pembahasan ammp daging
DESCRIPTION
Contoh Pembahasan AMMP dagingTRANSCRIPT
Pembahasan
Bahan pangan mentah yang tidak ditangani dengan proses yang baik akan dapat
menyebabkan terjadinya kontaminasi pada produk akhir olahan pangan yang dihasilkan. Hal ini
disebabkan karena bahan pangan mentah banyak mengandung komposisi senyawa nutrisi yang
juga sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Kontaminasi pada bahan pangan
mentah akan menyebabkan penurunan mutu pada produk akhir. Kontaminasi pada bahan pangan
segar dapat disebabkan karena kontaminasi lingkungan sekitarnya maupun saat proses
penanganan sebelum pengolahan.
Bahan pangan segar banyak mengandung nutrisi yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan mikroba serta memiliki nilai aktivitas air yang cukup tinggi sehingga bahan pangan
segar yang tidak ditangani dengan baik akan dapat terkontaminasi dan mudah rusak karena
terdapat pertumbuhan mikroba perusak/patogen pada bahan pangan tersebut. Oleh karena itu,
bahan pangan segar tergolong komoditi yang perishable (mudah rusak).
Salah satu jenis kerusakan bahan pangan segar yang paling sering terjadi adalah karena
kerusakan mikrobiologis akibat kontaminasi mikroba perusak. Kontaminasi produk daging segar
dapat terjadi selama waktu penyembelihan/pemotongan baik oleh mikroba dari kulit, kotoran,
rambut, alat pemotong, pekerja, air, udara, lingkungan tempat pemotongan, kontaminasi saat
penanganan setelah penyembelihan, dan selama masa penyimpanan. Contoh mikroba yang ada
pada daging/ikan segar adalah Micrococcus, Pseudomonas, Acinobacter, Rhodotorula, dan
Geotrichum.
Sumber kontaminasi bahan pangan segar dapat berasal dari beberapa faktor, yaitu :
1. Manusia/pekerja yang memanen atau mengangani bahan saat dan setelah panen
2. Peralatan dan wadah yang digunakan untuk penanganan saat dan setelah panen
3. Teknik penanganan yang tidak aseptis dan penyimpanan bahan yang kurang tepat
4. Sampah atau kotoran yang melekat pada bahan saat dipanen
5. Kontak dengan debu/udara yang mengandung mikroba saat didistribusikan
6. Air yang digunakan untuk mencuci bahan pangan segar sebelum diolah lebih lanjut
7. Bahan pangan segar itu sendiri yang di dalamnya telah mengandung mikroba yang siap
tumbuh apabila mendapat kondisi lingkungan yang cocok
Prinsip perhitungan koloni bakteri adalah semakin tinggi tingkat pengenceran semakin
rendah jumlah koloni bakteri. Dengan kata lain tingkat pengenceran berbanding terbalik dengan
jumlah koloni bakteri. Berdasarkan hasil pengamatan perhitungan koloni bakteri dari setiap
pengenceran hasil perhitungannya menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran
semakin sedikit jumlah bakteri. Karena pengenceran bertujuan untuk mendapatkan jumlah
mikroba yang optimum untuk dihitung.
Pada jasad bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan
jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar
jasadnya. Dalam membahas pertumbuhan mikrobia harus dibedakan antara pertumbuhan
masing-masing individu sel dan pertumbuhan kelompok sel atau pertumbuhan populasi
(Suharjono, 2006).
Kecepatan pertumbuhan merupakan perubahan jumlah atau massa sel per unit waktu.
Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda, yang berturut-
turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian (Sofa, 2008).
Menurut Darkuni (2001) pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan
jumlah sel yang berbeda dan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva
pertumbuhannya. Sedangkan menururt Tarigan (1988) kebutuhan mikroorganisme untuk
pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu kebutuhan fisik dan kebutuhan
kimiawi atau kemis. Aspek-aspek fisik dapat mencakup suhu, pH dan tekanan osmotik.
Sedangkan kebutuhan kemis meliputiair, sumber karbon, nitrogen oksigen, mineral-mineral dan
faktor penumbuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Hastuti (2007) bahwa terdapat beberapa faktor
abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri, antara lain suhu, kelembapan, cahaya,
pH, AW dan nutrisi. Apabila dfaktor-faktor abiotik tersebut memenuhi syarat, sehingga optimum
untuk pertumbuhan bakteri, maka bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak. Pertumbuhan
bakteri juga dapat terganggu apabila kondisi fisika kimia tidak memenuhi syarat. Selain dari
faktor fisiko kimia, pertumbuhan bakteri juga dapat terganggu dengan kehadiran mikroba lainnya
yang bersifat inhibitor, contohnya adalah jamur. Jamur antagonis akan menghambat
pertumbuhan koloni bakteri dengan membentuk zona antibiotis atau mematikan secara langsung
dengan cara menyelimuti pertumbuhan koloni pathogen (Bustamam, 2006).
Metode swab/oles dilakukan terhadap bahan mentah yang memiliki permukaan cukup
luas. Cara kerjanya adalah dengan mengoles alat swab yang telah dicelup dalam larutan
pengencer pada permukaan bahan seluas area tertentu lalu dicelup lagi dalam larutan pengencer
dan segera dilakukan pengenceran untuk dianalisa kandungan mikroba pada bahan.
Pada praktikum ini menggunakan metode swab merupakan metode pengujian sanitasi
yang dapat digunakan pada permukaan yang rata, bergelombang, atau permukaan yang sulit
dijangkau seperti retakan, sudut, dan celah. Metode RODAC hanya dapat digunakan pada
permukaan yang rata. Swab tersusun dari tangkai atau gagang (panjang 12-15 cm) dengan kepala
swab terbuat dari kapas (diameter 0,5 cm dan 2 cm). kalsium alginate, dacron, dan rayon.
Pengambilan contoh mikroorganisme pada permukaan dilakukan dengan cara mengusap
permukaan alat yang akan di uji dengan metode yang telah ditentukan. Penggunaan metode swab
ini biasanya digunakan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme (per cm2) dan jumlah koliform
(per cm2) pada permukaan yang kontak dengan pangan.
Media dan sampel yang digunakan pada merode swab adalah media VRBA dan sampel
daging ayam. VRBA dapat digunakan untuk perhitungan kelompok bakteri enterobactericeae.
Agar VRBA mengandung Violet Kristal dan garam bile menghambat pertumbuhan bakteri
Gram-positif. Degradasi laktosa menjadi asam diindikasikan dengan indicator pH Neutral Red,
dimana perubahan warna merah disebabkan oleh garan bile. Koloni yang tumbuh
penampakannya berwarna merah dan membentuk area dengan pinggir kemerahan, diameter 1-
2mm, maka yang tumbuh adalah Enterobacteriaceae laktosa-positif: bakteri koliform, E.coli.
Bila koloninya berbentuk titik merah, mikroorganisme yang tumbuh adalah Enterococci, bisa
jadi klebsiella. Bila koloni yang tumbuh tidak berwarna, mikroorganisme tersebut adalah
Enterobacteriaceae laktosa-negatif.
Sampel yang digunakan adalah daging ayam, dimana daging ayam mudah tercemar oleh
berbagai mikroorganisme dari lingkungan sekitarnya. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada
bahan pangaan adalah Escherichia coli dan Salmonella Sp. serta mikroba pathogen lainnya.
Pencemaran mikrobapada bahan pangan merupakan hasil kontamminasi langsung atau tidak
langsung dengan sumber-sumber pencemarn mikroba, seperti tanah, udara, air, debu, saluran
pencernaan dan pernafasan manusia maupun hewan.
Pada praktikum ini didapatkan hasil perhitungan mikroba pada daging ayam, pada
pengenceran 10-2 sampai 10-5