pelayanan kefarmasian bagi pasien dengan … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat...
TRANSCRIPT
PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN ANTIBIOTIKA
DI APOTEK WILAYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Riska Yulia Antyta Bahat
NIM : 148114078
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN ANTIBIOTIKA
DI APOTEK WILAYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Riska Yulia Antyta Bahat
NIM : 148114078
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk Tuhan Yesus Kristus yang selalu
menyertaiku di suka dan dukaku;
untuk Papah dan Adikku yang menjadi sumber semangatku;
untuk mendiang Mamah dan Adik bungsuku tersayang;
untuk rekan dan teman seperjuanganku;
serta untuk almamaterku.
There is no challenge so great
that the fire from deep within your soul cannot overcome it.
You are more powerful than you know.
-
drowning in reverse, Malia K. Auri
“”So do not fear, for I am with you;
do not be dismayed, for I am your God.
I will strengthen you and help you;
I will uphold you with my righteous right hand.”
Isaiah 41 : 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas berkat
dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan
skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan demi meraih
gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak
bantuan serta dukungan dari banyak pihak. Penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes, Ph.D., Apt selaku
pembimbing utama yang membimbing penulis hingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt dan Bapak Dr. Yosef
Wijoyo, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah membantu
penulis dalam menyempurnakan naskah skripsi.
3. Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Pemerintahan Kota
Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian sehingga
penelitian ini dapat terlaksana.
4. Bapak dan Ibu Apoteker di Apotek wilayah Kota Yogyakarta yang
telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu.
Melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan permohonan
maaf kepada seluruh pihak atas kesalahan dan kekurangan yang penulis
lakukan. Penulis mengharapkan saran maupun kritik yang membangun dari
seluruh pihak.
Yogyakarta, 5 Juli 2018
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................. vi
PRAKATA ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
ABSTRAK ........................................................................................................... xii
ABSTRACT .......................................................................................................... xiii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 4
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
LAMPIRAN ......................................................................................................... 15
BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perbandingan Usia Responden .............................................................. 5
Gambar 2. Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 5
Gambar 3. Status Pekerjaan Responden .................................................................. 5
Gambar 4. Perbandingan Lama Bekerja Responden ............................................... 5
Gambar 5. Jenis Antibiotika Yang Sering Dilayani ................................................ 6
Gambar 6. Jumlah Antibiotika Yang Diserahkan Selama Sebulan Terakhir .......... 6
Gambar 7. Frekuensi Pelayanan Resep Dalam Seminggu ...................................... 7
Gambar 8. Perbandingan Jumlah Penerima Resep Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 7
Gambar 9. Rentang Usia Penerima Resep .............................................................. 7
Gambar 10. Frekuensi Apoteker Melakukan Konseling Resep .............................. 8
Gambar 11. Dokter Penulis Resep Antibiotika ....................................................... 8
Gambar 12. Perbedaan Frekuensi Resep Antibiotika Berdasarkan Indikasi ........... 9
Gambar 13. Pelayanan Farmasi Klinis Untuk Resep Antibiotika .......................... 10
Gambar 14. Tindakan Bila Antibiotika Tidak Tersedia ......................................... 11
Gambar 15. Alasan Apoteker Bila Tidak Melayani Resep Antibiotika ................. 11
Gambar 16. Pelaksanaan Permenkes 73 Thn 2016 di Kota Yogyakarta ............... 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent .............................................................................. 16
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian ......................................................................... 17
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian .......................................................................... 21
Lampiran 4. Surat Keterangan Kelaikan Etik ........................................................ 22
Lampiran 5. Tabel Hasil Data Penelitian ............................................................... 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan Usia Responden ................................................................ 23
Tabel 2. Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 23
Tabel 3. Status Pekerjaan Responden .................................................................... 23
Tabel 4. Perbandingan Lama Bekerja Responden ................................................. 23
Tabel 5. Jenis Antibiotika Yang Sering Dilayani .................................................. 24
Tabel 6. Jumlah Antibiotika Yang Diserahkan Selama Sebulan Terakhir ............ 24
Tabel 7. Frekuensi Pelayanan Resep Dalam Seminggu ......................................... 25
Tabel 8. Perbandingan Jumlah Penerima Resep Berdasarkan Jenis Kelamin ....... 25
Tabel 9. Rentang Usia Penerima Resep ................................................................. 25
Tabel 10. Frekuensi Apoteker Melakukan Konseling Resep ................................. 26
Tabel 11. Perbedaan Frekuensi Resep Antibiotika Berdasarkan Indikasi ............. 26
Tabel 12. Dokter Penulis Resep Antibiotika .......................................................... 27
Tabel 13. Pelayanan Farmasi Klinis Untuk Resep Antibiotika ............................. 27
Tabel 14. Tindakan Bila Antibiotika Tidak Tersedia ............................................ 27
Tabel 15. Alasan Apoteker Bila Tidak Melayani Resep Antibiotika .................... 28
Tabel 16. Pelaksanaan Permenkes 73 Thn 2016 di Kota Yogyakarta ................... 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
ABSTRAK
Penggunaan Antibiotika yang tidak terkendali dapat memicu
peningkatan kasus resistensi antibiotika. Peran Apoteker dalam pelaksanaan
pelayanan kefarmasian terkait antibiotika sangat penting. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan pelayanan kefarmasian yang diberikan
apoteker terkait peresepan antibiotika dan pelaksanaan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek berdasarkan Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016 di
wilayah Kota Yogyakarta. Penelitian ini termasuk jenis penelitian non-
eksperimental dengan rancangan penelitian cross-sectional. Kriteria inklusi
dalam penelitian ini merupakan Apoteker yang bertugas di apotek di wilayah
Kota Yogyakarta dengan eksklusi Apoteker yang sedang cuti. Analisis data
yang dilakukan adalah analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Pelayanan Kefarmasian yang diberikan Apoteker
kepada pasien yang menerima peresepan Antibiotika belum dilaksanakan
secara menyeluruh terutama pada pelayanan Home Pharmacy Care (81%),
Monitoring Efek Samping Obat (59%), dan Pemantauan Terapi Obat (56%)
serta belum dilaksanakan sepenuhnya berdasarkan Permenkes No. 73 Tahun
2016 mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Kesimpulan dari
studi ini adalah bahwa empat dari tujuh jenis Pelayanan Kefarmasian yang
tercantum dalam Permenkes No. 73 Tahun 2016 sudah dilaksanakan dengan
baik, sedangkan tiga jenis pelayanan Kefarmasian lainnya belum dilakukan
dengan optimal.
Kata kunci: Standar Pelayanan Kefarmasian, apotek, apoteker,
resistensi antibiotika, pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRACT
The excessive use of antibiotics could cause the rising amount of
antibiotics resistance cases. Pharmacists’ role related to antibiotics is
important. This research aims to describe the pharmaceutical care given by
pharmacist related to antibiotic prescriptions and also to observe the
implementation of the Standard of Pharmaceutical Care in Pharmacies No. 73
in 2016 in dispensaries at Yogyakarta City. This is a non-experimental and
cross-sectional research. The inclusion of this study sre pharmacists who meet
the inclusion list such as working in dispensaries around Yogyakarta City and
the exclusion list such as in the middle of sick/maternity leave. Data were
analyzed by using descriptive statistical analysis. The results show the
pharmaceutical care given by the pharmacists who received antibiotic
prescription has not been implemented thoroughly, particularly at home
pharmacy care service (81%), adverse effect monitoring (59%), and drug
therapeutic monitoring (56%) and also has not been implemented based off
the Standard of Pharmaceutical Care in Pharmacies. The conclusion of this
study is that four out of seven types of pharmaceutical care are practiced by
the pharmacists, but there are three another types which has not been done
optimally.
Keywords: Standard of Pharmaceutical Care, dispensaries, pharmacist,
role perception, antibiotic patient
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Antibiotika adalah agen antimikroba yang memiliki kemampuan
untuk membunuh serta menghentikan pertumbuhan bakteri (Bayarski,
2012). Berdasarkan penelitian mengenai tingkat penggunaan antibiotika
secara global dari tahun 2000 hingga tahun 2010, ditemukan bahwa dalam
kurun waktu sepuluh tahun terjadi peningkatan penggunaan antibiotika
yang signifikan yakni sebanyak 19 miliar standar unit (Boeckel et al.,
2014). Tingginya jumlah pemakaian antibiotika sebagai agen anti infeksi
dapat memicu peningkatan kejadian resistensi antimikroba.
Resistensi antimikroba terjadi ketika bakteri menjadi kebal terhadap
antibiotika. Beberapa faktor penyebab resistensi antibiotika ialah
penggunaan antibiotika yang tidak terkendali serta peresepan kepada
pasien yang kurang tepat (Ventola, 2015). Kurangnya informasi dan
edukasi yang akurat serta mudahnya akses masyarakat untuk mendapatkan
antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya
penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al., 2009).
Apoteker berperan penting dalam menghadapi resistensi antibiotika,
di antaranya dengan menyediakan konseling yang tepat saat melakukan
penyerahan obat kepada pasien atau anggota keluarga pasien; mendorong
pasien untuk mengonsumsi antibiotika yang diresepkan hingga habis;
bekerja sama dengan dokter pemberi resep serta tenaga kesehatan lainnya
penggunaan antibiotika secara efektif dan efisien; serta melakukan
pengawasan terhadap sisa antibiotika serta penggunaannya oleh pasien
(Jakab, 2014). Untuk memastikan bahwa apoteker telah melaksanakan
pelayanan kefarmasian dengan baik, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia pun menyusun Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang
tercantum di dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor
73 Tahun 2016. Peneliti melakukan penelitian mengenai pelayanan
kefarmasian yang diberikan apoteker kepada pasien yang menggunakan
antibiotika. Lokasi penelitian yang dipilih adalah apotek yang tersebar di
wilayah Kota Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian non-eksperimental dengan
rancangan penelitian cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di apotek-
apotek di wilayah Kota Yogyakarta yang sebelumnya sudah dilakukan
sampling dan pengambilan data dilakukan selama periode Februari-Mei
2018. Populasi pada penelitian ini adalah 117 Apotek aktif yang terdaftar
di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta hingga September 2017. Untuk
penelitian deskriptif, Uma Sekaran (1992) menyatakan ukuran sampel
sebaiknya di antara 30 sampai dengan 500 sampel dengan jumlah
minimum sebanyak 30 sampel. Dari 135 apotek, pertama dilakukan seleksi
antara apotek yang masih aktif dan tidak aktif berdasarkan penelusuran
mandiri yang dilakukan penulis. Dari hasil seleksi didapatkan 117 apotek
yang masih aktif beroperasi. Dalam melakukan penarikan contoh
(sampling), penulis menggunakan metode systematic sampling. Pada
metode ini ditentukan bahwa tiap subjek nomor ke sekian akan
dimasukkan ke dalam daftar sampel yang didata. Kemudian penulis
menerapkan metode systematic sampling dengan rumus:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 =
40
117 =
1
2,9 =
1
3
Dari perhitungan di atas dapat dikatakan bahwa setiap 3 nomor urut
pada daftar nama apotek di Kota Yogyakarta akan dijadikan sebagai
sampel, yaitu sebanyak 40 sampel. 40 sampel dipilih dengan pertimbangan
bahwa data sudah memenuhi syarat yakni di atas 30 sampel (Morse, 1994).
Dilakukan penambahan 10 sampel untuk mengantisipasi bila terdapat
responden yang enggan berpartisipasi dalam penelitian ini.
Subyek penelitian adalah responden yang memenuhi kriteria inklusi
yaitu: APA atau Aping yang bekerja di Apotek di wilayah Kota
Yogyakarta berusia minimal 27 tahun dan maksimal 45 tahun yang
memiliki pengalaman melayani peresepan antibiotika, bekerja di apotek
yang melayani minimal 20 resep per minggu, dan bersedia mengisi
kuesioner penelitian secara lengkap dan jelas. Kriteria eksklusi meliputi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
APA atau Aping yang bekerja di Apotek di wilayah Kota Yogyakarta yang
sedang cuti.
Kuesioner dalam penelitian ini terdiri atas empat bagian yaitu
gambaran pelayanan kefarmasian klinis yang diberikan apoteker terhadap
pasien, persepsi apoteker mengenai pelaksanaan pelayanan kefarmasian
klinis terkait antibiotika, pelaksanaan pelayanan kefarmasian klinis
terhadap peresepan antibiotika dan data diri Apoteker.
Penelitian telah mendapat ijin dari Dinas Penanaman Modal dan
Perizinan Kota Yogyakarta dengan nomor izin: 070/0628 dan telah
mendapat persetujuan Ethical Clearance dari Komisi Etik Penelitian
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana
dengan nomor izin: 612/C.16/FK/2018.
Studi Pendahuluan
Peneliti menyusun dan menyelesaikan proposal penelitian serta
mengurus perijinan studi pendahuluan di Dinas Penanaman Modal dan
Perizinan Kota Yogyakarta.
Pengujian Kuesioner
Pada kuesioner dilakukan uji pemahaman bahasa, uji validitas, serta
uji reliabilitas. Uji pemahaman bahasa bertujuan untuk mengetahui tingkat
kesulitan pemahaman responden terhadap kuesioner yang diberikan.
Pengujian pemahaman bahasa dilakukan dengan memberikan kuesioner
kepada lima orang Apoteker yang bekerja di Apotek di luar wilayah Kota
Yogyakarta. Apoteker diminta mengisi pertanyaan pada kuesioner. Hasil
dari uji menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan dalam kuesioner
dapat dipahami oleh Apoteker. Validitas isi kuesioner diuji dengan metode
professional judgement yang dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi.
Dosen melakukan peninjauan kembali terhadap pertanyaan di dalam
kuesioner yang akan digunakan. Kuesioner penelitian dapat dikatakan
reliable (dapat dipercaya) ketika alat ukur tersebut bersifat tepat dan
homogen (Adi, 2004). Golafshani (2003) menyatakan bahwa metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
triangulasi merupakan metode yang tepat terutama untuk penelitian yang
bersifat kualitatif. Penulis menggunakan metode participant feedback,
yang pada penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada
lima Apoteker di luar wilayah penelitian serta melakukan tanya jawab
singkat terkait pertanyaan dalam kuesioner. Feedback yang diterima oleh
penulis kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan verifikasi
terkait kuesioner. Kuesioner diasumsikan reliable karena kedua sifat
dianggap telah terpenuhi.
Penyebaran dan Pengumpulan Kuesioner
Penulis melakukan penyebaran kuesioner secara bertahap dalam
jangka waktu 1-2 minggu dengan mendatangi satu per satu Apotek di
wilayah Kota Yogyakarta. Setelah memperkenalkan diri serta menjelaskan
maksud dan tujuan dari penelitian ini, penulis kemudian memberikan
kuesioner kepada Apoteker. Kuesioner ditinggalkan selama 2-3 hari dan
dikembalikan setelah penulis menyusun janji dengan responden
Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data dilakukan dengan memeriksa kelengkapan
pengisian kuesioner seperti kejelasan tulisan/penandaan pada pilihan
jawaban, konsistensi jawaban, serta relevansi antar jawaban. Jawaban
responden yang sama dalam masing-masing pertanyaan dikelompokkan
dan dianalisis dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2013 serta
dipersentasekan dengan total 100%. Hasil penelitian disajikan dalam
bentuk grafik. Untuk membantu penulis dalam melakukan penarikan
kesimpulan dari penelitian, disusunlah kategori persentase sebagai berikut:
baik jika nilai ≥75%, cukup jika nilai 56-74%, dan kurang baik jika 55%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari masing-masing Apotek di wilayah Kota Yogyakarta, dipilih 1
orang Apoteker sebagai responden. Dari 40 Apotek, sebanyak 6 Apotek
menolak untuk berpartisipasi, sehingga data yang didapat berasal dari 34
responden.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Deskripsi Responden
Dalam penelitian ini, data diri responden yang ditanyakan adalah
usia, jenis kelamin, peran Apoteker, serta lama pengalaman bekerja. Untuk
kategori usia responden, 55,9% responden berusia di antara 27-35 tahun
dan 44,1% responden berusia di antara 36-45 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa kebanyakan Apotek merekrut Apoteker muda dengan rentang usia
27-35 tahun. Untuk kategori gender responden, 70,6% merupakan
responden wanita dan 29,4% merupakan responden pria.
Untuk kategori peran responden, 52,9% responden adalah Aping dan
47,1% responden adalah APA. Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian,
Apoteker dapat dibantu oleh Aping. Dalam hal ini, pelayanan kefarmasian
di Apotek tetap dilayani oleh Apoteker, baik APA maupun Aping. Untuk
kategori lama pengalaman bekerja sebagai Apoteker, sebanyak 47,1%
responden telah bekerja selama 5-9 tahun, 38,2% telah bekerja selama 10-
14 tahun, dan 14,7% responden bekerja < 5 tahun. Semakin lama Apoteker
bekerja di Apotek, semakin banyak pengalaman yang akan didapatkan
terkait Pelayanan Kefarmasian Klinis.
Gambar 3. Status Pekerjaan Responden Gambar 4. Perbandingan Lama Bekerja Responden
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
27-35 thn
36-45 thn
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pria
Wanita
0%
20%
40%
60%
80%
100%
APA
Aping
0%
20%
40%
60%
80%
100%
< 5 thn
5-9 thn
10-14 thn
Gambar 1. Perbandingan Usia Responden Gambar 2. Perbandingan Jumlah Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Pelayanan Kefarmasian Resep Antibiotika Di Apotek
Responden mengisi satu nama atau merk Antibiotika yang paling
banyak dilayani sehingga total data yang didapatkan adalah sebanyak 34
data. Antibiotika yang paling banyak dilayani oleh Apoteker merupakan
Antibiotika spektrum luas yakni Amoxicillin (29,4%), Siprofloksasin
(23,5%), dan Sefadroksil (11,8%).
Dalam waktu satu bulan, 70,58% Apoteker mengeluarkan 1 boks
antibiotika untuk memenuhi kebutuhan pelayanan peresepan antibiotika.
Diketahui pula bahwa satu Apoteker mengeluarkan 5 boks antibiotika
dalam waktu satu bulan, dengan catatan bahwa 1 boks tersebut berisi 20
tablet antibiotika Ciprofloxacin 500 mg merk paten sehingga jumlah yang
dikeluarkan sebanyak 100 tablet. Terdapat 2 Apoteker yang memilih
“Tidak relevan” karena pengeluaran antibiotika di Apotek tersebut kurang
dari 1 boks. Jumlah pengeluaran sebanyak 1 boks per bulan masih belum
bisa disebut tinggi karena berdasarkan penelitian Armansyah (2013),
jumlah pengeluaran tertinggi antibiotika oleh Apotek dapat mencapai
sebanyak 105 boks.
Gambar 5. Jenis Antibiotika Yang Sering Dilayani Gambar 6. Jumlah Antibiotika Yang Diserahkan Selama
Sebulan Terakhir
Untuk kategori frekuensi pelayanan resep yang dilakukan Apoteker,
52,94% responden melakukan pelayanan resep antibiotika 2-3 kali dalam
seminggu, 44,11% responden lainnya melakukan pelayanan resep
antibiotika setiap hari kerja dalam seminggu. Terdapat 1 responden
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100% Amoksisilin
Siprofloksasin
Sefadroksil
Klindamisin
Azitromisin
Kotrimoksazol
Cefixime
Levofloksasin
Eritromisin
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 boks 2 boks 3 boks 5 boks Tidak
relevan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
(2,94%) yang melakukan pelayanan resep antibiotika sekali dalam
seminggu. Kebanyakan Apoteker melayani peresepan Antibiotika 2-3 kali
seminggu. Ini karena Apotek tidak mendapatkan resep Antibiotika setiap
hari.
Untuk gender pasien penerima resep antibiotika, 55,9% responden
menyatakan bahwa jumlah laki-laki dan perempuan yang datang ke
Apotek untuk mendapatkan pelayanan resep antibiotika adalah sama
banyak. 29,4% responden menyatakan bahwa perempuan lebih banyak
datang ke Apotek untuk mendapatkan pelayanan resep Antibiotika, 14,7%
responden menyatakan bahwa hal ini tidak relevan karena Apoteker tidak
memperhatikan adanya perbedaan jumlah di antara perempuan dan laki-
laki.
Untuk kategori usia pasien, kebanyakan pasien yang datang ke
Apotek dan mendapatkan pelayanan resep antibiotika adalah pasien dalam
rentang usia produktif (18-45 tahun). Dalam penelitian ini, rentang usia
30-39 tahun (23,5%) lebih banyak pergi ke Apotek untuk mendapatkan
pelayanan resep Antibiotika.
Gambar 7. Frekuensi Pelayanan Resep Dalam Seminggu Gambar 8. Perbandingan Jumlah Penerima Resep
Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 9. Rentang Usia Penerima Resep
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Setiap Hari
2-3 kali
1 kali
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Perempuan
Laki-Laki
Sama banyak
Tidak relevan
0%
20%
40%
60%
80%
100%<18 th
18-29 th
30-39 th
40-49 th
50-59 th
60-69 th
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Mayoritas apoteker memberikan pelayanan kefarmasian berupa
konseling kepada pasien dengan frekuensi 2-3 kali seminggu yaitu dengan
persentase sebanyak 64,7%. Terdapat pula jawaban lain yaitu frekuensi
setiap hari sebanyak 29,4% dan sekali seminggu dengan persentase 5,9%.
Pelayanan konseling rata-rata dilakukan 2-3 kali seminggu.
Gambar 10. Frekuensi Apoteker Melakukan Konseling Resep
Untuk kategori dokter yang sering menuliskan resep, sebanyak
82,4% Apoteker menerima peresepan antibiotika dari dokter umum. Pada
pertanyaan sebelumnya, antibiotika dengan spektrum luas merupakan
jenis antibiotika yang paling sering diterima dan dilayani oleh Apoteker.
Ini bisa saja terjadi karena mayoritas dokter yang menuliskan resep
merupakan dokter umum yang memberikan resep berupa antibiotika
spektrum luas dengan tujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
yang diduga menimbulkan infeksi sementara menunggu hasil pemeriksaan
mikrobiologi.
Gambar 11. Dokter Penulis Resep Antibiotika
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Setiap hari
2-3 kali
seminggu
Sekali
seminggu
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Dokter
Umum
Dokter
spesialis
PD
Dokter
spesialis
bedah
Lainnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Untuk jenis indikasi yang sering mendapatkan resep Antibiotika,
gangguan pada paru (44,1%) masuk ke dalam kategori indikasi yang sering
dilayani oleh Apoteker untuk mendapatkan Antibiotika dengan resep.
Gambar 12. Perbedaan Frekuensi Resep Antibiotika Berdasarkan Indikasi
Dapat dikatakan bahwa seluruh responden dalam penelitian ini
melakukan pelayanan obat berdasarkan resep dan pelayanan informasi
obat. Pelayanan kefarmasian yang jarang dilakukan oleh apotek adalah
Monitoring Efektivitas (11,8%), Monitoring Ketaatan (5,9%), dan
Monitoring Efek Samping Obat (2,94%). Penelitian Atmini, dkk (2011)
menyebutkan bahwa pelayanan monitoring penggunaan obat jarang atau
bahkan belum dilakukan secara maksimal karena keterbatasan sumber
daya manusia untuk langsung memberikan pelayanan kepada pasien.
Terdapat hasil yang menarik dari pertanyaan ini, yaitu pilihan
Mengatasi Permasalahan Akibat Obat (55,9%). Permasalahan dapat
diketahui melalui skrining resep dan dapat dipastikan dengan melakukan
pemeriksaan riwayat pasien seperti adanya alergi atau resistensi terhadap
antibiotika kelas tertentu. Dapat dikatakan bahwa Apoteker semakin
peduli dalam mencari solusi untuk mengatasi masalah yang timbul terkait
antibiotika yang diresepkan kepada pasien.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Jarang
Sedang
Sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Gambar 13. Pelayanan Farmasi Klinis Untuk Resep Antibiotika
Diketahui bahwa sebanyak 19 Apoteker (55,9%) memilih untuk
merujuk pasien ke Apotek lain apabila antibiotika yang tercantum di resep
milik pasien tidak dimiliki oleh Apotek. Enam Apoteker (17,6%) meminta
dokter penulis resep untuk mengganti antibiotika sesuai persediaan dan
enam Apoteker lainnya (17,6%) meminta pasien untuk menunggu di
Apotek sementara Apoteker akan pergi membelikan di apotek lain.
Terdapat 3 Apoteker (8,82%) yang memilih pilihan “lainnya”, yaitu
berinisiatif mencari antibiotika pengganti lain yang tersedia di apotek,
dengan catatan antibiotika tersebut memiliki komposisi yang sama dengan
antibiotika tercantum pada resep dan atas persetujuan dokter serta pasien.
Tidak adanya Apoteker yang memilih untuk langsung memberikan
Antibiotika sesuai persediaan dapat menunjukkan bahwa Apoteker
menaati Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016, yaitu bila terjadi keraguan
terhadap resep maka hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis
resep dengan memberikan pertimbangan serta solusi dan tidak lupa untuk
menyertakan persetujuan baik dari dokter maupun pasien.
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Gambar 14. Tindakan Bila Antibiotika Tidak Tersedia
Bagian kuesioner selanjutnya ditujukan untuk mengetahui alasan
Apoteker bila tidak melayani pasien dengan resep antibiotika. Lebih dari
50% responden menyatakan bahwa ketatnya aturan pengelolaan
resep/dokumen penggunaan antibiotika yang harus ditaati sesuai guideline
(55,88%) menjadi pilihan dengan persentase yang cukup tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa masih adanya pandangan yang kurang tepat dari
apoteker. Apoteker harus lebih mengutamakan kepentingan pasien dengan
memberikan pelayanan resep antibiotika sebaik mungkin.
Gambar 15. Alasan Apoteker Bila Tidak Melayani Resep Antibiotika
0%
20%
40%
60%
80%
100% Merujuk pasien ke...
Langsung memberikan
Antibiotika...
Minta dokter
mengganti...
Minta pasien
menunggu...
Lainnya
0%
20%
40%
60%
80%
100%
STS
TS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Bagian selanjutnya ditujukan untuk mengetahui penerapan Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Permenkes RI No. 73
Tahun 2016.
Gambar 16. Pelaksanaan Permenkes No. 73 Tahun 2016 di Kota Yogyakarta
Pelayanan Kefarmasian Klinis yang dilakukan oleh Apoteker yang
termasuk dalam kategori baik yakni dispensing (100%), skrining resep
(98%), dan PIO (79%). Pelayanan Kefarmasian Klinis yang termasuk
dalam kategori cukup adalah Konseling (71%). Sedangkan Pelayanan
Kefarmasian Klinis yang termasuk ke dalam kategori kurang baik serta
jarang atau bahkan tidak dilakukan oleh Apoteker, yakni Pemantauan
Terapi Obat (44%), MESO (41%), dan Pelayanan Kefarmasian di Rumah
(19%). Berdasarkan penelitian Atmini, dkk (2011), mayoritas apoteker di
Kota Yogyakarta melakukan Pelayanan Kefarmasian seperti pelayanan
resep, konseling, dan promosi edukasi namun untuk Pelayanan
Kefarmasian di Rumah atau Home Care jarang atau belum dilakukan
secara menyeluruh karena beberapa alasan, di antaranya terbatasnya
jumlah SDM untuk melakukan pemantauan kepada pasien serta program
pendidikan seperti seminar atau pelatihan mengenai monitoring yang
jarang dilakukan.
Dalam pengalaman penulis selama menjadi mahasiswa, dosen
memberikan materi terkait monitoring terhadap pasien dalam
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Ya
Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pembelajaran di kelas. Penulis merasa bahwa bekal teori tidak cukup.
Karena itu perlu ditambahkan praktek monitoring dengan turun langsung
ke lapangan sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dan tidak
hanya sekedar mendapatkan teori dan praktek seadanya di ruang kelas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa empat dari tujuh jenis
Pelayanan Kefarmasian yang tercantum dalam Permenkes No. 73 Tahun
2016 yaitu dispensing, skrining resep, konseling, dan PIO sudah
dilaksanakan dengan cukup baik, sedangkan tiga jenis pelayanan
Kefarmasian lainnya seperti MESO, Pemantauan Terapi Obat, dan
Pelayanan Kefarmasian di Rumah belum dilakukan dengan optimal.
Pelayanan Kefarmasian yang termasuk dalam kategori baik adalah
Pelayanan Obat Resep dan PIO (100%). Pelayanan Kefarmasian yang
termasuk ke dalam kategori cukup adalah Konseling (73,5%) dan
Mengatasi permasalahan terkait obat (55,9%). Pelayanan Kefarmasian
yang masuk ke dalam kategori kurang baik adalah Monitoring Efektivitas
(11,8%), Monitoring ketaatan (5,9%), dan MESO (2,9%). Dalam
melakukan pelayanan terhadap pasien, ketatnya aturan pengelolaan resep
dan dokumen penggunaan antibiotika yang harus ditaati sesuai guideline
mempengaruhi cara pandang Apoteker dalam memberikan pelayanan
kefarmasian kepada pasien. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini
adalah pertanyaan pada kuesioner tidak dilengkapi dengan keterangan atau
alasan responden memilih pilihan tersebut.
Saran untuk penelitian ini ialah perlu dilakukan penelitian sejenis
dengan responden pasien Apotek yang menerima resep antibiotika untuk
mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap Pelayanan Kefarmasian
yang diberikan oleh Apoteker serta dilakukan dalam lingkup wilayah serta
jumlah populasi yang lebih besar dengan metode wawancara ataupun
kombinasikan dengan kuesioner. Selain itu perlu juga ditambahkan
penggalian alasan Apoteker yang tidak melakukan Pelayanan Kefarmasian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
DAFTAR PUSTAKA
Adi, R., 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta, hal. 79-82.
Armansyah, D., Mekarsari, K.A., Kurniawan, I.M.G.A., 2013. Manajemen
Persediaan Obat Antibiotik (Dispensing) Pada Apotek Mulia Farma Singaraja.
Fakultas Ekonomi Universitas Panji Sakti Singaraja. 1-26.
Atmini, K.D., Gandjar, I.G., Purnomo, A., 2011. Analisis Aplikasi Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Kota Yogyakarta. Jurnal Manajemen dan
Pelayanan Farmasi, 1 (1), 49-55.
Azevedo, M.M., Pinheiro, C., Yaphe, J., dan Baltazar, F., 2009. Portuguese students’
knowledge of antibiotics: a cross-sectional study of secondary school and
university students in Braga. BMC Public Health, 6, 1–6.
Bayarski, Y., 2012. Antibiotics and Their Types , Uses and Side Effects [online].
Available from:
http://hamiltoncountypreppers.org/Antibiotics_and_Their_Types.pdf
[Diakses 19 Sep 2017].
Boeckel, T.P. Van, Gandra, S., Ashok, A., Caudron, Q., Grenfell, B.T., Levin, S.A.,
dan Laxminarayan, R., 2014. Global antibiotic consumption 2000 to 2010 : an
analysis of national pharmaceutical sales data. The Lancet Infectious Diseases,
3099 (14), 1–9.
Golafshani, N., 2003. Understanding Reliability and Validity in Qualitative
Research. The Qualitative Report, 8 (4), 597-607.
Jakab, Z., 2014. Pharmacists have decisive role in combating antibiotic resistance.
Copenhagen.
Morse, J.M., 1994. Designing funded qualitative research dalam Denizin, N.K. &
Lincoln, Y.S., Handbook of qualitative research. 2nd Ed. Thousand Oaks. CA.
Sage.
Sekaran, U., 1992. Research Methods for Bussiness. 3rd Edition, Southern Illionis
University.
Ventola, C.L., 2015. The Antibiotic Resistance Crisis Part 1 : Causes and Threats,
40 (4), 277–283.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Lampiran 1. Informed Consent
PERNYATAAN PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Tempat tanggal lahir :
Alamat :
Menyatakan bahwa:
1. Saya telah mendapat penjelasan mengenai kegiatan penelitian dengan judul
Pelayanan Kefarmasian Bagi Pasien Dengan Antibiotika Di Apotek
Wilayah Kota Yogyakarta Tahun 2018.
2. Saya berhak memutuskan untuk keluar dan tidak berpartisipasi lagi dalam
penelitian yang diselenggarakan bila terdapat hal yang tidak sesuai dengan
kesepakatan.
3. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian
serta dijaga kerahasiaannya.
Setelah saya memahami penjelasan yang diberikan, dengan kesadaran dan tanpa
paksaan dari siapapun, saya bersedia ikut serta dalam penelitian ini. Demikian
pernyataan yang saya buat. Semoga bermanfaat.
Yogyakarta,
Peneliti, Yang membuat pernyataan,
(.....................................) (...........................................)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
Pelayanan Kefarmasian Oleh Apoteker Untuk Pasien Dengan Antibiotika Di Apotek
I.
1. Tuliskan nama/jenis antibiotika yang sering anda layani:
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
2. Berapa banyak antibiotika yang digunakan/dikeluarkan dalam 1 bulan terakhir?
a. Tidak ada Penggunaan e. 4 boks * 1 boks = .............Caps/Amp
b. 1 boks f. 5 boks
c. 2 boks g. >5 boks
d. 3 boks h. Tidak relevan
3. Berapa sering anda melayani pasien dengan antibiotika?
a. Setiap hari d. Sekali sebulan
b. 2-3 kali seminggu e. Sekali Setahun
c. Sekali seminggu f. Tidak Pernah
4. Apakah jenis kelamin pasien yang terbanyak mendapatkan antibiotika?
a. Perempuan c. Sama banyak
b. Laki-laki d. Tidak relevan
5. Berapa range (kisaran) umur pasien pada umumnya yang mendapat antibiotika?
a. < 18 th f. 60-69 th
b. 18-29 th g. 70-79 th
c. 30-39 th h. 80-89 th
d. 40-49 th i. 90-99 th
e. 50-59 th j. Tidak relevant
6. Berapa sering anda memberikan konseling kepada pasien yang mendapat antibiotika?
a. Setiap hari d. sekali sebulan
b. 2-3 kali seminggu e. sekali dalam 3-6 bulan
c. Sekali seminggu f. Tidak Pernah
7. Untuk penyakit menular yang manakah antibiotika biasa digunakan ? Silahkan diranking
dari 1-3 dimana 1 adalah yang paling jarang dan 3 yang paling sering digunakan.
Penyakit Menular /Kondisi Ranking
Gangguan fungsi ginjal 1 2 3
Gangguan fungsi Jantung 1 2 3
Gangguan fungsi Paru 1 2 3
Gangguan Fungsi
Pencernakan
1 2 3
Demam 1 2 3
Pre- operasi / Prophylaxis 1 2 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Post-operasi 1 2 3
Operasi Caesar 1 2 3
Yang lain (silahkan tulis):
1 2 3
Pilihan Lain:
a. Tidak yakin tentang apakah penyakit menular memerlukan antibiotika
b. Tidak ada permintaan
8. Peresepan Antibiotika biasanya diberikan oleh :
a. Dokter Umum d. Yang lain : ___________________
b. Dokter Specialis penyakit dalam e. Bukan salah satu di atas
c. Dokter Specialis bedah
9. Pelayanan Pharmaceutical care apa saja yang anda berikan terhadap pasien yang
menggunakan antibiotika? Beri tanda √ sesuai yang anda lakukan.
[ ] Konseling [ ] Monitoring efek samping obat
[ ] Pelayanan obat berdasarkan resep [ ] Monitoring ketatan pasien dalam
menggunakan obat
[ ] Pelayanan Informasi Obat [ ] Tidak melakukan
[ ] Mengatasi permasalahan yang timbul karena penggunaan obat
[ ] Monitoring efektifitas obat [ ] Lainnya
(Tulislah........................................................)
10. Jika ada resep antibiotika yang anda tidak punya, apa yang anda lakukan?
a. Merujuk pasien ke Apotek lain
b. Langsung memberikan antibiotika sesuai persediaan
c. Minta dokter mengganti antibiotika seuai persediaan yang anda punya
d. Minta pasien menunggu sementara anda membelikan ke apotek lain
e. Lainnya (Tulislah): ________________________
II.
Jika Anda tidak melakukan dispensing/pelayanan resep antibiotika, nyatakan alasan Anda
dengan memberi tanda √ pada kolom pilihan sesuai pernyataan pada kolom pertama.
Pernyataan Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju
Setuju Sangat
Setuju
Sebab penyakit menular mempunyai
gejala yang tidak dapat diprediksi dan
saya enggan untuk melayaninya.
Saya takut tertular dan membuat saya
enggan melayaninya.
Takut menghadapi kemungkinan
timbulnya masalah akibat penggunaan
obat/antibiotika
Saya merasa tidak nyaman karena takut
akan timbul masalah adanya interaksi
antibiotika dengan obat lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Banyaknya isu penggunaan obat secara
tidak rasional
Ketatnya aturan pengelolaan resep /
dokumen penggunaan antibiotika yang
harus ditaati sesuai guideline.
Tidak memahami mekanisme aksi
Antibiotika
Tidak memahami penyakit menular
Permintaan hanya sedikit
Pelayanan dilakukan oleh Tenaga
Teknis Kefarmasian
Alasan lain (tuliskan):
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
III.
Ketika menerima resep Antibiotika, saya melakukan:
No. Pertanyaan Pilihan
Ya Tidak
1. Pengkajian resep, meliputi:
a. Kajian administratif
b. Kajian kesesuaian farmasetik
c. Pertimbangan klinis
2. Dispensing , meliputi:
a. Penyiapan Obat
b. Penyerahan Obat
c. Pemberian informasi Obat
3 Pelayanan Informasi Obat (PIO), meliputi:
a. Menjawab pertanyaan pasien serta
menyediakan informasi dan edukasi
kepada pasien mengenai obat
b. Melakukan dokumentasi Pelayanan
Informasi Obat (data pasien, metode
pelayanan informasi obat, dll.)
4 Konseling, meliputi:
a. Menanyakan Three Prime Questions
kepada pasien
b. Menggali informasi serta memberikan
penjelasan pada pasien terkait
penggunaan obat
c. Melakukan verifikasi pada pasien
untuk memastikan tingkat kepahaman
pasien
5 Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home
pharmacy care), meliputi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
a. Pendampingan pengelolaan obat di
rumah (mis. cara pemakaian obat
asma)
b. Identifikasi kepatuhan dan monitoring
penggunaan obat pasien
6 Pemantauan Terapi Obat (PTO), meliputi:
a. Melakukan identifikasi masalah terkait
obat
b. Memberikan rekomendasi atau rencana
tidak lanjut serta
mengkomunikasikannya dengan tenaga
kesehatan lain (mis. dokter yang
menuliskan resep)
7 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Mengidentifikasi obat dan pasien yang
beresiko tinggi mengalami efek samping
suatu obat pada dosis normal
IV. Isilah data diri saudara/i di bawah ini:
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki b. Perempuan
2. Umur : ____
3. Peran :
a. Apoteker Rumah Sakit / Kepala Instalasi Farmasi c. Full time pharmacist
b. Clinical Pharmacist d. Part time pharmacist
4. Pengalaman kerja sebagai managerial/clinical pharmacist:
a. < 5 tahun d. 15-20 tahun
b. 5-9 tahun e. > 20 tahun
c. 10-14 tahun
Terima kasih atas waktu Anda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lampiran 4. Surat Keterangan Kelaikan Etik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 5. Tabel Data Penelitian
Tabel I. Usia Responden
No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)
1 27 – 35 tahun 19 55,88%
2 36 – 45 tahun 15 44,12%
Total 34 100%
Tabel II. Jenis Kelamin Responden
No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)
1 Pria 10 29,41%
2 Wanita 24 70,59%
Total 34 100%
Tabel III. Peran Apoteker di Apotek
No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)
1 Apoteker Pengelola Apotek 18 52,94%
2 Apoteker Pendamping 16 47,06%
Total 34 100%
Tabel IV. Pengalaman Bekerja Sebagai Apoteker
No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)
1 < 5 tahun 5 14,70%
2 5 – 9 tahun 16 47,07%
3 10 – 14 tahun 13 38,23%
4 15 – 20 tahun 0 0%
5 > 20 tahun 0 0%
Total 34 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Tabel V. Antibiotika yang paling banyak dilayani
No Antibiotika Golongan Jumlah Persentase
(%)
1 Amoksisilin Penisilin 10 29,41
2 Siprofloksasin Fluorokuinolon gen 2 8 23,52
3 Sefadroksil Sefalosporin gen 1 4 11,76
4 Klindamisin Makrolida 3 8,82
5 Azitromisin Makrolida 2 5,88
6 Kotrimoksazol Sulfonamida 2 5,88
7 Cefixime Sefalosporin gen 3 2 5,88
8 Levofloksasin Fluorokuinolon gen 3 1 2,94
9 Eritromisin Makrolida 1 2,94
10 Metronidazol Nitroimidazol 1 2,94
Total 34 100
Tabel VI. Penggunaan antibiotika dalam satu bulan terakhir
No Jumlah Antibiotika yang
dikeluarkan (boks)
Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1 Tidak ada penggunaan 0 0
2 1 24 70,58
3 2 6 17,64
4 3 1 2,94%
5 4 0 0
6 5 1* 2,94%
7 >5 0 0
8 Tidak relevan 2 5,88%
1 boks = 100 kapsul/tablet
* 1 boks = 20 kapsul/tablet 34 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Tabel VII. Frekuensi apoteker dalam melakukan pelayanan resep antibiotika
No Frekuensi dalam
melakukan pelayanan Jumlah
Persentase (%)
N = 34
1 Setiap hari 15 44,11
2 2-3 kali seminggu 18 52,94
3 Sekali seminggu 1 2,94
4 Sekali sebulan 0 0
5 Sekali setahun 0 0
6 Tidak pernah 0 0
Total 34 100
Tabel VIII. Jenis kelamin pasien penerima resep antibiotika
Tabel IX. Kisaran umur pasien penerima antibiotika
No. Rentang Usia (tahun) Jumlah Persentase (%) n=34
1 < 18 2 5,88
2 18-29 7 20,58
3 30-39 8 23,52
4 40-49 6 17,64
5 50-59 4 11,76
6 60-69 5 14,70
7 70-79 2 5,88
8 80-89 0 0
9 90-99 0 0
10 Tidak relevan 0 0
Total 34 100
No. Pilihan jawaban Jumlah Persentase (%) n=34
1 Perempuan 10 29,41
2 Laki-laki 0 0
3 Sama banyak 19 55,88
4 Tidak relevan 5 14,70
Total 34 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Tabel X. Frekuensi apoteker melakukan konseling resep antibiotika
Tabel XI. Frekuensi penyakit/kondisi tertentu dalam peresepan antibiotika
No. Pilihan
Jumlah (n) & Persentase (%)
Hasil 1
(jarang)
2
(sedang)
3
(sering)
1 Gangguan fungsi
ginjal
31
(91,17)
3
(8,82)
0
(0) Jarang
2 Gangguan fungsi
jantung
30
(88,23)
4
(11,76)
0
(0) Jarang
3 Gangguan fungsi
paru
10
(29,41)
9
(26,47)
15
(44,11) Sering
4 Gangguan fungsi
pencernaan
14
(41,17)
15
(44,11)
5
(14,70) Sedang
5 Demam 14
(41,17)
19
(55,88)
1
(2,94) Sedang
6 Pre-operasi 22
(64,70)
7
(20,58)
5
(14,70) Jarang
7 Post-operasi 27
(79,41)
5
(14,70)
2
(5,88) Jarang
8 Operasi caesar 23
(67,64)
9
(26,47)
2
(5,88) Jarang
9 Lainnya 0 0 0 -
10 Tidak yakin 0 0 0 -
11 Tidak ada
permintaan 0 0 0 -
No. Frekuensi konseling Jumlah Persentase (%)
1 Setiap hari 10 29,41
2 2-3 kali seminggu 22 64,70
3 Sekali seminggu 2 5,88
4 Sekali sebulan 0 0
5 Sekali dalam 3-6 bulan 0 0
6 Tidak pernah 0 0
Total 34 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Tabel XII. Frekuensi dokter penulis peresepan antibiotika
No. Pilihan Jumlah Persentase (%)
1 Dokter umum 28 82,35
2 Dokter spesialis penyakit dalam 3 8,82
3 Dokter spesialis bedah 2 5,88
4 Lainnya 1 2,94
5 Bukan yang di atas 0 0
Total 34 100
Tabel XIII. Pelayanan Kefarmasian yang diberikan terkait peresepan antibiotika
Tabel XIV. Tindakan Apoteker bila antibiotika tidak tersedia di Apotek
No. Pilihan Jumlah Persentase
(%)
1 Merujuk pasien ke Apotek lain 19 55,88
2 Langsung memberi antibiotika sesuai persediaan 0 0
3 Minta dokter mengganti antibiotika sesuai persediaan
yang dimiliki 6 17,64
4 Minta pasien menunggu sementara anda membelikan
ke apotek lain 6 17,64
5 Lainnya 3 8,82
Total 34 100
No. Pilihan Jumlah
(n)
Persentase
(%)
1 Konseling 25 73,52
2 Pelayanan obat resep 34 100
3 Pelayanan Informasi Obat 34 100
4 Mengatasi permasalahan karena penggunaan obat 19 55,88
5 Monitoring efektifitas obat 4 11,76
6 Monitoring Efek Samping Obat 1 2,94
7 Monitoring ketaatan 2 5,88
8 Lainnya 0 0
9 Tidak melakukan 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Tabel XV. Alasan Apoteker jika tidak melakukan pelayanan kefarmasian terkait Antibiotika
No. Pilihan STS
(%)
TS
(%)
S
(%)
SS
(%) Hasil
1 Sebab penyakit menular punya gejala yang tidak dapat diprediksi dan saya
enggan untuk melayaninya.
0
(0)
18
(52,94)
16
(47,05)
0
(0) Tidak setuju
2 Saya takut tertular dan membuat saya enggan melayaninya. 15
(44,11)
19
(55,88)
0
(0)
0
(0) Tidak setuju
3
Takut menghadapi kemungkinan timbulnya masalah akibat penggunaan
obat/antibiotika
1
(2,94)
15
(44,11)
17
(50)
1
(2,94) Setuju
4 Saya merasa tidak nyaman karena takut akan timbul masalah adanya
interaksi antibiotika dengan obat lain
0
(0)
18
(52,94)
16
(47,05)
0
(0) Tidak setuju
5 Banyaknya isu penggunaan obat secara tidak rasional 0
(0)
15
(44,11)
18
(52,94)
1
(2,94) Setuju
6 Ketatnya aturan pengelolaan resep/dokumen penggunaan antibiotika yang
harus ditaati sesuai guideline
0
(0)
14
(41,17)
19
(55,88)
1
(2,94) Setuju
7 Tidak memahami mekanisme aksi antibiotika 14
(41,17)
20
(58,82)
0
(0)
0
(0) Tidak setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Tabel XVI. Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Terkait Resep Antibiotika berdasarkan Permenkes No. 73 Tahun 2016
No. Pilihan Ya
(%)
Tidak
(%)
1.
Skrining
Administratif 34
(100)
0
(0)
Farmasetika 33
(97,05)
1
(2,94)
Klinis 33
(97,05)
1
(2,94)
100
(98,02)
2
(1,98)
8 Tidak memahami penyakit menular 0
(0)
18
(52,94)
16
(47,05)
0
(0) Tidak setuju
9 Permintaan hanya sedikit 0
(0)
18
(52,94)
16
(47,05)
0
(0) Tidak setuju
10 Pelayanan dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian 1
(2,94)
19
(55,88)
14
(41,17)
0
(0) Tidak setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2.
Dispensing
Penyiapan obat 34
(100)
0
(0)
Penyerahan obat 34
(100)
0
(0)
Pemberian informasi Obat 34
(100)
0
(0)
102
(100)
0
(0)
3.
Pelayanan Informasi
Obat (PIO)
Menjawab pertanyaan pasien serta menyediakan informasi dan edukasi kepada
pasien mengenai obat
34
(100)
0
(0)
Melakukan dokumentasi Pelayanan Informasi Obat (data pasien, metode
pelayanan informasi obat, dll.)
20
(58,82)
14
(41,17)
54
(79,41)
14
(20,59)
4.
Konseling
Menanyakan 3 Prime Question kepada pasien yang membawa resep 19
(55,88)
15
(44,11)
Menggali informasi serta memberikan penjelasan pada pasien terkait
penggunaan obat
34
(100)
0
(0)
Melakukan verifikasi pada pasien untuk memastikan tingkat kepahaman pasien 19
(55,88)
15
(44,11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
72
(70,58)
30
(29,42)
5.
Pelayanan Kefarmasian
di Rumah
Pendampingan pengelolaan obat di rumah 13
(38,23)
21
(61,76)
Identifikasi kepatuhan dan penggunaan obat di rumah 0
(0)
34
(100)
13
(19,11)
55
(80,89)
6.
Pemantauan Terapi Obat
Melakukan identifikasi masalah terkait obat 15
(44,11)
19
(55,88)
Memberikan rekomendasi tindak lanjut serta berkomunikasi dengan tenaga
kesehatan lain (mis. dokter penulis resep)
15
(44,11)
19
(55,88)
30
(44,11)
38
(55,89)
7.
Monitoring Efek
Samping Obat (MESO)
Mengidentifikasi obat dan pasien yang beresiko tinggi mengalami efek samping
suatu obat pada dosis normal
14
(41,17)
20
(58,82)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Pelayanan
Kefarmasian Bagi Pasien Dengan Antibiotika
Di Apotek Wilayah Kota Yogyakarta Tahun
2018” bernama Riska Yulia Antyta Bahat,
putri pertama dari pasangan Iden S. Bahat, SE
dan (Almh) Yiyin R. Tumon, SE. Penulis lahir
di Palangka Raya pada tanggal 20 Juli 1996.
Pendidikan yang telah ditempuh yakni TK
Adhyaksa XVIII Palangka Raya (2000-2002), kemudian penulis
melanjutkan ke SDN Percobaan Palangka Raya (2002-2008). Setelah lulus,
penulis melanjutkan ke SMPN 2 Palangka Raya (2008-2011). Penulis
kemudian melanjutkan ke SMAN 2 Palangka Raya (2011-2014), dan
selanjutnya menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2014.
Penulis mendapatkan penghargaan dari HMJ Sastra Inggris Universitas
Negeri Malang atas partisipasinya sebagai peserta dalam kegiatan
National English Olympiad “Let Your Creation Burst” (2012). Selama
menjadi mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, penulis
berpartisipasi sebagai peserta dalam kegiatan Seminar Nasional
Interprofessional Health Care “Take Care Your Miraculous Filter
Perfectly” (2014) dan Seminar Nasional Interprofessional Health Care
“Good Team, Good Work, Dood Result for The Better Future” (2016),
serta turut berpartisipasi sebagai panitia dalam kegiatan Desa Mitra II:
Penyuluhan Hipertensi dan Desa Mitra III & IV: Senam Sehat, Penyerahan
TOGA, dan Pengobatan Gratis “Pola Hidup Sehat, Tekanan Darah
Terkendali” (2014) sebagai Sekretaris II. Penulis juga mengikuti kegiatan
Farmasi 3 on 3 and Dance Competition “Journey to the Top” (2016)
dengan jabatan Koordinator Divisi P3K.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI