pemanfaatan lahan tebing untuk vila sebagai akomodasi pariwisata
TRANSCRIPT
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
PEMANFAATAN LAHAN TEBING
UNTUK PEMBANGUNAN VILA
SEBAGAI AKOMODASI PARIWISATA DI UBUD
1. PENDAHULUAN
Bali merupakan salah satu destinasi pariwisata yang sangat diminati, Bentangan alam
yang indah dan kebudayaan yang unik menarik minat wisatawan baik internasional
maupun dalam negeri untuk datang dan menikmati keeksotisan Bali. Perjalanan
perkembangan pariwisata di Bali yang dimulai semenjak penguasaan Belanda,
kemudian pada tahun 1930 dibangun sebuah hotel untuk menampung kedatangan
wisatawan, hingga pada akhirnya saat ini kondisi pariwisata berkembang dengan
sangat pesat. Pertumbuhan akomodasi pariwisata seperti hotel, resort, home stay, vila
dan restoran semakin menjamur di Bali. Perkembangan tersebut mengakibatkan
dampak terhadap kondisi Bali sendiri. Bali memiliki banyak pilihan jenis wisata,
diantaranya wisata budaya, wisata sejarah, serta wisata keindahan alam. Masing
masing daerah kabupaten/kota di Bali memiliki keunikan tersendiri dalam menarik
minat wisatawan. Kawasan – kawasan yang paling diminati wisatawan adalah
kawasan Jimbaran, Nusa dua, Kuta, Sanur serta Ubud.
Ubud memiliki daya tarik kawasan pedesaan dan bentang alam yang indah dengan
tebing – tebing jurang yang indah serta kekuatan budaya yang dipergunakan sebagai
magnet penarik wisatawan. Dengan perkembangan pariwisata yang terjadi berbagai
fasilitas akomodasi pariwisata semakin banyak tumbuh di kawasan Ubud. Terlihat
banyak artshop dipinggir jalan, toko modern dengan status 24 jam juga sudah mulai
berkembang di kawasan ini. Khusus untuk penginapan seperti hotel dan resort lebih
1
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
banyak mengambil lokasi di tepian sungai atau tebing – tebing jurang, Karena
memang sejak pertengahan tahun 1980an, Di Bali mulai berkembang wisata jurang
dan lembah sungai. tempat hunian yang digemari oleh wisatawan asing karena
dianggap dapat memberikan suasana magis dan memberikan ketenangan bagi
penghuninya.
Pemanfaatan lahan yang semakin besar, tanpa perencanaan yang tepat dapat
menghasilkan dampak yang negatif terhadap keberlangsungan lahan itu sendiri.
Seringnya terjadinya pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang merupakan suatu
permasalahan yang harus segera ditangai untuk menjaga keberlangsungan lingkungan
yang ada. Keindahan alam yang notabene merupakan kekayaan alam penarik utama
di Ubud apabila terus menerus digunakan atau dieksploitasi tanpa penanggulangan
pada akhirnya akan habis. Sumber daya alam yang terdapat pada lingkungan yang
indah dan hijau harus tetap dijaga kelestariannya jika ingin terus dapat
menggunakannya. Diperlukan keseimbangan yang terencana dengan baik dalam
penggunaan alam sebagai suatu sumber daya pariwisata.
2. PARIWISATA
2.1. Pengertian Pariwisata
Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau
liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan
atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50
mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi
Pariwisata Dunia.
Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa
mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa
bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan
2
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda
lainnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata)
Ada beberapa komponen pokok yang secara umum disepakati dalam batasan
pariwisata (khususnya pariwisata internasional) yaitu sebagai berikut :
1. Traveler, yaitu orang yang melakukan perjalanan antar dua atau lebih lokalitas
2. Visitor, yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan
merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan, dan tujuan perjalanannya
bukanlah untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencari nafkah, pendapatan
atau penghidupan di tempat tujuan.
3. Tourist, yaitu bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu
malam (24 jam) di daerah yang dikunjungi (WTO, 1995)
Mathieson dan Wall (1982) mengatakan bahwa pariwisata mencakup 3 elemen
utama, yaitu :
1. A dynamic element, yaitu travel ke suatu destinasi wisata
2. A static element, singgah di daerah tujuan
3. A concequential element, atau akibat dari dua hal diatas (khususnya terhadap
masyarakat lokal), yang meliputi dampak ekonomi, sosial dan fisik dari
adanya kontak dengan wisatawan.
2.2. Wisatawan
Seseorang dapat disebut sebagai wisatawan (dari sisi perilakunya) apabila memenuhi
beberapa kriteria diantaranya :
1. Melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggal normalnya sehari hari
2. Perjalanan tersebut dilakukan paling sedikit semalam tetapi tidak secara
permanen
3
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
3. Dilakukan pada saat tidak berkerja atau mengerjakan tugas rutin lain tetapi
dalam rangka mencari pengalaman mengesankan dari interaksinya dengan
beberapa karakteristik tempat yang dipilih untuk dikunjungi.
Wisatawan mengunjungi sebuah destinasi berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu
biaya, eksesibilitas, fasilitas yang sesuai dan memadai keamanan dan sebagainya.
Cohen (1972) mengklasifikasikan wisatawan atas dasar tingkat familiarisasi dari
daerah yang akan dikunjungi, serta tingkat perngorganisaiian perjalanan wisatanya.
atas dasar ini, Cohen menggolongkan wisatawan menjadi empat:
1. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali
belum diketahuinya, yang bepergian dalam jumlah kecil.
2. Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur
perjalanannya sendiri, tidak mau mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah
umum melainkan mencari hal yang tidak umum (off the beaten track).
wisatawan seperti ini bersedia memanfaatkan fasilitas dengan standar local
dan tingkat interaksinya dengan masyarakat local juga tinggi.
3. Individual mass tourist, yaitu wisatawan yang meyerahkan pengaturan
perjalannnya kepada agen perjalanan, dan mengunjungi daerah tujuan wisata
yang sudah terkenal
4. Organized – mass tourist, yaitu wisatawan yang hanya mau mengunjungi
daerah tujuan wisata yang sudah dikenal, dengan fasilitas seperti yang dapat
ditemuinya di tempat tinggalnya, dan perjalanannya selalu dipandu oleh
pemandu wisata.
Gray (1970) membedakan wisatawan menjadi dua, yaitu
1. Sunlust Tourist adalah wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah
dengan tujuan utama untuk beristirahat atau berelaksasi. wisatawan tipe
4
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
ini mengharapkan keadaan iklim, fasilitas, makanan dan lain lain yang
sesuai standar di Negara asalnya.
2. Wanderlust Tourism adalah wisatawan yang perjalanan wisatanya
disorong oleh motivasi untuk mendapatkan pengalaman baru, mengetahui
kebudayaan baru atupun mengagumi keindahan alam yang belum pernah
dilihat.
2.3. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan, misalnya
tempat menginap atau tempat tinggal sementara bagi orang yang bepergian. Dalam
kepariwisataan akomodasi merupakan suatu industri, jadi pengertian industri
akomodasi adalah suatu komponen industri pariwisata, karena akomodasi dapat
berupa suatu tempat atau kamar dimana orang-orang / pengunjung / wisatawan dapat
beristirahat /menginap / tidur, mandi, makan dan minum serta menikmati jasa
pelayanan dan hiburan yang tersedia.
Akomodasi secara umum dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Akomodasi Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan dioperasikan
semata-mata untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.
2. Akomodasi Semi Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan dioperasikan
bukan semata-mata untuk tujuan komersil, tetapi juga untuk tujuan sosial
(masyarakat yang kurang mampu).
3. Akomodasi Non Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan diopersikan
semata-mata untuk tujuan non komersil, yaitu tidak mencari keuntungan atau
semata-mata untuk tujuan sosial atau bantuan secara cuma-cuma, namun khusus
untuk golongan/kalangan tertentu dan juga untuk tujuan tertentu.
5
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
a. Jenis-Jenis Akomodasi
Akomodasi Komersil
Akomodasi komersil adalah akomodasi yang dibangun dan dioperasikan semata-mata
untuk mencari keuntungan (profit) yang sebesar-besarnya, jenisnya antara lain :
1. Hotel, suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi
setiap orang untuk memperoleh pelayanan dan penginapan berikut makan dan
minum (SK. Menteri perhubungan No. PM.10/ Pw. 301/ Phb.77). Klasifikasi
hotel menurut phisik (banyak atau sedikitnya jumlah kamar) antara lain :
Hotel Kecil, hotel dengan 25 kamar atau kurang.
Hotel Sedang, hotel yang memiliki lebih dari 25 dan kurang dari 100
kamar.
Hotel menengah, hotel dengan jumlah kamar lebih dari 100 dan kurang
dari 300 kamar.
Hotel besar, adalah hotel yang memiliki lebih dari 300 kamar.
2. Motel, Motel pertama kali timbul di Amerika Serikat atas dasar permintaan
pasar yaitu kenyataan adanya kebutuhan akan penginapan sementara bagi
orang-orang yang bepergian dengan kendaraan sendiri sebelum mereka
melanjutkan perjalanannya kemBali.
3. Hostel (Youth Hostel), adalah bentuk hotel yang disediakan bagi remaja atau
pelajar dengan tarif relatif lebih murah (youth hostel di Indonesia dikenal
dengan istilah pondok wisata remaja).
4. Cotagge, sejenis akomodasi yang berlokasi disekitar pantai atau danau dengan
bentuk bangunannya terpisah-pisah atau berpondok-pondok, serta dilengkapi
dengan fasilitas rekreasi pantai atau laut.
5. Bungalow, sejenis akomodasi yang berbentuk rumah-rumah berlokasi di daerah
pegunungan, yang disewakan untuk keluarga/rombongan karyawan untuk
seminar /lokakarya, dan sebagai tempat peristirahatan padawaktu liburan.
6
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
6. Inn, sejenis akomodasi yang berlokasi di daerah peristirahatan menghubungkan
dua buah kota, menyediakan penginapan, makan dan minum, serta pelayanan
umum lainnya, serta disewakan untuk umum bagi orang-orang yang
mengadakan perjalanan dan singgah (beristirahat) untuk sementara waktu
(kurang dari 24 jam dan jarang sampai 2 / 3 hari).
7.Guest House, sejenis akomodasi yang dimiliki oleh perusahaan, instansi
pemerintah / swasta yang diperuntukan bagi para tamu-tamunya yang menginap
dan mendapatkan fasilitas makan, minum serta pelayanan lainnya yang
disediakan secara sederhana dan gratis atau ditanggung perusahaan / instansi
yang mengundangnya, tetapi bila guest house ini dimilki oleh perusahaan
swasta yang dibuka untuk umum maka sifatnya sama dengan hotel yaitu
bertujuan untuk mencari keuntungan hanya pelayanannya yang secara
sederhana.
8. Apartment House, sejenis akomodasi yang disewakan untuk ditempati sebagai
rumah tinggal ( dalam jangka waktu lama ) untuk 2, 3 atau 4 keluarga secara
terpisah.
9. Logement (Losmen), sejenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau
keseluruhan bangunan rumah untuk penginapan dengan atau tanpa makan dan
minum bagi setiap orang yang datang untuk beristirahat sementara waktu. ( saat
ini kebanyakan losmen menjadi hotel melati ), dengan fasilitas dan tarif yang
lebih rendah dari hotel berbintang.
10. Floating Hotel, sejenis akomodasi yang berada di atas kapal-kapal pesiar yang
menyediakan fasilitas kamar, makan dan minum serta fasilitas pelayanan dan
hiburan seperti hotel, namun berfungsi pula sebagai alat transportasi laut.
11. Pension, sejenis akomodasi berupa hotel kecil yang menyediakan pelayanan
penginapan, makan dan minum tamu-tamunya dengan tarif relatif rendah.
12. Mansion House, sejenis akomodasi berbentuk rumah-rumah besar yang
ditempati/disewakan kepada beberapa keluarga atau satu keluarga besar,
ataupun kelompok karyawan yang ditanggung oleh suatu perusahaan.
7
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
13. Ryokan, akomodasi khas Jepang, yang memiliki sarana dan fasilitas serta
pelayanan khas sesuai dengan kebiasaan orang-orang Jepang.
14. Marina Boatel, Nautel, sejenis akomodasi yang dibangun/berada di atas
sungai, danau atau laut yang dapat berfungsi juga sebagai
penambatan/bersandarnya kapal-kapal pribadi dan kapal-kapal kecil yang
melayani wisata bahari.
15. Holiday Flatlets, sejenis akomodasi yang dilengkapi dengan peralatan rumah
tangga, peralatan rekreasi, dan peralatan olahraga yang disewakan secara
mingguan / pada hari-hari libur dengan pelayanan / pemeliharaan dan
pembersihan ruangan secara minimal.
16. Lodging House, sejenis rumah yang menyediakan tempat menginap untuk
satu malam saja atau untuk waktu kurang dari 1 minggu sekali datang
menginap.
17. Boarding House, yaitu suatu bangunan atau bagian dari bangunan yang
menyediakan tempat menginap untuk waktu singkat seperti lodging house,
hanya ditambah dengan makan dan minum.
18. Condominium Hotel, suatu kompleks bangunan yang dimiliki oleh bebrapa
orang pengusaha, atau bangunan tersebut dapat dijual untuk beberapa
pengusaha dengan perusahaan yang berbeda jenis usahanya.
19. Resort, sebuah resort adalah tempat untuk relaksasi atau rekreasi, menarik
pengunjung untuk berlibur. Resort juga tempat, kota atau kadang-kadang
bangunan komersial yang dioperasikan oleh suatu perusahaan.
b. Akomodasi Semi Komersil
Akomodasi semi komersial adalah akomodasi yang dibangun dan dioperasikan bukan
semata-mata untuk tujuan komersil, tetapi juga untuk tujuan sosial (masyarakat yang
kurang mampu), jenisnya antara lain :
8
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
1. Graha Wisata Remaja
2. Asrama Mahasiswa/Pelajar
3. Pondok Pesantren
4. Rumah Sakit
5. Home-Stay
6. Rooming House
7. Holiday Camp
8. Camping Ground/Camping Site
9. Wisma
10. Penginapan
c. Akomodasi Non Komersil
Akomodasi Non Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan diopersikan semata-
mata untuk tujuan non komersil, yaitu tidak mencari keuntungan atau semata-mata
untuk tujuan sosial atau bantuan secara cuma-cuma, namun khusus untuk
golongan/kalangan tertentu dan juga untuk tujuan tertentu, jenisnya antara lain :
1. Mess (yang dimiliki instansi pemerintah/departemen)
2. Guest House (dilingkungan Istana,khusus bagi tamu negar)
3. Rumah Panti Asuhan
4. Pemondokan
5. Vila (yang dimiliki secara pribadi)
(http://www.akomodasi.net/pariwisata_bali.php)
2.4. Sumber Daya Pariwisata
Dalam Subadra wordpress dikatakan secara umum dapat dijelaskan bahwa aktivitas
pembanguan ekonomi telah memodifikasi sumber daya dan mengubah struktur dan
pola konsumsinya, termasuk unsur pariwisata didalamnya. Berjalannya unsur
9
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
pariwisata sangat tergantung dengan kondisi sumber daya yang tersedia. Sumber daya
yang terkait dengan pengembangan pariwisata umumnya berupa sumber daya alam,
sumber daya budaya, sumber daya minat khusus, di samping sumber daya manusia.
Menurut Damanik dan Weber (2006 :2) sumber daya alam yang dapat dikembangkan
menjadi atraksi wisata alam adalah :
1. Keajaiban dan keindahan alam (topografi)
2. Keragaman flora dan fauna
3. Kehidupan satwa liar
4. Vegetasi alam
5. Ekosistem yang belum terjamah
6. Rekreasi perairan
7. Lintas alam
8. Objek megalitikum
Tantangan pengelolaan pariwisata adalah mencari keseimbangan antara tradisional
ways dengan modern practices. di beberapa kaasan wisata, penduduk lokal kadang
belum atau bahkan tidak menerapkan metode konservasi dalam mengelola sumber
daya yang dimiliki. Kemungkinan tersebut terjadi ketka sumber daya alam yang
dimiliki melimpah, dan secara tidak sadar semakin lama semakin tergerus oleh
kepentingan-kepentingan lain yang dinilai menguntungkan.
2.5. Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development)
merupakan konsep pembangunan pariwisata yang menitikberatkan pada
keberlanjutan sumberdaya alam atau lingkungan, Kehidupan sosial-budaya, dan
manfaat ekonomi (Butler, 1991). Pariwisata berkelanjutan mempunyai penekanan
10
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
khusus pada pelestarian warisan alam dan budaya serta tradisi masyarakat lokal
dengan mengurangi konteks yang intensif dan massal terutama terhadap obyek-obyek
wisata alam dan budaya, pengurangan dampak-dampak negatif yang ditimbulkan
sehubungan dengan pengembangan pariwisata, dan pemberdayaan masyarakat lokal
untuk mempertinggi derajat dan kehidupan sosial serta budayanya guna
meningkatkan kualitas dan standar hidup masyarakat lokal (Gortazar, 1999). Dalam
konsep tersebut secara jelas dijabarkan bahwa dalam pembangunan pariwisata harus
ada jaminan bahwa generasi sekarang dan yang akan datang memiliki hak dan
kesempatan yang sama untuk menikmati sumber daya yang dijadikan sebagai daya
tarik dan objek wisata.
3. SEJARAH PARIWISATA DI BALI
Perjalanan wisata internasional di Bali telah dimulai pada permulaan abad 20 dimana
sebelumnya bahwa Bali diketemukan oleh orang Belanda tahun 1579 yaitu oleh
ekspedisi (Cornellis de Houtman) dalam perjalanannya mengelilingi dunia untuk
mencari rempah-rempah lalu sampai di Indonesia. Hanya sebuah kehidupan dengan
kebudayaannya yang menurut pandangan mereka sangat unik, tidak pernah dijumpai
di tempat lain yang dikunjungi selama mereka mengelilingi dunia, alamnya sangat
indah dan mempunyai magnet/daya tarik tersendiri. Pulau ini oleh penduduknya
dinamakan Bali. Inilah yang mereka laporkan kepada Raja Belanda pada waktu itu.
Kemudian pada tahun 1920 mulailah wisatawan dari Eropa datang ke Bali. Hal ini
terjadi berkat dari kapal-kapal dagang Belanda yaitu KPM (Koninklijke Paketcart
Maatsckapy) yang dalam usahanya mencari rempah-rempah ke Indonesia dan juga
agar kapal-kapal tersebut mendapat penumpang dalam perjalanannya ke Indonesia
lalu mereka memperkenalkan Bali di Eropa sebagai (the Island of God).
Untuk menampung kedatangan wisatawan asing ke Bali maka pada tahun 1930
didirikanlah hotel yang pertama di Bali yaitu Bali Hotel yang terletak di jantung kota
Denpasar, disamping itu juga ada sebuah pesanggrahan yang terletak di kawasan
11
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
wisata Kintamani. Nama Bali makin terkenal setelah pada tahun 1932 rombongan
Legong Peliatan melanglang buana ke Eropa dan Amerika atas prakarsa orang-orang
asing dan pada tahun berikutnya makin banyak saja seni tari Bali yang diajak
melanglang buana ke mancanegara. Selama pementasan selalu pertunjukan tersebut
mendapat acungan jempol.
Kesemarakan Pariwisata Bali pernah terhenti karena meletusnya Perang Dunia I
tahun 1939 - 1941 dan Perang Dunia II tahun 1942-1945 dan dilanjutkan dengan
Revolusi Kemerdekaan RI tahun 1942-1949. Baru pada tahun 1956 kepariwisataan
di Bali dirintis kemBali. Pada tahun 1963 didirikan Hotel Bali Beach (Grand Bali
Beach sekarang) dan diresmikan pada bulan November 1966. Hotel Bali Beach
(Grand Bali Beach) mempunyai sejarah tersendiri dimana merupakan satu-satunya
hotel berlantai 9 (sembilan) tingginya lebih dari 15 meter.
Setelah Hotel Bali Beach diresmikan pada bulan November 1966 maka bulan
Agustus 1969 diresmikan Pelabuhan Udara Ngurah Rai sebagai pelabuhan
internasional. Kepariwisataan di Bali dilaksanakan secara lebih intensif, teratur dan
terencana yaitu ketika dimulai dicanangkan Pelita I pada April 1969.
12
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
4. STUDI KASUS : PEMANFAATAN LAHAN TEBING/PINGGIR JURANG
UNTUK PEMBANGUNAN VILA SEBAGAI SUATU AKOMODASI
PARIWISATA.
Untuk regulasi pemanfaatan lahan tebing / pinggir jurang untuk pembangunan
vila telah diatur dalam perda no 16 tahun 2009 tentang rtrwp bali yaitu dalam
pasal 50, mengenai sempadan jurang dan sempadan sungai. Untuk sempadan
sungai diatur dalampasal 50 ayat 5 sub c dan d yaitu :
c. pada kawasan perdesaan tanpa bahaya banjir, lebar sempadan sungai:
1. 5 meter untuk sungai bertanggul;
2. 10 meter untuk kedalaman lebih dari 3meter;
3. 15 meter untuk kedalaman 3 sampai 20 meter; dan
4. 30 meter untuk kedalaman lebih dari 20 meter.
d. pada kawasan perdesaan dengan bahaya banjir, lebar sempadan sungai:
1. 5 meter untuk sungai bertanggul;
2. 50 meter untuk banjir ringan;
3. 100 meter untuk banjir sedang; dan
4. 150 meter untuk banjir besar.
Sedangkan untuk sempadan jurang diatur dalam pasal 50 ayat 6 dengan kriteria :
a. Daratan di tepian jurang yang memiliki kemiringan lereng minimal 45%
(empat puluh lima persen), kedalaman minimal 5 (lima) meter; dan daerah
datar bagian atas minimal 11 (sebelas) meter; dan
b. Sempadan jurang sebagaimana dimaksud pada huruf a, harus memiliki
lebar sekurangkurangnya dua kali kedalaman jurang dan tidak kurang dari
11 (sebelas) meter dihitung dari tepi jurang ke arah bidang datar.
13
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Ubud seperti dijelaskan dalam perda no 16 tahun 2009 tentang RTRWP Bali,
merupakan salah satu dari 16 kawasan pariwisata di Bali, dan Ubud merupakan
kawasan pariwisata di kabupaten Gianyar. Pemaknaan dari kawasan pariwisata
itu sendiri tidak hanya semata-mata hanya sebagai kawasan yang boleh dibangun
fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang pariwisata dalam kawasan, juga
mencakup kawasan lindung dan kawasan budidaya lainnya diluar peruntukan
pariwisata. Dari lima zona pengembangan di kabupaten Gianyar, Ubud memang
dikembangkan untuk wilayah wisata dan seni budaya. daerah di Ubud yang
memiliki alam yang indah termasuk kedalam kawasan rawan longsor pada lokasi
yang terletak pada daerah lereng bukit/perbukitan.
Perpaduan antara pemanfaatan lahan dengan usaha menjaga atau perbaikan
sumber daya alam sangat perlu direalisasikan, dengan tujuan agar generasi
mendatang tetap dapat merasakan keindahan alam Bali yang sekaligus merupakan
aset dalam pariwisata Bali itu sendiri. pariwisata memang diperlukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan tetapi sevara otomatis masyarakat,
khususnya pelaku pariwisata harus melakukan hal yang kegiatan yang positip
untuk tetap menjaga keberlangsungan pariwisata dengan cara ramah terhadap
lingkungan .
Di kawasan Ubud, pembangunan vila di lahan tebing/pinggir jurang memiliki
problematika tersendiri dalam perkembangannya. Ketika pemanfaatan lahan
tersebut merupakan suatu upaya yang dilakukan pihak pengelola pariwisata untuk
mendatangkan keuntungan bagi dirinya, Sering pula hal tersebut dapat
mendatangkan dampak yang negatif jika dilihat dari keberlangsungan kondisi
lingkungan yang semakin rusak. Tebing sungai Ayung yang dulunya hijau dengan
pepohonan semakin lama akan semakin gersang dengan pembangunan vila. Hal
tersebut tentunya akan membuat daya serap air di kawasan tersebut menjadi
berkurang.
14
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Pada beberapa lokasi, pihak pengelola pariwisata berusaha keras untuk
menggunakan alam sekaligus menjaga keberlangsungannya. Hanya saja, kondisi
eksisting yang telah dipergunakan untuk fungsi lain tetap saja telah mengalami
perubahan, dan khususnya pada kawasan tepi jurang yang pada umumnya
15
Gambar 1 :Lahan Tebing Sebelum Dan Sesudah Dimanfaatkan Untuk
Lokasi Pembangunan VilaSumber :
Bale Design.2005 - 2009
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
merupakan suatu kawasan penyangga, sangat rentan mengakibatkan bencana
karena telah mengalami perubahan fungsi. Selain keberadaannya yang cukup
membawa dampak terhadap lingkungan, seringkali status vila tidak sesuai dengan
kenyataan peruntukannya. Vila yang awalnya memiliki peruntukan untuk rumah
pribadi kenyataannya merupakan sebuah vila yang disewakan kepada wisatawan.
Dan seringkali pemilik vila tersebut sebenarnya adalah wisatawan asing yang
meminjam nama masyarakat lokal agar ijinnya dapat keluar. Pelanggaran
lainnya adalah ketidak tertiban terhadap peraturan yang ada. Dijelaskan bahwa
untuk pembangunan di pinggir jurang ketentuan yang diharuskan adalah paling
tidak harus berjarak dua kali setinggi jurang, tetapi mayoritas pembangunan vila
tidak mengindahkan ketentuan tersebut. Hal itulah yang nantinya dapat
berdampak negatif terhadap kondisi lingkungan sekitar.
Seperti misalnya yang sudah pernah terjadi di vila bukit Ubud, yang letaknya
hanya beberapa meter dari tepi jurang. Ketika terjadi hujan deras, lahan yang
terdapat di depan hotel yang terletak di tepi jurang sungai Campuhan longsor.
Sekitar 10 meter persegi lahan miring di depan vila ambrol dengan suara
bergemuruh. tidak terdapat korban jiwa, tetapi dampak lain yang ditimbulkan
selain kerusakan lingkungan adalah dampak sosial, karena longsoran tersebut
membuat pipa air yang mengalirkan air ke banjar Sayan terputus dan air tidak bisa
mengalir ke banjar tersebut.
Contoh lain yang timbul adalah ketika terjadinya kecemburuan sosial. Seperti
kasus Bongkasa dimana masyarakat merasa kurang dipedulikan oleh pengusaha
pariwisata di Ubud, Gianyar. Posisi Desa Bongkasa berhadapan dengan wilayah
Ubud yang dipisahkan sungai Ayung dengan tebing – tebingnya. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, ditebing itulah akomodasi pariwisata dibangun yang
memanfaatkan view tebing Desa Bongkasa Pertiwi. Karena itulah Desa Bongkasa
Pertiwi merasa dimanfaatkan, sebab pihak pengelola akomodasi wisata di Ubud
16
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
tidak memberikan kontribusi terhadap pembangunan Desa Bongkasa Pertiwi.
Bahkan masyarakat sempat berencana memagari tebing di wilayahnya dengan
aluminium foil untuk menghalangi pemandangan dari kawasan hotel.
17
Gambar 2 :Akibat Hujan Deras Tanah
Disekitar Vila Menjadi LongsorSumber :
dokumentasi pribadi 2010
Gambar 3 :Vila Di Tebing Dilihat Dari Desa Bongkasa
Sumber :dokumentasi pribadi 2010
Gambar 4 :Vila yang bersebelahan dengan
tebing yang belum dibangunSumber :
dokumentasi pribadi 2010
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
5. KESIMPULAN
Latar belakang pembangunan vila di tebing :
1. Pemenuhan kebutuhan akan akomodasi pariwisata yang terus berkembang.
2. Keinginan untuk memenuhi kepentingan perekonomian melalui aktivitas
pariwisata dengan mengeksploitasi sumber daya alam.
3. Kurangnya kepekaan pelaku pariwisata dalam menjaga keseimbangan antara
pembangunan pariwisata dengan kondisi sumber daya alam dalam rangka
keberlanjutan kondisi lingkungan.
Permasalahan terkait pembangunan vila di tebing :
1. Permasalahan pelanggaran terhadap regulasi yang ada :
a. Pelanggaran terhadap ketentuan sempadan jurang dan sungai.
b. Permasalahan perizinan dan kepemilikan vila.
2. Terkait dengan pengembangan kawasan di Ubud,apabila penggunaan lahan
hijau yang semakin marak tanpa penanganan pada akhirnya dapat semakin
mengurangi ketersediaan lahan yang ada dan menimbulkan kesesakan seperti
yang terjadi di kawasan perkotaan
Dampak lingkungan yang dapat diakibatkan oleh pembangunan vila di tepi
jurang atau tebing diantaranya :
1. Terjadinya kerusakan tanah yang diawali pembangunan vila, dimana air hujan
yang seharusnya dapat meresap terhalang, menjadi aliran permukaan yang
menimbulkan erosi dan akhirnya membawa dampak terhadap kerusakan
tanah.
2. Tebing yang digunakan untuk pembangunan menjadi rawan longsor ketika
musim hujan
3. Dampak proses pembangunan yang dapat mengakibatkan kerusakan flora di
lingkungan sekitar kawasan pembangunan
18
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
4. Akibat pembangunan dapat berpengaruh terhadap habitat fauna yang tinggal
di kawasan tersebut.
5. Aktivitas dari akomodasi pariwisata dalam hal ini vila seperti limbah buangan
vila dapat mencemari lingkungan sekitar baik secara langsung maupun tidak.
6. Dengan dibangun vila dikawasan jurang tentunya akan membuka aksesibilitas
menuju lokasi tersebut, dampaknya jalur aksesibilitas tersebut perlahan akan
semakin berkembang, fasilitas pariwisata selain vila juga dapat bertumbuh,
akibatnya dapat terjadi
a. Perubahan pola ruang bangunan yang ada.
b. Kendaraan yang semakin banyak menuju lokasi dapat menimbulkan
polusi udara walaupun tidak separah di daerah perkotaan karena
kondisi lingkungan di perdesaan masih lebih baik dari pada kawasan
perkotaan.
c. Timbulnya kemacetan, tumbuhnya fasilitas penunjang pariwisata
lainnya seperti restoran atau tempat kuliner lainnya akan dapat
menimbulkan kemacetan karena kondisi lebar jalan yang digunakan
sekaligus sebagai parkir.
Sehingga dapat dikatakan perkembangan pariwisata dapat menimbulkan dampak
positif khususnya dalam bidang perekonomian tetapi juga banyak membawa dampak
negatif yang harus dapat ditangani dengan baik terkait untuk keberlangsungan alam
dan lingkungan yang merupakan kunci utama pariwisata di Bali umumnya dan Ubud
khususnya.
19