pembentukanunitusahapembibitan...

5
NATAAMIJAYA, A.G., U. KUSNADI, H. RESNAWATI, S.N . JARMANI, H. HAMID, S . PRAWIRODIGDo dan SUGIYONO . 1999/2000. Pembentukan unit usaha pembibitanpenghasil anak ayam buras . Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-II : 11-15 . Suatu kegiatan untuk pembentukan unit usaha pembibitan penghasil anak ayam buras telah dilaksanakan di desa Sukorejo, kecamatan Kebumen, kabupaten Kendal, propinsi Jawa Tengah. Sebanyak 400 ekor ayam buras (kampung) dipelihara oleh 8 petemak dengan pejantannya 20 ekor ayam Pelting dan 20 ekor ayam Kedu Putih. Perkawinan dilaksanakan dengan teknik inseminasi buatan, telur ditetaskan dengan mesin tetas . Parameter yang diukur adalah produksi telur, bobot telur, kualitas telur, fertilitas,daya tetas dan bobot badan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa ayam kampung yang dipelihara secara intensif menghasilkan telur cukup banyak (37,6 % - 41,7 %) selama 8 bulan masa bertelur.Bobot badan anak ayam yang dicapai dalam umur 4 minggu adalah 296,9 gram (Pelung x Ksmpung) dan 253,9 gram (Kedu Putih x Ksmpung) . Bobot telur yang dihasilkan 38,0 -39,5 gram masih dalam kisaran normal dengan kualitas yang baik, namun wama yolk cenderung lebih pucat . Unit pembibitan anak ayam buras/kampung telah dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan anak ayam berkualitas baik . Kata kunci : Pembibitan, ayam buras Key words : Breeding center, kampung. Laporan Bagian Proyek Rekayasa TeknologiPeternakan ARMP-11 Th. 199912000 PEMBENTUKAN UNIT USAHA PEMBIBITAN PENGHASIL ANAK AYAM BURRS A. G . NATAAMIJAYA I , U. KUSNAD11 , H. RESNAWATl l , S. N. JARMANI1 , H. HAMID2 , S. PRAWIRODIGDO 3 dan SUGlYON0 3 'Balai Penelitian Ternak P . O . Box 121, Bogor 16002, Indonesia 2Balai Penelitian Veteriner Jalan R . E . Martadinata 30, P . O . Box 151, Bogor 16114, Indonesia 'Instalasi Penelitian Pertanian dan Teknologi Pertanian, Klepu ABSTRAK ABSTRACT NATAAMIJAYA, A.G., U. KUSNADI, H . RESNAWATI, S.N . JARMANI, H. HAMID, S . PRAWIRODIGDO and SUGIYONO. 1999/2000 . The Establishment of native chichen breeding unit . Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-1I : 11-15 . A study on the establishment of local chicken village breeding center was conducted in Sukorejo, Kebumen of Kendal regency Central Java. As much as 400 hundred local chicken (kampung) hens white together with 20 Peking and 20 white Kedu cockerels were kept by 8 farmers so that 50 hens and five cockerels either Pelung or Kedu were kept by each farmer. Artificial insemination technique was utilized to fertilize the eggs. Parameters observed were egg production, weight, quality, fertility, hatchability and body weight . Result showed that during 8 month production period a production rate of 37,6 % to 41,7 % was recorded . One month age chick body weight of Pelting x Kampung was 296,9 grams and Kedu Putih x Kampung was 254,9 grams . The eggs weight was 38,0 - 39,5 grams with good quality, yet the yolk color was pale . The village breeding center for producing day old chicks had been established. PENDAHULUAN Ayam buras disebut juga ayam kampung atau ayam lokal merupakan aset nasional yang wajib dibudidayakan secara optimal dengan cara mempertahankan kelestariannya . Sejauh ini telah diidentifikasi sekurang-kurangnya 27 distinct group ayam buras (NATAAMuAYA dan DIWYANTO, 1994) . Dari tahun ke tahun jumlah konsumen ayam lokal semakin banyak, terutama karena faktor preferensi di mana daging ayam kampung dipandang lebih lezat daripada ayam ras. Akan tetapi .4umlah. permintaan yang . meningkat tajam tidak diimbangi dengan kemampuan memasok. Hal ini terutama disebabkan oleh sulit diperolehnya bibit ayam atau day old chick ayam lokal sebagai akibat tidak terpenuhinya permintaan akan daging ayam kampung maka terjadi pemalsuan dengan mempergunakan ayam petelur jantan muda sehingga konsumen yang dirugikan . Pada kegiatan penelitian ini dicoba untuk membentuk

Upload: ngobao

Post on 06-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBENTUKANUNITUSAHAPEMBIBITAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/pronar01-2.pdf · Pada akhir masa pengamatan ... dan bibit/babon (Tabel 3), dalam waktu 8 bulan

NATAAMIJAYA, A.G., U. KUSNADI, H. RESNAWATI, S.N . JARMANI, H. HAMID, S. PRAWIRODIGDo dan SUGIYONO . 1999/2000.Pembentukan unit usaha pembibitanpenghasil anak ayam buras. Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi PeternakanARMP-II : 11-15.

Suatu kegiatan untuk pembentukan unit usaha pembibitan penghasil anak ayam buras telah dilaksanakan di desa Sukorejo,kecamatan Kebumen, kabupaten Kendal, propinsi Jawa Tengah. Sebanyak 400 ekor ayam buras (kampung) dipelihara oleh 8petemak dengan pejantannya 20 ekor ayam Pelting dan 20 ekor ayam Kedu Putih. Perkawinan dilaksanakan dengan teknikinseminasi buatan, telur ditetaskan dengan mesin tetas. Parameter yang diukur adalah produksi telur, bobot telur, kualitas telur,fertilitas,daya tetas dan bobot badan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa ayam kampung yang dipelihara secara intensifmenghasilkan telur cukup banyak (37,6 %- 41,7 %) selama 8 bulan masa bertelur.Bobot badan anak ayam yang dicapai dalamumur 4minggu adalah 296,9 gram (Pelung x Ksmpung) dan 253,9 gram (Kedu Putih x Ksmpung) . Bobot telur yang dihasilkan38,0 -39,5 gram masih dalam kisaran normal dengan kualitas yang baik, namun wama yolk cenderung lebih pucat. Unitpembibitan anak ayam buras/kampung telah dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan anak ayam berkualitas baik .

Kata kunci : Pembibitan, ayam buras

Key words : Breeding center, kampung.

Laporan Bagian Proyek Rekayasa TeknologiPeternakan ARMP-11 Th. 199912000

PEMBENTUKAN UNIT USAHA PEMBIBITANPENGHASIL ANAK AYAM BURRS

A. G. NATAAMIJAYAI , U. KUSNAD11 , H. RESNAWATll ,S. N. JARMANI1 , H. HAMID2, S. PRAWIRODIGDO 3 dan SUGlYON03

'Balai Penelitian TernakP. O. Box 121, Bogor 16002, Indonesia

2Balai Penelitian VeterinerJalan R. E. Martadinata 30, P. O. Box 151, Bogor 16114, Indonesia

'Instalasi Penelitian Pertanian dan Teknologi Pertanian, Klepu

ABSTRAK

ABSTRACT

NATAAMIJAYA, A.G., U. KUSNADI, H. RESNAWATI, S.N . JARMANI, H. HAMID, S. PRAWIRODIGDO and SUGIYONO. 1999/2000. TheEstablishment of native chichen breeding unit . Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-1I : 11-15.

A study on the establishment of local chicken village breeding center was conducted in Sukorejo, Kebumen of Kendalregency Central Java. As much as 400 hundred local chicken (kampung) hens white together with 20 Peking and 20 white Keducockerels were kept by 8 farmers so that 50 hens and five cockerels either Pelung or Kedu were kept by each farmer. Artificialinsemination technique was utilized to fertilize the eggs. Parameters observed were egg production, weight, quality, fertility,hatchability and body weight . Result showed that during 8 month production period a production rate of37,6 %to 41,7 %wasrecorded . One month age chick body weight of Pelting x Kampung was 296,9 grams and Kedu Putih x Kampung was 254,9grams. The eggs weight was 38,0 - 39,5 grams with good quality, yet the yolk color was pale . The village breeding center forproducing day old chicks had been established.

PENDAHULUAN

Ayam buras disebut juga ayam kampung atau ayam lokal merupakan aset nasional yang wajibdibudidayakan secara optimal dengan cara mempertahankan kelestariannya . Sejauh ini telah diidentifikasisekurang-kurangnya 27 distinct group ayam buras (NATAAMuAYA dan DIWYANTO, 1994). Dari tahun ke tahunjumlah konsumen ayam lokal semakin banyak, terutama karena faktor preferensi di mana daging ayam kampungdipandang lebih lezat daripada ayam ras.

Akan tetapi.4umlah. permintaan yang . meningkat tajam tidak diimbangi dengan kemampuan memasok. Hal initerutama disebabkan oleh sulit diperolehnya bibit ayam atau day old chick ayam lokal sebagai akibat tidakterpenuhinya permintaan akan daging ayam kampung maka terjadi pemalsuan dengan mempergunakan ayampetelur jantan muda sehingga konsumen yang dirugikan. Pada kegiatan penelitian ini dicoba untuk membentuk

Page 2: PEMBENTUKANUNITUSAHAPEMBIBITAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/pronar01-2.pdf · Pada akhir masa pengamatan ... dan bibit/babon (Tabel 3), dalam waktu 8 bulan

kegiatan unit usaha pembibitan penghasil anak ayam lokal dengan kualitas yang lebih baik, secaraberkesinambungan .

Untuk menghasilkan bibit anak ayam lokal pedaging dipergunakan pejantan ayam Pelung yang memilikikecepatan pertumbuhan lebih baik dibanding ayam lokal lainnya (NATAAMIJAYA, 1985). Pejantan ayam Kedu Putihdipergunakan untuk menghasilkan bibit ayam lokal tipe petelur, karena ayam Kedu pada umumnya menghasilkantelur lebih banyak dibanding beberapa jenis ayam lokal lainnya. (SASROAMUOYO, 1971).

A.G . NATAAMIJAYAet al. : Pembentukan Unit Usaha Pembibitan Penghasil AnakAyam Buras

MATERI DAN METODE

Kegiatan ini terdiri dari 2 sub kegiatan yaitu pengamatan terhadap produktivitas telur ayam kampung yangdibagi kedalam tiga perlakuan kadar protein kasar 14 %, 15 % dan 16 % dengan energi metabolik _+ 2700 Kcal/kg.Setiap perlakukan diberikan kepada 50 ekor ayam betina berumur 5,5 bulan yang ditempatkan dalam kandangindividu/kandang batere . Jumlah ransum yang diberikan adalah 90 gram per ekor per hari, sedangkan air minumdisediakan secara berlebih . Vaksinasi terhadap Newcastle disease (ND) atau tetelo dilaksanakan secara teratursetiap 4 bulan dengan mempergunakan vaksin strain La Sota. Produksi telur dicatat setiap hari, perkawinan denganayam Pelung dan Kedu Putih dilakukan dengan metode Inseminasi buatan yang dilakuakan setiap 4 hari sekali .Telur-telur yang dihasilkan dikumpulkan untuk ditetaskan dengan mesin tetas. Pada akhir masa pengamatandilakukan uji kualitas telur terhadap 50 butir telur dari setiap kelompok perlakuan. Pengamatan lainnya adalahterhadap kinerja anak ayam hasil kawin silang dengan ayam Pelung dan Kedu Putih, yang masing-masingdihasilkan oleh 400 induk betina ayam kampung. Jumlah sampel anak ayam yang diamati adalah sebanyak 500 ekoruntuk setiap persilangan Pelung x Kampung (= PR) dan Kedu Putih x Kampung (= KK), sampai umur 4 minggu,dengan mendapat 4 ransum perlakuan yang mengandung protein kasar 15 %, 17 %, 19 % dan 21 % dan energimetabolik yang sama, 2900 Kcal/kg. Vaksinasi ND dilakukan pada umur 3 hari dan 4 minggu.

Parameter yang diukur adalah produktivitas telur, kualitas telur, fertilitas, daya tetas, bobot badan, konsumsiransum, dan mortalitas . Susunan ransum yang dipergunakan tercantum pada Tabel 1, berikut

Tabel 1. Susunan ransum yang dipergunakan selama penelitian

Bahan

Jagung

Dedak

Tepung ikan

Bungkil kedelai

CaC03

Tepung tulang

Vitamineral

Minyak

Protein kasar

Energi Metabolik

2.750

2.750

2.750

2.800

2.800

2.800

2.800

Harga (Rp)

1 .390

1.500

1 .570

1.500

1 .670

1.825

1 .930

R1

Induk betina

Jumlah bahan (%)

R2 R3 RI

Anak ayam (umur

Jumlah

R2

s/d 4 minggu)

bahan (%)

R3 R4

61 59 57.5 60 57 60 43

21,5 20 19 21 17 8 17

5 8.0 11 8.5 11 13 15

8 9 8 8 11 15 20

2 2 2 1 1 1 1

0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

2 2 2 1 1 1 1

- - - - 1,5 1 3

14 15 16 15 17 19 21

Page 3: PEMBENTUKANUNITUSAHAPEMBIBITAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/pronar01-2.pdf · Pada akhir masa pengamatan ... dan bibit/babon (Tabel 3), dalam waktu 8 bulan

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-l1 Th. 199912000

Produksi telur

Jumlah telur yang dihasilkan oleh setiap kelompok dengan ransum yang berbeda tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan produksi telur ayam kampung yang dipelihara secara intensif pada berbagai tingkat protein

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keterangan : Huruf Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata (P < 0,05)

Hasil analisa data menunjukkan perbedaan statistik yang nyata antar perlakuan Rl dan R3 (P < 0,05 )produksi telur semakin meningkat seiring dengan kenaikan kadar protein kasar dalam ransum . Hasil-hasil penelitianterdahulu menunjukkan produksi telur ayam kampung sangat bervariasi mulai dari 41,3 % setahun (KINGSTON,1979), 20,99 % per lima bulan (GULTOM et al., 1989), 22,3 % (MANSJOER dan MARTOJO, 1977), clan 12,8 % pertahun (ISKANDAR et al., 1989). Perbedaan produksi telur dari beberapa laporan tersebut diatas besar kemungkinankarena faktor tatalaksana dan ransum yang diberikan . Produktivitas telur ayam kampung pada penelitian ini cukuptinggi (37,6 % - 41,7 %) sesuai dengan laporan SASROAMIIOYO (1971) yang menyatakan bahwa ayam Sumatramenghasilkan telur sebanyak 150 butir per tahun (41,1 %), karena didukung oleh tatalaksana dan pemberian pakanyang cukup memadai . Ayam "Poncin" yang merupakan persilangan bebrapa galur ayam lokal mampu mencapaiproduktivitas telur sebesar 66,67 % ( ANON., 2000). Perhitungan nilai hasil produksi telur dikurangi biaya pakandan bibit/babon (Tabel 3), dalam waktu 8 bulan ayam pada perlakuan Rl, R2 dan R3 mengasilkan Rp. 31143,0 ;Rp. 31540,- ; clan Rp . 33378, - , jadi walaupun harga ransum R3 lebih tinggi dari pada Rl, namun R3 lebih efisiendan menguntungkan.

Tabel 3. Perhitungan nilai jual telur, biaya babon clan biaya pakan selama 8 bulan masa pengamatan

13

Perlakuan1 2

Produksi

3

telur (%)

4

pada

5

bulan ke

6 7 8

Rataaan

RI (14 %) 26,1 30,2 53,0 42,1 37,0 39,2 47,1 44,0 37,6'

R2 (15 %) 30,1 31,2 49,6 44,2 42,2 50,0 44,1 40,8 39,2 ab

R3 (16 %) 24,5 30,2 39,5 52,8 47,1 51,6 43,0 44,2 41,7 6°

UraianRI

Perlakuan

R2 R3

PengeluaranHarga Babon per ekor (Rp) 18.000 18.000 18.000

konsumsi pakan per ekor (Kg) 21,6 21,6 21,6

Harga pakan per kg (Rp) 1 .392 1 .500 1.570

Biaya pakan per ekor (Rp) 30.067 32.400 33 .912

Jumlah 48.067 50.400 51 .912

PenerimaanJumlah produksi telur per ekor (butir) 90.3 94.2 99.7

Nilai telur per butir (Rp) 700 700 700

Nilai babon per ekor (Rp) 16.000 16.000 16.000

Nilai produksi telur (Rp) 63.210 65.940 69.790

Jumlah 79.210 81.940 85 .790

Selisih 31.143 31.540 33.878

Page 4: PEMBENTUKANUNITUSAHAPEMBIBITAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/pronar01-2.pdf · Pada akhir masa pengamatan ... dan bibit/babon (Tabel 3), dalam waktu 8 bulan

Kualitas telur

Dari beberapa kriteria pengukuran kualitas telur, yaitu bobot telur, grade, warna yolk, bobot yolk, bobotalbumin, bobot kerabang, dan tebal kerabang, hanyawama yolk yang menunjukkan beda nyata (P < 0,05 ) .

Tabel5 .

Hasil pengukuran kualitas telur ayam kampung yang dipelihara secara intensif dengan berbagaitingkat protein

Keterangan : Tanda superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P < 0,05 )

Bobot telur yang diperoleh dalam kegiatan ini masih dalam kisaran normal sebagaimana dilporakan olehROSIDI dan SRI MULYOWATI (1989) yaitu 38,9 -44,3 gram . Grade telur yang diperoleh adalah baik sekali (AA3),namun demikian warna yolk pada umumnya kuning pucat terutama pada perlakuan R1 . Pucatnya warna yolkdisebabkan terutama oleh rendahnya kadar betha carotein padajagung yang dipergunakan sebagai bahan ransumpada kegiatan ini.

Fertilitas telur pada kegiatan ini rata-rata 88,02 % dengan daya tetas sebesar 78,03 %, nilai ini adalah normalpada ayam kampung sebgaiman dilporkan oleh KONGSTON (1979) yang menyatakan bahwa daya tetas ayamkampung mencapai 82 %.

Bobot badan

Hasil penimbangan bobot badan anak ayam sampai ayam umur 1 bulan dapat dilihat pada Tabel 6, di manaanak ayam PK memiliki bobot badan (296,9 gram) yang nyata (P<0,05) lebih tinngi daripada anak ayam KK (253,9gram).

Keterangan : Hurufsuperskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata (P<0,05)

14

A.G . NATAAMIJAYAet al. : Pembentukan Unit Usaha Pembibitan Penghasil AnakAyam Buras

Tabel6. Rataan bobot badanprotein ransum

Jenis ayam

anak ayam silangan PK dan KK

Tingkat protein("/o)

sampai umur 1 bulan

Berat badan(gram)

pada berbagai tingkat

Konversi ransum

PK (Pelung xKampung) 15 283,4 2,8517 290,2 2,4519 306,5 2,3521 308,0 2,20

Rataan 296,9' 2,46KK (Kedu xKampung) 15 255,0 3,1

17 255,6 2,719 257,6 2,521 267,7 2,3

Rataan 253,9 b 2,56

Perlakuan Bobottelur (g)

Grade Warnayolk

Bobotyolk

Bobotalbumin

(g)

Bobotkerabang (g)

Tebalkerabang(Mm)

R1 38,0 AM 3,8 a 15 .4 15,2 5,4 2,8R2 36,8 AM 6,4 b 15,9 15,0 5,75 2,75R3 34,2 AM 5,6 b 15,2 13,0 5,5 2,9

Page 5: PEMBENTUKANUNITUSAHAPEMBIBITAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/pronar01-2.pdf · Pada akhir masa pengamatan ... dan bibit/babon (Tabel 3), dalam waktu 8 bulan

Kadar protein kasar yang berbeda dalam ransum memberikan hasil yang berbeda pula terhadap anak-anakayam PK walaupun secara statistik tidak berbeda nyata, sedangkan terhadap bobot badan anak ayam KK praktistidak memberikan pengaruh berarti . Bobot badan yang dicapai anak ayam PK (296,9 gram) dan KK (252,9 gram)pada umur 4 minggu, iebih baik dari pada laporan CRESWELL dan GUNAWAN (1982) pada galur ayam yang berbedayaitu 258 gram (ayam ras petelur), 148 gram (ayam kampung), 165 gram (ayam kedu hitam) dan 161 gram (ayamPelung). Cukup tingginya bobot badan yang diperoleh pada kegiatan ini diduga karena efek heterosis yang timbuldari perkawinan silang, disamping juga pengaruh faktor tatalaksana dan kualitas pakan cukup baik . Hasil penelitiantersebut juga memberikan indikasi yang kuat bahwa secara genetik ayam kampung sangat bervariasi sehinggakinerja yang dihasilkan juga berbeda.

Unit pembibitan

Laporan Bagion Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-/I Th. 199912000

Para petani kooperator yang terlibat dalam kegiatan ini berfungsi sebagai penghasil anak ayam (d .o .c) burasuntuk dipelihara sampai umur 3 - 4 bulan. Selama 8 bulan pengamatan, tidak terjadi kematian pada induk ayamnamun kematian pada anak ayam sampai dengan umur 4 minggu mencapai 7,1 % (PK- RI), 5,5 % (PK R2), 7,8(PK R3),6,4 % (PK-R4), 8,9 % (KK-R1), 7,2 %(KKR2), 4,4 % (KK-R3), dan 6,7 % (KK-R4).

Ayam dijual pada umur 3 -4 bulan kepada pedagang yang datang ketempat peternak dengan haraga berkisarantara Rp. 15.000,- sampai Rp . 17 .500,- per ekor sehinga diperoleh keuntungan yang memadai. Unit-unitpembibitan tersebut dapat ditingkatkan lagi efisiensinya bila penyediaan bahan ransum, vaksin dan obat-obatandilakukan secara kolektif agar biaya operasioanal per unit menjadi lebih murah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kegiatan unit usaha pembibitan ayam kampung telah dilaksanakan dan dapat diadopsi serta menjadi sumberpenyediaan bibit ayam kampung. Melalui pemberian pakan yang lebih baik serta tatalaksana yang tepat ayamkampung dapat menghasilkan bibit cukup banyak dengan kualitas cukup baik . Untuk kesinambungan usahapembibitan ini perlu dilakukan evaluasi agar juga dapat dikembangkan baik segi jumlah maupun bibit ayamkampung yang dihasilkan .

UCAPAN TERIMA KASIH

Para peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada In Subiharta, Drs. D.M. Yuwono,Haryono, Dedi Muslih dan Dinas Peternakan Kabupaten D.T II Kmdal yang telah banyak memberikan bantuandemi terlaksananya kegiatan ini dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

CRESWELL, D.C . danB. GUNAWAN. 1982. Pertumbuhan badan danproduksi telur dari 5 strain ayam sayur pada sistem petemakanintensif. Procedings Seminar Penelitian Petemakan. Puslitbang Petemakan.

GULTOM . D. , W. DIRJOPRANOTO, dan PRIMASARI. 1979 . Protein dan energi rendah dalam ransum ayam buras periode bertelur.Proceedings Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal. Fakultas Peternkan Universitas Diponegoro, Semarang .

ISKANDAR. S. , B. WIBOWO, A.P . SINURAT dan SANTOSO. 1989 . Penampilan produksi ayam buras sebagai akibat perbaikantatalaksana di pedesaan. Proceedings Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal. Fakultas Petemkan . UnoversitasDiponegoro, Semarang.

KINosTON . D.J . 1979 . Peranan ayam berkeliaran di Indonesia . Laporan Seminar Ilmu dan Industri Perunggasan II . PuasatPenelitian dan Pengembangan Petemakan, Bogor.

NATAAMIJAYA. A.G . dan K. DIWYANTO . 1994 . Konservasi ayam buras Langka. Prosiding Koleksi dan Karakterisasi PlasmaNutfah Pertanian, Bogor. Review Hasil dan Program Penelitian Plasma Nutfah Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

NATAAMIJAYA. A.G., 1985 . ayam Pelung : Performans dan Permasalahannya. Proceedings Seminar Petemakan dan ForumPeternak Unggas dan Aneka Temak. Puslitbang Petemakan, Bogor.

Rosim dan SRI MULYOWATI. 1979 . Kualitas telur ayam buras yang'dijual di pasaran kotatif Purwokerto . Proceedings SeminarNasioanal Tentang Unggas Lokal. Fakultas Petemakan, Universitas Diponegoro, Semarang.

SASROAMUOYO, S. 1971 . Ilmu Beternak Ayam . N.V . Masa Baru Bandung-Jakarta.

15