pembahasan, kesimpulan, daftar pustaka

15
BAB 3. PEMBAHASAN Telinga tengah pada umumnya steril dari mikroorganisme, sebaliknya faring (termasuk nasofaring) mengandung mikroorganisme baik yang bersifat konmensal maupun patogen. Apabila karena suatu kondisi (penyakit atau kelainan) sehingga menyebabkan gangguan pada elemen pertahanan telinga tengah yang terdiri dari sillia mukosa tuba Eustachius, enzim, serta antibodi yang terdapat di sepanjang mukosa rongga telinga tengah, maka mikroorganisme yang berasal dari nasofaring dapat masuk kedalam rongga telinga tengah. Mikroorganisme (virus maupun bakteri) yang tumbuh didalam telinga tengah akan mengakibatkan proses inflamasi mukosa. Proses peradangan pada otitis media sesungguhnya dicetuskan oleh gangguan fungsi tuba yang disebabkan oleh diantaranya adanya infeksi di saluran napas bagian atas, alergi, sumbatan tuba karena adanya massa tumor di nasofaring, tampon posterior yang terpasang di nasofaring, serta adanya sekret yang mengental di daerah nasofaring. Gangguan tuba menyebabkan gangguan ventilasi udara dan gangguan drainase sekret dari rongga telinga tengah. 24

Upload: wahyudhanapermana

Post on 21-Jan-2016

141 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

infeksi telinga tengah

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka

BAB 3. PEMBAHASAN

Telinga tengah pada umumnya steril dari mikroorganisme, sebaliknya

faring (termasuk nasofaring) mengandung mikroorganisme baik yang bersifat

konmensal maupun patogen. Apabila karena suatu kondisi (penyakit atau

kelainan) sehingga menyebabkan gangguan pada elemen pertahanan telinga

tengah yang terdiri dari sillia mukosa tuba Eustachius, enzim, serta antibodi yang

terdapat di sepanjang mukosa rongga telinga tengah, maka mikroorganisme yang

berasal dari nasofaring dapat masuk kedalam rongga telinga tengah.

Mikroorganisme (virus maupun bakteri) yang tumbuh didalam telinga tengah

akan mengakibatkan proses inflamasi mukosa.

Proses peradangan pada otitis media sesungguhnya dicetuskan oleh

gangguan fungsi tuba yang disebabkan oleh diantaranya adanya infeksi di saluran

napas bagian atas, alergi, sumbatan tuba karena adanya massa tumor di

nasofaring, tampon posterior yang terpasang di nasofaring, serta adanya sekret

yang mengental di daerah nasofaring. Gangguan tuba menyebabkan gangguan

ventilasi udara dan gangguan drainase sekret dari rongga telinga tengah.

24

Page 2: Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka

Gambar : Skema Patogenesis Terjadinya Otitis Media

Sumber : Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok FKUI, 2000

Proses oklusi ini menyebabkan gangguan ventilasi rongga telinga tengah,

sehingga terjadilah akumulasi udara di rongga telinga tengah yang menyebabkan

tekanan positif sementara pada auris media. Lama-kelamaan udara akan

terabsorbsi oleh epitel kavum timpani, dan berangsur-angsur tekanan dalam

rongga telinga tengah menjadi negatif. Tekanan negatif ini memicu transudasi

kapiler pada mukosa rongga telinga tengah, sehingga menjadi produksi sekret

yang serous dalam telinga tengah, hal ini disebut dsebagai proses efusi.

Keadaan efusi dalam rongga telinga tengah dapat berlanjut menjadi 3

kemungkinan kondisi :

1) Sembuh atau normal kembali

Hal ini akan terjadi bila sumbatan tuba sebagai penyebab utamanya segera

dihilangkan, serta tidak ada mikroorganisme yang menumpangi (oportunis) dalam

Gangguan fungsi tuba

OMA

OMESembuh OMK

Efusi OMETekanan negatif

auris media

25

Sembuh

Oklusi tuba

Page 3: Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka

keadaan efusi ini sehingga tidak terjadi proses inflamasi. Sumbatan dapat

diketahui dengan mengetahui apa penyebab sumbatan.

Apabila disebabkan oleh sumbatan karena tampon posterior, tampon dapat

segera dilepas. Bila disebabkan oleh sekret kental akibat infeksi saluran napas

bagian atas, maka infeksi segera diobati. Apabila penyebabnya adalah barotrauma,

maka segera diatasi dengan pemberian vasokonstriktor lokal dan perasat Valsalva

berulang. Bila diakibatkan keadaan alergi, maka dapat diatasi dengan obat-obatan

antihistamin.

Ketika fungsi tuba sudah kembali normal, maka sisa cairan efusi dapat

dialirkan keluar menuju nasofaring melalui tuba Eustachius. Sedangkan tekanan

negatif berangsur-angsur akan kembali menjadi normal karena fungsi ventilasi

tuba telah kembali bagus.

2) Otitis media efusi

Adanya kumpulan cairan sekret dalam rongga telinga tengah yang tidak

diikuti dengan pengembalian fungsi tuba kearah normal (artinya fungsi tuba tetap

terganggu) disertai sekresi aktif dari kelenjar dalam mukosa telinga tengah maka

menyebabkan keadaan efusi yang menetap. Namun bedanya dengan OMA, disini

tidak terjadi proses infeksi oleh kuman sehingga tidak didapatkan inflamasi.

Meski tidak terjadi proses infeksi keadaan OME tetap harus diatasi karena

disamping menimbulkan gejala yang mengganggu (seperti kurang pendengaran,

rasa penuh dalam telinga, tinitus), keadaan ini merupakan faktor predisposisi

terjadinya infeksi telinga tengah akut sebab kumpulan sekret efusi merupakan

media pertumbuhan yang baik bagi mikroba patogen.

3) Otitis media akut

Sekret hasil efusi merupakan media pertumbuhan yang baik bagi

mikroorganisme. Dengan adanya infeksi saluran napas bagian atas, maka hal ini

akan mempermudah pemasukan kuman dari saluran napas atas menuju telinga

tengah. Pertumbuhan yang cepat dari bakteri maupun virus patogen akan

menimbulkan inflamasi pada lapisan mukoperiosteum rongga telinga tengah.

Inflamasi yang terus-menerus terjadi menyebabkan terjadinya iskemia baik pada

sel epitel maupun dinding kapiler yang melingkupi rongga telinga tengah, hal ini

26

Page 4: Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka

menyebabkan nekrosis pada sel-sel epitel serta tromboflebitis kapiler yang akan

menyebabkan kerusakan sel epitel pada akhirnya. Kerusakan lapisan epitel terjadi

baik sebagian maupun secara keseluruhan dari rongga telinga tengah. Kerusakan

yang terjadi pada membran timpani memicu terjadinya perforasi, sehingga bila

tidak diatasi dengan segera akan sampai pada tahap yang disebut dengan otitis

media perforasi.

Keadaan OMA dapat berlanjut menjadi OMK (Otitis Media Kronik) yang

memiliki prognosis lebih buruk. OMA yang terlambat diterapi, diterapi secara

inadequat, virulensi kuman terlalu tinggi, imunitas pasien rendah (seperti pada

keadaan gizi buruk), serta higiene yang buruk akan menyebabkan proses inflamasi

terus-menerus atau kronik. Apabila proses infeksi terus terjadi sampai lebih dari 2

bulan disertai lubang perforasi yang menetap, maka keadaan ini disebut dengan

otitis media kronik. OMK sendiri terdiri atas episode supurasi (yang dinamakan

dengan Otitis Media Supuratif Kronik atau OMSK) dan episode kering (biasa

diistilahkan dengan ”dry ear”).

Saat episode kering, mukosa telinga tengah tidak mengalami peradangan.

Saat episode supuratif, mukosa telinga tengah kembali mengalami peradangan

sehingga dihasilkan sekret hasil peradangan. Peradangan yang berulang lama-

kelamaan akan memicu perubahan secara histologis dari sel epitel mukosa telinga

tengah.

Hubungan OMA, OME, OMK

OME

OMA OMK

27

Page 5: Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka

Hubungan OMA, OME, OMK

- Gggntuba -Perforasi telah

- Infeksi (+) menutup

-Gggn tuba(+)

-Tx terlambat, inadekuat

- Virulensi kuman tinggi- Imun buruk

OME

OMKOMA

Hubungan OMA, OME, OMK

- Gxsisa -OME persisten

- Sembuhtdk -kontaminasi bakterisempurna -infeksi kronis

- Infeksi mereda -perforasi- Gggn tuba (+)

-Perforasi telah menutup- Gggn tuba & infeksi (+) lagi

OME

OMA OMK

Sebenarnya komplikasi dari OMSK akan terjadi bila sawar atau barrier

pertahanan telinga tengah mampu dilalui oleh proses inflamasi yang masif. Sawar

pertahanan tersebut meliputi mukosa kavum timpani, dinding tulang kavum

timpani, dan sel mastoid. Bila ketiga sawar tadi telah ditembus, maka menyusul

28

Page 6: Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka

jaringan granulasi akan terbentuk sebagai respon tubuh kita terhadap proses

peradangan (yang sebenarnya berfungsi untuk melokalisir area peradangan).

Namun, jaringan granulasi ini mampu menembus dan mengerosi struktur anatomi

sekitar telinga tengah yang berdampak pada kerusakan struktur tersebut, hingga

jaringan ini pada akhirnya diistilahkan jaringan patologis.

Seperti yang telah dijabarkan dalam tinjauan pustaka bahwa banyak sekali

komplikasi dari OMSK, tetapi diantara sekian banyak komplikasi yang paling

sering terjadi adalah mastoiditis. Hal ini dikarenakan antrum mastoid (sebagai

bagian dari os mastoid) memiliki hubungan langsung dengan kavum timpani

melalui pintu ”aditus ad anthrum”. Peradangan pada antrum mastoid dapat dengan

mudah dan cepat menjalar keseluruh os mastoid (baik itu sel mukoperiosteum

maupun selulae mastoidnya).

Keadaan ini ditandai dengan gejala yaitu :

1. Otore yang lamanya sudah lebih dari 3 minggu.

Hal ini menunjukkan bahwa infeksi telinga tengah sudah melibatkan organ

mastoid.

2. Gejala demam biasanya hilang timbul.

Hal ini disebabkan karena infeksi telinga tengah sebelumnya dan

pemberian antibiotik pada awal perjalanan penyakit.

3. Demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik selama proses terapi

yang ideal (7 sampai 10 hari).

4. Rasa nyeri pada daerah retroaurikuler.

5. Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak tergantung pada besarnya

kompleks mastoid akibat infeksi.

Sedangkan tanda mastoiditis yang diperoleh dari pemeriksaan fisik adalah :

1. Nyeri tekan di daerah retroaurikuler.

2. Terdapatnya massa ataupun bisul (abses) di daerah mastoid sehingga

daerah tersebut tampak bengkak, bahkan mampu mendorong auris

eksterna lebih ke anterior.

29

Page 7: Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka

3. Ditemukannya jaringan patologis (polip atau granuloma) dalam canalis

auditorius eksternus yang akarnya ternyata berasal dari telinga tengah.

4. Didapatkan ”reservoir sign” pada telinga ialah suatu tanda dimana ketika

liang telinga penuh dengan sekret, lalu di suction sampai bersih, tidak

lama kemudian (kurang dari 5 menit) tampak liang telinga sudah penuh

terisis oleh cairan lagi. Hal ini dapat diasumsikan bahwa tampungan cairan

yang terakhir adalah turun dari ruang antrum mastoid yang sedang

meradang dan penuh dengan sekret peradangan.

5. Keluar cairan (otorrhea) baik purulent atau mukopurulent tergantung

bakteri penyebabnya.

6. Kemerahan pada kompleks mastoid.

7. Matinya jaringan keras (tulang dan tulang rawan).

Sedangkan pemeriksaan penunjang yang diperlukan diantaranya :

1. Kultur mikrobiologi sekret telinga.

2. Darah Lengkap (untuk mengetahui adanya proses infeksi).

3. Pemeriksaan CT Scan kepala, foto polos kepala, atau MRI kepala.

Untuk memastikan seberapa jauh penyebaran dari jaringan patologis yang

sudah terjadi.

Bila seseorang telah jatuh pada keadaan OMK, sebenarnya tetap ada

harapan untuk OMK ini tidak berlanjut menjadi komplikasi, yaitu dengan

menjaga higiene agar telinga yang telah terdapat lubang permanen tidak

kemasukan air, disamping itu juga harus menjaga keadaan umum tubuh agar tidak

mudah tercetus infeksi ulangan.

30

Page 8: Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka

BAB 4. KESIMPULAN

Proses peradangan pada telinga tengah disebabkan oleh sumbatan tuba

yang berdampak pada gangguan fungsi tuba (ventilasi dan drainase). Penyebab

sumbatan tuba diantaranya ISPA, alergi, massa atau tumor di nasofaring, sekret

mengental dari hasil infeksi, dan lain sebagainya. Hal ini menyebabkan tekanan

negatif pada telinga tengah dan akan diikuti oleh efusi sekret dalam rongga telinga

tengah.

Efusi yang diikuti oleh kembalinya fungsi tuba yang normal akan berakhir

pada kesembuhan. Efusi yang tidak diikuti kembalinya fungsi tuba yang normal,

tanpa adanya infeksi disebut OME. Efusi yang ditumpangi proses infeksi disebut

OMA.

OMA yang tidak diterapi dengan baik, terlambat diterapi, keadaan higiene

buruk, serta virulensi kuman terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya OMK, suatu

radang berulang pada mukosa telinga tengah yang dapat memicu terbentuknya

jaringan patologis. Jaringan patologis mampu merusak struktur anatomi sekitar

rongga telinga tengah yang akan mencetuskan berbagai komplikasi.

31

Page 9: Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka

Mastoiditis merupakan komplikasi dari OMSK yang paling sering terjadi.

Kecurigaan pada adanya mastoiditis bila didapatkan gejala otore lama (lebih dari

3 minggu), otore yang tidak kunjung sembuh setelah terapi yang ideal, nteri

retroaurikuler. Sedangkan tanda yang mengarahkan kecurigaan pada adanya

mastoiditis yaitu kemerahan, nyeri tekan, bengkak (abses) pada daerah

retroaurikuler, ”reservoir sign”, jaringan patologis tampak di liang telinga dan

asalnya dari telinga tengah. Pemeriksaan lebih lanjut dengan MRI, CT Scan perlu

dilakukan, tindakan operatif dilakukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, Efiati Arsyad, Dr. Sp. THT & Prof. Dr. H. Nurbaiti Iskandar,

Sp. THT. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta.

2. Boies, Lawrence R., MD & George L. Adams, MD. 2003. Buku Ajar

Ilmu Penyakit THT. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

3. Bambang, Prof. Dr., 1991. Pelajaran Ilmu Penyakit Telinga Hidung

dan Tenggorok. Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

4. Tim Dokter THT RSD dr. Soebandi. 2003. Pedoman Diagnosis dan

Terapi SMF THT. RSD dr. Soebandi. Jember.

5. Tim Dokter THT RSU dr. Soetomo. 2003. Pedoman Diagnosis dan

Terapi SMF THT. RSU dr. Soetomo. Surabaya.

6. http://healthstate.university.com/pages/1111/otitis_media.html

7. http://www.etnet.org/otorrhea.html

8. http://www.emedicine.com/emerg/topic 393.html

32

Page 10: Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka

9. http://www.emedicine.com/emerg/topic 153.html

10. http://www.intelhealth.com/IH/ihtIH/WSIH/9339.html

11. http://www.upm.com/healthmanagement/refference.html

12. http://www.tchain.com/otoneurology/disorders/unilat/otitis.html

13. http://www.evmsent.org.perforation_of_eardrum.asp.html

14. http://F:otorrhea/telinga/welcome&joining_otolaringology.4.html

15. http://www.etnet.org.index2.cfm

16. http://resullivan.com/www.ears.html

17. http://www.IJMS/10years/follow_up.2006.com

18. http://astaqauliyah.otitis/net .

19. http://www.otoHN/default.asp.id14160.html

20. http://www.earsite.com/tumours/procedure_one.html

33