pembatalan perjanjian pengikatan jual beli oleh ahli …

81
PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI WARIS The Cancellation of the Sale and Purchase Agreement by Heir ARIFUDDIN P3600214026 PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH

AHLI WARIS

The Cancellation of the Sale and Purchase Agreement by Heir

ARIFUDDIN

P3600214026

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

ii

HALAMAN JUDUL

PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH

AHLI WARIS

Hasil Penelitian

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Magister Kenotariatan

Disusun dan Diajukan Oleh

ARIFUDDIN

P3600214026

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 3: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

TESIS

KEDUDUKAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAMHARTA BERSAMA PADA PERKAWINAN

Disusun dan diajukan oleh:

Nomor P3600214033

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian TesisPada tanggal 16 Januari 2017

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

MenyetujuiKomisi Penasehat

Ketua Program StudiMagister Kenotariatan

Page 4: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASILAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ARIFUDDIN

Nim : P3600214026

Program Studi : Magister Kenotariatan

Menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH

AHLI WARIS

Benar-benar merupakan hasil karya pribadi dan seluruh sumber yang

dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Makassar, 18 Agustus 2017,

A R I F U D D I N

P3600214026

Page 5: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diucapkan kepada Allah subhanahu wa ta'ala yang

selalu memberikan berkat, kasih dan karunianya sehingga tesis ini dapat

diselesaikan. Tesis ini ditulis sebagai syarat penyelesaian Program

Pascasarjana, dengn program studi Magister Kenotariatan Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin Makassar. Penulis mengakui bahwa tesis

ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan ilmu, dan

pengalaman dari penulis. Berkat kebaikan, kasih, dan karunia yang

diberikan Allah subhanahu wa ta'ala secara langsung maupun tidak

langsung melalui bantuan dan uluran tangan dan bimbingan dari berbagai

pihak sehingga tesis ini dapat diselesaikan, oleh karena itu di ucapkan

terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A, selaku Rektor Universitas

Hasanuddin, beserta staf;

2. Prof. Dr. Farida Patittingi, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin, beserta Wakil Dekan I Prof. Dr.

Ahmadi Miru, S.H., M.H., Wakil Dekan II Dr. Syamsuddin Muchtar,

S.H., M.H., Wakil Dekan III Dr. Hamzah Salim, S.H., M.H;

3. Dr. Nurfaidah Said, S.H., M.H., M.Si., selaku Ketua Program Studi

Magister Kenotariatan beserta staf.

4. Komisi Pembimbing tesis penulis yang telah membimbing dengan

penuh kasih dan kesabaran Prof. Dr. Ahmadi Miru, S.H., M.H dan

Page 6: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

vi

Dr. Winner Sitorus, SH., MH., L.LM. Terimakasih yang sebesar-

besarnya saya ucapkan bagi kedua pembimbing penulis atas ilmu,

diskusi, dan bantuan selama proses penulisan tesis ini.

5. Komisi Penguji tesis Prof. Dr. Nurhayati Abbas. S.H., M.H., Prof. Dr.

Anwar Borahima, S.H., M.H., dan Dr. Hasbir Paserangi, S.H., M.H.,

M.Si., terimakasih sebesar-besarnya saya ucapkan untuk waktu

dan perhatian yang diberikan dalam setiap ujian yang saya lalui

dari awal hingga akhir.

6. Teman-teman Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas

Hasanuddin angkatan 2014 yang selalu memberi dukungan dan

menghibur saya saat susah dan senang.

7. Terkhusus tesis ini saya persembahkan kepada kedua orang tua

penulis yang selalu mendukung baik secara materi dan moral

H. P. Alimuddin Karim dan Hj. Rusdiana, beserta 6 adik saya .

Tesis ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu jika adanya

kesalahan, saya memohon kritik dan saran sebagai penyempurnaan

selanjutnya.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih banyak dan diakhiri dengan

doa dan harapan agar tesis ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu

pengetahuan.

Makassar, 18 Agustus 2017

ARIFUDDIN

Page 7: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

vii

ABSTRAK

ARIFUDDIN, “Pembatalan Perjanjian Pengikatan Jual Beli oleh Ahli Waris”, Dibimbing oleh Ahmadi Miru dan Winner Sitorus.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui dan menganalisis kedudukan hukum Ahli waris dalam hal pembatalan Perjanjian Pengikatan Jual Beli yang dibuat oleh pewaris, dan (2) untuk mengetahui dan menganalisis pertimbangan hukum untuk memungkinkan adanya pembatalan oleh Ahli Waris dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli tanah.

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual, dan pendekatan kasus. Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan non hukum dikumpulkan dengan cara studi kepustakaan, kemudian diolah dan dianalisis menggunakan metode kualitatif dengan mengkaji substansi perundang-undangan, perjanjian, putusan-putusan hakim dan pendapat para ahli dan disajikan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kedudukan ahli waris dalam perjanjian pengikatan jual beli yang dibuat oleh pewaris sifatnya hanya melanjutkan apa yang diperjanjikan dan tidak dapat membatalkan perjanjian, karena salah satu kewajiban ahli waris terhadap pewaris yaitu menyelesaikan kewajiban pewaris kepada pihak ketiga; dan (2) Dalam kasus yang penulis jadikan sampel penelitian hakim mempertimbangkan bahwa sebagai ahli waris yang baik dari pewaris, maka hal yang harus dilakukan adalah menunaikan/menyelesaikan kewajiban pewaris dalam hal ini menindaklanjuti perjanjian pengikatan jual beli tanah aquo sesuai ketentuan Pasal 175 ayat 1 b Kompilasi Hukum Islam sehingga seyogiyanya tidak meminta pembatalan perjanjian pengikatan jual beli tanah tersebut melalui gugatan rekonvensi. Kata kunci : pembatalan, perjanjian, pengikatan, jual-beli, ahli waris

Page 8: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

viii

ABSTRACT

ARIFUDDIN, “The Cancellation Of The Sale And Purchase Agreement By Heir”, Supervised by Ahmadi Miru and Winner Sitorus.

This research aims to describe and analyze; (1) the legal position of an heirs in the case of cancellation of the a Sale and Purchase Agreement made by a predecessor, and (2) the legal considerations to allow an heir to cancel a Binding Agreement of the Sale and Purchase of Land.

This study was conducted as a normative legal research using statute, conceptual, and case approach. Primary legal, secondary legal, and non legal materials were collected in a library research, then materials were processed and analyzed using the qualitative methods to assess the substance of legislation, agreements, decisions of the judges, and the opinions of experts. The fidings were presented descriptively.

The results show that: (1) The position of an heir in a binding Agreement of sale and purchase made by apredecessor is only to continue what has been contracted and not to cancel the agreement, because one of the obligations of an heir to the predecessor is to fulfil the obligations of the predecessor to the third parties; and (2) In the case selected as the sample of this study, the judge considered that as a good heir of the predecessor,the heir should fulfil the obligation of the predecessor by following the biding agreement of the sale and purchase of the land that becomes the object of sale and purcahse based on the article number 175 varse 1b of the compilation of Islamic Law. It is expected that an heir does not request a cancellation of the agreement through a reconvention lawsuit. Keywords: cancellation, agreement, binding, sale-purchase, heirs.

Page 9: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .................................................. iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

ABSTRAK .................................................................................................. vii

ABSTRACT ............................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori........................................................................... 10

1. Teori Perjanjian ...................................................................... 10

2. Asas Kepatutan ..................................................................... 13

3. Teori Keadilan ........................................................................ 14

B. Tinjauan Umum Tentang perjanjian ............................................ 19

1. Pengertian Perjanjian ............................................................. 19

2. Unsur-Unsur Perjanjian .......................................................... 23

Page 10: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

x

3. Asas-Asas Perjanjian ............................................................. 25

4. Syarat Sahnya Perjanjian....................................................... 36

5. Alasan-Alasan Pembatalan Suatu Perjanjian ......................... 45

C. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Pengikatan Jual beli ............ 51

1. Pengertian Perjanjian Pengikatan Jual Beli ............................ 51

2. Bentuk Perjanjian Pengikatan Jual Beli .................................. 53

3. Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah Sebagai Akta Otentik . 59

D. Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Barat .............................. 67

1. Penggolongan Ahli Waris ...................................................... 67

2. Hak dan Kewajiban Ahli Waris .............................................. 73

E. Kerangka Pikir ............................................................................ 78

F. Definisi Operasional ................................................................... 80

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian ............................................................................ 82

B. Jenis Pendekatan Penelitian....................................................... 82

C. Sumber Bahan Hukum ............................................................... 83

D. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum ....................................... 84

E. Analisis Bahan Hukum ................................................................ 85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kedudukan Hukum Ahli Waris dalam Hal Pembatalan Perjanjian

Pengikatan Jual Beli .................................................................. 86

1. Hak dan Kewajiban Ahli Waris atas Warisan.......................... 86

2. Hak dan Kewajiban Ahli Waris dalam Menyelesaikan

Page 11: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

xi

Perbuatan Hukum Pewaris .................................................... 98

B. Pertimbangan Hukum Pembatalan PPJB oleh Pengadilan ......... 108

1. Itikad Baik Para Pihak ............................................................ 125

2. Kepatutan/Kelayakan Terhadap Pembatalan PPJB ............... 129

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 138

B. Saran .......................................................................................... 139

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat

dipisahkan dari tanah. Manusia hidup di atas tanah dan memperoleh

bahan pangan dari mendayagunakan tanah. Manusia akan hidup senang

serba berkecukupan jika mereka dapat menggunakan tanah yang dikuasai

atau dimilikinya sesuai dengan hukum alam yang berlaku, dan manusia

akan dapat hidup tentram dan damai kalau mereka dapat menggunakan

hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan batas-batas tertentu

dalam hukum yang berlaku yang mengatur kehidupan manusia itu dalam

bermasyarakat.1

Tanah sering dijadikan manusia objek peralihan. Hal itu karena

tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia namun jumlahnya yang

sangat terbatas dan harganya relatif tinggi. Dalam Pasal 19 Ayat (1) dan

Ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria (disebut Undang – Undang Pokok Agraria

atau UUPA), diatur bahwa “untuk menjamin kepastian hukum oleh

Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik

Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan

Pemerintah.” Pendaftaran yang dimaksudkan meliputi: (a) pengukuran

1G. Kartasapoetra, R.G. Kartaspoetra, A. G. Kartasapoetra, A. Setiady, Hukum Tanah

Jaminan UUPA Bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah, Rineka Cipta, Jakarta, 1985.

Hal. 1

Page 13: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

2

perpetaan dan pembukuan tanah; (b) pendaftaran hak-hak atas tanah dan

peralihan hak-hak tersebut; dan (c) pemberian surat-surat tanda bukti hak,

yang berlaku sebagai alat pemuktian yang kuat.

Lebih lanjut, pada ketentuan UUPA, Pasal 26 Ayat (1), diatur

bahwa peralihan hak atas tanah merupakan suatu perbuatan hukum.

Perbuatan hukum terjadi karena adanya hubungan hukum oleh para

pihak. Hubungan hukum tersebut menimbulkan akibat hukum yang akan

menjadi beban berupa hak dan kewajiban kepada masing-masing pihak

yang melakukan perbuatan hukum.

Perbuatan hukum sebagaimana dijelaskan di atas dapat dilakukan

melalui perjanjian. Jika yang terjadi antara penjual dan pembeli, maka

yang dimaksudkan adalah perjanjian jual beli. Perjanjian jual beli

merupakan perjanjian penting yang dilakukan masyarakat sehari-hari,

namun terkadang masyarakat tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan

merupakan suatu perbuatan hukum yang memiliki akibat-akibat hukum

tertentu.

Perjanjian jual beli yang berlangsung antara penjual dan pembeli

tidak selamanya merupakan perjanjian Jual beli yang sederhana. Secara

riil bahkan tidak jarang menimbulkan masalah, untuk itu diperlukan aturan

hukum yang mengatur tentang berbagai kemungkinan yang dapat timbul

dalam jual beli. Pengaturan masalah jual beli tersebut di dalam peraturan

perundang-undangan merupakan suatu kebutuhan yang mendasar,

Page 14: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

3

karena jual beli yang terjadi dalam masyarakat sangat beragam, baik dari

jenis barang yang diperdagangkan maupun pembayarannya.2

Hal tersebut juga di atur dalam Pasal 1458 KUHPerdata bahwa :

“Jual beli itu dianggap telah ada antara kedua belah pihak, seketika

orang – orang tersebut mencapai kata sepakat tentang kebendaan

tersebut dan harganya, meskipun kebendaaan itu belum

diserahkan, maupun harganya belum dibayar ”.

Pasal ini mengartikan bahwa jual beli merupakan suatu perjanjian

konsensuil di mana pada dasarnya perjanjian dapat terwujud dalam

bentuk pernyataan penerimaan, baik yang dilakukan tidak tertulis maupun

dalam bentuk tertulis, meskipun barang yang diperjanjian belum

diserahkan. Pada barang-barang tidak bergerak (tanah) yang mana sering

dibuatkan Perjanjian Pengikatan jual beli dengan diharuskan dibuat dalam

bentuk tertulis berupa akta otentik yang dibuat oleh notaris agar dapat

memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna, agar mendapat

perlindungan dan kepastian hukum bagi para pihak yang membuat akta

tersebut, yang mana notaris sebagai pejabat yang berwenang dalam

membuat akta otentik yang tidak berpihak dan menjaga kepentingan

secara objektif.

Dalam UUPA, diatur bahwa salah satu cara untuk pemindahan hak

atas tanah adalah melalui mekanisme jual beli. Jual beli tersebut harus

dilakukan dengan pembuatan akta otentik yang dikenal dengan nama

Akta Jual Beli (selanjutnya penulis singkat dengan AJB), yang dibuat oleh

2Ahmadi Miru. Hukum Kontrak dan Perencanaan Kontrak. Rajawali Pers. Makassar.

2007. Hal. 125

Page 15: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

4

dan di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (selanjutnya penulis singkat

dengan PPAT) berdasarkan pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 24

Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 37

Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 37 Peraturan Pemerintah RI Nomor. 24

Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah bahwa :

“Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun

melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam

perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali

pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika

dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Sehubungan belum dapat dipenuhinya syarat-syarat yang

diwajibkan untuk melangsungkan AJB antara penjual dan pembeli karena

alasan seperti belum lunasnya pembayaran harga jual beli, belum

dibayarkannya pajak-pajak yang timbul karena jual beli dan sertifikat

masih dalam pengurusan, maka untuk mensiasati hal tersebut agar jual

beli tetap bisa dilakukan, terlebih dahulu pihak penjual dan pembeli

sepakat untuk membuat suatu perjanjian mengenai jual beli atas tanah

atau lebih dikenal dengan istilah Perjanjian Pengikatan Jual Beli Tanah

dan Bangunan (selanjutnya penulis singkat dengan PPJB). PPJB dapat

dibuat di bawah tangan ataupun dengan akta otentik di hadapan Notaris

dan model perjanjian ini diangkat dan dibuat dari konsepsi Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (selanjutnya disingkat dengan KUHPerdata) yang

merupakan kesepakatan para pihak mengenai hak dan kewajiban yang

Page 16: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

5

dibuat dengan mendasarkan pada Pasal 1320 jo. Pasal 1338

KUHPerdata, sehingga diharapkan dapat memberikan kepastian hukum

serta perlindungan hukum bagi para pihak yang membuatnya. Akan tetapi,

belum dilakukannya jual beli atas tanah dan bangunan melalui pembuatan

AJB di hadapan PPAT yang diwajibkan oleh undang-undang dapat

merugikan pihak pembeli, apabila pihak pembeli telah melunasi harga jual

secara tunai karena dengan dibuatnya PPJB dimaksud, kepemilikan hak

atas tanah belum beralih dari pihak penjual ke pihak pembeli. Pembuatan

PPJB tersebut dimaksudkan oleh para pihak bahwa hak atas objek berupa

tanah dan bangunan yang akan diperjual belikan sebagaimana dalam

PPJB tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Dengan kata lain,

pembuatan PPJB di hadapan Notaris tersebut hanyalah sebagai alat bukti

yang kekuatan pembuktiannya harus memberikan nilai pembuktian yang

sempurna dan mengikat sebagai akta otentik dan tidak menimbulkan

akibat hukum berupa peralihan kepemilikan hak atas tanah.3

Dengan bantuan notaris para pihak membuat Perjanjian

Pengikatan Jual Beli tersebut, dengan merumuskan hal-hal yang akan

diperjanjikan haruslah sesuai Pasal 1338 KUHPerdata. Namun suatu

perjanjian tidak selamanya dapat berjalan sesuai dengan kesepakatan

yang diinginkan oleh para pihak. Dalam kondisi tertentu dapat ditemukan

berbagai hal yang memungkinkan kesepakatan tersebut berakibat

3Lina Haryanti Latif. Kekuatan Hukum Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Atas

Tanah dan Bangunan Antara Pembeli dan Pengembang Dikaitkan Dengan Pelaksanaan

Putusan Pailit Terhadap Pengembang. Tesis. Jogjakata: Universitas Gadjah Mada.

2014. Hal. 6-7

Page 17: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

6

mengalami pembatalan, baik dibatalkan oleh para pihak maupun atas

perintah pengadilan.

Di dalam PPJB yang dilakukan, para pihak sepakat untuk saling

mengikatkan diri dengan yang lainnya. Calon penjual terikat untuk

menjual hak atas tanah tersebut kepada calon pembeli dengan syarat-

syarat antara lain mengenai objek, harga, cara pembayaran, kuasa yang

diberikan kepada pembeli, tanggung jawab ahli waris para pihak dan janji-

janji lainnya, Dengan kesepakatan tersebut, pembeli terikat untuk

menyelesaikan hal tersebut setelah mereka mencapai kata sepakat

mengenai yang diperjual belikan dan dengan harga yang harus dibayar.

Dengan syarat tersebut memberikan perlindungan hukum kepada

para pihak dalam akta PPJB mengenai janji memberikan kuasa dari calon

penjual kepada calon pembeli. Kuasa ini diberikan semata-mata agar

calon pembeli dilindungi dalam melaksanakan PPJB tersebut tanpa

melibatkan calon penjual untuk melakukan AJB.

Ketentuan atau janji yang mengenai perjanjian juga tidak berakhir

oleh karena salah satu pihak meninggal dunia, tetapi bersifat turun

temurun dan harus di penuhi oleh ahli warisnya masing – masing.

berdasarkan ketentuan tersebut ahli waris para pihak dikemudian hari

menggantikan hak dan kewajiban yang meninggal dunia.

PPJB ini merupakan suatu perbuatan hukum yang mendahului

proses peralihan hak atas tanah. Sebagai suatu bentuk dari perikatan,

PPJB tanah mengandung hak dan kewajiban dari para pihak yang

Page 18: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

7

membuatnya, sehingga apabila hal-hal yang telah disepakati dalam akta

pengikatan jual beli dilanggar atau tidak dipenuhi oleh para pihak yang

membuatnya maka para pihaklah yang berwenang meminta pembatalan

dalam perjanjian tersebut di depan pengadilan.

Di dalam praktiknya perjanjian pengikatan jual beli dapat dibatalkan

oleh ahli waris. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut mengingat

perjanjian pengikatan jual beli yang dilakukan oleh pewaris namun

dimintakan pembatalan oleh ahli waris.

Hal ini tidak sesuai dengan prinsip hukum waris barat dan hukum

waris Islam, di mana dalam Hukum Waris barat/ KUHPerdata suatu asas

bahwa “ apabila seseorang meninggal dunia, maka seketika itu juga

segala hak dan kewajibannya beralih kepada sekalian ahli warisnya”. Hak-

hak dan kewajiban tersebut sepanjang termasuk dalam lapangan hukum

harta kekayaan atau hanya hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan

uang yang di atur dalam Pasal 830 KUHPerdata yaitu, pewarisan hanya

berlangsung karena kematian, sedangkan Hukum kewarisan menurut

Kompilasi Hukum Islam menganut salah satu asas bilateral, yakni seorang

menerima hak kewarisan dari kedua belah pihak garis kerabat, yaitu dari

garis keturunan perempuan maupun garis keturunan laki-laki. Asas ini

secara tegas tercantum dalam QS. an-Nisa ayat: 7, 11, 12, dan 176.

ketika terjadi kematian harta milik sepenuhnya dari pewaris yang telah

bersih dari sangkut paut dengan pihak lain yang sudah dikurangi dengan

kewajiban pewaris yang belum dilunasi katika dikebumikan.

Page 19: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

8

Dengan demikian dalam harta peninggalan seseorang yang

meninggal dunia, diatur peralihan harta kekayaan yang ditinggalkannya,

serta akibat-akibatnya bagi para ahli waris. Artinya baik aktiva dan pasiva

kewajiban ahli waris untuk melaksanakan apa yang ditinggalkan pewaris

oleh karena setelah pewaris meninggal dunia, maka seketika itu juga hak-

hak dan kewajiban-kewajiban beralih pada ahli warisnya yang didasari

asas le mort saisit le vif yang artinya orang mati berpegang kepada orang

yang masih hidup.4

Berdasarkan hal yang diuraikan di atas, isu hukum dalam

persoalan ini yaitu keabsahan pembatalan Perjanjian Pengikatan Jual Beli

oleh Ahli Waris.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kedudukan hukum Ahli Waris dalam hal

Pembatalan Perjanjian Pengikatan Jual Beli?

2. Bagaimanakah pertimbangan hukum pembatalan Perjanjian

Pengikatan Jual Beli oleh Pengadilan?

C. Tujuan Penelitian

Berkenaan dengan kedua persoalan pokok yang menjadi objek

penelitian, kemudian ditetapkanlah tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis kedudukan hukum Ahli waris

dalam hal pembatalan Perjanjian Pengikatan Jual Beli.

4R. Soetojo Prawirohamidjojo. Hukum Waris Kodifikasi. Jakarta: Airlangga University

Press, 1998. Hal. 6

Page 20: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

9

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pertimbangan hukum

pembatalan Perjanjian Pengikatan Jual Beli oleh Pengadilan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian adalah

sebagai berikut

1. Kegunaan secara akademik, diharapkan agar lebih sesuai dan

dapat diterapkan dalam rangka mengefektifkan pelaksanaan

prestasi yang telah disepakati sebelumnya antara para pihak dalam

perjanjian pengikatan jual beli.

2. Kegunaan secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan masukan bagi para pihak maupun masyarakat luas

yang berkepentingan terkait dalam perjanjian pengikatan jual beli.

Page 21: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Perjanjian

Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu contracts.

Sedangkan dalam bahasa Belanda, disebut dengan contract atau

overeenkomst (perjanjian). Teori kontrak atau disebut juga dengan

the contract theory (bahasa Inggris), atau contract theorie (bahasa

Belanda) mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Hal ini disebabkan

karena teori ini menganalisis hubungan hukum antara subjek

hukum yang satu dengan subjek hukum yang lainnya. Sebelum

menjelaskan pengertian teori kontrak, berikut ini disajikan

pengertian kontrak (perjanjian).5

Dalam konstruksi ini, kontrak dipahami sebagai sebuah

kesepakatan atau janji atau seperangkat janji. Janji (promise)

dikonsepkan sebagai perwujudan niat untuk memberikan sesuatu

,melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu sesuai dengan

cara yang ditentukan, sehingga para pihak membenarkan apa

yang telah dilakukan. Isi janji tersebut yaitu di mana salah satu

pihak melaksanakan kewajibannya, sedangkan pihak lainnya

mengakuinya atau janji untuk memberikan kontrak prestasi apabila

5Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani. Penerapaan Teori Hukum pada Penelitian

Disertasi dan Tesis. Buku Kedua. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2015, Hal. 34

Page 22: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

11

terjadi pelanggaran terhadap isi kontrak. Ada dua pihak yang

terikat dalam kontrak ini, yaitu:6

1. Promisor, dan

2. Promisee.

Promisor yaitu orang yang melaksanakan atau

menyampaikan atau menawarkan kehendak atau niatnya,

sedangkan promisee, yaitu orang yang ditujukan terhadap

kehendak atau niat tersebut. Sementara itu, bentuk kontrak yang

dibuat oleh para pihak dapat dibedakan menjadi :7

1. lisan;

2. tertulis; dan

3. perilaku para pihak

Sementara itu, David J, Mack menyajikan pengertian

kontrak. A contract is :8

“ An agrement between two or more parties that creates an

obligation on all parties to perform (or not perform) a

particular action or set of related action”

Kontrak dalam definisi ini dikonstruksikan sebagai sebuah

persetujuan antara dua pihak atau lebih untuk menciptakan

kewajiban hukum semua pihak, yaitu untuk melakukan (atau tidak

6 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani Ibid.

7 Ibid.

8Ibid.

Page 23: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

12

melakukan) tindakan tertentu atau serangkaian tindakan terkait.

Unsur-unsur kontrak dalam definisi ini, meliputi:9

1. Adanya persetujuan;

2. Adanya para pihak atau subjek hukum;

3. Adanya kewajiban hukum dari semua pihak; dan

4. Melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

Dari uraian di atas, dapat dikemukakan pengertian teori

kontrak (perjanjian). Teori kontrak (perjanjian) merupakan:“Teori

yang mengkaji dan menganalisis tentang hubungan atau

persetujuan yang dibuat antara subjek hukum yang satu dengan

subjek hukum yang lain, di mana subjek hukum yang satu

berkewajiban untuk melakukan sesuatu, sedangkan pihak yang

lain berhak atas sesuatu.”10

Objek kajian teori kontrak, yaitu:11

1. hubungan hukum para pihak;

2. adanya subjek hukum; dan

3. adanya hak dan kewajiban.

Hubungan hukum atau disebut juga legal relationship

(Inggris) atau rechtsverhouding (Belanda), yaitu keadaan yang

berhubungan atau bersangkut paut atau ikatan yang berkaitan

dengan hukum. Yang pada gilirannya, menimbulkan akibat hukum,

9 Ibid.

10

Ibid.

11 Ibid.

Page 24: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

13

yaitu timbulnya hak dan kewajiban. Subjek hukum, yaitu

pendukung hak dan kewajiban. Hak atau disebut right (Inggris)

atau rechts (Belanda) dikonsepkan sebagai kewenangan atau

kekuasaan dari para pihak untuk melakukan sesuatu, berbuat

sesuatu atau tidak berbuat sesuatu karena telah ditentukan dalam

peraturan perundang-undangan. Kewajiban atau disebut juga

dengan duty atau obligation (Inggris) atau responsibility,

verplichting (Belanda) dikonsepkan sebagai sesuatu yang harus

dilaksanakan oleh para pihak.12

2. Asas Kepatutan

Asas Kepatutan dalam perjanjian ditentukan dalam Pasal

1339 KUHPerdata. Perjanjian tidak hanya mengikat pada hal-hal

yang dengan tegas dinyatakan dalam isi perjanjian, tetapi juga

untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan

atau diwajibkan oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-undang.

Keterikatan para pihak dalam suatu perjanjian, tidak hanya

terbatas pada kata-kata dalam perjanjian tersebut, tetapi para

pihak terikat juga kepada prinsip yang patut terhadap perjanjian

yang bersangkutan.

Asas kepatutan mau menuntun para pihak agar substansi

atau isi perjanjian yang disepakati harus memerhatikan perasaan

keadilan (rechtsgevoel) dalam masyarakat, karena hal inilah yang

12Ibid.

Page 25: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

14

akan menentukan hubungan hukum di antara para pihak itu patut

atau tidak patut, adil atau tidak adil. Hazairin13 berpendapat bahwa,

asas kepatutan disebut juga asas kepantasan pada tataran moral

dan sekaligus pada tataran akal sehat, yang terarah pada

penilaian suatu perilaku atau situasi faktual tertentu. Patut

mencakup elemen moral, yaitu berkaitan dengan penilaian baik

atau buruk maupun elemen akal sehat, yaitu penilaian sesuai

dengan hukum, logika atau yang masuk akal.

Asas kepatutan atau kepantasan juga merupakan asas yang

menjadi tolok ukur dalam pelaksanaan suatu perjanjian. Hal ini

mau menegaskan bahwa, dalam melaksanakan suatu perjanjian

tidak hanya terpusat pada apa yang tertulis, melainkan juga pada

perilaku. Para pihak tidak boleh mengabaikan hal-hal yang wajib

menurut kepatutan dan kepantasan dalam masyarakat.14

3. Teori Keadilan

Kata keadilan berasal dari kata adil. Dalam bahasa Inggris,

disebut "justice”, bahasa Belanda disebut dengan “rechtsvaardig”

Adil diartikan dapat diterima secara objektif. Keadilan dimaknakan

13Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak memahami kontrak dalam prepektif

filsafat,teori, dogmatik, dan praktik hukum (seri Pengayaan Hukum Perikatan). Bandung.

CV. Mandar Maju. 2012. Hal 103

14

Yulia Vera Momuat. Eksistensi Dan Akibat Hukum Pasal 1266 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata Dalam Perjanjian Terhadap debitor Yang Tidak Aktif Dalam

Melaksanakan Perjanjian. Jurnal. Universitas Atma Jaya. 2014. Hal 44

Page 26: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

15

sifat (perbuatan, perlakuan) yang adil. Ada tiga pengertian adil,

yaitu:15

1. Tidak berat sebelah atau tidak memihak;

2. Berpihak pada kebenaran;

3. Sepatutnya atau tidak sewenang-wenang

Ada dua hal yang menjadi fokus keadilan yang dikemukakan

oleh Jhon Stuart Mill, yang meliputi:16

1. Eksistensi keadilan; dan

2. Esensi keadilan.

Menurut Jhon Stuart Mill bahwa eksistensi keadilan

merupakan aturan moral. Moral adalah berbicara tentang baik dan

buruk. Aturan moral ini harus difokuskan untuk kesejahteraan

manusia. Sementara itu, yang menjadi esensi atau hakikat

keadilan adalah merupakan hak yang diberikan kepada individu

untuk melaksanakannya. 17 Rawls 18 dalam bukunya a theory of

justice menjelaskan teori keadilan sosial sebagai the difference

principle dan the principle of fair equality of opportunity.Inti the

difference principle, adalah bahwa perbedaan sosial dan ekonomis

harus diatur agar memberikan manfaat yang paling besar bagi

mereka yang paling kurang beruntung. Berdasarkan teori keadilan

15Jhon Stuart Mill dikutip oleh Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Op.cit.

16

Ibid.

17

Ibid.

18 Josef Purwadi Setiodjati SH, M. Hum Dora Kusumastuti. SH. MH , Jurnal. Upaya Pemberdayaaan Konsumen Melalui Pendidikan Konsumen Untuk Mewujudkan Keadilan Berdasarkan Nilai Pancasila.widya Wacana Vol. 9 Nomor 2 Agustus 2014

Page 27: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

16

ini maka perlunya suatu kedudukan yang seimbang antara

konsumen dan pelaku usaha dalam melakukan suatu hubungan

bisnis.

Notonegoro menyajikan tentang konsep keadilan. Keadilan

adalah:19 "Kemampuan untuk memberikan kepada diri sendiri dan

orang lain apa yang semestinya, apa yang telah menjadi haknya.

Hubungan antara manusia yang terlibat di dalam penyelenggaraan

keadilan terbentuk dalam pola yang disebut hubungan keadilan

segitiga, yang meliputi keadilan distributif (distributive justice),

keadilan bertaat atau legal (legal justice), dan keadilan komutatif

(comutative justice)"

Definisi di atas, hanya menganalisis pengertian keadilan,

tidak menyajikan tentang konsep teori keadilan (a theory of

justice). Untuk Itu, perlu disajikan pengertian teori keadilan. Teori

keadilan merupakan: 20 "Teori yang mengkaji dan menganalisis

tentang ketidak berpihakan, kebenaran atau ketidak sewenang-

wenangan dari institusi atau individu terhadap masyarakat atau

individu yang lainnya.”

Fokus teori ini pada keadilan yang terjadi dalam masyarakat,

bangsa dan negara. Keadilan yang hakiki adalah keadilan yang

terdapat dalam masyarakat. Dalam realitasnya, yang banyak

mendapat ketidakadilan adalah kelompok masyarakat itu sendiri.

19Ibid.

20

Ibid.

Page 28: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

17

Sering kali, institusi, khususnya institusi pemerintah selalu

melindungi kelompok ekonomi kuat, sedangkan masyarakat lemah

sendiri tidak pernah dibelanya.

Ketika manusia sepakat atas eksistensi keadilan, maka mau

tidak mau keadilan harus mewarnai perilaku dan kehidupan

manusia dalam hubungan dengan tuhannya, dengan sesama

individu, dengan masyarat, dengan pemerintahan, dengan alam

dan mahluk ciptaan tuhan lainnya. Keadilan harus terwujud di

semua lini kehidupan, dan setiap produk manusia haruslah

mengandung nilai-nilai keadilan, karena sejatinya perilaku dan

produk yang tidak adil akan melahirkan ketidakseimbangan,

ketidakserasian yang berakibat kerusakan baik pada diri manusia

sendiri maupun alam semesta.21

Rasa keadilan terkadang hidup di luar undang-undang, yang

jelas undang-undang akan sangat sulit untuk mengimbanginya.

Begitu pula sebaliknya undang-undang itu sendiri dirasakan tidak

adil. Ketika rasa keadilan ini benar-benar eksis dan dirasakan oleh

mayoritas kolektif maka kepastian hukum akan bergerak menuju

rasa keadilan itu sendiri sebab keadilan dan hukum bukanlah dua

elemen yang terpisah.22

21Sukarno Aburaer, dkk. Filsafat Hukum Dari Rekonstruksi Sabda Manusia dan

Pengetahuan Hingga Keadilan dan Kebenaran. Makassar. Pustaka refleksi. 2010.

22

Ibid. Hal 178 .

Page 29: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

18

Dalam menggambarkan hubungan keadilan dan hukum,

Aristoteles menjelaskan perlunya diselidiki perbuatan-perbuatan

mana keadilan itu berhubungan dan di tengah perbuatan-

perbuatan mana keadilan itu berbeda. Keadilan adalah sikap

pikiran yang ingin bertindak adil, yang tidak adil adalah orang yang

melanggar undang-undang yang dengan tidak sepantasnya

menghendaki lebih banyak keuntungan dari orang lain dan pada

hakikatnya tidak menginginkan asas sama rata sama rasa. Segala

sesuatu yang ditetapkan dengan undang – undang adalah adil,

sebab adil ialah apa yang dapat mendatangkan kebahagiaan

dalam masyarakat. Selama keadilan itu ditunjukkan kepada orang

lain, maka ia merupakan kebajikan. Di antara dua kepentingan

tidak sama, hukum itu harus berdiri sama tengah, sebab barang

siapa yang berbuat tidak adil, mengambil terlalu banyak barang

dan barang siapa yang menderita ketidakadilan mendapat terlalu

sedikit, maka hakim mencabut kepentingan dari orang yang

berbuat tidak adil tadi dengan memperbaiki imbangan dan

hukuman. Sebab pergi kepada hakim berarti pergi kepada keadilan

yang hidup.23

23Muhammad Erwin. Filsafat Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011. hal. 224

Page 30: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

19

B. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

1. Pengertian Perjanjian

Istilah “Perjanjian” dalam hukum perjanjian merupakan

kesepadanan dari istilah “Overeenkomst” dalam bahasa belanda,

atau “Agreement” dalam bahasa Inggris.24

“Hukum perjanjian mempunyai cakupan yang lebih sempit

dari istilah “Hukum Perikatan”. Jika dengan istilah “Hukum

Perikatan” dimaksudkan untuk mencakup semua bentuk perikatan

dalam buku ketiga KUHPerdata, jadi termasuk ikatan hukum yang

berasal dari perjanjian dan ikatan hukum yang terbit dari undang-

undang, maka dengan istilah hukum “Hukum perjanjian” hanya

dimaksudkan sebagai pengaturan tentang ikatan hukum yang

terbit dari perjanjian saja”.25

Mengenai istilah “kontrak” atau “perjanjian”, secara

dogmatik, KUHPerdata sebagai produk hukum kontrak warisan

kolonial belanda menggunakan istilah “Overeenkomst” dan

”contract” untuk pengertian yang sama, sebagaimana dapat

dicermati dari judul Buku III Titel kedua tentang “Perikatan-

perikatan yang lahir dari kontrak atau perjanjian” yang dalam

24Munir Fuady. Hukum Kontrak dari sudut Pandang hukum Bisnis. bandung: PT. Citra

Aditya Bakti. 2001. hal 2.

25

Ibid.

Page 31: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

20

bahasa belanda sebagai bahasa aslinya, yakni “An verbintenissen

die uit contract of overeenkomst geboren worden”.26

Pada Pasal 1313 KUH Perdata diatur pengertian mengenai

kontrak atau perjanjian, yaitu : “suatu perjanjian adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang lain atau lebih”.

Mengenai definisi kontrak atau perjanjian yang diatur dalam

Pasal 1313KUH Perdata tersebut di atas, para pakar hukum

perdata berpendapat bahwa ketentuan tersebut kurang lengkap

dan bahkan dikatakan terlalu luas banyak mengandung

kelemahan-kelemahan. 27 Sebagaimana para ahli hukum

berpendapat sebagai berikut :28

1) Definisi ini tidak lengkap karena merujuk pada perbuatan,

seharusnya perbuatan hukum. Perjanjian diadakan dengan

tujuan untuk memperoleh akibat hukum, perbuatan yang

dilakukan tidak dimaksudkan untuk menciptakan akibat hukum.

2) Definisi ini bersifat sempit karena hanya menunjuk pada

perjanjian sepihak, yaitu perjanjian yang hanya mempunyai

kewajiban pada satu pihak, sedangkan ada perjanjian yang

26Muhammad Syaifuddin, Op.Cit.hal 15.

27

Purwahid Patrik. Dasar-Dasar Hukum Perikatan. Bandung. CV. Mandar maju. 1994.

hal 45 .

28

Mariam Darus Badrulzaman. Hukum perikatan dalam KUH Perdata buku

ketiga.Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. 2015. hal 83.

Page 32: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

21

mengandung hak dan kewajiban pada kedua belah pihak,

seperti perjanjian timbal balik.

3) Definisi ini terlalu luas karena dapat mencakup hal-hal

mengenai janji kawin, yaitu perbuatan hukum yang terletak

dalam hukum keluarga yang bersifat perjanjian juga, tetapi

istimewa sifatnya karena dikuasai oleh ketentuan-ketentuan

tersendiri sehingga KUHPerdata buku III secara langsung tidak

berlaku terhadapnya, juga, mencakup perbuatan melawan

hukum, sedangkan di dalam figur ini tidak ada unsur

persetujuan.

Memerhatikan kelemahan pengertian kontrak atau Perjanjian

berdasarkan Pasal 1313 KUHPerdata, maka ada beberapa ahli

hukum perjanjian yang membuat pengertian-pengertian perjanjian,

yang pada dasarnya makna dan tujuan yang terkandung dalam

pengertian-pengertian perjanjian tersebut adalah sama. R.

Subekti, mendefinisikan kontrak atau perjanjian adalah :

“suatu perbuatan di mana seorang berjanji kepada seorang

lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan sesuatu hal. dari peristiwa ini, timbullah suatu

hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan

„Perikatan‟. Oleh karena itu perjanjian menerbitkan suatu

perikatan antara dua orang yang membuatnya”.29

Selanjutnya Sudikno Mertokusumo, mengartikan kontrak

atau perjanjian adalah hubungan hukum antar dua orang yang

29R. Subekti. Hukum Perjanjian. Cetakan keduapuluhtiga. Jakarta. PT. Intermasa.

2010, hal 1.

Page 33: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

22

bersepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Dua pihak itu

sepakat untuk menentukan peraturan atau kaedah hukum atau hak

dan kewajiban yang mengikat mereka untuk ditaati dan dijalankan.

Kesepakatan itu menimbulkan akibat hukum dan bila kesepakatan

dilanggar maka akibat hukumnya si pelanggar dapat dikenakan

hukum atau sanksi. 30

Kemudian, R. Wirjono Projodikoro, mengartikan pengertian

kontrak atau perjajian ialah “suatu hubungan hukum mengenai

harta benda antar dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau

dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak

melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut

pelaksanaan perjanjian itu.31

Adapun Ahmadi Miru, menyatakan kontrak atau perjanjian

merupakan suatu peristiwa hukum di mana seorang berjanji

kepada orang lain atau dua orang saling berjanji untuk melakukan

atau tidak melakukan sesuatu.32

Salim H.S, menegaskan pengertian kontrak atau perjanjian

merupakan “Hubungan hukum antara subjek hukum yang satu

dengan subjek hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan, di

mana subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu

30

Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum. Cetakan kedua. Yogjakarta. Liberty. 2005.

hal. 118. 31

Wirjono Prodjodikoro. Azas-Azas Hukum Perjanjian. Cetakan Kesembilan. Bandung.

CV.Mandar Maju. 2011. hal 4. 32

Ahmadi Miru. Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak. Op.Cit.. hal 2.

Page 34: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

23

juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan

prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya”. Adapun

unsur-unsur dari definisi ini sebagai berikut:33

1) Adanya Hubungan Hukum.

Hubugan hukum merupakan hubungan yang menimbulkan

akibat hukum.

akibat hukum adalah timubulnya hak dan kewajiban.

2) Adanya Subjek hukum.

Subjek Hukum, yaitu Pendukung hak dan kewajiban.

3) Adanya Prestasi

Prestasi terdiri atas melakukan sesuatu, berbuat sesuatu, dan

tidak berbuat sesuatu.

4) Di bidang harta kekayaan

2. Unsur-Unsur Perjanjian.

1) Unsur Esensialia

Unsur esensiali merupakan unsur yang harus ada dalam

suatu kontrak karena tanpa adanya kesepakatan tentang unsur

esensiali ini maka tidak ada perjanjian. Sebagai contoh, dalam

perjanjian jual beli harus ada kesepakatan mengenai barang

dan harga karena tanpa kesepakatan mengenai barang dan

33

Salim. H.S. Hukum Kontrak Teori Dan Teknik Penyusunan Kontrak. Cetakan

keempat. Jakarta. Sinar Grafika. 2006. hal 27.

Page 35: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

24

harga dalam perjanjian jual beli, perjanjian tersebut batal demi

hukum karena tidak ada hal tertentu yang diperjanjikan.34

2) Unsur Naturalia

Unsur naturalia merupakan unsur yang telah diatur dalam

undang-undang sehingga apabila tidak diatur oleh para pihak

dalam kontrak, undang-undang yang mengaturnya. Dengan

demikian, Unsur naturalia ini merupakan unsur yang selalu

dianggap ada dalam perjanjian. Sebagai contoh, jika dalam

perjanjian tidak diperjanjikan tentang cacat tesembunyi, secara

otomatis berlaku ketentuan dalam BW bahwa penjual yang

harus menanggung cacat tersembunyi.35

3) Unsur Aksidentalia

Unsur aksidentalia merupakan unsur yang nanti ada atau

mengikat para pihak jika para pihak memperjanjikannya.

Sebagai contoh, dalam perjanjian jual beli dengan angsuran

diperjanjikan bahwa apabila pihak debitor lalai membayar

utangnya, dikenakan denda dua persen perbulan

keterlambatan, dan apabila debitor lalai membayar selama tiga

bulan berturut-turut, barang yang sudah dibeli dapat ditarik

kembali oleh kreditor tanpa melalui pengadilan. Demikian pula

klausul-klausul lainnya yang sering ditentukan dalam suatu

34

Ratna Artha Windari. Hukum Perjanjian. Cetakan pertama. Yogyakarta. Graha ilmu.

2014. Hal 19

35

Ibid.

Page 36: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

25

perjanjian, yang bukan merupakan unsur ensensial dalam

perjanjian tersebut.36

3. Asas-Asas Hukum Perjanjian

Sistem hukum perjanjian dibangun berdasarkan asas-asas

hukum. Mariam Darus Badrulzaman mengemukakan bahwa

sistem hukum merupakan kumpulan asas-asas hukum yang

terpadu. 37 Pandangan ini menunjukkan bahwa secara subtansif

asas hukum perjanjian adalah suatu pemikiran dasar tentang

kebenaran (waarheid, truth) untuk menopang hukum dan menjadi

elemen yuridis dalam suatu sistem hukum perjanjian. Perjanjian

yang baik pada prinsipnya harus memuat rumusan Pasal yang

pasti (lex certa), jelas (concise) dan tidak membingungkan

(unambiguous).38

Di dalam hukum perjanjian terdapat asas-asas yang bersifat

general/umum dan ada pula asas-asas sebagaimana tertuang

dalam lokakarya hukum perikatan yang diselenggarakan oleh

badan pembinaan hukum nasional.39

a. Asas Hukum perjanjian Bersifat General/ Umum.

1. Asas kebebasan Berkontrak ( freedom of contract )

36 Ibid.

37Mariam Darus Badrulzaman. Hukum Benda Nasional. Bandug: Alumnu, 1990. Hal.

19 38

Romli Atmasasmita. Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis. Jakarta: Pradana Medan.

2006. Hal. 17 39

Ratna Artha Windari. Op Cit. hal 8

Page 37: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

26

Asas kebebasan berkontrak merupakan salah satu

asas yang sangat penting dalam hukum kontrak. Kebebasan

berkontak ini oleh sebagian sarjana hukum biasanya

didasarkan pada Pasal 1338 Ayat (1) BW yaitu :40 “semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-

undang bagi mereka yang membuatnya.” Perjanjian-

perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan

sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang

oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.41 Demikian

pula ada yang mendasarkan pada Pasal 1320 BW.

Pasal 1320 ini, merupakan Pasal yang sangat populer

karena menerangkan tentang syarat yang harus dipenuhi

untuk lahirnya suatu perjanjian. Syarat tersebut baik

mengenai pihak yang membuat perjanjian atau bisa disebut

syarat subjektif maupun syarat mengenai perjanjian itu

sendiri (isi perjanjian) atau yang bisa disebut syarat

objektif.42

Kebebasan berkontrak memberikan jaminan

kebebasan kepada seseorang untuk secara bebas dalam

beberapa hal yang berkaitan dengan perjanjian, di

antaranya:

40

Ahmadi Miru. Op.Cit. Hal 4 41

Ahmadi Miru dan Sakka Pati. Op.Cit. Hal 78. 42

Ibid. Hal 67

Page 38: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

27

a. Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian

atau tidak;

b. Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan

perjanjian;

c. Bebas menentukan isi atau klausul perjanjia;

d. Bebas menentukan bentuk perjanjian; dan

e. Kebebasan-kebebasan lainya yang tidak bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan.

Asas kebebasan berkontrak merupakan satu dasar yang

menjamin kebebasan orang dalam melakukan kontrak. Hal

ini tidak terlepas juga dari sifat Buku III BW yang hanya

merupakan hukum yang mengatur sehingga para pihak

dapat menyimpanginya (mengesampingkannya), kecuali

terhadap Pasal–Pasal tertentu yang sifatnya memaksa.43

2. Asas Konsensualisme.

Asas konsensualisme merupakan asas essensial dari

hukum perjanjian. Sepakat mereka mengikatkan diri telah

dapat melahirkan perjanjian. Asas ini juga dinamakan asas

otonomi “konsensualisme”, yang menentukan “adanya”

(raison d’etre, het bestaanwaarde) perjanjian.44 Artinya asas

konsensualisme ialah pada dasarnya perjanjian dan

perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak

43

Ahmadi Miru. Op.Cit. 44

Mariam darus badrulzaman. Aneka Hukum Bisnis. Bandung. Alumni. 2005. Hal 109.

Page 39: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

28

detik tercapainya kesepakatan.dengan perkataan lain,

perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai

hal-hal yang pokok dan tidaklah diperlukan sesuatu

formalitas.

Asas konsensualisme tersebut lazimnya disimpulkan dari

Pasal 1320 KUHPerdata huruf (a) yaitu : Sepakat mereka

yang mengikat dirinya.

Pasal tersebut tidak disebutkan suatu formalitas tertentu

di samping kesepakatan yang telah tercapai bahwa setiap

perjanjian itu sudahlah sah (dalam arti “mengikat”) apabila

sudah tercapai kesepakatan mengenai hal – hal yang pokok

dari perjanjian itu.45

Namun Asas konsensualisme ini tidak berlaku bagi

semua jenis kontrak karena asas ini hanya berlaku terhadap

kontrak konsensual oleh undang–undang ditetapkan

formalitas–formalitas untuk beberapa macam perjanjian.

sedangkan terhadap kontrak formal dan kontrak riel tidak

berlaku.46

3. Asas Kepastian Hukum (pacta sunt servanda)

Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas

pacta sunt servanda merupakan asas yang berhubungan

45

Subekti. Hukum Perjanjian. Cetakan keduapuluhsatu. Jakarta. PT. Intermasa. 2005.

Hal 15. 46

Ahmadi Miru. Op.Cit. Hal 3.

Page 40: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

29

dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda

merupakan asas yang mempertegas bahwa hakim atau

pihak ketiga menghormati subtansi kontrak yang dibuat oleh

para pihak layaknya sebuah undang – undang.47

Setiap orang yang membuat kontrak, dia terikat untuk

memenuhi kontrak tersebut karena kontrak tersebut

mengandung janji-janji yang harus dipenuhi dan janji

tersebut mengikat para pihak sebagaimana sebagaimana

mengikatnya undang-undang. Hal ini dapat diliat pada Pasal

1338 KUHPerdata Ayat (1) yang menentukan bahwa semua

perjanjian yang dibuat sah berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya.48

4. Asas Itikad Baik (good faith/goede trouw).

Penerapan kebiasaan sebagai sumber perjanjian harus

dilakukan dengan itikad baik.demikian pula dengan undang-

undang dan kebiasaan harus diterapkan termaksud pada

kepatutan dan kelayakan yang juga dilakukan dengan itikad

baik. Kepatutan dan kelayakan tidak dapat ditambahkan

secara mandiri, tetapi diterapkan bersama. Jika ada

kekosongan yang tidak dapat ditutup oleh undang-undang

47

Ratna Artha Windari. Op.Cit.Hal 9. 48

Ahmadi Miru. Op.Cit.Hal 4 – 5.

Page 41: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

30

atau kebiasaan,kepatutan dan kelayakan dengan itikad baik

akan merupakan sumber hukum pula.49

Dalam Pasal 1338 (3) KUHPerdata ini asas itikad baik

diatur. Asas itikad baik ini sangat mendasar dan penting

untuk diperhatikan terutama didalam membuat perjanjian,

maksud itikad baik disini adalah sebagai pribadi yang baik.50

Itikad baik dapat dibedakan dalam pengertian subjektif dan

objektif. Itikad baik dalam segi subjektif berarti kejujuran. Hal

ini berhubungan erat dengan sikap batin seseorang pada

saat dimulainya suatu perjanjian itu seharusnya dapat

membayangkan telah dipenuhinya syarat-syarat yang

diperlukan. Itikad baik objektif berarti kepatutan, yang

berhubungan dengan pelaksanaan perjanjian atau

pemenuhan prestasi dan cara melaksanakan hak dan

kewajiban haruslah mengindahkan norma-norma

kepatutan.51

Kemudian menurut Munir Fuady, rumusan dari Pasal

1338 (3) KUHPerdata tersebut mengidentifikasi bahwa

sebenarnya itikad baik bukan syarat sahnya suatu kontrak

49

Herlien Budiono. Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan. Cetakan

kedua. PT. Citra Aditya Bakti. 2013. Hal 152 – 153. 50

Herry Susanto. Peran Notaris Dalam Menciptakan Kepatutan Dalam Kontrak.

Cetakan pertama. FH UII Press. 2010. Hal 33. 51

Novalia Arnita Simamora. Asas Itikad Baik Dalam perjanjian Pendahuluan Pada

Perjanjian Pengikatan Jual Beli Rumah. Tesis Magister Hukum. Universitas Sumatra

Utara. 2015.

Page 42: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

31

sebagaimana syarat sahnya yang terdapat dalam Pasal

1320 KUHPerdata. Unsur itikad baik hanya diisyaratkan

dalam hal “pelaksanaan” dari suatu kontrak, bukan pada

“pembuatan” suatu kontrak. Sebab unsur “itikad baik” dalam

hal pembuatan suatu kontrak sudah dapat dicakup oleh

unsur “kausa yang legal” dari Pasal 1320 KUHPerdata.52

5. Asas Kepribadian (personality).

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan

bahwa seseorang yang akan melakukan dan/atau membuat

kontrak hanya untuk kepentingan perorangan saja.

Ketentuan ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 KUHPerdata

dan 1340 KUHPerdata. Dalam Pasal 1315 KUHPerdata

diatur bahwa: Pada umumnya tidak seorang pun dapat

mengikat dirinya atas nama sendiri atau meminta ditetapkan

suatu perjanjian suatu janji dari pada dirinya sendiri.

Pasal 1315 KUHPerdata menentukan bahwa pada

umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan

atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri. Selanjutnya

Pasal 1340 KUHPerdata mengatur: “Perjanjian-perjanjian

hanya berlaku antara pihak – pihak yang membuatnya”.

52

Herry Susanto. Op.Cit.

Page 43: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

32

Hal ini mengandung arti bahwa suatu perjanjian yang

dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang

membuatnya.53

Pasal ini menerangkan bahwa perjanjian hanya

mengikat pihak-pihak yang membuatnya, sehingga tidak

bolehnya seseorang melakukan perjanjian yang membebani

pihak ketiga, sedangkan memberikan hak kepada pihak

ketiga dapat saja dilakukan jika sesuai dengan apa yang

diatur dalam Pasal 1317 KUHperdata yaitu bahwa siapa

yang telah menjanjikan sesuatu seperti itu, tidak boleh

menariknya kembali, apabila pihak ketiga tersebut tersebut

telah menyatakan hendak mempergunakannya.54

Pada dasarnya semua perjanjian itu berlaku bagi mereka

yang membuatnya tak ada pengaruhnya bagi pihak ketiga

kecuali telah diatur dalam undang-undang, misalnya

perjanjian untuk pihak ketiga.55

b. Asas Hukum Perjanjian Dalam Lokakarya Hukum perikatan.

1. Asas Kepercayaan.

Asas kepercayaan ini mengandung pengertian bahwa

setiap orang yang akan mengadakan perjanjian akan

53

Ratna Artha Windari. Op.Cit. Hal 10. 54

Ahmadi Miru. Op.Cit. Hal 80 55

A. Qiram Syamsuddin. Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembanganya.

Liberty. Yogyakarta.1985. Hal 19.

Page 44: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

33

memenuhi setiap prestasi yang diadakan di antara mereka

dibelakang hari.56

2. Asas persamaan Hukum.

Asas ini menempatkan para pihak di dalam

persamaan derajat, tidak ada perbedaan, walaupun ada

perbedaan kulit, bangsa, kekayaan, kekuasaan, jabatan dan

lain-lain.

Masing-masing pihak wajib melihat adanya

persamaan ini dan mengharuskan kedua pihak untuk

menghormati satu sama lain sebagai manusia ciptaan

tuhan.57

3. Asas Keseimbangan.

Asas ini menghendaki kedua pihak memenuhi dan

melaksanakan perjanjian itu. Asas keseimbangan ini

merupakan kelanjutan dari asas persamaan. kreditor

mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika

diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui

kekayaan debitor. Namun, kreditor memikul pula beban

untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Dapat

dilihat disni bahwa kedudukan debitor yang kuat diimbangi

56

Salim HS. Pengantar Hukum perdata Tertulis (BW). Cetakan kelima. PT. Sinar

Grafika Offset. 2008. Hal 159. 57

Mariam Darus Badrulzaman. Op.Cit. Hal 89.

Page 45: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

34

dengan kewajibannya untuk memperhatikan itikad baik

sehingga kedudukan kreditor dan debitor seimbang.58

4. Asas Kepastian Hukum.

Perjanjian sebagai suatu figur hukum harus mengandung

kepastian hukum. Kepatian ini terungkap dari kekuatan

mengikat perjanjian itu, yaitu sebagai undang-undang bagi

para pihak.59

5. Asas Moral.

Asas ini terlihat dalam perikatan alamiah, diamana suatu

perbuatan sukarela dari seseorang tidak menimbulkan hak

baginya untuk menggugat kontraprestasi dari pihak debitor.

Juga, hal ini terlihat di dalam mengurus kepentingan orang

lain (zaakwarneming),dimana sesorang yang melakukan

suatu perbuatan dengan sukarela (moral) yang

bersangkutan mempunyai kewajiban (hukum) untuk

meneruskan dan menyelesaikan perbuatanya. Asas ini

terdapat dalam Pasal 1338 KUHPerdata. Faktor-faktor yang

memberikan motivasi pada yang bersangkutan melakukan

perbuatan hukum itu berdasarkan “kesusilaan”(moral),

sebagai panggilan dari hati nurani.60

58

Herlien Budiono. Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia. PT. Citra

Aditya Bakti. Bandung. 2006. Hal 507.

59

Mariam Darus Badrulzaman. Op.Cit. Hal 90.

60

Ibid. Hal 91.

Page 46: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

35

6. Asas kepatutan

Asas ini dituangkan dalam Pasal 1338 KUHPerdata. Asas

kepatutan di sini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi

perjanjian. Menurut Mariam Darus Badrulzaman, asas

kepatutan ini harus dipertahankan karena melalui asas ini

ukurang tentang hubungan ditentukan juga oleh rasa

keadilan dalam masyarakat.61

7. Asas kebiasaan.

Asas ini diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata jo. 1347

KUHPerdata, yang dipandang sebagai bagian dari

perjanjian. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk apa

yang secara tegas dinyatakan.

Asas-asas hukum bersifat abstrak, yang terdiri dari

nilai (value) yang merupakan akar dari hukum positif

lembaga legislatif dan pengadilan wajib berupaya

menentukan bahwa hukum positif berupa Perundang-

undangan dan Putusan Pengadilan wajib mamp

mewujudkan asas-asas tersebut.62

Herlien Budiono mengemukakan pendapat hubungan

timbal balik antara asas-asas hukum dan aturan-aturan

hukum. Dapat dikatakan bahwa asas hukum diakui

61

Ibid.. 62

Ibid.

Page 47: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

36

keberadaan dan pengaruhnya oleh pembuat undang-

undang.63

8. Asas perlindungan

Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara

kreditor dan debitor harus dilindungi oleh hukum. Namun,

yang perlu dapat perlindungan itu seringkali adalah pihak

debitor karena pihak debitor berada pada pihak yang

lemah.64

4. Syarat Sahnya Perjanjian

Sebagaimana telah disinggung mengenai syarat yang

ditetapkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, ada empat syarat sah

yang harus di penuhi, yaitu :

1. Kesepakatan para pihak yang mengikat diri;

2. Kecakapan untuk membuat perjanjian;

3. Mengenai suatu hal tertentu;dan

4. Suatu sebab yang legal.

Keempat syarat tersebut selanjutnya juga terdapat dalam

doktrin ilmu hukum yang dalam perkembangannya digolongkan ke

dalam dua unsur pokok, yaitu:65

1. Dua unsur pokok yang menyangkut subjek (pihak) yang

mengadakan perjanjian (unsur subjektif), dan

63

Herlien Budiono. Op.Cit. Hal 89.

64

Salim H.S. Op.Cit. Hal 160.

65

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja. Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian. Jakarta.

PT. Raja Grafindo Persada. 2006. Hal 93.

Page 48: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

37

2. Dua unsur pokok lainnya yang berhubungan langsung dengan

objek perjanjian (unsur objektif).

Syarat subjektif karena berkaitan dengan subjek perjanjian,

yaitu kesepakatan dan cakap membuat perjanjian. Kedua syarat

objektif yaitu mengenai objek perjanjian dan kausa, yaitu tujuan

mengadakan perjanjian.66

Di bawah ini akan diuraikan lebih lanjut keempat syarat sahnya

perjanjian tersebut, sebagai berikut:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

Sepakat bagi mereka yang mengikatkan diri berarti bahwa

kedua subjek yang mengadakan perjanjian itu harus

bersepakat mengenai hal-hal pokok dari perjanjian yang

diadakan. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu, juga

dikehendaki oleh pihak lain. Dengan kata lain mereka

menghendaki sesuatu yang sama secara timbal balik.

Misalnya penjual menghendaki sejumlah uang dari barang

yang dijualnya, sedangkan pembeli menghendaki barang yang

dijual oleh penjual.67

Kesepakatan ini dapat terjadi dengan berbagai cara, namun

yang paling penting adalah adanya penawaran dan

penerimaan atas penawaran tersebut. Cara-cara untuk

66Elly Erawati. Herlien Budiono. Penjelasan Hukum tentang Kebatalan Perjanjian.

NLRP. Jakarta. 2010. Hal 48.

67

J. Satrio. Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian. Bandung. PT.

Citra Aditya Bakti. 1995. Hal 164.

Page 49: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

38

terjadinya penawaran dan penerimaan dapat dilakukan secara

tegas maupun dengan itikad tegas, yang penting dapat

dipahami atau dimengerti oleh para pihak bahwa telah terjadi

penawaran dan penerimaan.68

Beberapa contoh yang dapat dikemukakan, sebagai cara

terjadinya kesepakatan/ terjadinya penawaran dan penerimaan

adalah :69

a. Dengan cara tertulis;

b. Dengan cara lisan;

c. Dengan simbol-simbol tertentu; bahkan

d. Dengan berdiam diri.

Berdasarkan berbagai cara terjadinya kesepakatan

tersebut diatas, secara garis besar terjadinya kesepakatan

dapat terjadi secara tertulis dan tidak tertulis, yang mana

kesepakatan yang terjadi secara tidak tertulis tersebut dapat

berupa kesepakatan lisan, simbol-simbol tertentu, atau diam-

diam.

Di dalam kesepakatan yang dinyatakan secara lisan,

kesepakatan kehendak terjadi pada saat para pihak

menyatakan setuju untuk berbuat sesuatu. Kesepakatan yang

dinyatakan secara tertulis, saat terjadi kesepakatan adalah

68Ahmadi Miru. Op.Cit.Hal 14

69

ibid.

Page 50: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

39

pada saat ditandatangani surat atau dokumen yang berisikan

kesepakatan tadi.70

Berdasarkan syarat sahnya perjanjian tersebut di atas,

khusus syarat kesepakatan yang merupakan penentu

terjadinya atau lahirnya perjanjian, berarti bahwa tidak adanya

kesepakatan para pihak, tidak terjadi kontrak. Akan tetapi,

walaupun terjadi kesepakatan para pihak yang melahirkan

perjanjian, terdapat kemungkinan bahwa kesepakatan yang

telah tercapai tersebut mengalami kecacatan, sehingga

memungkinkan perjanjian tersebut dimintakan pembatalan

oleh pihak yang merasa dirugikan oleh perjanjian tersebut.71

Cacat kehendak atau cacat kesepakatan dapat terjadi

karena terjadinya hal-hal di antaranya:72

1. Kekhilafan atau kesesatan;

2. Paksaan;

3. Penipuan;dan

4. Penyalagunaan keadaan.

Tiga cacat kehendak yang pertama diatur dalam

KUHPerdata sedangkan cacat kehendak yang terakhir tidak

diatur dalam KUHPerdata, namun lahir kemudian dalam

perkembangan hukum kontrak. Ketiga cacat kehendak yang

70Herry Susanto. Op.Cit. Hal 19

71

Ahmadi Miru. Op.Cit. Hal 17.

72

Ibid.

Page 51: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

40

diatur dalam KUHPerdata dapat diliat dalam Pasal 1321-

1328 KUHPerdata.

Secara sederhana keempat hal yang menyebabkan

terjadinya cacat pada kesepakatan tersebut secara sederhana

dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Kekhilafan terjadi jika salah satu pihak keliru tentang apa

yang di perjanjiakan, namun pihak lain membiarkan pihak

tersebut dalam keadaan keliru.

2. Paksaan terjadi jika salah satu pihak memberikan

kesepakatannya karena di tekan (dipaksa secara

psikologis), jadi yang dimaksud dengan paksaan bukan

paksaan fisik karena jika yang terjadi adalah paksaan fisik

pada dasarnya tidak ada kesepakatan.

3. Penipuan terjadi jika salah satu pihak secara aktif

memengaruhi pihak lain sehingga pihak yang dipengaruhi

menyerahkan sesuatu atau melepaskan sesuatu.

4. Penyalagunaan keadaan terjadi jika pihak yang memiliki

posisi yang kuat (posisi tawarnya) dari segi ekonomi

maupun psikologi menyalahgunakan keadaan sehingga

pihak lemah menyepakati hal-hal yang memberatkan

baginya. Penyalahgunaan ini disebut juga cacat kehendak

yang keempat karena tidak diatur dalam KUHPerdata,

Page 52: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

41

sedangkan tiga lainnya, yaitu penipuan, kekhilafan, dan

paksaan diatur dalam KUHPerdata.73

2. Kecakapan untuk membuat perjanjian.

Orang yang dianggap cakap untuk membuat suatu

perjanjian adalah orang yang telah dewasa yaitu orang-orang

yang telah mampu untuk melakukan suatu perbuatan hukum

atau cakap menurut hukum. Berdasarkan Pasal 1329

KUHPerdata diatur bahwa setiap orang adalah cakap untuk

membuat perjanjian, kecuali apabila menurut undang-undang

dinyatakan tidak cakap.74 Seorang oleh hukum dianggap tidak

cakap untuk melakukan kontrak jika orang tersebut belum

berumur 21 tahun, kecuali jika ia telah kawin sebelum berumur

21 tahun. Sebaliknya setiap orang yang berumur 21 tahun

keatas, oleh hukum dianggap cakap (Pasal 330 KUHPerdata),

kecuali karena suatu hal dia ditaruh di bawah pengampuan,

seperti gelap mata, sakit ingatan atau pemboros.

Dengan demikian, dapat disimpulkan seseorang dianggap

tidak cakap apabila :75

a. Belum berusia 21 tahun dan belum menikah;

b. Berusia 21 tahun, tetapi gelap mata, sakit ingatan, atau

pemboros.

73Ibid. Hal 17-18.

74

Herry Susanto. Op. Cit. Hal 20.

75

Ahmadi Miru. Op.Cit. Hal 29

Page 53: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

42

Sementara itu, dalam Pasal 1330 KUHPerdata, ditentukan

bahwa tidak cakap untuk membuat perjanjian adalah:76

a. Orang-orang yang belum dewasa;

b. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan;

c. Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan

oleh undang-undang; dan pada umumnya semua orang

kepada siapa undang-undang telah melarang membuat

perjanjian-perjanjian tertentu.

Khusus huruf c di atas mengenai perempuan dalam hal

yang ditetapkan dalam undang-undang sekarang ini tidak

dipatuhi lagi karena hak perempuan dan laki-laki telah di

samakan dalam hal membuat perjanjian sedangkan untuk

orang–orang yang dilarang oleh perjanjian untuk membuat

perjanjian tertentu sebenarnya tidak digolongkan sebagai orang

yang tidak cakap, tetapi hanya tidak berwenang membuat

perjanjian tertentu. 77 Lebih lanjut penjelasan tentang

perempuan atau isteri diatur dalam Pasal 31 Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1974 jo. Point 1 Surat Edaran Mahkamah

Agung Nomor 3 Tahun 1963 tentang wewenang seorang isteri

untuk melakukan perbuatan hukum dan untuk menghadap di

muka pengadilan tanpa izin atau bantuan dari suami.78

76 Ibid.

77

Ahmadi Miru. Op.Cit.

78

Salim HS. Op.Cit. Hal 165.

Page 54: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

43

3. Suatu hal tertentu.

Suatu hal tertentu dalam perjanjian adalah barang yang

menjadi objek suatu perjanjian. Pasal 1333 KUHPerdata diatur

bahwah barang yang menjadi objek suatu perjanjian ini harus

tertentu, setidak-tidaknya harus ditentukan jenisnya,

sedangkan jumlahnya tidak perlu ditentukan, asalkan saja

kemudian dapat ditentukan atau diperhitungkan.

Selanjutnya, dalam Pasal 1334 Ayat (1) KUHPerdata

ditentukan bahwa barang-barang yang baru akan ada

kemudian hari juga dapat menjadi objek suatu perjanjian. 79

Objek perikatan adalah prestasi, maka perjanjian atau kontrak

sebagai bagian dari perikatan, juga memiliki objek yang sama

yaitu prestasi. Pokok persoalan di dalam kontrak adalah

prestasi. Prestasi harus tertentu atau setidak-tidaknya harus

dapat ditentukan.80 Prestasi dapat berupa:

a. Menyerahkan/ memberikan sesuatu;

b. Berbuat sesuatu;dan

c. Tidak berbuat sesuatu.

Untuk menentukan barang yang menjadi objek perjanjian,

dapat dipergunakan berbagai cara seperti: menghitung,

menimbang, mengukur, atau menakar. Sementara itu, untuk

79H. Riduan Syahrani. Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata. PT. Alumni.

Bandung. 2013. Hal 209-210 .

80

Ridwan Khairandy. Hukum Kontrak Indonesia Dalam Perspektif Perbandingan. FH

UII Press. Yogyakarta. 2014. Hal 186.

Page 55: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

44

menentukan jasa, harus ditentukan apa yang harus dilakukan

oleh salah satu pihak.81

4. Suatu sebab yang halal.

Kata causa berasal dari bahasa latin yang artinya “sebab”.

Sebab adalah suatu yang menyebabkan orang membuat

perjanjian, yang mendorong orang membuat perjanjian. Causa

yang halal yang dimaksud Pasal 1330 KUHPerdata itu

bukanlah sebab dalam arti yang menyebabkan atau yang

mendorong orang membuat perjanjian, melainkan sebab

dalam arti “isi perjanjian itu sendiri” yang menggambarkan

tujuan yang akan dicapai oleh pihak-pihak.82

Pasal 1335 KUHPerdata menentukan bahwa sesuatu

perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu

sebab yang palsu atau terlarang tidak mempunyai kekuatan.

Dengan demikian, persetujuan tersebut dianggap tidak pernah

ada atau batal demi hukum. Sebab yang halal disini adalah isi

dari perjanjian itu tidak boleh bertentangan dengan undang–

undang, ketertiban umum dan kesusilaan83 sebagaimana telah

ditentukan oleh Pasal 1337 KUHPerdata yakni perjanjian

tersebut:

1. Tidak bertentangan dengan undang-undang;

81Ahmadi Miru. Op.Cit. Hal 30.

82

Abdul Muhammad. Hukum Perikatan. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. 1990. Hal

194.

83

Herry Susanto, Op.Cit. Hal 23.

Page 56: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

45

2. Tidak bertentangan dengan ketertiban umum;dan

3. Tidak bertentangan dengan kesusilaan.84

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebab yang tidak

halal adalah sebab yang bertentangan dengan undang-

undang, ketertiban umum dan kesusilaan/Istiadat yang baik.

Ketiga syarat tersebut di atas merupakan sesuatu yang

mutlak dan harus dipenuhi dalam mengadakan suatu

perjanjian. Tidak dipenuhi salah satu syarat tersebut di atas

maka akan berakibat perjanjian itu batal atau dapat

dibatalkan.85

5. Alasan-Alasan Pembatalan Suatu Perjanjian

Pengertian pembatalan di sini bukanlah pembatalan karena

tidak memenuhi syarat dalam perjanjian, tetapi karena debitor

telah melakukan wanprestasi. 86 Artinya tidak memenuhi prestasi

yang seharusnya dipenuhi berdasarkan perjanjian. Hukum akan

menyediakan saranan untuk pihak yang dirugikan agar bisa

melakukan gugatan kepada yang bersangkutan melalui

pengadilan.87

Jadi pembatalan yang dimaksud adalah pembatalan sebagai

salah satu kemungkinan yang dapat dituntut kreditor terhadap

debitor yang telah melakukan wanprestasi. Selain dapat

84Ratna Artha Windari. Op.Cit. Hal 18.

85

Herry Susanto, Op.Cit.

86

Riduan Syahrani. Op.Cit. Hal 228.

87

I. G. Rai Widjaya. Op. Cit. Hal 54 – 55.

Page 57: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

46

mengajukan tuntutan pembatalan, kreditor dapat pula mengajukan

tuntutan yang lain yaitu

1. pembatalan perjanjian dan ganti rugi;

2. Ganti rugi saja;

3. Pemenuhan perikatan;

4. Pemenuhan perikatan dan ganti kerugian.

Namun, perlu juga dikemukakan di sini bahwa sementara

ahli ada yang menyebut dengan istilah pemutusan perjanjian

maksud yang sama dengan pembatalan perjanjian.

Dalam perjanjian timbal balik (bilateral) selalu hak dan

kewajiban di satu pihak saling berhadapan dengan hak dan

kewajiban di pihak lain. Dalam hukum Romawi dikenal asas yang

menyatakan bahwa apabila salah satu pihak dalam perjanjian

timbal balik tidak memenuhi kewajibannya atau tidak berprestasi,

pihak lain pun tidak perlu memenuhi kewajibanya. Dalam

perkembangannya asas ini dituangkan dalam berbagai bentuk.

KUHPerdata sendiri yang mengikuti Code Civil Perancis memilih

sebagai asas syarat batal seperti tercantum dalam Pasal 1266,

yang mengatur sebagai berikut :

1. Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam perjanjian-

perjanjian yang timbal balik, manakala salah satu pihak tidak

memenuhi kewajibannya.

Page 58: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

47

2. Dalam hal yang demikian perjanjian tidak batal demi hukum,

tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim.

3. Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal

mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan didalam

perjanjian.

4. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam perjanjian, hakim

adalah leluasa untuk menurut keadaan, atas permintaan si

Tergugat, memberikan suatu jangka waktu untuk masih juga

memenuhi kewajibannya, jangka waktu mana, namun itu tidak

boleh lebih dari satu bulan.

Perumusan Pasal 1266 KUHPerdata di atas ini ternyata

mengandung berbagai macam kontradiktif dan menimbulkan

kesan sedemikian rupa, seakan-akan perjanjian batal dengan

sendirinya karena hukum begitu debitor melakukan wanprestasi

(Ayat 1), padahal pembatalan perjanjian tersebut harus dimintakan

kepada hakim (Ayat 2). Selain itu, juga menimbulkan kesan

seakan-akan debitor juga berhak menuntut pembatalan perjanjian,

padahal berdasarkan Pasal 1266 KUHPerdata itu yang berhak

menuntut pembatalan perjanjian hanyalah kreditor.88

Dengan adanya ketentuan, bahwa pembatalan perjanjian itu

harus dimintakan kepada hakim, maka tidak mungkin perjanjian itu

sudah batal secara otomatis pada waktu si debitor nyata-nyata

88

Riduan Syahrani. Op.Cit. Hal 229-230.

Page 59: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

48

melalaikan kewajibanya. Kalau itu mungkin, permintaan

pembatalan kepada hakim tidak ada artinya. Disebutkan juga

secara jelas, bahwa perjanjian itu tidak batal demi hukum. Menurut

Subekti, sekarang tidak ada keraguan lagi bahwa tentang

anggapan undang-undang bahwa kelalaian si debitor adalah suatu

syarat batal berdasarkan suatu kekeliruan. Bukan kelalaian atau

wanprestasi debitor yang membatalkan perjanjian, tetapi putusan

hakim. Putusan hakim itu tidak bersifat declaratoir tetapi constitutif,

secara aktif membatalkan perjanjian itu.89

Ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk terjadi pembatalan

perjanjian yaitu :

1. Perjanjian harus bersifat timbal balik;

2. Harus ada wanprestasi;dan

3. Harus dengan keputusan hakim.

Perjanjian yang bersifat timbal balik adalah perjanjian dimana

kedua belah pihak sama-sama mempunyai kewajiban untuk

memenuhi prestasi, misalnya perjanjian jual-beli, tukar menukar,

sewa – menyewa dan lain sebagainya.

Jika dalam perjanjian yang bersifat timbal balik ini salah satu

pihak tidak memenuhi kewajibannya artinya wanprestasi, pihak

lainnya dapat menuntut pembatalan. Namun, sebelum kreditor

menuntut pembatalan, debitor harus diberikan teguran/ pernyataan

89

Subekti. Op.Cit. Hal 50.

Page 60: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

49

lalai (ingebrekestelling) lebih dahulu, dan wanprestasi yang

dijadikan alasan harus mengenai hal yang prinsipil sekali jika tidak,

pembatalan tidak dapat dilakukan.90

Dalam praktik, para pihak sering mencantumkan suatu klausula

dalam perjanjian bahwa mereka sepakat untuk melepaskan atau

mengenyampingkan ketentuan Pasal 1266 Ayat (2) KUHPerdata.

Akibat hukumnya jika terjadi wanprestasi, maka perjanjian itu batal

demi hukum. Ada beberapa alasan yang mendukung

pencantuman klausula ini, misalnya berdasarkan Pasal 1338 Ayat

(1) KUHPerdata, setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya,

sehingga pencantuman klausula yang melepaskan ketentuan

Pasal 1266 Ayat (2) KUHPerdata, harus ditaati oleh para pihak

selain itu jalan yang ditempuh melalui pengadilan akan

membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama sehingga

hal ini tidak efisien bagi pelaku bisnis.91

Jika ketentuan di atas dianggap sebagai ketentuan pelengkap,

maka berdasarkan asas kebebasan berkontrak, ketentuan tersebut

dapat dikesampingkan oleh para pihak. Kemudian berdasarkan

asas kekuatan mengikatnya perjanjian, para pihak mematuhi

ketentuan yang telah disepakati bersama itu. Pengesampingan ini

90

Riduan Syahrani. Op.Cit. Hal 231.

91

Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Cetakan keenam, Kencana.

Jakarta. 2009. Hal 63.

Page 61: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

50

dapat menimbulkan kerugian dan ketidakadilan bagi debitor yang

berada pada posisi lemah. Di dalam praktik, pengesampingan

ketentuan di atas lebih didasarkan pada inisiatif dan kemauan

kreditor, dan umumnya naskah kontrak sudah disiapkan oleh

kreditor.

Pengesampingan ini dapat disalahgunakan oleh pihak kreditor

yang telah mempersiapkan naskah kontrak. Dengan sedikit

kelalaian debitor, kreditor dapat membatalkan kontrak secara

sepihak. Dengan tidak melihat atau mempertimbangkan faktor

penyebab wanprestasi, kreditor juga dapat membatalkan kontrak.

Padahal, adakalanya wanprestasi yang dilakukan debitor juga

disebabkan oleh kesalahan kreditor.

Dalam keadaan demikian, hakim seharusnya tidak hanya

berpegang kepada asas kebebasan berkontrak, tetapi seharusnya

hakim harus memegang teguh asas itikad baik. Inti itikad baik

adalah keadilan. Keadilan adalah tujuan tertinggi hukum. Jadi

kalau ada debitor yang dimaksud, hakim harus menolak

pengesampingan tersebut, hakim atau pengadilan lah yang

memutuskan pembatalan tersebut dengan mempertimbangkan

asas itikad baik.92

Bilamana hakim dengan putusannya telah membatalkan

perjanjian, maka hubungan hukum antara pihak yang semula

92

Ridwan Khairandy. Op.Cit. Hal 285.

Page 62: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

51

mengadakan perjanjianpun menjadi batal, sehingga masing-

masing pihak tidak perlu lagi memenuhi prestasinya. Apabila salah

satu pihak sudah memenuhi prestasi, ia dapat menuntut pihak

lainnya yang wanprestasi untuk mengembalikan kerugian yang

terima pihak yang memenuhi prestasi atau jika tidak mungkin lagi,

harganya saja. Pihak yang mengajukan pembatalan perjanjian,

berhak juga menuntut ganti rugi kerugian kepada debitor sebagai

akibat dari pada wanprestasi yang dilakukannya.93

C. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Pengikatan Jual beli

1. Pengertian Perjanjian Pengikatan Jual Beli.

Pengaturan masalah jual beli secara cermat dalam

peraturan perundang-undangan merupakan suatu kebutuhan

yang mendasar karena jual beli yang terjadi dalam masyarakat

sangat beragam, baik dari jenis barang yang diperdagangkan

maupun cara pembayarannya.94

Perjanjian pengikatan jual beli sebenarnya tidak ada

perbedaan dengan perjanjian pada umumnya. Hanya saja

perjanjian pengikatan jual beli merupakan perjanjian yang lahir

akibat adanya sifat terbuka dari Buku III KUHPerdata, yang

memberikan kebebasan seluas – luasnya kepada subjek hukum

untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja dan bentuk

93

Riduan Syahrani. Op.Cit. Hal 232. 94

Ahmadi Miru. Op.Cit. Hal 125-126.

Page 63: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

52

apa saja, asalkan tidak melanggar peraturan perundang-

undangan, kesusilaan dan ketertiban umum.95

Perjanjian pengikatan jual beli atau PPJB merupakan salah

satu bentuk perikatan yang berasal dari perjanjian, dan lahir dari

adanya sepakat di antara para pihak yang membuatnya.

Perjanjian merupakan sumber perikatan yang penting, karena

melalui perjanjian para pihak mempunyai kebebasan untuk

mengadakan segala jenis perikatan, dengan batasan yang tidak

dilarang oleh undang-undang, berlawanan dengan kesusilaan

atau ketertiban umum.96

Menurut R. Subekti, Perjanjian Pengikatan Jual Beli adalah

perjanjian antara pihak penjual dan pembeli sebelum

dilaksanakannya jual beli tersebut antara lain adalah sertifikat

belum ada karena masih dalam proses, belum terjadi pelunasan

harga.97

Sebutan yang berkembang dalam penggunaan istilah

perjanjian pengikatan jual beli adalah perjanjian akan jual beli

atau perjanjian pendahuluan jual beli. Perjanjian pengikatan jual

beli ini adalah perjanjian pendahuluan yang dibuat oleh calon

penjual dan calon pembeli atas dasar kesepakatan sebelum jual

95

Wanda Lucia. Analisis Yuridis Atas Akta Notaris Terkait Dengan Pengikatan Jual Beli

Hak Atas Tanah Dengan Cicilan. Tesis. Universitas Sumatra Utara. 2013 96

Shinta Chistie. Apek Hukum Perjanjian Pengikatan Jual Beli Sebagai Tahapan Jual

Beli Hak Atas Tanah. Tesis. Universitas Indonesia. 2012. 97

R. Subekti, Hukum Perjanjian. Op.Cit. Hal 75.

Page 64: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

53

beli dilakukan, dalam rangka meminimalisir benih sengketa

yang mungkin muncul di kemudian hari. Perjanjian ini dilakukan

sebelum terjadinya peristiwa hukum jual beli, dan objek

perjanjiannya dapat berupa benda bergerak dan benda tidak

bergerak.98

Sedangkan menurut Herlien Budiono, perjanjian pengikatan

jual beli adalah perjanjian bantuan yang berfungsi sebagai

perjanjian pendahuluan yang bentuknya bebas99

2. Bentuk Perjanjian Pengikatan Jual Beli

Kontrak atau perjanjian ini merupakan suatu peristiwa

hukum di mana seorang berjanji kepada orang lain atau dua

orang saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan

sesuatu.

Dalam kontrak pada umumnya janji-janji para pihak itu

saling “berlawanan”, misalnya dalam perjanjian jual beli, tentu

saja satu pihak menginginkan barang, sedangkan pihak lainnya

menginginkan uang karena tidak mungkin terjadi jual beli kalau

kedua belah pihak menginginkan hal yang sama

Kontrak merupakan suatu peristiwa yang konkret dan

dapat diamati, baik itu kontrak yang dilakukan secara tertulis

maupun tidak tertulis. Hal ini berbeda dari perikatan yang tidak

98

Shinta Christie. Op.Cit. Hal 25. 99

Herlien Budiono. Artikel “Pengikatan Jual Beli dan Kuasa Mutlak”. Majalah Renvoi,

Edisi Tahun I. No. 10. Bulan Maret 2004. Hal 57.dikutip juga oleh Wanda Lucia. Op.Cit.

Page 65: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

54

konkret, tetapi abstrak atau tidak dapat diamati karena perikatan

itu hanya merupakan akibat dari adanya kontrak tersebut yang

menyebabkan orang atau para pihak terikat untuk memenuhi

apa yang dijanjikan100

Jika telah dipenuhinya syarat-syarat sahnya suatu

perjanjian sebagaimana ditentukan antara lain dalam Pasal

1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, maka kontrak

tersebut sudah sah, meskipun dibuat hanya secara lisan saja.

Hanya saja, dengan dibuatnya kontrak secara tertulis, akan

memudahkan dari segi pembuktian dalam praktik di samping

mengurangi kesalahpahaman tentang isi kontrak yang

bersangkutan.

Perjanjian pengikatan jual beli adalah sah apabila telah

tercapai kesepakatan di antara para pihak yang membuatnya.

Kesepakatan yang dimaksud dapat dituangkan dalam suatu

akta tertulis maupun tidak tertulis. Tapi demi mencapai rasa

keadilan dan kepastian hukum di antara para pihak, akan lebih

baik apabila perjanjian pengikatan jual beli ditulis dalam suatu

akta atau surat perjanjian yang dibuat dan ditandatangani oleh

para pihak. Pihak yang dimaksud di sini adalah calon penjual

dan calon pembeli.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa akta

100

Ahmadi Miru. Op.Cit.

Page 66: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

55

mempunyai dua fungsi, yaitu:101

1. Formalitas Causa

2. Probationes Causa

Fungsi pertama, adalah untuk memenuhi syarat formal agar

suatu perbuatan hukum sempurna. Persyaratan formal yang

dimaksud adalah:

a. Harus tertulis berupa akta di bawah tangan.

b. Harus dengan akta otentik.

Fungsi kedua, adalah sebagai alat bukti karena memang sejak

awal dimaksudkan untuk dijadikan alat bukti (probationes).

1. Perjanjian Pengikatan Jual Beli di bawah Tangan

Perjanjian pengikatan jual beli yang dibuat di bawah

tangan, dibuat secara tertulis di atas kertas bermaterai dan

ditandatangani oleh para pihak dan saksi-saksi. Pihak-pihak

yang dimaksudkan adalah calon penjual dan calon pembeli.

Mereka membuat suatu perjanjian yang isinya ditentukan

sendiri berdasarkan kesepakatan para pihak dan

ditandatangani oleh kedua belah pihak. Perjanjian tersebut

berisikan hal-hal yang disepakati oleh para pihak dan apa

yang diperjanjikan tersebut harus ditaati dan tidak boleh

dilanggar. Dasar hukum dari diperkenankannya para pihak

untuk membuat dan menentukan isi perjanjian sendiri adalah

101

Sudikno Martokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta, Penerbit

Liberty, 1998. Hal 23

Page 67: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

56

berdasarkan asas kebebasan berkontrak yang dianut oleh

hukum perikatan.

2. Perjanjian Pengikatan Jual Beli Dengan Akta Otentik

Pengertian akta otentik (Authentike Akte)

berdasarkan Pasal 1868 KUHPerdata adalah: “Suatu akta

yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang

undang oleh atau di hadapan pejabat umum yang

berwenang untuk maksud itu, di tempat dimana akta dibuat.”

Akta yang dibuat Notaris tersebut hanya akan

menjadi akta otentik, apabila Notaris mempunyai

wewenang yang meliputi 4 (empat) hal yaitu:

1. Notaris berwenang sepanjang menyangkut akta yang dibuat

itu;

Tidak semua Pejabat Umum dapat membuat

semua akta, akan tetapi seorang Pejabat Umum hanya

dapat membuat suatu akta-akta tertentu, yakni yang

ditugaskan atau dikecualikan kepadanya berdasarkan

peraturan perundang- undangan. Dalam Pasal 15 Ayat

(1) Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2014 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang RI Nomor 30 Tahun

2004 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya penulis

singkat dengan UUJN) ditentukan bahwa kewenangan

Notaris adalah membuat akta otentik mengenai semua

Page 68: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

57

perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan

oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang

dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan

dalam akta otentik.102

2. Notaris berwenang sepanjang mengenai orang untuk

kepentingan siapa akta itu dibuat;

Notaris tidak berwenang membuat akta untuk

kepentingan setiap orang. Dalam Pasal 52 Ayat (1)

UUJN ditentukan bahwa Notaris tidak diperkenankan

membuat akta untuk diri sendii, istri/suami atau orang

lain yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan

Notaris baik karena perkawinan maupun hubungan

darah dalam garis keturunan lurus ke bawah dan/atau

keatas tanpa pembatasan derajat, serta dalam garis

kesamping sampai derajat ketiga, serta menjadi pihak

untuk diri sendiri, maupun dalam suatu kedudukan

ataupun dengan perantaraan kuasa;

3. Notaris berwenang sepanjang mengenai tempat dimana

akta itu dibuat;

Bagi setiap Notaris ditentukan daerah

jabatannya dan hanya dalam daerah yang ditentukan

baginya itu ia berwenang membuat akta otentik.

102

Ibid, hal. 49.

Page 69: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

58

Dalam Pasal 18 UUJN mengatur bahwa Notaris

mempunyai tempat kedudukan di Kabupaten/Kota.

Wilayah jabatan Notaris meliputi seluruh wilayah

propinsi dari tempat kedudukannya. Akta yang dibuat

di luar daerah jabatannya adalah tidak sah.103

4. Notaris berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan

akta itu, keadaan dimana Notaris tidak berwenang membuat

akta otentik adalah :

a. Sebelum Notaris mengangkat sumpah (Pasal 7 UUJN)

(Notaris tidak berwenang membuat akta otentik sebelum

mengangkat sumpah di hadapan pejabat yang berwenang

yang ditunjuk untuk itu berdasarkan undang-undang);

b. Selama Notaris diberhentikan sementara (skorsing) (selama

Notaris diberhentikan sementara maka Notaris yang

bersangkutan tidak berwenang membuat akta otentik

sampai masa skorsingnya berakhir);

c. Selama Notaris cuti (Notaris yang sedang cuti tidak

berwenang membuat akta otentik);

Kelebihan dari akta autentik dibandingkan dengan

akta yang dibuat di bawah tangan ialah grosse dari akta

autentik dalam beberapa hal mempunyai kekuatan

pembuktian eksekutorial seperti putusan hakim, sedang akta

103

Ibid, hal. 140

Page 70: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

59

yang dibuat di bawah tangan tidak mempunyai kekuatan

pembuktian eksekutorial.104

3. Perjanjian Pengikatan Jual Beli Sebagai Akta Otentik

Akta merupakan suatu pernyataan tertulis yang

ditandatangani, dibuat oleh seseorang atau oleh pihak-pihak

dengan maksud dapat dipergunakan sebagai alat bukti dalam

proses hukum.

Sehubungan dengan ini, undang-undang mengatur bahwa

pembuktian dengan tulisan dilakukan baik dengan tulisan-

tulisan otentik maupun dengan tulisan di bawah tangan (Pasal

1867 BW). Dan sebagaimana telah diutarakan di muka

berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1866,

yang merupakan alat- alat bukti terdiri dari bukti tulisan, bukti

dengan saksi-saksi, persangkaan, dan sumpah.

Surat-surat dapat dibagi menjadi dua, yaitu surat-surat akta

dan surat-surat lain. Sebagaimana telah diuraikan bahwa akta

merupakan tulisan atau surat akta, yang semata-mata dibuat

untuk membuktikan adanya peristiwa atau suatu hal, dan oleh

karena itu suatu akta harus selalu ditandatangani.

Surat-surat akta dapat dibedakan lagi antara surat akta

resmi atau otentik (autentik) dan surat akta di bawah tangan

atau onder hands.

104

G.H.S. Lumban Tobing. Peraturan Jabatan Notaris. cet.3. Jakarta. Erlangga.1996. Hal. 54.

Page 71: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

60

Berdasarkan Pasal 1868 KUHPerdata, sebuah akta dapat

dikatakan otentik apabila telah memenuhi unsur-unsur yaitu:

a. Dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-

undang;

b. Dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang

berwenang untuk pembuatan akta tersebut;

c. Dibuat di wilayah pejabat umum berwenang.

Pejabat umum yang dimaksudkan di atas adalah notaris di

mana profesinya memberikan jasa hukum kepada masyarakat

dalam pembuatan akta yang diatur dalam Pasal 1 Ayat (7)

UUJN, bahwa akta notaris yang selanjutnya disebut akta adalah

akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan notaris menurut

bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang ini.

Hal ini sejalan dengan pendapat Philipus M. Hadjon, bahwa

syarat akta otentik, yaitu:105

a. Di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang

(bentuknya baku).

b. Dibuat oleh dan di hadapan Pejabat Umum.

Oleh karena perikatan ini dibuat oleh Notaris, maka segala

sesuatunya harus mengikuti UUJN. Suatu akta otentik harus

dibuat di hadapan atau oleh pejabat umum, dihadiri oleh saksi-

saksi serta disertai pembacaan oleh Notaris kemudian

105

Philipus M. Hadjon, Formulir Pendaftaran Tanah Bukan Akta Otentik, Surabaya

Post, 31 Januari 2001, Hal. 3

Page 72: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

61

ditandatangani. 106 Berdasarkan UUJN, pada Pasal 38 diatur

tentang Bentuk dan Sifat Akta, yaitu sebagai berikut:

1. Setiap akta notaris terdiri dari:

a. Awal akta atau kepala akta;

b. Badan akta; dan

c. Akhir atau penutup akta.

2. Awal akta atau kepala akta memuat:

a. Judul akta;

b. Nomor akta;

c. Jam, hari, tanggal, bulan dan tahun;

d. Nama lengkap dan tempat kedudukan notaris

3. Badan akta memuat:

a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,

kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat

tinggal para penghadap dan/atau orang yang mereka

wakili;

b. Keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;

c. Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari

pihak yang berkepentingan;

d. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan,

jabatan, kedudukan dan tempat tinggal dari tiap-tiap

saksi pengenal.

106

Shinta Christie, Op.Cit,

Page 73: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

62

4. Akhir atau penutup akta memuat:

a. Uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 16 Ayat (1) huruf l atau Pasal 16 Ayat (7);

b. Uraian tentang penandatanganan dan tempat

penandatanganan atau penerjemahan akta apabila ada;

c. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan,

jabatan, kedudukan dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi

akta;

d. Uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi

dalam pembuatan akta atau uraian tentang adanya

perubahan yang dapat berupa penambahan, pencoretan

atau penggantian.

Keistimewaan suatu akta otentik merupakan suatu bukti

yang sempurna (volledig bewijs-full evident) tentang apa yang

dimuat di dalamnya. Artinya apabila seseorang mengajukan

akta resmi kepada hakim sebagai bukti, hakim harus menerima

dan menganggap apa yang tertulis di dalam akta, merupakan

peristiwa yang sungguh-sungguh telah terjadi dan hakim tidak

boleh memerintahkan penambahan pembuktian.

Apa yang diperjanjikan, dinyatakan di dalam akta itu adalah

benar seperti apa yang diperjanjikan, dinyatakan oleh para

pihak sebagai yang dilihat atau didengar oleh notaris, terutama

benar mengenai tanggal akta, tanda tangan di dalam akta,

Page 74: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

63

identitas yang hadir, dan tempat akta itu dibuat, merupakan

kekuatan pembuktian formal. Sedangkan kekuatan pembuktian

materiil, isi, atau materi akta adalah benar.

Akta dijadikan sebagai alat bukti untuk para pihak beserta

para ahli warisnya atau orang-orang yang memperoleh hak dari

mereka. Pejabat umum yang dimaksudkan dalam undang-

undang ialah notaris, hakim, juru sita pada suatu pengadilan,

pejabat Kantor Catatan Sipil, dan sebagainya. Oleh karena itu,

suatu akta notaris, atau suatu surat putusan hakim, atau suatu

proses verbal yang dibuat oleh seorang juru sita, ataupun surat

perkawinan yang dibuat oleh pegawai Kantor Catatan Sipil,

merupakan akta-akta otentik atau akta resmi.107

GHS Lumban Tobing menyatakan bahwa menurut

pendapat umum yang dianut pada setiap akta otentik

dibedakan 3 (tiga) kekuatan pembuktian dibandingkan surat di

bawah tangan, yaitu :

1. Kekuatan pembuktian lahiriah

Maksudnya adalah kemampuan dari akta itu sendiri

untuk membuktikan dirinya sebagai akta otentik.

Kemampuan itu menurut Pasal 1875 KUHPerdata tidak

dapat diberikan kepada akta yang dibuat di bawah tangan

karena akta yang dibuat di bawah tangan baru berlaku sah

107

I. G. Rai Widjaya. Op.Cit.

Page 75: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

64

terhadap siapa akta itu dipergunakan apabila yang

menandatanganinya mengakui kebenaran dari tanda

tangannya itu, sedangkan akta otentik membuktikan sendiri

keabsahannya.

2. Kekuatan pembuktian formal

Dengan kekuatan pembuktian formal ini oleh akta

otentik dibuktikan bahwa pejabat yang bersangkutan telah

menyatakan dalam tulisan itu sebagaimana yang tercantum

dalam akta itu dan selain dari itu kebenaran dari apa yang

diuraikan oleh pejabat dalam akta itu sebagai yang dilakukan

dan disaksikannya di dalam menjalankan jabatannya itu.

Dalam arti formal, sepanjang mengenai akta pejabat, akta itu

membuktikan kebenaran dari apa yang disaksikan, yakni

dilihat, didengar dan juga dilakukan sendiri oleh Notaris

sebagai Pejabat Umum dalam menjalankan jabatannya.

3. Kekuatan pembuktian material

Kekuatan pembuktian material tidak hanya kenyataan

bahwa adanya dinyatakan sesuatu yang dibuktikan oleh akta

itu, akan tetapi juga isi akta itu dianggap dibuktikan sebagai

yang benar terhadap setiap orang yang menyuruh untuk

dibuat akta itu sebagai tanda bukti terhadap dirinya, akta itu

mempunyai kekuatan pembuktian material.108

108

G.H.S. Lumban Tobing. Loc.Cit.

Page 76: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

65

Adanya kebebasan membuat perjanjian

(contractvrijheid) menyebabkan para Notaris paham bentuk

perjanjian yang sering dikehendaki masyarakat. Ada

kemungkinan masyarakat lebih menginginkan atau

membutuhkan suatu perjanjian baru daripada yang ada dan

diuraikan dalam undang-undang. Pembuatan PPJB oleh

Notaris merupakan salah satu fungsi Notaris di bidang usaha

dalam pembuatan perjanjian. Dalam hal ini dibutuhkan dari

seorang Notaris dengan suatu penglihatan tajam terhadap

materinya serta kemampuan melihat jauh kedepan, apakah

risiko yang mungkin terjadi. Tugas seperti ini dipercayakan

kepada seorang Notaris untuk memberikan kepastian hukum

para pihak. Pembuatan suatu perjanjian seperti PPJB,

dimaksudkan untuk memperhatikan kepentingan yang lemah

dan yang kurang mengerti. Perlindungan yang sama

dipercayakan kepadanya dalam semua tindakan hukum

lainnya yang bentuknya diharuskan dengan akta otentik

(akta notaris). Salah satu kewenangan seorang notaris

adalah untuk memberikan nasihat hukum, guna mencegah

terjadinya sengketa yang mungkin terjadi dikemudian hari.109

PPJB merupakan sebuah akta yang dibuat di

hadapan seorang Notaris sebagai seorang pejabat yang

109

Ibid.

Page 77: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

66

berhak untuk melakukan itu. Para pihak yang menghendaki

perbuatan hukum PPJB itu dituangkan dalam sebuah akta

Notariil yang bertujuan untuk menyatakan keinginan yang

terkandung didalamnya atas suatu hak yang telah ada, dan

perbuatan hukum PPJB itu merupakan bagian dari tugas dan

wewenang yang hanya diberikan kepada seorang Notaris

sebagai Pejabat Umum. Untuk keperluan itu para pihak

dengan sengaja datang kehadapan seorang Notaris dan

memberikan keterangannya agar keterangan itu oleh Notaris

dituangkan dan diwujudkan dalam bentuk akta otentik.

Sebagai Pejabat umum yang diangkat oleh Pemerintah,

seorang Notaris bertugas untuk mengatur dan mengesahkan

secara tertulis dan otentik hubungan-hubungan hukum

antara para pihak yang secara mufakat meminta jasanya.

Adapun akta yang dibuat oleh seorang Notaris

sebagai Pejabat Umum adalah akta yang memuat uraian

secara otentik dari apa yang disaksikan, dilihat dan didengar

oleh Notaris dalam menjalankan jabatannya. Notaris

berkewajiban menciptakan otensititas dari akta-akta yang

dibuat oleh atau di hadapan Notaris.

Page 78: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

67

D. Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Barat.

a. Penggolongan Ahli Waris.

a. Penggolongan Ahli waris Islam.

Hukum kewarisan Islam biasa juga disbut „al-mirats‟. Kata

„al-mirats‟ berasal dari kata „waratsa-yuritsu-irtsan-miratsan‟.

Secara etimologi bermakna „perpindahan sesuatu dari

seseorang kepada orang lain‟.110

Sedangkan makna al-mirats dalam pandangan terminologi

adalah pemindahaan hak milik dari orang yang meninggal

dunia kepada ahli warisnya yang masih hidup berupa harta

seperti uang, tanah, dan lain-lain yang bernilai dan sah

secara syar‟i.

Hukum waris islam juga bisa diistilakan dengan Faraidh.

Secara etimologi, faraidh adalah bentuk jamak dari kata

“Faridhah” yang artinya antara lain ketetapan, kepastian, dan

kewajiban. Sedangkan terminologi, Faraidh adalah

pembagian harta orang yang meninggal dunia kepada ahli

warisnya menurut hukum Islam. Harta yang dibagikan

kepada ahli waris adalah sisa harta yang di tinggalkan

setelah pembiayaan selesai seperti pengurusan jenazah,

110 Muammar M Bakry. Akuntansi Dasar Mawaris Membagi Harta Pusaka Secara

Syar’i. Cetakan ke-2. Maret 2014. ICATT Press. Makassar.hal 6.

Page 79: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

68

utang, zakat, nazar, dan wasiat yang tidak melebihi dari 1/3

dari jumlah harta.

Berdasarkan besarnya hak yang akan diterima oleh ahli

waris, maka ahli waris di dalam hukum waris Islam dibagi

dalam tiga golongan, yaitu :111

a. Ashchabul-furudh, yaitu golongan ahli waris yang

bagian haknya tidak tertentu, yaitu 2/3, 1/2, 1/3,

1/4, 1/6, atau 1/8.

b. Ashabah, yaitu golongan ahli waris yang bagian

haknya tidak tertentu, tetapi mendapatkan ushubah

(sisa) dari Ashchabul-furudh atau mendapatkan

semuanya jika tidak ada Ashchabul-furudh.

c. Dzawil-arham, yaitu golongan kerabat yang tidak

termasuk golongan pertama dan kedua.

Ahli waris yang termasuk golongan Ashchabul-furudh

memiliki kedudukan rangkap sebagai ashabah, beberapa

lainnya dapat berubah menjadi ashabah.

1. Ashchabul-furudh.

Para ahli fara‟id membedakan Ashchabul-furudh ke

dalam dua macam, yaitu Ashchabul-furudh is-sababiyyah

dan Ashchabul-furudh in-nasabiyyah.

111 Otje Salman, Mustofa Haffas. Hukum Waris Islam.ceatakan ke-3, juni 2010.PT.

Refika Aditama. Bandung. Hal 51.

Page 80: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

69

Ashchabul-furudh is-sababiyyah adalah golongan ahli

waris sebagai akibat adanya ikatan perkawinan dengan si

pewaris. Golongan ahli waris ini adalah janda ( laki – laki

atau perempuan ). Sedangkan Ashchabul-furudh in-

nasabiyyah adalah golongan ahli waris sebagai akibat

adanya hubungan darah dengan si pewaris. Termasuk ke

dalam golongan ini adalah :

1. Leluhur perempuan : ibu dan nenek;

2. Leluhur laki –laki : Bapak dan Kakek;

3. Keturunan perempuan : Anak perempuan dan cucu

perempuan pancar laki-laki;

4. Saudara seibu : saudara perempuan seibu dan

saudara laki-laki seibu;dan

5. Saudara sekandung/ sebapak : saudara perempuan

sekandung dan saudara perempuan sebapak.

2. Ashabah

Para ahli fara‟id membedakan as abah ke dalam tiga

macam, yaitu ashabah binnafsih, ashabah bil-ghair, dan

ashabah ma‟al-ghair.

Ashabah binnafsih adalah kerabat laki-laki yang

dipertalikan dengan si mati tanpa diselingi oleh orang

perempuan, yaitu :

1. Leluhur laki-laki : bapak dan kakek;

Page 81: PEMBATALAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI OLEH AHLI …

70

2. Keturunan laki-laki : anak laki-laki dan cucu laki-laki;

dan

3. Saudara sekandung/ sebapak : saudara laki-laki

sekandung/ sebapak.

Asabhah bil ghair adalah kerabat perempuan yang

memerlukan orang lain untuk menjadi ashabah dan untuk

bersama –sama menerima ushubahb, yaitu

1. Anak perempuan yang mewaris bersama dengan

anak laki-laki;

2. Cucu perempuan yang mewaris bersama cucu laki-

laki; dan

3. Saudara perempuan sekandung/ sebapak yang

mewaris bersama dengan saudara laki-laki

sekandung/sebapak.

Ashabah ma‟al-ghair adalah kerabat perempuan yang

memerlukan orang lain untuk menjadi ashabah, tetapi

orang lain tersebut tidak berserikat dalam menerima

ushubah, yaitu saudara perempuan sekandung dan

saudara perempuan sebapak yang mewaris bersama

anak perempuan atau cucu perempuan.

3. Dzawil –arham

Dzawil-arham adalah golongan kerabat yang tidak

termasuk golongan ashchubul-furudh dan ashabah.