pembahasan praktikum iv

Upload: fardyansjah-hasan

Post on 10-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sawit

TRANSCRIPT

PEMBAHASANKegiatan pemeliharaan pada tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM) terdiri atas penunasan (pruning), sanitasi tanaman, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit. Penunasan adalah kegiatan pemotongan pelepah daun tua atau tidak produktif. Penunasan bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen, pengamatan buah matang, penyerbukan alami, pemasukan cahaya dan perbaikan aerasi, sanitasi. Kegiatan sanitasi tanaman terdiri dari pembersihan batang kelapa sawit dari pelepah yang sudah tua dan pembebasan areal dari sampah yang bisa menjadi inang hama dan penyakit. Selain itu, penunasan dapat mengurangi kelembaban sekaligus dapat mengendalikan serangan penyakit dan menyalurkan zat hara ke bagian lain yang lebih produktif.Kegiatan penunasan pada praktikum kali ini hanya menggunakan dodos. Dodos adalah alat yang terbuat dari kayu/ bambu panjang yang diujungnya ada besi atau baja yang sedikit melengkung dan tajam untuk memotong pelepah atau mengambil brondolan buah yang tersangkut. Dodos biasa digunakan untuk tanaman yang tinggi. Selain dodos ada alat yang bernama egrek, dodos biasa digunakan pada tanaman kelapa sawit yang tinggi. Pada kegiatan penunasan terdapat teknik yang bernama songgo satu dan songgo dua. Teknik yang paling sering digunakan adalah songgo dua, dimana jumlah pelepah daun yang disisakan hanya dua pelepah dari tandan buah yang paling bawah. Songgo satu tidak terlalu berbeda dengan songgo dua, perbedaannya pada songgo satu hanya satu pelepah yang disisakan dari tandan buah paling bawah. Teknik songgo dua sering dilakukan pada tanaman kelapa sawit untuk mendapatkan ILD yang optimum. ILD adalah rasio luas daun terhadap luas lahan. ILD yang optimum pada tanaman kelapa sawit yaitu 5-7. Nilai ILD dipengaruhi oleh waktu penyinaran, temperature udara, kelembaban tanah, dan karakteristik genetik tanah (Pahan, 2008).

ILD akan optimum jika pentupan tajuk optimum. Penutupan tajuk dianggap optimum jika lebih dari 80 % radiasi matahari yang datang dapat diserap oleh tanaman atau saat pelepah dari tiga pokok saling menutupi. Penunasan juga bertujuan membuang pelepah-pelepah negatif yang tidak lagi produktif. Pelepah yang tidak lagi produktif akan mengurangi fotosintat yang seharusya dialirkan ke buah (sink), padahal seharusnya pelepah adalah sumber fotosintat (source). Pemangkasan pelepah membuat proses fotosintesis lebih maksimum karena ILD yang optimum. Terdapat tiga jenis pemangkasan daun, yaitu:

a) Pemangkasan pasir, yaitu membuat daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.

b) Pemangkasan produksi, yaitu memotong daun-daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) sebagai persiapan panen pada waktu tanaman berumur 20-28 bulan.

c) Pemangkasan pemeliharaan, yaitu membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28- 54 helai. Rotasi penunasan pada TM adalah sembilan bulan sekali.Dalam melakukan pengendalian gulma perlu mempertimbangkan jenis gulma dan posisi keberadaan gulma. beberapa kriteria yaitu W0, W1, dan W2. Pada W0, areal bersih dari gulma dan LCC yaitu pada piringan dan jalan. Pada W1, areal murni ditumbuhi LCC yaitu pada gawangan sampai tahun ke-2 TM. Pada W2, areal boleh ditumbuhi LCC dan gulma lunak. Tujuan penggunaan kriteria ini dalam pengendalian gulma adalah untuk mempermudah pengendalian. Selain itu dengan mengetahui kriteria ini, pekerja dapat mengetahui areal mana yang benar-benar harus bebas gulma dan areal mana yang tidak perlu pengendalian gulma. Pada praktikum ini, pengendalian dilakukan pada daerah piringan. Salah satu kegiatan pemeliharaan piringan adalah garuk piringan. Garuk piringan bertujuan untuk membersihkan daerah sekitar perakaran tanaman dari gulma serta memudahkan panen dan pengutipan brondol. Kriteria W0 di gunakan untuk pengendalian gulma di sekitar piringan. Menurut Setyamidjaja (1991) teknis pelaksanaan dari garuk piringan adalah dengan membersihkan piringan dari sampah dan gulma, dimana lebar piringan antara 1,5 3 m. Penggarukan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan dimulai dari arah tanaman menuju ke luar. Pada areal piringan dilakukan kegiatan pencabutan atau pendongkelan anak kayu untuk gulma berkayu. Menurut Christian (2008) kegiatan dongkel anak kayu adalah kegiatan mencabut atau membersihkan gulma berkayu dan anak sawit dari areal perkebunan kelapa sawit. Gulma berkayu yang ditemukan adalah gulma paku-pakuan dan Melastoma malabatrichum.

Selain piringan daerah disekitar tanaman atau Gawangan juga dibersihkan pada praktikum ini. Gawangan yang dibersihkan adalah gawangan hidup. Pada gawangan hidup ini terdapat jalan pikul dengan lebar satu meter. Jalan pikul adalah jalan yang digunakan untuk mengangkut hasil panen kelapa sawit. Oleh karena itu jalan pikul ini juga harus bersih dari gulma. Gulma-gulma dan pelepah kelapa sawit yang dibersihkan diletakan di gawangan mati yang nantinya dapat menjadi pupuk organik bagi tanaman kelapa sawit. Kriteria yang diterapkan untuk pengendalian gulma pada gawangan adalah W1 dan W2 (boleh tumbuh LCC dan rumput lunak. Alasan diterapkan kriteria tersebut yaitu untuk menjaga kelembaban tanah dan menjaga agar tidak terjadi pengikisan tanah. Sementara, tujuan pengendalian gulma di gawangan sebagai berikut: (1) Mengurangi kompetisi hara, air, dan sinar matahari, (2) Mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain (3) Menekan populasi hama, terutama pada TM (Anonim, 2004).Kelapa sawit seperti tanaman lainnya memerlukan unsur hara makro dan mikro. Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), sebagian besar energi digunakan untuk pertumbuhan sedangkan pada Tanaman Menghasilkan (TM) sebagian besar energi yang tersedia digunakan untuk pertumbuhan generatif sehingga memerlukan hara lebih banyak. Tidak semua unsur hara yang dibutuhkan tersedia dalam tanah. Oleh karena itu perlu dilakukan pemupukan. Pemupukan dilakukan atas dasar pendekatan analisis daun yang dilakukan per tahun. Agar pemupukan efisien perlu dilakukan 5 tepat dalam pemupukan yaitu tepat jenis, tepat cara, tepat dosis, tepat waktu dan tepat data. Pada praktikum ini, pupuk yang ditebar dan dosis per tanaman yaitu 500 g Urea, 500g SP-18, 500g KCl, dan 100 g Kieserit. Cara aplikasi dilakukan dengan menabur pupuk urea di piringan bagian dalam sedangkan SP-18, KCl dan Kieserit ditabur di piringan bagian luar. Pada praktikum ini juga dipelajari cara melihat phylotaksi daunDaun kelapa sawit memiliki rumus daun 3/8, lingkaran atau spiralnya ada yang berputar kekiri dan kekanan tetapi kebanyakan putar kekanan. Pengenalan ini penting diketahui agar kita dapat mengetahui letak daun ke-9, ke-17 dan lain-lain yang dipakai sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun dan pengamatan lainnya. Daun ke 17 merupakan daun yang sudah tumbuh optimal sehingga dapat dijadikan standar.Daun yang berurutan dari bawah ke atas membentuk suatu spiral. Terdapat dua pola filotaksis, yang secara sederhana dapat dikatakan yang satu berputar kekiri, dan yang lain berputar kekanan, dimana menunjukkan secara umum jumlah pohon yang jumlah filotaksisnya berputar kekiri tidak berbeda dengan yang ke kanan, dan produktivitas pohon dengan kedua pola ini pun tidak berbeda nyata. Hal ini berbeda dengan pendapat beberapa pakar mengenai kalapa nyiur (cocos nucifera), yang kecendrungannya lebih banyak pohon yang berpola filotaksis ke kiri, dan yang filotaksisnya ke kiri produktivitasnya dapat 20% lebih tinggi ketimbang yang kekanan. Sebenarnya pola filotaksis pada kelapa sawit sangat rumit dan memiliki genetis.Daftar Pustaka

Risza, S. 1994. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Yogyakarta:

KanisiusAnonim. 2004. Buku Pintar Mandor (BPM). Seri Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Christian, N. S. 2008. Perkebunan Kelapa Sawit.http://nandachristians.blogspot.com/2008/04/bab-i.html.Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. Tanpa halaman.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar sawdya. Jakarta. 421 hal.Anonymous. 2010. Membangun perkebunan sawit.

http://membangunkebunkelapasawit.webs.com/Prestasi Kerja

Gambar. Denah Pemeliharaan

Diketahui :

Luas Piringan

= .r2

= 3,14 x (2m)2 = 12,56 m2Prestasi kerja Pengendalian gulma piringan dan penunasan

Waktu Kerja`= 1 Jam

Jumlah Pekerja= 5 Orang

Total waktu kerja= 1 jam x 5 = 5 jam

Ditanya

= Prestasi kerja ?

Jawab:Luas Piringan = 12,56 m2

Jumlah Piringan = 4

Jumlah Piringan/ Hektar = 143

Luas Piringan/ Hektar = 143 x 12,56 m2 = 1796,08 m2Luas 4 piringan = 12,56 m2 x 4 = 50,24 m2Prestasi Kerja

Standar Orang kerja/ hari : 7 jam

Prestasi kerja = 7 jam / HK x 50,24 m2 = 70,336 m2/ HK

5 jam

Untuk Piringan dalam 1 hektar Luasan = 1796,08 m2 :70,336 m2/ HK

= 25 HK/ Ha

Prestasi kerja GawanganLuas Gawangan = alas x tinggi

= 9m x 7,8 m = 70,2 m2Waktu Kerja

= 30 menit = 0,5 jam

Jumlah Pekerja= 5 Orang

Total waktu kerja= 0,5 jam x 5 = 2,5 jam

Ditanya : Prestasi Kerja ?

Jawab : Luas lahan = 70,2 m2

Prestasi Kerja

Standar Orang kerja/ hari : 7 jam

Prestasi kerja = 7 jam / HK x 70,2 m2 = 196,56 m2/ HK

2,5 jam

= 0,019656 ha/ HK

= 50, 87 HK/ ha

51 HK/ haPada praktikum ini setiap kelompok memperoleh empat pohon kelapa sawit untuk dilakukan pemeliharaan (pengendalian gulma) baik di areal piringan dan gawangan. Kegiatan Pengendalian gulma piringan, penunasan dan sanitasi dapat diselesaikan oleh kelompok 20 (lima mahasiswa) dalam waktu 60 menit. Prestasi kerja yang di dapat dari waktu kerja tersebut adalah 25 HK/ ha. Waktu ini masih sangat tinggi karena standar waktu kerja untuk pembersihan piringan yaitu 1,5-2 HK/ ha (Anonymous, 2010).Untuk pemeliharaan gawangan, luas lahan yang dibersihkan dalam kegiatan pemeliharaan ini tidak diketahui dengan pasti, tetapi perkiraan yang digunakan oleh kelompok 20 diketahui jarak tanam 9m x 9m x 9m dengan luas lahan 70,2 m2. Melalui data yang diperoleh dapat diketahui prestasi kerja dari mahasiswa kelompok 20 dalam melakukan kegiatan pengendalian gulma gawangan adalah 51 HK/ha. Arti dari prestasi kerja tersebut bahwa dengan tenaga mahasiswa dari kelompok 20 untuk melakukan kegiatan pemeliharaan dalam luasan satu hektar dibutuhkan waktu sekitar 51 hari agar pekerjaan pengendalian gulma dapat diselesaikan. Waktu ini masih sangat tinggi karena standar kerja untuk pembersihan gawangan adalah 0,5 HK/ ha (Anonymous, 2010).

Areal Kerja