pembahasan penentuan jumlah sel leukosit

5
Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan jumlah sel leukosit. Sebagai objek digunakan sampel darah manusia golongan darah O. Menurut Pearce, E (2004), darah adalah salah satu bagian tubuh yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia sebab darah berfungsi sebagai alat transportasi utama bagi oksigen, nutrisi, dan zat-zat lain yang dibutuhkan seluruh jaringan tubuh. Darah terdiri atas plasma dan sel darah. Sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Menurut Syaifuddin (1997), Leukosit terbagi menjadi dua yaitu granulosit (leukosit yang memiliki granula sitoplasma) dan agranulosit (leukosit yang tidak memiliki granula sitoplasma). Granulosit terdiri atas neutrofil, eosinofil, dan basofil sedangkan agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit. Adapun fungsi leukosit agranulosit antara lain : monosit memiliki dua fungsi utama dalam sistem kekebalan yaitu menambah jumlah makrofag dan sel dendritik pada daerah yang normal serta merespon peradangan,. Monosit dapat bergerak cepat (sekitar 8-12 jam) ke daerah infeksi pada jaringan dan berdiferensiasi menjadi makrofag serta sel dendritik untuk mendapatkan respon imun. Sedangkan fungsi dari limfosit adalah membunuh dan memakan bakteri yang masuk kedalam jaringan tubuh. Fungsi makrofag adalah untuk fagositosis (menelan dan kemudian mencerna) selular, puing- puing dan pathogen baik sebagai sel mobile juga untuk merangsang

Upload: putri-epriani

Post on 13-Apr-2016

93 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Leukosit adalah nama lain dari sel darah putih. Leukosit berperan dalam sistem kekebalan tubuh manusia. oleh karena itu leukosit sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan Penentuan Jumlah Sel Leukosit

Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan jumlah sel leukosit. Sebagai objek

digunakan sampel darah manusia golongan darah O. Menurut Pearce, E (2004), darah adalah

salah satu bagian tubuh yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia sebab darah

berfungsi sebagai alat transportasi utama bagi oksigen, nutrisi, dan zat-zat lain yang dibutuhkan

seluruh jaringan tubuh. Darah terdiri atas plasma dan sel darah. Sel darah terdiri atas sel darah

merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).

Menurut Syaifuddin (1997), Leukosit terbagi menjadi dua yaitu granulosit (leukosit yang

memiliki granula sitoplasma) dan agranulosit (leukosit yang tidak memiliki granula sitoplasma).

Granulosit terdiri atas neutrofil, eosinofil, dan basofil sedangkan agranulosit terdiri atas limfosit

dan monosit.

Adapun fungsi leukosit agranulosit antara lain : monosit  memiliki dua fungsi utama

dalam sistem kekebalan yaitu menambah jumlah makrofag dan sel dendritik pada daerah yang

normal serta merespon peradangan,. Monosit dapat bergerak cepat (sekitar 8-12 jam) ke daerah

infeksi pada jaringan dan berdiferensiasi menjadi makrofag serta sel dendritik untuk

mendapatkan respon imun. Sedangkan fungsi dari limfosit adalah membunuh dan memakan

bakteri yang masuk kedalam jaringan tubuh. Fungsi makrofag adalah untuk fagositosis (menelan

dan kemudian mencerna) selular, puing-puing dan pathogen baik sebagai sel mobile juga untuk

merangsang limfosit dan sel imun lainnya dalam merespon pathogen (Effendi, Z : 2009).

Sedangkan fungsi leukosit granulosit antara lain : neutrofil bersifat fagositik dan sangat

aktif, hingga dapat mencapai jaringan terinfeksi untuk menyerang virus dan bakteri. Eosinofil

bersifat fagositik meskipun lemah, selain itu eosinofil juga bersifat detoksikasi histamin yang

dihasilkan sel mast dan jaringan yang luka saat inflamasi berlangsung, serta mengandung

peroksidase dan fosfatase yaitu enzim yang mungkin terlibat dalam detoksifikasi bakteri. Basofil

menghasilkan histamin untuk memicu aliran darah ke sekitar luka serta menghasilkan heparin

yaitu zat antikoagulan untuk mencegah gumpalan darah di pembuluh (Effendi, Z : 2009).

Terdapat dua metode untuk menghitung jumlah sel leukosit, yaitu metode elektronik dan

metode kamar hitung. Metode elektronik umum digunakan di laboratorium penelitian, dimana

dengan metode ini secara otomatis jumlah sel leukosit dan komponen darah lainnya dapat

dihitung. Sedangkan pada metode kamar hitung, jumlah sel leukosit dihitung secara manual,

Page 2: Pembahasan Penentuan Jumlah Sel Leukosit

dimana sampel darah harus diencerkan terlebih dahulu, lalu dihitung menggunakan alat yang

disebut haemocytometer. Untuk kamar hitung leukosit terdiri atas 25 kamar, sedangkan eritrosit

terdiri atas 40 kamar. Hal ini disebabkan ukuran sel leukosit yang lebih besar dibanding eritrosit.

Untuk mengambil sampel darah, pertama-tama yang dilakukan adalah membersihkan jari

manis kiri dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70%, lalu tusuk menggunakan lanset

dimana tetesan pertama dibuang dan tetesan selanjutnya diteteskan pada salah satu ujung dari

objek glass. Kemudian dibuat sediaan apus darah, sediaan apus darah ini dibuat tidak hanya

untuk mempelajari sel darah tapi juga digunakan untuk menghitung perbandingan jumlah

masing-masing sel darah.

Pembuatan sediaan apus darah biasanya menggunakan dua buah kaca sediaan yang

sangat bersih terutama harus bebas lemak. Satu buah kaca sediaan digunakan sebagai tempat

tetes darah yang hendak diperiksa dan yang lain sebagai alat untuk meratakan tetes darah agar

didapatkan lapisan tipis darah. Darah yang digunakan adalah darah manusia golongan O. Darah

diratakan dengan salah satu ujung sisi pendek kaca perata yang diletakan miring dengan sudut

kira- kira 30º tepat di depan tetes darah sehingga darah menyebar sepanjang sisi pendek kaca

perata, dan kaca perata digerakan secara cepat sehingga terbentuklah selapis tipis darah di atas

kaca sediaan.

Setelah sediaan darah dikeringkan, dilakukan proses fiksasi dengan pelarut methanol.

Tujuannya adalah untuk membunuh sel-sel pada sediaan darah tersebut tanpa mengubah posisi

(struktur) organel yang ada di dalamnya. Selain itu, pemberian methanol juga berguna untuk

menghentikan proses metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan, mengawetkan

komponen-komponen sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan sebenarnya, dan

mengeraskan. Kemudian sediaan apus darah diberi larutan pewarna giemsa atau yang sering

disebut juga pewarna Romanowski. Pewarna Giemsa merupakan pewarna yang umum

digunakan dalam pembuatan sediaan apus, tujuannya adalah agar sediaan terlihat lebih jelas.

Metode pewarnaan ini banyak dipakai untuk mempelajari morfologi darah, sel-sel sumsum dan

juga untuk identifikasi parasit-parasit darah misalnya dari jenis protozoa. Larutan Giemsa

memberikan warna biru pada leukosit.

Page 3: Pembahasan Penentuan Jumlah Sel Leukosit

Kemudian sediaan darah dicuci dengan aquadest untuk menghilangkan pewarna yang ada

dalam darah, lalu dikeringkan dan lihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 kali. Hasil

pewarnaan dengan giemsa pada darah manusia akan memperlihatkan eritrosit berwarna merah

muda, nukleolus leukosit berwarna ungu kebiru-biruan, sitoplasma leukosit berwarna sangat

ungu muda, granula dari leukosit eosinofil berwarna ungu tua, granula dari leukosit neutrofil dan

lekosit basofil berwarna ungu. Setelah itu dilakukan perhitungan sehingga masing-masing jenis

sel leukosit dapat ditentukan secara presentase.

Dari hasil pengamatan, diperoleh jumlah sel limfosit sebanyak 225 sel dengan persentase

sebesar 20%, jumlah monosit sebanyak 76 sel dan persentase sebesar 3,1%, sedangkan neutrofil

diperoleh jumlah sel yang tidak terhingga menyebabkan persentasenya tidak dapat ditentukan.

Perhitungan jumlah sel leukosit ini penting dilakukan terutama untuk melihat kadar leukosit

seseorang berada di rentang normal atau tidak. Apabila kadar leukosit tidak berada di rentang

normal, maka dapat menjadi indikasi adanya gangguan pada tubuh orang tersebut. Misalnya

terjadi infeksi bakteri, menyebabkan meningkatnya jumlah leukosit seseorang.