ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

76
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian bangsa tumbuh dan berkembang, seiring dengan pemanfaatan sumber daya alam oleh manusia secara produktif untuk memenuhi kebutuhan hidup. Manusia memiliki kebutuhan hidup yang tidak terbatas sedangkan sumber daya alam memiliki sifat yang terbatas. Kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas dilakukan berbagai cara sehingga memberikan kepuasan melalui pemanfaatan sumber daya tersebut. Kebutuhan hidup manusia terdiri dari kebutuhan primer dan sekunder. Kebutuhan primer merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi atau kebutuhan utama seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, air, udara dan lain-lain, sedangkan kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan yang melengkapi kebutuhan pokok seperti mobil, sepeda motor, sepeda dan barang lainnya yang digunakan untuk menunjang aktivitas manusia. Adanya kebutuhan-kebutuhan tersebut,

Upload: breemerj

Post on 23-Jun-2015

274 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Banyaknya desa tertinggal yang tidak dapat dijangkau oleh Gubernur tetapi dalam pilkada... mereka memberikan suara kepada Nur Alam dan dibalas dengan kehampaan

TRANSCRIPT

Page 1: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perekonomian bangsa tumbuh dan berkembang, seiring dengan pemanfaatan

sumber daya alam oleh manusia secara produktif untuk memenuhi kebutuhan

hidup. Manusia memiliki kebutuhan hidup yang tidak terbatas sedangkan sumber

daya alam memiliki sifat yang terbatas. Kegiatan manusia untuk memenuhi

kebutuhan yang tidak terbatas dilakukan berbagai cara sehingga memberikan

kepuasan melalui pemanfaatan sumber daya tersebut.

Kebutuhan hidup manusia terdiri dari kebutuhan primer dan sekunder.

Kebutuhan primer merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi atau kebutuhan

utama seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, air, udara dan lain-lain, sedangkan

kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan yang melengkapi kebutuhan pokok

seperti mobil, sepeda motor, sepeda dan barang lainnya yang digunakan untuk

menunjang aktivitas manusia. Adanya kebutuhan-kebutuhan tersebut, membuat

setiap individu dalam keluarga dan kelompok masyarakat berupaya untuk

memenuhinya dengan tujuan mencapai kepuasan.

Pemenuhan kebutuhan hidup tidak terlepas dari tindakan-tindakan ekonomi.

Tindakan ekonomi berkembang dalam kehidupan manusia, seiring dengan adanya

usaha manusia untuk mengelola sumber daya alam yang terbatas untuk memenuhi

kebutuhan hidup yang tidak terbatas. Sumber daya alam tersebut sangat beragam

dan tidak tersedia dalam bentuk produk siap pakai tetapi membutuhkan tindakan

Page 2: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

2

untuk mengolah sumber daya alam untuk menghasilkan barang yang dapat

memenuhi kebutuhan manusia.

Pengelolaan sumber daya alam yang sifatnya terbatas dilakukan untuk

menghasilkan barang yang dapat memenuhi kebutuhan hidup merupakan tindakan

ekonomi. Sementara itu bekerja untuk mendapatkan penghasilan pada berbagai

lapangan kerja merupakan sifat manusia sebagai angkatan kerja yang dipekerjakan

guna mewujudkan hasil kerja yang dibalas dengan pemberian upah atau gaji sesuai

dengan hasil pekerjaannya. Hal ini menunjukkan adanya usaha manusia untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi yang bukan saja dari hasil pengolahan sumber daya

alam tetapi melalui hasil kerja.

Kebutuhan ekonomi dipengaruhi oleh pendapatan, konsumsi, dan simpanan

masyarakat. (Sudarsono, 2000:48). Pendapatan masyarakat merupakan hal penting

dalam memenuhi kebutuhan hidup terutama untuk membelanjakan kebutuhan

rumah tangga, konsumsi seperti makanan, pakaian dan barang konsumsi lainnya

sedangkan simpanan masyarakat selain uang, juga dapat berupa barang yang

memiliki nilai guna (utility) pada masa mendatang.

Sumber daya manusia menjadi faktor yang mempengaruhi perekonomian

karena berkaitan erat dengan produktivitas dan setiap angkatan kerja yang

produktif akan menjadi aset terhadap pertumbuhan ekonomi dan mendorong tingkat

perekonomian melalui hasil-hasil produksi, sementara angkatan kerja yang tidak

produktif menghambat pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan produktivitas.

Hal tersebut menunjukkan bahwa perekonomian juga ditentukan oleh sumber daya

manusia.

Page 3: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

3

Perekonomian masyarakat pedesaan diperhadapkan dengan pertumbuhan

ekonomi yang bersumber dari kemandirian masyarakat desa untuk mengelola

sumber daya alam dan faktor-faktor produksi lainnya untuk dijadikan sebagai

sumber pendapatan masyarakat. Wilayah pedesaan sumber daya alam yang belum

diolah sepenuhnya untuk mengelola hal tersebut. Olehnya itu dibutuhkan sumber

daya manusia yang mampu memanfaatkan kekayaan alam di desa sebagai sumber

pendapatan dan lapangan kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Desa Wonua Kongga merupakan salah satu wilayah pedesaan yang berada di

Kecamatan Laeya dengan luas 1.200 ha dan jumlah penduduk 501 jiwa atau 134

kepala keluarga yang bekerja pada berbagai lapangan kerja seperti bertani, nelayan

dan pegawai negeri sipil. Pendapatan perkapita masyarakat desa Wonua Kongga

tahun 2008 Rp.166.667 per tahun (BPS Konsel, 2009) sedangkan pendapatan

perkapita masyarakat Kabupaten Konawe Selatan dalam tahun 2009 sebesar

Rp.645.850. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan perkapita masyarakat Desa

Wonua Kongga hanya sebesar 5,8% dari jumlah pendapatan perkapitan masyarakat

Kabupaten Konawe Selatan sehingga masyarakat membutuhkan adanya

peningkatan faktor-faktor produksi yang meliputi sumber daya manusia dan sumber

daya alam.

Kondisi ekonomi rumah tangga masyarakat desa Wonua Kongga dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan dan status kesehatan masyarakat selain itu sumber daya

alam seperti hasil perikanan masih belum dikelola dengan baik walaupun

terbentang luas, namun produktivitas masyarakat masih rendah. Rendahnya

Page 4: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

4

produktivitas masyarakat menyebabkan rendahnya tingkat pendapatan yang secara

langsung berhubungan dengan kondisi perekonomian rumah tangga masyarakat.

Upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di desa Wonua Kongga

tidak lepas dari pemanfaatan faktor-faktor produksi, seperti modal, tenaga kerja,

lahan sumber daya alam dan sejumlah faktor lainnya

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul faktor-faktor yang

mempengaruhi perekonomian masyarakat (Studi Pada Desa Wonua Kongga

Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka masalah

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Faktor-faktor apa yang

mempengaruhi perekonomian masyarakat di Desa Wonua Kongga Kecamatan

Laeya Kabupaten Konawe Selatan”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi perekonomian masyarakat di Desa Wonua Kongga Kecamatan

Laeya Kabupaten Konawe Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dalam meningkatkan perekonomian

rumah tangganya

Page 5: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

5

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan

pengembangan ekonomi masyarakat

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan

penelitian ini.

1.5 Ruang Lingkung Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang

mempengaruhi perekonomian masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan

Laeya yang meliputi Pendapatan, Sumber Daya Alam dan Sumber Daya

Manusia.

Page 6: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pendapatan

Pengertian pendapatan, dapat dijelaskan dari dua sisi rumah tangga atau

dikenal dengan istilah pendapatan nasional/regional dan sisi rumah tangga

masyarakat atau individu yang dikenal pendapatan perkapita.

Partadiredja (2000 : 72) mengemukakan bahwa

Pendapatan warga masyarakat adalah balas jasa sebagai pengembalian

penggunaan faktor produksi yang dimiliki. Selanjutnya dikatakan bahwa

pendapatan warga masyarakat adalah nilai seluruh barang-barang dan jasa yang

diproduksi oleh suatu masyarakat dalam satu tahun tertentu.

Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan masyarakat

adalah jumlah nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu masyarakat

atau daerah dalam suatu periode tertentu.

Jadi pada prinsipnya, pendapatan seorang warga masyarakat dalam pendapatan

regional, karena warga masyarakat tersebut merupakan pemilik faktor produksi

yang digunakan dalam suatu proses produksi didaerahnya.

Muyasaroh (2003 : 2) mengemukakan bahwa

Pendapatan adalah arus masuk aktiva dan atau penyelesaian kewajiban dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, dan aktivitas pencarian laba lainnya yang merupakan operasi yang utama berkesinambungan selama suatu periode. Pendapatan untuk suatu periode umumnya ditentukan tersendiri terlepas dari beban dengan menerapkan prinsip pengakuan pendapatanSelanjutnya Winardi (2003 118) mengemukakan bahwa

Page 7: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

7

Pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang diperoleh dari pemanfaatan modal atau kekayaan. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan seseorang adalah jumlah penggunaan kekayaan atau jasa-jasa yang dimilikinya baik dalam bentuk uang maupun berbentuk materi lainnya.

Harahap (1997 : 13) mengemukakan bahwa Peningkatan taraf hidup atau

penerapan pendapatan dalam masyarakat merupakan suatu masalah yang saling

berhubungan. Peningkatan taraf hidup berarti terpenuhinya kebutuhan konsumen

nyata, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.

Pendapat di atas merupakan tingkat pendapatan yang diperoleh dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan, karena hal ini berhubungan dengan tingkat konsumsi

dan tingkat kepuasan yang diterima oleh setiap individu.

Selanjutnya Badan Pusat Statistik (2007) menggolongkan pendapatan dan

penerimaan rumah tangga ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu :

1. Pendapatan berupa uang adalah penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan diterima biasanya sebagai jasa atau kontrak prestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta lain-lain, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas, laba dari penjualan barang yang dipelihara seperti hasil investasi, tanah, gaji pensiun dan tunjangan sosial.

2. Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa, akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk balas jasa. Misalnya pembayaran upah, gaji yang dinilai dengan beras, pengobatan, perumahan dan rekreasi.

3. Penerimaan uang dan barang yang dipakai pedoman adalah segala penerimaan yang bersifat transfer redistribusi dan biasanya membawa perubahan ke dalam rumah tangga. Misalnya penjualan barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, warisan dan penagihan piutang.

Pendapat di atas, dapat diartikan bahwa pendapatan yang diperoleh rumah

tangga dapat berupa uang atau barang yang diuangkan. Ditinjau dari sudut

Page 8: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

8

ekonomi, mutu kehidupan masyarakat atau individu sangat ditentukan oleh tingkat

pendapatan yang diperoleh baik yang berupa uang atau barang.

Hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat taraf hidup seseorang, Harahap

(1997 : 150) menjelaskan bahwa

Tingkat taraf hidup diartikan sebagai tingkat kesejahteraan. Sedangkan kesejahteraan itu sendiri dapat diartikan sebagai kemakmuran, yang juga berarti cukup atau tidak kekurangan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka pendapatan adalah hasil

penggunaan/penjualan faktor-faktor produksi atau asset yang dimilikinya atau

dengan kata lain pendapatan diartikan sebagai hasil kerja seseorang, baik dalam

bentuk penggunaan kekayaan maupun jasa-jasa dinilai dengan uang.

Hasibuan (2002:132) mengemukakan bahwa

Kriteria pendapatan yang ditetapkan dalam standar pendapatan nasional dan

salah satu tolak ukur tingkatan pendapatan dibagi dalam kriteria sebagai berikut :

1. Pendapatan rendah

a. Pendapatan rendah yaitu Rp.1.000.000 – Rp.10.000.000. pertahun atau

rata-rata Rp.750.000 perkapitan per bulan.

b. Tidak memiliki pekerjaan tetap

c. Tidak memiliki tempat tinggal tetap (Sewa)

d. Tingkat pendidikan yang terbatas.

2. Pendapatan sedang

a. Pendapatan sedang yaitu Rp.10.000.000 – Rp.25.000.000 atau Rp.

1.250.000 perkapita perbulan.

Page 9: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

9

b. Memiliki pekerjaan tetap

c. Memiliki tempat tinggal sederhana

d. Memiliki tingkat pendidikan.

3. Pendapatan tinggi

a. Pendapatan tinggi yaitu Rp.25.000.000 – Rp.50.000.000 atau rata-rata

Rp.2.083.333 perkapita per bulan.

b. Memilik lahan dan lapangan kerja

c. Memiliki tempat tinggal tetap

d. Memiliki tingkat pendidikan

Ukuran pendapatan juga bisa dihitung melalui pendekatan pendapatan.

Pendekatan pendapatan untuk mengukur kemiskinan ini mengasumsikan bahwa

seseorang dan rumah tangga dikatakan miskin jika pendapatan atau konsumsi

minimumnya berada di bawah garis kemiskinan. Ukuran-ukuran kemiskinan ini

dihitung melalui (Hasibuan, 2002:133):

1. Head Count Index

Head Count Index ini menghitung persentase orang yang ada di bawah garis

kemiskinan dalam kelompok masyarakat tertentu.

2. Sen Poverty Index

Sen Poverty Index memasukkan dua faktor yaitu koefisien Gini dan rasio Head.

Koefisien Gini mengukur ketimpangan antara orang miskin. Apabila salah satu

faktor-faktor tersebut naik, tingkat kemiskinan bertambah besar diukur

dengan Sen.

Page 10: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

10

3. Poverty Gap Index

Poverty Gap Index mengukur besarnya distribusi pendapatan orang miskin

terhadap garis kemiskinan. Pembilang pada pendekatan ini menunjukkan jurang

kemiskinan (poverty gap), yaitu penjumlahan (sebanyak individu) dari

kekurangan pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan. Sedangkan

penyebut adalah jumlah individu di dalam perekonomian (n) dikalikan dengan

nilai garis kemiskinan. Dengan ukuran ini, tingkat keparahan kemiskinan mulai

terakomodasi. Ukuran kemiskinan akan turun lebih cepat bila orang-orang yang

dientaskan adalah rumah tangga yang paling miskin, dibandingkan bila

pengentasan kemiskinan terjadi pada rumah tangga miskin yang paling tidak

miskin.

2.2 Permintaan dan Penawaran

Prospek pemasaran suatu produk dimasa datang tergantung dari jumlah

permintaan dan penawaran atas produk atau jasa tersebut dengan tingkat harga dan

jumlah produk yang tersedia, sehingga dapat memenuhi kebutuhan ekonomi.

Sebelum kita menelaah tentang pengertian permintaan barang, lebih dahulu kita

mengetahui tentang hukum pemintaan dengan kemiringan negatif yang

dikemukakan oleh Paul A. Semuelson dan William D. Nordhaus dalam terjemahan

oleh A. Jaka Wasana M (1990 : 161) mengemukakan bahwa makin tinggi harga

suatu barang, makin sedikit permintaan atas barang tersebut (dengan catatan bahwa

faktor-faktor lain tidak berubah) atau dijelaskan bahwa bila produsen ingin

Page 11: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

11

menambah jumlah barang di pasar, faktor-faktor lain tidak berubah, maka jumlah

barang akan lebih banyak terjual, hanya bila harga diturunkan.”

1. Pengertian Permintaan

Bertolak dari hukum permintaan dan pendapat dari para pakar yang

mengartikan permintaan, antara lain Nopirin. (1996 : 86) mengemukakan

bahwa :

Permintaan adalah berbagai kombinasi harga dan jumlah sesuatu barang yang

ingin dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga untuk suatu

periode tertentu. Permintaan individu akan satu barang menunjukkan jumlah

produk/jasa yang siap dibeli pada berbagai kemungkinan tingkat harga.

Pappas dan Hirschey (1995 : 104) yang mengemukakan bahwa permintaan

adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh para

pelanggan selama periode tertentu berdasarkan sekelompok kondisi tertentu.

Kondisi-kondisi yang harus dipertimbangkan mencakup harga, harga barang

yang bersangkutan, ketersediaan barang yang berkaitan, perkiraan akan

perubahan harga, pendapatan konsumen, selera dan preferensi konsumen,

pengeluaran periklanan dan sebagainya.

Dijelaskan pula bahwa permintaan individu tergantung dari dua faktor

yaitu nilai yang dikaitkan dengan pemerolehan dan penggunaan barang dan

jasa yang bersangkutan, dan kemampuan untuk memperolehnya. Keinginan

tanpa daya beli, mengarah pada kemauan, tetapi tidak ada permintaan.

Sudarsono (1992 : 15) mengemukakan bahwa permintaan suatu barang

adalah berbagai kemungkinan jumlah barang atau jasa yang diminta oleh

Page 12: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

12

pembeli pada berbagai tingkat harga untuk periode waktu tertentu dan dalam

suatu pasar tertentu”.

Dijelaskan pula oleh Sudarsono (1992 : 18-20) bahwa perubahan

jumlah barang yang diminta dipengaruhi oleh dua efek yaitu efek pendapatan

dan efek pengganti yang mana kedua efek ini menunjukkan bahwa turunnya

harga dari suatu barang akan mengakibatkan jumlah barang yang diminta akan

naik dan sebaliknya apabila harga suatu barang naik mengakibatkan jumlah

barang yang diminta turun.

2. Pengertian Penawaran

Pappas dan Hirschey (1995 : 106) mengemukakan bahwa penawaran

adalah hubungan antara berbagai jumlah produk/jasa yang akan dijual pada

berbagai tingkat harga. Kondisi-kondisi yang harus dipertimbangkan,

mencakup harga barang yang bersangkutan, harga dan ketersediaan barang

yang berkaitan, perkiraan perubahan harga, pendapatan konsumen, selera dan

preferensi konsumen, pengeluaran periklanan, dan sebagainya.

Sudarsono, (1992 : 25) mengemukakan bahwa penawaran suatu barang

adalah berbagai kemungkinan jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual

diberbagai tingkat harga dan pada periode tertentu. Dimana fungsi penawaran

adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang atau jasa

dengan barang tersebut, artinya banyak sedikitnya barang atau jasa yang

dijual,hal ini sesuai dengan hukum penawaran yang menyatakan bahwa

semakin tinggi harga, semakin tinggi pula jumlah barang yang ditawarkan.

Page 13: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

13

Sudarsono (1992 : 24) mengemukaka bahwa fungsi Penawaran adalah fungsi

yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang dan jasa dengan harga tersebut.

Artinya sedikit banyaknya barang dan jasa yang dijual tergantung pada tinggi

rendahnya harga barang tersebut. Perubahan sedikit banyaknya barang atau jasa

yang dijual ini sesuai dengan hukum penawaran yang menyatakan bahwa semakin

tinggi harga semakin banyak pula jumlah barang yang ditawarkanatau sebaliknya

2.3 Konsep Tenaga Kerja

Pengertian ketenagakerjaan secara inklusi mencakup Tenaga Kerja (TK),

Angkatan Kerja (AK) dan Kesempatan Kerja (KK) yang masing-masing

mempunyai pengertian tersendiri. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasikan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Angkatan

kerja adalah Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja

pada pengusaha dengan menerima upah, sedangkan kesempatan kerja adalah

peluang pekerjaan yang disediakan oleh pemilik pekerjaan kepada setiap pekerja

yang memenuhi persyaratan untuk bekerja. (UU Ketenagakerjaan No. 32 Tahun

2003)

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang paling vital, karena

tanpa tenaga kerja proses produksi tidak terlaksana dengan baik. Menurut ahli

ekonomi klasik, elemen-elemen dari produksi adalah tenaga kerja, disamping tanah

dan modal.

Page 14: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

14

Ravianto. J (1996:32) mengemukakan bahwa tenaga kerja merupakan

bentuk keunikan tingkah laku dari jenis manusia dan meningkatkan produktivitas

dengan memperbaiki kondisi kerja merupakan landasan bagi pengisian hidup secara

baik serta memberikan arti bagi kehidupan manusia.

Pengertian di atas menunjukkan bahwa tenaga kerja digolongkan secara luas

mencakup tenaga kerja intelektual dan tenaga kerja fisik serta mencakup setiap

aspek kehidupan kerja. Hal ini berarti bahwa individu dipandang sebagai kesatuan

sosial.

Payaman J. Simanjuntak (2002 : 23) mengemukakan pengertian tenaga

kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang

mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus

rumah tangga.

Berdasarkan pengertian di atas berarti tenaga kerja sudah mencakup

angkatan kerja yang belum bekerja, Disamping itu tenaga kerja terdiri dari tenaga,

buruh, pengusaha, pemerintah dan sebagainya. Akan tetapi tenaga kerja diartikan

sebagai sumber daya manusia yang bisa diharapkan partisipasinya dalam usaha

meningkatkan produktivitasnya.

Tambunan T. (2006 : 2), mengemukakan bahwa seorang penduduk

dikatakan bekerja bila penduduk tersebut melakukan kegiatan dengan maksud

memperoleh penghasilan atau keuangan selama paling sedikit satu jam sehari

(termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu suatu usaha) dalam

seminggu sebelum wawancara, bekerja satu jam tersebut harus dilakukan berturut-

turut dan tidak boleh terputus.

Page 15: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

15

Selanjutnya Suroto (1998 : 2) mengemukakan bahwa pasar kerja adalah

seluruh kebutuhan tenaga kerja dan persediaan tenaga kerja dalam masyarakat, atau

seluruh permintaan dan penawaran tenaga kerja dalam masyarakat, dengan seluruh

mekanisme yang memungkinkan adanya transaksi produktif antara orang yang

menawarkan tenaganya dengan pihak pengusaha yang membutuhkan tenaga

tersebut.

Handoko Hani T (1984 : 390) berbagai prinsip yang berlaku diperhatikan

dalam manajemen tenaga kerja adalah :

1. Memadukan tenaga kerja dengan pekerjaan.

Prinsip ini mengandung arti bahwa orang-orang harus dipilih untuk pekerjaan-

pekerjaan atas dasar berbagai perbedaan karakteristik dan profesi individual.

2. Menetapkan standar-standar pelaksanaan.

Standar-standar pelaksanaan kerja harus ditetapkan untuk semua pekerjaan agar

tanggung jawab dan apa yang diharapkan para tenaga kerja.

3. Memberikan penghargaan atas prestasi kerja.

Bila standar-standar telah ditetapkan, manajemen perlu memberikan

penghargaan kepada para tenaga kerja yang dapat mencapai atau melebihi

standar untuk motivasi kerja.

4. Merumuskan secara jelas tanggung jawab tenaga kerja.

Bila tanggung jawab pekerjaan tidak jelas dan berubah-ubah dan para pekerja

akan frustasi. Hasilnya dapat berupa kualitas rendah dan konflik di antara

individu-individu.

Page 16: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

16

2.4 Konsep Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan

pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan

disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara.

Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic

growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan

sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.

(Supriyanto, 1998:54)

Agus Mulyana (2004:57) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah

proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam

bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami

pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut.

Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan

ekonomi. Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi

keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar

pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan

ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga

terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada

berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik.

Mardiasmo (2004:29) mengemukakan bahwa sumber daya alam yang dimiliki

mempengaruhi pembangunan ekonomi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor

Page 17: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

17

tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor

nonekonomi.

Hasibuan (2002:15) mengemukakan faktor ekonomi yang mempengaruhi

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam,

sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.

Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan

tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat

mempengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan

bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk

mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi

(disebut juga sebagai proses produksi).

Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional

melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan

pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas

penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada.

Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan

mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan

mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat

penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-

barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas. Faktor nonekonomi

mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik, dan sistem

yang berkembang dan berlaku.

Page 18: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

18

Hasibuan (2002:15) mengemukakan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan

untuk mengembangkan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya atau Suatu proses

yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka

panjang. Analisis Ekonomi Pembangunan = Permasalahan Negara Sedang

Berkembang.

2.5 Kerangka Pikir

Masyarakat Desa Wonua Kongga merupakan kelompok masyarakat yang

memiliki aktivitas sebagai petani untuk mengelola sumber daya alam termasuk

hasil perkebunan dan hasil perikanan yang diperoleh dalam kegiatan nelayan.

Selain itu masyarakat juga berusaha untuk meningkatkan perekonomian rumah

tangganya dengan memanfaatkan kekayaan alam di desa Wonua Kongga. Kondisi

perekonomian masyarakat diperhadapkan dengan kemampuan masyarakat dalam

mengelola sumber daya alam dan pendapatan dari hasil kerja pada berbagai

lapangan kerja.

Perekonomian masyarakat dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat, sumber

daya manusia (tenaga kerja) dan sumber daya alam (hasil perkebunan).

Kemampuan untuk mengelola sumber daya alam memungkinkan perekonomian

masyarakat dapat ditingkatkan pada masa mendatang. Untuk menganalisis

penelitian ini digunakan analisis regresi linear berganda untuk menjelaskan faktor-

faktor yang mempengaruhi perekonomian masyarakat di Desa Wonua Kongga

Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan yang pada gilirannya akan

memperoleh kesimpulan dan rekomendasi terhadap peningkatan perekonomian

Page 19: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

Masyarakat Desa Wonua Kongga

Perekonomian Masyarakat

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perekonomian

Masyarakat

Pendapatan Masyarakat

Tenaga Kerja Hasil perkebunan

Alat Analisis

Kesimmpulan dan Rekomendasi

19

masyarakat di desa Wonua Kongga . Untuk jelasnya kerangka pikir penelitian

disajikan pada gambar berikut :

Gambar 1. Kerangka Pikri Penelitian

Page 20: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

20

2.6 Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka

hipotesis penelitian adalah diduga faktor-faktor yang mempengaruhi

perekonomian masyarakat adalah pendapatan masyarakat, tenaga kerja dan

hasil kebun.

Page 21: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya Kabupaten

Konawe Selatan.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan kepala keluarga Wonua

Kongga sebanyak 134 kk. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan sampel secara segala dari

jumlah populasi sebesar 10% atau sebanyak 13 orang.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data

yang diperoleh langsung dari masyarakat berupa pendapatan, jumlah tenaga kerja,

dan alokasi pemanfaatan sumber daya alam (sumber daya perikanan, sumber daya

perkebunan, dan sumber daya hutan), sedangkan data sekunder yaitu data-data yang

telah didokumentasikan sehubungan dengan tujuan penelitian seperti data produksi,

luas wilayah dan data lainnya.

Page 22: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

22

3.3.2 Sumber data

Data primer yang bersumber dari masyarakat desa Wonua Kongga,

sedangkan data sekunder bersumber dari dokumentasi pada kantor desa Wonua

Kongga. Kantor Kecamatan dan BPS Konawe Selatan

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui dokumen yang ada pada kantor

desa Wonua Kongga, Kantor Camat dan BPS Konsel

2. Observasi lapangan yaitu pengumulan data berupa jenis pekerjaan pendapatan

dan data lainnya yang dilakukan secara langsung ke masyarakat.

3.5 Metode Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dengan

menggunakan metode sebagai berikut :

1. Editing yaitu metode pengolahan data dengan kegiatan mengedit dan memiliki

data-data yang relevan dengan penelitian

2. Coding yaitu metode untuk memberikan kode atau tanda terhadap data-data

yang akan digunakan dalam penelitian

3. Tabulating yaitu metode untuk memasukan data ke dalam tabel sesuai

kebutuhan penelitian.

4. Interpretating yaitu metode untuk memberikan penjelasan terhadap masing-

masing data yang telah ditabulasikan.

Page 23: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

23

3.6 Analisis Data

Analisis statistik inferensial yaitu suatu analisis yang dilakukan dengan

tujuan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah diajukan, pada penelitian ini

digunakan metode analisis desktriptif kualitatif guna menjelaskan tingkat

pendapatan, keadaan tenaga kerja, dan ketersediaan sumber daya alam dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu digunakan analisis regresi untuk

menganalisis faktor-faktor mempengaruhi perekonomian masyarakat dengan

menggunakan rumus :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan :

Y = Perekonomian masyarakat

a = konstanta

b1, b2, b3 = Koesfisien regresi

X1 = Modal

X2 = Tenaga Kerja

X3 = Hasil kebun

e = Tingkat kesalahan

Terdapat dua pengecualian agar koefisien X1, X2 dan X3 dapat diperbandingkan.

Pertama, pengukuran dilakukan pada skala yang sama. Kedua adalah dengan

melakukan standardisasi perubahan X1,X2, X3 dan Y dengan membagi perubahan-

perubahan dengan standar deviasi sehingga perubahan-perubahan tersebut tidak

mempunyai satuan. Hasilnya adalah koefisien regresi yang terstandardisasi dalam

koefisien Beta atau mempunyai standardized Beta (Piet Rietfield, 1994:37-38).

Page 24: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

24

Dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini tingkat kepercayaan yang

ditetapkan oleh peneliti 95% atau α = 0,05 sebagai indikasi signifikansi variabel

bebas terhadap variabel terikat dimana jika p-value < 0,05 berarti terdapat pengaruh

yang signifikan, sebaliknya jika p-value > 0,05 berarti tidak terdapat pengaruh yang

signifikan atau untuk mengetahui pengaruh variabel pendapatan masyarakat (X1),

sumber daya alam (X2) dan sumber daya manusia (X3) secara bersama-sama

terhadap perekonomian masyarakat (Y).

Jika nilai koefisien determinan, baik dilihat dari R2 maupun R-Square di atas

0,60, namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel

dependen, maka ditengarai model terkenal multikolinearitas.

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah model yang digunakan

merupakan model linear dimana peningkatan atau penurunan variasi pada kriterium

diikuti oleh peningkatan atau penurunan pada prediktor sehingga pola hubungan

membentuk garis lurus (Winarsunu, 2004)

3.6. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Perekonomian adalah keadaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang diukur

dari tingkat pendapatan, tingkat pemanfaatan sumber daya alam dan

kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola potensi yang ada di

wilayahnya

Page 25: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

25

b. Pendapatan masyarakat yaitu nilai produksi yang peroleh masyarakat yang

diterima dari hasil kerja pada lapangan kerja masing-masing dinyatakan dalam

satuan rupiah.

c. Sumber daya manusia adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja pada berbagai

sektor lapangan kerja yang dinyatakan dengan orang

d. Sumber daya alam adalah banyaknya jumlah produksi hasil perikanan, hasil

pertanian, dan hasil perkebunan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan satuan ton/kg/m3.

e. Tenaga kerja adalah masyarakat yang bekerja pada berbagai lapangan kerja di

Desa Wonua Kongga

f. Sarana dan prasarana yaitu fasilitas yang digunakan untuk mengelola sumber

daya alam yang ada di Desa Wonua Kongga.

Page 26: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis

Penelitian yang dilakukan di Desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya

ditujukan untuk faktor-faktor yang mempengaruhi perkeonomian masyarakat,

namun sebelumnya perlu disajikan gambaran umum lokasi penelitian

berdasarkan letak dan batas wilayah Desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya

Kabupaten Konawe Selatan dengan wilayah yang tergolong dataran dengan

topografi datar.

1. Letak dan Luas Wilayah

Batas wilayah desa Wonua Kongga dapat dijelaskan sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Labokeo

- Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Tiworo

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Torobulu

- Sebelah Barat berbatasan dengan Dusun 4 Desa Lanokeo

Batas wilayah pedesaan tersebut menunjukkan kondisi georgrafis desa

Wonua Kongga yang berada di pinggiran pantai dengan luas wilayah 1.200 ha.

Kaitan kondisi geografis dengan penelitian ini merujuk faktor-faktor yang

mempengaruhi perekonomian masyarakat desa Wonua Kongga.

Page 27: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

27

2. Topografi

Desa Wonua Kongga memiliki topografi berbukit. Rata-rata ketinggian

wilayah dari permukaan laut antara 50 hingga 150 meter dari permukaan laut.

Luas Lahan 1.200 ha telah dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Untuk

lebih jelas penulis sajikan pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1. Pemanfaatan Lahan Desa Wonua Kongga, Tahun 2009

No. Pemanfaatan LahanJumlah

(ha)Persentase

(%)

1 Pemukiman 375 31,25

2 Perkantoran 1,48 0,12

4 Perkebunan 568,00 47,33

5 Perdagangan 3,26 0,27

6 Sarana Pendidikan 1,02 0,09

7 Sarana ibadah 1 0,08

9 Hutan rakyat 250,24 20,85

Jumlah 1.200,00 100

Sumber Data : Kantor Desa Wonua Kongga, Tahun 2010

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa wilayah desa Wonua

Kongga telah dimanfaatkan untuk lahan pemukiman pendudukan seluas 375 ha

(31,25 persen), luas lahan untuk perkantoran di desa ini seluas 1,48 ha (0,12

persen), luas lahan untuk perkebuhan seluas 568 ha (47,33 persen) luas lahan

untuk yang digunakan untuk perdagangan seluas 3,26 ha (0,27 persen), luas

lahan untuk yang dimanfaatkan untuk sekolah seluas 1,02 ha (0,09 persen), luas

lahan yang digunakan untuk tempat ibadah seluas 1 ha, (0,08 persen), luas

Page 28: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

28

hutan rakyat yang ada di desa Wonua Kongga seluas 250,24 ha (20,85 persen).

Hal ini menunjukkan luas wilayah di desa Wonua Kongga termanfaatkan untuk

perkebunan rakyat dan sebagiannya masih merupakan hutan rakyat.

3. Komposisi Penduduk

Kepadatan penduduk pada desa Wonua Kongga tahun 2009 mencapai

501 Jiwa yang terdiri dari 134 kepala keluarga. Dari jumlah penduduk tersebut

terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 243 jiwa dan penduduk perempuan

sebanyak 258 jiwa. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan padaTabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2. Dsitribusi Penduduk Desa Wonua Kongga Menurut Kelompok Umur Tahun 2009

No.

Kelompok Umur Produktivitas

Kerja

Jenis KelaminJumlah (Jiwa)

Perkembangan (%)

Laki-Laki

(Jiwa)Perempuan

(Jiwa)

1 0 - 14 Belum Produktif 68 72 140 27,87

2 15 - 59 Produktif 171 182 353 70,39

3 60 ke atas Tidak Produktif 4 4 8 1.73

Jumlah 243 258 501 100

Sumber Data : Kantor Desa Wonua Kongga, Tahun, 2010

Berdasarkan data pada Tabel 4.2, menunjukkan bahwa distribusi

penduduk menurut kelompok umur tergolong belum produktif adalah mereka

berada pada kelompok umur 0 - 14 tahun yang berjumlah 140 jiwa atau 27,87

persen. Sedangkan penduduk golongan umur yang tidak produktif berumur 60

tahun ke atas berjumlah 8 Jiwa atau 1,73 persen Sementara itu penduduk yang

tergolong produktif berumur antara 15-59 tahun sebanyak 353 Jiwa atau 70,39

Page 29: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

29

persen dari 501 Jiwa penduduk desa Wonua Kongga. (BPS Kecamatan Laeya,

2010) Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendudukan Desa Wonua

Kongga Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan yang terbanyak adalah

tingkat umur produktif, dan penduduk yang paling sedikit adalah penduduk di

atas 60 tahun.

Mata pencaharian masyarakat di Desa Wonua Kongga di Kecamatan Laeya

berbeda-beda sesuai dengan bidang kerjanya, ada yang bekerja sebagai petani

kebun, buruh tani, dan nelayan. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan pada tabel

berikut :

Tabel 4.3. Mata Pencaharian Penduduk Desa Wonua Kongga Tahun 2009

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)Persentase

(%)

1.

2.

3.

4.

Petani

Buruh Nelayan

Nelayan

Tidak bekerja

68

185

166

82

13,57

36,93

33,13

16,37

  Jumlah 501 100

Sumber Data : Kantor Desa Wonua Kongga, Tahun 2010

Tabel 4.3. menunjukkan pendistribusian penduduk berdasarkan, mata

pencaharian adalah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani

sebanyak 60 orang (13,57 %), golongan penduduk yang bermata pencaharian

sebagau buruh nelayan sebanyaj 185 orang (36,93 %), penduduk yang bermaa

pencaharian sebagai nelayan sebanyak 166 orang (33,13 %), sementara itu

penduduk yang tidak bekerja sebanyak 82 orang (16,67 %). Hal ini

menunjukkan bahwa penduduk desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya

Page 30: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

30

Kabupaten Konawe Selatan kebanyakan bermata pencaharian sebagai buruh

nelayan.

Dari segi pendidikan, masyarakat yang ada di Desa Wonua Kongga

Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan mempunyai tingkat pendidikan

yang bervariasi. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan pada Tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Desa Wonua Kongga Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009

No. PendidikanJumlah(Jiwa)

Persentase( % )

1 Belum Sekolah 110 21,96

2 Buta Aksara 68 13,57

3 Tidak Tamat SD 63 12,68

4 SD 120 23,95

5 SMP 122 24,35

6 SMA 18 3,59

  Jumlah 501 100

Sumber Data : Kantor Desa Wonua Kongga, Tahun2010

Berdasarkan data pada Tabel 4.4, di atas menunjukkan bahwa penduduk

Desa Wonua Kongga mempunyai tingkat pendidikan yang bervariasi, ada yang

belum sekolah, hingga tamat SMA. Penduduk yang belum sekolah dan buta

aksara sebanyak 68 jiwa (13,57 %) yang menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan masyarakat di Desa Wonua Kongga masih rendah, mereka yang

belum sekolah tergolong masyarakat yang tidak menduduki bangku sekolah

dengan alasan ketidakmampuan ekonomi terutama menyangkut biaya

Page 31: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

31

pendidikan, begitu pula dengan mereka yang buta aksara dan tidak dapat

memperoleh pendidikan dengan baik. (Kantor Desa Wonua Kongga, 2010)

4.2 Potensi Desa Wonua Kongga

Berdasarkan kondisi alamnya, desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya

memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk dijadikan sebagai sumber

pendapatan yakni perikanan, perkebunan, peternakan dan sektor lainnya.

1) Perikanan

Sektor perikanan dalam arti luas merupakan sektor unggulan daerah karena

desa Wonua Kongga sebagai daerah pesisir dengan kegiatan nelayan

sebagai salah satu sumber pencaharian mereka untuk dijadikan sebagai

sumber pendapatan.. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian di sektor ini

adalah penggunaan teknologi tepat guna oleh nelayan, peningkatan kualitas

nelayan dan peningkatan kegiatan pemasaran hasil perikanan. Pembangunan

di sektor perikanan meliputi penyediaan sarana dan prasarana perikanan

kepada masyarakat nelayan di Desa Wanua Kongga..

Potensi perikanan desa Wonua Kongga meliputi perikanan laut dan

perikanan darat (tembak/empang). Jenis komoditi perikanan yang

dihasilkan seperti, ikan kurapu, cakalang, udang, kepiting bakau, kepiting

rajungan, ikan tembang, belanak, baronang, bandeng dan cumi.

2) Perkebunan

Potensi perkebunan lahan kering yang potensial untuk

pengembangan perkebunan dipekirakan 1.200 ha. Dimana 568 ha adalah

Page 32: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

32

areal perkebunan yang telah diusahakan masyarakat.

3) Peternakan

Populasi ternak di Desa Wonua Kongga mengalami perkembangan

yang cukup pesat dari tahun ke tahun. Populasi ternak yang mengalami

perkembangan yang bervariasi utamanya seperti ternak sapi, dan ayam. Hal

ini penulis sajian pada tabel berikut :

Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Desa Wonua Kongga Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009

TahunSapi (Ekor) Ayam (Ekor)

Jumlah % Jumlah %

2005 38 - 120 -

2006 32 -15,79 115 -4,17

2007 47 46,87 124 7,83

2008 33 -29,79 135 8,87

2009 25 24,24 128 -5,18

Rata-rata 35 124

Sumber Data : Kantor Desa Wonua Kongga, Tahun2010

Data pada tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa perkembangan produksi

ternak sapi dan ayam dlamdalam 5 tahun terakhir (2005-2009). Produksi ternak

sapi pada tahun 2005 sebanyak 38 ekor, mengalami penurunan pada tahun 2006

karena kurangnya produksi ternak sapi pada tahun 2006, pada tahun 2007

produksi ternak meningkat 46,87 %, namun kemudian turun pada tahun 2008

29,79 % dan pada tahun 2009 meningkat 24,24 %. Sementara itu produksi

ternak ayam mengalami perkembangan yang variasi, tahun 2005 produksi

ternak ayam sebanyak 120 ekor, dan mengalami penurunan pada 4,17 % pada

Page 33: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

33

pada tahun 2006, namun pada tahun 2007 produksi ternak ayama meningkat

7,83 % dan pada tahun 2008 meningkat 8,87 % sedangkan pada tahun 2009,

produksi ternak ayam mengalami penurunan 5,18 %. Perkembangan produksi

ternak sapi dan ayam di Desa Wonua Kongga menunjukkan kemampuan

masyarakat dalam melakukan kegiatan dibidang peternakan.

4) Industri dan perdagangan

Bidang ekonomi lain yang diharapkan mampu mendorong

peningkatan ekonomi penduduk desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya

Kabupaten Konawe Selatan dan dapat menciptakan kesempatan kerja

dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada adalah sektor industri

rumah tangga dan usaha kecil. Potensi industri yang ada adalah industri

rumah tangga yang dilakukan sebagai pekerjaan samping seperti pengolahan

rumput laut yang baru dibentuk oleh masyarakat sebanyak 1 unit dan belum

ditingkatkan oleh karena keterbatasan modal kerja.

4.3 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah penduduk desa Wonua Kongga yang

ditentukan dengan menggunakan purposive sampling terdiri dari petani, buruh

nelayan dan nelayan yang berjumlah 13 orang. Adapun karakteristik responden

didasarkan pada karakteristik jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan , luas

lahan, dan tenaga kerja,

Page 34: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

34

1. Tingkat Umur

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 13 orang yang ditetapkan

sebagai sampel. Karakteristik Responden menurut umu, penulis sajikan pada

Tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Umur di Desa Wonua Kongga, Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan, Tahun 2010

No. Usia Jumah (Orang) Persentase (%)

1

2

3

4

5

< 25

26 – 35

36 – 45

46 – 55

56 ke atas

2

2

5

3

1

15,38

15,38

38,46

23,08

7,69

Jumlah 13 100

Sumber : Data primer, Mei 2010

Data pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden yang digunakan dalam

penelitian ini memiliki tingkat umur kurang dari 25 tahun sebanyak 2 orang

atau 15,38 persen, responden yang berumur antara 26-35 tahun sebanyak 2

orang atau 15,38 persen, responden yang berumur antara 36 - 45 tahun

sebanyak 5 orang atau 38,46 persen, responden yang berumur antara 46-55

tahun sebanyak 3 orang atau 23,08 persen dan responden yang berumur 56

tahun ke atas berjumlah 1 orang atau 7,69 persen. Hal ini menunjukkan bahwa

responden yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar berumur antara

36-45 tahun.

Page 35: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

35

2. Jenis Kelamin

Penelitian ini menggunakan responden yang merupakan petani kebun yang

terdiri dari laki-laki dan perempuan untuk memperoleh tanggapan terhadap

aktivitas mereka selama bekerja sebagai petani kebun. Banyaknya responden

laki-laki dan perempuan yang menjadi sampel dalam penelitian ini disajikan

pada Tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin di Desa Wonua Kongga, Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan, Tahun 2010

No. Jenis Kelamin Jumah (Orang) Persentase (%)

1. Laki-Laki 8 61,54

2. Perempuan 5 38,46

Jumlah 13 100

Sumber : Data primer, Mei 2010

Data pada Tabel 4.7 di atas. menunjukkan bahwa responden yang digunakan

dalam penelitian ini 8 orang atau 61,54 persen adalah laki-laki sedangkan

perempuan sebanyak 5 orang atau 38,46 persen. Hal ini menunjukkan bahwa

responden dalam penelitian kebanyakan laki-laki.

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan menunjukkan tingkat pemahaman atau pengetahuan

responden terhadap pekerjaan yang dilakukan. Tanggapan terhadap tingkat

pendidikan responden dapat disajikan pada Tabel 4.8 berikut.

Page 36: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

36

Tabel 4.8. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Wonua Kongga, Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan, Tahun 2010

No. Pendidikan Jumah (Orang) Persentase (%)

1

2

3

SD

SMP

SMA

6

4

3

46,15

30,77

23,08

Jumlah 13 100

Sumber : Data primer, diolah, 2010

Data pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa responden memiliki tingkat

pendidikan yang berbeda-beda. Responden yang berpendidikan SD berjumlah

6 orang atau 46,15 persen responden yang berpendidikan SMP berjumlah 4

orang atau 30,77 persen, dan responden yang berpendidikan SMA berjumlah 3

orang atau 23,05 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Wonua

Kongga sebagian besar memiliki pendidikan tamatan SD

4.4. Faktor-Faktot Yang Mempengaruhi Perekonomian Masyarakat

Perekonomian yang dikaji dalam penelitian ini mencakup pendapatan

masyarakat, sumber daya manusia dan sumber daya alam sebagai faktor utama

yang menunjang perekonomian masyarakat.

1. Pendapatan Masyarakat

Sebelumny menjelaskan pendapatan responden, maka sebelumnya penulis

sajikan pendapatan masyarakat dari berbagai mata pencahariannya yang

dilakukan oleh 134 orang. Pendapatan masyarakat desa Wonua Kongga

Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan merupakan penerimaan

Page 37: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

37

masyarakat dari hasil kerja yang dilakukannya pada masing-masing masing-

masing mata pencahariannya. Pendapatan masyarakat di Desa Wonua Kongga

terhadap 134 kepala keluarga penulis sajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.9 Pendapatan Masyarakat Desa Wonua Kongga, Tahun 2009

Tingkat Pendapatan

Tenaga Kerja (Orang)

JumlahPersentas

e (%)Petan

i

Buruh Nelaya

nNelaya

n

100.000 - 300.000 12 16 18 46 13.03

300.001- 500.000 32 45 35 112 31.73

500.001 - 800.000 15 52 64 131 37.11

> 800.000 9 26 29 64 18.13

Jumlah 68 139 146 353 100

Sumber : Data primer, Mei 2010

Data pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan masyarakat

desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe antara Rp.100.000

hingga lebih dari Rp.800.000. Angkatan kerja yang bekerja di Desa Wonua

Kongga sebanyak 353 orang yang bekerja sebagai petani, buruh nelayan dan

nelayan. Masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan antara Rp.100.000-

300.000 per bulan sebanyak 46 orang atau 13,03 persen. Masyarakat yang

memiliki tingkat pendapatan antara Rp.300.001-500.000 per bulan sebanyak

112 orang atau 31,73 persen, masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan

antara Rp.500.001-800.000 per bulan sebanyak 131 orang atau 37,11 persen

sedangkan masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan lebih dari Rp.800.000

per bulan sebanyak 64 orang atau 18,13 persen. Namun demikian dapat

Page 38: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

38

dikemukakan bahwa kebanyakan penduduk desa Wonua Kongga memiliki

pendapatan antara Rp.500.001 – 800.000.

Sehubungan dengan penelitian ini, maka tingkat pendapatan yang

digunakan adalah tingkat pendapatan responden yang penulis sajikan pada tabel

berikut:

Tabel 4.10 Responden Menurut Tingkat Pendapatan di Desa Wonua Kongga, Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan, Tahun 2010

Tingkat PendapatanTenaga Kerja

Jumlah Persentase (%)Petani

Buruh Nelayan Nelayan

100.000 - 300.000 1 1 2 4 30.77

300.001- 500.000 1 1 1 3 23.08

500.001 - 800.000 1 1 1 3 23.08

> 800.000 1 1 1 3 23.08

Jumlah 4 4 5 13 100

Sumber : Data Primer, Mei 2010

Data pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa pendapatan masing-masing

responden pada lapangan kerja yang ada di Desa Wonua Kongga, sebnyak 4

orang responden atau 30,77 persen memiliki pendapatan antara Rp.100.000 –

300.000 perbulan, sebanyak 3 orang responden atau 23,08 persen memiliki

pendapatan antara Rp.300.001-500.000 per bulan, sebanyak 3 orang responden

atau 23,08 persen memiliki pendapatan Rp. 500.001 – 800.000,- perbulan, dan

sebanyak 3 orang atau 23,08 persen memiliki tingkat pendapatan Rp.800.001 ke

atas.

Page 39: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

39

Tingkat pendapatan yang dimiliki responden dari kegiatan usahatani

menunjukkan kemampuan masyarakat desa Wonua Kongga dalam mengelola

hasil perkebunan dikonsumsi dan jual yang dipasarkan akan dikonsumsi dan

dijual ke pasar lokal. Komoditi yang dikelola penduduk dari sub sektor

perkebunan rakyat mencakup usahatani jagung dan jambu mete. Dalam 3 tahun

terakhir produksi dan pendapatan masyarakat dari hasil usahatani komoditi

jambu mete dan jagung, penulis disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.11 Komoditi Yang Dihasilkan di Desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya Tahun 2007-2009

KomoditiProduksi (Kg) Produksi Rata-

Rata (Kg)2007 2008 2009

Jambu Mete 1.425 1.788 2.152 1.788

Jagung 935 1.142 1.350 1.142

Jumlah 2.360 2.930 3.502 2.930

Sumber : Data diolah, Mei 2010

Pada tabel 4.11 di atas, menunjukkan bahwa produksi jambu mete dan

jagung dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan. Produksi jambu

mete pada tahun 2007 sebanyak 1.425 kg, meningkat pada tahun 2008 menjadi

sebanyak 1.788 kg dan pada tahun 2009 produksi jambu mete meningkat

menjadi 2.152 kg. Dengan demikian rata-rata produksi jambu mete di desa

Wonua Kongga dari 13 orang responden sebanyak 1.788 kg per tahun.

Sementara itu produksi jagung pada tahun 2007 sebanyak 935 kg, meningkat

pada tahun 2008 menjadi 1.142 kg dan pada tahun 2009 produksi jagung

Page 40: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

40

meningkat menjadi 1.350 kg. Dengan demikian rata-rata produksi jagung di

desa Wonua Kongga adalah sebanyak 1.142 kg per tahun.

Pada sektor perikanan produksi ikan segar yang diperoleh nelayan dalam 3

tahun terakhir (2007-2009) dapat disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.12 Jenis Ikan yang Diproduksi di Desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya Tahun 2007-2009

Jenis IkanProduksi Ikan Segar (Kg) Produksi Rata-

Rata (Kg)2007 2008 2009

Cakalang 32 61 68 161

Kurapu 40 48 52 140

Bandeng 58 62 67 187

Katamba 95 105 115 315

Baronang 53 68 85 206

Cumi 64 75 85 224

Jumlah 342 419 475 1.236

Sumber : Data primer. Mei 2010

Data pada tabel 4.12 di atas, menunjukkan bahwa produksi ikan segar

dari kegiatan nelayan mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Rata-rata

prodiksi ikan cakalang sebanyak 161 kg/tahun, ikan kurapu sebanyak 140

kg/tahun, jenis ikan bandeng yang diproduksi nelayan di desa Wonua Kongga

rata-rata sebanyak 187 kg/tahun, ikan katamba rata-rata sebanyak 315

kg/tahun, ikan baronang sebanyak 206 kg/tahun sedangkan cumi yang

diproduksi nelayan rata-rata 224 kg/tahun Hal ini menunjukkan bahwa

Page 41: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

41

produksi perikanan menjadi salah satu sumber pendapatan nelayan di Desa

Wonua Kongga.

Dalam penelitian pendapatan yang dimiliki responden digunakan sebagai

modal untuk membiayai kegiatan usaha yang dilakukan guna meningkatkan

ekonomi rumah tangga. Adapun jumlah modal yang digunakan oleh masih-

masing responden, penulis disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.13 Jumlah Modal Usaha Responden Di Desa Wonua Kongga Tahun 2010

No. Responden Jumlah Modal (Rp.)1 400,0002 500,0003 550,0004 300,0005 250,0006 300,0007 450,0008 400,0009 350,00010 300,00011 600,00012 650,00013 450,000

Sumber : Data primer, Mei 2010

Data pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa masing-masing responden

memiliki modal yang terbatas untuk melakukan kegiatan usaha. Kegiatan usaha

yang dilakukan antara lain sebagai nelayan petani kebun dan peternak. Modal

digunakan responden untuk meningkatkan kinerja usaha dari hasil penelitian

diperoleh bahwa responden memiliki modal usaha antara Rp.250.000 -

650.000.

Page 42: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

42

2. Sumber Daya Manusia (Penggunaan Tenaga kerja)

Tenaga kerja dalam pelaksanaan setiap pekerjaan menjadi faktor produksu

yang utama dalam menyelesaikan pekejeraan Jumlah tenaga kerja yang

digunakan dalam kegiatan usaha nelayan dan perkebunan serta peternakan

menggunakan tenaga kerja antara 2– 3 orang. Kegiatan usaha perikanan

menggunakan tenaga kerja sntara 5-6 orang dan kegiatan usaha perkebuhan

menggunakan tenaga kerja antara 1-3 orang.

Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata tenaga kerja yang digunakan

dalam kegiatan usaha untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di desa

Wonua Kongga, penulis sajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.14 Jumlah Tenaga Kerja yang digunakan pada Sub Sektor Perkebuhan di Desa Wonua Kongga Tahun 2010

No. Responden Jumlah Tenaga Kerja (Rp.)1 22 33 44 55 46 47 38 29 210 211 312 213 3

Sumber : Data diolah, Mei 2010

Berdasarkan data pada Tabel 4.14 di atas menunjukkan bahwa jumlah

tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan usaha perkebuhan yang dilakukan

responden di desa Wonua Kongga antara 2-5 orang. Penggunaan tenaga kerja

Page 43: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

43

dalam kegiatan usaha ditetapkan sebagai salah satu variabel penelitian untuk

mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian masyarakat.

3. Sumber Daya Alam

Sumber daya alam dalam yang dikelola responden dalam penelitian ini

lahan produksi untuk tanaman perkebunan jagung. Nilai jual petani pada

penelitian ini diukur berdasarkan tingkat produksi jagung sebagai salah satu

sumber daya alam yang ada di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya

Kabupaten Konawe Selatan. Nilai produksi jagung sebagai hasil sumber daya

alam menunjukkan kemampuan responden petani jagung untuk dapat

memperoleh hasil produksi jagung yang diharapkan untuk dikonsumsi dan

dipasarkan kepada konsumen.

Nilai tukar responden petani kebun jagung menggambarkan kemampuan

petani dan tenaga kerjanya dalam menggarap dan mengolah sektor perkebunan.

Sementara itu hasil produksi yang domunian adalah komoditi jagung, dengan

demikian nilai sumber daya alam dalam penelitian ini adalah pemanfaatn lahan

dan tingkat produksi jangung yang penulis sajikan pada tabel berikut :

Page 44: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

44

Tabel 4.15 Responden Menurut Nilai Lahan dan Produksi Jagung di Dewa Wonua Kongga, Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2010

No. Responden Luas Lahan (ha.)Produksi Jagung

(kg)1 1,2 2562 1,4 3243 1,3 2644 0,8 1855 0,5 1246 0,5 1277 0,6 1258 1,2 2589 1,5 25910 1,2 25811 0,8 18512 0,7 17613 1,2 246

Sumber : Data primer, Mei 2010

Data pada tabel 4.15 di atas, menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki

oleh masing-masing responden dalam melakukan kegiatan usahanya ditujukan

untuk meningkatkan produksi hasil perkebunan. Lahan yang digunakan oleh

masing-masing responden antara 0,5 ha – 1,5 ha dengan tingkat produksi

antara 124 – 324 kg/ per musim panen.

4.5. Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-Faktot Yang Mempengaruhi Perekonomian Masyarakat

Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi perekonomian masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan

Laeya Kabupaten Konawe Selatan menggunakan alat analisis regresi linear

berganda yang diuji dengan SPSS Versi 15. Adapun hasil analisis disajikan

sebagai berikut :

Page 45: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

45

Tabel 4.16 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Variabel Koefisien Regresi thitung Sig Partial

Modal (X1) 0.687 5.724 0.000 0.864

Tenaga kerja (X2) 0.341 4.774 0.006 0.142

Lahan (X3) 0.495 8.188 0.004 0.240

Sumber : Data diolah, 2009

Konstanta (a) 2.003    Fhitung 40.274 α = 0.05R 0,957 n = 13R Square 0,917  

Berdasarkan tabel Tabel 16 diperoleh nilai konstanta (a) dan (koefisien

regresi (b) yang mengubah persamaam regresi linear berganda menjadi :

Y = 2.003 + 0.687X1 + 0.341X2 - 0.495X3

Berdasarkan persamaan tersebut, maka makna dari nilai yang diperoleh

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Nilai konstanta (a) dari persamaan tersebut sebesar 2.003, bermakna bahwa jika

nilai variabel independen dianggap konstan, maka nilai Y = 2.003, maksudnya

prospek pengembangan usaha agribisnis bernilai 2.003

2. Modal

Modal (X1 ) = 0.687 bermakna bahwa jika modal ditambahkan sebesar satu

satuan, maka upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sebesar

68,7 persen, dengan asumsi bahwa variabel lain konstan.

Page 46: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

46

3. Tenaga kerja

Tenaga kerja (X2 ) = 0.341 bermakna bahwa jika tenaga kerja ditambahkan atau

bertambah, maka upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sebesar

34,1 persen dengan asumsi bahwa variabel lain konstan.

4. Lahan

Nilai lahan (X3) = 0.495 bermakna bahwa jika tanah diperluas dalam usaha

perkebunan di desa Wonua Kongga maka upaya untuk meningkatkan hasil

produksi dan perekonomian masyarakat 49,5 persen dengan asumsi bahwa

variabel lain konstan.

Nilai koefisien dari masing-masing variabel menunjukkan bahwa variabel

modal, tenaga kerja dan tanah dalam penelitian ini menjadi faktor yang

berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat di desa Wonua Kongga

Kecamatan Laeya.

4.6. Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk membuktikan

dugaan sementara terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian

masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya. Hasil uji hipotesis dapat

dijelaskan sebagai berikut :

4.6.1 Uji Partial (Uji t)

Uji partial atau uji t dari variabel X1, X2 dan X3 terhadap variabel Y

diperoleh sebagai berikut :

Page 47: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

47

1) Modal (X1) memiliki nilai signifikansi = 0,000 < 0,05, sedangkan thitung =

5.724 > ttabel = 1.086 artinya variabel modal secara parsial mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap perekonmian masyarakat di desa Wonua Kongga

Kecamatan Laeya. Signifikan disini berarti Ha diterima dan Ho ditolak yang

berarti bahwa produksi merupakan faktor yang mempengaruhi perekonmian

masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya.

2) Tenaga kerja (X2) memiliki nilai signifikansi = 0,006 < 0,05, sedangkan thitung

= 4.774 > ttabel = 1.086 artinya tenaga kerja secara parsial mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap perekonmian masyarakat di desa Wonua Kongga

Kecamatan Laeya. Signifikan disini berarti Ha diterima dan Ho ditolak yang

berarti bahwa tenaga kerja merupakan faktor yang mempengaruhi perekonmian

masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya.

3) Tanah (X3) memiliki nilai signifikansi = 0,004 > 0,05, sedangkan thitung = -

8.188 < ttabel = 1.086 artinya variabel tanah secara parsial berpengaruh terhadap

perekonmian masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya

4.6.2 Uji Simultan

Uji simultan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama

variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F menunjukkan variabel

modal, tenaga kerja dan tanah secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap perekonmian masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya. Hasil

uji F menunjukkan nilai signifikan αhitung = 0,000 < 0,05, artinya signifikan,

sedangkan Fhitung = 40.274 > Ftabel =3,01, artinya signifikan (df1= 5 -1 dan df2 = 15 -

4), Signifikansi yang terjadi disini berarti Ha diterima dan Ho ditolak, berarti

Page 48: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

48

modal, tenaga kerja dan tanah berpengaruh terhadap perekonmian masyarakat di

desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya

4.7 Pembahasan

Untuk menyatakan suatu usaha memiliki nilai prospek dapat ditentukan

dengan berbagai cara. Analisis regresi linear berganda adalah salah satu alat

untuk mengukur pengaruh faktor-faktor modal, tenaga kerja, dan tanah

terhadap perenomian masyarakat. Hal ini perlu penulis jelas untuk memudahkan

penulis dapat menyajikan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

perekonomian masyarakat di desa Wonua Kongga.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perekonmian masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan

Laeya adalah modal, tenaga kerja, tanah . Masing-masing variabel memiliki

pengaruh yang berbeda-beda untuk mendukung perekonmian masyarakat di

desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya

Hasil analisis diperoleh bahwa faktor modal tenaga kerja dan tanah secara

signifikan berpengaruh terhadap perekonmian masyarakat di desa Wonua

Kongga Kecamatan Laeya. Hal ini dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Modal dalam kegiatan usaha berpengaruh terhadap perekonmian

masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya

2. Tenaga kerja memiliki peranan penting dalam melaksanakan kegiatan

usaha meningkatkan perekonmian masyarakat di desa Wonua Kongga

Kecamatan Laeya

Page 49: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

49

3. Tanah dalam penelitian ini merupakan faktor produksi yang berperan untuk

meningkatkan produksi perkebunan dan berpengaruh terhadap perekonmian

masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya.

Page 50: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

50

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa

1. Perekonomian masyarakat di desa Wonua Kongga dipengaruhi oleh faktor

modal, tenaga kerja dan tanah.

2. Faktor modal digunakan untuk membiayai kegiatan usaha, tenaga kerja yang

digunakan mencapai 2-5 orang yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan

dan ekonomi rumah tangga sedangkan tanah digunakan untuk meningkatkan

hasil produksi perkebunan

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat

disarankan bahwa :

1. Untuk perekonomian masyarakat, maka diharapkan adanya pemanfaatan

sumber daya modal, sumber daya tenaga kerja dan sumber daya tanah yang

lebih efektif untuk meningkatkan pendapatan dan perbaikan ekonomi rumah

tangga pada masa mendatang.

2. Untuk meningkatkan kegiatan usaha, maka diharapkan adanya bantuan

pemerintah dalam memberikan bantuan kerja sama untuk dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat di desa Wonua Kongga pada masa mendatang.

Page 51: Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran

51