pembangunan aceh 2019 - ppid.acehprov.go.id 5.pdf · kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk...

16
Kita berharap KUA-PPAS ini sebagai cikal bakal RAPBA Tahun 2019 bisa dibahas dengan damai lah, dengan riang gembira tanpa bersitegang. Tentu ada masukan, saran, dan lain-lain dari DPRA sesuai dengan komisi masing- masing, nanti TAPA akan merespon itu,” Ir. Nova Iriansyah, MT Plt. Gubernur Aceh

Upload: trankiet

Post on 17-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembangunan Aceh 2019 - ppid.acehprov.go.id 5.pdf · Kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk mengubur egoisme demi terwujudnya Aceh yang sejahtera, aman dan bermartabat. Di antara

Kita berharap KUA-PPAS

ini sebagai cikal bakal

RAPBA Tahun 2019 bisa

dibahas dengan damai

lah, dengan riang gembira

tanpa bersitegang. Tentu

ada masukan, saran, dan

lain-lain dari DPRA sesuai

dengan komisi masing-

masing, nanti TAPA akan

merespon itu,”

Ir. Nova Iriansyah, MT

Plt. Gubernur Aceh

Page 2: Pembangunan Aceh 2019 - ppid.acehprov.go.id 5.pdf · Kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk mengubur egoisme demi terwujudnya Aceh yang sejahtera, aman dan bermartabat. Di antara

Edisi 05/Tahun I/2018

2 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Salam Redaksi

Jendela

Isi di luar tanggung jawab Percetakan

Alamat Redaksi: Kantor Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh. Jl. STA Mahmudsyah No. 14 Kode Pos 23243 Banda Aceh.

Email: diskominfo.acehprov.go.id

Redaksi

Gubernur AcehWakil Gubernur Aceh

Sekretaris Daerah AcehKepala Dinas Komunikasi, Informatika dan

Persandian AcehSekretaris Dinas Komunikasi,

Informatika dan Persandian AcehKepala Bidang Pelayanan Komunikasi Publik

Kepala Bidang Pengelolaan dan Layanan Informasi Publik

Kepala Bidang PersandianKasi Hubungan Media

Kasi Pengelolaan Media Komunikasi PublikKasubbag Hukum Kepegawaian dan Umum

Kasubbag Keuangan dan Pengelolaan AssetKasi Pengelolaan Informasi Publik

Fesrianevalda, ST, M.CsRicky Alfins, SE. MM

Rahmad, STDharwandra, A. Md

RosmaSiti Sundari, SE

PelindungPelindungPelindungPengarah

Penanggung jawab

Pemimpin umumPemimpin Redaksi

Dewan Redaksi

Sekretariat Redaksi

Informasi Teknologi

Photografer

Notulensi

PERHELATAN Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) VII yang mengangkat tema “Aceh Hebat dengan Adat Bu-daya Bersyariat”, yang berlangsung

sejak tanggal 5 Agustus hingga 15 Agustus 2018, berjalan sesuai harapan dan skedul yang telah ditentukan.

Acara pesta adat dan budaya yang men-gambil beberapa titik lokasi di Banda Aceh itu, ditutup secara resmi oleh Menteri Agraria Tata Ruang Kepala Badan Pertanahan Nasi-onal Sofyan Djalil di Taman Sulthanah Ratu Safiatuddin Banda Aceh, Rabu malam (15/8).

Malam puncak itu juga diumumkan bahwa Kabupaten Aceh Selatan keluar se-bagai juara umum dalam serangkaian acara yang diperlombakan pada ajang Pekan Ke-budayaan Aceh (PKA) Ke-7. Penutupan PKA ke-7 ditandai dengan membunyikan meriam bambu atau yang lebih dikenal dengan sebu-tan “bude trieng” oleh Menteri Sofyan Djalil dan Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah serta sejumlah pejabat lainnya.

Penutupan PKA ke 7 juga dimeriahkan dengan penampilan tarian meusaho yang dipersembahkan mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia-Aceh.

Menteri Sofyan Djalil mengharapkan kegiatan PKA bisa menjadi kalender rutin kegiatan budaya yang bertaraf nasional bah-kan internasional.

Bagi Sofyan Djalil, usaha menghidup-kan, mempertahankan dan mengembangkan budaya lokal melalui PKA adalah usaha yang sangat mulia. Ia menambahkan, semakin modern masyarakatnya maka identitas lokal dan budaya bakal lebih penting.

Seperti dikatakan Plt Gub Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, melestarikan budaya, jelas Nova, adalah sebuah kewajiban sebagaimana amanah Undang-Undang Dasar tahun 1945. Oleh sebab itu sudah selayaknya diberi ruang kepada budaya Aceh untuk tampil di ruang publik, sehingga budaya Aceh itu lebih dikenal, lebih dihargai dan dapat terus dikembangkan dari generasi ke generasi.

Bagaimanapun, PKA merupakan cara Aceh untuk menjaga dan mempertahank-an budaya lokal yang telah turun temurun dilakukan. Meskipun arus modernisasi men-erpa masyarakat Aceh saat ini, tetapi budaya masih melekat dan terjaga dengan rapi.

Semua kita punya harapan yang sama,

ajang PKA mampu mengembalikan marwah adat dan budaya Aceh. Sehingga, saat ini masih bisa disaksikan lewat event empat tahunan tersebut.

Memang, mempertahankan budaya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Menurutnya, perlu adanya dorongan dari in-stansi terkait yang menekankan pentingnya pembelajaran budaya sejak usia dini.

Budaya dalam arti luas merupakan salah satu alat pemersatu bangsa. Karenanya dibutuhkan tindakan dan unsur multidimen-si untuk langkah langkah pelestarian budaya itu sendiri.

Rangkaian kegiatan pada pesta adat budaya PKA ke-7 secara langsung membuat masyarakat Aceh yang sebagian telah terce-koki dengan budaya western, akan kembali menapaktilasi rangkaian prosesi adata dan budaya endatu. Hal itu menjadi modal pent-ing untuk memunculkan sikap menghargai dan menghormati warisan budaya yang ada.

Melalui PKA VII, masyarakat Aceh dan juga para pengunjung dari luar Aceh, se-cara langsung mengetahui betapa adat dan budaya Aceh memiliki nilai yang khas, serta senantiasa dalam koridor syariat Islam.

Ajang PKA seakan membuka mata warga Aceh sendiri, tentang keagungan nilai nilai dan sakralitas adat serta budaya Aceh, yang juga bersendikan dinul Islam yang telah menyatu dan menjadi panutan mas-yarakat Aceh secara general. Sakralitas adat dan budaya itulah yang harus terus diper-tahankan.

Di sisi lain, salah satu faktor pendukung diselenggarakannya PKA ke-7 adalah karena Aceh memiliki keistimewaan dalam agama, pendidikan, adat istiadat. Dan juga peran ulama yang begitu strategis dalam tatanan kehidupan masyarakat Aceh.

Ajang PKA ke-7 juga sebagai upaya menumbuhkembangkan pemahaman nilai budaya dan adat istiadat Aceh, serta mem-perkokoh jati diri bangsa.

Sebagai sebuah event budaya, PKA memiliki beragam sasaran, antara lain, meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga, mengembangkan, melestari-kan budaya daerah. Memantapkan peran budaya daerah sebagai saringan untuk budaya luar yang tak sesuai dengan budaya dan kearifan lokal Aceh.

Mempertahankan Sakralitas Adat dan Budaya Aceh

SEBUAH pesta budaya empat tahunan dengan label PKA VII baru saja usai. Perhelatan yang berlangsung meriah dan kolosal itu di-tutup oleh Menteri Agraria Sofyan Djalil. Sementara itu sebuah sinyal positif bertiup dari gedung DPRA, seputar makin mesran-ya hubungan legislatif dan eksekutif.

Kedua kubu sepakat untuk lebih memikirkan nasib rakyat Aceh di tahun 2019, dengan program utama di KUPPAS tahun an-ggaran 2019, mengutamakan program pro kesejahteraan rakyat. Kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk mengubur egoisme demi terwujudnya Aceh yang sejahtera, aman dan bermartabat.

Di antara gema takbir Idul Adha, kami merangkum kedua isu di atas menjadi isu utama dalam edisi lima tabloid yang se-dang di tangan Anda. Kami buka laporan utama kali ini, berupa reportase dari Gedung DPRA, saat eksekutif menyerahkan KUAP-PAS tahun 2019 ke legislatif.

Plt Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, dalam sambutannya kembali menyatakan komitmennya untuk melakukan pembanguna di Aceh, dengan mengedepankan unsur pemerataan. Tahun 2019 adalah harga mati terwujudnya pemerataan pembangunan di Aceh.

Pada halaman selanjutnya, Kepala BPKA Jamaluddin SE, Msi,Ak kembali mengingatkan semuanya, tentang komitmen lin-tas stake holder Aceh untuk mewujudkan pembangunan yang merata di seluruh Aceh.

Senada dengan Kepala BPKA, Kepala Bappeda Aceh Azhari Hasan SE MSi, juga mewarning pihak pihak pemegang otoritas di Aceh, agar pembangunan di Aceh hendaknya fokus dan terarah. Seti-daknya tentu sesuai dengan pakem Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Aceh hingga tahun 2022 nanti.

Sementara itu, Ketua DPRA Tgk Muharuddin S.Sos, secara lebih tegas juga menyatakan dukungan penuh pihak DPRA, agar pengesahan APBA tahun 2019 berjalan sesuai waktu. Disiplin waktu itu akan menjadi modal kedua kubu (legislatif dan ekseku-tif) untuk menggelindingkan anggaran tahun 2019, secara lebih terukur dan terarah.

Kami juga hadir dalam rubrik sesi wawancara. Kali ini kami berbincang lepas dengan tokoh sekaligus politisi Golkar, Drs H Sulaiman Abda atau yang akrab disapa Bang Leman. Kami ber-bicara banyak dengan pria yang kenyang dengan tsunami poli-tik itu. Bang Leman bukan hanya sekadar dilengserkan, tapi juga dipecat dari Golkar. Toh waktu jua yang menjadi bukti, ketika pria gempal itu kembali merengkuh posisinya sebagai Wakil Ket-ua DPRA. “Semua adalah kehendak Allah. Manusia hanya meren-canakan,” katanya.

Dalam edisi ini kami juga menurunkan sebuah laporan tentang PKA VII yang baru saja usai. Dalam kaitan itu pula kami menuliskan seputar Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang menerima gelar adat, Seri Lila Wangsa.

Masih dalam kaitan kemitraan dengan Prajurit TNI, Plt Guber-nur Aceh menyatakan pemberian gelar kehormatan itu juga bagian dari bukti kuatnya hubungan masyarakat Aceh dengan jajaran TNI.

Sesuai kondisi Aceh yang baru saja menuntaskan perhe-latan budaya secara kolosal PKA ke-7, kami juga menurunkan beberapa tulisan seputar tuntaskan PKA VII, yang berlangsung sukses dan menjadi pembelajaran bagi seluruh warga Aceh.

Di akhir edisi kali ini, kami dengan laporan ringan seputar GAMFest berupa upaya memperkenalkan budaya Aceh secara lebih dalam. Tidak hanya seputar itu, keluhuran budaya Aceh juga menjadi picu obsesi agar Aceh mampu menjadi juru damai dunia. Selamat menyimak!

Page 3: Pembangunan Aceh 2019 - ppid.acehprov.go.id 5.pdf · Kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk mengubur egoisme demi terwujudnya Aceh yang sejahtera, aman dan bermartabat. Di antara

Edisi 05/Tahun I/2018

AcehInfo 3

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Laporan Utama

Mewujudkan PemerataanPembangunan Aceh 2019

PELAKSANA Tugas (Plt) Gu bernur Aceh, Ir Nova Irian syah MT didampin-gi sejumlah Kepala Satuan

Ker ja Perangkat Aceh (SKPA), telah menyerahkan dokumen Rancangan Kebijakan Umum Anggaran - Pri-oritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) tahun 2019, kepada De-wan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) untuk segera dilakukan pembahasan.

Penyerahan dokumen ini diter-ima langsung oleh Ketua DPRA, Tgk Muharuddin didampingi dua wakil ketua, Drs. H. Sulaiman Abda dan Dalimi da lam rapat paripurna yang berlangsung di Gedung DPRA, Senin (6/8/2018).

KUA-PPAS ini nantinya meru-pakan cikal bakal untuk menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (RAPBA) tahun 2019 yang akan dibahas bersama antara Tim Anggaran Pemerintah Aceh (TAPA) dan Badan Anggaran (Bang-gar) DPRA.

Di dalam Rancangan KUA-PPAS tahun anggaran 2019, Pemer-intah Aceh telah merencanakan Pendapatan Aceh sebesar Rp 14,747 triliun dan Belanja Aceh sebesar Rp 15,781 triliun, serta Pembiayaan Aceh sebesar Rp 1.033 triliun. Defi-sit sebesar Rp 1 triliun tersebut lebih diwacanakan untuk menutupi pem-biayaan netto.

Plt Gubernur Aceh, Nova Irian syah mengatakan, Dokumen KUA-PPAS itu, disusun berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Aceh (RKA) Tahun Anggaran 2019, seba-gaimana tertuang dalam Perarturan

Gubernur Aceh Nomor 77 tahun 2018 tentang Rencana Kerja Pemba-ngunan Tahun 2019.

Belanja pembangunan sebesar Rp 15,7 triliun itu diajukan untuk melaksanakan delapan program pri-oritas 2019, yang merupakan bagian dari 15 program unggulan Pemerin-tahan Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah.

Berdasarkan dokumen KUA dan PPAS yang diserahkan ke DPRA, alokasi anggaran untuk pekerjaan umum dan penataan ruang masih tetap menduduki peringkat perta-ma alokasi anggaran terbesar, yakni mencapai Rp 2,99 triliun.

Ia merincikan, pagu rancangan belanja pembangunan 2019 diaju-kan ke DPRA senilai Rp 15,7 triliun itu, dengan sasaran delapan priori-tas pembangunan, yaitu, penurunan angka kemiskinan dan penganggu-ran, peningkatan aksesibilitas dan kualitas kesehatan, pengurangan kesenjangan antarwilayah melalui pengembangan kawasan strategis.

Kemudian, peningkatan ketah-anan pangan dan energi, penguatan Dinul Islam dan peningkatan kua-litas pendidikan, peningkatan in-vestasi dan nilai tukar hasil pertani-an, industri kreatis dan pariwisata, serta optimalisasi sumber daya alam berkelanjutan dan penurunan resiko bencana dan penataan reformasi bi-rokrasi dan penguatan perdamaian.

Prioritas tersebut, ujar Nova, harus menjadi dasar penyusunan ang-garan melalui pembahasan yang kom-prehensif, intensif dan terpadu dengan pendekatan Evidence Based Planning dan Money Follow Program. Lewat pendekatan itu diharapkan meng-hasilkan usulan program yang punya korelasi kuat dan pendanaan cukup untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran di Aceh.

“Prioritas lain adalah bagaima-na pembangunan infrastruktur me-miliki fungsi konektivitas antar-wilayah dan antarsentra produksi pasar,” katanya. Hal itu bakal mem-buat wilayah Aceh keluar dari status terisolir dan tertinggal.

Adapun tema pembangunan yang diusung pada RKPA Tahun 2019 yaitu “Pemerataan Pembangu-nan untuk Pertumbuhan Yang Ber-

kualitas”. Selain itu, agar kebijakan anggaran belanja tepat sasaran ha-rus dilaksanakan secara multi sek-tor atau biasa disebut money follow program.

Adapun alokasi anggaran un-tuk urusan pelayanan dasar yang wajib antara lain, Pendidikan dialo-kasikan Rp 2,781 triliun, Kesehatan Rp 2,228 triliun, Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Rp 2,999 triliun, Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman Rp 936,9 miliar, Pen-gairan Rp 995,4 miliar Penanggu-langan Bencana Alam Rp 112 miliar, Sosial Rp 319 miliar dan lainnya.

Selanjutnya untuk anggaran urusan wajib non pelayanan dasar antara lain, untuk keistimewaan dan kekhususan Aceh Rp 616 miliar, Per-hubungan dialokasikan Rp 380 miliar, Pendidikan Dayah Rp 375 ,5 miliar.

Kebudayaan dan Pariwisata Rp 258,7 miliar, Kepemudaan dan Olah-raga Rp 230,8 miliar, Ke agamaan (syariat Islam, Majelis Per mu sya-waratan Ulama dan Baitul Asyi) Rp 156 miliar, Tenaga kerja dialokasikan Rp 140 miliar dan lainnya.

Berikutnya untuk anggaran pe layanan pilihan antara lain, Per-tanian dialokasikan Rp 679 miliar, Kelautan dan perikanan Rp 382,5 miliar, Peternakan Rp 152 miliar, Lingkungan hidup dan kehutanan Rp 253,7 miliar, Perindustrian Rp 112,9 miliar, Pengembangan sumber daya manusia Rp 152,4 miliar.

Plt Gubernur Aceh Nova Irian-syah mengatakan, besarnya alokasi dana untuk pekerjaan umum dan penataan ruang karena pemerintah menginginkan jalan tembus lintas tengah dan lainnya bisa secepatnya dituntaskan.

Diharapkan pada akhir masa jabatan Irwandi-Nova pada tahun 2022, seluruhnya jalan tembus itu sudah tuntas dan fungsional. Ang-garan untuk program pendidikan, yang merupkan anggaran terbe-sar kedua setelah PUPR, nilainya menca pai Rp 2,7 triliun.

Anggaran sebesar itu direnca-nakan untuk pelaksanaan program bantuan pendidikan bagi anak ya-tim piatu dialokasi Rp 237,7 miliar dengan target jumlah anak didik an-

tara 99.051 orang lebih/tahun.Setiap anak akan mendapat

Rp 2,4 juta/tahun, diberikan dua kali dalam setahun. Kemudian ba-yar honor guru non PNS (kontrak) SMA/SMK/SLB Rp 267, 5 miliar de ngan jumlah guru kontrak yang mengajar antara 7.000 - 9.000 orang. Serta untuk membayar BOS SMA, SMK, dan PKLK sebesar Rp 256,4 miliar.

Anggaran untuk program kes-ehatan, yang merupakan alokasi an-ggaran terbesar ketiga setelah pendi-dikan, dialokasikan mencapai Rp 2,2 triliun.

Sebagian anggarannya digu-nakan untuk membantu dana opera-sional tiga rumah sakit, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abi din (RSUDZA), Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA), serta Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh.

Khusus untuk RSUDZA men-dapat alokasi anggaran tertingi ni-lainya mencapai Rp 782,3 miliar, sedangkan untuk RS Ibu dan Anak hanya Rp 98,2 miliar, dan RS Jiwa Rp 98,3 miliar.

Kecuali itu, digunakan untuk pembayaran pelaksanaan program JKA Plus kepada BPJS Kesehatan sekitar Rp 529 miliar/tahun. Beri-

Prioritas lain adalah bagaimana pembangu-

nan infrastruktur memi-liki fungsi konektivitas

antarwilayah dan antarsentra produksi

pasar,”

DELAPAN PRIORITAS PEMBANGU-NAN ACEH TAHUN 2019:

1. Penurunan angka kemiskinan dan pengangguran

2. Peningkatan aksesibilitas dan kuali­tas kesehatan

3. Pengurangan kesenjangan antar­wilayah melalui pengembangan kawasan strategis dan penguatan konektivitas

4. Peningkatan ketahanan pangan dan energi

5. Penguatan Dinul Islam dan pening­katan kualitas pendidikan

6. Peningkatan investasi dan nilai tukar hasil pertanian, industri kreatif dan pariwisata

7. Optimalisasi sumberdaya alam ber­ke lanjutan dan penu runan resiko bencana

8. Penataan reformasi dan birokrasi dan penguatan perdamaian

Page 4: Pembangunan Aceh 2019 - ppid.acehprov.go.id 5.pdf · Kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk mengubur egoisme demi terwujudnya Aceh yang sejahtera, aman dan bermartabat. Di antara

Edisi 05/Tahun I/2018

4 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Laporan Utamakutnya untuk kelanjutan pem-bangunan 5 unit Rumah Sakit Regional di sejumlah kabupat-en/kota yang dialokasikan dana sekitar Rp 400 miliar.

Sumber anggaran belanja pembangunan 2019, sebut Nova Iriansyah, masih tetap bersum-ber dari dana Otonomi Khusus (Otsus) sekitar Rp 8 triliun, dana perimbangan transfer pusat Rp 3,8 triliun, Pendapatan Asli Aceh (PAA) Rp 2,4 triliun, dan peneri-maan lainnya yang sah.

PLt. Gubernur Aceh Nova Iriansyah menyebutkan target pembahasan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Prioritas Pla-fon Anggaran Sementara (PPAS) 2019 akan disesuaikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri).

Berdasarkan Permendagri, kata Nova, KUA PPAS disebut-kan harus selesai dalam satu bulan tahun berjalan. Menurut-nya, Pemerintah Aceh juga tidak dapat menargetkan kapan KUA PPAS selesai dibahas jika tanpa adanya dukungan dari DPRA.

“Kita berharap ini bisa di-bahas dengan damai lah, dengan riang gembira tanpa bersitegang.

Tentu ada masukan, saran, dan lain-lain dari DPRA sesuai den-gan komisi masing-masing, nan-ti TAPA akan merespon itu,” kata Nova Iriansyah.

Nova mengatakan semua program yang masuk dalam KUA PPAS 2019 berasal dari Musyawarah Rencana Pemban-gunan (Musrenbang) Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) tahun 2019. Hal ini juga terma-suk semua program yang diusul dalam KUA PPAS 2019 karena sudah diatur dalam undang-un-dang. “Harus masuk Musren-bang itu undang-undang, mel-awan undang-undang tidak boleh,” kata Nova.

Sesuai Peraturan Menda-gri Nomor 38 tahun 2018 ten-tang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2019, dijelaskan Gubernur dan DPRD (DPRA) wajib menyetujui bersa-ma rancangan Peraturan Daerah tentang APBA tahun 2019 paling lambat 1 bulan sebelum dimulai tahun anggaran 2019.

Sejalan dengan hal terse-but, Pemerintah Aceh harus me-menuhi jadwal proses penyusu-nan dan penyampaian rancangan

KUA dan PPAS kepada DPRA untuk dibahas dan disepakati bersama, paling lambat minggu pertama bulan Agustus 2018.

Ketua DPRA, Tgk. Muha-ruddin memberikan apresiasi

dan penghargaan setinggi-ting-ginya kepada Plt Gubernur Aceh, Tim Anggaran Pemerintah Aceh (TAPA) dan SKPA, yang telah menyampaikan secara adminis-trasi dokumen KUA dan PPAS

2019, pada tanggal 12 Juli 2018.“Ini merupakan hal yang

baik, sehingga RAPBA 2019, bisa disahkan tepat waktu, atau lebih cepat lagi 30 November 2018,” ujar Muharuddin. (ms)

Puskesmas-puskesmas yang belum ada internet, kita

fasilitasi supaya tersedia jaringan internet, sehingga

bisa melapor integrasi data kesehatan.”

--Marwan Nusuf,Kepala Dinas Komunikasi,

Informatika, dan Persandian Aceh

Menuju Pengintegrasian Data Berbasis Elektronik

INAS Komunikasi, Informa-tika, dan Persandian Aceh akan mengintegrasikan ber-bagai data yang ada di sa-tuan kerja pemerintah Aceh (SKPA) dalam sebuah sistem, sehingga lebih efisien dan dapat digunakan sebagai ba-han perencanaan pemba-ngunan. Dengan adanya data yang terintegrasi, tidak akan terjadi tumpang tindih lagi, implementasi berbagai pro-gram pun akan tepat sasa-ran. “Misalnya kita mau tahu apakah si A sudah pernah mendapatkan bantuan ru-mah dari Pemerintah Aceh. Tinggal kita ceks di sistem nama dan NIK yang ber-sangkutan, langsung keluar hasilnya,” tandas Kepala Di-nas Komunikasi, Informa-tika, dan Persandian Aceh Marwan Nusuf B. HSc, MA dalam wawancara dengan wartawan Tabloid Info Aceh di kantornya, pekan lalu.

Upa ya-upaya pengintegrasian data akan terus dilakukan da-lam bentuk berbagai kegiatan pada tahun 2019 mendatang.

Saat ini data penerima bantuan rumah misalnya, kata Marwan Nusuf, masih tersebar di berbagai SKPA atau instansi yang setiap ta-hun membangun rumah war-ga miskin, seperti Dinas Peru-mahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Baitul Mal, bahkan BRA, dan sebagainya. Jika data sudah terintegrasi, sangat praktis digunakan un-tuk berbagai kebutuhan.

Dijelaskan Marwan, in-tegrasi adalah adanya saling keterkaitan antara sub sistem sehingga data dari satu sistem secara rutin dapat melintas, menuju, atau diambil oleh sistem yang lain. “ Dengan kata lain, integrasi data mer-upakan proses mengkom-binasikan data agar mudah berbagi dan dianalisis untuk

mendukung perencanaan dalam satu satuan kerja,” tan das mantan Kepala Dinas Registrasi Kependudukan Aceh ini.

Kecuali itu, pada tahun mendatang Diskominfo Aceh juga akan terus memfasilitasi akses puskesmas ke jarin-gan internet. Sebagaimana diketahui, saat ini sebagian puskesmas di Aceh belum memiliki jaringan internet. Oleh karena itulah bantuan dan fasilitasi oleh Kominfo Aceh menjadi penting agar kinerja puskesmas khususn-ya dalam pelayanan keseha-tan bisa lebih baik lagi.

“Puskesmas-puskesmas yang belum ada internet, kita fasilitasi supaya tersedia jar-ingan internet, sehingga bisa melapor integrasi data kese-hatan,” tandas Marwan Nu-suf. Marwan berharap, pada akhir tahun 2018 puskesmas sudah bisa memakai jaringan internet yang difasilitasi oleh Diskominfo Aceh.

Dikatakan Marwan, saat ini sejumlah SKPA pu-nya website yang khusus dibuat untuk menyampaikan berbagai informasi penting kepada publik. Namun, den-gan berbagai sebab, sebagian website tersebut tidak aktif. “Tentu website tersebut per-lu di-upgrade kembali un-tuk memenuhi standar pe-layanan publik,” tandasnya.

Dikatakan, baik pusk-esmas, rumah sakit, maupun SKPA dapat memanfaatkan perkembangan teknologi in-formasi untuk mendekatkan dan memudahkan pelayanan kepada publik.

Kehadiran website mis-alnya, bisa dimanfaatkan un-tuk menyampaikan informasi penting kepada masyarakat. “Sebelum mendatangi sebuah layanan, masyarakat bisa menggali informasi terlebih dahulu mengenai instansi yang bersangkutan, apakah itu terkait dengan pelayanan kesehatan atau pelayanan lain yang menjadi fungsi lembaga yang bersangkutan,” tambahnya. Kecuali itu, web-site juga bisa menjadi sarana branding dan promosi instan-si yang bersangkutan.

Nah, di luar soal sistem yang terintegrasi, Diskomin-fo juga terus mendorong ke-terbukaan informasi publik. Saat ini bahkan telah disusun Rancangan Qanun Aceh ten-tang Pengelolaan Keterbu-kaan Informasi Publik. Draf qanun ini dibuat sebagai se-mangat untuk mendukung visi pemerintah Aceh dalam hal keterbukaan informasi publik. Selain itu, Diskomin-fo juga sudah menyiapkan draf Qanun SIAT. “Kedua-nya sudah memiliki draf aka demisnya, tinggal lagi pembahasan di lembaga leg-

islatif sehingga nanti bisa di-undangkan dalam lembaran daerah,” tandasn Marwan.

Tim ITSaat ini, kata Marwan,

pihaknya memiliki tim IT yang bisa membuat berbagai aplikasi khusus yang dibutuh-kan pemerintah Aceh. Tim IT ini juga bisa membantu dan memfasilitasi berbagai kebu-tuhan SKPA terkait peng-gunaan teknologi informasi dalam pelaksanaan berbagai program pembangunan.

“Sebuah sistem yang di rancang oleh pihak ketiga biasanya bernilai ratusan juta rupiah. Nah, kalau belasan atau puluhan SKPA meng-gunakan jasa pihak ketiga, maka anggaran yang diha-biskan miliaran rupiah setiap tahun. Dengan bantuan tim IT Diskominfo Aceh, maka bisa menghemat anggaran miliaran rupiah per tahun,” tandas alumnus University of Malaya ini.

Sejauh ini tim IT Disko-minfo Aceh sudah membuat beberapa aplikasi. Salah sa-tunya adalah aplikasi PPID Pemerintah Aceh. Aplikasi ini bisa didownload secara gratis di playstore. Ada beberapa me nu di aplikasi ini, antara lain Pelayanan, Regulasi, In-formasi Publik, Berita, dan Tracking. “Aplikasi ini akan terus kita sempurnakan, seh-ingga dapat memenuhi hara-pan publik,” tandasnya. Pelan tapi pasti, berbagai terobosan yang dilakukan Diskominfo Aceh akan mempercepat ter-wujudnya visi PPID, yakni pe-layanan informasi yang trans-paran dan akuntabel untuk memenuhi hak pemohon in-formasi sesuai dengan keten-tuan perundang-undangan.(*)

D

Page 5: Pembangunan Aceh 2019 - ppid.acehprov.go.id 5.pdf · Kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk mengubur egoisme demi terwujudnya Aceh yang sejahtera, aman dan bermartabat. Di antara

Edisi 05/Tahun I/2018

AcehInfo 5

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Laporan Utama

Butuh Komitmen Bersama Eksekutif dan Legislatif

MENTERI Dalam Negeri (Men dagri) Tjahjo Kumolo telah menerbitkan

Peraturan Men teri Dalam Negeri (Permendagri) No-mor 38 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyu sunan Angga-ran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2019.

Dalam Permendagri tersebut diatur bahwa APBD/APBA tahun anggaran 2019 harus sudah disetujui bersa-ma oleh kepala daerah dan DPRD/DPRA paling lambat satu bulan sebelum dimulain-ya tahun anggaran 2019.

Kepala Badan Pengelo-laan Keuangan Aceh (BPKA) Jamaluddin SE M.Si Ak, men-gaku pihaknya optimis APBA tahun anggaran 2019 dapat disahkan tepat waktu.

Dalam Permendagri No-mor 38 Tahun 2018 ditekank-an bahwa pengesahan ang-

garan tidak boleh melewati 30 November 2018. Artinya, di 30 November tersebut bukan KUA-PPAS, melainkan persetujuan bersama antara eksekutif dan legislatif.

Dengan adanya komit-men dari semua pihak, alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (FE Unsyiah) ini menyatakan keyakinannya bahwa APBA tahun 2019 dapat ditetapkan dengan qanun tepat waktu. “Kita punya komitmen, begitu juga dengan pihak DPRA,” terang Jamaluddin.

Sejauh ini ia melihat perkembangannya sudah san-gat bagus, apalagi Ketua De-wan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Tgk. Muharuddin juga sudah menyatakan paling telat tanggal 30 November 2018 sudah bisa tetapkan rancan-gan qanun,” kata Jamaluddin.

Dirinya juga mengaku

optimis APBA 2019 dapat disahkan dengan qanun. Apalagi melihat pem-bahasan antara Tim Anggaran Pemerintah Aceh (TAPA) dengan Badan Angga-ran (Banggar) DPRA berjalan sangat harmo-nis, komunikasi antara eksekutif dan legislatif juga berjalan cukup baik sejauh ini.

“Saya pikir itu harapan kita dan harapan seluruh mas-yarakat Aceh APBA 2019 bisa ditetapkan dengan rancangan qanun,” kata alumnus UGM ini.

Untuk itu dirinya meng-ingatkan bahwa dokumen Kebijakan Umum Anggaram (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang sudah disusun Pemerin-tah Aceh adalah milik bersa-ma, milik seluruh Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA), bukan hanya tim anggaran.

Untuk itulah, perlu dukungan semua SKPA agar pada saat pembahasan nan-tinya dapat berjalan lancar. Terkait dengan data – data yang dibutuhkan DPRA, baik itu oleh Banggar maupun komisi – komisi supaya dapat dipenuhi.

“Dokumen KUA-PPAS su-dah disampaikan kepada DPRA

pada 12 Juli 2018 lalu. Sedari awal sudah harus menyiapkan data - data yang dibutuhkan, sehingga proses pembahasan bisa berjalan lancar, lebih efektif dan optimal,” kata pria kelahiran 1 Juli 1975 ini.

Kemudian Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah secara resmi juga telah menyerahkan dokumen KUA- PPAS sebagai cikal bakal RAPBA 2019 pada Sidang Paripurna DPRA, Senin, 6 Agustus 2018.

Ia mengungkapkan, dokumen KUA-PPAS diserah-kan tersebut memuat tentang gambaran kondisi ekonomi makro, termasuk perkemban-gan indikator ekonomi makro daerah, asumsi dasar peny-usunan APBA 2019 dan laju inflasi.

Serta memuat gambaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan asumsi lain terkait dengan kondisi ekonomi daerah, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah serta kebijakan pembiayaan yang menggam-barkan sisi defisit dan surplus anggaran daerah.

Ia menjelaskan, bahwa KUA – PPAS disusun berdasar-kan Rencana Kerja Pembangu-nan Aceh (RKPA) Tahun 2019 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Gubernur Aceh No-mor 77 Tahun 2018 tentang Rencana Kerja Pembangunan Aceh (RKPA) tahun 2019.

“Jadi, sekarang sedang dalam proses pembahasan juga bersama dengan DPRA. Tim TAPA dengan Banggar DPRA sudah mulai membahas selanjutnya kita tunggu apa-kah nanti Banggar melimpah-kan kepada komisi – komisi terkait untuk melakukan pembahasan atau tetap dilan-jutkan Banggar dengan Tim TAPA,” ujarnya.

Dalam KUA-PPAS tahun anggaran 2019, Pemerintah Aceh telah merencanakan Pendapatan Aceh sebesar Rp14.747.490.562.630 dan Belanja Aceh direncakan se-

besar Rp15.781.318.934.079. sedangkan pembiayaan Aceh sebesar Rp1.033.828.371.449.

Terkait dengan kom-posisi belanja, untuk belan-ja yang dialokasikan atau direncanakan ditahun 2019 adalah sebesar Rp 15,781 triliun, terdiri Belanja Tidak Langsung (BTL) Rp 4,297 triliun, kemudian belanja langsung Rp 11,484 triliun.

Pada belanja tidak langsung ada belanja pegawai, ada belanja subsidi, ada belan-ja hibah, ada bantuan sosial ada belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota.

Ada bantuan keuangan untuk partai politik, bantuan keuangan kepada kabupaten/kota dalam rangka pelaksa-naan MTQ tingkat provinsi.

Kemudian ada belanja langsung, ada belanja pegawai yang terkait dengan pelak-sanaan sebuah kegiatan. Ada belanja barang dan jasa, ada belanja modal.

Disebutkan, paling dom-inan adalah belanja barang dan jasa mencapai Rp6, 990 T. Dari jumlah tersebut, terdiri dari belanja untuk program kegiatan dana otsus kabupat-en/kota.

Lebih lanjut disampaikan-nya, bahwa rancangan KUA PPAS yang diajukan beberapa waktu lalu persis sama dengan RKPA. Tentu nantinya di DPRA ada proses pembahasan.

“Kalau memang ada ke-giatan yang sifatnya bencana alam tentu masih bisa beru-bah, ada kegiatan kebijakan nasional seperti DAK yang kita usulkan misalnya sekian, begitu sampai platform-nya ternyata lebih, itu kan tinggal menyesuaikan,” jelasnya,

Begitu juga kalau ada kebijakan daerah yang mende-sak, tinggal dimusyawarkan saja antara DPRA dan Pemer-intah Aceh.“Yang diserahkan kemarin juga sudah mengi-kutkan Silpa, target Silpa kita adalah Rp1,1 triliun,” demiki-an pungkasnya. (sli)

Jadi, sekarang sedang dalam proses pembaha-san juga bersama dengan DPRA. Tim TAPA dengan Banggar DPRA sudah mu-lai membahas selanjutnya kita tunggu apakah nanti Banggar melimpahkan kepada komisi – komisi terkait untuk melakukan pembahasan atau tetap dilanjutkan Banggar den-gan Tim TAPA,”

Jamaluddin SE M.Si Ak Kepala BPKA

Page 6: Pembangunan Aceh 2019 - ppid.acehprov.go.id 5.pdf · Kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk mengubur egoisme demi terwujudnya Aceh yang sejahtera, aman dan bermartabat. Di antara

Edisi 05/Tahun I/2018

6 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Laporan Utama

SELAIN itu, Kepala Bappeda Aceh, Azhari Hasan juga mene-gaskan Pemerintah Aceh pada ta-hun-tahun mendatang berupaya keras menekan angka kemi-skinan. Setidaknya, kata Azhari, setiap satu tahun, pemerintah dapat menurunkan angka kemi-skinan satu persen, sesuai dengan instruksi gubernur dalam visi dan misi Pemerintah Aceh.

“Penurunan angka kemi-skinan menjadi prioritas utama. Salah satu yang belum bagus seka-rang soal kemiskinan. Gubernur menginginkan setiap tahun angka kemiskinan di Aceh turun satu persen. Maka kita dalam KUA PPAS RAPBA 2019 anggaran un-tuk penunjang penurunan angka kemiskinan itu lumayan besar,” sebut Azhari.

Untuk menurunkan angka kemiskinan ini, pemerintah su-dah merancang skenario dan pro-gram yang akan diimplementa-sikan dalam APBA apabila sudah disahkan nanti.

Yaitu pertama melalui pening-katan pendapatan petani dengan berbagai program pemberdayaan, pelatihan, dan kedua mengurangi beban pengeluaran petani dengan memberi bantuan, dan subsidi.

“Kita harapkan dengan KUA - PPAS yang sudah diusul Pemer-intah Aceh kepada DPRA dapat bahas dengan optimal dan ada ma sukan-masukan untuk kesem-purnaannya. Sehingga setiap pro-gram dalam APBA yang akan di jalankan nanti dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat,” sebutnya. (sr)

Pembangunan Aceh Harus dan TerarahFokus

PROGRAM pembangu-nan Aceh mulai me-masuki babak baru menyusul Plt. Guber-

nur Nova Iriansyah menyerah-kan dokumen Kebijakan Umum Anggaran dan Priori-tas Plafon Anggaran Semen-tara (KUA-PPAS) sebagai cikal bakal Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (RAPBA) Tahun Anggaran 2019 kepada Dewan Per-wakilan Rakyat Aceh (DPRA), pada Senin 6 Agustus lalu da-lam sidang paripurna khusus di Gedung DPRA.

Dokumen KUA-PPAS Ta-hun Anggaran 2019 selanjutn-ya akan memasuki pembaha-san bersama secara internal di Badan Anggaran DPRA. Ada-pun rincian KUA PPAS RAPBA tahun anggaran 2019 menem-patkan pendapatan asli Aceh Rp 14.747.490.562.630, be-lanja Rp 15.781.318.934.079, defisit Rp 1.033.828.371.449, dan pembiayaan Rp 1.033.828.371.449.

Menurut pandangan Ke pala Badan Perencana an Pembangunan Daerah (Bap-peda) Aceh Azhari Hasan SE, M.Si, pada tahun 2019 Pe-merintah Aceh berkomitmen menjalankan pembangunan yang terfokus dan terarah berdasarkan visi dan misi gu-bernur yang sudah dijabarkan

dalam dokumen KUA-PPAS RAPBA tahun 2019.

Seperti diketahui sesuai harapan masyarakat Aceh, Gubernur Aceh mulai mere-alisasikan berbagai kebijakan pembangunan menuju “Aceh Hebat” seperti tertuang dalam 15 program unggulan Pemer-intahan Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah.

Program Aceh Hebat su-dah mulai dimasukkan dalam APBA tahun 2018, dan ke de-pan secara bertahap semua program tersebut akan dima-sukkan dalam APBA tiap tahun.

Ada pun program unggu-lan Irwandi-Nova yang mulai direalisasikan menggunakan APBA meliputi Aceh Seu-jahtera (JKA Plus), Aceh SIAT, Aceh Carong, Aceh Energi, serta Aceh Meugoe dan Meu-laot. Selanjutnya, program Aceh Troe, Aceh Kreatif, Aceh Kaya, Aceh Peumulia dan Aceh Dame. Program lainnya, Aceh Meuadab, Aceh Teuga, Aceh Green, Aceh Seuniya dan Aceh Seumeugot.

“Pada tahun ini kita ingin melakukan pembangunan se-suai dengan visi dan misi Pak Gubernur. Itu ada 15 program unggulan. Seperti antara lain kesehatan, pendidikan, pem-berdayaan ekonomi. Untuk melaksanakan semua pro gram pembangunan ini tentunya ada

program-program pendukung yang harus dilakukan. Jadi sekarang kita upayakan pro-gram pembangunan ini bisa berjalan terfokus dan terarah,” ujar Azhari Hasan.

Menurutnya, sudah seki-an lama Aceh membangun dengan menghabiskan ang-garan besar, namun hasilnya kurang memberi dampak ter-hadap kemajuan Aceh. Salah satu penyebabnya adalah kegiatan pembangunan yang berjalan tidak terarah dan terfokus.

Sehingga setiap tahun nyaris tidak ada program pem-bangunan Aceh yang dapat dinikmati masyarakat dan ber-dampak luas bagi perbaikan kualitas hidup dan perbaikan ekonomi masyarakat.

Bahkan, kata Azhari, banyak hasil dari kegiatan pembangunan yang tidak fungsional yang pada akh-irnya anggaran yang dialo-kasikan pemerintah terbuang dengan sia-sia.

“Sudah sekian lama kita membangun ternyata ban-yak juga (hasil pembangu-nan yang belum fungsional). Karena itu sekarang kita ingin lebih fokus agar pembangu-nan lebih fungsional. Untuk tahun ini kita lebih cenderung melakukan kegiatan yang mendorong agar manfaat dari pembangunan itu bisa terwu-jud, dan dirasakan langsung dampaknya di masyarakat. Kalau tidak, setiap tahun an-ggaran selesai, tapi dampak pembangunan itu tidak ada,” ujar Azhari yang juga Wakil Ketua Tim Anggaran Pemer-intah Aceh (TAPA).

Menurutnya, berb-agai dampak pembangunan yang tidak fungsional terse-but dapat dilihat dari masih tingginya angka kemiskinan, pengangguran, kualitas pen-didikan masyarakat rendah dan tingkat pertumbuhan

ekonomi yang masih lemah. Sebab itu, kata Azhari,

agar pengalaman masa lalu tersebut tidak terulang kem-bali, maka Pemerintah Aceh berupaya untuk melakukan pembenahan dari sisi peren-canaan pembangunan.

Solusinya, kata Azhari, adalah program pemban-gunan yang dijalankan pe-merintah harus terfokus dan terarah. Misalkan di sektor pen didikan, pemerintah akan menetapkan target mencip-takan pendidikan yang ber-kualitas.

“Kalau kita mau bangun pendidikan apanya yang mau kita bangun, tentu kualitasn-ya. Sekarang kita fokuskan pada kualitasnya. Demikian pula dengan kesehatan, apan-ya yang kita bangun, padahal JKRA sudah lama betul ada. Tapi orang Aceh makin lama makin banyak yang sakit,” ujarnya.

Untuk ke depan, kata Azhari, untuk sektor keseha-tan, pemerintah mengupay-akan menekan angka mas-yarakat yang sakit dengan menerapkan upaya preventif dan promotif.

“Jadi tidak lagi men-gandalkan sistem kuratif atau mengobati. Jadi kita balik ke arah preventif dan promotif. Sedangkan pendidikan kita balik ke arah kualitasnya,” se-

but Azhari yang juga mantan Asisten II Setda Aceh ini.

Selanjutnya, di sektor infrastruktur. Pemerintah Aceh menargetkan setiap in -frastruktur yang dibangun menggunakan anggaran pe-merintah harus berfung-si maksimal dan memberi dampak positif bagi pening-katan kualitas hidup ma-syarakat.

Misalkan pembangu-nan irigasi. Menurut Azhari, irigasi yang standar berfung-si dapat mengalirkan air ke sawah sehingga semua areal sawah mendapat air yang cukup untuk pengembangan sektor pertanian.

“Begitu arah pemban-gunan yang kita ciptakan se-karang, targetnya sekarang semua infrastruktur yang dibangun harus fungsional. Kalau dalam ilmu perenca-naan itu jangan output saja yang ditargetkan, tapi juga outcome. Kalau output mis-alnya kita bangun irigasi, ada tidaknya air kita tidak mau tahu. Tapi kalau outcome iri-gasi harus bisa menglirkan air sampai ke areal sawah sehingga ada dampaknya. Ka-lau sudah ada air maka orang sudah bisa bercocok tanam. Kalau sudah bercocok tanam dampaknya pada peningka-tan ekonomi masyarakat,” se-but Azhari. (sr)

...Untuk melaksanakan semua program pembangunan ini tentunya ada program-pro-

gram pendukung yang harus dilakukan. Jadi sekarang kita upayakan program pembangu-

nan ini bisa berjalan terfokus dan terarah.”

Azhari Hasan, SE, M.SiKepala Bappeda Aceh

Target Turunkan Angka Kemiskinan Tiap Tahun

Pembangunan Aceh Harus dan

Page 7: Pembangunan Aceh 2019 - ppid.acehprov.go.id 5.pdf · Kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk mengubur egoisme demi terwujudnya Aceh yang sejahtera, aman dan bermartabat. Di antara

Edisi 05/Tahun I/2018

AcehInfo 7

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Laporan Utama

Komitmen Legislatif Untuk Pengesahan APBA

SEIRING diserahkannya Rancangan Kebijakan Umum Anggaran - Pri-oritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS)

tahun 2019 oleh Pemerintah Aceh, kini beragam agenda telah disusun oleh Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) guna mengoptimalkan pembahasan tersebut.

Di dalam Rancangan KUA-PPAS tahun anggaran 2019, Pemerintah Aceh telah meren-canakan Pendapatan Aceh sebe-sar Rp 14,747 triliun dan Belanja Aceh sebesar Rp 15,781 triliun, serta Pembiayaan Aceh sebesar Rp 1.033 triliun.

Sebagai lembaga yang me-miliki fungsi legislasi, angga-ran, dan pengawasan tentu akan mempelajari dengan cermat terhadap program-program yang diusulkan oleh Pemerin-tah Aceh melalui Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) yang ada agar benar-benar berpihak kepada masyarakat.

“DPRA telah menerima KUA - PPAS dari Pemerintah Aceh yang diserahkan langsung oleh Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah dan saat ini kita telah menyisir terhadap pro-gram-program yang diajukan dalam KUA,” ujar Ketua DPRA, Tgk Muharuddin S.Sos di ruang

kerjanya. Sebagai orang nomor

satu di lembaga parlemen Aceh, Tgk Muharuddin menje laskan ada delapan program prio ritas yang diajukan dalam KUA-PPAS oleh Pemerintah Aceh untuk rencana anggaran tahun 2019 dan saat ini te lah melalui proses penyisiran yang dilakukan oleh Badan Anggaran DPRA.

Disebutkannya, delapan program prioritas yang diaju-kan oleh Pemerintah pada tahun anggaran 2019 adalah penurunan angka kemiskinan dan Pengangguran, meningkat-kan aksesibilitas dan kuali-tas kesehatan, pengurangan ke senjangan antar wilayah me lalui pengembangan kawa-san strategis dan penguatan Konektivitas.

Kemudian, meningkatkan ketahanan pangan dan energi, penguatan Dinul Islam dan peningkatan kualitas pendidik-an, meningkatkan investasi dan nilai tukar hasil pertanian, industri kreatif dan pariwisata, optimalisasi sumberdaya alam berkelanjutan dan penurunan resiko bencana dan penataan reformasi dan birokrasi dan penguatan perdamaian.

“Hingga saat ini Badan Anggaran (Banggar) DPR Aceh telah membahas KUA dan selanjutnya akan dilanjutkan ter-hadap pembahasan PPAS,” kata Politisi Partai Aceh tersebut.

Pria yang akrap di sapa Tgk Muhar ini menjelaskan, da-lam pembahasan KUA tersebut, tentu ada sejumlah masukan yang telah disampaikan oleh Banggar DPRA kepada Pemerin-tah Aceh terhadap program yang diususlkan pada tahun 2019 seperti menurunkan

angka kemiskinan dan pengang-guran di provinsi berpenduduk sekitar lima juta jiwa itu.

Tentu program yang diusulkan tersebut bukan ditolak atau tidak disetujui oleh lembaga legislatif tersebut, tapi Banggar DPR Aceh memberi catatan untuk Pemerintah Aceh yakni menyediakan data base yang terintegrasi antara provin-si dan kabupaten/kota.

Data terintegrasi yang dimaksud tersebut tak lain adalah agar berbagai program yang digulirkan oleh pemerintah tersebut tepat sasaran dan target penurunan angka kemiskinan akan dapat terurukur seperti ditargetkan sekitar satu persen.

Dan seiring adanya da ta terpadu tersebut angka pe-nurunan angka kemiskinan da pat ditargetkan bisa turun dua sampai tiga persen setiap ta hunnya.

“DPRA menyarankan agar sebelum program ini diluncur-kan perlu adanya data yang terintegrasi antara Pemerintah Aceh dan kabupaten/kota seh-ingga seluruhnya sesuai dengan by name by address,” kata Tgk Muhar.

Sebagai orang yang dibe rikan amanah oleh rakyat, pihaknya tidak ada sedikit pun memiliki niat untuk mengham-bat dan menolak program yang diusulkan oleh Pemerintah Aceh, yang tujuannya tak lain adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di provinsi ujung paling barat Indonesia itu.

Menurut dia apabila Pe-merintah Aceh belum memiliki data base terintegrasi tersebut, maka akan meraba-maraba atau tidak dapat fokus dalam mengimplementasikan pro-gram-program yang digulirkan untuk pengentasan kemiskinan dan pengangguran.

Kehadiran data terintegrasi tersebut akan menjadi salah satu kunci untuk memaksimal seluruh program yang digulirkan dan dibiayai oleh pemerintah.

“Seharusnya Aceh telah memiliki data yang terintegrasi ditengah banyaknya anggaran yang diberikan oleh Pemerintah Pusat seperti Dana Otonomi Khusus (Otsus Aceh), sehingga upaya percepatan penurunan angka kemiskinan dan pemba-ngu nan dapat terlaksana,” harapnya.

Ia mengatakan, dalam pro gram penurunan angka kemiskinan dan pengangguran, pihaknya melihat ada sekitar 11 sub program diantaranya rumah layak huni, pemasangan listrik untuk keluarga kurang mampu dan beasiswa anak ya-tim yang perlu adanya dukun-gan data base yang terintegrasi.

“Artinya, jika Aceh memili-ki data base tersebut maka pe-nerima manfaat tersebut akan berubah status seiring adanya perubahan seperti telah memili-ki rumah layak huni,” katanya.

Karenanya, kehadiran data base merupakan hal mutlak yang harus disegerakan oleh eksekutif, sehingga berbagai program yang digulirkan pada tahun anggaran 2019 nantin-ya benar-benar tepat sasaran dan upaya menurunkan angka kemis kinan dan pengangguran dapat terwujud di masa men-datang.

Ia menambahkan, secara umum KUA-PPAS yang diusul-kan oleh pihak eksekutif ke legislatif tersebut telah mencer-minkan dari visi dan misi Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dan Wakil Gubernur Aceh, Nova Iriansyah.

Selain memuat kerangka masalah, penyusunan KUA-PPAS akan memuat indikator ekonomi dan upaya pemeca-han masalah yang muncul dan berkembang dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Selain itu dokumen KUA-PPAS akan menyusun langkah moni-toring, evaluasi serta Musrem-bang.

Dalam KUA juga tertuang penyaluran aspirasi, kebijakan strategis program dan kegiatan juga kebijakan ekonomi makro, pendapatan domestik regional (PDRB) dan indeks pemban-gunra an manusia (IPM).

Pihaknya akan mendu-kung serta akan memperjuan-gan sepenuhnya terhadap program-program yang akan dibiayai pada tahun 2019 be-nar-benar menyentuh langsung kepada masyarakat yang nan-tinya bermuara kepada pening-katan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat di seluruh pelosok kabupaten/kota di Aceh.

Sebagai wujud dan komit-men, DPR Aceh akan bekerja maksimal serta meminta du-kungan dari semua komponen terutama pihak eksekutif dalam bersama-sama membahas dan nanintya dapat mengesahkan anggaran tepat waktu sesuai dengan perundang undangan yang berlaku. (ifd)

Target Selesai dan Disahkan 30 NovemberKETUA DPR Aceh, Tgk Muha-ruddin juga meminta agar pen-etapan RAPBA tahun anggaran 2019 harus tepat waktu dan dapat disahkan dalam bentuk qanun. Ada beberapa kon-sekuensi bila terjadi keterlam-batan dalam pengesahan APBA, baik itu bagi Pemerintah Aceh maupun kepada DPR Aceh.

“Kami targetkan untuk pengesahan APBA 2019 dapat dilaksanakan pada 30 November 2018. Kami juga mohon dukun-gan dan doa dari semua pihak semoga keinginan ini dapat terwujud sesuai dengan jadwal yang telah disepakati,” katanya.

Ketua DPRA juga meng-ingatkan agar perencanaan pe-nyusunan RAPBA 2019 harus dilakukan secara konsisten, di mulai dari RKPA, KUA/PPAS, RKA SKPA/PPKA dan terakhir menjadi RAPBA.

Saat ini Pemerintah Re-publik Indonesia telah mengelu-arkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan

APBD Tahun Anggaran 2019.“Untuk menghindari ke-

terlambatan penetapan APBA tahun anggaran 2019, Per-mendagri dimaksud dapat menjadi pedoman bagi kita dalam penyusunan dan pem-bahasan APBA tahun anggaran 2019, sehingga tidak lagi ter-lambat,” ungkap Muharuddin.

Lanjut Muharuddin, da-lam Permendagri Nomor 38 tahun 2018, dijelaskan bahwa Gubernur dan DPRD (DPRA) wajib menyetujui bersama ran-cangan Peraturan Daerah ten-tang APBA tahun 2019 paling lambat 1 bulan sebelum dimu-lainya tahun anggaran 2019.

Sejalan dengan hal terse-but, katanya, Pemerintah Aceh harus memenuhi jadwal proses penyusunan APBA tahun ang-garan 2019, mulai dari peny-usunan dan penyampaian Ran-cangan KUA dan Rancangan PPAS kepada DPR Aceh untuk dibahas dan disepakati bersa-ma paling lambat minggu per-tama pada bulan Agustus 2018.

DPR Aceh turut memberi apresiasi dan penghargaan se-tinggi-tingginya kepada Plt Gubernur Aceh yang telah men-yampaikan secara administrasi Rancangan KUA dan Rancangan PPAS pada tanggal 12 Juli 2018.

“Ini cerminan seiring se-langkah dalam mengesahkan RAPBA tahun anggaran 2019 secara tepat waktu, dan kita berharap bisa kita tuntaskan pada 30 November 2018 seh-ingga menjadi tonggak sejarah baru untuk Aceh,” sebutnya.

Dia menyebutkan biasa nya proses pembahasan APBA san-gat bergantung pada kinerja di komisi-komisi. Namun, dia men-gaku untuk saat ini adanya sema-cam chemistry yang membuat interaksi antara legislatif dengan eksekutif menjadi lebih baik.

Muharuddin berharap hu-bungan seperti ini tetap berlan-jut. “Mudah-mudahan itu bukan hanya lipstik, bukan hanya ser-emonial saja, bukan sekedar ka-ta-kata, itu yang kita harapkan,” kata Muharuddin.(ifd)

Tgk. Muharuddin, S.SosKetua DPRA

Page 8: Pembangunan Aceh 2019 - ppid.acehprov.go.id 5.pdf · Kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk mengubur egoisme demi terwujudnya Aceh yang sejahtera, aman dan bermartabat. Di antara

Edisi 05/Tahun I/2018

8 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Kalau semua berkomit-ment, apa sih yang nggak

bisa dilakukan. Jika kita benar benar berbicara

atas kepentingan rakyat, semuanya tak masalah

dan bisa dilakukan. Apa sih yang tak bisa dilaku-kan. Kalau pun nantinya

tak juga sesuai jadwal, tentu semuanya akan ber-tanya lagi..ada apa kok tak

juga selesai!”

Drs. H. Sulaiman AbdaWakil Ketua DPRA

Mari Jujur Terhadap Diri Sendiri

GAYA politisi senior yang satu ini me-mang beda! Jauh dari kesan formal apalagi

protokoler. Sabtu (25/8) lalu sekitar pukul 14.10 WIB saat kruu Tabloid Info Aceh sing-gah di Rumoh Aceh, Gampong Tibang, pria ini didapati se-dang tiduran di sofa bambu yang sederhana. “Saya biasa menghabiskan waktu di sini, sambil menerima tamu dan para kolega,” ujarnya santai.

Itulah style sebenarnya lelaki itu, tampil apa adanya, tanpa basa basi. Dia adalah Drs H Sulaiman Abda, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Perwa-kilan Rakyat Aceh (DPRA),

seorang politisi dari Partai Golkar yang terhitung sudah kenyang dengan asam garam politik.

Figur yang mended-ikasikan diri hanya untuk Partai Golkar itu, benar benar telah karatan di ‘Partai Beringin’. Ia memulainya dari bawah sebagai kader akar rumput, hingga menjadi sosok yang tak tergoyahkan pada salah satu partai tertua dalam kancah politik nasio-nal tersebut.

Jangan ditanya soal pahit getir menjadi kader Golkar pada sosok yang satu ini. Ia mengalami semuanya, termasuk dicampakkan dari biduk Golkar, ketika partai itu

terjebak kisruh internal. Ya..bukan hanya sekadar dicopot dari posisi di legislatif, Bang Leman--demikian--ia disapa, yang mantan Ketua Golkar Aceh itu sempat dipecat dari status sebagai kader Golkar.

Toh tsunami politik yang ia alami itu akhirnya berlalu dengan manis. Bang Leman kembali masuk line up. Bukan hanya sebagai kader, tapi posisi Wakil Ketua DPRA, kembali singgah ke dirinya. “Saya pikir itu semua adalah ketentuan dari Allah. Jika Allah berkehendak, semuan-ya bisa terjadi. Toh semuanya adalah fana. Hanya Allah yang Maha Abadi,” ujar Sulaiman Abda, yang siang itu tampil

sangat sederhana.Ketika ditanya soal ta-

hun politik di 2019, mantan kandidat Walikota Banda Aceh itu menyahuti dengan arief. “Pesta politik adalah milik rakyat, bukan politisi atau birokrat. Artinya, semua ada di tangan rakyat sebagai pemilik amanah. Tentu mereka tidak hanya melihat dengan cara sekelebat. Akan tetapi melihat siapa yang benar benar mereka yakini berbuat dan berpikir untuk mereka, di masa lalu, kini dan mendatang,” tutur Bang Leman.

Berikut petikan wawan-cara yang kami turunkan untuk Anda;

Tahun 2019 yang diklaim sebagai tahun poltik makin dekat, bagaimana Anda melihat konstelasi politik di Aceh saat ini?.

Bagi saya tergantung dari mana kita melihatnya. Termasuk misi politik seseorang. Karena rakyat juga makin cerdas dalam menyikapi riuh rendah tahun poli-tik itu sendiri.

Bisa Anda rincikan secara lebih lugas?

Begini! Yang perlu diingat oleh semua stake holder politik, hari ini, rakyat hanya melihat siapa yang telah berbuat untuk mereka. Bahkan juga siapa yang sangat ber-potensi untuk terus berbuat dan memikirkan mereka. Itu saja!

Rakyat juga sudah sangat jeli membaca manuver manuver yang ada. Mereka tahu mana itu hanya kepentingan sejenak, atau memang keluar dari nurani yang paling da-lam para pelaku politik itu sendiri. Itu berlaku bukan hanya untuk memilih pengemban amanah di level kabupaten/kota, propinsi tapi juga untuk strata nasional. Rakyat melihat siapa yang telah berbuat dan akan terus berbuat untuk mereka.

Artinya image itu harus ter-bangun secara alami di tataran grass root?

Ya semua dimulai dari tingkat gampong hingga level nasional sekali pun. Hari ini mari kita in-trospkesi pada diri sendiri, sejauh mana kita telah berbuat untuk rakyat. Mari kita jujur dengan diri sendiri. Aapa yang telah berikan untuk rakyat selama ini.

Dalam hal ini rakyat bu-kanlah rakit politik yang dibu-tuhkan secara temporer sesuai tuntutan keadaan

Betul sekali. Siapa pun harus berkomitmen, rakyat bukanlah rakit politik yang bisa diotak atik. Karena rakyat Aceh saat ini sudah lihai dan bijak menyikapi keadaan, termasuk merespon semua geliat di tahun politik, serta kearifan para pemimpinnya.

Sebagai seorang politisi senior, bagaimana Anda melihat dunia politik itu sendiri?

Jujur....kadang kita terjebak dalam sandiwara politik, hingga berefek ke realitas sosial seperti saat ini. Sekarang rakyat menanti siapa yang bisa mengeluarkan mereka dari jebakan sandiwara politik itu.

Bisa diperjelas sandiwara yang bagaimana?

Dunia politik tak jauh dari lakon sandiwara. Seperti penjual obat. Kini hanya butuh siapa yang benar benar obatnya dibeli oleh masyarakat. Ingaat...kan tidak mungkin kita jual obat di depan apotek.

Apa Anda melihat rakyat makin cerdas dalam menyikapi ‘jualan’ itu?

Saya pribadi melihat fenome-na seperti itu.

Bagaimana jika ada yang nekat ‘mengobral jualan’ saat makin mendekati titik krusial dalam pesta demokrasi itu sendiri?

Itu sah sah saja dalam politik. Tapi ingat, dalam hal mencapai semua tujuan, sebagai kaum muslim kita ada rambu rambu dalam agama. Se- lain itu juga ada ram-bu rambu hukum di negeri ini. Jadi kon-sekuen-sinya, semua harus siap dengan semua efek yang ditimbulkan. Terma-suk konsekuensi moralitas se-lama kita menyandang amanah rakyat.

Bagaimana dengan sikap pribadi Anda?

Saya hanya berserah diri pada Allah. Jika memang Allah berkehendak dan memastikan saya mampu untuk mengamban amanah, tentu saya akan diper-caya. Kalau memang tak memberi manfaat, tentu Allah tak memberi-kan. Ngapain kita sibuk sibuk!

Tapi ihtiar kan wajib dilakukan?

Itu adalah usaha. Tapi usa-ha kan ada aturan. Selaku orang beriman kita wajib berusaha. Tapi ingat, harus dalam koridor ridha Allah! Ingat kalau Allah berke-hendak, semuanya akan terjadi. Artinya, semua terpulang kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Bagaimana Anda melihat kredibilitas para kandidat yang disodorkan oleh Parnas dan Parlok di Aceh, meng-hadapi pesta politik tahun 2019?

Saya ber-

pikir, semuanya tentu menyodor-kan figur yang terbaik. Tapi terus terang, saya tak mengomentari ladang orang lain. Khusus kami di Golkar, kita menjalani tahapan demi tahapan atau mekanisme secara terukur, hingga menghasil-kan figur figur pilihan untuk jadi kandidat legislatif di semua level. Bagi kami ada mekanisme panjang untuk menuju figur pilihan.

Tak ada transaksional di situ?

Sekali lagi saya hanya bicara untuk Golkar. Di Golkar hal itu tak ada.

Sebagai anggota legislatif Aceh saat ini, dalam kaitan arah anggaran Aceh di tahun 2019 bagaimana?

KUAPPAS telah kita terima dari Plt Gubernur. Arah angga-ran tahun 2019 yang telah kami lihat dan sepakati secara infor-mal dengan eksekutif adalah, bagaimana kita meningkatkan hajat keekonomian masyarakat

Aceh.

Ada kaitan anggaran itu dengan pesta politik

Saya sudah mem-buka dan membolak

balik draft usu7lan itu. Tak ada satu

program pun yang terkait

dengan ha-jatan politik.

Wawancara

Page 9: Pembangunan Aceh 2019 - ppid.acehprov.go.id 5.pdf · Kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk mengubur egoisme demi terwujudnya Aceh yang sejahtera, aman dan bermartabat. Di antara

Edisi 05/Tahun I/2018

9AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

BIODATA:Nama : Drs. H. Sulaiman Abda, M.SiTempat/Tgl Lahir : Pidie, 18 Agustus 1958Jenis Kelamin : Laki-lakiAgama : IslamJabatan : Wakil Ketua DPR AcehAlamat : Jln. Cendana IV No. 14, Gampong Jeulingke,

Kec. Syiah Kuala, Kota Banda Aceh

Riwayat Pendidikan:l SD Negeri Glp. Payong Tahun 1970l SMP Negeri Glp. Minyeuk Tahun 1973l SMA Negeri Beureunuen Tahun 1976l S-1 Biologi FKIP Unsyiah Tahun 1984l S-2 Universitas Merdeka Malang Tahun 2011

Pengalaman Pekerjaan:l Guru SMA Islam Banda Aceh Tahun 1980 - 1986l Staf pada Bidang Kemahasiswaan Biro Rektor Unsyiah Tahun

1981- 2004l Wakil Kepala Sekolah SMA Islam Banda Aceh Tahun 1986l Dosen Luar Biasa Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Tahun 1987 -

2004l Anggota DPR Aceh Tahun 2004 - Sekarangl Ketua Komisi D DPR Aceh Tahun 2004 - 2009l Wakil Ketua DPR Aceh 2009 - Sekarang

Pengalaman Organisasi:l Ketua Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) Unsyiah Tahun

1983 - 1987l Wakil Ketua DPD I KNPI Aceh Tahun 1989 - 1991l Ketua DPD I KNPI Aceh Tahun 1991 - 1994l Pengurus ICMI Provinsi Aceh Tahun 1991-2000l Wakil Ketua Majelis Pemuda Indonesia Aceh 1994 - 1997l Wakil Bendahara Persiraja Banda Aceh Tahun 1995-1997.l Manager Persiraja Tahun 1996 - 1997l Wakil Ketua Bapomi Aceh Tahun 1997 - 2000l Sekretaris Umum KONI Aceh Tahun 1995 - 2000l Wakil Ketua DPD I Partai Golkar Aceh Tahun 2002 - 2009l Dewan Pertimbangan Kadin Aceh 2003 - sekarangl Ketua DPD I Partai Golkar Aceh Tahun 2009 - 2015l Ketua Dewan Penasehat DPD AMPI Acehl Ketua Dewan Pertimbangan Ormas MKGR Acehl Ketua Dewan Penasehat PDK Kosgoro 57 Acehl Ketua Dewan Penasehat Depidar SOKSI Acehl Ketua Dewan Penasehat DPD Pengajian Al-Hidayah Aceh Tahun

2010 - 2015l Ketua IPHI Aceh Tahun 2011 - 2018l Ketua Ikatan Alumni Unsyiah Tahun 2013 - Sekarangl Wakil Ketua Dewan Pertimbangan DPD I Partai Golkar 2016 - Se-

karang

Saya pastikan no! Semua yang diserahkan, tak ada satu pro-gram pun yang arahnya untuk mendongkrak suara partai politik tertentu. Arah kebi-jakan anggaran tahun 2019, akan tepat sasaran, termasuk dalam hal visi dan misi Peme-rintah Aceh saat ini. Kami dari le gislatif akan mengawasi kebijakan anggaran itu, sesuai dengan pakem yang ada.

Kok tiba tiba perjala-nan usulan anggaran ta-hun 2019 sangat cool dan mesra?

Dari dulu hubungan eksekutif dan legislatif Aceh tetap mesra kok.

Kenapa ada tarik ulur sebelumnya?

Kami tak merasakan-nya kok. Mungkin itu hanya interpretasi dari luar saja. Kami biasa biasa saja kok. Kan semuanya sudah ada rambu rambu dan peraturannya. Intinya jangan ada kesan satu diinjak satu ditarik. Dari dulu kami mesra, walau sekarang sangat mesra.

Maaf, Aceh banyak kucuran dana, terutama Dana Otsus, tapi kok mi-skin?

Ingat dana Otsus hanya 20 tahun, yang sudah ber-jalan 10 tahun. Ingat tak lama lagi akan habis, jika habis bagaimana lagi kita memban-gun negeri ini. Ingat Indonesia juga memikirkan daerah lain dari negara ini.

Saya katakan, semua pihak di Aceh harus seirama antara perbuatan dengan per-kataan. Selama ini kita terbuai dengan nilai kucurabn Dana Otsus semata, hingga kurang gigih berusaha menggapai dana lain.

Contohlah Sumut atau Sulsel yang punya anggaran daerah jauh di bawah Aceh. Tapi mereka setiap tahun

mampu mendatangkan dana hingga puluhan triliun untuk membangun daerahnya. Mun-gkin itulah jawab atas masih karut marutnya ekonomi Aceh saat ini.

Artinya, para pe-mangku kepentingan di Aceh tidak fight dalam berjuang ke pusat?

Maaf, saya tak menga-takan seperti itu. Tapi kalau lamban iya. Soalnya orang lain kok dapat, sementara kita kesannya terlewat saja. Mung-kin kita butuh masih butuh negosiator yang lebih survive.

Ada bukti yang lebih konkret?

Nggak usah jauh jauh, proyek nasional di Aceh nyaris jalan di tempat. Bu-kankah itu juga menjadi bukti ketidakmampuan kita semua untuk menyambut kucuran dana APBN.

Ada sinyal mempre-diksi Parnas akan semakin dominan di tahun 2019. Apa pendapat Anda?

Ingat Parlok hanya ada di Aceh. Dalam konstelasi politik semuanya sama. Siapa yang selama ini telah berbuat untuk rakyat, tentu mereka akan menuai hasilnya. Jadi tak memandang apakah itu Parnas atau Parlok. Semuanya punya potensi dan peluang yang sama di tahun 2019. Intinya rakyat hanya meli-hat dan belajar dari waktu, siapa yang telah berbuat untuk mereka. Kalau tak ada itu, semua akan jadi omong kosong.

Bagaimana soal esti-masi di tahun 2019

Sekali lagi saya no coment. Tapi bagi internal Golkar, saya mengajak semua pihak untuk menatap masa depan dan mengubur semua persoalan masa lalu. Mari kita

bahu membahu mem-bangun semuanya dari gampong.

Dalam KUAPPAS tahun 2019 apa yang paling mendesak un-tuk direalisasikan

Kalau kita lihat secara riil, kita di Aceh masih terbelit den-gan kemiskinan. Kita sepertinya termiskin di Sumatera. KIta harus sadar, kita tak memiliki industri yang tang-guh, perkebunan dan pertanian yang handal. Akibatnya, Aceh san-gat tergantung dengan APBA.

MaksudnyaSiapa pun tak bisa

membantah, jika APBA macet, maka macetlah ekonomi Aceh. Karena kita tak punya sumber pendapatan lain. Ada...tapi sangat kecil! Oleh karena itu mari semua para pemangku kepen-tingan di Aceh, mari buka diri untuk mem-bangun Aceh ke depan.

Agar terwujudnya Aceh yang sejahtera dan berdaya. Tapi semua harus bekerja dan berkarya secara nyata. Bukan hanya lips service atau hanya sloganistis belaka.

Bagaimana dengan pemerataan pembangunan

Saya tidak bercermin pada tahun anggaran 2018, sebagai bahan komparasi. Karena tahun 2018, kita memakai Pergub. Tapi pada tahun 2017 atau sebelumnya, rasanya tak ada dominasi per wilayah atau zona dalam pembangunan.

Bisa lebih dirinciDalam tata kelola ang-

garan, kami bersama pihak eksekutif mendistribusikan secara proporsional. Arti-nya, kita mengcover dengan perpaduan anggaran daerah (APBA) dengan APBN. Ada wilayah yang kita support dengan APBA, sementara wilayah lain kita kita penuhi dengan APBN. Jadi semuanya tercover secara proporsion-al. Misalnya, ada APBN di wilayah timur, maka APBA di wilayah barat.

Khusus menyangkut infrastruktur kita membagi Aceh dalam tiga zona, yaitu, Zona Timur, Zona Barat dan Zona Tengah.

Kalau pun ada kesan pengistimewaan, mungkin itu ada sedikit hak pawang saja. Itu juga harus dimengerti!

Bukan rahasia lagi, jika pengesahan anggaran di Aceh selalu terlambat. Tahun ini deadline tinggal tiga bulan lagi tepatnya 30 Nopember 2018, bagaiman upaya yang dilakukan Pe-merintah Aceh dan legislat-if untuk disiplin anggaran.

Kalau kita semua mau jujur, dalam konteks Pemerin-tahan ada TAPA. Kalau semua

berkomitment, apa sih yang nggak bisa dilakukan. Jika kita benar benar berbicara atas kepentingan rakyat, semuanya tak masalah dan bisa dilakukan. Apa sih yang tak bisa dilakukan. Kalau pun nantinya tak juga sesuai jadwal, tentu semuanya akan bertanya lagi..ada apa kok tak juga selesai!!

Kali ini Anda optimis jika pengesahan anggaran akan tepat waktu

Insya Allah, saya sangat optimis. Kalau kebersamaan ini benar benar dilandasi nawaitu sebagai pemegang amanah rakyat, serta berpikir untuk rakyat. Karena rakyat kini sedang terpuruk dan kita butuh secara bersama un-tuk mendongkraknya, maka pengesahan itu tentu akan tepat waktu. Mari kita sama sama berusaha, agar semua persoalan dan hajat hidup rakyat bisa diselesaikan.

Kalau terjadi hal hal di luar perkiraan

Kalau niat kita baik, tentu hal di luar perkiraan itu dapat dieleminir.

Jujur saja, kalau anggaran di Pergubkan, semua akan susah. Semua akan macet.

Mari kita pelajar dari fenomena tersebut. Jadi tak usah bicara plan A atau B, kita hanya ingin pengesahan anggaran tepat waktu. Mari kita sama sama berusaha dan berbuat untuk menghilangkan image yang telanjur terwujud selama ini. Kami tak mau mengulang stig-ma itu di tahun 2019.

Apakah DPRA secara lembaga punya nawaitu seper ti yang Anda katakan

Insya Allah!! Nanti waktu jua yang membuktikan siapa yang menghambat atau mel-ancarkan program anggaran. Intinya adalah semua harus jujur terhadap diri sendiri. Yang tahu itu hanyalah diri sendiri dan Allah SWT.

Perbincangan kami yang ngalor ngidul hingga satu jam lima belas menit itu berlang­sung cair, dengan ditemani sajina pisang goreng plus kopi espresso ala Rumoh Aceh Bang Leman. Azan yang berkuma n­dang dari Mushalla pribadi di sisi timur Rumoh Aceh memung­kasi pembicaraan kami yang diselingi guyon dan tawa lepas itu. Tak salah jika Bang Leman yang pernah dipecat oleh Golkar itu, kadang memang febomenal dan membumi di Tanoh Aceh.(*)

Wawancara

Page 10: Pembangunan Aceh 2019 - ppid.acehprov.go.id 5.pdf · Kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk mengubur egoisme demi terwujudnya Aceh yang sejahtera, aman dan bermartabat. Di antara

Edisi 05/Tahun I/2018

10 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Laporan Khusus

‘Seri Lila Wangsa’ untuk Panglima TNI

PANGLIMA TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menerima gelar kehormatan adat Aceh ‘Seri Lila Wang-

sa’ dari Lembaga Wali Nanggroe Aceh. Pemberian gelar kehor-matan tertinggi itu dilaksanakan sacara seremonial dengan prosesi adat Aceh di Meuligoe Wali Nang-groe, kawasan Lampeuneurut, Aceh Besar, Sabtu (4/8).

Gelar tersebut diberikan kepada Marsekal Hadi Tjahjanto atas komitmennya menjaga perda-maian di Aceh. ‘Seri Lila Wangsa’ itu merupakan gelar adat pertama yang diberikan Lembaga

Wali Nanggroe Aceh kepada peting-gi TNI di Indonesia sejak lembaga tersebut didirikan pada tahun 2013.

Penganugerahan gelar yang ditandai pemakaian kupiah meu-keutop, pemasangan pin, selen-dang, dan sebilah siwah oleh Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al-Haytar.

Hadir dalam acara tersebut, Plt Gubernur Aceh, Nova Irian-syah, Pangdam Iskandar Muda (IM), Mayjen TNI Teuku Abdul Hafil Fuddin, Kapolda Aceh, Irjen Pol Rio Septianda Djambak, Wakil Ketua DPRA, Sulaiman Abda, Ket- ua Komite

Peralihan Aceh (KPA), Muzakir Manaf dan undangan lainnya.

Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al-Haytar menga-takan,

gelar kehormatan itu diberikan atas dedikasi Panglima TNI dalam menjaga keamanan dan perda-maian di Aceh.

“Penganugerahan ini adalah bentuk nyata penghargaan dan apresiasi setinggi-tingginya dari masyarakat Aceh terhadap Pan-glima TNI Marsekal, TNI Hadi Tjahjonto, yang sudah memberi perhatian untuk menjaga per-damaian dan keamanan di Aceh sebagai bagian dari NKRI,” kata Malik Mahmud.

Wali Nanggroe Aceh menambahkan, pemberian gelar “Seri Lila Wangsa” diharapkan dapat memperkuat hubungan Aceh dengan pemerintah pusat. “Dengan pemberian gelar Seri Lila Wangsa ini dapat memberikan kontribusi dalam upaya pengua-tan bangsa,” ucap Mahmud.

Panglima TNI menyam-paikan rasa bangga dan terhormat karena dianugerahi gelar kehor-matan adat Aceh ‘Seri Lila Wang-sa’ dari Lembaga Wali Nanggroe. “Sebagai Panglima TNI dan prib-

adi, saya

merasa bangga dan terhormat

menerima gelar ini dari mas-yarakat Aceh. Saya sampaikan ter-ima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Wali

Nanggroe,” kata Marsekal Hadi.Dikatakannya, gelar kehor-

matan “Seri Lila Wangsa” bukan hanya kebanggaan untuk dirin-ya, tapi juga kebanggaan untuk seluruh prajurit TNI di seluruh Indonesia. Baik di Aceh maupun di wilayah-wilayah lain.

Pemberian gelar ini akan menambah dan meningkatkan semangat serta tanggung jawab perajurit TNI. Terutama dalam memajukan daerah-daerah di Indonesia. Selain itu, mendukung pembangunan kesejahteraan rakyat khususnya di Aceh. “Uta-manya adalah menjaga perda-maian di Aceh, dan tujuannya adalah pendukung pembangunan untuk kesejahteraan rakyat di Aceh,” ujar Hadi.

Pemberian gelar Seri Lila Wangsa merupakan satu bentuk budaya yang dimiliki Aceh yang harus tetap dilestarikan. Ker-agaman budaya itu harus tetap dijaga agar tidak hilang atau punah. “Budaya yang sangat tinggi di Aceh dengan memberikan gelar kepada Panglima TNI,” imbuhnya.

Menurutnya, gelar ‘Seri Lila Wangsa’ itu membuat dirinya merasa lebih dekat dan menjadi bagian dari masyarakat Aceh yang agamis, kekeluargaan, patriotik, dan cinta tanah air. Menurut Pan-glima TNI, Aceh merupakan salah satu wilayah NKRI yang memiliki andil besar dalam sejarah ke-merdekaan negeri ini.

Panglima mengungkapkan beberapa jasa masyarakat Aceh sejak perjuangan kemerdekaan melawan penjajah Belanda ra-tusan tahun silam. Menurutnya, sejak dulu masyarakat Aceh tak pernah menyerah dalam memper-tahankan tanah air.

“Pejuang-pejuang Aceh sudah menorehkan tinta emas pada sejarah bangsa ini. Dengan semangat pula, masyarakat Aceh menyumbangkan harta benda untuk mencapai kemerdekaan, termasuk membeli pesawat perta-ma bagi Indonesia,” katanya. (*)

Page 11: Pembangunan Aceh 2019 - ppid.acehprov.go.id 5.pdf · Kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk mengubur egoisme demi terwujudnya Aceh yang sejahtera, aman dan bermartabat. Di antara

Edisi 05/Tahun I/2018

AcehInfo 11

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Laporan Khusus

Memperkuat Hubungan Masyarakat Aceh dan TNISEMENTARA Plt. Gu ber -

nur Aceh, Nova Irian syah berharap pem berian gelar

adat “Se ri Lila Wangsa” dari Lembaga Wali Nanggroe Aceh ini, dapat memperkuat hubun-gan yang lebih erat antara el-emen masyarakat Aceh dan TNI, sehingga semangat kita untuk membangun persatuan bangsa semakin menguat.

Ditambahkannya, sudah menjadi tradisi di daerah ini, jika ada pemimpin yang datang berkunjung ke Aceh dalam rang-ka menjalankan tugas-tugas neg-ara, kami akan sambut dengan acara khusus yang dinamakan Peusijuek (tepung tawar).

Bagi masyarakat Aceh, tradisi peusijuek merupakan sebuah simbol harapan untuk menuai keberkahan ilahi. Begi-tu pentingnya peusijuek dalam

tradisi Aceh, sehingga tidaklah sempurna sesuatu pekerjaan tanpa dibarengi peusijuk.

Untuk kasus-kasus ter-tentu, peusijuk dibarengi den-gan pemberian gelar khusus oleh lembaga Wali Nanggroe. Sebagaimana amanat Qanun Aceh Nomor 8 tahun 2012, Wali Nanggroe merupakan lembaga pimpinan adat yang memper-satukan masyarakat Aceh yang juga berhak memberikan gelar adat kepada para tokoh yang dianggap pantas mendapatkan penghargaan tersebut.

“Hari ini, Wali Nanggroe Aceh telah memberi gelar “Seri Lila Wangsa” kepada Bapak Panglima TNI, yang merupa-kan penghargaan tertinggi kepada pimpinan angkatan bersenjata atas perannya mem-pertahankan kedaulatan bang-

sa,” kata Nova.Dengan adanya pembe-

rian gelar ini, maka do’a dari masyarakat Aceh akan senan-tiasa menyertai Panglima TNI Marsekal Hadi dalam men-jalankan tugas sehari-hari. Di-harapkan, pemberian gelar adat ini dapat semakin memperkuat semangat kabangsaan kita, se-hingga kita dapat terus bahu membahu memperkuat kesatu-an dan persatuan bangsa.

Disebutkannya, se-bagaimana diketahui, saat ini kondisi kea-manan di Aceh san-g a t l a h kondusif sehing-ga tu-

gas-tugas pembangunan ber-jalan lancar. Dengan kondisi yang sangat damai itu, keper-cayaan investor pun semakin menguat.

Alhamdulillah, dari ta-hun ke tahun investasi yang masuk ke Aceh terus mening-kat. Hubungan antara TNI dan rakyat Aceh juga semakin erat. TNI tidak hanya memainkan peran dalam mengawal per-tahanan dan keamanan negara, tapi juga turut mendorong up-aya pengentasan kemiskinan di

daerah ini. Salah satunya, adalah per-

an TNI dalam penguatan pro-gram pertanian di beberapa kawasan di Aceh. Dengan se-mangat ini, Plt. Gubernur op-timis bahwa Aceh akan mem-pertahankan statusnya sebagai lumbung pangan nasional.

Selain sektor pertanian, TNI juga sangat mendukung upaya menyukseskan program KB, program pariwisata, dan berperan dalam membuka ja-lan-jalan baru di kawasan pe-dalaman Aceh. Yang saat ini sedang berjalan adalah peran TNI dalam membangun jalan yang menghubungkan Kota Jan tho, Aceh Besar dan Lamno di wilayah Aceh Jaya.

Peran-peran yang ditun-jukan TNI ini tentu saja mem-buat suasana Aceh semakin nyaman sehingga aktivitas

ma syarakat berjalan lebih baik. Fakta itu membukti-

kan bahwa dalam banyak hal, Pemerintah Aceh

sangat membutuhkan dukungan TNI un-

tuk menyukseskan pembangunan di

daerah ini. “ U n t u k

itu kami mo-hon Bapak

Panglima u n t u k b e r k e -

n a n m e n d u -

kung pro-g r a m - p r o -

gram yang ka mi jalankan di

daaerah ini. Den-gan dukungan itu,

kami yakin perda-maian Aceh akan se-

makin lestari, dan kese-jahteraan rakyat tentu

semakin membaik,” terang Nova Iriansyah. (*)

Page 12: Pembangunan Aceh 2019 - ppid.acehprov.go.id 5.pdf · Kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk mengubur egoisme demi terwujudnya Aceh yang sejahtera, aman dan bermartabat. Di antara

Edisi 05/Tahun I/2018

12 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Laporan Khusus

Aceh Junjung Tinggi Budaya dan Menghormati Keberagaman Suku

MENTERI Pendi-dikan dan Kebuda-yaan (Mendikbud), Prof Dr Mu hadjir

Effendy mengajak ma syarakat Aceh melestarikan adat dan budayanya karena merupakan jati diri bangsa.

“Aceh memiliki adat dan budaya yang beragam. Keber-agaman tersebut harus tetap terjaga dan bisa diwariskan kepada generasi mendatang, kata Muhadjir Effendy.

Pernyataan tersebut di-sampaikan Mendikbud ketika membuka Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) VII tahun 2018. Pembukaan kegiatan budaya tersebut dipusatkan di Stadi-on Harapan Bangsa Lhoong Raya, Banda Aceh, Minggu malam, 5 Agustus 2018.

Ditandai dengan mena-buh rapa-i pasee, Mendikbud, Muhadjir Effendy, membuka PKA - 7 didampingi Pe laksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, dan Wali Nanggroe Aceh, Teungku Ma-lik Mahmud Al-Haytar.

PKA, lanjut dia, meru-pakan momentum melestari-kan adat dan kebudayaan.

Karena itu, Kementerian Pen didikan dan Kebudayaan mengapresiasi terseleng-garanya PKA 2018. Dika-takannya, pemerintah pusat memberikan perhatian seri-us dalam menjaga adat dan budaya.

Karena itu, Pemerintah pusat akan mengucurkan an-ggaran kegiatan kebudayaan mulai tahun anggaran 2019, seperti untuk kegiatan PKA.

“Ke depan dengan adan-ya anggaran tersendiri un-tuk kebudayaan, maka event seperti yang dilakukan Pe-merintah Aceh ini akan lebih maksimal. Mudah-mudahan dari tahun ke tahun kebu-daayan kita akan menempati posisi yang strategis, mulai penyelenggaraan maupun anggarannya. Sangat tepat apa yang kini dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh, yakni melaksanakan PKA ini,” jelas Muhadjir Effendy.

Mendikbud menga-takan, dengan diselenggara-kan kegiatan PKA ke-7 ini, masyarakat Aceh menjadi saksi atas pagelaran kolosal kebudayaan yang digelar Pe-

merintah Aceh, berlangsung selama sepuluh hari ke de-pan. “Atas nama Pemerintah Republik Indonesia, saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas terselenggaranya event (aca-ra) megah ini,” kata Muhadjir.

Dengan terselenggara-nya PKA ke-7 yang telah ber-langsung sejak tahun 1958 ini, menurut Mendikbud, menunjukkan bahwa mas-yarakat Aceh sangat men-junjung tinggi budaya dan menghormati keberagaman suku dan etnik yang ada di Provinsi Aceh.

“Mengingat etnik yang ada, tentunya event ini dapat dilakukan secara terencana dan intensif sehingga diper-lukan banyak event dengan interval yang lebih singkat untuk merayakannya,” ung-kap Mendikbud.

Muhadjir juga menyam-

paikan, bahwa pada ta-hun 2017 Pe-merintah telah mengesahkan Un-dang-undang ten-tang Pemajuan Kebudayaan yang

bertujuan untuk memajukan kebudayaan secara nasional. Menurutnya, sejak merde-ka 73 tahun lalu, baru kali ini Indonesia memiliki Un-dang-undang Kebudayaan.

Mendikbud, Muhad-jir Effendy menyampaikan, event PKA ke-7 yang ber-temakan “Aceh Hebat den-gan Adat Budaya yang Ber-syariat”, diharapkan bisa menumbuhkan semangat masyarakat Aceh untuk tetap menjaga identitas melalui kebudayaan yang dimiliki.

Pembukaan PKA ke-7 tahun 2018 diawali dengan parade peserta dari 23 ka-bupaten/kota se - Aceh. Juga disemarakkan tarian massal dengan melibatkan 1.000 pe-nari yang menampilkan tari kolosal Aceh Lhee Sagoe. Sebuah tar-

i a n yang merupakan

perpaduan adat budaya di Provinsi Aceh. Serta pemain teater yang menggambarkan perjalanan Aceh dan keber-agaman budaya Aceh den-gan berbagai etnik seperti Aceh, Singkil, Gayo, Aneuk Ja-mee, Simuleu, Haloban, Alas, Tamiang, Sigulai dan Kluet.

Video mapping yang hadir ditengah-tengah per-tunjukkan, semakin mem-buat meriah suasana. Su-guhan tersebut mengubah Stadion Harapan Bangsa menjadi panggung raksasa. Decak kagum penonton tak bisa disembunyikan saat berbagai aktraksi budaya dan tradisi disuguhkan se-cara apik dan menawan.

Dirjen Kebudayaan Ke-mendikbud, Hilmar Farid, yang turut menyaksikan tari ini, merasa takjub dan ter-pesona dengan tari asal Tak-engon ini. “Saya kagum dan terpesona. Senang sekali me-nontonnya, hebat,” ungkap Hilmar Farid.

Deputi Bidang Pengem-bangan Pemasaran I Ke-menpar I Gde Pitana, men-gatakan, pariwisata Aceh semakin berkembang pesat. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai suguhan atraksi wisata yang megah dan luar biasa. Termasuk juga PKA VII ini yang semakin menunjuk-kan kekayaan budaya Aceh.

Sementara Asisten Deputi Pemasaran I Regional I Kemenpar, Masruroh, me-nilai PKA merupakan mo-men yang pas mengangkat seluruh potensi pariwisata Aceh. Dari mulai budaya, alam, sejarah, kuliner hing-ga industri kreatifnya. Untuk itu kegiatan ini di support langsung oleh Kemenpar.

“Aceh memiliki banyak sekali potensi wisata yang luar biasa. Sajiannya lengkap. Selain alam dan budaya, ker-ajinan dan kuliner Aceh ini sangat terkenal. Aceh mer-upakan produsen makanan dan minuman bercitarasa

terbaik. Untuk itu ke-giatan seperti ini ha-rus terus dilakukan,” ungkap Masruroh yang biasa disapa Iyung.

Menteri Pari-wisata Arief Yahya pun mengapresia-si program terse-but. Menurutnya PKA merupakan replika pariwi-sata Aceh se cara me-n y e l u r u h . K o n s e p n y a pun padat dan lengkap.

“ I n i baru keren,

beken, paten. San-gat spektakuler. Semua disu-guhkan lengkap tanpa ter-kecuali di PKA. Terlebih lagi sajian culture yang menonjol membuat PKA makin kuat. Selain itu dukungan akse-sibilitas serta amenitas Aceh juga sangat mumpuni. Maju terus pariwisata Aceh. Salam Pesona Indonesia,” ujar Men-teri asal Banyuwangi terse-but. (ms)

Page 13: Pembangunan Aceh 2019 - ppid.acehprov.go.id 5.pdf · Kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk mengubur egoisme demi terwujudnya Aceh yang sejahtera, aman dan bermartabat. Di antara

Edisi 05/Tahun I/2018

AcehInfo 13

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Laporan Khusus

SEBANYAK 29 tokoh adat, budayawan dan pelaku seni dari berb-agai kabupaten/kota di Aceh yang dinilai

berperan aktif dalam pengua-tan adat dan budaya, menerima Anugerah Budaya Pekan Kebu-dayaan Aceh (PKA) VII dari Pe-merintah Aceh. Para pemenang mendapatkan pin terbuat dari emas dan uang pembinaan.

Pemberian Anugerah Bu daya tersebut diserahkan oleh Plt. Gubernur Aceh, Nova Iriansyah dalam acara malam anugerah budaya PKA ke-7 yang berlangsung di Komplek Meuligoe Wali Nanggroe Aceh, Jalan Soekarno Hatta, Lampeu-neureuet, Aceh Besar, Senin (13/8/2018) malam.

“Anugerah Budaya menja-di agenda utama sejak pelaksa-naan PKA ke-4 tahun 2002. Ke-giatan ini bagian dari salah satu komitmen Pemerintah Aceh dalam memberikan apreasiasi kepada pelaku budaya dan seni di Aceh,” ujar Amiruddin Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.

Dia menjelaskan, peneri-ma Anugerah Budaya merupa-kan individu baik yang masih hidup maupun sudah mening-gal, kelompok, dan atau lembaga yang telah berprestasi, member-ikan kontribusi dengan dedikasi tinggi dalam bidang kebudayaan, sesuai dengan kategorisasi, kri-teria, dan persyaratannya, yang telah melalui proses kurasi dan seleksi oleh tim penilai sebelum berlangsungnya PKA.

Penanggung Jawab Anugerah Budaya, Syaiba Ibra-him melalui Mitra Pelaksana Ke-giatan Anugerah Budaya Salman Varisi, menyebutkan, Anugerah budaya PKA VII diberikan dalam lima ketegori.

Pertama Anugerah Meuku-ta Alam, merupakan anugerah tertinggi yang diberikan kepa-da kepada laki-laki dewasa atas dedikasinya dalam membina, mengembangkan, dan mele-starikan sejarah, budaya, adat

istiadat, dan kesenian di Aceh.Selanjutnya, Anugerah

Tajul Alam diberikan kepada perempuan dewasa yang telah mengabdi dalam melestarikan alam, sejarah, budaya, dan adat istiadat di Aceh. Anugerah Per-kasa Alam diberikan kepada anak-anak/remaja laki-laki yang telah berprestasi dalam bidang seni dan budaya Aceh.

Anugerah Sri Alam kepada anak-anak/remaja perempuan yang telah mengabdi dalam bidang seni dan budaya. Terakh-ir, Anugerah Syah Alam diberi-kan kepada para nominator seti-ap kategori yang tidak mencapai anugerah utama Meukuta atau Tajul Alam.

Calon penerima anugerah diajukan oleh kabupaten/kota, lalu diverifikasi oleh tim verifika-tor yang ditugaskan ke daerah. Kemudian tahapan selanjutnya mereka yang telah diverifikasi itu diwajibkan untuk mempersenta-si karya dan kerja nyata yang tel-ah dilakukan selama ini.

Pada malam penganuger-ahan Anugerah Budaya PKA VII yang berlangsung di Meuligoe Wali Nanggroe, Meukuta Alam diraih Rusdi Sufi pria 76 ta-hun asal Aceh Besar, Tajul Alam diraih Fatmawati wanita 56 ta-hun asal Pidie, sementara Teu-ku Aga Iwantona pemuda 25 tahun asal Aceh Tengah meraih predikat Perkasa Alam dan Wan Akhma Wiza gadis 21 tahun asal Pidie meraih gelar Sri Alam.

Panitia juga memberi-kan gelar Syah Alam kepada 25 orang nominasi lainnya, yaitu Alm KM Yusuf Ismar (90 tahun, Aceh Barat), Rafinis Banta Cut (73 tahun, Aceh Tengah), Ir M Jusin Saleh MBA (71 tahun, Aceh Tengah), Bahauddin P (70 tahun, Aceh Singkil), T. Laksmana (70 tahun, Aceh Selatan).

Usman Ahmad (67 tahun, Pidie), M. Arsyad Sekedang (66 tahun, Aceh Tenggara), Muchtar Ali (65 tahun, Bireuen), H A Aslym Combih (61 tahun, Aceh Singkil), Abu Bakar AR (61 ta-hun, Aceh Timur), Teuku A Bakar

Bantasyam (61 tahun, Bireuen).Selanjutnya, DR Ir Wesli

MT (57 tahun, Kota Lhokseu-mawe), Alm Darul Qutni (57 tahun, Aceh Selatan), DR H Thal-ib Akbar MSc (57 tahun, Aceh Tenggara), Muchtar Ahmad (55 tahun, Pidie), Sandy Andrian (54 tahun, Lhokseumawe).

T Ahmad Dadek SH, (50 tahun, Aceh Barat), Iswandi (35 tahun, Aceh Tengah), Hj Cut Asi-ah Daod (82 tahun, Aceh Barat), Hendon Ahmad (79 tahun, Pidie), Hj Rosni Idham (65 tahun, Aceh Barat), Badriah (60 tahun, Pidie), Teja Leli Anggriani (59 tahun, Kota Langsa), D Kemalawati (53, Banda Aceh), dan Cut Raisa Nan-da (17 tahun, Lhokseumawe).

Para penerima Anugerah Budaya mendapat pin PKA ter-diri dari emas 99% dengan bob-ot sesuai kategori yang diterima, piagam/plakat, Surat Keputusan Gubernur Aceh, dan uang tunai sebagai santunan pembinaan dalam jumlah disesuaikan den-gan kategori penghargaan.

Katibul Wali/ Kepala Sek-retariat Lembaga Wali Nanggroe Aceh, Syaiba Ibrahim menga-takan, anugerah budaya PKA ke-7 merupakan salah satu ke-giatan penting dalam rangkaian pergelaran PKA ke-7 tahun 2018.

Menurutnya, anugerah bu-daya selalu diberikan kepada pelestari dan pemerhati budaya

sejak PKA pertama digelar hing-ga PKA ke-7 tahun ini.

“Ini adalah wujud nyata Pemerintah Aceh bagi semua pe-merhati sejarah, adat, dan seni budaya. Maka oleh sebab itu, kita berikan anugerah tertinggi bagi mereka yang telah berdedikasi dalam pelestarian warisan bu-daya yang kita miliki ini,” katanya.

Plt. Gubernur Aceh, Nova Iriansyah mengatakan, selain memberi ruang bagi eksisten-sinya budaya-budaya lokal, Pe-merintah Aceh juga punya cara lain untuk melestarikan budaya daerah. Salah satunya, memberi penghargaan kepada individu, kelompok atau lembaga yang aktif berperan melestarikan bu-daya lokal.

Untuk bisa menjadi nom-inasi anugerah kebudayaan ini tidaklah mudah. Terlebih dahulu harus melalui seleksi di tingkat kabupaten/kota, selanjutnya diseleksi lagi di tingkat provin-si. Tujuannya agar dapat me-mastikan anugerah budaya ini benar-benar diberikan kepada orang yang tepat.

“Anugerah budaya itu kita berikan kepada sosok-sosok yang dianggap layak menerima anugerah budaya karena tel-ah berperan aktif melestarikan dan melakukan penguatan adat dan budaya. Pemerintah Aceh dan berterima kasih kepada

setiap individu yang meneri-ma anugerah budaya ini, kami minta untuk terus bekerja tanpa lelah dalam melestarikan dan mengembangkan budaya daer-ah kita,” ujarnya.

Dikatakannya, kecanggi-han teknologi dan arus global-isasi yang menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat telah membuat sekat-sekat an-tar negara seakan tidak ada lagi. Pengaruh gaya hidup modern telah memudarkan identitas ke-daerahan kita, sehingga perlah-an-lahan kita dipaksa melupa-kan budaya lokal untuk berbaur dalam sebuah komunitas dunia dengan budaya yang seragam

Fakta ini menunjukkan betapa globalisasi berpotensi membuat kearifan lokal di-abaikan orang. Jika ancaman ini dibiarkan, maka identitas kedaerahan kita akan hilang. Inilah yang disebut tsunami budaya, yaitu bencana akibat terkikisnya budaya lokal yang berganti dengan budaya global.

Untuk menghalau an-caman ini, tidak ada pilihan lain, semua elemen masyarakat ha-rus bergerak aktif mengatasinya dengan menghadirkan filter bagi penyaringan budaya-budaya luar itu. Caranya, dengan mele-starikan dan mempopulerkan kembali ragam budaya daerah.

Pemerintah Daerah, Lem-bagalembaga adat dan para pe-giat budaya juga harus saling bekerjasama untuk mendorong budaya lokal mendapat ruang lebih leluasa tampil di depan publik. Pekan Kebudayaan Aceh adalah salah satu ruang itu. Namun hanya mengandalkan PKA–yang berlangsung sekali dalam empat tahun—tentu saja tidak cukup.

Oleh sebab itu event-event budaya lokal perlu kita perban-yak di kabupaten/kota agar ru-ang tampil bagi budaya daerah semakin banyak. Dengan de-mikian semangat untuk mele-starikan budaya lokal semakin menguat, sehingga identitas ke-Aceh-an kita tetap terjaga. (ms)

Empat Penerima Anugerah Budaya Utama PKA VII:1. Anugerah Meukuta Alam diteri-

ma oleh Drs Rusdi Sufi (Aceh Besar)

2. Anugerah Tajul Alam diterima Fatmawati (Pidie)

3. Anugerah Perkasa Alam diteri-ma oleh T Aga Diwantono (Aceh Tengah)

4. Anugerah Sri Alam diterima oleh Rabiyatul Akhma Wiza Wannur (Pidie).

Anugerah Budaya untuk 29 Tokoh

Page 14: Pembangunan Aceh 2019 - ppid.acehprov.go.id 5.pdf · Kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk mengubur egoisme demi terwujudnya Aceh yang sejahtera, aman dan bermartabat. Di antara

Edisi 05/Tahun I/2018

14 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Budaya

n Pentingnya Pembelajaran Budaya Sejak Usia Dini

Mempertahankan Budaya Lokal di Tengah Arus Modernisasi

itu, Aceh Selatan berhasil mengukir sejarah sebagai juara umum.

Meski demikian, pada PKA V tahun 2009 silam pasca bencana alam gempa dan tsunami Aceh. Kontin-gen Aceh Selatan memutuskan untuk mundur dikarenakan rasa kekecewaan lantaran Pesiden Susilo Bambang Yud-hoyono (SBY) saat itu batal mengun-jungi anjungan mereka yang merupa-kan sebagai peraih juara umum pada lima tahun sebelumnya.

Keputusan mundur itu di-putuskan setelah hasil musya rawah dengan tokoh masyarakat Aceh Sela-tan. Pada saat itu, pemerintah Aceh Selatan merasa kecewa karena anjun-gan mereka telah dijanjikan didatangi SBY namun Alhasil, presiden hanya mengunjungi stand dan anjungan lainnya yang tidak termasuk dalam jadwal.

Pj Bupati Aceh Selatan, Dedy Yuswadi AP, mengatakan prestasi yang diperoleh meru pakan hasi dari penan-tian panjang. Kata dia, tampil sebagai juara umum pada PKA VII kali ini merupakan hasil kerja keras panitia dan seluruh masyarakat Aceh Selatan sejak lama.

“Alhamdulillah, ini prestasi yang luar biasa setelah menunggu cukup lama. Atas nama pemerintah Aceh Se-latan kami memberikan apresiasi kepa-da seluruh panitia dan peserta atas us-aha maksimal yang telah dipersiapkan sehingga berhasil mendapatkan juara 1 sekaligus juara umum,” kata Dedy, usai menerima penghargaan, Rabu (15/8).

Mudah-mudahan prestasi ini bisa menjadi motivasi untuk pengem-bangan kebudayaan di Aceh Selatan khususnya. Dedy menjelaskan, persia-pan yang dila kukan sebelum menuju ke Banda Aceh berlangsung selama ku run waktu 2 bulan. Meski begitu, hasil yang diperoleh sangat maksimal.

Selama proses berlangsung PKA, anjungan Aceh Selatan lebih menon-jolkan pada sisi bu daya pelaminan. Di mana pihaknya menampilkan tiga jenis pelaminan budaya Kluet, Jamee, dan Aceh. Serta benda-benda berse-jarah seperti pedang zaman kerajaan Trumon, dan Tapak Tuan “Semua yang dipajangkan mempunyai nilai-nilai seni yang tidak bisa diukur den-gan mate ri,” pungkasnya. (ms)

ia dan Tata Ruang/Kepala Badan Per-tanahan Nasional (BPN), Sofyan Djalil yang turut menyerahkan piala bergilir juara umum PKA-7 kepada Pj. Bupati Aceh Selatan, Dedy Yuswadi AP.

Penutupan PKA ke-7 juga di-meriahkan dengan penampilan tarian Meusaho yang dipersembahkan ma-hasiswa Institut Seni Budaya Indone-sia-Aceh.

Prof Nazaruddin membacakan SK Gubernur tentang penetapan juara PKA VII. Kabupaten Aceh Selatan berhak meraih juara umum dengan perolehan nilai 1.870, disusul Aceh Besar dengan raihan nilai 1.820, dan juara ketiga menjadi milik Kota Banda Aceh dengan skor 1.740.

Selanjutnya Juara Harapan I diraih Kabupaten Bireuen dengan nilai 1.520, diikuti Aceh Tengah sebagai Juara Harapan II dengan skor 1.510, sedangkan Juara Harapan III diper-oleh Aceh Barat dengan nilai 1.100.

“Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan yaitu 15 Agustus 2018, dengan ketentuan jika di kemudian hari terdapat kekeliru-an dalam penetapan ini, maka akan diperbaiki kembali,” kata Nazaruddin.

Untuk kategori anjungan ter-baik,Kabupaten Aceh Selatan juga meraih peringkat pertama dengan skor 439,5. Posisi dua diraih Aceh Tengah dengan perolehan nilai 428 dan Bener Meriah meraih peringkat ketiga dengan skor 412,5. Selanjutn-ya peringkat empat diraih Aceh Besar dengan nilai 412, disusul Nagan Raya dengan nilai 401 dan tempat keenam menjadi milik Aceh Barat dengan per-olehan nilai 400,5.

Kabupaten Aceh Selatan yang tampil sebagai juara umum pada pagelaran PKA VII, merupakan presta-si ke dua kalinya diperoleh nege ri peng-hasil pala setelah 2004 silam. Setelah hampir selama 1 dekade menunggu Aceh Selatan kemba li mengulang sejar-ah pres tasi dalam PKA yang telah lama diimpikan.

Pada PKA IV Agus tus 2004 lalu pemerintah Aceh telah menetapkan Taman Ra tu Safiatuddin se bagai venue utama pelaksanaan PKA. Pesta rakyat yang sempat berhenti hampir selama 16 tahun tersebut, akhirnya kembali dapat dinikmati rakyat Aceh. Pada saat

MENTERI Agra ria dan Tata Ruang me rangkap Kepala Badan Per tanahan Nasional RI, Sofyan Djalil

merasa bangga diberi kepercayaan bisa menutup kegiatan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-7 di Taman Sulthanah Safiatuddin, Lampriek, Banda Aceh, Rabu (15/8) malam lalu. PKA ini bergema hingga ke pelosok Aceh.

Hal itu dikatakannya saat me-nutup secara resmi pergelaran PKA yang dimulai sejak tanggal 5 Agustus 2018 lalu. Ia juga berpesan agar PKA berikutnya bisa lebih meriah lagi dan dapat mendongkrak wisatawan ke Aceh. “Saya rasa PKA berikutnya segera ditingkatkan. PKA kali ini cuk-up bergema hingga ke pelosok Aceh,” katanya.

Sofyan Djalil mengharapkan kegiatan PKA bisa menjadi kalender rutin kegiatan budaya yang bertaraf nasional bahkan internasional. Bagi Sofyan, usaha menghidupkan, mem-pertahankan dan mengembangkan budaya lokal melalui PKA adalah us-aha yang sangat mulia.

“Presiden RI mulai tahun lalu mewajibkan setiap ada hari besar sep-erti upacara 17 Agustus untuk semua pejabat menggunakan bahasa daerah,” katanya.

Menurut putra Aceh ini, PKA merupakan cara Aceh untuk menjaga dan memperta han kan budaya lokal yang te lah turun temurun di lakukan. Meskipun arus modernisasi me nerpa masyarakat Aceh saat ini, tetapi budaya masih melekat dan terjaga dengan rapi.

Sofyan tak menampik, meski budaya dan adat Aceh mu lai terkikis, kehadiran PKA ini mampu mengem-balikan marwah adat dan budaya Aceh. Sehingga, saat ini masih bisa disaksikan melalui kegiatan lima tahunan tersebut.

“Hari ini banyak yang mulai hil-ang, inilah fungsi PKA di Aceh, menjaga budaya agar ini ti dak hilang,” ujarnya.

Memang, lanjutnya, mempertah-ankan budaya tidak semudah mem-balikkan telapak tangan. Perlu adanya dorongan dari instansi terkait yang menekan kan pentingnya pembelaja-ran budaya sejak usia dini.

Pertunjukan budaya bisa ber-jalan seiri ngan dengan pembangunan. Bahkan, bisa me narik wisatawan man-canegara untuk ber kunjung ke Aceh dengan budaya, bukan se mata-mata karena destinasi wisata yang eksotis.

“Saya berharap, PKA berikutnya bisa dikemas dalam cara yang lebih menarik lagi, sehingga bisa menja-di daya tarik. Dan Aceh bisa menjadi

daerah yang dikenal secara buda ya,” katanya.

Ia menambahkan, semakin mas-yarakat mo dern maka identitas lo-kal dan budaya bakal lebih penting. “Kembali kepada akarnya adalah fi-trah, gairah dan keinginan setiap ma-nusia,” jelasnya.

Ia mengharapkan PKA ke depan agar dikemas lebih menarik lagi se-hingga menjadi daya tarik bagi para turis dan mereka bisa berinvestasi. Hal itu bisa meningkatkan ke sejahteraan masyarakat Aceh.

Usai menutup PKA ke-7, Sofyan Djalil langsung menuju lokasi per-tunjukan meriam dari bambu (bude trieng), ia pun tak sungkan untuk meledakkan meriam itu bersama Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, Wakapolda Aceh dan Pangdam Iskan-dar Muda.

Kabupaten Aceh Selatan akhirn-ya meraih Juara Umum PKA Ke-7. Ka-bupaten penghasil Pala itu menyabet juara umum dalam serangkaian acara yang diperlombakan selama sepuluh hari pada ajang PKA ke-7, setelah leb-ih dari satu dekade mengidam-idam-kan gelar prestisius tersebut. Selain juara umum, Aceh Selatan juga Juara Anjungan Terbaik dalam PKA-7.

Keputusan itu dibacakan Ketua Dewan Juri PKA-7, Prof Dr Nazarud-din AW MA saat acara penutupan even lima tahunan itu pada panggu-ng utama PKA di Taman Sulthanah Safiatuddin Banda Aceh, Rabu (15/8) malam.

PKA-7 berakhir setelah ditutup secara resmi oleh oleh Menteri Agrar-

Page 15: Pembangunan Aceh 2019 - ppid.acehprov.go.id 5.pdf · Kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk mengubur egoisme demi terwujudnya Aceh yang sejahtera, aman dan bermartabat. Di antara

Edisi 05/Tahun I/2018

AcehInfo 15

DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Nasional

Obsesi Menjadikan Aceh Juru Damai Konflik Dunia

HARI itu, Rabu, tang-gal 15 Agustus 2018. Sebuah tenda dan pang gung utama te lah

dipersiapkan di halaman depan Masjid Raya Baiturrahman Ban-da Aceh oleh Badan Reintegrasi Aceh (BRA) untuk memperinga-ti 13 tahun Damai Aceh.

Para petinggi di Provin-si Aceh turut hadir dalam ke-giatan peringatan 13 tahun da mai Aceh yang di pusatkan di depan masjid kebanggaan masya rakat Aceh tersebut.

Di sela-sela peringatan 13 tahun damai Aceh tersebut ada keinginan besar yang ingin diraih oleh Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah pada peringatan 15 tahun damai Aceh.

“Kita akan undang tamu lebih banyak termasuk dari daerah yang sedang berkonflik pada peringatan Harai Damai Aceh tahun 2020 atau tepatnya 15 tahun damai Aceh,” kata Nova Iriansyah di sela-sela memberi-kan sambutan pada peringatan 13 tahun damai tersebut.

Ada keingina besar yang ingin dicapai pada peringatan 15 tahun damai Aceh tersebut diantaranya adalah mengun-dang para faksi-faksi yang ada

sejumlah negara untuk hadir di Aceh guna melihat dan men-yaksikan langsung proses per-damaian yang telah berjalan di provinsi ujung paling barat Indonesia tersebut.

Keinginan luhur tersebut tak lain adalah sebagai upaya menjadikan provinsi berpen-duduk sekitar lima juta jiwa itu sebagai salah satu kontri-busi dalam mewujudkan per-damaian di dunia.

Baginya kehadiran para pimpinan atau faksi-faksi yang sedang bertikai tersebut tak lain dan tak bukan adalah un-tuk melihat proses dan per-jalanan pascakonflik di bumi Iskandar Muda tersebut.

“Kita akan berupaya un-tuk mengundang seluruh fak-si dan nantinya Aceh dapat berkontribusi dalam perda-maian serta mendapat paha-la atas keikutsertaan dalam mewujudkan perdamaian di dunia,” kata Nova Iriansyah.

Nova menyatakan, guna mewujudkan kegiatan perin-gatan damai lebih besar pada tahun 2020, dirinya telah me-merintahkan instansi terkait untuk mempersiapkan secara matang sehingga keinginan mulia tersebut dapat diwujud-

kan dua tahun ke depan.“Saya minta instansi ter-

kait untuk mempersiapkan dengan matang kegiatan da-mai Aceh dengan suasana leb-ih besar dan turut mengun-dang seluruh tokoh dan pihak yang terlibat dalam damai Aceh,” katanya.

Konflik bersenjata yang berkepanjangan di provinsi ujung paling barat Indonesia itu sejak 4 Desember 1976, be-rakhir setelah penandatanga-nan kesepakatan bersama atau Memorandum of Understand-ing (MoU) antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), di Helsinki Fin-landia pada 15 Agustus 2005.

Ia menjelaskan, selama 13 tahun proses perdamaian berjalan di Bumi Aceh, banyak pengalaman dan pembelaja-ran yang dapat dipetik bersa-ma sepeti situasi Aceh sangat kondusif, penghormatan ter-hadap hak-hak sipil dan hak politik masyarakat semakin meningkat.

“Perdamaian yang telah terbina ini harus bisa dijad-

ikan sebagai kunci perubahan postif dalam pembangunan di masa mendatang. Mari kita saling bahu membahu mem-perkuat perdamaian ini agar program-program pemban-gunan untuk kesejahteraan rakyat berjalan lancar di Aceh,” kata Nova Iriansyah.

Pemerintah Aceh periode 2017-2022 telah menyiapkan serangkaian kegiatan dalam program Aceh Hebat guna men-dorong pembangunan di segala bidang dengan visi “Terwujud-nya Aceh yang Damai dan Se-jahtera melalui Pemerintahan yang Bersih, Adil dan Melayani”.

“Kita berupaya mengisi pembangunan Aceh dengan se rangkaian kegiatan strate-gis, seperti penguatan sektor ekonomi, investasi, pendidik-an, kesehatan, Syariat Islam dan berbagai sektor penting lainnya,” katanya.

Sebagai orang yang te-lah diberi amanah oleh rak-yat bersama dengan Irwandi Yusuf, Nova Iriansyah juga me ngajak seluruh komponen masyarakat Aceh untuk me-

ning katkan semangat saling me nghormati, saling menghar-gai, memperkuat toleransi dan menjauh dari segala bentuk kekerasan.

“Kita patuhi norma-nor-ma budaya dan aturan hukum yang berlaku, sehingga hukum menjadi panglima tertinggi da-lam kehidupan kita,” ajaknya.

Plt Gubernur juga men-gajak semua aktif mengem-bangkan potensi diri dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada serta semangat kerja dan memberikan yang terbaik guna menyongsong Aceh yang lebih damai, adil dan sejahtera.

Keinginan besar terse-but perlu mendapat dukungan penuh dari masyarakat Aceh khususnya dan semua pihak dalam menjadikan Aceh se-bagai sarana pembelajaran da-mai bagi dunia internasional.

Semoga keinginan menja-dikan Aceh sebagai salah satu daerah tempat orang berdamai dapat terwujud di masa men-datang sesuai dengan keingi-nan yang telah diutarakan Plt Gubernur, Nova Iriansyah. (ifd)

Perdamaian Aceh Karunia Tak TerhinggaADA sejumlah pesan yang disampaikan dalam perin-gatan 13 tahun damai Aceh yang berlangsung di depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.

Tokoh perdamaian Aceh, Bakhtiar Abdullah mengata kan bahwa perlu adanya sebuah forum bersa-ma untuk komunikasi para pihak agar per damaian bisa

dimonitor dengan baik.“Forum ini melibat-

kan semua pihak termasuk melibatkan kampus-kampus di Aceh, karena selama ini Perdamaian Aceh menjadi pelajaran nyata bagi dunia. Ratusan mahasiswa dan aka-demisi luar negeri datang ke sini untuk belajar ten-tang Aceh dan konflik,” kata Bakhtiar Abdullah.

Ia menuturkan Perda-maian Aceh adalah karunia yang tak terhingga setelah kita dihimpit oleh konflik yang berkepanjangan, musi-bah tsunami dan dicapai dengan susah payah, maka semua pihak harus mengis-inya dengan kerja-kerja berat untuk kepentingan masyarakat luas.

Baginya tanggal 15 Agustus adalah hari yang bersejarah bagi rakyat Aceh.

“Sesuatu yang sudah di-rundingkan dengan panjang, bermakna hal itu berharga dan wajib untuk dipegang teguh oleh kedua belah pihak,” katanya.

“Kami juga berharap kepada Pemerintah Aceh agar mengambil tanggu-ngjawab yang besar untuk memelihara damai dan harus melibatkan ulama dalam pembangunan serta meminta nasehat-nasehat untuk mengobati penyakit masyarakat,” katanya.

Bakhtiar Abdullah turut menanggapi situasi saat ini yang sudah memasuki tahun politik yakni Pemilu 2019. “Jangan sampai kepentingan politik sesaat bisa merusak perdamaian Aceh. Harus menjaga itu,” tegasnya.

Menurut dia, persain-gan antarcalon anggota legis-

latif di Aceh harus mendasar-kan kaidah akhlak, tidak mengadu domba, dan tetap menjaga kekompakan. “Per-bedaan pilihan dalam Pemilu 2019 jangan sampai merusak persatuan rakyat Aceh,” ujar Bakhtiar Abdullah.

Bakhtiar Abdullah mengaku sangat bersyukur perdamaian Aceh bisa terjaga hingga saat ini, dan dihara-pkan tetap terawat dengan baik selamanya.”Kita ber-harap pula atas terbentuknya perdamaian Aceh selama ini agar ke depan Pemerin-tah Aceh terus menguatkan hubungan komunikasi den-gan berbagai pihak,” katanya.

Dia berharap Pemerin-tah Aceh turut melibatkan unversitas-universitas di Aceh sebagai upaya untuk memperkenalkan kepada para generasi muda, “Bahwa beginilah wujud perdamaian Aceh yang sudah berjalan aman, dan tentram,” harap-nya. (ifd)

Nova Iriansyah Plt Gubernur Aceh

Page 16: Pembangunan Aceh 2019 - ppid.acehprov.go.id 5.pdf · Kedua kubu sepertinya juga bersepakat untuk mengubur egoisme demi terwujudnya Aceh yang sejahtera, aman dan bermartabat. Di antara

Edisi 05/Tahun I/2018

16 AcehInfo

DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH

Nasional