peledakan
DESCRIPTION
fgggfffgfTRANSCRIPT
PELEDAKAN PADA PT. SEMEN TONASA
I. Profil Perusahaan PT.Semen Tonasa
Berdasarkan keputusan MPRS No. II/MPRS/1960 tanggal 5 Desember 1960,
ditetapkan untuk mendirikan pabrik semen di Sulawesi Selatan yang berlokasi di
Desa Tonasa, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep, sekitar 54 km sebelah
utara Makassar. Pabrik Semen Tonasa Unit I merupakan proyek di bawah
Departemen Perindustrian dan merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah
Indonesia dengan Pemerintah Cekoslowakia yang dimulai sejak tahun 1960 dan
diresmikan pada 2 November 1968. Pabrik ini menggunakan proses basah
dengan kapasitas terpasang 110.000 ton semen/tahun. Pada tahun 1984
pabrik Semen Tonasa Unit I dihentikan pengoperasiannya karena dianggap
tidak ekonomis lagi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 54 tahun 1971
tanggal 8 September 1971, Pabrik Semen Tonasa ditetapkan sebagai Badan
Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum). Kemudian,
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 tahun 1975 tanggal 9
Januari 1975 bentuk Perum tersebut diubah menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero). Dalam rangka memenuhi kebutuhan semen yang semakin meningkat,
berdasarkan persetujuan Bappenas No. 032/XC-LC/B.V/76 dan No.
2854/D.1/IX/76 tanggal 2 September 1976 dibangun pabrik Semen Tonasa Unit
II.
Pabrik yang merupakan hasil kerjasama Pemerintah Indonesia dengan
Pemerintah Kanada ini beroperasi pada 1980 dengan kapasitas 510.000 ton
semen/tahun dan dioptimalisasi menjadi 590.000 ton semen/tahun pada 1991.
Pabrik Semen Tonasa Unit II terletak di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro,
Kabupaten Pangkep, yang berjarak sekitar 23 km dari Pabrik Semen Tonasa Unit
I. Pada tahun 1982, berdasarkan persetujuan Bappenas No. 32 XC-LC/B.V/1981
dan No. 2177/WK/10/1981 tanggal 30 Oktober 1981 dilakukan perluasan
dengan membangun Pabrik Semen Tonasa Unit III yang berada di lokasi yang
sama dengan Pabrik Unit II.
Pabrik yang berkapasitas 590.000 ton semen / tahun ini merupakan
kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Jerman Barat, Pabrik selesai
pada akhir tahun 1984 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 3 April
1985.
II. Peledakan pada PT. Semen Tonasa
II.1. Prosedur peledakan
Prosedur peledakan pada tambang quarry PT Semen Tonasa persero adalah
sebagai berikut :
1. Pengamanan Selama Persiapan
Pengamanan ini lebih ditujukan kepada orang atau karyawan yang mendekati
atau melewati daerah peledakan, seta alat alat yang berada didekat lokasi
peledakan ditempatkan pada posisi yang aman. Peledakan pada PT Semen
Tonasa dilakukan hampir setiap hari dan dilakukan pada sekitar Pukul 12.00 –
13.00 WITA atau dikondisikan. Setiap bahan peledak yang telah keluar dari
gudang harus diledakkan hari itu juga kecuali kondisi atau cuaca tidak
memungkinkan ( ada petir ).
Untuk pengamanan bahan peledak setelah bahan sampai dilapangan maka
secepatnya bahan peledak tersebut langsung dibagi-bagikan ke dekat lubang
yang telah disiapkan, sesuai dengan kebutuhan jumlah masing-masing lubang.
Demikian juga dengan detonator listrik dan primer/dinamit.
2. Pembuatan Primer
Primer berfungsi untuk menghentakkan (shock) ANFO atau blasting agant
lainnya. Sedangkan primer itu sendiri dihentakkan (dishock) dengan detonator
atau sumbu ledak. Primer ada yang sdah dibuat atau langsung dari prabrik,
tetapi dapat dibuat sendiri dari dinamit. Ukuran atau berat dari dinamit yang
diperlukan disesuaikan dengan diameter dan dalamnya lubang ledak. Untuk
diameter lubang ledak yang kecil ( 3 cm ), primer dapat dibuat dari ½ atau 1/3
dodol dinamit, dengan berat satu dodol 200 gram, sedangkan untuk ukuran
yang besar ( 10 cm ), primer dapat dibuat dari 3 atau 6 dodol yang disatukan.
Dalam hal ini detonator atau sumbu ledak hanya dimasukkan ke salah satu dari
dodol dinamit.
Dalam pembuatan primer baik dengan detenator atau dengan sumbu, hal-hal
seperti dibawah ini harus diperhatikan.
- Detenator atau sumbu ledak harus benar-benar masuk dalam dinamit,
artinya detenator atau sumbu bersentuhan dengan dinamit.
- Detenator atau sumbu ledak harus terikat dengan dinamit sedemikian rupa
sehingga tidak mudah lepas.
-
Adapun prosesnya adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Primer dengan Detenator Listrik
- Detenator harus masuk dan bersentuhan dengan isi dodol dinamit.
- Pengikat dapat dilakukan dengan leg wirenya sendiri.
Sebelum detenator atau sumbu ledak dimasukan ke dalam dinamit maka
harus terlebih dahulu diperiksa keadaannya.Karena menggunakan detenator
listrik maka detenator ditest dengan blasting ohm meter. Pada waktu
pengetesan detenator dimasukkan ke dalam lubang ledak yang masih
kosong. Setelah ditest kedua ujung leg wirenya harus diikat kembali satu
sama lain.
2. Penempatan Primer
Penempatan primer terdiri dari dua cara yaitu :
- Collar Priming adalah penempatan primer dibagian atas atau ujung dari
lubang tembak
- Bottom Priming adalah penempatan primer dibagian bawah atau ujung
dalam dari lubang tembak.
.
Gambar 6. collar priming dan bottom priming
Pemasangan primer pada peledakan tambang quarry PT. Semen Tonasa
menggunakan collar priming yaitu primer terletak diatas.
3. Pengisian lubang ledak
prosedur pengisian lubang peledak adalah sebagai berikut :
- Pemeriksaan lubang peledak. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan
pantulan sinar dari sepotong cermin atau tongkat kayu yang cukup
panjang.
- Pada PT Semen Tonasa Persero lubang peledakan dilapisi dengan plastik,
hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya bahan peledak ke sela-sela
lubang batuan.
- Pengisian bahan peledak paling banyak 2/3 dari tinggi lubang ledak.
Karena lubang ledak yang ada memiliki kedalaman 6,5 m maka bahan
peledak yang sebanyal 4,5 m.
Stemming
Primer
Bahan peledak
Bahan peledak
Primemer
Stemming
- Pada waktu memasukkan primer ke dalam lubang harus berhati-hati
sehingga detenator atau sumbu tidak terlepas dari dalam dinamit, serta
sumbu atau leg wirenya tidak terluka.
- Hindari pemakaian leg wire yang terlalu pendek, namun kalau terpaksa
sambungan-sambungan harus diisolasi dengan baik.
- Dilarang memadatkan primer (tapping).
4. Stemming.
Syarat syarat stemming yang baik yaitu :
- Bahan stemming, dari tanah liat atau pasir halus.
- Jangan memakai bahan-bahan kertas bekas pembungkus bahan peledakan
atau daun-daunan.
- Steaming harus dibuat cukup padat, untuk itu perlu dipadatkan (di-tapping)
dengan tongkat kayu.
- Stemming yang baik akan mengurangi suara ledakan
Stemming yang digunakan pada daerah pengamatan berasal dari cutting hasil
pemboran dengan ketebalan pengisian sekitar 2 m dari total kedalaman lubang
yaitu 6,5 m.
5. Penyambungan Rangkaian.
Prosedur enyambungan rangkaian pada peledakan yang menggunakan
detenator listrik adalah
- Sambungan leg wire dengan kabel pembantu harus lebih baik dan kuat.
- Penyambungan rangkaian antar semua lubang ledak harus dilaksanakan
secepatnya dan ujung rangkaian diikat satu sama lain. Sebelum dihubungkan
dengan kabel utama.
- Rangkaian harus dibuat lebih rapih dan efektif. Hindari kabel agar tidak kusut
dan terlipat.
- Sebelum rangkaian antar ledak disambung dengan kabel utama, maka
tahanan listrik dan kesinambungan arus dari rangkaian harus ditest dengan
Blasting Ohm Meter. Tahanan listrik rangkaian harus sesuai dengan
perhitungan teoritis, namun dengan toleransi 10% dapat dianggap baik.
- Secara terpisah kebel utama juga harus ditest sama seperti di atas.
6. Perlindungan Untuk Pemegang Ekspoder/Blasting Machine
Sebelum peledakan maka perlu diperhatikan tempat berlindung yang aman
dengan memperhatikan :
- Harus dipertimbangkan arah dan jarak lemparan/layangan batu dengan
mengambil posisi yang berlawanan.
- Periksa keadaan sekeliling tempat berlindung, khususnya bila ada bongkahan-
bongkahan batuan lepas yang berukuran besar disekitarnya.
- Bila keadaan lapangan sedemikian rupa sehingga tidak ada tempat
berlindung yang cukup aman maka perlindungan khusus untuk itu dapat
dibuat (sheleter).
Pada peledakan di PT Semen Tonasa pemegang mesin berlindung dibalik alat
berat hal ini untuk keamanan dan keselamatan.
7. Tanda peringatan sebelum peledakan.
- Sebelum dilakukan peledakan maka orang-orang disekitar daerah pengaruh gas
dan lemparan batu peledakan harus diberi aba-aba peringatan agar berlindung
atau menyingkir. Demikian juga halnya dengan perlatan, sebelumnya sudah
harus diamankan/disingkirkan.
- Aba-aba yang digunakan berupa sirine dan hanya berbunyi sekali.
- Tenggang waktu antara aba-aba peringatan dengan saat peledakan harus cukup
untuk memberi kesempatan kepada orang-orang untuk berlindung.
- Sebaiknya aba-aba dilakukan dalam beberpa tahap dan tiap tahap mempunyai
arti tersendiri dan dimengerti setiap orang khususnya pemegang eksploder.
- Bila di dekat lapangan peledakan terdapat jalan lalu lintas utama tambang maka
jalan tersebut harus ditutup atau diblokir.
- Sebelum aba-aba yang terakhir maka mandor lapangan atau pengawas ledakan
harus memriksa daerah dan sekitar peledakan.
- Kondensator di dalam eksploder sedang diisi dengan arus kabel listrik dari
baterainya.
- Kabel utama telah disambung dengan exploder.
Bila tejadi penundaan peledakan, karena sesuatu hal yang masih aman,
maka komunikasinya dapat dibuat aba-aba khusus.
8. Proses Meledaknya Bahan Peledak
Pada bahan peledak yang digunakan untuk maksud memecahkan batuan
(industri pertambangan) proses pecahnya batuan secara garis besar dapat
diterangkan sebagai berikut. Pada saat bahan peledak (tertanam di batuan)
meledak, tekanan yang sangat tinggi (dapat mencapai 50.000-4.000.000 psi)
menghancurkan batuan di daerah sekitar lubang ledak. Gelombang kejut akan
merambat dengan cepat (3.000-5.000 meter/detik) meninggalkan lubang ledak
akan menimbulkan rekahan menjari yang menjalar dari daerah lubang ledak.
Perambatan gelombang kejut ini apabila mencapai bidang bebas (permukaan
batuan yang berhubungan dengan atmosfir), tekanan akan turun dengan cepat dan
berubah menjadi gelombang tarik. Gelombang tarik ini merambat kembali ke dalam
batuan. Oleh karena batuan mempunyai ketahanan terhadap tarikan lebih kecil
dibanding terhadap gaya tekan, maka hancurlah batuan tersebut. Artinya bahwa
gelombang kejut (daya hentak) yang ditimbulkan oleh bahan peledak konvensional
tersebut akan mengalami pelemahan ketika bertemu dengan bidang bebas
(atmosfir). Artinya bahwa gelombang kejut dari peledakan bom tersebut menjalar
melalui atmosfir (blast). Dengan demikian dapat dibayangkan luar biasa besarnya
daya ledak bom tersebut, karena daya hentaknya dapat menjalar dengan cepat
melalui udara dan akhirnya meluluh lantakkan bangunan dan manusia yang
merupakan bukan bidang bebas.
Berarti bahwa bom tersebut mengandalkan daya rusak dari tekanan ledakan
yang menghasilkan hentakan udara (blast) yang merambat dengan cepat melalui
atmosfir. Tekanan dan panas yang sangat tinggi menjalar dengan cepat menyapu
dan membakar semua yang dilewati. Efek yang ditimbulkan adalah menggetarkan
dan membakar dengan sangat cepat benda-benda (apalagi manusia) yang
dilaluinya. Ditambah lagi keadaan daerah sekitar kejadian banyak terdapat tangki
bahan bakar dalam kendaraan dan juga tabung-tabung gas, ini semakin menambah
efek bakar yang ditimbulkan luar biasa dahsatnya.
9. Pemeriksaan / Pengamanan Setelah Peledakan
Setelah seperempat jam ledakan terakhir maka dilakukan pemeriksaan
terhadap gas gas beracun dan peledakan mangkir.Tanda-tanda lubang ledak yang
mangkir
1. Permukaan tanah di atas lubang ledak masih utuh.
2. Terdapat bongkahan-bongkahan besar yang tidak lazim dan tidak seperti
bongkahan lubang ledak yang lain.
3. Terdapat serakan bahan peledak yang masih utuh di permukaan atau di sela-
sela bongkahan.
Penanganan untuk lubang ledak yang mangkir pada PT Semen Tonasa adalah
adalah dilakukan peledakan ulang dan harus dilakukan pada hari itu juga sebab
jika dibiarkan dapat membahayakan jiwa.
II.2. Pola Peledakan
Pola peledakan yang digunakan pada PT Semen Tonasa yaitu pola peledakan
beruntun dengan waktu tunda antara baris satu dengan yang lainnya sekitar 25 ms.
Adanya pola peledakan beruntun ini akibat penggunaan delay detenator dari 0 – 9
delay . Berdasarkan arah runtuhannya maka peledakan yang dilakukan digolongkan
kedalam boxcut yaitu arah lemparan kedepan dan membentuk kotak. Arah
lemparan berbentuk boxcut ini ditumbulkan oleh susunan delay detenator yang
digunakan tiap lubang.
II.3. Desain Peledakan
Geometri peledakan pada salah satu tambang quarry PT Semen Tonasa adalah :
- Tinggi jenjang 6 m
- Diameter lubang bor 4 inch atau 10,16 cm
- Spacing 2,5 m
- Burden 2,5 m
- Kedalaman lubang bor 6,5 m
- Panjang isian bahan peledak 4,5 m
- Steaming 2 m
1. Diameter Lubang Bor
Pemilihan diameter lubang bor tergantung pada tingkat produksi yang
diinginkan. Dengan lubang bor yang lebih besar maka lebih besar pula tingkat
produksi yang dihasilkan.pemilihan lubang bor secara tepat aadalah penting
untuk memperoleh hasil fragmentasi secara maksimal dengan biaya rendah. m.
Untuk kontrol desaindengan hasil fragmentasi yang bagus , menurut
pengalaman maka diameter lubang bor harus berkisar antara 0,5 % - 1 % dari
tinggi jenjang. Tinggi jenjang pada quarri adalah 6 m, maka secara matematis
diameter lubang bor harus berkisar antara 5 cm – 10 cm. Hasil perhitungan ini
sesuai dengan data yang diambil dimana diameter lubang bor peledakan yang
digunakan pada quarry PT Semen Tonasa yaitu 4 inch atau sekitar 10,16 cm.
Diameter lubang bor mempunyai hubungan dengan tinggi jenjang dimana
jika tinggi jenjang rendah dipakai diameter lubang kecil dan sebaliknya jika
tinggi jenjang tinggi maka dipakai diameter lubang bor yang besar. Hubungan
antara tinggi jenjang dengan diameter lubang bor yaitu :
K = (0,1 – 0,2) d K = Tinggi jenjang (m)
d = diameter lubang bor (mm)
Berdasarkan hubungan diatas maka seharusnya tinggi jenjang antara 10 m
sampai 20 m, sedangkan berdasarkan data yang diambil tinggi jenjang cuma 6
m. Jadi berdasarkan hal ini maka diameter lubang bor tidak sesuai dengan
ketinggian jenjang yang ada.
Gambar. Grafik hubungan diameter lubang bor dengan tinggi jenjang
2. Burden
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak terhadap bidang bebas
terdekat dan merupakan arah pemindahan batuan (displacement) akan
terjadi.Jika burden terlalu kecil memungkinkan terjadinya fly rock, air blast dan
fragmentasi batuan yang dihasilkan relatif tidak seragam, sedangkan burden
yang terlalu besar maka akan terjadi backbreak dan kerusakan pada dinding
jenjang. Secara umum jarak burden optimum ditentukan dengan :
B= 25 – 40 d
Maka berdasarkan rumus diatas, jarak burden berkisar antara 2,5 m – 4 m. Jika
dibandingkan dengan data yang diperoleh ternyata jarak burden yang
digunakan yaitu 2,5 m telah sesuai rumus yang ada.
3. Spasi
Spasi adalah jarak terdekat antara dua lubang ledak yang berdekatan di
dalam satu baris (row). Apabila jarak spasi terlalu kecil akan menyebabkan
batuan hancur menjadi halus, disebabkan karena energi yang menekan terlalu
kuat, dan menimbulkaan efek ledakan berupa noise (kebisingan) dan flyrocks.
Sedangkan bila spasi terlalu besar akan menyebabkan banyak bongkah atau
bahkan batuan hanya mengalami keretakan dan menimbulkan tonjolan diantara
dua lubang ledak setelah diledakkan. Secara optimum spacing ditentukan
dengan rumus :
S= 1,1 – 1,8 B
Berdasarkan rumus diatas dengan jarak burden 2,5 m maka jarak spasi berkisar
antara 2,75 m – 4,5 m. Kenyataan yang dijumpai dilapangan jarak spasi yang
digunakan hanya 2,5 m artinya tidak sesuai dengan ketentuan rumus.
4. Steaming
Stemming adalah tempat material penutup di dalam lubang ledak, yang
letaknya di atas kolom isian bahan peledak.
Fungsi stemming adalah agar terjadi keseimbangan tekanan dan mengurung
gas-gas hasil ledakan sehingga dapat menekan batuan dengan energi yang
maksimal dan juga berfungsi untuk mencegah agar tidak terjadi batuan terbang
(flyrock) dan ledakan tekanan udara (airblast) saat peledakan.
S = (0,7 – 1) B
Berdasarkan rumus diatas maka panjang steaming berkisar antara 1,75 m – 2,5
m. Kenyataan yang dijumpai dilapangan besarnya steaming yang digunakan
yaitu 2 m yang artinya telah sesuai dengan perhitungan secara matematis.
5. Arah Pemboran
Secara umum arah pemboran terdiri dari dua jenis yaitu :
-Pemboran vertikal
Gambar pemboran vertikal
Pemboran yang digunakan pada salah satu tambang quarry PT Semen Tonasa
yaitu pemboran tegak, dengan alasan pemboran miring memiliki resiko yang
besar.
II.4. Sistem Rangkaian Peledakan
Secara umum terdapat 4 tipe/ cara melakukan penyambungan detonator listrik,
yaitu dirangkai secara :
Seri
Paralel
Paralel – Seri
Seri – Paralel
Tetapi Pada Perusahaan Tambang quarry PT . Semen Tonasasistem rangkaian
yang digunakan adalah rangkaian seri paralel seperti penjelasan dibawah ini :
Rangkaian seri paralel
Dalam hubungan seri – paralel masing-masing sambungan seri digabungkan lagi
dengan hubungan paralel dengan sambungan seri yang lain, seperti terlihat
pada gambar di bawah ini. Tipe hubungan ini sering digunakan bila jumlah total
detonator listrik yang akan diledakkan melebihi 50. Tiap-tiap seri sebaiknya
terbatas hanya 40 detonator atau maksimum resistor 100 ohm.
Gambar. Rangkaian seri paralel