pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir
TRANSCRIPT
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR
Oleh : Novalina Annisa Yudistira
1107114131
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara geografis sebagian besar
terletak pada kawasan pesisir. Dengan jumlah pulau sekitar 17.508 dan garis pantai sepanjang
81.000 km . Mengingat hal tersebut tentunya wilayah Indonesia memiliki kekayaan laut yang
sangat banyak. Sehingga diperlukan penanganan khusus untuk wilayah pesisir agar
kelestariannya tetap terjaga sampai ke anak cucu. Untuk mengantisipasi terjadinya proses
perusakan, salah satu upaya yang diambil melalui pendekatan penataan ruang yang berbasis
pelestarian wilayah pesisir sebagai upaya keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan
penghidupan.
Pendekatan penataan ruang dilakukan dengan penekanan pada perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan pesisir. Dengan
demikian, dalam upaya pembangunan berkelanjutan melalui penciptaan keseimbangan
lingkungan diperlukan pedoman penataan ruang kawasan pesisir (pantai).
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan suatu permasalahan :
Bagaimanakan penataan ruang yang sesuai untuk daerah pesisir dengan konsep pembangunan
berkelanjutan ?
B. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang
berguna untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu merusak atau
menurunkan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Atau Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang
mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia secara berkelanjutan,
dengan cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber alam yang
menopangnya dalam suatu ruang wilayah daratan, lautan, dan udara sebagai satu kesatuan.
Pada dasarnya konsep ini merupakan strategi pembangunan yang memberikan batasan
pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah dan sumber daya yang ada didalamnya. Ambang
batas ini tidak absolut (mutlak) tetapi merupakan batas yang luwes (flexible) yang bergantung
pada teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam, serta kemampuan
biosfer dalam menerima akibat yang ditimbulkan dari kegiatan manusia.
Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan adalah semacam strategi dalam
pemanfaatan ekosistem alamiah dengan cara tertentu sehingga kapasitas fungsionalnya tidak
rusak untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia.
Hal ini bukan saja untuk kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga
untuk kesejahteraan masyarakat generasi mendatang. Dengan demikian diharapkan bahwa kita
tidak saja mampu melaksanakan pengelolaan pembangunan yang ditugaskan (to do the thing
right), tetapi juga dituntut untuk mampu mengelolanya dengan suatu lingkup yang lebih
menyeluruh (to do the right thing).
Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut:
a. Menjamin pemerataan dan keadilan social
Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial harus
dilandasi hal-hal seperti ; meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi, meratanya
peran dan kesempatan perempuan, meratanya ekonomi yang dicapai dengan
keseimbangan distribusi kesejahteraan. Namun pemerataan bukanlah hal yang secara
langsung dapat dicapai. Pemerataan adalah konsep yang relatif dan tidak secara
langsung dapat diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan adalah hal yang
menyeluruh, kesenjangan pendapatan negara kaya dan miskin semakin melebar, walaupun
pemerataan dibanyak negara sudah meningkat. Aspek etika lainnya yang perlu menjadi
perhatian pembangunan berkelanjutan adalah prospek generasi masa datang yang tidak
dapat dikompromikan dengan aktivitas generasi masa kini. Ini berarti pembangunan
generasi masa kini perlu mempertimbangkan generasi masa datang dalam memenuhi
kebutuhannya.
b. Menghargai keanekaragaman (diversity)
Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa
sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa datang.
Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan ekosistem. Pemeliharaan
keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan yang merata terhadap setiap orang dan
membuat pengetahuan terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti.
c. Menggunakan pendekatan integrative
Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia
dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat atau merusak.
Hanya dengan memanfaatkan pengertian tentang konpleknya keterkaitan antara sistem alam
dan sistem sosial. Dengan menggunakan pengertian ini maka pelaksanaan pembangunan
yang lebih integratif merupakan konsep pelaksanaan pembangunan yang dapat
dimungkinkan. Hal ini merupakan tantangan utama dalam kelembagaan.
d. Meminta perspektif jangka panjang
Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan, implikasi
pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi penilaian ini.
Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan dilaksanakan penilaian yang berbeda dengan
asumsi normal dalam prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah perspektif
pembangunan yang berkelanjutan. Hingga saat ini kerangka jangka pendek mendominasi
pemikiran para pengambil keputusan ekonomi, oleh karena itu perlu di pertimbangkan.
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang didasari oleh pemanfaatan
sumber daya secara berkelanjutan dan mempunyai ciri–ciri :
1. proses pembangunan berlangsung secara berkelanjutan dan didukung oleh sumber
dengan kualitas lingkungan dan manusia yang semakin berkembang;
2. sumber daya alam terutama udara, air, dan tanah memiliki ambang batas, sehingga
pemanfaatan secara berlebihan dapat mengurangi kualitas dan kuantitas sumber daya
alam sehingga mengurangi kemampuannya dalam menopang pembangunan
berkelanjutan dan menimbulkan gangguan pada keserasian hubungan manusia dengan
alam dan lingkungannya;
3. kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup, semakin baik mutu
lingkungan semakin positif pengaruhnya pada kualitas hidup, turunnya tingkat
kematian, dan lain–lain;
4. pola pembangunan sumber alam tidak menutup kemungkinan memilih peluang lain
pada masa depan dalam menggunakan sumber alam;
5. pembangunan ini memungkinkan generasi sekarang meningkatkan kesejahteraannya
tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan meningkatkan
kesejahteraannya.
Paradigma pembangunan berkelanjutan harus dipahami sebagai etika politik pembangunan,
yaitu sebuah komitmen moral tentang bagaimana seharusnya pembangunan itu diorganisir dan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Dalam kaitan dengan itu, paradigma pembangunan
berkelanjutan bukan sebuah konsep tentang pentingnya lingkungan hidup. Paradigma
pembangunan berkelanjutan juga bukan tentang pembangunan ekonomi. Ini sebuah etika
politik pembangunan mengenai pembangunan secara keseluruhan dan bagaimana
pembangunan itu seharusnya dijalankan.
Cita-cita dan agenda utama pembangunan berkelanjutan tidak lain adalah upaya untuk
mensinkronkan, mengintegrasikan, dan memberi bobot yang sama bagi tiga aspek utama
pembangunan, yaitu aspek ekonomi, aspek sosial-budaya, dan aspek lingkungan hidup.
Pembangunan ekonomi, social budaya, dan lingkungan hidup harus dipandang sebagai terkait
erat satu sama lain, sehingga unsur-unsur dari kesatuan yang saling terkait ini tidak boleh
dipisahkan atau dipertentangkan satu dengan yang lainnya.
2. Prinsip-prinsip penataan ruang laut pesisir
a. Peran serta Masyarakat dan Pelaku Pembangunan
Penataan ruang dapat dilihat sebagai kebijakan publik yang mengoptimalisasikan
kepentingan antar pelaku pembangunan (pemerintah, swasta dan masyarakat) dalam
pemanfaatan ruang laut pesisir dan pulau-pulau kecil, sehingga di dalam proses
perencanaan tata ruang yang demokratis dan akomodatif terhadap semua kepentingan
pelaku pembangunan. Pengalaman-pengalaman masa lalu banyak menunjukkan bahwa
perencanaan yang prosedural, normatif dan kurang mengakomodasikan kepentingan
para pelaku pembangunan yang ada di dalam proses penyusunannya, menjadi kurang
dapat diimplentasikan karena menghadapi berbagai kendala di lapangan. Rencana-
rencana seperti itu selain kurang aspiratif juga cenderung tidak diakui, tidak diterima
dan tidak ditaati didalam pelaksanaannya.
b. Kompensasi
Masyarakat selama ini tidak mengetahui ataupun diberi hak untuk menegosiasikan
penyelesaian konflik, ataupun aspek kompensasi terhadap konsekuensi-konsekuensi
biaya dampak yang ditimbulkan oleh akibat diberlakukannya rencana tata ruang pada
suatu kawasan, baik terhadap timbulnya dampak lingkungan fisik ataupun sosial-
ekonomi.
c. Otonomi Daerah dan Desentralisasi
Undang-Undang No.22/1999 tentang pemerintah daerah memberi peluang kepada
daerah agar leluasa mengatur dan melaksanakan kewenangan atas dasar prakarsa
sendiri sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat dan potensi setiap daerah.
Kewenangan daerah tersebut dilaksanakan secara luas, utuh dan bulat yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi pada semua bidang.
Dalam kerangka negara kesatuan, meskipun daerah diberikan otonomi secara
luas, tetapi tetap diperlukan adanya konsistensi baik hal keterpaduan substansi maupun
kesamaan visi-misi secara nasional. Oleh karena itu sesuai dengan kewenangannya,
pemerintah pusat berkepentingan dalam merumuskan kebijakan-kebijakan strategis dan
pedoman-pedoman teknis yang berlaku secara umum.
d. Penentuan Zona Preservasi, Konservasi dan Pemanfaatan Intensif
Prinsip pembangunan berkelanjutan diterapkan pada penataan ruang dengan terlebih
dahulu membagi ruang kedalam zona preservasi, konservasi dan pemanfaatan intensif.
Clark (1976) mendefinisikan daerah preservasi, pemanfaatan intensif dan konservasi
sebagai berikut :
- Zona preservasi adalah zona yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan publik baik
itu rekreasi, ekonomi, estetika maupun daerah proteksi banjir, namun daerah ini
direkomendasikan untuk dilindungi dari kegiatan pembangunan yang dapat merusak
ekosistem. Termasuk didalamnya mangrove, rawa yang produktif dan bernilai bagi
masyarakat pesisir.
- Zona pemanfaatan intensif adalah zona yang secara fisik dapat dibangun, daerah ini
dapat dibangun langsung atau dengan syarat hanya perubahan yang kecil.
- Zona konservasi meliputi kawasan lindung yang secara ekologis sangat kritis untuk
dibangun, zona ini berfungsi sebagai penyanggah antara zona preservasi dan daerah
pemanfaatan intensif.
e. Penentuan Sektor Unggulan
Sektor unggulan merupakan sektor potensial untuk dikembangkang pada zona
konservasi dan zona pemanfaatan intensif. Sektor tersebut memiliki kriteria, yaitu:
penghasil devisa, menyerap tenaga kerja banyak dll.
f. Penentuan Struktur Tata Ruang
Struktur tata ruang wilayah yang meliputi sistem jaringan dan pusat-pusat kegiatan
yang membentuk ruang fisik wilayah harus mendukung dan kondusif bagi
pengembangan sektor unggulan yang telah ditentukan, khususnya dalam hal kegiatan
pemanfaatan ruang atau kegiatan pembangunan yang menggunakan faktor-faktor
produksi ( seperti tenaga kerja, kapital, teknologi dll.) dan memiliki eksternalitas
negatif baik dampak yang berupa bahan pencemar, sedimen, maupun terhadap
perubahan bentang alam, dll.
g. Tata Ruang Sistem Wilayah Aliran Sungai
Perlunya keterpaduan dengan kegiatan penataan ruang dalam sistem wilayah aliran
sungai di lahan atasnya. Kegiatan pemanfaatan ruang di wilayah aliran sungai tersebut
harus mengikuti persyaratan lingkungan bagi pengembangan sektor unggulan serta
persyaratan yang berlaku pada zona preservasi di wilayah pesisir.
h. Jarak antar Zona Preservasi dengan Eksternalitas Negatif
Jarak minimal antar Zona preservasi dengan kegiatan penataan ruang yang
mengeluarkan eksternalitas negatif ( pencemaran, sedimen, dlll.) ditentukan
berdasarkan daya sebar eksternalitas tersebut dari sumbernya, yaitu :
i. Musyawarah dan Hak Adat/ Tradisional
Keputusan terhadap konflik kepentingan dalam kegiatan pemanfaatan ruang yang
terjadi antara para pelaku pembangunan diselesaikan melalui pendekatan musyawarah,
dan media partisipatif lainnya.
C. Pembahasan
Berdasarkan prinsip – prinsip penataan lingkungan pesisir tersebut, maka dapat dilakukan
berbagai aspek pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir. Yang pertama dari sector
ekonomi. Daerah pesisie dapat di kembangkan sebagai daerah wisata. Tentunya dengan
pengelolaan yang bagus, kelestarian wilayah pesisir itu dapat tetap terjaga. Pembukaaan
wilayah pesisir sebagai daerah wisata tersebut dapat berupa wisata pendidikan. Setiap
pengunjung yang dating ke wilayah pesisir di berikan sebentuk kegiatan pendidikan untuk
menjaga kebersihan lingkungan dan tidak merusak keberadaan wilayah pesisir tersebut. Selain
pemeliharaan oleh pengunjung, wilayah pesisir juga dapat dipelihara oleh perusahaan yang
berhak memberikan naungan terhadap daerah pesisir tersebut.
Selain sector ekonomi, sector social dan budaya juga mempengaruhi pembangunan
berkelanjutan di wilayah pesisir. Kebiasaan hidup masyarakat setempat yang diatur oleh adat
dan norma dapat menjaga hingga generasi selanjutnya. Dan yang terakhir pembangunan
wilayah pesisir dapat ditinjau dari segi lingkungan hidup. Pengadaan konservasi lahan dan
pengendalian ekosistem yang ada di wilayah pesisir dapat membangun wilayah pesisir dan
tetap terjaga kelestariannya hingga generasi selanjutnya. Sehingga wilayah pesisir tetap tertata
dan dapat dikembangkan, serta tetap ada dan diharapkan kelestarian tetap terjaga, dan
pembangunan tetap dilanjutkan hingga kekayaan pesisir Indonesia dapat diwariskan ke
generasi selanjutnya.
D. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan :
a. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang
berguna untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu merusak
atau menurunkan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
b. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut:
- Menjamin pemerataan dan keadilan social
- Menghargai keanekaragaman (diversity)
- Menggunakan pendekatan integrative
- Meminta perspektif jangka panjang
c. Prinsip-prinsip penataan ruang laut pesisir
- Peran serta Masyarakat dan Pelaku Pembangunan
- Kompensasi
- Otonomi Daerah dan Desentralisasi
- Penentuan Zona Preservasi, Konservasi dan
- Pemanfaatan Intensif
- Penentuan Sektor Unggulan
- Penentuan Struktur Tata Ruang
- Tata Ruang Sistem Wilayah Aliran Sungai
- Jarak antar Zona Preservasi dengan Eksternalitas Negatif
- Musyawarah dan Hak Adat/ Tradisional
Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Pengertian dan Ruang Lingkup Pembangunan Berkelanjutan.
http://newberkeley.wordpress.com/2010/07/02/pengertian-dan-ruang-lingkup-
pembangunan-berkelanjutan/. Diakses pada 18 Oktober 2012
Kodatie, Robert J dan Roestam Syarif. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta : Andi
Kumaat, Joy Christian. 2007. PENTINGNYA PENGELOLAAN TATA RUANG
WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL.
http://jchkumaat.wordpress.com/2007/02/18/pentingnya-pengelolaan-tata-
ruang-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil/. Diakses pada 27 Oktober 2012
Rahmawaty. 2010. Pengelolaan Kawasan Pesisir Dan Kelautan Secara Terpadu
Dan Berkelanjutan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/930/1/hutan-rahmawaty10.pdf.
Diakses pada 18 Oktober 2011