ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran
DESCRIPTION
Banyaknya desa tertinggal yang tidak dapat dijangkau oleh Gubernur tetapi dalam pilkada... mereka memberikan suara kepada Nur Alam dan dibalas dengan kehampaanTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian bangsa tumbuh dan berkembang, seiring dengan pemanfaatan
sumber daya alam oleh manusia secara produktif untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Manusia memiliki kebutuhan hidup yang tidak terbatas sedangkan sumber
daya alam memiliki sifat yang terbatas. Kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan yang tidak terbatas dilakukan berbagai cara sehingga memberikan
kepuasan melalui pemanfaatan sumber daya tersebut.
Kebutuhan hidup manusia terdiri dari kebutuhan primer dan sekunder.
Kebutuhan primer merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi atau kebutuhan
utama seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, air, udara dan lain-lain, sedangkan
kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan yang melengkapi kebutuhan pokok
seperti mobil, sepeda motor, sepeda dan barang lainnya yang digunakan untuk
menunjang aktivitas manusia. Adanya kebutuhan-kebutuhan tersebut, membuat
setiap individu dalam keluarga dan kelompok masyarakat berupaya untuk
memenuhinya dengan tujuan mencapai kepuasan.
Pemenuhan kebutuhan hidup tidak terlepas dari tindakan-tindakan ekonomi.
Tindakan ekonomi berkembang dalam kehidupan manusia, seiring dengan adanya
usaha manusia untuk mengelola sumber daya alam yang terbatas untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang tidak terbatas. Sumber daya alam tersebut sangat beragam
dan tidak tersedia dalam bentuk produk siap pakai tetapi membutuhkan tindakan
2
untuk mengolah sumber daya alam untuk menghasilkan barang yang dapat
memenuhi kebutuhan manusia.
Pengelolaan sumber daya alam yang sifatnya terbatas dilakukan untuk
menghasilkan barang yang dapat memenuhi kebutuhan hidup merupakan tindakan
ekonomi. Sementara itu bekerja untuk mendapatkan penghasilan pada berbagai
lapangan kerja merupakan sifat manusia sebagai angkatan kerja yang dipekerjakan
guna mewujudkan hasil kerja yang dibalas dengan pemberian upah atau gaji sesuai
dengan hasil pekerjaannya. Hal ini menunjukkan adanya usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi yang bukan saja dari hasil pengolahan sumber daya
alam tetapi melalui hasil kerja.
Kebutuhan ekonomi dipengaruhi oleh pendapatan, konsumsi, dan simpanan
masyarakat. (Sudarsono, 2000:48). Pendapatan masyarakat merupakan hal penting
dalam memenuhi kebutuhan hidup terutama untuk membelanjakan kebutuhan
rumah tangga, konsumsi seperti makanan, pakaian dan barang konsumsi lainnya
sedangkan simpanan masyarakat selain uang, juga dapat berupa barang yang
memiliki nilai guna (utility) pada masa mendatang.
Sumber daya manusia menjadi faktor yang mempengaruhi perekonomian
karena berkaitan erat dengan produktivitas dan setiap angkatan kerja yang
produktif akan menjadi aset terhadap pertumbuhan ekonomi dan mendorong tingkat
perekonomian melalui hasil-hasil produksi, sementara angkatan kerja yang tidak
produktif menghambat pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan produktivitas.
Hal tersebut menunjukkan bahwa perekonomian juga ditentukan oleh sumber daya
manusia.
3
Perekonomian masyarakat pedesaan diperhadapkan dengan pertumbuhan
ekonomi yang bersumber dari kemandirian masyarakat desa untuk mengelola
sumber daya alam dan faktor-faktor produksi lainnya untuk dijadikan sebagai
sumber pendapatan masyarakat. Wilayah pedesaan sumber daya alam yang belum
diolah sepenuhnya untuk mengelola hal tersebut. Olehnya itu dibutuhkan sumber
daya manusia yang mampu memanfaatkan kekayaan alam di desa sebagai sumber
pendapatan dan lapangan kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Desa Wonua Kongga merupakan salah satu wilayah pedesaan yang berada di
Kecamatan Laeya dengan luas 1.200 ha dan jumlah penduduk 501 jiwa atau 134
kepala keluarga yang bekerja pada berbagai lapangan kerja seperti bertani, nelayan
dan pegawai negeri sipil. Pendapatan perkapita masyarakat desa Wonua Kongga
tahun 2008 Rp.166.667 per tahun (BPS Konsel, 2009) sedangkan pendapatan
perkapita masyarakat Kabupaten Konawe Selatan dalam tahun 2009 sebesar
Rp.645.850. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan perkapita masyarakat Desa
Wonua Kongga hanya sebesar 5,8% dari jumlah pendapatan perkapitan masyarakat
Kabupaten Konawe Selatan sehingga masyarakat membutuhkan adanya
peningkatan faktor-faktor produksi yang meliputi sumber daya manusia dan sumber
daya alam.
Kondisi ekonomi rumah tangga masyarakat desa Wonua Kongga dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan dan status kesehatan masyarakat selain itu sumber daya
alam seperti hasil perikanan masih belum dikelola dengan baik walaupun
terbentang luas, namun produktivitas masyarakat masih rendah. Rendahnya
4
produktivitas masyarakat menyebabkan rendahnya tingkat pendapatan yang secara
langsung berhubungan dengan kondisi perekonomian rumah tangga masyarakat.
Upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di desa Wonua Kongga
tidak lepas dari pemanfaatan faktor-faktor produksi, seperti modal, tenaga kerja,
lahan sumber daya alam dan sejumlah faktor lainnya
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul faktor-faktor yang
mempengaruhi perekonomian masyarakat (Studi Pada Desa Wonua Kongga
Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka masalah
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Faktor-faktor apa yang
mempengaruhi perekonomian masyarakat di Desa Wonua Kongga Kecamatan
Laeya Kabupaten Konawe Selatan”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perekonomian masyarakat di Desa Wonua Kongga Kecamatan
Laeya Kabupaten Konawe Selatan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dalam meningkatkan perekonomian
rumah tangganya
5
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan
pengembangan ekonomi masyarakat
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan
penelitian ini.
1.5 Ruang Lingkung Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang
mempengaruhi perekonomian masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan
Laeya yang meliputi Pendapatan, Sumber Daya Alam dan Sumber Daya
Manusia.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pendapatan
Pengertian pendapatan, dapat dijelaskan dari dua sisi rumah tangga atau
dikenal dengan istilah pendapatan nasional/regional dan sisi rumah tangga
masyarakat atau individu yang dikenal pendapatan perkapita.
Partadiredja (2000 : 72) mengemukakan bahwa
Pendapatan warga masyarakat adalah balas jasa sebagai pengembalian
penggunaan faktor produksi yang dimiliki. Selanjutnya dikatakan bahwa
pendapatan warga masyarakat adalah nilai seluruh barang-barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu masyarakat dalam satu tahun tertentu.
Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan masyarakat
adalah jumlah nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu masyarakat
atau daerah dalam suatu periode tertentu.
Jadi pada prinsipnya, pendapatan seorang warga masyarakat dalam pendapatan
regional, karena warga masyarakat tersebut merupakan pemilik faktor produksi
yang digunakan dalam suatu proses produksi didaerahnya.
Muyasaroh (2003 : 2) mengemukakan bahwa
Pendapatan adalah arus masuk aktiva dan atau penyelesaian kewajiban dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, dan aktivitas pencarian laba lainnya yang merupakan operasi yang utama berkesinambungan selama suatu periode. Pendapatan untuk suatu periode umumnya ditentukan tersendiri terlepas dari beban dengan menerapkan prinsip pengakuan pendapatanSelanjutnya Winardi (2003 118) mengemukakan bahwa
7
Pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang diperoleh dari pemanfaatan modal atau kekayaan. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan seseorang adalah jumlah penggunaan kekayaan atau jasa-jasa yang dimilikinya baik dalam bentuk uang maupun berbentuk materi lainnya.
Harahap (1997 : 13) mengemukakan bahwa Peningkatan taraf hidup atau
penerapan pendapatan dalam masyarakat merupakan suatu masalah yang saling
berhubungan. Peningkatan taraf hidup berarti terpenuhinya kebutuhan konsumen
nyata, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Pendapat di atas merupakan tingkat pendapatan yang diperoleh dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan, karena hal ini berhubungan dengan tingkat konsumsi
dan tingkat kepuasan yang diterima oleh setiap individu.
Selanjutnya Badan Pusat Statistik (2007) menggolongkan pendapatan dan
penerimaan rumah tangga ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu :
1. Pendapatan berupa uang adalah penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan diterima biasanya sebagai jasa atau kontrak prestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta lain-lain, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas, laba dari penjualan barang yang dipelihara seperti hasil investasi, tanah, gaji pensiun dan tunjangan sosial.
2. Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa, akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk balas jasa. Misalnya pembayaran upah, gaji yang dinilai dengan beras, pengobatan, perumahan dan rekreasi.
3. Penerimaan uang dan barang yang dipakai pedoman adalah segala penerimaan yang bersifat transfer redistribusi dan biasanya membawa perubahan ke dalam rumah tangga. Misalnya penjualan barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, warisan dan penagihan piutang.
Pendapat di atas, dapat diartikan bahwa pendapatan yang diperoleh rumah
tangga dapat berupa uang atau barang yang diuangkan. Ditinjau dari sudut
8
ekonomi, mutu kehidupan masyarakat atau individu sangat ditentukan oleh tingkat
pendapatan yang diperoleh baik yang berupa uang atau barang.
Hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat taraf hidup seseorang, Harahap
(1997 : 150) menjelaskan bahwa
Tingkat taraf hidup diartikan sebagai tingkat kesejahteraan. Sedangkan kesejahteraan itu sendiri dapat diartikan sebagai kemakmuran, yang juga berarti cukup atau tidak kekurangan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka pendapatan adalah hasil
penggunaan/penjualan faktor-faktor produksi atau asset yang dimilikinya atau
dengan kata lain pendapatan diartikan sebagai hasil kerja seseorang, baik dalam
bentuk penggunaan kekayaan maupun jasa-jasa dinilai dengan uang.
Hasibuan (2002:132) mengemukakan bahwa
Kriteria pendapatan yang ditetapkan dalam standar pendapatan nasional dan
salah satu tolak ukur tingkatan pendapatan dibagi dalam kriteria sebagai berikut :
1. Pendapatan rendah
a. Pendapatan rendah yaitu Rp.1.000.000 – Rp.10.000.000. pertahun atau
rata-rata Rp.750.000 perkapitan per bulan.
b. Tidak memiliki pekerjaan tetap
c. Tidak memiliki tempat tinggal tetap (Sewa)
d. Tingkat pendidikan yang terbatas.
2. Pendapatan sedang
a. Pendapatan sedang yaitu Rp.10.000.000 – Rp.25.000.000 atau Rp.
1.250.000 perkapita perbulan.
9
b. Memiliki pekerjaan tetap
c. Memiliki tempat tinggal sederhana
d. Memiliki tingkat pendidikan.
3. Pendapatan tinggi
a. Pendapatan tinggi yaitu Rp.25.000.000 – Rp.50.000.000 atau rata-rata
Rp.2.083.333 perkapita per bulan.
b. Memilik lahan dan lapangan kerja
c. Memiliki tempat tinggal tetap
d. Memiliki tingkat pendidikan
Ukuran pendapatan juga bisa dihitung melalui pendekatan pendapatan.
Pendekatan pendapatan untuk mengukur kemiskinan ini mengasumsikan bahwa
seseorang dan rumah tangga dikatakan miskin jika pendapatan atau konsumsi
minimumnya berada di bawah garis kemiskinan. Ukuran-ukuran kemiskinan ini
dihitung melalui (Hasibuan, 2002:133):
1. Head Count Index
Head Count Index ini menghitung persentase orang yang ada di bawah garis
kemiskinan dalam kelompok masyarakat tertentu.
2. Sen Poverty Index
Sen Poverty Index memasukkan dua faktor yaitu koefisien Gini dan rasio Head.
Koefisien Gini mengukur ketimpangan antara orang miskin. Apabila salah satu
faktor-faktor tersebut naik, tingkat kemiskinan bertambah besar diukur
dengan Sen.
10
3. Poverty Gap Index
Poverty Gap Index mengukur besarnya distribusi pendapatan orang miskin
terhadap garis kemiskinan. Pembilang pada pendekatan ini menunjukkan jurang
kemiskinan (poverty gap), yaitu penjumlahan (sebanyak individu) dari
kekurangan pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan. Sedangkan
penyebut adalah jumlah individu di dalam perekonomian (n) dikalikan dengan
nilai garis kemiskinan. Dengan ukuran ini, tingkat keparahan kemiskinan mulai
terakomodasi. Ukuran kemiskinan akan turun lebih cepat bila orang-orang yang
dientaskan adalah rumah tangga yang paling miskin, dibandingkan bila
pengentasan kemiskinan terjadi pada rumah tangga miskin yang paling tidak
miskin.
2.2 Permintaan dan Penawaran
Prospek pemasaran suatu produk dimasa datang tergantung dari jumlah
permintaan dan penawaran atas produk atau jasa tersebut dengan tingkat harga dan
jumlah produk yang tersedia, sehingga dapat memenuhi kebutuhan ekonomi.
Sebelum kita menelaah tentang pengertian permintaan barang, lebih dahulu kita
mengetahui tentang hukum pemintaan dengan kemiringan negatif yang
dikemukakan oleh Paul A. Semuelson dan William D. Nordhaus dalam terjemahan
oleh A. Jaka Wasana M (1990 : 161) mengemukakan bahwa makin tinggi harga
suatu barang, makin sedikit permintaan atas barang tersebut (dengan catatan bahwa
faktor-faktor lain tidak berubah) atau dijelaskan bahwa bila produsen ingin
11
menambah jumlah barang di pasar, faktor-faktor lain tidak berubah, maka jumlah
barang akan lebih banyak terjual, hanya bila harga diturunkan.”
1. Pengertian Permintaan
Bertolak dari hukum permintaan dan pendapat dari para pakar yang
mengartikan permintaan, antara lain Nopirin. (1996 : 86) mengemukakan
bahwa :
Permintaan adalah berbagai kombinasi harga dan jumlah sesuatu barang yang
ingin dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga untuk suatu
periode tertentu. Permintaan individu akan satu barang menunjukkan jumlah
produk/jasa yang siap dibeli pada berbagai kemungkinan tingkat harga.
Pappas dan Hirschey (1995 : 104) yang mengemukakan bahwa permintaan
adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh para
pelanggan selama periode tertentu berdasarkan sekelompok kondisi tertentu.
Kondisi-kondisi yang harus dipertimbangkan mencakup harga, harga barang
yang bersangkutan, ketersediaan barang yang berkaitan, perkiraan akan
perubahan harga, pendapatan konsumen, selera dan preferensi konsumen,
pengeluaran periklanan dan sebagainya.
Dijelaskan pula bahwa permintaan individu tergantung dari dua faktor
yaitu nilai yang dikaitkan dengan pemerolehan dan penggunaan barang dan
jasa yang bersangkutan, dan kemampuan untuk memperolehnya. Keinginan
tanpa daya beli, mengarah pada kemauan, tetapi tidak ada permintaan.
Sudarsono (1992 : 15) mengemukakan bahwa permintaan suatu barang
adalah berbagai kemungkinan jumlah barang atau jasa yang diminta oleh
12
pembeli pada berbagai tingkat harga untuk periode waktu tertentu dan dalam
suatu pasar tertentu”.
Dijelaskan pula oleh Sudarsono (1992 : 18-20) bahwa perubahan
jumlah barang yang diminta dipengaruhi oleh dua efek yaitu efek pendapatan
dan efek pengganti yang mana kedua efek ini menunjukkan bahwa turunnya
harga dari suatu barang akan mengakibatkan jumlah barang yang diminta akan
naik dan sebaliknya apabila harga suatu barang naik mengakibatkan jumlah
barang yang diminta turun.
2. Pengertian Penawaran
Pappas dan Hirschey (1995 : 106) mengemukakan bahwa penawaran
adalah hubungan antara berbagai jumlah produk/jasa yang akan dijual pada
berbagai tingkat harga. Kondisi-kondisi yang harus dipertimbangkan,
mencakup harga barang yang bersangkutan, harga dan ketersediaan barang
yang berkaitan, perkiraan perubahan harga, pendapatan konsumen, selera dan
preferensi konsumen, pengeluaran periklanan, dan sebagainya.
Sudarsono, (1992 : 25) mengemukakan bahwa penawaran suatu barang
adalah berbagai kemungkinan jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual
diberbagai tingkat harga dan pada periode tertentu. Dimana fungsi penawaran
adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang atau jasa
dengan barang tersebut, artinya banyak sedikitnya barang atau jasa yang
dijual,hal ini sesuai dengan hukum penawaran yang menyatakan bahwa
semakin tinggi harga, semakin tinggi pula jumlah barang yang ditawarkan.
13
Sudarsono (1992 : 24) mengemukaka bahwa fungsi Penawaran adalah fungsi
yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang dan jasa dengan harga tersebut.
Artinya sedikit banyaknya barang dan jasa yang dijual tergantung pada tinggi
rendahnya harga barang tersebut. Perubahan sedikit banyaknya barang atau jasa
yang dijual ini sesuai dengan hukum penawaran yang menyatakan bahwa semakin
tinggi harga semakin banyak pula jumlah barang yang ditawarkanatau sebaliknya
2.3 Konsep Tenaga Kerja
Pengertian ketenagakerjaan secara inklusi mencakup Tenaga Kerja (TK),
Angkatan Kerja (AK) dan Kesempatan Kerja (KK) yang masing-masing
mempunyai pengertian tersendiri. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasikan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Angkatan
kerja adalah Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja
pada pengusaha dengan menerima upah, sedangkan kesempatan kerja adalah
peluang pekerjaan yang disediakan oleh pemilik pekerjaan kepada setiap pekerja
yang memenuhi persyaratan untuk bekerja. (UU Ketenagakerjaan No. 32 Tahun
2003)
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang paling vital, karena
tanpa tenaga kerja proses produksi tidak terlaksana dengan baik. Menurut ahli
ekonomi klasik, elemen-elemen dari produksi adalah tenaga kerja, disamping tanah
dan modal.
14
Ravianto. J (1996:32) mengemukakan bahwa tenaga kerja merupakan
bentuk keunikan tingkah laku dari jenis manusia dan meningkatkan produktivitas
dengan memperbaiki kondisi kerja merupakan landasan bagi pengisian hidup secara
baik serta memberikan arti bagi kehidupan manusia.
Pengertian di atas menunjukkan bahwa tenaga kerja digolongkan secara luas
mencakup tenaga kerja intelektual dan tenaga kerja fisik serta mencakup setiap
aspek kehidupan kerja. Hal ini berarti bahwa individu dipandang sebagai kesatuan
sosial.
Payaman J. Simanjuntak (2002 : 23) mengemukakan pengertian tenaga
kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang
mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus
rumah tangga.
Berdasarkan pengertian di atas berarti tenaga kerja sudah mencakup
angkatan kerja yang belum bekerja, Disamping itu tenaga kerja terdiri dari tenaga,
buruh, pengusaha, pemerintah dan sebagainya. Akan tetapi tenaga kerja diartikan
sebagai sumber daya manusia yang bisa diharapkan partisipasinya dalam usaha
meningkatkan produktivitasnya.
Tambunan T. (2006 : 2), mengemukakan bahwa seorang penduduk
dikatakan bekerja bila penduduk tersebut melakukan kegiatan dengan maksud
memperoleh penghasilan atau keuangan selama paling sedikit satu jam sehari
(termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu suatu usaha) dalam
seminggu sebelum wawancara, bekerja satu jam tersebut harus dilakukan berturut-
turut dan tidak boleh terputus.
15
Selanjutnya Suroto (1998 : 2) mengemukakan bahwa pasar kerja adalah
seluruh kebutuhan tenaga kerja dan persediaan tenaga kerja dalam masyarakat, atau
seluruh permintaan dan penawaran tenaga kerja dalam masyarakat, dengan seluruh
mekanisme yang memungkinkan adanya transaksi produktif antara orang yang
menawarkan tenaganya dengan pihak pengusaha yang membutuhkan tenaga
tersebut.
Handoko Hani T (1984 : 390) berbagai prinsip yang berlaku diperhatikan
dalam manajemen tenaga kerja adalah :
1. Memadukan tenaga kerja dengan pekerjaan.
Prinsip ini mengandung arti bahwa orang-orang harus dipilih untuk pekerjaan-
pekerjaan atas dasar berbagai perbedaan karakteristik dan profesi individual.
2. Menetapkan standar-standar pelaksanaan.
Standar-standar pelaksanaan kerja harus ditetapkan untuk semua pekerjaan agar
tanggung jawab dan apa yang diharapkan para tenaga kerja.
3. Memberikan penghargaan atas prestasi kerja.
Bila standar-standar telah ditetapkan, manajemen perlu memberikan
penghargaan kepada para tenaga kerja yang dapat mencapai atau melebihi
standar untuk motivasi kerja.
4. Merumuskan secara jelas tanggung jawab tenaga kerja.
Bila tanggung jawab pekerjaan tidak jelas dan berubah-ubah dan para pekerja
akan frustasi. Hasilnya dapat berupa kualitas rendah dan konflik di antara
individu-individu.
16
2.4 Konsep Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan
disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic
growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan
sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
(Supriyanto, 1998:54)
Agus Mulyana (2004:57) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah
proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami
pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut.
Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan
ekonomi. Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi
keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar
pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan
ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga
terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada
berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik.
Mardiasmo (2004:29) mengemukakan bahwa sumber daya alam yang dimiliki
mempengaruhi pembangunan ekonomi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor
17
tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor
nonekonomi.
Hasibuan (2002:15) mengemukakan faktor ekonomi yang mempengaruhi
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam,
sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.
Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan
tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat
mempengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan
bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk
mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi
(disebut juga sebagai proses produksi).
Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional
melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan
pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas
penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada.
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan
mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan
mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat
penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-
barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas. Faktor nonekonomi
mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik, dan sistem
yang berkembang dan berlaku.
18
Hasibuan (2002:15) mengemukakan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan
untuk mengembangkan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya atau Suatu proses
yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka
panjang. Analisis Ekonomi Pembangunan = Permasalahan Negara Sedang
Berkembang.
2.5 Kerangka Pikir
Masyarakat Desa Wonua Kongga merupakan kelompok masyarakat yang
memiliki aktivitas sebagai petani untuk mengelola sumber daya alam termasuk
hasil perkebunan dan hasil perikanan yang diperoleh dalam kegiatan nelayan.
Selain itu masyarakat juga berusaha untuk meningkatkan perekonomian rumah
tangganya dengan memanfaatkan kekayaan alam di desa Wonua Kongga. Kondisi
perekonomian masyarakat diperhadapkan dengan kemampuan masyarakat dalam
mengelola sumber daya alam dan pendapatan dari hasil kerja pada berbagai
lapangan kerja.
Perekonomian masyarakat dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat, sumber
daya manusia (tenaga kerja) dan sumber daya alam (hasil perkebunan).
Kemampuan untuk mengelola sumber daya alam memungkinkan perekonomian
masyarakat dapat ditingkatkan pada masa mendatang. Untuk menganalisis
penelitian ini digunakan analisis regresi linear berganda untuk menjelaskan faktor-
faktor yang mempengaruhi perekonomian masyarakat di Desa Wonua Kongga
Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan yang pada gilirannya akan
memperoleh kesimpulan dan rekomendasi terhadap peningkatan perekonomian
Masyarakat Desa Wonua Kongga
Perekonomian Masyarakat
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perekonomian
Masyarakat
Pendapatan Masyarakat
Tenaga Kerja Hasil perkebunan
Alat Analisis
Kesimmpulan dan Rekomendasi
19
masyarakat di desa Wonua Kongga . Untuk jelasnya kerangka pikir penelitian
disajikan pada gambar berikut :
Gambar 1. Kerangka Pikri Penelitian
20
2.6 Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka
hipotesis penelitian adalah diduga faktor-faktor yang mempengaruhi
perekonomian masyarakat adalah pendapatan masyarakat, tenaga kerja dan
hasil kebun.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya Kabupaten
Konawe Selatan.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan kepala keluarga Wonua
Kongga sebanyak 134 kk. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan sampel secara segala dari
jumlah populasi sebesar 10% atau sebanyak 13 orang.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data
yang diperoleh langsung dari masyarakat berupa pendapatan, jumlah tenaga kerja,
dan alokasi pemanfaatan sumber daya alam (sumber daya perikanan, sumber daya
perkebunan, dan sumber daya hutan), sedangkan data sekunder yaitu data-data yang
telah didokumentasikan sehubungan dengan tujuan penelitian seperti data produksi,
luas wilayah dan data lainnya.
22
3.3.2 Sumber data
Data primer yang bersumber dari masyarakat desa Wonua Kongga,
sedangkan data sekunder bersumber dari dokumentasi pada kantor desa Wonua
Kongga. Kantor Kecamatan dan BPS Konawe Selatan
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui dokumen yang ada pada kantor
desa Wonua Kongga, Kantor Camat dan BPS Konsel
2. Observasi lapangan yaitu pengumulan data berupa jenis pekerjaan pendapatan
dan data lainnya yang dilakukan secara langsung ke masyarakat.
3.5 Metode Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dengan
menggunakan metode sebagai berikut :
1. Editing yaitu metode pengolahan data dengan kegiatan mengedit dan memiliki
data-data yang relevan dengan penelitian
2. Coding yaitu metode untuk memberikan kode atau tanda terhadap data-data
yang akan digunakan dalam penelitian
3. Tabulating yaitu metode untuk memasukan data ke dalam tabel sesuai
kebutuhan penelitian.
4. Interpretating yaitu metode untuk memberikan penjelasan terhadap masing-
masing data yang telah ditabulasikan.
23
3.6 Analisis Data
Analisis statistik inferensial yaitu suatu analisis yang dilakukan dengan
tujuan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah diajukan, pada penelitian ini
digunakan metode analisis desktriptif kualitatif guna menjelaskan tingkat
pendapatan, keadaan tenaga kerja, dan ketersediaan sumber daya alam dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu digunakan analisis regresi untuk
menganalisis faktor-faktor mempengaruhi perekonomian masyarakat dengan
menggunakan rumus :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan :
Y = Perekonomian masyarakat
a = konstanta
b1, b2, b3 = Koesfisien regresi
X1 = Modal
X2 = Tenaga Kerja
X3 = Hasil kebun
e = Tingkat kesalahan
Terdapat dua pengecualian agar koefisien X1, X2 dan X3 dapat diperbandingkan.
Pertama, pengukuran dilakukan pada skala yang sama. Kedua adalah dengan
melakukan standardisasi perubahan X1,X2, X3 dan Y dengan membagi perubahan-
perubahan dengan standar deviasi sehingga perubahan-perubahan tersebut tidak
mempunyai satuan. Hasilnya adalah koefisien regresi yang terstandardisasi dalam
koefisien Beta atau mempunyai standardized Beta (Piet Rietfield, 1994:37-38).
24
Dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini tingkat kepercayaan yang
ditetapkan oleh peneliti 95% atau α = 0,05 sebagai indikasi signifikansi variabel
bebas terhadap variabel terikat dimana jika p-value < 0,05 berarti terdapat pengaruh
yang signifikan, sebaliknya jika p-value > 0,05 berarti tidak terdapat pengaruh yang
signifikan atau untuk mengetahui pengaruh variabel pendapatan masyarakat (X1),
sumber daya alam (X2) dan sumber daya manusia (X3) secara bersama-sama
terhadap perekonomian masyarakat (Y).
Jika nilai koefisien determinan, baik dilihat dari R2 maupun R-Square di atas
0,60, namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel
dependen, maka ditengarai model terkenal multikolinearitas.
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah model yang digunakan
merupakan model linear dimana peningkatan atau penurunan variasi pada kriterium
diikuti oleh peningkatan atau penurunan pada prediktor sehingga pola hubungan
membentuk garis lurus (Winarsunu, 2004)
3.6. Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Perekonomian adalah keadaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang diukur
dari tingkat pendapatan, tingkat pemanfaatan sumber daya alam dan
kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola potensi yang ada di
wilayahnya
25
b. Pendapatan masyarakat yaitu nilai produksi yang peroleh masyarakat yang
diterima dari hasil kerja pada lapangan kerja masing-masing dinyatakan dalam
satuan rupiah.
c. Sumber daya manusia adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja pada berbagai
sektor lapangan kerja yang dinyatakan dengan orang
d. Sumber daya alam adalah banyaknya jumlah produksi hasil perikanan, hasil
pertanian, dan hasil perkebunan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan satuan ton/kg/m3.
e. Tenaga kerja adalah masyarakat yang bekerja pada berbagai lapangan kerja di
Desa Wonua Kongga
f. Sarana dan prasarana yaitu fasilitas yang digunakan untuk mengelola sumber
daya alam yang ada di Desa Wonua Kongga.
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Kondisi Geografis
Penelitian yang dilakukan di Desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya
ditujukan untuk faktor-faktor yang mempengaruhi perkeonomian masyarakat,
namun sebelumnya perlu disajikan gambaran umum lokasi penelitian
berdasarkan letak dan batas wilayah Desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya
Kabupaten Konawe Selatan dengan wilayah yang tergolong dataran dengan
topografi datar.
1. Letak dan Luas Wilayah
Batas wilayah desa Wonua Kongga dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Labokeo
- Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Tiworo
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Torobulu
- Sebelah Barat berbatasan dengan Dusun 4 Desa Lanokeo
Batas wilayah pedesaan tersebut menunjukkan kondisi georgrafis desa
Wonua Kongga yang berada di pinggiran pantai dengan luas wilayah 1.200 ha.
Kaitan kondisi geografis dengan penelitian ini merujuk faktor-faktor yang
mempengaruhi perekonomian masyarakat desa Wonua Kongga.
27
2. Topografi
Desa Wonua Kongga memiliki topografi berbukit. Rata-rata ketinggian
wilayah dari permukaan laut antara 50 hingga 150 meter dari permukaan laut.
Luas Lahan 1.200 ha telah dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Untuk
lebih jelas penulis sajikan pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1. Pemanfaatan Lahan Desa Wonua Kongga, Tahun 2009
No. Pemanfaatan LahanJumlah
(ha)Persentase
(%)
1 Pemukiman 375 31,25
2 Perkantoran 1,48 0,12
4 Perkebunan 568,00 47,33
5 Perdagangan 3,26 0,27
6 Sarana Pendidikan 1,02 0,09
7 Sarana ibadah 1 0,08
9 Hutan rakyat 250,24 20,85
Jumlah 1.200,00 100
Sumber Data : Kantor Desa Wonua Kongga, Tahun 2010
Berdasarkan data pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa wilayah desa Wonua
Kongga telah dimanfaatkan untuk lahan pemukiman pendudukan seluas 375 ha
(31,25 persen), luas lahan untuk perkantoran di desa ini seluas 1,48 ha (0,12
persen), luas lahan untuk perkebuhan seluas 568 ha (47,33 persen) luas lahan
untuk yang digunakan untuk perdagangan seluas 3,26 ha (0,27 persen), luas
lahan untuk yang dimanfaatkan untuk sekolah seluas 1,02 ha (0,09 persen), luas
lahan yang digunakan untuk tempat ibadah seluas 1 ha, (0,08 persen), luas
28
hutan rakyat yang ada di desa Wonua Kongga seluas 250,24 ha (20,85 persen).
Hal ini menunjukkan luas wilayah di desa Wonua Kongga termanfaatkan untuk
perkebunan rakyat dan sebagiannya masih merupakan hutan rakyat.
3. Komposisi Penduduk
Kepadatan penduduk pada desa Wonua Kongga tahun 2009 mencapai
501 Jiwa yang terdiri dari 134 kepala keluarga. Dari jumlah penduduk tersebut
terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 243 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 258 jiwa. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan padaTabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2. Dsitribusi Penduduk Desa Wonua Kongga Menurut Kelompok Umur Tahun 2009
No.
Kelompok Umur Produktivitas
Kerja
Jenis KelaminJumlah (Jiwa)
Perkembangan (%)
Laki-Laki
(Jiwa)Perempuan
(Jiwa)
1 0 - 14 Belum Produktif 68 72 140 27,87
2 15 - 59 Produktif 171 182 353 70,39
3 60 ke atas Tidak Produktif 4 4 8 1.73
Jumlah 243 258 501 100
Sumber Data : Kantor Desa Wonua Kongga, Tahun, 2010
Berdasarkan data pada Tabel 4.2, menunjukkan bahwa distribusi
penduduk menurut kelompok umur tergolong belum produktif adalah mereka
berada pada kelompok umur 0 - 14 tahun yang berjumlah 140 jiwa atau 27,87
persen. Sedangkan penduduk golongan umur yang tidak produktif berumur 60
tahun ke atas berjumlah 8 Jiwa atau 1,73 persen Sementara itu penduduk yang
tergolong produktif berumur antara 15-59 tahun sebanyak 353 Jiwa atau 70,39
29
persen dari 501 Jiwa penduduk desa Wonua Kongga. (BPS Kecamatan Laeya,
2010) Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendudukan Desa Wonua
Kongga Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan yang terbanyak adalah
tingkat umur produktif, dan penduduk yang paling sedikit adalah penduduk di
atas 60 tahun.
Mata pencaharian masyarakat di Desa Wonua Kongga di Kecamatan Laeya
berbeda-beda sesuai dengan bidang kerjanya, ada yang bekerja sebagai petani
kebun, buruh tani, dan nelayan. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan pada tabel
berikut :
Tabel 4.3. Mata Pencaharian Penduduk Desa Wonua Kongga Tahun 2009
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)Persentase
(%)
1.
2.
3.
4.
Petani
Buruh Nelayan
Nelayan
Tidak bekerja
68
185
166
82
13,57
36,93
33,13
16,37
Jumlah 501 100
Sumber Data : Kantor Desa Wonua Kongga, Tahun 2010
Tabel 4.3. menunjukkan pendistribusian penduduk berdasarkan, mata
pencaharian adalah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani
sebanyak 60 orang (13,57 %), golongan penduduk yang bermata pencaharian
sebagau buruh nelayan sebanyaj 185 orang (36,93 %), penduduk yang bermaa
pencaharian sebagai nelayan sebanyak 166 orang (33,13 %), sementara itu
penduduk yang tidak bekerja sebanyak 82 orang (16,67 %). Hal ini
menunjukkan bahwa penduduk desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya
30
Kabupaten Konawe Selatan kebanyakan bermata pencaharian sebagai buruh
nelayan.
Dari segi pendidikan, masyarakat yang ada di Desa Wonua Kongga
Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan mempunyai tingkat pendidikan
yang bervariasi. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan pada Tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Desa Wonua Kongga Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009
No. PendidikanJumlah(Jiwa)
Persentase( % )
1 Belum Sekolah 110 21,96
2 Buta Aksara 68 13,57
3 Tidak Tamat SD 63 12,68
4 SD 120 23,95
5 SMP 122 24,35
6 SMA 18 3,59
Jumlah 501 100
Sumber Data : Kantor Desa Wonua Kongga, Tahun2010
Berdasarkan data pada Tabel 4.4, di atas menunjukkan bahwa penduduk
Desa Wonua Kongga mempunyai tingkat pendidikan yang bervariasi, ada yang
belum sekolah, hingga tamat SMA. Penduduk yang belum sekolah dan buta
aksara sebanyak 68 jiwa (13,57 %) yang menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan masyarakat di Desa Wonua Kongga masih rendah, mereka yang
belum sekolah tergolong masyarakat yang tidak menduduki bangku sekolah
dengan alasan ketidakmampuan ekonomi terutama menyangkut biaya
31
pendidikan, begitu pula dengan mereka yang buta aksara dan tidak dapat
memperoleh pendidikan dengan baik. (Kantor Desa Wonua Kongga, 2010)
4.2 Potensi Desa Wonua Kongga
Berdasarkan kondisi alamnya, desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya
memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk dijadikan sebagai sumber
pendapatan yakni perikanan, perkebunan, peternakan dan sektor lainnya.
1) Perikanan
Sektor perikanan dalam arti luas merupakan sektor unggulan daerah karena
desa Wonua Kongga sebagai daerah pesisir dengan kegiatan nelayan
sebagai salah satu sumber pencaharian mereka untuk dijadikan sebagai
sumber pendapatan.. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian di sektor ini
adalah penggunaan teknologi tepat guna oleh nelayan, peningkatan kualitas
nelayan dan peningkatan kegiatan pemasaran hasil perikanan. Pembangunan
di sektor perikanan meliputi penyediaan sarana dan prasarana perikanan
kepada masyarakat nelayan di Desa Wanua Kongga..
Potensi perikanan desa Wonua Kongga meliputi perikanan laut dan
perikanan darat (tembak/empang). Jenis komoditi perikanan yang
dihasilkan seperti, ikan kurapu, cakalang, udang, kepiting bakau, kepiting
rajungan, ikan tembang, belanak, baronang, bandeng dan cumi.
2) Perkebunan
Potensi perkebunan lahan kering yang potensial untuk
pengembangan perkebunan dipekirakan 1.200 ha. Dimana 568 ha adalah
32
areal perkebunan yang telah diusahakan masyarakat.
3) Peternakan
Populasi ternak di Desa Wonua Kongga mengalami perkembangan
yang cukup pesat dari tahun ke tahun. Populasi ternak yang mengalami
perkembangan yang bervariasi utamanya seperti ternak sapi, dan ayam. Hal
ini penulis sajian pada tabel berikut :
Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Desa Wonua Kongga Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009
TahunSapi (Ekor) Ayam (Ekor)
Jumlah % Jumlah %
2005 38 - 120 -
2006 32 -15,79 115 -4,17
2007 47 46,87 124 7,83
2008 33 -29,79 135 8,87
2009 25 24,24 128 -5,18
Rata-rata 35 124
Sumber Data : Kantor Desa Wonua Kongga, Tahun2010
Data pada tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa perkembangan produksi
ternak sapi dan ayam dlamdalam 5 tahun terakhir (2005-2009). Produksi ternak
sapi pada tahun 2005 sebanyak 38 ekor, mengalami penurunan pada tahun 2006
karena kurangnya produksi ternak sapi pada tahun 2006, pada tahun 2007
produksi ternak meningkat 46,87 %, namun kemudian turun pada tahun 2008
29,79 % dan pada tahun 2009 meningkat 24,24 %. Sementara itu produksi
ternak ayam mengalami perkembangan yang variasi, tahun 2005 produksi
ternak ayam sebanyak 120 ekor, dan mengalami penurunan pada 4,17 % pada
33
pada tahun 2006, namun pada tahun 2007 produksi ternak ayama meningkat
7,83 % dan pada tahun 2008 meningkat 8,87 % sedangkan pada tahun 2009,
produksi ternak ayam mengalami penurunan 5,18 %. Perkembangan produksi
ternak sapi dan ayam di Desa Wonua Kongga menunjukkan kemampuan
masyarakat dalam melakukan kegiatan dibidang peternakan.
4) Industri dan perdagangan
Bidang ekonomi lain yang diharapkan mampu mendorong
peningkatan ekonomi penduduk desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya
Kabupaten Konawe Selatan dan dapat menciptakan kesempatan kerja
dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada adalah sektor industri
rumah tangga dan usaha kecil. Potensi industri yang ada adalah industri
rumah tangga yang dilakukan sebagai pekerjaan samping seperti pengolahan
rumput laut yang baru dibentuk oleh masyarakat sebanyak 1 unit dan belum
ditingkatkan oleh karena keterbatasan modal kerja.
4.3 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah penduduk desa Wonua Kongga yang
ditentukan dengan menggunakan purposive sampling terdiri dari petani, buruh
nelayan dan nelayan yang berjumlah 13 orang. Adapun karakteristik responden
didasarkan pada karakteristik jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan , luas
lahan, dan tenaga kerja,
34
1. Tingkat Umur
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 13 orang yang ditetapkan
sebagai sampel. Karakteristik Responden menurut umu, penulis sajikan pada
Tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Umur di Desa Wonua Kongga, Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan, Tahun 2010
No. Usia Jumah (Orang) Persentase (%)
1
2
3
4
5
< 25
26 – 35
36 – 45
46 – 55
56 ke atas
2
2
5
3
1
15,38
15,38
38,46
23,08
7,69
Jumlah 13 100
Sumber : Data primer, Mei 2010
Data pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden yang digunakan dalam
penelitian ini memiliki tingkat umur kurang dari 25 tahun sebanyak 2 orang
atau 15,38 persen, responden yang berumur antara 26-35 tahun sebanyak 2
orang atau 15,38 persen, responden yang berumur antara 36 - 45 tahun
sebanyak 5 orang atau 38,46 persen, responden yang berumur antara 46-55
tahun sebanyak 3 orang atau 23,08 persen dan responden yang berumur 56
tahun ke atas berjumlah 1 orang atau 7,69 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
responden yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar berumur antara
36-45 tahun.
35
2. Jenis Kelamin
Penelitian ini menggunakan responden yang merupakan petani kebun yang
terdiri dari laki-laki dan perempuan untuk memperoleh tanggapan terhadap
aktivitas mereka selama bekerja sebagai petani kebun. Banyaknya responden
laki-laki dan perempuan yang menjadi sampel dalam penelitian ini disajikan
pada Tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin di Desa Wonua Kongga, Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan, Tahun 2010
No. Jenis Kelamin Jumah (Orang) Persentase (%)
1. Laki-Laki 8 61,54
2. Perempuan 5 38,46
Jumlah 13 100
Sumber : Data primer, Mei 2010
Data pada Tabel 4.7 di atas. menunjukkan bahwa responden yang digunakan
dalam penelitian ini 8 orang atau 61,54 persen adalah laki-laki sedangkan
perempuan sebanyak 5 orang atau 38,46 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
responden dalam penelitian kebanyakan laki-laki.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan menunjukkan tingkat pemahaman atau pengetahuan
responden terhadap pekerjaan yang dilakukan. Tanggapan terhadap tingkat
pendidikan responden dapat disajikan pada Tabel 4.8 berikut.
36
Tabel 4.8. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Wonua Kongga, Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan, Tahun 2010
No. Pendidikan Jumah (Orang) Persentase (%)
1
2
3
SD
SMP
SMA
6
4
3
46,15
30,77
23,08
Jumlah 13 100
Sumber : Data primer, diolah, 2010
Data pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa responden memiliki tingkat
pendidikan yang berbeda-beda. Responden yang berpendidikan SD berjumlah
6 orang atau 46,15 persen responden yang berpendidikan SMP berjumlah 4
orang atau 30,77 persen, dan responden yang berpendidikan SMA berjumlah 3
orang atau 23,05 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Wonua
Kongga sebagian besar memiliki pendidikan tamatan SD
4.4. Faktor-Faktot Yang Mempengaruhi Perekonomian Masyarakat
Perekonomian yang dikaji dalam penelitian ini mencakup pendapatan
masyarakat, sumber daya manusia dan sumber daya alam sebagai faktor utama
yang menunjang perekonomian masyarakat.
1. Pendapatan Masyarakat
Sebelumny menjelaskan pendapatan responden, maka sebelumnya penulis
sajikan pendapatan masyarakat dari berbagai mata pencahariannya yang
dilakukan oleh 134 orang. Pendapatan masyarakat desa Wonua Kongga
Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan merupakan penerimaan
37
masyarakat dari hasil kerja yang dilakukannya pada masing-masing masing-
masing mata pencahariannya. Pendapatan masyarakat di Desa Wonua Kongga
terhadap 134 kepala keluarga penulis sajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.9 Pendapatan Masyarakat Desa Wonua Kongga, Tahun 2009
Tingkat Pendapatan
Tenaga Kerja (Orang)
JumlahPersentas
e (%)Petan
i
Buruh Nelaya
nNelaya
n
100.000 - 300.000 12 16 18 46 13.03
300.001- 500.000 32 45 35 112 31.73
500.001 - 800.000 15 52 64 131 37.11
> 800.000 9 26 29 64 18.13
Jumlah 68 139 146 353 100
Sumber : Data primer, Mei 2010
Data pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan masyarakat
desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe antara Rp.100.000
hingga lebih dari Rp.800.000. Angkatan kerja yang bekerja di Desa Wonua
Kongga sebanyak 353 orang yang bekerja sebagai petani, buruh nelayan dan
nelayan. Masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan antara Rp.100.000-
300.000 per bulan sebanyak 46 orang atau 13,03 persen. Masyarakat yang
memiliki tingkat pendapatan antara Rp.300.001-500.000 per bulan sebanyak
112 orang atau 31,73 persen, masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan
antara Rp.500.001-800.000 per bulan sebanyak 131 orang atau 37,11 persen
sedangkan masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan lebih dari Rp.800.000
per bulan sebanyak 64 orang atau 18,13 persen. Namun demikian dapat
38
dikemukakan bahwa kebanyakan penduduk desa Wonua Kongga memiliki
pendapatan antara Rp.500.001 – 800.000.
Sehubungan dengan penelitian ini, maka tingkat pendapatan yang
digunakan adalah tingkat pendapatan responden yang penulis sajikan pada tabel
berikut:
Tabel 4.10 Responden Menurut Tingkat Pendapatan di Desa Wonua Kongga, Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan, Tahun 2010
Tingkat PendapatanTenaga Kerja
Jumlah Persentase (%)Petani
Buruh Nelayan Nelayan
100.000 - 300.000 1 1 2 4 30.77
300.001- 500.000 1 1 1 3 23.08
500.001 - 800.000 1 1 1 3 23.08
> 800.000 1 1 1 3 23.08
Jumlah 4 4 5 13 100
Sumber : Data Primer, Mei 2010
Data pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa pendapatan masing-masing
responden pada lapangan kerja yang ada di Desa Wonua Kongga, sebnyak 4
orang responden atau 30,77 persen memiliki pendapatan antara Rp.100.000 –
300.000 perbulan, sebanyak 3 orang responden atau 23,08 persen memiliki
pendapatan antara Rp.300.001-500.000 per bulan, sebanyak 3 orang responden
atau 23,08 persen memiliki pendapatan Rp. 500.001 – 800.000,- perbulan, dan
sebanyak 3 orang atau 23,08 persen memiliki tingkat pendapatan Rp.800.001 ke
atas.
39
Tingkat pendapatan yang dimiliki responden dari kegiatan usahatani
menunjukkan kemampuan masyarakat desa Wonua Kongga dalam mengelola
hasil perkebunan dikonsumsi dan jual yang dipasarkan akan dikonsumsi dan
dijual ke pasar lokal. Komoditi yang dikelola penduduk dari sub sektor
perkebunan rakyat mencakup usahatani jagung dan jambu mete. Dalam 3 tahun
terakhir produksi dan pendapatan masyarakat dari hasil usahatani komoditi
jambu mete dan jagung, penulis disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.11 Komoditi Yang Dihasilkan di Desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya Tahun 2007-2009
KomoditiProduksi (Kg) Produksi Rata-
Rata (Kg)2007 2008 2009
Jambu Mete 1.425 1.788 2.152 1.788
Jagung 935 1.142 1.350 1.142
Jumlah 2.360 2.930 3.502 2.930
Sumber : Data diolah, Mei 2010
Pada tabel 4.11 di atas, menunjukkan bahwa produksi jambu mete dan
jagung dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan. Produksi jambu
mete pada tahun 2007 sebanyak 1.425 kg, meningkat pada tahun 2008 menjadi
sebanyak 1.788 kg dan pada tahun 2009 produksi jambu mete meningkat
menjadi 2.152 kg. Dengan demikian rata-rata produksi jambu mete di desa
Wonua Kongga dari 13 orang responden sebanyak 1.788 kg per tahun.
Sementara itu produksi jagung pada tahun 2007 sebanyak 935 kg, meningkat
pada tahun 2008 menjadi 1.142 kg dan pada tahun 2009 produksi jagung
40
meningkat menjadi 1.350 kg. Dengan demikian rata-rata produksi jagung di
desa Wonua Kongga adalah sebanyak 1.142 kg per tahun.
Pada sektor perikanan produksi ikan segar yang diperoleh nelayan dalam 3
tahun terakhir (2007-2009) dapat disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.12 Jenis Ikan yang Diproduksi di Desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya Tahun 2007-2009
Jenis IkanProduksi Ikan Segar (Kg) Produksi Rata-
Rata (Kg)2007 2008 2009
Cakalang 32 61 68 161
Kurapu 40 48 52 140
Bandeng 58 62 67 187
Katamba 95 105 115 315
Baronang 53 68 85 206
Cumi 64 75 85 224
Jumlah 342 419 475 1.236
Sumber : Data primer. Mei 2010
Data pada tabel 4.12 di atas, menunjukkan bahwa produksi ikan segar
dari kegiatan nelayan mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Rata-rata
prodiksi ikan cakalang sebanyak 161 kg/tahun, ikan kurapu sebanyak 140
kg/tahun, jenis ikan bandeng yang diproduksi nelayan di desa Wonua Kongga
rata-rata sebanyak 187 kg/tahun, ikan katamba rata-rata sebanyak 315
kg/tahun, ikan baronang sebanyak 206 kg/tahun sedangkan cumi yang
diproduksi nelayan rata-rata 224 kg/tahun Hal ini menunjukkan bahwa
41
produksi perikanan menjadi salah satu sumber pendapatan nelayan di Desa
Wonua Kongga.
Dalam penelitian pendapatan yang dimiliki responden digunakan sebagai
modal untuk membiayai kegiatan usaha yang dilakukan guna meningkatkan
ekonomi rumah tangga. Adapun jumlah modal yang digunakan oleh masih-
masing responden, penulis disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.13 Jumlah Modal Usaha Responden Di Desa Wonua Kongga Tahun 2010
No. Responden Jumlah Modal (Rp.)1 400,0002 500,0003 550,0004 300,0005 250,0006 300,0007 450,0008 400,0009 350,00010 300,00011 600,00012 650,00013 450,000
Sumber : Data primer, Mei 2010
Data pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa masing-masing responden
memiliki modal yang terbatas untuk melakukan kegiatan usaha. Kegiatan usaha
yang dilakukan antara lain sebagai nelayan petani kebun dan peternak. Modal
digunakan responden untuk meningkatkan kinerja usaha dari hasil penelitian
diperoleh bahwa responden memiliki modal usaha antara Rp.250.000 -
650.000.
42
2. Sumber Daya Manusia (Penggunaan Tenaga kerja)
Tenaga kerja dalam pelaksanaan setiap pekerjaan menjadi faktor produksu
yang utama dalam menyelesaikan pekejeraan Jumlah tenaga kerja yang
digunakan dalam kegiatan usaha nelayan dan perkebunan serta peternakan
menggunakan tenaga kerja antara 2– 3 orang. Kegiatan usaha perikanan
menggunakan tenaga kerja sntara 5-6 orang dan kegiatan usaha perkebuhan
menggunakan tenaga kerja antara 1-3 orang.
Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata tenaga kerja yang digunakan
dalam kegiatan usaha untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di desa
Wonua Kongga, penulis sajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.14 Jumlah Tenaga Kerja yang digunakan pada Sub Sektor Perkebuhan di Desa Wonua Kongga Tahun 2010
No. Responden Jumlah Tenaga Kerja (Rp.)1 22 33 44 55 46 47 38 29 210 211 312 213 3
Sumber : Data diolah, Mei 2010
Berdasarkan data pada Tabel 4.14 di atas menunjukkan bahwa jumlah
tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan usaha perkebuhan yang dilakukan
responden di desa Wonua Kongga antara 2-5 orang. Penggunaan tenaga kerja
43
dalam kegiatan usaha ditetapkan sebagai salah satu variabel penelitian untuk
mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian masyarakat.
3. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam dalam yang dikelola responden dalam penelitian ini
lahan produksi untuk tanaman perkebunan jagung. Nilai jual petani pada
penelitian ini diukur berdasarkan tingkat produksi jagung sebagai salah satu
sumber daya alam yang ada di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya
Kabupaten Konawe Selatan. Nilai produksi jagung sebagai hasil sumber daya
alam menunjukkan kemampuan responden petani jagung untuk dapat
memperoleh hasil produksi jagung yang diharapkan untuk dikonsumsi dan
dipasarkan kepada konsumen.
Nilai tukar responden petani kebun jagung menggambarkan kemampuan
petani dan tenaga kerjanya dalam menggarap dan mengolah sektor perkebunan.
Sementara itu hasil produksi yang domunian adalah komoditi jagung, dengan
demikian nilai sumber daya alam dalam penelitian ini adalah pemanfaatn lahan
dan tingkat produksi jangung yang penulis sajikan pada tabel berikut :
44
Tabel 4.15 Responden Menurut Nilai Lahan dan Produksi Jagung di Dewa Wonua Kongga, Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2010
No. Responden Luas Lahan (ha.)Produksi Jagung
(kg)1 1,2 2562 1,4 3243 1,3 2644 0,8 1855 0,5 1246 0,5 1277 0,6 1258 1,2 2589 1,5 25910 1,2 25811 0,8 18512 0,7 17613 1,2 246
Sumber : Data primer, Mei 2010
Data pada tabel 4.15 di atas, menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki
oleh masing-masing responden dalam melakukan kegiatan usahanya ditujukan
untuk meningkatkan produksi hasil perkebunan. Lahan yang digunakan oleh
masing-masing responden antara 0,5 ha – 1,5 ha dengan tingkat produksi
antara 124 – 324 kg/ per musim panen.
4.5. Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-Faktot Yang Mempengaruhi Perekonomian Masyarakat
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perekonomian masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan
Laeya Kabupaten Konawe Selatan menggunakan alat analisis regresi linear
berganda yang diuji dengan SPSS Versi 15. Adapun hasil analisis disajikan
sebagai berikut :
45
Tabel 4.16 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Variabel Koefisien Regresi thitung Sig Partial
Modal (X1) 0.687 5.724 0.000 0.864
Tenaga kerja (X2) 0.341 4.774 0.006 0.142
Lahan (X3) 0.495 8.188 0.004 0.240
Sumber : Data diolah, 2009
Konstanta (a) 2.003 Fhitung 40.274 α = 0.05R 0,957 n = 13R Square 0,917
Berdasarkan tabel Tabel 16 diperoleh nilai konstanta (a) dan (koefisien
regresi (b) yang mengubah persamaam regresi linear berganda menjadi :
Y = 2.003 + 0.687X1 + 0.341X2 - 0.495X3
Berdasarkan persamaan tersebut, maka makna dari nilai yang diperoleh
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Nilai konstanta (a) dari persamaan tersebut sebesar 2.003, bermakna bahwa jika
nilai variabel independen dianggap konstan, maka nilai Y = 2.003, maksudnya
prospek pengembangan usaha agribisnis bernilai 2.003
2. Modal
Modal (X1 ) = 0.687 bermakna bahwa jika modal ditambahkan sebesar satu
satuan, maka upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sebesar
68,7 persen, dengan asumsi bahwa variabel lain konstan.
46
3. Tenaga kerja
Tenaga kerja (X2 ) = 0.341 bermakna bahwa jika tenaga kerja ditambahkan atau
bertambah, maka upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sebesar
34,1 persen dengan asumsi bahwa variabel lain konstan.
4. Lahan
Nilai lahan (X3) = 0.495 bermakna bahwa jika tanah diperluas dalam usaha
perkebunan di desa Wonua Kongga maka upaya untuk meningkatkan hasil
produksi dan perekonomian masyarakat 49,5 persen dengan asumsi bahwa
variabel lain konstan.
Nilai koefisien dari masing-masing variabel menunjukkan bahwa variabel
modal, tenaga kerja dan tanah dalam penelitian ini menjadi faktor yang
berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat di desa Wonua Kongga
Kecamatan Laeya.
4.6. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk membuktikan
dugaan sementara terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian
masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya. Hasil uji hipotesis dapat
dijelaskan sebagai berikut :
4.6.1 Uji Partial (Uji t)
Uji partial atau uji t dari variabel X1, X2 dan X3 terhadap variabel Y
diperoleh sebagai berikut :
47
1) Modal (X1) memiliki nilai signifikansi = 0,000 < 0,05, sedangkan thitung =
5.724 > ttabel = 1.086 artinya variabel modal secara parsial mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap perekonmian masyarakat di desa Wonua Kongga
Kecamatan Laeya. Signifikan disini berarti Ha diterima dan Ho ditolak yang
berarti bahwa produksi merupakan faktor yang mempengaruhi perekonmian
masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya.
2) Tenaga kerja (X2) memiliki nilai signifikansi = 0,006 < 0,05, sedangkan thitung
= 4.774 > ttabel = 1.086 artinya tenaga kerja secara parsial mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap perekonmian masyarakat di desa Wonua Kongga
Kecamatan Laeya. Signifikan disini berarti Ha diterima dan Ho ditolak yang
berarti bahwa tenaga kerja merupakan faktor yang mempengaruhi perekonmian
masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya.
3) Tanah (X3) memiliki nilai signifikansi = 0,004 > 0,05, sedangkan thitung = -
8.188 < ttabel = 1.086 artinya variabel tanah secara parsial berpengaruh terhadap
perekonmian masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya
4.6.2 Uji Simultan
Uji simultan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama
variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F menunjukkan variabel
modal, tenaga kerja dan tanah secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap perekonmian masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya. Hasil
uji F menunjukkan nilai signifikan αhitung = 0,000 < 0,05, artinya signifikan,
sedangkan Fhitung = 40.274 > Ftabel =3,01, artinya signifikan (df1= 5 -1 dan df2 = 15 -
4), Signifikansi yang terjadi disini berarti Ha diterima dan Ho ditolak, berarti
48
modal, tenaga kerja dan tanah berpengaruh terhadap perekonmian masyarakat di
desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya
4.7 Pembahasan
Untuk menyatakan suatu usaha memiliki nilai prospek dapat ditentukan
dengan berbagai cara. Analisis regresi linear berganda adalah salah satu alat
untuk mengukur pengaruh faktor-faktor modal, tenaga kerja, dan tanah
terhadap perenomian masyarakat. Hal ini perlu penulis jelas untuk memudahkan
penulis dapat menyajikan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perekonomian masyarakat di desa Wonua Kongga.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perekonmian masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan
Laeya adalah modal, tenaga kerja, tanah . Masing-masing variabel memiliki
pengaruh yang berbeda-beda untuk mendukung perekonmian masyarakat di
desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya
Hasil analisis diperoleh bahwa faktor modal tenaga kerja dan tanah secara
signifikan berpengaruh terhadap perekonmian masyarakat di desa Wonua
Kongga Kecamatan Laeya. Hal ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Modal dalam kegiatan usaha berpengaruh terhadap perekonmian
masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya
2. Tenaga kerja memiliki peranan penting dalam melaksanakan kegiatan
usaha meningkatkan perekonmian masyarakat di desa Wonua Kongga
Kecamatan Laeya
49
3. Tanah dalam penelitian ini merupakan faktor produksi yang berperan untuk
meningkatkan produksi perkebunan dan berpengaruh terhadap perekonmian
masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan Laeya.
50
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa
1. Perekonomian masyarakat di desa Wonua Kongga dipengaruhi oleh faktor
modal, tenaga kerja dan tanah.
2. Faktor modal digunakan untuk membiayai kegiatan usaha, tenaga kerja yang
digunakan mencapai 2-5 orang yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
dan ekonomi rumah tangga sedangkan tanah digunakan untuk meningkatkan
hasil produksi perkebunan
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat
disarankan bahwa :
1. Untuk perekonomian masyarakat, maka diharapkan adanya pemanfaatan
sumber daya modal, sumber daya tenaga kerja dan sumber daya tanah yang
lebih efektif untuk meningkatkan pendapatan dan perbaikan ekonomi rumah
tangga pada masa mendatang.
2. Untuk meningkatkan kegiatan usaha, maka diharapkan adanya bantuan
pemerintah dalam memberikan bantuan kerja sama untuk dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat di desa Wonua Kongga pada masa mendatang.
51