pembahasan antidiare
TRANSCRIPT
7. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, diamati obat-obatan yang mempengaruhi saluran
cerna. Pada percobaan ini digunakan mencit sebagai hewan percobaan, mencit
tersebut di bagi menjadi 4 kelompok. Kelompok pertama merupakan mencit
kontrol negatif dimana mencit diberikan CMC dan air, sedangkan kelompok
kedua adalah kontrol positif dimana mencit diberikan CMC kemudian diberikan
oleum ricini, pada kelompok ketiga mencit diberikan loperamid dosis 1 kemudian
diberi oleum ricini, dan kelompok ke empat mencit diberikan loperamid dosis 2
kemudian diberi oleum ricini. Adapun hasil percobaannya dapat dilihat pada
grafik dibawah ini:
0 10 20 30 40 50 60 700
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Pengaruh pemberian Oleum ricini dan loperamid pada frekuensi
defekasi mencit
kontrol +kontrol -loperamid dosis 1loperamid dosis 2
Waktu (menit)
frek
uens
i def
ekas
i
Gambar 1
Grafik Pengaruh Pemberian Oleum Ricini (Minyak Jarak) dan Loperamid
Terhadap Frekuensi Defekasi Mencit
0 10 20 30 40 50 60 700
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
Pengaruh Pemberian Oleum Ricini dan Loperamid terhadap Konsistensi
Feses Mencit
kontrol +kontrol -loperamid dosis 1loperamid dosis 2
Waktu (menit)
Kons
isten
si Fe
ses
Gambar 1
Grafik Pengaruh Pemberian Oleum Ricini (Minyak Jarak) dan Loperamid
Terhadap Konsistensi Feses Mencit
Pada mencit kontrol negatif, mencit diberi CMC kemudian diberi air.
Kontrol negatif ini berfungsi untuk melihat proses defekasi pada mencit yang
normal. Dilihat dari grafik diatas mencit kontrol negatif, mengalami defekasi
normal dengan frekuensi defekasi yang jarang, dan konsistensinya juga normal.
Pada mencit kontrol negatif, mencit diberikan CMC kemudian diberi
Oleum ricini. Kontrol negatif ini bertujuan untuk melihat proses defekasi pada
mencit yang diinduksi dengan pencahar. Oleum ricini (minyak jarak) merupakan
trigliserida yang berkhasiat sebagai laksatif. Di dalam usus halus, minyak ini
mengalami hidrolisis dan menghasilkan asam risinoleat yang merangsang mukosa
usus, sehingga mempercepat gerak peristaltiknya dan mengakibatkan proses
defekasi berlangsung dengan cepat sehingga frekuensi defekasi akan meningkat.
Karena proses defekasi yang berlangsung cepat, maka waktu absorbsi air juga
akan berkurang, sehingga air yang seharusnya diabsorbsi tubuh akan ikut terbuang
dalam feses, yang mengakibatkan konsistensi feses yang lembek. Pada grafik
diatas pada mencit dengan kontrol positif seharusnya mengalami peningkatan
frekuensi defekasi dan konsistensi feses seiring dengan peningkatan waktu, tetapi
pada hasil percobaan, mencit yang harusnya frekuensi defekasinya meningkat
namun tidak mengalami proses defekasi, hal tersebut terjadi karena pengaruh
beberapa faktor, misalnya oleum ricini berdasarkan teori onsetnya adalah sekitar 1
sampai 6 jam, sedangkan pengamatan dilakukan dari 0 menit sampai 60 menit,
sehingga oleum ricini tidak menimbulkan efek. Selain itu juga, oleum ricini
merupakan senyawa yang mudah teroksidasi, akibatnya ketika disimpan di ruang
terbuka oleum ricini tersebut akan rusak karena oksidasi sehingga tidak berefek
lagi.
Pada kelompok mencit ke tiga, mencit diberikan loperamid dosis 1
kemudian diberikan oleum ricini. Loperamid meruapakan obat antidiare yang cara
kerjanya memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot
sirkuler dan longitudinalis usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid
sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan
reseptor tersebut. Pada mencit yang diberikan loperamid dosis 1 seharusnya pada
awal pemberian oleum ricini frekuensi defekasi meningkat karena oleum ricini
merupakan induktor diare (laksatif), kemudian seiring dengan peningkatan waktu
frekuensi defekasi dan konsistensi defekasi akan menurun karena pengaruh dari
loperamid yang akan menurunkan motilitas usus yang meningkat karena oleum
ricini, akan tetapi pada grafik diatas grafik yang dihasilkan tidak beraturan karena
mencit tidak mengalami defekasi, hal tersebut mungkin pengaruh dari oleum
ricini yang belum mencapai onset dan sifatnya yang mudah teroksidasi.
Pada kelompok 4, mencit diberikan loperamid dosis 2 kemudian diberikan
oleum ricini. Loperamid meruapakan obat antidiare yang cara kerjanya
memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan
longitudinalis usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga
efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut.
Pada mencit yang diberikan loperamid dosis 2 seharusnya pada awal pemberian
oleum ricini frekuensi defekasi meningkat karena oleum ricini merupakan
induktor diare (laksatif), kemudian seiring dengan peningkatan waktu frekuensi
defekasi dan konsistensi defekasi akan menurun karena pengaruh dari loperamid
yang akan menurunkan motilitas usus yang meningkat karena oleum ricini, dan
dibandingkan dengan loperamid dosis 1 seharusnya frekuensi dan konsistensi
feses lebih rendah ketika mencit diberikan loperamid dosis 2, karena semakin
tingginya dosis maka motilitas usus akan semakin memperlambat motilitas usus.
Akan tetapi pada grafik diatas grafik yang dihasilkan tidak beraturan karena
mencit tidak mengalami defekasi, hal tersebut mungkin pengaruh dari oleum
ricini yang belum mencapai onset dan sifatnya yang mudah teroksidasi.