pembelajaran bahasa.doc
DESCRIPTION
adaTRANSCRIPT
metPendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Bahasa Kedua
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendekatan, Metode dan Teknik
Apakah yang dimaksud dengan metode? Edward Anthony (1963) mengungkapkan bahwa
pendekatan merupakan beberapa asumsi dasar yang melatari pengertian tentang bahasa,
pembelajaran, dan pengajaran. Artinya yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran bahasa
dalam hal ini adalah sebuah asumsi yang mengungkapkan pengertian-pengertian dasar perihal
bahasa, pembelajaran dan pengajaran yang kemudian dihubungkan menjadi sebuah pengertian
dasar tentang Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa.
Lebih lanjut Edward Anthony (1963) mengungkapkan bahwa Metode Pembelajaran
Bahasa adalah rencana pembelajaran bahasa secara keseluruhan secara sistematis yang
berdasarkan salah satu pendekatan pembelajaran dan pengajaran bahasa. Artinya berdasarkan
kutipan di atas yang dimaksud dengan metode pembelajaran bahasa adalah suatu sistem
perencanaan yang disusun secara sistematis dari awal sampai dengan evaluasi mengenai
melaksanakan pengajaran dan pembelajaran bahasa di dalam kelas dengan berlandaskan satu
pendekatan pengajaran dan pembelajaran bahasa tertentu.
Masih menurut Edward Anthony (1963) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan
teknik pembelajaran bahasa ialah suatu aktivitas yang secara khusus dan nyata yang
dimanifestasikan dalam suatu pola pembelajaran bahasa di dalam kelas sesuai dengan metode
yang digunakan juga sejalan dengan pendekatan pembelajaran dan pengajaran bahasa tertentu.
Dua abad berselang, Jack Richards dan Theodore Rodgers (1982, 1986) memodifikasi
teori yang diungkapkan oleh Edward Anthony. Istilah-istilah Anthony seperti Pendekatan,
Metode, dan Teknik diubah secara berurutan menjadi Pendekatan, Desain, dan Prosedur. Metode
menurut Richards dan Rodgers ialah payung teori yang spesifik dan hubungan antara teori dan
praktik. Pendekatan didefinisikan sebagai asumsi, kepercayaan mengenai teori dasar bahasa dan
pengajaran bahasa. Desain lebih khusus lagi adalah hubungan antara teori pengajaran di dalam
kelas terkait materi dan aktivitas. Prosedur ialah teknik dan latihan yang mendukung penerapan
dari pendekatan dan desain.
Berdasarkan formula baru mereka, Richards dan Rogers membuat dua prinsip yang
berkontribusi pada pengertian kita tentang konsep sebuah metode:
1. Konsep metode tersepesifikasi untuk kepentingan desain pengajaran bahasa yang sekarang
dibiarkan bias atau kabur. Konsep metode mereka terskema dengan enam faktor penting dari
desain; tujuan, silabus, kegiatan, peran pembelajar, peran pengajar, dan peran bahan ajar. Tiga
faktor terakhir memiliki menempati proporsi yang signifikan pada perhatian kita bersama secara
profesi selama sepuluh tahun terakhir atau lebih.
2. Richard dan Rodger menyinggung kita yang pada akhirnya mengeluarkan gagasan yang terpisah,
terdefinisi, metode deskrit yang pada dasarnya merupakan unsur penting dari metodologi.
Dengan membantu kita untuk berpikir terstruktur dari pendekatan yang menjadi dasar bagi
desain pembelajaran bahasa kita, yang direalisasikan pada berbagai prosedur, kita bisa melihat
bahwa metode, karena kita masih menggunakan dan memahami istilah dan terlalu membatasi,
terlalu diprogram dan terlalu dikemas.
Seluruh konsep metode yang terpisah tidak lebih lama menjadi isu sentral dalam
pembelajaran bahasa secara praktis. Sebagai gantinya kita saat ini membuat referensi yang cukup
mengenai metodologi sebagai payung pemahaman, pemesanan jangka panjang sebuah metode
untuk sesuatu yang lebih khusus, teridentifikasi secara berkelompok dari teori yang cocok
sebagai teknik dalam kelas.
Jadi, rumusan Richard dan Rodger tentang konsep metode telah bertahan lama;
bagaimanapun juga mereka mencoba untuk memberikan sebuah makna baru terhadap
pemahaman di waktu lampau ke istilah lama yang tidak termasuk ke dalam literatur pedagogik.
Permasalahan lain ialah penggunaan istilah desain; sebagai gantinya kita lebih nyaman
dengan kurikulum atau silabus ketika kita yang maksudkan ialah fitur desain program bahasa.
B. Metode Pemahaman atau Metode Tata Bahasa
“Metode ini sering disebut juga metode tradisional, sebab metode ini merupakan metode
yang paling tua” (Abidin, 2006:38). Walaupun metode ini adalah metode yang paling tua,
namun sampai saat ini metode ini masih digunakan di sekolah-sekolah atau kelas-kelas
pengajaran bahasa. Metode tata bahasa ini berdasarkan asumsi bahwa ada satu logika semesta
yang merupakan dasar semua bahasa di dunia ini dan bahwa tata bahasa adalah cabang dari
logika.
Ciri-ciri utama metode ini menurut Abidin (2006:38) adalah :
1. Tujuan belajar bahasa ialah untuk belajar bahasa agar mampu membaca sastra dalam bahasa
tersebut, metode ini bertujuan juga untuk memperoleh keuntungan disiplin mental dan
pengembangan intelektual.
2. Memandang pengajaran bahasa sebagai penghafalan kaidah-kaidah dan fakta-fakta tentang tata
bahasa agar bisa diterapkan pada morfologi dan sintaksis.
3. Penekanan pada membaca, mengarang, dan terjemahan.
4. Seleksi kosakata khususnya berdasarkan teks-teks bacaan yang dipakai.
5. Unit yang mendasar ialah kalimat.
6. Tata bahasa diajarkan secara deduktif.
7. Bahasa pertama digunakan sebagai bahasa pengantar dalam terjemahan, keterangan,
perbandingan dan penghafalan.
C. Metode Langsung
Abidin (2006: 39) mengungkapkan bahwa asumsi metode langsung ini ialah “bahwa
proses belajar B2 sama dengan belajar B1, yakni penguasaan bahasa secara langsung dan intensif
dalam komunikasi.” Artinya untuk mencapai keberhasilan pembelajaran maka penggunaan B1
harus dihindari dan senantiasa menggunakan B2. Hal ini karena tujuan utama metode langsung
ini ialah penguasaan B2 secara lisan agar pelajar mampu berkomunikasi dalam B2. Lebih lanjut
Abidin (2006: 40) mengungkapkan langkah-langkah penyajian metode ini adalah sebagai berikut
:
1. Pelajar mulai dengan dialog yang pendek dalam B2.
2. Materi mula-mula disajikan secara lisan dengan gerakan-gerakan, isyarat-isyarat atau gambar-
gambar.
3. Dilakukan tanya jawab berdasarkan dialog yang telah dilakukan.
4. Tata bahasa diajarkan secara induktif, yakni dengan memberikan contoh yang merangsang
pelajar untuk mengambil kesimpulan.
5. Kata-kata digunakan dalam percakapan dan pengimbuhannya diberikan pada pelajaran
selanjutnya.
6. Para pelajar yang sudah maju diberikan bacaan yang menarik tetapi bacaan itu tidak dianalisis
secara struktural atau secara sistematis.
7. Budaya yang relevan dengan B2 diajarkan secara induktif juga.
8. Dalam melakukan kegiatan tersebut guru harus menghindari penggunaan bahasa pertama.
D. Metode Audiolingual
Abidin (2006: 43) mengungkapkan prinsip-prinsip pengajaran bahasa dengan
menggunakan metode audiolingual adalah :
a. Pelajar harus menyimak, kemudian berbicara, membaca dan akhirnya mengarang.
b. Tata bahasa harus disajikan dalam bentuk pola-pola kalimat atau dialog-dialog dengan topik
situasi sehari-hari.
c. Drill harus mengikuti urutan operan conditioning. Harus ada pemberian hadiah.
d. Semua unsur tata bahasa harus disajikan dari yang mudah ke yang sukar.
e. Kemungkinan untuk membuat kesalahan memberika respon harus dihindari.
E. Metode Guru Diam
Abidin (2006: 45) mengungkapkan “materi yang diambil dalam metode ini berdasarkan
struktur-struktur bahasa, bahasa ditinjau sebagai kelompok-kelompok bunyi yang dihubungkan
dengan makna-makna tertentu dan diatur menjadi kalimat-kalimat melalui aturan-aturan tata
bahasa.” Artinya tujuan metode ini adalah untuk melengkapi para pelajar dengan keterampilan
ber B2 secara lisan dan memperkuat kemampuan menyimak.
F. Metode Sugestopedia
Suggestopedia merupakan suatu metode yang dikembangkan oleh ahli psikiatri Georgi
Lazanov. (dalam Abidin, 2006: 47). Belajar dengan metode ini mencoba untuk menghindarkan
norma-norma umumdan kendala-kendala yang lazim berlaku. Pelajar harus senantisa
menggunakan B2 dan tidak boleh membuat kesalahan. Untuk mencapai tujuan tersebut guru
harus berusaha menimba potensi yang ada pada diri siswa.Kriteria yang menentukan
keberhasilan program adalah :
1. Prinsip penekanan yang kuat pana penikmatan dan penganggapan betapa mudahnya belajar.
2. Prinsip perpaduan yang mutlak antara faktor-faktor sadar dan bawah sadar pelajar.
3. Prinsip interaksi yang mesra dan hidup anata pelajar.
Penyajian yang tidak menggunakan kriteria di atas tidak pantas disebut suggestopedia.Tujuan
pengajaran B2 menurut metode ini adalah :
1. Membimbing pelajar untuk mencapai kelancaran berbicara dalam tingkat lanjut secara tepat
2. Memberi penguasaan kosakata yang mencapai jumlah yang cukup banyak.
3. Menggunakan waktu pelajar secara maksimal.
Materi metode ini :
1. penghafalan kosakata dan istilah dengan kaidah-kaidah tata bahasa yang mendasarinya.
2. Penggunaan dialog-dialog yang relistis dan ulasan-ulasan dialog.
3. Penggunaan Sketsa, dramatisasi, penceritaan cerita pendek, deklamasi, nyanyian dan perjalanan
ke lapangan dimana pelajar menggunakan B2.
4. Penggunaan transkrip fonetik untuk kosakata, perkenalan bentuk kata dan pengguanaan
rekaman.
G. Metode Respon Psikomotorik Secara Menyeluruh
Abidin (2006: 48) mengungkapkan bahwa metode ini dicetuskan oleh James J. Asher dari
Amerika. Langkah-langkah metode ini adalah :
1. Empat minggu para mahasiswa mengalami periode diam di mana mereka tidak hanya menyimak
tetapi mereka mengerjakan segala macam tugas sesuai dengan intruksi pengajar.
2. Penyajian menyimak setiap hari yang lamanya satu jam itu diikuti oleh 5 menit tanya jawab
yang dikerjakan dalam B1.
3. Sesudah empat minggu para pelajar diberi pelajaran membaca.
4. Sesudah tujuh minggu latihan menyimak kemudian membaca. Metode ini masih memiliki
kesamaan juga metode pemahaman.
H. Metode Pendekatan Alamiah
Krashen memberikan pendapat tentang pemerolehan bahasa yang dialami orang dewasa
melaui dua jalur yaitu pemerolehan dan pembelajaran bahasa. “Pemerolehan bahasa adalah cara
yang alamiah untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, dan ini suatu proses yang
dikerjakan dibawah sadar, sama seperti seorang anak tidak sadar bahwa ia belajar bahasa, yang ia
ketahui hanyalah ia berkomunikasi dengan orang lain. Pemeroleh bahasa merupakan proses
pemerolehan kaidah-kaidah bahasa secara tidak sadar.” (dalam Abidin, 2006: 51). Lebih lanjut
Abidin (2006: 51) mengungkapkan bahwa “Pembelajaran ialah proses pemerolehan bahasa
dengan mengetahui kaidah-kaidah tata bahasa.”
Sejalan dengan hal di atas Krashen (dalam Abidin, 2006: 51) mengungkapkan “Belajar
B2 secara formal tidak begitu efektif dalam mengembangkan kemampuan komunikatif B2. Jadi
belajar B2 terjadi secara sadar dan melibatkan pembetulan kesalahan dan pengahafalan aturan-
aturan tata bahasa.”
Menurut teori ini, berbahasa atau berujar itu dirangsang oleh sistem pemerolehan. Kalau
kemamapuan berbahasa itu adalah hasil pemerolehan maka ujaran itu akan dilahirkan secara
lancar. Kalau kemampuan berbahasa dihasilkan lewat pembelajaran maka sebelum atau sesudah
ujaran terjadi sistem hasil belajar itu mengadakan pengecekan tentang kebenaran ujaran
itu.Pembelajaran bahasa secara sadar dan sengaja, pengetahuan tentang kaidah-kaidah tata
bahasa ini bertindak sebagai faktor pengecek atau monitor. Ada beberapa syarat bagi
penggunaan suatu monitor, yaitu, :
1. Pembicara harus ada waktu yang cukup untuk berfikir tentang dan cara penggunaan kaidah-
kaidah tata bahasa itu.
2. Orang yang berbahasa itu pikirannya tertumpu pada bentuk dan kebenaran secara tata bahasa.
3. Orang yang berbicara itu harus tahu kaidah tata bahasa yang bersangkutan.
4. Penggunaan monitor lebih sesuai untuk orang dewasa atau orang yang telah mencapai tahap
operasional formal yang biasa terjadi setelah pubertas. Sebaliknya pemeroleha bahasa kedua
lebih mudah dicapai pada tahap sebelum tahap operasional formal. Pemerolehan bahasa juga
ditentukan oleh bakat dan sikap. Dalam teori ini bahasa pertama tidak dianggap sebagai
penghabat kemampuan berbahasa kedua sebaliknya justru sebagai pengisi kekurangan-
kekurangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pendekatan, Metode dan Teknik
Edward Anthony (1963, dalam Brown 2001: 14) mengungkapkan bahwa “Pendekatan
merupakan beberapa asumsi dasar yang melatari pengertian tentang bahasa, pembelajaran, dan
pengajaran.” Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dmaknai bahwa pendekatan
pembelajaran bahasa adalah asumsi dasar yang mengungkapkan pengertian-pengertian dasar
perihal bahasa, pembelajaran dan pengajaran yang kemudian dihubungkan menjadi sebuah
pengertian dasar tentang Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa.
Lebih lanjut Edward Anthony (1963, dalam Brown, 2001: 14) mengungkapkan bahwa
“Metode pembelajaran bahasa adalah rencana pembelajaran bahasa secara keseluruhan secara
sistematis yang berdasarkan salah satu pendekatan pembelajaran dan pengajaran bahasa.”
Berdasarkan kutipan di atas penulis mengartikan metode pembelajaran bahasa adalah suatu
sistem perencanaan yang disusun secara sistematis dari awal sampai dengan evaluasi mengenai
melaksanakan pengajaran dan pembelajaran bahasa di dalam kelas dengan berlandaskan satu
pendekatan pengajaran dan pembelajaran bahasa tertentu.
Lebih lanjut Edward Anthony (1963, dalam Brown, 2001: 14) mengungkapkan “Teknik
pembelajaran bahasa ialah suatu aktivitas yang secara khusus dan nyata yang dimanifestasikan
dalam suatu pola pembelajaran bahasa di dalam kelas sesuai dengan metode yang digunakan
juga sejalan dengan pendekatan pembelajaran dan pengajaran bahasa tertentu.” Jadi, teknik
pembelajaran bahasa merupakan suatu cara nyata yang terwujud secara aktif di dalam kelas
dalam rangka mengajarkan bahasa kepada peserta didik, memiliki pola tertentu dan sejalan
dengan pendekatan serta metode yang digunakan atau dipilih oleh pengajar bahasa tersebut.
Beberapa abad setelah itu Jack Richards dan Theodore Rodgers (1982, 1986, dalam
Brown, 2001: 15) memodifikasi teori yang diungkapkan oleh Edward Anthony. Istilah-istilah
Anthony seperti Pendekatan, Metode, dan Teknik diubah secara berurutan menjadi Pendekatan,
Desain, dan Prosedur. Metode menurut Richards dan Rodgers (dalam Brown, 2001: 15) “ialah
payung teori yang spesifik dan hubungan antara teori dan praktik. Pendekatan didefinisikan
sebagai asumsi, kepercayaan mengenai teori dasar bahasa dan pengajaran bahasa. Desain lebih
khusus lagi adalah hubungan antara teori pengajaran di dalam kelas terkait materi dan aktivitas.
Prosedur ialah teknik dan latihan yang mendukung penerapan dari pendekatan dan desain.”
Berdasarkan formula baru mereka, Richards dan Rogers membuat dua prinsip yang
berkontribusi pada pengertian kita tentang konsep sebuah metode:
1. Konsep metode tersepesifikasi untuk kepentingan desain pengajaran bahasa yang sekarang
dibiarkan bias atau kabur. Konsep metode mereka terskema dengan enam faktor penting dari
desain; tujuan, silabus, kegiatan, peran pembelajar, peran pengajar, dan peran bahan ajar. Tiga
faktor terakhir memiliki menempati proporsi yang signifikan pada perhatian kita bersama secara
profesi selama sepuluh tahun terakhir atau lebih.
2. Richard dan Rodger menyinggung kita yang pada akhirnya mengeluarkan gagasan yang terpisah,
terdefinisi, metode deskrit yang pada dasarnya merupakan unsur penting dari metodologi.
Dengan membantu kita untuk berpikir terstruktur dari pendekatan yang menjadi dasar bagi
desain pembelajaran bahasa kita, yang direalisasikan pada berbagai prosedur, kita bisa melihat
bahwa metode, karena kita masih menggunakan dan memahami istilah dan terlalu membatasi,
terlalu diprogram dan terlalu dikemas.
Seluruh konsep metode yang terpisah tidak lebih lama menjadi isu sentral dalam
pembelajaran bahasa secara praktis. Sebagai gantinya kita saat ini membuat referensi yang cukup
mengenai metodologi sebagai payung pemahaman, pemesanan jangka panjang sebuah metode
untuk sesuatu yang lebih khusus, teridentifikasi secara berkelompok dari teori yang cocok
sebagai teknik dalam kelas.
Jadi, rumusan Richard dan Rodger tentang konsep metode telah bertahan lama;
bagaimanapun juga mereka mencoba untuk memberikan sebuah makna baru terhadap
pemahaman di waktu lampau ke istilah lama yang tidak termasuk ke dalam literatur pedagogik.
Permasalahan lain ialah penggunaan istilah desain; sebagai gantinya kita lebih nyaman
dengan kurikulum atau silabus ketika kita yang maksudkan ialah fitur desain program bahasa.
B. Metode Pemahaman atau Metode Tata Bahasa
“Metode ini sering disebut juga metode tradisional, sebab metode ini merupakan metode
yang paling tua” (Abidin, 2006: 38). Walaupun metode ini adalah metode yang paling tua,
namun sampai saat ini metode ini masih digunakan di sekolah-sekolah atau kelas-kelas
pengajaran bahasa. Metode tata bahasa ini berdasarkan asumsi bahwa ada satu logika semesta
yang merupakan dasar semua bahasa di dunia ini dan bahwa tata bahasa adalah cabang dari
logika.
Ciri-ciri utama metode ini menurut Abidin (2006:38) adalah :
1. Tujuan belajar bahasa ialah untuk belajar bahasa agar mampu membaca sastra dalam bahasa
tersebut, metode ini bertujuan juga untuk memperoleh keuntungan disiplin mental dan
pengembangan intelektual.
2. Memandang pengajaran bahasa sebagai penghafalan kaidah-kaidah dan fakta-fakta tentang tata
bahasa agar bisa diterapkan pada morfologi dan sintaksis.
3. Penekanan pada membaca, mengarang, dan terjemahan.
4. Seleksi kosakata khususnya berdasarkan teks-teks bacaan yang dipakai.
5. Unit yang mendasar ialah kalimat.
6. Tata bahasa diajarkan secara deduktif.
7. Bahasa pertama digunakan sebagai bahasa pengantar dalam terjemahan, keterangan,
perbandingan dan penghafalan.
Langkah-langkah pengajaran dengan metode ini menurut Abidin (2006: 39) adalah
sebagai berikut:
1. Guru mulai dengan memberikan definisi, kaidah, bahasa kedua dengan bahasa pertama untuk
dihafal.
2. Guru melatih pelajar dalam terjemahan kalimat-kalimat kemudian paragraf-paragraf.
3. Guru memberikan daftar kosakata untuk dihafal.
4. Guru memberikan pekerjaan rumah yang berupa persiapan terjemahan dari buku.
Kekuatan metode ini menurut Abidin (2006: 39) adalah:
1. Para pelajar mahir menerjemahkan dari dan ke bahasa kedua.
2. Para pelajar hafal kaidah-kaidah bahasa ke dua yang disampaikan dalam bahasa pertama.
Kelemahan metode ini menurut Abidin (2006: 39) adalah:
1. Analisa tata bahasa membingungkan siswa karena rumitnya analisis.
2. Terjemahan kalimat demi kalimat sering mengacaukan makna dalam kontek yang lebih luas.
3. Para pelajar hanya mendapat satu ragam pembelajaran tertentu.
4. Para pelajar menghafalkan kaidah-kaidah bahasa yang disajikan secara prespektif, yang mungkin
kaidah tersebut tidak berlaku dalam bahasa sehari-hari.
5. Para pelajar sebenarnya tidak belajar menggunakan B2 tetapi membicarakan tentang B2 tersebut.
C. Metode Langsung
Abidin (2006: 39) mengungkapkan bahwa asumsi metode langsung ini ialah “bahwa
proses belajar B2 sama dengan belajar B1, yakni penguasaan bahasa secara langsung dan intensif
dalam komunikasi.” Artinya untuk mencapai keberhasilan pembelajaran maka penggunaan B1
harus dihindari dan senantiasa menggunakan B2. Hal ini karena tujuan utama metode langsung
ini ialah penguasaan B2 secara lisan agar pelajar mampu berkomunikasi dalam B2. Lebih lanjut
Abidin (2006: 40) mengungkapkan langkah-langkah penyajian metode ini adalah sebagai berikut
:
1. Pelajar mulai dengan dialog yang pendek dalam B2.
2. Materi mula-mula disajikan secara lisan dengan gerakan-gerakan, isyarat-isyarat atau gambar-
gambar.
3. Dilakukan tanya jawab berdasarkan dialog yang telah dilakukan.
4. Tata bahasa diajarkan secara induktif, yakni dengan memberikan contoh yang merangsang
pelajar untuk mengambil kesimpulan.
5. Kata-kata digunakan dalam percakapan dan pengimbuhannya diberikan pada pelajaran
selanjutnya.
6. Para pelajar yang sudah maju diberikan bacaan yang menarik tetapi bacaan itu tidak dianalisis
secara struktural atau secara sistematis.
7. Budaya yang relevan dengan B2 diajarkan secara induktif juga.
8. Dalam melakukan kegiatan tersebut guru harus menghindari penggunaan bahasa pertama.
Kekuatan metode ini menurut Abidin (2006: 40) adalah:
a. Para pelajar terampil dalam menyimak
b. Para pelajar mengetahui banyak kosakata
c. Para pelajar memiliki lafal seperti penutur asli
d. Para pelajar banyak mendapat latihan dalam bercakap-cakap.
Kelemahan metode ini menurut Abidin (2006: 40) ialah:
a. Metode ini mempunyai prinsif yang mungkin hanya bisa diterima disekolah swasta yang jumlah
muridnya sedikit, dan tidak bisa diterapkan pada sekolah umum yang muridnya banyak.
b. Metode ini menuntut para guru mampu berbicara seperti penutur asli.
c. Metode ini mengandalkan kemahiran guru dalam menyajikan materi dan bukan buku-buku teks
yang baik.
d. Metode ini menghambat kemajuan siswa sebab banyak waktu yang terbuang dalam
menerangkan suatu konsep dalam B2.
e. Sering terjadi salah penafsiran dalam B2.
f. Metode ini terlalu membesar-besarkan persamaan antara pemerolehan B1 dan pemerolehan B2
dan tidak memperhatikan kenyataan-kenyataan keterbatasan dingding kelas.
D. Metode Audiolingual
Abidin (2006: 43) mengungkapkan prinsip-prinsip pengajaran bahasa dengan
menggunakan metode audiolingual adalah :
a. Pelajar harus menyimak, kemudian berbicara, membaca dan akhirnya mengarang.
b. Tata bahasa harus disajikan dalam bentuk pola-pola kalimat atau dialog-dialog dengan topik
situasi sehari-hari.
c. Drill harus mengikuti urutan operan conditioning. Harus ada pemberian hadiah.
d. Semua unsur tata bahasa harus disajikan dari yang mudah ke yang sukar.
e. Kemungkinan untuk membuat kesalahan memberika respon harus dihindari.
Lebih lanjut Abidin (2006: 44) mengungkapkan langkah-langkah penyajian materi
menurut strategi ini ialah:
a. Penyajian dialog/bacaan pendek yang dibacakan guru berulang-ulang, pelajar menyimak dan
tidak melihat teks.
b. Peniruan dan penghafalan dialog/bacaan pendek dengan tekink meniru setiap kalimat secara
serentak dan menghafalkan kalimat-kalimat tersebut.
c. Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog/bacaan pendek yang dianggap guru
sukar karena terdapat struktur atau ungkapan yang sukar. Ini dilatih dengan teknik drill untuk
struktur dan kosakata.
d. Dramatisasi dari dialog/bacaan pendek yang sudah dilakukan di atas.
e. Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai pola kalimat yang sudah diberikan
Kekuatan metode ini menurut Abidin (2006: 43) ialah:
a. Para pelajar menjadi terampil dalam membuat pola-pola kalimat yang sudah di drill.
b. Para pelajar mempunyai hafalan yang baik dan benar.
c. Para pelajar tidak tinggal diam tetapi harus terus-menerus memberi respon pada rangsangan
guru.
Kelemahan metode ini menurut Abidin (2006: 43) ialah:
a. Para pelajar cenderung memberi respon secara serentak tanpa mengetahui makna apa yang
diucapkan.
b. Para pelajar tidak diberi latihan dalam makna-makna lain dari kalimat-kalimat yang dilatih.
c. Sebetulnya siswa tidak berperan aktif hanya memberi respon terhadap rangsangan guru.
Kesalahan-kesalahan dihindari dan dianggap dosa besar, oleh sebab itu siswa tidak
diperbolehkan berinteraksi secara lisan.
E. Metode Guru Diam
Abidin (2006: 45) mengungkapkan “materi yang diambil dalam metode ini berdasarkan
struktur-struktur bahasa, bahasa ditinjau sebagai kelompok-kelompok bunyi yang dihubungkan
dengan makna-makna tertentu dan diatur menjadi kalimat-kalimat melalui aturan-aturan tata
bahasa.” Artinya tujuan metode ini adalah untuk melengkapi para pelajar dengan keterampilan
ber B2 secara lisan dan memperkuat kemampuan menyimak.
Langkah-lngkah penggunaan metode ini adalah menurut Abidin (2006: 45) ialah:
a. Guru menyajikan satu butir bahasa hanya satu kali, dan memaksa pelajar menyimak dengan
baik. Guru tidak mengatakan apa-apa hanya menunjuk simbol yang terdapat pada papan tulis.
Pelajar mengucapkan simbol tersebut dan melafalkannya dengan keras dengan serentak
kemudian satu per satu.
b. Guru menyajikan papan peraga yang kedua yang berisi kosakata yang dipilih guru berdasakan
kosakata sering digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari, misalnya menghitung 1-1000
dengan bahasa ke dua.
c. Guru menggunakan tongkat yang berwarna-warni untuk mendorong para pelajar berbicara
Metode guru diam mempunyai kesamaan dengan metode audiolingual, namun ada juga
perbedaan yang menonjol.
F. Metode Sugestopedia
Suggestopedia merupakan suatu metode yang dikembangkan oleh ahli psikiatri Georgi
Lazanov. (dalam Abidin, 2006: 47). Belajar dengan metode ini mencoba untuk menghindarkan
norma-norma umumdan kendala-kendala yang lazim berlaku. Pelajar harus senantisa
menggunakan B2 dan tidak boleh membuat kesalahan. Untuk mencapai tujuan tersebut guru
harus berusaha menimba potensi yang ada pada diri siswa. Kriteria yang menentukan
keberhasilan program adalah :
1. Prinsip penekanan yang kuat pana penikmatan dan penganggapan betapa mudahnya belajar.
2. Prinsip perpaduan yang mutlak antara faktor-faktor sadar dan bawah sadar pelajar.
3. Prinsip interaksi yang mesra dan hidup anata pelajar.
4. Penyajian yang tidak menggunakan kriteria di atas tidak pantas disebut suggestopedia.Tujuan
pengajaran B2 menurut metode ini adalah :
5. Membimbing pelajar untuk mencapai kelancaran berbicara dalam tingkat lanjut secara tepat
6. Memberi penguasaan kosakata yang mencapai jumlah yang cukup banyak.
7. Menggunakan waktu pelajar secara maksimal.
Lebih lanjut Abidin (2006: 48) mengungkapkan materi dalam metode ini ialah:
1. penghafalan kosakata dan istilah dengan kaidah-kaidah tata bahasa yang mendasarinya.
2. Penggunaan dialog-dialog yang relistis dan ulasan-ulasan dialog.
3. Penggunaan Sketsa, dramatisasi, penceritaan cerita pendek, deklamasi, nyanyian dan perjalanan
ke lapangan dimana pelajar menggunakan B2.
4. Penggunaan transkrip fonetik untuk kosakata, perkenalan bentuk kata dan pengguanaan
rekaman.
Langkah-langkah metode ini menurut Abidin (2006: 48) ialah:
1. Lima hari pertama disediakan untuk pekerjaa lisan dengan materi dialog atau cerita pendek.
2. Pada hari keenam dan seterusnya tekanan diberikan pada menyimak dan berbicara.
3. Siklus metode ini mulai dari ulasan materi, penyajian materi dengan keterampilan tata bahasa
yang relevan serta terjemahan, dan penyajian waktu satu jam untuk pertemuan santai.
Kekuatan Metode ini menurut Abidin (2006: 49) ialah:
1. Jumlah pelajar yang maksimum 12 orang menambah suasana santai seakan-akan pelajar tidak
ada di dalam kelas.
2. Pelajar mampu belajar dengan cepat B2 secara umum khususnya kosakata.
3. Para pelajar memupuk kerja sama yang kuat antara mereka sendiri dan saling tolong menolong
dalam semua pelajaran yang diberikan.
4. Penggunaan rekaman selama tidur dianggap menambah kemajuan penggunaan B2.
5. Para pelajar mempunyai perasaan harga diri yang tinggi dan sikap positif terhadap B2.
Kelemahan Metode ini menurut Abidin (2006: 49) ialah:
1. Metode ini tidak berbeda dengan metode-metode sebelumnya.
2. Teknik mendengarkan rekaman waktu tidur belum terbukti menambah keterampilan siswa
dengan lebih cepat.
3. Teori ini tidak diterima oleh semua orang.
4. Penyelenggaraan kegiatan belajar dengan metode ini sangat mahal.
Cara evaluasi sukar dilaksanakan dengan tes sumatif dan tes formatif, sedang dengan
pengamatan cenderung subjektif.
G. Metode Respon Psikomotorik Secara Menyeluruh
Abidin (2006: 50) mengungkapkan bahwa metode ini dicetuskan oleh James J. Asher dari
Amerika. Langkah-langkah metode ini adalah :
1. Empat minggu para mahasiswa mengalami periode diam di mana mereka tidak hanya menyimak
tetapi mereka mengerjakan segala macam tugas sesuai dengan intruksi pengajar.
2. Penyajian menyimak setiap hari yang lamanya satu jam itu diikuti oleh 5 menit tanya jawab
yang dikerjakan dalam B1.
3. Sesudah empat minggu para pelajar diberi pelajaran membaca.
4. Sesudah tujuh minggu latihan menyimak kemudian membaca. Metode ini masih memiliki
kesamaan juga metode pemahaman.
Kekuatan Metode ini menurut Abidin (2006: 51) ialah sebagai berikut.
1. Metode ini memungkinkan kebermaknaan dalam belajar B2.
2. Penundaan berbicara sampai pelajar cukup mengenal dan mengerti B2 memungkinkan
kepercayaan diri pelajar.
3. Metode ini memberikan tempat yang wajar bagi menyimak yang selama ini kurang diperhatikan.
4. Akan dapat membantu tercapainya kemampuan belajar yang menajadi tujuan pembelajaran B2
di Indonesia.
5. Penekanan pada pemahaman dalam metode ini dapat digabungkan dengan metode komunikatif.
Kelemahan metode ini menurut Abidin (2006: 51) ialah sebagai berikut.
1. Memerlukan waktu yang cukup banyak dalam kurikulum untuk mengembangbiakan pemahaman
B2.
2. Penerapan metode ini menuntut guru yang mampu berbicara B2 dengan baik dan benar secara
makna dan sesuai dengan situasi-situasi berbicara secara wajar.
3. Fasilitas untuk menerapkan metode ini sangat terbatas.
H. Metode Pendekatan Alamiah
Krashen (Abidin, 2006: 53) memberikan pendapat tentang pemerolehan bahasa yang
dialami orang dewasa melaui dua jalur yaitu pemerolehan dan pembelajaran bahasa.
“Pemerolehan bahasa adalah cara yang alamiah untuk mengembangkan kemampuan berbahasa,
dan ini suatu proses yang dikerjakan dibawah sadar, sama seperti seorang anak tidak sadar
bahwa ia belajar bahasa, yang ia ketahui hanyalah ia berkomunikasi dengan orang lain.
Pemeroleh bahasa merupakan proses pemerolehan kaidah-kaidah bahasa secara tidak sadar.”
(dalam Abidin, 2006: 54). Lebih lanjut Abidin (2006: 54) mengungkapkan bahwa “Pembelajaran
ialah proses pemerolehan bahasa dengan mengetahui kaidah-kaidah tata bahasa.”
Sejalan dengan hal di atas Krashen (dalam Abidin, 2006: 54) mengungkapkan “Belajar
B2 secara formal tidak begitu efektif dalam mengembangkan kemampuan komunikatif B2. Jadi
belajar B2 terjadi secara sadar dan melibatkan pembetulan kesalahan dan pengahafalan aturan-
aturan tata bahasa.”
Menurut teori ini, berbahasa atau berujar itu dirangsang oleh sistem pemerolehan. Kalau
kemamapuan berbahasa itu adalah hasil pemerolehan maka ujaran itu akan dilahirkan secara
lancar. Kalau kemampuan berbahasa dihasilkan lewat pembelajaran maka sebelum atau sesudah
ujaran terjadi sistem hasil belajar itu mengadakan pengecekan tentang kebenaran ujaran
itu.Pembelajaran bahasa secara sadar dan sengaja, pengetahuan tentang kaidah-kaidah tata
bahasa ini bertindak sebagai faktor pengecek atau monitor. Ada beberapa syarat bagi
penggunaan suatu monitor, yaitu:
1. Pembicara harus ada waktu yang cukup untuk berfikir tentang dan cara penggunaan kaidah-
kaidah tata bahasa itu.
2. Orang yang berbahasa itu pikirannya tertumpu pada bentuk dan kebenaran secara tata bahasa.
3. Orang yang berbicara itu harus tahu kaidah tata bahasa yang bersangkutan.
4. Penggunaan monitor lebih sesuai untuk orang dewasa atau orang yang telah mencapai tahap
operasional formal yang biasa terjadi setelah pubertas. Sebaliknya pemeroleha bahasa kedua
lebih mudah dicapai pada tahap sebelum tahap operasional formal. Pemerolehan bahasa juga
ditentukan oleh bakat dan sikap. Dalam teori ini bahasa pertama tidak dianggap sebagai
penghabat kemampuan berbahasa kedua sebaliknya justru sebagai pengisi kekurangan-
kekurangan. (Abidin, 2006: 56).
BAB III
SIMPULAN
Edward Anthony (1963) mengungkapkan bahwa pendekatan merupakan beberapa asumsi
dasar yang melatari pengertian tentang bahasa, pembelajaran, dan pengajaran. Artinya yang
dimaksud dengan pendekatan pembelajaran bahasa dalam hal ini adalah sebuah asumsi yang
mengungkapkan pengertian-pengertian dasar perihal bahasa, pembelajaran dan pengajaran yang
kemudian dihubungkan menjadi sebuah pengertian dasar tentang Pengajaran dan Pembelajaran
Bahasa.
Edward Anthony (1963) mengungkapkan bahwa Metode Pembelajaran Bahasa adalah
rencana pembelajaran bahasa secara keseluruhan secara sistematis yang berdasarkan salah satu
pendekatan pembelajaran dan pengajaran bahasa. Artinya berdasarkan kutipan di atas yang
dimaksud dengan metode pembelajaran bahasa adalah suatu sistem perencanaan yang disusun
secara sistematis dari awal sampai dengan evaluasi mengenai melaksanakan pengajaran dan
pembelajaran bahasa di dalam kelas dengan berlandaskan satu pendekatan pengajaran dan
pembelajaran bahasa tertentu.
Edward Anthony (1963) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan teknik
pembelajaran bahasa ialah suatu aktivitas yang secara khusus dan nyata yang dimanifestasikan
dalam suatu pola pembelajaran bahasa di dalam kelas sesuai dengan metode yang digunakan
juga sejalan dengan pendekatan pembelajaran dan pengajaran bahasa tertentu.
Jack Richards dan Theodore Rodgers (1982, 1986) memodifikasi teori yang diungkapkan
oleh Edward Anthony. Istilah-istilah Anthony seperti Pendekatan, Metode, dan Teknik diubah
secara berurutan menjadi Pendekatan, Desain, dan Prosedur. Metode menurut Richards dan
Rodgers ialah payung teori yang spesifik dan hubungan antara teori dan praktik. Pendekatan
didefinisikan sebagai asumsi, kepercayaan mengenai teori dasar bahasa dan pengajaran
bahasa. Desain lebih khusus lagi adalah hubungan antara teori pengajaran di dalam kelas terkait
materi dan aktivitas. Prosedur ialah teknik dan latihan yang mendukung penerapan dari
pendekatan dan desain.
Metode tata bahasa ini berdasarkan asumsi bahwa ada satu logika semesta yang
merupakan dasar semua bahasa di dunia ini dan bahwa tata bahasa adalah cabang dari logika.
Asumsi metode langsung ini ialah “bahwa proses belajar B2 sama dengan belajar B1,
yakni penguasaan bahasa secara langsung dan intensif dalam komunikasi.”
Prinsip-prinsip pengajaran bahasa dengan menggunakan metode audiolingual adalah :
a. Pelajar harus menyimak, kemudian berbicara, membaca dan akhirnya mengarang.
b. Tata bahasa harus disajikan dalam bentuk pola-pola kalimat atau dialog-dialog dengan topik
situasi sehari-hari.
c. Drill harus mengikuti urutan operan conditioning. Harus ada pemberian hadiah.
d. Semua unsur tata bahasa harus disajikan dari yang mudah ke yang sukar.
e. Kemungkinan untuk membuat kesalahan memberika respon harus dihindari.
Dalam metode diam materi yang diambil dalam metode ini berdasarkan struktur-struktur
bahasa, bahasa ditinjau sebagai kelompok-kelompok bunyi yang dihubungkan dengan makna-
makna tertentu dan diatur menjadi kalimat-kalimat melalui aturan-aturan tata bahasa. Artinya
tujuan metode ini adalah untuk melengkapi para pelajar dengan keterampilan ber B2 secara lisan
dan memperkuat kemampuan menyimak.
Langkah-lngkah penggunaan metode diam adalah:
a. Guru menyajikan satu butir bahasa hanya satu kali, dan memaksa pelajar menyimak dengan
baik. Guru tidak mengatakan apa-apa hanya menunjuk simbol yang terdapat pada papan tulis.
Pelajar mengucapkan simbol tersebut dan melafalkannya dengan keras dengan serentak
kemudian satu per satu.
b. Guru menyajikan papan peraga yang kedua yang berisi kosakata yang dipilih guru berdasakan
kosakata sering digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari, misalnya menghitung 1-1000
dengan bahasa ke dua.
c. Guru menggunakan tongkat yang berwarna-warni untuk mendorong para pelajar berbicara
Metode guru diam mempunyai kesamaan dengan metode audiolingual, namun ada juga
perbedaan yang menonjol.
Belajar dengan metode sugestopedia mencoba untuk menghindarkan norma-norma umum
dan kendala-kendala yang lazim berlaku. Pelajar harus senantisa menggunakan B2 dan tidak
boleh membuat kesalahan. Untuk mencapai tujuan tersebut guru harus berusaha menimba
potensi yang ada pada diri siswa. Kriteria yang menentukan keberhasilan program adalah :
1. Prinsip penekanan yang kuat pana penikmatan dan penganggapan betapa mudahnya belajar.
2. Prinsip perpaduan yang mutlak antara faktor-faktor sadar dan bawah sadar pelajar.
3. Prinsip interaksi yang mesra dan hidup anata pelajar.
4. Penyajian yang tidak menggunakan kriteria di atas tidak pantas disebut suggestopedia.Tujuan
pengajaran B2 menurut metode ini adalah :
5. Membimbing pelajar untuk mencapai kelancaran berbicara dalam tingkat lanjut secara tepat
6. Memberi penguasaan kosakata yang mencapai jumlah yang cukup banyak.
7. Menggunakan waktu pelajar secara maksimal.
Metode Respon Psikomotorik Secara Menyeluruh dicetuskan oleh James J. Asher dari
Amerika. Langkah-langkah metode ini adalah :
1. Empat minggu para mahasiswa mengalami periode diam di mana mereka tidak hanya menyimak
tetapi mereka mengerjakan segala macam tugas sesuai dengan intruksi pengajar.
2. Penyajian menyimak setiap hari yang lamanya satu jam itu diikuti oleh 5 menit tanya jawab
yang dikerjakan dalam B1.
3. Sesudah empat minggu para pelajar diberi pelajaran membaca.
4. Sesudah tujuh minggu latihan menyimak kemudian membaca. Metode ini masih memiliki
kesamaan juga metode pemahaman.
Menurut teori Krashen, berbahasa atau berujar itu dirangsang oleh sistem pemerolehan.
Kalau kemamapuan berbahasa itu adalah hasil pemerolehan maka ujaran itu akan dilahirkan
secara lancar. Kalau kemampuan berbahasa dihasilkan lewat pembelajaran maka sebelum atau
sesudah ujaran terjadi sistem hasil belajar itu mengadakan pengecekan tentang kebenaran ujaran
itu.Pembelajaran bahasa secara sadar dan sengaja, pengetahuan tentang kaidah-kaidah tata
bahasa ini bertindak sebagai faktor pengecek atau monitor. Ada beberapa syarat bagi
penggunaan suatu monitor, yaitu:
1. Pembicara harus ada waktu yang cukup untuk berfikir tentang dan cara penggunaan kaidah-
kaidah tata bahasa itu.
2. Orang yang berbahasa itu pikirannya tertumpu pada bentuk dan kebenaran secara tata bahasa.
3. Orang yang berbicara itu harus tahu kaidah tata bahasa yang bersangkutan.
4. Penggunaan monitor lebih sesuai untuk orang dewasa atau orang yang telah mencapai tahap
operasional formal yang biasa terjadi setelah pubertas. Sebaliknya pemeroleha bahasa kedua
lebih mudah dicapai pada tahap sebelum tahap operasional formal. Pemerolehan bahasa juga
ditentukan oleh bakat dan sikap. Dalam teori ini bahasa pertama tidak dianggap sebagai
penghabat kemampuan berbahasa kedua sebaliknya justru sebagai pengisi kekurangan-
kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. (2006). Perspektif dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa. Tasikmalaya: HZAA
Press.
Abidin, Yunus. (2006). Terampil Menulis Karya Ilmiah di Perguruan Tinggi. Tasikmalaya: HZAA Press.
Brown, H. Douglas. (2001). Teaching by Principle. San Fransisco: San Fransisco of University. Diposkan oleh Adita Widara Putra di 13:07 Kirimkan In