petunjuk praktikum blok iv

51
PETUNJUK PRAKTIKUM BLOK PERTAHANAN TUBUH EDISI KEDUA 2009 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Jalan Pendidikan 37 Mataram NTB 83125 Telp/fax (0370) 640874, 641717 Email : pspd unram@yahoo com

Upload: ditanh

Post on 22-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

zz

TRANSCRIPT

Page 1: Petunjuk Praktikum Blok IV

PETUNJUK PRAKTIKUM

BLOK PERTAHANAN TUBUH

EDISI KEDUA

2009

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Jalan Pendidikan 37 Mataram NTB 83125 Telp/fax (0370) 640874, 641717 Email : pspd unram@yahoo com

Page 2: Petunjuk Praktikum Blok IV

2

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

PETUNJUK PRAKTIKUM

BLOK PERTAHANAN TUBUH

PENYUSUN Petunjuk Praktikum Histologi

dr. Dewi Suryani

Petunjuk Praktikum Patologi Anatomi

dr. Rohadi

Petunjuk Praktikum Patologi Klinik

dr. M Rizki, MPdKed

Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Kedokteran

dr. Tetrawindu AH, MBiotech

Petunjuk Praktikum Parasitologi Kedokteran

dr. Didit Yudhanto, dr. IG Yasa A, MMed, DTMH

Petunjuk Praktikum Farmakologi Kedokteran

dr. Ilsa Hunaifi

dr. Triana Dyah Cahyawati

hanya untuk kalangan sendiri dilarang mengkopi/menggandakan tanpa seijin Medical Educatin Unit Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

Page 3: Petunjuk Praktikum Blok IV

3FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

DAFTAR ISI

Petunjuk Praktikum Histologi ........................................................................... 4

Petunjuk Praktikum Farmakologi Kedokteran .............................................. 14

..............................................................................................................................

Petunjuk Praktikum Parasitologi Kedokteran ................................................. 18

Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Kedokteran ................................................ 31

Petunjuk Praktikum Patologi Klinik ................................................................... 37

Petunjuk Praktikum Patologi Anatomi ............................................................ 45

Page 4: Petunjuk Praktikum Blok IV

4

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

SUPLEMEN BLOK IV

PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

HISTOLOGI

ORGAN-ORGAN YANG TERKAIT SISTEM PERTAHANAN TUBUH

Nama Mahasiswa : No. Induk Mahasiswa : Kelompok Praktikum :

Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

2009

Page 5: Petunjuk Praktikum Blok IV

5FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

PETUNJUK PRAKTIKUM HISTOLOGI ORGAN-ORGAN YANG TERKAIT SISTEM PERTAHANAN TUBUH

PENGANTAR Sistem limfoid mencakup semua sel, jaringan dan organ yang mengandung kumpulan sel limfosit. Sistem ini adalah unsur penting pada sistem kekebalan tubuh manusia. Sel lymfosit terbagi atas 2 yaitu limfosit T dan limfosit B. Limfosit T berperan pada respon imun seluler sedangkan limfosit B pada respon imun humoral.

Sel ini bisa ditemukan dalam tubuh berupa kumpulan sel limfosit yang tidak memiliki simpai / kapsul seperti nodulus lymfaticus pada intestinum; atau sebagai organ yang bersimpai / kapsul seperti tonsil, thymus, lien dan nodus lymphaticus. Thymus tidak ditemukan orang dewasa.

1. NODUS LYMPHATICUS

No preparat / warna : SL - 1 / HE Tujuan : melihat struktur nodus lymphaticus Pembesaran : lemah dan kuat Dasar Teori Nodus lymphaticus mempunyai struktur cortex dan medulla. Capsula yang membungkus organ ini dibentuk oleh jaringan ikat fibous dengan pembuluh darah kecil, bagian corteks yang masuk ke dalam organ akan membentuk trabecula yang memisahkan noduli-noduli lymphatici. Ruang / daerah antara capsula dengan noduli lymphatici disebut sinus marginalis /sub capsularis dan antara trabecula dengan noduli lymphatici disebut sinus trabecularis, sedangkan ruang–ruang yang terdapat pada medulla disebut sinus medullaris. Bagian tengah dari nodulus lymphaticus yang terlihat lebih pucat disebut pusat germinal (centrum germinaivum). Tugas Gambar dan tunjukkan dengan pembesaran lemah : • cortex • medulla • kapsul Gambar dan tunjukkan dengan perbesaran sedang : • Cortex : - sinus subcapsularis

- noduli limphatici - sinus trabecularis - trabeculae

• Medulla : - sinus medullaris Pertanyaan Apakah ada perbedaan sel yang terdapat pada bagian tepi lymfonodus dengan di pusat germinal ? Amati dengan pembesaran lemah dan kuat.

2. LIEN

No preparat / warna : SL -2 /HE Tujuan : melihat struktur lien Dasar Teori

Page 6: Petunjuk Praktikum Blok IV

6

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Struktur Lien terdiri dari stroma dan parenchym. Stromanya tersusun oleh kerangka collagen dan reticulair.

Lien merupakan organ limphoid terbesar. Organ ini terdiri dari stroma dan parenchym. Stroma tersusun atas jaringan ikat colgen dan reticuler.

Lien dibungkus oleh capsula. Capsul tertutup oleh peritoneum yang terdiri dari selapis sel pipih (mesothel). Capsula dibentuk oleh jaringan ikat fibrous (terdiri dari serabut colagen dan elastis) dan sedikit otot polos.

Bagian capsula yang masuk ke dalam organ disebut trabecula. Tersusun atas jaringan fibrous padat dan sedikit otot polos. Didalam trabeculae juga terdapat arteri trabecularus.

Dalam lien juga terdapat hillus, yaitu tempat masuknya arteri, vena dan saraf. Parenchym terdiri atas pulpa alba / putih dan pulpa rubra /merah. Pada pulpa putih

ditemukan arteri centralis dan pusat germinal. Pulpa merah terdiri dari sinusoid yang terisi darah.

Tugas Gambar dan tunjukkan dengan perbesaran sedang

• Mesothel • Capsul • Trabecula • Pulpa merah • Pulpa putih : centrum germinativum • Arteri/vena trabecularis • Splenic cords • Daerah medulla

Pertanyaan Struktur apa yang membedakan gambaran pulpa alba dan rubra? 3. THYMUS No preparat / warna : SL - 3 / HE Tujuan : melihat struktur thymus Pembesaran : lemah dan kuat Dasar Teori Thymus terdiri atas 2 lobus. Epithel yang melapisi permukaan luarnya adalah epithel selapis

pipih (mesothel). Capsula yang membungkus thymus tersusun oleh jaringan ikat padat dengan serabut elastis. Capsula yang masuk ke dalam organ membentuk trabekula. Trabekula akan membagi organ thymus menjadi lobuli. Stroma terdiri dari capsul yang tersusun oleh jaringan ikat padat dan serabut elastis. Capsul masuk kedalam lobus membentuk septum interlobularis dan membagi lobus menjadi lobuli-lobuli. Setiap lobuli terdiri atas cortex yang gambarannya lebih padat dan medulla yang pucat. Pada medulla ditemukan Hassall’s body.

Tugas Gambar dan tunjukkan dengan perbesaran sedang

• capsula • trabecula • cortex • medulla • Hassal’s Corpuscle

Page 7: Petunjuk Praktikum Blok IV

7FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

4. TONSILLA PALATINA

No preparat / warna : SL - 4 / HE Tujuan : melihat struktur tonsila palatina Dasar Teori Permukaan tonsila palatina ditutup oleh epitel berlapis pipih. Epitel ini mengadakan invaginasi ke dalam membentuk crypte. Capsulanya tersusun oleh jaringan ikat fibreus padat. Jaringan ini masuk ke dalam organ dan membentuk simpai / sekat antar nodulus-nodulus limfaticus yang disebut septum internodul. Nodulus-nodulus pada organ ini menyatau. Bagian tengah dari nodulus yang kelihatan pucat disebut pusat germinal. Amati dengan pembesaran lemah dan kuat. Gambar dan beri keterangan.

Tugas Gambar dan tunjukkan dengan perbesaran sedang

• Epithel squamous compleks • Crypte • Noduli limphatici dengan centrum germinativum • capsule • septum internodularis

5. APPENDIX VERMIFORMIS Sediaan : SD-14, HE Tujuan Untuk melihat susunan mikroskopis appendix Dasar Teori

Appendix vermiformis, meskipun termasuk dalam sistem gastrointestinal namun juga berperan dalam sistem pertahanan tubuh karena termasuk dalam terkait dengan struktur appendix yang mengandung limphonoduli pada tunika tukosa yang dapat tembus hingga tunika submukosa. Limphonoduli ini termasuk sebagai mucosa-associated lymphoid tissue (MALT). Seperti struktur traktus digestivus yang lain, appendix terdiri dari tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika adventitia.

Tugas Gambar dan tunjukkan dengan perbesaran sedang : - Limphonoduli pada tunika mukosa

LEARNING TASK

1. Sebutkan sel-sel/komponen yang berperan dalam a. Imunitas adaptif b. Imunitas alamiah

2. Sebutkan tanda-tanda mikroskopik lien atau spleen dan sebutkan perbedaan pulpa merah dan pulpa putih

3. Sebutkan tanda-tanda mikroskopik tonsil palatina dan tonsil faringika! apakah keduanya mempunyai epithel pelapis yang sama?

4. Sebutkan tanda-tanda mikroskopik dari thymus 5. Jelaskan mengenai apa yang anda ketahui tentang MALT dan sebutkan 3 organ yang

mengandung MALT dan 1 organ yang tidak mengandung MALT 6. Sebutkan komponen apa saja yang membentuk blood-thymus barrier serta manfaat dari

blood-thymus barier ini! 7. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang epitope!

Page 8: Petunjuk Praktikum Blok IV

8

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

8. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang High Endothelial Venules (HEVs) 9. Apa yang dimaksud dengan primary lymphoid organ dan secondary lymphoid organ dan

sebutkan organ-organ yang termasuk primary lymphoid organ dan secondary lymphoid organ!

10. Apakah yang dimaksud dengan ellipsoid dan dapat dijumpai dimana saja?

SUMBER REFERENSI : Bauman.R, Dutton. S. 1996. Human Anatomy and Phisiology : Laboratory Textbook. Whitties

Publication Inc. New York Gartner. L.P, Hiatt. J.L. 2001. Color Textbook of Histoogy 2nd Edition. Saunders. Philadelphia Juncqueira. L.C., Carneiro Jose. 2005. Basic Histolgy : Text and Atlas 11th Edition. McGraw-Hill.

New York Leeson. C.R, Leeson. T.S., Paparo. AA., 1996. Buku Ajar Histologi. ECG. Jakarta Di Fiore. 2000. Atlas Histologi Manusia. EGC. Jakarta

PENGESAHAN PRAKTIKUM Mataram, ......................... Pembimbing Praktikum (.................................)

Page 9: Petunjuk Praktikum Blok IV

9FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

LEMBAR HASIL PENGAMATAN PREPARAT NODUS LYMPHATICUS

1. Nodus Limphaticus

Pembesaran lemah : Pembesaran Sedang :

Page 10: Petunjuk Praktikum Blok IV

10

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

LEMBAR HASIL PENGAMATAN PREPARAT LIEN

LEMBAR HASIL PENGAMATAN PREPARAT THYMUS

Pembesaran sedang :

Pembesaran sedang :

Page 11: Petunjuk Praktikum Blok IV

11FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

LEMBAR HASIL PENGAMATAN PREPARAT TONSILLA PALATINA

LEMBAR HASIL PENGAMATAN PREPARAT APPENDIZ VERMIFORMIS

Pembesaran sedang :

Pembesaran sedang :

Page 12: Petunjuk Praktikum Blok IV

12

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

LEMBAR JAWABAN LEARNING TASK

Page 13: Petunjuk Praktikum Blok IV

13FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

Page 14: Petunjuk Praktikum Blok IV

14

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

SUPLEMEN BLOK IV

PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI KEDOKTERAN

ANALGETIKA

Nama Mahasiswa : No. Induk Mahasiswa : Kelompok Praktikum :

Laboratorium Farmakologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

2009

Page 15: Petunjuk Praktikum Blok IV

15FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

ANALGETIKA BAHAN DAN ALAT 1.Bahan Penelitian :

• Parasetamol. • Aquades. • Asam asetat glasial

2. Alat Penelitian Jarum oral (ujung tumpul) Spuit injeksi (0,1-1 ml) Beker glass Stopwatch

3.Hewan uji: Mencit putih umur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 g CARA KERJA

1. Sebelum dipergunakan, hewan uji yaitu mencit diadaptasikan dulu dengan lingkungan yaitu laboratorium farmakologi. Hewan uji yang digunakan diberi pakan dan minum yang sama. Sebelum dipergunakan hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 18 jam tetapi tetap diberi minum.

2. Siapkan semua alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum. 3. Siapkan mencit yang akan diberi perlakuan dalam praktikum ini. Mencit yang

dipergunakan sebanyak 10 ekor mencit yang dibagi ke dalam 2 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah lima ekor mencit dengan perlakuan sebagai berikut :

a. Kelompok I (kontrol) untuk mencit yang diberi akuades. b. Kelompok II (perlakuan) untuk mencit yang diberi parasetamol.

4. Beri perlakuan pada mencit sesuai dengan kelompoknya. Akuades dan parasetamol diberikan secara oral dengan jarum tumpul.

5. Tunggu selama 15 menit dan kemudian injeksikan asam asetat 1% secara intraperitoneal pada seluruh mencit.

6. Amati geliat pada mencit setiap 5 menit selama 30 menit. 7. Masukkan data ke dalam tabel berikut ini.

Kelompok 5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ Kontrol Parasetamol Penetapan Persen daya analgesik dapt dihitung dengan menggunakan rumus Hendersoth-Forsaith, yaitu: % daya analgesik = ( K- P ) K K : Jumlah kumulatif geliat kontrol P : Jumlah kumulatif geliat perlakuan

X 100%

Page 16: Petunjuk Praktikum Blok IV

16

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

HASIL PERHITUNGAN KESIMPULAN

REFERENSI Katzung. 2005.Farmakologi Dasar dan Klinik, EGC Jakarta. Staf FKUI. 2006. Farmakologi dan Terapi, Edisi Kelima. Balai Penerbit FK UI, Jakarta

PENGESAHAN PRAKTIKUM Mataram, ......................... Pembimbing Praktikum (.................................)

Page 17: Petunjuk Praktikum Blok IV

17FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

Page 18: Petunjuk Praktikum Blok IV

18

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

SUPLEMEN BLOK IV

PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

PARASITOLOGI KEDOKTERAN

PROTOZOAN PARASITES OF MAN BLOOD AND TISSUE PROTOZOA OF MAN

HELMINTH PARASITES OF MAN

Nama Mahasiswa : No. Induk Mahasiswa : Kelompok Praktikum :

Laboratorium Parasitologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

2009

Page 19: Petunjuk Praktikum Blok IV

19FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

LABORATORY MANUAL OF PARASITOLOGY

PROTOZOAN PARASITES OF MAN

Morphological characteristic of stained organisms (trichrome staining)

1. Entamoeba histolytica Pathogenic for human

Stage : Throphozoite (ussually recovered during the clinnical phase of disease)

Size and Shape Cytoplasm Nucleus Cytoplasmic inclusions • Asymetrical • 12 – 60 µm

(average 80 µm)

• Green • Fairly uniform • Non vacuolated

• Dark red • 1 nucleus • Evenly distributed

chromatin • Central karyosome

• No ingested bacteria or yeast

• Ingested RBCs may be present

Stage : Cyst (infected stage)

Size and Shape Cytoplasm Nucleus Cytoplasmic inclusions • Roun • 10 – 20 µm

• Green • Fairly uniform • Non vacuolated

• Dark red • 1 – 4 nuclei • May be difficult to see

nuclear detail • Position of

karyosome may very from normal central position found in throphozoite

• No ingested bacteria or yeast

• Ingested RBCs may be present

Page 20: Petunjuk Praktikum Blok IV

20

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

2. Entamoeba coli

Nonphathogenic for man

Stage : Throphozoite

Size and Shape Cytoplasm Nucleus Cytoplasmic inclusions • Asymetrical • 15 – 50 µm

(average 17 µm)

• Green • Vacuolated • Containing bacteria

and other debris

• Dark red • 1 nucleus • Unven distribution of

chromatin • Eccentric karyosome

• No RBCs present

Stage : Cyst (infected stage)

Size and Shape Cytoplasm Nucleus Cytoplasmic inclusions • Roun • 10 – 35 µm

• Green • Fairly uniform

• Dark red • 1 – 8 nuclei • Nuclear detail

usually distinct • Position of

karyosome may very from normal eccentric position found in throphozoite

• Chromatoidal bars (splinter-shaped, uneven; may or may be present)

Page 21: Petunjuk Praktikum Blok IV

21FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

3. Giardia Lamblia

Pathogenic of man

Stage : Throphozoite

Size and Shape Cytoplasm Nucleus Cytoplasmic inclusions • Round with tapered

eng • 9 – 21 µm long • 5 – 15 µm wide

• Green • Uniform • 2 medfian bodies • 2 axonemes

• Dark red • 2 nuclei • No peripheral

chromatin on nuclear membran

• Large karyosome

• No RBCs present

Stage : Cyst (infected stage)

Size and Shape Cytoplasm Nucleus Cytoplasmic inclusions • Round with tapered

eng • 9 – 12 µm long • 7 – 10 µm wide

• Green • Uniform • 4 medfian bodies • 4 axonemes

• Dark red • 2 nuclei • No peripheral

chromatin on nuclear membran

• Smaller karyosome than in trophozoite; eccentric karyosome

• Clear space between cyst wall and organism creates “halo’ effect; easy to identify

Page 22: Petunjuk Praktikum Blok IV

22

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BLOOD AND TISSUE PROTOZOA OF MAN

1. Plasmodium spp.

Malaria parasite morphology on different developmental stage appear in blood sample

Page 23: Petunjuk Praktikum Blok IV

23FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

HELMINTH PARASITES OF MAN

1. Ascaris lumbricoides Specimen of choice Test of choice Diagnostic stage Diagram

• Egg Infertile

Fertile

• Soft, fresh stool • Concentrate

Decorticated (outer

cell missing)

2. Trichuris trichiuria

Specimen of choice Test of choice Diagnostic stage Diagram • Soft, fresh

stool • Concentrate

• Egg (polar plugs at ends)

Page 24: Petunjuk Praktikum Blok IV

24

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Page 25: Petunjuk Praktikum Blok IV

25FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

Page 26: Petunjuk Praktikum Blok IV

26

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Page 27: Petunjuk Praktikum Blok IV

27FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

Page 28: Petunjuk Praktikum Blok IV

28

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Page 29: Petunjuk Praktikum Blok IV

29FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

REFERENSI :

Zaman, Viqar. 1998. Atlas Parasitologi Kedokteran Edisi Kedua. EGC: Jakarta Gandahusada, et al, 1998. Parasitologi Kedokteran, Edisi Ketiga, FKUI: Jakarta

PENGESAHAN PRAKTIKUM Mataram, ......................... Pembimbing Praktikum (.................................)

Page 30: Petunjuk Praktikum Blok IV

30

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Page 31: Petunjuk Praktikum Blok IV

31FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

SUPLEMEN BLOK IV

PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN

IDENTIFIKASI BAKTERI DAN UJI KEPEKAAN ANTIBIOTIKA

Nama Mahasiswa : No. Induk Mahasiswa : Kelompok Praktikum :

Laboratorium Mikrobiologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

2009

Page 32: Petunjuk Praktikum Blok IV

32

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN IDENTIFIKASI BAKTERI

Beberapa bakteri memproduksi enzim – enzim yang disekresikan ke media biakan dan beberapa enzim ini mempunyai arti diagnostik yang berguna untuk identifikasi bakteri tertentu. Ada beberapa tes untuk enzim – enzim spesifik : 1. TES KATALASE

Stafilococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang menghasilkan tes katalase positif. Katalase merupakan enzim yang dihasilkan oleh beberapa kuman aerob dan fakultatif yang dapat merubah hydrogen peroxide menjadi air dan oksigen. 2 H2O2 2 H2O + O2 Katalase dites dengan menggunakan hydrogen peroxide pada koloni bakteri. Tes katalase dikatakan positif bila terdapat gelembung udara (gas). Tes katalase ini sangat penting untuk membedakan genus Staphylococcus dengan Streptococcus. BAHAN DAN ALAT :

♦ Objek glas ♦ Media kuman Gram positif ♦ Reagen H2O2 3% ♦ Ose ♦ Lampu spritus

CARA KERJA : 1. Ambil objek glas yang bersih dan kering. 2. Buat suspensi kuman pada objek glas dengan penambahan aquades / pz steril. 3. Tambahkan 1 tetes regen H2O2 pada suspensi kuman tersebut dan dilihat adanya

gelembung udara. HASIL PENGAMATAN :

Page 33: Petunjuk Praktikum Blok IV

33FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

2. TES KOAGULASE

Koagulase merupakan enzim termostabil yang ditemukan pada kuman Staphylococcus aureus dan dipergunakan untuk membedakan kuman Staphylococcus aureus dengan kuman Staphylococcus lainnya. Koagulase ini terdapat disekeliling membran sel bakteri dan ada yang dilepas dari sel membentuk koagulase bebas. Tes ini sangat penting karena dapat dikerjakan dengan cepat untuk identifikasi. Koagulase dites dengan penambahan plasma pada koloni kuman dan dikatakan positif bila terjadi aglutinasi (gumpalan) karena terjadi perubahan fibrinogen pada plasma menjadi fibrin. BAHAN DAN ALAT :

♦ Objek glas ♦ Media kuman Gram positif ♦ Plasma citrat 3.8% ♦ Ose ♦ Lampu spritus

CARA KERJA : 1. Ambil objek glas yang bersih dan kering. 2. Buat suspensi kuman pada objek glas dengan penambahan aquades / pz

steril. 3. Tambahkan 1 tetes plasma citrat pada suspensi kuman tersebut dan dilihat

adanya gumpalan. HASIL PENGAMATAN :

Page 34: Petunjuk Praktikum Blok IV

34

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

UJI KEPEKAAN ANTIBIOTIKA

Penyakit infeksi bakterial dapat diobati dengan antibiotika yang bersifat bakterisidal atau bakteriostatik. Untuk mengobati penderita dengan tepat dan adekuat diperlukan data pemeriksaan kepekaan kuman penyebab infeksi terhadap berbagai antibiotika yang tersedia.

Laboratorium mikrobiologi dapat melakukan isolasi dan identifikasi kuman penyebab infeksi beserta pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotika dan dapat pula melakukan pemeriksaaan rutin untuk memantau pola kepekaan kuman terhadap antibiotika dari masa ke masa untuk dijadikan pegangan bagi para dokter dalam melakukan terapi antibiotika guan menanggulangi penyakit infeksi bakterial Pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotika dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : 1. CARA CAKRAM (DISC METHOD)

Dipakai cakram kertas saring yang telah mengandung antibiotika dengan kadar tertentu dan diletakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman. Diameter zona hambatan pertumbuhan kuman yang tampak menunjukkan sensitifitas kuman tersebut terhadap antibiotika yang bersangkutan. Penilaian terhadap zona hambatan dilakukan dengan membandingkan besarnya zona hambatan dengan tabel. Hasil pengamatan berupa sensitif, resisten , dan intermediate. Kuman yang sensitif terhadap suatu jenis antibiotika akan memperlihatkan zona hambatan yang lebih besar dari jangkauan nilai yang tertera pada tabel. Kuman resisten tidak menunjukkan adanya zona hambatan pertumbuhan atau menunjukkan zona hambatan yang diameternya lebih kecil dari jangkauan nilai yang tertera pada tabel. Diameter zona hambatan kuman yang besarnya terletak diantaranya bersifat intermediate. BAHAN :

• Swab kapas steril • Kaldu BHI dalam tabung 2 ml • Biakan kuman Gram positif dan Gram negatif • Lempeng agar media Muller Hinton • Cakram antibitika • Standar Mac Farlan 0,5 • Pinset steril

CARA KERJA : 1. Buat suspensi kuman dalam kaldu BHI. Suspensi disesuaikan kekeruhannya

dengan standar kekeruhan Mac Farlan 0,5. 2. Pada lempeng agar MH usapkan suspensi kuman tadi dengan swab kapas steril

secara merata. 3. Dengan pinset yang telah disterilkan diatas api, ambil cakram antibiotika yang

tersedia dan letakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman. 4. Inkubasi lempeng agar tersebut dalam inkubator suhu 350 C selama 16 – 18 jam.

Page 35: Petunjuk Praktikum Blok IV

35FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

2. CARA TABUNG (TUBE DILUTION METHODE)

Dalam hal ini dilakukan penipisan antibiotika dalam tabung – tabung reaksi dan dicari konsentrasi antibiotika terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan kuman. Ini disebut konsentrasi hambatan minimal (KHM) suatu antibiotika. KHM lazim disebut dengan MIC (Minimal Inhibitory Concentration). Tabel kriteria zone hambatan obat NO NAMA OBAT Potensi Disc R I S 1. Ciproploxacin ≤ 15 16 - 20 ≥ 21 2. Ampicillin 10 mcg ≤ 13 14 -16 ≥ 17 3. Penicillin 10 iu ≤ 13 14 -16 ≥ 17 4. Tetracyclin 30 mcg ≤ 14 15 -18 ≥ 19 5. Mecillinam 25 ug ≤ 8 8 -15 ≥ 16 6. Bactrim 25 mcg ≤ 10 11-15 ≥ 16 7. Negram 30 mcg ≤ 13 14 -18 ≥ 19 8. Gentamycin 10 mcg ≤ 12 13 -14 ≥ 15 9. Amoxil 25 mcg ≤ 18 - ≥ 18 10. Augmentin 20/10 mc ≤ 19 - ≥ 20 ` ≤ 13 14 -17 ≥ 18

HASIL PENGAMATAN

PENGESAHAN PRAKTIKUM Mataram, ......................... Pembimbing Praktikum (.................................)

Page 36: Petunjuk Praktikum Blok IV

36

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Page 37: Petunjuk Praktikum Blok IV

37FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

SUPLEMEN BLOK IV

PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

PATOLOGI KLINIK

HAPUSAN DARAH TEPI

EVALUASI HAPUSAN DARAH TEPI HITUNG JENIS LEUKOSIT

HITUNG JUMLAH LEUKOSIT

Nama Mahasiswa : No. Induk Mahasiswa : Kelompok Praktikum :

Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

2009

Page 38: Petunjuk Praktikum Blok IV

38

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

HEMATOLOGI II HAPUSAN DARAH TEPI (HDT) PRINSIP Setetes darah dipaparkan diatas sebuah gelas obyek (object glass), kemudian dilakukan pewarnaan, dan selanjutnya dievaluasi.

ALAT DAN REAGEN

• Gelas obyek Gelas obyek harus bersih, kering, dan bebas lemak. Permukaan harus rata dan licin. Bila kotor harus dicuci dahulu dengan sabun atau alkohol, lalu dikeringkan dengan kain atau kapas yang kering dan bersih.

• Gelas penghapus Dapat dibuat dari gelas obyek dengan menghilangkan sudut-sudutnya. Tepinya harus rata dan bersih.

PROSEDUR KERJA

1) Teteskan 1 tetes sampel darah pada salah satu ujung gelas obyek. 2) Dengan tangan kanan letakkan gelas penghapus disebelah kiri dari tetesan darah

sehingga menyentuh tetesan darah tersebut, dan tetes darah akan menyebar pada sisi gelas penghapus tersebut.

3) Segeralah geser gelas penghapus ke kiri sambil memegangnya miring dengan sudut antara 30 – 45 0, dengan demikian tetesan darah tadi akan merata diatas gelas obyek.

Gambar 1 Prosedur Pembuatan Hapusan Darah Tepi

4) Keringkan sediaan dengan menggerak-gerakkannya di udara, jangan ditiup dengan hembusan nafas.

5) Tebal tipisnya hapusan tergantung dari : besarnya tetesan darah, kecepatan menggerakkan gelas penghapus dan sudut antara gelas penghapus dengan gelas obyek. Gerakan yang pelan atau sudut yang lebih kecil dari 300 akan menghasilkan lapisan darah yang tipis dan sebaliknya penghapus yang cepat atau sudut yang lebih besar akan menghasilkan lapisan darah yang tebal.

6) Leukosit-leukosit tidak boleh menggerombol di bagian akhir dari hapusan. Bila ini terjadi maka distribusi dari macam-macam leukosit tidak representatif. Gerakan yang terlalu pelan atau gelas penghapus yang kotor dapat menyebabkan kesalahan ini.

7) Mengeringkan hapusan dengan segera penting sekali, sebab bila tidak maka eritrosit akan mengalami kerusakan dan memudahkan terjadinya terbentuknya rouleaux.

Page 39: Petunjuk Praktikum Blok IV

39FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI Pewarnaan yang dapat dipakai banyak macamnya. Biasanya dipakai salah satu pewarnaan Romanovsky (Giemsa, Wright). Adapun prosedur pewarnaan adalah :

1) Letakkan sediaan yang akan dicat pada bak pengecatan. 2) Teteskan methanol pada sediaan sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh

permukaan sediaan. Biarkan selama ± 5 menit. 3) Tuang kelebihan methanol dari gelas obyek. 4) Teteskan sediaan dengan larutan giemsa yang telah diencerkan dengan larutan

penyangga (buffer) (1 tetes giemsa pokok untuk setiap 1 ml larutan penyangga) dan biarkan selama 20 menit.

5) Bilas sedian dengan air secara perlahan. 6) Keringkan sediaan lalu periksa dengan mikroskop.

PENILAIAN KUALITAS HAPUSAN DARAH TEPI Penilaian kualitas hapusan darah tepi (HDT) dilakukan dengan memakai perbesaran kecil (objektif 10x), meliputi :

Lapisan darah harus cukup tipis sehingga eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu sama lainya.

Hapusan tidak boleh mengandung endapan warna. Eritrosit dan leukosit harus terwarnai dengan baik. Leukosit tidak boleh menggerombol pada bagian akhir HDT. Bila HDT tidak memenuhi syarat-syarat tersebut diatas,sebaiknya dibuat HDT yang baru,

sehingga tidak menyulitkan waktu dievaluasi. PEMERIKSAAN HAPUSAN DARAH TEPI Pemeriksaaan HDT terdiri dari :

1) Pemeriksaan dengan perbesaran kecil (objektif 10x) Penilaian kualitas HDT Penafsiran jumlah leukosit dan eritrosit. Penafsiran hitung jenis leukosit. Pemeriksaan adanya sel-sel muda dan abnormal.

2) Pemeriksaan dengan kuat (objektif 100x + oil emersi) Eritrosit : apakan ada kelainan atau variasi morfologik. Leukosit : untuk hitung jenis leukosit dan mencari kelainan morfologik Trombosit : penafsiran jumlah dan morfologinya Sel-sel abnormal : pemeriksaan morfologi

EVALUASI HAPUSAN DARAH TEPI PRINSIP Untuk dapat melakukan evaluasi HDT dengan baik, maka ciri-ciri jenis sel darah harus diketahui dahulu dengan baik. PROSEDUR KERJA

HDT yang telah memenuhi syarat mula-mula diperiksa dengan : 1) Perbesaran objektif 10x

• Penentuan kesan jumlah leukosit Lakukan hal ini didaerah perhitungan (counting area), bila didapatkan : 20 – 30 leukosit /Lp = 5000 leukosit/cmm 40-50 leukosit /Lp = 10.000 leukosit/cmm

Page 40: Petunjuk Praktikum Blok IV

40

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

• Bila kita jumpai sel-sel muda berinti (normoblast) maka hitunglah beberapa sel muda berinti setiap 100 leukosit. Hal ini diperlukan untuk membuat koreksi terhadap jumlah leukosit yang didapat dengan pemeriksaan dengan memakai kamar hitung.

• Cara koreksi : Jumlah leukosit yang benar = 100/(100+N) x L N= jumlah normoblast L= jumlah leukosit yang dihitung dengan kamar hitung.

2) Perbesaran objektif 100x + oil emersi Eritrosit

Besarnya (Cyter) Warnanya (Chromasi) Sel-sel muda dan sel abnormal

Leukosit Kesan jumlah leukosit Hitung jenis leukosit Sel-sel muda dan abnormal

Trombosit Jumlah trombosit bisa dikira-kira dari HDT. Jumlah normal pada tiap lapangan pandang ada beberapa trombosit : 2-4/lp Jumlah dikatakan meningkat, apabila pada tiap lapangan pandang jumlahnya

banyak (> 15 /lp) atau dalam bentuk menggerombol-gerombol. Jumlah dikatakan menurun, apabila agak sulit menemukan trombosit per

lapangan pandang. Pada regenerasi yang aktif dari darah sering dijumpai trombosit yang besar-

besar yang disebut giant trombosit. HITUNG JENIS LEUKOSIT (DIFFERENTIAL COUNT) PRINSIP Hitung jenis adalah mengidentifikasi dan menghitung jenis leukosit sekurang– kurangnya 100 sel dan dinyatakan dalam %. ALAT DAN REAGENSIA

Hapusan darah tepi Mikroskop Oil emersi

PROSEDUR KERJA

1) Identifikasi dilakukan di daerah perhitungan (counting area). 2) Identifikasi sel dimulai dari satu sisi, bergerak ke sisi lain, kemudian kembali ke sisi

semula dengan arah zig-zag berjarak ± 3 lapangan pandang. 3) Untuk memudahkan perhitungan, maka buatlah kotak-kotak seperti gambar dibawah. 4) Jumlah leukosit yang mula-mula terlihat dimasukkan dari kolom 1, apabila jumlah sel

sudah 10 pindah ke kolom ke 2, dan seterusnya. 5) Tiap kolom mengandung 10 sel yang sudah diidentifikasi, dan bila ke 10 kolom sudah

terisi berarti sudah 100 leukosit yang diidentifikasi dan dihitung.

Page 41: Petunjuk Praktikum Blok IV

41FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

NILAI RUJUKAN Basofil : 0 – 1% Eosinofil : 1 – 4% Stab : 2 – 5% Segmen : 36 – 66% Limfosit : 22 – 40% Monosit : 4 – 8%

Tabel Hitung Jenis Leukosit KOLOM Jenis

leukosit 1 2 3 4 5 6 7 8 8 10 Jml total

Bas Eos Stab Seg Limfo Mono Jml total

10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100

PENGHITUNGAN JUMLAH LEUKOSIT PRINSIP Darah diencerkan serta diwarna dengan larutan Turk, lalu sel-sel darah dihitung dalam kamar hitung di bawah mikroskop. ALAT DAN BAHAN

o Darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan o Pipet pengencer Thoma (Pipet Leukosit memiliki skala 0,5 – 11) o Mikroskop (Digunakan Objektif 10 x untuk mengamati leukosit) o Gelas penutup (Cover glass) o Reagen: larutan Turk o Kamar penghitung Improved Neubauer

Gambar 2 Kamar Penghitung Improved Neubauer

Kamar penghitung Improved Neubauer memiliki 2 tempat yang dinamakan ruang

penghitung (counting chamber). Pada tiap ruang penghitung terdapat 1 bujur sangkar dengan panjang sisi 3 mm dan luas 9 mm². Bujur sangkar ini dibagi menjadi 9 bujur sangkar kecil yang sama ukurannya, masing-masing sisinya 1 mm dan luasnya 1 mm² (Gambar 2 dan 3).

Page 42: Petunjuk Praktikum Blok IV

42

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Bujur sangkar yang terletak di tengah dibagi menjadi 25 bujur sangkar kecil yang sama sisinya, yaitu 1/5 mm serta luasnya 1/25 mm². Garis batasnya terdiri dari 3 garis yang sejajar tetapi batas yang dipakai adalah garis yang ditengah. Tiap bujur sangkar kecil tersebut (luas 1/25 mm²) dibagi lagi menjadi 16 bujur sangkar dengan sisi 1/20 mm dan luas 1/400 mm². Jarak antara permukaan daerah penghitung dan permukaan bawah cover glass adalah 1/10 mm (Gambar 3).

Gambar 3 Ruang Penghitung (Counting Chamber)

PROSEDUR KERJA

1) Kamar hitung disiapkan dan ditutup dengan cover glass. 2) Hisaplah darah dengan pipet pengencer Thoma sampai tanda 0,5 kemudian disusul

dengan larutan Turk dihisap sampai tanda 11. Jadi pengencerannya 20x. 3) Kedua ujung pipet ditutup dengan ibu jari dan jari tengah, kemudian pipet dikocok

dengan gerakan tegak lurus pada sumbu panjangnya selama ± 3 menit terus menerus. Jagalah jangan sampai ada cairan yang terbuang dari dalam pipet diwaktu mengocok.

4) Tiga tetes pertama dibuang, kemudian kamar hitung diisi dengan tetesan berikutnya dengan menyinggung pinggir cover glass. Biarkan kamar hitung itu terisi cairan perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya sendiri.

5) Biarkan beberapa menit agar sel mengendap. 6) Lakukan perhitungan sel dalam kamar hitung. Mulailah menghitung sel dari sudut kiri

atas, terus ke kanan, kemudian turun ke bawah dan dari kanan ke kiri. Lalu turun lagi turun lagi ke bawah dan dimulai lagi dari kiri ke kanan.

7) Penghitungan leukosit dilakukan pada 4 bujur sangkar (luas 1 mm²), yaitu daerah 1, 2, 3 dan 4 (Gambar 4).

Page 43: Petunjuk Praktikum Blok IV

43FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

Gambar 4 Daerah Penghitungan Leukosit

8) Cara menghitung jumlah leukosit sebagai berikut : Misalnya jumlah leukosit yang terdapat pada keempat bujur sangkar adalah N. Volume keempat bujur sangkar itu adalah 4 x 0,1 = 0,4 cmm. Pengenceran darah 20 x. Jadi jumlah leukosir per cmm adalah 1/0,4 x 20 x N = 50N. Atau dapat dirumuskan sebagai berikut:

NILAI RUJUKAN

Laki-laki: 4.700-10.300/cmm Perempuan: 4.300–11.300/cmm

REFERENSI Baron. 2000. Kapita Selekta Patologi Klinik. EGC, Jakarta Petit, H. 2000. Kapita Selekta Hematologi Edisi Keempat. EGC, Jakarta Widmann FK. 1998. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC, Jakarta Sacher AR. 2000. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC, Jakarta

PENGESAHAN PRAKTIKUM Mataram, ......................... Pembimbing Praktikum (.................................)

Jumlah leukosit = 50 N/cmm

1 2

43

Page 44: Petunjuk Praktikum Blok IV

44

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Page 45: Petunjuk Praktikum Blok IV

45FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

SUPLEMEN BLOK IV

PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

PATOLOGI ANATOMI

RETIKULOENDOTELIAL SYSTEM

Nama Mahasiswa : No. Induk Mahasiswa : Kelompok Praktikum :

Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

2009

Page 46: Petunjuk Praktikum Blok IV

46

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI SISTEM RETIKULOENDOTHELIAL

LIMFADENITIS KRONIS NON SPESIFIK

• Suatu proses keradangan menahun jaringan limfoid yang ditimbulkan oleh penyebaran infeksi dari tempat lain, misalnya rongga mulut, lengan atau tungkai.

• Makroskopis : kelenjar getah bening membesar, tampak tanda-tanda peradangan • Mikroskopis : struktur kelenjar getah bening masih dapat dikenal, germinal centre

melebar dan aktif, proliferasi sel-sel radang mononuklear, di sinusoid : dilatasi sinusoid, terdapat jaringan ikat dan fibrosis.

LIMFADENITIS TBC • Suatu proses peradangan menahun yang membentuk granuloma (jaringan granulasi

yang khas untuk penyakit atau agen tersebut). Bentukan granuloma pada TBC disebut tuberkel.

• Tuberkel lunak : mengalami nekrosis dibagian tengahnya • Tuberkel keras : tanpa nekrosis

LIMFOMA MALIGNA NON HODGKIN

• Neoplasma ganas primer jaringan limfoid, terdiri atas sel-sel limfoid kecil atau besar • Makroskopis : kelenjar getah bening membesar, berbenjol-benjol, warna abu-abu

kekuningan, konsistensi pada kenyal. • Mikroskopis : struktur kelenjar getah bening masih dapat dikenal, germinal centre tidak

tampak lagi, tampak 1 atau 2 jenis sel limfoid, sel monoton, tampak proliferasi sel-sel radang mononuclear di sinusoid, kadang terdapat jaringan ikat dan fibrosis. Ciri khas :

Page 47: Petunjuk Praktikum Blok IV

47FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

sel-sel padat monoton, ukuran ada yang kecil, inti hiperkromasi, pleomorfik, beberapa ada anak inti, serta terdapat jaringan ikat retikuler yang mengelilingi setiap sel dan berwarna merah.

Page 48: Petunjuk Praktikum Blok IV

48

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

HODGKIN DESEASE • Keluhan ini dihubungkan dengan peradangan (virus) yang bersifat neoplastik • Tata nama dan penggolongan menurut tipe :

Lymphocyte predominance Lymphocyte depletion Mixed cellularity Nodular sclerosis

• Patokan : jumlah limfosit, sclerosis dan campuran masing-masing sel. Disamping itu masih ada sel-sel datia Reed Stemberg yang dapat dianggap patognomonik

• Mikroskopis : struktur kelenjar getah bening hilang, terdapat proliferasi polimorfik sel – sel limforetikuler, sel-sel limfosit, sel plasma histiosit, neutrofil dan eosinofil, sel red stemberg dengan inti lebih dari 1 dan mirror image, proliferasi jaringan ikat fibrosis, nekrosis, dan perdarahan.

Page 49: Petunjuk Praktikum Blok IV

49FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

LEMBAR HASIL PENGAMATAN

Petunjuk: Amati preparat dengan seksama sesuai dengan panduan di atas untuk menemukan ciri khas dari masing-masing kelainan, kemudian gambarlah dan beri keterangan.

Page 50: Petunjuk Praktikum Blok IV

50

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Page 51: Petunjuk Praktikum Blok IV

51FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

BBllookk PPeerrttaahhaannaann TTuubbuuhh

REFERENSI Robbins, Kumar, Cotran. 2002. Buku Ajar Patologi Edisi Ketujuh. EGC Jakarta Aleqsander, M. 2006. Atlas Patologi Anatomi, UMM press Malang Underwood, JCE. 2002. Patologi Umum dan Sistematika. EGC, Jakarta

PENGESAHAN PRAKTIKUM Mataram, ......................... Pembimbing Praktikum (.................................)