pembentukan karakter berbasis pendidikan...
TRANSCRIPT
PEMBENTUKAN KARAKTER
BERBASIS PENDIDIKAN SENI BUDAYA Oleh: Dr. Rusmana Dewi, M.Pd.
1
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini dunia pendidikan kerap dicengangkan dengan berbagai prilaku pelajar
yang menyimpang. Mulai dari perbuatan penganiayaan, narkobah, pencurian, pelecehan
seksual, pemerkosaan, perkelahian, tawuran, bahkan pembunuhan. Hal ini cukup
memprihatinkan, tidak saja bagi pendidik namun semua elemen masyarakat menjadi resah.
Tidak sedikit menganggap dunia pendidikan kita jauh dari nilai-nilai etika dan moral.
Sejatinya dunia pendidikan merupakan wadah penempahkan karakter pelajar untuk
menjadi manusia yang berkpibadian intelekstual; cerdas dan terdidik. Lantas siapa yang mesti
disalahkan? Pendidik, pelajar, orang tua, atau kurikulum pendidikan kita?
Ada perubahan nilai-nilai yang berkembang di kalangan masyarakat yang
menyebabkan karakter masyarakat pelajar menjadi jauh dari nilai yang diharapkan, yaitu
pengenalan jati diri yang mulai menipis. Pengenalan jati diri ini diantaranya lunturnya
pemahaman dan kepekaan pelajar terhadap lingkungan yang dapat menempah kepribadian
mereka pada hal-hal yang positif. Melihat fenomena ini, tidak menutup kemungkinan negeri
ini akan semakin hancur apabila tidak dibenahi secara cepat dan profesional.
Lickona (dalam Musfiroh, 2008), mengemukakan adanya tanda-tanda perilaku yang
mengarah pada kehancuran sebuah bangsa, yaitu: (1) meningkatnya kekerasan di kalangan
remaja;(2) membudayanya ketidakjujuran; (3) semakin tingginya rasa tidak hormat terhadap
orang tua, guru, dan figure pemimpin; (4) pengaruh peer group terhadap tindakan kekerasan;
(5) meningkatnya kecurigaan dan kebencian; (6) penggunaan bahasa yang memburuk
(kasar); (7) menurunnya etos kerja; (8) menurunnya rasa tanggungjawab individu maupun
warga negara; (9) meningkatnya perilaku merusak diri; (10) semakin kaburnya pedoman
moral.2
Jika dihubungkan dengan kondisi negeri ini secara umum, apa yang sampaikan
Lickona tidak bisa dipungkiri. Carutmarut yang melanda dunia pendidikan kita membutuhkan
penanganan cepat dan profesional. Artinya, dunia pendidikan sebagai lembaga penempahan
diri yang terpacaya harus segerah bertindak dalam membenahi karakter-karakter ini agar
1 Dosen Tetap Yayasan STKIP-PGRI Lubuklinggau.
2https://www.academia.edu/12918892/Pembentukan_Karakter_Berbasis_Pendidikan_Seni_Budaya_di_Tingkat_Sekolah_Da
sar_di_Malang_Jawa_Timur (diakses 23 November 2015)
tidak berlarut-larut. Perlu penanaman nilai-nilai kepribadian pelajar agar menjadi pribadi
yang kokoh untuk membangun karakter pribadi, maupun karakter bangsa.
Kita tahu, generasi penerus merupakan aset bangsa. Nasib bangsa ini ada di tangan
mereka. Mereka adalah penentu cita-cita bangsa. Untuk itu, perlu penanganan khusus
menjadikan generasi penerus sebagai aset. Artinya ada tangungjawab moral baik sebagai
anggota masyarakat, pendidik, maupun orang tua dalam pembentukan karakter. Meskipun
secara formalitas, semua komponen tersebut di atas, memilih lembaga pendidikan sebagai
wadah pengkarakteran secara menyeluruh. Maka sudah selayaknya, mereka yang bergerak di
dunia pendidikan segera mencari jalan keluar untuk membentuk karakter generasi menjadi
lebih beretika.
Pembentukan Karakter Bebasis Seni Budaya
Pembentukan karakter artinya pembentukan pemahaman dan pola pikir seseorang.
Menurut Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional), karakter adalah cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter
baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap
akibat dari keputusan yang ia buat. Wyne mengungkapkan bahwa kata karakter berasal dari
bahasa Yunani “karasso” yang berarti to mark yaitu menandai atau mengukir, yang
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus
dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berprilaku jujur, suka
menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat
kaitannya dengan personality.3
Selanjutnya apa yang dimaksud dengan pendidkan berkarakter? Pendikan karakter
dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter
siswa. Menurut Lickona pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk
membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-
nilai etika yang inti.
Pengertian Seni Budaya
Seni budaya adalah ekspresi jiwa manusia yang diwujudkan dalam karya yaitu berupa
nilai-nilai keindahan seni. Seni itu merupakan apresiasi dari keindahan atau etetika yang
3 http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertian-karakter.html (diakses 23 November 2015)
mengisyaratkan terjadinya kreativitas. Aristoteles menyatakan bahwa seni adalah peniruan
terhadap alam dengan tetap menjaga sifat idealnya atau disebut mimesis atau mimetric art
(Seni mimetrik). Pengertian seni menurut Aristoteles tersebut berdasarkan pemahaman
bahwa manusia memiliki sifat alami dalam meniru sesuatu.
Selanjutnya pengertian budaya adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia atau
sitem gagasan dan sistem tindakan atau tingkah laku dan merupakan hasil dari keduanya.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni.
Berdasarkan pengertian di atas, seni dan budaya secara harafia memiliki makna yang
sama dan saling mendukung. Kedua-keduanya merupakan karya estetik. Berbicara seni
budaya, maka berbicara tentang dua hal yang tidak terpisahkan, yaitu seni dan budaya. Seni
diartikan budi luhur atau jiwa yang luhur. Pada ensiklopedia Indonesia disebutkan seni
adalah penciptaan benda atau segala hal yang karena keindahan bentuknya, orang senang
melihat dan mendengar. Apapun defenisinya, segala sesuatu yang dapat menyetuh rasa maka
disebut seni. Selanjutnya budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti
cinta, karsa, rasa. Kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta, budhayah yaitu bentuk jamak
kata budhi yang berarti budi atau akal4.
Berdasarkan hal di atas, maka dapat disimpulkan, seni budaya memiliki kesepadanan
dalam makna, yaitu akal yang berbudi luhur. Jika dihubungkan dengan pendidikan, maka
tidaklah salah jika seni budaya sebagai pembetuk karakter. Ada nilai-nilai luhur di dalamnya
yang secara langsung mengajarkan jiwa yang luhur pula. . Secara luas, pengertian seni
budaya diungkapkan Takari dalam makalahnya, yaitu;
Seni dan budaya adalah pancaran budi dan daya. Seluruh apa yang
dipikir, dirasa dan direnung diamalkan dalam bentuk daya menghasilkan
kehidupan. Budaya adalah cara hidup suatu bangsa atau umat. Budaya tidak
lagi dilihat sebagai pancaran ilmu dan pemikiran yang tinggi dan murni dari
sesuatu bangsa untuk mengatur kehidupan berasaskan peradaban5.
Berdoman pada pandangan di atas, seni budaya pada hakikanyat adalah suatu proses
kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan nilai-nilai budaya yang bermakna di dalam
diri manusia. Nilai-nilai pembelajaran yang dimaksud berkaitan dengan pengembangan
4 Elly M Setiadi,Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, 2007.Jakarta: Preanada Media group. h.27
5 Dr. Muhammad Takari bin Jilin Syahrial, Pelestarian Seni Budaya Tradisi dan Nilai Kepemimpinan oleh
Masyarakat (makalah). hal.1
imajinasi, intuisi, pikiran, kreativitas, dan kepekaan rasa dan bermanfaat bagi sesama dan
lingkungannya. Untuk mencapai kearifan diperlukan persyaratan, di antaranya adalah
pengetahuan yang luas (to be learned), kecerdikan (smartness), akal sehat (common sense),
mengenali inti yang dipahami (insight), bersikap hati-hati (discreet), pemahaman norma dan
kebenaran, dan kemampuan mencerna (to digest) pengalaman hidup (Buchori, 2000).
Jenis seni budaya sangatlah beragam .Jika berangkat pada seni budaya lokal yang
bisa di bawa ke kanca internasional ada seni sastra, lagu daerah, cerita daerah (tutur),
nandai, rejung, tari, mantra, pantun, baju adat, alat musik, ritual, dan lain-lain.
Selanjutnya bagaiman seni budaya ini di dalam pendidikan? Yang bagaimana dikatakan
pembentukan karakter berbasis pendidikan seni budaya.
Sebagaimaan telah dijelaskan di atas, seni budaya dalam pendidikan merupakan besik
yang dapat mengubah emosional individu, menumbuhkan kreativitas, membuka peluang
untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat tempat tumbuh kembangnya seni budaya yang
berkaitan erat dengan dengan kecerdasan emosional. Artinya pelaku-pelaku seni dan budaya
merupakan sumber literatur untuk membentuk karakter di dunia pendidikan khusunya pada
para pelajar. Misalnya dengan menjadikan seni budaya berkaitan dengan pembelajaran
muatan lokal di sekolah, maka kehalusan sikap, saling menghargai, dan menyayangi dengan
perantara seni budaya, dapat merangsang upaya pelajar untuk mempelajari, mempertahankan,
mengembangkan, sehingga secara tidak langsung seni budaya dapat menumbuhkan
kepekaaan sikap apresiatif, kreatif dan produktifit. Hal ini patut menjadi bahan pertimbangan
yang matang bagi para perumus kebijakan pendidikan. Jika hal ini terjadi, maka kekerasan di
dunia pendidikan dapat dihalangi dengan memberikan aktivitas yang positif.
Sikap brutal dan penyimpangan karakter arogan di dunia pendidikan (pelajar) dewasa
ini merupakan fakta yang mengindikasikan betapa peran pembelajaran seni budaya belum
menyentuh pada tingkat esensinya yakni kepekaan cita rasa dan kehalusan pekerti. Hal ini
menunjukan seni budaya tidak tumbuh sehingga belum mampu memicu semangat dan daya
nalar siswa untuk kreatif. Asumsi yang muncul berkaitan dengan hal tersebut ialah, bahwa
ada sesuatu yang kurang dalam pelaksanaan pembelajaran seni budaya selama ini. Oleh
karena itu, semua pihak yang terkait perlu lebih cermat mendalami substansi dan konteks
pembelajaran seni budaya dengan lebih jelas dan propesional, Jika hal ini berjalan dengan
dinamis, bisa dipastikan melalui pendidikan seni budaya dapat melahirkan generasi yang
kreatif, memiliki akal dan kehalusan budi dalam mengantisipasi perubahan negatif yang
sangat gencar berkembang di masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan seni budaya merupakan bagian
dari rumpun pendidikan yang selalu berusaha meningkatkan harkat dan martabat manusia
sehingga dapat menjadikan manusia-manusia yang berkarakter. Pendidikan karakter dapat
memberikan kepada peserta didik ilmu, pengetahuan, praktik-praktik budaya, perilaku yang
berorientasi pada nilai-nilai ideal kehidupan. Karena itu pendidikan karakter dimaknai
sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak
sehingga peserta didik dapat menunjukkan kebiasaan berperilaku baik.
Selanjutnya, pembelajaran seni budaya termasuk mata pelajaran estetika, dengan
demikian pembelajaran seni budaya dapat membentuk karakter peserta didik, sehingga
peserta didik dapat menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya.
Pembelajaran seni budaya di sekolah dapat memberikan keunikan, kebermaknaan dan
kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada
pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi.
Pengalaman estetik yang diberikan pada pembelajaran seni budaya pada prinsipnya berfungsi
melatih dan mengembangkan kepekaan rasa. Dengan kepekaan rasa, berbagai hal yang dapat
membuat pelajar menyimpang akan sangat minim. ***
DAFTAR PUSTAKA
Dewantara, Ki Hadjar (1994), Karya Ki Hajar Dewantara Bagian II Kebudayaan,
Yogyakarta, Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Dr. Muhammad Takari bin Jilin Syahrial, Pelestarian Seni Budaya Tradisi dan Nilai
Kepemimpinan oleh Masyarakat (makalah). Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara dan Departemen Adat dan Seni Budaya Besar Pengurus
Majelis Adat Budaya Melayu
Elly M Setiadi,Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, 2007.Jakarta: Preanada Media group
https://www.academia.edu/12918892/Pembentukan_Karakter_Berbasis_Pendidikan_Seni_Bu
daya_di_Tingkat_Sekolah_Dasar_di_Malang_Jawa_Timur (diakses 23 November 2015)
http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertian-karakter.html (diakses 23 November 2015)
CATATAN:
DISAMPAIKAN PADA;
SOSIALISASI SENI DAN BUDAYA DAERAH BERWAWASAN KEBANGSAAN
BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN MUSI RAWAS
PURWODADI, 25 NOVEMBER 2015