pembelanjaan resiko

17
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benarkah kebanyakan orang ingin mengelakan risiko? Karena selalu ingin aman dan hidup tentram, maka memang kebanyakan orang takut menanggung resiko. Namun semua tahap kehidupan kita mengandung resiko. Kemanapun kita mengelak atau lari dari resiko, maka disitupun kita akan menemukan risiko yang lainnya. Resiko merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Bahkan ada orang yang mengatakan , bahwa tak ada hidup tanpa resiko sebagaimana tak ada hidup tanpa maut. Jadi dengan demikian setiap hari kita menghadapi resiko, baik sebagai perorangan, maupun sebagai perusahaan. Orang berusaha melindungi diri tehadap resiko, demikian pula badan usaha pun harus berusaha melindungi diri terhadap resiko. Agar resiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, maka seharusnyalah itu dimanajemeni dengan sebaik-baiknya. Namun benarkah para pengusaha Indonesia kurang memperhatikan manajemenn resiko? Program Manajemen Resiko pertama-tama bertugas mengidentifikasikan resiko-resiko yang dihadapi, sesudah itu mengukur atau menentukan besarnya resiko itu dan kemudian barulah dapat dicarikan jalan untuk menghadapi atau menangani resiko itu. Ini berarti orang harus menyusun strategi untuk memperkecil ataupun mengendalikannya. Pendeknya dengan program itu, dapatlah dilindungi keefektifan operasi perusahaan yang bersangkutan. Jadi pernyataan yang harus dicari jawabannya oleh manajer resiko antara lain adalah : Resiko apa saja yang dihadapi perusahaannya. Bagaimana dampak resiko itu terhadap kehidupan bisnis perusahaannya. Resiko mana yang harus dihadapi sendiri, mana

Upload: hasril

Post on 07-Nov-2015

30 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

manajemen Resiko, pembahasan

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Benarkah kebanyakan orang ingin mengelakan risiko? Karena selalu ingin aman dan

    hidup tentram, maka memang kebanyakan orang takut menanggung resiko. Namun semua

    tahap kehidupan kita mengandung resiko. Kemanapun kita mengelak atau lari dari resiko,

    maka disitupun kita akan menemukan risiko yang lainnya. Resiko merupakan bagian yang

    tak terpisahkan dari kehidupan. Bahkan ada orang yang mengatakan , bahwa tak ada hidup

    tanpa resiko sebagaimana tak ada hidup tanpa maut. Jadi dengan demikian setiap hari kita

    menghadapi resiko, baik sebagai perorangan, maupun sebagai perusahaan. Orang berusaha

    melindungi diri tehadap resiko, demikian pula badan usaha pun harus berusaha melindungi

    diri terhadap resiko.

    Agar resiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, maka seharusnyalah itu

    dimanajemeni dengan sebaik-baiknya. Namun benarkah para pengusaha Indonesia kurang

    memperhatikan manajemenn resiko? Program Manajemen Resiko pertama-tama bertugas

    mengidentifikasikan resiko-resiko yang dihadapi, sesudah itu mengukur atau menentukan

    besarnya resiko itu dan kemudian barulah dapat dicarikan jalan untuk menghadapi atau

    menangani resiko itu. Ini berarti orang harus menyusun strategi untuk memperkecil ataupun

    mengendalikannya.

    Pendeknya dengan program itu, dapatlah dilindungi keefektifan operasi perusahaan

    yang bersangkutan. Jadi pernyataan yang harus dicari jawabannya oleh manajer resiko antara

    lain adalah : Resiko apa saja yang dihadapi perusahaannya. Bagaimana dampak resiko itu

    terhadap kehidupan bisnis perusahaannya. Resiko mana yang harus dihadapi sendiri, mana

  • 2

    yang harus dipindahkan kepada asuransi. Metode mana yang cocok dan efisien untuk

    menghadapinya.

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang, yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah

    makalah ini adalah sebagai berikut :

    1. Apakah pengertian dari pembelanjaan resiko?

    2. Sebutkan pendekatan pembelanjaan resiko?

    3. Bagaimana cara untuk melakukan risk financing transfer dan risk retention?

    1.3 Tujuan Penulisan Makalah

    Penulisan makalah tentang pembelanjaan resiko bertujuan untuk :

    1. Untuk menjelaskan pengertian pembelanjaan resiko.

    2. Untuk menjelaskan pendekatan pembelanjaan resiko.

    3. Untuk menjelaskan cara untuk melakukan risk financing transfer dan risk retention.

  • 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    Sebagaimana sudah ditegaskan, bahwa pemindahan resiko dapat digolongkan dalam

    dua cara, yaitu pengendalian resiko(materi kelompok 10) dan risk financing transfer.

    Pemindahan resiko melalui pengendalian resiko tidak memerlukan pengerahan dana, karena

    dapat dijalankan dengan :

    1. Memindahkan harta atau kegiatan kepada pihak lain

    2. Memindahkan tanggungjawab kepada transfree dengan maksud menghilangkan atau

    mengurangi tanggungjawab transferor terhadap kerugian yang bersangkutan, dan

    3. Menganggap kerugian yang bersangkutan dipikul pihak lain.

    2.1 Pengertian pengendalian resiko dan pembelanjaan resiko

    Pengendalian resiko merupakan usaha untuk mengurangi kerugian potensial dan

    mengusahakan agar resiko lebih dapat diramalkan. Pembelanjaan resiko merupakan cara

    pengadaan dana untuk memulihkan kerugian.

    2.2 Pendekatan pembelanjaan resiko dibagi menjadi :

    2.2.1 Risk Financing Transfer

    Risk financing transfer merupakan usaha memindahkan resiko disertai dengan

    pembiayaan. Pemindahan resiko melalui risk financing berarti transferer mencari dana

    eksternal untuk membayarkan kerugian yang bersangkutan, jika kerugian itu benar-

    benar terjadi.

  • 4

    Adapun risk financing tranfer dapat dilakukan dengan cara :

    1. Transfer resiko kepada perusahaan asuransi ( insurance transfer).

    2. Transfer resiko kepada perusahaan lain yang bukan perusahaan asuransi (non-

    insurance transfer) .

    1) Insurance Transfer

    Insurance Transfer merupakan pemindahan resiko kepada perusahaan

    asuransi. Asuransi adalah salah satu cara dalam menghadapi resiko, dengan

    mentransfer resiko ke perusahaan asuransi, dengan membayar premi yang jauh

    lebih kecil atau minim bila dibandingkan dengan resiko kerugian financial bila

    terjadi musibah. Asuransi adalah satu pilar utama dalam merencanakan keuangan

    masa depan. Terdapat tiga aliran pemikiran mengenai asuransi. Aliran pertama

    memandang asuransi merupakan hubungan tetanggung dengan penanggung

    sebagai alat pemindah resiko. Aliran kedua mengabaikan hubungan ini dan

    memandang asuransi sebagai teknik atau mekanisme penaggungan. Sedangkan

    aliran ketiga menggabungkan kedua aliran sebelumnya.

    Asuransi meratakan beban kerugian dengan memakai dana-dana yang

    disumbangkan oleh para anggota kelompok untuk pembayarannya. Jadi, asuransi

    dapat dikatakan alat pemerataan kerugian. Untuk mengurangi beban ekonomi para

    anggota kelompok, penaggung juga ikut serta dalam kegiatan pencegahan

    kerugian. Akan tetapi tujuan pokok asuransi bukanlah pemerataan atau

    pencegahan kerugian, melainkan mengurangi uncertainty (ketidakpastian) yang

    disebabkan oleh kesadaran kemungkinan terjadinya kerugian.

  • 5

    Adapun resiko-resiko yang dapat diasuransikan harus memenuhi syarat-syarat

    sebagai berikut :

    a. Kerugian potensial cukup besar, namun probabilitasnya rendah

    Resiko kerugian yang cukup besar merupakan suatu syarat kelayakan

    ekonomis asuransi. Kerugian yang mungkin terjadi haruslah cukup besar

    bagi tertanggung, sedangkan biaya asuransinya, relatif rendah

    dibandingkan kemungkinan kerugian tersebut. Jika kemungkinan kerugian

    tidak cukup besar bagi tertanggung, mereka tidak akan tertarik

    memindahkan resikonya kepada perusahaan asuransi. Banyak resiko yang

    cukup ditangani sendiri oleh perusahaan, karena kemungkinan

    kerugiannya sedemikian kecil. Contoh, jika karyawan perusahaan sakit

    ringan, maka cukup di tangani oleh perusahaan sendiri.

    b. Probabilitas dapat diperhitungkan

    Premi asuransi didasarkan atas ramalan tentang masa depan,

    sedangkan ramalan itu didasarkan atas taksiran probabilitas. Probabilitas

    itu sendiri biasanya didasari pada pengalaman masa yang lalu.

    c. Massal dan homogen

    Syarat utama bagi suatu perusahan untuk dapat diasuransikan adalah

    massal. Artinya, harus ada sejumlah besar unit yang terbuka untuk resiko

    yang sama. Dalam hal asuransi mobil, harus ada sejumlah besar mobil.

    Dalam asuransi jiwa, harus ada sejumlah besar orang. Untuk memperoleh

    taksiran probabilitas yang akurat, diperlukan pengamatan terhadap

    sejumlah besar kejadian.

  • 6

    d. Kerugian yang terjadi bersifat kebetulan

    Tertanggung tidak boleh memiliki kontrol atau pengaruh terhadap

    kejadian yang akan diasuransikan. Dalam kenyataannya, situasi ini hanya

    berlaku untuk peristiwa-peristiwa yang tidak disengaja, misalnya gempa

    bumi atau cuaca.

    e. Kerugian tertentu

    Umumnya perusahaan asuransi berjanji akan membayar kerugian jika

    terjadi selam waktu tertentu dan di tempat tertentu. Misalnya, perjanjian

    untuk menutup kerugian kebakaran pada lokasi tertentu, berlakunya

    kontrak ini harus diketahui kapan dan dimana kerugian itu terjadi.

    2) Non Insurance Transfer

    Kebanyakan pemindahan resiko kepada pihak non-asuransi dilakukan melalui

    kontrak-kontrak bisnis biasa dan melalui kontrak khusus untuk pemindahan

    resiko. Isi kontrak berkenaan dengan pemindahan tanggungjawab keuangan atas

    harta, kerugian atas net income, kerugian personil dan tanggung gugat kepada

    pihak ketiga.

    Pemindahan ini dapat dibedakan berdasarkan tanggungjawab yang

    dipindahkan. Pada keadaan yang ekstrim, transfer hanya memindahkan tanggung

    jawab keuangan saja untuk tindakan yang tidak disengaja oleh pihak transferee.

    Pada keadaan ekstrim yang lain pihak transfreror akan menerima ganti rugi

    berkenaan dengan yang disebutkan dalam kontrak, tidak memperhatikan apa

    penyebab kerugian itu apakah kelalaian transferee, pihak ketiga atau bencana

    alam

  • 7

    Non-insurance mempunyai beberapa keterbatasan yang harus diperhatikan

    oleh manjer resiko, antara lain sebagai berikut:

    a. Kontrak itu tidak mungkin hanya memindahkan sebagian resiko

    daripada resiko yang menurut pendapat manajer telah

    dipindahtangankan kepada pihak lain. Oleh karena itu manajer harus

    mempelajari isi kontrak dengan seksama.

    b. bahasa yang tertulis didalamnya adalah bahasa hukum yang sangat

    sukar dipahami oleh orang yang tidak ahli hukum sehingga

    menyebabkan salah tafsir atau salah mengerti.

    c. surat kontrak dapat dibatalkan oleh pengadilan, jika isi kontrak

    bertentangan dengan undang-undang peraturan pemerintah,

    kebijaksanaan pemerintah atau tidak wajar bagi transfree.

    Contoh Non-Insurance Risk Financing Transfer

    a. Melalui suatu perjanjian leasing, lessor dapat memindahkan kepada

    penyewa tanggung jawab keuangan untuk kerusakan harta atau

    kecelakaan badan bagi pihak ketiga. Sebelum ditandatangaini,

    perjanjian tanggung jawab seperti itu berada pada pihak lesson.

    b. Melalui suatu perjanjian leasing, lessee(penyewa) juga dapat

    menggeserkan kerugian potensial-nya kepada lessor, tergantung

    bagaimana perjanjian itu dibuat.

    Dengan melakukan leasing, berarti lessee bebas dari resiko turunnya

    harga barang yang disewa, atau resiko keusangan ekonomis, maupun

    keusangan teknologi logis, dibandingkan jika barang itu miliknya

    sendiri.

  • 8

    c. Pemindahan resiko juga terjadi pada kontrak pembangunan suatu

    bangunan, dimana dalam kontrak disebutkan adanya pembayaran

    premi resiko.

    d. Surety bond, dalam kontrak yang disebut surety bond terlibat 3 pihak,

    yaitu pihak surety (penjamin), pihak obligee (yang dijamin) dan pihak

    prinsipal.

    Misalnya seseorng (obligee) mengikat perjanjian dengan seorang

    kontraktor (prinsipal), di mana didalamnya disebutkan bahwa prinsipal

    akan menyiapkan pekerjaan sesuai dengan kontrak dan pihak obligee

    akan membayar sepenuhnya bila pekerjaan sudah diselesaikan, dan

    masing masing pihak setuju mengikatkan perjanjian itu dengan

    seseorang surety. Jika ternyata kontaktor itu tidak memenuhi

    kewajibannya, maka surety membayar kerugian pihak obligee, dan

    surety akan menagihnya jumlah itu pada prinsipal. Demikian pula

    sebaliknya.

    e. Neutralization merupakan proses menyeimbangkan kans kerugian atas

    kans keuntungan. Contoh yang paling populer dalam dunia

    perdagangan adalah hedging.

    Surety

    prinsipal Obligee

  • 9

    2.2.2 Risk Retention (Menaggung Sendiri Resiko)

    Retensi berarti bahwa perusahaan mempertahankan sebagian atau seluruh

    kerugian yang dapat berakibat bagi kerugian yang diberikan. Tidak semua resiko

    usaha harus diasuransikan, sehingga resiko-resiko yang relatif tidak begitu

    berpengaruh terhadap operasi usaha atau perusahaan, biasanya akan ditangani oleh

    perusahaan itu sendiri. Sumber pendanaan untuk menangani resiko semacam ini

    berasal dari dalam perusahaan. Penaggungan sendiri ini dapat bersifat pasif (tidak

    direncanakan) dan dapat pula bersifat aktif (direncanakan).

    Dikatakan pasif, bila manajer resiko tidak memperhatikan tentang adanya

    exposure, oleh karena itu manajer resiko tidak melakukan usaha sedikitpun untuk

    menanganinya. Sedikit sekali perusahaan yang telah mengidentifikasikan semua

    exposure terhadap kerugian harta benda, kerugian tanggung gugat dan kerugian

    personal. Sebagai akibatnya, penanggungan resiko yang tidak terencana merupakan

    hal yang umum dijumpai. Kadang-kadang dijumpai perusahaan yang telah

    mengidentifikasi resiko, tetapi menaksir terlalu rendah terhadap kerugian potensial

    yang mungkin dapat terjadi.

    Pada keadaan lain dijumpai pula, bahwa manjer resiko memang peka terhadap

    exposure(terpaan), tetapi terus menerus menunda mengambil keputusan tentang

    bagaimana menanganinya. Unplanned retention secara kebetulan dapat dijadikan

    sebagai pendekatan yang terbaik bagi eksposur tertentu tetapi tidak pernah menjadi

    cara yang rasional.

    Retention disebut aktif jika manajer mempertimbangkan metode-metode lagi

    untuk menangani resiko, kemudian memutuskan secara sadar untuk tidak

    memindahkan resiko potensial itu. Suatu planned retention dikatakan rasional atau

  • 10

    tidak, tergantung pada keadaan yang melingkupi pengambilan keputusan untuk

    menanggung sendiri resiko itu. Kadang-kadang ditemui bahwa resiko yang menurut

    pertimbangan orang banyak seharusnya tidak ditanggung sendiri, ternyata di tanggung

    sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya, resiko yang harusnya

    ditanggung sendiri ternyata justru diasuransikan.

    1. Alasan Perusahaan Melakukan Retention

    Suatu perusahaan yang menanggung sendiri resiko, dapat digolongkan

    kedalam salah satu kategori sebagai berikut:

    a. Keharusan karena perusahaan tidak punya pilihan lain

    Keharusan (default) menaggung sendiri resiko disebabkan

    perusahaan tidak mungkin memindahkan suatu resiko. Misalnya,

    resiko tanggung jawab untuk tindakan kriminal, atau keusangan harta.

    Belum ada perusahaan asuransi yang bersedia untuk menangani kedua

    resiko tersebut.

    b. Biaya

    Jika perusahaan memindahkan resiko kepada perusahaan asuransi

    maka perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar premi yang

    dikategorikan sebagai berikut :

    1) Loss allowance, yaitu perkiraan pihak asuransi tentang

    kerugian harapan pihak tertanggung.

    2) Loading yang meliputi biaya profit margin dan perkiraan

    pengeluaran tak terduga. Loading dapat mencapai 30% sampai

    40% dari premi. Jika perusahaan bermaksud menaggung sendiri

  • 11

    resiko, maka harus dipertimbangkan, apakah lebih murah

    diasuransikan dibandingkan diasuransikan dengan

    penghematan pembayaran premi tersebut ?

    c. Kerugian harapan

    Jika perusahaan percaya bahwa kerugian harapan yang dihitungnya

    lebih rendah dari perkiraan pihak asuransi, maka perusahaan dalam

    jangka panjang dapat menghemat pengeluaran sebesar selisih kedua

    perhitungan itu. Bahkan, jika kerugian harapan sama dengan

    perhitungan pihak asuransi, maka pilihan yang tepat masih pada

    retention.

    Disamping perkiraan kerugian harapan, harus pula dipertimbangkan

    perkiraan penyebaran kerugian harapan. Jika perusahaan menghadapi

    kerugian yang mungkin tahun berikutnya lebih besar dari yang

    sanggup ditanggungkan, maka perusahaan harus sanggup membayar

    premi asuransi lebih besar dari kerugian harapan, dengan maksud

    menghilangkan ketidak pastian dalam jangka pendek. Jumlah ekstra

    yang ingin dibayar itu tergantung atas keparahan kerugian potensial,

    kemampuan untuk menanggung kerugian, resiko yang diperkirakan

    (variasi kerugian potensial) serrta tujuan manajemen resiko perusahaan

    yang bersangkutan. Misalnya, jika tujuan manjemen resiko adalah

    menciptakan ketenangan berpikir dan menstabilkan pendapat, maka

    perusahaan akan menaruh perhatian pada variasi kerugian tersebut.

    Namun, jika tujuan perusahaan adalah survival, maka variasi kerugian

    itu akan diabaikan.

  • 12

    Pihak tertanggung yang akan menaggung resiko dalam batas

    tertentu, tetapi ingin mendapatkan perlindungan terhadap kerugian

    yang melebihi batas tersebut dapat menggabungkan retention dan

    asuransi melalui axcess insurance atau deductibles. Hal tersebut,

    biasanya melindungi tertanggung atas kerugian perunit atau

    perkejadian diatas suatu jumlah tertentu, tetapi kadang-kadang asuransi

    ini melindungi kerugian diatas jumlah kerugian pertahun.

    d. Opportunity cost

    Opportunity cost menyangkut timing pembayaran premi

    dibandingkan dengan pengeluaran untuk kerugian. Jika premi akan

    sama atau lebih kecil dari kerugian dan pengeluaran alternatif, serta

    jarak dan waktu antara pembayaran premi dan pembayaran kerugian

    dan pengeluaran alternatif itu akan memberikan keuntungan lebih

    besar atas hasil investasi dana cadangan untuk pembayran kerugian itu,

    maka perusahaan mungkin lebih memilih retention. Misalnya, premi

    itu Rp 115.000.000,00 yang dibayar pada permulaan jangka waktu

    polis. Pembayaran harapan untuk kerugian dan pengeluaran alternatif

    Rp 40.000.000,00 dibayar segera dan Rp 40.000.000,00 dibayar pada

    akhir bulan ke-6 serta Rp 40.000.000,00 dibayar pada akhir bulan ke-8.

    Pembayaran alternatif itu berjumlah Rp 120.000.000,00, tingkat suku

    bunga yang berlaku 12% pertahun, maka present value-nya adalah Rp

    40.000.000,00 + Rp 37.740.000,00 + Rp 33.690.000,00 = Rp

    111.430.000,00. Jadi, jika resiko ditanggung sendiri, maka akan ada

    keuntungan sebagai berikut:

  • 13

    Rp 115.000.000,00 Rp 111.430.000,00 = Rp 3.570.000,00

    Pengembalian investasi yang tinggi, panjang jarak waktu sebelum

    kerugian dan pengeluaran, maka akan semakin penting

    mempertimbangkan aliran kas tersebut. Semakin panjang time log

    (jarak waktu) sehubungan denga kerugian tanggung gugat,

    menyebabkan faktor ini menjadi alasan lebih penting untuk

    menaggung sendiri rsiko tanggung gugat dari pada resiko harta.

    e. Kualitas pertanggungan

    Sebagian pengusaha percaya, bahwa pelayanan yang disediakan

    oleh penaggung (pihak asuransi) dapat dilaksanakan lebih baik oleh

    suatu perusahaan lain atau oleh suatu biro jasa. Pihak asuransi

    meragukan bahwa perusahaan akan menyelenggarakan service

    pertanggungan lebih baik dari pada yang disedikan perusahaan

    asuransi, karena perusahaan kurang berpengalaman dan kekurangan

    tenaga profesional.

    Hal-hal yang mendorong perusahaan melakukan retention, antara

    lain sebagai berikut :

    1) Jika biaya lebih rendah dari biaya yang dibebankan oleh

    asuransi.

    2) Jika kerugian harapan lebih rendah dari perkiraan

    perusahaan asuransi.

  • 14

    3) Jika unit yang mengghalangi resiko jumlahnya sangat

    banyak, sehingga profitabilitas resiko akan menjadi lebih

    rendah.

    4) Tujuan manajemen resiko yang menerima variasi lebih besar

    dalam kerugian tahunan.

    5) Biaya dan jumlah kerugian membengkak dalam jangka

    panjang, sehingga mengakibatkan opportunity cost menjadi

    sangat besar.

    6) Peluang yang kuat bagi investasi dan mengakibatkan

    opportunity cost menjadi besar.

    7) Keuntungan pelayanan internal (non-insurer servicing).

    Kelemahan tindakan retention ada kemungkinan bahwa :

    1) Biaya yang lebih besar daripada biaya yang dibebankan

    pihak asuransi

    2) Kerugian harapan lebih besar dari pada kerugian yang

    diperkirakan perusahan asuransi

    3) Ekspor unit sedikit, kemungkinan resiko tinggi dan

    perusahaan sukar untuk meramalkan probabilitas

    kemungkinan kerugian secara cermat

    4) Ketidakmampuan keuangan menopang maximum possible

    loses atau maximum probable loses dalam short run

    5) Tujuan manajemen resiko yang ditekankan kepada

    ketenangan pikiran dan variasi laba tahunan yang kecil

    6) Pembayaran kerugian dan expense membengkak selama

    jangka waktu yang pendek

  • 15

    7) Peluang investasi terbatas serta tingkat pengembalian yang

    rendah

    8) Lebih menguntungkan jasa perusahaan asuransi

    9) Peraturan perpajakan dapat pula menyebabkan retention

    menjadi kurang menarik

    2. Cara Penyediaan Dana

    Penyediaan dana untuk program retention dapat dilakukan dengan salah

    satu cara dari cara-cara berikut :

    a. Tanpa penyediaan dana sebelumnya

    Resiko yang ditanggung perusahaan pada suatu waktu dapat

    menimbulkan kerugian. Dengan cara seperti ini, maka kerugian

    perusahaan akan ditutup dengan dana yang kebetulan tersedia atau

    dibebankan pada pendapatan ditahun yang bersangkutan. Pendekatan

    semacam ini mengandung bahaya jika kerugian sedemikian besar,

    sehingga tidak dapat ditutup oleh laba pada tahun yang bersangkutan.

    Dalam keadaan seperti ini, perusahaan terpaksa mencari dana yang

    mungkin diperoleh dengan biaya mahal atau dengan menjual murah

    aset perusahaan untuk menutup kerugian yang dihadapi.

    b. Membentuk dana dan cadangan

    Dengan cara ini, dana untuk menutup resiko dapat diperoleh dari

    dana cadangan yang setiap tahun dikredit dengan laba yang disisihkan.

    Banyaknya dana yang disisihkan itu adalah sejumlah kerugian yang

    diperkirakan pertahun. Ada perusahaan yang membentuk cadangan

  • 16

    umum saja, ada pula yang membentuk cadangan khusus. Misalnya,

    cadangan piutang tak tertagih, cadangan biaya pengobatan, cadangan

    biaya kecelakaan kerja dan sebagainya.

    Beberapa kelemahan dengan cara ini adalah sebagai berikut :

    1) Cadangan adalah pemindah bukuan secara accounting yang

    setiap hari belum tentu tersedia uang tunai sebanyak yang

    tercatat dalam rekening cadangan yang bersangkutan,

    sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan memperoleh

    uang tunai untuk menutupi resiko.

    2) Penaksiran expected loss jarang sekali tepat.

    3) Berkaitan dengan pajak, belum tentu cara seperti ini

    diizinkan oleh pemerintah, karena kan mengurangi

    pendapatan kena pajak.

    c. Self insurance (asuransi sendiri)

    Untuk mengatasi kelemahan pengelolaan dana seperti yang

    disebutkan diatas, perusahaan yang memisahkan pengelolaan dana

    cadangan itu dari pengelolaan dana perusahaan. Self-insurance adalah

    bagian dalam organisasi suatu perusahaan yang berwenang mengelola

    dana yang dicadangkan. Self insurance dapat menginvestasikan dana

    cadangan perusahaan dalam kegiatan yang produktif, selama dana

    tersebut belum terpakai dengan catatan dana tersebut dapat ditarik

    sewaktu-waktu jika perusahaan menderita kerugian karena suatu

    peristiwa secara tiba-tiba.

  • 17

    d. Captive insurer

    Ada perusahaan yang mengorganisasikan sebuah perusahaan

    asuransi yang sebagian besar nasabahnya adalah orang perusahaan itu

    sendiri. Asuransi seperti itu disebut captive insurer. Keuntungan yang

    mendorong perusahaan mendirikan captive insurer karena captive

    insurer dapat membeli perlindungan dari perusahaan re-asuransi yang

    lebih flexible dan tidak begitu banyak pembatasan, sedangkan self

    insurer tidak dapat memperoleh perlindungan dari re-asuransi. Oleh

    karena itu, perusahaan melalui captive insurer-nya dapat membeli

    perlindungan untuk resiko yang luar biasa atau untuk resiko yang tidak

    sanggup ditanggung oleh perusahaan asuransi biasa.