pemberdayaan masyarakat
TRANSCRIPT
Pemberdayaan Masyarakat
Konsep Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat merupakan strategi pembangunan dalam
perspektif pembangunan ini, disadari betapa penting kapasitas manusia dalam
upaya meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya materi
dan nonmaterial. sebagai suatu strategi pembangunan, pemberdayaan dapat
diartikan sebagai kegiatan membantu klien untuk memperoleh daya guna
mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan, terkait
dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial dalam
melakukan tindakan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya yang dimiliki dengan mentransfer daya dari lingkungannya
(payne, 1997: 266 dalam buku “modern social work theory”).
Sementara itu ife (1995: 182 dalam buku “community
development: creating community alternatives-vision, analysis and practice”)
memberikan batasan pemberdayaan sebagai upaya penyediaan kepada orang-
orang atas sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk
meningkatkan kemampuan mereka menentukan masa depannya dan untuk
berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas mereka.
Sementara itu, sutrisno (2000:185) menjelaskan, dalam perspektif
pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola sendiri dana
pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain,
disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan, perencanaan,
dan pelaksanaan pembangunan. perbedaannya dengan pembangunan partisipatif
adalah keterlibatan kelompok masyarakat sebatas pada pemilihan, perencanaan,
dan pelaksanaan program, sedangkan dana tetap dikuasai oleh pemerintah.
Meskipun rumusan konsep pemberdayaan berbeda-beda antara ahli yang
satu dengan yang lainnya, tetapi pada intinya dapat dinyatakan bahwa
pemberdayaan adalah sebagai upaya berencana yang dirancang untuk merubah
atau melakukan pembaruan pada suatu komunitas atau masyarakat dari kondisi
ketidakberdayaan menjadi berdaya dengan menitikberatkan pada pembinaan
potensi dan kemandirian masyarakat. Dengan demikian mereka diharapkan
mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam menentukan masa depan
mereka, dimana provider dari pemerintah dan lembaga non government
organization/ngo hanya mengambil posisi partisipan, stimulan, dan motivator.
Memahami Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat, secara umum dapat diartikan sebagai suatu
proses yang membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan
kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian
masyarakat.
Dari definisi diatas, tampak ada tiga tujuan utama dalam pemberdayaan
masyarakat yaitu mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku
masyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat. kemampuan masyarakat yang
dapat dikembangkan tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha,
kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan,
kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
Perilaku masyarakat yang perlu diubah tentunya perilaku yang merugikan
masyarakat atau yang menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat.
pengorganisasian masyarakat dapat dijelaskan sebagai suatu upaya masyarakat
untuk saling mengatur dalam mengelola kegiatan atau program yang mereka
kembangkan. disini masyarakat dapat membentuk panitia kerja, melakukan
pembagian tugas, saling mengawasi, merencanakan kegiatan, dan lain-lain.
Pemberdayaan masyarakat muncul karena adanya suatu kondisi sosial
ekonomi masyarakat yang rendah mengakibatkan mereka tidak mampu dan tidak
tahu. Ketidakmampuan dan ketidaktahuan masyarakat mengakibatkan
produktivitas mereka rendah.
Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui: pertama, pengembangan
masyarakat, dan yang kedua pengorganisasian masyarakat. Apa yang
dikembangkan dari masyarakat yaitu potensi atau kemampuannya dan sikap
hidupnya. kemampuan masyarakat dapat meliputi antara lain kemampuan untuk
bertani, berternak, melakukan wirausaha, atau ketrampilan-ketrampilan membuat
home industri; dan masih banyak lagi kemampuan dan ketrampilan masyarakat
yang dapat dikembangkan.
Dalam rangka mengembangkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat,
dapat dilakukan dengan berbagai cara contoh dengan mengadakan pelatihan atau
mengikutkan masyarakat pada pelatihan-pelatihan pengembangan kemampuan
dan ketrampilan yang dibutuhkan. Dapat juga dengan mengajak masyarakat
mengunjungi kegiatan ditempat lain dengan maksud supaya masyarakat dapat
melihat sekaligus belajar, kegiatan ini sering disebut dengan istilah studi banding.
Dapat juga dengan menyediakan buku-buku bacaan yang sekiranya sesuai
dengan kebutuhan atau peminatan masyarakat. masih banyak bentuk lainnya yang
bias diupayakan. Sikap hidup yang perlu diubah tentunya sikap hidup yang
merugikan atau menghambat peningkatan kesejahteraan hidup. merubah sikap
bukan pekerjaan mudah. Mengapa karena masyarakat sudah bertahun-tahun
bahkan puluhan tahun sudah melakukan hal itu. Untuk itu memerlukan waktu
yang cukup lama untuk melakukan perubahan sikap. Caranya adalah dengan
memberikan penyadaran bahwa apa yang mereka lakukan selama ini merugikan
mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan banyak informasi dengan
menggunakan berbagai media, seperti buku-buku bacaan, mengajak untuk melihat
tempat lain, menyetel film penerangan, dan masih banya cara lain.
pada pengorganisasian masyarakat, kuncinya adalah menempatkan
masyarakat sebagai pelakunya. untuk itu masyarakat perlu diajak mulai dari
perencanaan kegiatan, pelaksanaan, sampai pemeliharaan dan pelestarian.
pelibatan masyarakat sejak awal kegiatan memungkinkan masyarakat memiliki
kesempatan belajar lebih banyak. pada awal-awal kegiatan mungkin pendamping
sebagai pendamping akan lebih banyak memberikan informasi atau penjelasan
bahkan memberikan contoh langsung. pada tahap inimasyarakat lebih banyak
belajar namun pada tahap-tahap berikutnya pendamping harus mulai memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk mencoba melakukan sendiri hingga mampu
atau bisa.
jika hal ini terjadi maka dikemudian hari pada saat pendamping
meninggalkan masyarakat tersebut, masyarakat sudah mampu untuk
melakukannya sendiri atau mandiri. Prinsip dasar pemberdayaan untuk
mewujudkan masyarakat yang berdaya atau mandiri.
Konsep Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Konsep Alternative Pembangunan
konsep pemberdayaan sebagai suatu konsep alternatif pembangunan, yang
pada intinya memberikan tekanan otonomi pengambilan keputusan dari suatu
kelompok masyarakat, yang berlandas pada sumber daya pribadi, langsung
(melalui partisipasi), demokratis dan pembelajaran sosial melalui pengalaman
langsung. sebagai titik fokusnya adalah lokalitas, sebab “civil society” akan
merasa siap diberdayakan lewat isue-isue lokal. namun friedmann (1992) juga
mengingatkan bahwa adalah sangat tidak realistis apabila kekuatan-kekuatan
ekonomi dan struktur-struktur diluar “civil society” diabaikan. oleh karena itu
pemberdayaan masyarakat tidak hanya sebatas ekonomi saja namun juga secara
politis, sehingga pada akhirnya masyarakat akan memiliki posisi tawar baik secara
nasional maupun international.
konsep pemberdayaan merupakan hasil kerja dari proses interaktif baik
ditingkat ideologis maupun praksis. ditingkat ideologis, konsep pemberdayaan
merupakan hasil interaksi antara konsep top down dan bottom up antara growth
strategy dan people centered strategy. sedangkan ditingkat praksis, interaktif akan
terjadi lewat pertarungan antarotonomi. konsep pemberdayaan sekaligus
mengandung konteks pemihakan kepada lapisan masyarakat yang berada dibawah
garis kemiskinan.
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sebagian besar diakibatkan
oleh kesenjangan terhadap akses modal, prasarana, informasi pengetahuan,
tknologi ketrampilan, ditambah oleh kemampuan sumber daya manusia, serta
kegiatan ekonomi lokal yang tidak kompetitif menunjang pendapatan masyarakat,
serta masalah akumulasi modal.
selain itu kelembagaan pembangunan yang ada pada masyarakat lokal
secara umum belum dioptimalkan untuk menyalurkan dan mengakomodasikan
kepentingan, kebutuhan dan pelayanan masyarakat dalam rangka meningkatkan
produktivitas yang mampu memberi nilai tambah usaha.
sementara melihat kelembagaan aparat pemerintah ditingkat lokal terlalu
terbebani pelaksanaan program dari pemerintahan ditingkat atasnya, sehingga
tidak dapat memfokuskan pada pelayanan pengembangan peran serta masyarakat
dalam proses perwujudan masyarakat maju dan mandiri.
menurut kartasasmita (1996) yang mengacu pada pendapat chambers,
pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
menerangkan nilai-nilai sosial. konsep ini mencerminkan paradigma basis
pembangunan yang bersifat people centered, participatory, empowering dan
sustainable.
dari definisi diatas, pemberdayaan masyarakat dimengerti sebagai konsep
yang lebih luas daripada hanya sekedar pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
pemberdayaan masyarakat lebih diartikan sebagai upaya menjadikan manusia
sebagi sumber, pelaku dan yang menikmati hasil pembangunan. dengan kata lain
pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat indonesia.
secara konkrit, pembedayaan masyarakat diupayakan melalui
pembangunan ekonomi rakyat (sumodiningrat,1997). sementara itu, pembangunan
ekonomi rakyat harus diawali dengan usaha pengentasan penduduk dari
kemiskinan. kemudian sumodiningrat, mengatakan bahwa upaya pemberdayaan
masyarakat sebagaimana tersebut diatas paling tidak harus mencakup lima hal
pokok yaitu bantuan dana sebagai modal usaha, pembangunan prasarana sebagai
pendukung pengembangan kegiatan, penyediaan sarana, pelatihan bagi aparat dan
masyarakat dan penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat seperti
bantuan yang diberikan kepada masyarakat yang suatu saat harus digantikan
dengan tabungan yang dihimpun dari surplus usaha.
latar belakang tersebut secara nyata diwujudkan dalam pendekatan
pembangunan masyarakat sebagai berikut :
1. pengoptimalan pengembangan masyarakat desa/kelurahan melalui pendekatan
pemberdayaan masyarakat untuk dapat meraih kesempatan peluang usaha melalui
penyediaan prasarana dan sarana modal sosial dimasyarakat
2. pemantapan kordinasi pembangunan melalui penciptaan keterkaitan antara
institusi lokal yang ada dimasyarakat
3. mendasarkan pada partisipasi masyarakat yang diiringi dengan peningkatan
kemitraan dunia usaha, pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan dan
transparansi.
Konsep Defenisi Dan Teori Pemberdayaan Masyarakat
kata “empowerment” dan “empower” diterjemahkan dalam bahasa
indonesia menjadi pemberdayaan dan memberdayakan, menurut merriam webster
dan oxfort english dictionery (dalam prijono dan pranarka, 1996 : 3) mengandung
dua pengertian yaitu : pengertian pertama adalah to give power or authority to,
dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable. dalam pengertian pertama
diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau
mendelegasikan otoritas ke pihak lain. sedang dalam pengertian kedua, diartikan
sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan.
konsep empowerment pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana
kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural,
baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional,
maupun dalam bidang politik, ekonomi dan lain-lain. memberdayakan masyarakat
menurut kartasasmita (1996 : 144) adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. konsep ini mencerminkan paradigma
baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered, participatory,
empowering, and sustainable.
gagasan pembangunan yang mengutamakan pemberdayaan masyarakat
perlu untuk dipahami sebagai suatu proses transformasi dalam hubungan sosial,
ekonomi, budaya, dan politik masyarakat. perubahan struktur yang sangat
diharapkan adalah proses yang berlangsung secara alamiah, yaitu yang
menghasilkan dan harus dapat dinikmati bersama. begitu pula sebaliknya, yang
menikmati haruslah yang menghasilkan. proses ini diarahkan agar setiap upaya
pemberdayaan masyarakat dapat meningkatkan kapasitas masyarakat (capacity
building) melalui penciptaan akumulasi modal yang bersumber dari surplus yang
dihasilkan, yang mana pada gilirannya nanti dapat pula menciptakan pendapatan
yang akhirnya dinikmati oleh seluruh rakyat. dan proses transpormasi ini harus
dapat digerakan sendiri oleh masyarakat. Menurut sumodiningrat (1999 : 134),
mengatakan bahwa kebijaksanaan pemberdayaan masyarakat secara umum dapat
dipilah dalam tiga kelompok yaitu : pertama, kebijaksanaan yang secara tidak
langsung mengarah pada sasaran tetapi memberikan dasar tercapainya suasana
yang mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat. kedua, kebijaksanaan yang
secara langsung mengarah pada peningkatan kegiatan ekonomi kelompok sasaran.
ketiga, kebijaksanaan khusus yang menjangkau masyarakat miskin melalui upaya
khusus.
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, menurut kartasasmita (1996:159-
160), harus dilakukan melalui beberapa kegiatan : pertama, menciptakan suasana
atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling).
kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat
(empowering). ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. di
sinilah letak titik tolaknya yaitu bahwa pengenalan setiap manusia, setiap anggota
masyarkat, memiliki suatu potensi yang selalu dapat terus dikembangkan. artinya,
tidak ada masyarakat yang sama sekali tidak berdaya, karena kalau demikian akan
mudah punah. pemberdayaan merupakan suatu upaya yang harus diikuti dengan
tetap memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh setiap masyarakat. dalam
rangka itu pula diperlukan langkah-langkah yang lebih positif selain dari
menciptakan iklim dan suasana. perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan
menyangkut penyediaan berbagai masukan (input) serta membuka akses kepada
berbagai peluang (upportunities) yang nantinya dapat membuat masyarakat
menjadi semakin berdaya.
a. Pengertian pemberdayaan masyarakat
Para ilmuwan sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan mempunyai
rumusan yang berbeda-beda dalam berbagai konteks dan bidang kajian, artinya
belum ada definisi yang tegas mengenai konsep tersebut. Namun demikian, bila
dilihat secara lebih luas, pemberdayaan sering disamakan dengan perolehan daya,
kemampuan dan akses terhadap sumber daya untuk memenuhi kebutuhannya.
Oleh karena itu, agar dapat memahami secara mendalam tentang pengertian
pemberdayaan maka perlu mengkaji beberapa pendapat para ilmuwan yang
memiliki komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat.
Robinson (1994) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi
dan sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan
kebebasan bertindak. Sedangkan Ife (1995) mengemukakan bahwa pemberdayaan
mengacu pada kata “empowerment,” yang berarti memberi daya, memberi
”power” (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya.
Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk
membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil
keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien
tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan
tindakan. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui
kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan
melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta
sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan
dari hubungan eksternal.
b. Proses Pemberdayaan Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa
”proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses
pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan
sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu
lebih berdaya.
Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari
makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungan
sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi
individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan
apayang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog”.
Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:
1. Mampu memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan
(mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)
2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri
3. Memiliki kekuatan untuk berunding
4. Emiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang
saling menguntungkan, dan
5. Bertanggungjawab atas tindakannya.
Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud denganmasyarakat
berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham termotivasi,
berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu
berbagai alternative, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko,
mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai
dengansituasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang memiliki
sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan
mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.
c. Tujuan dan Tahapan Pemberdayaan masyarakat Jamasy (2004)
mengemukakan bahwa konsekuensi dan tanggungjawab utama dalam program
pembangunan melalui pendekatan pe mberdayaan adalah masyarakat berdaya atau
memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat
dari aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan
intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip
pemberdayaan.
Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa
tujuan yang ingin dicapai daripemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk
individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.
Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat
yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan sertamelakukan
sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi
dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki.
Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif,
psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material.
Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi
oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam rangka mencari solusi atas
permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan suatu sikap perilaku
masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap
nilai-nilai pemberdayaan masyarakat. Kondisi afektif adalah merupakan perasaan
yang dimiliki oleh individu yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai
keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan
kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung
masyarakat dalam rangka melaku-kan aktivitas pembangunan. Pemberdayaan
Masyarakat
Tujuan dari Pemberdayaan
Adapun tujuan pemberdayaan masyarakat dapat diuraikan sebagai berikut :
Upaya Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk membuat masyarakat menjadi
mandiri, dalam arti memiliki potensi untuk mampu memecahkan masalah-masalah
yang mereka hadapi, dan sanggup memenuhi kebutuhannya dengan tidak
menggantungkan hidup mereka pada bantuan pihak luar, baik pemerintah maupun
organisasi-organisasi non-pemerintah. Bantuan technical assistance jelas mereka
perlukan, akan tetapi bantuan tersebut harus mampu membangkitkan prakarsa
masyarakat untuk membangun bukan sebaliknya justru mematikan prakarsa.
Dalam hubungan ini, kita dituntut menghargai hak-hak masyarakatyaitu Right of
Self - Determination dan Right for Equal Opportunity. Hak untuk menentukan
sendiri untuk memilih apa yang terbaik bagi masyarakat, serta hak untuk
memperoleh kesempatan yang sama untuk berkembang sesuai dengan potensi-
potensi yang mereka miliki.
Pelaksanaan Otonomi di Indonesia merupakan akselerasi reformasi di
bidang sistem pemerintahan. Melalui otonomi daerah, pemerintah pusat
memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada Daerah Kabupaten dan
Kotamadya. Sesuai dengan situasi dan kondisi yang dimiliki, daerah dapat
melaksanakan pemberdayaan masyarakat lebih optimal, terutama untuk
merangsang partisipasi aktif masyarakat untuk membangun.
Dalam rangka semangat otonomi daerah serta dalam upaya pemberdayaan
masyarakat, Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan
Selatan, menerapkan sistem pembangunan yang berakar dari masyarakat dengan
mengoptimalkan Bantuan Pembangunan Desa. Keberadaan Dana Bantuan
Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Swadaya Masyarakat, yang dialokasikan
oleh Pemerintah daerah tersebut sangat penting dimaksudkan untuk memperkuat
pemerintahan desa sebagai instansi pertama yang langsung berhubungan dengan
masyarakat. Bantuan itu merupakan stimulan guna mendorong dan memperkuat
roda pemerintahan desa.