pengelolaan wilayah pesisir di desa muara …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/pengelolaan...

328
PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG ( Studi Kasus Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten Tangerang Tahun 2015-2016 ) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Publik Oleh: Asti Apriliyanti Putri 6661131302 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, 2018

Upload: ngodiep

Post on 06-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA

KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG

( Studi Kasus Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai

Kabupaten Tangerang Tahun 2015-2016 )

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Oleh:

Asti Apriliyanti Putri

6661131302

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, 2018

Page 2: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 3: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 4: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 5: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

Hidup bagaikan sepeda agar tetap

seimbang maka anda harus tetap

bergerak

(Albert Einsten)

Selalu ada harapan untuk yang terus berdoa dan selalu ada jalan untuk yang tanpa henti

berusaha

(Asti Apriliyanti Putri)

Skripsi ini kupersembahkan

Untuk Ibu, Bapak, Adik-adikku

Orang-orang yang ku sayang

Dan orang-orang yang menyayangiku..

Page 6: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

ABSTRAK

ASTI APRILIYANTI PUTRI. 2017. 6661131302. Pengelolaan Wilayah Pesisir

di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang (Studi Kasus

Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten Tangerang

Tahun 2015-2016). Program Ilmu Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang 2017.

Pembimbing I: Riny Handayani, M.Si dan Pembimbing II: Drs. Oman

Supriyadi, M.Si.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah pengelolaan wilayah pesisir di Desa

Muara dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai Kabupaten

Tangerang tahun 2015-2016 yaitu kurang terjalinnya koordinasi dengan Dinas

Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang sehingga merusak

agenda impelementasi dan menyebabkan mundurnya kegiatan, rendahnya

kualitas sumber daya manusia yang dianggap mengganggu distribusi bantuan,

minimnya pembinaan kepada masyarakat berupa penyuluhan dan pelatihan, tidak

adanya pengawasan secara lanjut sehingga permasalahan pada impelementasi

tidak dapat diselesaikan, tidak adanya sanksi dengan adanya penambangan pasir

liar. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Pengelolaan

Wilayah Pesisir Secara Terpadu dari Dahuri (2008). Tujuan penelitian ini

mengetahui pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara dalam program gerakan

pembangunan masyarakat pantai tahun 2015-2016. Penelitian ini menggunakan

teori Dahuri (2008) dengan metode penelitian deskriptif pendekatan kualitatif

dalam proses analisis data dari Bogdan dan Biklen dalam Irawan (2006: 5).

Saran dalam penelitian ini ditingkatkannya jalinan koordinasi dengan adanya

pembagian tugas dalam pelaksanaan program, ditingkatkannya kualitas sumber

daya manusia dapat ditambahkannya penyuluhan, pelatihan, dan sosialisasi di

Desa Muara untuk masyarakat Desa Muara sebelum pelaksanaan program atau

terkait dalam keberlangsungan hidup, diadakannya pengawasan secara lanjut,

diadakannya sanksi yang tegas untuk penambangan pasir liar di Desa Muara.

Kata Kunci: Manajemen, Masyarakat Pesisir.

Page 7: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

ABSTRACT

ASTI APRILIYANTI PUTRI. 2017. 6661131302. Coastal Area Management in

Muara Village, Teluk Naga Sub-district, Tangerang District (Case Study of

Coastal Community Development Program of Tangerang Regency Year 2015-

2016). Public Administration Science Program. Faculty of Social Science and

Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa, Serang 2017. Advisor I:

Riny Handayani, M. Si and Advisor II: Drs. Oman Supriyadi, M.Si.

The problem in this research is the management of coastal area in Muara Village

in the development program of coastal community of Tangerang Regency in 2015-

2016 that is less coordination with Environmental and Cleanliness Service of

Tangerang Regency, thus damaging the implementation agenda and causing the

withdrawal of activity, the low quality of human resources is considered

disturbing the distribution of aid, lack of guidance to the community in the form of

counseling and training, the absence of further supervision so that problems on

implementation can not be resolved, the absence of sanctions in the presence of

illegal sand mining. The theory used in this research is Integrated Coastal

Management Theory of Dahuri (2008). The purpose of this research is to know

the management of coastal area in Muara Village in coastal community

development program of 2015-2016. This research uses Dahuri theory (2008)

with descriptive research method of qualitative approach in data analysis process

from Bogdan and Biklen in Irawan (2006: 5). Suggestions in this research is

enhanced coordination with the division of tasks in the implementation of the

program, the increased quality of human resources can be added counseling,

training, and socialization in the village of Muara Muara Village community

before the implementation of the program or related to the survival, supervision,

strict sanctions for illegal sand mining in Muara Village.

Keywords: Management, Coastal Communities.

Page 8: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pengelolaan

Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang

(Studi Kasus Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten

Tangerang Tahun 2015-2016). Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat tugas

akhir Studi Strata Satu (S1) untuk mendapat gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan dan kesempurnaan

pada penyusunan penelitian ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan dari

berbagai pihak yang telah membantu dalam memberikan motivasi dan masukan

untuk menambah wawasan terkait bidang yang diteliti oleh penulis. Oleh sebab

itu, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. DR. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Page 9: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

ii

4. Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

6. Listyaningsih, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Arenawati, M.Si Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Riny Handayani, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah

memberikan waktu, tenaga, arahan dan motivasi dalam menyelesaikan

proposal penelitian ini.

9. Drs. H. Oman Supriadi, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi II yang

telah memberikan bimbingan dan arahan dalam mengembangkan

pemikiran kepada penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

10. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang tidak bisa

Saya sebutkan satu persatu, yang telah membekali ilmu selama

perkuliahan dan membantu dalam memberikan informasi selama proses

perkuliahan.

11. Kedua orang tuaku tercinta yaitu Ayahanda Drs.Bambang Haryono,M.M

dan Ibunda Durmiyati yang senantiasa mendoakan, mendidik, membantu

baik materil maupun non-materil dengan sentuhan kasih sayang dan

Page 10: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

iii

saudariku yaitu Sita Jayanti Putri, Anggita Meliana Istiqomah, Zella

Nabila Agustina.

12. Kepala Sub Bidang Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Masyarakat

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang yang

telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian dan

memberikan data dalam penelitian ini.

13. Kepala Bidang Pengembangan dan Kelembagaan Perikanan Dinas

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang yang telah memberikan izin

peneliti untuk melakukan penelitian dan memberikan data dalam

penelitian ini.

14. Staff Pelaksana Bidang Pengembangan dan Kelembagaan Perikanan Dinas

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang yang telah memberikan izin

peneliti untuk melakukan penelitian dan memberikan data dalam

penelitian ini.

15. Kepala Seksi Perencanaan Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan Bangunan

Kabupaten Tangerang yang telah memberikan izin peneliti untuk

melakukan penelitian dan memberikan data dalam penelitian ini.

16. Kepala Seksi Konservasi, Rehabilitasi Lahan Kritis dan Keanekaragaman

Hayati Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang

yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian dan

memberikan data dalam penelitian ini.

17. Kepala Desa Muara yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan

penelitian di Desa Muara.

18. Relawan dan kelompok masyarakat Desa Muara yang telah memberikan

izin peneliti untuk melakukan penelitian.

19. Rohmat Adi Setiawan yang telah menemani dalam melakukan penelitian

dan memberikan dukungan, semangat dan doanya.

Page 11: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

iv

20. Sahabatku sejak kecil yakni Rismala Nur Oktavian yang selalu

memberikan semangat kepada penulis.

21. Para sahabatku yang selalu memberikan kebahagiaan, semangat dan doa

yaitu Nadia Nur Azizah, Vina Melinda, Siti Badriyah, Amalia Indriana,

Alber Kahani, Riko Oktavianto, Ismar Alifidiar, Reno Satya Mukti, Angga

Lista Utama, Faisal Tamim, Riky Gunawan, Andika Dwi Pratama, Avila

Juandi.

22. Sahabat seperjuanganku yang menjadi partner dalam memperoleh Gelar

S1 yang selalu ada disaat suka maupun duka dari semester awal yaitu Riri

Agnestri.

23. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2013, khususnya kelas B

Administrasi Negara yang telah menjadi warna tersendiri selama

menjalani perkuliahan.

24. Serta semua pihak yang terlibat dalam membantu penulis untuk

memberikan arahan, bimbingan, semangat, dan doa yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa sebagai manusia yang tak luput dari

kesempurnaan yang tentunya memiliki keterbatasan yang terdapat kekurangan

dalam penyusunannya. Oleh sebab itu, penulis meminta maaf apabila ada

kesalahan dan kekurangan dalam proposal penelitian ini. Penulis mengharapkan

segala masukan baik kritik maupun saran dari pembaca yang dapat membangun

demi penyempurnaan skripsi ini.

Serang,Desember 2017

Asti Apriliyanti Putri

Page 12: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

Kata Pengantar ............................................................................................. i

Daftar Isi ...................................................................................................... v

Daftar Tabel ................................................................................................. x

Daftar Gambar.............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 20

1.3 Pembatasan Masalah ................................................................... 21

1.4 Rumusan Masalah ....................................................................... 21

1.5 Tujuan Penelitian ......................................................................... 21

1.6 Manfaat Penelitian ....................................................................... 22

1.7 Sistematika Penulisan .................................................................. 22

Page 13: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

vi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN ASUMSI

DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka ......................................................................... 25

2.1.1 Definisi dan Konsep Manajemen ....................................... 26

2.1.1.1 Proses atau Fungsi Manajemen............................ 27

2.1.1.2 Impelentasi Kebijakan Publik…. ......................... 33

2.1.2 Karakteristik Umum Pesisir dan Laut ................................ 34

2.1.2.1 Batasan Kawasan Pantai ( Pesisir ) Perairan/

Laut ...................................................................... 38

2.1.2.2 Karakteristik Ekosistem Wilayah Pesisir ............. 39

2.1.2.3 Karakteristik Masyarakat Pesisir ......................... 41

2.1.2.4 Paradigma Baru dan Pendekatan yang Serasi

Dalam Pengelolaan Sumber Daya Kelautan ........ 42

2.1.3 Potensi Pembangunan Wilayah Pesisir .............................. 45

2.1.3.1 Permasalahan Pembangunan Wilayah Pesisir ..... 46

2.1.3.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Wilayah

Pesisir ................................................................... 47

2.1.3.3 Dasar Pertimbangan Pengembangan Daerah

Pantai ................................................................... 48

2.1.3.4 Tipologi Perkembangan Daerah Pantai ............... 48

2.1.3.5 Konsepsi Dasar Pengembangan dan

Pengendalian Pantai ............................................. 49

Page 14: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

vii

2.1.4 Manajemen Kawasan Pesisir Secara Terpadu ................... 50

2.2 Penelitian Terdahulu .................................................................... 52

2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................... 55

2.4 Asumsi Dasar............................................................................... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ........................................................................ 59

3.2 Ruang Lingkup/ Fokus Penelitian ............................................... 60

3.3 Lokasi Penelitian ........................................................................ 60

3.4 Variabel Penelitian/ Fenomena yang diamati ............................. 61

3.4.1 Definisi Konsep ................................................................. 61

3.4.2 Definisi Operasional .......................................................... 61

3.5 Instrumen Penelitian ................................................................... 62

3.6 Informan Penelitian .................................................................... 64

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 65

3.7.1 Teknik Pengolahan Data .................................................... 65

3.7.1.1 Metode Observasi (Pengamatan) ......................... 66

3.7.1.2 Wawancara........................................................... 68

3.7.1.2.1 Pedoman Wawancara .......................... 69

3.7.1.3 Studi Kepustakaan ............................................... 73

3.7.1.4 Studi Dokumentasi ............................................... 74

3.7.2 Teknik Analisis Data .......................................................... 74

3.7.2.1 Uji Keabsahan Data ............................................ 78

Page 15: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

viii

3.8 Jadwal Penelitian ........................................................................ 80

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian .......................................................... 82

4.1.1 Gambaran Umum Desa Muara .......................................... 82

4.1.2 Keputusan Bupati Tangerang Nomor 902/Kep.172-

HUK/2017 tentang Pembentukan Tim Kerja Pegawai

Negeri Sipil Pada Kegiatan Fasilitasi Pembangunan

Kawasan Budidaya Tahun Anggaran 2017 ........................ 86

4.1.2.1 Gambaran Umum Dinas Perikanan

KabupatenTangerang ......................................... 89

4.1.2.2 Gambaran Umum Bidang Perencanaan

Ekonomi Badan Perencanaan dan Pembangunan

Daerah Kabupaten Daerah Kabupaten

Tangerang ............................................................ 97

4.1.2.3 Gambaran Umum Seksi Perencanaan Tata

Ruang Dinas Tata Ruang dan Bangunan

Kabupaten Tangerang .......................................... 99

4.1.2.4 Gambaran Umum Seksi Konservasi,

Rehabilitasi Lahan Kritis dan Keanekaragaman

Hayati Dinas Lingkungan Hidup dan

Kebersihan Kabupaten Tangerang ....................... 100

4.2 Deskripsi Data ............................................................................. 102

Page 16: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

ix

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ................................................... 102

4.2.2 Deskripsi Informan ............................................................ 104

4.3 Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian .................................. 106

4.3.1` Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara

Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai

Tahun 2015-2016 ............................................................... 106

4.3.2 Pelaksanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara

Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai

Kabupaten Tangerang Tahun 2015-2016 .......................... 142

4.3.3 Pengawasan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara

Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai

Kabupaten Tangerang Tahun 2015-2016 ........................... 174

4.3.4 Evaluasi Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara

Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai

Kabupaten Tangerang Tahun 2015-2016 ........................... 182

4.4 Pembahasan ................................................................................. 189

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .................................................................................. 197

5.2 Saran ............................................................................................ 198

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 17: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

x

DAFTAR TABEL

1.1 Kecamatan di Kabupaten Tangerang........................................... 6

1.2 Daftar Pulau/ Pantai di Kabupaten Tangerang ............................ 11

1.3 Evaluasi Capaian Rencana Jangka Menengah Daerah

Kabupaten Tangerang pada Program Gerakan Pembangunan

Masyarakat Pantai di Desa Muara 2015-2016............................. 14

1.4 Jumlah Penduduk di Desa Muara berdasarkan Pendidikan

Tahun 2016 .................................................................................. 17

1.5 Jumlah Panjang Abrasi Pantai di Kecamatan Teluk Naga

Tahun 2015 .................................................................................. 20

3.1 Informan Penelitian ..................................................................... 65

3.2 Pedoman Wawancara .................................................................. 70

3.3 Jadwal Penelitian ......................................................................... 81

4.1 Batas Wilayah Desa Muara ......................................................... 83

4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ............................ 83

4.3 Sarana Peribadatan Desa Muara Kecamatan Teluk Naga

Kabupaten Tangerang .................................................................. 84

4.4 Sarana Pendidikan di Desa Muara ............................................... 85

4.5 Sarana Perekonomian di Desa Muara.......................................... 85

4.6 Informan Penelitian ..................................................................... 105

4.7 Isu Strategis Aspek Sumber Daya Alam & Lingkungan Desa

Pesisir Kabupaten Tangerang ...................................................... 107

Page 18: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

xi

4.8 Isu Strategis Aspek Perekonomian Wilayah Timur Kabupaten

Tangerang .................................................................................... 108

4.9 Isu Strategis Aspek Infrastruktur Dasar Wilayah Timur

Kabupaten Tangerang .................................................................. 109

4.10 Perencanaan Program Gerakan Pembangunan Masyarakat

Pantai Desa Muara ....................................................................... 132

4.11 Jumlah Penduduk Desa Muara Berdasarkan Pendidikan ............ 153

4.12 Jumlah Panjang Abrasi Pantai di Kecamatan Teluk NagaTahun

2015 ............................................................................................. 187

4.13 Temuan Lapangan ....................................................................... 192

Page 19: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

xii

DAFTAR GAMBAR

1.1 Framework Integrated Coastal Management System ................. 8

2.1 Rangkaian Implementasi Kebijakan………………………… .... 34

2.2 Kerangka Berpikir ....................................................................... 57

3.1 Komponen Dalam Analisis Data ................................................. 77

4.1 Kerangka Kerja ICM Sistem Sebagai Dasar Implementasi

Program Gerbang Mapan ............................................................ 122

4.2 Rencana Ruang dan Wilayah Kabupaten Tangerang .................. 128

4.3 Pengadaan Sarana Air Bersih di Desa Muara.............................. 157

4.4 Pelatihan Ekosistem Mangrove Di Desa Muara .......................... 158

4.5 Pesisir Mengajar di Desa Muara.................................................. 161

4.6 Presentase Penilaian Aspek Tata Kelola Pengelolaan Wilayah

Pesisir Desa Muara ...................................................................... 185

4.7 Presentase Penilaian Aspek Pembangunan Berkelanjutan

Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara ............................... 186

Page 20: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar didunia dengan

jumlah pulau sekitar 17.500 pulau dan memiliki garis panjang pantai terpanjang

kedua didunia setelah Kanada, sekitar 70% (5,8 juta km2) wilayahnya termasuk

Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan

wilayah lautan. Dengan potensi tersebut, Indonesia memiliki potensi ekonomi di

sektor kelautan dan perikanan yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia

yang lebih maju dan sejahtera.

Disamping itu, secara geografis Indonesia terletak di antara benua, Asia

dan Australia. Dan juga diantara dua samudera, yakni Samudera Hindia dan

Samudera Pasifik, yang merupakan kawasan paling dinamis dalam percaturan

dunia baik secara ekonomis dan politis. Keunikan letak geografis tersebut

menempatkan Indonesia menjadi negara yang memiliki ketergantungan yang

tinggi terhadap aspek kelautan dan sangat logis jika pembangunan sector pesisir

dan laut sebagai tumpuan dalam pembangunan ekonomi nasional.

Berbicara mengenai sektor kelautan, maka akan selalu berhubungan

dengan sektor pesisir, karena sektor pesisir dan sektor kelautan merupakan dua hal

yang tidak dapat dipisahkan. Secara sederhana, wilayah pesisir merupakan derah

pertemuan antara darat dan laut. Sementara Menurut Masyhudzulhak dalam

Proceeding Book Simposium Ilmu Administrasi Negara untuk Indonesia (2011).

Page 21: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

2

Daerah pesisir adalah daerah pertemuan antara pengaruh daratan dan

lautan, ke arah darat sampai pada daerah masih adanya pengaruh perembesan air

laut dan angin laut, dan ke arah laut sampai pada daerah masih ada pengaruh air

tawar yang memiliki beragam sumberdaya. Secara sosial ekonomi wilayah pesisir

merupakan tempat aktivitas manusia bersosialisasi, yaitu kepemerintahan, sosial,

ekonomi budaya, pertahanan dan keamanan.

Daerah Pesisir memiliki berbagai macam potensi, meliputi sumber

makanan utama yang mengandung protein (khususnya protein hewani yang

berasal dari ikan, udang dan sejenisnya), potensi pariwisata, pemukiman dan

pengembangan industri. Oleh karena itu, daerah pesisir menjadi daerah yang

strategis untuk dikelola dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup masyarakat,

terutama berkaitan dengan pembangunan ekonomi yang dapat menunjang

perekonomian masyarakat sekitar, pemerintah daerah maupun pihak-pihak

lainnya.

Secara keseluruhan, sumber daya alam hayati dan non hayati membentuk

sebuah sistem yang mempunyai hubungan timbal balik (reversible) disebut

sebagai ekosistem. Potensi yang berupa sumber daya laut yang dimiliki dapat

sebagai sumber mata pencaharian serta salah satu sumber bahan makanan utama

khususnya protein hewani. Sementara wilayah darat, dapat dimanfaatkan untuk

transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi

dan pariwisata, serta kawasan pemukiman penduduk.

Semua sumber daya tersebut sebenarnya dapat digunakan sebagai senjata

utama dalam sektor ekonomi jika dimanfaatkan dengan benar dan tepat sasaran

Page 22: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

3

melalui program-program pengembangan wilayah pesisir dan laut secara terpadu

dimana dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 23/PERMEN-

KP/2016 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil disebutkan sumber daya pesisir berperan penting dalam

mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan

penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Dalam dekade terakhir ini telah terjadi kemunduran fungsi (kerusakan) di

wilayah pesisir di Indonesia. Kemunduran fungsi tersebut sebagian besar

disebabkan oleh berkembangnya permukiman kumuh tanpa sistem sanitasi yang

layak, berkembangnya berbagai jenis industri, serta pembukaan lahan untuk usaha

akualtur dan permukiman mewah tanpa melalui studi kelayakan dan studi dampak

proposional. Berbagai dampak dari kemunduran fungsi tersebut telah terjadi di

sebagian besar wilayah pesisir di Indonesia. (www.oseonografi.lipi.go.id diakses

pada tanggal 04 oktober 2016 ).

Dan disamping berbagai potensi kewilayahan dan kekayaan sumber daya

yang dimiliki di wilayah pesisir tersebut, pada wilayah pesisir sangat rentan

terhadap perubahan lingkungan dan bencana, mengingat letak dan posisi geografis

yang sangat rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, longsor

lahan, banjir dan sebagainya. Selain itu, wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau

kecil juga rentan terhadap bencana akibat kegiatan manusia, seperti erosi pantai,

sedimentasi, intrusi laut akibat kerusakan ekosistem mangrove, terumbu karang,

padang lamun. (Mukhtasor: 2007).

Page 23: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

4

Dalam pengelolaan daerah pesisir tentu saja melibatkan banyak pemangku

kepentingan (stakeholders), sehingga berbagai kepentingan pun bertemu atas

nama pembangunan daerah pesisir. Namun kenyataannya, masing-masing pihak

terkait tersebut menyusun perencanaannya tanpa mempertimbangkan perencanaan

yang disusun pihak lain, khususnya diwilayah pesisir yang berkembang pesat.

Perbedaan fokus rencana tersebut memicu kompetisi pemanfaatan dan tumpang

tindih perencanaan yang bermuara pada konflik pengelolaan. Konflik ini

berkembang akibat lemahnya kemampuan Pemerintah Daerah dalam

mengkoordinasikan berbagai perencanaan sektor.

Untuk itu diperlukan suatu manajemen yang baik dalam mengelola serta

mengembangkan kawasan pesisir sehingga tujuan dapat terwujud dengan optimal,

pemborosan terhindari dan semua potensi yang dimiliki pada wilayah pesisir

dapat bermanfaat. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil merupakan suatu

pengorganisasian, perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian

sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilakukan oleh Pemerintah dan

Pemerintah Daerah, antar sektor, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu

pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hampirnya sebagian besar wilayah Indonesia berbatasan langsung dengan

wilayah perairan. Salah satunya Provinsi Banten. Provinsi Banten mempunyai 78

pulau-pulau, diperkirakan 1/3 wilayahnya terdiri dari lautan dengan luas perairan

Provinsi Banten sekitar 11.134,224 km2

(belum termasuk perairan nusantara/

territorial dan ZEEI yang dapat dimanfaatkan) dengan panjang pantai sekitar 509

Page 24: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

5

km serta 55 pulau-pulau kecil. Sehingga dapat dikatakan Provinsi Banten

memiliki banyak wilayah pesisir. (Sumber: bantenprov.go.id diakses pada 04

Oktober 2016).

Adapun dalam hal ini, peneliti memfokuskan pada wilayah pesisir di

Kabupaten Tangerang. Kabupaten Tangerang adalah sebuah kabupaten di

Provinsi Banten dengan Ibukota Tigaraksa. Kabupaten ini berada di bagian Utara

berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Luas wilayah pesisir Kabupaten

Tangerang adalah 301,62 km2

dan panjang garis pantainya 51 km. Secara

administrativ pemerintah menetapkan jarak wilayah perairan pesisir Kabupaten

Tangerang dari garis pantai (batas antara laut dan darat) sampai ke perairan tengah

laut adalah 4 mil atau 6,4 km. Wilayah pesisir pantainya berada di bagian Utara

yang meliputi 8 Kecamatan pantai yaitu: Kecamatan Kronjo, Kecamatan Mekar

Baru, Kecamatan Mauk, Kecamatan Kemiri, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan

Teluk Naga, Kecamatan Kosambi dan Kecamatan Sukadiri. (Sumber: Wawancara

dengan Kepala Seksi Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Tangerang, 2016).

Page 25: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

6

Tabel 1.1

Kecamatan di Kabupaten Tangerang

No Kecamatan Luas Wilayah (Km) Keterangan

1 Cisoka 26.98 Non pesisir

2 Solear 29.01 Non pesisir

3 Tigaraksa 48.74 Non pesisir

4 J a m b e 26.02 Non pesisir

5 Cikupa 42.68 Non pesisir

6 Panongan 34.93 Non pesisir

7 C u r u g 27.41 Non pesisir

8 Kelapa Dua 24.38 Non pesisir

9 L e g o k 35.13 Non pesisir

10 Pagedangan 45.69 Non pesisir

11 Cisauk 27.77 Non pesisir

12 Pasar Kemis 25.92 Non pesisir

13 Sindang Jaya 37.15 Non pesisir

14 Balaraja 33.56 Non pesisir

15 Jayanti 23.89 Non pesisir

16 Sukamulya 26.94 Non pesisir

17 K r e s e k 25.97 Non pesisir

18 Gunung Kaler 29.63 Non pesisir

19 K r o n j o 44.23 Kecamatan Pesisir

20 Mekar Baru 23.82 Kecamatan Pesisir

21 M a u k 51.42 Kecamatan Pesisir

22 K e m i r i 32.7 Kecamatan Pesisir

23 Sukadiri 24.14 Kecamatan Pesisir

24 R a j e g 53.7 Non pesisir

25 Sepatan 17.32 Non pesisir

26 Sepatan Timur 18.27 Non pesisir

27 Pakuhaji 51.87 Kecamatan Pesisir

28 Teluknaga 40.58 Kecamatan Pesisir

29 Kosambi 29.76 Kecamatan Pesisir

Jumlah 959.61

(Sumber: Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Tangerang, 2016)

Page 26: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

7

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018,

terdapat program unggulan untuk wilayah pesisir yakni Program Gerakan

Pembangunan Masyarakat Pantai atau GERBANG MAPAN dengan penyusunan

roadmap gerakan pembangunan masyarakat pantai dimaksudkan untuk

mempercepat pertumbuhan infrastruktur masyarakat pantai yang terdapat

diwilayah pantai utara. Program GERBANG MAPAN difokuskan pada

pengembangan ekonomi masyarakat yang didukung infrastruktur dasar yang

memadai dan dikuatkan untuk melalui pemberdayaan masyarakat desa.

Dalam implementasi program, Gerbang Mapan didesain mengikuti alur

kerangka kerja (framework) Pembangunan Berkelanjutan di wilayah pesisir dari

Partnership for Environmental Management South East Sea (PEMSEA), yang

dikenal dengan ICM system, yang didasarkan pada 2 hal yaitu aspek tata kelola

(governance) dan aspek implementasi skema pembangunan berkelanjutan

(sustainable development).

Page 27: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

8

Gambar 1.1

Framework Integrated Coastal Management system

(Sumber: Dinas Perikanan, 2016)

Adapun framework ICM system dimaksud sebagaimana kerangka kerja

pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dan laut komprehensif yang

mengacu kepada skema yang dikembangkan Partnership for Environmental

Management in The Seas of East Asia (PEMSEA) tahun 2003, dimana

frameworknya merupakan elemen yang terdiri dari 3 aspek, yaitu :

Page 28: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

9

a. Aspek Tata Kelola (Governance). Aspek ini terdiri dari 6 elemen dasar

yaitu:

1. Kebijakan (policy), Strategi dan Perencanaan

2. Aransemen kelembagaan

3. Legislasi

4. Informasi dan Penyadaran publik

5. Mekanisme pendanaan yang berkelanjutan

6. Pengembangan kapasitas dan pengelolaan.

b. Aspek pembangunan berkelanjutan (sustainable development aspects),

yang terdiri dari 5 prinsip dasar, yaitu :

1. Perlindungan dan pengelolaan Kerusakan Sumberdaya Alam dan

buatan (Man-made and natural hazard management and protection)

2. Perlindungan, pemulihan dan pengelolaan habitat (habitat protection,

restoration and management);

3. Pemanfaatan dan penyediaan sumberdaya air (water uses and supply

management)

4. Ketahanan pangan dan Manajemen Mata Pencaharian (food security

and livelihood),

5. Pengurangan polusi dan pengelolaan Limbah (pollution reduction

and waste management).

Page 29: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

10

Aspek-aspek tersebut diacu menjadi pra-syarat dasar dalam pelaksanaan

Gerbang Mapan, sehingga Gerbang Mapan akan berhasil jika telah

menyelesaikan 11 elemen dalam kerangka di atas. Hal ini linkages dengan

harapan akhir dari Program Gerbang Mapan ini yaitu dapat terwujudnya

pembangunan wilayah desa pesisir secara terpadu (integrated coastal village

zone management) dengan memperkuat pembangunan infrastruktur,

perekonomian dan pemberdayaan masyarakat di desa-desa pesisir Kabupaten

Tangerang secara optimal dan berkelanjutan.

Wilayah Kecamatan Teluk Naga salah satu kecamatan pesisir di

Kabupaten Tangerang yang menjadi salah satu sasaran dari program Gerbang

Mapan yang dianggap strategis dikarenakan berbatasan dengan perairan di

Ibukota Jakarta. Kecamatan Teluk Naga dijadikannya sebagai pusat

pertumbuhan berada diwilayah pesisir dengan mengedepankan industri

pariwisata alam dan bahari, industri maritim, perikanan, pertambakan dan

pelabuhan. Dapat dilihat dari daftar pulau/ pantai Kabupaten Tangerang,

Kecamatan Teluk Naga memiliki jumlah pulau/pantai terbanyak dibandingkan

kecamatan lain.

(Sumber: Wawancara dengan Kepala Bidang Konservasi dan Pengawasan Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang, 2016).

Page 30: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

11

Tabel 1.2

Daftar Pulau/ Pantai di Kabupaten Tangerang

Nama Pulau/ Pantai Luas

(Ha) Letak Kecamatan

Pantai Tanjung Kait 1,5 Ha Desa Tanjung Anom Kecamatan Mauk

Pantai Tanjung Pasir 10 Ha Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga

Pantai Muara 10 Ha Desa Muara Kecamatan Teluk Naga

Pantai Tanjung Burung Kecamatan Teluk Naga

Pantai Salembaran Jati Kecamatan Teluk Naga

Pantai Dadap 50 Ha Desa Dadap Kecamatan Kosambi

Pulau Cangkir 6 Ha Desa Kronjo Kecamatan Kronjo

(Sumber: Database Pariwisata Kabupaten Tangerang, 2015)

Pada Kecamatan Teluk Naga, secara geografis terletak di wilayah Timur

bagian Utara Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang atau di sebelah Utara

Pulau Jawa. Dengan luas wilayah sebesar 53,303 Km meliputi 13 desa yaitu: Desa

Babakan Asem, Desa Bojong Renged, Desa Kampung Besar, Desa Kampung

Melayu Barat, Desa Kampung Melayu Timur, Desa Kebon Cau, Desa Lemo,

Desa Muara, Desa Pangkalan, Desa Tanjung Burung, Desa Tanjung Pasir, Desa

Tegal Angus, Desa Teluk Naga. Secara umum kondisi topografi wilayah

Kecamatan Teluk Naga merupakan dataran rendah dan pesisir pantai dengan

ketinggian 0–7 m dpl yang terletak merata di seluruh Kecamatan Teluk Naga. Ada

4 desa yang termasuk ke dalam desa pesisir yatu: Desa Tanjung Burung, Desa

Tanjung Pasir, Desa Lemo dan Desa Muara. Kecamatan Teluk Naga memiliki

potensi wilayah pesisir yang dapat dikembangkan antara lain sumber daya alam

dan jasa-jasa lingkungan meliputi perikanan dan pariwisata.

Page 31: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

12

Hasil wawancara dengan pelaksana bidang pengembangan kelembagaan

perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang mengutarakan pada Kecamatan

Teluk Naga merupakan wilayah pesisir yang memprihatinkan khususnya Desa

Muara. Kualitas lingkungan menurun, akses jalan yang tidak memadai sehingga

pada Desa Muara sulit diketahui publik.

Desa Muara terletak disebelah Utara Kantor Kecamatan Teluk Naga

dengan jarak tempuh 10 km dimana pada Desa Muara memiliki pantai wisata

dengan luas sebesar 10 Ha yang menawarkan wisata panorama alam dengan

ombak yang tenang, pengunjung dapat menikmati perjalanan menuju Kepulauan

Seribu dengan tersedianya fasilitas pendukung untuk para pengunjung seperti

usaha penyebrangan perahu, usaha kios cinderamata, usaha makanan ringan.

(Sumber: Wawancara dengan Kepala Seksi Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga,

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tangerang, 2017).

Ditinjau dari sudut pandang pengelolaan, Desa Muara memiliki berbagai

potensi yang dapat dikembangkan antara lain Sumber Daya Alam dan jasa-jasa

lingkungan meliputi perikanan dan pariwisata.

Letak Desa Muara sebagai wilayah pesisir memiliki arti sangat penting

untuk masyarakat wilayah pesisir di Desa Muara baik secara ekonomis maupun

sosial. Secara ekonomi, Desa Muara dijadikan tempat penunjang mata

pencaharian penduduk mayoritas nelayan dan petani. Secara sosial, Desa Muara

dijadikan salah satu gerbang komunikasi dan hubungan sosial lainnya dengan

melibatkan penduduk desa pesisir itu sendiri dengan masyarakat luar karena

adanya pariwisata yang berada di Desa Muara. Diantaranya, pada Desa Muara

Page 32: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

13

selain dapat menikmati pantai yang tenang, dapat menyebrang ke pulau-pulau,

adanya Hutan Mangrove dan tambak ikan yang dijadikan tempat pemancingan

untuk pariwisata sehingga seringkali didatangi luar penduduk itu sendiri.

Adanya berbagai potensi sumber daya yang dapat dikembangkan tersebut

membutuhkan pengelolaan yang baik dari pihak pemerintah, pihak lainnya yang

terlibat dan peran serta masyarakat sekitar agar pemanfaatan potensi-potensi

tersebut dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar dan pemerintah

daerah tentunya serta pemanfaatan tersebut tidak menimbulkan pengrusakan

lingkungan yang sangat rentan terjadi wilayah pesisir.

Program gerbang mapan menjadi salah satu cara pengelolaan wilayah

pesisir pemerintah Kabupaten Tangerang untuk mengatasi permasalahan yang

berada di wilayah pesisir. Dapat dilihat pada Rencana Jangka Menengah Daerah

Kabupaten pada program Gerbang Mapan untuk Desa Muara terdapat

perencanaan untuk dukungan infrastruktur dasar desa dan dukungan

pemberdayaan masyarakat.

Page 33: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

14

Tabel 1.3

Evaluasi Capaian Rencana Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Tangerang pada Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di

Desa Muara 2015-2016

Evaluasi Capaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kabupaten Tangerang pada Program Gerakan Pembangunan Masyarakat

Pantai di Desa Muara 2015-2016

No. Perencanaan Pelaksanaan Program Target

Realisasi Sisa target

sampai akhir

RPJMD

2015 2016

Dukungan Infrastruktur Dasar Desa

1

Peningkatan

Sarana dan

Prasarana

Publik

Rehabilitasi Pos

Kesehatan dan

Posyandu

150 jt 0 0 150 jt

2

Peningkatan

Sarana dan

Prasarana

Publik

Sanitasi dan

Kesehatan

Lingkungan

Membuat sumur dan

Penangunan air bersih

komunal

400 jt 0 462

jt selesai

3

Peningkatan

Sarana dan

Prasarana

Ekonomi

Penyediaan kendaraan

operasional

pengangkut sampah

1,2 M 0 0 1,2 M

4

Peningkatan

Sarana dan

Prasarana

Transportasi

dan

Perhubungan

Wilayah

1. Perbaikan saluran

irigasi pendalaman

sungai

1,5 M 0 0 1,5 M

2.Pembangunan jembatan

penghubung

210 Jt, 1

Jembatan 0 0

210 Jt, 1 Jembatan

3. Jalan desa

4. Jalan paving blok jalan kampong

75 Jt 65 Jt 0 selesai

Page 34: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

15

No. Perencanaan Pelaksanaan Program Target

Realisasi Sisa target

sampai akhir

RPJMD

2015 2016

5

Peningkatan

Sarana dan

Prasarana

Permukiman

Bedah rumah tidak

layak huni

120 Jt/

rumah 0 0

120 Jt/ rumah

Dukungan Pemberdayaan Masyarakat

1 Promosi Pengelolaan

Pesisir Terpadu

Pelatihan Integrated

Coastal Management

perdesaan untuk aparat

desa

5 1 1 3

Penyiapan mitigasi

desa pesisir dari

bencana

1 M 0 0 1 M

Pelatihan perencanaan

desa partisipatif 5 1 0 4

Bimbingan teknis

pengelolaan dan

pendayagunaan

keuangan dan

kekayaan desa

5 0 0 5

2

Peningkatan

Kapasitas Masyarakat

Desa

Penyuluhan

peningkatan

produktifitas

6 1 0 5

Aspek pemasaran dan

pengolahan 3 1 0 2

Aspek ketahanan

sosial budaya 2 0 0 2

Penyuluhan motivasi

dengan Archievement

Motivation Training

4 0 0 4

Pelatihan manajemen

usaha dan pemasaran 4 0 0 4

3

Program Pengelolaan

Lingkungan Pesisir

Berbasis Masyarakat

Pengembangan

kelompok pengelolaan

pesisir berbasis

masyarakat

250 Jt 0 0 250 Jt

Page 35: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

16

No. Perencanaan Pelaksanaan Program Target

Realisasi Sisa target

sampai akhir

RPJMD

2015 2016

4

Penguatan

Kelembagaan

Ekonomi

Masyarakat

Produk Unggulan Desa

5 Program

Pendampingan

Inisiasi forum

pemberdayaan

masyarakat desa pesisir

250 Jt/

tahun 0 0

250 Jt/thn

Pelatihan fasilitator

pemberdayaan

masyarakat bagi

pemuda dan tokoh

masyarakat

6 1 0 5

Forum konsultasi

produktif dan bisnis

250 Jt/

tahun 0 0

250 Jt/thn

6

Program

Pemberdayaan

Keluarga,

Pemuda dan

Perempuan

Pengembangan Tenaga

Obat Keluarga 150 Jt 0 0 150 Jt

Pelatihan

keorganisasian

kepemimpinan kader

pemuda pesisir

4 0 0 4

Pelatihan

keorganisasian

kepemimpinan kader

perempuan pesisir

4 0 0 4

Pelatihan ketrampilan

untuk kaum perempuan 5 0 0 5

Program pesisir

mengajar

156.5Jt/

tahun 0 0

156.5 Jt/ tahun

(Sumber: Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten

Tangerang, 2016).

Hasil wawancara terkait pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara dalam

program gerakan pembangunan masyarakat pantai tahun 2015-2016 terdapat

kendala antara lain: pertama, permasalahan pada koordinasi antar organisasi

perangkat daerah terakit masih sangat kurang yaitu dengan Dinas Lingkungan

Page 36: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

17

Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang hal ini yang diungkapkan oleh

pelaksana bidang pengembangan dan kelembagaan perikanan Dinas Perikanan

Kabupaten Tangerang yang menyatakan dikarenakan mempunyai program

unggulan yang belum selesai. Hal ini disebabkan karena kepentingan organisasi

perangkat daerah dirasa belum padu yang merimbas apabila terus berlarut dapat

merusak agenda implementasi dan menyebabkan mundurnya kegiatan yang

berdampak pada kerugian materi dan waktu. (Rabu, 10 Agustus 2016).

Kedua, rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia di Desa Muara dengan

latar belakang pendidikan yang dimiliki, masih banyaknya usia 7-45 Tahun tidak

bersekolah/ tidak tamat SD sehingga tidak dapat mengelola potensi yang ada

dengan optimal, hal ini yang diungkapkan oleh bidang konservasi Dinas

Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang yang menyatakan

dianggap mengganggu proses distribusi bantuan karena menolaknya masyarakat

dan tidak dapat berkembang di Desa Muara.(Senin, 22 Agustus 2016).

Tabel 1.4

Jumlah Penduduk di Desa Muara berdasarkan Pendidikan

Tahun 2016

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH (ORANG)

1 Sarjana 11

2 SLTA 85

3 SMP 98

4 SD 180

5 Tidak Tamat SD 455

6 Usia 7-45 Th tidak sekolah 1990

7 Belum Sekolah 675

(Sumber: Data Monografi Desa, 2016)

Page 37: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

18

Ketiga, pendidikan yang dimiliki kebanyakan masih rendah menyebabkan

keterbatasan dalam ketrampilan dan pengetahuan sehingga pola fikirnya kurang

maju dalam mengembangkan usahanya hal ini seperti yang diungkapkan oleh

kepala Desa Muara yang menyatakan minimnya pembinaan kepada masyarakat

oleh pemerintah berupa penyuluhan dan pelatihan, hampir tidak ada di desa muara

yang mendapatkan program penyuluhan, pelatihan dan pendampingan secara

continue baik terhadap kualitas hidup ataupun yang terkait pekerjaan. Pada

perencanaan program Gerbang Mapan terdapat pemberdayaan masyarakat agar

dapat melakukan perlindungan, dengan dari kesadaran masyarakat pesisir itu

sendiri yang harus menjaga ekosistem pesisir, melihat pada tabel 1.3 masih

minimnya pembinaan yang diberikan untuk masyarakat jika melihat organisasi

pemerintahan, lembaga penyuluhan sebenarnya sudah ada seperti Balai

Penyuluhan Pertanian, penyuluh kesehatan dan penyuluh agama. (Sabtu, 27

Agustus 2016).

Keempat, tidak adanya pengawasan secara berkelanjutan sehingga

permasalahan pada pelaksanaan tidak dapat diatasi, sarana dan prasarana yang

telah diberikan pada Desa Muara menjadi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini

seperti yang diungkapkan oleh ketua kelompok masyarakat mangrove Desa

Muara yang menyatakan dalam pemberian alat dekomposter untuk pengolahan

limbah organik oleh masyarakat Desa Muara tidak digunakan dikarenakan faktor

minimnya pengetahuan mengenai bagaimana merakit alat dan mekanisme

perkomposannya dan menjadi tidak teratasi karena tidak adanya pengawasan

Page 38: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

19

secara berkelanjutan sehingga tidak adanya tindakan keberlanjutan. (Sabtu, 27

Agustus 2016).

Kelima, tidak adanya sanksi dengan adanya penambangan pasir yang

dilakukan oleh masyarakat dengan tidak ada yang memiliki izin usaha tambang

dari Pemerintah Kabupaten Tangerang. Hal ini yang diungkapkan oleh

masyarakat setempat yang menyatakan didepan Muara Kali Kramat ke arah Timur

atau kearah laut banyak masyarakat yang mengambil pasir laut dengan

menggunakan kapal-kapal kecil dibawa melalui Kali Kramat ke tempat yang

sudah ditentukan di darat dan di depan pantai tersebut ke arah laut juga terjadi

pengambilan pasir laut yang semuanya dibawa oleh kapal-kapal kecil melalui Kali

Kramat ke daratan, dimana alur pelayaran kapal pengangkut pasir ini akan melalui

DAS Cisadane yang berada di Desa Tanjung Burung. Jumlah kapal yang

beroperasi untuk mengangkut pasir laut setiap hari ada sekitar 20 kapal, dan setiap

kapal satu hari dapat mengangkut pasir laut hingga lima kali. Telah menyebabkan

kerusakan pada mangrove dan apabila terus dilakukan di pesisir Desa Muara

dapat semakin bertambahnya abrasi mengingat Desa Muara telah terjadi abrasi

sepanjang 3 Km dan akan berdampak buruk bagi keberlangsungan kehidupan

sumber daya hayati yang ada dilaut untuk kedepannya. (Sabtu, 27 Agustus 2016).

Page 39: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

20

Tabel 1.5

Jumlah Panjang Abrasi Pantai di Kecamatan Teluk Naga

Tahun 2015

Desa Panjang Garis

Pantai (Km)

Panjang

Abrasi (Km)

Muara 5 3

Tanjung Burung 4 3

Tanjung Pasir 5 1,0

Total 14 7,0

(Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, 2016)

Dari data yang ditemukan pada observasi awal, permasalahan-

permasalahan yang timbul dalam pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara studi

kasus program gerakan pembangunan masyarakat pantai kabupaten tangerang

periode 2015-2016 adalah Pertama, kurang terjalinnya koordinasi antar organisasi

perangkat daerah terkait yang menyebabkan mundurnya kegiatan.

Kedua, rendahnya kualitas sumber daya manusia di Desa Muara dengan

latar belakang pendidikan yang dimiliki, sehingga tidak dapat mengelola potensi

yang ada dengan optimal dan tidak berkembang serta mengganggunya distribusi

bantuan untuk pengelolaan pesisir yang baik.

Ketiga, minimnya pembinaan berupa penyuluhan dan pelatihan pada Desa

Muara yang berdampak pada rendahnya pengetahuan mengenai pengelolaan

wilayah pesisir dan kegiatan program yang dijalani.

Keempat, Tidak adanya pengawasan secara lanjut yang tidak dapat

menyelesaikan masalah pada pelaksanaan pengelolaan.

Kelima, tidak adanya sanksi dari pemerintah dengan adanya penambangan

pasir liar yang dapat semakin bertambahnya abrasi pada Desa Muara.

Page 40: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

21

Dengan permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada observasi awal,

berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk membuat

penelitian yang berjudul “Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang (Studi Kasus Program

Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten Tangerang Periode

2015-2016).”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, peneliti mengidentifikasi

masalah-masalah pada alokasi penelitian diantaranya:

1. Kurang terjalinnya koordinasi antar organisasi perangkat daerah terkait

2. Rendahnya sumber daya manusia di Desa Muara

3. Minimnya pembinaan berupa penyuluhan dan pelatihan pada Desa Muara

4. Tidak adanya pengawasan secara lanjut terkait pelaksanaan program di Desa

Muara

5. Tidak adanya sanksi dari pemerintah daerah terkait aktivitas penambangan

liar.

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian dapat dilakukan secara mendalam, maka dalam penelitian

ini peneliti hanya membatasi bahasan masalah yang akan diteliti yaitu mengenai

“Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten

Tangerang”.

Page 41: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

22

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada pendahuluan dan dengan memperhatikan

identifikasi masalah pada batasan masalah, maka hal yang menjadi kajian peneliti

yaitu “Bagaimana Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk

Naga Kabupaten Tangerang pada program gerakan pembangunan masyarakat

pantai kabupaten tangerang periode 2015-2016?”

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengelolaan Wilayah

Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang ( Studi kasus

Program gerakan pembangunan masyarakat pantai kabupaten tangerang periode

2015-2016).

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

maupun praktis.

Secara Teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

memperluas wawasan yang berkaitan mengenai ilmu administrasi negara terutama

mengenai pengelolaan di wilayah pesisir serta dapat mengembangkan teori-tori

yang telah ada sehingga menimbulkan pengetahuan yang baru.

Secara Praktis diharapkan penelitian dapat dijadikan referensi yang

menjadikan pengelolaan wilayah pesisir sebagai objek penelitian dan data

Page 42: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

23

meningkatkan referensi berpikir serta menambah ilmu bagi peneliti maupun

mahasiswa lainnya.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan latar belakang masalah mengapa peneliti

mengambil judul penelitian tersebut, identifikasi masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN DASAR DAN ASUMSI DASAR

Pada bab ini, peneliti memaparkan teori-teori dari beberapa ahli yang

relevan terhadap masalah dan fenomena yang ada. Setelah memaparkan teori, lalu

membuat kerangka berfikir yang menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai

kelanjutan dari deskripsi teori dan kemudian asumsi dasar yang merupakan

jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian mencakup beberapa uraian penjelasan mengenai

metode penelitian, informan penelitian, teknik pengolahan data dan analisis data,

dan tempat dan waktu penelitian tersebut dilaksanakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Penjelasan mengenai obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara

jelas, struktur organisasi, dari informan atau key informan yang telah

ditentukan, serta hal lain berhubungan dengan obyek penelitian.

Page 43: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

24

4.2 Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan

menggunakan teknik analisis data yang relevan.

4.3 Pembahasan

Melakukan pembahasan lanjut terhadap hasil analisis data. Pada akhir

pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai kebatasan yang mungkin

terdapat dalam pelaksanaan penelitiannya.

BAB V PENUTUP

Terdapat kesimpulan dari hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas,

singkat dan mudah dipahami dan memberikan saran dengan berisi tindak lanjut

dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis

maupun secara praktis.

HALAMAN BELAKANG

DAFTAR PUSTAKA

Memuat daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan skripsi

LAMPIRAN:

1. Surat ijin penelitian

2. Lampiran tabel

3. Lampiran gambar

4. Lampiran grafik

5. Instrument penelitian

6. Riwayat hidup

7. Dokumen lainnya yang relevan.

Page 44: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN ASUMSI DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan kumpulan teori-teori yang akan digunakan

oleh peneliti untuk menjawab masalah atau fenomena yang sedang diteliti.

Beberapa definisi teori yang dikemukakan dan disajikan akan memberikan

gambaran bahwa pandangan atau paradigma definisi berpengaruh terhadap konser

dasar teorinya. Marx dan Goodson (1976: 235) dalam Moleong (2006: 57)

menyatakan bahwa teori ialah aturan menjelaskan proposisi atau seperangkat

proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas

representif simbolik.

Definisi berikutnya, Glaser dan Strauss (1967: 1,3,35) dalam Moleong

(2006: 57) yang menyatakan bahwa teori ialah membobolkan konsep dasar teori

klasik dengan menyodorkan rumusan teori dari dasar, yaitu teori yang berasal dari

data dan yang diperoleh secara analitis dan sistematis melalui metode komparatif,

selanjutnya dikemukakan bahwa unsur-unsur teori mencakup kategori konseptual

dengan kawasannya dan hipotesis atau hubungan yang digeneralisasikan diantara

kategori dan kawasannya. Dengan penggunaan teori akan ditemukan cara yang

tepat untuk mengelola sumber daya, waktu yang singkat untuk menyelesaikan

pekerjaan dan alat yang tepat untuk memperingan pekerjaan.

Deskripsi teori dalam suatu penelitian menurut Sugiyono (2011: 60)

merupakan uraian sistematis tentang teori (bukan sekedar pakar atau penulis

Page 45: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

26

buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti, berapa

jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan atau dideskripsikan akan

tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah

variabel yang diteliti. Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan

terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefisinian dan uraian yang

lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup kedudukan

dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih

jelas dan terarah.

Maka dari itu pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang

berkaitan dengan masalah penelitian diantaranya teori Manajemen, dan mengenai

Manajemen Kawasan Pesisir Secara Terpadu.

2.1.1 Definisi dan Konsep Manajemen

Menurut H. Koontz & O’Donnel dalam Handayaningrat (2001: 19)

mengemukakan definisi manajemen ialah:

“Management involve getting things done through and with

people.”

(Manajemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang

dilakukan melalui dan cara dengan beberapa orang).

Dalam definisi ini manajemen menitikberatkan kepada usaha

memanfaatkan beberapa orang dalam mencapai tujuan. Untuk mencapai

tujuan tersebut, maka orang-orang didalam organisasi harus jelas

wewenang dan tanggung jawab dalam tugas pekerjaannya.

Page 46: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

27

Selain itu, manajemen menurut Millet dalam Siswanto (2011: 1)

adalah:

“is the process of directing and facilitating the work of people

organizedin formal groups to achieve a desired goal”. (Manajemen adalah

suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang

diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan).

Manajemen menurut Daft (2002: 8) pencapaian sasaran organisasi

dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian sumberdaya

organisasi. Manajemen menurut Terry dan Rue (2005: 1) manajemen

adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau

pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan

organisasional atau maksud-maksud yang nyata.

Berdasarkan definisi-definisi yang disampaikan oleh para ahli,

maka dapat disimpulkan manajemen adalah proses suatu organisasi untuk

mencapai sebuah tujuan.

2.1.1.1 Proses atau Fungsi Manajemen

H.Fayol menyebut pengertian sama yaitu proses atau fungsi

merupakan unsur (element).

William H. Newman dalam Handayaningrat (2001: 20)

menyebut “The Work of Administrator/ Manager”. (pekerjaan

seorang Administrator/ Manager) yang dapat dibagi dalam lima

proses, yaitu:

Page 47: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

28

1. Perencanaan (Planning).

Perencanaan ini meliputi serangkaian keputusan-

keputusan termasuk penentuan-penetuan tujuan,

kebijaksanaan, membuat program-program, menentukan

metode dan prosedur serta menetapkan jadwal waktu

pelaksanaan.

2. Pengorganisasian (Organizing).

Pengorganisasian yaitu pengelompokkan kegiatan-

kegiatan yang diwadahkan dalam unit-unit untuk

melaksanakan rencana dan menetapkan hubungan

antara pimpinan dan bawahannya (atasan dan bawahan)

di dalam setiap unit.

3. Pengumpulan Sumber (Assembling Resources).

Pengumpulan sumber berarti pengumpulan sumber-

sumber yang digunakan untuk mengatur penggunaan

daripada usaha-usaha tersebut yang meliputi personal,

uang atau kapital, alat-alat atau fasilitas dan hal-hal lain

yang diperlukan untuk melaksanakan rencana.

4. Pengendalian kerja (Supervising).

Pengendalian kerja ialah memberikan instruksi,

motivasi (dorongan) agar mereka secara sadar menuruti

segala instruksinya, mengadakan koordinasi daripada

kegiatan pekerjaan dan memelihara hubungan kerja

Page 48: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

29

baik antara atasan dan bawahan (the “boss” and

“subordinate”).

5. Pengawasan (Controling).

Pengawasan dimaksudkan untuk mengetahui bahwa

hasil pelaksanaan pekerjaan sedapat mungkin sesuai

dengan rencana (“Seeing that the operating resulte

conform as nearely as possible to the plan”). Hal ini

menyangkut penentuan standar dan bila perlu

mengadakan koreksi atau pembetulan apabila

pelaksanaannya menyimpang daripada rencana.

Menurut Luther Gullick proses daripada administrasi dan

manajemen (The Process of Administration of Management) dalam

Handayaningrat (2001: 24) adalah:

1. Perencanaan (Planning).

Perencanaan adalah perincian dalam garis besar untuk

memudahkan pelaksanaannya dan metode yang

digunakan dalam menyelesaikan maksud atau tujuan

badan usaha itu.

2. Pengorganisasian (Organizing).

Menetapkan struktur formal daripada kewenangan

dimana pekerjaan dibagi-bagi sedemikian rupa,

ditentukan dan dikoordinasikan untuk mencapai tujuan

yang diinginkan.

Page 49: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

30

3. Penyusunan Pegawai (Staffing).

Keseluruhan fungsi daripada kepegawaian sebagai

usaha pelaksanaannya, melatih para staf dan

memelihara situasi pekerjaan yang menyenangkan.

4. Pembinaan kerja (Directing).

Merupakan tugas yang terus menerus didalam

pengambilan keputusan, yang berwujud suatu perintah

khusus atau umum dan instruksi-instruksi dan bertindak

sebagai pemimpin dalam suatu badan usaha atau

organisasi.

5. Pengkoordinasian (Coordinating).

Merupakan kewajiban yang penting untuk

menghubungkan berbagai-bagai kegiatan daripada

pekerjaan

6. Pelaporan (Reporting).

Dalam hal ini pimpinan yang bertanggung jawab harus

mengetahui apa yang sedang dilakukan, baik bagi

keperluan pimpinan maupun bawahannya melalui

catatan penelitian maupun inspeksi.

7. Anggaran (Budgetting).

Semua kegiatan akan berjalan dengan baik bila disertai

dengan usaha pembiayaan dalam bentuk anggaran,

perhitungan anggaran dan pengawasan anggaran.

Page 50: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

31

Sedangkan menurut George Terry dalam Handayaningrat (2001:

25) dengan bukunya: Principles of Management menggunakan pendekatan

“Proses daripada Manajemen”, yaitu:

1. Perencanaan (Planning).

Perencanaan adalah suatu pemilihan yang berhubungan

dengan kenyataan-kenyataan, membuat dan

menggunakan asumsi-asumsi yang berhubungan

dengan waktu yang akan datang (future) dalam

menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan

yang diusulkan dengan penuh keyakinan untuk

tercapainya hasil yang dikehendakinya.

2. Pengorganisasian (Organizing).

Pengorganisasian adalah menentukan,

mengelompokkan dan pengaturan berbagai kegiatan

yang dianggap perlu untuk pencapaian tujuan,

penugasan orang-orang dalam kegiatan ini, dengan

menetapkan faktor-faktor lingkungan fisik yang sesuai,

dan menunjukkan hubungan kewenangan yang

dilimpahkan terhadap setiap individu yang ditugaskan

melaksanakan kegiatan tersebut.

3. Penggerakan Pelaksanaan (Actuating).

Penggerakan pelaksanaan adalah usaha agar semua

anggota kelompok suka melaksanakan tercapainya

Page 51: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

32

tujuan dengan kesadarannya dan berpedoman pada

perencanaan (planning) dan usaha

pengorganisasiannya.

4. Pengawasan (Controlling).

Pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus

diselesaikan yaitu: pelaksanaan, penilaian pelaksanaan,

bila perlu melakukan tindakan korektif agar supaya

pelaksanaannya tetap sesuai dengan standar.

Selain itu John F. Mee dalam Handayaningrat (2001: 26)

mengemukakan dalam bukunya Management Thought in a Dynamic

Economy fungsi manajemen yang terdiri atas:

1. Perencanaan (Planning) adalah proses pemikiran

yang matang untuk dilakukan dimasa yang akan dating

dengan menentukan kegiatan-kegiatannya.

2. Pengorganisasian (Organizing) adalah seluruh

proses pengelompokkan orang-orang, peralatan,

kegiatan, tugas, wewenang dan tanggung jawab,

sehingga merupakan organisasi yang tepat digerakan

secara keseluruhan dalam rangka tercapainya tujuan

yang telah ditentukan.

3. Pemberian Motivasi (Motivating) adalah seluruh

proses pemberian motif (dorongan) kepada para

karyawan untuk bekerja lebih bergairah sehingga

Page 52: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

33

mereka dengan sadar mau bekerja demi tercapainya

tujuan organisasi secara berhasil guna dan berdaya

guna.

4. Pengawasan (Controlling) adalah proses

pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan

organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan dapat

berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan

sebelumnya.

Dari beberapa definisi yang sudah dijelaskan diatas, maka peneliti

dapat menarik kesimpulan proses dan fungsi manajemen adalah tahapan

dalam menentukan tujuan sampai dengan pencapaian tujuan.

2.1.1.2 Implementasi Kebijakan

Nugroho (2003:159) Kebijakan publik dalam bentuk

Undang-undang atau Perda adalah jenis kebijakan publik yang

memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering

diistilahkan sebagai peraturan pelaksana.

Nugroho (2003:159) Rangkaian implementasi kebijakan

yaitu dimulai dari program, ke proyek dan kegiatan. Model

tersebut mengadaptasi mekanisme yang lazim di dalam manajemen

khususnya manajemen sektor publik.

Page 53: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

34

Gambar 2.1

Rangkaian Implementasi Kebijakan

Kebijakan

Publik

Kebijakan

Publik Penjelas

Program

Intervensi

Proyek

Intervensi

Kegiatan

Intervensi

Publik/

Masyarakat

(Sumber: Nugroho (2003:159)

Nugroho (2003:162) Pelaksanaan atau implementasi

kebijakan di dalam konteks manajemen berada di dalam kerangka

organizing-leading-controlling. Jadi ketika kebijakan sudah dibuat,

maka tugas selanjutnya adalah mengorganisasikan, melaksanakan

kepemimpinan untuk memimpin pelaksanaan dan melakukan

pengendalian pelaksanaan tersebut.

2.1.2 Karakteristik Umum Pesisir dan Laut

Wilayah pesisir adalah wilayah yang membentuk batasan antara

daratan dan laut dan dapat memanjang ke arah darat dan ke arah laut

dengan luas yang beragam, tergantung pada keadaan topografi, tujuan dan

Page 54: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

35

kebutuhan dan program khusus. Sesuai dengan 23/PERMEN-KP/2016,

wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem

daratan dan laut yang ditentukan oleh 12 mil batas wilayah kearah perairan

dan batas kabupaten/ kota kearah pedalaman.

Wilayah Pesisir memiliki keunikan tersendiri dibandingkan

wilayah lainnya karena wilayah pesisir merupakan tempat bertemunya

daratan dan lautan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Dahuri dkk (Mulyadi

2005: 1) yang menyatakan wilayah pesisir merupakan suatu wilayah

peralihan antara daratan dan lautan. Definisi wilayah pesisir juga

tercantum dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 yang menyatakan

bahwa wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat

dan ekosistem laut yang dipengaruhi oleh perubahan darat dan laut. Sesuai

dengan 23/PERMEN-KP/2016, wilayah pesisir didefinisikan sebagai

wilayah peralihan antara ekosistem daratan dan laut yang ditentukan oleh

12 mil batas wilayah ke arah perairan dan batas kabupaten/ kota ke arah

pedalaman.

Beattley, et al. dalam bukunya La Sara (2014: 11) menjelaskan

wilayah pesisir adalah wilayah dinamik yang saling berhubungan dimana

daratan, air dan udara berinteraksi dalam keseimbangan yang mudah

terganggu (fragile) yang secara tetap dirubah oleh pengaruh alam dan

manusia. Secara umum, wilayah pesisir sebagai wilayah pertemuan antara

ekosistem darat, ekosistem laut, dan ekosistem udara yang saling bertemu

dalam suatu keseimbangan yang rentan. Kerentanan tersebut dipengaruhi

Page 55: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

36

karena kawasan pesisir dan laut memiliki karakteristik khusus, baik dalam

sifat ekologis maupun keanekaragaman sehingga perlunya mendapatkan

perhatian khusus.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah

pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan, dimana

terdapat ekosistem yang saling berhubungan dan berinteraksi antara

daratan, air dan udara. Ruang lingkup wilayah pesisir merupakan ruang

lautan dan daratan yang saling memiliki pengaruh antara keduanya

menjadi satu kesatuan dan mempunyai potensi cukup besar yang

pemanfaatannya berbasis sumber daya, lingkungan dan masyarakat.

Pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir harus mengacu pada

prinsip-prinsip dasar Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara

Terpadu, ada 15 prinsip dasar yang sebagian besar mengacu Clark (1992)

yaitu:

1. Wilayah Pesisir adalah suatu sistem sumberdaya (resource

system) yang unik, yang memerlukan pendekatan khusus dalam

merencanakan dan mengelola pembangunannya;

2. Air merupakan faktor kekuatan pemersatu utama dalam

ekosistem air;

3. Tata ruang daratan dan lautan harus direncanakan dan

dikelola secara terpadu;

4. Daerah perbatasan laut dan darat hendaknya dijadikan

faktor utama dalam setiap program peengelolaan wilayah pesisir;

Page 56: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

37

5. Batas suatu wilayah ditetapkan berdasarkan pada isu dan

permasalahan yang hendak dikelola serta bersifat adaptif;

6. Fokus utama dari pengelolaan wilayah pesisir adalah untuk

mengkonservasi sumberdaya milik bersama;

7. Pencegahan kerusakan akibat bencana alam dan konservasi

sumber daya alam harus dikombinasikan dalam suatu program

pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu;

8. Semua tingkatan di Pemerintahan dalam suatu wilayah

terus diikutsertakan dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah

pesisir;

9. Pendekatan pengelolaan yang disesuaikan dengan sifat dan

dinamika alam adalah tepat dalam pembangunan wilayah pesisir;

10. Evaluasi pemanfaatan ekonomi dan sosial dari ekosistem

pesisir serta partisipasi masyarakat lokal dalam program

pengelolaan wilayah pesisir;

11. Konservasi untuk pemanfaatan yang berkelanjutan adalah

tujuan dari pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir;

12. Pengelolaan multiguna (multiple uses) sangat tepat

digunakan untuk semua sistem sumber daya wilayah pesisir;

13. Pemanfaatan multiguna (multiple uses) merupakan kunci

keberhasilan dalam pembangunan wilayah pesisir secara

berkelanjutan

Page 57: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

38

14. Pengelolaan sumber daya pesisir secara tradisional harus

dihargai;

15. Analisis dampak lingkungan sangat penting bagi

pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.

2.1.2.1 Batasan Kawasan Pantai (Pesisir) dan Perairan/ Laut

Dalam menentukan batasan wilayah pesisir harus dapat

mempunyai persepsi yang sama bahwa: (1) wilayah pesisir

merupakan sebuah bentang lurus dari darat sampai laut, (2)

wilayah pesisir dari onshore ke offshore menjadi bagian yang tak

terpisahkan dalam kegiatan hidup manusia-masyarakat berbicara

tentang “being at the coast atau on the coast, but never in the

coast”. Dalam perspektif yang lebih luas, penentuan batasan

wilayah pesisir ini tergantung pada pertimbangan politik,

administrasi, hukum, ekologi dan pragmatis sebab wilayah pesisir

terdapat seperangkat kemungkinan isu-isu pesisir. Pengaruh yang

beragam terhadap wilayah pesisir menyebabkan batas fisik wilayah

pesisir dan laut sangat beragam yaitu meliputi daerah pesisir,

pantai, daerah pasang surut dan perairan dangkal. Dahuri, dkk

(2008:6) menjelaskan batasan pendekatan wilayah pesisir, yaitu:

1. Batas wilayah pesisir kea rah darat pada umumnya

adalah jarak arbitrer dari rata-rata pasut tinggi dan batas

kea rah laut umumnya adalah sesuai dengan batas

jurisdiksi provinsi.

Page 58: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

39

2. Batas kearah darat dari suatu wilayah pesisir

ditetapkan sebanyak dua macam, yaitu batas untuk

wilayah perencanaan dan batas untuk wilayah

pengaturan atau pengelolaan keseharian. Wilayah

perencanaan sebaiknya meliputi seluruh daerah daratan

apabila terdapat kegiatan manusia yang dapat

menimbulkan dampak secara nyata terhadap

lingkungan dan sumber daya di pesisir. Oleh karena itu,

batas wilayah pesisir kea rah darat untuk kepentingan

perencanaan dapat sangat jauh kearah hulu. Jika suatu

program pengelolaan pesisir menetapkan dua batasan

wilayah pengelolaannya maka wilayah perencanaan

selalu lebih luas daripada wilayah pengaturan.

3. Batas kea rah darat dari suatu wilayah pesisir dapat

berubah.

2.1.2.2 Karakteristik Ekosistem Wilayah Pesisir

Ekosistem wilayah pesisir setidaknya mempunyai lima

karakteristik penting yang harus dipahami agar pengelolaannya

memenuhi kaidah-kaidah sustainability, yaitu sebagai berikut:

Pertama, komponen hayati dan non hayati dalam wilayah

pesisir membentuk suatu ekosistem yang kompleks hasil dari

berbagai proses biofisik (ekologis) dari ekosistem daratan dan

lautan, antara lain angin, gelombang, pasar surut, suhu, dan

Page 59: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

40

salinitas-dimana substansi dan perilakunya bervariasi dan secara

grasual berubah dari arah darat ke laut. Sebagai akibat.nya

ekosistem pesisirdapat sangat tahan atau sebaliknya sangat rentan

terhadap gangguan (perubahan) lingkungan yang di sebabkan oleh

kegiatan maupun bencana alam.

Kedua, wilayah pesisir oleh karena ragam komponen

ekologi maupun keuntungan faktor lokasi (locational advantage)

biasanya di temukan beragam macam kemanfaatan untuk

kepentingan pembangunan seperti tambak perikanan tangkap,

pariwisata, pertambanagan industri dan permukiman. Terdapat

kaitan langsung yang sanggat komplek antara proses-proses dan

fungsi lingkungan dengan penggunaan sumber daya alam.

Ketiga, dalam suatu wilayah pesisir, pada umumnya

terdapat lebih dari 1 komplek masyarakat (orang) yang memiliki

ketrampilan/ keahlian dan kesenangan bekerja yang berbeda,

sebagai petani, nelayan, petani tambak, petani rumput laut,

pendamping wisata, wisata, kerajian rumah tangga, dan

sebagainya. Sangat sungkar atau hampir tidak mungkin, untuk

mengubah kesenangan bekerja.

Keempat, secara ekologis maupun ekonomis, pemanfaatan

suatu wilayah pesisir secara monokultur sangat rentan terhadap

perubahan internal maupun eksternal yang menjurus pada

kegagalan usaha.

Page 60: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

41

Kelima, kawasan pesisir pada umumnya merupakan sumber

daya milik bersama/ (common property resources) yang dapat

dimanfaatkan oleh semua orang (open access). Isu ini merupakan

sumber utama konflik hubungan dan kepentingan lahan dan alokasi

pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir. Hal tersebut disarankan

ketika tingkat permintaan terhadap sumber daya lebih besar

ketimbang jumlah yang disediakan oleh alam. Itu sebabnya, sistem

alokasi harus senantiasa dikembangkan sejalan semakin tingginya

kepentingan tingkat persaingan wingkat wilayah pesisir dan lautan.

2.1.2.3 Karakteristik Masyarakat Pesisir

Menurut Purba (2005: 35), menyatakan bahwa masyarakat

yang berdiam di pesisir setidaknya dapat dibagi menjadi 3 bagian

berdasarkan hubungan, adaptasi dan pemahaman terhadap daerah

pesisir dengan segala kondisi geografisnya, tiga kategori

masyarakat tersebut, yaitu:

1. Masyarakat perairan, yaitu masyarakat yang hidup dari

sumber daya perairan, cenderung terasing dari kontak-kontak

dengan masyarakat-masyarakat lain, lebih banyak berada

dilingkungan perairan daripada didaratan dan selalu berpindah-

pindah tempat disuatu wilayah perairan tertentu. Hanya sedikit

masyarakat asli setempat yang benar-benar menggantungkan

kehidupan ekonominya di sumber daya perairan.

Page 61: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

42

2. Masyarakat nelayan, yaitu masyarakat yang paling banyak

memanfaatkan hasil laut dan potensi lingkungan perairan dan

pesisir untuk kelangsungan hidupnya. Masyarakat nelayan lebih

banyak menghabiskan kehidupan sosial budayanya di daratan

walaupun hidup mereka bergantung kepada sumber daya

perairan.

3. Masyarakat pesisir tradisional, yaitu masyarakat-

masyarakat pesisir yang berdiam di perairan laut, akan tetapi

sedikit sekali menggantungkan kelangsungan hidup dari sumber

daya laut. Mereka lebih banyak bergantung dari pemanfaatan

sumber daya daratan, baik sebagai pemburu ataupun sebagai

petani tanaman pangan atau jasa.

2.1.2.4 Paradigma Baru dan Pendekatan Yang Serasi Dalam

Pengelolaan Sumberdaya Kelautan

Otonomi Daerah telah dilaksanakan sejak tanggal 1 Januari

2001. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakatnya (UU No 22

Tahun 1999, pasal 1H). Kewenangan daerah di wilayah perairan

laut meliputi, (pasal 10 ayat 2):

1. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan laut

sebatas wilayah laut (sejauh 4 mil laut diukur dari garis pantai

perairan laut).

Page 62: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

43

2. Pengaturan kepentingan administrative

3. Pengaturan tata ruang

4. Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan

oleh dari daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh

Pemerintah (Pusat)

5. Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan Negara

Paradigma baru dalam sistem pemerintahan adalah dari

sentralisasi ke desentralisasi. Dalam pengelolaan sumber daya

perairan laut mempunyai makna:

1. Pengelolaan berorientasi pada mekanisme pasar (demand

and market driven)

2. Pengelolaan berbasis sumberdaya dan masyarakat

(resources and community based development)

3. Pengelolaan tidak harus seragam tetapi harus sesuai

kepentingan dan budaya masyarakat lokal

4. Pengelolaan secara berkeadilan (harus memperhatikan

kebutuhan dan kemampuan seluruh masyarakat)

Paradigma baru tersebut dijabarkan kepada pendekatan

dalam pengelolaan sumber daya perairan laut, diantaranya sebagai

berikut:

1. Pendekatan komprehensif (holistic), multisektoral dan

terpadu

2. Pendekatan secara parsial

Page 63: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

44

3. Pendekatan partisipatif

4. Pendekatan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

Meskipun konsep tahapan pemanfaatan sumber daya diatas

adalah sangat lengkap tetapi dalam pelaksanaanya mengalami

hambatan dan keterbatasan apabila dikaitkan dengan tujuan

reformasi yang menuntut dilaksanakan perubahan dan perbaikan di

segala bidang untuk menerapkan azas transaparansi (keterbukaan

bagi masyarakat), akuntabilitas (pertanggung jawaban kepada

rakyat), desentralisasi (memberikan kewenangan kepada daerah-

daerah), maka dalam pengelolaan sumber daya alam, khususnya

sumber daya perairan laut untuk menerapan pendekatan yang serasi

yang beriorientasi kepada:

1. Pemanfaatan sumberdaya perairan laut berdasarkan

mekanisme pasar, sehingga tidak terjadi pengrusakan.

2. Menerapkan prinsip 3E (ekonomis, efisien dan efektif) agar

pemanfaatan perairan laut secara optimal.

3. Pemanfaatan sumber daya perairan laut berorientasi kepada

masa depan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

dalam jangka panjang.

4. Perencanaan dan pembangunan sumberdaya perairan laut

dilakukan dari bawah agar benar-benar sesuai kebutuhan dan

kepentingan masyarakat.

Page 64: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

45

5. Pembangunan dan pengelolaan sumber daya perairan laut

dilakukan secara terpadu, komperehensif, multi sektoral,

spasial, partisipatif, berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan.

2.1.3 Potensi Pembangunan Wilayah Pesisir

Potensi pembangunan yang terdapat diwilayah pesisir lautan secara

garis besar dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Sumber daya dapat pulih (renewable resource)

2. Sumber daya tidak dapat pulih (non-renewable resource)

3. Jasa-jasa lingkungan (environment service)

Sumber daya dapat pulih terdiri atas hutan mangrove, terumbu

karang, padang lamun, dan rumput laut serta sumber daya perikanan laut.

Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang

penting di wilayah pesisir dan lautan. Pemanfaatan untuk industri dan

sebagai komoditas ekspor baru berkembang pesat dalam beberapa

dasawarsa terakhir ini. Sumber daya perikanan laut sebagai sumber daya

yang dapat pulih sering dapat disalah tafsirkan sebagai sumber daya yang

dieksploitasi secara terus menerus tanpa batas. (Mulyadi, 2005: 44).

Sumber daya tidak dapat pulih meliputi seluruh mineral dan

geologi, misalnya mineral terdiri dari tiga kelas, yaitu A (mineral strategis

misalnya minyak, dan gas), B (mineral vital, meliputi emas, timah, nikel,

bausit), dan C (mineral industri, termasuk bahan bangunan dan galian

seperti granit).

Page 65: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

46

Wilayah pesisir dan lautan Indonesia juga memiliki berbagai

macam jasa lingkungan yang sangat potensial bagi kepentingan

pembangunann dan bahkan kelangsungan hidup manusia. Jasa-jasa

lingkungan yang dimaksud meliputi kawasan pesisir dan lautan sebagai

tempat rekreasi dan parirwisata, media transportasi dan komunikasi,

sumber energi, sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan keamanan,

penampung limbah, pengatur iklim (climate regulator), kawasan

perlindungan ( konservasi dan preservasi ) dan sistem penunjang.

2.1.3.1 Permasalahan Pembangunan Wilayah Pesisir

Pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan lautan di

Indonesia dari sudut pembangunan berkelanjutan dihadapkan pada

kondisi yang mendua atau berada di persimpangan jalan. Di satu

pihak, ada beberapa kawasan pesisir yang telah dimanfaatkan dan

dikembangkan dengan intensif. Akibatnya, indikasi telah

terlampauinya daya dukung atau kapasitas berkelanjutan dari

ekosistem pesisir dan laut. Seperti pencemaran, tangkap lebih,

degradasi fisik habitat pesisir, dan observasi pantai telah muncul di

kawasan pesisir.

Aktivitas perekonomian utama yang menimbulkan

permasalahan pengelolaan sumber daya dan lingkungan wilayah

pantai dan lautan, yaitu:

1. Perkapalan dan transportasi (tumpukan minyak, limbah

padat dan kecelakaan)

Page 66: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

47

2. Perikanan (over fishing, pencemaran pesisir, pemasaran dan

distribusi, modal dan tingkat keahlian)

3. Budidaya peraturan (ekstrensivikasi dan konservasi hutan)

4. Pertambangan (penambangan pasir dan terumbu karang)

5. Kehutanan (penebangan dan konservasi hutan)

6. Industri (reklamasi dan pengerukan tanah)

7. Pariwisata (pembangunan infrastruktur dan pencemaran air)

( Mulyadi, 2005:54 ).

2.1.3.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Wilayah Pesisir

Tujuan jangka panjang pembangunan wilayah pesisir pantai di

Indonesia secara umum, antara lain:

1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan

lapangan kerja dan kesempatan usaha

2. Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah

kepada peningkatan dan pemanfaatan secara optimal dan

lestari sumber daya di pesisir dan lautan

3. Peningkatan kemampuan peran serta masyarakat pantai

dalam pelestarian lingkungan

4. Peningkatan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan

di wilayah pesisir dan lautan (Mulyadi, 2005: 67).

Sementara itu, sasaran pembangunan wilayah pesisir dan lautan

adalah terwujudnya kedaulatan atas wilayah perairan Indonesia dan

yuridikasi nasional dalam wawasan nusantara, terciptanya industri

Page 67: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

48

kelautan yang kokoh dan maju yang di dorong oleh kemitraan usaha yang

erat antara badan usaha koperasi. Negara dan swasta serta pendayagunaan

sumber daya laut yang didukung oleh sumber daya manusia yang

berkualitas, maju dan professional dengan iklim usaha yang sehat serta

pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga terwujud

kemampuan untuk mendayagunakan potensi laut guna peningkatan

kesehahteraan rakyat secara optimal, serta terpeliharanya kelestarian

lingkungan hidup. Negara dan swasta serta pendayagunaan sumber daya

laut yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, maju dan

professional dengan iklim usaha yang yang sehat serta pemanfaatan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta terwujud kemampuan untuk

mendayagunakan potensi laut guna peningkatan kesejahteraan masyarakat

secara optimal, serta terpeliharanya kelestarian hidup.

2.1.3.3 Dasar Pertimbangan Pengembangan Daerah Pantai

Pada suatu faktor yang umum dapat dikemukakan bahwa

perkembangan dan pertumbuhan daerah pantai terjadi karena potensi

sumber daya alam yang dimiliki daerah pantai yang dapat dimanfaatkan

secara ekonomis, seperti perikanan dan hasil laut lainnya serta potensi

keindahan alam pantai yang dapat dinikmati.

2.1.3.4 Tipologi Perkembangan Daerah Pantai

Ada dua jenis utama dari pola pengembangan pantai:

“Pertama, perkembangan daerah pantai yang intensif maupun yang

efektif secara continue disepanjang daerah pantai. Pola perkembangan

Page 68: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

49

demikian terutama terjadi disepanjang daerah pantai di Pulau Jawa dan

sebagian di Pulau Sumatera. Perkembangan tersebut terjadi karena telah

berkembangnya jaringan sarana perhubungan darat yang menghubungkan

daerah-daerah sepanjang pantai. Kedua, perkembangan intensif yang

terjadi karena berpencar di kota-kota tertentu yang secara historis

mempunyai potensi perekonomian. Dalam pola yang kedua ini

perkembangan dan pertumbuhan hanya terjadi secara intensif pada lokasi-

lokasi tertentu saja dengan orientasi kedalaman”.

Dari segi fungsinya, daerah pantai dapat berkembangan sebagai

suatu kota, suatu desa, suatu pusat kegiatan rekreasi dan sebagai suatu

kegiatan fungsional khusus seperti industri, stasiun angkatan laut, pusat

pengolahan atau kegiatan khusus lainnya.

2.1.3.5 Konsepsi Dasar Pengembangan dan Pengendalian Potensi

Berdasarkan kecenderungan dan kemungkinan perkembangan

fungsi pantai, laut dan daerah sekitarnya, secara konseptual usaha

pengembangan dan pengendalian tanah pantai dapat dipertimbangkan

sebagai berikut:

1. Pengembangan daerah pantai secara mengelompok

2. Sehubungan dengan usaha pemanfaatan dan penggunaan

tanah pantai tersebut, usaha pengaturan dan pengendalian

perlu pula dilandasi oleh peraturan-peraturan serta

pengendalian yang baik

2.14 Manajemen Kawasan Pesisir Secara Terpadu

Page 69: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

50

Masalah yang berkaitan dengan pertumbuhan pesisir yang pesat

dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada wilayah pesisir baik dari

lingkungan pesisir atau sumberdaya yang dimiliki. Untuk itu, mencari

solusi bahwa pemanfaatan sumber daya pesisir untuk pembangunan terus

dilanjutkan tanpa menimbulkan dampak kerusakan. Bentuk-bentuk

manajemen kawasan pesisir secara terpilih melihat sumber daya pesisir

dan pemanfaatan sumber daya secara komperehensif lebih dari sebagai isu

sumber daya tunggal dan menterpadukan banyak penggunaan sumber daya

pesisir dan kebutuhan yang bertentangan ke dalam suatu proses

pengambilan keputusan yang seimbang menjadi alat sebagai

pemecahannya.

Menurut Dahuri (2008: 12) pengelolaan wilayah pesisir secara

terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang

melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan

pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu guna mencapai pembangunan

wilayah pesisir secara berkelanjutan.

Dalam konteks ini, keterpaduan mengandung tiga dimensi:

sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis. Mengingat bahwa suatu

pengelolaan terdiri dari empat tahap utama: perencanaan, implementasi,

monitoring, dan evaluasi. Maka jiwa atau nuansa keterpaduan tersebut

perlu diterapkan sejak tahap perencanaan sampai evaluasi.

Sedangkan menurut Cincin-Sain, et. al. na “Pengelolaan pesisir

secara terpadu didefinisikan sebagai sebuah proses dinamik dan terus

Page 70: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

51

menerus untuk perumusan keputusan pemanfaatan berkelanjutan

pembangunan dan perlindungan wilayah dan sumber daya pesisir dan

laut”.

Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengatasi fragmentasi yang

melekat didalam pendekatan pengelolaan sektoral. Orientasi pengelolaan

wilayah pesisir terpadu adalah multi tujuan, yaitu: (1) menganalisis

implikasi pembangunan, konflik pemanfaatan, dan hubungan antara proses

fisik dan kegiatan manusia, dan (2) mendukung keterkaitan dan

harmonisasi diantara kegiatan sektoral pesisir dan laut. (Cincin-Sain and

Knecht, 1998).

Menurut Sorensen dan Mc Ceary dalam Dahuri (2008: 5) adalah

sebagai berikut:

Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu adalah pengelolaan

pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat

dikawasan pesisir dengan cara melakukan penilaian menyeluruh tentang

kawasan pesisir beserta sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang

terdapat didalamnya, menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan, dan

kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan

pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang optimal dan

berkelanjutan. Proses pengelolaan ini dilakukan secara continue dan

dinamis dengan mempertimbangkan segenap aspek sosial, ekonomi,

budaya dan aspirasi masyarakat pengguna kawasan pesisir serta konflik

kepentingan dan konflik pemanfaatan kawasan pesisir yang mungkin ada.

Page 71: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

52

Tujuan manajemen kawasan pesisir adalah untuk melindungi,

melestarikan dan melakukan restorasi sumberdaya-sumberdaya alam

dimana memungkinkan dan perlu mendorong pertumbuhan dan

pembangunan melalui perencanaan yang sehat secara interdisiplin dan

terpadu terhadap dampak lingkungan dari kegiatan-kegiatan dan proyek-

proyek yang dilakukan dan mengukur serta mengevaluasi konsekuensi-

konsekuensinya sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.

Pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang baik membutuhkan

suatu program pengelolaan yang terintegrasi. Program pengelolaan yang

terintegrasi dapat dilaksan akan jika didukung oleh tersedianya

informasi-informasi yang obyektif, akurat dan terbaharui guna membantu

penyusunan kebijakan dan perencanaan pengelolaan pesisir menjadi

terintegrasi sehingga pengelolaannya dapat lebih efektif dan tepat sasaran.

2.2 Penelitian Terdahulu

Untuk menghasilkan sebuah penelitian yang komperehensif dan

berkolerasi maka penelitian ini mencoba mengambil beberapa penelitian awal

sebagai bahan rujukan yang pembahasan penelitiannya memiliki relevansi yang

sama dengan penelitian ini. Diharapkan dengan rujukan tersebut dapat

membentuk kerangka berpikir dalam melakukan kajian. Berikut adalah bahan

rujukan penelitian terdahulu diantaranya:

Penelitian pertama adalah skripsi yang berjudul “Analisis Pengelolaan

Wilayah Pesisir di Kecamatan Kronjo Kabupaten Tangerang” ditulis oleh Irma

Page 72: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

53

Widya Laksana mahasiswi studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa tahun 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis pengelolaan sumber daya wilayah pesisir pantai di Kecamatan

Kronjo Kabupaten Tangerang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori keterpaduan

dalam pengelolaan wilayah pesisir yaitu keterpaduan sektor,keterpaduan wilayah

atau ekologis, keterpaduan stakeholders, keterpaduan antar berbagai disiplin ilmu

dan keterpaduan antar Negara atau wilayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

masih adanya keterpaduan tumpang tindih, tidak keseimbangan dalam

pengelolaan darat dan laut, kurang berjalannya program dari pemerintah karena

kurangnya koordinasi melakukan pengelolaan pesisir secara bersama-sama

walaupun hanya sekedar membahas mengenai permasalahan-permasalahan yang

ada.

Penelitian kedua adalah skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat

Dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Kecamatan Teluk Naga”

ditulis oleh Abdulah Sapei pada tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah

mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat pesisir dalam program PDPT di

Desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan Muara Kecamatan Teluk Naga. Metode

penelitian yang digunakan ialah dengan pendekatan kualitatif. Penelitian

menggunakan teori partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, pemeliharaan dan pemanfaatan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa masih rendahnya masyarakat dalam berpartisipasi. Proses perencanaan

tidak melibatkan masyarakat luas hanya perwakilan dari setiap RW, dalam

Page 73: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

54

pengawasan masyarakat tidak mengikuti pengawasan karena masyarakat hanya

mengetahui pengawasan dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam pemanfaatan

masyarakat merasakan manfaat yang sudah dilakukan namun dalam pemeliharaan

masih kurang baik dikarenakan belum kuatnya kelembagaan yang ada.

Penelitian ketiga adalah skripsi dengan judul “Pengelolaan Wilayah Pesisir

di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang” ditulis oleh Ratih

Permita pada tahun 2013. Tujuan penelitian adalah mengetahui bagaimana

pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten

Serang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian

menggunakan teori manajemen pengelolaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perencanaan tidak melibatkan masyarakat, lemahnya pengawasan, dan evaluasi

dilakukan secara bersamaan dengan pengawasan sehingga tidak continue.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian diatas ialah ruang lingkup

penelitian ialah mengangkat tema wilayah pesisir. Penelitian pertama mengkaji

kerusakan lingkungan yang terjadi di wilayah pesisir dilihat dari keterpaduan

beberapa sektor. Namun fokus yang dikaji dalam penelitian ini berbeda dengan

penelitian pertama. Penelitian ini berfokus kepada manajemen pengelolaan

dimana perlu diterapkan dari tahap perencanaan sampai dengan evaluasi.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang kedua ialah pada lokus

dalam penelitian yakni mengenai pesisir di Kecamatan Teluk Naga hanya saja

dalam penelitian ini hanya fokus pada 1 desa di Kecamatan Teluk Naga yaitu di

Desa Muara dan perbedaannya pada penelitian kedua dengan penelitian ini adalah

pada penelitian kedua mengenai bagaimana partisipasi masyarakat Kecamatan

Page 74: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

55

Teluk Naga dalam program desa pesisir tangguh dan pada penelitian ini

membahas mengenai manajemen pengelolaan pesisir di Desa Muara.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang ketiga ialah menjelaskan

mengenai manajemen pengelolaan di wilayah pesisir. Perbedaan dengan

penelitian ini ialah pada lokus penelitian yang berbeda dengan masalah yang ada.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting (Sugiyono, 2005: 65). Kerangka berpikir memuat teori, dalil, atau

konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam

kerangka berpikir menjelaskan antar variabel. Kerangka berpikir merupakan

proses yang sangat penting dalam menyusun suatu penelitian, karena dalam

proses ini pembaca dapat mengetahui apa yang akan dilakukan oleh peneliti dan

bagaimana urutan penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus

penelitian adalah Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk

Naga Kabupaten Tangerang (Studi Kasus Program Gerakan Pembangunan

Masyarakat Pantai Tahun 2015-2016).

Selama peneliti melakukan penelitian, peneliti memperoleh data dan

informasi melalui pengamatan dan observasi langsung kelapangan serta

wawancara kepada pihak yang bersangkutan yaitu Badan Pembangunan dan

Perencanaan Daerah Kabupaten Tangerang, Dinas Perikanan Kabupaten

Tangerang, Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang, Dinas

Page 75: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

56

Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang, Kepala Desa Muara,

Relawan Pesisir Mengajar dan Kelompok Masyarakat Pesisir di Desa Muara.

Pada saat melaksanakan pengamatan dan observasi dilapangan peneliti

menemukan hambatan dan kesulitan dalam melaksanakan Pengelolaan Wilayah

Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang (Studi Kasus

Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten Tangerang Tahun

2015-2016).

Kerangka berfikir menjelaskan bagaimana teori Menurut Dahuri (2008:

12) digunakan untuk menganalisa Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara

Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Secara Terpadu dalam program

gerakan pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang tahun 2015-2016

dengan pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih

ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu

(integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir yang

berkelanjutan.Dalam konteks ini, keterpaduan mengandung tiga dimensi: sektoral,

bidang ilmu dan keterkaitan ekologis. Mengingat bahwa suatu pengelolaan

(management) terdiri dari empat tahap utama: perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan dan evaluasi.

Page 76: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

57

Gambar 2.2

Kerangka Berpikir

Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa

Muara Kecamatan Teluk Naga

Kabupaten Tangerang (Studi kasus

program gerakan pembangunan

masyarakat pantai tahun 2015-2016)

Masalah-Masalah:

1. Kurang terjalinnya koordinasi antar organisasi perangkat

daerah terkait

2. Rendahnya sumber daya manusia di Desa Muara

3. Minimnya pembinaan berupa penyuluhan dan pelatihan

pada Desa Muara

4. Tidak adanya pengawasan secara lanjut mengenai

pelaksanaan program di Desa Muara

5. Tidak adanya sanksi dari pemerintah daerah terkait

aktivitas penambangan liar.

Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara

Terpadu menurut Dahuri ( 2008:12 )

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Pengawasan

4. Evaluasi

Output:

Program Gerakan Pembangunan

Masyarakat Pantai di Desa Muara

sesuai Roadmap Program Gerakan

Pembangunan Masyarakat Pantai

Outcome:

Terlaksananya pengelolaan pesisir secara terpadu yakni

pengorganisasian perencanaan, pengawasan, pengendalian sumber

daya pesisir dan pulau kecil yang dilakukan oleh pemerintah,

pemerintah daerah, antar sektor, antar ekosistem darat dan laut serta

antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat.

(Sumber:Peneliti 2017)

Page 77: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

58

2.4 Asumsi Dasar

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan, maka peneliti

berasumsikan bahwa Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan

Teluk Naga Kabupaten Tangerang (Studi Kasus Program Gerakan Pembangunan

Masyarakat Pantai Tahun 2015-2016) masih belum optimal, masih diperlukan

perbaikan-perbaikan dalam pengelolaannya dilihat dari bagaimana pelaksanaan

yang dilakukan, bentuk pengawasan yang dilakukan sampai evaluasi yang sesuai

dengan perencanaan.

Page 78: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

59

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya. Untuk mengetahui manajemen pengelolaan

wilayah pesisir dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai yang

digunakan untuk mengatasi permasalahan di Wilayah Pesisir Desa Muara

Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang sesuai dengan rumusan masalah

dan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian

deskriptif kualitatif.

Menurut Sugiyono (2011:9), metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivme, digunakan untuk

meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen)

dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data

dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/ kualitatif,

dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Menurut Satori dan Aan (2010: 22) menjelaskan bahwa penelitian

kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa ucapan atau tulisan diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu

menghasilkan uraian mendalam tentang ucapan, tulisan atau perilaku yang diamati

dari suatu individu, kelompok, masyarakat atau organisasi tertentu dalam suatu

Page 79: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

60

setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komperhensif

dan holistik.

Sedangkan menurut Moleong (2006: 6) mendefinisikan penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dan lain-lain secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-

kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Jadi penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa lisan melalui ucapan dan perilaku orang-orang yang diamati, dan

dapat digunakan untuk meneliti tentang bagaimana kehidupan di dalam

masyarakat menurut tingkah laku, sejarah, aktivitas sosial, dan juga sejarah.

3.2 Ruang Lingkup/ Fokus Penelitian

Dengan memperhatikan identifikasi masalah yang sudah dikemukakan

sebelumnya maka fokus penelitian pada penelitian ini adalah tentang pengelolaan

wilayah pesisir di Desa Muara pada program gerakan pembangunan masyarakat

pantai Kabupaten Tangerang periode 2015-2016.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

Kabupaten Tangerang, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten

Tangerang, Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, Dinas Tata Ruang dan

Page 80: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

61

Bangunan Kabupaten Tangerang, dan di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga

Kabupaten Tangerang.

3.4 Variabel Penelitian/ Fenomena yang diamati

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual berfungsi untuk memberikan

penjelasan tentang konsep dari variabel yang akan diteliti menurut

pendapat peneliti berdasarkan kerangka teori yang akan digunakan.

Adapun definisi konseptual penelitian ini adalah:

1. Manajemen

Manajemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang

dilakukan melalui dan cara dengan beberapa orang.

2. Wilayah Pesisir

Wilayah peralihan antara ekosistem daratan dan laut yang

ditentukan oleh 12 mil batas wilayah ke arah perairan dan batas

kabupaten/ kota ke arah pedalaman.

3.4.2 Definisi Operasional

Mengacu dari konsep serta teori yang dipakai oleh peneliti,

maka dalam penelitian ini yaitu berdasarkan teori Menurut Dahuri

(2008: 12) pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu

pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau

lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan

(pembangunan) secara terpadu guna mencapai pembangunan

wilayah pesisir secara berkelanjutan.

Page 81: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

62

Dalam konteks ini, keterpaduan mengandung tiga dimensi:

sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis. Mengingat bahwa

suatu pengelolaan terdiri dari empat tahap utama: perencanaan,

implementasi, monitoring, dan evaluasi. Maka jiwa atau nuansa

keterpaduan tersebut perlu diterapkan sejak tahap perencanaan

sampai evaluasi.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (2011: 223),

dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia

sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya

belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur

penelitian, hipotesis yang digunakan bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya

tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih

perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak

pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri

sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (2011:224) peneliti sebagai

instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari

lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian

Page 82: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

63

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan

dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test

atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami

dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering

merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia

dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan

arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan

data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai

balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan

7. Dalam penelitian dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang

menyimpang justri diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain

bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan

dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.

Menurut Lofland dan Loflang dalam Moleong (2005: 157) sumber data primer

dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data

tambahan atau data sekunder seperti dokumen, gambar dan lain-lain. Adapun

alat-alat tambahan yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data berupa

wawancara, buku catatan, kamera dan alat perekam.

Page 83: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

64

3.6 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, pengambilan sampel sumber data berkaitan

dengan siapa yang hendak dijadikan informan dalam penelitian. Menurut Bungin

dalam Penelitian Kualitatif (2009: 76-77) menjelaskan objek dan informan dalam

penelitian kualitatif adalah menjelaskan objek penelitian yang fokus dan lokus

penelitian, yaitu apa yang menjadi sasaran. Sasaran penelitian tak tergantung pada

judul dan topik penelitian, tetapi secara konkret tergambarkan dalam rumusan

masalah penelitian. Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang

memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang

memahami objek penelitiannya. Jadi, objek penelitiannya yaitu Pengelolaan

Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang dan

informan penelitiannya diperoleh dengan cara teknik pengambilan sumber data

yang sering digunakan pada penelitian kualitatif adalah purposive.

Menurut Patton dalam Denzim (2009:29), alasan logis dibalik teknik

sampel bertujuan dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana menentukan

informan kunci (key informan) di dalam situasi yang sesuai dengan fokus

penelitian. Sedangkan, pemilihan informan kedua (secondary informan) berfungsi

sebagai cara alternatif bagi peneliti yang tidak dapat menentukan secara partisipan

langsung.

Berdasarkan kriteria diatas, maka dalam penelitian ini yang akan menjadi

informan peneliti adalah semua konstituen yang terlibat langsung dalam

Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten

Tangerang. Yang menjadi informan kunci (key informan) dan informan kedua

(secondary informan), adalah:

Page 84: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

65

Tabel 3.1

Informan Penelitian

No.

Kode

Informan Status Sosial Keterangan

1 I1

Kepala Sub Bidang Ketahanan Pangan dan

Pemberdayaan Masyarakat Badan Perencanaan

dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang

Key Informan

2 I2 Kepala Bidang Pengembangan Kelembagaan

Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang Key Informan

3 I3 Pelaksana Bidang Pengembangan Kelembagaan

Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang Key Informan

4 I4 KepalaSeksi Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan

Bangunan Kabupaten Tangerang Key Informan

5

I5

KepalaSeksi Konservasi Rehabilitasi Lahan Kritis

dan Keanekaragaman Hayati Dinas Lingkungan

Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang

Key Informan

6 I6 Kepala Desa Muara Key Informan

7 I7 Relawan Pesisir Mengajar Desa Muara Secondary

Informan

8 I8 Kelompok Masyarakat Wisata Mangrove Desa

Muara

Secondary

Informan

9 I9 Kelompok Masyarakat Tambak Desa Muara Secondary

Informan

10 I10 Kelompok Masyarakat Nelayan Tangkap Desa

Muara

Secondary

Informan

(Sumber: Peneliti, 2016)

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Menurut Sugiyono (2011: 226) teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Berikut adalah beberapa

teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini:

Page 85: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

66

3.7.1.1 Metode Observasi (Pengamatan)

Nasution dalam Sugiyono (2011: 226) menyatakan bahwa

observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan

hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia

kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Berdasarkan

keterlibatan pengamatan dalam kegiatan-kegiatan orang yang

diamati, observasi dapat dibedakan menjadi observasi partisipan.

Soehartono (2004: 70) menjelaskan dalam observasi

partisipan, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang

sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber penelitian

atau pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh subjek yang diteliti atau diamati, seolah-olah merupakan

bagian dari mereka. Dalam jenis prosedur ini, peneliti adalah

bagian dari keadaan alamiah, tempat dilakukannya observasi.

Dalam observasi nonpartisipan, pengamat berada diluar

subjek yang diamati dan tidak ikut dalam kgiatan-kegiatan yang

mereka lakukan. Dengan demikian pengamat akan lebih mudah

mengamati kemunculan tingkah laku yang diharapkan.

Black & Champion menjelaskan dalam prosedur ini,

peneliti adalah bagian dari keadaan alamiah, tempat dilakukannya

observasi. Prosedur ini dapat dikembangkan dengan beberapa cara.

Observasi partisipan dianggap memiliki daya tarik yang tinggi

sebagai suatu metode, namun tidak setiap orang ingin atau mampu.

Page 86: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

67

Black & Champion (2005: 289) menyatakan dalam

observasi non partisipan peranan tingkah laku peneliti dalam

kegiatan yang berkenaan dengan kelompok yang diamati kurang

dituntut. Observasi non partisipan adalah suatu prosedur yang

dengan peneliti mengamati tingkah laku orang lain dalam keadaan

alamiah, tetapi peneliti tidak melakukan partisipasi terhadap

kegiatan dilingkungan yang diamati.

Sugiyono (2011: 228) menyatakan berdasarkan cara

pengamatan yang dilakukan, observasi juga membedakan menjadi

2 bagian yaitu observasi tidak berstruktur dan observasi

berstruktur. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang

tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan

diobservasi.

Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti

tentang apa yang diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti

tidak menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya

berupa rambu-rambu pengamatan. Soehartono menjelaskan,

observasi berstruktur digunakan apabila peneliti memusatkan

perhatian pada tingkah laku tertentu sehingga dapat dibuat

pedoman tentang tingkah laku tertentu sehingga dapat dibuat

pedoman tentang tingkah laku apa saja yang diamati.

Dalam penelitin ini, peneliti melakukan observasi non

partisipan. Dimana peneliti tidak terlibat langsung dalam

Page 87: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

68

mengawasi Manajemen Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang dan peneliti hanya

menjadi pengamat yang independen.

3.7.1.2 Wawancara

Moleong (2006: 186) menyatakan metode wawancara

merupakan metode yang lazim digunakan dalam penelitian

kualitatif. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,

percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Sedangkan menurut Soehartono (2004: 68), wawancara

adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara

langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban-

jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam.

Metode wawancara dapat diperlukan hanya sebagai tool

pengumpul data bersama-sama dengan instrumen lain.

Menurut Sugiyono (2011: 138) menjelaskan bahwa:

wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan

jumlahnya sedikit/ kecil.

Page 88: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

69

Sugiyono (2011: 140) mengemukakan bahwa wawancara

dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur melalui

tatap muka maupun dengan menggunakan telepon, media internet,

atau dapat dilakukan wawancara tertulis melalui surat bertujuan

menggali informasi yang dibutuhkan sesuai dengan topik

penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi

tidak berperan dan wawancara mendalam. Dimana menurut Bungin

(2009: 108) wawancara mendalam ialah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan dengan atau

tanpa pedoman wawancara.

3.7.1.2.1 Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan peneliti dalam

mencari data dari para informan dan memudahkan peneliti

dalam menggali sumber informan untuk mendapatkan

informasi, seperti berikut:

Page 89: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

70

Tabel 3.2

Pedoman Wawancara

Indikator Informan Penelitian Pertanyaan

1. Panning/

Perencanaan

I1, I2, I3, I4

1. Penetapan tujuan-tujuan dalam

pengelolaan wilayah pesisir

program gerakan pembangunan

masyarakat pantai

2. Penetapan strategi dalam

mencapai tujuan dari pengelolaan

wilayah pesisir program gerakan

pembangunan masyarakat pantai

3. Penetapan sasaran dalam

pengelolaan wilayah pesisir

program gerakan pembangunan

masyarakat pantai

4. Pihak yang terkait dalam

perencanaan pengelolaan di

wilayah pesisir program gerakan

pembangunan masyarakat pantai

5. Perencanaan dan pengelolaan

sumber daya pesisir berdasarkan

kepentingan masyarakat

Page 90: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

71

6. Keterpaduan perencanaan dari

berbagai sektor

7. Transparansi terhadap

perencanaan pengelolaan wilayah

pesisir program gerakan

pembangunan masyarakat pantai

8. Hambatan yang dialami dalam

perencanaan pengelolaan program

gerakan pembangunan masyarakat

pantai di Desa Muara

2. Pelaksanaan I2, I3, ,I5, ,I6,I7,I8,I9,I10

1. Pihak yang bertanggung jawab

dalam mengelola wilayah pesisir

2. Koordinasi dinas-dinas terkait

dalam pengelolaan wilayah

pesisir

3. Bantuan yang diberikan untuk

masyarakat Desa Muara

4. Pengembangan dari potensi yang

ada

5. Koordinasi antara Pemerintah

dengan masyarakat Desa Muara

Page 91: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

72

6. Keterbukaan/ Transparansi

dalam pelaksanaan program

gerakan pembangunan

masyarakat pantai di Desa Muara

7. Peran masyarakat dalam

mengelola Desa Muara

8. Tanggapan mengenai adanya

program gerakan pembangunan

masyarakat pantai di Desa Muara

dalam pengelolaan wilayah

pesisir

9. Hambatan dari pelaksanaan

pengelolaan wilayah pesisir

3. Pengawasan I2, I3, I8,I9,I10

1. Bentuk pengawasan yang

dilakukan dalam pengelolaan

wilayah pesisir program gerakan

pembangunan masyarakat pantai

2. Masyarakat ikut dilibatkan dalam

pengawasan

3. Hambatan dalam pengawasan

pengelolaan wilayah pesisir

Page 92: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

73

program gerakan pembangunan

masyarakat pantai

4. Evaluasi I2,I3, 1. Sanksi yang diberikan kepada

penyimpangan pengelolaan

wilayah pesisir program gerakan

pembangunan masyarakat pantai

2. Kepastian hukum yang berlaku

3. Acuan dalam perencanaan

program gerakan pembangunan

msyarakat paantai dalam

pengelolaan wilayah pesisir di

desa muara sudah baik

4. Target yang dicapai

( Sumber: Peneliti, 2017 )

3.7.1.3 Studi Kepustakaan

Istilah studi kepustakaan digunakan dalam ragam istilah

oleh para ahli, diantaranya yang dikenal adalah: kajian pustaka,

tinjauan pustaka, kajian teoritis dan tinjauan teoritis. Penggunaan

istilah-istilah tersebut pada dasarnya merujuk pada upaya umum

yang harus dilalui untuk mendapatkan teori-teori yang relevan

dengan topik penelitian. Oleh karena itu, studi kepustakaan

Page 93: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

74

meliputi proses umum, seperti: mengidentifikasi teori secara

sistematis, penemuan pustaka, analisis dokumen yang memuat

informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.

Dalam hal ini, peneliti melakukan studi kepustakaan

melalui hasil penelitian sejenis yang pernah dilakukan, buku-buku,

maupun artikel atau memuat konsep dan teori yang dibutuhkan

terkait dengan Pengelolaan Wilayah Pesisir.

3.7.1.4 Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan salah satu tekhnik pengumpulan data

sekunder didalam penelitian ini. Menurut Guba dan Licoln (2009:

290), dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari

record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang

penyidik. Selanjutnya studi dokumentasi dapat diartikan sebagai

teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang

diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi obyek penelitian,

baik berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil

pekerjaan serta berupa foto.

3.7.2 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan pekerjaan yang sangat sulit dalam

penelitian, membutuhkan kerja keras, ketelitian dan memerlukan adanya

kreatifitas yang tinggi. Menurut Bogdan dan Biklen dalam Irawan (2006:

5), analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis

transkip interview, catatan dilapangan dan bahan-bahan lain yang

Page 94: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

75

didapatkan yang kesemuanya itu dikumpulkan untuk meningkatkan

pemahaman terhadap suatu fenomena dan membantu untuk

mempresentasikan penemuan kepada orang lain. Tersirat dalam penjelasan

ini, bahwa analisis data terkait dengan pengumpulan dan interpretasi data.

Sedangkan analisis data kualitatif, menurut Bogdan dan Biklen

didalam Moleong (2006: 248) analisis kualitatif adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja menggunakan data, mengorganisasikan

data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang

penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan

kepada orang lain.

Menurut Moleong (2006: 280) analisis data merupakan proses

mengorganisasikan dan mengumpulkan data ke dalam pola, kategori dan

satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan

hipotesis kerja. Pada penelitian tindakan, analisis datanya lebih banyak

menggunakan pendekatan kualitatif. Sehingga pada penelitian ini peneliti

menggunakan proses analisis data dari Prasetya Irawan yang terdiri dari

pengumpulan data mentah, transkip data, pembuatan koding, kategorisasi

data, penyimpulan sementara, triangulasi, penyimpulan akhir.

1. Pengumpulan data mentah

Analisis data dimulai dengan melakukan pengumpulan data mentah,

misalnya dengan wawancara, observasi lapangan dan kajian pustaka.

Pada tahap ini dibutuhkan alat-alat pendukung seperti tape recorder,

Page 95: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

76

kamera dan lain-lain. Yang dicatat adalah data apa adanya (verbatim),

tidak diperkenankan untuk mencampur adukkan pikiran, pendapat

maupun sikap dari peneliti itu sendiri.

2. Transkip Data

Pada tahap ini, catatan hasil wawancara diubah kebentuk tertulis

seperti apa adanya (verbatim), bukan hasil pemikiran dan pendapat

peneliti.

3. Pembuatan Koding

Pada tahap ini, membaca ulang seluruh data yang sudah di transkip.

Baca pelan-pelan dengan sangat teliti, sehingga menemukan hal-hal

penting yang perlu dicatat dengan mengambil kata kuncinya, data

kata kunci ini kemudian diberi kode.

4. Kategorisasi Data

Pada tahap ini, meneliti mulai “menyederhanakan” data dengan cara

“mengikat” konsep-konsep atau kata-kata kunci dalam satu besaran

yang dinamakan “kategori”.

5. Penyimpulan Sementara

Membuat penyimpulan sementara berdasarkan data yang ada tanpa

memberi penafsiran dari pikiran penulis/ peneliti, kesimpulan ini

100% harus berdasarkan data. Jika ingin memberikan penafsiran

sendiri maka tuliskan pada bagian akhir kesimpulan sementara yang

disebut dengan Observer’s Comments (OC).

Page 96: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

77

6. Triangulasi

Teknik triangulasi bertujuan untuk memperkuat temuan-temuan,

adalah proses check and recheck antara satu sumber data dengan

sumber lainnya.

7. Penyimpulan Akhir

Apabila temuan yang dihasilkan peneliti dapat terjamin validitasi dan

reabilitasnya maka dibuat simpulan akhir.

Pendapat lain menurut Miles dan Huberman ( 2007: 26 ),

memahami bahwa: “ Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan

penelitian sehingga sampai tuntas, dan adanya sampai jenuh. Aktifitas

dalam analisis data yaitu Reduction, data display dan conclusion drawing/

verification.

Gambar 3.1 Komponen Dalam Analisis Data (Interactive Model)

Sumber: Milles dan Huberman, 2007:54

Data

Collecting

Data

Display

Verification

Data

Reduction

Page 97: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

78

3.7.2.1 Uji Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2011: 267) keabsahan data atau

validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada

obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.

Data dalam penelitian kualitatif, dapat dinyatakan valid apabila

tidak ada perbedaan antara apa yang dilaporkan peneliti dengan

apa yang sesungguhnya terjadi pada objek peneliti.

Validitas dalam penelitian kualitatif memiliki keterkaitan

dengan deskripsi dan eksplanasi dan terlepas apakah eksplanasi-

eksplanasi tersebut sesuai dan cocok dengan deskripsi atau tidak.

Terdapat dua macam, validitas yaitu validitas internal dan

validitas eksternal. Validitas internal dalam penelitian kualitatif

disebut kredibilitas, yaitu hasil penelitian memiliki tingkat

kepercayaan yang tinggi sesuai dengan fakta dilapangan.

Kemudian validitas eksternal dalam penelitian kualitatif disebut

transferabilitas. Hasil penelitian kualitatif memiliki standar

transferabilitas yang tinggi bilamana para pembaca memperoleh

gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus

penelitian.

Sedangkan reliabilitas menunjuk pada keterandalan alat

ukur atau instrument penelitian reliabilitas. Stainback menyatakan

bahwa reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan

Page 98: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

79

stabilitas data atau temuan. Peneliti kualitatif lebih menekankan

pada aspek validitas karena suatu realitas itu bersifat majemuk,

dinamis sehingga tidak ada yang konsisten dan berulang seperti

semua.

Penelitian ini, adapun untuk pengujian keabsahan datanya

peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi

dengan sumber menurut Patton dalam Moleong (2005: 330-331)

berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda alam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan

cara:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,

orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada,

orang pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

Page 99: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

80

Selain itu, peneliti pun melakukan membercheck, yaitu proses

pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan

membercheck adalah mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai

dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Selain itu, tujuan

membercheck adalah agar informasi yang diperoleh akan digunakan dalam

penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau

informan. Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi data dimintai

tandatangan sebagai bukti otentik bahwa penliti telah melakukan

membercheck. ( Moleong, 2005: 330-331 ).

3.8 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian berisi aktivitas yang dilakukan dan kapan akan

dilakukan. Berikut ini merupakan jadwal penelitian Pengelolaan Wilayah Pesisir

di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang (Studi kasus

program gerakan pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang periode

2015-2016).

Page 100: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

81

Tabel 3.3

Jadwal Penelitian

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jan

1 Pengajuan Judul

2 Observasi Awal

3 Penyusunan Proposal

4 Seminar Proposal

5 Revisi Proposal

6 Pengumpulan Data

7 Pengolahan dan Analisis data

8 Sidang Skripsi

9 Revisi Skripsi

KegiatanNo. 2016

Waktu Penelitian

2017

Page 101: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

82

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian

yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan deskripsi wilayah

gambaran umum Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang,

gambaran umum Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, gambaran umum

Bidang Perencanaan Ekonomi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

Kabupaten Tangerang, gambaran umum Seksi Perencanaan Tata Ruang Dinas

Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang, gambaran umum Seksi

Konservasi, Rehabilitasi Lahan Kritis dan Keanekaragaman Hayati Dinas

Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang. Hal tersebut

dipaparkan dibawah ini.

4.1.1 Gambaran Umum Desa Muara

Desa Muara adalah salah satu desa pesisir yang berada di

Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang. Wilayah Desa Muara

sangat strategis karena mempunyai kawasan diantara dua kota yaitu Kota

Tangerang dan DKI Jakarta. Letak geografis Desa Muara terletak pada

10o20’-106

o43’ Bujur Timur dan 6

o00’6

o00’6

o20’ Lintang Selatan. Luas

wilayah Desa Muara 505 Ha dan merupakan daerah daratan rendah

dengan ketinggian dari permukaan laut 40 m.

Page 102: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

83

Secara administratif, Desa Muara terdiri dari 8 dusun, 8 RW dan

22 RT dengan berbatasan langsung dengan wilayah/ daerah lain yaitu:

Tabel 4.1

Batas Wilayah Desa Muara

Sebelah Utara Laut Jawa

Sebelah Timur Desa Lemo

Sebelah Selatan Desa Lemo

Sebelah Barat Desa Tanjung Pasir

( Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, 2016)

Jumlah penduduk Desa Muara pada tahun 2016 berjumlah 3494

jiwa dengan 1698 jiwa penduduk laki-laki dan 1796 jiwa penduduk

perempuan dengan jumlah Kartu Keluarga 979.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Thn

Jenis

Kelamin&

Jumlah KK

Rukun Warga (RW)

Jumlah 1

&

2

3 4 5 6 7 8

2016

Perempuan 662 170 130 170 150 145 369 1796

Laki-Laki 531 210 130 210 230 165 222 1698

Jumlah KK 265 125 100 115 95 90 189 979

(Sumber: Data Monografi Desa, 2016)

Penduduk Desa Muara mayoritas berasal dari suku betawi. Dengan

kata lain menjunjung tinggi Kulturalisme. Ini tak ubahnya dengan

Page 103: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

84

kehidupan masyarakat Betawi di Jakarta zaman dahulu. Secara biologis,

mereka yang mengaku sebagai orang betawi adalah hasil perkawinan dari

campuran aneka suku dan bangsa. Mereka adalah hasil perkawinan antar

etnis dan bangsa di masa lalu. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan

berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta.

Dilihat dari agamanya, di Desa Muara mayoritas menganut agama islam

dengan jumlah presentase 87% dan adat istiadat yang dianut ditengah

masyarakat senantiasa berkaitan dengan agama yang dianut dapat dilihat

dari sarana peribadatan di Desa Muara dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Sarana Peribadatan Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten

Tangerang

Sarana Peribadatan Jumlah

Masjid 2

Mushola 8

Majelis Ta'lim 6

Sarana Peribadatan

Lainnya 0

(Sumber: Data Monografi Desa, 2016)

Sarana pendidikan sangat penting dalam dunia pendidikan karena

sebagai alat penggerak suatu pendidikan. Sarana dan prasarana dapat

pendidikan berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar

mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu

wilayah tertentu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sarana

pendidikan yang berada di Desa Muara:

Page 104: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

85

Tabel 4.4

Sarana Pendidikan di Desa Muara

Sarana Pendidikan Jumlah

PAUD 2

SD Negeri 3

SLTP Terbuka 1

SLTA 0

(Sumber: Data Monografi Desa,2016)

Sarana dan prasarana ekonomi masyarakat dapat berguna untuk

mendukung penyelenggaraan proses perekonomian masyarakat baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam suatu wilayah tertentu dalam

rangka mencapai tujuan tertentu.sarana perekonomian pada Desa Muara:

Tabel 4.5

Sarana Perekonomian di Desa Muara

Sarana Perekonomian Jumlah

Koperasi 2

Pasar 0

Kedai 32

Kios Kelontong 5

Bengkel 6

Toko 2

Percetakan/Sablon

0

Material

Swalayan

Supermall

Penggadaian

Bank BRI

Bank Swasta

Pos Giro

(Sumber: Data Monografi Desa, 2016)

Page 105: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

86

4.1.2 Keputusan Bupati Tangerang Nomor 902/Kep.172-HUK/2017

tentang Pembentukan Tim Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada

Kegiatan Fasilitasi Pembangunan Kawasan Budidaya Tahun

Anggaran 2017

Keputusan Bupati Tangerang Nomor 902/Kep.172-HUK/2017

tentang Pembentukan Tim Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan

Fasilitasi Pembangunan Kawasan Budidaya Tahun Anggaran 2017

menetapkan:

1. Membentuk Tim Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan

Fasilitasi Pembangunan Kawasan Budidaya Tahun Anggaran

2017, dengan susunan keanggotaan sebagaimana berikut:

a. Pengarah : Sekretaris Daerah Kabupaten

Tangerang.

b. Penanggung Jawab : Kepala Dinas Perikanan Kabupaten

Tangerang

c. Wakil Ketua : Kepala Bidang Pengembangan

Kelembagaan Perikanan pada Dinas Perikanan Kabupaten

Tangerang

d. Sekretaris : SM. A. Hari Mahardika, S.Pi

e. Anggota :

1) Sekretaris Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang

Page 106: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

87

2) Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi pada Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang

3) Kepala Bidang Konservasi pada Badan Lingkungan Hidup

dan Kebersihan Kabupaten Tangerang

4) Kepala Seksi Perencanaan Tata Ruang pada Dinas Tata

Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang

5) Kepala Bidang Pengelolaan dan Pemberdayaan Budidaya

pada Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang

6) Kepala Bidang Pengembangan Budidaya Dinas Perikanan

Kabupaten Tangerang

7) Kepala Seksi Kawasan Budidaya pada Dinas Perikanan

Kabupaten Tangerang

Tim sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu, mempunyai tugas

sebagai berikut:

1) Pengarah

a. Merekomendasikan kebijakan untuk berkelanjutan pelaksanaan

kegiatan Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir;

b. Memberikan pembinaan, pembimbingan, pengarahan, saran,

bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan di desa/

kelurahan.

2) Penanggungjawab

Page 107: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

88

a. Merekomendasikan keberlanjutan pelaksanaan kegiatan

Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir;

b. Memberikan pembinaan, pembimbingan, pengarahan, saran dan

bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan di desa/

kelurahan.

3) Wakil Ketua

a. Melakukan identifikasi permasalahan prioritas berkaitan dengan

aspek manusia, usaha, sumberdaya, infrastruktur/ lingkungan,

bencana dan perubahan iklim, serta kelembagaan desa sasaran;

b. Memberikan pembinaan, pembimbingan, pengarahan, saran dan

bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan di desa/

kelurahan;

c. Melakukan tugas-tugas lain sebagaimana diperlukan dalam

pelaksanaan dan keberlanjutan Pemberdayaan Sosial Budaya

Masyarakat Pesisir di daerah.

4) Sekretaris

a. Membantu Ketua Tim Kerja melakukan identifikasi

permasalahan prioritas berkaitan dengan aspek manusia, usaha,

sumberdaya, infrastruktur/ lingkungan bencana dan perubahan

iklim, serta kelembagaan desa sasaran;

b. Membantu Ketua Tim Kerja memberikan pembinaan,

pembimbingan, pengarahan, saran, dan bahan pertimbangan

dalam pelaksanaan kegiatan di desa/ kelurahan;

Page 108: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

89

c. Melakukan tugas-tugas lain sebagaimana diperlukan dalam

membantu Ketua Tim Kerja melaksanakan dan keberlanjutan

kegiatan Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir di

daerah;

d. Pengarsipan semua dokumen yang berkaitan dengan tim kerja.

5) Anggota

a. Membantu Ketua Tim Kerja memberikan pembinaan,

pembimbingan, pengarahan, saran dan bahan pertimbangan

dalam pelaksanaan kegiatan di desa/ kelurahan;

b. Melaksanakan kegiatan Pemberdayaan Sosial Budaya

Masyarakat Pesisir di daerah.

4.1.2.1 Gambaran Umum Dinas Perikanan Kabupaten

Tangerang

Dinas Perikanan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah

dipimpin oleh seorang Kepala Dinas berkedudukan dibawah dan

bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas

Perikanan Kabupaten Tangerang sebagai lembaga teknis daerah

dibentuk sesuai dengan Peraturan Bupati Tangerang Nomor

11Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah

Kabupaten Tangerang.

Sebagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang

bertanggung jawab kepada Bupati Kabupaten Tangerang, Dinas

Page 109: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

90

Perikanan Kabupaten Tangerang mempunyai tugas membantu

Bupati Kabupaten Tangerang dalam menyelenggarakan

Pemerintahan Daerah di Bidang Perikanan, sehingga keberadaan

Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang mempunyai arti penting

bagi masyarakat khususnya pada wilayah pesisir.

a. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perikanan Kabupaten

Tangerang

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang

Nomor 106 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,

Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Perikanan Kabupaten

Tangerang mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:

Tugas

Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang mempunyai tugas

pokok yaitu perumusan kebijakan teknis bidang perikanan,

pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum

bidang perikanan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang

perikanan, pelaksanaan administrasi dinas perikanan dan

pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan

tugas dan fungsinya.

Fungsi

1) Merumuskan program kerja Dinas Perikanan;

Page 110: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

91

2) Mengkoordinasikan kebijakan bidang pengelolaan dan

pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan

nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan pembudidaya,

bidang pengembangan dan kelembagaan perikanan;

3) Membina kegiatan bidang pengelolaan dan pemberdayaan

nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan nelayan, bidang

pengelolaan dan pemberdayaan pembudidaya, bidang

pengembangan dan kelembagaan perikanan;

4) Mengarahkan pelaksanaan kegiatan bidang pengelolaan dan

pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan

nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan pembudidaya,

bidang pengembangan dan kelembagaan perikanan;

5) Menyelenggarakan kegiatan bidang pengelolaan dan

pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan

nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan pembudidaya,

bidang pengembangan dan kelembagaan perikanan;

6) Mengevaluasi pelaksanaan bidang pengelolaan dan

pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan

nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan pembudidaya,

bidang pengembangan dan kelembagaan perikanan;

b. Susunan Organisasi Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang

Sesuai dengan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 11

Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah

Page 111: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

92

Kabupaten Tangerang dan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang

Nomor 106 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,

Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Perikanan Kabupaten

Tangerang, Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang terdiri dari 1

(satu) Kepala Dinas dan Sekretariat, 2 (dua) Sub Bagian, 3 (tiga)

Bidang, dan 6 (enam) seksi dan Unit Pelaksana Teknis (UPT).

1. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang

Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang berkedudukan

dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris

Daerah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi:

a. Tugas Pokok

Membantu Bupati merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan,

membina dan mengendalikan urusan pemerintahan di bidang

perikanan yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas

pembantuan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah.

b. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,

Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang mempunyai

fungsi sebagai berikut:

1) Merumuskan program kerja Dinas Perikanan;

2) Mengkoordinasikan kebijakan bidang pengelolaan dan

pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan

Page 112: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

93

pemberdayaan pembudidaya, bidang pengembangan dan

kelembagaan perikanan;

3) Membina kegiatan bidang pengelolaan dan pemberdayaan

nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan

pembudidaya, bidang pengembangan dan kelembagaan

perikanan;

4) Mengarahkan pelaksanaan kegiatan bidang pengelolaan dan

pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan

pemberdayaan pembudidaya, bidang pengembangan dan

kelembagaan perikanan;

5) Menyelenggarakan kegiatan bidang pengelolaan dan

pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan

pemberdayaan pembudidaya, bidang pengembangan dan

kelembagaan perikanan;

6) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan bidang pengelolaan dan

pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan

pemberdayaan pembudidaya, bidang pengembangan dan

kelembagaan perikanan;

7) Melaporkan pelaksanaan bidang pengelolaan dan

pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan

pemberdayaan pembudidaya, bidang pengembangan dan

kelembagaan perikanan;

Page 113: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

94

2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris, mempunyai

tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan,

koordinasi, pembinaan dan pengendalian Sekretariat Dinas.

Sekretariat membawahi 2 (dua) sub bagian, masing-masing

sub bagian bertanggung jawab kepada Sekretaris.

a. Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan

Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas pokok

merencanakan kegiatan perencanaan dan keuangan dinas.

b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyusunan kegiatan bidang umum dan

kepegawaian.

3. Bidang Pengelolaan dan Pemberdayaan Nelayan

Bidang Pengelolaan dan Pemberdayaan Nelayan dipimpin

oleh Kepala Bidang dan mempunyai tugas pokok penyiapan

rumusan kebijakan teknis kegiatan terkait pengembangan sarana

nelayan, pengelolaan dan pemberdayaan nelayan, penyiapan

rencana dan program kerja kegiatan terkait pengembangan sarana

nelayan, pengelolaan dan pemberdayaan nelayan, penyiapan

pengendalian kegiatan terkait pengembangan sarana nelayan,

pengelolaan dan pemberdayaan nelayan, penyiapan bimbingan

Page 114: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

95

kegiatan terkait pengembangan sarana nelayan, pengelolaan dan

pemberdayaan nelayan, pengelolaan administrasi kegiatan terkait

pengembangan sarana nelayan, pengelolaan dan pemberdayaan

nelayan.

Bidang Pengelolaan dan Pemberdayaan Nelayan

membawahi 2 (dua) seksi yaitu:

a. Seksi Pengembangan Sarana Nelayan

Seksi Pengembangan Sarana Nelayan mempunyai tugas pokok

yakni melakukan penyusunan kegiatan bidang pengembangan

sarana nelayan.

b. Seksi Pengelolaan, Pemberdayaan dan Perlindungan Nelayan

Seksi Pengelolaan, Pemberdayaan dan Perlindungan Nelayan

mempunyai tugas pokok melakukan penyusunan kegiatan

pengelolaan, pemberdayaan dan perlindungan nelayan.

4. Bidang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pembudidaya

Bidang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pembudidaya

dipimpin oleh Kepala Bidang dan mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi,

melaksanakan pembinaan dan pengendalian bidang pengelolaan

dan pemberdayaan pembudidaya.

Bidang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pembudidaya

membawahi 2 (dua) seksi yaitu:

Page 115: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

96

a. Seksi Teknologi Produksi dan Usaha Budidaya

Seksi Teknologi Produksi dan Usaha Budidaya mempunyai tugas

melakukan penyusunan kegiatan teknologi produksi dan usaha

budidaya.

b. Seksi Pemberdayaan Pembudidaya dan Pengelolaan Kawasan

Budidaya

c. Seksi Pemberdayaan Pembudidaya dan Pengelolaan Kawasan

Budidaya mempunyai tugas melakukan penyusunan kegiatan

Pemberdayaan, Pembudidaya dan Pengelolaan Kawasan Budidaya.

5. Bidang Pengembangan dan Kelembagaan Perikanan

Bidang Pengembangan dan Kelembagaan Perikanan

dipimpin oleh Kepala Bidang dan mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi,

pembinaan dan pengendalian Bidang Pengembangan dan

Kelembagaan Perikanan.

Bidang Pengembangan dan Kelembagaan Perikanan

membawahi 2 (dua) seksi yaitu:

a. Seksi Teknologi Hasil Perikanan

Seksi Teknologi Hasil Perikanan mempunyai tugas melakukan

penyusunan kegiatan teknologi hasil perikanan.

Page 116: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

97

b. Seksi Akses Pasar, Permodalan dan Kelembagaan

Perikanan

Seksi Akses Pasar, Permodalan dan Kelembagaan Perikanan

mempunyai tugas melakukan penyusunan kegiatan akses

pasar, permodalan dan kelembagaan perikanan.

6. Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Unit Pelaksana Teknis melaksanakan kegiatan teknis

operasional/ kegiatan teknis penunjang dilingkungan Dinas yang

berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Dinas. Unit Pelaksana Teknis dibentuk berdasarkan kriteria adanya

pekerjaan yang bersifat teknis operasional karena wilayah kerja

atau karena jam tertentu.

4.1.2.2 Gambaran Umum Bidang Perencanaan Ekonomi

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten

Daerah Kabupaten Tangerang

Bidang perencanaan ekonomi adalah salah satu bidang

yang berada di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

Kabupaten Tangerang sebagaimana Peraturan Bupati No 109

Tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas pokok

dan fungsi, serta tata kerja Badan Perencanaan dan Pembangunan

Daerah Kabupaten Tangerang yang berkedudukan dibawah dan

Page 117: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

98

bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Bidang perencanaan

ekonomi dipimpin oleh kepala bidang dengan membawahi Sub

bidang ketahanan pangan dan pemberdayaan masyarakat, sub

bidang investasi dan usaha daerah, dan sub bidang tugas

pembantuan dan kerja sama.

Bidang perencanaan ekonomi mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi,

pembinaan dan pengendalian bidang ketahanan pangan dan

pemberdayaan masyarakat, investasi dan usaha daerah serta tugas

pembantuan dan kerjasama. Dalam melaksanakan tugas, Bidang

perencanaan ekonomi mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Penyiapan rumus kebijakan teknis bidang ketahanan pangan dan

pemberdayaan masyarakat, investasi dan usaha daerah serta

tugas pembantuan dan kerjasama;

2) Penyiapan rencana dan program bidang ketahanan pangan dan

pemberdayaan masyarakat, investasi dan usaha daerah serta

tugas pembantuan dan kerjasama;

3) Penyiapan pengendalian program ketahanan pangan dan

pemberdayaan masyarakat, investasi dan usaha daerah serta

tugas pembantuan dan kerjasama;

Page 118: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

99

4) Penyiapan bimbingan pelaksanaan program ketahanan pangan

dan pemberdayaan masyarakat, investasi dan usaha daerah serta

tugas pembantuan dan kerjasama;

5) Pengelolaan administrasi pelaksanaan program ketahanan

pangan dan pemberdayaan masyarakat, investasi dan usaha

daerah serta tugas pembantuan dan kerjasama.

4.1.2.3 Gambaran Umum Seksi Perencanaan Tata Ruang Dinas

Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang

Seksi perencanaan tata ruang adalah salah satu seksi pada

Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang yang

bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata Ruang sebagaimana

Peraturan Bupati Tangerang Nomor 101 Tahun 2016 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja

Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang.

Seksi perencanaan tata ruang di pimpin oleh Kepala Seksi.

Kepala seksi perencanaan mempunyai tugas pokok melakukan

penyusunan kegiatan perencanaan tata ruang. Dalam melaksanakan

tugas, kepala seksi perencanaan tata ruang mempunyai rincian

tugas:

a. Merencanakan kegiatan perencanaan tata ruang berdasarkan

rencana strategis;

Page 119: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

100

b. Membimbing pelaksanaan kegiatan perencanaan tata ruang yang

meliputi penyiapan bahan dan konsep kebijakan dalam rangka

penyusunan dan atau evaluasi rencana rinci tata ruang sesuai

dengan peraturan yang berlaku, pengendalian pemanfaatan ruang,

pelaksanaan sosialisasi peraturan yang berkaitan dengan penataan

ruang sebagai perwujudan penyebarluasan informasi penataan

ruang;

c. Menyiapkan konsep surat keterangan peruntukkan sesuai dengan

peraturan yang berlaku sebagai perwujudan kesesuaian

pengembangan wilayah dengan rencana tata ruang;

d. Membagi tugas pelaksanaan kegiatan kepada bawahan pada

lingkup seksi perencanaan tata ruang sesuai dengan keahlian yang

dimiliki;

e. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan perencanaan tata ruang;

f. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan pada lingkup seksi

perencanaan tata ruang; dan

g. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan

terkait dengan tugas dan fungsinya.

4.1.2.4 Gambaran Umum Seksi Konservasi, Rehabilitasi Lahan

Kritis dan Keanekaragaman Hayati Dinas Lingkungan Hidup

dan Kebersihan Kabupaten Tangerang

Page 120: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

101

Sesuai dengan Peraturan Bupati Tangerang Nomor: 147 Tahun

2017 Tentang Tugas Pokok, Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas

Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang, Seksi

Konservasi, Rehabilitasi Lahan Kritis dan Keanekaragaman Hayati

mempunyai fungsi melaksanakan penyusunan konservasi, rehabilitasi

lahan kritis dan keanekaragaman hayati dan dipimpin oleh kepala

seksi. Selain melaksanakan fungsi, Kepala Seksi Konservasi,

Rehabilitasi Lahan Kritis dan Keanekaragaman Hayati juga

mempunyai tugas, antara lain:

a. Merencanakan kegiatan konservasi, rehabilitasi lahan kritis dan

keanekaragaman hayati sesuai dengan program seksi konservasi,

rehabilitasi lahan kritis fan keanekaragaman hayati sebagai pedoman

pelaksanaan tugas;

b. Melakukan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan konservasi

keanekaragaman hayati;

c. Menyelesaikan konflik dalam pemanfaatan keanekaragaman hayati;

d. Mengembangkan sistem informasi dan pengelolaan database

keanekaragaman hayati;

e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi serta pelaporan

penyelenggaraan sub bidang konservasi dan rehabilitasi lahan kritis

dan keanekaragaman hayati;

f. Mengevaluasi hasil kegiatan pelaksanaan seksi konservasi dan

rehabilitasi lahan kritis dan keanekaragaman hayati;

Page 121: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

102

g. Membuat laporan hasil kegiatan seksi konservasi dan rehabilitasi

lahan kritis dan keanekaragaman hayati;

h. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan

terkait dengan tugas dan fungsinya.

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat

dari hasil penelitian. Dalam hal ini peneliti menggunakan teori

pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu menurut Dahuri (2008:12) ,

teori tersebut menggambarkan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu

adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua

atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (

pembangunan ) secara terpadu guna mencapai pembangunan wilayah

pesisir secara berkelanjutan.

Dalam konteks ini, keterpaduan mengandung tiga dimensi:

sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis. Mengingat bahwa suatu

pengelolaan terdiri dari empat tahap utama: perencanaan, implementasi,

monitoring, dan evaluasi. Maka jiwa atau nuansa keterpaduan tersebut

perlu diterapkan sejak tahap perencanaan sampai evaluasi. Dalam

penelitian mengenai Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara

Kecamatan Teluk Naga (Studi Kasus Program Gerakan Pembangunan

Masyarakat Pantai Tahun 2015-2016) ini metode penelitian yang

Page 122: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

103

digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif sehingga data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata

dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan dan

dokumentasi. Adapun dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan

pengamatan yang berupa dokumen-dokumen yang peneliti dapatkan dari

informan penelitian yang telah ditetapkan. Selanjutnya penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif, maka dalam proses menganalisis datanya

pun peneliti melakukan analisa secara bersamaan. Seperti yang telah

dipaparkan pada bab sebelumnya, bahwa dalam proses analisa dalam

penelitian ini yaitu menggunakan proses analisis data dari Prasetya Irawan

yang terdiri dari pengumpulan data mentah, transkip data yakni catatan

hasil wawancara diubah kebentuk tertulus seperti apa adanya ( verbatim ),

pembuatan koding, kategorisasi data yaitu mulai menyederhanakan data

dengan cara mengikat konsep-konsep atau kata-kata kunci dalam satu

besaran yang dinamakan kategori, selanjutnya membuat penyimpulan

sementara, memakai teknik triangulasi bertujuan untuk memperkuat

temuan-temuan dengan proses check and recheck antara satu sumber data

dengan sumber lainnya berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda alam penelitian kualitatif dan terkahir membuat kesimpulan

akhir Apabila temuan yang dihasilkan peneliti dapat terjamin validitasi

yang dimana hasil penelitian kualitatif memiliki standar transferabilitas

yang tinggi bilamana para pembaca memperoleh gambaran dan

Page 123: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

104

pemahaman yang jelas tentang konteks dan focus penelitian dan dilakukan

reabilitasnya dengan melakukan membercheck, yaitu proses pengecekan

data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck

adalah mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa

yang diberikan oleh pemberi data. Selain itu, tujuan membercheck adalah

agar informasi yang diperoleh akan digunakan dalam penulisan laporan

sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan. Setelah

membercheck dilakukan, maka pemberi data dimintai tandatangan sebagai

bukti otentik bahwa penliti telah melakukan membercheck.

4.2.2 Deskripsi Informan

Deskripsi informan yaitu menggambarkan secara umum informan-

informan yang diambil yang bersifat purposive sesuai dengan kebutuhan

penelitian sehingga data dan informasi yang diambil mencapai titik jenuh

dalam penelitian kualitatif ini. Dalam sebuah penelitian sosial dengan

metode kualitatif, informan menjadi salah satu hal yang sangat penting,

informan sebagai sumber data kualitatif.

Adapun informan-informan yang peneliti tentukan adalah orang

yang menurut peneliti adalah orang yang memiliki informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti. Dengan demikian, dalam penelitian Pengelolaan

Wilayah Pesisir Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten

Tangerang (Studi Kasus Program Gerakan Pembangunan Masyarakat

Pantai Tahun 2015-2016) ini yang menjadi informan antara lain:

Page 124: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

105

Tabel 4.6

Informan Penelitian

No Kode Nama Informan Keterangan

1 I1 Ruslan Farid,

S.P.,M.M

Kepala Sub Bidang Ketahanan

Pangan dan Pemberdayaan

Masyarakat Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah Kabupaten

Tangerang

2 I2 Hairul Latif,

A.Pi.,M.M

Kepala Bidang Pengembangan dan

Kelembagaan Perikanan Dinas

Perikanan Kabupaten Tangerang

3 I3 SM. Hari

Mahardika, S.Pi

Pelaksana Bidang pengembangan dan

Kelembagaan Perikanan Dinas

Perikanan Kabupaten Tangerang

4 I4 Erni Nurlaeni

Kepala Seksi Perencanaan Tata

Ruang Dinas Tata Ruang dan

Bangunan Kabupaten Tangerang

5 I5 Endang Setiawan,

S.P

Kepala Seksi Konservasi,

Rehabilitasi Lahan Kritis dan

Keanekaragaman Hayati Dinas

Lingkungan Hidup dan Kebersihan

Kabupaten Tangerang

6 I6 Mohamad Yasin Kepala Desa Muara

7 I7 Tamimah Relawan Desa Muara

8 I8 Aab Kelompok Masyarakat Mangrove

Desa Muara

9 I9 Yatno Kelompok Masyarakat Tambak Desa

Muara

10 I10 Sugeng Kelompok Masyarakat Nelayan

Tangkap Desa Muara

Page 125: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

106

4.3 Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian

Pembahasan adalah langkah melakukan pemaparan lebih lanjut terhadap

hasil analisis data yang telah dideskripsikan. Dalam pembahasan peneliti akan

menguraikan pembahasan mengenai hasil penelitian yang didasari data yang

didapat peneliti melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun

pembahasan pada penelitian ini menggunakan teori Pengelolaan Wilayah Pesisir

Secara Terpadu menurut Dahuri (2008:12) dimana dalam teori Dahuri proses

pengelolaan ini melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan

pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu (integrated) guna mencapai

pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Dalam konteks ini,

keterpaduan (integration) mengandung tiga dimensi: sektoral, bidang ilmu, dan

keterkaitan ekologis. Dan bahwa suatu pengelolaan (management) terdiri dari

empat tahap utama: perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi.

4.3.1` Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara

Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Tahun 2015-

2016

Tahap awal dari proses perencanaan adalah dengan cara

mengidentifikasi dan mendefinisikan isu dan permasalahan yang ada, yang

menyangkut kerusakan sumber daya alam, konflik penggunaan,

pencemaran dimana perlu dilihat penyebab dan sumber permasalahan

tersebut, selanjutnya juga perlu diperhatikan sumber daya alam dan

ekosistem yang ada yang menyangkut potensi, daya dukung, status, tingkat

Page 126: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

107

pemanfaatan, kondisi sosial ekonomi dan budidaya setempat seperti

jumlah dan kepadatan penduduk, keragaman suku, jenis mata pencaharian

masyarakat lokal, sarana dan prasarana ekonomi dan lain-lain. Berikut isu

yang berada di desa pesisir Kabupaten Tangerang:

Tabel 4.7

Isu Strategis Aspek Sumber Daya Alam & Lingkungan

Desa Pesisir Kabupaten Tangerang

(Sumber: Dinas Perikanan, 2017)

K1 K2 K3 K5 K6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 Abrasi Pantai √ √ √ √ √

2 Degradasi Ekosistem √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

3Sampah dan Limbah

Domestic√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4 Pencemaran Industri √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

5 Banjir √ √ √

Isu StrategisNo

.

Lokasi (Kecamatan/ Desa)

K4 K7 K8

Page 127: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

108

Tabel 4.8

Isu Strategis Aspek Perekonomian Wilayah Timur Kabupaten Tangerang

(Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, 2017)

K5 K6

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1

Air laut yang digunakan

sebagai input produksi

bandeng tercemah

limbah

√ √ √ √ √ √ √

2

Permodalan untuk

pengembangan koperasi

nelayan masih sangat

minim

√ √ √ √ √ √

3

Pemahaman dan

keterampilan masyarakat

pantai (petani dan

nelayan) dalam

mengelola koperasi

masih sangat terbatas

√ √ √ √ √ √ √

4

Lahan untuk budidaya

ikan bandeng dan rumput

laut merupakan properti

perusahaan

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

5

Pantai dan perairan

pesisir banyak dipenuhi

oleh sampah, bambu dan

limbah rumah tangga

√ √ √ √ √

6

Permodalan untuk

pengembangan usaha

pengolahan bandeng

presto terkendala oleh

ketersediaan modal

7

Pengolahan pupuk

kandang sapi masih

berskala rumah tangga

dan memerlukan suntikan

modal untuk

pengembangan usahanya

No Isu Strategis

Lokasi (Kecamatan/ Desa)

K7 K8

Page 128: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

109

Tabel 4.9

Isu Strategis Aspek Infrastruktur Dasar Wilayah Timur Kabupaten

Tangerang

(Sumber: Dinas Perikanan, 2017)

K5 K6

12 13 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 Tempat Pemakaman Umum √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

2 Kantor Desa (rehab) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

3 Pos kesehatan/ Posyandu √ √ √ √ √ √ √ √ √

4 MCK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

5 Bak Sampah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

6 Tempat Pembuangan Sampah √ √ √ √ √ √ √ √

7 Drainase (SPAL) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

8 Sarana Air Bersih √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

9 Saluran Irigasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

10 Gedung PAUD √ √ √ √ √ √ √

11 Gedung TPA √ √ √ √ √ √

12 Bangunan TK √ √ √ √ √ √

13 Pembangunan Sekolah (SD-SMP) √ √ √ √ √ √ √ √ √

14 Perpustakaan √ √

15 Majelis Taklim √ √ √ √ √ √ √ √ √

16 Mushola √ √ √ √ √ √ √ √

17 Masjid (rehab) √ √ √ √ √ √ √ √

18 Pembangunan Jembatan √ √ √ √ √ √ √ √

19 Jalan Lingkungan/ Poros Kampung √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

20 Jalan Desa √ √ √ √ √ √ √ √

21 Jalan Pavin Blok √ √ √ √ √ √ √ √

Sarana Prasarana Pendidikan

Sarana Peribadatan

Sarana Transportasi & Perhubungan

No Isu Strategis

Lokasi (Kecamatan/Desa)

K7 K8

Sarana Publik

Sarana Prasarana Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan

Sarana Prasarana Ekonomi

Page 129: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

110

Keterangan Tabel:

K1 : Kecamatan Mekarbaru

1 : Desa Jenggot

K2 : Kecamatan Kronjo

2 : Desa Kronjo

3 : Desa Pagedangan Ilir

4 : Desa Muncung

K3 : Kecamatan Kemiri

5 : Desa Patra Manggala

6 : Desa Lontar

7 : Desa Karanganyar

K4 : Kecamatan Mauk

8 : Desa Mauk Barat

9 : Desa Ketapang

10 : Desa Tanjung Anom

11 : Desa Marga Mulya

K5 : Kecamatan Sukadiri

12 : Desa Karang Serang

13 : Desa Surya Bahari

Page 130: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

111

14 : Desa Kohot

15 : Desa Sukawali

16 : Desa Kramat

K7 : Kecamatan Teluk Naga

17 : Desa Tanjung Burung

18 : Desa Tanjung Pasir

19 : Desa Muara

20 : Desa Lemo

K8 : Kecamatan Kosambi

21 : Desa Kosambi Barat

22 : Desa Kosambi Timur

23 : Desa Salembaran Jaya

24 : Desa Salembaran Jati

25 : Desa Dadap

Kabupaten Tangerang memiliki salah satu program pembangunan

unggulan, yang dikenal dengan GERBANG MAPAN (gerakan

pembangunan masyarakat pantai). Program GERBANG MAPAN

dirancang, direncanakan, dan dilaksanakan secara matang dengan tahapan

dan indikator yang jelas dan terukur, sehingga program tersebut dipahami

dan mudah dilaksanakan oleh pelaksana dan penerima manfaat yaitu

Page 131: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

112

aparat pemerintah dan masyarakat. Oleh sebab itu, program Gerbang

Mapan mempunyai arti penting bagi masyarakat khususnya masyarakat

pesisir.

Adapun dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah

pesisir dalam program gerbang mapan menetapkan tujuan program

Gerbang Mapan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh I3, menjelaskan

tujuan diadakan program gerbang mapan sebagai berikut:

“Program Gerbang Mapan merupakan salah satu program

unggulan dari Bupati Tangerang untuk mengatasi permasalahan dan isu

di wilayah pesisir termasuk Desa Muara dengan tujuan mempercepat

penyediaan infrastruktur dasar, pengembangan perekonomian

masyarakat, dan memberdayakan masyarakat di wilayah pesisir.”

Dari hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa dengan

adanya program Gerbang Mapan untuk mengatasi isu dan permasalahan

yang berada di desa dengan menyediakan infrastruktur dasar,

pengembangan perekonomian masyarakat dan memberdayakan

masyarakat pesisir sendiri.

Selanjutnya dijelaskan oleh I4 sebagai berikut:

“Program Gerbang Mapan adalah program unggulan Bupati

Tangerang yang ditujukan untuk wilayah desa pesisir dan masyarakat

pantai Kabupaten Tangerang salah satunya memang di Desa Muara pada

Kecamatan Teluk Naga untuk mengatasi permasalahan-permasalahan

Page 132: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

113

pada desa pesisir dengan mengadakan infrastruktur, perekonomian dan

pemberdayaan masyarakat.”

Dari hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

program Gerbang Mapan adalah program unggulan Bupati Tangerang

yang memang ditujukan untuk wilayah pesisir mengatasi permasalahan

yang berada dalam desa pesisir dengan mengadakan infrastruktur,

perekonomian dan pemberdayaan masyarakat.

Dari kedua hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan

program Gerbang Mapan adalah salah satu program unggulan Bupati

Tangerang yang mengatasi permasalahan-permasalahan pada wilayah

pesisir salah satunya Desa Muara dengan mempercepat penyediaan

infrastruktur dasar, pengembangan perekonomian dan pemberdayaan

masyarakat.

Hal ini juga senada dengan pernyataan I1 menjelaskan:

“Gerbang Mapan ini ialah untuk masyarakat pantai dengan

mendapatkan pemberdayaan baik untuk perekonomiannya maupun sarana

prasarana dan memang salah satunya Desa Muara yang dipilih yang

berada di Kecamatan Teluk Naga dalam program pembangunan

masyarakat pantai ini.”

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa tujuan

program Gerbang Mapan ialah memang untuk masyarakat pantai dalam

hal infrastruktur, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat.

Page 133: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

114

Hal ini dipertegas oleh Kepala Bidang Pengembangan dan

Kelembagaan Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang (I2),

mengatakan:

“ Tujuannya untuk mempercepat pertumbuhan infrastruktur

masyarakat pantai yang terdapat diwilayah pesisir termasuk Desa Muara.

Program GERBANG MAPAN ini memang dari permasalahan dan isu

yang kami lakukan survey lapangan salah satunya Desa Muara dengan

kami melihat dari kondisi fisik, sumber daya alam dan lingkungan desa.

Gerbang Mapan memang difokuskan pada pengembangan ekonomi

masyarakat yang didukung infrastruktur dasar yang memadai yang

berkaitan dengan kegiatan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut,

dikuatkan melalui pemberdayaan masyarakat desa agar dapat melakukan

perlindungan, dengan dari kesadaran masyarakat pesisir itu sendiri yang

harus menjaga ekosistem pesisir.”

Dari hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa dengan

adanya program Gerbang Mapan untuk mengatasi dari permasalahan dan

isu dengan dilakukannya survey lapangan di desa melihat dari kondisi

fisik, sumber daya alam dan lingkungan desa.

Dari empat hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan

bahwa dalam penetapan tujuan-tujuan pengelolaan wilayah pesisir dalam

program Gerbang Mapan adalah dengan melakukan survey lapangan untuk

melihat kondisi fisik, sumber daya alam dan lingkungan desa. Pada

Page 134: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

115

program Gerbang Mapan diatasi dengan tersedianya infrastruktur dasar

masyarakat desa pesisir yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan

sumberdaya pesisir dan laut, peningkatan kegiatan perekonomian

masyarakat secara signifikan di desa, efektifnya program pemberdayaan

masyarakat di desa pesisir agar masyarakat sendiri dapat melakukan

perlindungan dari kesadaran menjaga ekosistem pesisir.

Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang mengadakan program

Gerbang Mapan untuk mengatasi permasalahan dan isu yang berada di

wilayah pesisir termasuk pada Desa Muara. Untuk mencapai tujuan dari

pengelolaan wilayah pesisir dalam program Gerbang Mapan ditetapkan

strategi dalam pelaksanaannya.

Hal ini disampaikan oleh I4 berikut:

“Yang saya tahu dalam strategi yang digunakan dalam program

gerakan pembangunan masyarakat pantai ini adalah Integrated

Management Coastal yaitu dari Partnership for Environmental

Management South East Sea (PEMSEA) yang terdapat pada 2 hal yaitu

aspek tata kelola dan aspek implementasi skema pembangunan.”

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui strategi yang

digunakan dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai ini

adalah Integrated Management Coastal yaitu dari Partnership for

Environmental Management South East Sea (PEMSEA) yang terdapat

Page 135: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

116

pada 2 hal yaitu aspek tata kelola dan aspek implementasi skema

pembangunan.

Hal ini juga disampaikan oleh I3 berikut:

“Dalam Gerbang Mapan didesain mengikuti alur kerangka kerja

(framework) pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dari

Partnership for Environmental Management South East Sea (PEMSEA)

yang dikenal dengan ICM SYSTEM yang terdapat pada 2 hal yaitu

aspek tata kelola dan aspek implementasi skema pembangunan.

Kerangka kerja pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dan laut

adalah sebuah framework komprehensif yang mengacu kepada skema

yang dikembangkan Partnership for Environmental Management in The

Seas of East Asia (PEMSEA) tahun 2003, dimana frameworknya

merupakan elemen yang terdiri dari 3 aspek, yaitu Aspek Tata Kelola.

Aspek ini terdiri dari 6 elemen dasar yaitu Kebijakan ,strategi dan

perencanaan aransemen kelembagaan, legislasi, informasi dan

Penyadaran public, Mekanisme pendanaan yang berkelanjutan dan

pengembangan kapasitas dan pengelolaan. Yang kedua yaitu aspek

pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari 5 prinsip dasar, yaitu

perlindungan dan pengelolaan kerusakan sumberdaya alam dan buatan

perlindungan, pemulihan dan pengelolaan habitat, pemanfaatan dan

penyediaan sumberdaya air, ketahanan pangan dan manajemen mata

Page 136: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

117

pencaharian, pengurangan polusi dan pengelolaan liimbah. Aspek-

aspek tersebut diacu menjadi pra-syarat dasar dalam pelaksanaan

Gerbang Mapan, sehingga Gerbang Mapan akan berhasil jika telah

menyelesaikan 11 elemen tersebut. Dengan harapan akhir dari Program

Gerbang Mapan ini yaitu dapat terwujudnya pembangunan wilayah

desa pesisir secara terpadu dengan memperkuat pembangunan

infrastruktur, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat di desa-

desa pesisir Kabupaten Tangerang secara optimal dan berkelanjutan

termasuk Desa Muara.”

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam

menetapkan strategi untuk mencapai tujuan dari pengelolaan wilayah

pesisir dalam program Gerbang Mapan adalah dengan mengikuti alur

kerangka kerja (framework) pembangunan berkelanjutan di wilayah

pesisir dari Partnership for Environmental Management South East Sea

(PEMSEA) yang dikenal dengan Integrated Coastal Management

system.

Dari kedua hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

strategi yang digunakan dalam program Gerakan Pembangunan

Masyarakat Pantai Kabupaten Tangerang adalah alur kerangka kerja

pembangunan berkelanjutan wilayah pesisir dari Partnership for

Environmental Management South East Sea (PEMSEA) yang biasa

dikenal ICM SYSTEM yang terdapat pada 2 hal yaitu aspek tata kelola

Page 137: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

118

dan aspek implementasi skema pembangunan. Kerangka kerja

pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dan laut adalah sebuah

framework komprehensif yang mengacu kepada skema yang

dikembangkan Partnership for Environmental Management in The Sea

of East Asia (PEMSEA) tahun 2003, frameworknya merupakan elemen

yang terdiri dari 3 aspek, yaitu Aspek Tata Kelola. Aspek ini terdiri dari

6 elemen dasar yaitu Kebijakan ,strategi dan perencanaan aransemen

kelembagaan, legislasi, informasi dan penyadaran publik, mekanisme

pendanaan yang berkelanjutan dan pengembangan kapasitas dan

pengelolaan. Yang kedua yaitu aspek pembangunan berkelanjutan yang

terdiri dari 5 prinsip dasar, yaitu perlindungan dan pengelolaan

kerusakan sumberdaya alam dan buatan perlindungan, pemulihan dan

pengelolaan habitat, pemanfaatan dan penyediaan sumberdaya air,

ketahanan pangan dan manajemen mata pencaharian, pengurangan

polusi dan pengelolaan liimbah. Aspek-aspek tersebut diacu menjadi

pra-syarat dasar dalam pelaksanaan Gerbang Mapan, sehingga Gerbang

Mapan akan berhasil jika telah menyelesaikan 11 elemen tersebut.

Dengan harapan akhir dari Program Gerbang Mapan ini yaitu dapat

terwujudnya pembangunan wilayah desa pesisir secara terpadu dengan

memperkuat pembangunan infrastruktur, perekonomian dan

pemberdayaan masyarakat di desa-desa pesisir Kabupaten Tangerang

secara optimal dan berkelanjutan termasuk Desa Muara.

Hal ini juga disampaikan oleh I1 berikut:

Page 138: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

119

“Dalam Gerbang Mapan di desain mengikuti alur kerangka

kerja (framework) pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dari

Partnership for Environmental Management South East Sea (PEMSEA)

yang dikenal dengan ICM SYSTEM untuk mempercepat pertumbuhan

infrastruktur masyarakat pantai yang terdapat di wilayah pantai utara

Kabupaten Tangerang yang difokuskan pada pengembangan ekonomi

masyarakat yang di dukung infrastruktur dasar memadai dan di kuatkan

melalui pemberdayaan masyarakat desa.”

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam

menetapkan strategi Gerbang Mapan mengikuti alur kerangka kerja

pembangunan berkelanjutan wilayah pesisir dari Partnership for

Environmental Management South East Sea (PEMSEA) untuk

mempercepat infrastruktur masyarakat pantai di Kabupaten Tangerang

dengan dilaksanakannya pengembangan ekonomi masyarakat dan

pemberdayaan masyarakat desa.

Hal ini juga disampaikan oleh I2 berikut:

“Agar implementasi Program Gerbang Mapang dapat

berkelanjutan, Program Gerbang Mapan juga mengikuti skema siklus

ICM. Enam tahapan siklus ICM dirahkan untuk mencapai 4 (empat)

performance indikator yang ingin dicapai, meliputi efisiensi ekonomi

(menguntungkan dan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi),

keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam pembangunan,

Page 139: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

120

terpeliharanya kelestarian SDA sehingga daya dukung lingkungan laut

menjadi optimal dan design by nature.”

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam

menetapkan strategi program Gerbang Mapan mengikuti skema siklus

ICM untuk mencapai 4 (empat) performance indikator yang ingin

dicapai.

Dari kedua wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa

dalam menetapkan strategi dalam mencapai tujuan pengelolaan wilayah

pesisir program Gerbang Mapan ialah dengan ICM SYSTEM yang

didasarkan pada 2 hal yaitu aspek tata kelola (governance) dan aspek

implementasi skema pembangunan berkelanjutan (sustainable

development). Program Gerbang Mapan juga mengikuti skema siklus

ICM. Enam tahapan siklus ICM dirahkan untuk mencapai 4 (empat)

performance indikator yang ingin dicapai, meliputi efisiensi ekonomi

(menguntungkan dan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi),

keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam pembangunan, terpeliharanya

kelestarian sumber daya alam sehingga daya dukung lingkungan laut

menjadi optimal dan design by nature.

Dari keempat wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa

dalam menetapkan strategi dalam mencapai tujuan pengelolaan wilayah

pesisir program Gerbang Mapan ialah dengan ICM SYSTEM yang

didasarkan pada 2 hal yaitu aspek tata kelola (governance) dan aspek

Page 140: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

121

implementasi skema pembangunan berkelanjutan (sustainable

development). Kerangka kerja pembangunan berkelanjutan di wilayah

pesisir dan laut adalah sebuah framework komprehensif yang mengacu

kepada skema yang dikembangkan Partnership for Environmental

Management in The Seas of East Asia (PEMSEA) tahun 2003, dimana

frameworknya merupakan elemen yang terdiri dari 3 aspek, yaitu :

a. Aspek Tata Kelola (Governance). Aspek ini terdiri dari 6 elemen

dasar yaitu:

1) Kebijakan (policy), Strategi dan Perencanaan

2) Aransemen kelembagaan

3) Legislasi

4) Informasi dan Penyadaran publik

5) Mekanisme pendanaan yang berkelanjutan

6) Pengembangan kapasitas dan pengelolaan

b. Aspek Pembangunan berkelanjutan (sustainable development

aspects), yang terdiri dari 5 prinsip dasar, yaitu :

1) Perlindungan dan pengelolaan Kerusakan Sumberdaya Alam dan

buatan (Man-made and natural hazard management and

protection)

2) Perlindungan, pemulihan dan pengelolaan habitat (habitat

protection, restoration and management);

Page 141: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

122

3) Pemanfaatan dan penyediaan sumberdaya air (water uses and

supply management)

4) Ketahanan pangan dan Manajemen Mata Pencaharian (food

security and livelihood),

5) Pengurangan polusi dan pengelolaan Limbah (pollution reduction

and waste management).

Gambar 4.1

Kerangka kerja ICM system sebagai sebagai dasar implementasi Program

Gerbang Mapan

(Sumber: Pemsea, 2003)

Agar implementasi Program Gerbang Mapang dapat berkelanjutan,

Program Gerbang Mapan juga mengikuti skema siklus ICM. Enam

tahapan siklus ICM dirahkan untuk mencapai 4 (empat) performance

Page 142: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

123

indikator yang ingin dicapai, meliputi : (1) efisiensi ekonomi

(menguntungkan dan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi), (2)

keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam pembangunan, (3)

terpeliharanya kelestarian sumber daya alam sehingga daya dukung

lingkungan laut menjadi optimal dan (4) design by nature.

Sasaran dalam pengelolaan wilayah pesisir program Gerbang

Mapan adalah untuk masyarakat pesisir di Kabupaten Tangerang salah

satunya masyarakat Desa Muara.

Hal ini disampaikan oleh I1:

“Sasaran tentunya masyarakat pesisir yang berada di Kabupaten

Tangerang salah satunya Desa Muara.”

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sasaran dalam

pengelolaan wilayah pesisir program Gerbang Mapan adalah masyarakat

pesisir yang berada di Kabupaten Tangerang termasuk Desa Muara.

Hal ini juga disampaikan oleh I2:

“Sasaran tentunya untuk masyarakat pesisir Kabupaten

Tangerang sendiri termasuk Desa Muara karena kami melakukan

pembangunan infrastruktur dasar, membantu perekonomian dan

melakukan pemberdayaan masyarakat untuk kemajuan wilayah pesisir

Kabupaten Tangerang.”

Page 143: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

124

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sasaran dalam

pengelolaan wilayah pesisir program Gerbang Mapan adalah untuk

masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang termasuk Desa Muara. Dalam

program Gerbang Mapan untuk pengelolaan wilayah pesisir dilakukannya

pembangunan infrastruktur dasar, membantu dalam perekonomian dan

diadakannya pemberdayaan masyarakat.

Hal ini juga disampaikan oleh I4:

“Sasaran itu sendiri untuk masyarakat Desa Muara ya mba karena

pembantuan infrastruktur dasar, perekonomian dan pemberdayaan

masyarakat untuk masyarakat Muara sendiri.”

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sasaran dalam

pengelolaan wilayah pesisir program Gerbang Mapan dengan

diberikannya bantuan infrastruktur dasar, perekonomian dan

pemberdayaan masyarakat untuk masyarakat Desa Muara.

Hal ini juga disampaikan oleh I3:

“Sasaran bantuan untuk masyarakat Desa Muara sendiri

diberikannya juga penyuluhan dan pelatihan agar mereka dapat

memahami bantuan yang diberikan selanjutnya program pelatihan

Integrated Coastal Management ditujukan untuk perangkat desa agar

dapat membina masyarakat lebih baik mengenai pengelolaan wilayah

pesisir di desa.”

Page 144: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

125

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa bantuan

ditujukan untuk masyarakat Desa Muara termasuk organisasi perangkat

desa.

Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sasaran

dalam pengelolaan wilayah pesisir program gerakan pembangunan

masyarakat pantai adalah masyarakat Desa Muara dan organisasi

perangkat desa agar dapat membina masyarakat lebih baik mengenai

pengelolaan wilayah pesisir.

Dari keempat wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sasaran

pada pengelolaan wilayah pesisir program gerakan pembangunan

masyarakat pantai adalah masyarakat dengan diberikannya bantuan

pembangunan infrastruktur dasar, perekonomian dan pemberdayaan

masyarakat

Dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir program Gerbang

Mapan ini pihak yang terkait bukan hanya pada Dinas Perikanan saja.

Hal ini disampaikan oleh I2 yaitu:

“Pada perencanaan program Gerbang Mapan kami melibatkan

seksi perencanaan tata ruang untuk mengetahui keadaan dari ruang

wilayah desa pesisir kabupaten tangerang sendiri salah satunya Desa

Muara jadi apa yang kami lakukan memang sesuai ruang wilayahnya dan

Page 145: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

126

pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten

Tangerang.”

Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam

perencanaan program Gerbang Mapan ini tidak hanya pada Dinas

Perikanan Kabupaten Tangerang tetapi melibatkan seksi perencanaan tata

ruang Dinas Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Tangerang dan bidang

perencanaan ekonomi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

Kabupaten Tangerang.

Hal ini juga disampaikan oleh I3 yaitu:

“ Pada perencanaan program Gerbang Mapan seksi perencanaan

tata ruang untuk mengetahui keadaan dari ruang wilayah desa pesisir

Kabupaten Tangerang sendiri salah satunya Desa Muara jadi apa yang

kami lakukan memang sesuai ruang wilayahnya dan pada Badan

Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang karena

termasuk dalam tim anggaran pemerintah daerah.”

Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam

perencanaan program Gerbang Mapan juga melibatkan seksi perencanaan

tata ruang untuk mengetahui ruang wilayah desa pesisir di Kabupaten

Tangerang dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten

Tangerang.

Page 146: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

127

Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

program gerakan pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang

yang dilibatkan dalam perencanaan adalah Dinas Perikanan Kabupaten

Tangerang, Dinas Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Tangerang, dan

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang.

Hal ini disampaikan oleh I1 yaitu:

“Kalau kita BAPEDA di perencanaan sebatas sebagai koordinator

pihak mana yang terlibat, BAPEDA koordinasikan dan BAPEDA terkait

penganggaran. Penganggaran juga kita sesuai roadmapnya apa yang

dikerjakan, siapa yang mengerjakan, mengerjakan apa, siapa dan

mengerjakan apa kita usulkan ke Tim Anggaran Pemerintah Daerah

sejauh mana penganggarannya, BAPEDA kan termasuk dalam Tim

Anggaran Pemerintah Daerah jadi menentukan penganggarannya.

Perencanaan ada di Dinas Perikanan, kita hanya menginput,

menghimbau bahwa program ini memang terintegrasi, terintegrasi artinya

dikerjakan bareng-bareng.. ”

Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa pada Badan

Perencanaan dan Pembangunan Daerah dalam perencanaan program

gerakan pembangungan masyarakat pantai sebagai koordinator dan terkait

penganggaran.

Terkait terlibat dalam perencanaan hal ini juga disampaikan oleh

I4 yaitu:

Page 147: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

128

“Saya ikut dalam Gerbang Mapan pada di perencanaan biasanya

mengenai ruangnya. Dimana tempat yang bisa ditanam mangrove, ruang

yang boleh untuk pemukiman dan pembangunan lainya agar memang

sesuai ruangnya. Pada Desa Muara kan di Gerbang Mapan salah satunya

menyelenggarakan konservasi mangrove , di kami kaitannya itu bener ga

disini titiknya, datarannya apa? jadi kami hanya kesesuaian pada

ruangnya saja sesuai di rencana ruang dan wilayah gitu mba.”

Gambar 4.2

Rencana Ruang dan Wilayah Kabupaten Tangerang

(Sumber: Dinas Tata Ruang dan Wilayah,2017)

Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa Dinas Tata

Ruang dan Wilayah Kabupaten Tangerang dalam perencanaan program

gerakan pembangunan masyarakat pantai terkait letak ruang yang akan

Page 148: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

129

digunakan atau dibangun dalam kegiatan program gerakan pembangunan

masyarakat pantai sesuai dengan rencana tata ruang dan wilayah

Kabupaten Tangerang.

Pada keempat wawancara di atas, dapat peneliti simpulkan pihak

yang terkait dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dalam

program gerakan pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang

yaitu Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, Bidang Perencanaan

Ekonomi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten

Tangerang sebagai koordinator dan mengenai penganggaran dan Kepala

Seksi Perencanaan Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten

Tangerang berkaitan mengenai ruang.

Dalam pembuatan perencanaan program Gerbang Mapan

pengelolaan wilayah pesisir haruslah berdasarkan kepentingan dan

kebutuhan masyarakat agar program yang direncanakan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat dan fokus dalam membantu masyarakat untuk

mensejahterakan masyarakat pesisir. Seperti yang dikatakan I1:

“Ya tentu kepentingan masyarakat karena sebelumnya dilakukan

survey lapangan memang untuk melihat kondisi langsung dari kondisi

fisik, sumber daya alam dan lingkungan yang ada di desa jadi apa yang

dibutuhkan desa, masyarakat dianalisis dan dibuat perencanaan.”

Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa

perencanaan program Gerbang Mapan berdasarkan kepentingan

Page 149: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

130

masyarakat dengan dilakukannya survey lapangan untuk melihat kondisi

desa dan dianalisis sehingga dalam perencanaan sesuai dengan kebutuhan

desa.

Hal ini juga disampaikan oleh I3:

“Dalam perencanaan pembuatan program Gerbang Mapan sudah

pasti kita sesuai kebutuhan masyarakat karena kan kita mengunjungi

desa-desa sasaran salah satunya Desa Muara di Kecamatan Teluk Naga

setelah itu kami melakukan survey lapangan mengenai kondisi

fisik,sumber daya alam dan lingkungan yang ada di desa, mengumpulkan

data sosial ekonomi masyarakat, melakukan wawancara dengan aparat

pemerintahan desa dan kecamatan serta dengan masyarakat desa dari situ

baru kami analisis dari data yang kami peroleh untuk dibuatnya pada

perencanaan.”

Dari hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa dalam

pembuatan perencanaan dilakukan dengan survey lapangan untuk

mengetahui kondisi dan potensi yang dimiliki pada desa sasaran salah

satunya Desa Muara Kecamatan Teluk Naga.

Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

perencanaan program Gerbang Mapan berdasarkan kepentingan

masyarakat dengan dilakukannya survey lapangan untuk melihat kondisi

desa, melakukan wawancara dengan aparat pemerintahan desa dan

Page 150: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

131

kecamatan serta dengan masyarakat desa dan dianalisis sehingga dalam

perencanaan sesuai dengan kebutuhan desa.

Hal ini juga disampaikan oleh I2:

“Kita menyusun perencanaan dari semua desa pesisir pantai di

Kabupaten Tangerang salah satunya Desa Muara, kita jabarkan setiap

desa itu kebutuhannya apa? 5 tahun yang akan datang apa saja yang

harus dibangun, apa saja yang dibutuhkan di desa kalau Muara ya Muara

gitu.”

Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

pembuatan perencanaan sesuai dengan kebutuhan desa.

Hal ini juga disampaikan oleh I4:

“Ya mba sudah pasti berdasarkan kepentingan masyarakat karena

kan sebelumnya dilakukan survey lapangan untuk mengetahui

permasalahan yang berada di desa.”

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

perencanaan program Gerbang Mapan berdasarkan kepentingan

masyarakat dengan dilakukannya survey lapangan untuk mengetahui

permasalahan yang berada di desa.

Page 151: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

132

Dari kedua wawancara diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa

perencanaan dalam program Gerbang Mapan untuk pengelolaan wilayah

pesisir memang berdasarkan kepentingan masyarakat dikarenakan

sebelumnya dilakukannya survey lapangan pada setiap desa sasaran salah

satunya Desa Muara yang untuk mengetahui kondisi fisik dan potensi

dalam desa tersebut.

Dari keempat wawancara, dapat peneliti simpulkan bahwa

perencanaan dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai

berdasarkan kepentingan masyarakat dengan dilakukannya survey

lapangan untuk mengetahui kondisi fisik dan potensi dalam Desa Muara

sehingga yang direncanakan memang sesuai dengan yang dibutuhkan pada

Desa Muara.

Tabel 4.10

Perencanaan Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Desa

Muara

Perencanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Tangerang pada Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di Desa

Muara

No Perencanaan Program

Dukungan Infrastruktur Dasar Desa

1 Peningkatan Sarana dan Prasarana

Publik Rehabilitasi Pos Kesehatan dan Posyandu

2

Peningkatan Sarana dan Prasarana

Publik Sanitasi dan Kesehatan

Lingkungan

Membuat sumur dan Penangunan air

bersih komunal

3 Peningkatan Sarana dan Prasarana

Ekonomi

Penyediaan kendaraan operasional

pengangkut sampah

Page 152: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

133

Perencanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Tangerang pada Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di Desa

Muara

No Perencanaan Program

4

Peningkatan Sarana dan Prasarana

Transportasi dan Perhubungan

Wilayah

Perbaikan saluran irigasi pendalaman

sungai

Pembangunan jembatan penghubung

Jalan desa

Jalan paving blok jalan kampong

5 Peningkatan Sarana dan Prasarana

Permukiman Bedah rumah tidak layak huni

Dukungan Pemberdayaan Masyarakat

1 Promosi Pengelolaan Pesisir

Terpadu

Pelatihan Integrated Coastal Management

perdesaan untuk aparat desa

Penyiapan mitigasi desa pesisir dari

bencana

Pelatihan perencanaan desa partisipatif

Bimbingan teknis pengelolaan dan

pendayagunaan keuangan dan kekayaan

desa

2 Peningkatan Kapasitas Masyarakat

Desa

Penyuluhan peningkatan produktifitas

Aspek pemasaran dan pengolahan

Aspek ketahanan sosial budaya

Penyuluhan motivasi dengan Archievement

Motivation Training

Pelatihan manajemen usaha dan pemasaran

3 Program Pengelolaan Lingkungan

Pesisir Berbasis Masyarakat

Pengembangan kelompok pengelolaan

pesisir berbasis masyarakat

4 Penguatan Kelembagaan Ekonomi

Masyarakat Produk Unggulan Desa

5 Program Pendampingan

Inisiasi forum pemberdayaan masyarakat

desa pesisir

Pelatihan fasilitator pemberdayaan

masyarakat bagi pemuda dan tokoh

masyarakat

Forum konsultasi produktif dan bisnis

Page 153: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

134

Perencanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Tangerang pada Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di Desa

Muara

No Perencanaan Program

6 Program Pemberdayaan Keluarga,

Pemuda dan Perempuan

Pengembangan Tenaga Obat Keluarga

Pelatihan keorganisasian kepemimpinan

kader pemuda pesisir

Pelatihan keorganisasian kepemimpinan

kader perempuan pesisir

Pelatihan ketrampilan untuk kaum perempuan

Program pesisir mengajar

(Sumber: Dinas Perikanan, 2017).

Dalam pencapaian dari pengelolaan wilayah pesisir harus sesuai

dengan tahap-tahap pengelolaan, yaitu dimulai dari perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan sampai evaluasi. Dan didalam melaksanakan

tahapan tersebut perlu adanya keterpaduan dari berbagai sektor. Hal ini

disampaikan oleh I1:

“Memang pada program gerakan pembangunan masyarakat

pantai ini ada beberapa organisasi perangkat daerah yang terlibat bukan

hanya bapeda atau dinas perikanan saja tapi ada tata ruang yang

melokasikan ruang yang boleh tidaknya untuk pembangunan pada di desa

muara tersebut lalu ada dinas lingkungan hidup dan kebersihan kan ada

aspek sosial, ekonomi, lingkungan dapat terpenuhi jadi ya harus terpadu

lalu apa yang dibutuhkan masyarakat desa dilakukannya sosialisasi agar

apa yang direncanakan memang kebutuhan mereka dan buat pengelolaan

pesisir menjadi lebih baik.”

Page 154: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

135

Berdasarkan wawancara di atas bahwa perlu adanya keterpaduan

dalam perencanaan dari berbagai sektor dan aspek untuk pengelolaan

wilayah pesisir yang lebih baik.

Hal ini juga disampaikan oleh I2:

“Dalam pembuatan perencanaan kami melakukan survey

lapangan untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan desa dan

masyarakat desa nah kami kan dari perikanan tidak mengetahui mengenai

kebersihan, lingkungan, dan sebagainya harus sesuai juga dengan

rencana tata ruang dan wilayah jadi program ini berkoordinasi dengan

dinas lain jadi memang harus adanya keterpaduan dengan semua pihak.”

Berdasarkan wawancara dengan I2 sangat perlu adanya keterpaduan

dari perencanaan berbagai sektor agar perencanaan dapat dibuat dengan

baik dilakukan oleh yang mengerti di bidangnya.

Dari kedua wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa

keterpaduan dalam perencanaan dari berbagai sektor dan aspek dapat

membuat perencanaan dengan baik yang diharapkan dapat melaksanakan

pengelolaan juga lebih baik.

Hal ini juga disampaikan oleh I4:

“Terpadu, karena dengan kami saja kaitannya mengenai ruang

yang akan dilaksanakan kegiatan agar memang sesuai dengan RTRW

yang telah ada.”

Page 155: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

136

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

terpadunya dalam perencanaan program gerakan pembangunan

masyarakat pantai Kabupaten Tangerang dengan memperhatikan

lingkungan dan keadaan yang terlibat seperti dalam tata ruang dan wilayah

melibatkan seksi perencanaan Dinas Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten

Tangerang.

Hal ini juga disampaikan oleh I3:

“Dalam perencanaan ada Dinas Tata Ruang, BAPEDA dimana

butuhnya keterpaduan seperti tata ruang untuk mengetahui ruang wilayah

Desa Muara, BAPEDA sebagai koordinator dan untuk masalah

penganggaran karena termasuk ke dalam Tim Anggaran Pemerintah

Daerah jadi apa yang kami rencanakan, yang akan dilaksanakan memang

disetujui oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah.”

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa butuhnya

keterpaduan dikarenakan terlibatnya beberapa organisasi perangkat daerah

selain Dinas Perikanan yaitu Dinas Tata Ruang dan Bangunan, Badan

Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang sehingga

yang direncanakan dapat sesuai dengan ruang wilayah pada Desa Muara

dan di setujui oleh tim anggaran pemerintah daerah.

Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa butuhnya

keterpaduan dalam perencanaan program gerakan pembangunan

Page 156: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

137

masyarakat pantai dikarenakan melibatkannya beberapa organisasi

perangkat daerah.

Dari keempat wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa perlu

adanya keterpaduan dari perencanaan berbagai sektor agar perencanaan

dapat dibuat dengan baik dilakukan oleh yang mengerti di bidangnya

sehingga dapat membuat perencanaan dengan baik yang diharapkan dapat

melaksanakan pengelolaan juga lebih baik.

Dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir

adanya keterbukaan/ transparansi diperlukan agar berbagai pihak

khususnya masyarakat desa muara dapat mengetahui pelaksanaaan atau

perubahan yang akan dilaksanakan pada wilayahnya. Hal ini disampaikan

oleh I3:

“Untuk perencanaan sendiri dalam program ini transparansi

melalui kepala desa dan beberapa ada di media kabar cetak seperti koran

kabupaten tangerang ya sehingga masyarakat pesisir termasuk muara

dapat mengetahui dan membaca info tersebut.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan I3 transparansi yang

dilakukan adalah adanya media sehingga masyarakat dapat mengetahui

dan membacanya.

Hal ini juga disampaikan oleh I2:

“saat kami melakukan survey lapangan sudah diwakili oleh kepala

desa dan kelompok masyarakat yang berada didesa untuk mengetahui

Page 157: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

138

kondisi dan kebutuhan masyarakat itu mba sebelum kami akan

melaksanakan program juga kami mengundang kepala desanya terlebih

dahulu karena tidak mungkin ya mbak kalau harus menemui masyarakat

satu persatu gitu jadi kami melalui kepala desa sih transparansi

perencanaannya.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan I2 transparansi dilakukan

melalui kepala desa untuk menginformasikan mengenai program tersebut

karena dianggap mewakili masyarakat satu desa.

Dari kedua wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa

adanya transparansi/ keterbukaan dalam perencanan program gerakan

pembangunan masyarakat pantai kabupaten tangerang dalam pengelolaan

wilayah pesisir di Desa Muara melalui kepala desa dan tersedia dalam

media cetak dan online sehingga masyarakat dapat mengetahui

berjalannya program gerakan pembangunan masyarakat pantai ini.

Hal ini juga disampaikan oleh I1:

“Untuk transparansi paling hanya melalui kepala desa mengenai

perencanaan yang telah dibuat yang akan dilaksanakan di Desa.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa transparansi pada

perencanaan yang akan dilaksanakan di Desa melalui kepala desa.

Page 158: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

139

Hal ini juga disampaikan oleh I4:

“Kalau transparansi pasti dari kepala desa dan kelompok

masyarakat yang di Muara ya mba sebagai perwakilan masyarakat 1

(satu) desa.”

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya

transparansi melalui kepala desa dan kelompok masyarakat di Desa Muara

sebagai perwakilan masyarakat 1 (satu) desa.

Berdasarkan kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

adanya transaparansi melalui kepala desa dan kelompok masyarakat

sebagai perwakilan masyarakat Desa Muara.

Berdasarkan keempat wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

adanya transparansi/ keterbukaan dalam perencanan program gerakan

pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang dalam

pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara melalui kepala desa, kelompok

masyarakat dan tersedia dalam media cetak dan online sehingga

masyarakat dapat mengetahui berjalannya program gerakan pembangunan

masyarakat pantai ini.

Adapun dalam pembuatan perencanaan terdapat hambatan-

hambatan. Hal ini disampaikan oleh I1:

“Hambatan paling kalau dari tim anggaran pemerintah daerah

sering kali dihadapkan skala prioritas, lalu keterbatasan anggaran APBD

Page 159: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

140

5 (lima) triliun tapi kenyataannya tidak bebas kami menentukan, dari

pusat sudah ada pos jadi kami hanya mengandalkan dari PAD sebesar 1,7

triliun.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan adanya hambatan

keterbatasan anggaran yang sudah ditentukan sehingga pada program

gerakan pembangunan masyarakat pantai mengandalkan dari pendapatan

asli daerah.

Untuk perencanaan dalam menentukan ruang dan wilayah yang

dibutuhkan tidak ada hambatan yang dialami. Hal ini disampaikan oleh I4:

“Hambatan di kami tidak ada sih mbak karena ruang yang

diberikan untuk pelaksanaan program Gerbang Mapan memang sesuai

dengan keadaan RTRW di Muara dimana dapat letak mangrove,

permukiman/ bangunan itu aja sih mbak kalau dari tata ruang.”

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hambatan yang dialami dari perencanaan mengenai ruang dan wilayah

yang dibutuhkan sehingga perencanaan sudah dapat dilaksanakan sesuai

ruang yang dibutuhkan.

Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya

hambatan hanya dari keterbatasan penganggaran. sehingga pada program

gerakan pembangunan masyarakat pantai mengandalkan dari pendapatan

asli daerah.

Page 160: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

141

Hal ini juga disampaikan oleh I2:

“Kalau hambatan selama ini tidak ada sih dari 2015-2016 dari

kita jabarkan perencanaan apabila BAPEDA oke ya sudah kami

jalankan.”

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tidak

adanya hambatan yang dialami dalam perencanaan program gerakan

pembangunan masyarakat pantai.

Hal ini juga disampaikan oleh I3:

“Tidak ada hambatan karena dalam perencanaan dibantu dengan

baik oleh Dinas Tata Ruang lalu BAPEDA.”

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tidak

adanya hambatan dalam perencanaan program gerakan pembangunan

masyarakat pantai karena terjalinnya komunikasi yang baik oleh Dinas

Tata Ruang dan Bangunan dan Badan Perencanaan dan Pembangunan

Daerah Kabupaten Tangerang.

Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tidak

adanya hambatan sulit yang dialami dalam perencanaan program gerakan

pembangunan masyarakat pantai karena adanya komunikasi yang baik.

Dari keempat wawancara di atas hanya adanya hambatan dalam

keterbatasan penganggaran sehingga pada program gerakan

Page 161: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

142

pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang mengandalkan

dari pendapatan asli daerah.

Berdasarkan uraian diatas yang terdapat pada indikator

Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara (Studi Kasus

Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten Tangerang

Tahun 2015-2016) sudah maksimal. Dikatakan sudah maksimal

dikarenakan perencanaan pada program gerakan pembangunan masyarakat

pantai di Desa Muara dengan melakukan survey lapangan untuk melihat

kondisi fisik, sumber daya alam dan lingkungan yang dimiliki desa

sehingga perencanaan yang dibuat adalah perencanaan yang dibutuhkan

untuk kepentingan masyarakat Desa Muara dan adanya transparansi yang

dilakukan yakni melalui kepala desa dan terdapat dalam media cetak

sehingga masyarakat mengetahui perencanaan pada program gerakan

pembangunan masyarakat pantai diwilayahnya. Hambatan yang dialami

adalah mengenai keterbatasan penganggaran yang dapat di atasi dengan

pendapatan asli daerah.

4.3.2 Pelaksanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara

Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten

Tangerang Tahun 2015-2016

Pada tahap pelaksanaan diperlukan kesiapan dari semua pihak yang

terlibat didalamnya yaitu masyarakat itu sendiri maupun organisasi

perangkat daerah yang terlibat dalam bertanggung jawab mengelola

wilayah pesisir.

Page 162: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

143

Hal ini disampaikan oleh I2:

“Dalam Keputusan Bupati Nomor 902/Kep.172-Huk/2017 tentang

pembentukan tim kerja pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan

Pembangunan Kawasan Budidaya itu dibentuk organisasi perangkat

daerah yang memang menangani namun untuk pengelolaan berada di

desa sendiri ya masyarakat desanya karena mereka yang berada di desa

tersebut dan yang mengelolanya.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan wilayah pesisir adalah orgnasisasi

perangkat daerah dan masyarakat.

Hal ini juga disampaikan oleh I3:

“Dalam Keputusan Bupati Nomor 902/Kep.172-Huk/2017 tentang

pembentukan tim kerja pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan

Pembangunan Kawasan Budidaya memang pihak dari organisasi

perangkat daerah ada dari Dinas Perikanan sendiri, Bidang Perencanaan

Ekonomi pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten

Tangerang, Bidang Konservasi pada Badan Lingkungan Hidup dan

Kebersihan Kabupaten Tangerang. Kepala Seksi Perencanaan Tata

Ruang pada Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang

sudah siap sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan

kegiatan pemberdayaan sosial budaya masyarakat pesisir di daerah selain

Page 163: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

144

itu tentunya kesiapan dari pihak desa dan masyarakat desa sendiri yang

terlibat dalam pengelolaan wilayah mereka untuk dari itu kami membuat

pemberdayaan masyarakat agar mereka memahami dan mengetahui apa

saja yang dapat merusak wilayahnya yang tidak boleh dilakukan dan

penanggulangannya.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pihak yang

terlibat dalam pengelolaan wilayah pesisir adalah organisasi perangkat

daerah, pihak desa dan masyarakat desa itu sendiri.

Hal ini juga disampaikan oleh I5:

“Dalam Keputusan Bupati Nomor 902/Kep.172-Huk/2017 tentang

pembentukan tim kerja pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan

Pembangunan Kawasan Budidaya pihak dari organisasi perangkat

daerah ada dari Dinas Perikanan, bidang perencanaan ekonomi pada

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang,

seksi perencanaan tata ruang Dinas Tata Ruang dan Bangunan, bidang

konservasi pada Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten

Tangerang.”

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

organisasi perangkat daerah yang terlibat dalam pengelolaan wilayah

pesisir adalah Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, Dinas Tata Ruang

dan Bangunan Kabupaten Tangerang, Dinas Lingkungan Hidup dan

Page 164: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

145

Kebersihan Kabupaten Tangerang dan Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang.

Dari ketiga wawancara di atas dapat peneliti simpulkan yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan wilayah pesisir adalah organisasi

perangkat daerah yaitu Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, Dinas Tata

Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang, Dinas Lingkungan Hidup

dan Kebersihan Kabupaten Tangerang dan Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang, organisasi perangkat desa

dan masyarakat desa.

Hal ini juga disampaikan oleh I6:

“Pemerintah daerah dan masyarakat Desa Muara karena memang

apabila masyarakat mengelola sendiri tanpa pemerintah tentu tidak akan

bisa dari segi pengetahuan pengelolaan, materi untuk pengelolaan dan

apabila pemerintah telah memberikan bantuan namun masyarakat tidak

dapat mengelola juga percuma jadi ya harus berdampingan.”

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan pemerintah

daerah dan masyarakat desa berdampingan dalam pengelolaan wilayah

pesisir.

Hal ini juga disampaikan oleh I8:

“Ya masyarakat desa tapi masyarakat desa juga kan banyak

keterbatasan jadi dapat didukung oleh pemerintah daerah.”

Page 165: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

146

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan yang

mempunyai peran besar dalam pengelolaan wilayah pesisir adalah

masyarakat desa namun dengan keterbatasan yang dimiliki, dibutuhkannya

pendampingan dari pemerintah daerah dalam pengelolaan wilayah pesisir.

Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan masyarakat desa

dan pemerintah daerah harus berdampingan dalam pengelolaan wilayah

pesisir sehingga dapat mengelola wilayah pesisir yang terpadu.

Masyarakat dalam mengelola Desa Muara mempunyai peran yang

besar. Seperti yang disampaikan oleh I2:

“Tentu masyarakat sebagai pengelola yang besar karena memang

berada di desa dan bantuan yang kami berikan dalam program gerbang

mapan ini memang untuk desa yang dipakai masyarakat agar dikelola

dengan baik.”

Pada wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat

merupakan pengelola yang utama karena berada di desa dan bantuan yang

diberikan untuk masyarakat.

Hal ini juga disampaikan oleh I6:

“Masyarakat ya sebagai pengelola yang paling dominan ya

karena yang berada di desa, melihat kondisi desa setiap hari.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat

adalah pengelola yang dominan karena berada di desa setiap hari.

Page 166: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

147

Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

masyarakat adalah pengelola yang mempunyai peran besar untuk wilayah

Desa Muara karena setiap hari berada di desa dan bantuan yang diberikan

untuk masyarakat agar dapat mengelola Desa Muara menjadi lebih baik.

Hal ini juga disampaikan oleh I5:

“Masyarakat ya sebagai pengelola ya neng karena masyarakat

mempunyai peran penting untuk Desa Muara sendiri karena apabila

bukan masyarakat siapa lagi yang akan mengelola, percuma kalau missal

dari pemerintah sudah berupaya memberikan ini itu kalau masyarakat

tidak kelola dengan baik.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat

mempunyai peran terpenting dalam pengelola Desa Muara dikarenakan

Desa Muara merupakan daerah mereka.

Hal ini juga disampaikan oleh I3:

“Tentu menjadi pengelola yang besar karena merupakan penghuni

Desa Muara itu sendiri jadi yang bertanggung jawab mengelola Desa

Muara ya masyarakat Muara sendiri.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat

sebagai pengelola yang besar karena merupakan masyarakat Desa Muara

yang bertanggung jawab menjaga dan mengelola wilayahnya.

Page 167: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

148

Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

masyarakat sebagai pengelola yang besar karena Desa Muara adalah

tempat yang ditinggal yang harus dijaga dan dikelola dengan baik.

Dari keempat wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

masyarakat mempunyai peran besar dalam mengelola Desa Muara karena

Desa Muara adalah tempat yang dihuni oleh mereka dan masyarakat

berada di Desa Muara setiap hari yang selalu dapat melihat kondisi desa.

Hal ini juga disampaikan oleh I9:

“Masyarakat sebagai pengelola karena yang di desa terus dapat

melihat kondisi desa setiap hari.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat

mempunyai peran sebagai pengelola yang dapat melihat kondisi desa

setiap hari.

Hal ini juga disampaikan oleh I8:

“Masyarakat sebagai pengelola yang utama karena yang berada

di desa, melihat kondisi desa setiap hari.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat

sebagai pengelola utama karena masyarakat tinggal di Desa Muara yang

dapat melihat kondisi desanya setiap hari.

Page 168: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

149

Hal ini juga disampaikan oleh I10:

“Masyarakat tentunya pengelola ya mba karena yang tinggal di

desa yang merasakan baik buruknya dalam pengelolaan.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan masyarakat mempunyai

peran sebagai pengelola karena masyarakat berada di Desa Muara yang

merasakan dari baik atau buruknya dalam pengelolaan.

Dari ketiga wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

masyarakat mempunyai peran pengelola utama dalam pengelolaan wilayah

pesisir di Desa Muara karena masyarakat berada di Desa Muara setiap hari

yang dapat melihat kondisi desa dan masyarakat yang merasakan sendiri

baik atau buruknya dalam pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara.

Pada tahap implementasi/ pelaksanaan diperlukan kesamaan

persepsi antara masyarakat lokal sehingga masyarakat benar-benar

memahami rencana yang akan dilaksanakan selain itu juga diperlukan

koordinasi dan keterpaduan antar sektor dan stakeholder yang ada

sehingga tidak terjadi tumpang tindih atau ego sektoral.

Hal ini disampaikan oleh I5:

“Koordinasi sangat diperlukan agar tidak terjadi tumpang tindih

atau ego dari masing-masing sektoral supaya memang program selesai

tepat waktu dan dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan

yang diharapkan namun dalam pelaksanaan kami mengalami hambatan

Page 169: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

150

yaitu koordinasi. Dikarenakan kami juga mempunyai program unggulan

yang memang harus kami kerjakan. Selain itu hambatan kami ialah pada

masyarakat Desa Muara itu sendiri masih memiliki sifat curiga sehingga

distribusi bantuan pun terhambat. Rendahnya sumber daya manusia pun

pada Desa Muara berpengaruh dalam mencerna bantuan atau

penyuluhan yang telah kami berikan.”

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

koordinasi sangat diperlukan supaya tidak terjadinya tumpang tindih atau

ego sehingga program dapat berjalan dengan baik namun adanya

hambatan dari koordinasi dikarenakan setiap pelaksana organisasi

perangkat daerah yang tidak dapat fokus 1 (satu) program dan koordinasi

ke masyarakat yang memiliki sifat tidak percaya yang dapat menghambat

distribusi bantuan.

Hal ini juga disampaikan oleh I2:

“Kalau koordinasi memang jadi hambatan kami ya karena dari

setiap organisasi perangkat daerah mempunyai program unggulan sendiri

jadi terhambatnya pelaksanaan program ini tapi karena program dari

organisasi perangkat daerah lain ada yang hampir sama jadi tidak begitu

terlalu sulit.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi

menjadi hambatan dalam pelaksanaan program gerakan pembangunan

Page 170: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

151

masyarakat pantai karena organisasi perangkat daerah mempunyai

program unggulan sendiri.

Hal ini juga disampaikan oleh I3:

“Bahwa dalam program Gerbang Mapan memang program yang

terintegrasi yang artinya dikerjakan bareng-bareng oleh sebab itu

memerlukan koordinasi dan keterpaduan. Namun untuk

mengkoordinasikan semua organisasi pemerintah daerah terkait memang

sangat sulit dikarenakan mereka mempunyai pekerjaan masing-masing

sehingga terjadinya pemunduran kegiatan yang merugikan waktu dan

menumpuknya biaya.”

Dari ketiga wawancara diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa

adanya masalah pada koordinasi karena setiap organisasi perangkat daerah

mempunyai pekerjaan sendiri yang membuat mundurnya implementasi

sehingga ruginya waktu dan biaya.

Dari wawancara I5 adanya masalah koordinasi ke masyarakat yang

sulit dikarenakan adanya sifat curiga yang dapat menghambat kegiatan

distribusi bantuan itu sendiri. Hal ini disampaikan oleh I10:

“Karena tidak adanya sosialisasi atau pemberitahuan terlebih

dahulu sehingga kami tidak tau apa yang akan dilaksanakan dan manfaat

dari bantuan itu apa.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kecurigaan

masyarakat yang berakibat menghambat kegiatan distribusi karena tidak

Page 171: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

152

adanya sosialisasi sehingga masyarakat tidak mengetahui yang akan

dilaksanakan di wilayahnya dan manfaat dari bantuan tersebut.

Hal ini juga disampaikan oleh I6:

“Dalam program gerbang mapan terdapat pengadaan sarana air

bersih, penanaman mangrove, pembantuan alat dekomposter untuk

pengolahan sampah, pertambakan bandeng dan pesisir mengajar si SDN

01 Muara namun disini memang hampir tidak ada adanya

sosialisasi,penyuluhan atau pelatihan secara continue seperti sarana dan

prasarana yang telah diberikan pada Desa Muara dalam program

Gerbang Mapan menjadi tidak berfungsi dengan baik dalam pemberian

alat dekomposter untuk pengolahan limbah organik tidak dimanfaatkan

oleh masyarakat Desa Muara dikarenakan faktor minimnya pengetahuan

mengenai bagaimana merakit alat dan mekanisme perkomposannya

sehingga alat tersebut disimpan saja karena memang masyarakat tidak

paham.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan I6 dapat disimpulkan bahwa

sosialisasi, penyuluhan atau pelatihan secara continue penting

dilaksanakan untuk masyarakat Desa Muara agar pengelolaan wilayah

pesisir dapat berjalan dengan baik dan bantuan yang telah diberikan dapat

dimanfaatkan secara maksimal mengingat pada Desa Muara rendahnya

sumber daya manusia.

Page 172: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

153

Tabel 4.11

Jumlah Penduduk Desa Muara Berdasarkan Pendidikan

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH (ORANG)

1 Sarjana 11

2 SLTA 85

3 SMP 98

4 SD 180

5 Tidak Tamat SD 455

6 Usia 7-45 Th tidak sekolah 1990

7 Belum Sekolah 675

(Sumber: Data Monografi Desa, 2016)

Koordinasi yang dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat

merupakan kegiatan penting dalam pengelolaan wilayah pesisir di Desa

Muara sehingga berbagai kepentingan bertemu atas nama pembangunan

daerah pesisir. Hal ini disampaikan oleh I2:

“Koordinasi kami melalui kepala desa, perangkat desa, dan disana

terdapat kelompok masyarakat ya karena tidak selalu memungkinkan kami

langsung dengan masyarakat gitu.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya

koordinasi dari pihak pemerintah daerah dan masyarakat yaitu melalui

kepala desa, organisasi perangkat desa, dan kelompok masyarakat.

Hal ini juga disampaikan oleh I3:

“Kami melakukan koordinasi melalui kepala desa dan kelompok

masyarakat yang berada di Desa Muara saja karena tidak memungkinkan

juga kami dapat koordinasi masyarakat satu persatu.”

Page 173: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

154

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi yang

dilakukan melalui kepala desa dan kelompok masyarakat.

Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi

antara pemerintah daerah dan masyarakat melalui kepala desa, organisasi

perangkat desa dan kelompok masyarakat.

Hal ini juga disampaikan oleh I5:

“Koordinasi melalui kepala desa dan kelompok masyarakat yang

berada di Desa Muara neng jadi memang tidak secara langsung ya

palingan kalau ada penyuluhan saja.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi yang

digunakan antara pemerintah daerah dan masyarakat tidak langsung hanya

melalui kepala desa dan kelompok masyarakat.

Hal ini juga disampaikan oleh I6:

“Untuk koordinasi melalui saya dan kelompok masyarakat disini

untuk menyampaikan mengenai gerbang mapan baik dari perencanaan

sampai pelaksanaan.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi antara

pemerintah daerah dan masyarakat adalah kepala desa dan kelompok

masyarakat dari perencanaan sampai pelaksanaannya program gerakan

pembangunan masyarakat pantai.

Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi

antara pemerintah daerah dan masyarakat memang secara tidak langsung

yaitu melalui kepala desa dan kelompok masyarakat dari perencanaan

Page 174: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

155

sampai pelaksanaannya program gerakan pembangunan masyarakat

pantai.

Hal ini juga disampaikan oleh I10:

“Untuk koordinasi melalui kami kelompok masyarakat dan kepala

desa itu sendiri untuk memudahkan sebagai perantara berkomunikasi

dengan masyarakat.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi yang

dilakukan antara pemerintah daerah dan masyarakat melalui kepala desa

dan kelompok masyarakat bertujuan sebagai perantara untuk kemudahan

komunikasi.

Hal ini juga disampaikan oleh I9:

“Untuk koordinasi melalui kami kelompok masyarakat atau kepala

desa.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi yang

digunakan antara pemerintah daerah dan masyarakat melalui kelompok

masyarakat dan kepala desa.

Hal ini juga disampaikan oleh I8:

“Untuk koordinasi melalui kami kelompok masyarakat atau kepala

desa mengenai gerbang mapan dari perencanaan, pelaksanaan dan kami

juga dilibatkan dalam pengawasan.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi antara

pemerintah daerah dan masyarakat melalui kepala desa dan kelompok

Page 175: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

156

masyarakat. Kelompok masyarakat juga dilibatkan pengawasan dalam

program gerakan pembangunan masyarakat pantai.

Dari ketiga wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi

antara pemerintah daerah dan masyarakat dalam program gerakan

pembangunan masyarakat pantai melalui kepala desa dan kelompok

masyarakat sebagai perantara komunikasi.

Bantuan dari pemerintah dalam pelaksanaan pengelolaan wilayah

pesisir untuk menunjang berjalannya pengelolaan dan berjalannya

program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa Muara. Hal ini

disampaikan oleh I5:

“Pada tahun 2015 di Desa Muara terdapat pengadaan sarana air

bersih komunal sebanyak 2 (dua) unit neng dalam rangka memenuhi

kebutuhan air bersih bagi masyarakat pesisir karena masalah pada desa

pesisir umumnya termasuk Desa Muara memang kesulitan mendapatkan

air bersih lalu pada tahun 2016 pengadaan filter air dan reverse osmosis

di desa muara masing-masing 1 (satu) unit agar kualitas air dapat layak

dikonsumsi.”

Berdasarkan wawancara dengan I5 program gerakan pembangunan

masyarakat pantai di Desa Muara dilaksanakan pengadaan sarana air

bersih sebanyak 2 (dua) unit, pengadaan filter air dan pengadaan reverse

osmosis sebanyak 1 (satu).

Page 176: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

157

Gambar 4.3

Pengadaan Sarana Air Bersih di Desa Muara

Hal ini juga disampaikan oleh I2:

“Bantuan yang telah diberikan pada program ini untuk Desa

Muara adalah infrastruktur berupa penyuluhan dalam bidang hybrid

engineering, pusat restorasi dan pembelajaran mangrove lalu terdapat

jasa konsultasi feasibility study embung dan pengadaan air bersih

sebanyak 2 (dua unit). Untuk pemberdayaan masyarakat kami membentuk

tiga kelompok pelestari mangrove pada bulan agustus-september 2015

dengan pelatihan ekosistem mangrove, tata cara dan prosedur

pelaksanaan rehabilitasi mulai dari penyiapan, pembibitan, pencarian

benih, pembibitan, pemilihan lokasi, penanaman serta pemeliharaan juga

kami ada pengadaan sarana pengolahan sampah sebanyak 50 (lima

Page 177: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

158

puluh) tabung komposter dan 1 (satu) paket bak sampah. Untuk laporan

penguatan ekonomi kami melakukan pengembangan budidaya bandeng.

Pada tahun 2016 kami mengadakan pelatihan Integrated Coastal

Management (ICM), pelatihan State Of Coast (SOC) dan kami

memberikan pengadaan reverse osmosis sebanyak 1 (satu) yang dapat

banyak kegunaannya salah satunya teknologi untuk pengolahan air

minum itu sendiri di Desa Muara selain itu ada pesisir mengajar juga

yang dilaksanakan setiap hari sabtu.”

Gambar 4.4

Pelatihan Ekosistem Mangrove Di Desa Muara

Berdasarkan wawancara dengan I2 pada Desa Muara telah

diberikannya bantuan dari segi infrastruktur, laporan penguatan ekonomi

dan pemberdayaan sosial budaya dalam program gerakan pembangunan

masyarakat pantai tahun 2015 dan 2016.

Page 178: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

159

Hal ini juga disampaikan oleh I3:

“Bantuan yang diberikan untuk Desa Muara penyuluhan dalam

bidang hybrid engineering, pusat restorasi dan pembelajaran mangrove,

terdapat jasa konsultasi feasibility study embung dan pengadaaan air

bersih sebanyak 2 (dua) unit. Untuk pemberdayaan masyarakat kami

membentuk tiga kelompok pelestari mangrove pada bulan agustus-

september 2015 dengan pelatihan ekosistem mangrove, tata cara dam

prosedur pelaksanaan rehabilitasi mulai dari penyiapan, pembibitan,

pencarian benih, pemilihan lokasi, penanaman serta pemeliharaan juga

kami ada pengadaan sarana pengolahan sampah sebanyak 50 (lima

puluh) tabung komposter dan 1 (satu) paket bak sampah. Untuk laporan

penguatan ekonomi kami melakukan pengembangan budidaya bandeng.

Pada tahun 2016 kami mengadakan pelatihan Integrated Coastal

Management (ICM), pelatihan State Of Coast (SOC) dan kami

memberikan pengadaan reverse osmosis sebanyak 1 (satu) yang dapat

banyak kegunaannya salah satunya teknologi untuk pengolahan air

minum itu sendiri di Desa Muara selain itu ada pesisir mengajar juga

yang dilaksanakan setiap hari sabtu.”

Berdasarkan wawancara di atas bantuan yang telah diberikan untuk

Desa Muara tahun 2015-2016 telah terlaksana segi infrastruktur dasar,

penguatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.

Page 179: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

160

Dari ketiga wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa bantuan

yang diberikan untuk Desa Muara diberikannya bantuan dari segi

infrastruktur, laporan penguatan ekonomi dan pemberdayaan sosial budaya

dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai tahun 2015 dan

2016.

Selain itu terlaksananya pemberdayaan masyarakat salah satu dari

program gerakan pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang

yang dilakukan di Desa Muara adalah program pesisir mengajar. Pesisir

mengajar bertujuan menanamkan pengajaran sejak dini mengenai wilayah

pesisir supaya anak-anak pesisir mencintai wilayahnya sehingga yang

diharapkan dapat menjaga dan tidak merusak yang dimiliki desa pesisir.

Hal ini disampaikan oleh I7:

“Dalam program gerbang mapan terdapat pesisir mengajar mba

jadwal mengajar dilakukan seminggu sekali pada setiap sabtu di SDN 01

Muara agar tidak mengganggu pelajaran saat mereka sekolaj. Yang kami

ajarkan beberapa materi pelajaran, setiap sebulan sekali ada kegiatan

gemar makan ikan yang dimaksudkan anak-anak pesisir dapat menyukai

makan ikan namun ikan yang dipakai untuk kegiatan tersebut beli catering

bukan dari hasil yang dimiliki pada wilayah tersebut dan setiap 3 (tiga)

bulan dilakukan pengajaran kelapangan untuk penanaman mangrove

yang diharapkan anak-anak dapat menanam, menjaga mangrove bukan

merusak.”

Page 180: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

161

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pesisir mengajar selain materi pelajaran yang menjadi kegiatan tersebut,

terdapat makan ikan dan penanaman mangrove yang diharapkan bahwa

anak-anak pesisir dapat diajarkan mencintai wilayah pesisir itu sendiri.

Hal ini juga disampaikan oleh I5:

“Pesisir mengajar adalah salah satu kegiatan kami dalam

pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari penanaman mangrove,

mencintai makan ikan. Hal ini perlu ditanam dari jiwa sejak dini agar

mereka sudah mengetahui dan menyukai apa yang ada pada wilayah

mereka, agar mereka dapat menjaga itu.”

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pesisir mengajar merupakan salah satu dari pemberdayaan masyarakat

yang bertujuan menanamkan kecintaan pada wilayah pesisir sejak dini.

Gambar 4.5

Pesisir Mengajar di Desa Muara

Page 181: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

162

Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pada

program gerakan pembangunan masyarakat pantai tahun 2015 dan 2016

telah memberikan bantuan untuk pembangunan pada wilayah desa pesisir

di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga baik dari segi infrastruktur,

pengembangan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat yang dianggap

memang sudah cukup baik untuk membantu dalam desa pesisir tersebut.

Dilaksanakannya pengembangan dari potensi yang ada dalam

program gerakan pembangunan masyarakat pantai untuk Desa Muara. Hal

ini disampaikan oleh I2:

“Di Desa Muara disana mayoritas memiliki tambak bandeng jadi

kami terdapat budidaya bandeng agar kualitas bandeng dapat baik dan

menjadi ciri khas dari Desa Muara sendiri.”

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

pengembangan potensi yang ada melalui budidaya bandeng dengan tujuan

kualitas bandeng di Desa Muara dapat lebih baik.

Page 182: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

163

Hal ini juga disampaikan oleh I5:

“Yang saya tahu pertambakan bandeng neng dari Dinas

Perikanan sendiri agar kualitas bandeng disana dapat baik karena rata-

rata mereka tidak dapat menjual bandengnya karena kualitasnya buruk

jadi mereka hanya untuk wisata pemancingan.”

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

pengembangan potensi yang ada yaitu pertambakan bandeng dari Dinas

Perikanan dikarenakan masyarakat Desa Muara tidak dapat menjual hasil

bandengnya karena kualitas bandeng yang buruk sehingga mereka hanya

menjadikan tambak bandeng sebagai wisata pemancingan.

Hal ini juga disampaikan oleh I3:

“Karena pada Desa Muara terdapat potensi pertambakan

bandeng yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat maka

dilakukan budidaya bandeng kegiatan dimulai dari persiapan wadah yang

meliputi persiapan tambak dengan pengeringan pelataran, pengisian air

sampai ketinggian 5 cm di pelataran, pemupukan awal 50 kg urea dan 30

tsp dan klekap tumbuh setelah kurang lebih 7 hari dari pemupukan,

pemasukan air kembali hingga ketinggian kurang lebih 10 cm diatas

pelataran tambak, penebaran benih bandeng ukuran 5-7 cm,

pemeliharaan bandeng, pemupukan ulang untuk menumbuhkan klekap

dengan cara pemupukan urea 100 kg/ha dan tsp 50kg/ha lalu pemupukan

dilakukan pada bulan kedua atau pada saat klekap sudah tinggal ¼

Page 183: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

164

bagian ditambah pemberian pakan pellet mulai dilakukan dan pemupukan

dilakukan seminggu sekali setelah umur 2 bulan dengan dosis urea 50 kg

dan tsp 30 kg.

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa potensi

pengembangan yang ada dilakukannya pertambakan bandeng dimulai dari

persiapan wadah sampai pemberian pakan pelet untuk kualitas bandeng di

Desa Muara lebih baik.

Berdasarkan ketiga wawancara di atas dapat peneliti simpulkan

bahwa pengembangan potensi yang ada dalam pelaksanaan program

gerakan pembangunan masyarakat pantai adalah dengan pertambakan

bandeng dengan kegiatan dimulai dari persiapan wadah sampai pemberian

pakan pelet.

Adanya pelaksanaan program gerakan pembangunan masyarakat

pantai di Desa Muara dalam pengelolaan wilayah pesisir adalah untuk

kemajuan desa pesisir. Seperti yang disampaikan oleh I3:

“Ya, diadakannya program gerbang mapan untuk kemajuan desa

pesisir Kabupaten Tangerang termasuk Desa Muara agar tidak termasuk

desa yang tertinggal, untuk itu dibantunya pembuatan infrastruktur dasar,

membantu perekonomian dan adanya pemberdayaan masyarakat agar

pemikiran mereka dapat menjaga lingkungan dan wilayahnya dengan

baik.”

Page 184: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

165

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan diadakannya

program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa Muara dalam

pengelolaan wilayah pesisir menjadikan Desa Muara sebagai tidak

termasuk desa yang tertinggal.

Hal ini juga disampaikan oleh I6:

“Adanya program gerbang mapan untuk desa pesisir Kabupaten

Tangerang termasuk Desa Muara yang lebih baik agar desa memadai

dari segi infrastruktur, perekonomiannya dan masyarakat desa dapat

mencintai, menjaga dan melindungi wilayahnya dengan adanya

pemberdayaan masyarakat agar pemikiran mereka dapat menjaga

lingkungan dan wilayahnya dengan baik.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan diadakannya program

gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa Muara dalam

pengelolaan wilayah pesisir menjadikan Desa Muara lebih baik dari segi

infrastruktur, perekonomiannya dan masyarakat desa.

Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan diadakannya

program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa Muara adalah

menjadikan desa yang tidak tertinggal dan lebih baik dari segi

infrastruktur, perekonomian dan masyarakat.

Hal ini juga disampaikan oleh I2:

Page 185: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

166

“Program gerbang mapan ini untuk membantu desa pesisir

Kabupaten Tangerang dalam membantu pembangunan infrastruktur,

membantu perekonomian masyarakat pada desa pesisir dan dengan ada

pemberdayaan masyarakat agar masyarakat dapat mengelola dengan baik

di desa. Menurut kami dalam menjalankan program 2015-2016 sudah

dirasa cukup baik karena kami sudah menjalankan pembangunan

infrastruktur yang terdapat pengadaan air bersih, membantu dalam

pertambakan bandeng dan sudah dilakukannya penyuluhan meskipun

memang kami akuin masih adanya kekurangan.”

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

diadakannya program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa

Muara adalah membantu dalam pembangunan infrastruktur, membantu

perekonomian masyarakat dan pemberdayaan masyarakat.

Hal ini juga disampaikan oleh I5:

“Adanya program gerbang mapan untuk desa pesisir Kabupaten

Tangerang termasuk Desa Muara yang lebih baik agar desa memadai

dari segi infrastruktur, perekonomiannya dan masyarakat desa dapat

mencintai, menjaga dan melindungi wilayahnya dengan adanya

pemberdayaan masyarakat agar pemikiran mereka dapat menjaga

lingkungan dan wilayahnya dengan baik.”

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

diadakannya program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa

Page 186: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

167

Muara untuk desa yang memadai dari segi infrastruktur, perekonomiannya

dan adanya pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menjadikan

masyarakat yang menjaga lingkungan dan wilayahnya dengan baik.

Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

diadakannya program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa

Muara menjadikan Desa Muara sebagai desa yang memadai dari segi

infrastruktur, perekonomiannya dan masyarakatnya dengan adanya

pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat dapat menjaga dan

melindungi wilayahnya.

Berdasarkan keempat wawancara dapat peneliti simpulkan

diadakannya program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa

Muara menjadikan Desa Muara menjadikan Desa Muara sebagai desa

yang memadai dari segi infrastruktur, perekonomian dan masyarakatnya

sehingga Desa Muara tidak desa yang tertinggal.

Adanya pesisir mengajar merupakan salah satu kegiatan

pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk usia dini. Dengan adanya

pesisir mengajar diharapkan dapat mengajarkan menjaga dan mencintai

wilayah pesisir dengan baik. Seperti yang disampaikan oleh I7:

“Adanya program gerbang mapan untuk desa pesisir Kabupaten

Tangerang di Desa Muara khususnya dapat mencintai dan melindungi

wilayah pesisir, karena yang mudah untuk diubah kan anak kecil ya terus

Page 187: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

168

perjalanan mereka juga masih panjang jadi nasib pesisir di tangan

mereka.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan adanya pesisir mengajar

diharapkan anak-anak di Desa Muara dapat melindungi dan mencintai

wilayah pesisir.

Namun adanya hambatan dalam pelaksanaan kegiatan pesisir. Hal

ini disampaikan oleh I7:

“Kalau hambatan dari pesisir mengajar itu sendiri sih palingan

dari modul yang harus kami ajarkan apa missal untuk minggu ini bahasa

inggris tapi anak-anak lebih menyukai mangrove jadi kami harus

bagaimana supaya anak-anak mau belajar sesuai modul. Karena kan

kami satu bulan diberikan modul oleh Dinas Perikanan untuk kegiatan

mengajar.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan hambatan dari kegiatan

pesisir mengajar adalah modul yang diberikan oleh Dinas Perikanan yang

akan diajarkan di pesisir mengajar dalam satu bulan.

Tanggapan dari masyarakat Desa Muara bahwa bantuan yang

diberikan belum optimal. Seperti yang disampaikan oleh I9:

“Pada pengembangan budidaya bandeng kegiatan dimulai dari

persiapan wadah yang meliputi persiapan tambak dengan pengeringan

pelataran, pengisian air sampai ketinggian 5 cm di pelataran, pemupukan

awal 50 kg urea dan 30 tsp dan klekap tumbuh setelah ± 7 hari dari

Page 188: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

169

pemupukan, pemasukan air kembali hingga ketingian ± 10 cm diatas

pelataran tambak, penebaran benih bandeng ukuran 5-7 cm,

pemeliharaan bandeng,pemupukan ulang untuk menumbuhkan klekap

dengan cara pemupukan urea 100 kg/ha dan tsp, 50 kg/ha lalu pemupukan

dilakukan pada bulan kedua atau pada saat klekap sudah tinggal ¼

bagian ditambah pemberian pakan pelet mulai dilakukan dan pemupukan

dilakukan seminggu sekali setelah umur 2 bulan dengan dosis urea 50 kg

dan tsp 30 kg. Memang secara umum kegiatan dan tahapan budidaya

sudah dilakukan dengan baik namun tahapan yang tidak dilakukan yaitu

pemeberantasan hama dengan menggunakan saponin dikarenakan karena

tidak adanya peralatan hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan pada

bandeng sangat lambat karena menjadi kondisi air kurang optimum selain

itu pemberian pakan bandeng yang diberhentikan karena truk yang

membawa pakan tersebut tidak dapat masuk ke desa kami sehingga laju

pertumbuhan hanya 1,68 % dan berat rata rata bandeng 6,35 g itu

rendah. Secara umum laju pertumbuhan spesifik ikan bandeng adalah 2-7

% tergantung pada umur bandeng dan kondisi eksternal, sedangkan berat

rata-rata anatara 10-12 g sehingga kami masyarakat kembali menjadikan

tambak bandeng kami hanya sebagai wisata pemancingan karena kualitas

tidak baik tidak dapat dijual mba.

Dari wawancara dengan I9 dapat disimpulkan bahwa bantuan

dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai yang diberikan

masyarakat Desa Muara untuk penguatan ekonomi kurang optimal

sehingga dianggap tidak begitu membantu dalam perekonomian

masyarakat desa sehingga masyarakat kembali menjadikan pertambakan

menjadi pariwisata.

Page 189: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

170

Hambatan dalam bantuan penguatan ekonomi dari pertambakan

kurang optimal hal ini disebabkan oleh pangan dan kualitas air yang ada di

Desa Muara.

Hal ini disampaikan oleh I3:

“Hambatan kami adalah jalan yang menuju Desa Muara hanya

selebar 3 m, truk yang membawa pangan bandeng tidak dapat masuk ke

dalam desa selain itu memang kami kekurangan sumber daya manusia

untuk pemberian pangan agar pertumbuhan ikan optimal dilakukan

dengan mengacu pada program pemberian pakan memang dari segi

waktu kami tidak memungkinkan. Selain itu, kondisi perairan yang

menjadi faktor utama perkembangan ikan bandeng adalah oksigen

terlarut, salinitas, suhu, kadar amonia, H2S dan pH, pemantauan kualitas

air memang tidak dapat dilakukan karena tidak adanya peralatan.”

Berdasarkan wawancara di atas, hambatan dalam pemberian

pangan adalah jalan untuk masuknya Desa Muara memang hanya selebar 3

meter yang mengakibatkan truk yang membawa pangan tidak dapat masuk

setelah itu kurangnya sumber daya manusia apabila pemberian pangan

bandeng mengacu pada program pemberian pangan. Hambatan lainnya

adalah kualitas air yang berada di Desa Muara.

Selain itu tanggapan belum optimalnya dari pembangunan FS

embung air bersih.

Page 190: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

171

Hal ini disampaikan oleh I8:

“Belum adanya hasil optimal dari pembangunan embung air kami

masih merasakan banjir saat musim hujam dan kesulitan air saat

kemarau.”

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa bantuan

yang diberikan pada embung air dirasa belum cukup optimal. Hal ini

disebabkan terdapat kendala seperti yang disampaikan oleh I5:

“Kendala yang kami alami adalah pembebasan lahan seharusnya

kami telah melanjutkan pada tahap DED dan pengadaan lahannya agar

saat musim hujan dapat minimalisir banjir dan saat kemarau dapat

digunakan untuk perairan dan sumber air bersih.”

Berdasarkan wawancara di atas, terdapat kendala pada pembebasan

lahan dalam pembangunan embung air sehingga embung air belum

dirasakan dengan optimal.

Dalam pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir adanya

transparansi diperlukan agar berbagai pihak khususnya masyarakat Desa

Muara dapat mengetahui pelaksanaan yang dilaksanakan pada wilayahnya.

Hal ini disampaikan oleh I5:

“Dalam pelaksanaan ada spanduk kegiatan yang dilaksanakan

jadi masyarakat mengetahui kegiatan yang sedang berlangsung itu dari

program gerbang mapan dapat dilihat dan dibaca sendiri.”

Page 191: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

172

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya

transparansi yang dilakukan saat pelaksanaan program gerakan

pembangunan masyarakat pantai yaitu adanya spanduk kegiatan sehingga

masyarakat dapat melihat dan membaca kegiatan yang sedang

berlangsung.

Hal ini juga disampaikan oleh I6:

“Ada spanduk setiap pelaksanaan mba dilaksanakan apa dari

program gerbang mapan gitu jadi ya masyarakat dapat melihat.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya

transparansi setiap pelaksanaan dengan terpasangnya spanduk kegiatan

yang sedang dilaksanakan sehingga masyarakat dapat mengetahui.

Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

transparansi yang dilakukan saat pelaksanaan program gerakan

pembangunan masyarakat pantai yaitu adanya spanduk kegiatan sehingga

masyarakat dapat melihat dan membaca kegiatan yang sedang

berlangsung.

Hal ini juga disampaikan oleh I8:

“Ada spanduk setiap pelaksanaan di tempat yang sedang

dijalankan.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa transparansi

yang dilakukan saat pelaksanaan program gerakan pembangunan

Page 192: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

173

masyarakat pantai adanya spanduk di tempat pelaksanaan kegiatan

berlangsung.

Hal ini juga disampaikan oleh I9:

“Ada spanduk panjang mba di tempat pelaksanaan agar

masyarakat dapat mengetahui yang sedang dijalankan.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya

transparansi pada pelaksanaan program gerakan pembangunan masyarakat

pantai di Desa Muara dengan adanya spanduk di tempat pelaksanaan.

Hal ini juga disampaikan oleh I10:

“Ada spanduk ko mba pastinya di setiap tempat pelaksanaan agar

masyarakat mengetahui yang sedang dijalankan.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa transparansi pada

tempat pelaksanaan kegiatan adanya spanduk sehingga masyarakat dapat

mengetahui.

Dari ketiga wawancara di atas dapat disimpulkan transparansi yang

dilakukan saat pelaksanaan program gerakan pembangunan masyarakat

pantai adanya spanduk di tempat pelaksanaan kegiatan berlangsung

sehingga masyarakat Desa Muara dapat mengetahui.

Dilakukannya transparansi dengan adanya spanduk pada setiap

kegiatan pelaksanaan program gerakan pembangunan masyarakat pantai

Page 193: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

174

sehingga masyarakat dapat mengetahui kegiatan berlangsung termasuk

kegiatan pada pesisir mengajar. Hal ini disampaikan oleh I7:

“Kalau untuk pesisir mengajar sendiri pelaksanaan diketahui oleh

kepala desa ya mba jadi justru kepala desa yang mengusulkan pada SDN

01 Muara untuk dilaksanakan pesisir mengajar. Nah, dalam keterbukaan

sendiri pelaksanaan program pesisir mengajar telah disampaikan ya

murid dari gurunya mba dan murid menyampaikan kepada orang tuanya

bahwasanya sabtu ada kegiatan pesisir mengajar gitu mba.”

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan adanya

transaparansi setiap kegiatan program gerakan pembangunan masyarakat

pantai termasuk kegiatan pesisir mengajar dengan menyampaikannya

kepada guru untuk murid dan murid memberitahu kepada orang tuanya.

Berdasarkan uraian di atas, indikator pelaksanaan pengelolaan

wilayah pesisir Desa Muara program gerakan pembangunan masyarakat

pantai kabupaten tangerang tahun 2015-2016 masih belum optimal.

Permasalahan koordinasi antar organisasi perangkat daerah yaitu dengan

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang sehingga

masih banyaknya program yang belum terlaksana. Selain itu

permasalahan koordinasi dengan masyarakat yang mengakibatkan

hambatan dalam distribusi bantuan karena tidak dilakukan sosialisasi

terlebih dahulu sehingga masyarakat memiliki rasa curiga. Dan yang telah

Page 194: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

175

terlaksananya program masih banyaknya kekurangan yang harus

diperbaiki sehingga masyarakat belum dapat merasakan dengan optimal.

4.3.3 Pengawasan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara

Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten

Tangerang Tahun 2015-2016

Tahap yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan wilayah pesisir

adalah pengawasan. Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran

kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil

yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan.

Dalam hal pengelolaan wilayah pesisir dalam program gerakan

pembangunan masyarakat pantai bentuk pengawasan yang dilakukannya

yaitu monitor setahun 2 (dua kali).

Seperti yang telah dijelaskan oleh I2:

“Sebenarnya kita monitor kesana tapi memang tidak continue

karena kita keterbatasan aparatur, dibidang saya saja hanya saya dan pak

hari tidak ada pendamping terkadang kita monitor kalau mau kesana ya

kesana minimal setahun sekali atau 2 (dua) kali untuk mengetahui sejauh

mana pemanfaatannya.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa adanya

monitoring yang dilakukan setahun sekali atau 2 (dua) kali namun

pengawasan yang dilakukan tidak continue.

Page 195: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

176

Hal ini juga disampaikan oleh I3:

“Kita melakukan pengawasan selama pembanguna atau saat

berlangsungnya kegiatan, kami berharap masyarakat telah diberikan

bantuan dapat dijaga dan digunakan dengan baik, itu saja sih ti.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa

pengawasan dilakukan saat pembangunan atau saat berlangsungnya

kegiatan selanjutnya diserahkan oleh masyarakat Desa Muara.

Dari kedua wawancara diatas, dapat disimpulkan dilakukannya

pengawasan saat berlangsungnya kegiatan atau pembangunan, monitoring

minimal setahun sekali untuk mengetahui seberapa jauh pemanfaatan dari

bantuan yang telah diberikan dalam pengelolaan wilayah pesisir Desa

Muara namun tidak adanya pengawasan secara continue.

Hal ini dapat menyebabkan bantuan yang telah diberikan tidak

dimanfaatkan dengan baik salah satunya dalam pemberian alat

dekomposter untuk pengolahan limbah organik.

Seperti yang disampaikan oleh I6:

“Alat dekomposter untuk pengolahan limbah organik tidak

dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Muara dikarenakan masih minimnya

pengetahuan mengenai bagaimana merakit alat dan mekanisme

perkomposannya lalu karena tidak ada keberlanjutannya.

Page 196: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

177

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tidak adanya

pengawasan secara lanjut tidak dapat mengetahui seberapa jauh manfaat

dari bantuan yang telah diberikan.

Selain pihak pemerintah, pengawasan dilakukan oleh masyarakat

desa yaitu kelompok masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh I3:

“Disana dibentuk kelompok masyarakat 3 (tiga) yang diberi tugas

memang untuk mengawasi karena mereka yang setiap saat berada di desa

terdapat kelompok masyarakat mangrove, kelompok masyarakat tambak,

dan kelompok masyarakat nelayan tangkap. Mereka dapat melaporkan

kepada kami jika memang ada pelanggaran.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan I3 masyarakat ikut dilibatkan

dalam hal pengawasan karena kelompok masyarakat berada pada desa

yang dapat mengawasi hampir setiap saat yang diberikan tugas hanya

boleh dapat melaporkan.

Hal ini disampaikan oleh I2:

“Disana terdapat kelompok masyarakat 3 (tiga) yang kami bentuk

diberi tugas untuk mengawasi karena mereka yang berada di desa ada

kelompok masyarakat mangrove, kelompok masyarakat tambak, dan

kelompok masyarakat nelayan tangkap. Mereka dapat melaporkan kepada

kami mengenai pengelolaan disana terhadap bantuan yang telah kami

berikan lalu apabila jika memang ada pelanggaran.”

Page 197: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

178

Berdasarkan hasil wawancara di atas, adanya kelompok masyarakat

yang dibentuk mengawasi karena masyarakat yang berada di wilayah desa

yang dapat melaporkan mengenai pengelolaan di desa dan apabila ada

pelanggaran.

Dari kedua wawancara di atas, dapat disimpulkan dibentuknya

kelompok masyarakat di Desa Muara yaitu kelompok masyarakat

mangrove, kelompok masyarakat tambak dan kelompok masyarakat

nelayan tangkap yang dapat mengawasi secara dekat dan dapat melaporkan

mengenai pengelolaan dan apabila ada pelanggaran.

Hal ini juga disampaikan oleh I10:

“Kami hanya membuat laporan sih mba apabila memang ada

pelanggaran atau masalah dalam pengelolaan yang memang kami

laporkan kepada dinas perikanan namun laporan pun tidak ada

keberlanjutan seperti memang kendala dalam pelaksanaan alat

dekomposter yang memang tidak digunakan dikarenakan masih minimnya

pengetahuan.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

tugas kelompok masyarakat membuat laporan apabila terjadinya masalah

atau pelanggaran yang dilakukan dalam pengelolaan di desa yang

dilaporkan kepada dinas perikanan namun tidak adanya tindak lanjut dari

laporan tersebut.

Page 198: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

179

Hal ini juga disampaikan oleh I8:

“kami mengawasi dan melaporkan apabila memang adanya

masalah, hambatan atau pelanggaran dalam pengelolaan pesisir program

gerbang mapan dengan membuat laporan kepada Dinas Perikanan namun

apabila laporan kami tidak adanya keberlanjutan maka pelaksanaan

pengelolaan pun tidak akan selesai.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

meskipun kelompok masyarakat telah menjalankan tugasnya namun tidak

ada keberlanjutan pengawasan dari Dinas Perikanan tidak akan

terselesainya permasalahan pada pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir

di Desa Muara dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai.

Hal ini juga disampaikan oleh I9:

“Kami memang mengawasi dan melaporkan mba apabila memang

adanya masalah, hambatan atau pelanggaran dalam pengelolaan pesisir

program gerbang mapan dengan membuat laporan kepada Dinas

Perikanan namun laporan kami tidak adanya keberlanjutan jadi

bagaimana masalah teratasi mba.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kelompok

masyarakat turut dalam pengawasan namun laporan yang dibuat tidak

adanya keberlanjutan sehingga masalah tidak dapat teratasi.

Page 199: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

180

Dari ketiga wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

masyarakat ikut dilibatkan dalam hal pengawasan dikarenakan yang dapat

mengawasi lebih efisien dengan terbentuknya 3 (tiga) kelompok

masyarakat yaitu kelompok masyarakat tambak, kelompok masyarakat

nelayan tangkap, kelompok masyarakat mangrove yang dapat melaporkan

kepada Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang apabila terjadinya masalah

atau pelanggaran meski begitu apabila tidak adanya pengawasan secara

continue dari Dinas Perikanan maka permasalahan dalam pelaksanaan

pengelolaan wilayah pesisir tidak akan selesai.

Hambatan dalam pengawasan karena terbatasnya sumber daya

manusia. Hal ini disampaikan oleh I2:

“Seperti yang kami sebutkan bahwa sebenarnya memang kami

keterbatasan aparatur untuk mengawasi ya jadi memang kalau ingin

kesana ya kita kesana tapi kami kan udah ada dari kelompok masyarakat

itu sendiri.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa hambatan dalam

pengawasan yaitu keterbatasan aparatur dalam pengawasan.

Hal ini juga disampaikan oleh I3:

“Hambatan memang SDM kita terbatas untuk mengawasi, tapi

kami sudah ada kelompok masyarakat yang mengawasi.”

Page 200: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

181

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa hambatan dalam

pelaksanaan yaitu terbatasnya sumber daya manusia untuk mengawasi

sehingga kelompok masyarakat yang mempunyai peran penting dalam

pengawasan.

Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan hambatan dalam

pengawasan pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara dalam program

gerakan pembangunan masyarakat pantai adalah terbatasnya sumber daya

manusia untuk pengawasan tetapi adanya kelompok masyarakat yang

dapat mengawasi di Desa Muara.

Namun dari kelompok masyarakat terdapat hambatan. Seperti yang

disampaikan oleh I8:

“Ya itu tidak adanya pengawasan secara lanjut oleh pemerintah

daerah sehingga yang kami laporkan mengenai keberlanjutan

pengelolaan di Desa Muara dan pelanggaran yang terjadi tidak ada

tindakannya.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan tidak adanya

pengawasan secara lanjut oleh pihak pemerintah daerah sehingga laporan

yang disampaikan tidak ada tindakannya.

Hal ini juga disampaikan oleh I9:

“Tidak adanya pengawasan secara lanjut oleh Dinas Perikanan

mba jadi kami bingung kami laporan untuk apa.”

Page 201: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

182

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa hambatan dalam

pengawasan pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara yaitu tidak adanya

pengawasan secara lanjut oleh Dinas Perikanan.

Hal ini juga disampaikan oleh I10:

“Paling hambatannya kalau dari kami ya jadi bingung sendiri mba

karena laporan tidak ada keberlanjutan terus jadinya bagaimana?

Sedangkan kami mengawasi dan melaporkan tapi tindakan dari yang kami

laporkan itu tidak ada.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa hambatan dalam

pengawasan pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara yaitu laporan

yang diberikan kelompok masyarakat tidak adanya keberlanjutan.

Berdasarkan uraian di atas pada indikator pengawasan pengelolaan

wilayah pesisir di Desa Muara dalam program gerakan pembangunan

masyarakat pantai masih belum optimal, dikarenakan tidak adanya

pengawasan secara continue yang dilakukan oleh Dinas Perikanan dalam

laporan yang diberikan oleh kelompok masyarakat.

Page 202: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

183

4.3.4 Evaluasi Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara

Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten

Tangerang Tahun 2015-2016

Terakhir dalam proses pengelolaan adalah tahap evaluasi. Evaluasi

dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari tahap

pengelolaan untuk perbaikan pada pelaksanaan berikutnya.

Dalam pengelolaan wilayah pesisir tahap evaluasi diperlukan

acuan dalam perencanaan. Hal ini disampaikan oleh I3:

“Dalam implementasi program, Gerbang Mapan mengikuti alur

kerangka kerja pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dari

Partnership for Environmental Management South East Sea (PEMSEA),

yang dikenal dengan ICM system yang terdapat 2 (dua) aspek yaitu aspek

tata kelola dan aspek implementasi. Aspek inilah yang.diacu menjadi pra-

syarat dasar dan keberhasilan dalam pelaksanaan Gerbang Mapan.”

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa acuan

perencanaan dalam pengelolaan wilayah pesisir Desa Muara program

gerakan pembangunan masyarakat pantai adalah dengan Partnership for

Environmental Management South East Sea (PEMSEA).

Hal ini juga disampaikan oleh I2:

Page 203: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

184

“Acuan yang digunakan adalah aspek tata kelola terdiri dari 6

elemen dasar yaitu kebijakan, strategi, aransemen kelembagaan,

legislasi, informasi dan penyadaran publik, pendanaan yang

berkelanjutan, pengembangan kapasitas dan pengelolaan. Lalu aspek

pembangunan berkelanjutan yaitu perlindungan dan pengelolaan

kerusakan sumberdaya alam dan buatan, perlindungan pemulihan dan

pengelolaan habitat, ketahanan pangan dan manajemen mata

pencaharian, pengurangan solusi dan pengelolaan limbah.”

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa acuan

yang digunakan menggunakan aspek tata kelola yang terdiri dari 6

elemen dan aspek pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari 5 elemen

sehingga program gerakan pembangunan masyarakat pantai dapat

dikatakan berhasil apabila 11 (sebelas) elemen tersebut terlaksana.

Dalam pengelolaan wilayah pesisir perencanaan pengelolaan

yang baik apabila dari perencanaan sampai pelaksanaan sesuai dengan

target serta adanya pengawasan yang baik dan diperlukan adanya

evaluasi untuk mengetahui penyebab serta kendala dalam pelaksanaan

pengelolaan.

Dalam pengelolaan wilayah pesisir Desa Muara dalam program

gerakan pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang yang

dilakukan aspek tata kelola sudah dirasa optimal. Hal ini disampaikan

oleh I3:

Page 204: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

185

“Segi dari kebijakan, strategi, rencana, aransemen

kelembagaan,legislasi,mekanisme pembiayaan tidak ada hambatan yang

sulit pada perencanaan di Desa Muara dari menganalisis masalah desa

dengan melakukan survey lapangan sampai pembeuatan perencanaan.

Hanya saja memang kami kesulitan dalam informasi dan penyadaran

publik untuk masyarakat Desa Muara hal ini disebabkan karena untuk

mengubah pola pikir manusia memang tidak mudah.”

Gambar 4.6

Presentase Penilaian Aspek Tata Kelola Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa

Muara

(Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang,2017)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

aspek tata kelola pengelolaan wilayah pesisir Desa Muara dalam

program gerakan pembangunan masyarakat pantai sudah optimal. Dapat

02468

101214

Kebijakan,Strategi

danRencana

Aransemen

Kelembagaan

Legilasi Informasidan

Penyadaran Publik

Mekanisme

Pembiayaan

Series1 9,72 8,33 12,5 6,18 12,5

Nila

i

Nilai dari Aspek Tata Kelola

Page 205: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

186

dilihat pada gambar 4.6 terdapat nilai yang tinggi pada setiap aspek tata

kelola dari nilai yang diharapkan.

Namun hal itu berbanding kebalik dengan penilaian aspek

pembangunan berkelanjutan yang belum optimal.

Hal ini seperti disampaikan oleh I2:

“Pada aspek pembangunan berkelanjutan memang dalam

pelaksanaan program gerbang mapan di Desa Muara memperhatikan

elemen-elemen masih rendah pada program yang kami laksanakan

ketahanan pangan dan peningkatan mata pencaharian masih dirasa

belum optimal dikarenakan masih kurangnya peralatan yang digunakan

pada pertambakan bandeng, selain itu pengelolaan sumber daya air

masih ada kekurangan pada embung air soal lahan dan pengelolaan

kerusakan akibat alam atau manusia masih adanya penambangan pasir

liar yang dapat merusak ekosistem pesisir.”

Page 206: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

187

Gambar 4.7

Presentase Penilaian Aspek Pembangunan Berkelanjutan Pengelolaan

Wilayah Pesisir di Desa Muara.

(Sumber: Dinas Perikanan, 2017).

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masih

banyaknya kekurangan dalam pelaksanaan aspek pembangunan

berkelanjutan di Desa Muara sehingga dirasa belum optimal.

Dari hasil wawancara dengan I2 bahwa adanya penambangan

secara liar yang dapat berdampak buruk bagi keberlangsungan

kehidupan sumber daya hayati yang ada dilaut kedepannya.

Hal ini disampaikan oleh I3:

“Menurut informasi masyarakat banyak yang mengambil pasir

laut dengan menggunakan kapal kecil melalui Kali Kramat ke tempat

yang sudah ditentukan didarat dan depan pantai dimana alur pelayaran

kapal melalui daerah aliran sungai cisadane yang berada diwilayah

Page 207: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

188

Desa Tanjung Burung. Kapal yang beroperasi sekitar 20 kapal dengan

setiap kapal mengangkut pasir hingga lima kali.”

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya

penambangan pasir secara liar yang dapat membuat dampak buruk bagi

kehidupan hayati yang ada di laut Desa Muara dan dapat bertambahnya

abrasi.

Tabel 4.12

Jumlah Panjang Abrasi Pantai di Kecamatan Teluk Naga

Tahun 2015

Desa Panjang Garis

Pantai (Km)

Panjang

Abrasi (Km)

Muara 5 3

Tanjung Burung 4 3

Tanjung Pasir 5 1,0

Total 14 7,0

(Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, 2016)

Tidak adanya sanksi yang diberikan kepada penyimpangan dalam

pengelolaan wilayah pesisir termasuk penambangan secara liar.

Hal ini seperti disampaikan oleh I3:

“Itu salah satu kelemahan kami memang tidak adanya sanksi

paling berupa teguran saja.”

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan tidak adanya sanksi

tegas oleh pemerintah daerah terkait penambangan liar tersebut.

Hal ini juga disampaikan oleh I2:

Page 208: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

189

“Memang tidak adanya sanksi paling kalau kami sana kami tegur

saja. Yang rugi kan sebenarnya mereka yak arena wilayah mereka yang

rusak”

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan hanya teguran

apabila berada didesa yang dilakukan untuk mengatasi penambangan liar

tersebut.

4.4 Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas tentang fokus penelitian

dimana berdasarkan teori pengelolaan secara terpadu menurut Dahuri (2008:12)

bahwa suatu pengelolaan terdari dari 4 (empat) tahap utama yaitu perencanaan

pengelolaan wilayah pesisir Desa Muara, pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir

Desa Muara, pengawasan pengelolaan wilayah pesisir Desa Muara dan evaluasi

pengelolaan wilayah pesisir Desa Muara.

Pada perencanaan pengelolaan wilayah pesisir Desa Muara dalam

program pembangunan masyarakat pantai tujuannya adalah mempercepat

penyediaan infrastruktur dasar, pengembangan perekonomian masyarakat, dan

memberdayakan masyarakat di wilayah pesisir dengan harapan akhir dari

Program Gerbang Mapan ini yaitu dapat terwujudnya pembangunan wilayah

desa pesisir secara terpadu (integrated coastal village zone management)

dengan memperkuat pembangunan infrastruktur, perekonomian dan

pemberdayaan masyarakat di desa-desa pesisir Kabupaten Tangerang secara

Page 209: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

190

optimal dan berkelanjutan dengan melakukan survey lapangan untuk melihat

kondisi fisik, sumber daya alam dan lingkungan desa. Pada program Gerbang

Mapan diatasi dengan tersedianya infrastruktur dasar masyarakat desa pesisir

yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut,

peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat secara signifikan di desa,

efektifnya program pemberdayaan masyarakat di desa pesisir agar masyarakat

sendiri dapat melakukan perlindungan dari kesadaran menjaga ekosistem

pesisir.

Dalam menetapkan strategi untuk mencapai tujuan dari pengelolaan

wilayah pesisir dalam program Gerbang Mapan adalah dengan mengikuti alur

kerangka kerja (framework) pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dari

Partnership for Environmental Management South East Sea (PEMSEA) yang

dikenal dengan ICM SYSTEM. Enam tahapan siklus ICM dirahkan untuk

mencapai 4 (empat) performance indikator yang ingin dicapai, meliputi : (1)

efisiensi ekonomi (menguntungkan dan dapat menciptakan pertumbuhan

ekonomi), (2) keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam pembangunan, (3)

terpeliharanya kelestarian SDA sehingga daya dukung lingkungan laut menjadi

optimal dan (4) design by nature.

Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara (Studi Kasus

Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten Tangerang

Tahun 2015-2016) sudah maksimal. Dikatakan sudah maksimal dikarenakan

perencanaan pada program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa

Page 210: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

191

Muara melakukan survey lapangan untuk melihat kondisi fisik, sumber daya

alam dan lingkungan yang dimiliki desa sehingga perencanaan yang dibuat

adalah perencanaan yang dibutuhkan untuk kepentingan masyarakat Desa

Muara dan adanya transparansi yang dilakukan yakni melalui kepala desa dan

terdapat dalam media cetak sehingga masyarakat.

Selanjutnya, pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir Desa Muara masih

belum optimal.Kurangnya koordinasi antar organisasi perangkat daerah yaitu

dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang

mengakibatkan kemunduran waktu dan menumpuknya biaya dikarenakan tidak

dapat fokus dalam 1 (satu) program sehingga masih banyaknya yang belum

terlaksana. Kurangnya koordinasi dengan masyarakat yang mengakibatkan

hambatan dalam distribusi bantuan karena tidak dilakukan sosialisasi terlebih

dahulu sehingga masyarakat memiliki rasa curiga. Dan yang telah terlaksananya

program masih banyaknya kekurangan yang harus diperbaiki sehingga masyarakat

belum dapat merasakan dengan optimal.

Selanjutnya, pengawasan pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara

adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang

dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang

telah ditetapkan. Dalam pengawasan pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara

dilibatkannya masyarakat dalam pengawasan yaitu terbentuknya kelompok

masyarakat namun dalam pengawasan pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara

program gerakan pembangunan masyarakat pantai masih belum optimal,

Page 211: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

192

dikarenakan tidak adanya pengawasan secara continue yang dilakukan sehingga

yang dilaporkan kelompok masyarakat tidak adanya keberlanjutannya.

Evaluasi yang digunakan adalah acuan yang menggunakan aspek tata

kelola yang terdiri dari 6 elemen dan aspek pembangunan berkelanjutan yang

terdiri dari 5 elemen sehingga program gerakan pembangunan masyarakat

pantai dapat dikatakan berhasil apabila 11 (sebelas) elemen tersebut terlaksana.

Pada aspek tata kelola sudah optimal dari kebijakan, strategi, rencana,

aransemen kelembagaan,legislasi,mekanisme pembiayaan tidak ada hambatan

yang sulit pada perencanaan di Desa Muara dari menganalisis masalah desa

dengan melakukan survey lapangan sampai pembuatan perencanaan. Kesulitan

hanya dalam informasi dan penyadaran publik untuk masyarakat Desa Muara

disebabkan untuk mengubah pola pikir manusia memang tidak mudah. Hal ini

berbeda pada aspek pembangunan berkelanjutan memang dalam pelaksanaan

program gerbang mapan di Desa Muara memperhatikan elemen-elemen masih

rendah pada program yang dilaksanakan ketahanan pangan dan peningkatan

mata pencaharian masih dirasa belum optimal dikarenakan masih kurangnya

peralatan yang digunakan pada pertambakan bandeng, selain itu pengelolaan

sumber daya air masih ada kekurangan pada embung air soal lahan dan

pengelolaan kerusakan akibat alam atau manusia masih adanya penambangan

pasir liar yang dapat merusak ekosistem pesisir.

Page 212: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

193

Tabel 4.13

Temuan Lapangan

No. Indikator Temuan

1 Perencanaan 1. Berdasarkan keterangan dari Dinas Perikanan

bahwa dalam pembuatan perencanaan

pengelolaan wilayah pesisir melibatkan

beberapa organisasi perangkat daerah yaitu

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

Kabupaten Tangerang, Kepala seksi

perencanaan Dinas Tata Ruang dan Bangunan

Kabupaten Tangerang.

2. Perencanaan program gerakan pembangunan

masyarakat pantai berorientasi pada

kepentingan masyarakat desa dikarenakan

dilakukannya survey lapangan untuk

mengetahui kondisi fisik, sumber daya alam,

dan potensi yang dimiliki desa.

3. Dalam Gerbang Mapan didesain mengikuti

alur kerangka kerja (framework) pembangunan

berkelanjutan di wilayah pesisir dari

Partnership for Environmental Management

South East Sea (PEMSEA) yang dikenal

dengan ICM SYSTEM yang terdapat pada 2

hal yaitu aspek tata kelola dan aspek

implementasi skema pembangunan.

4. Terdapat transparansi pada perencanaaan yaitu

melalui kepala desa dan kelompok masyarakat

yang dianggap sudah mewakili masyarakat

satu desa.

2 Pelaksanaan 1. Dalam Keputusan Bupati Nomor 902/Kep.172-

Huk/2017 tentang pembentukan tim kerja

pegawai Negeri Sipil pada Kegiatan

Pembangunan Kawasan Budidaya dari

Page 213: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

194

organisasi perangkat daerah terdapat Dinas

Perikanan, Bidang Perencanaan Ekonomi pada

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Tangerang, Bidang Konservasi pada

Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan

Kabupaten Tangerang, Kepala Seksi

Perencanaan Tata Ruang pada Dinas Tata

Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang

tapi dalam pengelolaan Desa Muara yang punya

pengaruh besar adalah masyarakat desanya

karena mereka yang berada di desa tersebut dan

yang mengelolanya.

2. Kurangnya koordinasi dengan Dinas

Lingkungan Hidup dan Kebersihan dikarenakan

pekerjaan/ program yang dimiliki yang

mengakibatkan mundurnya waktu dan

menumpuknya biaya.

3. Minimnya sosialisasi, penyuluhan sehingga

masyarakat memiliki sifat curiga yang berakibat

menghambatnya distribusi bantuan

4. Bantuan yang telah diberikan adalah pengadaan

air bersih, pelatihan dan penanaman ekosistem

mangrove, pengembangan budidaya bandeng,

Page 214: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

195

sarana pengolahan sampah, pelatihan Integrated

Coastal Management, pengadaan reverse

osmosis, pengadaan filter air, penyuluhan dalam

bidang hybrid engineering, pelatihan state of

coast tetapi masih adanya kekurangan dalam

pelaksanaan program sehingga tidak optimal.

5. Pengembangan potensi yang ada dalam

peningkatan perekonomian gerakan

pembangunan masyarakat pantai di Desa Muara

dilaksanakan pengembangan bandeng untuk

meningkatkan kualitas bandeng Muara namun

kurangnya peralatan, pangan bandeng yang

belum sesuai program pemberian pangan dan

kondisi perairan yang mengakibatkan

masyarakat kembali menjadikan tambak

bandeng sebagai pusat pariwisata,

6. Koordinasi yang dilakukan antara pemerintah

dengan masyarakat Desa Muara hanya melalui

perantara kepala desa dan kelompok

masyarakat.

7. Adanya transparansi dalam pelaksanaan

program gerakan pembangunan masyarakat

pantai di Desa Muara dengan adanya spanduk

Page 215: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

196

pemberitahuan sedang berlangsungnya program

gerakan pembangunan masyarakat pantai Desa

Muara sehingga masyarakat dapat mengetahui

pelaksanaan kegiatan tersebut.

3 Pengawasan 1. Dilibatkannya masyarakat dalam

pengawasan yaitu kelompok masyarakat

Desa Muara yang terdiri dari kelompok

masyarakat mangrove, kelompok

masyarakat tambak dan kelompok

masyarakat nelayan tangkap.

2. Tidak adanya pengawasan secara

berkelanjutan sehingga masalah pada

pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir di

Desa Muara tidak dapat diselesaikan.

4 Evaluasi 1. Tidak adanya sanksi yang diberikan kepada

penyimpangan dalam pengelolaan wilayah

pesisir di Desa Muara yaitu adanya

penambangan pasir liar yang dapat

merusak ekosistem pesisir Desa Muara.

2. Acuan yang digunakan adalah aspek tata

kelola terdiri dari 6 elemen dasar yaitu

kebijakan, strategi, aransemen

kelembagaan, legislasi, informasi dan

Page 216: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

197

penyadaran publik, pendanaan yang

berkelanjutan, pengembangan kapasitas

dan pengelolaan sudah baik. Lalu aspek

pembangunan berkelanjutan yaitu

perlindungan dan pengelolaan kerusakan

sumberdaya alam dan buatan, perlindungan

pemulihan dan pengelolaan habitat,

ketahanan pangan dan manajemen mata

pencaharian, pengurangan solusi dan

pengelolaan limbah masih dirasa belum

optimal dikarenakan masih kurangnya

peralatan yang digunakan pada

pertambakan bandeng, pengelolaan sumber

daya air masih ada kekurangan pada

embung air permasalahan lahan dan

pengelolaan kerusakan akibat alam atau

manusia masih adanya penambangan pasir

liar yang dapat merusak ekosistem pesisir.

Page 217: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

197

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga

Kabupaten Tangerang dalam studi kasus Program Gerakan Pembangunan

Masyarakat Pantai Tahun 2015-2016 sebagai mempercepat pertumbuhan

infrastruktur masyarakat pantai yang terdapat diwilayah pantai utara Kabupaten

Tangerang difokuskan pada pengembangan ekonomi masyarakat yang didukung

infrastruktur dasar yang memadai dan dikuatkan untuk melalui pemberdayaan

masyarakat desa belum optimal dan masih perlu pembenahan dalam beberapa

aspek. Hasil analisis pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk

Naga Kabupaten Tangerang dalam studi kasus Program Gerakan Pembangunan

Masyarakat Pantai Tahun 2015-2016 sebagai berikut:

Pertama, kurang terjalinnya koordinasi antar organisasi perangkat daerah

terkait yaitu dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten

Tangerang yang menyebabkan mundurnya kegiatan. Kedua, rendahnya kualitas

sumber daya manusia di Desa Muara dengan latar belakang pendidikan yang

dimiliki, sehingga tidak dapat mengelola potensi yang ada dengan optimal dan

tidak berkembang serta mengganggunya distribusi bantuan untuk pengelolaan

pesisir yang baik.

Page 218: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

198

Ketiga, minimnya pembinaan berupa penyuluhan dan pelatihan pada Desa

Muara yang berdampak pada rendahnya pengetahuan mengenai pengelolaan

wilayah pesisir dan kegiatan program yang dijalani. Keempat, Tidak adanya

pengawasan secara lanjut yang dapat menyelesaikan masalah pada pelaksanaan

pengelolaan. Kelima, tidak adanya sanksi dari pemerintah dengan adanya

penambangan pasir liar yang dapat semakin bertambahnya abrasi pada Desa

Muara.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang peneliti ajukan berupa

rekomendasi yaitu:

1. Ditingkatkan jalinnya koordinasi antar organisasi perangkat daerah terkait

yaitu dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten

Tangerang dengan adanya pembagian tugas dalam pelaksanaan program

gerakan pembangunan masyarakat pantai agar Dinas Lingkungan Hidup

dan Kebersihan Kabupaten Tangerang dalam pelaksanaan program ini

tidak terlalu banyak memegang pekerjaan sehingga dapat fokus dan

bertanggung jawab atas tugas yang diberikan yang diharapkan dapat

membagi dalam pelaksanaan program gerakan pembangunan masyarakat

pantai dan pelaksanaan pekerjaannya.

2. Ditingkatkannya kualitas sumber daya manusia di Desa Muara dengan

ditambahkannya penyuluhan, pelatihan, dan sosialisasi di Desa Muara

untuk masyarakat Desa Muara baik sebelum pelaksanaan program gerakan

Page 219: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

199

pembangunan masyarakat pantai atau terkait dalam keberlangsungan

hidup agar masyarakat dapat memahami mengenai bantuan yang diberikan

agar dapat digunakan dengan maksimal dan masyarakat dapat melindungi,

menjaga wilayahnya.

3. Ditingkatkannya pembinaan berupa penyuluhan dan pelatihan pada Desa

Muara agar masyarakat memiliki pengetahuan yang lebih mengenai

pengelolaan wilayah pesisir dan kegiatan program yang dijalani.

4. Diadakannya pengawasan secara lanjut untuk menyelesaikan

permasalahan yang terdapat pada pelaksanaan di program gerakan

pembangunan masyarakat pantai agar dalam pelaksanaan program gerakan

pembangunan masyarakat pantai di Desa Muara dapat dirasakan dengan

optimal.

5. Diadakannya sanksi yang tegas untuk penambangan pasir liar di Desa

Muara agar tidak ada lagi yang merusak ekosistem pesisir Muara.

Page 220: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Kelautan dan Kewilayahan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Burhan, Bungin. 2009. Analisis Penelitian Data Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo.

Daft, Richard L. 2002. Manajemen Edisi Kelima Jilid Satu. Jakarta: Erlangga.

Dahuri, Rokhmin. 2008. Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara

Terpadu. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Darajati. 2004. Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu

dan Berkelanjutan. Makalah Sosialisasi Nasional MFCDP. Jakarta:

BAPPENAS.

Fayol, Henry. Industri dan Manajemen Umum, Terjemahan Winardi. London: Sir

Issac and Son, 1985

Handayaningrat, Soewarno. 2001. Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen.

Jakarta: Haji Mas Agung.

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. DIA FISIP Universitas Indonesia.

Milles, Mathew dan Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif ( Buku

Sumber Tentang Metode-Metode Baru ). Jakarta: UI Press.

Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Mulyadi. 2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nugroho,Riant. 2003. Kebijakan Publik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Page 221: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

198

Purba, Jhonny. 2005. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta. Yayasan Obor

Indonesia

Sara, La. 2014. Pengelolaan Wilayah Pesisir. Bandung. Penerbit Alfabeta

Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian

Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya. Bandung. PT

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung:

Alfabeta.

Terry, George R. dan Rue, Leslie W. 2005. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta.

Bumi Aksara

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady. 2006. Metodelogi Penelitian Sosial.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber Lain:

Laksana, Irna Widya. 2011.Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten

Tangerang. Serang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Permita, Ratih. 2014. Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan

Tirtayasa Kabupaten Serang. Serang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik

Sapei, Abdulah. 2015. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pengembangan

Desa Pesisir Tangguh di Kecamatan Teluk Naga. Serang: Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik

bantenprov.go.id ( diakses pada tanggal 04 oktober 2016 ).

Page 222: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

199

Mukhtar. 2013. http:// mukhtar-api.blogspot.com/2013/01/pentingnya-

pengelolaan-tata-ruang.html?m=1 ( diakses pada tanggal 04 oktober 2016

).

www.oseonografi.lipi.go.id ( diakses pada tanggal 04 oktober 2016 ).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 23 Tahun 2016 tentang

Perencanaan Pengelolan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018.

Roadmap Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten

Tangerang tahun 2013-2018

Page 223: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

LAMPIRAN

Page 224: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

DOKUMENTASI

Wawancara dengan Kepala Sub Bidang Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan

Masyarakat Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang.

Wawancara dengan Kepala Bidang Pengembangan dan Kelembagaan Perikanan

Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang.

Page 225: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

Wawancara dengan Pelaksana Bidang Pengembangan dan Kelembagaan

Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang.

Wawancara dengan Kepala Seksi Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan Bangunan

Kabupaten Tangerang.

Page 226: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 227: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

KepalaSeksi Konservasi Rehabilitasi Lahan Kritis dan Keanekaragaman Hayati

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang

Wawancara dengan Kepala Desa Muara

Page 228: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

Wawancara dengan Relawan Pesisir Mengajar Desa Muara

Wawancara dengan Ketua Kelompok Masyarakat Mangrove Desa Muara.

Wawancara dengan Kelompok Masyarakat Tambak Desa Muara

Page 229: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

Pengadaan dua filter air di Desa Muara

Page 230: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

Pesisir Mengajar di Desa Muara

Page 231: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

Pembuatan sarana air bersih komunal di Desa Muara

Penanaman mangrove di Desa Muara

Page 232: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

Pelatihan Ekosistem Mangrove Di Desa Muara

Pendampingan penanaman mangrove di Desa Muara

Page 233: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 234: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 235: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 236: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 237: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 238: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 239: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 240: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 241: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 242: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 243: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 244: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 245: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 246: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 247: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 248: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 249: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 250: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 251: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 252: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 253: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 254: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 255: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 256: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 257: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 258: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 259: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 260: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 261: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 262: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 263: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 264: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 265: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 266: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 267: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 268: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 269: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 270: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 271: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 272: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 273: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 274: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 275: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

Page 276: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 277: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 278: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 279: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 280: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 281: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 282: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 283: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 284: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 285: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

Matriks Hasil Wawancara Sesudah Reduksi Data

1. Perencanaan/ Planning.

I/Q Apakah tujuan dalam pengelolaan wilayah pesisir program gerakan

pembangunan masyarakat pantai?

I1

Gerbang mapan ini ialah untuk masyarakat pantai dengan mendapatkan

pemberdayaan baik untuk perekonomiannya maupun sarana prasarana dan

memang salah satunya Desa Muara yang dipilih yang berada di Kecamatan

Teluk Naga dalam program pembangunan masyarakat pantai ini.

I2

Tujuannya untuk mempercepat pertumbuhan infrastruktur masyarakat pantai

yang terdapat diwilayah pesisir termasuk Desa Muara. Program GERBANG

MAPAN ini memang dari permasalahan dan isu yang kami lakukan survey

lapangan salah satunya Desa Muara dengan kami melihat dari kondisi fisik,

sumber daya alam dan lingkungan desa. Gerbang Mapan memang difokuskan

pada pengembangan ekonomi masyarakat yang didukung infrastruktur dasar

yang memadai yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan sumber daya pesisir

dan laut, dikuatkan melalui pemberdayaan masyarakat desa agar dapat

melakukan perlindungan, dengan dari kesadaran masyarakat pesisir itu sendiri

yang harus menjaga ekosistem pesisir.

I3

Program Gerbang Mapan merupakan salah satu program unggulan dari Bupati

Tangerang untuk mengatasi permasalahan dan isu di wilayah pesisir termasuk

Desa Muara dengan tujuan mempercepat penyediaan infrastruktur dasar,

pengembangan perekonomian masyarakat, dan memberdayakan masyarakat di

wilayah pesisir.

I4

Program Gerbang Mapan adalah program unggulan Bupati Tangerang yang

ditujukan untuk wilayah desa pesisir dan masyarakat pantai Kabupaten

Tangerang salah satunya memang di Desa Muara pada Kecamatan Teluk Naga

untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pada desa pesisir dengan

mengadakan infrastruktur, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat.

Page 286: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

I/Q Apa strategi dalam mencapai tujuan dari pengelolaan wilayah pesisir program

gerakan pembangunan masyarakat pantai

I1

Dalam Gerbang Mapan didesain mengikuti alur kerangka kerja (framework)

pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dari Partnership for Environmental

Management South East Sea (PEMSEA) yang dikenal dengan ICM SYSTEM untuk

mempercepat pertumbuhan infrastruktur masyarakat pantai yang terdapat diwilayah

pantai utara kabupaten tangerang yang difokuskan pada pengembangan ekonomi

masyarakat yang didukung infrastruktur dasar memadai dan dikuatkan untuk melalui

pemberdayaan masyarakat desa.

I2

Agar implementasi Program Gerbang Mapang dapat berkelanjutan, Program Gerbang

Mapan juga mengikuti skema siklus ICM. Enam tahapan siklus ICM dirahkan untuk

mencapai 4 (empat) performance indikator yang ingin dicapai, meliputi efisiensi

ekonomi (menguntungkan dan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi),

keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam pembangunan, terpeliharanya kelestarian

SDA sehingga daya dukung lingkungan laut menjadi optimal dan design by nature.

I3

Dalam Gerbang Mapan didesain mengikuti alur kerangka kerja (framework)

pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dari Partnership for Environmental

Management South East Sea (PEMSEA) yang dikenal dengan ICM SYSTEM yang

terdapat pada 2 hal yaitu aspek tata kelola dan aspek implementasi skema

pembangunan. Kerangka kerja pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dan laut

adalah sebuah framework komprehensif yang mengacu kepada skema yang

dikembangkan Partnership for Environmental Management in The Seas of East Asia

(PEMSEA) tahun 2003, dimana frameworknya merupakan elemen yang terdiri dari 3

aspek, yaitu Aspek Tata Kelola. Aspek ini terdiri dari 6 elemen dasar yaitu Kebijakan

,strategi dan perencanaan aransemen kelembagaan, legislasi, informasi dan Penyadaran

public, Mekanisme pendanaan yang berkelanjutan dan pengembangan kapasitas dan

pengelolaan. Yang kedua yaitu aspek pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari 5

prinsip dasar, yaitu perlindungan dan pengelolaan kerusakan sumberdaya alam dan

buatan perlindungan, pemulihan dan pengelolaan habitat, pemanfaatan dan penyediaan

sumberdaya air, ketahanan pangan dan manajemen mata pencaharian, pengurangan

polusi dan pengelolaan liimbah. Aspek-aspek tersebut diacu menjadi pra-syarat dasar

dalam pelaksanaan Gerbang Mapan, sehingga Gerbang Mapan akan berhasil jika telah

menyelesaikan 11 elemen tersebut. Dengan harapan akhir dari Program Gerbang

Mapan ini yaitu dapat terwujudnya pembangunan wilayah desa pesisir secara terpadu

dengan memperkuat pembangunan infrastruktur, perekonomian dan pemberdayaan

masyarakat di desa-desa pesisir Kabupaten Tangerang secara optimal dan berkelanjutan

termasuk Desa Muara.

Page 287: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

I/Q Sasaran dalam pengelolaan wilayah pesisir program gerakan pembangunan

masyarakat pantai

I4

Ya saya tau dalam strategi yang digunakan dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai ini adalah Integrated Coastal yaitu dari Partnership for

Environmental Management South East Sea (PEMSEA) yang terdapat pada 2 hal yaitu

aspek tata kelola dan aspek implementasi skema pembangunan.

I1 Sasaran tentunya masyarakat pesisir yang berada di Kabupaten Tangerang salah

satunya Desa Muara

I2

Sasaran tentunya untuk masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang sendiri termasuk

Desa Muara karena kami melakukan pembangunan infrastruktur dasar, membantu

perekonomian dan melakukan pemberdayaan masyarakat untuk kemajuan wilayah

pesisir Kabupaten Tangerang.

I3

Sasaran bantuan untuk masyarakat Desa Muara sendiri diberikannya juga penyuluhan

dan pelatihan agar mereka dapat memahami bantuan yang diberikan selanjutnya

program pelatihan Integrated Coastal Management ditujukan untuk perangkat desa agar

dapat membina masyarakat lebih baik mengenai pengelolaan wilayah pesisir di desa.

I4

Sasaran itu sendiri untuk masyarakat Desa Muara ya mba karena pembantuan

infrastruktur dasar, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat untuk masyarakat

Muara sendiri.

I/Q Pihak terkait dalam pengelolaan wilayah pesisir program gerakan pembangunan

masyarakat pantai

I1

Kalau kita BAPEDA di perencanaan sebatas sebagai koordinator pihak mana yang

terlibat, BAPEDA koordinasikan dan BAPEDA terkait penganggaran. Penganggaran

juga kita sesuai roadmapnya apa yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan,

mengerjakan apa, siapa dan mengerjakan apa kita usulkan ke Tim Anggaran

Pemerintah Daerah sejauh mana penganggarannya, BAPEDA kan termasuk dalam Tim

Anggaran Pemerintah Daerah jadi menentukan penganggarannya. Perencanaan ada di

Dinas Perikanan, kita hanya menginput, menghimbau bahwa program ini memang

terintegrasi, terintegrasi artinya dikerjakan bareng-bareng.

I2

Pada perencanaan program Gerbang Mapan kami melibatkan seksi perencanaan tata

ruang untuk mengetahui keadaan dari ruang wilayah desa pesisir kabupaten tangerang

sendiri salah satunya Desa Muara jadi apa yang kami lakukan memang sesuai ruang

wilayahnya dan pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten

Tangerang.

Page 288: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

I/Q Pihak terkait dalam pengelolaan wilayah pesisir program gerakan pembangunan

masyarakat pantai

I3

Pada perencanaan program Gerbang Mapan seksi perencanaan tata ruang untuk mengetahui keadaan dari ruang wilayah desa pesisir kabupaten tangerang sendiri salah

satunya Desa Muara jadi apa yang kami lakukan memang sesuai ruang wilayahnya dan

pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang karena

termasuk dalam Tim Anggaran Pemerintah Daerah.

I4

Saya ikut dalam Gerbang Mapan pada di perencanaan biasanya mengenai ruangnya.

Dimana tempat yang bisa ditanam mangrove, ruang yang boleh untuk pemukiman dan

pembangunan lainnya agar memang sesuai ruangnya. Pada Desa Muara kan di Gerbang

Mapan salah satunya menyelenggarakan konservasi mangrove di kami kaitannya itu

bener ga disini titiknya, datarannya apa? jadi kami hanya kesesuaian pada ruangnya

saja sesuai di rencana ruang dan wilayah gitu mba.

I/Q Perencanaan dan pengelolaan sumber daya pesisir berdasarkan kepentingan

masyarakat

I1

Ya tentu kepentingan masyarakat karena sebelumnya dilakukan survey lapangan

memang untuk melihat kondisi langsung dari kondisi fisik,sumber daya alam dan

lingkungan yang ada di desa jadi apa yang dibutuhkan desa, masyarakat dianalisis dan

dibuat perencanaan.

I2

Kita menyusun perencanaan dari semua desa pesisir pantai di Kabupaten Tangerang

salah satunya Desa Muara, kita jabarkan setiap desa itu kebutuhannya apa? 5 tahun

yang akan datang apa saja yang harus dibangun, apa saja yang dibutuhkan di desa kalau

Muara ya Muara gitu.

I3

Dalam perencanaan pembuatan program Gerbang Mapan sudah pasti kita sesuai

kebutuhan masyarakat karena kan kita mengunjungi desa-desa sasaran salah satunya

Desa Muara di Kecamatan Teluk Naga setelah itu kami melakukan survey lapangan

mengenai kondisi fisik,sumber daya alam dan lingkungan yang ada di desa,

mengumpulkan data sosial ekonomi masyarakat, melakukan wawancara dengan aparat

pemerintahan desa dan kecamatan serta dengan masyarakat desa dari situ baru kami

analisis dari data yang kami peroleh untuk dibuatnya pada perencanaan

I4

Ya mba sudah pasti berdasarkan kepentingan masyarakat karena kan sebelumnya

dilakukan survey lapangan untuk mengetahui permasalahan yang berada di desa.

Page 289: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

I/Q Keterpaduan perencanaan dari berbagai sektor

I1

Memang pada program gerakan pembangunan masyarakat pantai ini ada beberapa

organisasi perangkat daerah yang terlibat bukan hanya bapeda atau dinas perikanan

saja tapi ada tata ruang yang melokasikan ruang yang boleh tidaknya untuk

pembangunan pada di desa muara tersebut lalu ada dinas lingkungan hidup dan

kebersihan kan ada aspek sosial, ekonomi, lingkungan dapat terpenuhi jadi ya harus

terpadu lalu apa yang dibutuhkan masyarakat desa dilakukannya sosialisasi agar apa

yang direncanakan memang kebutuhan mereka dan buat pengelolaan pesisir menjadi

lebih baik.

I2

Dalam pembuatan perencanaan kami melakukan survey lapangan untuk mengetahui

apa saja yang dibutuhkan desa dan masyarakat desa nah kami kan dari perikanan tidak

mengetahui mengenai kebersihan, lingkungan, dan sebagainya harus sesuai juga

dengan rencana tata ruang dan wilayah jadi program ini berkoordinasi dengan dinas

lain jadi memang harus adanya keterpaduan dengan semua pihak.

I3

Dalam perencanaan ada Dinas Tata Ruang, BAPEDA dimana butuhnya keterpaduan

seperti tata ruang untuk mengetahui ruang wilayah Desa Muara, BAPEDA sebagai

coordinator dan untuk masalah penganggaran karena termasuk kedalam Tim Anggaran

Pemerintah Daerah jadi apa yang kami rencanakan, yang akan dilaksanakan memang

disetujui oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah.

I4

Terpadu, karena dengan kami saja kaitannya mengenai ruang yang akan dilaksanakan

kegiatan agar memang sesuai dengan RTRW yang telah ada.

I/Q Transparansi terhadap perencanaan pengelolaan wilayah pesisir program

gerakan pembangunan masyarakat pantai

I1

Untuk transparansi paling hanya melalui kepala desa mengenai perencanaan yang telah

dibuat yang akan dilaksanakan di Desa

I2

Saat kami melakukan survey lapangan sudah diwakili oleh kepala desa dan kelompok

masyarakat yang berada didesa untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan masyarakat

itu mba sebelum kami akan melaksanakan program juga kami mengundang kepala

desanya terlebih dahulu karena tidak mungkin ya mbak kalau harus menemui

masyarakat satu persatu gitu jadi kami melalui kepala desa sih transparansi

perencanaannya.

I3

Untuk perencanaan sendiri dalam program ini transparansi melalui kepala desa dan

beberapa ada di media kabar cetak seperti koran kabupaten tangerang ya sehingga

masyarakat pesisir termasuk muara dapat mengetahui dan membaca info tersebut.

I4

Kalau transaparansi pasti dari kepala desa dan kelompok masyarakat yang di Muara ya

mba sebagai perwakilan masyarakat 1 desa.

Page 290: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

I/Q Hambatan yang dialami dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir program

gerakan pembangunan masyarakat pantai

I1

Hambatan paling kalau dari kami tim anggaran pemerintah daerah sering kali

dihadapkan skala prioritas, lalu keterbatasan anggaran APBD 5 triliun tapi

kenyataannya tidak bebas kami menentukan, dari pusat sudah ada pos jadi kami hanya

mengandalkan dari PAD sebesar 1,7 triliun.

I2

Kalau hambatan selama ini tidak ada sih dari 2015-2016 dari kita jabarkan perencanaan

apabila BAPEDA oke yasudah kami jalankan.

I3

Tidak ada hambatan karena dalam perencanaan dibantu dengan baik oleh dinas tata

ruang lalu BAPEDA.

I4

Hambatan di kami tidak ada sih mbak karena ruang yang diberikan untuk pelaksanaan

program Gerbang Mapan memang sesuai dengan keadaan RTRW di Muara dimana

dapat letak mangrove, permukiman/ bangunan itu saja sih mbak kalau dari tata ruang.

2. Pelaksanaan/ Implementasi.

I/Q Pihak yang bertanggung jawab dalam mengelola wilayah pesisir

I2

Dalam Keputusan Bupati Nomor 902/Kep.172-Huk/2017 tentang pembentukan tim

kerja pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan Pembangunan Kawasan Budidaya itu

dibentuk organisasi perangkat daerah yang memang menangani namun untuk

pengelolaan berada di desa sendiri ya masyarakat desanya karena mereka yang berada

di desa tersebut dan yang mengelolanya.

I3

Dalam Keputusan Bupati Nomor 902/Kep.172-Huk/2017 tentang pembentukan tim

kerja pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan Pembangunan Kawasan Budidaya memang

pihak dari organisasi perangkat daerah ada dari Dinas Perikanan sendiri, Bidang

Perencanaan Ekonomi pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten

Tangerang, Bidang Konservasi pada Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan

Kabupaten Tangerang. Kepala Seksi Perencanaan Tata Ruang pada Dinas Tata Ruang

dan Bangunan Kabupaten Tangerang sudah siap sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan sosial budaya masyarakat pesisir di

daerah selain itu tentunya kesiapan dari pihak desa dan masyarakat desa sendiri yang

terlibat dalam pengelolaan wilayah mereka untuk dari itu kami membuat pemberdayaan

masyarakat agar mereka memahami dan mengetahui apa saja yang dapat merusak

wilayahnya yang tidak boleh dilakukan dan penanggulangannya.

I5

Dalam Keputusan Bupati Nomor 902/Kep.172-Huk/2017 pembentukan tim kerja

pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan Pembangunan Kawasan Budidaya pihak dari

organisasi perangkat daerah ada dari Dinas Perikanan, Bidang Perencanaan Ekonomi

pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang, Bidang

Konservasi pada Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang.

Page 291: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

I/Q Pihak yang bertanggung jawab dalam mengelola wilayah pesisir

I6

Pemerintah daerah dan masyarakat Desa Muara karena memang apabila masyarakat

mengelola sendiri tanpa pemerintah tentu tidak akan bisa dari segi pengetahuan

pengelolaan, materi untuk pengelolaan dan apabila pemerintah telah memberikan

bantuan namun masyarakat tidak dapat mengelola juga percuma jadi ya harus

berdampingan.

I8 Ya masyarakat desa tapi masyarakat desa juga kan banyak keterbatasan jadi dapat

didukung oleh pemerintah daerah.

I9 Masyarakat dan pemerintah daerah

I10

Pemerintah dan masyarakat desa Muara mba karena apabila masyarakat sendiri pun

banyak keterbatasan yang dimiliki jadi harus didukung, di dorong oleh pemerintah

daerah.

I/Q Koordinasi dinas-dinas terkait dalam pengelolaan wilayah pesisir

I2

Kalau koordinasi memang jadi hambatan kami ya karena dari setiap organisasi

perangkat daerah mempunyai program unggulan sendiri jadi terhambatnya pelaksanaan

program ini tapi karena program dari organisasi perangkat daerah lain ada yang hampir

sama jadi tidak begitu terlalu sulit.

I3

Bahwa dalam program Gerbang Mapan memang program yang terintegrasi yang

artinya dikerjakan bareng-bareng oleh sebab itu memerlukan koordinasi dan

keterpaduan. Namun untuk mengkoordinasikan semua organisasi pemerintah daerah

terkait memang sangat sulit dikarenakan mereka mempunyai pekerjaan masing-masing

sehingga terjadinya pemunduran kegiatan yang merugikan waktu dan menumpuknya

biaya.

I5

Koordinasi sangat diperlukan agar tidak terjadi tumpang tindih atau ego dari masing-

masing sektoral supaya memang program selesai tepat waktu dan dalam

pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan namun dalam

pelaksanaan kami mengalami hambatan yaitu koordinasi dari semua pelaksana

organisasi perangkat daerah yang terlibat. Dikarenakan kami juga mempunyai program

unggulan yang memang harus kami kerjakan. Selain itu hambatan kami ialah pada

masyarakat Desa Muara itu sendiri masih memiliki sifat curiga sehingga distribusi

bantuan pun terhambat. Rendahnya sumber daya manusia pun pada Desa Muara

berpengaruh dalam mencerna bantuan atau penyuluhan yang telah kami berikan.

Page 292: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

I/Q Bantuan yang diberikan untuk masyarakat Desa Muara

I2

Bantuan yang telah diberikan pada program ini untuk Desa Muara adalah infrastruktur

berupa penyuluhan dalam bidang hybrid engineering, pusat restorasi dan pembelajaran

mangrove lalu terdapat jasa konsultasi feasibility study embung dan pengadaan air

bersih sebanyak 2 (dua unit). Untuk pemberdayaan masyarakat kami membentuk tiga

kelompok pelestari mangrove pada bulan agustus-september 2015 dengan pelatihan

ekosistem mangrove, tata cara dan prosedur pelaksanaan rehabilitasi mulai dari

penyiapan, pembibitan, pencarian benih, pembibitan, pemilihan lokasi, penanaman serta

pemeliharaan juga kami ada pengadaan sarana pengolahan sampah sebanyak 50 (lima

puluh) tabung komposter dan 1 (satu) paket bak sampah. Untuk laporan penguatan

ekonomi kami melakukan pengembangan budidaya bandeng. Pada tahun 2016 kami

mengadakan pelatihan Integrated Coastal Management (ICM), pelatihan State Of Coast

(SOC) dan kami memberikan pengadaan reverse osmosis sebanyak 1 (satu) yang dapat

banyak kegunaannya salah satunya teknologi untuk pengolahan air minum itu sendiri di

Desa Muara selain itu ada pesisir mengajar juga yang dilaksanakan setiap hari sabtu.

I3

Bantuan yang diberikan untuk Desa Muara penyuluhan dalam bidang hybrid

engineering, pusat restorasi dan pembelajaran mangrove, terdapat jasa konsultasi

feasibility study embung dan pengadaan air bersih sebanyak 2 (dua unit). Untuk

pemberdayaan masyarakat kami membentuk tiga kelompok pelestari mangrove pada

bulan agustus-september 2015 dengan pelatihan ekosistem mangrove, tata cara dan

prosedur pelaksanaan rehabilitasi mulai dari penyiapan, pembibitan, pencarian benih,

pembibitan, pemilihan lokasi, penanaman serta pemeliharaan juga kami ada pengadaan

sarana pengolahan sampah sebanyak 50 (lima puluh) tabung komposter dan 1 (satu)

paket bak sampah. Untuk laporan penguatan ekonomi kami melakukan pengembangan

budidaya bandeng. Pada tahun 2016 kami mengadakan pelatihan Integrated Coastal

Management (ICM), pelatihan State Of Coast (SOC) dan kami memberikan pengadaan

reverse osmosis sebanyak 1 (satu) yang dapat banyak kegunaannya salah satunya

teknologi untuk pengolahan air minum itu sendiri di Desa Muara selain itu ada pesisir

mengajar juga yang dilaksanakan setiap hari sabtu.

I5

Pada tahun 2015 di Desa Muara terdapat pengadaan sarana air bersih komunal sebanyak

2 (dua) unit neng dalam rangka memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat pesisir

karena masalah pada desa pesisir umumnya termasuk Desa Muara memang kesulitan

mendapatkan air bersih lalu pada tahun 2016 pengadaan filter air dan reverse osmosis di

desa muara masing-masing 1 (satu) unit agar kualitas air dapat layak dikonsumsi. Lalu

terdapat pesisir salah satu kegiatan kami dalam pemberdayaan masyarakat yang terdiri

dari penanaman mangrove, mencintai makan ikan. Hal ini perlu ditanam dari jiwa sejak

dini agar mereka sudah mengetahui dan menyukai apa yang ada pada wilayah mereka,

agar mereka dapat menjaga itu.

Page 293: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

I/Q Bantuan yang diberikan untuk masyarakat Desa Muara

I6

Dalam program gerbang mapan terdapat pengadaan sarana air bersih, penanaman

mangrove, pembantuan alat dekomposter untuk pengolahan sampah, pertambakan bandeng

dan pesisir mengajar di SDN 01 Muara namun disini memang hampir tidak ada adanya

sosialisasi,penyuluhan atau pelatihan secara continue seperti sarana dan prasarana yang

telah diberikan pada Desa Muara dalam program Gerbang Mapan menjadi tidak berfungsi

dengan baik dalam pemberian alat dekomposter untuk pengolahan limbah organik tidak

dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Muara dikarenakan faktor minimnya pengetahuan

mengenai bagaimana merakit alat dan mekanisme perkomposannya sehingga alat tersebut

disimpan saja karena memang masyarakat tidak paham.

I7

Dalam program gerbang mapam terdapat pesisir mengajar mba jadwal mengajar dilakukan

seminggu sekali pada setiap sabtu di SDN 01 Muara agar tidak mengganggu pelajaran

mereka saat sekolah. Yang kami ajarkan beberapa materi pelajaran, setiap sebulan sekali

ada kegiatan gemar makan ikan yang dimaksudkan anak-anak pesisir dapat menyukai

makan ikan namun ikan yang dipakai untuk kegiatan tersebut beli catering bukan dari hasil

yang dimiliki pada wilayah tersebut dan setiap tiga bulan dilakukan pengajaran kelapangan

untuk penanaman mangrove yang diharapkan anak-anak dapat menanam, menjaga

mangrove bukan merusak.

I8

Dalam program gerbang mapan terdapat pengadaan sarana air bersih, penanaman

mangrove, pembantuan alat dekomposter untuk pengolahan sampah, pertambakan bandeng

dan pesisir mengajar di SDN 01 Muara

I9

Adanya pengadaan sarana air bersih, penanaman mangrove, pembantuan alat dekomposter

untuk pengolahan sampah, pertambakan bandeng dan pesisir mengajar di SDN 01 Muara.

I10

Dalam program gerbang mapan sudah dilaksanakan pengadaan sarana air bersih,

penanaman mangrove, pembantuan alat dekomposter untuk pengolahan sampah,

pertambakan bandeng dan pesisir mengajar di SDN 01 Muara.

I/Q Pengembangan dari potensi yang ada

I2

di Desa Muara disana mayoritas memiliki tambak bandeng jadi kami terdapat budidaya

bandeng agar kualitas bandeng dapat baik dan menjadi ciri khas dari Desa Muara

sendiri.

Page 294: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

I/Q Pengembangan dari potensi yang ada

I3

Karena pada Desa Muara terdapat potensi pertambakan bandeng yang dapat

meningkatkan perekonomian masyarakat maka dilakukan budidaya bandeng kegiatan

dimulai dari persiapan wadah yang meliputi persiapan tambak dengan pengeringan

pelataran, pengisian air sampai ketinggian 5 cm di pelataran, pemupukan awal 50 kg

urea dan 30 tsp dan klekap tumbuh setelah ± 7 hari dari pemupukan, pemasukan air

kembali hingga ketingian ± 10 cm diatas pelataran tambak, penebaran benih bandeng

ukuran 5-7 cm,pemeliharaan bandeng,pemupukan ulang untuk menumbuhkan klekap

dengan cara pemupukan urea 100 kg/ha dan tsp, 50 kg/ha lalu pemupukan dilakukan

pada bulan kedua atau pada saat klekap sudah tinggal ¼ bagian ditambah pemberian

pakan pelet mulai dilakukan dan pemupukan dilakukan seminggu sekali setelah umur 2

bulan dengan dosis urea 50 kg dan tsp 30 kg.

I5

yang saya tau pertambakan bandeng neng dari Dinas Perikanan sendiri agar kualitas

bandeng disana dapat baik karena rata-rata mereka tidak dapat menjual bandengnya

karena kualitasnya buruk jadi mereka hanya untuk wisata pemancingan.

I/Q Koordinasi antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat Desa Muara

I2

Koordinasi kami melalui kepala desa, perangkat desa dan disana terdapat kelompok

masyarakat ya karena tidak selalu memungkinkan kami langsung dengan masyarakat

gitu.

I3

Kami melakukan koordinasi melalui Kepala Desa dan Kelompok Masyarakat yang

berada di Desa Muara saja karena tidak memungkinkan juga kami dapat koordinasi

masyarakat satu persatu.

I5

Koordinasi melalui Kepala Desa dan Kelompok Masyarakat yang berada di Desa Muara

neng jadi memang tidak secara langsung ya palingan kalau ada penyuluhan saja.

I6

Untuk koordinasi melalui saya dan kelompok masyarakat disini untuk menyampaikan

mengenai Gerbang Mapan baik dari perencanaan sampai pelaksanaan.

I8

Untuk koordinasi melalui kami kelompok masyarakat atau kepala desa mengenai

Gerbang Mapan dari perencanaan, pelaksanaan dan kami juga dilibatkan dalam

pengawasan

I9 Untuk koordinasi melalui kami kelompok masyarakat atau kepala desa.

I10

Karena tidak adanya sosialisasi atau pemberitahuan terlebih dahulu sehingga kami tidak

tau apa yang akan dilaksanakan dan manfaat dari bantuan itu apa.

Page 295: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

I/Q Keterbukaan/ transparansi dalam pelaksanaan program gerakan pembangunan

masyarakat pantai di Desa Muara

I2

Kepala desa, kelompok masyarakat desa dan sebelum melaksanakan kegiatan di desa muara

terdapat spanduk/ plang akan dilaksanakan misal pengadaan air bersih gitu ya dari program

gerbang mapan jadi itu sudah menjadi transparansi kegiatan program gerbang mapan,

masyarakat dapat membaca.

I3

Dalam pelaksanaan terdapat spanduk berupa kegiatan yang dilaksanakan jadi masyarakat

mengetahui kegiatan yang sedang berlangsung.

I5

Dalam pelaksanaan ada spanduk kegiatan yang dilaksanakan jadi masyarakat mengetahui

kegiatan yang sedang berlangsung itu dari program Gerbang Mapan dapat dilihat dan dibaca

sendiri.

I6

Ada spanduk setiap pelaksanaan mba dilaksanakan apa dari program Gerbang Mapan gitu

jadi ya masyarakat dapat melihat.

I7

Kalau untuk pesisir mengajar sendiri pelaksanaan diketahui oleh Kepala Desa ya mba jadi

justru kepala desa yang mengusulkan pada SDN 01 Muara untuk dilaksanakan pesisir

mengajar. Nah dalam keterbukaan sendiri pelaksanaan program pesisir mengajar telah

disampaikan ya murid dari gurunya mba dan murid menyampaikan kepada orang tuanya

bahwasanya sabtu ada kegiatan pesisir mengajar gitu mba.

I8 Ada spanduk setiap pelaksanaan ditempat yang sedang dijalankan

I9

Ada spanduk panjang mba di tempat pelaksanaan agar masyarakat dapat mengetahui yang

sedang dijalankan.

I10

Ada spanduk ko mba pastinya di setiap tempat pelaksanaan agar masyarakat mengetahui

yang sedang dijalankan.

I/Q Peran masyarakat dalam mengelola Desa Muara

I2

Tentu masyarakat sebagai pengelola yang besar karena memang berada di desa dan bantuan

yang kami berikan dalam program gerbang mapan ini memang untuk desa yang dipakai

masyarakat agar dikelola dengan baik.

I3

Tentu menjadi pengelola yang besar karena merupakan penghuni Desa Muara itu sendiri

jadi yang bertanggung jawab mengelola Desa Muara ya masyarakat Muara sendiri.

I5

Masyarakat ya sebagai pengelola ya neng karena masyarakat mempunyai peran penting

untuk Desa Muara sendiri karena apabila bukan masyarakat siapa lagi yang akan mengelola,

percuma kalau misal dari pemerintah sudah berupaya memberikan ini itu kalau masyarakat

tidak kelola dengan baik.

Page 296: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

I/Q Peran masyarakat dalam mengelola Desa Muara

I6

Masyarakat ya sebagai pengelola yang paling dominan ya karena yang berada di desa,

melihat kondisi desa setiap hari.

I8

Masyarakat sebagai pengelola yang paling utama karena yang berada di desa, melihat

kondisi desa setiap hari.

I9

Masyarakat sebagai pengelola karena yang di desa terus dapat melihat kondisi desa setiap

hari.

I10

Masyarakat tentunya pengelola ya mba karena yang tinggal di desa yang merasakan baik

buruknya dalam pengelolaan.

I/Q Tanggapan mengenai adanya program gerakan pembangunan masyarakat pantai di

Desa Muara dalam pengelolaan wilayah pesisir

I2

Program gerbang mapan ini untuk membantu desa pesisir Kabupaten Tangerang dalam

membantu pembangunan infrastruktur, membantu perekonomian masyarakat pada desa

pesisir dan dengan ada pemberdayaan masyarakat agar masyarakat dapat mengelola

dengan baik di desa. Menurut kami dalam menjalankan program 2015-2016 sudah dirasa

cukup baik karena kami sudah menjalankan pembangunan infrastruktur yang terdapat

pengadaan air bersih, membantu dalam pertambakan bandeng dan sudah dilakukannya

penyuluhan meskipun memang kami akuin masih adanya kekurangan.

I3

Ya diadakannya program Gerbang Mapan untuk kemajuan desa pesisir Kabupaten

Tangerang termasuk Desa Muara agar tidak termasuk desa yang tertinggal, untuk itu

dibantunya pembuatan infrastruktur dasar, membantu perekonomian dan adanya

pemberdayaan masyarakat agar pemikiran mereka dapat menjaga lingkungan dan

wilayahnya dengan baik.

I5

Program Gerbang Mapan untuk desa pesisir Kabupaten Tangerang termasuk Desa Muara

yang lebih baik agar desa memadai dari segi infrastruktur, perekonomiannya dan

masyarakat desa dapat mencintai, menjaga dan melindungi wilayahnya dengan adanya

pemberdayaan masyarakat agar pemikiran mereka dapat menjaga lingkungan dan

wilayahnya dengan baik.

I6

Adanya program Gerbang Mapan untuk desa pesisir Kabupaten Tangerang termasuk Desa

Muara yang lebih baik agar desa memadai dari segi infrastruktur, perekonomiannya dan

masyarakat desa dapat mencintai, menjaga dan melindungi wilayahnya dengan adanya

pemberdayaan masyarakat agar pemikiran mereka dapat menjaga lingkungan dan

wilayahnya dengan baik.

Page 297: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

I/Q Tanggapan mengenai adanya program gerakan pembangunan masyarakat pantai di

Desa Muara dalam pengelolaan wilayah pesisir

I7

Adanya program gerbang mapan untuk desa pesisir Kabupaten Tangerang di Desa Muara khususnya pada pesisir mengajar untuk mengajarkan secara dini bagaimana dapat

mencintai dan melindungi wilayah pesisir, karena yang mudah untuk diubah kan anak

kecil ya terus perjalanan mereka juga masih panjang jadi nasib pesisir akan di tangan

mereka.

I8

Belum adanya hasil optimal dari pembangunan embung air kami masih merasakan banjir

saat musim hujan dan kesulitan air saat kemarau sehingga pelaksanaan program gerbang

mapan belum dapat kami rasakan secara optimal.

I9

Pada pengembangan budidaya bandeng kegiatan dimulai dari persiapan wadah yang

meliputi persiapan tambak dengan pengeringan pelataran, pengisian air sampai ketinggian

5 cm di pelataran, pemupukan awal 50 kg urea dan 30 tsp dan klekap tumbuh setelah ± 7

hari dari pemupukan, pemasukan air kembali hingga ketingian ± 10 cm diatas pelataran

tambak, penebaran benih bandeng ukuran 5-7 cm, pemeliharaan bandeng,pemupukan

ulang untuk menumbuhkan klekap dengan cara pemupukan urea 100 kg/ha dan tsp, 50

kg/ha lalu pemupukan dilakukan pada bulan kedua atau pada saat klekap sudah tinggal ¼

bagian ditambah pemberian pakan pelet mulai dilakukan dan pemupukan dilakukan

seminggu sekali setelah umur 2 bulan dengan dosis urea 50 kg dan tsp 30 kg. Memang

secara umum kegiatan dan tahapan budidaya sudah dilakukan dengan baik namun tahapan

yang tidak dilakukan yaitu pemeberantasan hama dengan menggunakan saponin

dikarenakan karena tidak adanya peralatan hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan pada

bandeng sangat lambat karena menjadi kondisi air kurang optimum selain itu pemberian

pakan bandeng yang diberhentikan karena truk yang membawa pakan tersebut tidak dapat

masuk ke desa kami sehingga laju pertumbuhan hanya 1,68 % dan berat rata rata bandeng

6,35 g itu rendah. Secara umum laju pertumbuhan spesifik ikan bandeng adalah 2-7 %

tergantung pada umur bandeng dan kondisi eksternal, sedangkan berat rata-rata anatara 10-

12 g sehingga kami masyarakat kembali menjadikan tambak bandeng kami hanya sebagai

wisata pemancingan karena kualitas tidak baik tidak dapat dijual mba.

I10

Ya bagus sih mba jadi masyarakat Muara terbantu ya dari air bersih sudah ada kemajuan

jadi tidak begitu ada kesulitan, mangrove juga mulai tumbuh, adanya pesisir mengajar juga

terus pertambakan diberinya pangan namun memang masih belum optimal sih mba masih

banyaknya kekurangan, hambatan.

Page 298: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

I/Q Hambatan dalam pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir

I2

Hambatan kami dari koordinasi ya karena menjadi pemunduran waktu, dari masyarakat sendiri juga yang kadang menolak bantuan kami, dalam program yang kami telah

jalankan adanya hambatan seperti tambak faktor jalan dan peralatan selanjutnya FS

Embung air karena lahan juga sehingga menyebabkan kurang optimal dalam

pelaksanaan itu sendiri.

I3

Hambatan kami pada koordinasi karena organisasi perangkat daerah mempunyai

pekerjaan sendiri dan dalam pelaksanaan pertambakan bandeng adalah jalan yang

menuju Desa Muara hanya selebar 3 m, truk yang membawa pangan bandeng tidak

dapat masuk ke dalam desa selain itu memang kami kekurangan sumber daya manusia

untuk pemberian pangan agar pertumbuhan ikan optimal dilakukan dengan mengacu

pada program pemberian pakan memang dari segi waktu kami tidak memungkinkan.

Selain itu, kondisi perairan yang menjadi faktor utama perkembangan ikan bandeng

adalah oksigen terlarut, salinitas, suhu, kadar amonia, H2S dan pH, pemantauan

kualitas air memang tidak dapat dilakukan karena tidak adanya peralatan sehingga

dalam pelaksanaan masih kurang optimal.

I5

Hambatan kami pada koordinasi karena kami mempunyai pekerjaan sendiri ketika rapat

memang harusnya ada pembagian tugas nah dulu belum jadi kan kita punya tugas dan

pertanggung jawaban masing-masing jadi memang koordinasi yang agak susah dan

dalam pelaksanaan kami sering dicurigai oleh masyarakat jadi terhambatnya distribusi

itu sendiri neng.

I6

Kalau hambatan kurangnya peralatan, kurang adanya sosialisasi ya sehingga

masyarakat masih banyak yang belum paham dan mengerti maksud bantuan yang

diberikan.

I7

Kalau hambatan dari pesisir mengajar itu sendiri sih palingan dari modul yang harus

kami ajarkan apa misal untuk minggu ini bahasa inggris tapi anak-anak lebih menyukai

mangrove jadi kami harus bagaimana supaya anak-anak mau belajar sesuai modul.

Karena kan kami satu bulan diberikan modul oleh Dinas Perikanan untuk kegiatan

mengajar.

I8

Kalau hambatan paling dalam pelaksanaan seperti kurangnya peralatan, dalam

pembantuan pun masih kurang adanya sosialisasi ya sehingga masyarakat masih

banyak yang belum paham dan mengerti maksud bantuan yang diberikan.

I9

Kalau hambatan paling dalam pelaksanaan kurangnya peralatan aja mba jadi

pelaksanaan menjadi kurang optimal.

I10

Kalau hambatan sih mba peralatan yang kurang biasanya dari pelaksanaan program jadi

kurang optimal gitu.

Page 299: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

3. Pengawasan

I/Q Bentuk pengawasan yang dilakukan dalam pengelolaan wilayah pesisir program

gerakan pembangunan masyarakat pantai

I2

Sebenarnya kita monitor kesana tapi memang tidak continue karena kita keterbatasan aparatur, dibidang saya saja hanya saya dan pak hari tidak ada pendamping terkadang

kita monitor kalau mau kesana ya kesana minimal setahun sekali atau 2 (dua) kali untuk

mengetahui sejauh mana pemanfaatannya.

I3

Kita melakukan pengawasan selama pembangunan atau saat berlangsungnya kegiatan,

kami berharap masyarakat telah diberikan bantuan dapat dijaga dan digunakan dengan

baik, itu saja sih ti.

I/Q Masyarakat ikut dilibatkan dalam pengawasan

I2

Disana terdapat kelompok masyarakat 3 (tiga) yang kami bentuk diberi tugas untuk

mengawasi karena mereka yang berada di desa ada kelompok masyarakat mangrove,

kelompok masyarakat tambak, dan kelompok masyarakat nelayan tangkap. Mereka

dapat melaporkan kepada kami mengenai pengelolaan disana terhadap bantuan yang

telah kami berikan lalu apabila jika memang ada pelanggaran.

I3

Disana dibentuk kelompok masyarakat 3 (tiga) yang diberi tugas memang untuk

mengawasi karena mereka yang setiap saat berada di desa terdapat kelompok

masyarakat mangrove, kelompok masyarakat tambak, dan kelompok masyarakat

nelayan tangkap. Mereka dapat melaporkan kepada kami jika memang ada

pelanggaran.

I8

Kami mengawasi dan melaporkan apabila memang adanya masalah, hambatan atau

pelanggaran dalam pengelolaan pesisir program gerbang mapan dengan membuat

laporan kepada Dinas Perikanan namun apabila laporan kami tidak adanya

keberlanjutan maka pelaksanaan pengelolaan pun tidak akan selesai.

I9

Kami memang mengawasi dan melaporkan apabila memang adanya masalah,

hambatan atau pelanggaran dalam pengelolaan pesisir program gerbang mapan dengan

membuat laporan kepada Dinas Perikanan namun laporan kami tidak adanya

keberlanjutan jadi bagaimana masalah teratasi mba.

I10

Kami hanya membuat laporan sih mba apabila memang ada pelanggaran atau masalah

dalam pengelolaan yang memang kami laporkan kepada dinas perikanan namun

laporan pun tidak ada keberlanjutan seperti memang kendala dalam pelaksanaan alat

dekomposter yang memang tidak digunakan dikarenakan masih minimnya pengetahuan

Page 300: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

I/Q Hambatan dalam pengawasan pengelolaan wilayah pesisir program gerakan

pembangunan masyarakat pantai

I2

Seperti yang kami sebutkan bahwa sebenarnya memang kami keterbatasan aparatur

untuk mengawasi ya jadi memang kalau ingin kesana ya kita kesana tapi kami kan

sudah ada dari kelompok masyarakat itu sendiri

I3

Hambatan memang SDM kita terbatas untuk mengawasi, tapi kami sudah ada

kelompok masyarakat yang mengawasi.

I8

Ya itu tidak adanya pengawasan secara lanjut oleh pemerintah daerah sehingga yang

kami laporkan mengenai keberlanjutan pengelolaan di Desa Muara dan pelanggaran

yang terjadi tidak ada tindakannya.

I9

Tidak adanya pengawasan secara lanjut oleh pemerintah daerah sehingga yang kami

laporkan tidak ada tindakannya.

I10

Paling hambatan kalau dari kami ya jadi bingung sendiri mba karena laporan tidak ada

keberlanjutan terus jadinya bagaimana? Sedangkan kami mengawasi dan melaporkan

tapi tindakan dari yang kami laporkan itu tidak ada.

4. Evaluasi

I/Q Sanksi yang diberikan kepada penyimpangan pengelolaan wilayah pesisir

program gerakan pembangunan masyarakat pantai

I2

Memang tidak adanya sanksi paling kalau kami sana kami tegur saja. Yang rugi kan

sebenarnya mereka ya karena wilayah mereka yang rusak.

I3

Menurut informasi masyarakat banyak yang mengambil pasir laut dengan

menggunakan kapal kecil melalui Kali Kramat ke tempat yang sudah ditentukan didarat

dan depan pantai dimana alur pelayaran kapal melalui daerah aliran sungai cisadane

yang berada diwilayah Desa Tanjung Burung. Kapal yang beroperasi sekitar 20 kapal

dengan setiap kapal mengangkut pasir hingga lima kali. Itu salah satu kelemahan kami

memang tidak adanya sanksi paling berupa teguran saja.

I/Q Kepastian hukum yang berlaku

I2

Tidak ada sih mba ini kan salah satu program unggulan bupati Tangerang untuk wilayah

pesisir di Kabupaten Tangerang.

I3

Tidak ada karena ini merupakan program unggulan Bupati Tangerang yang masuk ke

dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018.

Page 301: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

I/Q Acuan dalam perencanaan program gerakan pembangunan masyarakat pantai

dalam pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara sudah baik

I2

Acuan yang digunakan adalah aspek tata kelola terdiri dari 6 elemen dasar yaitu

kebijakan, strategi, aransemen kelembagaan, legislasi, informasi dan penyadaran publik,

pendanaan yang berkelanjutan, pengembangan kapasitas dan pengelolaan. Lalu aspek

pembangunan berkelanjutan yaitu perlindungan dan pengelolaan kerusakan sumberdaya

alam dan buatan, perlindungan pemulihan dan pengelolaan habitat, ketahanan pangan dan

manajemen mata pencaharian, pengurangan solusi dan pengelolaan limbah. Pada aspek

pembangunan berkelanjutan memang dalam pelaksanaan program gerbang mapan di Desa Muara memperhatikan elemen-elemen masih rendah pada program yang kami laksanakan

ketahanan pangan dan peningkatan mata pencaharian masih dirasa belum optimal

dikarenakan masih kurangnya peralatan yang digunakan pada pertambakan bandeng,

selain itu pengelolaan sumber daya air masih ada kekurangan pada embung air soal lahan

dan pengelolaan kerusakan akibat alam atau manusia masih adanya penambangan pasir

liar yang dapat merusak ekosistem pesisir.

I3

Dalam implementasi program, Gerbang Mapan mengikuti alur kerangka kerja

pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dari Partnership for Environmental

Management South East Sea (PEMSEA), yang dikenal dengan ICM system yang terdapat

2 (dua) aspek yaitu aspek tata kelola dan aspek implementasi. Aspek inilah yang.diacu

menjadi pra-syarat dasar dan keberhasilan dalam pelaksanaan Gerbang Mapan. Segi dari

kebijakan, strategi, rencana, aransemen kelembagaan,legislasi,mekanisme pembiayaan

tidak ada hambatan yang sulit pada perencanaan di Desa Muara dari menganalisis masalah

desa dengan melakukan survey lapangan sampai pembuatan perencanaan. Hanya saja

memang kami kesulitan dalam informasi dan penyadaran publik untuk masyarakat Desa

Muara hal ini disebabkan karena untuk mengubah pola pikir manusia memang tidak

mudah. Sedangkan pada aspek pembangunan berkelanjutan memang dalam pelaksanaan

program gerbang mapan di Desa Muara memperhatikan elemen-elemen masih rendah

pada program yang kami laksanakan ketahanan pangan dan peningkatan mata pencaharian

masih dirasa belum optimal dikarenakan masih kurangnya peralatan yang digunakan pada

pertambakan bandeng, selain itu pengelolaan sumber daya air masih ada kekurangan pada

embung air soal lahan dan pengelolaan kerusakan akibat alam atau manusia masih adanya

penambangan pasir liar yang dapat merusak ekosistem pesisir.

Page 302: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

I/Q Target yang dicapai

I2

Target yang kami ingin capai ya kami ingin adanya kemajuan pada desa pesisir di Kabupaten

Tangerang di Desa Muara dari pembangunan infrastruktur, perekonomian masyarakatnya

sehingga masyarakat pesisir di Desa Muara dapat mandiri mengelola wilayahnya dengan

baik.

I3

Yang ingin dicapai ya terbangunnya infrastruktur dasar, terbantunya dalam perekonomian

untuk Desa Muara, dan terlaksananya pemberdayaan masyarakat di Desa Muara sehingga

Desa Muara dapat menjadi desa yang mandiri.

Page 303: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 304: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 305: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 306: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 307: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

Kabupaten Tangerang memiliki salah satu program pembangunan unggulan, yang

dikenal dengan jargon GERBANG MAPAN (gerakan pembangunan masyarakat

pantai). Program ini bertujuan untuk mempercepat penyediaan infrastruktur

dasar, pengembangan perekonomian masyarakat, dan memberdayakan masyarakat

di wilayah pesisir, yang mencakup 8 (delapan) kecamatan pesisir dan 25

(duapuluh lima) desa pesisir. Program GERBANG MAPAN harus dirancang,

direncanakan, dan dilaksanakan secara matang dengan tahapan dan indikator yang

jelas dan terukur, sehingga program tersebut dipahami dan mudah dilaksanakan

oleh pelaksana dan penerima manfaat yaitu aparat pemerintah dan masyarakat.

Penyusunan Roadmap Gerbang Mapan ini merupakan salah satu unsur penting

dari pembangunan suatu daerah, guna menentukan fokus dan lokus pembangunan.

Oleh karena itu, dalam rangka menciptakan kegiatan pembangunan di wilayah

pesisir Kabupaten Tangerang yang lebih fokus, terukur, dan terpadu serta

berkelanjutan, maka diperlukan suatu studi penyusunan perencanaan

pembangunan di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Tangerang. Dokumen ini

adalah bentuk nyata sebuah desain dan rencana program pembangunan di wilayah

pesisir dan laut Kabupaten Tangerang yang komprehensif, yang secara khusus

disebut Roadmap Program GERBANG MAPAN.

1.2. Maksud dan Tujuan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendesain perencanaan implementasi program

GERBANG MAPANG Kabupaten Tangerang selama 5 (lima) tahun, dalam

bentuk roadmap (peta jalan), untuk mempercepat pertumbuhan infrastruktur

Page 308: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

dasar, pengembangan perekonomian masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat

di desa-desa wilayah pesisir Kabupaten Tangerang.

Adapun tujuan kegiatan ini adalah:

a) Mesnistesis potensi sumberdaya di desa-desa wilayah pesisir dan laut

Kabupaten Tangerang.

b) Mengidentifikasi dan menganalisis isu dan permasalahan strategis di desa

wilayah pesisir dan laut Kabupaten Tangerang.

c) Menyusun Rencana Pengembangan Masyarakat Pantai di desa dan

kecamatan pesisir Kabupaten Tangerang secara terpadu.

d) Menyusun roadmap GERBANG MAPAN Kabupaten Tangerang.

1.3. Output dan Outcome

Output kegiatan ini adalah:

Tersedianya Roadmap Implementasi GERBANG MAPAN Kabupaten Tangerang

di desa dan kecamatan pesisir utara Kabupaten Tangerang yang didalamnya

tersaji:

1. Sintesis Potensi wilayah desa pesisir Kabupaten Tangerang

2. Isu dan permasalahan strategis di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang

3. Rencana Implementasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai

dengan pendekatan Integrated coastal development di Desa Pesisir dalam

kurun waktu jangka menengah.

Page 309: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

Outcome kegiatan ini adalah:

a. Terjadinya perubahan tata kelola dalam perencanaan dan implementasi

pengembangan wilayah pesisir.

b. Tersedianya infrastruktur dasar masyarakat desa pesisir yang berkaitan

dengan kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut.

c. Peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat secara signifikan di desa

dan kecamatan pesisir Kabupaten Tangerang.

d. Efektifnya program pemberdayaan masyarakat di desa pesisir Kabupaten

Tangerang.

1.4.Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kajian penyusunan Roadmap yang dilaksanakan meliputi ruang

lingkup dan ruang lingkup wilayah kajian, yang meliputi:

1) Mengunjungi desa-desa sasaran;

2) Melakukan survey lapangan mengenai kondisi fisik, sumberdaya alam dan

lingkungan desa-desa sasaran;

3) Mengumpulkan data sosial ekonomi masyarakat di desa-desa sasaran;

4) Melakukan wawancara dengan aparat pemerintahan desa dan kecamatan

serta dengan masyarakat desa

5) Melakukan konsultasi publik untuk menjaring aspirasi dan kebutuhan dasar

wilayah;

6) Menganalisis data-data yang diperoleh;

7) Melakukan rapat pembahasan secara bertahap;

Page 310: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

8) Menyusun roadmap GERBANG MAPAN;

9) Membuat kesimpulan dan rekomendasi Roadmap GERBANG MAPAN.

Sedangkan secara kewilayahan, lokasi penelitian meliputi seluruh wilayah

kecamatan pesisir di Kabupaten Tangerang, yang terdiri dari 8 kecamatan dan 25

desa seperti dijabarkan pada Tabel 1-1.

Tabel 1-1. Lokasi Sasaran Kajian Roadmap Gerbang Mapan

No Kecamatan Kode

Kecamatan

Desa/Kelurahan Pesisir

1 Kecamatan Mekarbaru K1 1. Jenggot

2 Kecamatan Kronjo K2 2. Kronjo

3. Pagedangan Ilir

4. Muncung

3 Kecamatan Kemiri K3 5. Patra Manggala

6. Lontar

7. karanganyar

4 Kecamatan Mauk K4 8. Mauk Barat

9. Ketapang

10. Tanjung Anom

11. Marga Mulya

Page 311: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

No Kecamatan Kode

Kecamatan

Desa/Kelurahan Pesisir

4 Kecamatan Mauk K4 1. Mauk Barat

2. Ketapang

3. Tanjung Anom

4. Marga Mulya

5 Kecamatan Sukadiri K5 5. Karang Serang

6 Kecamatan Pakuhaji K6 6. Surya Bahari

7. Kohot

8. Sukawali

9. Kramat

7 Kecamatan Teluk Naga K7 10. Tanjung Burung

11. Tanjung Pasir

12. Muara

13. Lemo

8 Kecamatan Kosambi K8 14. Kosambi Barat

15. Kosambi Timur

16. Salembaran Jaya

17. Salembaran Jati

18. Dadap

Page 312: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

1.5. Metodologi

1.5.1. Pendekatan Studi

Penyusunan Roadmap Program Gerbang Mapan Kabupaten Tangerang pada

dasarnya merupakan penyusunan model-model pengembangan dan program-

program pembangunan yang akan dilakukan selama 5 (lima) tahun, yang disertai

indikator kinerja untuk masing-masing model, yang bersifat operasional,

implementatif, spesifik lokasi dan berbasis masyarakat. Sehingga penyusunan

roadmap perlu dilakukan dengan berbagai pendekatan, perkiraan (estimasi),

kajian serta analisis secara mendalam dan komperehensif terhadap berbagai aspek,

antara lain : aspek sumberdaya alam dan lingkungan, aspek sumberdaya manusia,

aspek sosial ekonomi, aspek pengembangan infrastruktur wilayah, dan aspek

kelembagaan.

Pendekatan studi penyusunan Roadmap Program Gerbang Mapan Kabupaten

Tangerang ini, dilakukan dengan pendekatan sistem, dimana suatu hasil akan

ditentukan oleh input terhadap kajian dan proses yang dilakukan sehingga akan

menghasilkan output yang optimal. Agar dapat dihasilkan sebuah roadmap yang

implementatif dan komprehensif, maka input yang ada diproses melalui sebuah

proses kajian komprehensif dengan metode pengumpulan data yang tepat dan

kemudian dianalisis sampai dihasilkan output yang baik. Karena mengikuti alur

pikir sistem (system thinking), kerangka pendekatan studi memiliki 3 komponen

utama, yaitu input, proses dan output. Output yang akan dihasilkan adalah

Roadmap serta rencana pengelolaannya. Untuk mencapai output tersebut, maka

Page 313: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

input yang diperlukan adalah berupa potensi SDA dan kondisi Sosbud. Input

tersebut kemudian dianalisis secara partisipatif menjadi sebuah rencana

pengembangan yang kemudian digabungkan dengan analisis potensi menjadi

rencana pengembangan. Dengan menggunakan beberapa analisis holistic

konfrehensif seperti analisis prioritas dengan pendekatan kolaboratif maka fokus

dan lokus pengembangan dapat dihasilkan. Framework pendekatan studi disajkan

Gambar 1-2 berikut

.

PROSES OUTPUT

Policy

SDA

Kondisi

Sosbud

Analisis

Pengembangan

Perencanaan

Partisipatif

Analisis Potensi

Rencana

Pengembangan

Ekonomi

Road Map

Prioritas

Dukungan

Infrastruktur

dasar

INPUT

Implementasi

Monitoring &Evaluasi

FG

D

Observ

asi

Dukungan

Pemberdayaan

Page 314: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

1.5.2. Pendekatan Implementasi Gerbang Mapan

Dalam implementasi program, Gerbang Mapan didesain mengikuti alur kerangka

kerja (framework) Pembangunan Berkelanjutan di wilayah pesisir dari

Partnership for Environmental Management South East Sea (PEMSEA), yang

dikenal dengan ICM system, yang didasarkan pada 2 hal yaitu aspek tata kelola

(governance) dan aspek implementasi skema pembangunan berkelanjutan

(sustainable development).

Agar implementasi Program Gerbang Mapang dapat berkelanjutan, hendaknya

Program Gerbang Mapan juga mengikuti skema siklus ICM yang terdiri dari 6

(enam) tahap. Enam tahapan siklus ICM dirahkan untuk mencapai 4 (empat)

performance indicator yang ingin dicapai, meliputi : (1) efisiensi ekonomi

(menguntungkan dan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi), (2)

keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam pembangunan, (3) terpeliharanya

kelestarian SDA sehingga daya dukung lingkungan laut menjadi optimal dan (4)

design by nature.

Agar hasil kajian ini applicable. Jika mengikuti alur pikirnya, Fokus Gerbang

Mapan adalah ekonomi unggulan, yag diperkuat dengan dukunga ifrastruktur

dasar da penguatan pemberdayaan melalui peningkatan kapasitas dan

kelembagaan masyarakat Secara sekwensi, roadmap ini memerlukan waktu

implementasi 5 (lima) tahun yang dibagi ke dalam 3 tahap. Tahap pertama (2014)

adalah perencanaan (berupa roadmap ini), tahap selanjutnya (2015) harus

ditindaklanjuti dengan serangkaian aktivitas implementasi yang riil, sehingga

Page 315: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

hasil rekomendasi kegiatan ini bukan semata hasil kajian tetapi juga dapat

diimplementasikan. Aktifitas implementasi dimulai dengan implementasi program

prioritas, dengan membuat sebuah program initial di desa tertentu atau bidang

tertentu, yang sekaligus disiapkan program peningkatan kapasitas (capacity

building) dan fasilitasi (berupa fasilitasi teknis, sosial, pasar dan penguatan

perbaikan/dukungan infrastruktur dasar pendukung aktifitas). Tahap lanjut dari

skema Gerbang Mapan adalah tahap pengembangan yang meliputi tahap scaling

up produksi, pengembangan produk lanjut dan perluasan pangsa pasar. Sekwensi

waktu Program Gerbang Mapan dibagi ke dalam tahapan sebagaimana tercantum

pada Gambar 1-4.

Gambar 1-4. Framework kerangka waktu implementasi Gerbang Mapan di Desa

Pesisir Kabupaten Tangerang

Page 316: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

1.5.3. Metode Pelaksanaan Kajian

Secara umum metode penelitian yang digunakan adalah metode survei partisipatif.

Untuk melakukan kegiatan ini, pentahapan kegiatan dilakukan masing-masing

adalah: (1) pengumpulan data dan informasi (melalui survei data sekunder dan

data primer); (2) kegiatan analisis data; dan (3) formulasi kebijakan.

Dalam melaksanakan kajian dilalui melalui beberapa tahapan, yang mencakup

pengumpulan data dan informasi (sekunder dan primer), melakukan pengkajian terhadap

data dan informasi (termasuk review hasil studi awal), serta pendekatan analisis dengan

menggunakan beberapa metode analisis dan perumusan hasil, sebagaimana Gambar 1-5.

Kondisi Kawasan saat

ini

Rencana, Kebijakan &

Regulasi

Pengumpulan data dan informasi (rapid survey)

FGD (Desa+Kecamatan

)

Perencanaan Penyusunan

Roadmap (Tim + Pemda)

Draft 1 Roadmap

Workshop Roadmap

Draft 2 Roadmap

Paparan Hasil

Dokumen Roadmap GERBANG MAPAN

Input; masukan dan

usulan

Input; sinkronisasi

kebijakan &rencana

Page 317: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

Untuk melakukan survei, kegiatan dilakukan melalui tahap persiapan,

perencanaan detil dan survei situasi serta pengumpulan data lapang (Bunce, et al.,

2000). Secara rinci, tahap pelaksanaan kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut.

A. Pengumpulan Data dan Informasi

Metode pengumpulan data dan informasi pekerjaan Penyusunan Roadmap

Perencanaan Program Gerbang Mapan Kabupaten Tangerang adalah sebagai

berikut:

1) Tahapan persiapan survei, meliputi persiapan dasar berupa pengkajian data

dan literatur yang telah ada yang berkaitan dengan rencana pengembangan

kawasan kelautan dan pesisir, persiapan teknik survei, penyiapan peta-peta

dasar, penyusunan daftar data yang diperlukan, dan daftar kuesioner (bila

diperlukan).

Tahap persiapan dilakukan dengan mempelajari kerangka acuan, memberi

tanggapan dan menyusun rencana kerja (proposal). Tahap persiapan ini juga

disertai mobilisasi individu yang terlibat dalam kegiatan, baik tenaga ahli,

asisten ahli maupun tenaga administrasi.

2) Tahapan survei lapangan :

Survei lapang dilakukan untuk pengumpulan data baik data primer

maupun data sekunder. Survei data sekunder dilakukan pada lembaga-

lembaga pemerintah (daerah), universitas, perusahaan maupun lembaga

lain yang terkait. Sedangkan survei data primer dilakukan baik melalui

Page 318: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

survei pendahuluan, survei situasi (reconnaisance survey) maupun

survey lanjutan (Bunce et al., 2000). Untuk mengatasi luasnya lokasi

dan kondisi geografis, maka survei data primer dilakukan dengan

mengelompokan daerah-daerah yang mempunyai kategori/tipikal yang

sama atau berdekatan. Pendekatan pengelompokan ini dilakukan

berdasarkan pada kedekatan dan intensitas antar kelompok masyarakat,

dengan tetap memperhatikan variabilitas dan kekhasan daerah lokasi.

Pengambilan data dengan pendekatan survei merujuk pada pengambilan

data yang berbasis pada contoh atau sampel responden (Singarimbun

dan Efendi, 1995; Bunce et al., 2002; Taryono, 2004; Taryono, 2009).

Mengingat terbatasnya waktu dan luasan daerah, maka survei data

primer dilakukan menggunaan metode survei cepat (rapid appraisal),

diskusi kelompok terfokus (focus group discussion/FGD) setiap

komponen stakeholders pada masing-masing wilayah, maupun diskusi

mendalam (indepth interview) kepada informan kunci baik formal

maupun non-formal.

Pada penelitian ini, karena yang diharapkan adalah informasi mengenai

fenomena yang ada/terjadi di masyarakat saat ini yang dapat digunakan

untuk perencanaan masa mendatang, maka digunakan metode

pengambilan sampel (sampling method) non-probabilistik sampling.

Non-probabilistik sampling adalah desain pengambilan contoh yang

tidak memungkinkan setiap elemen populasi menjadi contoh pada

tingkat probabilitas yang sama. Salah satu bentuk non-probabilistik

Page 319: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

sampling adalah purposive sampling. Sehingga dalam survei ini,

pengambilan sampel responden didasarkan pada metode purposive

sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada sejumlah

kriteria yang dirumuskan oleh peneliti (Singarimbun dan Efendi, 1995).

a. Populasi dan Sampel

Populasi dalam pengkajian ini adalah nelayan, penyuluh serta staf dinas-dinas di

kabupaten dan provinsi, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung

dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir. Dalam hal ini yang dijadikan

sampel adalah para peserta FGD, yang terdiri dari sejumlah orang yang berasal

dari kelompok nelayan, aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh

pemuda, dan kelompok-kelompok masyarakat yang diperkirakan mempunyai

hubungan dengan perekonomian masyarakat pesisir. Jumlah total peserta FGD ini

berkisar 10 – 20 orang di setiap lokasi.

b. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui survei dan observasi di

lapangan, untuk mengidentifikasi dan menelaah berbagai informasi meliputi:

a. Data karakteristik eksisting inovasi teknologi perikanan.

b. Data karakteristik eksisting inovasi kelembagaan yang dikembangkan.

c. Data kelompok usaha bersama (KUBE) meliputi ketersediaan wilayah

tangkapan ikan, tenaga kerja, biaya, produksi dan pendapatan nelayan.

d. Data kelembagaan masyarakat meliputi keberadaan kelompok nelayan dan

Page 320: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

pembinaan yang dilakukan.

Selanjutnya, data sekunder yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang

berkaitan dengan pengkajian yang dilakukan. Data sekunder yang akan

dikumpulkan meliputi:

i). Kondisi geografis

Letak wilayah, topografi, iklim dan musim.

Aksesibilitasnya (jalan yg tersedia, kondisi jalan, dll).

ii) Infrastruktur dan kelembagaan

Sarana ekonomi yang tersedia (pasar, pabrik dll).

Sarana transportasi dan komunikasi yang tersedia.

Akses penduduk terhadap saranaprasarana dan pemanfaatannya.

Eksisting kelembagaan penunjang usaha nelayan.

iii). Kondisi Sumberdaya alam, potensi dan pengelolaannya

Potensi SDA (ekosistem pesisir seperti terumbu karang, mangrove, lamun,

ikan, hutan, perkebunan, pertanian, perikanan, dll),

Pengembangan eksisting pengelolaan perikanan (luas lahan/perairan,

produksi, produktivitas).

iv). Jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk.

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.

Perkembangan penduduk yang signifikan (karena pengaruh migrasi atau

pertumbuhan alami) dan faktor-faktor yang berpengaruh.

Page 321: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

v). Kualitas SDM (pendidikan dan keterampilan)

Tingkat pendidikan tertinggi yang dicapai.

Keterampilan masyarakat dalam konteks pemanfaatan sumberdaya lokal

(SDA, SDL, dan sumber ekonomi lainnya).

B. Tahap Focus Group Discuccion (FGD).

Diskusi kelompok terfokus dimaksudkan untuk menggali segala informasi,

potensi, masalah, aspirasi dan keinginan stakeholders terhadap suatu masalah.

FGD dilakukan dengan pendekatan partisipatif, artinya semua peserta memiliki

hak dan kesempatan yang sama dalam menyuarakan informasi dan aspirasinya,

karena itu teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan meta card atau

meta plan. Tahapan yang dilaksanakan dalam FGD adalah:

a. Mengidentifikasi stakeholders yang akan menjadi peserta, sejauh mungkin

semua kepentingan terwakili sehingga hasilnya mewakili seluruh

kepentingan

b. Menentukan stakeholders terpilih untuk diundang

c. Mempersiapkan tempat pertemuan, berupa gedung pertemuan, dan meta

card, sarana dan prasarana FGD (kehadiran),

d. Mengundang dengan resmi kepada stakeholders untuk hadir

e. Melaksanakan musyawarah umum

f. Melaksanakan FGD dengan membagi ke dalam kelompok-kelompok

sesuai kepentingan.

g. Dalam pelaksanaan FGD, tahapan yang perlu dijalankan adalah:

Page 322: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

(1) Menjaring isu dan masalah strategis

(2) Menjaring potensi-potensi pengembangan dan pemetaan

partisipatif

(3) Menjaring stakeholders kunci dan peran-perannya

(4) Menjaring solusi-solusi atas problem dan isu strategis

(5) Lain-lain, sesuai dengan kebutuhan.

C. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan teknik-teknik yang memungkinkan sesuai dengan

ketersediaan data, baik analisis kualitatif maupun kuantitatif. Analisis juga

dilakukan terhadap hasil diskusi kelompok terutama penelusuran hubungan

kausalitas (causes and effects) dari satu kondisi tertentu serta stakeholders-nya.

Identifikasi isu dan masalah strategis ekonomi menggunakan metode focus group

discussions yang didukung dengan obervasi/survei cepat, indepth interview,

diskusi kelompok maupun penelusuran terhadap program yang telah dilakukan

sebelumnya, serta merujuk hasil analisis data yang telah dilakukan sebelumnya.

Langkah berikutnya adalah pemetaan isu berdasarkan stratifikasi kelompok

masyarakat maupun kluster wilayah di Kabupaten Tangerang.

Identifikasi strategi ekonomi menggunakan pendekatan metode triangulasi

partisipatif yang digali melalui metode focus group discussions. Sementara kajian

pasar menggunakan hibryd market analysis – lokal, regional, nasional.

Perumusan rencana strategi pengembangan ekonomi pesisir (CEP) menggunakan

pendekatan strategic planning.

Page 323: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

C.1. Analisis kesenjangan (Gap Analysis)

Analisis kesenjangan dilakukan untuk melihat apa yang diperlukan oleh

masyarakat sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraannya, baik pada sektor

ekonomi maupun non-sektor ekonomi. Prinsip kerja analisis kesenjangan dapat

dilihat dalam Gambar 1.4.

Analisis kesenjangan ini dilakukan untuk menganalisis kebutuhan program

(program need assessment), sebagai salah satu output penting dalam studi ini.

Analisis Parapihak

Analisis parapihak digunakan untuk memetakan hubungan-hubungan yang terjadi

antar parapihak (stakeholders) dalam kaitan dengan pengembangan masyarakat.

Analisis ini diantaranya meliputi:

a) Analisis parapihak (stakeholders) terkait.

b) Analisis kepentingan dan peran parapihak terkait.

c) Analisa relasi dan posisi para pihak dalam perencanaan dan pelaksanaan

program pembangunan.

Analisis

Kesenjangan

Kondisi Faktual Kondisi Ideal

Analisis Kebutuhan Program Program Need Asessement

Page 324: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

d) Matriks tingkat kepentingan dan keterlibatan para pihak.

Pemetaan parapihak yang terlibat terutama ditujukan untuk mendapatkan posisi

relatif serta tingkat kepentingan dan tingkat kontribusinya pada posisi sekarang.

Secara sederhana, relasi ini dapat dilihat dalam Tabel 1.2

Tabel 1.2. Matriks analisis kepentingan dan keterlibatan parapihak

TINGKAT KEPENTINGAN

TINGGI RENDAH

TIN

GK

AT

KE

TE

RL

IBA

TA

N

KU

AT

LE

MA

H

Sumber : Diadapatasi dari Bryson (2004)

Analisis DPSIR

Analisis DPSIR adalah sebuah metode analisis untuk mengidentifikasi dan

sekaligus menganalisis isu dan permasalahan secara komprehensif dan terstrata,

dengan mengidentifikasi secara pasti faktor yang berperan sebagai pemicu

(drivers), sebagai penekan (pressure), kondisi (state), atau dampak (impact), dan

mana respon (tanggapan). Analisis DPSIR akan memudahkan kita untuk

menemukan usulan program pada respon atau tanggapan atas setiap

mermasalahan. Skema matrik identifikasi dengan metode DPSIR disajikan pada

Page 325: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

Table 1.3, sedangkan ilustrasi analisis keterkaitan DPSIR dicantumkan dalam

Gambar 1-7.

Kategori Isu/Permasalahan

Pemicu

Drivers

Tekanan/

Pressure

Kondisi

/

State

Dampak/

Impact

Skor

Prioritas

Isu/

Permasalahan

Infrastruktur

Isu/

Permasalahan 1

Isu/

Permasalahan 2

dst

Isu/

Permasalahan

Ekonomi

Isu/

Permasalahan 1

Penyebab/ Pemicu

Aktifitas

Status hasil/disebabkan dari aktifitas

Dampak (Ekologi/Biologi/Welfare/Sosial

/health)

Tanggapan:Kebijakan/ program/tindakan/

solusi

Page 326: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 327: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA
Page 328: PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA …repository.fisip-untirta.ac.id/939/1/PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI... · PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA

RIWAYAT HIDUP

Identifikasi Pribadi:

1. Nama : Asti Apriliyanti Putri

2. Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 02 April 1995

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Pekerjaan : Mahasiswi

6. Status Perkawinan : Belum Kawin

7. Alamat : Villa Tangerang Indah Jalan Gunung

Bromo CA 8 No. 16

RT 07 RW 10 Kelurahan Gebang Raya

Kecamatan Periuk Kota Tangerang 15132

8. Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan:

1. SDS Garuda Chandra Buana III angkatan 2007 berijazah;

2. SMP Bonavita angkatan 2010 berijazah;

3. SMA Islamic Centre angkatan 2013 berijazah;

4. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2013-sekarang