pembahasan 2nsken 5

10
PERBEDAAN MANIFESTASI KLINIS PENEGAKAN DIAGNOSA BPH 1. Gejala Pada Saluran Kemih Bawah 2. Gejala Saluran Kemih Bagian Atas - nyeri pinggang - benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis) - demam yang merupakan tanda urosepsis. 3. Gejala di luar salurah kemih - Buli-buli menjadi penuh serta teraba danya masa kistus di daerah suprasimfisis karna retensi urin - Inkontinensia paradoksia - Hernia Inguinalis - Pemeriksaan colok dubur Tonus sfingeter ani/reflex bulbo- Untuk menegakkan diagnosis BPH, pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah: Anamnesis. Yang dapat ditanyakan pada anamnesis adalah usia, keluhan, riwayat penyakit urogenital, konsumsi obat terkait miksi dll. Adapun scoring IPSS hanya menegakkan diagnosis obstruksi dan menetukan derajat obstruksi. Pemeriksaan fisik. Adapun pemeriksaan fisik yang pentig pada BPH adalah DRE (digital rectal examination). DRE berguna untuk menilai besar prostat, konsistensinya (kenyal), adanya nodul (-) dan simetrisitas lobus (simetris). DRE/RT dapat juga digunakan untuk screening Ca prostat dan menilai status neurologis pasien (reflex bulbokavernosus). Pemeriksaan penunjang Laboratorium urinalisis Pemeriksaan fungsi ginjal Pemeriksaan gula darah Kultur urine Pencitraan foto polos perut berguna untuk mencari Laporan Tutorial Skenario 5 Obstruksi Iritasi - Hesitansi - Pancaran miksi lemah - Intermitensi - Miksi tidak puas - Menetes setelah miksi - Frekuen si - Nokturi a - Urgensi - Disuria

Upload: otonan

Post on 28-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

jnjnjbv

TRANSCRIPT

PERBEDAANMANIFESTASI KLINISPENEGAKAN DIAGNOSA

BPH1. Gejala Pada Saluran Kemih BawahObstruksiIritasi

Hesitansi Pancaran miksi lemah Intermitensi Miksi tidak puas Menetes setelah miksi Frekuensi Nokturia Urgensi Disuria

2. Gejala Saluran Kemih Bagian Atas nyeri pinggang benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis) demam yang merupakan tanda urosepsis.

3. Gejala di luar salurah kemih Buli-buli menjadi penuh serta teraba danya masa kistus di daerah suprasimfisis karna retensi urin Inkontinensia paradoksia Hernia Inguinalis Pemeriksaan colok dubur Tonus sfingeter ani/reflex bulbo-kavernosus menunjukkan kelainan buli-buli neurogenik Mukosa rectum Keadaan prostat (nodul, krepitasi, konsistensi, simentrisitas pada lobus prostat dan batas prostat)

Untuk menegakkan diagnosis BPH, pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah: Anamnesis. Yang dapat ditanyakan pada anamnesis adalah usia, keluhan, riwayat penyakit urogenital, konsumsi obat terkait miksi dll. Adapun scoring IPSS hanya menegakkan diagnosis obstruksi dan menetukan derajat obstruksi. Pemeriksaan fisik. Adapun pemeriksaan fisik yang pentig pada BPH adalah DRE (digital rectal examination). DRE berguna untuk menilai besar prostat, konsistensinya (kenyal), adanya nodul (-) dan simetrisitas lobus (simetris). DRE/RT dapat juga digunakan untuk screening Ca prostat dan menilai status neurologis pasien (reflex bulbokavernosus). Pemeriksaan penunjangLaboratorium urinalisis Pemeriksaan fungsi ginjal Pemeriksaan gula darah Kultur urine Pencitraan foto polos perut berguna untuk mencari kemungkinan adanya batu opak di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa prostat dan kadangkala dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. Pemeriksaan IVP dapat menerangkan kemungkinan adanya:1. Kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis2. Memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditujukan oleh adanya indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter disebelah distal yang berbentuk seperti mata kail atau hooked fish3. Penyulit yang terjadi pada buli-buli yaitu adanya trabekulasi, divertikel, atau sakulasi buli-buli.Namun, sekarang tidak direkomendasikan untuk BPH.

Pemeriksan ultrasonografi transrektal atau TRUS, dimaksudkan untuk mengetahui besar atau volume kelenjar prostat, adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna, sebagai guidance (petunjuk) untuk melakukan biopsy aspirasi prostat, menentukan jumlah residual urine, dan mencari kelainan lain yang mungkin ada dalam buli-buli. Cystoscopy tidak dibutuhkan untuk menentukan terapi yang dibutuhkan tetapi untuk membantu dalam pendekatan operasi yang dipilih pasien dalam terapi invasive.

Pemeriksaan lain:a. Residual urine adalah jumlah sisa urine setelah miksi. Sisa urine ini dapat dihitung dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi atau ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi.b. Pancaran urine atau flow rate dapat dihitung secara sederhana yaitu dengan menghitung jumlah urine dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan alat uroflometri yang menyajikan gambaran grafik pancaran urine. Pemeriksaa yang lebih teliti adalah dengan pemeriksaan urodinamika. Dari uroflometri dapat diketahui lama waktu miksi, lama pancaran, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai oancaran maksimum, rerata pancaran, maksimum pancaran maksimum dan volume urine yang dikemihkan

CA PROSTATPada Ca stadium dini seringkali tidak ditemukan gejala-gejala klinis. Tanda-tanda biasanya muncul pada stadium yang lebih lanjutTanda tanda itu antara lain : Pada pemeriksaan colok dubur : ditemukan berupa nodul keras pada prostat Pemeriksaan lab : ditemukan adanya peningkatan tumor PSA 10 % pasien datang dengan gangguan saluran kemih berupa kesulitan miksi, nyeri kencing, atau hematuria yang menandakan bahwa kanker telah menekan uretra Jika sudah menekan rectum : keluhan buang air besar Jika sudah metastasis ke tulang : nyeri tulang, fraktur pada tempat metastasis, kelainan neurologis jika metastasis pada tulang vertebra

Diagnosis dari kanker prostat ditemukan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Pada anamnesis hal-hal yang perlu ditanyakan adalah segala hal yang terkait dengan gejala yang sering ditimbulkan pada Kanker prostat. Gejala yang ditimbulkan dan perlu untuk ditanyakan saat anmnesis antara lain: Riwayat keluarga dan pemeriksaan fisik (termasuk DRE) Sering buang air kecil, terutama pada malam hari Buang air kecil harus mengejan Sulit menahan buang air kecil Tidak dapat buang air kecil sama sekali Buang air kecil terasa sakit atau panas Terdapat darah dalam air seni dan air mani Terasa sakit saat enjakulasi Timbul rasa nyeri atau kaku di daerah bokong, panggul, dan pangkal paha Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan: rasa nyeri atau kaku didaerah bokong, panggul dan pangkal paha Pemeriksaan DRE pada dubur pasienPemeriksaan Penunjang dalam diagnosis kanker prostat ;A. Lab Darah => Pemeriksaan PSAPSA adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat yang berfungsi untuk mengencerkan cairan ejakulasi untuk memudahkan pergerakan sperma. Pada keadaan normal, hanya sedikit PSA yang masuk ke dalam aliran darah tetapi bila terjadi peradangan atau kerusakan jaringan prostat maka kadar PSA dalam darah meningkat. Jadi peningkatan kadar PSA bukan hanya disebabkan oleh kanker prostat tetapi dapat juga disebabkan oleh BPH dan peradangan prostat karena sebab lain. Dalam darah, PSA ditemukan dalam keadaan bebas (free-PSA) dan sebagian besar diikat oleh protein (disebut c-PSA atau complexed-PSA). Dari hasil penelitian, ternyata pada BPH peningkatan free-PSA lebih dominan, sedangkan pada kanker prostat peningkatan c-PSA lebih dominan. Untuk membedakan apakah peningkatan kadar PSA disebabkan oleh BPH atau kanker prostat maka dianjurkan pemeriksaan rasio free-PSA/PSA total atau rasio c-PSA/PSA total terutama bagi mereka yang kadar PSA totalnya antara 2.6-10 ng/ml.B. Urinalisis: Terdapat hematuria makros maupun mikroskopikC. Biopsi yang dipandu dengan USG untuk mendapatkan sampel jaringan prostat. Selanjutnya, jaringan diperiksa di bawah mikroskop untuk mendeteksi ada tidaknya sel kanker

BATUBATU BULI-BULI Gejala khas batu buli-buli : Nyeri saat kencing, disuri hingga stranguri Perasaan tidak enak saat kencing Kencing tiba2ttiba berhenti tapi lancar kemudian setelah dengan perubahan posisi Nyeri pada saat kencing sering reffered pain pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki.

Tergantung pada posisi/letak batu, besar batu, dan penyulit yang ada. :

NYERI PINGGANG (paling sering dirasakan) bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. HEMATURIA akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu. DEMAM curiga adanya urosepsis segera tentukan letak kelainan anatomi di saluran kemih yang mendasari timbulnya urosepsis terapi drainase dan antibiotika.

*perbedaan letak nyeri (Tabel 1): Renal calyx: Batu yang terdapat dalam calyx dapat menyebabkan obstruksi dan kolik ginjal. Pada umumnya batu yang belum menimbulkan obstruksi total menyebabkan nyeri yang timbul bersifat periodic. Rasa nyeri yang dirasakan bersifat dalam, hilang timbul.

Renal Pelvis: Batu yang terletak dalam pelvis yang berukuran > 1 cm umumnya dapar mengobstruksi uretropelvic junction, yang umumnya menyebabkan nyeri yang berat pada sudut costovertebral, bagian lateral sacrospinalis muscle dan dibawah costa ke 12. Sifat nyeri yang timbul bervariasi mulai dari nyeri tumpul hingga nyeri yang sangat tajam, dan umumnya menetap. Nyeri ini dapat menyebar (reffered pain) kearah flank (punggung) atau kedepan pada bagian abdomen kuadran atas sisi ipsilateral.

Upper and Midureter: Batu yang terletak pada bagian atas atau tengah ureter sering menyebabkan nyeri yang sangat hebat dan tajam pada bagian pinggang (sudut costovertebral) atau pada bagaian punggung (flank pain). Rasa nyeri yang timbul semakin berat dan dan berulang jika batu secara progresif turun ke bagian distal ureter, tapi jika batu menetap, nyeri biasanya minimal.

Distal Ureter: Batu yang terletak pada bagian bawah ureter sering menyebabkan nyeri yang menjalar ke testicle pada pria dan labia majora pada wanita. Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada saat kencing atau sering kencing. Batu pada intramural utreter ini juga nantinya dapat menyebabkan gangguan lainnya seperti nyeri suprapubik, frekuensi dan urgensi, dysuria, stranguria, atau gross hematuria.

Pemeriksaan fisik : nyeri ketok (+) pada CVA (costovertebral angle). palpasi ginjal terasa nyeri akibat hidronefrosis tanda-tanda gagal ginjal (gangguan ekskresi yang pada tahap awal menimbulkan gangguan pada vital sign) retensi urine jika ada infeksi demam atau menggigil

Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan sedimen urine memperlihatkan leukosituria, hematuria dan kristal-kristal pembentuk batu. pemeriksaan faal ginjal mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien foto IVP (Intra Venous Pielografy). Hematology, pemriksaan darah lengkap penting untuk mengevaluasi kondisi umum pasien dan efek yang disebabkan pada penurunan fungsi ginjal (misalnya anemia) pemeriksaan kadar elektrolit (ex : kalsium, oksalat, fosfat, urat baik di dalam darah maupun urine) untuk mencari factor penyebab timbulnya batu. Hematology memeriksa adanya akibat dari penurunan fungsi ginjal : anemia Pencintraan, meliputi :(ddu) Foto Polos Abdomen Menunjukkan letak, ukuran dan bentuk batu Dapat mebedakan batu kalsifikasi (opak=kalsium oksalat,semi-opak=MAP,=non-opak=batu asam urat) Pielografi Intravena (PIV) Deteksi batu non-opak dan semi-opak Menunjukkan lokasi batu dalam system kolektikus Menunjukkan kelainan anatomis Merupakan gold-standard pemeriksaan radiologi Ultrasonografi Menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi batu Diperlukan pada perempuan hamil dan pasien yang alergi kontras radiologi Dapat menunjukkan adanya batu non-opak dan dilatasi system kolektikus.

STIKTURA URETRASesuai dengan penyempitan lumennya, striktura dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :1. ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra.2. sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan diameter lumen.3. berat: jika rtetrdapat oklusi lebih besar dari diameter uretra.Pada penyempitan derajat berat kadang teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal sebagai spongiofibrosis.

Uretthrocystogrfi Bipoler untuk melihat :Lokasi striktur ( proksimal/distal ): untuk tindakan operasiBesar kecilnya strikturPanjang strikturJenis striktur Melakukan Kateterisasi dengan ukuran 18F - 6F bila gagal kemungkinan :Retenssio urin totalMassa tumor

9Laporan Tutorial Skenario 5