pembelajaran teacher

6
PEMBELAJARAN TEACHER-CENTERED DAN LEARNER-CENTERED TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Oleh Citra Wahyuni Dalam konteks pendekatan pembelajaran dikenal dua sisi, guru sebagai pusat pembelajaran (teacher-centered) dan siswa sebagai pusat pembelajaran (learner-centered). Keduanya menjadi titik utama dalam suatu proses dan arah pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam suatu lembaga pendidikan. Menyikapi dua pendekatan dalam pembelajaran ini terdapat pro dan kontra terkait manakah yang terbaik bagi pembelajaran. Proses pembelajaran yang berpusat pada guru telah dikenal sejak lama sebagai suatu pendekatan yang efektif untuk mempelajari materi secara tuntas dan tepat waktu. Seiring berkembangnya informasi, teknologi serta kebutuhan peserta didik, transformasi dalam pendekatan pembelajaran berubah dari pembelajaran yang berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner-centered). Kurikulum yang dipakai di Indonesia, yakni kurikulum 2013 juga menganut pendekatan pembelajaran learner-centered yang diyakini mampu mengeksplorasi kemampuan siswa dengan lebih optimal.

Upload: citrawahyuni

Post on 30-Sep-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sss

TRANSCRIPT

PEMBELAJARAN TEACHER-CENTERED DAN LEARNER-CENTERED TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

Oleh

Citra Wahyuni

Dalam konteks pendekatan pembelajaran dikenal dua sisi, guru sebagai pusat pembelajaran (teacher-centered) dan siswa sebagai pusat pembelajaran (learner-centered). Keduanya menjadi titik utama dalam suatu proses dan arah pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam suatu lembaga pendidikan. Menyikapi dua pendekatan dalam pembelajaran ini terdapat pro dan kontra terkait manakah yang terbaik bagi pembelajaran.

Proses pembelajaran yang berpusat pada guru telah dikenal sejak lama sebagai suatu pendekatan yang efektif untuk mempelajari materi secara tuntas dan tepat waktu. Seiring berkembangnya informasi, teknologi serta kebutuhan peserta didik, transformasi dalam pendekatan pembelajaran berubah dari pembelajaran yang berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner-centered). Kurikulum yang dipakai di Indonesia, yakni kurikulum 2013 juga menganut pendekatan pembelajaran learner-centered yang diyakini mampu mengeksplorasi kemampuan siswa dengan lebih optimal.

Kedua pendekatan ini mempunyai keunggulaan dan kelemahan dalam penerapannya pada proses pembelajaran, termasuk dalam hal memotivasi siswa. Pembelajaran teacher-centered yang terstruktur dan tidak memperhatikan perkembangan siswa berimbas pada pemberian motivasi yang hanya dari luar bukan dari dalam diri siswa. Sedangkan pembelajaran learner-centered yang melibatkan siswa untuk mengkontrusksi pemahaman, berkolaborasi, dan menumbuhkan rasa percaya diri dapat memotivasi diri siswa itu sendiri (Santrock, 2004). Oleh karena itu, pembelajaran learner-centered diyakini sebagai pendekatan yang lebih baik dan mampu mengatasi masalah dalam belajar yang cenderung pasif, satu arah, dan dapat memotivasi siswa secara intrinsik.

Research indicates that students who are intrinsically motivated achieve higher than those who are only extrinsically motivated (Gottfried (dalam Parsons et al, 2001). Motivasi intrinsik adalah motivasi dari diri sendiri (self-determined) (Santrock, 2004). Siswa yang memiliki motivasi intrinsik yang kuat dalam belajar mempunyai ketertarikan dan minat secara personal dalam suatu pelajaran. Siswa akan menggali ide dan kreativitasnya dengan baik untuk pencapaian tujuannya karena merasa sesuatu pelajaran atau tugas tersebut menantang. Hal inilah yang tidak terdapat pada pembelajaran teacher-centered.

Grund et al (2013, p.13) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa motivasi akademik siswa dipengaruhi dari bagaimana siswa itu terlibat dalam proses pembelajaran. Pembelajaran learner-centered mempertimbangkan pengaruh sosial terhadap pembelajaran. Pembelajaran dipengaruhi oleh interaksi sosial, hubungan interpersonal, dan komunikasi dengan orang lain (Santrock,2004). Siswa terlibat dalam kegiatan yang dapat mengeksplorasi pendapat dan pemikiran melalui kegiatan kelompok sehingga memunculkan iklim positif dalam proses belajar. Tidak seperti pembelajaran teacher-centered dimana pembuatan peraturan hanya dibuat oleh guru, pada learner-centered siswa diajak untuk membuat peraturan dalam kelas. Peraturan tersebut dibuat secara bersama-sama karena peraturan tersebut yang akan mempengaruhi aktivitas di kelas. Keterlibatan siswa di kelas tersebutlah yang membuat siswa mempunyai keinginan belajar dari dalam dirinya karena siswa merasa mempunyai kesempatan untuk aktif dalam pembelajaran (Al-Zube, 2013, p.5-6).

Unlike in the teacher-centred approach, the students in the student-centred approach do not have many orders to take from their instructors since most of the activities are based on what the students plan themselves (Al-Zube, 2013, p.5-6). Pembelajaran learner-centered menggiring siswa untuk menetapkan langkah-langkah, strategi, serta pemecahan masalah dalam pencapaian pembelajaran. Mereka dapat mengatur diri sendiri, mengevaluasi, dan mencari metode-metode yang dapat membantu mereka dalam proses pencapaian dalam belajar (Santrock,2004). Markant (2013,1) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kinerja pembelajaran dapat ditingkatkan ketika siswa yang merencanakan dan memiih sendiri bagaimana ia belajar dan memperoleh informasi Kegiatan tersebut dapat meningkatkan proses kognitif, motivasi, perhatian, dan keterpaduan dalam belajar.

Beberapa prinsip dari pembelajaran learner-centered menyediakan konsep pembelajaran yang interaktif dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang berpusat pada kebutuhan dan perkembangan siswa menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri siswa untuk belajar dan menggali kreativitas untuk pencapaian akademik. Dari beberapa pandangan dan hasil penelitian yang telah dijabarkan, disimpulkan bahwa pembelajaran learner-centered dapat memotivasi siswa secara intrinsik.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Zube, Ahmad Fayez Mutlaq. (2013). The Difference Between Learner-Centered Approach And The Teacher-Centered Approach In Teaching As A Foreign Language. Educational Research International, 5-6

Grund, Axel. Brassler, Nina K. Fries, Stefan. (2013).Torn Between Study and Leisu

re: How Motivational Conflicts Relate toStudents Academic and Social Adaptation. American Psychological Association, 13. doi: 10.1037/a0034400

Markant, Douglas B. & Gureckis, Todd M. (2013). Is It Better to Select or to Recei

ve? Learning via Active and Passive Hypothesis Testing. American Psychological Association, 1. doi: 10.1037/a0032108

Parsons, Richard D. Hinson, Stephanie Lewis. Sardo-Brown, Deborah. (2001). Canada: Wardsworth

Santrock, John W. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana