pemberdayaan masyarakat

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang semakin maju ini, dengan perkembangan teknologi khususnya komputer, masyarakat disuguhi begitu banyak fasilitas- fasilitas yang memudahkan untuk melakukan segala hal. Dengan fasilitas komputer, masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi di seluruh dunia, dapat menciptakan karya-karya yang menakjubkan. Namun, tidak jarang atau bahkan sering kali orang memanfaatkan kecanggihan teknologi komputer itu untuk perbuatan yang ilegal ataupun melanggar hukum (aturan) yang berlaku. Seperti halnya tindakan pembajakan hak cipta pada musik dan perfilman. Di Indonesia begitu maraknya pengusaha yang bersaing memperdagangkan karya-karya film dan musik yang ditiru (dibajak) dari yang aslinya tanpa izin yang resmi. Di mall-mall ataupun pusat-pusat perbelanjaan tidak jarang ditemui stan- stan yang berjejer menjejalkan CD, DVD, dan VCD baik film, maupun musik. Dan pengusaha yang bergerak dibidang tersebut tidak dapat dikatakan sedikit. Tentu perbuatan meniru, memperbanyak, serta 1

Upload: usagichan-baka

Post on 27-Jun-2015

421 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

memberdayakan masyarakat dari pembajakan karya orang lain

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman yang semakin maju ini, dengan perkembangan teknologi

khususnya komputer, masyarakat disuguhi begitu banyak fasilitas-fasilitas

yang memudahkan untuk melakukan segala hal. Dengan fasilitas komputer,

masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi di seluruh dunia, dapat

menciptakan karya-karya yang menakjubkan. Namun, tidak jarang atau

bahkan sering kali orang memanfaatkan kecanggihan teknologi komputer itu

untuk perbuatan yang ilegal ataupun melanggar hukum (aturan) yang berlaku.

Seperti halnya tindakan pembajakan hak cipta pada musik dan perfilman.

Di Indonesia begitu maraknya pengusaha yang bersaing memperdagangkan

karya-karya film dan musik yang ditiru (dibajak) dari yang aslinya tanpa izin

yang resmi. Di mall-mall ataupun pusat-pusat perbelanjaan tidak jarang

ditemui stan-stan yang berjejer menjejalkan CD, DVD, dan VCD baik film,

maupun musik. Dan pengusaha yang bergerak dibidang tersebut tidak dapat

dikatakan sedikit. Tentu perbuatan meniru, memperbanyak, serta

mengedarkan karya orang lain tanpa izin terlebih dahulu, merupakan

perbuatan melanggar hukum.

Di samping itu, yang menjadi masalah yakni pembajakan hak cipta

terhadap film dan musik belum juga teratasi secara menyeluruh. Hal tersebut

disebabkan terutama oleh pengusaha pembajak CD, VCD, DVD itu sendiri

dan konsumen, baik anak-anak, remaja, maupun orang tua masih membeli

film dan musik hasil bajakan, di mana semakin mendukung adanya

pembajakan film dan musik di Indonesia. Di lain pihak, perbuatan itu

merugikan baik pihak-pihak yang memiliki karya film atau musik, maupun

bagi negara.

Dari latar belakang di atas, maka penulis mengangkat tema pembajakan

hak cipta, yang dikhususkan pada pembajakan film dan musik di Indonesia, di

1

Page 2: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

mana, menurut Direktur Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual Departemen

Kehakiman dan HAM Abdul Bari Aze, bahwa aksi pembajakan yang paling

banyak terjadi adalah di bidang hak cipta industri musik dan film. Dan penulis

menggunakan judul PEMBUNUHAN KARYA ORISINIL FILM dan

MUSIK AKIBAT PEMBAJAKAN di INDONESIA, untuk dijadikan bahan

penelitian kemudian.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka penulis membuat perumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apa yang menyebabkan terjadinya tindakan pembajakan terhadap film dan

musik?

2. Apakah dampak yang ditimbulkan dari pembajakan film dan musik di

Indonesia?

3. Bagaimanakah peran pemerintah dalam menyikapi pembajakan film dan

musik di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tindakan pembajakan terhadap

film dan musik.

2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pembajakan film dan

musik di Indoneisa.

3. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam menyikapi pembajakan film

dan musik di Indonesia.

1.4 Manfaat

1. Bagi penulis :

a. Dapat mengetahui dampak yang timbul dari pembajakan terhadap film

dan lagu.

b. Memberikan kesadaran bagi penulis untuk berpartisipasi menegakkan

hukum di Indonesia.

2

Page 3: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2. Bagi pemerintah :

a. Mendorong pemerintah untuk lebih mempertegas pelaksanaan hukum,

khususnya untuk tindak pembajakan hak cipta.

3. Bagi masyarakat :

a. Menyadarkan masyarakat untuk tidak mendukung adanya pembajakan.

b. Memberikan kesadaran akan hukum di Indonesia, dengan menaatinya.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu dengan jenis data

kualitatif, yakni data yang dikumpulkan dalam bentuk konsep-konsep atas

realitas sosial yang diteliti. Selain itu, penulis juga menggunakan sumber data

sekunder, di mana data diambil dari data asli atau dari media tertentu, seperti

internet, surat kabar.

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu studi

pustaka, di mana penulis mencari bahan-bahan yang akan dianalisa dari

internet dan surat kabar. Dari data-data tersebut, penulis menggunakan teknik

analisa data secara deskriptif, yakni melakukan pengkajian, menganalisa,

terhadap data-data yang ada, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan

ataupun penjelasan dari data tersebut dalam bentuk penulisan ilmiah.

3

Page 4: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pembajakan

Pembajakan adalah kegiatan merampas barang atau hak orang lain.

Pembajakan umumnya di hubungkan dengan pembajakan kapal oleh bajak

laut, walaupun sering terjadi pembajakan pesawat, bus dan kereta api. Selain

itu ada juga pembajakan hak cipta yang berarti pemalsuan barang, merek, dan

sebagainya.

2.2 Hak Cipta

Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hak

cipta berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti

paten, yang memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi), karena hak

cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan

hak untuk mencegah orang lain yang melakukannya.

Hak cipta di Indonesia berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya

cipta atau "ciptaan". Ciptaan tersebut dapat mencakup puisi, drama, serta

karya tulis lainnya, film, karya-karya koreografis (tari, balet, dan sebagainya),

komposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar, patung, foto, pamflet, peta,

seni batik, ceramah, kuliah, pidato, perangkat lunak komputer, siaran radio

dan televisi, database, dan (dalam yurisdiksi tertentu) desain industri.

Hukum yang mengatur hak cipta biasanya hanya mencakup ciptaan yang

berupa perwujudan suatu gagasan tertentu dan tidak mencakup gagasan

umum, konsep, fakta, gaya, atau teknik yang mungkin terwujud atau terwakili

di dalam ciptaan tersebut. Sebagai contoh, hak cipta yang berkaitan dengan

tokoh kartun Miki Tikus melarang pihak yang tidak berhak menyebarkan

salinan kartun tersebut atau menciptakan karya yang meniru tokoh tikus

tertentu ciptaan Walt Disney tersebut, namun tidak melarang penciptaan atau

karya seni lain mengenai tokoh tikus secara umum.

4

Page 5: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2.2.1 Pengertian Hak Cipta

Hak cipta adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta

untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi

tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu

ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut

untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada

umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.

Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang Hak

Cipta, yaitu, yang berlaku saat ini, Undang-undang Nomor 19 Tahun

2002. Dalam undang-undang tersebut, pengertian hak cipta adalah "hak

eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau

memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak

mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku" (pasal 1 butir 1).

2.2.2 Hak-hak yang Tercakup dalam Hak Cipta

a. Hak Eksklusif

Yang dimaksud dengan "hak eksklusif" dalam hal ini adalah

bahwa hanya pemegang hak ciptalah yang bebas melaksanakan hak

cipta tersebut, sementara orang atau pihak lain dilarang

melaksanakan hak cipta tersebut tanpa persetujuan pemegang hak

cipta.

Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang

hak cipta adalah hak untuk:

1) membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil

salinan tersebut (termasuk, pada umumnya, salinan elektronik),

2) mengimpor dan mengekspor ciptaan,

3) menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan

(mengadaptasi ciptaan),

4) menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum,

5

Page 6: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

5) menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang

atau pihak lain.

Konsep tersebut juga berlaku di Indonesia. Di Indonesia, hak

eksklusif pemegang hak cipta termasuk kegiatan menerjemahkan,

mengadaptasi, mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual,

menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan,

mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam, dan

mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun.

Selain itu, hak eksklusif yang dimiliki oleh pelaku karya seni

(yaitu pemusik, aktor, penari, dan sebagainya), produser rekaman

suara, dan lembaga penyiaran untuk mengatur pemanfaatan hasil

dokumentasi kegiatan seni yang dilakukan, direkam, atau disiarkan

oleh mereka masing-masing (UU 19/2002 pasal 1 butir 9–12 dan bab

VII). Sebagai contoh, seorang penyanyi berhak melarang pihak lain

memperbanyak rekaman suara nyanyiannya.

Hak-hak eksklusif yang tercakup dalam hak cipta tersebut dapat

dialihkan, misalnya dengan pewarisan atau perjanjian tertulis (UU

19/2002 pasal 3 dan 4). Pemilik hak cipta dapat pula mengizinkan

pihak lain melakukan hak eksklusifnya tersebut dengan lisensi, dan

persyaratan tertentu (UU 19/2002 bab V).

b. Hak Ekonomi dan Hak Moral

Banyak negara mengakui adanya hak moral yang dimiliki

pencipta suatu ciptaan. Secara umum, hak moral mencakup hak agar

ciptaan tidak diubah atau dirusak tanpa persetujuan, dan hak untuk

diakui sebagai pencipta ciptaan tersebut.

Hak cipta di Indonesia juga mengenal konsep "hak ekonomi"

dan "hak moral". Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan

manfaat ekonomi atas ciptaan, sedangkan hak moral adalah hak yang

melekat pada diri pencipta atau pelaku (seni, rekaman, siaran) yang

tidak dapat dihilangkan dengan alasan apa pun, walaupun hak cipta

atau hak terkait telah dialihkan. Contoh pelaksanaan hak moral

6

Page 7: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

adalah pencantuman nama pencipta pada ciptaan, walaupun misalnya

hak cipta atas ciptaan tersebut sudah dijual untuk dimanfaatkan pihak

lain. Hak moral diatur dalam pasal 24–26 Undang-undang Hak

Cipta.

7

Page 8: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BAB III

PEMBAHASAN

Dewasa ini, khususnya di Indonesia tidak jarang kita mendengar adanya

keluhan-keluhan dari para pemusik maupun aktor mengenai rendahnya penjualan

CD, VCD, maupun DVD film ataupun musik yang mereka hasilkan. Dan hal

tersebut disebabkan karena daya beli masyarakat, di mana lebih cenderung untuk

mengonsumsi film dan musik dari hasil bajakan.

Selama ini UU hanyalah sebuah rangkaian huruf-huruf yang tidak

mempunyai makna apa-apa, buktinya praktik pembajakan HaKI, terutama pada

film dan musik tetap saja tinggi. Pendek kata, kita masih menyaksikan berbagai

bentuk pelanggaran HaKI yang begitu gampangnya dilakukan oleh pihak-pihak

yang senang mencari keuntungan di atas hasil karya intelektual seseorang.

Pelanggaran HaKI yang saat ini terus meningkat dari waktu ke waktu,

misalnya pembajakan VCD, CD, baik berupa film maupun musik yang kemudian,

dibeli oleh masyarakat tanpa merasa bersalah atas perbuatannya itu. Hal tersebut

juga dipengaruhi oleh faktor lemahnya penegakan hukum di bidang HaKI yang

tidak dapat dipungkiri. Gampangnya masyarakat memperoleh barang bajakan

seperti VCD, CD, DVD. Di samping itu, kurangnya kemampuan para aparat

hukum dalam memahami dan mendalami perkara di bidang HaKI menyebabkan

kelompok jaringan pembajakan akan sulit tertangkap apalagi diadili.

3.1 Penyebab Terjadinya Pembajakan Film dan Musik

Pembajakan terhadap film dan musik bukan merupakan hal yang baru bagi

negara Indonesia. Kucing-kucingan antara pengusaha barang bajakan dengan

petugas razia merupakan hal yang biasa di tempat-tempat perbelanjaan.

Meskipun ada pengusaha barang bajakan yang ditangkap, namun begitu

terlewati beberapa minggu mereka berjualan lagi dengan terang-terangan dan

bebas.

8

Page 9: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Menurut data yang telah dikaji oleh penulis, penyebab utama tindakan

membajak film dan musik ialah karena masalah ekonomi. Adanya keinginan

untuk melepaskan diri dari impitan ekonomi dengan menggunakan cara yang

mudah, yakni melakukan pembajakan atas karya orang lain.

Secara lebih mendalam, dilihat dari pihak pembajak, motif pembajakan

adalah karena dari pembajakan tersebut dapat mengeruk keuntungan besar,

tetapi dengan resiko sanksi hukum yang "dapat diatur". Pembajak dapat

membuat produk CD, VCD atau DVD dengan harga yang jauh lebih murah

dengan kualitas yang sedikit di bawah produk aslinya. Dikatakan tindak

pidana Hak Cipta ini timbul karena ingin mendapatkan keuntungan secara

cepat, namun ada faktor lainnya yang secara tidak langsung mendukung

pembajakan hak cipta, yakni kurangnya penghargaan masyarakat terhadap

Hak Cipta yang disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan

hukum yang ada, kurangnya pengawasan dan pemantauan dari aparat

penegak hukum untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya tindak pidana

Hak Cipta (lemahnya penegakan hukum), rendahnya kemampuan produksi

pabrik, dan budaya masyarakat yang lebih menyukai barang bajakan.

Di samping itu, dari pihak pembeli (konsumen) juga menjadi faktor

penentu tetap bertahannya penjualan barang bajakan. Dikatakan seperti itu,

karena pada dasarnya DVD bajakan diburu oleh pencinta film karena lebih

cepat menghadirkan film-film atau album musik terbaru. Film-film yang

belum diputar di bioskop pun sudah bisa dibeli di penjual barang bajakan.

Soal kualitas gambar dan suara, tergantung CD film atau musik yang didapat.

Jika melihat harga yang diterapkan oleh toko-toko penjualan VCD, CD, atau

DVD orisinil sungguh dapat membuat masyarakat berpikir dua kali untuk

memutuskan membeli atau tidak, dibandingkan dengan membeli VCD, CD,

atau DVD bajakan yang dijual di kaki lima. Ini untuk sebagian masyarakat

besar yang rata-rata 80% nya tingkat menengah kebawah dengan pendapatan

yang pas-pasan, menjadikannya sebagai sebuah hal yang bersifat sangat

luxurious di mata mereka, dimana menganggap bahwa hanya orang-orang

mampu yang dapat menikmatinya.

9

Page 10: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tetapi seperti yang dijelaskan sebelumnya, harga film dan musik berkali-

kali lipat jika membeli yang orisinil, sementara orang-orang hanya

menikmatinya hanya sekali dan tentu dengan harga yang rata-rata Rp.60.000

ke atas yang akan menjadi suatu hal yang berat bagi masyarakat penikmat film

dan musik. Selain itu, dengan hukum yang masih belum pasti, akhirnya ada

yang mengambil celah untuk membuat atau mengopi ulang film-film tersebut.

Konsumen banyak memilih kaset, CD, VCD atau DVD bajakan. Apabila kita

melihat dari tingginya tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia, membeli

bajakan merupakan solusi bagi mereka yang ingin menyaksikan berbagai idola

mereka, tetapi tidak mempunyai cukup uang untuk membeli barang yang

orisinil. Penetapan cukai oleh pemerintah semakin tinggi, tetapi pendapatan

mereka pun tetap seperti sebelumnya. Kesenjangan sosial di negara kita

sangatlah tinggi. Yang kaya akan semakin kaya, dan yang miskin akan

semakin terpuruk. Membeli bajakan sudahlah menjadi budaya bagi

masyarakat Indonesia. Semua kalangan lebih memilih membeli bajakan

daripada barang yang orisinil.

Kemajuan teknologi komputer juga mempunyai peranan yang sangat besar

dalam mendukung tindakan pembajakan film dan musik. Dengan

disebarluaskannya penggunaan floppy disk drive pada PC hingga alat yang

saat ini populer yaitu CD-RW dan DVD-RW membuat kasus pembajakan

semakin marak di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Pengetahuan

mengenai komputer serta tersedianya fasilitas-fasilitas software yang sangat

maju dan berkembang, memungkinkan manusia melakukan rekayasa.

Sekarang ini banyak Compact Disc (CD) dan Video Compact Disc (VCD)

bajakan yang mempunyai kualitas gambar dan suara lumayan baik. Masalah

suara bahkan bisa diakali dengan menggunakan piranti sistem tata suara yang

baik.

3.2 Dampak yang Timbul

Mungkin bagi sebagian besar orang masalah pembajakan adalah masalah

yang kecil, karena bagi sebagian besar masyarakat tidak ada dampaknya bagi

10

Page 11: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

mereka bahkan mereka mendapat keuntungan dari itu semua. Padahal,

masalah pembajakan merupakan hal yang dapat mengakibatkan krimilitas,

ekonomi, budaya masyarakat Indonesia sendiri menjadi semakin terpuruk.

Membeli bajakan sama saja dengan menghancurkan negara Indonesia.

Karena pembangunan negara Indonesia pun akan semakin lambat dikarenakan

pendapatan pajak yang negara dapatkan akan semakin terus mengecil dan

bahkan mengalami kerugian. Merugikan kepentingan umum yaitu merugikan

kepentingan negara baik di bidang perpajakan, perindustrian, konsumen, serta

tatanan sosial, hukum dan ekonomi secara luas. Pembajakan yang makin

merajalela dari Sabang sampai Merauke itu berdampak pada pemasukan pajak

untuk pembangunan ekonomi negara menjadi sangat minim, sehingga pada

gilirannya membuat kreativitas bangsa akan mati. Industri musik, film, dan

akan bangkrut, kredibilitas Indonesia di mata bangsa-bangsa lain makin buruk,

dan ini jelas menjadi ancaman bagi masa depan bangsa. Industri perfilman

nasional hancur gara-gara supremasi hukum tidak berfungsi secara optimal.

Ekonomi masyarakat Indonesia sangatlah terpuruk oleh keadaan

pembajakan yang semakin marak dari waktu ke waktu. Negara kita dirugikan

kurang lebih sekitar Rp11 triliun per tahun dari sektor pajak akibat maraknya

pembajakan CD, VCD atau DVD di Indonesia. Hal ini sangatlah

mengkhawatirkan karena Rp11 triliun yang semestinya dapat kita gunakan

untuk memberikan subsidi-subsidi kepada rakyat kecil dan juga untuk

membangun berbagai sarana dan prasarana bagi negara kita. Kerugian yang

kita alami hanya akan terus menimbulkan masalah-masalah bagi masyarakat

dan juga pemerintah.

Dampak dari maraknya produk rekaman bajakan membuat sejumlah

perusahaan rekaman memilih untuk tutup alias stop berproduksi, sebab

penjualan album rekaman menjadi menurun, dikalahkan oleh barang bajakan.

Hal tersebut juga disebabkan tidak adanya kegiatan yang menyolok dari

pemerintah dan kepolisian dalam menangani masalah ini hingga sekarang.

Dan terjadinya perkembangan teknologi ponsel dan teknologi informasi yang

luar biasa. Ke depannya mungkin format menjual musik via ponsel akan lebih

11

Page 12: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

efektif karena tidak memerlukan label untuk menjual musik nantinya. yang

kemudian mengakibatkan matinya budaya kreativitas dalam industri musik

Indonesia yang tidak bisa diukur nilainya.

Dampak yang ditimbulkan dari tindakan pembajakan tidak hanya berkisar

pada negara dan industri musik, tetapi juga pada masyarakat yang membeli

VCD atau DVD bajakan. Sebab terdapat banyak kasus seperti kualitas visual

maupun audio ternyata jauh daripada apa yang diharapkan. Kadang-kadang

ada yang memberikan garansi dan kadang juga tidak. Bahkan kadang-kadang

karena harga murah mutu kualitas fisik cakramnya pun tidak memenuhi

standar. Padahal hal ini justru bisa jadi merusak lensa player konsumen.

Dampak yang paling parah jika masalah pembajakan tidak segera

dihentikan, Indonesia bisa dikeluarkan dari keanggotaan WTO, sebab sebagai

anggota WTO, Indonesia terikat pada berbagai kesepakatan, yang salah

satunya harus mematuhi peraturan mengenai Hak atas Kekayaan Intelektual.

3.3 Peran Pemerintah

Dalam meyikapi kasus-kasus pembajakan hak cipta pada film dan musik,

pemerintah telah mengambil kebijakan untuk membebani piranti lunak dengan

cukai hal ini dimaksudkan untuk mencegah dan mengurangi maraknya

pembajakan produk kaset, CD, VCD atau DVD sekaligus menambah

penerimaan negara. Sebenarnya, hal itu akan makin menaikkan tingkat

pembajakan yang ada, karena otomatis harga terhadap produk tersebut akan

semakin tinggi, kebijakan pengenaan cukai tidak menjamin peningkatan

penerimaan pemerintah dan akan mengurangi kesejahteraan produsen serta

kesejahteraan konsumen, sehingga menimbulkan kerugian secara sosial.

Dengan kata lain, kebijakan tersebut makin memperburuk industri kaset, CD,

VCD atau DVD.

Pengenaan cukai akan membuat harga CD, VCD atau DVD bagi

konsumen menjadi lebih mahal dibandingkan jika tidak dikenakan cukai.

Akibatnya, konsumen akan cenderung mencari barang bajakan yang harganya

menjadi relatif murah, sepanjang konsumen bisa mendapatkan CD, VCD atau

12

Page 13: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DVD bajakan dengan mudah. Jadi, pengenaan cukai tanpa diikuti kebijakan

memutus jalur produksi dan pemasaran kaset, CD, VCD atau DVD bajakan,

malahan akan membuat maraknya pembajakan.

Untuk membuktikan keseriusannya dan untuk menanggulangi maraknya

pelanggaran HaKI,  pemerintah telah menerbitkan Keppres No.4/2006 tentang

Pembentukan Tim Nasional Penanggulangan Pelanggaran Hak Kekayaan

Intelektual yang bertugas merumuskan kebijakan nasional, melakukan

koordinasi dan sosialisasi pendidikan di bidang HaKI, serta meningkatkan

kerjasama secara bilateral, regional maupun multilateral. Pemerintah juga

melalui Direktorat Jenderal HaKI giat menyampaikan peringatan kepada

pengelola pusat-pusat perbelanjaan atau mall yang menyewakan tempat

usahanya untuk pedagang yang menjual VCD, CD, DVD bajakan.

Usaha pemerintah menekan angka pembajakan dilakukan dengan

mengeluarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang

mulai diberlakukan tanggal 29 Juli 2003. Hukum Hak Cipta tersebut

melindungi karya intelektual dan seni dalam bentuk ekspresi. Ekspresi yang

dimaksud seperti dalam bentuk tulisan seperti lirik lagu, puisi, artikel atau

buku, dalam bentuk gambar seperti foto, gambar arsitektur, peta, serta dalam

bentuk suara dan video seperti rekaman lagu, pidato, video pertunjukan, video

koreografi, dan lain-lain. Hukum Hak Cipta itu bertujuan melindungi hak

pembuat dalam mendistribusikan, menjual atau membuat turunan dari karya

tersebut. Perlindungan yang didapatkan oleh pembuat (author) adalah

perlindungan terhadap penjiplakan (plagiat) oleh orang lain. Bagi yang

melanggar sesuai pasal 72 ayat (2) UU No. 19 Tahun 2002 menyatakan,

bahwa “Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,

mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil

pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait, sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda

paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)”.

Di lain sisi, pemerintah juga telah mengadakan aktivitas razia CD, VCD

atau DVD bajakan yang sering kali berlangsung seperti permainan kucing-

13

Page 14: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

kucingan dengan aparat. Namun begitu rencana razia tercetus, entah

bagaimana, kabar tersebut bisa sampai dengan cepat ke kuping para pedagang.

Kios-kios CD, VCD atau DVD bajakan segera tutup, dan buka lagi begitu

keadaan tenang.

Meskipun begitu, para aparat penegak hukum hanya melakukan razia

terhadap para pedagang tetapi tidak terhadap sumber produk bajakan tersebut,

sehingga produksi barang bajakan terus berlanjut. Hal ini menunjukkan bahwa

pemerintah belum secara tuntas menyelesaikan masalah pembajakan, oleh

karena masih terdapat produsen yang memproduksi barang bajakan tersebut

yang belum tersentuh oleh aparat penegak hukum.

Untuk lebih menekankan kesadaran masyarkat, pemerintah mengadakan

acara peringatan Hari Hak Kekayaan Intelektual (HaKI). Juga disetiap karya

orisinil film telah disisipkan tampilan tentang larangan pembajakan, namun

semuanya kembali lagi pada masyarakat. Kesadaran masyarakat Indonesia

mengenai penghargaan terhadap karya orang lain sangatlah rendah.

Sementara itu, cara lainnya adalah penjualan lagu lewat  situs bernama

iTunes. Situs iTunes ini merupakan milik perusahaan Apple yang khusus

menjual musik lewat internet bagi para pengguna iPod. Seperti yang telah

diketahui produk iPod hanya hanya dapat memutar mp3 orisinill yang

memiliki lisensi dari perusahaan Apple. Itu saja masih diberi tenggang waktu

untuk didengar yang biasanya hanya selama 1 bulan. Bila ingin menikmati

lagu tersebut lebih lama lagi, user harus membeli lisensi dari situs iTunes

guna memiliki hak dengar atas musik tersebut, Selain itu, tidak sembarang

musik bisa diputar di iPod karena dalam iPod sendiri sudah memiliki program

yang hanya bisa membaca file yang dienkripsi oleh perusahaan Apple.

14

Page 15: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pembajakan hak cipta di Indonesia sebagian besar terpusat pada film dan

musik. Tindakan tersebut didukung oleh perkembangan teknologi komputer

yang makin maju dari waktu ke waktu. Adanya fasilitas CD-RW dan DVD-

RW memudahkan manusia mengopi karya orang lain.

Para pengusaha barang bajakan melakukan pembajakan disebabkan oleh

faktor ekonomi, di mana mereka berusaha keluar dari impitan ekonomi

dengan cara yang mudah, yakni menjiplak karya orang lain tanpa izin. Selain

itu, perbuatan konsumen yang membeli barang bajakan khususnya film dan

musik, semakin mendorong para pengusaha memperbanyak produksi barang

bajakannya, serta mempertahankan usaha tersebut. Konsumen membeli

barang bajakan karena alasan film-film ataupun musik-musik yang baru,

sudah ada dijual di tempat penjualan barang bajakan, selain itu, harganya

murah, dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat.

Dampak dari pembajakan sangat besar terhadap negara Indonesia, para

pemilik Ciptaan, industri musik, film, serta masyarakat. Negara menderita

kerugian, tidak adanya penghasilan dari pajak cukai terhadap film dan musik.

Sedangkan pemilik Ciptaan menjadi malas untuk berkarya, sebab karyanya

pada akhirnya dijiplak secara illegal. Industri musik juga dirugikan, biaya

produksi film dan musik tidak dapat tertutupi, diakibatkan menurunnya jumlah

penjualan film dan musik orisinil. Dan masyarakat, walaupun tidak terlalu

menjadi perhatian, namun konsumen yang membeli bajakan sangat rawan

mendapat film yang gambar ataupun suaranya tidak bagus, serta musik yang

tidak jernih bunyinya, yang pada akhirnya dapat merusak lensa alat optik

konsumen.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menangani pembajakan

hak cipta dengan mengeluarkan Undang-Undang Hak Cipta, namun itu saja

15

Page 16: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

belum cukup. Pemerintah juga telah membentuk Tim Nasional

Penanggulangan Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual, mengadakan acara

peringatan Hari Hak Kekayaan Intelektual, memperingati para pemilik pusat

perbelanjaan agar tidak memberi tempat bagi penjual barang bajakan, namun

itu semua tetap tidak dapat efektif memberantas pembajakan. Bahkan, razia

yang sering diadakan oleh pemerintah tidak dapat menyulut semangat para

pengusaha film dan musik bajakan untuk terus beroperasi.

4.2 Saran

Untuk mengurangi tindakan pembajakan dan daya beli masyarakat

terhadapnya, maka sebaiknya jumlah biaya produksi film dan musik

dikurangi. Dapat dilakukan dengan cara membuat kemasan yang bahannya

murah, tidak perlu yang terlalu mahal. Di samping itu, pemerintah juga

berperan dengan mengurangi atau menurunkan biaya cukai (pajak) yang

dikenakan pada industri film dan musik, sehingga harga yang dikenakan pada

film dan musik yang dijual ke konsumen dapat diturunkan. Dan tentu saja

dengan harga yang lebih murah diharapkan dapat dijangkau oleh semua

kalangan masyarakat, sehingga mengurangi tingkat pembelian film dan musik

bajakan.

16

Page 17: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DAFTAR PUSTAKA

http://yuli0.wordpress.com/2008/10/21/tugas-tik-xa-hak-cipta/

http://www.uufaq.co.cc/2008/05/di-balik-kota-kembang.html

http://library.usu.ac.id/index.php?

option=com_journal_review&id=4825&task=view

http://www.komisihukum.go.id/konten.php?

nama=Artikel&op=detail_artikel&id=102

http://www.kapanlagi.com/h/0000027735.html

http://www.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/04/tgl/25/time/

150129/idnews/929505/idkanal/399

http://ivanlesmana.multiply.com/journal/item/5/

Industri_Musik_Indonesia_Kiamat

http://www.antara.co.id/arc/2008/3/6/pembajakan-lagu-capai-500-juta-keping/

http://www.haki.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1119229262

http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_cipta

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembajakan

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0308/04/opi02.html

Jawa Pos, Minggu, 7 Desember 2008. Halaman 36.

17