pemanfaatan lahan tebing untuk vila sebagai akomodasi pariwisata

29
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan PEMANFAATAN LAHAN TEBING UNTUK PEMBANGUNAN VILA SEBAGAI AKOMODASI PARIWISATA DI UBUD 1. PENDAHULUAN Bali merupakan salah satu destinasi pariwisata yang sangat diminati, Bentangan alam yang indah dan kebudayaan yang unik menarik minat wisatawan baik internasional maupun dalam negeri untuk datang dan menikmati keeksotisan Bali. Perjalanan perkembangan pariwisata di Bali yang dimulai semenjak penguasaan Belanda, kemudian pada tahun 1930 dibangun sebuah hotel untuk menampung kedatangan wisatawan, hingga pada akhirnya saat ini kondisi pariwisata berkembang dengan sangat pesat. Pertumbuhan akomodasi pariwisata seperti hotel, resort, home stay, vila dan restoran semakin menjamur di Bali. Perkembangan tersebut mengakibatkan dampak terhadap kondisi Bali sendiri. Bali memiliki banyak pilihan jenis wisata, diantaranya wisata budaya, wisata sejarah, serta wisata keindahan alam. Masing masing daerah 1

Upload: tjok-istri-pramitasuri

Post on 30-Jun-2015

430 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

PEMANFAATAN LAHAN TEBING

UNTUK PEMBANGUNAN VILA

SEBAGAI AKOMODASI PARIWISATA DI UBUD

1. PENDAHULUAN

Bali merupakan salah satu destinasi pariwisata yang sangat diminati, Bentangan alam

yang indah dan kebudayaan yang unik menarik minat wisatawan baik internasional

maupun dalam negeri untuk datang dan menikmati keeksotisan Bali. Perjalanan

perkembangan pariwisata di Bali yang dimulai semenjak penguasaan Belanda,

kemudian pada tahun 1930 dibangun sebuah hotel untuk menampung kedatangan

wisatawan, hingga pada akhirnya saat ini kondisi pariwisata berkembang dengan

sangat pesat. Pertumbuhan akomodasi pariwisata seperti hotel, resort, home stay, vila

dan restoran semakin menjamur di Bali. Perkembangan tersebut mengakibatkan

dampak terhadap kondisi Bali sendiri. Bali memiliki banyak pilihan jenis wisata,

diantaranya wisata budaya, wisata sejarah, serta wisata keindahan alam. Masing

masing daerah kabupaten/kota di Bali memiliki keunikan tersendiri dalam menarik

minat wisatawan. Kawasan – kawasan yang paling diminati wisatawan adalah

kawasan Jimbaran, Nusa dua, Kuta, Sanur serta Ubud.

Ubud memiliki daya tarik kawasan pedesaan dan bentang alam yang indah dengan

tebing – tebing jurang yang indah serta kekuatan budaya yang dipergunakan sebagai

magnet penarik wisatawan. Dengan perkembangan pariwisata yang terjadi berbagai

fasilitas akomodasi pariwisata semakin banyak tumbuh di kawasan Ubud. Terlihat

banyak artshop dipinggir jalan, toko modern dengan status 24 jam juga sudah mulai

berkembang di kawasan ini. Khusus untuk penginapan seperti hotel dan resort lebih

1

Page 2: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

banyak mengambil lokasi di tepian sungai atau tebing – tebing jurang, Karena

memang sejak pertengahan tahun 1980an, Di Bali mulai berkembang wisata jurang

dan lembah sungai. tempat hunian yang digemari oleh wisatawan asing karena

dianggap dapat memberikan suasana magis dan memberikan ketenangan bagi

penghuninya.

Pemanfaatan lahan yang semakin besar, tanpa perencanaan yang tepat dapat

menghasilkan dampak yang negatif terhadap keberlangsungan lahan itu sendiri.

Seringnya terjadinya pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang merupakan suatu

permasalahan yang harus segera ditangai untuk menjaga keberlangsungan lingkungan

yang ada. Keindahan alam yang notabene merupakan kekayaan alam penarik utama

di Ubud apabila terus menerus digunakan atau dieksploitasi tanpa penanggulangan

pada akhirnya akan habis. Sumber daya alam yang terdapat pada lingkungan yang

indah dan hijau harus tetap dijaga kelestariannya jika ingin terus dapat

menggunakannya. Diperlukan keseimbangan yang terencana dengan baik dalam

penggunaan alam sebagai suatu sumber daya pariwisata.

2. PARIWISATA

2.1. Pengertian Pariwisata

Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau

liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan

atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50

mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi

Pariwisata Dunia.

Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa

mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa

bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan

2

Page 3: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda

lainnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata)

Ada beberapa komponen pokok yang secara umum disepakati dalam batasan

pariwisata (khususnya pariwisata internasional) yaitu sebagai berikut :

1. Traveler, yaitu orang yang melakukan perjalanan antar dua atau lebih lokalitas

2. Visitor, yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan

merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan, dan tujuan perjalanannya

bukanlah untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencari nafkah, pendapatan

atau penghidupan di tempat tujuan.

3. Tourist, yaitu bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu

malam (24 jam) di daerah yang dikunjungi (WTO, 1995)

Mathieson dan Wall (1982) mengatakan bahwa pariwisata mencakup 3 elemen

utama, yaitu :

1. A dynamic element, yaitu travel ke suatu destinasi wisata

2. A static element, singgah di daerah tujuan

3. A concequential element, atau akibat dari dua hal diatas (khususnya terhadap

masyarakat lokal), yang meliputi dampak ekonomi, sosial dan fisik dari

adanya kontak dengan wisatawan.

2.2. Wisatawan

Seseorang dapat disebut sebagai wisatawan (dari sisi perilakunya) apabila memenuhi

beberapa kriteria diantaranya :

1. Melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggal normalnya sehari hari

2. Perjalanan tersebut dilakukan paling sedikit semalam tetapi tidak secara

permanen

3

Page 4: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

3. Dilakukan pada saat tidak berkerja atau mengerjakan tugas rutin lain tetapi

dalam rangka mencari pengalaman mengesankan dari interaksinya dengan

beberapa karakteristik tempat yang dipilih untuk dikunjungi.

Wisatawan mengunjungi sebuah destinasi berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu

biaya, eksesibilitas, fasilitas yang sesuai dan memadai keamanan dan sebagainya.

Cohen (1972) mengklasifikasikan wisatawan atas dasar tingkat familiarisasi dari

daerah yang akan dikunjungi, serta tingkat perngorganisaiian perjalanan wisatanya.

atas dasar ini, Cohen menggolongkan wisatawan menjadi empat:

1. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali

belum diketahuinya, yang bepergian dalam jumlah kecil.

2. Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur

perjalanannya sendiri, tidak mau mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah

umum melainkan mencari hal yang tidak umum (off the beaten track).

wisatawan seperti ini bersedia memanfaatkan fasilitas dengan standar local

dan tingkat interaksinya dengan masyarakat local juga tinggi.

3. Individual mass tourist, yaitu wisatawan yang meyerahkan pengaturan

perjalannnya kepada agen perjalanan, dan mengunjungi daerah tujuan wisata

yang sudah terkenal

4. Organized – mass tourist, yaitu wisatawan yang hanya mau mengunjungi

daerah tujuan wisata yang sudah dikenal, dengan fasilitas seperti yang dapat

ditemuinya di tempat tinggalnya, dan perjalanannya selalu dipandu oleh

pemandu wisata.

Gray (1970) membedakan wisatawan menjadi dua, yaitu

1. Sunlust Tourist adalah wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah

dengan tujuan utama untuk beristirahat atau berelaksasi. wisatawan tipe

4

Page 5: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

ini mengharapkan keadaan iklim, fasilitas, makanan dan lain lain yang

sesuai standar di Negara asalnya.

2. Wanderlust Tourism adalah wisatawan yang perjalanan wisatanya

disorong oleh motivasi untuk mendapatkan pengalaman baru, mengetahui

kebudayaan baru atupun mengagumi keindahan alam yang belum pernah

dilihat.

2.3. Akomodasi

Akomodasi adalah suatu yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan, misalnya

tempat menginap atau tempat tinggal sementara bagi orang yang bepergian. Dalam

kepariwisataan akomodasi merupakan suatu industri, jadi pengertian industri

akomodasi adalah suatu komponen industri pariwisata, karena akomodasi dapat

berupa suatu tempat atau kamar dimana orang-orang / pengunjung / wisatawan dapat

beristirahat /menginap / tidur, mandi, makan dan minum serta menikmati jasa

pelayanan dan hiburan yang tersedia.

Akomodasi secara umum dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Akomodasi Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan dioperasikan

semata-mata untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.

2. Akomodasi Semi Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan dioperasikan

bukan semata-mata untuk tujuan komersil, tetapi juga untuk tujuan sosial

(masyarakat yang kurang mampu).

3. Akomodasi Non Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan diopersikan

semata-mata untuk tujuan non komersil, yaitu tidak mencari keuntungan atau

semata-mata untuk tujuan sosial atau bantuan secara cuma-cuma, namun khusus

untuk golongan/kalangan tertentu dan juga untuk tujuan tertentu.

5

Page 6: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

a. Jenis-Jenis Akomodasi

Akomodasi Komersil

Akomodasi komersil adalah akomodasi yang dibangun dan dioperasikan semata-mata

untuk mencari keuntungan (profit) yang sebesar-besarnya, jenisnya antara lain :

1. Hotel, suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi

setiap orang untuk memperoleh pelayanan dan penginapan berikut makan dan

minum (SK. Menteri perhubungan No. PM.10/ Pw. 301/ Phb.77). Klasifikasi

hotel menurut phisik (banyak atau sedikitnya jumlah kamar) antara lain :

Hotel Kecil, hotel dengan 25 kamar atau kurang.

Hotel Sedang, hotel yang memiliki lebih dari 25 dan kurang dari 100

kamar.

Hotel menengah, hotel dengan jumlah kamar lebih dari 100 dan kurang

dari 300 kamar.

Hotel besar, adalah hotel yang memiliki lebih dari 300 kamar.

2. Motel, Motel pertama kali timbul di Amerika Serikat atas dasar permintaan

pasar yaitu kenyataan adanya kebutuhan akan penginapan sementara bagi

orang-orang yang bepergian dengan kendaraan sendiri sebelum mereka

melanjutkan perjalanannya kemBali.

3. Hostel (Youth Hostel), adalah bentuk hotel yang disediakan bagi remaja atau

pelajar dengan tarif relatif lebih murah (youth hostel di Indonesia dikenal

dengan istilah pondok wisata remaja).

4. Cotagge, sejenis akomodasi yang berlokasi disekitar pantai atau danau dengan

bentuk bangunannya terpisah-pisah atau berpondok-pondok, serta dilengkapi

dengan fasilitas rekreasi pantai atau laut.

5. Bungalow, sejenis akomodasi yang berbentuk rumah-rumah berlokasi di daerah

pegunungan, yang disewakan untuk keluarga/rombongan karyawan untuk

seminar /lokakarya, dan sebagai tempat peristirahatan padawaktu liburan.

6

Page 7: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

6. Inn, sejenis akomodasi yang berlokasi di daerah peristirahatan menghubungkan

dua buah kota, menyediakan penginapan, makan dan minum, serta pelayanan

umum lainnya, serta disewakan untuk umum bagi orang-orang yang

mengadakan perjalanan dan singgah (beristirahat) untuk sementara waktu

(kurang dari 24 jam dan jarang sampai 2 / 3 hari).

7.Guest House, sejenis akomodasi yang dimiliki oleh perusahaan, instansi

pemerintah / swasta yang diperuntukan bagi para tamu-tamunya yang menginap

dan mendapatkan fasilitas makan, minum serta pelayanan lainnya yang

disediakan secara sederhana dan gratis atau ditanggung perusahaan / instansi

yang mengundangnya, tetapi bila guest house ini dimilki oleh perusahaan

swasta yang dibuka untuk umum maka sifatnya sama dengan hotel yaitu

bertujuan untuk mencari keuntungan hanya pelayanannya yang secara

sederhana.

8. Apartment House, sejenis akomodasi yang disewakan untuk ditempati sebagai

rumah tinggal ( dalam jangka waktu lama ) untuk 2, 3 atau 4 keluarga secara

terpisah.

9. Logement (Losmen), sejenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau

keseluruhan bangunan rumah untuk penginapan dengan atau tanpa makan dan

minum bagi setiap orang yang datang untuk beristirahat sementara waktu. ( saat

ini kebanyakan losmen menjadi hotel melati ), dengan fasilitas dan tarif yang

lebih rendah dari hotel berbintang.

10. Floating Hotel, sejenis akomodasi yang berada di atas kapal-kapal pesiar yang

menyediakan fasilitas kamar, makan dan minum serta fasilitas pelayanan dan

hiburan seperti hotel, namun berfungsi pula sebagai alat transportasi laut.

11. Pension, sejenis akomodasi berupa hotel kecil yang menyediakan pelayanan

penginapan, makan dan minum tamu-tamunya dengan tarif relatif rendah.

12. Mansion House, sejenis akomodasi berbentuk rumah-rumah besar yang

ditempati/disewakan kepada beberapa keluarga atau satu keluarga besar,

ataupun kelompok karyawan yang ditanggung oleh suatu perusahaan.

7

Page 8: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

13. Ryokan, akomodasi khas Jepang, yang memiliki sarana dan fasilitas serta

pelayanan khas sesuai dengan kebiasaan orang-orang Jepang.

14. Marina Boatel, Nautel, sejenis akomodasi yang dibangun/berada di atas

sungai, danau atau laut yang dapat berfungsi juga sebagai

penambatan/bersandarnya kapal-kapal pribadi dan kapal-kapal kecil yang

melayani wisata bahari.

15. Holiday Flatlets, sejenis akomodasi yang dilengkapi dengan peralatan rumah

tangga, peralatan rekreasi, dan peralatan olahraga yang disewakan secara

mingguan / pada hari-hari libur dengan pelayanan / pemeliharaan dan

pembersihan ruangan secara minimal.

16. Lodging House, sejenis rumah yang menyediakan tempat menginap untuk

satu malam saja atau untuk waktu kurang dari 1 minggu sekali datang

menginap.

17. Boarding House, yaitu suatu bangunan atau bagian dari bangunan yang

menyediakan tempat menginap untuk waktu singkat seperti lodging house,

hanya ditambah dengan makan dan minum.

18. Condominium Hotel, suatu kompleks bangunan yang dimiliki oleh bebrapa

orang pengusaha, atau bangunan tersebut dapat dijual untuk beberapa

pengusaha dengan perusahaan yang berbeda jenis usahanya.

19. Resort, sebuah resort adalah tempat untuk relaksasi atau rekreasi, menarik

pengunjung untuk berlibur. Resort juga tempat, kota atau kadang-kadang

bangunan komersial yang dioperasikan oleh suatu perusahaan.

b. Akomodasi Semi Komersil

Akomodasi semi komersial adalah akomodasi yang dibangun dan dioperasikan bukan

semata-mata untuk tujuan komersil, tetapi juga untuk tujuan sosial (masyarakat yang

kurang mampu), jenisnya antara lain :

8

Page 9: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

1. Graha Wisata Remaja

2. Asrama Mahasiswa/Pelajar

3. Pondok Pesantren

4. Rumah Sakit

5. Home-Stay

6. Rooming House

7. Holiday Camp

8. Camping Ground/Camping Site

9. Wisma

10. Penginapan

c. Akomodasi Non Komersil

Akomodasi Non Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan diopersikan semata-

mata untuk tujuan non komersil, yaitu tidak mencari keuntungan atau semata-mata

untuk tujuan sosial atau bantuan secara cuma-cuma, namun khusus untuk

golongan/kalangan tertentu dan juga untuk tujuan tertentu, jenisnya antara lain :

1. Mess (yang dimiliki instansi pemerintah/departemen)

2. Guest House (dilingkungan Istana,khusus bagi tamu negar)

3. Rumah Panti Asuhan

4. Pemondokan

5. Vila (yang dimiliki secara pribadi)

(http://www.akomodasi.net/pariwisata_bali.php)

2.4. Sumber Daya Pariwisata

Dalam Subadra wordpress dikatakan secara umum dapat dijelaskan bahwa aktivitas

pembanguan ekonomi telah memodifikasi sumber daya dan mengubah struktur dan

pola konsumsinya, termasuk unsur pariwisata didalamnya. Berjalannya unsur

9

Page 10: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

pariwisata sangat tergantung dengan kondisi sumber daya yang tersedia. Sumber daya

yang terkait dengan pengembangan pariwisata umumnya berupa sumber daya alam,

sumber daya budaya, sumber daya minat khusus, di samping sumber daya manusia.

Menurut Damanik dan Weber (2006 :2) sumber daya alam yang dapat dikembangkan

menjadi atraksi wisata alam adalah :

1. Keajaiban dan keindahan alam (topografi)

2. Keragaman flora dan fauna

3. Kehidupan satwa liar

4. Vegetasi alam

5. Ekosistem yang belum terjamah

6. Rekreasi perairan

7. Lintas alam

8. Objek megalitikum

Tantangan pengelolaan pariwisata adalah mencari keseimbangan antara tradisional

ways dengan modern practices. di beberapa kaasan wisata, penduduk lokal kadang

belum atau bahkan tidak menerapkan metode konservasi dalam mengelola sumber

daya yang dimiliki. Kemungkinan tersebut terjadi ketka sumber daya alam yang

dimiliki melimpah, dan secara tidak sadar semakin lama semakin tergerus oleh

kepentingan-kepentingan lain yang dinilai menguntungkan.

2.5. Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan

Pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development)

merupakan konsep pembangunan pariwisata yang menitikberatkan pada

keberlanjutan sumberdaya alam atau lingkungan, Kehidupan sosial-budaya, dan

manfaat ekonomi (Butler, 1991). Pariwisata berkelanjutan mempunyai penekanan

10

Page 11: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

khusus pada pelestarian warisan alam dan budaya serta tradisi masyarakat lokal

dengan mengurangi konteks yang intensif dan massal terutama terhadap obyek-obyek

wisata alam dan budaya, pengurangan dampak-dampak negatif yang ditimbulkan

sehubungan dengan pengembangan pariwisata, dan pemberdayaan masyarakat lokal

untuk mempertinggi derajat dan kehidupan sosial serta budayanya guna

meningkatkan kualitas dan standar hidup masyarakat lokal (Gortazar, 1999). Dalam

konsep tersebut secara jelas dijabarkan bahwa dalam pembangunan pariwisata harus

ada jaminan bahwa generasi sekarang dan yang akan datang memiliki hak dan

kesempatan yang sama untuk menikmati sumber daya yang dijadikan sebagai daya

tarik dan objek wisata.

3. SEJARAH PARIWISATA DI BALI

Perjalanan wisata internasional di Bali telah dimulai pada permulaan abad 20 dimana

sebelumnya bahwa Bali diketemukan oleh orang Belanda tahun 1579 yaitu oleh

ekspedisi (Cornellis de Houtman) dalam perjalanannya mengelilingi dunia untuk

mencari rempah-rempah lalu sampai di Indonesia.  Hanya sebuah kehidupan dengan

kebudayaannya yang menurut pandangan mereka sangat unik, tidak pernah dijumpai

di tempat lain yang dikunjungi selama mereka mengelilingi dunia, alamnya sangat

indah dan mempunyai magnet/daya tarik tersendiri. Pulau ini oleh penduduknya

dinamakan Bali. Inilah yang mereka laporkan kepada Raja Belanda pada waktu itu. 

Kemudian pada tahun 1920 mulailah wisatawan dari Eropa datang ke Bali. Hal ini

terjadi berkat dari kapal-kapal dagang Belanda yaitu KPM (Koninklijke Paketcart

Maatsckapy) yang dalam usahanya mencari rempah-rempah ke Indonesia dan juga

agar kapal-kapal tersebut mendapat penumpang dalam perjalanannya ke Indonesia

lalu mereka memperkenalkan Bali di Eropa sebagai (the Island of God). 

Untuk menampung kedatangan wisatawan asing ke Bali maka pada tahun 1930

didirikanlah hotel yang pertama di Bali yaitu Bali Hotel yang terletak di jantung kota

Denpasar, disamping itu juga ada sebuah pesanggrahan yang terletak di kawasan

11

Page 12: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

wisata Kintamani. Nama Bali makin terkenal setelah pada tahun 1932 rombongan

Legong Peliatan melanglang buana ke Eropa dan Amerika atas prakarsa orang-orang

asing dan pada tahun berikutnya makin banyak saja seni tari Bali yang diajak

melanglang buana ke mancanegara. Selama pementasan selalu pertunjukan tersebut

mendapat acungan jempol. 

Kesemarakan Pariwisata Bali pernah terhenti karena meletusnya Perang Dunia I

tahun 1939 - 1941 dan Perang Dunia II tahun 1942-1945 dan dilanjutkan dengan

Revolusi Kemerdekaan RI tahun 1942-1949.  Baru pada tahun 1956 kepariwisataan

di Bali dirintis kemBali. Pada tahun 1963 didirikan Hotel Bali Beach (Grand Bali

Beach sekarang) dan diresmikan pada bulan November 1966. Hotel Bali Beach

(Grand Bali Beach) mempunyai sejarah tersendiri dimana merupakan satu-satunya

hotel berlantai 9 (sembilan) tingginya lebih dari 15 meter. 

Setelah Hotel Bali Beach diresmikan pada bulan November 1966 maka bulan

Agustus 1969 diresmikan Pelabuhan Udara Ngurah Rai sebagai pelabuhan

internasional. Kepariwisataan di Bali dilaksanakan secara lebih intensif, teratur dan

terencana yaitu ketika dimulai dicanangkan Pelita I pada April 1969.

12

Page 13: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

4. STUDI KASUS : PEMANFAATAN LAHAN TEBING/PINGGIR JURANG

UNTUK PEMBANGUNAN VILA SEBAGAI SUATU AKOMODASI

PARIWISATA.

Untuk regulasi pemanfaatan lahan tebing / pinggir jurang untuk pembangunan

vila telah diatur dalam perda no 16 tahun 2009 tentang rtrwp bali yaitu dalam

pasal 50, mengenai sempadan jurang dan sempadan sungai. Untuk sempadan

sungai diatur dalampasal 50 ayat 5 sub c dan d yaitu :

c. pada kawasan perdesaan tanpa bahaya banjir, lebar sempadan sungai:

1. 5 meter untuk sungai bertanggul;

2. 10 meter untuk kedalaman lebih dari 3meter;

3. 15 meter untuk kedalaman 3 sampai 20 meter; dan

4. 30 meter untuk kedalaman lebih dari 20 meter.

d. pada kawasan perdesaan dengan bahaya banjir, lebar sempadan sungai:

1. 5 meter untuk sungai bertanggul;

2. 50 meter untuk banjir ringan;

3. 100 meter untuk banjir sedang; dan

4. 150 meter untuk banjir besar.

Sedangkan untuk sempadan jurang diatur dalam pasal 50 ayat 6 dengan kriteria :

a. Daratan di tepian jurang yang memiliki kemiringan lereng minimal 45%

(empat puluh lima persen), kedalaman minimal 5 (lima) meter; dan daerah

datar bagian atas minimal 11 (sebelas) meter; dan

b. Sempadan jurang sebagaimana dimaksud pada huruf a, harus memiliki

lebar sekurangkurangnya dua kali kedalaman jurang dan tidak kurang dari

11 (sebelas) meter dihitung dari tepi jurang ke arah bidang datar.

13

Page 14: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Ubud seperti dijelaskan dalam perda no 16 tahun 2009 tentang RTRWP Bali,

merupakan salah satu dari 16 kawasan pariwisata di Bali, dan Ubud merupakan

kawasan pariwisata di kabupaten Gianyar. Pemaknaan dari kawasan pariwisata

itu sendiri tidak hanya semata-mata hanya sebagai kawasan yang boleh dibangun

fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang pariwisata dalam kawasan, juga

mencakup kawasan lindung dan kawasan budidaya lainnya diluar peruntukan

pariwisata. Dari lima zona pengembangan di kabupaten Gianyar, Ubud memang

dikembangkan untuk wilayah wisata dan seni budaya. daerah di Ubud yang

memiliki alam yang indah termasuk kedalam kawasan rawan longsor pada lokasi

yang terletak pada daerah lereng bukit/perbukitan.

Perpaduan antara pemanfaatan lahan dengan usaha menjaga atau perbaikan

sumber daya alam sangat perlu direalisasikan, dengan tujuan agar generasi

mendatang tetap dapat merasakan keindahan alam Bali yang sekaligus merupakan

aset dalam pariwisata Bali itu sendiri. pariwisata memang diperlukan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan tetapi sevara otomatis masyarakat,

khususnya pelaku pariwisata harus melakukan hal yang kegiatan yang positip

untuk tetap menjaga keberlangsungan pariwisata dengan cara ramah terhadap

lingkungan .

Di kawasan Ubud, pembangunan vila di lahan tebing/pinggir jurang memiliki

problematika tersendiri dalam perkembangannya. Ketika pemanfaatan lahan

tersebut merupakan suatu upaya yang dilakukan pihak pengelola pariwisata untuk

mendatangkan keuntungan bagi dirinya, Sering pula hal tersebut dapat

mendatangkan dampak yang negatif jika dilihat dari keberlangsungan kondisi

lingkungan yang semakin rusak. Tebing sungai Ayung yang dulunya hijau dengan

pepohonan semakin lama akan semakin gersang dengan pembangunan vila. Hal

tersebut tentunya akan membuat daya serap air di kawasan tersebut menjadi

berkurang.

14

Page 15: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Pada beberapa lokasi, pihak pengelola pariwisata berusaha keras untuk

menggunakan alam sekaligus menjaga keberlangsungannya. Hanya saja, kondisi

eksisting yang telah dipergunakan untuk fungsi lain tetap saja telah mengalami

perubahan, dan khususnya pada kawasan tepi jurang yang pada umumnya

15

Gambar 1 :Lahan Tebing Sebelum Dan Sesudah Dimanfaatkan Untuk

Lokasi Pembangunan VilaSumber :

Bale Design.2005 - 2009

Page 16: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

merupakan suatu kawasan penyangga, sangat rentan mengakibatkan bencana

karena telah mengalami perubahan fungsi. Selain keberadaannya yang cukup

membawa dampak terhadap lingkungan, seringkali status vila tidak sesuai dengan

kenyataan peruntukannya. Vila yang awalnya memiliki peruntukan untuk rumah

pribadi kenyataannya merupakan sebuah vila yang disewakan kepada wisatawan.

Dan seringkali pemilik vila tersebut sebenarnya adalah wisatawan asing yang

meminjam nama masyarakat lokal agar ijinnya dapat keluar. Pelanggaran

lainnya adalah ketidak tertiban terhadap peraturan yang ada. Dijelaskan bahwa

untuk pembangunan di pinggir jurang ketentuan yang diharuskan adalah paling

tidak harus berjarak dua kali setinggi jurang, tetapi mayoritas pembangunan vila

tidak mengindahkan ketentuan tersebut. Hal itulah yang nantinya dapat

berdampak negatif terhadap kondisi lingkungan sekitar.

Seperti misalnya yang sudah pernah terjadi di vila bukit Ubud, yang letaknya

hanya beberapa meter dari tepi jurang. Ketika terjadi hujan deras, lahan yang

terdapat di depan hotel yang terletak di tepi jurang sungai Campuhan longsor.

Sekitar 10 meter persegi lahan miring di depan vila ambrol dengan suara

bergemuruh. tidak terdapat korban jiwa, tetapi dampak lain yang ditimbulkan

selain kerusakan lingkungan adalah dampak sosial, karena longsoran tersebut

membuat pipa air yang mengalirkan air ke banjar Sayan terputus dan air tidak bisa

mengalir ke banjar tersebut.

Contoh lain yang timbul adalah ketika terjadinya kecemburuan sosial. Seperti

kasus Bongkasa dimana masyarakat merasa kurang dipedulikan oleh pengusaha

pariwisata di Ubud, Gianyar. Posisi Desa Bongkasa berhadapan dengan wilayah

Ubud yang dipisahkan sungai Ayung dengan tebing – tebingnya. Seperti telah

dijelaskan sebelumnya, ditebing itulah akomodasi pariwisata dibangun yang

memanfaatkan view tebing Desa Bongkasa Pertiwi. Karena itulah Desa Bongkasa

Pertiwi merasa dimanfaatkan, sebab pihak pengelola akomodasi wisata di Ubud

16

Page 17: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

tidak memberikan kontribusi terhadap pembangunan Desa Bongkasa Pertiwi.

Bahkan masyarakat sempat berencana memagari tebing di wilayahnya dengan

aluminium foil untuk menghalangi pemandangan dari kawasan hotel.

17

Gambar 2 :Akibat Hujan Deras Tanah

Disekitar Vila Menjadi LongsorSumber :

dokumentasi pribadi 2010

Gambar 3 :Vila Di Tebing Dilihat Dari Desa Bongkasa

Sumber :dokumentasi pribadi 2010

Gambar 4 :Vila yang bersebelahan dengan

tebing yang belum dibangunSumber :

dokumentasi pribadi 2010

Page 18: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

5. KESIMPULAN

Latar belakang pembangunan vila di tebing :

1. Pemenuhan kebutuhan akan akomodasi pariwisata yang terus berkembang.

2. Keinginan untuk memenuhi kepentingan perekonomian melalui aktivitas

pariwisata dengan mengeksploitasi sumber daya alam.

3. Kurangnya kepekaan pelaku pariwisata dalam menjaga keseimbangan antara

pembangunan pariwisata dengan kondisi sumber daya alam dalam rangka

keberlanjutan kondisi lingkungan.

Permasalahan terkait pembangunan vila di tebing :

1. Permasalahan pelanggaran terhadap regulasi yang ada :

a. Pelanggaran terhadap ketentuan sempadan jurang dan sungai.

b. Permasalahan perizinan dan kepemilikan vila.

2. Terkait dengan pengembangan kawasan di Ubud,apabila penggunaan lahan

hijau yang semakin marak tanpa penanganan pada akhirnya dapat semakin

mengurangi ketersediaan lahan yang ada dan menimbulkan kesesakan seperti

yang terjadi di kawasan perkotaan

Dampak lingkungan yang dapat diakibatkan oleh pembangunan vila di tepi

jurang atau tebing diantaranya :

1. Terjadinya kerusakan tanah yang diawali pembangunan vila, dimana air hujan

yang seharusnya dapat meresap terhalang, menjadi aliran permukaan yang

menimbulkan erosi dan akhirnya membawa dampak terhadap kerusakan

tanah.

2. Tebing yang digunakan untuk pembangunan menjadi rawan longsor ketika

musim hujan

3. Dampak proses pembangunan yang dapat mengakibatkan kerusakan flora di

lingkungan sekitar kawasan pembangunan

18

Page 19: Pemanfaatan Lahan Tebing Untuk Vila Sebagai Akomodasi Pariwisata

Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

4. Akibat pembangunan dapat berpengaruh terhadap habitat fauna yang tinggal

di kawasan tersebut.

5. Aktivitas dari akomodasi pariwisata dalam hal ini vila seperti limbah buangan

vila dapat mencemari lingkungan sekitar baik secara langsung maupun tidak.

6. Dengan dibangun vila dikawasan jurang tentunya akan membuka aksesibilitas

menuju lokasi tersebut, dampaknya jalur aksesibilitas tersebut perlahan akan

semakin berkembang, fasilitas pariwisata selain vila juga dapat bertumbuh,

akibatnya dapat terjadi

a. Perubahan pola ruang bangunan yang ada.

b. Kendaraan yang semakin banyak menuju lokasi dapat menimbulkan

polusi udara walaupun tidak separah di daerah perkotaan karena

kondisi lingkungan di perdesaan masih lebih baik dari pada kawasan

perkotaan.

c. Timbulnya kemacetan, tumbuhnya fasilitas penunjang pariwisata

lainnya seperti restoran atau tempat kuliner lainnya akan dapat

menimbulkan kemacetan karena kondisi lebar jalan yang digunakan

sekaligus sebagai parkir.

Sehingga dapat dikatakan perkembangan pariwisata dapat menimbulkan dampak

positif khususnya dalam bidang perekonomian tetapi juga banyak membawa dampak

negatif yang harus dapat ditangani dengan baik terkait untuk keberlangsungan alam

dan lingkungan yang merupakan kunci utama pariwisata di Bali umumnya dan Ubud

khususnya.

19