pemanfaatan ict di tingkat daerah.pdf

Upload: hirpan

Post on 07-Jul-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    1/31

    PENGEMBANGAN PENGAJARAN BERBASIS ICT DI SEKOLAH

    "Mari wujudkan sekolah yang berstandar dan bermutu" Layanan Pelatihan ICT

    untuk sekolah khususnya SSN dan SBI rasional.

    Kebutuhan akan multimedia interaktif semakin dirasakan, mengingat kondisi

    perkembangan tekhnologi Informasi (IT) semakin berkembang pesat. Dalam

    dunia pendidikan misalnya siswa mulai dari pra sekolah, SD, SMP dan SMU/SMK

    dituntut untuk mengenal IT sejak dini.

    Kebutuhan ini tidak hanya sebagai wacana tetapi didelegasi melalui terbitnya

    kurikulum 2004 yang memasukan mata pelajaran teknologi informasi dan

    komunikasi (TIK) di sekolah, lebih khusus lagi SMK IT secara spesifik mempelajari

    IT sebagai suatu keahlian produktif.

    Untuk menunjang masuknya IT di sekolah, pemerintah secara bertahap

    membantu sekolah-sekolah dengan memberikan perangkat hardware komputer

    sebagai alat praktek dan ditunjang dengan diberikannya BOM (bantuan

    operasional manajemen) yang salah satunya harus dibelanjakan untuk membelisoftware komputer untuk menunjang pembelajaran IT dan penguasaan materi

    pelajaran umum dengan bantuan IT.

    Dengan demikian jelas bahwa kebutuhan bahan pembelajaran berbasis ICT

    sebagai alat untuk membantu siswa menguasai IT dan materi pelajaran umum

    lainnya dengan lebih cepat, menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar,

    menjadi kebutuhan yang mendesak untuk tercapainya kualitas pembelajaranyang diharapkan. Atas dasar pentingnya bahan pembelajaran berbasis ICT yang

    dirancang oleh guru bagi peningkatan kualitas pembelajaran yang berbasis

    teknologi informasi dan komunikasi dan untuk kepentingan publikasi

    komunikasi dan informasi lembaga, maka sudah menjadi kebutuhan yang

    mendesak adanya peningkatan kemampuan para pelaku pendidikan/pelatihan

    terutama guru untuk memiliki kemampuan dalam merancang multimedia

    interaktif untuk mengemas berbagai materi-materi pelajaran. Dengan demikian

    diperlukan adanya kegiatan pelatihan pembuatan multimedia interaktif berbasis

    komputer.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    2/31

    JENIS KEGIATAN PENGEMBANGAN

    Terdapat beberapa jenis kegiatan pengembangan kompetensi guru

    SD/MI,SMP/MTS,SMA/MA dan SMK dalam penguasaan ICT untuk diintegrasikan

    dalam kegiatan pembelajaran, yakni: pelatihan pembuatan desain presentasi

    multimedia yang meliputi desain pesan dan penguasaan tool multimediaprojector, pelatihan pembuatan CD interaktif berbagai mata pelajaran,

    pelatihan internet dasar dan pemanfaatan internet sebagai sumber belajar

    efektif, pelatihan pembuatan web blog dan pelatihan pembuatan desain web

    untuk E-learning dan learning management system (LMS).

    TUJUAN KEGIATAN PENGEMBANGAN

    Para guru memiliki kompetensi dalam pembuatan desain presentasi multimedia

    yang meliputi desain pesan dan penguasaan tool multimedia projector, para

    guru memiliki kompetensi dalam pembuatan CD interaktif berbagai mata

    pelajaran yang dikuasainya untuk digunakan dalam PBM, para guru memiliki

    kompetensi dalam penguasaan internet dasar dan pemanfaatan internet

    sebagai sumber belajar efektif, para guru memiliki kompetensi dalam

    pembuatan web blog dan para guru memiliki kompetensi dalam pembuatan

    desain web untuk E-Learning dan learning management System (LMS).

    MATERI PELATIHAN

    Pelatihan pembuatan desain presentasi multimedia yang meliputi desain pesan

    dan penguasaan tool multimedia projector meliputi power point 2003/2007

    basic dan enrichment, power point to flash, articulate presenter, teknik

    penggunaan (use) dan pemeliharaan (maintenance) multimedia projector (allbrand all type), dan prinsip-prinsip desain presentasi sesuai dengan kaidah

    komunikasi visual teknologi pembelajaran.

    PELATIHAN PEMBUATAN CD INTERAKTIF BERBAGAI MATA PELAJARAN

    Meliputi konsep dasar multimedia interaktif, teknik pembuatan flowchart dan

    storyboard, desain grafis untuk multimedia interaktif, programming dengan

    macromedia flash dan macromedia director, dan animasi dengan Swish Maxdan 3D cool.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    3/31

    PELATIHAN INTERNET DASAR DAN PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI

    SUMBER BELAJAR EFEKTIF

    Meliputi sejarah internet, trik browsing untuk pencarian bahan pembelajaran

    yang efektif, mendaftar dan memelihara email,Chatting, milling list dan news

    group dan teknik download text, animasi dan video.

    PELATIHAN PEMBUATAN WEB BLOG

    Meliputi konsep, fungsi dan manfaat web blog, trik customis dan desain

    template web blog, dan management web blog sebagai bahan pembelajaran

    yang efektif.

    PELATIHAN PEMBUATAN DESAIN WEB UNTUK E-LEARNING DAN LMS

    Meliputi Konsep, prinsip dan prosedur e-learning, perancangan naskah untuk e-

    learning, desain web dengan Adobe dreamweaver atau microsoft front page,

    data base management system denagn MySQL dan pemanfaatan e-learning

    menggunakan software open source.

    PELATIHAN PEMBUATAN BAHAN AJAR CETAK BERBASIS KOMPUTER

    Meliputi konsep, prinsip dan prosedur pembuatan bahan ajar cetak berbasis

    ICT, teknik pembuatan brosur, liflet, banner, poster, komik, dll. Pengolahan

    objek gambar dengan adobe photoshop CS dan pembuatan bahan ajar berbasis

    vektor dengan corel draw untuk: mengatur layout, membuat logo.

    OUTPUT

    Dihasilkannya produk media presentasi hasil rancangan guru yang membuat

    berbagai mata pelajaran yang dikuasainya mulai IPA, IPS, Matematika, Bahsa,

    Agama dan lain-lain, dihasilkannya naskah-naskah CD interaktif hasil buatan

    guru yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi produk CD interaktif,

    dihasilkannya produk CD interaktif yang inovatif, kreatif, edukatif dan

    menyenangkan hasil rancangan guru yang membuat berbagai mata pelajaran

    yang dikuasainya mulai IPA, IPS , Matematika, Bahasa, Agama dan lain-lain.

    Dihasilkannya produk media dan sumber belajar yang diambil dari internet hasilpencarian guru yang membuat berbagai mata pelajaran yang dikuasainya.

    Bahan-bahan tersebut berupa :

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    4/31

    (1) 

    Jurnal dan artikel pendidikan,

    (2) 

    Hasil penelitian khususnya PTK,

    (3) 

    Video pembelajaran,

    (4) 

    Buku-buku bermanfaat dalam bentuk e-book,

    (5) Foto-foto sebagai bahan pembelajaran, serta

    (6) 

    Animasi bahan pembelajaran dalam bentuk SWF. Dihasilkannya web blog

    guru unutk profil pribadi, sekolah maupun bahan pembelajaran.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    5/31

    TEKNOLOGI INFORMASI, INOVASI BAGI DUNIA PENDIDIKAN

    KEDUDUKAN DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM

    PEMBELAJARAN

    Penggunaan Teknologi Informasi (TI) dalam pembelajaran seiring

    perkembangan jaman pertukaran informasi semakin cepat dan instant,

    sehingga penggunaan system tradisional dalam mengajar yang

    mengandalkan tatap muka antar guru dan murid akan menghasilkan

    pendidikan yang sangat lambat dan tidak seiring perkembangan jaman.

    Sistem tradasional ini seharusnya sudah ditinggalkan sejak ditemukannya

    media komunikasi multi media. Karena sifat internet yang dapat dihubungkan

    setiap saat, artinya siswa dapat memanfaatkan program-prgram pendidikan

    yang disediakan di jaringan Internet kapan saja sesuai dengan waktu luang

    mereka, sehingga kendala ruang dan waktu yang mereka hadapi untuk

    mencari sumber belajar dapa teratasi.

     Kedudukan IT bagi Pendidikan

    Sudah selayaknya lembaga-lembaga pendidikan yang ada segeramemperkenalkan dan memulai penggunaan teknologi informasi dan

    komunikasi (TIK) sebagai basis pembelajaran yang lebih mutakhir. Hal ini

    menjadi penting, mengingat penggunaan IT merupakan salah satu faktor

    penting yang memungkinkan kecepatan transformasi ilmu pengetahuan

    kepada para peserta didik, generasi bangsa ini secara lebih luas. Dalam

    konteks yang lebih spesifik, dapat dikatakan bahwa kebijakan

    penyelenggararan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah,pemerintah daerah, maupun masyarakat harus mampu memberikan akses

    pemahaman dan penguasaan teknologi mutakhir yang luas kepada para

    peserta didik.

    Program pembangunan pendidikan yang terpadu dan terarah yang berbasis

    teknologi paling tidak akan memberikan multiplier effect dan nurturant effect

    terhadap hampir semua sisi pembangunan pendidikan. Sehingga IT berfungsiuntuk memperkecil kesenjangan penguasan teknologi mutakhir khususunya

    dalam dunia pendidikan. Pembangunan pendidikan berbasis IT setidaknya

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    6/31

    memberikan dua keuntungan. Pertama, sebagai pendorong komunitas

    pendidikan (termasuk guru) untuk lebih apresiatif dan proaktif dalam

    maksimalisasi potensi pendidikan. Kedua, memberikan kesempatan luas

    kepada peserta didik memanfaatkan setiap potensi yang ada dapat diperoleh

    dari sumber-sumber yang tidak terbatas.

    Adapun kedudukan IT dalam pendidikan yang lain adalah :

    a. 

    Mempermudah kerjasama antara pakar dengan mahasiswa,

    menghilangkan batasan ruang, jarak dan waktu.

    b. Sharing Informatioan , sehingga hasil penelitian dapat digunakan bersama-

    sama dan mempercepat pengembangan ilmu pengetahuan

    c. 

    Virtual University, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang diakses olehorang banyak

     Pemanfaatan IT bagi Pendidikan

    Pesatnya perkembangan IT, khususnya internet memungkinkan

    pengembangan layanan informasi yang lebih baik dalam suatu institusi

    pendidikan. Di lingkungan perguruan tinggi, pemanfaatan IT lainnya yaitu

    diwujudkan dalam suatu system yang disebut electronic university (e-university). Pengembangan e-University bertujuan untuk mendukung

    penyelenggaraan pendidikan, sehingga perguruan tinggi dapat memberi

    pelayanan informasi yang lebih baik kepada komunitasnya, baik didalam

    maupun diluar perguruan tinggi tersebut melalui internet. Layanan

    pendidikan lain yang bisa dilaksanakan melalui internet yaitu dengan

    menyediakan materi kuliah secara on-line dan materi kuliah tersebut dapat

    diakses oleh siapa saja yang membutuhkan, sehingga memberikan informasi

    bagi yang sulit mendapatkannya karena problem ruang dan waktu.

    Lingkungan Akademis Pendidikan Indonesia yang mengenal alias sudah akrab

    dengan Implikasi IT di bidang Pendidikan adalah UI dan ITB. Semisalnya UI.

    Hampir setiap Fakultas yang terdapat di UI memiliki jaringan yang dapat di

    akses oleh masyarakat, memberikan informasi bahkan bagi yang sulit

    mendapatkannya karena problema ruang dan waktu. Hal ini juga tentunya

    sangat membantu bagi calon mahasiswa maupun mahasiswa atau bahkan

    alumni yang membutuhkan informasi tentang biaya kuliah, kurikulum, dosen

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    7/31

    pembimbing, atau banyak yang lainnya. Contoh lain adalah Universitas

    Swasta Bina Nusantara juga memiliki jaringan Internet yang sangat mantap,

    yang melayakkan mereka mendapatkan penghargaan akademi pendidikan

    Indonesia dengan situs terbaik. Layanan yang disediakan pada situs mereka

    dapat dibandingkan dengan layanan yang disediakan oleh situs-situs

    pendidikan luar negeri seperti Institut Pendidikan California atau Institut

    Pendidikan Virginia, dan sebagainya.

    Pada tingkat pendidikan SMP/SMA/SMK implikasi IT juga sudah mulai

    dilakukan walau belum mampu menjajal dengan implikasi-implikasinya pada

    tingkatan pendidikan lanjutan. Di SMP/SMA/SMK ini rata-rata penggunaan

    internet hanyalah sebagai fasilitas tambahan dan lagi IT belum menjadi

    kurikulum utama yang diajarkan untuk siswa. IT belum menjadi media

    database utama bagi nilai-nilai, kurikulum, siswa, guru atau yang lainnya.

    Namun prospek untuk masa depan, penggunaan IT di SMP/SMA/SMK cukup

    cerah. Selain untuk melayani Institut pendidikan secara khusus, adapula yang

    untuk dunia pendidikan secara umum di indonesia. Ada juga layanan situs

    internet yang menyajikan kegiatan sistem pendidikan di indonesia. situs ini

    dimaksudkan untuk merangkum informasi yang berhubungan dengan

    perkembangan pendidikan yang terjadi dan untuk menyajikan sumber umum

    serta jaringan komunikasi (forum) bagi administrator sekolah, para pendidik

    dan para peminat lainnya. Tujuan utama dari situs ini adalah sebagai wadah

    untuk saling berhubungan yang dapat menampung semua sektor utama

    pendidikan.

    Disamping lingkungan pendidikan, misalnya pada kegiatan penelitian kita

    dapat memanfaatkan internet guna mencari bahan atau pun data yang

    dibutuhkan untuk kegiatan tersebut melalui mesin pencari pada internet.

    Situs tersebut sangat berguna pada saat kita membutuhkan artikel, jurnal

    ataupun referensi yang dibutuhkan. Inisiatif-inisiatif penggunaan IT dan

    Internet di luar institusi pendidikan formal tetapi masih berkaitan dengan

    lingkungan pendidikan di Indonesia sudah mulai bermunculan. Salah satu

    inisiatif yang sekarang sudah ada adalah situs penyelenggara “KomunitasSekolah Indonesia”. Situs yang menyelenggarakan kegiatan tersebut

    contohnya e-dukasi.net, plasa.com dan smu-net.com

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    8/31

    Pengembangan dan penerapan IT juga bermafaat untuk pendidikan dalam

    kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan nasional Indonesia. Salah

    satu aspeknya adalah kondisi geografis Indonesia dengan sekian banyaknya

    pulau yang berpencar-pencar dan kontur permukaan buminya yang seringkali

    tidak bersahabat, biasanya diajukan untuk menjagokan pengembangan dan

    penerapan IT untuk pendidikan. IT sangat mampu dan dijagokan agar

    menjadi fsasilitator utama untuk meratakan pendidikan di bumi nusantara,

    sebab IT yang mengandalkan kemampuan pembelajaran jarak jauhnya tidak

    terpisah oleh ruang, jarak dan waktu. Demi penggapaian daerah-daerah yang

    sulit tentunya penerapan ini agar dilakukan sesegera mungkin di Indonesia.

    Adapun manfaat IT bagi bidang pendidikan yang lain adalah :

    a. 

    Akses ke perpustakaan

    b. Akses ke pakar

    c. 

    Melaksanakan kuliah secara on line

    d. 

    Menyediakan layanan informasi akademik suatu institusi pendidikan

    e. 

    Menyediakan fasilitas mesin pencari data

    f. 

    Menyediakan fasilitas diskusi

    g. 

    Menyediakan fasilitas direktori alumni dan sekolahh.

     

    Menyediakan fasilitas kerjasama

    PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI

    Kemajuan teknologi dewasa ini dan di masa-masa yang akan datang terutama

    di bidang informasi dan komunikasi telah menyebabkan dunia ini menjadisempit cakupannya. Interaksi antara bangsa yang satu dengan bangsa yang

    lainnya baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja menjadi semakin

    intensif. Demikian juga yang terjadi di Indonesia dan negara-negara di dunia

    globalisasi sebagai sesuatu yang tidak bisa dihindari.

    Pada era globalisasi, ada kecenderungan yang kuat terjadinya proses

    universalisasi yang melanda seluruh aspek kehidupan manusia. Salah satu

    implikasi penyeragaman terlihat dengan munculnya gaya hidup global

    seperti: makanan, pakaian dan musik. Anak-anak kecil yang telah mengenal

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    9/31

    film-film kartun dari berbagai negara, kita yang sudah mengenal berbagai

     jenis makanan dari berbagai bangsa, demam mode dunia yang melanda

    semua negara adalah contoh nyata bahwa pengaruh global mengalir tanpa

    terbendung di negara kita.

    Banyak hal yang perlu dicermati agar sebagai bangsa kita tidak tertinggal olehhal-hal baru yang terjadi secara global sehingga kita bisa beradaptasi dengan

    negara-negara di dunia. Di sisi lain kita juga harus punya filter yang kuat agar

    pengaruh globalisasai yang negatif tidak menggaanggu kehidupan bangsa kita

    yang menjunjung tinggi budi pekerti dan memiliki budaya yang luhur. Hal ini

    penting agar kita bisa menjadi bangsa yang bermartabat tanpa harus

    ketinggalan dengan negara-negara lain.

    Di bidang pendidikan, peran guru untuk mendidik peserta didik menjadi

    manusia yang selalu mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan

    akar budaya sangat penting dalam menentukan perjalanan generasi bangsa

    ini. Guru dituntut menjadi pendidik yang bisa menjembatani kepentingan-

    kepentingan itu. Tentu saja melalui usaha-usaha nyata yang bisa diterapkan

    dalam mendidik pesera didiknya.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    10/31

    DUNIA PENDIDIKAN KONVENSIONAL INDONESIA

    Secara umum Dunia Pendidikan memang belum pernah benar-benar menjadi

    wacana yang publik di Indonesia, dalam arti dibicarakan secara luas oleh

    berbagai kalangan baik yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung

    dengan urusan pendidikan. Namun demikian, bukan berarti bahwapermasalahan ini tidak pernah menjadi perhatian. Upaya-upaya peningkatan

    kualitas mutu serta kuantitas yang membawa nama pendidikan telah

    dilakukan oleh pihak pemerintah, walau sampai saat ini kita belum melihat

    hasil dari usaha tersebut.

    e-Education, istilah ini mungkin masih asing bagi bangsa Indonesia. e-

    education (Electronic Education) ialah istilah penggunaan IT di bidangPendidikan. Internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses.

    Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi masalah lagi. Perpustakaan

    merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. (Berapa

    banyak perpustakaan di Indonesia, dan bagaimana kualitasnya?) Adanya

    Internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses

    perpustakaan di Amerika Serikat berupa Digital Library. Sudah banyak cerita

    tentang pertolongan Internet dalam penelitian, tugas akhir. Tukar menukarinformasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet.

    Tanpa adanya Internet banyak tugas akhir dan thesis yang mungkin

    membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan.

    Ketidakefektifan adalah kata yang paling cocok untuk sistem ini, sebab seiring

    dengan perkembangan zaman, pertukaran informasi menjadi semakin cepat

    dan instan, namun institut yang masih menggunakan sistem tradisional inimengajar (di jenjang sekolah tinggi kita anggap memberikan informasi)

    dengan sangat lambat dan tidak seiring dengan perkembangan IT. Sistem

    konvensional ini seharusnya sudah ditinggalkan sejak ditemukannya media

    komunikasi multimedia. Karena sifat Internet yang dapat dihubungi setiap

    saat, artinya siswa dapat memanfaatkan program-program pendidikan yang

    disediakan di jaringan Internet kapan saja sesuai dengan waktu luang mereka

    sehingga kendala ruang dan waktu yang mereka hadapi untuk mencari

    sumber belajar dapat teratasi. Dengan perkembangan pesat di bidang

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    11/31

    teknologi telekomunikasi, multimedia, dan informasi; mendengarkan

    ceramah, mencatat di atas kertas sudah tentu ketinggalan jaman.

    Contoh-contoh IT Dalam Dunia Pendidikan

    Arti IT bagi dunia pendidikan seharusnya berarti tersedianya saluran atau

    sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan. Namun hal

    Pemanfaatan IT ini di Indonesia baru memasuki tahap mempelajari berbagai

    kemungkinan pengembangan dan penerapan IT untuk pendidikan memasuki

    milenium ketiga ini. Padahal penggunaan IT ini telah bukanlah suatu wacana

    yang asing di negeri yang sudah maju. Berikut ini ialah sampel-sampel dari

    luar negeri hasil revolusi dari sistem pendidikan yang berhasil memanfaatkan

    Teknologi Informasi untuk menunjang proses pembelajaran mereka:

    1. Sekolah Dasar (SD) River Oaks di Oaksville, Ontario, Kanada, merupakan

    contoh tentang apa yang bakal terjadi di sekolah. SD ini dibangun dengan visi

    khusus: sekolah harus bisa membuat murid memasuki era informasi instan

    dengan penuh keyakinan. Setiap murid di setiap kelas berkesempatan untuk

    berhubungan dengan seluruh jaringan komputer sekolah. CD-ROM adalah

    fakta tentang kehidupan. Sekolah ini bahkan tidak memiiki ensiklopedia

    dalam bentuk cetakan. Di seluruh perpustakaan, referensinya disimpan di

    dalam disket video interaktif dan CD-ROM-bisa langsung diakses oleh siapa

    saja, dan dalam berbagai bentuk : sehingga gambar dan fakta bisa

    dikombinasikan sebelum dicetak, foto bisa digabungkan dengan informasi.

    2. SMA Lester B. Pearson di Kanada merupakan model lain dari era komputer

    ini. Sekolah ini memiliki 300 komputer untuk 1200 murid. Dan sekolah ini

    memiliki angka putus sekolah yang terendah di Kanada: 4% dibandingkan

    rata-rata nasional sebesar 30%

    3. Prestasi lebih spektakuler ditunjukkan oleh SMP Christopher Columbus di

    Union City, New Jersey. Di akhir 1980-an, nilai ujian sekolah ini begitu rendah,

    dan jumlah murid absen dan putus sekolah begitu tinggi hingga negara

    bagian memutuskan untuk mengambil alih. Lebih dari 99% murid berasal dari

    keluarga yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua

     IT Sebagai Media Pembelajaran Multimedia

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    12/31

    Kerjasama antar pakar dan juga dengan mahasiswa yang letaknya berjauhan

    secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu, seseorang harus

    berkelana atau berjalan jauh menempuh ruang dan waktu untuk menemui

    seorang pakar untuk mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat

    dilakukan dari rumah dengan mengirimkan email. Makalah dan penelitian

    dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui Internet, via

    email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring dan mailing

    list. Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Sulawesi dapat berdiskusi

    masalah teknologi komputer dengan seorang pakar di universitas terkemuka

    di pulau Jawa. Mahasiswa dimanapun di Indonesia dapat mengakses pakar

    atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia. Batasan geografis

    bukan menjadi masalah lagi.

    Sharing information juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar

    penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di

    perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama

    sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi. Virtual

    university merupakan sebuah aplikasi baru bagi Internet. Virtual university

    memiliki karakteristik yang scalable, yaitu dapat menyediakan pendidikan

    yang diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya dilakukan dalam kelas

    biasa, berapa jumlah orang yang dapat ikut serta dalam satu kelas? Jumlah

    peserta mungkin hanya dapat diisi 40 - 50 orang. Virtual university dapat

    diakses oleh siapa saja, darimana saja. Penyedia layanan Virtual University ini

    adalah www.ibuteledukasi.com. Mungkin sekarang ini Virtual University

    layanannya belum efektif karena teknologi yang masih minim. Namun

    diharapkan di masa depan Virtual University ini dapat menggunakanteknologi yang lebih handal semisal Video Streaming yang dimasa mendatang

    akan dihadirkan oleh ISP lokal, sehingga tercipta suatu sistem belajar

    mengajar yang efektif yang diimpi-impikan oleh setiap ahli IT di dunia

    Pendidikan. Virtual School juga diharapkan untuk hadir pada jangka waktu

    satu dasawarsa ke depan.

    Bagi Indonesia, manfaat-manfaat yang disebutkan di atas sudah dapatmenjadi alasan yang kuat untuk menjadikan Internet sebagai infrastruktur

    bidang pendidikan. Untuk merangkumkan manfaat Internet bagi bidang

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    13/31

    pendidikan di Indonesia : Akses ke perpustakaan, akses ke pakar,

    melaksanakan kegiatan kuliah secara online, menyediakan layanan informasi

    akademik suatu institusi pendidikan, menyediakan fasilitas mesin pencari

    data, menyediakan fasilitas diskusi, menyediakan fasilitas direktori alumni

    dan sekolah, menyediakan fasilitas kerjasama, dan lain - lain.

     Kendala-Kendala Pengimplikasian di Indonesia

    Jika memang IT dan Internet memiliki banyak manfaat, tentunya ingin kita

    gunakan secepatnya. Namun ada beberapa kendala di Indonesia yang

    menyebabkan IT dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin.

    Kesiapan pemerintah Indonesia masih patut dipertanyakan dalam hal ini.

    Salah satu penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan sumber dayamanusia, proses transformasi teknologi, infrastruktur telekomunikasi dan

    perangkat hukumnya yang mengaturnya. apakah infrastruktur hukum yang

    melandasi operasional pendidikan di Indonesia cukup memadai untuk

    menampung perkembangan baru berupa penerapan IT untuk pendidikan ini.

    Sebab perlu diketahui bahwa Cyber Law belum diterapkan pada dunia Hukum

    di Indonesia. Selain itu masih terdapat kekurangan pada hal pengadaan

    infrastruktur teknologi telekomunikasi, multimedia dan informasi yangmerupakan prasyarat terselenggaranya IT untuk pendidikan sementara

    penetrasi komputer (PC) di Indonesia masih rendah. Biaya penggunaan jasa

    telekomunikasi juga masih mahal bahkan jaringan telepon masih belum

    tersedia di berbagai tempat di Indonesia. Untuk itu perlu dipikirkan akses ke

    Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah. Sementara itu tempat

    akses Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui fasilitas di kampus,

    sekolahan, dan bahkan melalui warung Internet. Hal ini tentunya dihadapkan

    kembali kepada pihak pemerintah maupun pihak swasta, walaupun pada

    akhirnya terpulang juga kepada pemerintah. Sebab pemerintah-lah yang

    dapat menciptakan iklim kebijakan dan regulasi yang kondusif bagi investasi

    swasta di bidang pendidikan. Namun sementara pemerintah sendiri masih

    demikian pelit untuk mengalokasikan dana untuk kebutuhan pendidikan. Saat

    ini baru Institut-institut pendidikan unggulan yang memiliki fasilitas untukmengakses jaringan IT yang memadai. Padahal masih banyak institut-institut

    pendidikan lainnya yang belum diperlengkapi dengan fasilitas IT.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    14/31

    E-LEARNING SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN PENDIDIKAN INDONESIA

    IT atau Information Technology memberikan kontribusi yang luar biasa dalam

    hal penyebaran materi Informasi ke seluruh belahan dunia. IT merupakan

    suatu alat Globalisator yang luar biasa  –  salah satu instrumen vital untuk

    memicu time-space compression (menyusutnya ruang dan waktu), karenakontaknya yang tidak bersifat fisik dan individual, maka ia bersifat massal dan

    melibatkan ribuan orang. Hanya dengan berada di depan komputer yang

    terhubung dengan internet, seseorang bisa terhubung ke dunia virtual global

    untuk ‘bermain’ informasi dengan ribuan komputer penyedia informasi yang

    dibutuhkan, yang juga terhubung ke internet pada saat itu.

    Perkembangan IT yang sedemikian pesat tersebut menciptakan kultur barubagi semua orang di seluruh dunia. Dunia pendidikan pun tak luput dari

    sentuhannya. Integrasi teknologi informasi ke dalam duina pendidikan telah

    menciptakan pengaruh besar. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi

    informasi, mutu dan efisiensi pendidikan dapat ditingkatkan.

    Di tengah kemelut dunia pendidikan Indonesia yang tak kunjung selesai,

    kehadiran teknologi informasi menjadi satu titik cerah yang diharapkan

    mampu memberi sumbangan berarti dalam meningkatkan mutu pendidikan.

    saat ini mutu pendidikan Indonesia masih sangat rendah. Laporan tahunan

    Human development Index UNDP tahun 2004 menempatkan Indonesia pada

    posisi 111 dari 175 negara. Adapun hasil survai tentang kualitas pendidikan di

    Asia yang dilakukan oleh PERC (The Political and Economic Risk Country),

    Indonesia berada pada posisi 12 atau yang terendah (Suara Karya, 18

    Desember 2004). Peringkat ini sepertinya tidak mengalami pergeseran jauhpada saat sekarang ini mengingat problematika pendidikan yang masih saja

    belum berubah.

    Salah satu produk integrasi teknologi informasi ke dalam dunia pendidikan

    adalah e-learning atau elektronik learning. Saat ini e-Learning mulai

    mengambil perhatian banyak pihak, baik dari kalangan akademik,

    profesional, perusahaan maupun industri. Di institusi pendidikan tinggimisalnya, e-Learning telah membuka cakrawala baru dalam proses belajar

    mengajar. Sedangkan di lingkungan industri, e-Learning dinilai mampu

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    15/31

    membantu proses dalam meningkatkan kompetensi pegawai atau sumber

    daya manusia. Dari dunia akademis metode pembelajaran ini sudah mulai

    banyak diterapkan dan dikembangkan. Ambil contoh penerapan e-Learning di

    kampus ITB, IPB, UI, Unpad, Universitas Hasanuddin, Universitas Negeri

    Malang, dan universitas lainnya baik negeri maupun swasta, seperti

    Universitas Bina Nusantara (Ubinus) Jakarta.

    E-learning pada hakikatnya adalah bentuk pembelajaran konvensional yang

    dituang dalam format digital dan disajikan melalui teknologi informasi. Secara

    ringkas, Anwas (2005) menyatakan e-learning perlu diciptakan seolah-olah

    peserta didik belajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam

    system digital melalui internet. Keunggulan-keunggulan e-learning yang

    paling menonjol adalah efisiensinya dalam penggunaan waktu dan ruang.

    Seperti telah disebutkan di atas, pendidikan berbasis teknologi informasi

    cenderung tidak lagi tergantung pada ruang dan waktu. Tak ada halangan

    berarti untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar lintas daerah, bahkan

    lintas negara melalui e-learning. Dengan e-learning pengajar dan siswa tidak

    lagi selalu harus bertatap muka dalam ruang kelas pada waktu bersamaan.

    Dengan sifatnya yang tidak tergantung pada ruang dan waktu, e-learningmemiliki keunggulan lain yakni memungkinkan akses ke pakar yang tak

    terhalang waktu dan tak tidak memerlukan biaya mahal. Seorang pelajar di

    daerah dapat belajar langsung dari pakar di pusat melalui fasilitas internet

    chatting atau meng-akomodir suara dan bahkan gambar realtime. Dengan e-

    learning, sekolah-sekolah dengan mudah dapat melakukan kerjasama saling

    menguntungkan melalui program kemitraan. Dengan demikian sekolah yang

    lebih maju dapat membantu sekolah yang belum maju sehingga dapat

    diupayakan adanya pemerataan mutu pendidikan. Satu lagi keunggulan e-

    learning tentunya adalah ketesediaan informasi yang melimpah dari sumber-

    sumber di seluruh dunia. Dengan menggunakan internet sebagi media

    pembelajaran akan didapatkan sumber informasi untuk pengayaan materi

    yang jumlahnya sangat tak terbatas.

    Model pembelajaran e-learning dengan segala keunggulan di atas akan

    sangat membantu dunia pendidikan Indonesia. e-learning dapat menjadi

    alternatif cara peningkatan mutu pendidikan Indonesia dan melakukan upaya

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    16/31

    pemerataan di seluruh wilayah Indonesia. Sudah menjadi pengetahuan

    umum bahwa penyebaran mutu pendidikian di Indonesia belum merata. Ada

    kesenjangan cukup jauh antara satu wilayah dengan wilayah lain. Pendidikan

    di pulau jawa dan Sumatera (Indonesia bagian barat) cenderung lebh maju

    dari Indonesia bagian timur. Kesenjangan seperti ini haruslah mendapatkan

    perhatian yang serius dari pemerintah. E-learning dapat menjadi solusi kreatif

    bagi pemerintah.

    Karena masih diperlukannya pengembangan, maka masih diperlukan fokus

    perhatian akan e-Learning ini. Khusus dari sisi regulasi, perlu diamati sudah

    seberapa jauh peranan regulasi dari pemerintah atau departemen terkait

    dalam mendukung terealisasinya dukungan e-Learning dalam proses

    pendidikan di tanah air. Hingga saat ini Inedonesia sudah memiliki Undang-

    undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 31 dan

    SK Mendiknas No. 107/U/2001 tentang PTJJ. Di mana secara lebih spesifik UU

    ini mengizinkan penyelenggara pendidikan di Indonesia untuk melaksanakan

    pendidikan melalui cara PTJJ dengan memanfaatkan teknologi informasi.

    Regulasi ini diperlukan untuk melindungi minat belajar masyarakat dari

    malpraktik penyelenggaraan pendidikan. Selain itu juga menyiapkan rambu-rambu dalam pengembangan e-Learning sepatutnya, dan tidak hanya untuk

    melindungi dari mal-praktik tapi juga untuk mengantisipasi tantangan masa

    depan e-Learning.

    Undang-undang yang mengakomodasi e-Learning itu di antaranya UU nomor

    20 tahun 2003  tentang pendidikan. Namun demikian tidak menutup

    kemungkinan pengaturan pemerintah lebih lanjut untuk mandapatkan jaminan kualitas dalam e-Learning, termasuk di dalamnya sistem akreditasi

    dan asesmen yang efektif.

    Sementara pemerintah akan mengeluarkan kebijakan mengenai e-Learning

    untuk memenuhi target 26 juta tenaga ahli di bidang TI tahun ini. Untuk

    sementara ketersediaannya diprediksi baru sekitar 10 juta orang. Pemerintah

     juga mencatat dari sisi kesiapan infrastruktur TI seperti komputer, posisiIndonesia masih sangat rendah, yaitu di peringkat 59 dari sejumlah 64 negara

    yang tercatat dalam Economist Intelligence. Kebijakan e-Learning tersebut

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    17/31

    akan terangkum dalam Cetak Biru Peranan Teknologi Informasi dan

    Komunikasi dalam Tatanan Sistem Pendidikan Dasar dan Menengah

    Mengambil pelajaran dari negara lain seperti Taiwan, lembaga-lembaga

    tinggi negara mereka telah memberikan dukungan yang cukup besar dalam

    e-Learning. Hal tersebut dibuktikan dengan keberadaan The Office of e-Learning National Project dan Association of E-Learning. Salah satu

    permasalahan yang dihadapi institusi akademis di negara berkembang,

    khususnya negara yang memiliki jumlah populasi yang besar, area geografis

    yang luas, juga multietnis adalah ketidakseimbangan dalam menangani

    kegiatan akademik. Konsekuensi logisnya adalah ketidakseimbangan kualitas

    akademik dan selanjutnya akan mempengaruhi daya saing bangsa di era

    global.

    Urgensi penerapan e-learning di Indonesia juga terkait dengan keterbatasan

    akses pendidikan berkualitas dari sisi jumlah institusi pendidikan dan jumlah

    siswa, kecenderungan makin meningkatnya pengguna internet, kendala

    geografis, juga aspek long-life learning opportunity.

    Tujuan umum pembelajaran jarak jauh menggunakan e-Learning di Indonesia

    adalah agar tersedia akses belajar dan perbaikan kesamaan kesempatan

    belajar pada semua pembelajar. Selain itu juga untuk memperkuat dan

    memperdalam pengertian terhadap ilmu pengetahuan, memperluas

    cakrawala dan memperkaya keberagaman subjek pengetahuan, dan

    memperbaiki efektivitas proses belajar.

    Sebuah studi yang dilakukan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen

    Dikti ) RI (2003) menunjukkan bahwa sub sektor pendidikan tinggi terdiri dari

    82 perguruan tinggi negeri (PTN) dan lebih dari 2.236 perguruan tinggi swasta

    (PTS). PTN menampung 1 juta mahasiswa dan sekitar 2 juta mahasiswa

    berada di PTS. Bagian yang lebih kecil dari populasi mahasiswa, sekitar

    200.000 mahasiswa berada di perguruan tinggi agama dan institusi

    pendidikan professional. Tingkat partisipasi di pendidikan tinggi masih rendah

    (sekitar 12,8 %) dibandingkan dengan negara berkembang lainnya di lingkupregional, seperti Filipina (32%) dan Thailand (30%). Kendala-kendala :

    Manfaat IT di bidang pendidikan memang menggiurkan bagi kaum akademisi

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    18/31

    yang haus akan informasi, juga bagi mereka yang hendak memobilisasi

    bangsa Indonesia agar lebih maju lagi dalam bidang ini. Namun ada beberapa

    kendala di Indonesia yang menyebabkan IT dan Internet belum dapat

    digunakan seoptimal mungkin. Pemerintah memang masih perlu

    mempersiapkan banyak hal untuk ini.

    Salah satu kendala utamanya : kurangnya ketersediaan sumber daya manusia

    untuk melakukan proses transformasi teknologi, dan menyediakan

    infrastruktur telekomunikasi beserta perangkat hukumnya yang

    mengaturnya. Dalam hal perangkat hukumnya, yang menjadi pertanyaan

    dilematis adalah, “apakah infrastruktur hukum yang melandasi operasional

    pendidikan di Indonesia cukup memadai untuk menampung perkembangan

    baru berupa penerapan IT untuk pendidikan gaya baru ini?”, Sedangkan

    Cyberlaw yang menjadi senjata untuk menjerat pelaku kriminalitas di dunia

    maya tidak terdengar “kabarnya”. 

    Selain itu masih terdapat kekurangan pada hal pengadaan infrastruktur

    teknologi telekomunikasi, multimedia dan informasi yang merupakan

    prasyarat terselenggaranya IT untuk pendidikan sementara penetrasi

    komputer (PC) di Indonesia masih rendah. Biaya penggunaan jasatelekomunikasi juga masih mahal bahkan jaringan telepon masih belum

    tersedia di berbagai tempat di Indonesia. Untuk itu perlu dipikirkan akses ke

    Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah. Sementara itu tempat

    akses Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui fasilitas di kampus,

    sekolah, bahkan melalui warung Internet, free wifi hotspot. Hal ini tentunya

    diperhadapkan kembali kepada kesiapan pihak pemerintah maupun pihak

    swasta, yang pada akhirnya pemerintahlah yang memegang kunci

    keberhasilan penerapannya. Sebab pemerintah merupakan pihak yang dapat

    menciptakan iklim kebijakan dan regulasi yang kondusif bagi investasi swasta

    di bidang pendidikan. Namun sementara pemerintah sendiri masih demikian

    pelit untuk mengalokasikan dana untuk kebutuhan pendidikan. Saat ini baru

    Institut-institut pendidikan unggulan yang memiliki fasilitas untuk mengakses

     jaringan IT yang memadai. Padahal masih banyak institut-institut pendidikanlainnya yang belum diperlengkapi dengan fasilitas IT.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    19/31

    DUKUNGAN KEBIJAKAN, KEBUTUHAN UTAMA

    BAGI PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PADA

    PENDIDIKAN

    Saat ini penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam

     pendidikan di Indonesia belum dapat berlangsung secara optimal. Hal ini

    antara lain disebabkan karena pemerintah selaku regulator belum

    memiliki konsep yang jelas dalam merumuskannya. Penerapan TIK lebih

    dimaknai sebagai penyediaan sarana dan prasarana yang didistribusikan

    ke unit-unit pendidikan semacam perguruan tinggi atau sekolah.

    Berbagai sarana dan prasarana tersebut pada akhirnya hanya dapat

    dimanfaatkan seperlunya saja secara minimal sebagai akibat tidak

    diberdayakannya seluruh potensi. Tidak jarang terdengar banyaknya

    laboratorium komputer yang hanya digunakan saat extra-kurikuler komputer

    disekolah-sekolah. Pembelajaran melalui internet (web-based learning) yang

    telah tersedia di berbagai perguruan tinggi pun hingga saat ini masih tidak dapat

    digunakan secara optimal.

    Hal ini patut disayangkan karena pada umumnya infrastruktur TIK tersebut

    memiliki biaya penyediaan dan pemeliharaan yang cukup mahal. Sambungan

    internet kecepatan tinggi dengan menggunakan satelit ataupun JARDIKNAS di

    lingkungan pendidikan pun saat ini sebatas hanya digunakan untuk surfing di

    internet atau pendataan secara online.

    Pemerintah, terutama DEPDIKNAS, sebagai pihak yang memiliki tanggungjawab

    terbesar di dalam penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana TIK di

    lingkungan pendidikan saat ini, sebaiknya mengeluarkan berbagai kebijakan

    dalam menentukan peruntukan dari segenap infrastruktur TIK tersebut. Patut

    disayangkan pemerintah sendiri tampak belum siap dan belum memiliki konsep

    yang matang dalam menelurkan berbagai kebijakan tentang penerapan TIK di

    dunia pendidikan ini.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    20/31

     

    Gambar 1.

    Laboratorium Komputer di berbagai institusi pendidikan sering tidak

    termanfaatkan secara optimal

    Menurut Dr. Sheldon Shaeffer (Direktur UNESCO Bangkok), ada empat

    permasalahan utama yang menyebabkan pemerintah suatu negara tidak

    mampu mengeluarkan kebijakan yang tepat agar penggunaan TIK di lingkunganpendidikan dapat berlangsung secara optimal. Keempat faktor tersebut antara

    lain:

    1. 

    Kurangnya Perhatian Pembuat Kebijakan

    Pembuat kebijakan di bidang pendidikan seringkali beralasan bahwa mereka

    tidak perlu mengetahui segala program dan kegiatan hingga detail terkecil.

    Mereka cukup mempercayakan kepada para middle-manager atau tenaga ahliyang terpercaya agar program tersebut dapat berjalan dengan baik. Seringkali

    hal ini menyebabkan mereka mendapatkan masukan yang salah tentang kondisi

    dan realitas di lapangan. Selain itu pengetahuan dan pengalaman para

    pengambil kebijakan tersebut tidak akan berkembang tanpa keterlibatan secara

    langsung dalam berbagai program penerapan TIK.

    2. 

    Kurangnya Kemampuan dan Kapasitas Teknis Penyusunan Kebijakan TIK

    Kurangnya perhatian menyebabkan kemampuan dan kapasitas teknis penyusun

    kebijakan TIK di dunia pendidikan menjadi sangat terbatas. Di Indonesia saat ini

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    21/31

    banyak pejabat aktif di lingkungan pendidikan pada level pembuat kebijakan

    berusia antara 45-55 tahun. Tidak banyak di antara mereka yang memiliki

    pemahaman mendalam tentang TIK. Kebanyakan adalah orang awam yang

    memaknai TIK tidak lebih sebagai komputer dan internet. Jarang ada yang

    memiliki visi luas untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana TIK untuk proses

    pembelajaran atau meningkatkan taraf kesejahteraan peserta didik.

    Suatu ironi saat ini pelatihan-pelatihan TIK lebih banyak diikuti oleh tenaga ahli

    dengan latar belakang TIK yang kapasitasnya sudah sangat memadai dan bukan

    para pejabat pembuat kebijakan. Seharusnya pelatihan TIK justru harus diikuti

    dan diarahkan kepada para pejabat pembuat kebijakan tersebut. UNESCO

    misalnya, saat ini sangat aktif mengadakan berbagai workshop dan pelatihan TIK

    bagi para pembuat kebijakan pendidikan di negara-negara Asia Pasifik dan

    Afrika dalam rangka memberikan pemahaman akan pentingnya TIK pada dunia

    pendidikan.

    3. 

    Terlalu Kuatnya Aspek Politis

    Aspek politis menjadi salah satu kendala di negara seperti Indonesia di mana

    euforia demokrasi menyebabkan segala kebijakan menjadi sering terhambat.

    Seringkali keputusan untuk menerapkan TIK terhalang oleh keberatan dari

    berbagai pihak yang belum memahami manfaat TIK. Hal ini sering terjadi di DPR

    dan DPRD di mana para anggota dewan tidak memiliki pengetahuan yang cukup

    tentang TIK. TIK selalu dianggap kalah penting dibandingkan berbagai masalah

    yang lebih mendesak di masyarakat.

    Sebaliknya bagi mereka yang memahami TIK secara menyeluruh akan dapat

    memahami bahwa dengan TIK banyak permasalahan pendidikan yang dapat

    dijawab. Selain itu banyak pelaku politik yang merasa terganggu

    kepentingannya dengan TIK. Sebagai contoh program pemanfaatan TIK di

    pemerintahan semacam e-procurement yang terbuka dan transparan akan

    menghilangkan persetujuan-persetujuan di bawah tangan yang justru sering

    menjadi komoditas para pelaku politik di Indonesia.

    4. 

    Tidak optimalnya koordinasi antar lembaga pemerintah yang

    bertanggungjawab terhadap TIK.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    22/31

    Berbagai lembaga pemerintah saat ini mengembangkan TIK dalam versi mereka

    masing-masing. Sebagai contoh, pengalaman penulis yang sering bekerja

    membantu merencanakan program untuk lembaga pemerintah yang terstruktur

    dan memiliki garis perintah yang jelas semacam Departemen Pendidikan

    Nasional -> Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal ->

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Pusat Kurikulum, Pusat Teknologi dan

    Komunikasi, Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BPPNFI)

    pun ternyata masing-masing melakukan penerapan TIK yang seringkali tumpang

    tindih satu dengan lainnya.

    Seharusnya hal seperti ini tidak akan terjadi apabila pengambil kebijakan

    memahami TIK dan bisa memberikan petunjuk dan batasan yang jelas kepada

    para bawahannya untuk mencegah tumpang tindihnya program. Kondisi ini

    akan jauh lebih rumit pada instansi atau unit pendidikan yang tidak berada pada

    satu struktur. Seperti kita ketahui bahwa sejak otonomi daerah, DEPDIKNAS

    tidak lagi membawahi Dinas Pendidikan di tingkat provinsi atau kota/kabupaten.

    Dinas pendidikan menjadi lembaga yang berada di bawah pemerintah daerah

    setempat, termasuk di dalamnya adalah sekolah. Seringkali masing-masing

    pejabat di tingkat daerah tidak memiliki pemahaman yang mumpuni tentang TIK

    sehingga seringkali kebijakan yang dibuat tidak sesuai dengan kebutuhan TIK

    para pelaku pendidikan.

    Pada level apapun penerapan TIK tidak akan dapat optimal apabila dilakukan

    secara parsial atau sendiri-sendiri. Koordinasi antar lembaga yang

    bertanggungjawab dan memiliki kepentingan menjadi syarat mutlak

    keberhasilan penerapan TIK.

    Bagi para pengambil dan tim penyusun kebijakan di bidang pendidikan,

    terutama yang awam dengan TIK, akan sangat baik apabila mempelajari terlebih

    dahulu berbagai referensi tentang TIK di dunia pendidikan. Banyak cerita sukses

    dan kegagalan yang dapat dijadikan bahan pelajaran sebelum membuat

    berbagai produk kebijakan yang akan berdampak luas pada masyarakat.

    UNESCO Bangkok misalnya, sejak 2005 telah menyusun sebuah toolkit yangdapat membantu para pembuat kebijakan dalam merumuskan penerapan TIK di

    dunia pendidikan. Berbagai referensi tersebut dapat diakses melalui situs

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    23/31

    www.ictinedtoolkit.org  yang berisi toolkit di atas dan dilengkapi dengan

    berbagai referensi pendukungnya.

    Gambar 2. ICT in Education Toolkit (sumber UNESCO Bangkok)

    http://www.ictinedtoolkit.org/http://www.ictinedtoolkit.org/http://www.ictinedtoolkit.org/

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    24/31

    Pada dasarnya ada beberapa aktifitas yang perlu dilakukan oleh para pembuat

    kebijakan sebelum merumuskan suatu kebijakan tentang penerapan TIK,

    khususnya pada dunia pendidikan. Aktifitas tersebut antara lain:

    1. 

    Memetakan terlebih dahulu kemampuan negara/daerah dalam

    menerapkan TIK.

    Seringkali suatu teknologi tinggi diterapkan tanpa melihat kemampuan

    para calon penggunanya. Hal ini sering terjadi di negara-negara

    berkembang seperti Indonesia. Pemerintah pusat atau negara-negara

    donor biasanya memberikan bantuan dalam berbagai bentuk proyek dan

    sarana TIK. Patut disayangkan seringkali niat baik ini menjadi sia-sia akibat

    kurangnya kemampuan sumberdaya di negara/daerah untukmenggunakan berbagai teknologi tersebut. Meningkatkan prasarana dan

    sumberdaya yang siap menggunakan TIK jauh lebih penting daripada

    pengadaan sarana TIK itu sendiri.

    2. 

    Melakukan identifikasi permasalahan, analisis kebutuhan dan mencari

    berbagai peluang penerapan TIK pada dunia pendidikan.

    Sistem apapun yang berkaitan dengan TIK sebaiknya dimulai dari sebuahanalisis kebutuhan. Pada dunia sains pun berbagai riset adalah untuk

    menjawab berbagai permasalahan yang ada. Dengan kata lain seorang

    pembuat kebijakan harus memahami dulu permasalahan apa yang hendak

    dijawab dengan penerapan TIK. Jangan lagi menerapkan TIK hanya dalam

    paradigma proyek pengadaan seperti yang terjadi selama ini. Mencari dan

    merumuskan permasalahan dan mencari peluang penerapan TIK untuk

    menyelesaikannya akan lebih menjamin kesuksesan daripada membuat

    sebuah proyek prestisius tetapi tidak berangkat dari sebuah analisis

    kebutuhan.

    3. 

    Membuat sebuah master-plan atau road-map yang jelas tentang

    penerapan TIK di dunia pendidikan beserta rencana sumber dananya.

    Paradigma berpikir jangka pendek sering muncul di benak para pengambil

    kebijakan dalam menyusun berbagai program penerapan TIK. Hal ini tidak

    lepas dari kondisi politis Indonesia saat ini, di mana mutasi kepemimpinan

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    25/31

    berganti dengan sangat cepat. Selain itu seringkali tidak ada acuan yang

     jelas yang dapat dijadikan penuntun bagi para pembuat kebijakan

    tersebut. Saat ini kondisi mulai membaik karena hampir tiap institusi telah

    memiliki unit dan staf yang bisa membantu para pejabat dalam membuat

    sebuah master-plan penerapan TIK. Walaupun demikian kondisi ini pada

    umumnya hanya terjadi di pemerintah pusat atau unit pelaksana

    teknisnya. Sedangkan di level pemerintahan daerah belum banyak yang

    memiliki road-map semacam ini. Dengan memiliki road-map penerapan

    TIK di sebuah institusi tidak akan berubah-ubah setiap ada pergantian

    kepemimpinan karena setiap kebijakan yang dikeluarkan haruslah

    mengacu pada road-map tersebut.

    4. 

    Merancang berbagai program penerapan TIK sesuai road-map

    Setelah tersusunnya road-map langkah selanjutnya adalah menyusun

    berbagai program penerapan TIK tersebut agar dapat diaplikasikan dengan

    baik di berbagai institusi pendidikan. Program-program tersebut dibuat

    untuk mencapai berbagai milestone pada road-map yang menjadi

    pedoman bagi penyusunan program tersebut. Fase ini pun perlu

    mendapat perhatian khusus dari para pengambil kebijakan karenaseringkali program-program TIK yang diterapkan di Indonesia tidak sesuai

    dengan kepentingan publik. Jika program penerapan TIK ditujukan

    mencapai peningkatan kualitas dan perluasan akses pendidikan maka

    program yang disusun pun diarahkan sebagai pendayagunaan TIK yang

    dapat mencapai tujuan tersebut. Berbagai program tersebut akan dapat

    lebih optimal dalam penyusunannya apabila pengambil kebijakan memiliki

    latar belakang dan pengalaman dalam manajemen proyek-proyek TIK.

    5.  Mempersiapkan pendanaan, sumberdaya manusia dan prasarana

    Setelah program disusun dengan perencanaan yang baik dan terinci

    langkah selanjutnya adalah mencari dukungan pendanaan. Meskipun

    kadangkala dukungan dana ini sudah tersedia dari APBN/APBD namun

    seringkali seorang pengambil kebijakan juga harus pintar mencari sumberdana lain dalam mengembangkan berbagai program TIK. Sumber dana lain

    tersebut dapat berasal dari perusahaan swasta yang peduli dengan

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    26/31

    pengembangan TIK di pendidikan lewat berbagai program Corporate Social

    Responsibility (CSR). Dapat juga melalui berbagai lembaga donor luar

    negeri.

    Aspek sumberdaya manusia selalu menjadi fokus utama bagi berbagai

    program pendidikan. Tidak mudah mencari tenaga ahli TIK yangmempunyai karakteristik sebagai pendidik atau tenaga kependidikan.

    Demikian pula sedikit sekali tenaga pendidik dan kependidikan yang

    memiliki pemahaman baik tentang TIK. Banyak guru dan tutor ataupun

    staf tata usaha di berbagai lembaga pendidikan yang masih sangat awam

    dengan TIK. Padahal mereka adalah calon pengguna sistem yang dirancang

    lewat berbagai program di atas. Dari kondisi yang umum tersebut tampak

    bahwa dalam mempersiapkan sumberdaya manusia perlu dirancang

    secara cermat dan sesuai dengan kebutuhan sistem. Dalam pengalaman

    penulis sendiri lebih mudah untuk memberikan berbagai bekal sebagai

    pendidik atau tenaga kependidikan kepada para ahli TIK yang saat ini

     jumlahnya semakin banyak. Cara ini lebih efektif dan cepat daripada

    memaksakan para pendidik dan tenaga kependidikan untuk mulai

    mempelajari TIK.

    Prasarana pendukung seringkali terlupakan dalam menyusun program

    penerapan TIK. Seringkali sekolah ataupun institusi pendidikan lainnya

    kebingungan saat diminta mempersiapkan ruangan atau kebutuhan teknis

    lainnya saat hendak menerima hibah perlengkapan ataupun program-

    program penerapan TIK. Seorang pembuat kebijakan sejak awal

    hendaknya telah menyusun kebutuhan minimal dari penerapan sistem di

    sebuah lembaga. Dengan pedoman dan spesifikasi teknis yang jelas dan

    detail maka institusi pendidikan yang menjadi subyek program penerapan

    TIK dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik.

    6. 

    Mempersiapkan konten pendidikan

    Ditinjau dari kualitas teknis, sarana, dan dukungan sumberdaya manusia

    pada bidang TIK, Indonesia berada pada kondisi yang cukupmembanggakan di antara negara-negara Asia Tenggara. Meskipun masih

    harus bersaing ketat dengan Malaysia dan Thailand dan tertinggal dari

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    27/31

    Singapura tetapi dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lain kuantitas

    dan kualitas penerapan TIK pada dunia pendidikan di Indonesia sudah

    sangat baik. Walaupun demikian salah satu kelemahan yang paling

    mencolok adalah kurangnya konten pembelajaran.

    Kita seringkali mengukur indikator keberhasilan penerapan TIK hanyadengan tersedianya sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia yang

    berkualitas. Patut diingat di dunia pendidikan satu aspek penting lainnya

    yang harus disediakan adalah konten pembelajaran yang memadai. Guru

    yang menguasai TIK dan komputer generasi terbaru pun tidak akan banyak

    membantu peserta didik apabila tidak disertai konten yang memadai. Saat

    ini industri konten pembelajaran belum berkembang di Indonesia padahal

    peluang sangat terbuka apalagi dengan semakin mahalnya harga kertas

    sebagai bahan baku utama bahan belajar cetak semacam buku. Industri

    konten pembelajaran bukanlah industri yang membutuhkan modal besar

    karena termasuk di dalam industri kreatif. Dengan dukungan secara

    sistematis dari pemerintah seharusnya industri semacam ini dapat

    berkebang pesat.

    7. 

    Membuat regulasi dan kebijakan untuk mengoptimalkan fungsi TIK

    Dengan segala perencanaan dan penyediaan tersebut perlu sebuah

    stimulan lain yang dapat mempercepat penerapan TIK. Para pembuat

    kebijakan mempunyai tanggungjawab untuk merumuskan berbagai

    regulasi untuk mendorong percepatan penerapan TIK. Seringkali

    penerapan TIK tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa suatu

    ”paksaan” berupa peraturan yang tegas dan bersifat mengikat. 

    8. 

    Melakukan pendampingan, monitoring dan evaluasi secara komprehensif

    Segala program penerapan TIK tersebut tidak dapat dilepaskan begitu saja

    kepada institusi pendidikan untuk menjalankannya. Pembuat kebijakan

    harus pula merumuskan berbagai program pendampingan, monitoring dan

    evaluasi (monev) untuk menjamin keberhasilan program. Dengan adanya

    pendampingan dan monev maka segala masalah dapat diminimalkan

    sekaligus menjamin kualitas program. Pendampingan dan monev berguna

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    28/31

    pula untuk mencegah berbagai penyelewengan yang kadang terjadi pada

    berbagai proyek penerapan TIK di Indonesia.

    REFERENSI

    Sheldon, Shaeffer. ”Policy: The Next Frontier for ICT in Education”,

    Microsoft FUTURES Vol 3 Issue 2, 2008

    Haddad, Wadi D. “ICTs for Education: Reference Handbook”,ICT -in-

    Education Toolkit, 2005

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    29/31

    E-Learning

    Sekilas perlu kita pahami ulang apa e-Learning itu sebenarnya.

    E-Learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yangmemanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer dan/atau Internet. E-

    Learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat

    mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti

    pelajaran/perkuliahan di kelas. E-Learning sering pula dipahami sebagai suatu

    bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan

    lokal atau internet. Sebenarnya materi e-Learning tidak harus didistribusikan

    secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-

    line menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-Learning. Dalam hal ini

    aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan

    melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD

    tersebut dan belajar di tempat di mana dia berada.

    Ada beberapa pengertian berkaitan dengan e-Learning sebagai berikut :

    1. 

    Pembelajaran jarak jauh.

    E-Learning memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus

    secara fisik menghadiri kelas. Pembelajar bisa berada di Semarang,

    sementara “instruktur” dan pelajaran yang diikuti berada di tempat lain, di

    kota lain bahkan di negara lain. Interaksi bisa dijalankan secara on-line dan

    real-time ataupun secara off-line atau archieved.

    Pembelajar belajar dari komputer di kantor ataupun di rumah dengan

    memanfaatkan koneksi jaringan lokal ataupun jaringan Internet ataupun

    menggunakan media CD/DVD yang telah disiapkan. Materi belajar dikelola

    oleh sebuah pusat penyedia materi di kampus/universitas, atau

    perusahaan penyedia content tertentu. Pembelajar bisa mengatur sendiri

    waktu belajar, dan tempat dari mana ia mengakses pelajaran.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    30/31

    2. 

    Pembelajaran dengan perangkat komputer

    E-Learning disampaikan dengan memanfaatkan perangkat komputer. Pada

    umumnya perangkat dilengkapi perangkat multimedia, dengan cd drive

    dan koneksi Internet ataupun Intranet lokal. Dengan memiliki komputer

    yang terkoneksi dengan intranet ataupun Internet, pembelajar dapatberpartisipasi dalam e-Learning. Jumlah pembelajar yang bisa ikut

    berpartisipasi tidak dibatasi dengan kapasitas kelas. Materi pelajaran

    dapat diketengahkan dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan

    kelas konvensional yang tergantung pada kondisi dari pengajar.

    3. 

    Pembelajaran formal vs informal

    E-Learning bisa mencakup pembelajaran secara formal maupun informal.

    E-Learning secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan

    kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun

    berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-

    Learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya

    tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada

    karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas

    dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang

    memang bergerak di bidang penyediaan jasa e-Learning untuk umum.

    E-Learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih

    sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website

    pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa,

    program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas

    (biasanya tanpa memungut biaya).

    4. 

    Pembelajaran yang ditunjang oleh para ahli di bidang masing-masing.

    Walaupun sepertinya e-Learning diberikan hanya melalui perangkat

    komputer, e-Learning ternyata disiapkan, ditunjang, dikelola oleh tim yang

    terdiri dari para ahli di bidang masing-masing, yaitu :

  • 8/18/2019 Pemanfaatan ICT di Tingkat Daerah.pdf

    31/31

    a) 

    Subject Matter Expert (SME) atau nara sumber dari pelatihan yang

    disampaikan

    b) 

    Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis mendesain

    materi dari SME menjadi materi e-Learning dengan memasukkan unsur

    metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih mudah

    dan lebih menarik untuk dipelajari

    c) 

    Graphic Designer (GD), mengubah materi text menjadi bentuk grafis

    dengan gambar, warna,dan layout yang enak dipandang, efektif dan

    menarik untuk dipelajari

    d) 

    Ahli bidang Learning Management System (LMS). Mengelola sistem di

    website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan

    siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya.