pemberdayaan anak jalanan melalui program...
TRANSCRIPT
PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN
MELALUI PROGRAM PELATIHAN KETRAMPILAN
BERMUSIK
DI RUMAH SINGGAH BINA ANAK PERTIWI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk
Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Sosial ( S.Sos )
Oleh :
LABIB FAISHAL ARIQ
NIM : 1112054000003
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
i
ABSTRAK
Labib Faishal Ariq
Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program Pelatihan
Ketrampilan Bermusik di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi
Upaya memberdayakan masyarakat dapat dilakukan
melalui tiga cara, yaitu yang memungkinkan potensi masyarakat
untuk berkembang. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki,
dan memberdayakan masyarakat dalam arti melindungi dan
membela kepentingan masyarakat lemah. Pemberdayaan
menunjuk kepada kemampuan orang, khusunya kelompok rentan
dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki
kebebesan. Pada prakteknya kelompok rentan ini yaitu kelompok
anak jalanan kemudian dapat penulis lihat sebagai kelompok
yang diberdayakan oleh Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi.
Anak jalanan yang berada dengan cakupan wilayah Pasar Minggu
Jakarta Selatan dibina dengan berbagai keterampilan diantaranya
keterampilan bermusik
Keterampilan menjadi hal yang cukup penting dalam
kehidupan, karena salah satu tujuan dari pendekatan melalui
keterampilan adalah untuk mengembangkan sikap percaya diri,
bertanggung jawab, dan rasa kesetiakawanan sosial dalam
menghadapi berbagai problem kehidupan.
Pada praktek pemberdayaan Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi kemudian mengembangkan keterampilan anak jalanan
dengan bermain musik karena dipandang sebagai suatu praktek
pemberdayaan yang memiliki unsur pemungkinan paling besar.
Dimana pemberdayaan harus menciptakan suasana atau iklim
yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara
optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat
dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat
Pemberdayaan, Anak Jalanan, Bermusik
ii
KATA PENGANTAR
حيم حمن الر بسم هللا الر
Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Segala puja dan puji syukur
penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, yang mana telah
memberikan nikmat iman, islam, dan ikhsan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak pernah
berhenti tercurah kepada junjungan Nabi Besar Baginda
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan hingga zaman yang terang benderang seperti saat ini.
Kiranya penulis sangat menyadari kendala dalam
penulisan ini yang masih jauh dari kata sempurna, namun berkat
bantuan, kerjasama, bimbingan dan tentunya berkah dari Allah
SWT sehingga penulis mampu dan sanggup mengatasi kendala-
kendala yang dihadapi tersebut. Ucapan terima kasih dan
penghargaan yang begitu besar kepada Ibu Nurul Hidayati, S.Ag,
M.Pd, selaku pembimbing yang dengan sabar, tekun, tulus, dan
ikhlas dapat meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran dapat
memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan saran-saran yang
sangat berharga kepada penulis selama penyusunan skripsi.
Selanjutnya penulis dengan penuh kesadaran dan
ketulusan mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Afiffudin dan Ibu Parti tercinta yang tiada henti
melimpahkan rasa cinta dan kasih sayangnya, adik-adikku
tercinta berserta segenap keluarga besar dan saudara-
iii
saudara yang selalu mendoakan, memberi dukungan,
memberikan motivasi-motivasi sehingga penulis dapat
dengan lancar dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Ph. D, Wakil Dekan I Bidang
Akademik Dr. Siti Napsiyah, Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum Dr. Sihabudin Noor, M.Ag, Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan Cecep Satra Wijaya
MA.
3. Bapak Muhtadi, M,Si. selaku Ketua Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam dan Ibu WG Pramita
Ratnasari M,Si. selaku Sekertaris Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, Ibu Wati Nilamsari, M,Si. Selaku
Dosen Pembimbing Akademik. Terimakasih atas segala
motivasi dan dorongan yang telah diberikan selama
penulis menjalani masa studi di Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam.
4. Segenap Dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
dan seluruh Civitas Akademika yang telah memberikan
wawasan keilmuan dan bimbingan kepada penulis selama
menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah.
5. Pimpinan dan staf perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi serta perpustakaan utama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
fasilitas buku-buku dan referensi sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi.
iv
6. Bapak Ali Santoso selaku pimpinan Rumah Singgah Bina
Anak Pertiwi, yang telah memberikan izin dan membantu
penulis dalam melakukan penelitian di Rumah Singgah
tersebut.
7. Seluruh pengurus Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi
yang turut memberikan bantuan kepada penulis dalam
rangka mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk
kelancaran penulisan skripsi ini.
8. Segenap peserta pelatihan ketrampilan dan keluarga besar
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi yang telah
memberikan waktu dan bantuannya kepada penulis.
9. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam angakatan 2012, serta segenap Kakak
dan Adik kelas semua baik yang terlibat langsung maupun
tidak langsung yang telah memotivasi dan memberikan
semnagt serta dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan studi sampai akhir penyelesaian skripsi ini.
10. Kepada orang yang sangat spesial, terima kasih atas
dukungan, semangatnya, dorongan tanpa henti agar
penulis dapat menyelesaikan studi hingga penulisan akhir
skripsi.
v
11. Dan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu per satu, namun tanpa mengurangi
rasa terima kasih ini.
Ciputat, 10 Juli 2019
Labib Faishal Ariq
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................... viii
DAFTAR BAGAN ...................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................ 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 10
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 11
E. Metodologi Penelitian ..................................................... 12
F. Tinjauan Pustaka ............................................................. 20
G. Sistematika Penulisan ..................................................... 22
BAB II LANDASAN TEORI
A. PEMBERDAYAAN ...................................................... 24
1. Pengertiaan Pemberdayaan ....................................... 24
2. Strategi Pemberdayaan .............................................. 28
3. Tujuan Pemberdayaan ............................................... 33
4. Tahapan Pemberdayaan ............................................ 37
B. ANAK JALANAN ......................................................... 42
1. Pengertian Anak Jalanan ........................................... 42
2. Penanganan Anak Jalanan ......................................... 44
vii
C. PELATIHAN KETRAMPILAN ................................. 46
1. Pengertian Pelatihan Ketrampilan ............................. 46
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Singkat Berdirinya Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi ............................................................................. 55
B. Visi dan Misi ................................................................... 58
C. Struktur Personalia Rumah Singgah ............................... 59
D. Rekrutmen Warga Binaan ............................................... 60
E. Program Pelatihan Bermusik .......................................... 61
F. Mitra Kerja ...................................................................... 62
G. Gambaran Umum Wilayah Pasar Minggu ...................... 63
BAB IV PROSES PEMBERDAYAAN MELALUI
KETERAMPILAN BERMUSIK
A. Tahapan Pemberdayaan Melalui Ketrampilan Bermusik
......................................................................................... 66
B. Hasil Output yang Dicapai dari Program Pemberdayaan
Melalui Ketrampilan Bermusik ....................................... 72
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ..................................................................... 82
B. Saran ................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Informan............................................................. 16
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Susunan Personalia Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi ......................................................................................... 59
Bagan 4.1 Tahapan Pemberdayaan di Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi ......................................................................................... 68
Bagan 4.2 Keberhasilan Program Pelatihan Ketrampilan
Bermusik ..................................................................................... 73
Bagan 4.3 Indikator Keberhasilan Rumah Singgah ................... 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan kemiskinan yang terjadi di
Indonesia merupakan permasalahan yang sangat relevan
untuk terus menerus dikaji. Hal tersebut terjadi karena
permasalahan kemiskinan di Indonesia sendiri telah lama
hadir di sekitar kita dan semakin meningkat seiring krisis
multidimensional yang sampai saat ini masih tetap
dihadapi oleh bangsa kita. (Suharto 2005, 36) Hingga saat
ini seluruh elemen yang terkait masih terus menerus
mencari formula yang dirasa paling cocok dan pas untuk
menangani permasalahan kemiskinan, karena pada
hakekatnya permasalahan kemiskinan merupakan
persoalan klasik yang sudah lama hadir menemani umat
manusia. Strategi yang digunakan sampai saat ini masih
harus terus menerus mengalami perkembangan untuk bisa
menanggulangi permasalahan klasik ini. (Suharto 2005,
138) Optimalisasi yang belum sempurna dari upaya
mengatasi permasalahan kemiskinan tercermin dari masih
banyaknya angka pengangguran serta tingginya angka
kemiskinan yang selalu menjadi momok menakutkan
pemerintahan Indonesia dalam mengatasi permasalahan
ini. (Sherraden 2006, 50)
2
Pada hakikatnya sebagai mana yang telah
diamanatkan oleh Konstitusi Negara, pemberdayaan
kepada masyarakat miskin dan anak-anak kurang mampu
merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Negara,
karena seperti yang kita ketahui Negara Indonesia
memiliki angka kemiskinan yang masih tergolong tinggi.
Dari kerasnya kehidupan secara tak langsung melahirkan
berbagai macam persoalan baru yang berawal dari
kemiskinan, salah satunya Anak Jalanan yang hampir ada
di setiap sudut kota. Parahnya lagi, ada sekitar 33.400
anak jalanan di seluruh Indonesia, Jakarta merupakan kota
dengan Anak Jalanan terbanyak sekitar 7.600 anak,
sementara di Jawa Barat dan Jawa Tengah sekitar 5000
anak(Wartakota 2016), yang semua rentan menjadi obyek
eksploitasi, mulai dari obyek sosial, kekerasan, ekonomi,
hingga perdagangan.
Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI), Susanto menilai banyak faktor yang memicu
lahirnya Anak Jalanan ini. Dan Anak Jalanan ini
dimanfaatkan oleh para pihak yang tak bertanggung
jawab. Untuk menghilangkan tradisi yang menjadikan
anak sebagai alat untuk mengais keuntungan ekonomi
dengan menimbulkan rasa Iba untuk memberi maka
perubahan yang radikal di sektor mental masyarakat
Indonesia sangat perlu dilakukan.(Hendrian 2016)
3
Pemerintah selalu berinovasi mencari cara dengan
membuat program-program guna menanggulangi masalah
kemiskinan dan anak-anak kurang mampu (Anak
Jalanan). Namun sampai saat ini upaya yang dilakukan
dinilai masih belum efektif untuk mengurangi kemiskinan
serta meningkatkan perekonomian masyarakat Indonesia.
Dampak dari ketidakmampuan ekonomi orang tua
biasanya berimbas kepada anak-anak mereka yang
kemudian tidak dapat melanjutkan pendidikan. Bahkan
parahnya lagi anak-anak harus membantu ekonomi orang
tua dengan bekerja semisal mengamen, memulung atau
berjualan di jalanan. Kondisi ini tentunya sangat jauh dari
tujuan nasional yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
(Gunawan 1999, 121)
Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002
sudah sangat jelas menerangkan tentang hak-hak yang
didapatkan oleh anak, bahwa setiap anak berhak untuk
dapat hidup, tumbuh, berkembang, berpartisipasi secara
wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi,
serta memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasan
sesuai dengan minat dan bakat yang bertujuan untuk
memberdayakan dan memandirikan anak.(MA 2013, 8)
Tertulis juga dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak yang
menyebutkan bahwa, suatu tatanan kehidupan dan
4
penghimpunan dapat menjamin pertumbuhan dan
perkembangan secara wajar baik secara rohani, jasmani
maupun sosial.(UU 1979)
Dalam banyak kasus, di kalangan keluarga miskin
anak-anak biasanya bekerja demi meningkatkan
penghasilan keluarga atau rumah tangganya. Hubungan
kerja yang diterapkan pada pekerja anak ada bermacam-
macam bentuk. Sebagai buruh, anak-anak menerima
imbalan atau upah untuk pekerjaannya. Untuk pekerja
anak yang magang ada yang dibayar dan ada yang tidak
dibayar, sedangkan sebagai tenaga kerja keluarga
umumnya anak-anak tidak dibayar.(Suyanto 2010, 121)
Perkembangan dan masa depan anak akan sangat
terganggu apabila mereka harus terlibat dalam pemenuhan
ekonomi mengingat anak merupakan asset masa depan
suatu bangsa. Kondisi ini tentunya akan sangat
membutakan masa depan anak itu sendiri.
Islam mengajarkan agar anak-anak kurang mampu
dan anak yatim diasuh sebaik-baiknya, baik yang
menyangkut perkembangan kejiwaannya maupun yang
menyangkut kebutuhan jasmaninya. Salah satunya dengan
cara memberi kasih sayang atau memberi semangat secara
material dan moril.
5
Seperti yang tertera dalam QS AL MAA’UUN
dimana Allah SWT berfirman :
يه ) ب بالد ( ول يحض 2( فذلك الذي يدع اليتين )1أرأيت الذي يكذ
( الذيه هن عه صلتهن ساهىن 4( فىيل للمصليه )3المسكيه )على طعام
7( ويمنعىن الماعىن )6( الذيه هن يزاءون )5)
Artinya : “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?,
Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak
menganjurkan memberi Makan orang miskin, Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-
orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat
riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS.
Al-Maa’uun)
Surat Al-Maa’uun merupakan surat Makkiyah (yang
turun sebelum hijrah). Surat ini berisi penjelasan mengenai
orang-orang yang mendapat ancaman karena mendustakan hari
pembalasan. Sidat mereka adalah tidak menyayangi anak yatim
dan orang miskin, mereka juga lalai dari shalat dan riya’ di
dalamnya. Mereka pun enggan menolong orang lain dengan
harta atau pun suatu manfat. (Rumaysho 2017)
Upaya yang sering dilakukan dalam menangani
permasalahan anak-anak jalanan biasanya mencegah
mereka kembali ke jalanan dengan cara memasukkannya
ke berbagai “Rumah Singgah”, tempat-tempat pelatihan
atau dengan cara menangkap mereka, memasukkan ke
tempat anak-anak nakal, atau tindak kekerasan lain.
Namun upaya-upaya tersebut dinilai masih belum mampu
6
menyelesaikan permasalahan anak jalanan secara tuntas.
(Suyanto 2010, 199)
Untuk menghadapi permasalahan anak jalanan,
telah banyak sekali berdiri lembaga-lembaga sosial dan
pemerintah yang diharapkan dapat membantu persoalan
yang dihadapi anak jalanan tersebut, salah satu lembaga
yang banyak berdiri adalah rumah singgah. Hadirnya
rumah singgah disini setidaknya sedikit membantu
mengurangi masalah anak jalanan. Di dalam rumah
singgah nantinya para anak jalanan mendapatkan
pendidikan untuk menjadi anak yang lebih disiplin, tidak
hanya itu mereka juga dibekali dengan ketrampilan-
ketrampilan untuk masa depan mereka, agar mereka
mampu mengatasi kemiskinan yang mereka alami.
Tujuan dari didirikannya Rumah Singgah ini agar
dapat membantu misi pemerintah dalam menangani
masalah-masalah anak jalanan. Rumah singgah tidak
hanya dijadikan sebagai tempat tinggal bagi anak-anak
jalanan untuk sementara waktu tetapi mereka juga
memperoleh binaan dari pengurus rumah singgah
tersebut. Sehingga diharapkan dengan mendapatkan
binaan dan bimbingan kehidupan anak-anak tersebut
menjadi lebih baik dan mereka diharapkan tidak turun lagi
ke jalan.
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi melihat
realitas sosial yang terjadi di sekitar mereka tersebut
sebagai sebuah wadah atau cara untuk membantu
7
masyarakat khususnya memberikan wadah bagi anak
jalanan dengan memberikan perhatian, dengan cara
memberikan pembinaan dan kesempatan menempuh
pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu
atau dhu’afa. Berangkat dari kondisi dan pemikiran
tersebut di atas, maka Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi
membuat program-program guna mengasah pengetahuan
dan ketrampilan anak asuhnya agar mempunyai
ketrampilan dan daya saing SDM yang dibutuhkan di
dunia kerja nantinya. Untuk itulah, Rumah Singgah Bina
Anak Pertiwi, dengan motto, ”bersama untuk bangsa”,
telah melaksanakan berbagai program untuk membantu
pemerintah, seperti, Bimbingan Agama dan Etika
Bermasyarakat, Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan
Kerja, Pengembangan Seni Budaya (Minat dan Bakat),
Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan, Pengembangan
Usaha Mandiri serta Penempatan Kerja.(Profil Rumah
Singgah)
Salah satu program yang menjadi andalan untuk
membantu kehidupan masa depan Anak Jalanan dengan
memberikan pelatihan-pelatihan seperti Musik. Pelatihan-
pelatihan seperti ini diharapkan dapat merubah peserta
didik untuk mau belajar bagaimana cara memelihara
tubuhnya, tumbuh menjadi dirinya sendiri dan mencapai
tujuan di dalam kehidupannya.(InfoDikNas) Dengan
adanya program pelatihan musik yang diberikan,
diharapkan dapat menjadi batu loncatan bagi Anak
8
Jalanan agar dapat lebih terarah dalam melakukan
hobinya seperti bermain musik supaya lebih bisa
meningkatkan taraf ekonomi kehidupan mereka.
Penulis menjadikan Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi sebagai tempat penelitian skripsi, karena penulis
melihat kemampuan para pengurus dalam memberikan
pembinaan dan latihan yang dilakukan dengan benar
kepada anak-anak asuh tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari agar mereka
mampu bertahan untuk menjalani kehidupannya serta
bermanfaat bagi orang lain.
Anak-anak jalanan di Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi mampu belajar untuk meningkatkan ketrampilan
yang mereka minati, mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan, serta untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian di
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi untuk melihat
bagaimana tahapan pelaksanaan pemberdayaan anak
jalanan melalui program pelatihan ketrampilan bermusik
di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi dan tentu juga
untuk mencari adanya relevansi antara konsentrasi studi
penulis dengan proses pemberdayaan yang terjadi di
Rumah Singgah sebagai bahan penelitian.
9
Berdasarkan alasan serta keingintahuan dari
penulis tentang proses pemberdayaan di atas penulis
menuangkannya dalam penelitian skripsi dengan judul
“Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Program
Pelatihan Ketrampilan di Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dijelaskan sebelumnya, dengan begitu banyaknya
persoalan yang dihadapi oleh Anak Jalanan sehingga
menjadikan mereka kelompok yang lemah serta tanpa
tujuan hidup yang jelas, perlu adanya bantuan dari
segala pihak salah satunya disini Rumah Singgah Bina
Anak Pertiwi dengan program pelatihan
ketrampilannya diharapkan dapat membantu mereka
untuk meningkatkan kualitas hidup, menemukan
potensi dalam diri mereka agar dapat menjadi
masyarakat yang lebih mandiri.
Serta penulis ingin memastikan bahwa
program pemberdayaan melalui pelatihan ketrampilan
bermusik dapat mencapai sasaran serta tujuan yang
telah direncanakan sebelumnya, penulis juga ingin
melihat adanya korelasi dalam pelaksanaan program
dengan teori tahapan atau proses pemberdayaan yang
penulis pelajari.
10
Untuk pencapaian hasil yang maksimal dalam
penelitian ini maka penulis hanya membatasi pada
masalah yang terkait dengan tahapan pemberdayaan
Anak jalanan yang dilakukan Rumah Singgah Bina
Anak Pertiwi melalui program pelatihan ketrampilan
bermusik
2. Rumusan Masalah
Melihat dari pembatasan masalah diatas, maka penulis
merumuskan masalah pokok sebagai berikut :
a. Bagaimana tahapan pelaksanaan program
pemberdayaan melalui pelatihan bermusik di
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi ?
b. Apa saja hasil yang dicapai dari pelaksanaan
program pemberdayaan melalui pelatihan
bermusik di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah
penulis rumuskan diatas, maka tujuan dari penulisan ini
adalah
a. Untuk mengetahui tahapan-tahapan pelaksanaan
program pemberdayaan melalui pelatihan
bermusik di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi.
b. Untuk mengetahui hasil yang dicapai dari
pelaksanaan program pemberdayaan melalui
pelatihan bermusik di Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi.
11
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan bagi penulis dan dapat memberikan
informasi yang jelas mengenai pengembangan
ketrampilan anak jalanan melalui pelatihan ketrampilan
musik di rumah singgah bina anak pertiwi.
Manfaat penelitian ini terbagi menjadi manfaat
akademik dan manfaat praktik :
a. Manfaat Akademik
1. Sebagai sarana bagi penulis untuk mengasah
kemampuan dalam melakukan penelitian dan
penulisan karya ilmiah.
2. Untuk mengembangkan wawasan dan
pengetahuan keilmuan penulis mengenai
tahapan dalam pemberdayaan anak jalanan,
yang dalam penelitian ini melalui pelatihan
ketrampilan bermusik.
3. Penulis berharap hasil dari penelitian ini
mampu untuk menjadi bahan masukan bagi
pengembangan penelitian serupa di masa yang
akan datang.
b. Manfaat Praktik
1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan
masukan bagi lembaga-lembaga sosial lainnya
agar lebih mengembangkan kegiatan-kegiatan
12
ketrampilan yang berkaitan dengan
Pemberdayaan anak jalanan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
evaluasi bagi pengurus Rumah Singgah Bina
Anak Pertiwi untuk lebih memberikan Inovasi
dan Kreasinya agar anak asuhnya lebih dapat
berkarya.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam sebuah penelitian
sangat diperlukan untuk mencapai tujuan dari sebuah
penelitian itu sendiri. Metode merupakan cara atau teknis
yang dilakukan dalam proses penelitian sedangkan
penelitian adalah upaya dalam bidang ilmu pengetahuan
yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan
prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis
untuk mewujudkan kebenaran.(Mardalis 2008, 24)
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah jenis pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penulisan misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dll. Secara holistic, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khususnya alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah.(Moleong 2007, 6)
13
Dalam jenis penelitian ini dilakukan juga
pemberian berbagai pelaksanaan gunanya untuk
mendapatkan manfaat yang lebih luas, biasanya. Dengan
ciri-ciri pokok penelitian kualitatif sebagai
berikut.(Nawawi 1991, 31)
a. Dengan cara memusatkan perhatian pada masalah-
masalah yang ada pada saat penulisan dilakukan
(saat sekarang) atau masalah-masalah yang
bersifat aktual.
b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang
sedang diselidiki dengan sebagaimana adanya,
diiringi dengan interpretasi rasional.
Berdasarkan definisi diatas, penulis nantinya akan
melakukan penelitian dengan cara menguraikan fakta-
fakta yang terjadi di lapangan lalu kemudian diolah,
dikaji, dan dianalisis agar dapat menghasilkan suatu
kesimpulan berdasarkan hasil dari penelitian lapangan
(field research). Penulis ingin melihat bagaimana proses
tahapan dalam melaksanakan program pemberdayaan
terhadap anak jalanan melalui program ketrampilan di
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Singgah Bina
Anak Pertiwi Pasar Minggu Jakarta Selatan. Alasan
penulis memilih lokasi tersebut karena merupakan
lembaga yang perduli terhadap kesejahteraan anak
jalanan, disana anak jalanan mendapatkan perhatian yang
14
lebih serta pelatihan-pelatihan yang dapat
mengembangkan bakat mereka. Rumah Singgah Bina
Anak Pertiwi juga memiliki program dalam
pemberdayaan Anak Jalanan sehingga dapat membantu
mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh para Anak
Jalanan binaan mereka. Adapun waktu yang digunakan
untuk penelitian ini yaitu 3 bulan dimulai sejak April
2019 hingga bulan Juni 2019.
3. Sumber Data
Untuk sumber data yang penulis gunakan didapat
melalui sumber primer dan sumber sekunder:
Sumber primer adalah sumber data yang langsung
penulis dapatkan dari Informan,(Sugiyono 2012, 62)
dalam penelitian ini yang menjadi sumber primer yaitu
Pengurus Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi terdiri dari
Ketua Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, Guru pelatihan
ketrampilan bermusik, serta para anak didik yang
mengikuti program pelatihan ketrampilan bermusik
Sedangkan untuk sumber data sekunder
merupakan sumber data yang penulis dapatkan secara
tidak langsung, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen-dokumen.(Sugiyono 2012, 62) Dapat juga
berupa modul atau brosur-brosur, melalui majalah atau
internet yang berkaitan dengan keperluan pendukung
penulisan yang sedang penulis kerjakan.
15
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, pengumpulan data
dalam penulisan ini adalah dengan menggunakan
beberapa metode sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara merupakan metode yang
dilakukan untuk mengumpulkan data dengan
melakukan tanya jawab yang dilakukan oleh dua
pihak yaitu pewawancara dan terwawancara. Dengan
tujuan untuk mengkonstruksikan mengenai orang,
kejadian, organisasi, perasaan, dan motivasi.(Lin dan
Tristiadi 2004, 32)
Metode wawancara ini penulis pergunakan
untuk mendapatkan data melalui informasi yang
sebelumnya sudah ditanyakan terlebih dahulu kepada
responden.(Hidayati 2006, 39) Wawancara yang
dilakukan oleh penulis disini dengan bertatap muka
secara langsung dan mewawancarai narasumber
kepala Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi. Setelah
mewawancarai kepala Rumah Singgah kemudian
narasumber berkembang kepada anak didik dan guru
pelatihan bermusik. Adapun jumlah narasumber dari
anak didik yang diwawancarai sebanyak 4 orang dari
16
jumlah 8 orang peserta pelatihan ketrampilan
bermusik.
Dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan
yang telah disusun oleh penulis. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut disesuaikan dengan penelitian
yang berhubungan dengan proses atau tahapan
pemberdayaan anak jalanan melalui pelatihan
ketrampilan bermusik. Dengan demikian dapat
memperluas data yang diperlukan dalam penulisan ini.
Tabel 1.1
Data Informan
No Jabatan Jumlah Tanggal Pertemuan
1. Ketua Rumah
Singgah
1 Selasa 4 Juni 2019
2. Anak didik
Peserta Pelatihan
Ketrampilan
Bermusik
4 Minggu 9 Juni 2019
Senin 10 Juni 2019
b. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan
data yang dibutuhkan dengan cara melakukan
pengamatan secara langsung terhadap objek-objek
penulisan. Sutrisno Hadi menjelaskan bahwa
observasi merupakan suatu proses yang kompleks dan
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.
Dua diantaranya yang terpenting adalah proses dan
17
pengamatan. (Sugiyono 2012, 203) Menurut
Surachmad Winarno dalam buku Pengantar Metode
Ilmiah observasi adalah proses pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara pengamatan secara
sistematik terhadap obyek yang akan diteliti, artinya
disengaja dan terencana, bukan kebetulan atau melihat
sepintas.(Surachmad 1982, 132)
Untuk observasi yang penulis lakukan yaitu
dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi
dalam mencari dan memahami apakah proses
pemberdayaan yang dilakukan di Rumah Singgah
Bina Anak Pertiwi sudah sesuai dengan teori yang
penulis pelajari mengenai proses atau tahapan
pemberdayaan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik yang
dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen dan pustaka yang
kemudian dijadikan sebagai bahan analisis dalam
penelitian ini. Dokumentasi dapat berupa catatan
peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang.(Sugiyono 2012, 329) Dalam penelitian ini,
penulis melakukan dokumentasi pada saat sedang
melakukan observasi ataupun wawancara untuk
menggali data yang dibutuhkan terkait penulisan ini,
18
dokumentasi juga digunakan sebagai data tambahan
apabila dibutuhkan.
5. Metode Analisa Data
Metode analisa data yang penulis gunakan
dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif
kualitatif, yaitu penyajian data yang diperoleh dari
hasil penulisan. Dengan melakukan analisa nantinya
akan diperoleh gambaran sistematika mengenai isi
suatu dokumentasi, observasi, dan interview yang
telah di lakukan. Data yang diperoleh diteliti isinya
yang kemudian dapat diklasifikasikan menurut kriteria
atau pola tertentu.(Moleong 2007, 3)
Pada tahap analisa data penulis melakukan
observasi langsung di lapangan, untuk mendukung
teknik observasi penulis juga melakukan wawancara
guna menguatkan temuan-temuan di lapangan, tidak
lupa juga untuk mengabadikan semuanya dalam
bentuk dokumentasi yang nantinya teknik
dokumentasi dapat membantu penulis dalam
menguatkan penelitian yang sedang dilakukan. Semua
data yang penulis dapatkan kemudian digabung
menjadi satu untuk nantinya dipilah atau diseleksi hal
yang penting dan pokok sesuai dengan perumusan
masalah atau rancangan konsep yang sudah
direncanakan sebelumnya.
19
6. Triangulasi Data
Untuk mengecek keabsahan data dalam
penelitian ini penulis menggunakan teknik triangulasi
data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi data
merupakan teknik yang dipakai untuk memeriksa
keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang
lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap
objek penulisan.
Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi
sebagai gabungan atau kombinasi dalam berbagai
metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang
saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang
berbeda. Menurut Norman, triangulasi data meliputi
empat hal, yaitu: (1) triangulasi metode, (2)
triangulasi antar-penulis (jika penulisan dilakukan
dengan kelompok), (3) triangulasi sumber data, dan
(4) triangulasi teori.
Penulis menggunakan dua macam di antara
model triangulasi yang ada diatas yaitu triangulasi
metode dan triangulasi sumber data. Dalam hal ini
penulis menanyakan pertanyaan yang sama kepada
beberapa narasumber dan melakukan pengecekan
sumber data dari hasil wawancara. Dari semua data
narasumber yang penulis dapat dapat menjadi bahan
untuk pengabsahan data. Selain itu penulis juga
menggunakan triangulasi metode dimana dokumentasi
menjadi bahan untuk pengabsahan data.
20
F. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian penulis juga
melakukan pengamatan dari berbagai sumber penelitian
skrispi lain, jadi tidak menutup kemungkinan terdapat
beberapa persamaan baik dari segi teori hingga
metodologi penelitian yang dipergunakan. Tujuan dari
Tinjauan Pustaka ini sendiri untuk perbandingan penulis
dengan beberapa judul yang membahas penulisan yang
sama. Berikut ini terdapat beberapa penelitian skripsi
yang penulis gunakan sebagai tinjauan pustaka antara
lain:
Judul Skripsi : Tahapan Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Program
Urban Farming Yayasan Bunga
Melati Indonesia (YBMI) Di
Perigi Baru
Penulis : Budhi Baihakki
NIM : 1111054000010
Jurusan : Pengembangan Masyarakat
Islam, Tahun Lulus 2016
Skripsi ini membahas tentang tahapan pemberdayaan
masyarakat melalui program urban farming Yayasan
Bunga Melati Indonesia (YBMI) di Perigi Baru.
Pada skripsi yang di tulis Budhi Baihakki memfokuskan
pada bagaimana yayasan Bunga Melati Indonesia
melakukan tahapan pemberdayaan kepada masyarakat di
Perigi Baru, memiliki persamaan pada apa yang menjadi
21
fokus permasalahan penulisan dengan yang penulisan
skripsi penulis, tetapi memiliki perbedaan pada objek
serta tempat penulisannya. Skripsi di atas memiliki
program Urban Farming dalam pemberdayaannya,
sedangkan skripsi penulis pemberdayaan melalui program
ketrampilan bermusik terhadap objeknya anak jalanan.
Judul Skripsi : Upaya Yayasan Bina Insan
Mandiri “MASTER” dalam
Pemberdayaan Anak Jalanan
Melalui Program Pelatihan
Ketrampilan Komputer di Depok
Jawa Barat
Penulis : Vivih Rahmawati
NIM : 1110054000006
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam,
Tahun Lulus 2014
Pada skripsi ini Vivih membahas tentang upaya
pemberdayaan anak jalanan melalui program pelatihan
komputer yang dilakukan oleh yayasan bina insan mandiri
dalam pemberdayaan anak jalanan. Penulis melihat
adanya persamaan objek yang diteliti yaitu pemberdayaan
anak jalanan, pada skripsi di atas mengambil tempat di
sekolah Master Depok, sedangkan penulis membuat
penulisan di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, serta
program pemberdayaannya yang berbeda, dimana skripsi
diatas melalui program pelatihan ketrampilan komputer,
22
sedangkan yang akan penulis angkat pelatihan
ketrampilan bermusik.
G. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan ini mengacu pada
pedoman penulisan Karya Ilmiah standar Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terbitan
CeQDA. Sistematika penulisan diperlukan untuk
mempermudah dalam pemahaman dan penyusunan
skripsi, sistematika pembahasan dalam penulisan ini
penulis pecah ke dalam lima bab, dengan perincian
sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini penulis menjelaskan
tentang Latar Belakang Masalah yang menjadi fokus
penelitian, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penulisan, Metodologi Penulisan, Tinjauan
Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini penulis menerangkan tentang
kerangka teori yang membantu dalam penulisan, meliputi
definisi Pemberdayaan, definisi Anak Jalanan, serta
definisi mengenai Pelatihan ketrampilan yang dalam
penelitian ini menjadi Program yang dapat membantu
Anak Jalanan menjadi lebih baik dalam segala hal.
23
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada bab ini penulis memaparkan tentang
gambaran umum lokasi penulisan, yakni mencakup
sejarah, visi dan misi, struktur kepengurusan Rumah
Singgah, sumber dana Rumah Singgah, dan program
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi.
BAB IV ANALISIS
Pada bab ini penulis memberikan analisis hasil
temuan lapangan mengenai Proses atau Tahapan
Pemberdayaan oleh Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi
melalui pelatihan ketrampilan bermusik serta mencari
korelasi temuan di lapangan dengan teori mengenai proses
pemberdayaan yang penulis pelajari.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian ini,
yang di dalamnya berisikan mengenai kesimpulan, saran-
saran dan kata penutup. Daftar pustaka dan lampiran
lampiran yang terkait dengan penulisan ini.
24
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan
atau keberdayaan). Karenanya, ide utama
pemberdayaan bersentuhan langsung dengan konsep
mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali
diidentikan dengan kemampuan kita untuk
menjadikan orang lain melakukan apa yang kita
inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.
Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan
berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Pengertian ini
menjelaskan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang
tidak berubah atau dengan kata lain tidak dapat
dirubah.(Suharto 2005, 57)
Istilah pemberdayaan ini merupakan
terjemahan dari istilah asing yaitu empowerment.
Secara teknis istilah pemberdayaan ini dapat
disamakan atau setidaknya diserupakan dengan istilah
pengembangan, dan istilah ini dalam batasan-batasan
tertentu dapat dipertukarkan. Dalam pengertian lain,
pemberdayaan atau pengembangan – atau tepatnya
pengembangan sumber daya manusia – adalah upaya
memperluas horizon pilihan bagi masyarakat. Ini
25
berarti masyarakat diberdayakan agar memiliki dan
memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.
Dengan demikian, proses pengembangan dan
pemberdayaan akan menyediakan sebuah ruang
kepada masyarakat yang memiliki kualitas.
(Machendrawati dan Safe’I 2001,41)
Inti dari pemberdayaan yang dijelaskan oleh
Syamsir Salam merujuk pada kemampuan yang
dimiliki oleh individu, kelompok ataupun komunitas
dalam usahanya untuk mengontrol dan mengusahakan
kehidupan mereka serta membentuk masa depan
sesuai dengan apa yang mereka impikan. (Salam dan
Fadhilah 2008)
Pemberdayaan yang dijelaskan oleh
Dr.Zubaedi adalah dengan cara memberikan sumber
daya, kesempatan, pengetahuan dan ketrampilan
sesuai minat dan bakat kepada warga miskin agar
nantinya mereka mampu menentukan sendiri masa
depan dan dapat berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat. (Zubaedi 2013, 43)
Pemberdayaan menunjuk kepada kemampuan
orang, khusunya kelompok rentan dan lemah sehingga
mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a)
memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka
memiliki kebebesan (freedom), dalam arti bukan saja
bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari
kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari
26
kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif
yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatnya dan memperoleh barang-barang dan jasa-
jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi
dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan
yang mempengaruhi mereka. (Suharto 2005, 58)
Menurut Parsons yang dikutip oleh Edi
mengatakan Pemberdayan merupakan sebuah proses
dengan mana orang yang lemah menjadi cukup kuat
untuk ikut berpartisipasi dalam melakukan
pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap
kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang
mempengaruhi kehidupannya dan memiliki kehidupan
yang cukup untuk mempengaruhi kehidupan orang
lain yang menjadi perhatian dirinya. (Suharto 2005,
59)
Menurut pakar Mc. Ardle dalam buku
Sosiologi Pedesaan pemberdayaan disini dilakukan
kepada orang-orang yang telah mengambil keputusan
untuk dapat melaksanakannya secara konsekuen.
Orang orang yang telah mencapai tujuan kolektif
diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan
merupakan suatu keharusan nantinya mereka untuk
lebih diberdayakan melalui usaha yang mereka
lakukan sendiri dan mendapatkan penambahan
pengetahuan, keterampilan, serta sumber lainnya yang
dibutuhkan dalam rangka pencapaian tujuan mereka
27
tanpap perlu bergantung pada pertolongan orang lain.
(Salam dan Fadhilah 2008)
Jim Ife menjelaskan dalam buku Zubaedi,
bahwa pemberdayaan dilakukan dengan cara
memberikan sumber daya, kesempatan, pengetahuan,
dan ketrampilan kepada warga yang lemah agar
mereka mampu untuk meningkatkan kemampuan
mereka dalam menentukan masa depannya sendiri dan
berpartisipasi serta sanggup mempengaruhi kehidupan
dari masyarakatnya. Sementara itu, World Bank
mengartikan pemberdayaan sebagai perluasan asset
yang dimiliki dan bagaimana kemampuan masyarakat
miskin dalam menegosiasikan, memengaruhi,
mengontrol dan mengendalikan tanggung jawab
lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.
(Zubaedi 2013, 75)
Dengan demikian pemberdayaan merupakan
sebuah proses dan tujuan. Jika dilihat dalam konteks
proses, pemberdayaan disini adalah suatu kegiatan
yang bertujuan untuk memperkuat kekuasaan atau
memberdayakan kelompok yang lemah dalam
masyarakat, termasuk juga individu-individu yang
mengalami masalah dalam hal kemiskinan. Sedangkan
dalam konteks tujuan maka pemberdayaan menunjuk
pada keadaan masyarakat atau hasil yang ingin dicapai
nantinya oleh sebuah perubahan sosial, yaitu
masyarakat yang dapat berdaya, memiliki kekuasaan
28
atau mempunyai pengetahuan yang cukup serta
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
baik yang besifat fisik, ekonomi, maupun sosial
seperti: memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai
tujuan sering kali digunakan sebagai indikator
keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.
(Suharto 2005, 59)
Menurut penjelasan yang telah diuraikan di
atas penulis mengambil kesimpulan bahwa
pemberdayaan merupakan suatu usaha seseorang atau
kelompok dalam mengembangkan potensi dan
kemampuan yang mereka miliki dengan memberikan
kekuasaan penuh kepada diri mereka dalam
menentukan jalan dan tujuan hidup mereka serta dapat
mempertanggung jawabkan atas apa yang telah
menjadi pilihan hidup mereka tanpa adanya lagi
merasa ketergantungan terhadap orang lain.
2. Strategi Pemberdayaan
Menurut Parsons yang penulis kutip dari buku
Edi Suharto menyatakan bahwa proses yang dilakukan
untuk pemberdayaan umumnya dilakukan secara
bersama-sama. Menurutnya, tidak ada literature yang
menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi
29
dalam relasi satu lawan satu antara pekerja sosial dan
klien dalam setting pertolongan perseorangan.
Meskipun pemberdayaan seperti ini dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri
klien. Dalam konteks pekerjaan sosial pemberdayaan
dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra
pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo,
dan makro.
a. Aras Mikro. Pemberdayaan dengan aras ini
dilakukan kepada klien secara individual
melalui bimbingan, konseling, stress
management, crisis intervention. Tujuannya
untuk dapat membimbing atau melatih klien
agar mampu menjalankan tugas-tugas
kehidupannya. Model aras ini biasa disebut
sebagai Pendekatan yang Berpusat pada Tugas
(Task centered approach).
b. Aras Mezzo. Pemberdayaan yang dilakukan
terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan
model ini dilakukan dengan menggunakan
kelompok sebagai media intervensi. Dengan
cara memberikan pendidikan dan pelatihan,
dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-sikap
klien agar mampu memiliki kemampuan
memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
30
c. Aras Makro. Pendekatan pada model ini biasa
disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar
(Large System Strategi), karena jangkauan
sasaran yang menjadi targetnya pada system
lingkungan yang lebih luas. Perumusan
kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi
sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat,
manajemen konflik, adalah beberapa strategi
dalam pendekatan ini. Strategi Sistem Besar
ini memandang klien sebagai orang yang
memiliki kompetensi untuk memahami situasi-
situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta
menentukan strategi yang tepat untuk
bertindak. (Suharto 2005, 66)
Dubois dan Miley dalam buku Edi memberi
beberapa cara atau teknik yang lebih spesifik yang
dapat dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat.
a. Membangun relasi pertolongan yang:
1. Merefleksikan respon empati.
2. Menghargai pilihan dan hak klien
menentukan nasibnya sendiri (self-
determination).
3. Menghargai perbedaan dan keunikan
individu.
4. Menekankan kerjasama klien (client
partnership).
31
b. Membangun komunikasi yang:
1. Menghormati martabat dan harga diri
klien.
2. Mempertimbangkan keragaman individu.
3. Berfokus pada klien.
4. Menjaga kerahasiaan klien.
c. Terlibat dalam pemecahan masalah yang:
1. Memperkuat partisipasi klien dalam semua
aspek proses pemecahan masalah.
2. Menghargai hak-hak klien.
3. Merangkai tantangan-tantangan sebagai
kesempatan belajar.
4. Melibatkan klien dalam pembuatan
keputusan dan evaluasi.
d. Merefleksikan sikap dan nilai profesi
pekerjaan sosial melalui:
1. Ketaatan terhadap kode etik profesi.
2. Keterlibatan dalam pengembangan
professional, riset, dan perumusan
kebijakan.
3. Penerjemahan kesulitan-kesulitan pribadi
ke dalam isu-isu publik.
4. Penghapusan segala bentuk diskriminasi
dan ketidaksetaraan kesempatan. (Suharto
2005, 68)
Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan
pemberdayaan dapat dicapai melalui penerapan
32
pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat
menjadi 5P, yaitu:
1. Pemungkinan: pemberdayaan harus mampu
menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat
berkembang secara optimal. Pemberdayaan
disini bertujuan untuk membebaskan
masyarakat dari sekat-sekat kultural dan
struktural yang menghambat.
2. Penguatan: untuk memperkuat pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki oleh
masyarakat dalam memecahkan masalah dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Pemberdayaan harus mampu menumbuh
kembangkan segenap kemampuan dan
kepercayaan diri masyarakat yang menunjang
kemandirian mereka.
3. Perlindungan: dapat melindungi masyarakat
terutama kelompok-kelompok yang lemah agar
tidak terus mengalami penindasan oleh
kelompok kuat, serta menghindari terjadinya
persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak
sehat) antara yang kuat dan lemah, dan
mencegah terjadinya eksploitasi yang
dilakukan kelompok kuat terhadap kelompok
lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada
penghapusan segala jenis diskriminasi dan
33
dominasi yang tidak menguntungkan rakyat
kecil.
4. Penyokongan: harus mampu memberikan
bimbingan dan dukungan agar masyarakat
mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas
kehidupan sebagai mana mestinya.
Pemberdayaan harus mampu menyokong
masyarakat agar tidak kembali terjatuh ke
dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah
dan terpinggirkan.
5. Pemeliharaan: nantinya mampu memelihara
kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara
berbagai kelompok dalam masyarakat.
Pemberdayaan harus mampu menjamin
keselarasan dan keseimbangan yang
memungkinkan kepada setiap orang untuk
memperoleh kesempatan berusaha. (Suharto
2005, 59)
3. Tujuan Pemberdayaan
Upaya pemberdayaan yang dilakukan kepada
masyarakat umumnya mencakup dua kegiatan
penting. Pertama, mampu membebaskan dan
menyadarkan masyarakat. Kegiatan ini bersifat
subjektif dan memihak kepada masyarakat yang
tertindas dalam rangka memberikan fasilitas kepada
34
mereka dalam suatu proses penyadaran sehingga
memungkinkan lahirnya upaya untuk pembebasan diri
dari kemiskinan dan keterbelakangan. Kedua, dapat
menggerakkan serta berpartisipasi dan etos swadaya
masyarakat. (Zubaedi 2013, 81)
Tujuan utama dari pemberdayaan adalah untuk
menjadikan masyarakat khususnya kelompok yang
lemah dan tidak berdaya, baik karena kondisi internal
maupun karena kondisi eksternal sehingga menjadi
kuat dan memiliki kekuasaan. Terdapat beberapa
kelompok yang masuk ke dalam kategori sebagai
kelompok yang lemah dan tidak berdaya meliputi:
a. Kelompok lemah secara struktural, baik lemah
secara kelas, gender, maupun etnis.
b. Kelompok lemah khusus, seperti manula,
anak-anak dan remana, penyandang cacat, dan
masyarakat terasing.
c. Kelompok lemah secara personal, yakni
mereka yang mengalami masalah pribadi
dan/atau keluarga. (Suharto 2005, 60)
Dalam buku Totok Mardikanto menyebutkan
bahwa terdapat beberapa tujuan pemberdayaan
meliputi beragam upaya dalam rangka perbaikan
diantaranya sebagai berikut :
1. Perbaikan pendidikan (better education) dalam
arti bahwa pemberdayaan harus dirancang
sebagai suatu bentuk pemberian pendidikan
35
yang lebih baik. Perbaikan pendidikan yang
dilakukan melalui pemberdayaan, tidak
terbatas pada: perbaikan materi, perbaikan
metoda, perbaikan yang menyangkut tempat
dan waktu, serta hubungan fasilitator dan
penerima manfaat, tetapi yang lebih penting
adalah perbaikan pendidikan yang mampu
menumbuhkan semangat belajar seumur hidup.
2. Perbaikan asebilitas (better accessibility).
Dengan tumbuh dan berkembangnya semangat
belajar seumur hiidup, diharapkan masyarakat
yang lemah akan memperbaiki aksebilitasnya,
utamanya tentang aksebilitas dengan sumber
informasi/ inovasi, sumber pembiayaan,
penyedia produk dan peralatan, lembaga
pemasaran.
3. Perbaikan tindakan (better action). Dengan
berbekal perbaikan pendidikan dan perbaikan
aksebilitas yang didapat dengan beragam
sumberdaya yang lebih baik, diharapkan akan
terjadi tindakan-tindakan yang semakin lebih
baik.
4. Perbaikan kelembagaan (better institution).
Dengan perbaikan tindakan/kegiatan yang
dilakukan, diharapkan akan memperbaiki
kelembagaan, termasuk pengembangan
jejaring kemitraan-usaha.
36
5. Perbaikan usaha (better bussines). Dengan
perbaikan (semangat belajar), perbaikan
aksebilitas, kegiatan dan perbaikan
kelembagaan, diharapkan akan memperbaiki
bisnis yang dilakukan.
6. Perbaikan pendapatan (better income). Dengan
terjadinya perbaikan bisnis yang dilakukan,
diharapkan akan dapat memperbaiki
pendapatan yang diperolehnya, termasuk
pendapatan keluarga dan masyarakatnya.
7. Perbaikan lingkungan (better environment).
Perbaikan pendapatan diharapkan dapat
memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial),
karena kerusakan lingkungan seringkali
disebabkan oleh kemiskinan atau pendapatan
yang terbatas.
8. Perbaikan kehidupan (better living). Tingkat
pendapatan dan keadaan lingkungan yang
membaik, diharapkan dapat memperbaiki
keadaan kehidupan setiap keluarga dan
masyarakat.
9. Perbaikan masyarakat (better community).
Keadaan kehidupan yang lebih baik, yang
didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial)
yang lebih baik, diharapkan akan terwujud
kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.
(Mardikanto dan Soebiato 2015, 111)
37
4. Tahapan Pemberdayaan
Mengutip buku yang ditulis Isbandi Rukminto
Adi dengan judul Pemberdayaan Pengembangan
Masyarakat, menyebutkan ada beberapa tahapan yang
harus dilalui dalam melakukan pemberdayaan.
Tahapan tersebut antara lain:
a. Tahapan Persipan (engagement)
Pada tahap ini sekurang-kurangnya ada dua
tahapan yang harus dikerjakan, yaitu
penyiapan petugas dan penyiapan lapangan.
Penyiapan petugas dalam hal ini tenaga
pemberdaya masyarakat yang bisa juga
dilakukan oleh community worker, dan
penyiapan lapangan merupakan prasyarat
suksesnya suatu program pemberdayaan
masyarakat yang pada dasarnya diusahakan
dilakukan secara non-direktif.
b. Tahapan Pengkajian (assesment)
Proses assesment yang dilakukan disini dapat
dilakukan secara individu melalui tokoh-tokoh
yang ada di masyarakat (key-person), tetapi
dapat juga melalui kelompok-kelompok yang
berpengaruh dalam masyarakat tersebut. Pada
tahap ini, petugas sebagai agen perubahan
berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan
yang dirasakan (feel needs) dan juga sumber
daya yang dimiliki klien yang akan
38
diberdayakan. Dalam analisis kebutuhan
masyarakat ini ada berbagai tekhnik yang
dapat digunakan untuk melakukan assesment.
Baik itu dengan pendekatan yang kuantitaif
maupun kualitatif.
c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau
Kegiatan
Pada tahap ini, petugas sebagai agen
perubahan secara partisipatif melakukan
penggalian kebutuhan dengan melibatkan
warga untuk berfikir dan memecahkan
masalah yang sedang mereka hadapi serta
bagaimana cara mengatasinya. Dalam upaya
mengikutsertakan masyarakat untuk
memecahkan masalah bersama-sama
diharapkan dapat memikirkan beberapa
alternative program dan kegiatan yang dapat
mereka lakukan.
d. Tahap Pemformulasi Rencana Aksi
Pada tahap ini, petugas membantu masing-
masing kelompok masyarkat lemah untuk
memformulasikan gagasan mereka ke dalam
bentuk tulisan. Terutama bila kaitannya
dengan pembuatan proposal kepada pihak
penyandang dana.
e. Tahapan Pelaksanaan Program atau Kegiatan
39
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu
tahap yang paling penting dalam program
pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu
yang sudah direncanakan sebelumnya dengan
baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan
di lapangan bila tidak ada kerjasama antara
petugas dan warga masyarkat, maupun
kerjasama antar warga. Pertentangan antar
kelompok warga juga dapt menghambat
pelaksanaan suatu program kegiatan.
f. Tahapan Evaluasi
Evaluasi sebagai proses akhir pengawasan dari
warga dan petugas terhadap pemberdayaan
masyarakat yang sedang berjalan sebaikanya
dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan
warga pada tahap ini akan terbentuk suatu
sistem dalam komunitas untuk melakukan
pengawasan secara internal. Sehingga dalam
jangka panjang diharapkan akan dapat
membentuk suatu sistem dalam masyarkat
yang lebih mandiri dengan memanfaatkan
sumberdaya yang ada
g. Tahap Terminasi
Tahap Terminasi merupakan tahap pemutusan
hubungan secara formal dengan komunitas
sasaran. Terminasi dalam suatu program
pemberdayaan masyarakat, tidak jarang
40
dilakukan bukan karena masyarakat sudah
dapat dianggap mandiri, tetapi lebih karena
proyek sudah harus dihentikan karena sudah
melebihi jangka waktu yang ditetapkan
sebelumnya, atau karena anggaran sudah
selesai dan tidak ada penyandangan dana yang
dapat dan mau merumuskan. Meskipun
demikian, petugas tetap harus keluar dari
komunitas sasaran secara perlahan-lahan dan
bukan secara mendadak. Hal ini perlu
dilakukan agar masyarkat tidak merasa
ditinggalkan secara sepihak dan tanpa
disiapkan oleh petugas. Karena itu, bila
petugas merasa bahwa tugasnya belum
diselesaikan dengan baik jarang petugas tetap
melakukan kontak meskipun tidak secara rutin,
dan kemudian secara perlahan-lahan
mengurangi kontak dengan komunitas sasaran.
(Isbandi 2001, 173)
Wilson mengemukakan bahwa kegiatan
pemberdayaan pada setiap individu dalam suatu
organisasi, merupakan suatu siklus kegiatan yang
terdiri dari:
1. Menumbuhkan keinginan pada diri seseorang
untuk berubah dan memperbaiki, yang
merupakan titik awal perlunya pemberdayaan.
Tanpa adanya keinginan untuk berubah dan
41
memperbaiki, maka semua upaya
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
tidak akan memperoleh perhatian, simpati,
atau partisipasi masyarakat.
2. Menumbuhkan kemauan dan keberanian untuk
melepaskan diri dari kesenangan/kenikmatan
dan atau hambatan-hambatan yang dirasakan ,
untuk kemudian mengambil keputusan
mengikuti pemberdayaan demi terwujudnya
perubahan dan perbaikan yang diharapkan.
3. Mengembangkan kemauan untuk mengikuti
atau mengambil bagian dalam kegiatan
pemberdayaan yang memberikan manfaat atau
perbaikan keadaan.
4. Peningkatan peran atau partisipasi dalam
kegiatan pemberdayaan yang telah dirasakan
manfaat/perbaikannya.
5. Peningkatan peran dan kesetiaan pada kegiatan
pemberdayaan, yang ditunjukkan
berkembangnya motivasi-motivasi untuk
melakukan perubahan.
6. Peningkatan efektivitas dan efisiensi kegiatan
pemberdayaan.
7. Peningkatan kompetensi untuk melakukan
perubahan melalui kegiatan pemberdayaan
baru. (Mardikanto dan Soebiato 2015, 122)
42
Berdasarkan pemaparan dari para ahli di atas
mengenai tahapan-tahapan dalam pemberdayaan,
penulis fokus terhadap teori yang dikemukakan
Isbandi Rukminto dimana teori tersebut membagi
tahapan menjadi tahapan Persiapan, Tahapan
Pengkajian, Tahap Perencanaan Alternatif Program
atau Kegiatan, Tahap Pemformulasian Rencana Aksi,
Tahap Pelaksanaa Program atau Kegiatan, Tahap
Evaluasi, Tahap Terminasi.
B. Anak Jalanan
1. Pengertian Anak Jalanan
Menurut Bagong Suyanto anak jalanan
merupakan anak-anak yang tersisih, marginal, dan
teralienasi dari perlakuan kasih sayang yang mereka
dapatkan karena kebanyakan dari mereka dalam usia
yang relatif dini dan sudah harus berhadapan dengan
lingkungan kota yang sangat keras, dan bahkan sangat
tidak bersahabat dengan mereka. (Suyanto 2010, 158)
Keberadaan anak jalanan di kota pada umumnya
tersebar di berbagai kantong atau zona tertentu, yakni
tempat atau lokasi yang merupakan pusat keramaian
di mana anak jalanan dapat melakukan kegiatan atau
aktivitasnya termasuk bekerja. Aktivitas yang
dilakukan anak-anak tidak saja di jalanan tanpa tujuan,
tetapi juga mencakup kegiatan ekonomi.
43
Menurut Tata Sudrajat dalam bukunya
membagi anak jalanan menjadi dua kelompok, yakni:
a. Children of the Street, merupakan kelompok
anak-anak jalanan yang menghabiskan seluruh
waktu dan tumbuh kembang nya di jalanan.
Ciri-ciri dari anak-anak ini biasanya tinggal
dan bekerja di jalanan (living and working on
the street), serta tidak mempunyai rumah
(homeless), dan jarang atau bahkan tidak
pernah kontak dengan keluarganya. Mereka
biasanya hadir dari keluarga yang berkonflik.
Mereka lebih mobile, berpindah dari satu
tempat ke tempat lainnya, karena mereka tidak
mempunyai tempat tinggal yang tetap. Jumlah
mereka lebih sedikit dibandingkan kelompok
anak jalanan lainnya, diperkirakan hanya 10-
15% dari seluruh populasi anak jalanan.
b. Children on the Street, merupakan kelompok
anak-anak yang menghabiskan sebagian besar
waktunya di jalanan atau di tempat-tempat
umum lainnya untuk bekerja dan
penghasilannya digunakan untuk membantu
keluarganya. Anak-anak tersebut mempunyai
kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan
dan masih berhubungan kuat dengan orang tua
mereka. Sebagian penghasilan mereka di jalan
diberikan kepada orangtuanya. Mereka terbagi
44
menjadi dua kelompok. Kelompok pertama
adalah anak-anak dari luar kota yang
mengontrak rumah bersama-sama di satu
lingkungan yang dihuni oleh orang-orang dari
satu daerah. Mereka tidak sekolah lagi dan ikut
ke kota karena ajakan teman-teman dan orang
yang lebih dewasa. Motivasi mereka adalah
ekonomi, jarang yang sifatnya konflik.
Sedangkan kelompok kedua adalah anak-anak
dari dalam kota sendiri yang tinggal bersama
orang tuanya.(Sudrajat 1996, 151)
Dari pengertian diatas mengenai anak jalanan
dapat penulis simpulkan bahwa, anak jalanan
merupakan anak yang lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi baik
untuk keluarganya maupun bagi dirinya sendiri.
Kebanyakan dari mereka putus sekolah dan cenderung
tidak mendapatkan perhatian bahkan kasih sayang dari
kedua orang tuanya.
2. Penanganan Anak Jalanan
Untuk menangani anak jalanan menurut
Sudrajat memiliki banyak macamnya salah satunya
dengan menyesuaikan anak jalanan tersebut, dalam
hal ini ada 3 model penanganan anak jalanan, yaitu:
1. Community Based, adalah model penanganan
anak jalanan yang berpusat pada masyarakat
45
dengan menitik beratkan pada fungsi-fungsi
yang dimiliki oleh keluarga dan potensi
seluruh masyarakat. Mencakup partisipasi
masyarakat dalam semua fase perencanaan,
pelaksanaan, monitoring terhadap kemampuan
membangun dan penguatan masyarakat.
Pendekatan ini lebih bersifat preventif, yakni
mencegah anak-anak untuk kembail turun ke
jalan. Tujuan akhir adalah anak tidak menjadi
anak jalanan mereka tetap berada di
lingkungan keluarga. Kegiatannya biasanya
meliputi: peningkatan pendapatan keluarga,
penyuluhan, dan bimbingan pengasuhan anak,
kesempatan anak untuk memperoleh
pendidikan dan kegiatan waktu luang dan
sebagainya.
2. Street Based, adalah kegiatan di jalan, tempat
di mana anak-anak jalanan beroperasi,
penanganan yang berbasiskan jalanan adalah
program dan kegiatan yang dirancang untuk
menjangkau dan melayani anak di lingkungan
mereka sendiri yaitu jalanan. Pekerja sosial
datang untuk mengunjungi, menciptakan
pertemanan, serta mendampingi dan menjadi
sahabat untuk keluh kesah mereka. Anak-anak
jalanan ini sudah tidak teratur dalam
berhubungan dengan keluarganya, mereka
46
memperoleh kakak atau orang tua pengganti
dengan adanya pekerja sosial.
3. Center Based, adalah kegiatan yang berpusat
di panti, untuk anak-anak yang memang sudah
putus hubungan dengan keluarga. Panti
menjadi lembaga pengganti dari keluarga
untuk anak dan memenuhi kebutuhan anak
seperti kesehatan, pendidikan, ketrampilan,
waktu luang, makan tempat tinggal, pekerjaan
dan sebagainya.(Azizah 2007, 26)
C. Pelatihan Ketrampilan
1. Pengertian Pelatihan Ketrampilan
Program yang paling sering dilakukan dalam
pemberdayaan salah satunya merupakan pelatihan
ketrampilan dengan cara meningkatkan kapasitas
peserta didik (capacity building) pendidikan dan
pelatihan yang diberikan merupakan keahlian yang
sangat penting dimiliki oleh lembaga sosial. Tujuan
utama dari program ini adalah untuk membimbing dan
membantu peserta didik dalam memperoleh informasi,
pengetahuan atau ketrampilan yang berguna bagi
kehidupannya. (Suharto 2005, 49)
Pengunaan kata pelatihan (training) menurut
Andrew F. Sikula dalam buku Anwar adalah bahwa
pelatihan (training) merupakan suatu proses
memberikan pendidikan jangka pendek dengan
menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir
47
dimana para peserta sanggup mempelajari
pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam tujuan
terbatas. (Mangkunegara 2001, 44)
Pelatihan juga dapat mengasah bakat dari
peserta didik yang mana bakat merupakan
kemampuan yang sudah melekat (inherent) dalam diri
seseorang. Potensi bawaan peserta didik sampai
menjadi bakat berkaitan dengan kecerdasan (IQ)
peserta didik. Peserta didik yang berbakat adalah yang
mampu mencapai prestasi yang tinggi karena
mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul.
(Kudrat dan Hamzah 2009, 7)
Sedangkan menurut Rivai dalam bukunya
yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia
Untuk Perusahaan , bahwa pelatihan adalah proses
memberikan pendidikan guna memperoleh dan
meningkatkan ketrampilan diluar sistem yang berlaku
dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang
lebih mengutamakan praktik daripada teori. (Rivai
2004, 226)
Beberapa unsur penting dalam pelatihan yang
berkaitan atau syarat-syarat tertentu yang terdiri dari:
a. Peserta Pelatihan
Keberhasilan dari proses pelatihan
tidak lepas dari penetapan calon peserta yang
mengikuti pelatihan tersebut, yang kemudian
dapat menentukan pula efektivitas pekerjaan.
48
Karena itu seleksi perlu dilakukan dengan teliti
agar memperoleh calon peserta yang baik
berdasarkan kriteria antara lain:
1. Akademik, ialah jenjang pendidikan
dan keahlian
2. Pengalaman kerja, ialah pengalaman
yang telah diperoleh dalam pekerjaan.
3. Motivasi dan minat, yang bersangkutan
terhadap pekerjaannya.
4. Pribadi, menyangkut aspek moral,
moril dan sifat yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut.
5. Intelektual, tingkat berfikir dan
pengetahuan diketahui melalui tes
seleksi.
b. Pelatih (Guru)
Pelatih-pelatih atau guru sangat
memegang peranan penting terhadap
kelancaran dan keberhasilan program
pelatihan. Untuk itu perlu dipilih pelatih yang
memang ahli dalam bidangnya, serta yang
berkualitas dan professional. Beberapa syarat
sebagai pertimbangannya adalah:
1. Telah disiapkan secara khusus sebagai
pelatih yang ahli dalam bidang
spesialis tertentu.
49
2. Memiliki kepribadian yang baik yang
menunjang pekerjaannya sebagai
pelatih.
3. Pelatih berasal dari dalam lingkungan
organisasi atau lembaga sendiri lebih
baik dibandingkan dengan yang dari
luar.
4. Perlu dipertimbangkan bahwa seorang
pejabat yang ahli dan berpengalaman
belum tentu menjadi pelatih yang baik
dan berhasil.
c. Lamanya masa pelaksanaan pelatihan
berdasarkan pertimbangan tentang
1. Jumlah dan mutu kemampuan yang
hendak dipelajari dalam pelatihan
tersebut lebih banyak dan lebih tinggi
maka diperlukan waktu yang lebih
lama dalam pelatihannya.
2. Kemampuan belajar para peserta dalam
mengikuti kegiatan pelatihan.
Kelompok peserta yang ternyata
kurang mampu belajar tentu
memerlukan waktu latihan yang lebih
lama.
3. Media pengajaran, yang menjadi alat
bantu bagi peserta dan pelatih. Media
pengajaran yang serasi dan canggih
50
akan membantu kegiatan pelatihan dan
dapat mengurangi lamanya kegiatan
pelatihan tersebut.
Keterampilan adalah pelajaran yang berisi
kemampuan konseptual, apresiatif dan kreatif
produktif dalam menghasilkan benda produk kerajinan
dan atau produk teknologi yang memberikan
penekanan pada penciptaan benda-benda fungsional
dari karya kerajinan, karya teknologi sederhana, yang
bertumpu pada keterampilan tangan. Salah satu tujuan
dari pendekatan melalui ketrampilan adalah untuk
mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung
jawab, dan rasa kesetiakawanan sosial dalam
menghadapi berbagai problem kehidupan. Maka dari
itu keterampilan menjadi hal yang sangat penting
dalam kehidupan. (Kurniawan 2010, 52)
Ketrampilan dapat dikelompokkan kedalam
lima jenis, yaitu:
a. Ketrampilan yang dapat di transfer
(transfrable skill) yaitu kemampuan atau
pengalaman yang diterapkan pada lingkungan
atau jenis pekerjaan yang berbeda
b. Ketrampilan berkomunikasi (interpersonal
skill) yaitu kemampuan orang untuk bisa
berhubungan satu sama lain dengan baik.
Ketrampilan ini dapat dikembangkan secara
51
metodik untuk digunakan dalam situasi formal
seperti wawancara atau negosiasi.
c. Ketrampilan komunikasi (communication skill)
yaitu kemampuan dengan menggunakan teknik
yang diperoleh untuk menyampaikan
pengetahuan dan ketrampilan baik secara lisan,
tertulis, maupun metode audiovisual.
d. Ketrampilan kunci (core skill) yakni
ketrampilan yang dipergunakan untuk
mencapai sasaran tugas dan sebagai dasar guna
memperoleh kualifikasi kegiatan lain.
e. Ketrampilan praktis (practical skill) yaitu
kemampuan menyelesaikan pekerjaan rutin
tanpa menuntut pengetahuan dan pengalaman
teknis. (Marbun 2003, 131)
Menurut Sardiman di dalam bukunya membagi
ketrampilan menjadi dua jenis umum yang meliputi:
1. Ketrampilan Jasmani, yaitu ketrampilan yang
dapat dilihat dan diamati, sehingga akan
menitikberatkan pada ketrampilan gerak atau
penampilan dari anggota tubuh seseorang yang
sedang belajar.
2. Ketrampilan Rohani, yaitu ketrampilan yang
menyangkut persoalan-persoalan penghayatan,
ketrampilan berfikir serta kreatifitas untuk
52
menyelesaikan dan merumuskan masalah atau
konsep. (Sardiman, 29)
Pada penelitian ini penulis akan mengangkat
salah satu jenis ketrampilan yang banyak sekali
memiliki penggemar, yaitu ketrampilan bermusik.
Alasan dari pemilihan ketrampilan bermusik sendiri
karena background dari anak jalanan sendiri yang
memang sudah terkenal dalam hal menjajakan music
atau mengamen yang dilakukan di jalanan baik di
pasar, terminal atau tempat ramai lainnya.
Menurut Romeo Satria dalam bukunya ada tiga
tahapan dimana seseorang dapat dikatakan terampil
dalam bermusik, yaitu
a. Tahap Dasar
1. Memiliki pengetahuan seputar chord dan
tangga nada.
2. Dapat memainkan alat music.
b. Tahap Menengah
1. Dapat memainkan chord yang lebih sulit,
seperti minor maupun mol dalam
memainkan alat music gitar.
2. Peletakan jari kiri dan jari kanan tangan.
Hal ini berkaitan dendan bagaimana
menekan cord dan petikan senar pada alat
music gitar.
53
3. Pelajari pola dan skala dasar dari nada
dasar sampai nada oktaf baik minor
maupun mayor serta kenaikan penurunan
dari nada dasar.
c. Tahapan Mahir
Pada tahapan mahir ini terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu teori dan teknik yang
keduanya saling mendukung satu dengan yang
lainnya.
1. Teori
a. Pelajari bagaimana cara membaca not
balok dan not standar.
b. Pelajari sekala nada seperti harmonic
minor, pentatonic, kromatic, blues 1
dan 2, jazz mayor dan minor, hindu,
Japanese, slendro, pelok, dan masih
banyak yang lainnya.
2. Teknik
a. Peletakkan jari pada badan gitar
(peletakkan jari-jari dengan tepat pada
not yang akan kita tekan dan
menghasilkan bunyi yang sempurna)
b. Penerapan teori khusus seperti picking
dengan berbagai jenisya, genjreng,
streaming, bending, pull, hammer,
slide, trill, sweeping, muting, dll.
54
c. Improvisasi. Hal ini akan
memperlihatkan apakah sudah mahir
atau belum.
d. Dapat membuat lagu sendiri dengan
mengaransemen berbagai jenis dan
aliran musik yang disukai. (Satria
2017, 37)
55
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Sejarah Singkat Berdirinya Rumah Singgah Bina
Anak Pertiwi
Sebuah kelompok mahasiswa yang berfokus pada
kajian sosial akademis dengan nama Forum Studi
Dialektika (FOSTUDIA) mulai turun untuk melakukan
aksi sosial tepatnya di Kawasan Pasar Minggu Jakarta
Selatan setelah mereka merasa jenuh untuk berdemokrasi
menggemakan reformasi yang kemudian kegiatan tersebut
mereka namakan Pusat Pembinaan dan Pemberdayaan
Anak Jalanan (P3A) yang mencerminkan sebuah wadah
pembinaan kepada anak jalanan.
Dengan positif nya kegiatan yang mereka lakukan
seiring berjalannya waktu kegiatan itu pun mendapatkan
berbagai bentuk dukungan baik itu bantuaan dari pihak
Pemerintah maupun bantuan yang diulurkan dari
masyarakat sekitar. Dari pihak pemerintah, dukungan
datang secara langsung dari Dirjen Dikluspora Depdiknas
RI, waktu itu, Bapak Prof. Dr. Sudijarto. Bahkan Dharma
Wanita Dikluspora dan Depdiknas RI adalah salah satu
donatur kegiatan tersebut. Kemudian kegiatan
pembelajaran tersebut diresmikan langsung oleh Ibu
Soerono (Kasi Dikmenti DKI Jakarta) pada bulan Juni
1998 bertempat di Masjid Al-Awwabin Polsek Pasar
Minggu.
56
Sedangkan dukungan yang datang dari kelompok
masyarakat, yakni kelompok pengajian serta perorangan,
bahkan ada dari kalangan pengusaha. Seperti Pengajian
Jenggala Cipete Selatan, Rumah Singgah RAHMA (yang
menyediakan nasi murah/cepek), Pengajian Keluarga
Sakinah, dll.
Mengingat kegiatan sosial tersebut haruslah
berkesinambungan dan mesti ada pertanggungjawaban
secara yuridis, muncul desakan dari kalangan masyarakat
agar wadahnya berbadan hukum. Karena itu kelompok
mahasiswa tersebut mulai berpikir keras serta melakukan
pendekatan dengan tokoh-tokoh nasional untuk
mendukung kelangsungan serta keberhasilan proses
belajar mengajar tersebut.
Maka, muncullah beberapa nama tokoh nasional
seperti Hj. Anniswati M. Kamaluddin (Ketua Presidium
Majlis Nasional KAHMI), Dr. Hj. Marwah Daud Ibrahim
(anggota DPR RI), Prof. DR. Ir. H. Fachrudin (Mantan
Rektor Universitas Hasanuddin Ujung Pandang yang juga
anggota DPR RI), H. Houtman Z. Arifin (seorang Bankir
dan Mantan Vice President Citibank), Hj. Yufimar Ali,
SH (keluarga pengusaha dan anggota Dewan Pakar ICMI
ORWIL DKI Jakarta). Di samping mereka terlibat sebagai
anggota badan pendiri, sekaligus juga sebagai dewan
pembina lembaga, yang kemudian dibakukan dengan
akte notaris No. 2, tanggal 3 November 1998 dengan
nama Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, Pusat
57
Pembinaan dan Rumah Belajar Anak
Jalanan/Terlantar.
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, sebagai
Pusat Pembinaan dan Rumah Belajar Anak
Jalanan/Terlantar, dalam menjalankan aktivitasnya selalu
bersama-sama masyarakat dimana kegiatan tersebut
dilangsungkan. Adanya pengakuan masyarakat serta rasa
memiliki yang sangat tinggi terhadap lembaga merupakan
modal utama keberhasilan kelangsungan program.
Menciptakan rasa saling ketergantungan antara
masyarakat dengan lembaga, demikian juga sebaliknya
adalah merupakan suatu hal yang niscaya.
Untuk itu, diperlukan sinergisitas antara
kepentingan lembaga dengan kebutuhan masyarakat.
Pihak lembaga harus mengidentifikasi jenis-jenis
kebutuhan, potensi yang dimiliki serta menginvintarisasi
berbagai aspirasi yang berkembang di masyarakat.
Dengan demikian, apa yang diprogramkan oleh lembaga
adalah merupakan cerminan dari suatu kebutuhan murni
serta harapan segmen-segmen masyarakat tertentu yang
akan diberdayakannya.
Untuk itulah, Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi,
dengan motto, ”bersama untuk bangsa”, telah
melaksanakan berbagai program riil di masyarakat,
seperti, Bimbingan Agama dan Etika Bermasyarakat,
Pelatihan Keterampilan Bermusik, Pengembangan Seni
Budaya (Minat dan Bakat), Pelayanan Kesehatan dan
58
Kesejahteraan, Pengembangan Usaha Mandiri serta
Penempatan Kerja.( Profil Rumah Singgah, 2019 )
B. Visi dan Misi Rumah Singgah Bina
Anak Pertiwi
1. Visi
Meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan
sosial masyarakat fakir miskin, terutama anak yatim, anak
jalanan/terlantar serta anak kurang mampu menjadi anak
bangsa yang konstruktif dan bermartabat sejalan dengan
potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan masa depan
bangsa yang lebih berkualitas.
2. Misi
1. Menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi.
2. Menciptakan peluang kerja baru dengan
mengembangkan pelatihan kerja.
3. Menggali serta memberdayakan potensi yang
dimilikinya agar menjadi manusia yang mandiri
dan produktif.
4. Mengembangkan peran serta masyarakat dan
pihak-pihak terkait untuk turut serta
mengentaskan dan memberdayakan fakir miskin,
terutama anak yatim, anak jalanan/terlantar, dan
anak kurang mampu.( Profil Rumah Singgah,
2019)
59
C. Struktur Personalia
Tabel 3.1
Susunan Personalia Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi
60
D. Rekrutmen Warga Binaan
Melihat dari tujuan awal dibentuknya Rumah
Singgah ini maka yang menjadi sasaran paling utama dari
rekrutmen yang dilakukan mengarah kepada anak-anak
putus sekolah, anak jalanan/terlantar, serta anak kurang
mampu.
Pola rekrutmen yang kami lakukan adalah dalam
bentuk penjangkauan atau kunjungan lapangan,
pengamatan, kemudian rekrutmen. Pola yang kami
kembangkan pada tahap penjangkauan ini adalah
“bermain bersama”. Pekerja sosial atau pun pembina
lainnya pro-aktif mengamati kecenderungan, minat, serta
hobi anak jalanan/terlantar yang kemudian dikemas dalam
bentuk permainan serta pertandingan. Misalnya, bermain
bola, yang kemudian di-follow up dengan pembentukan
tim untuk menjaga kelangsungan komunikasi dengan
anak jalanan/terlantar.
Pola bermain ini ternyata sangat efektif dalam
menjangkau anak jalanan/terlantar. Karena dengan
bermain bersama, komunikasi terjalin lebih hangat, dan
anak merasa kehadirannya diakui sehingga tercipta
sebuah ruang komunikasi yang lebih terbuka, akrab dan
egaliter. Keakraban yang terjalin tercermin sebagaimana
antar seorang sahabat dengan lainnya sehingga situasinya
sangat cair.
Pola rekrutmen seperti ini terbangun secara
berantai dan tanpa disadari dilakukan juga oleh anak
61
jalanan/terlantar, yaitu, membawa teman lainnya untuk
bergabung bermain bersama. Dan tidak jarang
pertandingan dilakukan antara kelompok anak
jalanan/terlantar melawan kelompok pembina.
Itulah pola rekrutmen yang kami kembangkan,
yaitu, “bermain bersama” dengan menggunakan berbagai
media, seperti, bermain sepak bola, bermain game,
nongkrong bareng, dan lain-lain, yang kemudian
mengajaknya datang ke asrama untuk belajar Bersama.
E. Program Pelatihan Bermusik
Dalam memberdayakan Anak Jalanan pihak
Rumah Singgah memiliki program pengembangan minat
dan bakat ( Seni Budaya ), salah satunya yaitu program
pelatihan ketrampilan bermusik. Kegiatan ini difokuskan
untuk menggali bakat seni yang ada dalam diri anak didik.
Pelatihan bermusik disini dipilih karena
karakteristik anak jalanan yang identik dengan menjual
suara mereka dijalanan atau dengan kata lain mengamen,
karena ketertarikan dan bakat yang sangat banyak dimiliki
Anak Jalanan yaitu bermain musik.
Tujuan utama dari dibuatnya program ketrampilan
bermusik disini agar Anak Jalanan yang bergabung
dengan Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi nantinya tidak
lagi turun ke jalan untuk mengamen, tetapi sudah
memiliki keahlian atau dapat mengembangkan potensi
yang mereka miliki dalam hal bermain musik, pihak
62
Rumah Singgah memiliki keinginan Anak Jalanan yang
menjadi anak didiknya mampu menunjukan kualitas dan
karya yang mereka miliki ke masyarakat luas, dan mereka
mampu meniti karir bahkan memperbaiki taraf
perekonomiannya sendiri melalui karya nya di bidang
musik.
Di dalam program pelatihan bermusik setiap anak
didik diberikan pelatihan berdasarkan bakat dan
ketertarikan mereka, tidak ada unsur paksaan agar
nantinya pelatihan yang diberikan lebih cepat untuk
masuk dan dipraktekan langsung oleh anak didik.
(Wawancara pribadi dengan Ketua Rumah Singgah,
2019)
F. Mitra Kerja
Karena kegiatan yang dilakukan Rumah Singgah
merupakan kegiatan sosial maka dari itu kerja sama
dengan berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta
perlu dilakukan bahkan dengan perorangan pun harus
selalu dijalin agar nantinya program pembinaan terhadap
anak jalanan akan terus berjalan dengan baik. (Profil
Rumah Singgah ,2019)
Kelompok Masyarakat
A. Pengajian Jenggala dan Arisan Kudrumaya
B. Rumah Singgah RAHMA
C. Pengajian Keluarga Sakinah
Instansi Pemerintah
63
A. Dirt. PSLB Ditjen Mandasmen Kemendiknas RI
B. Dirjen PNFI Kemendiknas RI
C. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
D. Kemensos RI
E. Disnakertrans DKI Jakarta
F. BPPD Disnakertrans DKI Jakarta
G. Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
H. Sudin Sosial Jakarta Selatan
G. Gambaran Umum Wilayah Pasar Minggu Jakarta
Selatan
1. Geografis
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi beralamat di
Jalan Bacang RT009/RW001 No.46, Jati Padang Pasar
Minggu, 12540 Jakarta Selatan. Wilayah ini sangat dekat
dengan pusat keramaian seperti Pasar Jaya Pasa Minggu,
Terminal Pasar Minggu, dan Stasiun Pasar Minggu.
Secara astronomis Kota Administrasi Jakarta Selatan
terletak antara 6°15’ 40,8” Lintang Selatan dan 106°45’
0,00” Bujur Timur. Jakarta Selatan merupakan dataran
rendah dengan ketinggian rata-rata 26,2 meter diatas
permukaan laut. Luas wilayah Kota Administrasi Jakarta
Selatan, berdasarkan SK Gubernur Nomor 171 tahun
2007, adalah 145,37 km².
Berdasarkan posisi geografisnya, Kota
Administrasi Jakarta Selatan berbatasan langsung dengan
Kota Administrasi Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta
64
Timur, Kota Tangerang, Tangerang Selatan, dan Kota
Depok. Wilayah Administrasi Kota Jakarta Selatan
terbagi menjadi 10 Kecamatan, yaitu: Jagakarsa 24,87
km², Pasar Minggu 21,69 km², Cilandak 18,16 km²,
Pesanggrahan 12,76 km², Kebayoran Lama 16,72 km²,
Kebayoran Baru 12,93 km², Mampang Prapatan 7,73 km²,
Pancoran 8,63 km², Tebet 9,03 km², dan Setia Budi 8,85
km². (Data Bps JakselKota, 2018). Kecamatan Pasar
Minggu merupakan kecamatan terluas kedua di dalam
Kota Administrasi Jakarta Selatan yang terdiri atas 65
RW dan 734 RT dengan luas masing-masing kelurahan
sebagai berikut Kelurahan Cilandak Timur: 3,52 Km²,
Kelurahan. Ragunan: 5,05 Km², Kelurahan Kebagusan:
2,26 Km², Kelurahan Pasar Minggu: 2,79 Km², Kelurahan
Jati Padang: 2,50 Km², Kelurahan Pejaten Barat: 2,90
Km², Kelurahan Pejaten Timur: 2,88 Km².
Batas-Batas Wilayah Kecamatan Pasar Minggu
adalah:
a. Sebelah Utara: Jl. Empang Tiga, Jl. H. Samali, Jl.
Pulo Kecamatan Pasar Minggu
b. Sebelah Selatan: Kecamatan Jagakarsa
c. Sebelah Barat: Kali Krukut, Kecamatan Cilandak
d. Sebelah Timur: Kali Ciliwung, Kecamatan Kramat
Jati (Data BPS Kecamatan Pasar Minggu, 2018)
2. Demografis
Penduduk Kota Administrasi Jakarta Selatan
berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017 sebanyak
65
2.226.830 jiwa yang terdiri atas 1.114.688 jiwa penduduk
laki-laki dan 1.112.142 jiwa penduduk perempuan.
Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun
2016, penduduk Kota Administrasi Jakarta Selatan
mengalami pertumbuhan sebesar 0,91 persen. Sementara
itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2017
penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar
100.
Kepadatan penduduk di Kota Administrasi Jakarta
Selatan tahun 2017 mencapai 15.764 jiwa/km². Kepadatan
Penduduk di 10 kecamatan cukup beragam dengan
kepadatan penduduk tertinggi terletak di kecamatan Tebet
dengan kepadatan sebesar 23.386 jiwa/km² dan terendah
di Kecamatan Cilandak sebesar 11.098 jiwa/Km². (Data
Bps JakselKota, 2018)
66
BAB IV
ANALISIS
Untuk pembahasan pada bab ini penulis akan
memaparkan beberapa temuan di lapangan dan kemudian
menganalisanya apakah terdapat tahapan pemberdayaan yang
dilakukan Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi melalui pelatihan
ketrampilan bermusik, serta apa saja hasil yang telah dicapai dari
program pelatihan ketrampilan bermusik.
A. Tahapan Pemberdayaan Melalui Ketrampilan
Bermusik
Berdasarkan pengamatan yang telah penulis
lakukan di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, dapat
penulis pahami bahwa pemberdayaan yang dilakukan
terhadap anak didiknya disini yaitu Anak Jalanan berpusat
pada pendidikan Non Formal yaitu program pelatihan
bermusik. Seperti yang dikatakan Bapak Ali Santoso.
“…kami berikan mereka pembinaan, selain itu
kami juga menawarkan beberapa program ketrampilan
sesuai minat dan bakat mereka, salah satunya melalui
program keterampilan bermusik.”
Pembinaan di dalam Rumah Singgah sendiri tidak
hanya memikirkan hubungan dengan sesama manusia,
tetapi juga memikirkan hubungan antara manusia dengan
penciptanya yakni Allah SWT. Seperti yang kita ketahui
bersama kehidupan anak jalanan sangat jauh dari
hubungan spiritual, mereka hidup bebas di jalanan tanpa
67
pernah memikirkan benar atau tidaknya tindakan mereka,
di dalam rumah singgah anak-anak didik dirubah pola
pikirnya untuk menjadi anak yang lebih mengerti dan
menghargai antar sesama, mereka juga diajarkan untuk
tertib menjalankan ibadah.
Penulis menemukan fakta pemberdayaan bahwa
apa yang dilakukan Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi
merupakan upaya pemberdayaan anak jalanan melalui
pendekatan antara street based dan center based dimana
kedua pendekatan ini menekankan pola kegiatan yang
diminati ataupun disukai baik di rumah singgah maupun
dijalan sebagai latar belakang dari tempat asal mereka.
Seperti yang diungkapkan Sudrajat mengenai model
penanganan anak jalanan.
Pada prakteknya kelompok rentan ini yaitu
kelompok anak jalanan kemudian dapat penulis lihat
sebagai kelompok yang diberdayakan oleh Rumah
Singgah Bina Anak Pertiwi. Anak jalanan yang berada
dalam cakupan wilayah Pasar Minggu Jakarta Selatan
dibina dengan berbagai ketrampilan diantaranya
ketrampilan bermusik. Pada prosesnya pembinaan anak
jalanan memiliki karakteristik yang sangat khas
dikarenakan mereka sudah terbiasa hidup dijalan,
sementara pembinaan yang akan dilakukan berpusat pada
pola asrama. Akhirnya pembinaan pemberdayaan
dilakukan dengan melakukan beberapa pendekatan.
68
• Memantau lokasi target langsung di lokasi biasa anak jalanan berkumpul
Tahapan Pengamatan
• Memberikan kartu nama
• Mengajak diskusi
• Home Visit
Tahapan Pendekatan
• Mengajak langsung
• Diajak peserta didik yang sudah bergabung
Tahapan Perekrutan
• Pelatihan bermusik Tahap
Pembinaan
• Berdasarkan kemampuan anak didik memainkan alat musik
• Berdasarkan karya mereka dalam bermusik
Tahap Terminasi
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi memiliki
tahapan khusus dalam menjalankan misi
pemberdayaannya. Diantara tahapan yang digunakan
berangkat dari pengalaman Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi adalah sebagai berikut (Profil Rumah Singgah
2019)
Bagan 4.1
TAHAPAN PEMBERDAYAAN
DI RUMAH SINGGAH BINA ANAK PERTIWI
Sumber: Wawancara Pribadi dengan Ketua Rumah Singgah
69
Dari data hasil wawancara yang penulis dapatkan
mengenai cara yang dilakukan oleh Rumah Singgah Bina
Anak Pertiwi ternyata sejalan dengan cara atau teknik
pemberdayaan yang dikemukakan oleh Dubois dan Miley
dalam buku Edi yang memberikan beberapa cara atau
teknik lebih spesifik yang dapat dilakukan dalam
pemberdayaan masyarakat.
1. Membangun relasi pertolongan
Pada tahap membangun relasi pertolongan
ini pak Ali selaku agen pemberdayaan membuka
seluas-luasnya akses komunikasi untuk anak
jalanan terhadap dirinya. Empati yang dilakukan
oleh pak Ali Santoso dengan mendatangi titik –
titik kumpul anak jalanan dan berkenalan.
“…Tahapan awal yang kita gunakan sejak
awal pendekatan yakni dengan turun langsung ke
lapangan (lokasi anak jalanan)”
Selanjutnya setelah tahapan awal
berkenalan dengan anak jalanan dilanjutkan
dengan.
2. Membangun komunikasi
Komunikasi yang dibangun pak Ali tidak
hanya sebatas berkenalan dengan para anak
jalanan pada saat itu. Sebagaimana diketahui
bahwa kehadiran orang baru tentu dirasa sebagai
orang asing, begitu juga kehadiran pak Ali
70
merupakan orang asing bagi anak jalanan.
Kehadiran pak Ali tidak serta merta diterima dan
dengan tetap berfokus pada upaya pemberdayaan
anak jalanan maka upaya membangun komunikasi
dilakukan terus menerus termasuk dengan
memberikan kartu nama yang harapannya suatu
saat mereka membutuhkan pak Ali mereka akan
menghubungi pak Ali.
“…lalu kami memperkenalkan diri dan
memberikan informasi kontak (disini kami
membangun kepercayaan dulu kepada anak
jalanan bahwa niat kami mengajak mereka
bergabung hanya untuk membantu mereka)”
3. Terlibat dalam pemecahan masalah
Proses pendekatan yang tidak mudah tentu
saja menjadi tantangan bagi proses
pemberdayaan. Kecurigaan yang diterima oleh
pak Ali sebenarnya adalah hal yang wajar terjadi
dan hal tersebut merupakan bagian yang perlu
dihargai. Upaya pak Ali terbantu dengan
beberapa anak jalanan yang sebelumnya pernah
dibantu oleh pak Ali. Pada waktu-waktu
sebelumnya pak Ali Santoso memang sudah
memiliki binaan anak jalanan yang tinggal
dirumah singgah Bina Anak Pertiwi sehingga
rangkaian tantangan yang ada dapat diminimalisir
dengan pelibatan klien.
71
“…setelah dirasa mereka cukup percaya
kepada niat kami pada akhirnya nanti mereka
yang akan mendatangi kita untuk dilakukan
pendataan serta asessement kebutuhan mereka,”
4. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan
sosial
Ketika upaya pendekatan ini berhasil dan
anak jalanan kemudian bergabung dengan Rumah
Singgah Bina Anak Pertiwi maka upaya yang
dilakukan pak Ali selanjutnya adalah melakukan
tahap pembinaan baik secara pendidikan formal
maupun melalui keterampilan bermusik.
“…tahap terakhir dari semuanya dengan
melakukan home visit (pengecekan serta
pendalaman data latar belakang keluarga)”
Konsep pemberdayaan pada aras Mezzo dilakukan
terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan
dengan menggunakan kelompok sebagai media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,
biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan
kesadaran, pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-sikap
klien agar mampu memiliki kemampuan memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.(Suharto 2005, 67)
Konsep diatas penulis rasa sudah sangat cocok ketika kita
melihat realita yang ada di Rumah Singgah dimana
pemberdayaan yang dilakukan kepada sekelompok anak
jalanan, melalui pembinaan dan juga pelatihan
72
ketrampilan bermusik sesuai dengan minat dan bakat yang
sudah dimiliki untuk kemudian dikembangkan agar lebih
kuat dalam mempengaruhi kehidupannya suatu saat nanti.
B. Hasil Output yang Dicapai dari Program
Pemberdayaan melalui Keterampilan
Pemberdayaan adalah memberikan sumber daya,
kesempatan, pengetahuan, dan ketrampilan pada warga
untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam
menentukan masa depannya sendiri dan berpartisipasi
dalam dan mempengaruhi kehidupan dari masyarakatnya.
(Zubaedi 2013, 75)
Berdasarkan definisi di atas penulis mengambil
kesimpulan bahwa pada hakekatnya, pemberdayaan
merupakan suatu usaha seseorang atau kelompok dalam
mengembangkan potensi dan kemampuan yang mereka
miliki dengan memberikan kekuasaan penuh kepada diri
mereka dalam menentukan jalan dan tujuan hidup mereka
serta dapat mempertanggung jawabkan atas apa yang
telah menjadi pilihan hidup mereka tanpa adanya lagi
merasa ketergantungan terhadap orang lain.
Keberhasilan program pelatihan ketrampilan
bermusik dalam pemberdayaan yang dilakukan Rumah
Singgah Bina Anak Pertiwi dapat kita lihat dan rangkum
kedalam bebarapa aspek yaitu Ekonomi, Sosial, SDM.
Fakta pemberdayaan yang ada dapat kita lihat melalui
bagan perubahan dibawah ini.
73
Bagan 4.2
KEBERHASILAN PROGRAM PELATIHAN
KETRAMPILAN BERMUSIK
Aspek Perubahan yang terangkum dalam
pemberdayaan yang dilakukan Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi tersebut masing-masing dapat diuraikan sebagai
berikut
1. Ekonomi
Pada aspek ekonomi ini fakta pemberdayaan
yang muncul dari proses pemberdayaan yang
dilakukan berupa penambahan jumlah penghasilan
dan pemenuhan kebutuhan hal ini dibuktikan dari
hasil wawancara penulis kepada anak binaan yaitu
Agus.
Ketrampilan bermusik
Akses sosial
Memberikan penghasilan tambahan
Penerimaan dilingkungan masyarakat
74
“Kalo tadinya cuma ngamen yang gak seberapa
sama dari orang tua, sekarang lumayan dari hasil
manggung sama yang lain bisa buat nambah-
nambah.”
“Sekali manggung rata-rata nih ya paling kisaran
250 sampe 300an dah tapi kadang juga dapet
lebih sih bang tergantung yang manggil itu
perjanjian awalnya dapet darimana hehe. Paling
saya pake buat keperluan sehari-hari bang sama
buat jajan kalo masih ada buat ditabungin.”
Hal senada juga disampaikan oleh Wahyu
“Kalo sebelum bergabung paling dari nenek kalo
gak ya saya ngamen bang baru deh megang duit,
kalo sekarang dapet dari hasil manggung lumayan
buat jajan sehari-hari, kalo buat kebutuhan makan
udah ditanggung sama Rumah Singgah sini.”
“Pendapatan sekali manggung gak tentu sih bang,
kadang 2 juta kadang juga 3 juta tapi itu juga
masih dibagi ke anak-anak yang lain yang ikut
manggung, kisaran sih bisa dapet 300Ribu -
350Ribu sekali tampil bang, paling saya pake buat
jajan kalo gak ya ditabung sih duitnya.”
Selain Agus dan Wahyu hal tersebut juga
diperkuat oleh Aldi
“Pendapatan dulunya ya dari orang tua tapi pas
dijalanan ya sama hasil ngamen sama temen-
temen, alhamdulillah semenjak disini saya bisa
dapet penghasilan tambahan terutama dari
bermain musik, hasil panggilan-panggilan buat
manggung.”
“Pendapatan sekali manggung sih lumayan buat
tambahan-tambahan jajan sekalian ditabungin, ya
bisa 300Ribu sekali manggung itu.”
75
Pemberdayaan yang dilakukan pada ranah
ini diarahkan guna peningkatan ekonomi anak
didik di Rumah Singgah Bina Pertiwi, dampak
dari pemberdayaan yang dilakukan ini
memberikan fungsi bahwa pemberdayaan pada
hakikatnya mampu memberikan akses kepada
pemenuhan kebutuhan hidup sebagaimana telah
dijelaskan bahwa Pemberdayaan menunjuk pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan
dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan
atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan
dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan,
dalam arti bukan saja bebas mengemukakan
pendapat, melaikan bebas dari kelaparan, bebas
dari kebodohan, bebas dari kesakitan. (b)
Menjangkau sumber sumber produktif yang
memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang barang
dan jasa jasa yang mereka perlukan. (c)
berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
keputusan keputusan yang mempengaruhi
mereka.(Suharto 2014, 129)
Selama observasi atau pengamatan yang
penulis lakukan di Rumah Singgah anak-anak
didik yang notabene merupakan anak jalanan
dengan berbagai macam pandangan negatif dari
masyarakat luas, seiring berjalannya waktu
76
perlahan namun pasti sudah mulai memperbaiki
diri dan penampilannya yang tadinya memakai
kalung bahkan ditindik kuping nya sekarang
sudah mulai melepaskannya, dengan rasa malu
yang mereka miliki ketika sudah mulai bisa
tampil di panggung-panggung mereka secara
sadar mulai memperbaiki penampilan agar lebih
enak dipandang dan mendukung penampilan
mereka di atas panggung. Hal tersebut
membuktikan bahwa di dalam Rumah Singgah
pemberdayaan terhadap anak jalanan sudah
berjalan dengan bertambahnya pendapatan pada
akhirnya mereka mampu untuk memenuhi
kebutuhan demi memperbaiki penampilan
mereka.
2. Sosial
Fungsi pemberdayaan yang dilakukan oleh
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi pada aspek
sosial memiliki dampak positif bagi anak binaan
seperti penerimaan masyarakat pada diri anak
didik serta akses sosial dalam hal ini sebagai anak
jalanan yang awalnya hanya mengamen dijalan
sekarang mampu menampilkan karya diatas
panggung hal tersebut membuktikan bahwa
dirinya diterima oleh khalayak dan juga
membuktikan bahwa dengan ia menjadi anak
77
binaan rumah singgah ia dapat menjangkau akses
sosial untuk tampil dipanggung-panggung hiburan.
Anak didik juga terbantu dengan
bergabung di Rumah Singgah mereka seperti
menemukan kembali motivasi hidupnya, mereka
mendapat banyak sekali dorongan untuk kembali
menjadi anak yang berguna, dan memiliki masa
depan yang cerah, mereka sudah tidak takut akan
bayang-bayang masa lalunya dengan percaya diri
mampu menatap masa depannya kembali cerah.
Seperti hasil wawancara dengan Aldi
“Banyak perubahan nya salah satunya ya saya
mendapat keluarga baru yang itu menurut saya
banyak sekali membantu saya untuk terus maju,
seperti Pak Ali yang selalu memberi motivasi-
motivasi buat saya biar gak gampang minder
karena masa lalu saya.”
3. SDM
Menurut Ishaq dalam bukunya
menyebutkan bahwa pendidikan luar sekolah yang
sesuai khusus untuk anak jalanan adalah dengan
melakukan proses pembelajaran yang
dilaksanakan dalam wadah “Rumah Singgah” dan
PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), yaitu
anak jalanan dilayani di dalam rumah singgah,
sedangkan anak rentan ke jalan dan orang dewasa
dilayani dalam wadah PKBM.
78
Konsep pemberdayaan yang diungkapkan
diatas sangat relevan dengan yang dilakukan oleh
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi terkait
pemberdayaan dalam ranah peningkatan kualitas
sumberdaya manusia melalui program pelatihan
ketrampilan bermusik.
Berkaitan dengan penigkatan ketrampilan
bermusik anak didik yang dibina oleh Rumah
Singgah Bina Anak Pertiwi penulis menggunakan
indikator ketrampilan bermusik menurut Romeo
Satria, dimana menurutnya pada tahapan mahir
terbagi menjadi dua kelompok, yaitu teori dan
teknik yang keduanya saling mendukung satu
dengan yang lainnya. (Satria 2017, 37)
1. Teori
a. Pelajari bagaimana cara membaca not
balok dan not standar.
b. Pelajari sekala nada seperti harmonic
minor, pentatonic, kromatic, blues 1
dan 2, jazz mayor dan minor, hindu,
Japanese, slendro, pelok, dan masih
banyak yang lainnya.
2. Teknik
a. Peletakkan jari pada badan gitar
(peletakkan jari-jari dengan tepat pada
not yang akan kita tekan dan
menghasilkan bunyi yang sempurna)
79
b. Penerapan teori khusus seperti picking
dengan berbagai jenisya, genjreng,
streaming, bending, pull, hammer,
slide, trill, sweeping, muting, dll.
c. Improvisasi. Hal ini akan
memperlihatkan apakah sudah mahir
atau belum.
d. Dapat membuat lagu sendiri dengan
mengaransemen berbagai jenis dan
aliran musik yang disukai.
Indikator keterampilan bermusik yang
dikemukakan diatas ternyata dapat ditemukan
pada anak didik sebagai fakta pemberdayaan
bahwa anak didik di Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi telah terbina dengan baik sebagaimana
disampaikan melalui wawancara kepada peserta
didik bernama Wahyu
“Alat musik saya diajarin macam-macam bang,
mulai dari gitar yang tadinya pas ngamen cuma
pake tepuk tangan aja sekarang udah bisa sih buat
main gitar, lumayan dah bang kalo buat bawain
lagu sekarang udah bisa.
Hal senada juga disampaikan oleh Agus
“Kalo saya lebih diajarin buat bawain gitar
karena pas tampil saya lebih sering buat jadi
vokalis. Tapi sesekali juga bisa kalo disuruh
megang gitar gentian sama yang lain.
80
Kedua pemaparan anak didik diatas
memperkuat hasil wawancara penulis dengan pak
Ali selaku ketua Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi tersebut
“Semua jenis musik hampir diajarkan, seperti
aransemen lagu-lagu akustik, jenis musik pop,
Jinbe, hingga musik lagu-lagu koplo
dikembangkan kepada para anak didik. sampai
saat ini semua peserta didik hampir sudah dapat
memainkan semua aransemen lagu yang
diajarkan, banyaknya jenis musik yang diajarkan
sangat berguna bagi para anak didik karena
mereka dapat memainkan semua jenis lagu pada
saat perform, karena pilihan lagu yang mereka
mainkan di setiap undangan acara akan beragam
dan dapat mengikuti setiap momen ataupun
pilihan lagu yang sedang trending pada saat itu.”
Pemberdayaan merupakan suatu usaha seseorang
atau kelompok dalam mengembangkan potensi dan
kemampuan yang mereka miliki dengan memberikan
kekuasaan penuh kepada diri mereka dalam menentukan
jalan dan tujuan hidup mereka serta dapat
mempertanggung jawabkan atas apa yang telah menjadi
pilihan hidup mereka tanpa adanya lagi merasa
ketergantungan terhadap orang lain. Adapun indikator
keberhasilan yang ingin dicapai oleh Rumah Singgah
adalah sebagai berikut:
81
Keterampilan Bermusik
Karya diterima
masyarakat
Bagan 4.3
INDIKATOR KEBERHASILAN RUMAH SINGGAH
Unsur tersebut merupakan pokok indikator yang
ingin dicapai oleh Rumah Singgah, bagi pak Ali
diterimanya karya anak binaan dalam bermusik
merupakan sebuah kesuksesan anak didik sebab
berangkat dari anak jalanan yang hanya mengamen
dijalan kemudian mampu berkarya dipanggung hiburan
masyarakat.
Dengan bertambahnya kemampuan mereka dalam
bermusik dapat menjadi bakat yang dapat dijual untuk
menghibur, seperti mengisi acara-acara yang
diselenggarakan baik formal maupun non-formal, yang
dengan mengikuti acara tersebut nantinya mereka
mendapatkan pundi-pundi uang yang bila dilakukan
secara konsisten dapat memperbaiki taraf perekonomian
mereka nantinya.
82
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada prakteknya kelompok rentan ini yaitu
kelompok anak jalanan kemudian dapat penulis lihat
sebagai kelompok yang diberdayakan oleh Rumah
Singgah Bina Anak Pertiwi. Anak jalanan yang berada
dengan cakupan wilayah Pasar Minggu Jakarta Selatan
dibina dengan berbagai keterampilan diantaranya
keterampilan bermusik. Pada prosesnya pembinaan anak
jalanan memiliki karakteristik yang sangat khas
dikarenakan mereka sudah terbiasa hidup dijalan
sementara pembinaan yang akan dilakukan berpusat pada
pola asrama. Akhirnya pembinaan pemberdayaan
dilakukan dengan melakukan beberapa pendekatan.
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi memiliki pola
khusus dalam menjalankan misi pemberdayaannya.
Diantara pola yang digunakan berangkat dari pengalaman
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi yaitu, Pengamatan,
Pendekatan, Pengenalan, Rekruitmen, Pembinaan,
Terminasi.
Pada akhirnya penulis menemukan fakta
pemberdayaan bahwa apa yang dilakukan Rumah Singgah
Bina Anak Pertiwi merupakan upaya pemberdayaan anak
83
jalanaan melalui pendekatan antara street based dan
center based dimana kedua pendekatan ini menekankan
pola kegiatan yang diminati ataupun disukai baik ditempat
rumah singgah maupun dijalan sebagai latar belakang dari
tempat asal mereka. Anak jalanan sebagai kelompok
rentan dan lemah akhirnya memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
sehingga mereka memiliki kebebesan baik memilih jalur
pendidikan formal maupun jalur keterampilan bakat
bermusik.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis
merekomendasikan berupa saran sebagai berikut:
1. Rumah Singgah Bina Anak pertiwi kedepannya
dapat memiliki lebih banyak peserta pelatihan
ketrampilan bermusik serta mampu menjalin
kerjasama dengan instansi lain untuk membuka
peluang pekerjaan bagi para peserta didiknya.
2. Menambah relasi kemitraan dengan instansi atau
perusahaan yang sesuai dengan bidang
keterampilan bermusik, agar peserta pelatihan
ketrampilan bermusik dapat mengembangkan
bakatnya, sangat membanggakan bila peserta didik
yang telah di lepas nantinya mampu mandiri di
industri permusikan Indonesia.
84
Demikian kesimpulan dan saran-saran yang dapat
penulis sampaikan, semoga saran-saran dari penulis dapat
menjadi sebuah kritikan yang membangun guna
memajukan program pelatihan ketrampilan bermusik di
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi untuk kedepannya.
85
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat
dan Intervensi Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran dan
Pendekatan Praktis. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi UI, 2001
Gunawan, Ary H. Kebijakan–Kebijakan Pendidikan. Jakarta: PT
Rineka Cipta,1999
Hadari, Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1991
Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah, dengan Pendekatan
Kualitatif. Jakarta: UIN Jakarta press 2006
Ishaq, M. Pengembangan Modul Literasi Jalanan untuk Peningkatan
Kemampuan Hidup Bermasyarakat Anak-anak Jalanan,
Bandung :Yayasan Bahtera-UNICEF
Kudrat Umar Masri dan Uno Hamzah, Mengelola Kecerdasan dalam
Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009
Machendrawati, Nanih dan Agus Ahmad Safe’I, Pengembangan
Masyarakat Islam: Dari Ideologi, Strategi, Sampai Tradisi.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001
Mahkamah Agung RI. Undang-Undang Perlindungan Anak
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga dan
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Jakarta:
MA, 2013
86
Mangkunegara, Anwar Prabu Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001
Marbun, B.N. Kamus Manajemen , Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Anggota Ikapi, 2003
Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta,
Bumi Aksara, 2008
Mardikanto Totok dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Perspektif Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta, 2015
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007
Rahayu Tri Lin, S.Psi dan Ardani Ardi Tristiadi, Observasi
Wawancara, Malang: PT. Bayu Media, 2004
Rivai, Veithzal Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan
dari Teori ke Praktek, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2004
Salam Syamsir dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan,
Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008
Sardiman M, A, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Op, Cit
Satria, Romeo Jago Bermain Gitar Tanpa Les dan Tanpa Guru, Bantul:
Chivita Books, 2017
Sherraden,Michael. Aset Untuk Orang Miskin Perspektif Baru Usaha
Pengentasan Kemiskinan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006
87
Sudrajat, Tata. Anak Jalanan dan Masalah Sehari-hari Sampai
Kebijaksanaan, Bandung: Yayasan Akatiga, 1996
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta,
2012
Suharto, Edi. Membangun Mayarakat Memberdayakan Rakyat.
Bandung: PT Refika Aditama, 2005.
Surachmad, Winarno. Pengantar Metode Ilmiah. Bandung: Tarsito,
1982
Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana,2010
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang
Kesejahteraan Anak Pasal 1 ayat (1).
Zubaedi, Pengembangan Masyarakat wacana dan praktik, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2013
Sumber Lain:
Ari Kurniawan, Peran Yayasan Kumala Dalam Pemberdayaan Anak
Jalanan Melalui Pendidikan Ketrampilan di Kelurahan Rawa
Badak Utara Kecamatan Koja Jakarta Utara, (Skripsi S1
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2010)
Azizah, Siti Nur. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat, h.
9-10 dalam Skripsi: Peran Pekerja Sosial di Rumh Singgah
Anak Jalanan Yayasan Rumah Kita, (Jakarta: FDK, 2007)
Dedi Hendrian, Catat! 18.000 Anak Jalanan Rentan Jadi Obyek
Eksploitasi, artikel diakses pada 28 November 2016 dari
88
http://www.kpai.go.id/berita/catat-18-000-Anak-Jalanan-
Rentan-Jadi-Obyek-Eksploitasi-2/
http://rumaysho.com/tafsir-al-quran/tidak-menyayagi-yatim-dan-orang-
miskin-2706. Di akses pada 26 Februari 2017 pukul 16.24
http://wartakota.tribunnews.com/2016/11/27/anak-jalanan-terbanyak-
ada-di-jakarta-jumlahnya-mencapai-7600-jiwa . Artikel diakses
pada 4 Februari 2017
https://jakselkota.bps.go.id/
Karakteristik Sosial Ekonomi dan Demografi Anak Jalanan di
Kotamadya Malang. Artikel di akses pada 28 November 2016
“Pengembangan Soft Skill“ http://www.infodiknas.com/030-
pengembangan-soft-skill-hard-skill-dan-life-skill-peserta-didik-
dalam-menghadapi-era-globalisasi.html
Sumber Wawancara
Wawancara pribadi dengan bapak Ali Santoso selaku ketua
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, Jakarta. Selasa 4 Juni
2019.
Wawancara pribadi dengan Agus salah seorang peserta pelatihan
bermusik di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, Jakarta.
Senin 10 Juni 2019.
Wawancara pribadi dengan Irfan salah seorang peserta pelatihan
bermusik di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, Jakarta.
Senin 10 Juni 2019.
89
Wawancara pribadi dengan Aldi salah seorang peserta pelatihan
bermusik di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, Jakarta.
Senin 10 Juni 2019.
Wawancara pribadi dengan Wahyu salah seorang peserta
pelatihan bermusik di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi,
Jakarta. Minggu 9 Juni 2019
PEDOMAN WAWANCARA
DENGAN KETUA RUMAH SINGGAH BINA ANAK PERTIWI
Nama : Ali Santoso
Jabatan : Ketua Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi
Tanggal Wawancara : Selasa 4 Juni 2019.
1. Rentang usia anak didik yang mengikuti program pelatihan
ketrampilan bermusik?
Jawaban: Untuk anak didik yang secara khusus mengikuti pelatihan
ketrampilan bermusik memliki rentang usia yang beragam, antara
usia 13 hingga 18 tahun.
2. Dalam pelatihan ketrampilan bermusik, jenis musik apa saja yang
diajarkan?
Jawaban: Semua jenis musik hampir diajarkan, seperti aransemen
lagu-lagu akustik, jenis music pop, Jinbe, hingga music lagu-lagu
koplo dikembangkan kepada para anak didik. sampai saat ini semua
peserta didik hampir sudah dapat memainkan semua aransemen lagu
yang diajarkan, banyaknya jenis musik yang diajarkan sangat
berguna bagi para anak didik karena mereka dapat memainkan
semua jenis lagu pada saat perform, karena pilihan lagu yang
mereka mainkan di setiap undangan acara akan beragam dan dapat
mengikuti setiap momen ataupun pilihan lagu yang sedang trending
pada saat itu.
3. Berapa jumlah peserta didik yang fokus untuk mengikuti pelatihan
ketrampilan bermusik?
Jawaban: Karena banyaknya anak jalanan dibawah naungan Rumah
Singgah Bina Anak Pertiwi maka Rumah Singgah tidak
mengharuskan semua Anak asuh untuk mengikuti pelatihan
ketrampilan, dan juga karena faktor kedisplinan anak didik, sehingga
yang sampai saat ini masih tetap fokus untuk mengikuti pelatihan
ketrampilan bermusik hanya berjumlah 8 orang anak didik yang
kemudian dapat dibagi ke dalam dua kelompok ataupun dapat
bermain musik secara bersama-sama.
4. Apa saja kegiatan rutinitas anak didik selama berada di Rumah
Singgah?
Jawaban: Anak-anak didik selama di dalam asrama mempunyai
rangkaian aktivitas yang sudah menjadi rutinitas setiap harinya, pagi
hari mereka bangun untuk sholat shubuh setelah itu aktivitas bebas
sampai perisapan kegiatan PKBM yang dimulai pada pukul 08.00
sampai ppukul 11.00 (Kegiatan PKBM hanya diadakan setiap senin,
selasa, rabu, dan kamis), setelah kegiatan PKBM selesai biasanya
anak didik secara bersama-sama masak untuk makan siang, setelah
itu bebas sampai malam hari, pada waktu kosong anak didik yang
mengikuti program ketrampilan bermusik biasanya memainkan alat
music entah bernyanyi bersama atau sekedar iseng mengisi waktu
luang sambil melancarkan mereka bermain musik. Untuk hari Jum’at
tidak ada kegiatan apapun dari pengurus Rumah Singgah, anak didik
hanya di pantau untuk melaksanakan Shalat Jum’at, sedangkan
Sabtu dan Minggu pelatihan ketrampilan bermusik mulai beraktivitas
dengan guru yang disediakan dari Rumah Singgah, kegiatan
pelatihan berjalan selama dua jam. Pada hari Sabtu dan Minggu
pula anak didik diajakrkan ilmu bela diri karate di Rumah Singgah.
5. Darimana Rumah Singgah mendapatkan biaya Operasional?
Jawaban: Untuk dana operasional Rumah Singgah merupakan dana
pribadi saya sendiri dan ada juga dari beberapa donatur.
6. Bagaimana tahapan awal untuk mengajak anak jalanan bergabung ke
dalam Rumah Singgah?
Jawaban: Tahapan awal yang kita gunakan sejak awal pendekatan
yakni dengan turun langsung ke lapangan (lokasi anak jalanan), lalu
kami memperkenalkan diri dan memberikan informasi kontak (disini
kami membangun kepercayaan dulu kepada anak jalanan bahwa niat
kami mengajak mereka bergabung hanya untuk membantu mereka),
setelah dirasa mereka cukup percaya kepada niat kami pada
akhirnya nanti mereka yang akan mendatangi kita untuk dilakukan
pendataan serta asessement kebutuhan mereka, dan tahap terakhir
dari semuanya dengan melakukan home visit (pengecekan serta
pendalaman data latar belakang keluarga)
7. Bagaimana tahapan selanjutnya setelah anak jalanan bersedia
bergabung dengan Rumah Singgah?
Jawaban: Selanjutnya setelah anak jalanan bersedia untuk
bergabung bersama Rumah Singgah kami berikan mereka
pembinaan melalui Pendidikan formal sekolah kesetaraan (Paket A,
B, dan C), selain itu kami juga menawarkan beberapa program
ketrampilan sesuai minat dan bakat mereka, salah satunya melalui
program keterampilan bermusik.
8. Pada saat kapan Rumah Singgah merasa pas untuk melepas anak
didik?
Jawaban: Berdasarkan Usia yaitu maksimal 24 tahun biasanya kita
sudah berani untuk melepas mereka, dapat juga berdasarkan
jenjang pendidikan yaitu Paket C (tingkat paling akhir dari program
kesetaraan yang diselenggarakan) namun adakalanya usia 24 masih
pada level paket B dan dapat diakhirkan berdasarkan usia. Karena
kita gak mungkin harus selalu memaksakan kehendak, kita beri
kebebasan kepada mereka.
9. Target apa yang ingin dicapai pada program pelatihan Bermusik?
Jawaban: Kalo ditanya target, tentunya kita ingin yang terbaik untuk
peserta pelatihan, tapi yang paling penting anak-anak dapat
membuat karya dalam bidang musik dan tentunya kita berharap
karya dari mereka dapat diterima oleh masyarakat luas.
10. Sampai dimana program ketrampilan bermusik dapat dikatakan
sukses?
Jawaban: Dapat dikatakan sukses kalo menurut saya anak-anak
sudah dapat mandiri, mandiri dalam artian tidak lagi memiliki
ketergantungan, jadi kita sudah bisa melepas mereka dengan
bangga. Dan juga ditambah dengan lengkapnya sarana
perlengkapan studio yang nantinya memudahkan generasi berikutnya
dan jadi daya tarik juga kalo memiliki fasilitas bermusik yang
lengkap.
11. Sampai saat ini program ketrampilan bermusik sudah sampai berapa
persen dalam ketercapaian target?
Jawaban: Sejak dimulainya yayasan ini sampai sekarang, saya rasa
presentase nya baru sekitar 80% sedangkan 20% apabila kami sudah
memiliki fasilitas yang lengkap dalam hal ketersediaan alat music
dan studio band.
12. Berapa Penghasilan yang diterima untuk sekali perform anak-anak
didik peserta pelatihan?
Jawaban: Kalo kita sih gak mematok berapa-berapanya, hanya
keikhlasan dari pihak yang memiliki acara, tapi selama ini sih ada
dua kali pembayaran yang kami terima, yaitu untuk Yayasan dan
untuk anak-anak yang perform. Sekali perform anak-anak bisa
mendapatkan kisaran 1 Juta sampai 2 juta untuk satu kelompok band
yang tampil, nanti dibagi rata sesuai dengan jumlah yang diterima
kepada semua anak yang perform.
13. Apakah pernah melakukan evaluasi untuk program pelatihan
bermusik?
Jawaban: Kalo untuk evaluasi saya serahin langsung ke anak-anak
yang ikut pelatihan dan juga gurunya, nanti baru laporan
pertanggung jawaban ke saya. Tapi yang memecahkan masalah
seluruhnya guru dan juga peserta didik.
PEDOMAN WAWANCARA
DENGAN ANAK DIDIK PESERTA PELATIHAN
KETRAMPILAN BERMUSIK
Nama : Wahyu
Jabatan : Peserta Pelatihan Ketrampilan Bermusik
Waktu : Minggu 9 Juni 2019
No. HP : 085947978161
1. Bagaimana awal mula bisa bergabung dengan Rumah
Singgah Bina Anak Pertiwi?
Jawaban: Tadinya saya tinggal di daerah cawang
bersama dengan nenek, tapi karena kontrakan di cawang
di gusur akhirnya saya pindah ke daerah pejaten, setelah
pindah ke kontrakan baru saya sempat putus sekolah
akhirnya saya ikut temen saya buat ngamen di jalanan,
nah saya diajak tuh buat gabung ke Rumah Singgah,
karena saya pengen nerusin sekolah lagi bang temen saya
sebelumnya udah bergabung ke rumah singgah sini ikut
pendidikan gitu, saya jadi mau ikut gabung biar bisa
nerusin sekolah lagi yang tadinya sempet putus sekolah.
2. Apa alasan adik mau bergabung dengan Rumah Singgah
Bina Anak Pertiwi?
Jawaban: Ya itu bang alasan utama saya pengen nerusin
sekolah juga, udah gitu sekarang saya gak punya siapa-
siapa lagi karena nenek udah meninggal, orang tua saya
juga udah lama meninggalnya, jadi di sini saya tinggal
sekarang.
3. Apa saja yang adik dapatkan selama bergabung dengan
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi?
Jawaban: Saya dapet semuanya bang, dari pendidikan
saya di sekolahin lagi sama Pak Ali, untuk ketrampilan
saya gabung ke musik bang karena saya suka juga sih
nyanyi-nyanyi makanya tertarik bergabung.
4. Perubahan apa saja yang dirasakan setelah bergabung
dengan Rumah Singgah dan setelah bergabung di program
pelatihan bermusik?
Jawaban: Perubahan nya sih dulu waktu di cawang saya
sekolah sama sekali belom bisa baca bang, tapi
Alhamdulillah sekarang setelah bergabung disini jadi
lancar baca. Kalo untuk perubahan bisa main musik saya
bisa membawakan beberapa alat musik sekarang.
5. Alat musik apa saja yang di ajarkan di program pelatihan
bermusik?
Jawaban: Alat musik saya diajarin macam-macam bang,
mulai dari gitar yang tadinya pas ngamen cuma pake
tepuk tangan aja sekarang udah bisa sih buat main gitar,
lumayan dah bang kalo buat bawain lagu sekarang udah
bisa.
6. Apa saja hambatan yang dirasakan selama bergabung
dengan program pelatihan bermusik?
Jawaban: Alhamdulillah sih bang sekarang peralatan buat
main musik nya udah lumayan lengkap, tadinya pas awal
saya gabung masih belum lengkap bang jadi ya kita
latihan-latihannya pake alat musik yang ada aja, kalo gak
ya kita kreatif buat bikin alat musik kayak gendang dll.
7. Sampai kapan akan bergabung dengan Rumah Singgah
Bina Anak Pertiwi?
Jawaban: Wah belom ada bayangan bang mau sampai
kapan tapi pastinya nanti pengen lebih maju aja daripada
yang sekarang bang, gak mau begini terus pastinya.
8. Pendapatan setelah dan sebelum bergabung dengan rumah
singgah?
Jawaban: Kalo sebelum bergabung ya paling dari nenek
kalo gak ya saya ngamen bang baru deh megang duit,
kalo sekarang ya dapet dari hasil manggung lumayan
buat jajan sehari-hari, kalo buat kebutuhan makan udah
ditanggung sama Rumah Singgah sini.
9. Pendapatan sekali manggung berapa? Dan digunakan
untuk apa?
Jawaban: Gak tentu sih bang, kadang 2 juta kadang juga
3 juta tapi itu juga masih dibagi ke anak-anak yang lain
yang ikut manggung, kisaran sih bisa dapet 300Ribu -
350Ribu sekali tampil bang, paling ya saya pake buat
jajan kalo gak ya ditabung sih duitnya.
10. Setelah dan sebelum bergabung di program pelatihan
bermusik sudah bisa memainkan alat musik apa saja?
Jawaban: Sebelum gabung saya ngamen cuma pake
tangan aja bang tepuk tangan gitu tapi kalo sekarang sih
udah lumayan bisa banyak main alat musik, yang sering
sih saya bawa gitar bang kalo lagi latihan atau main
bareng-bareng.
Nama : Aldi
Jabatan : Peserta Pelatihan Ketrampilan Bermusik
Waktu : Senin 10 Juni 2019
No. HP : 087789065280
1. Bagaimana awal mula bisa bergabung dengan Rumah
Singgah Bina Anak Pertiwi?
Jawaban: Saya dulu awal gabung karena kabur dari
rumah, dulunya orang tua saya sering banget berantem
sampe akhirnya saya udah gak betah lagi di rumah dan
akhirnya saya kabur dari rumah, nah waktu itu saya
nongkrongnya di Republika situ sama temen-temen,
sampe ada peksos dari Rumah Singgah sini datang buat
ngajak saya gabung kesini, hampir setahun lebih saya
tinggal disini baru dah abis itu udah setahun saya baru
dibalkin lagi ke orang tua nah abis saya balik lagi ke
rumah orang tua udah gak berantem lagi sekarang.
2. Apa alasan adik mau bergabung dengan Rumah Singgah
Bina Anak Pertiwi?
Jawaban: Alasan saya gabung disini saya merasa nyaman
rasa kekeluargaan nya kentel banget, satu sama lain itu
udah kayak sama saudara jadi saya udah anggap punya
keluarga baru disini.
3. Apa saja yang adik dapatkan selama bergabung dengan
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi?
Jawaban: Alhamdulillah saya selama disini dibiayain buat
menempuh pendidikan formal, sekarang saya udah kelas
3 di SMKN 25 Jakarta, dan juga tentunya pendidikan lain
contohnya ya saya ikut gabung pelatihan musik, saya
orang nya suka buat tampil jadi seneng aja gabung ke
pelatihan musik buat nyalurin hobbi saya.
4. Perubahan apa saja yang dirasakan setelah bergabung
dengan Rumah Singgah dan setelah bergabung di program
pelatihan bermusik?
Jawaban: Banyak perubahan nya salah satunya ya saya
mendapat keluarga baru yang itu menurut saya banyak
sekali membantu saya untuk terus maju, seperti Pak Ali
yang selalu memberi motivasi-motivasi buat saya biar gak
gampang minder karena masa lalu saya.
5. Alat musik apa saja yang di ajarkan di program pelatihan
bermusik?
Jawaban: Banyak hampir semua alat musik diajarin sih,
tapi saya lebih mendalami gitar, sama dulu sempet bisa
buat main drum tapi sekarang udah jarang megang drum
jadi ya gak terlalu berkembang drum nya.
6. Apa saja hambatan yang dirasakan selama bergabung
dengan program pelatihan bermusik?
Jawaban: Kalo hambatan sih lebih ke dari saya sendirinya
ya, kurang bisa buat disiplin mengikuti latihan gitu.
7. Sampai kapan akan bergabung dengan Rumah Singgah
Bina Anak Pertiwi?
Jawaban: Rencana sih saya nanti selepas lulus sekolah
SMK ada niatan buat pergi ke Kediri buat perdalam
Bahasa Inggris, karena nanti saya pengen kuliah jurusan
HI jadi setelah lulus nanti mungkin setahun di kediri terus
sambal cari-cari biaya tambahan buat nerusin kuliah
nanti.
8. Pendapatan setelah dan sebelum bergabung dengan rumah
singgah?
Jawaban: Pendapatan dulunya ya dari orang tua tapi pas
dijalanan ya sama hasil ngamen sama temen-temen,
alhamdulillah semenjak disini saya bisa dapet
penghasilan tambahan terutama dari bermain musik,
hasil panggilan-panggilan buat manggung.
9. Pendapatan sekali manggung berapa? Dan digunakan
untuk apa?
Jawaban: Pendapatan sih lumayan buat tambahan-
tambahan jajan sekalian ditabungin, ya bisa 300Ribu
sekali manggung itu.
10. Setelah dan sebelum bergabung di program pelatihan
bermusik sudah bisa memainkan alat musik apa saja?
Jawaban: Dulunya sih udah bisa main drum tapi sekarang
udah bisa sih tambahan buat main gitar.
Nama : Irfan
Jabatan : Peserta Pelatihan Ketrampilan Bermusik
Waktu : Senin 10 Juni 2019
No. HP : 081901239521
1. Bagaimana awal mula bisa bergabung dengan Rumah
Singgah Bina Anak Pertiwi?
Jawaban: Dulu saya diantar langsung sama Ayah buat di
titipin disini karena saya bandel banget dulunya, ayah
sama bunda mungkin udah gak tahan sama kenakalan
saya sampe akhirnya saya dianterin sama ayah kesini ya
mungkin dengan harapan saya bisa jauh lebih baik disini,
saya dulunya udah ngamen kemana-mana hampir udah
semua tempat dijakarta saya jadiin tempat ngamen
bahkan saya juga pernah ngamen sampe ke cikampek
sana, makanya bandelnya udah gak ketulungan karena
pergaulan juga dan karakter saya yang emang susah buat
dibilangin.
2. Apa alasan adik mau bergabung dengan Rumah Singgah
Bina Anak Pertiwi?
Jawaban: Alasannya ya mungkin karena saya pengen
lebih bener kali ya disini soalnya orang tua sendiri aja
udah gak kuat jadi ya saya mau gak mau disini.
3. Apa saja yang adik dapatkan selama bergabung dengan
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi?
Jawaban: Pembinaan yang saya dapet, udah gitu saya
disini juga ikut sekolah kesetaraan paket C. nah karena
saya emang dari dulu udah bisa main musik jadi saya ikut
gabung dah tuh di pelatihan bermusik, karena saya rasa
itu hobi saya jadi saya harus gabung ke pelatihan itu.
4. Perubahan apa saja yang dirasakan setelah bergabung
dengan Rumah Singgah dan setelah bergabung di program
pelatihan bermusik?
Jawaban: Perubahan saya dapat saya bisa seenggaknya
ikut kejar paket C, sama bimbingan dari Pak Ali untuk
jadi anak yang lebih baik dari sebelumnya, meskipun gak
langsung berubah tapi saya merasakan perubahan itu
dikit demi sedikit.
5. Alat musik apa saja yang di ajarkan di program pelatihan
bermusik?
Jawaban: Disini diajarinnya banyak alat kayak gitar,
jinbe, drum, angklung juga saya bisa mainin.
6. Apa saja hambatan yang dirasakan selama bergabung
dengan program pelatihan bermusik?
Jawaban: Hambatan kalo yang saya rasakan datang nya
sih dari peserta nya juga karena pada gak konsisten pada
gak disiplin gitu jadi susah buat diajak bareng-bareng
latihan, tapi kalo udah ngumpul sih ya kompak-kompak
aja cuma pas awal dateng nya itu suka pada telat-telat.
7. Sampai kapan akan bergabung dengan Rumah Singgah
Bina Anak Pertiwi?
Jawaban: Karena saya udah ngerasa ini rumah saya
sendiri ya saya sih bakal disini selamanya mungkin nanti
bisa bantu-bantu ngajarin musik atau gak ya bisa juga
jadi volunteer, pokoknya ya saya jadi bagian dari
keluarga rumah singgah ini.
8. Pendapatan setelah dan sebelum bergabung dengan rumah
singgah?
Jawaban: Dulu ya paling saya dapet duit dari ngamen
kalo gak ngamen ya paling saya jualan kantong plastik di
pasar-pasar, nah kalo sekarang alhamdulillah ada duit
hasil manggung lumayan buat jajan, kadang-kadang juga
masih dapet dari ayah kalo duit.
9. Pendapatan sekali manggung berapa? Dan digunakan
untuk apa?
Jawaban: Sekali manggung sih biasanya dibagi-bagi sama
anak yang lain jadi dibagi rata, paling saya sendiri sih
bisa megang 300an dah pulang dari manggung. Saya
pake buat jajan sama keperluan-keperluan lainnya.
10. Setelah dan sebelum bergabung di program pelatihan
bermusik sudah bisa memainkan alat musik apa saja?
Jawaban: Hampir semua alat music yang ada di tempat
latihan saya bisa bawain cuma saya suka bawain
gendang koplo , gendang rampag kalo gak ya saya
bawain gitar.
Nama : Agus
Jabatan : Peserta Pelatihan Ketrampilan Bermusik
Waktu : Senin 10 Juni 2019.
No. HP : 087721539487
1. Bagaimana awal mula bisa bergabung dengan Rumah
Singgah Bina Anak Pertiwi?
Jawaban: Tahun 2014 saya diajak gabung sama tetangga,
kebetulan anak tetangga juga udah sekolah disini jadi
sama orang tua saya disuruh gabung kesini. Dulunya
saya juga turun ke jalanan buat ngamen tapi semenjak
disini udah gak boleh lagi turun ke jalanan jadi ya saya
focus ke belajar sama ngikutin pelatihan bermusik
2. Apa alasan adik mau bergabung dengan Rumah Singgah
Bina Anak Pertiwi?
Jawaban: Alasan saya gabung ya saya mau ikut sekolah
disini, orang tua gak sanggup buat biaya sekolah saya
jadinya saya dimasukin ke rumah singgah ini buat dikasih
Pendidikan.
3. Apa saja yang adik dapatkan selama bergabung dengan
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi?
Jawaban: Saya dapet disini pembinaan terus juga
pendidikan, tahun ajaran baru ini saya mau di daftarin
sama Pak Ali ke sekolahan Formal.
4. Perubahan apa saja yang dirasakan setelah bergabung
dengan Rumah Singgah dan setelah bergabung di program
pelatihan bermusik?
Jawaban: Perubahan ya saya yang tadinya gak bisa
bawain alat musik sekarang jadi bisa, diberikan motivasi-
motivasi kalo yang lain aja bisa bawain kenapa saya gak
bisa.
5. Alat musik apa saja yang di ajarkan di program pelatihan
bermusik?
Jawaban: Kalo saya lebih diajarin buat bawain gitar
karena pas tampil saya lebih sering buat jadi vokalis.
Tapi sesekali juga bisa kalo disuruh megang gitar gentian
sama yang lain.
6. Apa saja hambatan yang dirasakan selama bergabung
dengan program pelatihan bermusik?
Jawaban: Saya gak merasakan hambatan apa-apa sih.
7. Sampai kapan akan bergabung dengan Rumah Singgah
Bina Anak Pertiwi?
Jawaban: Wah belum kepikiran mau sampai kapannya
disini, karena ini udah jadi keluarga saya sendiri sih, jadi
mungkin nantinya juga saya tetep balik lagi kesini.
8. Pendapatan setelah dan sebelum bergabung dengan rumah
singgah?
Jawaban: Kalo tadinya cuma ngamen yang gak seberapa
sama dari orang tua, sekarang ya lumayan dari hasil
manggung sama yang lain bisa buat nambah-nambah.
9. Pendapatan sekali manggung berapa? Dan digunakan
untuk apa?
Jawaban: Sekali manggung rata-rata nih ya paling
kisaran 250 sampe 300an dah bang tapi kadang juga
dapet lebih sih bang tergantung yang manggil itu
perjanjian awalnya dapet darimana hehe. Paling saya
pake buat keperluan sehari-hari bang sama buat jajan
kalo masih ada ya buat ditabungin.
10. Setelah dan sebelum bergabung di program pelatihan
bermusik sudah bisa memainkan alat musik apa saja?
Jawaban: Sebelum gabung saya gak bisa main alat musik
apapun tapi sekarang ya saya udah bisa buat bawain
gitar sama lebih bisa buat nyanyi karena saya lebih
sering dijadiin vokalis ketimbang bawain alat musik.
FOTO KEGIATAN PELATIHAN KETRAMPILAN
BERMUSIK DI RUMAH SINGGAH BINA ANAK
PERTIWI
Saat melakukan wawancara dengan Pak Ali Santoso, selaku
Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi
Mengisi waktu luang dengan para peserta didik sambil bermain
alat musik gitar
Bersama guru
pelatihan
ketrampilan
bermusik usai
memberiikan
pelatihan.
Perform anak didik peserta pelatihan ketrampilan bermusik
Saat mengisi acara di salah satu Mall di kawasan Depok Jawa
Barat
Saat Collaboration bersama Artis pada acara amal di kawasan Car
Free Day di Jakarta
Sarana Latihan Untuk Program Bermusik
Fasilitas Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi