masalah yang
22
dihadapi dengan menggunakan daya kemampuan yang terdiri atas
kognitif, konatif, psikomotorik, efektif, dengan pengerahan
sumber daya yang oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.
Sementara Kristiadi melihat bahwa ujung dari pemberdayaan
masyarakat harus membuat masyarakat menjadi swadiri, swadana,
dan swasembada. Swadiri yaitu mampu mengurusi dirinya sendiri,
swadana yaitu mampu membiayai keperluan sendiri, sedangkan
swasembada yaitu mampu memenuhi kebutuhannya sendiri secara
berkelanjutan.
Menurut Meita Wulan Sari, pemberdayaan memiliki tujuan
jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek
pemberdayaan sebaiknya jelas (specific), terukur (measurable) dan
sederhana (realistic), sehingga merupakan kondisi yang
mendorong minat masyarakat untuk mewujudkannya (achievable)
dalam waktu tertentu. Tujuan pemberdayaan yang lebih kompleks
perlu ada dan sebaiknya ditetapkan sebagai tujuan jangka panjang
(vision). Visi yang jelas berpotensi untuk menjadi pemandu
kegiatan kerjasama di antara masyarakat untuk menetapkan
tujuan- tujuan jangka pendek pemberdayaan, sehingga proses
pemberdayaan menjadi lebih terarah, efektif, dan efisien. Hal ini
disebabkan setiap proses pemberdayaan menuju pada suatu
kondisi di masa mendatang yang lebih jelas. Edi Suharto
menjelaskan lebih lanjut bahwa tujuan utama pemberdayaan
adalah:
“memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok
lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi
23
internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena
kondisi eksternal (misalnya ditindas struktur sosial yang tidak
adil)”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
pemberdayaan adalah membuat masyarakat menjadi mandiri,
dalam arti mamiliki kemampuaan untuk memecahkan
permasalahan yang mereka hadapi dan mampu memenuhi
kebutuhan tanpa harus menggantungkan hidup mereka pada orang
lain atau pihak luar.
3. Ciri-Ciri Pemberdayaan Masyarakat
a) Tokoh atau pimpinan masyarakat (Community leader).
Di sebuah mayarakat apapun baik pendesaan, perkotaan
maupun pemukiman elite atau pemukiman kumuh, secara
alamiah akan terjadi kristalisasi adanya pimpinan atau
tokoh masyarakat. Pemimpin atau tokoh masyarakat dapat
bersifat format (camat, lurah, ketua RT/RW) maupun
bersifat informal (ustadz, pendeta, kepala adat). Pada
tahap awal pemberdayaan masyarakat, maka petugas
terlebih dahulu melakukan pendekatan- pendekatan kepada
para tokoh masyarakat.
b) Organisasi masyarakat (community organization).
Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi
kemasyarakatan baik formal maupun informal, misalnya
PKK, karang taruna, majelis taklim, koperasi-koperasi dan
sebagainya.
c) Pendanaan masyarakat (Community Fund).
24
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan dana sehat, maka
secara ringkas dapat digaris bawahi beberapa hal sebagai
berikut: “Bahwa dana sehat telah berkembang di
Indonesia sejak lama (tahun 1980-an) Pada masa
sesudahnya (1990-an) dana sehat ini semakin meluas
perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan nama
program JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat).
d) Material masyarakat (community material).
Sumber daya alam adalah merupakan salah satu potensi
msyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber
daya alam yang berbeda yang dapat dimanfaatkan untuk
pembangunan.
e) Pengetahuan masyarakat (community knowledge).
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah
contoh pemberdayaan masyarakat yang meningkatkan
komponen pengetahuan masyarakat.
f) Teknologi masyarakat (community technology).
Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana
yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program
kesehatan. Misalnya penyaring air bersih menggunakan
pasir atau arang, untuk pencahayaan rumah sehat
menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya ditaruh
kaca. Untuk pengawetan makanan dengan pengasapan
dan sebagainya (Nurbeti, 2009)
25
4. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Sumodiningrat , pemberdayaan masyarakat tidak
bersifat selamanya, dengan kata lain pemberdayaan masyarakat
berlangsung melalui suatu proses belajar yang dilakukan secara
bertahap hingga masyarakat mencapai kemandirian. Dalam
pengertian yang diberikan terhadap pemberdayaan, jelas
dinyatakan bahwa pemberdayaan adalah proses pemberian
dan/atau optimasi daya, baik daya dalam pengertian “kemampuan
dan keberanian” maupun daya dalam arti “kekuasaan”. Proses
dalam rangka pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara
bertahap.
Menurut Hempri dan Suparjan, dalam rangka
pemberdayaan masyarakat ada beberapa hal yang perlu dilakukan,
antara lain:
1) Meningkatkan kesadaran kritis atau posisi masyarakat
dalam struktur sosial politik;
2) Kesadaran kritis yang muncul diharapkan membuat
masyarakat mampu membuat argumentasi terhadap
berbagai macam eksploitasi serta sekaligus membuat
pemutusan terhadap hal tersebut;
3) Peningkatan kapasitas masyarakat;
4) Pemberdayaan juga perlu mengkaitkan dengan
pembangunan sosial dan budaya masyarakat.
Upaya peningkatan kesadaran kritis atau posisi masyarakat
berangkat dari asumsi bahwa sumber kemiskinan berasal dari
26
konstruksi sosial yang ada dalam masyarakat itu sendiri.
Kesadaran kritis dapat meningkatkan partisipasi aktif masyarakat
dalam pembangunan masyarakat. Dalam konteks ini perlu
dipahami bahwa masalah kemiskinan bukan sekedar persoalan
kesejahteraan sosial, tetapi juga berkaitan dengan faktor politik,
ekonomi, sosial, budaya dan keamanan.
Pendapat lain dikemukakan Ambar Teguh S yang menyatakan
bahwa tahap-tahap pemberdayaan yang harus dilalui meliputi:
1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju
perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan
peningkatan kapasitas diri;
2) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan
pengetahuan, kecakapan-keterampilan agar terbuka
wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga
dapat mengambil peran di dalam pembangunan;
3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-
keterampilah sehingga terbentulah inisiasi dan kemampuan
inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian.
Sementara Lippit (Totok & Poerwoko, 2012) merinci tahapan
kegiatan pemberdayaan masyarakat ke dalam 7 (tujuh) kegiatan
pokok, yaitu:
1) Penyadaran, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
menyadarkan masyarakat tentang “keberadaannya”, baik
keberadaannya sebagai individu dan anggota masyarakat,
maupun kondisi lingkungannya yang menyangkut
27
lingkungan fisik/teknis, sosial-budaya, ekonomi, dan
politik;
2) Menunjukkan adanya masalah, yaitu kondisi yang tidak
diinginkan yang kaitannya dengan keadaan sumberdaya,
lingkungan fisik/teknis, sosial-budaya dan politis serta
faktor- faktor penyebab terjadinya masalah;
3) Membantu pemecahan masalah, sejak analisis akar-
masalah, analisis alternatif pemecahan masalah, serta
pemilihan alternatif pemecahan terbaik yang dapat
dilakukan sesuai dengan kondisi internal (kekuatan,
kelemahan) maupun kondisi eksternal (peluang dan
ancaman) yang dihadapi);
4) Menunjukkan pentingnya perubahan, yang sedang dan
akan terjadi di lingkungannya, baik lingkungan organisasi
dan masyarakat (lokal, nasional, regional, dan global);
5) Melakukan pengujian dan demonstrasi, sebagai bagiam
dan implementasi perubahan terencana yang berhasil
dirumuskan;
6) Memproduksi dan publikasi informasi, baik yang berasal
dari “luar” (penelitian, kebijakan, produsen/pelaku bisnis,
dll.) maupun yang berasal dari dalam (pengalaman,
indigenous technology, maupun kearifan tradisional dan
nilai-nilai adat);
7) Melaksanakan pemberdayaan/penguatan kapasitas, yaitu
pemberian kesempatan kepada kelompok lapisan bawah
(grassroots) untuk bersuara dan menentukan sendiri
pilihan- pilihannya (voice and choice)
28
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa tahapan-tahapan pemberdayaan meliputi 3 tahapan inti,
yaitu: penyadaran masyarakat yang dilakukan untuk menyadarkan
masyarakat tentang “keberadaannya” sebagai individu, anggota
masyarakat maupun kondisi lingkungannya menuju perilaku sadar
dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas
diri, proses pemberdayaan dengan memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk bersama-sama melakukan identifikasi
dan pengkajian potensi masyarakat, menyusun dan menerapkan
rencana kelompok serta memantau proses dan hasil kegiatan secara
berkelanjutan serta pemandirian masyarakat berupa pendampingan
agar memiliki inisiasi dan kemampuan inovatif serta mampu
mengelola sendiri kegiatannya.
5. Pemberdayaan Perempuan
Pemberdayaan perempuan merupakan tuntutan hak asasi
manusia. Ketika paradigma pembangunan ditekankan pada
pentingnya manusia dan nilai-nilai kemanusiaan, maka mau tidak
mau perhatian terhadap kebutuhan kaum perempuan menjadi
agenda penting bagi Negara. Selama kondisi perempuan masih
terpuruk dan diwarnai kerentanan akibat ketidakadilan gender
yang dihadapinya, Negara dan masyarakat mempunyai tanggung
jawab utnuk melakukan berbagai upaya agar hak perempuan
sebagai anggota masyarakat terpenuhi (Riant Nugroho, 2008).
29
Menurut H. Djabir Chaidir Fadhil Selama ini peran dan
kedudukan perempuan masih berada pada pihak yang dirugikan,
dan laki-laki selalu pada pihak yang beruntung. Mengatasi masalah
ketidakberdayaan tidak mudah (Lucya Purnamasari, 2014).
Salah satu cara yang dianggap mampu untuk mengatasi
ketidakberdayaan kaum perempuan tersebut adalah melalui
program pemberdayaan perempuan. Pemberdayaan perempuan
adalah upaya kemampuan perempuan untuk memperoleh akses
dan kontrol terhadap sumber daya, ekonomi, politik, sosial,
budaya, agar perempuan dapat mengatur diri dan meningkatkan
rasa percaya diri untuk mampu berperan dan berpartisipasi aktif
dalam memecahkan masalah.
Pemberdayaan perempuan sebagai salah satu bentuk PNF
tercantum dalam UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Pasal 26
ayat (3) yang berbunyi: “Pendidikan non formal meliputi
pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan
kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik”.
Program pemberdayaan perempuan diarahkan agar perempuan
tumbuh dan berkembang menjadi perempuan yang berdaya,
dimana perempuan tersebut memiliki kemampuan dalam
mengatasi kebutuhan dan masalah yang dihadapi berdasarkan
sumberdaya yang dimiliki. Dalam penelitian ini, pemberdayaan
perempuan yang dilaksanakan adalah pemberdayaan perempuan
30
dalam bidang pendidikan dan pelatihan melalui program-program
yang telah direncanakan. Perempuan memiliki kesempatan yang
sama dengan laki-laki untuk mengembangkan dirinya. Alasan
inilah yang mendasari mengapa kaum perempuan patut untuk
diberdayakan.
6. Tujuan Pemberdayaan Perempuan
Tujuan dari pemberdayaan perempuan seperti yang
dikemukakan oleh Riant Nugroho adalah sebagai berikut:
a) Meningkatkan kemampuan kaum perempuan untuk
melibatkan diri dalam program pembangunan, sebagai
partisipasi aktif (subyek) agar tidak sekedar menjadi objek
pembangunan seperti yang terjadi selama ini.
b) Meningkatkan kemampuan kaum perempuan dalam
kepemimpinan, untuk meningkatkan posisi tawar-
menawar dan keterlibatan dalam setiap pembangunan baik
sebagai perencana, pelaksana, maupun melakukan
monitoring dan evaluasi kegiatan.
c) Meningkatkan kemampuan kaum perempuan dalam
mengelola usaha skala rumah tangga, industri kecil
maupun industri besar untuk menunjang peningkatan
kebutuhan rumah tangga, maupun untuk memnuka peluang
kerja produktif dan mandiri.
d) Meningkatkan peran dan fungsi organisasi perempuan
ditingkat lokal sebagai wadah pemberdayaan kaum
perempuan agar dapat terlibat secara aktif dalam program
pembangunan pada wilayah tempat tinggalnya.
31
B. Kajian tentang Sampah
1. Definisi Sampah
Misbahul Ulum, mendefinisikan sampah sebagai suatu bahan
atau benda yang bersifat padat, yang sudah tidak dipakai lagi, atau
harus dibuang, sebagai hasil dari aktivitas manusia, yang bukan
biologis, belum memiliki nilai ekonomis dan bersifat padat (solid
waste). Pendapat yang lain dikemukakan oleh Karden Eddy
Sontang Manik yang juga mendefinisikan sampah adalah:
“suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan
harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia. Dengan
demikian, sampah dapat berasal dari kegiatan industri,
pertambangan, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi,
rumah tangga, perdagangan, dan kegiatan manusia lainnya”.
Sementara menurut Bambang Suwerda, sampah adalah bahan
yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud
biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak
atau bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi
berkelebihan atau ditolak atau buangan.
Paparan di atas menunjukkan bahwa sampah adalah benda atau
bahan sisa kegiatan sehari-hari manusia karena sudah tidak
terpakai dan tidak digunakan lagi sehingga harus dibuang. Sampah
yang dihasilkan oleh manusia tersebut berbentuk padat dan tidak
terjadi dengan sendirinya.
32
2. Jenis – jenis Sampah
Karakteristik serta komposisi sampah sangat dipengaruhi oleh
sumbernya. Bentuk, jenis, dan komposisi sampah sangat
dipengaruhi oleh budaya dan tingkat kehidupan sosial ekonomi
masyarakat dan kondisi alamnya (Bambang Wintoko, 2013).
Berdasarkan jenisnya, dikenal ada dua kelompok sampah yaitu
sampah organik yang sebagian besar tersusun oleh senyawa
organik dari alam dan sampah anorganik yang berasal dari sumber
daya alam tak terbarui.
Dari jenis sampah tersebut dikelompokkan lagi ke dalam tiga
kelompok, yaitu:
a) Sampah yang bersifat degradable, yaitu sampah yang
secara alami dapat/mudah diuraikan oleh jasad hidup
(khususnya mikroorganisme);
b) Sampah yang bersifat non degradable, yaitu sifat sampah
yang secara alami sukar atau sangat sukar untuk diuraikan
oleh jasad hidup;
c) Sampah khusus, yaitu sampah yang memerlukan
penanganan khusus untuk menghindari bahaya yang akan
ditimbulkannya. Sampah khusus ini antara lain sampah
dari rumah sakit dan baterai kering serta akumulator bekas
(Bambang Wintoko, 2013).
Bambang Suwerda membedakan sampah menjadi tiga jenis,
yaitu:
33
a) Sampah anorganik, yaitu sampah yang bersifat non
biodegradable yang tidak dapat didegradasi atau diuraikan
secara sempurna melalui proses biologi baik secara aerob
maupun secara anaerob;
b) Sampah organik, yaitu sampah yang bersifat
biodegradable yang dapat didegradasi atau diuraikan
secara sempurna melalui proses biologi baik secara aerob
maupun secara anaerob;
c) Sampah spesifik, yaitu sampah yang mengandung Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3), limbah B3, sampah yang
timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah
yang secara teknologi belum dapat diolah dan/atau sampah
yang timbul secara tidak periodik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa sampah terbagi menjadi dua jenis, yaitu sampah organik
dan sampah anorganik. Dari jenis sampah tersebut dikelompokkan
lagi ke dalam tiga kelompok, yaitu sampah organik/degradable
yang mudah terurai, sampah anorganik/nondegradable yang sukar
terurai, dan sampah spesifik yang mengandung B3.
3. Definisi Bank sampah
Kata bank sampah merupakan sebuah sebutan atau julukan
yang diberikan kepada sebuah aktivitas pengolahan sampah.
Istilah ini muncul karena sistem penanganan sampah satu ini
menggunakan manajemen seperti dalam bank-bank pada
umumnya (Sri Muhammad Kusumanto, 2012).
34
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan
Recycle Melalui Bank Sampah, yang dimaksud dengan bank
sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang
dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai
ekonomi. Tujuan dibangunnya bank sampah sebenarnya bukan
bank sampah itu sendiri. Bank sampah adalah strategi untuk
membangun kepedulian masyarakat agar dapat ‘berkawan’ dengan
sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari
sampah. Jadi, bank sampah tidak dapat berdiri sendiri melainkan
harus diintegrasikan dengan gerakan 3R di kalangan masyarakat,
sehingga manfaat langsung yang dirasakan masyarakat tidak hanya
ekonomi kerakyatan yang kuat, namun pembangunan lingkungan
yang bersih dan hijau guna menciptakan masyarakat yang sehat
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2011).
Dengan menyatukan bank sampah dengan gerakan 3R, akan
tercipta kesatuan yang utuh antara warga, bank sampah, dan
lingkungan bersih dan hijau di tingkat lokal.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa bank sampah adalah tempat pemilahan dan
pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau digunakan
ulang yang memiliki nilai ekonomi. Bank sampah adalah salah satu
strategi dalam pengelolaan sampah yang mengadopsi prinsip bank
pada umumnya. Hanya saja pada bank sampah nasabah menyetor
barang bekas atau sampah ke bank yang dihargai sesuai dengan
harga jual sampah tersebut.
35
C. Kerangka Konsep
Bagan 2.1 Kerangka Konsep
Sampah selalu menjadi momok bagi kehidupan perkotaan.
Sampah juga menjadi sumber penyakit jika dibiarkan begitu saja
tannpa penanganan yang lebih lanjut. Salah satu solusi dalam
menangani permasalahan tersebut adalah dengan melaksanakan
program bank sampah yang juga berguna bagi kehidupan sosial
masyarakat. Dalam waktu yang panjang bank sampah dapat
menjadi sistem perekonomian yang siap untuk masyarakat kelas
menengah kebawah. Hal ini kemudian dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu cara pemberdayaan perempuan khususnya untuk ibu
rumah tangga yang ingin mempunyai kemandirian secara
ekonomi. Hasil dari kesadaran tersebut kemudian akan
memunculkan kondisi keluarga yang lebih sejahtera.
Permasalahan
Sampah
Pemberdayaan
perempuan
Program bank
sampah
(Hasil)
Kesadaran/ Self
Awarness
Kesejahteraan
keluarga
36
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Gambaran Umum wilayah Kelurahan Koja
1. Letak Geografis
Bank Sampah Flamboyan RW 05 bertempat di JL. K2 No.06
RT 009 RW 05 Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja,
Jakarta Utara. Kecamatan Koja merupakan salah satu Kecamatan
di wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara yang berbatasan
dengan laut Jawa. Secara geografis batas-batas wilayah
Kecamatan Koja yaitu:
1) Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa/Kecamatan
Cilincing dan Kepulauan Seribu.
2) Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Raya Pegangsaan
Dua/Kecamatan Kelapa Gading.
3) Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Sulawesi/Jalan Yos
Sudarso/Kecamatan Tanjung Priok.
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Kramat Jaya/
Kecamatan Cilincing.
2. Demografis
Secara administrasi wilayah ini terbagi kedalam 6 kelurahan,
dengan luas masing-masing kelurahan sebagai berikut:
1) Kelurahan Rawa Badak Selatan : 1,0162 Km2
2) Kelurahan Tugu Selatan : 2,6800 Km2
3) Kelurahan Tugu Utara : 3,3200 Km2
4) Kelurahan Lagoa : 1,5753 Km2
37
5) Kelurahan Rawa Badak Utara : 1,3338 Km2
6) Kelurahan Koja : 3,2780 Km2
B. Gambaran umum Kelurahan Rawa Badak Sealatan
Berdasarkan surat keputusan Gubernur KDKI Jakarta
Nomor: 435 Tahun 1996 tentang Pemecahan Pengetahuan
Penetapan Batas Perubahan Nama Kelurahan yang gambar / nama
dan penepatan luas wilayah Kelurahan KDKI Jakarta, luas wilayah
Kelurahan Rawabadak Selatan 101,62 Ha, adapun batas-batas
wilayah Kelurahan Rawabadak Selatan sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kali Layar / Kel. Rawa Badak Selatan
Sebelah Selatan : Kali Betik / Kel. Kelapa Gading Barat
Sebelah Barat : Jl. Yos Sudarso / Kel.Sungai Bambu
Sebelah Timur : Kali Bendungan Melayu / Kel. Tugu Utara
Berdasarkan data yang diperoleh luas wilayah dari
kelurahan Rawa Badak Selatan adalah 101,1 Ha dengan total
jumlah penduduk 47.864 Jiwa yang terseba2 dalam 11 RW dan
109 RT. Jumlah penduduk terbagi menjadi WNI dan WNA laki-
laki dengan jumlah 23.525 jiwa serta WNI dan WNA perempuan
dengan jumlah 24.339 jiwa yang terdapat dalam 15.874 KK yang
dapat dilihat dalam table sebagai berikut:
38
JUMLAH PENDUDUK
Table 3.1 Jumlah Penduduk
Table 3.2 Jumlah Penduduk menurut Pendidikan dan Pekerjaan
Sumber: Kantor Kelurahan Rawa Badak Selatan
39
C. Profil Bank Sampah
Bank Sampah Flamboyan Indah RW 05 didirikan pada
tahun 2010 dan diresmikan oleh Lurah Rawabadak Selatan pada
tanggal 5 September 2012. Daerah Rawabadak Selatan
sebelumnya sudah mempunyai organisasi yang dinamakan
Masyarakat Peduli Lingkungan (Maspedling) dimana organisasi
ini mengumpulkan sampah organik yang nantinya diolah menjadi
pupuk rumahan dan dimanfaatkan untuk pemeliharaan pertanian
kota Rawabadak Selatan.
Awal mula Bank Sampah Flamboyan RW 05 ini dibentuk
karena masyarakat bingung mau dikemanakan sampah-sampah
non organik yang berada dilingkungan mereka. Maka sejak tahun
2010 dibentuklah Bank Sampah Flamboyan RW 05 yang
diprakarsai oleh RT 009 RW 05 Rawabadak selatan.
Dengan dibentunya Bank Sampah Flamboyan Indah ini
masyarakat ingin mengurangi sampah dengan memanfaatkan
sampah non organik. Selain untuk mengurangi sampah, bank
sampah ini juga memberikan tambahan penghasilan bagi ibu-ibu
PKK yang aktif menjalankan kegiatan di bank sampah ini.
1. Visi dan Misi Bank Sampah Flamboyan Indah
Visi dari Bank Sampah Flamboyan Indah yaitu Berperan aktif
menciptakan lingkungan bersih. adapun Misi untuk mewujudkan
visi adalah:
a) Mewujudkan dan mengembangkan potensi masyarakat
dalam memanfaatkan sampah ron orgarik agar
40
mempurnyai nilai ekonomi untuk meberikan
penghasilan tambahan masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya
b) Berperan secara aktif dalam upaya kebersihan
lingkungan.
c) Mendorong Anggota dan masyarakat pada umumnya
untuk mandiri
d) Menjadi salah satu Bank Sampah yang mandiri.
SUSUNAN PENGURUS BANK SAMPAH FLAMBOYAN
INDAH RW 05
KELURAHAN RAWABADAK SELATAN
Bagan 3.1 Struktur Pengurus
2. Tujuan
WAKIL KETUA
Lutfia . A
SEKETARIS
Yono
DEVISI
PEMBERDAYAAN
SAMPAH
Muson
S
DEVISI
OPERASIONAL
H. Darsono
DEVISI
PRODUKSI
Sukiyantoro
KETUA
H. Purnomo
41
a) Mewujudkan Program Pengelolaan Sampah terpadu
berbasis Masyarakat, perlu dilakukan secara komprehensip
dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara
ekonomi, sehat bagi masyarakat dan aman bagi
lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat
b) Untuk mewujudkan pengelolaan sampah tersebut maka
perlu dibentuk Bank Sampah Flamboyan Indah sebagai
wadah dalam pemberdayaan masyarakat.
c) Sebagai dasar operasional Bank Sampah Flamboyan Indah
maka ditetapkan Surat Keputusan Lurah Rawabadak
Selatan.
3. Prosedur pelayanan bank sampah
1) Syarat menjadi Anggota Bank Sampah
a. Warga RW 05 dan sekitarnya
b. Bersedia menjadi anggota Bank Sampah Flamboyan Indah
RW 05
c. Tanpa dikenakan biaya keanggotaan
d. Anggota Bank Sampah Flamboyan Indah dapat menjadi
Anggota Koperasi Amanah dengan Sukarela
2) Prosedur pelayanan
a. Warga mengirimkan sampah non organik ke Bank
Sampah.
b. Petugas Bank Sampah memisahkan per jenis sampah dan
menimbang.
42
c. Petugas Bank Sampah menghitung nilai / harganya
mencatat dalam buku catatan Bank Sampah.
d. Warga dapat mengambil pembayaranınya atau menyimpan
di Bank Sampah untuk diteruskan kepada Koperasi
Amanah.
e. Pemanfaat apabila disimpan di Koperasi Amanah dapat
dipergunakan untuk membayar rekening Listrik, Telepon
atau PAM dsb.
f. Pengelola Bank Sanpah akan mengirimkan sampah non
onganik yang telah terkumpu ke Penampung berikutnya
tanpa mengganggu lingkungan
SIKLUS BANK SAMPAH FLAMBOYAN INDAH RW 05
Bagan 3.2 Siklus Bank Sampah
WargaSampah rumah tangga
(Kardus, Botol
Plastik, Seng, Besi)
Bank sampah
dan Tabungan
Bank Sampah
Ketua
RW 05
Koperasi Amanah
43
4. Harga Jual & Beli Barang Bekas
Table 3.3 Klasifikasi Harga Jual Beli
No Jenis Barang Harga per/Kg
Jual Beli
1. Kardus Rp. 1900/kg Rp. 1400/kg
2. Ember Rp. 2000/kg Rp. 1500/kg
3. Koran Rp. 1.500/kg Rp. 1.200/kg
4. Besi Rp. 3.400/kg Rp. 3.000/kg
5. Botol Plastik Rp. 3.000-3.500/kg Rp. 3.000/kg
Harga jual dan beli barang bekas dibuat berdasarkan
kesepakatan bersama pengurus Bank Sampah Flamboyan Indah
RW 05 Kelurahan Rawabadak Selatan dengan tujuan agar
mempermudah transaksi pada kegiatan jual dan beli sampah dari
masyarakat oleh masyarakat untuk didaur ulang.
44
BAB IV
DATA DAN TEMUAN LAPANGAN
DKI Jakarta, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, berada
diurutan keempat peyumbang sampah di Jakarta. Dimana perhari
nya Jakarta menghasilkan ribuan kilogram sampah non-organik.
Puluhan kilogram sampah yang tersebar di setiap gang-gang kecil
kota Jakarta yang dapat memicu banyak nya penyakit dan
berpotensi menyebabkan meluapnya air yang akan menimbulkan
banjir di Jakarta. Dilansir dari Badan Lingkungan Hidup, sebagian
besar sampah Jakarta yang terus menumpuk akan menyebabkan
rusak nya lingkungan, lingkungan yang kumuh, polusi udara dan
kesehatan masyarakat sekitar. (Estate, vol 2)
Melihat hal ini, pemerintah setempat mulai menjalankan
program bank sampah, dimana program ini melibatkan para kader
PKK dan juga para ibu rumah tangga. Hal ini dilakukan untuk
menanggulangi sampah yang terus menumpuk di kota Jakarta,
dengan mengajak para kader PKK untuk bisa mengakomodir para
perempuan khusus nya para ibu rumah tangga. Sosialisasi terkait
bahaya nya limbah sampah yang ada menjadi tahapan pertama agar
masyarakat sadar akan menjaga lingkungan mereka sendiri.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan kepedulian lingkungan. Selain untuk menjaga
lingkungan yang bersih, program ini juga bertujuan menggali dan
meningkatkan skill masyarakat untuk mengolah limbah sampah
yang ada di rumah, dan menjadikan bank sampah flamboyan ini
45
menjadi wadah masyarakat untuk berkegiatan yang bisa
menghasilkan sesuatu, baik secara materi dan materi. (H.
Purnomo, 2021)
Wadah pengelolaan sampah bank flamboyan indah
menjadi salah satu program permberdayaan masyarakat terkhusus
untuk perempuan yang di organisir oleh kader PKK. Dimana
pemberdayaan masyarakat itu adalah untuk meciptakan
masyarakat mandiri, melihat potensi yang besar dengan anda nya
program bank sampah ini, pemerintah dan masyarakat terdorong
untuk bergerak akif untuk mereka dan lingkungan mereka sendiri,
dan berharap lingkungan mereka bisa menjadi contoh bagi
masyarakat lain nya. (H.Purnomo, 2021)
Berdasarkan hasil temuan lapangan melalui metode
wawancara dan studi dokumentasi, dapat di peroleh beberapa
informasi terkait keterlibatan masyarakat akan kesadaran
lingkungan mereka, dan juga bahwa masyarakat kota itu sendiri
memiliki skill yang memumpuni untuk mengajak warga lain untuk
bergerak bersama, program pemberdayaan menjadi acuan utama
bagi pemerintah agar masyarakat bisa terus berkembang dengan
kemauan mereka sendiri, dan menggali potensi masyarakat untuk
menjadi masyarakat yang mandiri di tengah kota.
Pada bab ini penulis juga menjabarkan hasil data dan
temuan peneliti selama dilapangan, dengan berpusat pada program
bank sampah flamboyan yang menjadi wadah untuk masyarakat
itu sendiri. Dalam menentukan informan, peneliti menetukannya
melalui kualifikasi yakni berasal dari masyarakat yang tinggal di
46
sekitar bank sampah flamboyan indah ini. Kualifikasi tersebut
ditujukan kepada tiga orang yang terlibat langsung dengan
program bank sampah flamboyan. Selain para masyarakat yang
menjadi target wawancara dalam program ini, penulis juga
mewawancarai para informan yang memumpuni yaitu ketua dari
bank sampah flamboyan indah, dan informan lain nya adalah
masyarakat yang merasakan dampak dari ada nya bank sampah
flamboyan ini.
A. Proses Pengolahan Bank Sampah Flamboyan
1. Bank Sampah Flamboyan
Bank sampah adalah suatu system pengelolaan sampah kering
secara kolektif yang mendorong masyarakat untuk berperan aktif
di dalamnya. System ini akan menampung, memilah dan
menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar sehingga
masyarakat mendapat keuntungan ekonomi dari menabung
sampah.
Semua kegiatan dalam system bank sampah dilakukan dari,
oleh dan untuk masyarakat. Seperti halnya bank konvensional,
bank sampah juga memiliki system manajerial yang
operasionalnya dilakukan oleh masyarakat. Bank sampah juga bisa
memberikan manfaat ekonomi untuk masyarakat.
Sampah yang disetorkan oleh nasabah sudah harus dipilah
terlebih dahulu. Persyaratan ini mendorong masyarakat untuk
memisahkan dan mengelompokan sampah. Misalnya, berasarkan
jenis material: plastic, kertas, kaca, dan metal. Jadi, bank sampah
47
akan menciptakan budaya baru agar masyarakat mau memilah
sampah. Dengan demikian, system bank sampah bisa dijadikan
sebagai alat untuk melakukan rekayasa sosial. Sehingga terbentuk
suatu tatanan atau system pengelolaan sampah yang lebih baik di
masyarakat.
Gambar 4.1 Foto wawancara bersama ketua bank sampah
Hal ini juga diutarakan oleh ketua bank sampah flamboyan
terkait tujuan nya di bentuk bank sampah di wilayah mereka,
berikut hasil wawancara nya:
“Melihat banyak nya sampah yang menumpuk di wilayah
kami, dirasa diperlukan nya tempat pengelolaan sampah ini,
dan lingkungan kami tentunya di pusat kota dan bersebelahan
dengan pasar. Sampah yang menumpuk tentunya berpotensi
menimbulkan banjir dan penyakit di lingkungan kami. selain
mengurangi dampak banjir dan menyebarnya penyakit, bank
sampah ini bisa menjadi salah satu pemasukan ekonomi
untuk warga sekitar, dan juga menambah skill kreatifitas
masyarakat kami dalam pengelohan limbah sampah non-
organik atau sekali pakai.” (H. Purnomo, 2021)
48
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat
dalam mendirikan bank sampah ini diharapkan bisa membantu
masyarakat dalam hal ekonomi keluarganya dan diharapkan
dengan program ini bisa menimbulkan dampak yang positif
ditengah masyarakat.
Dampak dari adanya bank sampah ini juga langsung di
sampaikan kepada kami, hal tersebut terkutip pada wawancara
dibawah ini:
“Selain berkurang nya wabah penyakit di wilayah kami,
pemasukan ekonomi masyarakat kami juga meningkat, rasa
gotong royong dan kegiatan ibu-ibu PKK jadi lebih terlihat
nyata ada nya, melalui program bank sampah ini ibu-ibu rumah
tangga punya kegiatan dan pemasukan untuk membantu
perekonomian dalam rumah tangga.” (H. Purnomo, 2021)
Gambar 4.2 Foto masyarakat yang sedang memilah sampah non-
organik.
49
Dari kutipan beberapa wawancara dan observasi yang
penulis temukan dilapangan terlihat bagaimana masyarakat
bersama pemerintah setempat menjalankan program dengan tujuan
lingkungan hidup yang sehat dan nyaman untuk tempat tinggal
mereka sendiri.
2. Mekanisme dan Alur Bank Sampah Flamboyan
Pengelolaan saampah berbasis bank memberikan banyak
manfaat bagi masyarakat. Keuntungan berupa kebersihan
lingkungan, kesehatan, hingga ekonomi. Seperti yang tertulis di
bab sebelumnya Bank sampah flamboyan mempunyai mekanisme
nya sendiri untuk mengelola bank sampah mereka sendiri, berikut
mekanismenya:
a. Warga mengirimkan sampah non organik ke Bank
Sampah.
b. Petugas Bank Sampah memisahkan per jenis sampah dan
menimbang.
c. Petugas Bank Sampah menghitung nilai / harganya
mencatat dalam buku catatan Bank Sampah.
d. Warga dapat mengambil pembayaranınya atau menyimpan
di Bank Sampah untuk diteruskan kepada Koperasi
Amanah.
e. Pemanfaat apabila disimpan di Koperasi Amanah dapat
dipergunakan untuk membayar rekening Listrik, Telepon
atau PAM dsb.
50
f. Pengelola Bank Sanpah akan mengirimkan sampah non
onganik yang telah terkumpul ke Penampung berikutnya
tanpa mengganggu lingkungan.
Gambar 4.3 Foto Proses pemilahan sampah oleh masyarakat.
B. Pemberdayaan perempuan
Dalam proses pemberdayaan perempuan di bank sampah
flamboyan, kader PKK berperan aktif untuk mengajak ibu-ibu
rumah tangga yang ada di sekitar untuk ikut kedalam program bank
sampah ini. Para ibu-ibu rumah tangga yang di akomodir oleh
kader PKK juga bisa mendapatkan hasil dari limbah yang mereka
kelola, hasil yang mereka dapat dari pengolahan limbah sampah
ini dibagikan secara rata dan menyeluruh untuk ibu-ibu yang
terlibat langsung dari kegiatan ini. Selain mengakomodir para ibu
rumah tangga untu terlibat aktif, tugas para kader PKK juga
51
mengayomi dan berusaha menjadi fasilitator antara masyarakat
dan pemerintah.
Hal ini juga dijelaskan langsung oleh ketua bank flamboyan
dan kader PKK dalam wawancara sebagai berikut:
“Tugas dan fungsi dari kader PKK adalah mengakomodir
warga terkhususnya perempuan atau ibu-ibu rumah tangga
untuk terlibat aktif dalam program pengolahan limbah non-
organik di lingkungan kami. Menciptakan peluang bisnis
untuk membantu perekonomian dalam rumah tangga,
mewadahi ibu rumah tangga alam mengupgrade skill
mereka. Dengan begini para ibu rumah tangga mempunyai
pemasukan lebih dan skill yang baru untuk mereka sendiri.”
(Sumiati, 2021)
Gambar 4.4 Foto dokumentasi wawancara dengan Kader PKK
Dalam hal menjadi fasilitator antara masyarakat kepada
pemerintah juga disampaikan langsung oleh para kader PKK yang
52
disampaikan langsung dalam mengajak masyarakat, dan hal ini
terekam jelas dalam benak orang-orang dan diingat oleh
masyarakat itu sendiri. Perkataan ini menjadi penguat bagi
masyarakat untuk ikut dalam program ini. Ketua bank sampah juga
meyakini dalam wawancara kepada penulis terkait hal itu, yang di
ucapkan kepada penulis senagai berikut:
“Yang terlibat dalam program ini adalah masyarakat sekitar,
yang notaben nya adalah ibu rumah tangga, kader-non kader
PKK dan pemerintah setempat. Ibu-ibu PKK bias
mengakomodir ibu rumah tangga setempat yang bukan kader
dari PKK, dan ibu-ibu PKK ini bias menjadi jembatan antara
masyarakat dan pemerintah.”(H. Purnomo, 2021)
Hal yang dilakukan kader PKK dan pemerintah lakukan
pertama kali untuk mengambil hati para simpatisan untuk
bergabung adalah melakukan sosialisai terkait buruk nya sampah
yang tidak dikelola dengan baik untuk lingkungan tempat kita
tinggal. Pemerintah juga menyampaikan ada hal baik yang dari ada
nya bank sampah di wilayah mereka, dengan penyampaian yang
baik, benar dan mudah dimengerti oleh masyarakat, masyarakat
nanti dengan sendiri nya akan berpartisipasi dengan tidak ada nya
paksaan.
Proses ini juga diungkapkan langsung oleh narasumber yang
kami temui dilapangan, yaitu dari anggota kader PKK itu sendiri,
berikut penyampaian terkait bagai mana mengajak masyarakat
untuk bergabung dalam program:
53
“yang kami lakukan adalah sosialisasi kepada seluruh ibu
rumah tangga akan bahaya nya limbah sampah sekali pakai,
memberitahukan bagaimana cara mengolah sampah dalam
rumah agar bias terpakai lagi dan berguna untuk mereka nanti,
dengan sosialisasi yang dan penyampaian yang tepat, kami
mengajak ibu rumah tangga yang lebih sering berkegiatan
dalam rumah, dengan cara ini para ibu rumah tangga akan ikut
bergabung dalam program ini.”(Sumiati, 2021)
Masyarakat yang tergabung sebagian besar adalah para ibu
rumah tangga yang cukup besar berperan aktif dalam program ini,
memberikan dampak yang positif bagi para warga dan pemerintah
setempat. Masyarakat yang merasakan hasil positif ini, selain
mempunyai kegiatan lebih dan mendapatkan hasil dari adanya
bank sampah ini, merespon dengan baik dan menerima program
ini untuk mereka sendiri, keluarga dan lingkungan yang mereka
tinggali.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari seorang ibu rumah
tangga yang telah ikut berporses dari sejak awal berdiri nya bank
sampah ini, brikut hasil wawancara penulis dengan ibu non-kader
PKK:
“Masyarakat yang terutama untuk saya sendiri menerima
dengan baik ada nya program ini, selain membantu kami dalam
urusan rumah tangga, kami jadi punya sesuatu yang bias kami
bagikan ke orang lain dan keluarga.” (Nur, 2021)
54
“Berkurangnya sampah sekali pakai yang ada di rumah
masing-masing, dan tentu juga sampah yang ada di rumah kami
jadi lebih bermanfaat, tidak menumpuk dan berserakan di
sekitar rumah, lingkungan rumah kami jadi lebih terasa
nyaman dan bersih, dan tentunya kami bisa mengisi waktu
luang sambil menunggu suami dan anak kami pulang dari kerja
dan sekolah.” (Nur, 2021)
Gambar 4.5 Foto dokumentasi bersama ibu rumah tangga non-
kader PKK
Dengan ada nya program pemberdayaan perempuan
melalui bank sampah flamboyan, dimana program pemberdayaan
ini juga bertujuan menciptakan masyarakat kota yang mandiri.
Dengan adanya program pemberdayaan melalui bank sampah ini,
masyarakat dan pemerintah berharap wilayah mereka menjadi
tempat yang nyaman dan bersih, serta bisa menjadi contoh untuk
orang banyak yang mengalami hal yang sama terkait pengolahan
sampah di wilayah masing-masing. Dengan tujuan yang sama
antara pemerintah dan masyarakat, akan menciptakan masyarakat
mandiri dan kuat nantinya.
55
Hal ini di perkuat juga dari hasil wawancara berikut:
“Tujuan kami dalam program ini adalah agar lingkungan kami
bersih dari limbah sampah yang dapat memicu penyebaran
penyakit, dan kami juga berharap program ini menjadi contoh
untuk wilayah lain akan pentingnya kesadaran kebersihan di
lingkungan masing-masing.”(Sumiati, 2021)
Dan harapan ini juga disampaikan oleh para ibu rumah tangga
yang ikut dalam program bank sampah ini:
“Harapan kami, lingkungan kami menjadi lebih bersih dan
tidak banjir lagi, dan lingkungan kami bersih dari berbagai
macam penyakit.”(Nur dan Ibu Rumah Tangga, 2021)
Gambar 4.6 Foto bersama partisipan bank sampah Flamboyan
56
BAB V
ANALISIS DATA
A. Proses Pengolahan Bank Sampah Flamboyan
1. Bank Sampah Flamboyan
Berdasarkan SK SNI Tahun 1990, sampah adalah limbah yang
bersifat padat terdiri dari zat organic yang dianggap tidak berguna
lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investigasi pembangunan menurut scribd, dalam
istilah umum menurut hadiwiyanto sampah adalah limbah padat.
Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-
perlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau
karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya yang
ditinjau dari segi social ekonimis tidak ada harganya dan dari segi
lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan
terhadap lingkungan hidup.
Menurut Colink dalam kamus istilah lingkungan hidup,
sampah mempunyai definisi sebagai bahan yang tidak mempunyai
nilai, bahan yang tidak berharga untuk maksud biasa, pemakaian
bahan rusak, barang yang cacat dalam pembikinan manufaktur,
materi berkelebihan, atau bahan yang ditolak. Sampah adalah
limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat, dari bahan
organik atau anorganik, baik benda logam maupun benda bukan
logam, yang dapat terbakar dan yang tidak dapat terbakar (Tertulis
dalam BAB II).
57
Program penanggulangan sampah yang yang dijalankan oleh
kader PKK dan warga Kelurahan Rawa Badak, Kecamatan Koja,
Jakarta Utara yang terfokus pada pengolahan sampah limbah non-
organik melalui wadah Bank sampah flamboyan menjadi limbah
yang bisa bermanfaat bagi masyarakat dan mengurasi kerusakan
lingkungan. Dan pemberdayaan perempuan melalui program bank
sampah flamboyan dapat terlihat pelaksanaan kegiatannya di pusat
bank sampah flamboyan, Jakarta utara.
2. Mekanisme dan Alur Bank Sampah Flamboyan
Mekanisme bank sampah flamboyan memberikan banyak
manfaat bagi keuntungn masyarakat. Keuntungan berupa
kebersihan lingkungan, kesehatan, hingga ekonomi. Melalui
serangkaian pemilahan sampah yang dilakukan bank sampah
flamboyan dapat mempermudah pengolahan sampah kedepannya,
menurut unilever pada saat bank sampah teelah berjalan dalam
waktu yang signifikan, potensi ekonomis yang dimiliki bank
sampah akan besar, di masa depan, bank sampah akan memiliki
potensi lebih untuk masyarakat itu sendiri. Berikut mekanisme dan
alur bank sampah flamboyan:
a. Masyarakat memilah sampah organik dan non-organik ke
bank sampah flamboyan, dengan begini masyarakat akan
tahu sampah yang berguna untuk pupuk tanaman dan
sampah yang bernilai ekonomis.
b. Petugas sampah memilah sampah dan menimbang sampah,
dengan begini masyarakat tau akan menerima hasil dari
berat sampah yang mereka bawa.
58
c. Petugas akan menghitung dan menilai dari sampah
tersebut, dan masyarakat bisa mengambil upah tersebut
atau menabung di bank sampah dan di tulis dalam buku
catatan bank sampah.
d. Pemanfaatn bank sampah bisa di alokasikan untuk
membantu masyarakat lain yang lebih membutuhkan,
dengan hal ini tidak ada masyarakat yang kekurangan
materil
e. Petugas membawa sampah non-organik ke pengepul lain,
agar tidak mengganggu lingkungan mereka.
B. Pemberdayaan Perempuan
Pemberdayaan perempuan merupakan suatu proses kesadaran
dan pembentukan kapasitas (Capacity Building) terhadap
partisipasi yang lebih besar, kekuasaan dan pengawasan
pembuatan keputusan yang lebih besar dan tindakan transformasi
agar menghasilkan persamaan derajat yang lebih besar antara
perempuan dan laki-laki menurut Prijono dan Pranaka.
Pemberdayaan perempuan menjadi strategi penting
meningkatkan peran perempuan dalam meningkatkan potensi diri
agar lebih mampu mandiri dan berkarya. Kesadaran mengenai
peran perempuan mulai berkembang yang diwujudkan dalam
pendekatan program perempuan dalam pembangunan. Hal ini di
dasarkan pada satu pemikiran mengenai perlunya kemandirian
bagi kaum perempuan, supaya pembangunan dapat dirasakan oleh
semua pihak. Karena perempuan merupakan sumber daya manusia
59
yang sangat berharga sehingga posisinya di ikut sertakan dalam
pembangunan.
Tahap-tahap yang harus dilalui dalam proses belajar dalam
rangka pemberdayaan masyarakat menurut Ambar T. Sulistyani
meliputi.
1. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju
perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan
peningkatan kapasitas diri. Tahap ini merupakan tahap
persiapan dalam proses pemberdayaan.
Pada tahap ini pihak pemberdaya/aktor/pelaku
pemberdayaan berusaha menciptakan prakondisi, supaya
dapat memfasilitasi berlangsungnya proses pemberdayaan
yang efektif. Sentuhan penyadaran akan lebih membuka
keinginan dan kesadaran masyarakat tentang kondisinya
saat itu, dengan demikian akan dapat merangsang
kesadaran mereka tentang perlunya memperbaiki kondisi
untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan
pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka
wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga
dapat mengambil peran di dalam pembangunan. Proses
transformasi pengetahuan dan kecakapan keterampilan
dapat berlangsung dengan baik, penuh semangat, dan
berjalan efektif jika tahap pertama telah terkondisi.
Masyarakat akan menjalani proses belajar tentang
60
pengetahuan dan kecakapan keterampilan yang relevan
dengan tuntutan kebutuhan.
Pada tahap ini masyarakat dapat memberikan peran
partisipasi pada tingkat yang rendah yaitu sekedar menjadi
pengikut atau objek pembangunan saja, belum mampu
menjadi subyek dalam pembangunan.
3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan
keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan
kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada
kemandirian. Tahap ini merupakan tahap pengayaan atau
peningkatan kemampuan intelektual dan kecakapan
keterampilan yang diperlukan supaya mereka dapat
membentuk kemampuan kemandirian.
Kemandirian tersebut akan ditandai oleh
kemampuan masyarakat dalam membentuk inisiatif,
melahirkan kreasikreasi dan melakukan inovasi- inovasi
dalam lingkungannya. Apabila masyarakat dapat
melakukan tahap ini, maka masyarakat dapat secara
mandiri melakukan pembangunan.
Di dalam lapangan yang dilakukan oleh para kader PKK
kepada masyarakat terkhusus ibu-ibu rumah tangga melalui
sosialisasi yang baik dengan penyampaian yang baik, mampu
membuat bank sampah flamboyan terbentuk dan mempunyai
anggota aktif yang mempunyai potensi yang cukup untuk menjadi
masyarakat mandiri.
61
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui
pengelolaan Bank Sampah Flamboyan Indah di RW 05
Rawa Badak Jakrta Utara bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran kritis masyarakat, setelah masyarakat memiliki
kesadaran kritis diharapkan masyarakat mampu membuat
keputusan, selain itu pemberdayaan juga bertujuan untuk
pembangunan sosial dan budaya masyarakat.
Tahap penyadaran yang dilakukan oleh pengurus
dan pengelola Bank Sampah Flamboyan Indah yaitu
berupa penyadaran tentang pentingnya pengelolaan
sampah rumah tangga dan dampak yang ditimbulkan jika
sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh warga tidak
dikelola dengan baik.
Tahap penyadaran warga RW 05 dilakukan melalui
kegiatan rutin kerja bakti yang dilakukan di setiap minggu
pagi. Lalu melakukan penyuluhan untuk memilah sampah
rumah tangga organik dan non organik. Setelah kesadaran
kritis masyarakat muncul, diharapkan masyarakat mampu
membuat keputusan untuk dapat ikut serta dan berperan
62
aktif dalam pemberdayaan yang dilakukan oleh bank
sampah Flamboyan RW 05 melalui berbagai macam
program kerjanya.
Pemberdayaan masyarakat dalam mengelola
sampah melalui kegiatan penabungan sampah di Bank
Sampah Flamboyan RW 05 merupakan suatu proses yang
panjang dan berkelanjutan. Bentuk pemandirian atau
pendampingan yang dilakukan pengurus Bank Sampah
Flamboyan RW 05 kepada masyarakat dan nasabah berupa
pendampingan mengelola sampah serta pememilahan
sampah yang bisa di diaur ulang serta membuat kompos
dengan komposter serta selalu mengajak masyarakat untuk
selalu menjaga lingkungan agar tetap asri.
2. Dampak Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui
pengelolaan Bank Sampah Flamboyan Indah di RW 05
Rawabadak Selatan, dapat dilihat dari aspek pendidikan,
kesehatan, ekonomi, sosial dan kultural. Dari aspek
pendidikan upaya edukasi warga untuk memilah sampah
dan menjadi lebih peduli terhadap lingkungan serta
menjadi tahu dan mengerti bagaimana caranya mengelola
sampah dengan baik dan benar. Dari aspek kesehatan
kegiatan penabungan sampah di Bank Sampah Flamboyan
Indah dapat menciptakan lingkungan di sekitar rumah
warga menjadi lebih bersih, sehat, dan bebas dari sampah.
Sedangkan dari aspek ekonomi, kegiatan
penabungan sampah di Bank Sampah Flamboyan Indah
memberikan manfaat berupa tambahan penghasilan bagi
63
keluarga khusunya ibu-ibu. Dalam aspek sosial kegiatan
penabungan sampah di Bank Sampah Flamboyan Indah
memberikan manfaat pengurus atau pengelola Bank
Sampah Flamboyan Indah sering melakukam kegiatan
berkumpul dengan warga dan sering berinteraksi, sehingga
terjalin silaturahmi yang dengan masyarakat. Dalam aspek
kultural, dengan adanya program kerja bank sampah
Flamboyan Indah warga menjadi paham akan pentingnya
pengelolaan sampah dan telah mampu mengubah
pandangan dan kebiasaan masyarakat yang menganggap
sampah sebagai sesuatu yang tidak berharga dan tidak lagi
membuang sampah secara sembarangan.
3. Hasil dari kegiatan pemberdayaan perempuan melalui
program Bank Sampah adalah perempuan yang khususnya
ibu rumah tangga yang tidak bekerja (menganggur) di
Rawabadak Selatan menjadi lebih mandiri, lingkungan
menjadi lebih bersih, perempuan dapat menghasilkan
pupuk kompos sendiri dan dari tabungan sampah tersebut
menjadi menambah pendapatan keluarga. Perempuan
menjadi lebih mandiri dan mendapatkan kegiatan positif
untuk mengisi kekosongan waktu.
64
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi pihak pengelola bank sampah Flamboyan Indah,
dalam pelaksanaan pemberdayaan ibu PKK di RW 05
Rawabadak Selatan disarankan untuk terus melakukan
sosialisasi dan pemberian motivasi kepada ibu PKK dan
masyarakat agar jumlah nasabah meningkat dan
masyarakat menjadi tahu mengenai cara pengelolaan
sampah yang benar.
2. Bagi masyarakat hendaknya turut berpartisipasi aktif
dalam kegiatan- kegiatan yang diselenggarakan bank
sampah Flamboyan Indah, guna memajukan bank sampah
Flamboyan Indah secara kualitas maupun secara kuantitas.
3. Bagi peneliti selanjutnya, alangkah lebih baik jika dapat
melakukan penelitian dengan instrumen yang berbeda
seperti dengan menggunakan angket untuk mengetahui
kecenderungan partisipasi masyarakat dalam program bank
sampah. Selain itu dapat juga dengan melakukan penelitian
yang bertujuan membandingkan masyarakat dalam suatu
daerah yang mempunyai program bank sampah dengan
daerah yang tidak memiliki program bank sampah, dilihat
dari aspek kebersihan, ekonomi, pendidikan dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Budiono. (1993). Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi
No.1 Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE.
Gulo, W. (2002). Metode Penelitian. Jakarta: PT Grasindo
Hiryanto. (2008). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendidikan
Nonformal. Makalah PPM Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta: Bappeda Kabupaten Bantul.
J. Meolong,Lexy. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya.
Kementerian Lingkungan Hidup. (2012). Profil Bank Sampah
Indonesia 2012. Malang: Rapat Kerja Nasional
Bank Sampah.
Khairany, C. 2014. “Volume Sampah Di Jakarta Meningkat
Drastis.”http://www.antaranews.com/berita/441700/volu
me-sampah-di-jakarta- meningkat-drastis.
Kusumantoro. (2013). Menggerakkan Bank Sampah. Yogyakarta:
Kreasi Wacana.
Lexy J. Moelong. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya.
Martono, Nanang. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Analisis
Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.
Mudrajad, Kuncoro. (2005). Strategi Bagaimana Meraih
Keunggulan Kompetitif. Jakarta: Erlangga
Poerwandari, E. Kristi. (1998). Pendekatan Kualitatif Dalam
Penelitian Psikologi. Jakarta: LPSP3 FP-UI
Poerwandari, E. Kristo. (1998). Penelitian Kualitatif Dalam
Penelitian Psikologi. Jakarta: LPSP-UI.
Prastowo, Andi (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam
Prespektif Rancangan Penelitian. Jakarta: Citra Niaga
Rajawali.
Praswoto, Andi. (2012). Memahami metode-metode Penelitian.
Jojakarta: Ar- Ruzz Media.
Rangkuti, Freddy. (2013). Analisis SWOT: Teknik Membedah
Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Salim, Peter. (2002). Kamus Bahasa Indonesia Kontempore.
Jakarta: Modern English Press.
Sudrajat, H.R. (2007). Mengelola Sampah Kota. Jakata: Penebar
Swadaya.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Teguh, Sulistyani. (2004). Kemitraan dan Model-Model
Pemberdayaan. Yogyakarta : Gava Media.
Teguh, Sulistyani. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tjiptono, Fandy. (2008). Strategi Pemasaran. Jakarta: Andi.
UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Pasal
(1) ayat 7
Wrihatnolo, Randy R, Dwidjowijoto, Riant Nugroho. (2007).
Manajemen Pemberdayaan Sebuah Pengantar dan
Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Zubaedi. (2007). Wacana pembangunan alternatif. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Kantor Kelurahan
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Bank Sampah
Lampiran 3 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 4 Cover Seminar Proposal
Lampiran 5 Pedoman Wawancara
Pedoman Wawancara
Hari/tanggal :
Waktu :
Lokasi :
1. Identitas Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
Jabatan : Ketua Bank Sampah Flamboyant
Pertanyaan
a. Apa tujuan di dirikan nya Bank Sampah Flamboyant?
b. Siapa saja yang terlibat dalam pengelolaan bank sampah
ini?
c. Hasil apa yang di dapat dari ada nya bank sampah ini?
2. Identitas Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
Jabatan : Kader PKK
Pertanyaan
a. Apa fungsi kader PKK terlibat langsung dalam
pengelolaan bank sampah?
b. Bagaimana cara mengajak ibu rumah tangga untuk terlibat
dalam program ini?
c. Apa tujuan kader PKK bersama para ibu rumah tangga
dalam program ini?
3. Identitas Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
Jabatan : Ibu Rumah Tangga
Pertanyaan
a. Bagaimana proses penerimaan masyarakat dengan ada nya
program bank sampah ini?
b. Apa yang dirasakan masyarakat setelah ada nya program
ini?
c. Manfaat seperti apa yang ibu rasakan setelah mengikuti
program ini?
d. Apa harapan ibu dengan ada nya program ini?
Lampiran 6 Transkrip Wawancara
Transkip Wawancara
Hari/tanggal : Selasa, 08 Desember 2020
Waktu : 09.00 s.d 10.00 WIB
Lokasi : Bank Sampah Flamboyant, Jakarta Utara
Identitas Informan
Nama : H. Purnomo
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 64 Tahun
Alamat : JL. K2 No.06 RT 009 RW 05 Kelurahan Rawa
Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Jabatan : Ketua Bank Sampah Flamboyant
Pertanyaan
1. Apa tujuan di dirikan nya Bank Sampah Flamboyant?
Melihat banyak nya sampah yang menumpuk di wilayah
kami, dirasa diperlukan nya tempat pengelolaan sampah
ini, dan lingkungan kami tentunya di pusat kota dan
bersebelahan dengan pasar. Sampah yang menumpuk
tentunya berpotensi menimbulkan banjir dan penyakit di
lingkungan kami. selain mengurangi dampak banjir dan
menyebarnya penyakit, bank sampah ini bisa menjadi
salah satu pemasukan ekonomi untuk warga sekitar, dan
juga menambah skill kreatifitas masyarakat kami dalam
pengelohan limbah sampah non-organik atau sekali pakai.
2. Siapa saja yang terlibat dalam pengelolaan bank sampah
ini?
Yang terlibat dalam program ini adalah masyarakat
sekitar, yang notaben nya adalah ibu rumah tangga, kader-
non kader PKK dan pemerintah setempat. Ibu-ibu PKK
bias mengakomodir ibu rumah tangga setempat yang
bukan kader dari PKK, dan ibu-ibu PKK ini bias menjadi
jembatan antara masyarakat dan pemerintah.
3. Hasil apa yang di dapat dari ada nya bank sampah ini?
Selain berkurang nya wabah penyakit di wilayah kami,
pemasukan ekonomi masyarakat kami juga meningkat,
rasa gotong royong dan kegiatan ibu-ibu PKK jadi lebih
terlihat nyata ada nya, melalui program bank sampah ini
ibu-ibu rumah tangga punya kegiatan dan pemasukan
untuk membantu perekonomian dalam rumah tangga.
Transkip Wawancara
Hari/tanggal : Selasa, 08 Desember 2020
Waktu : 10.30 s.d 11.00
Lokasi : Bank Sampah Flamboyant, Jakarta Utara
Identitas Informan
Nama : Sumiati
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 49 tahun
Alamat : JL. K2 No.06 RT 009 RW 05 Kelurahan Rawa
Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Jabatan : Kader PKK
Pertanyaan
1. Apa fungsi kader PKK terlibat langsung dalam
pengelolaan bank sampah?
Tugas dan fungsi dari kader PKK adalah mengakomodir
warga terkhususnya perempuan atau ibu-ibu rumah tangga
untuk terlibat aktif dalam program pengolahan limbah
non-organik di lingkungan kami. Menciptakan peluang
bisnis untuk membantu perekonomian dalam rumah
tangga, mewadahi ibu rumah tangga alam mengupgrade
skill mereka. Dengan begini para ibu rumah tangga
mempunyai pemasukan lebih dan skill yang baru untuk
mereka sendiri.
2. Bagaimana cara mengajak ibu rumah tangga untuk terlibat
dalam program ini?
Hal pertama yang kami lakukan adalah sosialisasi kepada
seluruh ibu rumah tangga akan bahaya nya limbah sampah
sekali pakai, memberitahukan bagaimana cara mengolah
sampah dalam rumah agar bias terpakai lagi dan berguna
untuk mereka nanti, dengan sosialisasi yang dan
penyampaian yang tepat, kami mengajak ibu rumah tangga
yang lebih sering berkegiatan dalam rumah, dengan cara
ini para ibu rumah tangga akan ikut bergabung dalam
program ini.
3. Apa tujuan kader PKK bersama para ibu rumah tangga
dalam program ini?
Tujuan kami dalam program ini adalah agar lingkungan
kami bersih dari limbah sampah yang dapat memicu
penyebaran penyakit, dan kami juga berharap program ini
menjadi contoh untuk wilayah lain akan pentingnya
kesadaran kebersihan di lingkungan masing-masing.
Transkip Wawancara
Hari/tanggal : Selasa, 08 Desember 2020
Waktu : 11.15 s.d 11.40 WIB
Lokasi : Bank Sampah Flamboyant, Jakarta Utara
Identitas Informan
Nama : Nur
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 53 Tahun
Alamat : JL. K2 No.06 RT 009 RW 05 Kelurahan Rawa
Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Jabatan : Ibu Rumah Tangga
Pertanyaan
1. Bagaimana proses penerimaan masyarakat dengan ada
nya program bank sampah ini?
Masyarakat yang terutama untuk saya sendiri menerima
dengan baik ada nya program ini, selain membantu kami
dalam urusan rumah tangga, kami jadi punya sesuatu
yang bias kami bagikan ke orang lain dan keluarga.
2. Apa yang dirasakan masyarakat setelah ada nya program
ini?
Berkurangnya sampah sekali pakai yang ada di rumah
masing-masing, dan tentu juga sampah yang ada di
rumah kami jadi lebih bermanfaat, tidak menumpuk dan
berserakan di sekitar rumah, lingkungan rumah kami jadi
lebih terasa nyaman dan bersih, dan tentunya kami bisa
mengisi waktu luang sambil menunggu suami dan anak
kami pulang dari kerja dan sekolah.
3. Manfaat seperti apa yang ibu rasakan setelah mengikuti
program ini?
Ya manfaat nya kami bias membantu suami kami dalam
hal keuangan, jadi anak saya dan suami saya tidak merasa
kekurangan dan cukup, anak saya juga kadang mengikuti
program ini sesekali, dan tentunya kami para ibu rumah
tangga mendapatkan ilmu yang cukup untuk kami bagikan
ke yang lain.
4. Apa harapan ibu dengan ada nya program ini?
Harapan kami, lingkungan kami menjadi lebih bersih dan
tidak banjir lagi, dan lingkungan kami bersih dari berbagai
macam penyakit.
Lampiran 7 Hasil Observasi Penelitian
Hasil Observasi
Hasil observasi yang penulis temukan di sekitaran wilayah
rawa badak selatan, Jakarta utara adalah lingkungan terlihat bersih
dan asri. Tong sampah umum pun
tersedia disisi jalan dengan
pemisah sampah organik dan
nonorganik.Sehingga memudahkan
untuk membuang sampah bagi
tamu yang datang. Selokan terlihat
bersih dan mengalir lancar. Penulis
juga menemukan tingkat kesadaran
masyarakat kota yang cukup kuat
atas kepedulian lingkungan, seperti
membuang sampah pada
tempatnya, penanaman pohon dan
tanaman disetiap rumah yang mana
membuat lingkungan menjadi asri.
Data ini penulis temukan dari hasil obervasi dan
wawancara yang penulis lakukan bersama kader PKK dan dari
ketua bank sampah Flamboyant.
Photo Proses Pemilahan sampah
Di hari yang sama, setelah penulis melakukan observasi
dilingkungan sekita, penulis kembali ke pusat bank sampah
flamboyant. Di hari yang sama juga, para masyarakat yang ikut
melakukan kegiatan pengolahan limbah sampah sekali pakai
sedang menjalankan program sampah ecobrik. Dimana program
ini menggunakan sampah botol plastic yang bisa dibuat menjadi
berbagai macam benda
yang bisa digunakan untuk
perabotan rumah seperti:
meja, kursi dan juga hiasan
rumah yang tidak kalah
bagus nya dengan barang-
barang mahal.
Melihat hal ini, penulis
menemukan banyak hal
yang bisa dilakukan oleh
para kader dan non-kader
dari ibu-ibu PKK dan ibu-
ibu rumah tangga dari limbah sampah sekali pakai ini. Lingkungan
yang nyaman dan bersih di RW.05 rawa badak selatan, Jakarta
pusat, yang menjadi pusat dari bank sampah flamboyant ini. Para
ibu-ibu rumah tangga yang di akomodir oleh kader PKK juga bisa
mendapatkan hasil yang limbah yang mereka kelola, hasil yang
mereka dapat dari pengolahan limbah sampah ini dibagikan secara
rata dan menyeluruh untuk ibu-ibu yang terlibat langsung dari
kegiatan ini.
Photo Proses Pemilahan Sampah Ecobrik
Proses keterlibatan langsung para ibu-ibu rumah tangga ini
bisa menjadi sebuah potensi yang menarik. Dimana para ibu-ibu
rumah tangga mendapatkan skill baru setiap hari nya, hal ini bisa
menjadi hal yang positif kedepan nya, dimana ibu-ibu rumah
tangga ini akan menjadi kelompok yang mandiri dan bisa menjadi
contoh untuk wilayah lain nya akan kesadaran kebersihan
lingkungan mereka sendiri.
Dari hasil program pemberdayaan perempuan melalui
bank sampah ini, tentunya para ibu rumah tangga tidak akan dan
selalu mengharapkan hasil dari suami nya saja. Dengan program
ini para perempuan akan membantu kelangsungan kehidupan
dalam rumah tangga dan bisa mengajarkan kepada anak-anak nya
akan kepedulian lingkungan.
Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian
DOKUMENTASI
Foto wawancara dengan H. Purnomo Ketua Bank Sampah
Foto Wawancara dengan Ibu Sumiyati Kader PKK
Foto Wawancara Ibu Nur Warga RW 05 Rawa Badak Selatan
Foto Dokumentasi Bank Sampah