pemanfaatan energi terbarukan dalam peningkatan nilai web viewjika kolom ini tidak dibuat dengan...
TRANSCRIPT
Community Development Competition ITB FAIR 2010
PEMANFAATAN ENERGI TERBARUKAN DALAM PENINGKATAN
NILAI JUAL PRODUK OLAHAN HASIL LAUTLocal Action Pemberdayaan Masyarakat Pesisir di Pantai Gesing, Gunungkidul,
Yogyakarta
Oleh :
Genisa Azmi Ghafery Teknik Mesin 13106086
Wisnugraha Adikaputra S Teknik Tenaga Listrik 13206168
Faisal Dwiyana Purnawarman Teknik Kelautan 15508045
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2010
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Abstrak
Masyarakat nelayan pesisir pantai Gunungkidul, Yogyakarta, selama ini banyak yang masih belum tersentuh listrik. Khusus di Pantai Gesing, pantai dengan unit Tempat Pelelangan Ikan (TPI), sangat ironis apabila kondisinya tanpa listrik mengingat potensi TPI sebagai pusat perdagangan ikan sebelum dijual ke pasar. Apabila hanya mengandalkan listrik dari PLN yang belum ada, akan sangat sulit terealisasi, dan apabila sudah terealisasi, hanya akan menambah beban biaya bagi nelayan, karena sudah terbebani oleh biaya bahan bakar untuk melaut. Sedangkan penghasilan dari hasil melaut sangat minim, karena harga ditentukan oleh tengkulak dan ikan tidak dapat diolah agar menjadi lebih awet karena tidak adanya listrik yang menunjang proses tersebut. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat, dibuatlah pembangkit listrik mikro berbasis teknologi renewable energy memanfaatkan ombak besar dan potensial di pantai tersebut. Pembangkit listrik tersebut memanfaatkan tenaga ombak yang besar di Pantai Gesing dengan metode Oscillating Water Column yang pernah diujikan di pantai Baron, Gunungkidul, Yogyakarta. Dengan pembangkit listrik tersebut, didapat listrik rata-rata 10 kiloWatt, yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik kampung nelayan yang terdiri dari 50 rumah tersebut. Selain untuk penerangan, listrik tersebut dapat digunakan masyarakat untuk memompa air bersih dan mengolah hasil laut ikan, membuat produk-produk jadi yang dapat meningkatkan nilai jual ikan hasil tangkapan, sehingga dapat menyejahterakan kahidupan masyarakat pesisir pantai Gunungkidul, terutama masyarakat Pantai Gesing.
Institut Teknologi Bandung Page 1
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Latar Belakang
Pantai selatan Pulau Jawa, terkenal dengan ombak yang besar dan tinggi. Selama ini,
ombak yang besar dan tinggi tersebut dianggap merugikan dan kurang bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Pikiran seperti itu muncul, dikarenakan pantai dengan ombak tinggi
dan besar kurang bisa dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan perikanan. Anggapan
tersebut wajar, karena saat ombak tinggi dan besar, berarti nelayan tidak dapat melaut
dan memperoleh ikan dan hasil laut. Setelah penelitian dan pengembangan mendalam
selama berpuluh - puluh tahun di bidang energi alternatif, ternyata ditemukan bahwa
ombak dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan dan berpotensi sangat besar
di Indonesia karena garis pantai di Indonesia sangat panjang. Dari penelitian tersebut
juga ditemukan bahwa semakin besar ombak, maka semakin besar pula energi listrik
yang didapat karena memanfaatkan energi dari ombak tersebut. Penelitian yang
dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ( BPPT ) Daerah Istimewa
Yogyakarta juga telah mengujicobakan pembangkit listrik tenaga ombak ( PLTO ) di
Pantai Parangracuk, Baron di Gunungkidul, Yogyakarta. Pembangkit listrik tersebut
menghasilkan daya sebesar 500 kW yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga, kebutuhan air, penerangan rumah dan jalan, bahkan industri kecil menengah di
perkampungan nelayan pesisir pantai.
Pantai di Gunungkidul, Yogyakarta, pantai dengan pemandangan yang masih alami,
indah, dan bersih selama ini terkenal dengan hasil lautnya yang melimpah. Ikan yang
dipasok dari kawasan pantai daerah ini yang selama ini menjadi sumber hasil laut utama
dari makanan laut di Yogyakarta, selain dari pantai di Bantul dan Kulonprogo. Pantai -
pantai di daerah ini, selain dikenal sebagai penghasil hasil laut yang melimpah, juga
dikenal sebagai tempat wisata pantai dan bahari yang terkenal karena masih alami,
walaupun beberapa pantai terletak jauh dari pusat keramaian, akses sulit, dan bahkan
beberapa masih minim aliran listrik. Karena daya tariknya tersebut, banyak masyarakat,
terutama warga transmigran lokal, menjadikan pantai - pantai tersebut sebagai sumber
mata pencaharian walaupun masih banyak hambatan, kekurangan, dan kurang perhatian
pemerintah setempat. Mereka tetap bertahan walaupun dengan kondisi seperti itu, karena
Institut Teknologi Bandung Page 2
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
mereka yakin kebutuhan hidup mereka terpenuhi dengan mengandalkan hasil laut dengan
menjadi nelayan walaupun hasilnya hanya cukup untuk kehidupan sehari - hari.
Beban hidup nelayan yang tinggi tersebut yang membuat hidup para nelayan kurang
sejahtera. Biaya bahan bakar yang semakin lama semakin naik membuat keuntungan
yang didapat dari hasil melaut semakin menipis. Padahal harga penjualan kadang tidak
menentu tergantung hasil melaut yang kadang-kadang pun tidak banyak karena musim
paceklik. Sementara saat masa panen, harga pun cenderung turun karena banyaknya ikan
di pasaran. Harga - harga tersebut terkadang juga ditentukan oleh para tengkulak,
sehingga para nelayan tidak bisa berbuat banyak karena ikan tetap harus dijual hari itu
juga agar ikan tidak membusuk. Para nelayan tidak mempunyai mesin pendingin yang
membuat ikan awet. Nelayan juga tidak terbiasa mengolah hasil laut lebih lanjut untuk
meningkatkan nilai jual. Mereka kurang mempunyai modal dan pengetahuan yang cukup
untuk mengolah hasil laut. Padahal apabila nelayan mengolah hasil laut lebih lanjut,
tentunya pendapatan nelayan akan meningkat, dan kesejahteraan masyarakat nelayan
akan meningkat.
Pantai Gesing, Gunungkidul, Yogyakarta, adalah salah satu contoh pantai potensial di
Gunungkidul dengan masyarakat nelayan cukup besar. Kondisi alamnya yang meliputi
pantai landai berpasir yang lebar dengan ombak kecil cocok untuk pandaratan perahu
nelayan. Di kiri kanannya terdapat tebing - tebing rendah dengan ombak besar yang
belum pecah berpotensi untuk dijadikan pembangkit listrik tenaga ombak. Di pantai
tersebut TPI cukup besar yang menampung ikan lebih dari 2 ton perhari dari para nelayan
di pantai tersebut. Sayangnya, daerah pantai tersebut belum teraliri listrik yang cukup,
hanya mengandalkan unit pembangkit listrik tenaga surya ( solar cell ) yang kecil dan
hanya mampu menerangi beberapa lampu saja. Karena itulah tidak semua masyarakat
nelayan di Pantai Gesing dapat menikmati listrik. Dengan potensi tebing rendah
berombak besar dan kondisi kekurangan listrik, merupakan kesempatan besar untuk
memanfaatkan jenis energi terbarukan yaitu pembangkit listrik tenaga ombak untuk
mengatasi kekurangan listrik. Dengan adanya pembangkit listrik tersebut, warga dapat
menggunakan listrik gratis tersebut untuk penerangan dan memompa air. Bahkan di siang
hari, energi listrik tersebut nantinya dapat digunakan untuk usaha kecil dan rumahan,
Institut Teknologi Bandung Page 3
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
mengolah hasil laut untuk meningkatkan nilai jual yang dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan Pantai Gesing,
Gunungkidul, Yogyakarta ini.
Institut Teknologi Bandung Page 4
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Perumusan Masalah
Bagaimana memanfaatkan potensi ombak Pantai Gesing Kabupaten Gunungkidul
untuk masyarakat pesisir?
Bagaimana cara mengatasi masalah kurangnya listrik Pantai Gesing Kabupaten
Gunungkidul?
Bagaimana meningkatkan nilai jual ikan dengan cara membuat produk olahan hasil
laut?
Bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir Pantai Gesing di
Kabupaten Gunungkidul?
Institut Teknologi Bandung Page 5
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Tujuan
Memanfaatkan potensi ombak di Pantai Gesing, Gunungkidul, Yogyakarta.
Memberikan jaringan listrik yang mencukupi untuk masyarakat nelayan Pantai
Gesing, Gunungkidul, Yogyakarta.
Menggerakkan nelayan untuk meningkatkan nilai jual produk olahan ikan dan hasil
laut lainnya.
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Pantai Gesing, Gunungkidul,
Yogyakarta.
Institut Teknologi Bandung Page 6
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Harapan
Potensi ombak di Pantai Gesing, Gunungkidul, Yogyakarta dapat dimanfaatkan.
Jaringan listrik untuk masyarakat nelayan Pantai Gesing, Gunungkidul, Yogyakarta dapat
tercukupi .
Nelayan dapat meningkatkan nilai jual produk olahan ikan dan hasil laut lainnya.
Kesejahteraan masyarakat di Pantai Gesing, Gunungkidul, Yogyakarta dapat meningkat.
Institut Teknologi Bandung Page 7
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Manfaat
Mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan di Pantai Gesing, serta
karakteristik Pantai Gesing, Yogyakarta yang dapat digunakan dalam
pengembangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan di Pantai
Gesing, Gunungkidul, Yogyakarta melalui kontribusi hasil tangkapan ikan.
Menyajikan informasi dan mengaplikasikan ilmu yang didapat dari kuliah, yaitu
tentang bidang kelautan, energi, dan mesin produksi, serta mencari solusi akan
permasalahan atau faktor penghambat kemajuan masyarakat nelayan dan daerah
Pantai Gesing, Gunungkidul, Yogyakarta.
Institut Teknologi Bandung Page 8
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Gambaran Umum Masyarakat / Analisis Daerah dan Kondisi
Masyarakat
Kondisi Geografis Pantai Gesing
Pantai Gesing terletak di Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta secara geografis terletak antara 80 5’53” BS dan 1100 27’23” BT. Untuk
mencapai lokasi Pantai Gesing pengunjung akan melewati jalan aspal yang banyak lubang di
sela-sela perbukitan karang. Konon dahulu wilayah Gunungkidul merupakan dasar laut yang
terangkat oleh pergerakan kulit bumi. Selama beratus-ratus tahun dasar laut yang terangkat ini
mengalami proses pelapukan akhirnya terbentuk tanah sehingga tumbuh-tumbuhan kecil dapat
hidup, kemudian proses itu berlanjut sehingga menjadi suatu evolusi dari perbukitan karang
menjadi hutan seperti sekarang ini. Lokasi Pantai Gesing cukup jauh dari kota yaitu sekitar
empat jam menggunakan bus angkutan perkotaan, sehari-hari kendaraan yang digunakan sebagai
sarana transportasi yaitu motor dan truk atau kendaraan pengangkut hasil tangkapan ikan.
Sepeti jenis pantai lain yang terletak di kabupaten Gunungkidul Pantai Gesing memiliki pesona
alam yang sangat indah dengan banyak perbukitan karang dan pasir putih. Pantai Gesing
merupakan pantai tetutup, berbentuk teluk dengan pasang surut yang terjadi type diurnal satu
kali pasang dan satu kali surut, luas pantai yang berbentuk teluk ini hanya sekitar 200 meter.
(Anonim, 2009b)
Pantai Gesing merupakan daerah tujuan transmigran lokal maupun nelayan dari daerah lain
yang bergabung dengan nelayan di pantai ini. Keadaan Pantai Gesing saat ini masih sangat alami
hal ini karena letak pantai yang jauh dari akses umum, sarana dan prasarana yang tersedia pun
masih belum memadai seperti listrik yang belum mencukupi untuk kebutuhan selama 24 jam
sehari. Sehari-hari penduduk Pantai Gesing menggunakan listrik dari tenaga angin dan tenaga
surya (solar cell).
Institut Teknologi Bandung Page 9
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Gambar 1. TPI Pantai Gesing, Gunungkidul
Sumber Daya Alam
Sebagai Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pantai Gesing, Kecamatan Panggang, Kabupaten
Gunungkidul, memang cukup ideal dan strategis karena dekat dengan Yogyakarta. Apalagi
pantai tersebut cukup banyak menghasilkan udang jenis lobster dan keong (siput) serta kerang
berkualitas tinggi, hanya sayangnya jalan menuju tempat tersebut masih sulit karena belum
beraspal. Namun sebagai tempat pelelangan ikan pantai itu memang menghasilkan berbagai jenis
ikan berkualitas tinggi. Terbukti, hasil penangkapan ikan mulai dari jenis ikan laut sampai udang
dan siput sangat diminati di berbagai negara maju baik Eropa maupun negara-negara di Asia
seperti Taiwan, Jepang, Hongkong dan Korea. Tetapi karena sarana dan prasarana di daerah itu
kurang mencukupi, sehingga nelayan di tempat itu kurang bisa menangkap ikan di pantai selatan
tersebut secara maksimal. Kalau pun berhasil menangkap ikan yang jumlahnya cukup banyak,
mereka kesulitan untuk mengirim hasil tangkapannya.(Anonim, 2006).
Disamping itu, tidak adanya media penyimpanan (mesin pendingin) menyebabkan ikan harus
segera dijual pada tengkulak (karena ikan akan tampak pucat jika tidak disimpan pada mesin
pendingin). Kondisi ini menyebabkan ikan harus segera dijual oleh nelayan dan dibeli oleh
tengkulak dengan harga yang murah. Oleh karenanya keuntungan yang dihasilkan oleh para
nelayan tidak maksimum.
Institut Teknologi Bandung Page 10
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Jenis-jenis ikan hasil tangkapan yang ditemui di Pantai Gesing ini antara lain: lobster, bawal, hiu,
kepiting, layur, pari, kakap, tengiri, gatho, gerok, jahan, kembung, jerbun, lendra, keong, dan
ikan campur.
Berdasarkan data produksi perikanan tangkap TPI Arghamina yang terletak Pantai Gesing dalam
kurun waktu tiga bulan terakhir terhitung dari Januari hingga Maret 2009 mengalami fluktuasi,
hal ini karena produksi penangkapan sangat dipengaruhi oleh musim. Bulan Januari jumlah hasil
tangkapan yang tertinggi yaitu bawal (12.744,70), bawal merupakan ikan yang sangat diminati
oleh konsumen terutama sebagai komoditas ekspor. Selain itu, komoditas ekspor lain yang
diperoleh adalah kepiting, keong, dan lobster. Namun, pada bulan Januari hasil tangkapan untuk
kedua jenis ini sedikit sekali(kepiting/1,00, lobster/2,70). Untuk ikan layur pada bulan Januari
hasil tangkapan masih cukup banyak(1.839,80).
Pada bulan Februari asil tangkapan sedikit menurun dari bulan sebelumnya (bawal/845,45,
loster/13,25) namun untuk komoditas keong mulai banyak tertangkap pada bulan ini(233,00).
Untuk bulan Maret lobster mengalami peningkatan jumlahnya yang tertangkap diikuti oleh
keong yang merupakan ciri khas Pantai Gesing (397,00).
Ketimbang menangkap ikan, para nelayan di Pantai Gesing, Desa Girikarto, Kecamatan
Panggang, Kabupaten Gunungkidul, saat ini lebih tertarik menangkap keong yang diekspor ke
Taiwan. Harga jual keong kembali naik 20 persen pascagempa lalu sehingga dianggap lebih
menguntungkan.
Nelayan setempat bekerja sama dengan eksportir keong yang setiap hari datang membeli seluruh
hasil tangkapan mereka, berapa pun jumlahnya. Dalam sehari, sekitar dua hingga tiga kuintal
keong terjual habis. Harga keong kini menjadi Rp 12.000 per kilogram, atau naik dari dua bulan
lalu yang masih Rp 10.000 per kilogram, dan dari tahun lalu Rp 6.000 per kilogram.
Selain kenaikan harga keong yang selalu menyesuaikan dengan kondisi ekonomi, pihak eksportir
juga telah menyediakan jaring khusus keong, bintur, secara gratis untuk memudahkan
operasional nelayan. Sejak naiknya kembali harga keong, nelayan cenderung lebih tertarik
menangkap keong di dekat kawasan suwangan atau muara Pantai Samas, Bantul.
Institut Teknologi Bandung Page 11
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Proses Produksi
Warga Pantai Gesing mulai menjadi nelayan sejak tahun 2003. Selain dari warga asli banyak
juga nelayan dari daerah lain yang ikut menangkap ikan di kawasan Pantai Gesing. Sarana dan
prasarana yang diperlukan untuk berangkat melaut adalah kapal/perahu jangkung, alat tangkap,
perbekalan dan bahan bakar solar. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan
tergantung dari musim ikan, misalnya pada musim bawal nelayan akan membawa jarring bawal,
pada musim keong akan membawa plintur dan pada musim udang akan membawa krendet, dll.
Pada bulan April, ombak pantai sedang tinggi sehingga nelayan jarang melaut akibatnya
penghasilan mereka di minggu terakhir bulan april menjadi menurun. Banyak kendala yang
dihadapi oleh nelayan untuk melaut yaitu kendala alam, manusia dan modal. Kendala alam
berupa ombak yang besar dan cuaca yang tidak mendukung. Kendala manusia adalah rasa malas
yang sering menjangkiti nelayan Pantai Gesing. Kendala modal berupa terbatasnya biaya yang
dimiliki untuk melaut, seperti mahalnya harga kapal dan mesin, bahan bakar yang mahal.
Pada umumnya, nelayan pantai mulai persiapan berangkat melaut pukul 03.00 WIB dan sekitar
pukul 04.00 WIB mulai berangkat. Para nelayan mengarungi birunya lautan, menantang ombak
rata-rata selama 8-10 jam. Mereka melaut sejauh ± 2 mil, dan akan mulai kembali ke darat pada
sekitar pukul 13.00 WIB. Pada saat nelayan kembali, sudah ada pagug yaitu orang yang
membantu mengangkat kapal. Setibanya di darat, hasil tangkapan dibongkar, mesin diturunkan
dan kapal diangkat ke darat. Hasil tangkapan yang diperoleh kemudian ditimbang di TPI dan
ikan hasil tangkapan langsung diangkut oleh para bakul ikan
Penerimaan-Biaya-Pendapatan
Penerimaan dari hasil tangkapan dipotong 5% untuk masuk ke TPI. Kemudian sisanya dibagi
adil dengan juragan. Nelayan membagi rata lagi penghasilannya untuk tekong dan ABK. Jadi,
sistem bagi hasil antara nelayan dan juragan adalah sama rata.
Penarikan uang retribusi tempat pelelangan ikan diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Gunungkidul Nomor 5 Tahun 2007. Retribusi sebesar 5% yang masuk ke TPI “UPT Arghamina”
akan diserahkan ke daerah sebagai PAD (Pendapatan Asli Daerah). Selain nelayan yang
Institut Teknologi Bandung Page 12
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
menyetor uang retribusi, para bakul ikan juga harus membayar retribusi sebesar 3%. Uang
retribusi 3% akan kembali ke nelayan melalui koperasi.
Organisasi ekonomi yang ada di Pantai Gesing adalah Koperasi Nelayan Gesing Mandiri, dusun
Panjolomulyo. Koperasi ini berdiri pada 17 Oktober 2003. Koperasi nelayan tersebut bersifat
simpan-pinjam. Awal mula berdirinya koperasi adalah adanya LSM pembinaan koperasi,
anggota yang menghendaki adanya koperasi. Koperasi Nelayan Gesing Mandiri telah berbadan
hukum dan diberi modal dari pemerintah sebesar Rp 110.750.000,00. Koperasi ini didirikan juga
untuk menjembatani bantuan dari pemerintah yang diberikan kepada nelayan, agar bantuan
tersebut dapat tersalurkan dengan baik. Anggota koperasi harus membayar simpanan pokok
sebesar Rp 25.000,00 dan simpanan wajib sebesar Rp 5.000,00 per bulan.
Adapun pengurus Koperasi Nelayan Gesing Mandiri adalah sebagai berikut :
1. Ketua : Sumardiutomo
2. Sekretaris : Budi Santoso
3. Bendahara : Waladi
4. Badan Pemeriksa
Ketua : Aris Sargiyono
Anggota : Tardi Utomo
5. Karyawan : 1. Sutarto
2. Taryadi
3. Sartini
4. Sukamto
Anggota tetap ada 77 orang.
Peranan dari koperasi nelayan ini adalah membantu nelayan pada musim paceklik, karena pada
musim inilah mereka tidak dapat melaut sehingga tidak mempunyai penghasilan. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mereka meminjam ke koperasi. Sebelum ada koperasi,
jika mengalami kesulitan di musim paceklik nelayan akan lari ke juragan. Modal koperasi
berasal dari pemerintah dan juga uang retribusi sebesar 3% dari TPI. Retribusi 3% tersebut
kemudian dikonversiakan menjadi 100% dan digunakan dimanfaatkan sebagai modal koperasi.
Institut Teknologi Bandung Page 13
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Sebanyak 20% dana bencana, 20% untuk nelayan, 20% untuk umum, 30% tabungan wajib dan
10% untuk keperluan adat. Koperasi ini hanya diperuntukkan bagi nelayan tetap saja, sedangkan
nelayan andon tidak mempunyai hak menjadi anggota koperasi. Menurut para pengurus, koperasi
nelayan ini masih kurang dalam mensejahterakan nelayan karena keterbatasan modal.
Nelayan yang ingin meminjam uang ke koperasi dapat dilayani setiap hari Senin dan Kamis.
Peminjaman di bawah Rp 500.000,00 tidak perlu menggunakan agunan tetapi di atas Rp
500.000,00 perlu adanya agunan misalnya BPKB. Bunga yang diberikan kepada peminjam
adalah sebesar 1,5% sedangkan untukn anggota dari luar sebesar 2%. Syarat pengajuan
peminjaman yaitu mengisi surat pengajuan peminjaman, KTP, jaminan/agunan dan biaya
adsministrasi sebesar Rp 20.000,00 per juta.
Profesi sebagai nelayan adalah musiman, di mana musim ikan mereka akan mendapatkan
tangkapan yang berlimpah dan tentunya juga uang yang cukup. Tetapi sebaliknya pada musim
paceklik, mereka tidak akan melaut karena tidak ada ikan yang ditangkap sehingga penghasilan
pun menjadi berkurang bahkan tidak ada pemasukan. Rata-rata penghasilan nelayan sebesar Rp
2,4-2,5 juta per bulan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendapatan nelayan itu tidak tentu
tergantung dari musim ikan.
Tingkat Kesejahteraan
Berdasarkan kondisi ekonomi, kesejahteraan masyarakat nelayan Pantai Gesing tergolong cukup.
Hal itu terlihat dari kemampuan dari tiap nelayan untuk memiliki kapal beserta mesin dan alat
tangkap yang bermacam-macam. Saat ini harga satu kapal jakung sudah mencapai Rp 8 juta
untuk ukuran 95-105 cm dan mesin kapal motor temple merk Yamaha seharga Rp 19 juta. Jadi,
untuk menjadi nelayan dibutuhkan banyak modal, dan modal inilah yang sering menghambat
perkembangan nelayan.
Kesejahteraan yang cukup namun belum didukung dengan listrik dan air bersih. Listrik belum
berhasil masuk di kawasan Pantai Gesing. Para nelayan hanya memanfaatkan tenaga surya yang
ditangkap oleh panel-panel yang ada di setiap rumah dan juga kincir angin yang hanya cukup
untuk menghidupkan lampu. Guna mengatasi hal tersebut, pemerintah sedang mengupayakan
bersama PLN agar paga tahun 2009 listrik dapat masuk Pantai Gesing dan mengupayakan
Institut Teknologi Bandung Page 14
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
program penyulingan air laut menjadi air tawar. Pemerintah juga sedang memjalankan program-
program pengembangan Pantai Gesing diantaranya, penyulingan air laut, pembenahan kapal
masuk-kapal keluar agar kapal 10 GT dapat masuk untuk mengirim bahan bakar, dan adanya
peningkatan SDM dengan pendidikan dan pelatihan-pelatihan bagi nelayan.
Semakin berkembangnya Pantai Gesing, Desa Girikarto, Kecamatan Panggang dibutuhkan
prasarana yang bisa mendukung kawasan tersebut menjadi pusat pendaratan perahu nelayan juga
tempat wisata. Kawasan yang baru berkembang sejak 7 tahun silam sangat membutuhkan listrik
PLN lantaran listrik dengan tenaga surya belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
khususnya para nelayan. Para nelayan lokal dan pendatang masih mengeluhkan minimnya sarana
listrik yang ada. Listrik tenaga surya yang ada hanya bisa untuk menghidupkan 1 lampu dengan
kapasitas 10 watt dan hanya mampu sampai pukul 01.00. Itu pun jika siang hari sebelumnya
cuaca terang dan panas matahari maksimal. Namun jika cuaca mendung, tidak bisa menyimpan
strum sehingga listrik hanya bisa hidup paling lama sampai pukul 23.00.
Aktivitas Wanita Nelayan
Wanita nelayan yang ada di kawasan Pantai Gesing, tidak terlalu banyak. Setiap harinya mereka
hanya sebagai ibu rumah tangga, karena tidak ada kegiatan sampingan, misalnya mengolah ikan
rucah hasil tangkapan. Hanya sebagian kecil saja yang membuka warung makan di dekat pantai.
Tidak adanya produksi pengolahan hasil perikanan, karena ketrampilan yang belum memadai.
Institut Teknologi Bandung Page 15
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Tinjauan Pustaka
Energi Laut
Energi Laut, sering juga disebut sebagai energi laut terbarukan mengacu pada energi yang
dibawa oleh gelombang laut dan pasang surut. Gerakan air di lautan di dunia menghasilkan
sumber energi kinetik yang besar.
Istilah energi kelautan mencakup baik energi gelombang dan energi pasang surut yang diperoleh
dari samudera, laut, dan energi dari air lainnya. Energi angin lepas pantai juga kadang-kadang
dimasukkan kedalam kategori energi laut. Energi laut mirip dengan listrik tenaga air, meskipun
istilah itu biasanya mengacu pada energi yang dihasilkan oleh bendungan pada sungai atau air
terjun.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa energi laut memiliki potensi untuk memberikan
sejumlah besar energi terbarukan baru di seluruh dunia. Energi ini bisa dimanfaatkan untuk
menciptakan listrik untuk rumah, transportasi dan industri.
Laut memiliki sumber energi yang sangat potensial dalam bentuk aliran fluida (arus, gelombang,
dan pasang-surut yang disebut hydrokinetics) serta dari perbedaan temperatur dan salinitas
kandungan garam. Ada beberapa pendekatan teknologi untuk memberdayakan energi dari laut,
meskipun sebagian besar masih dalam tahap penelitian dan demonstrasi. Ada tiga teknologi
pemanfaatan energi laut sebagai pembangkit listrik yang sudah dikembangkan, yaitu :
Wave Energy
Sistem yang digunakan dengan cara memanfaatkan ombak besar yang ada di tepi pantai sebagai
sumber energy untuk menghasilkan listrik. Sistem Pembangkit yang paling banyak digunakan
adalah OWC (Oscilating Water Column). Teknologi yang diterapkan pada system in tidak
serumit teknologi pada sistem pembangkitan dengan kedua sumber energi sebelumnya.
Institut Teknologi Bandung Page 16
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Gambar 2. Oscillating Water Colomn
Oscillating Water Column (OWC) Wave Energy Converter
OWC beroperasi seperti turbin angin dengan memanfaatkan aliran udara. Ruangan tertutup
(kolom) yang berisi udara ditempatkan di atas air laut, naik turunnya gelombang air laut juga
menyebabakan air yang berada dalam ruangan ini naik turun. Jika ruangan ini tertutup dengan
baik maka naik dan turunnya permukaan air akan meningkatkan dan mengurangi tekanan udara
di dalam kolom. Akibat dari meningkatnya tekanan udara maka udara akan mengalir menuju
ruangan lainnya, aliran udara inilah ysng digunakan untuk memutar turbin yang disambungkan
dengan generator sehingga dapat menghasilkan listrik. Aliran udara mengalir dalam arah yang
sebaliknya ketika tekanan dalam kolom berkurang akibat turunnya gelombang air laut. Karena
dua arah aliran udara, turbin harus didesain untuk berputar dalam satu arah tidak peduli pada
arah aliran udara. Wells Turbin ini dirancang untuk jenis aplikasi ini dan digunakan di sebagian
besar perangkat OWC sekarang
Gambar 3. Sistem OWC
Institut Teknologi Bandung Page 17
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Desain OWC
Ruang udara atau kolom di dalam perumahan OWC harus didesain dengan periode gelombang,
tinggi gelombang signifikan, dan karakteristik panjang gelombang laut setempat. Jika kolom ini
tidak dibuat dengan ukuran yang benar, gelombang dapat beresonansi dalam ruang udara.
Resonansi ini menyebabkan udara tidak mengalir melalui turbin. Idealnya, dimensi ruang udara
akan didesain untuk memaksimalkan energi yang bisa ditangkap dari gelombang di daerah
setempat. Penelitian menunjukkan bahwa desain generator (ukuran dan efisiensi generator)
hampir sepenuhnya independen dari kondisi gelombang setempat (A. Sarmento, A. Melo, and M.
Pontes, “The Influence of the Wave Climate on the Design and Annual Production of Electricity
by OWC Wave Power Plants,” Journal of Offshore Mechanics and Arctic Engineering, ASME,
vol. 125, May 2003, pp. 139-144). Selain ukurannya, ruang udara juga harus kondusif untuk
mengalirkan udara melalui turbin. Desain saluran udara dibuat menyempit dari kolom menuju
turbin sehingga kecepatan udara yang melelui turbin semakin besar.
Perangkat OWC ditempatkan pada garis pantai atau dekat pantai. Perangkat tersebut
ditempatkan di mana gelombang tepat menghantam pantai. Pemasangannya dapat dilakukan
dengan dua cara, yang pertama adalah dipasang secara fix sampai kedasar laut menggunakan
struktur yang kuat. Yang kedua adalah dipasang secara terapung dengan menambatkannya
melalui kawat baja yang kuat.
Biaya Pembangkit Listrik Tenaga Ombak
Menurut pengalaman negara pengguna ombak terbanyak, yaitu Skotlandia, biaya maksimum
yang dibutuhkan adalah 5 Poundsterling tiap Watt atau Rp 75.000 per Watt atau Rp 350 juta
untuk 5kW. Biaya tersebut terdiri dari biaya struktur, biaya turbin, biaya generator set, dan biaya
pengaman sekaligus transmisi.
Daya Mekanik
Persamaan yang digunakan untuk menghitung daya yang bisa didapatkan dari gelombang air
tersebut adalah sebagai berikut :
PM = (pu + ρuvu2/2) vuA
Institut Teknologi Bandung Page 18
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Dimana:
PM ≡ Daya Mekanik [W]
Vu ≡ kecepatan udara melewati turbin [m/s]
A ≡ luas area saluran turbin [m2]
pu ≡ tekanan udara pada saluran turbin [Pa = N/m2]
ρu ≡ massa jenis udara [kg/m3]
Daya mekanik yang dihasilkan akan diubah menjadi daya listrik menggunakan generator.
Generator yang dipakai disesuaikan dengan daya mekanik yang yang mampu dihasilkan oleh
gelombang air laut yang dihasilkan agar generator dapat bekerja secara optimal. Karena
perputaran dari turbin tidak konstan, maka tegangan yang dihasilkan akan berfluktuasi juga. Oleh
karena hal itu perlu dilakukan konversi menjadi listrik searah, kemudian diubah lagi menjadi
listrik bolak balik yang terkendali. Rangkaian ini dapat dipesan sekaligus dengan pemesanan
generator sehingga tegangan keluaran sudah siap digunakan untuk kebutuhan mesin-mesin dan
peralatan listrik lainnya.
Daya listrik ini kemudian akan digunakan untuk menggerakkan pompa air untuk mengangkat air
dari sumur, mesin pendingin untuk menyimpan ikan, menghidupkan lampu pada malam hari,
kompor listrik, mesin perekat plastik, mesin pengasapan ikan, mesin pemisah tulang dan
pengepres ikan.
Institut Teknologi Bandung Page 19
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Kebutuhan daya
No Jenis Alat Jumlah Daya/Alat (Watt) Daya (W)
1 Lampu rumah tangga. (3 lampu/kk) 99 14 1386
2 Lampu jalan, masjid, dan TPI 35 15 525
3 Mesin Pendingin 7 300 2100
4 Mesin pengasapan ikan 1 2025 2025
5 Mesin pemisah tulang dan pengepress ikan 1 2014 2014
6 Mesin perekat plastik 10 10 100
7 Pompa sumur 2 525 1050
8 Lain-lain 800
TOTAL 10000
Total daya adalah 10.000 Watt
Jadi, OWC didesain agar menghasilkan daya listrik sebesar 10 kW.
Dengan adanya pengaturan beban, maka kebutuhan daya listrik dapat diatur agar menghasilkan
performa maksimal. Selain itu, dengan pengaturan beban, maka kebutuhan daya akan tercukupi.
Hal ini dapat dilakukan dengan sistem penjadwalan pembebanan. Pada siang hari, daya listrik
hanya digunakan untuk tujuan produksi. Pada malam hari, daya listrik dapat digunakan sebagai
konsumsi rumah tangga dan penerangan jalan. Pompa sumur dapat dihidupkan pada waktu
malam dimana mesin-mesin produksi tidak bekerja. Kemudian air yang telah dipompa disimpan
dalam suatu penampung air yang cukup besar yang diperkirakan cukup untuk dipakai pada siang
hari. Lampu juga hanya dipakai hanya pada malam hari. Sehingga pada siang hari akan dapat
menghemat daya dari penggunaan lampu dan pompa air. Sedangkan pada malam hari, tentunya
proses produksi telah berhenti, sehingga daya dapat dialihkan untuk keperluan rumah tangga,
lampu dan pompa air. Dengan pengaturan beban tersebut, maka perkiraan daya yang dipakai
pada siang hari adalah 6,8 kW. Sisa daya 3,2 kW digunakan sebagai cadangan jika diperlukan
Institut Teknologi Bandung Page 20
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
daya untuk menyuplai peralatan tambahan dan menjaga dari pembebanan berlebih. Sedangkan
daya pada malam hari adalah 2,5 kW. Surplus daya sebesar 7,5 kW pada malam hari dapat
dipergunakan sebagai dasar penetapan daya yang mampu disalurkan ke tiap kepala keluarga
untuk dipergunakan pada malam hari (setelah dikurangi untuk lampu jalan dan untuk menjaga
dari pembebanan berlebih).
Untuk merealisasikan hal tersebut, diperlukan aturan yang keras dalam penggunaan listrik karena
pembebanan yang berlebih akan menyebabkan sistem collaps. Oleh karena itu diperlukan
pengaturan dalam sistem kelistrikan agar aturan ini dapat diberlakukan secara tegas, sehingga
mau tidak mau masyarakat harus mematuhinya.
Jenis-Jenis Teknik Pengolahan Dan Pengawetan Makanan
1. Pendinginan
Pendiginan adalah penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan bahan yaitu -2
sampai +10 0 C. Cara pengawetan dengan suhu rendah lainya yaitu pembekuan. Pembekuan
adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku yaitu pada suhu 12 sampai -24 0 C.
Pembekuan cepat (quick freezing) di lakukan pada suhu -24 sampai -40 0 C. Pendinginan
biasanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau minggu tergantung
pada macam bahan panganya, sedangkan pembekuan dapat mengawetkan bahan pangan
untuk beberapa bulan atau kadang beberapa tahun. Perbedaan lain antara pendinginan dan
pembekuan adalah dalam hal pengaruhnya terhadap keaktifan mikroorganisme di dalam
bahan pangan. Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan pangan tidak dapat membunuh
bakteri, sehingga jika bahan pangan beku misalnya di keluarkan dari penyimpanan dan di
biarkan mencair kembali (thawing), pertumbuhan bakteri pembusuk kemudian berjalan cepat
kembali. Pendinginan dan pembekuan masing-masing juga berbeda pengaruhnya terhadap
rasa, tekstur, nilai gizi, dan sifat-sifat lainya. Beberapa bahan pangan menjadi rusak pada
suhu penyimpangan yang terlalu rendah.
Institut Teknologi Bandung Page 21
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
2. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari
suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan
energi panas. Biasanya, kandungan air bahan tersebut di kurangi sampai batas sehingga
mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di dalamya. Keuntungan pengeringan adalah bahan
menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan
menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang
sehingga memudahkan transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi menjadi lebih
murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai apabila telah di
keringkan, misalnya tembakau, kopi, the, dan biji-bijian. Di samping keuntungan-
keuntunganya, pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian yaitu karena sifat asal bahan
yang di keringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, misalnya bentuknya, sifat-sifat fisik
dan kimianya, penurunan mutu dan sebagainya. Kerugian yang lainya juga disebabkan
beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum di pakai, misalnya harus di
basahkan kembali (rehidratasi) sebelum di gunakan. Agar pengeringan dapat berlangsung,
harus di berikan energi panas pada bahan yang di keringkan, dan di perlukan aliran udara
untuk mengalirkan uap air yang terbentuk keluar dari daerah pengeringan. Penyedotan uap
air ini daoat juga di lakukan secara vakum. Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika
pemanasan terjadi pada setiap tempat dari bahan tersebut, dan uap air yang di ambil berasal
dari semua permukaan bahan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan
terutama adalah luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara,
dan waktu pengeringan.
3. Pengemasan
Pengemasan merupakan bagian dari suatu pengolahan makanan yang berfungsi untuk
pengawetan makanan, mencegah kerusakan mekanis, perubahan kadar air. Teknologi
pengemasan perkembangan sangat pesat khususnya pengemas plastik secara drastis
mendesak peranan kayu, karton, gelas dan metal sebagai bahan pembungkus primer.
Institut Teknologi Bandung Page 22
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Berbagai jenis bahan pengepak seperti tetrapak, tetrabrik, tetraking merupakan jenis
teknologi baru bagi berbagai jus serta produk cair yang dapat dikemas dalam keadaan
qaseptiis steril. Sterilisasi bahan kemasan biasanya dilakukan dengan pemberian cairan atau
uap hidrogen peroksida dan sinar UV atau radiasi gama.
Jenis generasi baru bahan makanan pengemas ialah lembaran plastik berpori yang disebut
Spore 2226, sejenis plastik yang memilki lubang – lubang . Plastik ini sangat penting
penngunaanya bila dibandingkan dengan plastik yang lama yang harus dibuat lubang dahulu.
Jenis plastik tersebut dapat menggeser pengguanaan daun pisang dan kulit ketupat dalam
proses pembuatan ketupat dan sejenisnya.
4. Pengalengan
Namun, karena dalam pengalengan makanan digunakan sterilisasi komersial (bukan
sterilisasi mutlak), mungkin saja masih terdapat spora atau mikroba lain (terutama yang
bersifat tahan terhadap panas) yang dapat merusak isi apabila kondisinya memungkinkan.
Itulah sebabnya makanan dalam kaleng harus disimpan pada kondisi yang sesuai, segera
setelah proses pengalengan selesai.
Pengalengan didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak secara
hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah,
yang kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua mikroba patogen
(penyebab penyakit) dan pembusuk. Pengalengan secara hermetis memungkinkan makanan
dapat terhindar dan kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atau
perubahan cita rasa.
5. Penggunaan bahan kimia
Bahan pengawet dari bahan kimia berfungsi membantu mempertahankan bahan makanan
dari serangan makroba pembusuk dan memberikan tambahan rasa sedap, manis, dan
pewarna.
Institut Teknologi Bandung Page 23
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
6. Pemanasan
Penggunaan panas dan waktu dalam proses pemanasan bahan pangan sangat berpengaruh
pada bahan pangan. Beberapa jenis bahan pangan seperti halnya susu dan kapri serta daging,
sangat peka terhadap susu tinggi karena dapat merusak warna maupun rasanya. Sebaliknya,
komoditi lain misalnya jagung dan kedelai dapat menerima panas yang hebat karena tanpa
banyak mengalami perubahan. Pada umumnya semakin tinggi jumlah panas yang di berikan
semakin banyak mikroba yang mati. Pada proses pengalengan, pemanasan di tujukan untuk
membunuh seluruh mikroba yang mungkin dapat menyebabkan pembusukan makanan dalam
kaleng tersebut, selama penanganan dan penyimpanan. Pada proses pasteurisasi, pemanasan
di tujukan untuk memusnahkan sebagian besar mikroba pembusuk, sedangkan sebagian besar
mikroba yang tertinggal dan masih hidup terus di hambat pertumbuhanya dengan
penyimpanan pada suhu rendah atau dengan cara lain misalnya dengan bahan pengawet.
Proses pengawetan dapat di kelompokan menjadi 3 yaitu: pasteurisasi, pemanasan pada 1000
C dan pemanasan di atas 1000 C.
7. Pemindangan
Pemindang adalah pengolahan ikan yang dilakukan dengan cara merebus ikan dalam susana
bergaram selama waktu tertentu. Setelah selesai pemasakan, biasanya wadah di mana ikan
disusun langsung digunakan sebagai wadah penyimpanan dan pengangkutan untuk
dipasarkan.
Berdasarkan cara perebusan ikan dalam suasana bergaram maka teknik penggaraman dapat
dibedakan atas 2 kategori yaitu pemindangan garam dan pemindangan air garam.
7.1 Pemindangan Garam
Pada teknik ini, lapisan ikan yang digarami dengan garam kering, disusun berlapis-
lapis di dalam wadah yang terbuat dari plat logam, pendil atau paso tanah (belanja
tanah) atau lainnya. Kemudian direbus dalam jangka waktu yang cukup lama (sekitar
4 – 6 jam), cairan perebus kemudian dibuang melalui lubang kecil bagian bawah
Institut Teknologi Bandung Page 24
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
wadah atau ditiriskan. Pada lapisan atas ditutup dengan selembar kertas dan di atas
permukaan kertas ini disebarkan merata selapis garam.
7.2 Pemindangan Air Garam (brine boiling)
Ada teknik ini ikan ditaburi garam disusun diatas keranjang atau rak bambu disebut
“naya”. Beberapa naya diisi ikan dan disusun vertikal pada suatu kerangka lalu
dicelupkan kedalam air garam mendidih di dalam wadah yang terbuka dan lama
pembuatan relatif jauh lebih singkat daripada teknik pemindangan garam. Setelah
proses perebusan selesai, wadah di mana ikan tersusun diangkat, kemudian direndam
atau disiram dan didinginkan untuk siap didistribusikan dan dipisahkan.
Produk – produk olahan ikan :
- Bakso ikan
- Dendeng ikan
- Sosis ikan
- Kerupuk ikan
- Siomay ikan
- Pempek ikan
- Nugget ikan
- Ikan presto
- Ikan pindang
Institut Teknologi Bandung Page 25
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Metode Pelaksanaan
1. Survey Lapangan
Survey dilakukan oleh tenaga ahli di daerah sekitar Pantai Gesing tersebut. Survey yang
dilakukan meliputi :
- Menghitung kekuatan ombak.
- Mencari letak untuk menempatkan bangunan OWC.
2. Sosialisasi
Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan info kepada penduduk setempat bahwa akan
dibangun pembangkit OWC untuk mengatasi masalah listrk di daerah tersebut. Selain itu
juga akan dilakukan sosialisasi pemberdayaan masyarakat melalui industri kecil dan
menengah pengolahan hasil laut untuk meningkatkan peningkatan nilai jual hasil laut.
3. Perancangan OWC
Berdasarkan hasil survey tentang krakteristik ombak serta kondisi pantainya,maka proses
perancangan OWC dapat segera dilakukan. Proses perancangan meliputi struktur bangunan
OWC, pemilihan jenis turbin dan pemilihan generator.
4. Perancangan Transmisi Listrik
Perancangan meliputi penentuan pembagian listrik untuk rumah, pompa air, dan mesin –
mesin produksi pengolahan hasil laut.
5. Pengurusan izin ke pemerintah setempat
Untuk kemudahan dan kelegalan pembangunan pembangkit ini maka diperlukan izin dari
pemerintah daerah setempat.
6. Pencarian Investor
Tanpa adanya investor, maka pembangunan OWC ini akan sangat sulit terealisasi karena
biaya yang dibutuhkan cukup mahal. Investor disini dapat berasal dari pemerintah maupun
pihak swasta.
Institut Teknologi Bandung Page 26
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
7. Pembangunan Pembangkit Listrik OWC
Proses pembangunan Pembangkit ini diperkirakan memerlukan waktu yang cukup lama
karena pembangunan struktur bangunan OWC cukup rumit. Selain itu juga dikarenakan
sistem pembangkit jenis ini masih belum banyak dibuat di Indonesia. Selain itu
dimungkinkan adanya proses trial and testing sebelum akhirnya pembangkit dapat
menghasilkan daya listrik yang diinginkan.
8. Pembangunan Transmisi Listrik
Listrik yang dihasilkan dari pembangkit tersebut tentunya harus ditransmisikan dengan baik
untuk menghidupkan mesin-mesin pengolah hasil laut, mesin pompa air, penerangan
maupun alat kebutuhan rumah tangga lainnya.
9. Penyuluhan Kepada Warga Setempat
Penyuluhan tersebut meliputi:
Perawatan Pembangkit Listrik OWC
Diharapkan nantinya pembangkit ini akan diserahkan perawatannya kepada
penduduk sehingga mengurangi biaya penyewaan tenaga ahli dari luar. Selain itu
diharapkan akan timbul rasa memiliki penduduk terhadap pembangkit tersebut.
Pengolahan Hasil Laut Lebih Lanjut
Listrik yang dihasilkan tersebut tentunya dapat dimanfaatkan untuk pengolahan
hasil laut selanjutnya, penyuluhan dilakukan agar penduduk memiliki
keterampilan dalam pengolahan tersebut sehingga dapat meningkatkan nilai jual
hasil laut tersebut.
10. Pendampingan usaha
Sebelum masyarakat melaksanakan perawatan OWC dan mengelola usaha pengolahan hasil
laut, dilakukan pendampingan dan pengawasan sebelum masyarakat bisa mandiri. Dengan
waktu sebulan pendampingan, diharapkan masyarakat sudah mengerti dan mandiri dalam
mengelola setiap usahanya.
Institut Teknologi Bandung Page 27
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Rancangan Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Bulan1 Bulan2 Bulan3 Bulan4 Bulan5 Bulan6 Bulan7 Bulan8 Bulan9 Bulan101 Survey lapangan2 Sosialisasi ke penduduk3 Perancangan OWC4 Perancangan transmisi listrik5 Pengurusan izin ke pemerintah setempat6 Penarikan investor.7 Pembangunan Pembangkit Listrik OWC8 Pembangunan Transmisi9 Penyuluhan kepada warga setempat
10 Pendampingan usaha
Institut Teknologi Bandung Page 28
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Rancangan Biaya
No Jenis Pembiayaan
Jumlah Harga Satuan
Harga Total
1 Pembangunan struktur OWC 1 20000000020000000
0
2 Turbin dan generator set 1 15000000015000000
0
3 Transmisi, distribusi, dan pengaman 1 75000000 75000000
4 Lampu umum dan rumah 134 23000 3082000
5 Mesin pendingin 7 2300000 16100000
6 Mesin pengepres ikan 1 23000000 23000000
7 Mesin pengasapan 1 22500000 22500000
8 Pompa 1 2500000 2500000
9 Alat perekat plastik 10 40000 400000
10 Lain-lain 57418000
Total55000000
0
Total biaya Rp 550.000.000,00 (Lima ratus lima puluh juta rupiah).
Biaya tersebut termasuk murah apabila dibandingkan dengan biaya listrik melalui jaringan PLN
yang belum dibangun sebesar :
Biaya pembangunan transmisi listrik sejauh 20 km dari jaringan listrik terdekat.
Biaya maintenance transmisi listrik sejauh 20 km.
Biaya bulanan listrik 33 kk untuk penerangan, air, dan mesin produksi sebesar
5000kW tiap hari
Apalagi biaya diatas hanya membutuhkan biaya rutin untuk maintenance pembangkit listrik,
tanpa harus ada biaya listrik yang dipungut kepada warga. Dengan kata lain, dengan pembangkit
Institut Teknologi Bandung Page 29
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
ini, pengeluaran masyarakat untuk mengolah hasil lautnya akan sangat sedikit sehingga
pendapatan akan meningkat, begitu pula dengan kesejahteraannya.
Institut Teknologi Bandung Page 30
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Daftar Pustaka[1]. Anonim. 2009. Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir.
(http://simonboyke.com). [8 Juli 2009]
[2]. Annonim. 2009b. Musim Udang Lobster, Pantai Gesing Diserbu Nelayan.
http//suaramerdeka.com. [ 10 Juni 2009]
[3]. Kedaulatan Rakyat. 2008. Nelayan Gesing Dambakan Listrik.
http://kedaulatanrakyat.com [21/10/2008]
[4]. Kedaulatan Rakyat. 2009a. Segarnya Pemandian Alami Umbul Manten.
http://kedaulatanrakyat.com
[5]. Kedaulatan rakyat. 2009b. Hasil tangkapan ikan bawal di gesing meningkat.
http://kedaulatanrakyat.com [01/05/2009]
[7]. Kompas. 2006. Daerah Transmigrasi Lokal di Gunungkidul Kebanjiran Pendatang.
http://kompas.com [26/06/2006]
[8]. Najmu. 2009. Kemiskinan Struktural Masyarakat Nelayan.
http://mhs.blog.ui.ac.id/najmu.laila/archives/16 [9 juni 2009]
[9]. Panayatou, T. 1992. Management Concepts For Small-Scale Fisheries: Economic and
Social Aspects. Fao fish. Tech. Paper, page 228: 53.
[10]. Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Cetakan ketujuh. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
[11]. Subade, R.F and N.M.R. Abdullah. 1993. Are Fishers Profit Maximizers? The Case of
Gillnetters in Negros Occidental and Iloilo. Philippines, Asian Fisheries Science, 6:39-
49.
[12]. Subekti, Ahmad. 2008. Nelayan Gesing Berkembang Pesat.
http://www.wonosari.com/berita-hangat-gunung-kidul-f26/nelayan-gesing- berkembang-
pesat-t489.htm [7 juni 2009]
[13]. http://bisnisukm.com/teknologii-pengawetan-ikan-dengan-cara-pengasapan.html
[14]. http://cuek.wordpress.com/2009/01/06/pembuatan-ikan-asap/
[15]. http://www.mesinpertanian.com/Mesin_Press_Ikan_Mesin_Untuk_Mengepres_Ikan.html
Institut Teknologi Bandung Page 31
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
[16]. http://www.perkakasku.com/detailprod.php?prodid=PO025
[17]. Laporan Praktikum, Pengkajian Sosial Ekonomi Perikanan Pantai Gesing, Dusun
Panjolomulyo, Desa Girikarto, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul.
Mahasiswa Perikanan UGM
[18]. http://www.tokomesin.com
Institut Teknologi Bandung Page 32
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Lampiran
Institut Teknologi Bandung Page 33
Pemanfaatan Energi Terbarukan Dalam Peningkatan Nilai Jual Produk Olahan Hasil Laut
Biodata Penulis
Genisa Azmi Ghafery
Asal Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Bandung
Fakultas : Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Jurusan : Teknik Mesin
NIM : 13106086
Tempat Tanggal Lahir : Bantul, 2 February 1988
Alamat : Gg. Intan III No.27 RT 4, RW 14, Sadangsari,Sekeloa,Coblong, Bandung 40134
Email : [email protected]
No.Handphone : 085222670644
Faisal Dwiyana Purnawarman
Asal Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Bandung
Fakultas : FakultasTeknik Sipil dan Lingkungan
Jurusan : Teknik Kelautan
NIM : 15508045
Tempat Tanggal Lahir : Yogyakarta, 22 Juni 1988
Alamat : Sangkuriang 38 / 154 E Dago Bandung 40132
Email : [email protected]
Nomor Handphone : 08562858413
Wisnugraha Adikaputra Sukandar
Asal Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Bandung
Fakultas : Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Jursan : Teknik Tenaga Listrik
Nim : 13206168
Tempat Tanggal Lahir : Sleman, 15 April 1988
Alamat : Gg. Intan III No.27 RT 4, RW 14, Sadangsari, Sekeloa, Coblong, Bandung 40134
Email : [email protected]
Nomer Handphone : 085643041644
Institut Teknologi Bandung Page 34