pelatihan · vi daftar isi pelatihan hukum pidana khusus bagi hakim tinggi - makassar sesi ii...

190

Upload: others

Post on 27-Dec-2019

15 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 2: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 3: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

PelatihanHukum Pidana Khusus

Bagi Hakim Tinggi(MAKASSAR, 05 - 08 November 2012)

Proceeding

Komisi Yudisial Republik IndonesiaBiro Rekrutmen, Advokasi dan Peningkatan Kapasitas Hakim

© 2012

Page 4: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 5: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

PelatihanHukum Pidana Khusus

Bagi Hakim Tinggi(MAKASSAR, 05 - 08 November 2012)

Proceeding

Page 6: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

Georgia 11, xxxii+155 hlm, 15x21 cmCetakan Pertama, Agustus 2013

Penanggung JawabDanang Wijayanto

PengarahAnggota Komisi Yudisial

Alamat Redaksi: Komisi Yudisial Jl. Kramat Raya No. 57 Jakarta PusatPO.BOX 2685 Telp: (021) 390 5876Fax: (021) 390 6215website: www.pkh.komisiyudisial. go.id

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin tertulis dari Penerbit

KetuaHeru Purnomo

WakilHamka Kapopang

SekretarisLina Maryani

PenyuntingM. Muslih Aris Purnomo

Penyelaras AkhirDodi Widodo

SekretariatAdli ArdiantoEva DewiIndah Dwi PermatasariNur Aini Fatmawati

Layout & Desain SampulFajar Dewo Sukmono

Tim Penyusun

Page 7: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

v

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Daftar Isi

Tim Penyusun iv

Daftar Isi v

Kata Pengantar ix

Pendahuluan xi

Sambutan Ketua Komisi Yudisial xxi

Sambutan Ketua Mahkamah Agung xxvii

SESI I KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM (KEEPH)

Dr. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H.

Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim

A. Etika (Kode Etik) 3

B. Konsepsi Penilaian Etika Perilaku 4

C. Tujuan KEPPH 5

D. Fungsi KEPPH 5

E. KEPPH 6

F. Derajat Sanksi 8

Dr. Jaja Ahmad Jayus, S.H., M.Hum.

Problematik Hukum dalam Putusan Berbasis Perspektif

Laporan Masyarakat Laporan Masyarakat dan Riset Putusan

A. Definisi 11

B. Perspektif Masyarakat kepada Hakim 11

C. Aspek Penilitian Putusan 12

D. Penjabaran Nilai Dasar Profesi 18

Tanya Jawab 19

Page 8: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

viDAFTAR ISI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI

Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum.

Ketentuan Tentang Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Dan

Materi Tentang Beban Pembuktian Terbalik Dalam Perkara Tindak

Pidana Pencucian Uang

A. Penyedia Barang dan Jasa/Kontraktor 26

B. Pembuktian Terbalik 29

Diskusi dan Tanya Jawab 31

SESI III TINDAK PIDANA PERBANKAN

Prof. Dr. Sutan Remy Syahdeini, S.H.

Tindak-Tindak Pidana Perbangkan Indonesia

A. Pengertian Tindak Pidana Perbankan 43

B. Pasal Sapu Jagad 44

C. Penghimpunan Dana Simpanan Tanpa Ijin BI 50

D. Pengawasan Bank 55

E. Tindak Pidana Pelanggaran Pasal 30 dan 34 UUP 56

F. Tindak Pidana Rahasia Bank 57

G. Rahasia Bank 58

Tanya Jawab 69

SESI IV ETIKA PERILAKU

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo

Etika Perilaku

A. Pengertian Etika 75

B. Etika dan Moral 75

C. Perilaku 77

D. Etika Perilaku 81

E. Profesionalisme 83

F. Kode Etik 86

G. Ruang Lingkup Kode Etik 86

Tanya Jawab 87

Page 9: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

viiDAFTAR ISI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

SESI V TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Dr. Yunus Husein, S.H., M.H.

Tindak Pidana Pencucian Uang Dan Pembuktian Terbalik

A. Kendala Pemberantasan Tindak Pidana 97

B. Fokus Pembahasan 98

C. Kasusa.n.BahasyimAssifie 107

D. Kasus a.n. Yudi Hermawan 112

Tanya Jawab 113

SESI VI KEJAHATAN KORPORASI

Dr. Gunawan Widjaja, S.H., M.H., M.M.

Kejahatan Korporasi

A. Pengertian 121

B. Pertanggungjawaban 121

C. Wujud Penegakan Hukum 122

D. Direksi 127

Tanya Jawab 129

SESI VII DISKUSI KELOMPOK 137

Penutup 147

Lampiran

Foto Kegiatan 149

Susunan Acara 151

Daftar Peserta 152

Page 10: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 11: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

ix

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami

sehingga berhasil menyelesaikan Proceeding Pelatihan

Hukum Pidana Khusus Bagi Hakim Tinggi yang dilaksanakan

pada tanggal 05 s.d. 08 November 2012 di Makasar.

Proceeding ini berisikan tentang bahan ajar pelatihan

yang meliputi: Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, Tindak

Pidana Korupsi, Tindak Pidana Narkotika, Kejahatan Korporasi,

Tindak Pidana Lingkungan. Pada proceeding ini juga disertakan

tanya jawab dan hasil diskusi kelompok dari peserta. Proceeding

ini diharapkan dapat menjadi sarana sharring bagi para hakim

dalam rangka peningkatan kapasitas hakim.

Kami menyadari bahwa proceeding ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang

bersifat membangun selalu diharapkan untuk kesempurnaan

proceeding ini.

Akhir kata, disampaikan terima kasih kepada semua pihak

yang berperan serta dalam penyusunan proceeding ini dari awal

sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala

usaha kita. Amin.

Jakarta, November 2012

Tim Penyusun

Page 12: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 13: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xi

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kita semua tentu masih ingat dengan ungkapan

dalam Bahasa Belanda yang berbunyi “Het recht hinkt

acther de feiten aan” yang dapat diartikan bahwa hukum itu

ketinggalan dari peristiwanya. Hukum yang dimaksud dalam

ungkapan tersebut adalah hukum tertulis yang tertuang

dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Hukum

tertulis tidak bisa dengan cepat mengikuti perkembangan

hukum yang berlaku di masyarakat karena untuk melakukan

perubahan peraturan perundang-undangan harus melalui

prosedur tertentu yang tidak dapat dilakukan setiap saat.

Untuk mengakomodasi perkembangan hukum yang

berlaku di masyarakat, seringkali pembuat undang-undang

mencantumkan ketentuan tertentu, peraturan perundang-

undangan tetap dapat diberlakukan dan permasalahan

hukum yang berkembang di masyarakat juga dapat

diselesaikan.

Dalam konteks hukum pidana, pembuat undang-

undang memberikan peluang bagi perkembangan hukum

pidanabarudiluarhukumpidanayangtelahdikodifikasikan

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Aturan Penutup Pasal 103 KUHP menyatakan, “Ketentuan-

ketentuan dalam Bab I sampai dengan Bab VIII buku

ini juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh

ketentuan perundang-undangan lainnya diancam dengan

Page 14: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xiiPENDAHULUAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

pidana, kecuali jika oleh undang-undang ditentukan lain”.

Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi

kemungkinan munculnya bentuk-bentuk kejahatan baru

yang belum terpikirkan pada saat mengkodifikasikan

hukum pidana. Kemungkinan untuk mengakomodasi

perkembangan hukum tidak saja diatur dalam hukum

pidana materiil, melainkan juga dalam ranah hukum formil

sebagaimana dalam Pasal 284 ayat (2) Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang menyatakan, “Dalam

waktu dua tahun setelah undang-undang ini diundangkan,

maka terhadap semua perkara diberlakukan ketentuan

undang-undang ini, dengan pengecualian untuk sementara

mengenai ketentuan khusus acara pidana sebagaimana

tersebut pada undang-undang tertentu, sampai ada

perubahan dan atau dinyatakan tidak berlaku”. Ketentuan

tersebut diharapkan dapat mengantisipasi perkembangan

masyarakat, dimana banyak kejahatan konvensional

dilakukan dengan modus operandi yang canggih sehingga

diperlukan proses beracara dengan menggunakan teknik

atau prosedur khusus untuk mengungkap suatu kejahatan.

Seiring dengan perkembangan masyarakat,

bentuk-bentuk kejahatan dan atau perbuatan pidana juga

mengalami perkembangan. Kejahatan dan atau perbuatan

pidana berkembang sebagai dampak dari masalah sosial

yang dipengaruhi oleh interaksi struktur politik, ekonomi,

sosial, dan ideologi masyarakat. Bentuk-bentuk kejahatan

baru dan atau perbuatan-perbuatan baru yang kemudian

dikrimalkan dapat dikualifikasikan sebagai hukum pidana

khusus. Hukum pidana khusus ini memuat norma, sanksi,

asas hukum, dan prosedur penanganan secara khusus yang

Page 15: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xiiiPENDAHULUAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

berbeda dengan hukum pidana konvensional yang telah

dikodifikasikan dalam hukum pidana dan hukum acara

pidana. Hukum pidana khusus yang berkembang dewasa

ini, diantaranya adalah tindak pidana korupsi, tindak pidana

narkotika, kejahatan korporasi, tindak pidana lingkungan,

tindak pidana perbankan, tindak pidana pencucian uang

dan lain-lain. Hukum pidana khusus diatas mengalami

perkembangan sangat pesat sehingga telah diatur dalam

peraturan perundang-undangan secara khusus baik hukum

materiilnya maupun hukum formilnya.

Hakim yang mempunyai tugas pokok memeriksa dan

memutus perkara melalui proses persidangan di pengadilan,

tidak mungkin menutup mata dengan perkembangan hukum

termasuk didalamnya hukum pidana khusus. Hakim harus

senantiasa mengikuti perkembangan hukum pidana khusus

sehingga putusan yang dihasilkan dapat mencerminkan

nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.

Hakim dituntut untuk mengembangkan kemampuan

pengetahuan hukum termasuk hukum pidana khusus baik

mulai dari norma hukum yang berlaku di masyarakat, asas-

asas hukum, kaidah-kaidah hukum, peraturan perundang-

undangan, sampai dengan penerapan hukum yang

dimanifestasikan dalam bentuk putusan pengadilan. Komisi

Hukum Nasional (KHN) memberikan kriteria kemampuan

pengetahuan hukum yang harus dimiliki hakim meliputi

penguasaan atas ilmu hukum, kemampuan berpikir yuridis,

kemahiran yuridis (penerapan hukum), serta kesadaran dan

komitmen profesional. Dalam rangka mengembangkan

kemampuan hakim terhadap perkembangan hukum

pidana khusus, Komisi Yudisial memandang perlu untuk

Page 16: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xivPENDAHULUAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

menyelenggarakan Pelatihan Hukum Pidana Khusus bagi

Hakim Tinggi.

B. Tujuan

Tujuan penyelenggaraan Pelatihan Hukum Pidana Khusus

bagi Hakim Tinggi ini, adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan Hakim Tinggi terhadap

perkembangan hukum pidana khusus.

2. Menyediakan wadah sharing pengalaman bagi Hakim

Tinggi mengenai proses penanganan perkara tindak

pidana khusus.

3. Menyamakan persepsi terkait proses penanganan

perkara tindak pidana khusus.

C. Target

Target penyelenggaraan Pelatihan Hukum Pidana Khusus

bagi Hakim Tinggi ini, adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya pengetahuan Hakim Tinggi terhadap

perkembangan hukum pidana khusus.

2. Tersedianya wadah sharing pengalaman bagi Hakim

Tinggi mengenai proses penanganan perkara tindak

pidana khusus.

3. Adanya kesamaan persepsi bagi Hakim Tinggi dalam

menangani perkara tindak pidana khusus.

D. Metode Pelatihan, Narasumber, dan Fasilitator

1. Metode

Pemilihan metode pelatihan sangat berperan penting

untuk mencapai tujuan pelatihan. Pemilihan metode

pelatihan perlu memperhatikan calon peserta

Page 17: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xvPENDAHULUAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

pelatihan yakni Hakim Tinggi yang pada umumnya

mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Hakim mempunyai pengetahuan dan pengalaman

tertentu yang masing-masing berbeda satu sama

lain.

b. Hakim lebih suka diajak sharing daripada digurui.

c. Pada umumnya lebih menyukai hal-hal yang

bersifat praktis.

d. Membutuhkan suasana akrab dengan menjalin

hubungan yang erat.

e. Lebih menyukai cara belajar yang melibatkan

mereka.

Berdasarkan karakteristik diatas, metode pelatihan

yang sesuai adalah metode pendidikan bagi orang

dewasa (andragogy system) atau sering disebut

dengan pelatihan partisipatif. Metode tersebut dapat

dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:

a. Ceramah yang disertai alat peraga.

b. Diskusi kelompok.

c. Pengalaman terstruktur, dll.

2. Narasumber

Narasumber dalam pelatihan partisipatif berperan

dalam memberikan pengantar mengenai materi

tertentu dalam hal ini mengenai hukum pidana khusus

dan memberikan sharing pengetahuan terhadap topik-

topik yang menjadi pertanyaan peserta pelatihan.

Secara teknis setiap narasumber akan diberikan waktu

30 menit untuk menyampaikan materi yang telah

disiapkan dan merangsang diskusi peserta. Selanjutnya

peserta mendiskusikan materi yang telah disampaikan

Page 18: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xviPENDAHULUAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

baik dalam bentuk diskusi kelompok ataupun dalam

bentuk tanya jawab dengan Narasumber. Dalam hal

terdapat pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab

dalam diskusi kelompok, diharapkan Narasumber

dapat memberikan sharing pengetahuannya.

3. Fasilitator

Fasilitator dalam pelatihan partisipatif berfungsi

menstimulus dinamika forum pelatihan dan

mengendalikan pelatihan agar dapat mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Fasilitator perlu

mengendalikan penggunaan waktu secara optimal

dengan mengkombinasikan antara fleksibilitas dan

efektifitas penggunaan waktu dengan berpegangan

pada prinsip menghargai peserta, membangun proses

yang partisipatori dan hasil yang terukur. Beberapa

prinsip yang perlu dipertimbangkan adalah:

a. Pertimbangkan semua pilihan kata, istilah,

contoh, dan tindakan. Hindari kemungkinan

salah interpretasi atau multi interpretasi. Kesan

pertama sering menentukan hubungan lanjutan.

Hindari hal-hal yang membuat peserta merasa

tidak nyaman.

b. Gaya fasilitator-unsur penting mengatur atmosfer

pelatihan. Hal-hal yang harus dilakukan oleh

seorang fasilitator adalah:

1) Tetapkan peran Anda dalam pikiran Anda

sendiri.

2) Tetapkan harapan-harapan dan kebutuhan-

kebutuhan peserta dan juga harapan Anda

sebagai fasilitator.

Page 19: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xviiPENDAHULUAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

3) Ciptakan atmosfer yang mendukung dimana

orang-orang merasa bebas untuk beropini

dan mengambil resiko.

4) Peka terhadap proses komunikasi, termasuk

bahasa tubuh peserta dan Anda sendiri.

5) Dengarkan dengan empati; jangan

memotong.

6) Hargai ide yang mungkin tidak Anda setujui.

7) Gunakan pujian, pengakuan, dan lain-lain,

untuk memperkuat kepercayaan diri.

8) Hadapi peserta yang “sulit” dengan cara

yang terhormat.

9) Selalu semangat, energi Anda tampaknya

akan menggosok peserta.

10) Gunakan icebreaker dan/atau pembuka

yang nyaman untuk Anda dan Anda rasa

peserta juga akan merasa nyaman.

11) Dapatkan umpan balik selama kegiatan dan

pada akhir tiap bagian.

12) Buatlah diri Anda terbuka untuk pertanyaan-

pertanyaan. Gunakanlah metode discovery

learning, buatlah agar peserta menemukan

sendiri jawaban-jawaban atas persoalan

yang muncul.

c. Peran fasilitator dalam diskusi kelompok bukan

hanya merangkum informasi yang disajikan, tetapi

untuk mensintesakannya. Fasilitator memainkan

perankuncidalammengidentifikasiunsur-unsur

umum yang digarisbawahi oleh peserta, dan

menyampaikan kepada peserta untuk berpikir

Page 20: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xviiiPENDAHULUAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

lebih jauh apa arti kerja kelompoknya dalam

hubungannya dengan kerja mereka sehari-hari.

E. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

Materi yang akan menjadi pokok pembahasan dan sub

pokok pembahasan dalam Pelatihan Hukum Pidana Khusus

bagi Hakim Tinggi ini, adalah sebagai berikut:

1. Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, dengan Sub

pokok bahasan meliputi:

a. Sejarah lahirnya KEPPH;

b. Muatan materi KEPPH;

c. Bentuk-bentuk pelanggaran hakim terhadap

KEPPH; dan

d. Proses penanganan laporan masyarakat kepada

Komisi Yudisial terhadap hakim yang diduga

melakukan pelanggaran KEPPH.

2. Tindak Pidana Korupsi, dengan sub pokok bahasan

meliputi:

a. Undang-undang tentang Pengadaan Barang dan

Jasa;

b. Posisi bawahan-atasan dalam pelaksanaan DIPA;

c. Asset recovery, dan

d. Pembuktian terbalik

3. Tindak Pidana Narkotika, dengan sub pokok bahasan

meliputi:

a. Pengertian, bentuk-bentuk, dan modus operandi

tindak pidana narkotika;

b. Kebijakan hukum pidana dalam penanggulangan

tindak pidana narkotika; dan

c. Proses penegakan hukum tindak pidana narkotika.

Page 21: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xixPENDAHULUAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

4. Kejahatan Korporasi, dengan sub pokok bahasan

meliputi:

a. Bentuk dan modus kejahatan korporasi;

b. Pertanggungjawaban pidana oleh korporasi; dan

c. Penegakan hukum terhadap kejahatan korporasi.

5. Tindak Pidana Lingkungan, dengan sub pokok

bahasan meliputi:

a. Masalah strict liability;

b. Ketentuan Hukum Lingkungan Hidup; dan

c. Proses penegakan tindak pidana lingkungan

hidup.

6. Tindak Pidana Perbankan, dengan sub pokok bahasan

meliputi:

a. Pengertian dan ruang lingkup tindak pidana

perbankan;

b. Jenis-jenis tindak pidana perbankan dan

perkembangannya; dan

c. Proses penegakan tindak pidana perbankan.

7. Tindak Pidana Pencucian Uang, dengan sub pokok

bahasan meliputi:

a. Perkembangan tindak pidana pencucian uang;

b. Pola dan modus tindak pidana pencucian uang;

dan

c. Proses penegakan hukum tindak pidana pencucian

uang.

Page 22: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 23: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xxi

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

SambutanKetua Komisi Yudisial

Bapak Prof. Dr. Surya Jaya, S.H.,

M.H. yang mewakili Ketua

Mahkamah Agung Republik

Indonesia, Bapak Ketua Pengadilan Tinggi

Makassar yang saya hormati, Bapak Sekda

Propinsi Sulawesi Selatan yang mewakili

Bapak Gubernur, Bapak Kepala Kejaksaan

Tinggi Sulawesi Selatan yang saya hormati,

Pangdam Wirabuana atau yang mewakili, Kapolda Sulawesi

Selatan atau yang mewakili dan Kanwil Hukum dan HAM atau

yang mewakili yang saya hormati.

Ibu dan Bapak para peserta pelatihan Yang Mulia yang

semoga dimuliakan Allah SWT.

Puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga kita dapat

berkumpul bersama pada malam hari ini untuk membuka acara

pelatihan.

Yang terhormat juga Dirjen Badilum Bapak Dr. Cicut

Sutiarso yang telah mengirimkan langsung nama-nama para

peserta pelatihan kepada saya, terima kasih.

Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga.

Page 24: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xxiiSAMBUTAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Kegiatan pelatihan tematik pidana khusus bagi Hakim

Tinggi kali ini bagi Komisi Yudisial sesungguhnya merupakan

pelaksanaan dari wewenang dan tugas yang diberikan oleh

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011.

Pelatihan tematik ini dalam kaitannya dengan peningkatan

kapasitas dan untuk kesejahteraan dan telah diundangkannya

PP No.94 Tahun. 2012 tentang hak keuangan dan fasilitas hakim

yang berada di bawah Mahkamah Agung.

Pada bulan April 2012, sekurang-kurangnya ada 3 hakim

yang demo ke Komisi Yudisial, mereka sms kepada saya dan

mengucapkan terima kasih. Namun saya katakan bahwa tidak

perlu berterima kasih kepada kami karena ini bukan hanya kerja

Komisi Yudisial namun kerja seluruh pihak. Kerja Mahkamah

Agung, kerja Kementerian Keuangan, DPR, Menpan-RB dan

Komisi Yudisial.

Akan tetapi tidak sampai disitu karena Komisi Yudisia

sudah siap-siap menghadapi demo hakim ad hoc. Mereka

sudah mengirim sms yang menyatakan bahwa “pemerintah

diskriminatif, katanya punya kewenangan mengupayakan

peningkatan kesejahteraan Hakim tapi Komisi Yudisial tidak

memperjuangkan kami” karena hakim ad hoc tidak termasuk

yang dinaikkan gajinya;

Padahal dalam rapat pada bulan Agustus 2012 Pak Ketua

Mahkamah Agung telah meminta kepada Menpan-RB dan

Menteri Keuangan agar semua hakim dinaikkan gajinya tanpa

kecuali, termasuk para hakim ad hoc. Namun saat itu pemerintah

belum setuju, dengan alasan hakim ad hoc tidak ada penilaian

kinerjanya.

Kerja Komisi Yudisial berikutnya adalah mengupayakan

peningkatan kesejahteraan hakim ad hoc.

Page 25: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xxiiiSAMBUTAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Namun ada sejumlah hakim lain yang berpendapat bahwa

seyogyanya gaji hakim itu berbeda-beda disesuaikan dengan

jumlah perkara yang ditangani, karena perkara di suatu tempat

dengan tempat lain itu berbeda jumlahnya, sehingga tidak

layak jika yang perkaranya banyak gajinya sama dengan yang

perkaranya sedikit. Ini juga harus diakomodir oleh semua pihak.

Tidak mudah memang mengelola negara ini. Untuk adil itu tidak

mudah, sehingga tidak aneh jika keadilan yang diberikan oleh

hakim sering diprotes oleh para pencari keadilan.

Penyelenggaraan pelatihan tematik hukum pidana khusus

bagi hakim tinggi ini saya anggap sangat penting karena sejalan

dengan perkembangan hukum dewasa ini menuntut para hakim

yang mempunyai tugas pokok memeriksa, memutus perkara

untuk senantiasa mengikuti perkembangan yang ada, utamanya

hukum pidana khusus seiring dengan beragamnya bentuk-

bentuk tindak pidana khusus tersebut.

Upaya Komisi Yudiisal mengadakan pelatihan dengan

mengedepankan peserta dari kalangan hakim tinggi ini tentu

mempunyai tujuan yang baik, antara lain untuk meningkatkan

kapasitas hakim. Pada dasarnya setelah saya cermati Kode Etik

dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH yang) 10 itu bisa diperas

lagi menjadi 3, yaitu: pertama adalah pintar, kedua jujur, ketiga

adil. Cukup 3 itu dari yang 10, karena kalau yang 3 itu sudah

terpenuhi maka yang lain sebenarnya mengikuti.

Perkembangan jenis-jenis tindak pidana khusus saat ini

sudah semakin meluas dan serius. Telah merambah industri

strategis dengan merusak infrastruktur dan sistem perekonomian

negara, sehingga menimbulkan ancaman terhadap keamanaan

nasional di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Karakteristik tindak pidana khusus yang dilakukan oleh

Page 26: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xxivSAMBUTAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

perorangan maupun oleh organisasi merupakan kejahatan

trans nasional sehingga kegiatan pelatihan pada kali ini

dimaksudkan juga selain sebagai upaya menyediakan wadah

berbagi pengalaman dan curah pendapat bagi para hakim , juga

untuk menyamakan persepsi dalam penanganan perkara tindak

pidana khusus sehingga dengan demikian setelah mendapatkan

pelatihan ini para hakim khususnya hakim pada tingkat banding

diharapkan mempunyai wawasan yang lebih luas terhadap

keragaman bentuk tindak pidana khusus serta lebih cakap

dalam penanganan perkara dan tidak lagi mempunyai persepsi

yang berbeda dalam menangani perkara-perkara tindak pidana

khusus.

Untuk itu saya berharap para peserta pelatihan ini dapat

mengikuti seluruh rangkaian acara dengan serius dan sepenuh

hati serta saling bersinergi, sehingga apa yang menjadi tujuan

pelatihan ini dapat maksimal dan tidak sia-sia.

Saya sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada Mahkamah Agung, wakil khusus

dari Dirjen Badan Peradilan Umum yang telah mengirimkan

peserta untuk mengikuti pelatihan ini.

Kepada para peserta saya ucapkan selamat mengikuti

pelatihan hingga selesai dan mengikuti seluruh rangkaian

kegiatan. Diharapkan sekembalinya Bapak/Ibu ke meja tugas

masing-masing dapat mengaktualisasikan apa yang diperoleh

selama pelatihan ini bagi kemajuan lembaga peradilan di tempat-

tempat Bapak dan Ibu bertugas.

Dengan mengucapkan Bismillahirrohmaanirrahiim

Pelatihan Hukum Pidana Khusus bagi Hakim Tinggi secara

resmi Saya buka. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala

upaya dan kerja keras kita demi kemaslahatan seluruh rakyat

Page 27: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xxvSAMBUTAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

dan bangsa Indonesia, sekian dan terima kasih.

Page 28: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 29: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xxvii

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

SambutanKetua Mahkamah Agung

Sebelum saya menyampaikan

sambutan, pertama-tama saya

ingin menyampaikan bahwa Ketua

Mahkamah Agung tidak dapat menghadiri

karena Beliau ada tugas yang sudah lebih

dahulu terjadwal sehingga beliau menitipkan

permohonan maaf yang sebesar-besarnya

karena Beliau tidak berkesempatan hadir

hadir pada malam hari ini.

Yth. Ketua Komisi Yudisial RI Prof. Dr. H. Eman

Suparman, S.H., M.H., Yth. Anggota Komisi Yudisial RI Dr.

Jaja Ahmad Jayus, S.H., M.Hum., Yth. Ketua Pengadilan Tinggi

Makassar, Yth. Bapak Gubernur atau yang mewakili, Yth. Bapak

Kapolda atau yang mewakili, Yth. Bapak Pangdam Wirabuana

atau yang mewakili, Narasumber kalau sudah hadir yang saya

tidak bisa sebutkan namanya, Para Hakim Tinggi dan Hakim Ad

Hoc Tipikor pada Pengadilan Tinggi Sulselbar, dan Para Peserta

Pelatihan Hukum Pidana Khusus dan hadirin sekalian yang kami

banggakan.

Diwakili oleh Hakim AgungProf. Dr. Surya Jaya, S.H., M.H.

Page 30: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xxviiiSAMBUTAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

PujisyukurkehadiratAllahSWTberkatlimpahantaufiqnya

sehingga pada hari ini kita bisa hadir di tempat yang berbahagia.

Beberapa waktu lalu yaitu tanggal 29 Oktober s.d. 1

November 2012 Mahkamah Agung dan lembaga peradilan

dibawahnya baru saja melaksanakan rakernas dengan tema

pemantapan sistem kamar untuk mewujudkan kesatuan hukum

dan meningkatkan profesionalisme hakim, tema rakernas ini

setidaknya mempunyai spirit yang sama dengan pelatihan

yang diselenggarakan oleh Komisi Yudisial Republik Indonesia

yaitu dalam rangka meningkatkan wawasan, pengetahuan dan

pemahaman para hakim tinggi di bidang hukum pidana khusus.

Pelatihan ini pada hakekatnya bertujuan untuk

meningkatkan profesionalisme hakim.

Upaya untuk meng-up to date-kan pengetahuan dan

pemahaman serta wawasan hakim merupakan suatu kebutuhan

yang tidak bisa dielakkan sebab hal ini bersangkut paut dengan

tugas dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara.

Dalam dunia peradilan, putusan merupakan mahkota bagi

Hakim artinya putusan yang berkualitas merupakan kebanggaan

bagi setiap hakim sebab melalui putusan dapat diukur dan

diketahui sejauh mana profesionalisme, intelektualitas,

kapabilitas dan integritas seorang hakim.

Mahkamah Agung melalui bidang tugas pembinaan dan

pengawasan, tidak henti-hentinya melakukan upaya pendidikan

dan pelatihan agar supaya para hakim memiliki profesionalisme

dan integritas serta moralitas yang tinggi dan perilaku yang baik;

Mahkamah Agung telah menyediakan pusdiklat yang

sangat memadai, pengajar yang berpengalaman dan menguasai

bidangnya masing-masing. Sejalan dengan upaya yang

dilakukan Mahkamah Agung maka dengan dukungan Komisi

Page 31: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xxixSAMBUTAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Yudisial melakukan pelatihan yang sedianya materi pelatihan

akan diberikan besok pada tanggal 6 November 2012 dengan

menghadirkan narasumber yang memiliki kompetensi dan

keilmuan dibidangnya, apalagi para narasumber menguasai

teori, azas-azas hukum maupun menguasai praktek.

Mahkamah Agung menyambut gembira dan merespon

dengan positif.

Peningkatan profesionalisme melalui pelatihan hakim

sangat penting dan relevan dalam rangka meningkatkan kualitas

dan kuantitas putusan hakim.

Hakim dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara

setidaknya memiliki penguasaan pengetahuan, pemahaman

hukum yang memadai, seiring dengan perkembangan hukum di

tengah masyarakat.

Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009

Perubahan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 menentukan

hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai

hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.

Pengetahuan yang up to date bagi hakim merupakan salah

satu faktor pendukung lahirnya profesionalisme, hingga dapat

menghasilkan putusan yang dapat mencerminkan nilai-nilai

keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.

Hakim harus mengikuti perkembangan hukum dan rasa

keadilan.

Hakim dianggap mengetahui hukum, sehingga membawa

konsekuensi Hakim tidak boleh menolak perkara dengan

alasan dia tidak mengetahui hukum atau tidak ada hukum yang

mengaturnya.

Pengetahuan dan pemahaman hukum bagi Hakim harus

sejalan dengan perkembangan hukum ditengah masyarakat.

Page 32: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xxxSAMBUTAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Hukum pidana khusus telah mengalami perkembangan

yang sangat pesat tidak hanya dibidang hukum formal misalnya

sistem beban pembuktian terbalik, penggunaaan alat bukti

elektronik sebagai alat bukti petunjuk. Dibidang tindak pidana

lingkungan dikenal dengan pertanggungjawaban stricht liability

dan berbagai modus tindak pidana khusus yang perlu kita

ketahui bersama. Namun demikian juga perkembangan tindak

pidana khusus dibidang hukum materiilnya seperti misalnya

tentang pertanggungjawaban korporasi.

Diharapkan output dari hasil yang didapatkan dari

pelatihan ini antara lain dapat meningkatkan pengayaan

pengetahuan atau keahlian hakim dibidang tindak pidana khusus

baik dari aspek normatik, teoritik dan azas-azas hukum sehingga

mempermudah hakim dalam penerapannya dalam kaitannya

dengan tugas memeriksa, mengadili dan memutus perkara.

Diharapkan pula dapat meningkatkan produktivitas dalam

pemeriksaan perkara sehingga menjadi salah satu solusi bagi

pengurangan penumpukan perkara.

Diharapkan pula dapat menjadi wadah untuk menyamakan

persepsi sehingga potensi terjadinya disparitas putusan dapat

dihindari.

Kami berharap penguasaan pengetahuan, wawasan dan

pemahaman dibidang hukum pidana khusus bagi para hakim

dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dimana saat

ini kepercayaan tersebut sudah berangsur-angsur baik dan

memadahi sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama upaya

untuk mewujudkan lembaga peradilan yang agung dapat tercapai

dan tidak harus menunggu tahun 2035.

Mudah-mudahan penyelenggaraan pelatihan semacam

ini bisa berkesinambungan di masa yang akan datang dan

Page 33: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

xxxiSAMBUTAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

lebih dikembangkan lagi pada bidang hukum lain, tidak hanya

dibidang hukum pidana khusus tetapi juga hukum perdata,

tata usaha negara dan militer sehingga para hakim mendapat

kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan.

Kami ucapkan kepada para peserta selamat mengikuti

pelatihan hukum pidana khusus, semoga mendapat wawasan,

pengetahuan, pengalaman yang dapat digunakan dalam

memeriksa, mengadili dan memutus perkara.

Page 34: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 35: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

kode etik dan pedoman perilaku hakim (kEPPH)

Dr. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M. H.

&

Dr. Jaja Ahmad Jayus, S.H., M.Hum.

SESI I

Page 36: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 37: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

3

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim

(KEPPH)Dr.TaufiqurrohmanSyahuri,S.H.,M.H.

danDr. Jaja Ahmad Jayus, S.H., M.Hum.

Dr.TaufiqurrohmanSyahuri,S.H.,M.H.

KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

A. Etika (Kode Etik)

• Kata etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang

berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.

• Etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyangkut

apa yang baik dan apa yang buruk, berupa hak dan

kewajiban moral atau akhlak manusia.

• Etika merupakan suatu nilai mengenai benar atau

salah, baik atau buruk yang dianut satu golongan atau

masyarakat.

• Etika kemudian dirumuskan dalam bentuk aturan

(code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat

Page 38: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

4KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada

saat dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat

untuk menghakimi segala macam tindakan yang

secara logika-rasional umum (common sense) dinilai

menyimpang dari kode etik.

• Dengan demikian etika merupakan refleksi dari

“self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan

diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial

(profesi) itu sendiri.

• Kode etik profesi diperlukan untuk menjaga martabat

serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi

masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun

penyalahgunaan keahlian.

• Implementasi KEPPH dapat menimbulkan kepercayaan

atau ketidakpercayaan masyarakat kepada putusan

pengadilan dan profesi hakim itu sendiri.

B. Konsepsi Penilaian Etika Perilaku

• Konsepsi dalam menilai perilaku seseorang, yang harus

diperiksa adalah perbuatannya, bukan maksud, tujuan

atau niatnya, apalagi jasa-jasanya di masa lampau.

Penilaian perilaku menyoroti perbuatan, kelakuan,

sepak terjang seseorang yang tampak di mata orang

lain. Fokus terpusat pada aspek lahiriah.

• Sesuatu yang “pantas”, kelakuan yang “patut” atau

persepsi tentang “martabat” atau “kehormatan”

berada dalam persepsi dan ranah orang luar, publik,

masyarakat, bukan dalam konsepsi pelaku dan teman-

temannya. Semua itu merupakan pengertiaan hasil

pemantauan orang dengan panca inderanya terhadap

Page 39: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

5KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

orang lain.

• Batasan kepatuhan sepenuhnya tunduk pada tolak

ukur yang ada di masyarakat pada suatu saat tertentu.

Sebaliknya, “maksud” dan “tujuan”, “niat dan itikad”

merupakan soal kejiwaan orang per orang.

C. Tujuan KEPPH

Tujuan KEPPH adalah:

1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para

anggota.

3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota

profesi.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi.

5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

6. Meningkatkan layanan diatas keuntungan pribadi.

7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan

terjalin erat.

8. Menentukan baku standarnya sendiri.

D. Fungsi KEPPH

Fungsi KEPPH adalah:

1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi

tentang prinsip profesionalitas yang digariskan, atau

sebagai standar perilaku baik dalam menjalankan

profesi

2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas

profesi yang bersangkutan

Page 40: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

6KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

E. KEPPH

1. Prinsip-prinsip KEPPH adalah:

a. Berperilaku Adil;

b. Berperilaku Jujur;

c. Berperilaku Arif dan Bijaksana;

d. Bersikap Mandiri;

e. Berintegritas Tinggi;

f. Bertanggungjawab;

g. Menjunjung Tinggi Harga Diri;

h. Berdisiplin Tinggi;

i. Berperilaku Rendah Hati; dan

j. Bersikap Profesional.

2. Berlakunya KEPPH

• KEPPH berlaku terhadap perilaku hakim dalam

dinas dan di luar dinas.

• Perilaku dalam kedinasan adalah semua perilaku

yang dilarang oleh KEPPH yang dilakukan dalam

persidangan dan/atau diluar persidangan yang

terkait dengan perkara.

• Perilaku diluar sidang adalah semua perilaku

pribadi hakim yang menyimpang/tidak patut

menurut KEPPH.

3. Pelanggaran

Pelanggaran yang dilakukan hakim dalam persidangan,

antara lain:

a. Meminta uang, memeras pihak.

b. Mengulur persidangan.

c. Membuatkan gugatan atau berkas-berkas

pengadilan lainnya bagi salah satu pihak.

d. Membicarakan perkara dengan salah satu pihak.

Page 41: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

7KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

e. Komunikasi terarah via telepon dengan salah satu

pihak.

f. Tidak menghindar ketika bertemu dengan satu

Pihak berperkara.

g. Dugaan selingkuh, menikah siri, menelantarkan

keluarganya, atau menikah lagi (poligami) tanpa

izin.

h. Narkoba, sex bebas, judi, atau berbuat tercela.

i. Mengeluarkan kata-kata kasar terhadap terdakwa,

penasehat hukum, salah satu pihak atau saksi,

j. Bersidang di ruang kerja hakim.

k. Hakim tidak menanyakan kepada terdakwa,

apakah terdakwa mengerti isi dan maksud surat

dakwaan.

l. Hakim menerima pihak di rumah atau di ruang

kerja tanpa pihak lawan.

m. Tertidur di ruang sidang.

n. SMS/BBM saat sidang berlangsung.

o. Keluar masuk ruang sidang.

p. Hakim sengaja tidak mempertimbangkan alat

bukti yang kuat.

q. Hakim sengaja menerapkan hukum yang salah.

r. Hakim tidak menawarkan Terdakwa didampingi

penasehat hukum, padahal ancaman pidananya

diatas lima tahun.

s. Melanggar hukum acara (parsial, tidak fair,

manipulasi fakta).

t. Hakim terlambat menghadiri sidang.

u. Tidak menyatakan sidang terbuka untuk umum.

v. Tidak mempersilahkan saksi-saksi yang masih di

Page 42: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

8KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

ruang sidang untuk keluar.

w. Persidangan majelis hakim kurang dari 3 (tiga)

orang.

x. Majelis hakim membacakan putusan tanpa

mengucapkan irah-irah.

y. Pergantian anggota majelis saat sidang sedang

berlangsung.

z. Hakim mengintimidasi terdakwa dengan

menyatakan: “kamu itu dipersalahkan, kamu

terima saja ya?”.

4. Penegakan KEPPH

• KEPPH ditegakkan oleh:

• Hakim itu sendiri;

• Mahkamah Agung; dan

• Komisi Yudisial.

• Hakim yang melakukan pelanggaran KEPPH akan

mendapatkan sanksi berat atau ringannya sanksi

tergantung dari pelanggaran yang dilakukan.

F. DERAJAT SANKSI

Sanksi terhadap hakim yang melanggar KEEPH adalah:

1. Sanksi ringan terdiri atas:

• Teguran lisan;

• Teguran tertulis; dan

• Pernyataan tidak puas secara tertulis.

2. Sanksi sedang terdiri atas:

• Penundaan kenaikan gaji berkala paling lama 1

(satu) tahun;

• Penurunan gaji sebesar 1 (satu) kali kenaikan gaji

berkala paling lama 1 (satu) tahun;

Page 43: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

9KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

• Penundaan kenaikan pangkat paling lama 1 (satu)

tahun;

• Hakim nonpalu paling lama 6 bulan;

• Mutasi ke pengadilan lain dengan kelas lebih

rendah; dan

• Pembatalan atau penangguhan promosi.

3. Sanksi berat terdiri atas:

• Pembebasan dari jabatan;

• Hakim nonpalu lebih dari 6 (enam) bulan sampai

dengan 2 (dua) tahun;

• Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat

lebih rendah untuk paling lama 3 (tiga) tahun;

• Pemberhentian tetap dengan hak pensiun; dan

• Pemberhentian tidak dengan hormat.

Page 44: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 45: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

11KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

PROBLEMATIK HUKUM DALAM PUTUSAN BERBASIS PERSPEKTIF LAPORAN

MASYARAKAT DAN RISET PUTUSAN

A. Definisi

• Secara bahasa “perspektif” berarti: pandangan atau

sudut pandang

• Secara istilah “perspektif” adalah cara melukiskan suatu

benda pada permukaan yang mendatar sebagaimana

yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi (panjang,

lebar, dan tingginya) (menurut KBBI)

B. Perspektif Masyarakat kepada Hakim

• Secara sederhana dapat dikatakan bahwa perspektif

masyarakat terhadap hakim merupakan pandangan

umum masyarakat berdasarkan apa yang mereka

lihat dan alami yang berujung pada kesimpulan atau

pendapat pribadi tentang bagaimana profesi hakim itu.

• Kesimpulan atau pendapat masyarakat tersebut

seringkali didominasi dengan penilaian mereka

terhadap bagaimana profesionalisme hakim yang

meliputi integritas dan kapabilitas.

• Indikator yang dapat menggambarkan perspektif

tersebut dapat diperoleh dari 2 (dua) hal, yakni:

1. Secara internal (dalam diri hakim): berdasarkan

proses dan produk yang dihasilkannya yaitu

putusan (menyangkut kapabilitas) dan perilaku

Dr. Jaja Ahmad Jayus, S.H., M.Hum.

Page 46: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

12KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

hakim diluar pengadilan.

2. Secara eksternal (dari luar hakim): berdasarkan

laporan masyarakat terhadap sisi penyimpangan

profesi hakim.

C. Aspek Penelitian Putusan

• Aspek penelitian putusan meliputi:

1. Aspek formil putusan: tingkat kepatuhan putusan

terhadap hukum acara

2. Aspek materiil putusan: kesesuaian antara fakta

hukum yang ditemukan dengan vonis yang

dijatuhkan

3. Aspek penalaran hukum: cara hakim melakukan

penalaran yang logis dan runtut pada setiap

perkara

4. Aspek pengakomodasian pada nilai keadilan

dan kemanfaatan hukum: Kandungan nilai-nilai

keadilan dan kemanfaatan hukum pada sebuah

putusan hakim serta kreatifitas hakim dalam

menggunakan sumber hukum lainnya

• Setiap tahunnya penelitian putusan menghasilkan

sebuah hasil tentang kecenderungan perilaku dan

profesionalisme hakim dalam memutus. Selama 3

(tiga) tahun terakhir penelitian disimpulkan 3 (tiga) hal

sebagai berikut:

1. Hasil Penelitian

• Kecenderungan Hakim yang sangat positivis

tanpa melihat lebih jauh kondisi sosial dan

fakta hukum riil yang ada dalam putusan.

• Tingkat prosentase yang rendah pada ke-4

Page 47: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

13KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

(empat) aspek yang diteliti.

1) Pemenuhan hukum formil : 61%

2) Pemenuhan huk materiil : 32 %

3) Penalaran logis dan runtut : 43 %

4) Pemenuhan aksiologis : 42,50%

• Kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas

hakim di Indonesia dalam memutus.

b. Temuan Peta Laporan Masyarakat terhadap

Hakim

Laporan adalah pengaduan yang

disampaikan oleh Pelapor kepada Komisi Yudisial

yang berisi dugaan pelanggaran KEPPH yang

dilakukan oleh hakim, baik yang disampaikan

secara lisan maupun tertulis. (Peraturan Komisi

Yudisial No. 4 tahun 2012 tentang Tata

Cara Penanganan Laporan Masyarakat).

• Berdasarkan data yang telah direkap

sepanjang tahun 2011 terdapat 1634

pengaduan yang masuk kepada KY. Dari total

laporan tersebut diperoleh 84 jenis laporan

yang dapat dikategorikan sebagai bentuk

pelanggaran Kode Etik dan Perilaku Hakim.

• Hampir sebagian besar laporan menyangkut

pada pelanggaran KEPPH yang dilakukan

pada ranah Hukum Formil.

Contoh:

1) Memanipulasi fakta persidangan, hakim

melarang JPU untuk menghadirikan alat

bukti menentukan yang diajukan dalam

sidang.

Page 48: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

14KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

2) Hakim berpihak tidak mempertimbang-

kan/mengabaikan keberatan-keberatan

yang diajukan salah satu pihak, keberatan

terhadap pelaksaan ulang pemeriksaan

setempat pada tingkat Pengadilan

Negeri.

3) Terdakwa anak dibawah umur, tidak

mendapatkan perlindungan khusus

dalam proses persidangan terkait dengan

tekanan psikologis dari media massa dan

masyarakat.

• Dari 84 jenis tersebut, hanya 13 diantaranya

yang murni menyangkut hukum materiil,

seperti:

1) Tindak pidana 362, hakim memutuskan

terdakwa tanpa mempertimbangkan

semua unsur dakwan, dan tidak

memenuhi ketentuan penjatuhan

hukuman pidana pasal 183 KUHAP.

2) Hakim membatalkan Akte PPAT atas

dasar kesepakatan bersama yang tidak

ada bukti aslinya.

• Sebagian pelanggaran pada ranah hukum

formil dilakukan pada saat persidangan,

sementara sekitar 15% dilakukan pasca

persidangan, misalnya:

1) Tidak memperhatikan keaslian bukti;

2) Keterangan saksi yang direkayasa;

3) Putusan yang sudah berkekuatan hukum

tetap (tingkat kasasi tahun 1982) menurut

Page 49: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

15KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

majelis hakim tidak jelas dan pelapor

diminta untuk mengajukan permohonan

eksekusi baru tanpa ditembuskan ke PT

dan MA padahal perkara a quo justru

dimasukkan dalam daftar yurisprudensi

MA;

4) Format putusan tidak lengkap (misalnya

tidak memenuhi unsur Pasal 197 ayat (1)

KUHAP.

• Perspektif keliru masyarakat pada dalam

laporan terhadap dugaan Pelanggaran Kode

Etik dan Perilaku Hakim:

1) Perlu ditegaskan bahwa Komisi Yudisial

RI hanya menjadikan putusan sebagai

“Pintu Masuk” untuk menelaah lebih

lanjut adanya dugaan pelanggaran

perilaku hakim, bukan melakukan

penilaian benar atau salahnya suatu

putusan.

2) Beberapa contoh pandangan dan

tuntutan yang keliru terhadap dugaan

pelanggaran Kode Etik dan Perilaku

Hakim, antara lain:

• Tuntutan bagi Komisi Yudisial untuk

dapat merubah isi putusan;

• Mendasarkan dugaan pelanggaran

KEPPH hanya pada amar putusan

yang tidak adil;

• Menjadikan mekanisme laporan

dugaan pelanggaran sebagai

Page 50: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

16KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

peradilan ke-dua diluar mekanisme

hukum banding dan kasasi, dst.

c. Data Pelanggaran KEPPH

Jenis pelanggaran perilaku sebelum dan setelah

Surat Keputusan Bersama (SKB) terbit.

1) Sebelum SKB Terbit:

a) Tidak Profesional : 17

b) Tidak Berdisiplin Tinggi : 13

c) Melanggar Sikap Berperilaku Jujur : 54

d) Melanggar Sikap Berperilaku Adil : 5

2) Setelah SKB Terbit:

a) Tidak Berperilaku Adil : 19

b) Tidak Berperilaku Jujur : 26

c) Tidak Berperilaku Arif dan Bijaksana

: 74

d) Tidak Bersikap Mandiri : 5

e) Tidak Bertintegritas Tinggi : 18

f) Tidak Bertanggung Jawab : 57

g) Tidak Menjunjung Tinggi Harga Diri

: 68

h) Tidak Berdisiplin Tinggi : 59

i) Tidak Berperilaku Rendah Hati : -

j) Tidak Bersikap Profesional : 89

*catatan: satu orang hakim bisa melakukan

lebih dari satu pelanggaran

Dilihat dari tingkat pengadilan terhadap 134 orang

hakim direkomendasikan penjatuhan sanksi,

sebanyak 119 orang hakim berasal dari pengadilan

tingkat pertama (PN, PHI, PA, TIPIKOR dan

Page 51: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

17KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

PTUN) dan 15 orang hakim berasal dari hakim

tingkat banding (PT).

d. Data Laporan Masyarakat Untuk Hakim Tingkat

Banding

• Jumlah Laporan untuk semua jenis peradilan

tahun 2005-2012 berjumlah 658

• Data 4 (empat) tahun terakhir adalah:

• Tahun 2009 : 73 Laporan

• Tahun 2010 : 110 Laporan

• Tahun 2011 : 117 Laporan

• Tahun 2012 : 76 Laporan

• Dari jumlah laporan tersebut, kode etik butir 8

dan butir 10 termasuk yang banyak dilaporkan.

Kedua butir tersebut penerapannya telah

di uji materil oleh Mahkamah Agung. Pada

sisi lain pada tanggal 4 Oktober 2012 telah

ditandatangani Peraturan Bersama MA dan

KY tentang Pedoman Penegakan Kode Etik

dan PPH, dimana dalam Peraturan Bersama

tersebut telah diatur penyelesaian apabila

terjadi pelanggaran terhadap butir 8 dan 10

tersebut.

Page 52: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

18KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

D. Penjabaran Nilai Dasar Profesi

Penjabaran nilai dasar profesi, sebagai berikut:

Page 53: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

19KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Tanya Jawab

Arwan Byrin

Pertanyaan:

Perspektif masyarakat terhadap hakim adalah menerima

dan memutus perkara, dalam perkara perdata pasti ada pihak

yang dimenangkan dan dikalahkan, sedangkan dalam perkara

pidana pasti ada hukuman pidana untuk orang yang melakukan

tindak pidana. Dalam kaitannya dengan Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi, sering

kali pihak yang kalah atau yang dikenai hukuman pidana merasa

tidak senang dan tidak puas terhadap hakim, kemudian mereka

kemana-mana, akibatnya informasi yang mereka laporkan

(informasi yang miring) beredar di publik, sehingga membentuk

opini publik yang cenderung miring. Bagaimana sikap hakim

dalam hal ini dimana hakim telah berusaha tidak menyimpangi

hukum acara?

Jawaban:

Mengenai yang pertama dari pak Arwan Byrin. Hukum

acara tidak bisa diterobos, betul prinsipnya memang demikian,

tapi dalam hal-hal tertentu jika tidak diterobos maka tidak

memenuhi nilai kemanfaatan, prinsip hukum acara tidak bisa

diterobos tapi ada pengecualiannya.

Hakim dilarang bersikap yang dapat menimbulkan kesan.

Kesan tersebut sebaiknya dihindarkan, mutlak dan mau tidak

mau. Kesan bukan dalam hati, tapi lebih kepada kulit luarnya,

kesan bukan seperti hukum pidana yang “dalam hati”. Karena

dalam perilaku yang dinilai adalah apa yang nampak, itulah yang

dinilai oleh masyarakat. Untuk itu mau tidak mau harus seperti itu

Page 54: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

20KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

“menjaga kesan”, jika ada laporan masyarakat berkaitan dengan

kesan ini maka Komisi Yudisial tidak serta merta menjatuhkan

sanksi karena tetap didahului dengan pemeriksaan oleh Komisi

Yudisial.

Andriani Nurdin

Pertanyaan:

Putusan hakim adalah harus dianggap benar, sekarang ini

ada Undang-Undang Sistem Peradilan Anak, ingin tahu pendapat

Bapak, dan sejauh mana aktivitas Komisi Yudisial sehubungan

dengan adanya Undang-Undang istem Peradilan Anak. Masukan

teman-teman hakim di Palangkaraya sering menjadi sorotan

karena sering membebaskan perkara korupsi, mereka takut

dipanggil Komisi Yudisial, jika sudah terbukti memang tidak ada

pelanggaran maka tidak masalah dibebaskan (itu saran saya)

tapi ada ketakutan akan dipanggil Komisi Yudisial, sehingga

hakim menjadi tidak independen.

Jawaban:

Diperlukan kejernihan berpikir seorang hakim dalam

memutus perkara, Komisi Yudisial tidak akan menyalah-

nyalahkan seorang hakim jika memang tidak ditemukan

pelanggaran Kode Etik yang dilakukan seorang hakim.

Kitajenda Ginting

Pertanyaan:

Apabila kita lihat dari perkembangan, ada rintisan dari pihak

ahli untuk menyusun Kode Etik sampai dengan terbentuknya

Komisi Yudisial jika melihat sejarahnya objek pengawasan

adalah sosok hakim, mengapa Komisi Yudisial tidak sedikitpun

Page 55: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

21KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

mengajak IKAHI dalam menyusun Kode Etik ini. Tri Prasetya

hakim dalam pertemuan hakim itu wajib begitu juga dengan

menyanyikan mars IKAHI. Ibaratnya jika Komisi Yudisial adalah

ibu kami, bapak kami Mahkamah Agung, maka IKAHI sebagai

anak, mohon jangan ada silang sengketa. Cara pendekatan Komisi

Yudisial pun kurang bagus, segala sesuatu disampaikan dengan

pernyataan ke pers belum tentu benar apakah hakim melakukan

pelanggaran, sedangkan korps IKAHI ini adalah korps yang

diam, dimana hakim tidak bisa menceritakan pengetahuannya

kepada siapapun termasuk kepada isterinya sekalipun, dimana

letak IKAHI dalam penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku

Hakim? jangan kami dipojokkan karena sebenarnya juga antara

Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung belum sepakat tentang

penegakan Kode Etik. Jadi mohon agar dalam menyampaikan

pernyataan jangan terlalu cepat kecuali memang sudah benar-

benar betul, namun jika ingin melakukan pembinaan mari

bersama-sama IKAHI ini.

Jawaban:

Dalam praktiknya antara Komisi Yudisial dan Mahkamah

Agung lebih produktif. Produknya saat ini adalah telah

dikeluarkannya 4 Surat Keputusan Bersama.

Tanggapan Pak Ginting , bagaimana mendidik anak

(hakim) jika orang tuanya jauh dari anak.

Heri Sukemi

Pertanyaan:

Tadi disampaikan tentang menjaga martabat profesi hakim

dengan cakupan melindungi masyarakat pencari keadilan, maka

bagaimana perlindungan bagi hakim itu sendiri, sementara

banyak juga pelecehan-pelecehan terhadap hakim seperti demo,

Page 56: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

22KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

anarkis yang bahkan mengancam (contemp of court), bagaimana

Komisi Yudisial menyikapi ini?

Jawaban:

Sudah ada preseden tentang hakim yang dicemarkan

namanya oleh LSM, Komisi Yudisial disini memberikan langkah-

langkah yaitu dilakukan klarifikasi. Jadi jika ada hakim yang

merasa dirugikan martabat dan kehormatannya sebagai hakim

maka Komisi Yudisial akan memberikan perlindungan langkah-

langkah hukum dan juga langkah-langkah lainnya;

Page 57: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

23

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

TINDAK PIDANA KORUPSIProf. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum.

SESI iI

Page 58: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 59: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

25

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Tindak Pidana Korupsi Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum.

KETENTUAN TENTANG PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH DAN

MATERI TENTANG BEBAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM PERKARA TINDAK

PIDANA PENCUCIAN UANG

Pemaparan dimulai dengan ketentuan Pengadaan Barang

dan Jasa Pemerintah. Selama 5-6 tahun menjadi Hakim

Agung, perkara korupsi lebih didominasi dengan perkara

Pengadaan Barang dan Jasa sebagai penyebab kebocoran APBD

yang menimbulkan kerugian bagi negara.

Ketentuan-ketentuan sehubungan dengan Pengadaan

Barang dan Jasa senantiasa mengalami perubahan, dalam

kesempatan ini ketentuan tersebut akan diangkat kembali untuk

memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang ketentuan

baik yang sejak dahulu ada maupun ketentuan yang berlaku

saat ini, sehinggga peserta dapat mengikuti perkembangan

ketentuan-ketentuannya terlebih dahulu.

Tujuan dari ketentuan tentang Pengadaan Barang dan Jasa

adalah agar Pengadaan Barang dan Jasa dilakukan secara efektif,

efisien,terbuka,bersaing,transparan,adildanakuntabel.

Page 60: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

26TINDAK PIDANA KORUPSI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Akan kita diskusikan terutama kasus Hambalang, dan

secara umum kelemahan-kelemahan mendasar tentang

penentuan siapa yang seharusnya bertanggungjawab.

Pihak-pihak yang terkait dengan Pengadaan Barang dan

Jasa sudah mengadopsi ketentuan yang baru. Pengadaan Barang

dan Jasa dari pihak pemerintah, untuk menerapkan kerangka

pertanggungajawaban menurut Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah.

• Pihak Pemerintah

• Pengguna Anggaran (PA);

• Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);

• Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);

• Pejabat Pengadaan (PP);

• Unit Layanan Pengadaan (ULP);

• Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP).

• Pihak Swasta

A. Penyedia Barang dan Jasa/Kontraktor

Dalam setiap kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa,

sebagian besar pelaku utamanya adalah PPK (Pejabat Pembuat

Komitmen), PPK ini bisa menarik keatas dan menarik kebawah.

Nanti kita lihat bagaimana pertanggungjawaban masing-

masing, ini yang perlu didiskusikan secara mendalam;

Siapa itu PPK? PPK ditetapkan oleh PA dan bisa juga

ditetapkan oleh KPA, tapi dalam praktiknya karena untuk

mengangkat PPK ada syarat yang ketat, salah satu yang terberat

adalah sertifikasi keahlian, tidak dipedulikan persyaratan

ini, berakibat pada orang yang diangkat tidak mempunyai

Page 61: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

27TINDAK PIDANA KORUPSI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

kompetensi keahlian yang diwujudkan melalui sertifikasi

keahlian sehingga pekerjaan menjadi tidak berjalan, manakala

tidakadayangmemilikisertifikasikeahlianmakayangbertindak

sebagai PPK adalah PA dan atau KPA karena dianggap PA-KPA

sudah mampu, inilah jalan keluarnya.

PPK sebagai pemilik pekerjaan dan bertanggungjawab

baik secara fisik, administrasi, finansial, atas penyelenggaraan

Pengadaan Barang dan Jasa yang dilaksanakannya, pakai pasal

55-56 dalam penerapannya, biasanya jaksa menggunakan pasal

ini.

Dalam hal ini yang seru karena BPK juga ikut menyebutkan

nama dari hasil audit investigasi, dimana kewenangan BPK

hanya menghitung kerugian negara, BPK hanya mampu

sebatas menelusuri kemana aliran dana, makanya saya sering

mengusulkan agar BPK menelusuri kemana aliran dana dengan

menggandeng PPATK. Dimana dalam kasus seperti ini, informasi

aliran dana sering terputus di Pengadilan Negeri, sementara jaksa

juga tidak turut menelusuri. Mengapa sangat penting? Karena

hasil tindak pidana korupsi yang kemudian dialihkan kepada

pihak lain sudah masuk menjadi tindak pidana tersendiri.

Tidak benar adanya penggunaan istilah “yang dinikmati”

cakupannya kecil sehingga menyulitkan, sebaiknya menggunakan

istilah “yang diperoleh” karena cakupannya lebih luas.

Panitia lelang sering diseret oleh jaksa, karena melakukan

lelang tidak sesuai Keputusan Presiden.

Ada yang baru adalah panitia pejabat/penerima hasil

pekerjaan, dalam penerapannya karena banyak proyek yang

diserahkan hanya sebagai formalitas, sehingga hakim dalam hal

ini juga dapat menarik mereka, nanti kita lihat bagaimana dan

kapan panitia ini bertanggungjawab.

Page 62: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

28TINDAK PIDANA KORUPSI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Intinya: pahami apa yang menjadi tugas dan kewenangan

dari jabatan-jabatan yang disebutkan tadi satu per satu, jadi

bisa diukur apakah melawan hukum ataukah menyalahgunakan

kekuasaana. Harus dijelaskan pelanggaran hukum apa yang

dilakukan dan penyalahgunaan kewenangan apa yang dilanggar.

Putusan hakim harus ada ratio desidendi-nya yaitu:

mengapa ditolak? mengapa dihukum? mengapa dilepaskan?

Ketika ada perbedaan pendapat yang prinsipil maka

sudah siap karena sudah disertai dengan pertimbangannya,

yaitu dimana letak penyalahgunaan hukum, penyalahgunaan

wewenang.

Kemudian jika dari pihak swasta, pihak yang berkaitan

yaitu: Kontraktor/Penyedia Barang Jasa.

Sehingga kita/hakim harus mampu membuat skema

pertanggungjawabannya.

Menurut saya pribadi, BPK hanya berwenang menghitung

berapa kerugian dan kemana aliran dananya.

Dalam Perjanjian Barang dan Jasa yang utama untuk

disorot adalah PPK-nya terlebih dahulu.

Selain itu dalam setiap Pengadaan Barang dan Jasa

perhatikan juga spesifikasi teknis, karena disini banyak

permainan, terutama yang disebabkan karena adanya selisih.

Yang parah jika PA atau KPA-nya hanya menerima laporan

saja, coba posisikan pasal 55-56 tadi.

Putusan yang baik adalah putusan yang memuat alasan-

alasan penjatuhan pertimbangan dan hasil putusan;

Page 63: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

29TINDAK PIDANA KORUPSI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

B. Pembuktian Terbalik

• Menurut Pak Adnan pembuktian terbalik tidak boleh

digunakan, tapi saya membantahnya;

• KUHAP, yang harus membuktikan adalah jaksa;

• Dalam UU tipikor, pembuktian dibebankan pada

Terdakwa;

• Terlepas dari persoalan teoritik kita setuju atau tidak,

Undang-Undang kita sudah mengakomodasi sistem

pembalikan beban pembuktian;

• Undang-Undang Tipikor Pasal 37 Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2001 à Terdakwa mempunyai hak

untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan tipikor;

• Pembuktian terbalik hanya berlaku terhadap harta

hasil kejahatan, tentang perbuatan kesalahannya tidak

termasuk sebagai jalan tengah perdebatan antara yang

setuju dan tidak setuju;

• Pengaturan pembuktian terbalik dalam Undang-

Undang Tipikor, seolah-olah dalam Undang-Undang

Tipikor menganut prinsip Presumption of Guilty;

• Pembuktian terbalik dilakukan pada saat pemeriksaan

di sidang pengadilan (Pasal 38 A Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2001);

Page 64: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 65: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

31TINDAK PIDANA KORUPSI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

SOAL DARI NARASUMBER

Terdakwa didakwa melakukan korupsi 10 M, namun

setelah ditelusuri oleh penyidik atau penuntut umum ternyata

jumlah hartanya sebesar 50 M. Lalu bagaimana dengan yang

40 M? Apakah Bapak/Ibu akan meminta keterangan Terdakwa

mengenai harta yang 40 M tersebut? Bagaimana sikap Bapak/

Ibu, apakah kita biarkan begitu atau kita bawa ke Tindak Pidana

Pencucian Uang (TPPU) atau bagaimana? Bagaimana menurut

pendapat Bapak/Ibu.

JAWABAN PESERTA

Hasby Junaidi Tolib

Bahwa yang menjadi dasar dari pemeriksaan di

persidangan adalah dakwaan, oleh karena itu yang harus kita

buktikan adalah dakwaannya, termasuk kerugian negara apakah

benar 10 M. Kalau sudah terbukti yang dikorupsi dalam kasus

tersebut 10 M sedangkan setelah ditelusuri oleh penyidik dan

lain-lain ada harta 40 M lagi maka hal tersebut sudah bukan

menjadi kewenangan dari pengadilan lagi.

Heri Sukemi

Berdasarkan Pasal 37 A ada kewajiban bagi Terdakwa untuk

menjelaskan semua hartanya secara keseluruhan. Jadi menurut

saya harus diperiksa secara keseluruhan. Perkara nanti yang

merugikan negara hanya 10 M, maka konsekuensinya adalah

yang 40 M dikembalikan, tapi wajib memberikan keterangan

secara keseluruhan karena Pasal 37 A menyatakan demikian.

Diskusi dan Tanya Jawab

Page 66: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

32TINDAK PIDANA KORUPSI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Alfred Pangala Batara Randa

Kalau saya sependapat bahwa dasar pemeriksaan di

persidangan adalah dakwaan. Dan itu yang dianut sampai

sekarang ini. Dan dari Mahkamah Agung belum ada kejelasan

bahwa hakim yang ada di bawahnya supaya menggunakan Pasal

37 A, jadi hakim yang sekarang masih ragu-ragu bagaimana kalau

menggunakan pasal tersebut namun ternyata salah. Jadi menurut

saya prinsipnya pemeriksaan yang sampai sekarang ini masih

menganggap hakim bahwa yang menjadi dasar dakwaan hanya

10 M, sedangkan yang 40 M dikembalikan kepada darimana

barang itu disita. Kalau sudah ada kejelasan dari Mahkamah

Agung bahwa hakim sudah harus menggunakan ketentuan dari

Pasal 37 A maka kita akan menggunakannya. Sebab seperti

yang tadi bapak narasumber katakan bahwa bukan hanya

Buyung Nasution yang mengkritik tapi juga Indriyanto Seno

Adji mengatakan bahwa di dunia dan akhirat tidak dilakukan

pembuktian terbalik, hanya di Indonesia yang menggunakan

pembuktian terbalik, itulah kritiknya. Jadi di sini memang

masih terbelah, sehingga kalau memang dari Mahkamah Agung

mengatakan bahwa konsekuen kita gunakan Pasal 37 A maka

akan kita gunakan Pasal 37 A.

Putu Supadmi

Kalau saya pada prinsipnya sependapat bahwa dasar

pemeriksaan di persidangan adalah dakwaan. Kalau mengenai

Pasal 37 A, dari uraian pasalnya saya menafsirkan bahwa itu

adalah ranah penyidikan, karena masih di duga. Dalam pasal

tersebut dinyatakan bahwa “kalau ada harta dari Terdakwa

maupun keluarganya di duga mempunyai hubungan dengan

perkara yang sedang didakwakan kepada dia ....” maka saya pikir

Page 67: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

33TINDAK PIDANA KORUPSI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

hal tersebut adalah masih dalam ranah penyidikan, bukan dalam

persidangan.

Muslich Bambang Luqmono

Pada dasarnya pemeriksaan sebuah perkara disamping

pedoman dasarnya adalah dakwaan tapi kalau sudah menjadi

milik publik dan terkemuka ke permukaaan maka hakim harus

memberikan kejelasan di depan persidangan, apalagi kalau live

TV one misalnya, rakyat butuh jawabannya. Dan yang penting

adalah putusan membawa makna dan hakim harus memimpin

sebuah peradaban. Itu kata kuncinya. Dan saya tidak sependapat

bahwa dalam dunia akhirat tidak ada pembuktian terbalik. Yang

saya yakini saya akan ditanya nanti di yaumul akhir, di akhirat

nanti akan ada pembuktian terbalik.

Roki Panjaitan

Menurut pandangan saya kalau memang telah disita

oleh penyidik meskipun itu tadi 10 M, hakim bisa memberikan

kesempatan kepada Terdakwa untuk membuktikan dari

mana asal-usulnya. Saya kaitkan dengan teknik pemeriksaan

di persidangan, banyak hakim-hakim Pengadilan Negeri

menanyakan bagaimana menerapkan beban pembuktian terbalik

dalam perkara tindak pidana pencucian uang maupun tindak

pidana korupsi. Saya katakan kepada hakim-hakim Pengadilan

Negeri bahwa buat saja penetapan, memberikan kesempatan

yang luas kepada Terdakwa untuk membuktikan darimana asal

usul harta kekayaannya, semua harus ada dalam penetapan

tersebut baik itu kesempatan mengajukan saksi maupun surat.

Dan ini saya lihat belum pernah digunakan oleh hakim-hakim

Pengadilan Negeri. Bagi saya, dalam satu perkara apabila tidak

Page 68: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

34TINDAK PIDANA KORUPSI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

jelas asal-usul uang ini, hakim bisa menerapkan uang tersebut

dirampas untuk negara. Persoalannya adalah hakim harus

memberikan kesempatan yang luas kepada Terdakwa untuk

mengajukan segala bukti yang dimilikinya untuk menunjukkan

bahwa uang itu adalah uang dia, tetapi hakim juga harus berpikir

strategismelihat apa sebenarnyaprofilTerdakwasehinggadia

bisa memiliki uang sampai 50 M, apakah misalnya seorang

pegawai kecamatan bisa memiliki uang sebanyak itu. Kalau ada

hal seperti ini maka menurut saya harus di rampas untuk negara.

Karena barang tidak bertuan pun bisa dirampas untuk negara.

Jadi menurut saya, memang dasar dan arah suatu pemeriksaan

di persidangan adalah surat dakwaan, tapi kita juga melihat

apabila dikembalikan kepada jaksa untuk melakukan suatu

proses terhadap yang 40 M maka bisa-bisa proses tersebut tidak

jadi, sehingga harus dikembalikan kepada negara karena tidak

jelas asal usulnya.

Sutardjo

Arah pemeriksaan majelis hakim adalah berpegang pada

surat dakwaan jaksa. Akan tetapi apabila sudah diketemukan

seperti tadi yaitu ditemukan lebih dari yang didakwakan oleh

jaksa penuntut umum (kelebihan 40 M) maka sebaiknya

majelis hakim menginformasikan kepada penyidik bahwa ada

hal yang demikian supaya ditindaklanjuti. Jadi ditulis dalam

berita acara bahwa ada hal yang demikian supaya penyidik

menindaklanjuti, jadi hakim tidak dapat melakukan penyitaan

namun diperintahkan kepada penyidik dengan dimuat dalam

berita acara persidangan supaya ditindaklanjuti.

Putu Supadmi

Page 69: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

35TINDAK PIDANA KORUPSI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Ternyata jawabannya ada di Pasal 38 B. Tadi saya keliru.

Andriani Nurdin

Terhadap pendapat Pak Roki saya berpendapat bahwa

tidak perlu penetapan, cukup dengan berita acara saja. Tapi saya

juga sependapat bahwa kita harus berpegang pada dakwaan

dan seorang Terdakwa harus mempunyai kesempatan yang luas

untuk dapat membela diri, bukan dengan membuktikan secara

tiba-tiba. Saya juga sependapat dengan Pak Sutardjo bahwa

seharusnya penyidik melanjutkan hal tersebut termasuk tindak

pidana apa. Jadi Terdakwa bisa mendapat kesempatan banyak

untuk dan dalam Undang-Undang International Covenant on

Civil and Political Rights (ICCPR) bahwa seorang Terdakwa harus

diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk melakukan

defence, tidak boleh mendadak, mungkin luasnya itu tidak satu

atau dua hari tapi seluas-luasnya. Jika secara tiba-tiba maka itu

termasuk pelanggaran hak asasi manusia.

Hasby Junaidi Tolib

Dasar pemeriksaan di muka persidangan adalah dakwaan.

Apabila dakwaannya 10 M maka tidak bisa kita periksa menjadi

20 M atau seterusnya. Permasalahannya adalah pembuktian oleh

Jaksa untuk membuktikan yang 10 M. Terhadap yang 10 M ini

juga berdasarkan Pasal 37 Terdakwa dapat menggunakan haknya

untuk membuktikan bahwa harta 10 M tersebut bukan berasal

dari tindak pidana korupsi. Sedangkan yang 40 M memang tidak

didakwakan sehingga tidak perlu membela diri. Hal tersebut

merupakan urusan Terdakwa dan kasus selanjutnya.

Tanggapan Narasumber (Prof. Surya Jaya)

Betul apa yang disampaikan Ibu Putu Supadmi tadi

Page 70: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

36TINDAK PIDANA KORUPSI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

bahwa dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

dijelaskan secara tegas bahwa apabila seseorang melakukan

korupsi seperti yang disebutkan dalam Pasal 2 dan seterusnya

maka dia wajib membuktikan sebaliknya terhadap harta benda

yang belum didakwakan, tetapi diduga berasal dari tindak

pidana. Dalam kasus tadi penyidik menyita barang Terdakwa

sebesar 50 M, namun yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum

hanya 10 M, sehingga ada harta 40 M yang belum didakwakan

oleh Jaksa Penuntut Umum. Ketika ada persoalan seperti ini

maka Terdakwa diwajibkan untuk menjelaskan apakah harta 40

M tersebut diperoleh dari sumber yang benar, sumber yang sah,

sumber yang halal. Apabila Terdakwa tidak bisa membuktikan

hal tersebut maka dalam Pasal 38 B ayat (2) secara tegas

dijelaskan bahwa hakim berwenang untuk memutuskan seluruh

atau sebagian harta tersebut dirampas untuk negara. Bapak/Ibu

mempunyai wewenang untuk memutuskan dalam amar putusan

Bapak/Ibu bahwa harta yang tidak didakwakan oleh Jaksa

Penuntut Umum tersebut dirampas untuk negara.

TANYA JAWAB

Anonym

Pertanyaan 1:

Apabila kita baca ayat 3 nya kewenangannya itu timbul

apabila dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum

Jawaban 1:

Jadi ketika itu tidak didakwakan, ketika sudah akan

diputus oleh pengadilan maka itu kemudian diajukan pada

saat pembacaan tuntutan. Jadi tidak perlu didakwakan karena

dakwaan tidak bisa dirubah lagi. Tetapi yang 40 M tersebut

diajukan pada saat tuntutan. Jadi tidak ada perubahan dakwaan,

Page 71: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

37TINDAK PIDANA KORUPSI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

dalam Pasal ini tidak memungkinkan adanya perubahan

dakwaan.

Pertanyaan 2:

Seandainya tidak dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum

bagaimana?

Jawaban 2:

Jadi begini Pak, pada prinsipnya mekanismenya adalah

apabila ada yang belum didakwakan, yang mana dalam kasus

tersebut adalah harta yang 40 M tadi, maka pada saat hakim akan

menjatuhkan putusan, Jaksa mengajukannya dalam requisitoir

nya pada saat requisitoir. Ini jalan keluar yang diberikan

Undang-Undang untuk mengatasi harta kekayaan yang diduga

dari hasil tindak pidana korupsi namun tidak didakwakan. Jadi

pada dasarnya harus diajukan di requisitoir meskipun tidak

didakwakan.

Pertanyaan 3:

Berarti apabila tidak dituntut maka hakim tidak berwenang?

Jawaban 3:

Ya, itu sudah jelas dalam Undang-Undang, harus dituntut.

Andriani Nurdin

Pertanyaan:

Dalam Pasal 38 B jelas seperti yang tadi Bapak sampaikan,

memang secara normatif semua ada di sini, tapi belum ada

yang mengatakan bahwa ada kerugian negara lagi sebesar 40

M. Dalam tindak pidana korupsi intinya sebenarnya harus ada

kerugian negara, lalu kerugian negara yang mana? Memang

secara normatifnya saya pahami, tapi secara rasa keadilan hak

asasi Terdakwa terlalu diabaikan.

Page 72: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

38TINDAK PIDANA KORUPSI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Jawaban:

Saya sudah menangkap filosofinya, tapi itulah

konsekuensi dari sistem pembuktian terbalik terhadap harta, itu

konsekuensinya. Itulah yang ditantang dari Pak Adnan Buyung

Nasution tadi, beliau tidak sependapat. Mengapa ini lahir? Karena

korupsi ketika itu sifatnya ordinary, sangat luar biasa, tindak

pidana korupsi itu sangat sistematis, sangat tersembunyi, tidak

tersentuh, tidak kasat mata, korupsi tidak terjadi hari ini, bulan

lalu atau tahun lalau tapi sepuluh tahun yang lalu atau lebih, dan

itu sangat tertutup. Sehingga pembuat Undang-Undang merasa

korupsi sangat luar biasa, maka roh itu lah yang dibangun

untuk sementara, meskipun sebenarnya telah melabrak prinsip-

prinsip yang tadi saya sampaikan. Memang ini ada pelanggaran,

karena tidak kelihatan ada kerugian negara. Ada banyak kasus

yang sudah diputus dan sudah in kracht di Mahkamah Agung.

Namun hal ini adalah untuk sementara karena kondisi negara

kita terhadap bahaya korupsi sudah sangat luar biasa sehingga

mendorong lahirnya ketentuan ini. Jadi inilah yang terbaik untuk

sementara waktu, ke depan ada kemungkinan bahwa ketentuan

tersebut harus kita revisi ketika keadaan sudah menjadi baik,

sudah menjadi normal.

Muslich Bambang Luqmono

Pertanyaan:

Saya memperoleh informasi bahwa kamar pidana

bersepakat bahwa korupsi dibawah 100 juta tidak dikenakan

Pasal2melainkanPasal3.Sayamemerlukanklarifikasiapakah

hal ini benar atau tidak?

Jawaban:

Memang ada perdebatan di lingkungan kamar pidana

Page 73: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

39TINDAK PIDANA KORUPSI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

tentang penerapan pasal 2 dan pasal 3. Ini merupakan perdebatan

klasik. Namun sebelum saya jawab, pernah ada pertemuan di

Megamendung yang dipimpin oleh Ketua Mahkamah Agung Pak

HarifinTumpapadawaktu itumembahas tentangpasal2dan

pasal 3 karena perbedaannya terlalu tajam, sehingga banyak yang

dissenting opinion apakah pasal 2 atau pasal 3. Pendapat saya

ketika itu adalah saya tidak sepakat apabila pasal 2 dan pasal 3

yang didakwa secara subsidiairitas dibaca alternatif karena pada

dasarnya melanggar prinsip-prinsip hukum acara khususnya

mengenai rumusan dakwaan. Tidak elok jika kita menyatakan

dakwaan subsidiairitas dibaca alternatif hanya karena kita akan

ke pasal 3. Memang tidak adil ketika seseorang melakukan

tindak pidana korupsi dengan nilai 500 ribu atau 1 juta atau 5

juta kemudian kita gunakan pasal 2 maka akan sangat tidak adil,

apabila kita bicara rasa adil. Apabila kita mau menghindari Pasal

2 ketika maka menurut saya akan lebih baik jika pertimbangan

kita adalah korupsi 1 juta dan 2 juta tidak memperkaya diri, jadi

unsur memperkaya diri tidak terbukti sehingga dengan tidak

terbuktinya hal tersebut kita pindah ke Pasal 3. Hal tersebut

tidak melabrak hukum acara dan reasoning kita bisa diterima,

siapa yang tidak menerima bahwa korupsi 1 juta atau 500 ribu

itu tidak memperkaya diri? Secara logika, akal sehat dan hati

nurani orang akan menerima reasoning tersebut.

Page 74: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 75: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

41

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

TINDAK PIDANA PERBANKANProf. Dr. Sutan Remy Syahdeini, S.H.

SESI iII

Page 76: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 77: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

43

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Tindak Pidana Perbankan

Prof. Dr. Sutan Remy Syahdeini, S.H.

TINDAK-TINDAK PIDANA PERBANKAN INDONESIA

A. Pengertian Tindak Pidana Perbankan (TPP)

• Arti luas: TPP adalah perilaku (conduct), baik berupa

melakukan sesuatu (commission) atau tidak melakukan

sesuatu (omission), yang menggunakan produk

perbankan (banking product) sebagai sarana perilaku

pelakunya atau produk perbankan (banking product)

sebagai sasaran perilaku pelakunya dan telah ditetapkan

sebagai tindak pidana oleh undang-undang.

• Arti sempit: TPP adalah perilaku (conduct), baik

berupa melakukan sesuatu (commission) atau tidak

melakukan sesuatu (omission), yang ditetapkan

sebagai tindak pidana oleh Undang-Undang Perbankan

Indonesia (UU No. 7/1992 sebagaimana telah diubah

dengan UU No. 10/1998).

Page 78: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

44TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

B. Pasal Sapu Jagad

• Merupakan asas hukum dalam Undang-Undang

Perbankan Indonesia bahwa setiap perilaku (conduct)

yang bertentangan dengan setiap peraturan perundang-

undangan yang berlaku (khusus) bagi bank adalah

tindak pidana.

• Peraturan perundang-undangan yang khusus bagi

perbankan Indonesia adalah Undang-Undang No. 7

Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 dan

berbagai Peraturan Bank Indonesia PBI.

• Pasal 49 ayat (2) huruf b

a. Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai

bank yang dengan sengaja:

b. Tidak melaksanakan langkah-langkah yang

diperlukan untuk memastikan ketaatan bank

terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini

dan ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan

pidana penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun

dan paling lama 8 (delapan) tahun serta denda

sekurang-kurangnya Rp. 5.000.000.000,00

(lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp.

100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

• Pasal 49 ayat (2) huruf b adalah “Pasal Sapu Jagad”.

• Pasal tersebut disebut Pasal Sapu Jagad karena

menentukan bahwa anggota Dewan Komisaris,

Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak

melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan

untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan

Page 79: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

45TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

dalam Undang-Undang ini dan ketentuan perundang-

undangan lainnya yang berlaku bagi bank diancam

dengan pidana.

• Artinya, Pasal tersebut menentukan sebagai suatu

tindak pidana terhadap pelanggaran yang bukan saja

terhadap Undang-Undang Perbankan tetapi juga

terhadap peraturan perundang-undangan lainnya yang

berlaku bagi bank.

• Dalam Pasal 49 ayat (2) huruf b tersebut, peraturan

perundang-undangan lainnya yang dimaksud tidak

ditentukan secara spesifik.

• Selain itu, dapat merupakan tindak pidana terhadap

peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku

bagi bank bukan saja yang sudah ada tetapi juga

yang masih akan ada (belum ada) ketika Undang-

Undang Perbankan berlaku.

1. PasalSapuJagadBagiPihakTerafiliasi

Sejalan dengan semangat Pasal 49 ayat (2) huruf

b, Pasal 50 menentukan:

Pihak Terafiliasi yang dengan sengaja tidak

melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan

untuk memastikan ketaatan bank terhadap

ketentuan dalam Undang-undang ini dan

peraturan perundang-undangan lainnya yang

berlaku bagi bank, diancam dengan pidana

penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun

dan paling lama 8 (delapan) tahun serta denda

sekurang-kurangnya Rp. 5.000.000.000,00

(lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp.

100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

Page 80: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

46TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

2. Pasal Sapu Jagad Bagi Pemegang Saham

Sejalan dengan semangat Pasal 49 ayat (2) huruf

b, Pasal 50A menentukan:

Pemegang saham yang dengan sengaja

menyuruh Dewan Komisaris, Direksi, atau

pegawai bank untuk melakukan atau tidak

melakukan tindakan yang mengakibatkan

bank tidak melaksanakan langkah-langkah yang

diperlukan untuk memastikan ketaatan bank

terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini

dan ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya yang berlaku bagi bank, diancam

dengan pidana penjara sekurang-kurangnya

7 (tujuh) tahun dan paling lama 15 (lima belas)

tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan

paling banyak Rp. 200.000.000.000,00 (dua

ratus miliar rupiah).

3. Pasal-Pasal Penting Yang Dapat Diancam Pasal

Sapu Jagad

Pasal 8

• Dalam memberikan kredit atau pembiayaan

berdasarkan Prinsip Syariah, Bank

Umum wajib mempunyai keyakinan

berdasarkan analisis yang mendalam

atau itikad baik dan kemampuan serta

kesanggupan Nasabah Debitur untuk

melunasi utangnya atau mengembalikan

pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang

diperjanjikan.

Page 81: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

47TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

• Untuk memperoleh keyakinan tersebut,

sebelum memberikan kredit, bank harus

melakukan penilaian yang seksama terhadap

watak, kemampuan, modal, agunan,

dan prospek usaha dari nasabah debitor.

• The Five Cs’ of Credit

• Character

• Capital: Can he pay?

• Capacity: How much can he pay?

• Conditions (business, legal, politics, dll)

• Collateral

• Sumber pelunasan kredit:

• First way out, dan/atau

• Second way out

Penjelasan Pasal 8

Bank dalam memberikan kredit atau

pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah

harus pula memperhatikan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi perusahaan

yang berskala besar dan/atau risiko tinggi agar

proyek yang dibiayai tetap menjaga kelestarian

lingkungan.

Pasal 10

Bank Umum dilarang:

• melakukan penyertaan modal kecuali

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf

b dan huruf c;

• melakukan usaha perasuransian;

• melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan

Page 82: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

48TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Pasal 7

Pasal 14

Bank Perkreditan Rakyat dilarang:

a. menerima simpanan berupa giro dan ikut

serta dalam lalu lintas pembayaran;

b. melakukan kegiatan usaha dalam valuta

asing;

c. melakukan penyertaan modal;

d. melakukan usaha perasuransian;

e. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.

Pasal 11

(1) Bank Indonesia menetapkan ketentuan

mengenai batas maksimum pemberian

kredit atau pembiayaan berdasarkan

Prinsip Syariah, pemberian jaminan,

penempatan investasi surat berharga atau hal

lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh bank

kepada peminjam atau sekelompok peminjam

yang terkait termasuk kepada perusahaan-

perusahaan dalam kelompok yang sama dengan

bank yang bersangkutan.

(2) Batas maksimum sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) tidak boleh melebihi 30% (tiga

puluh perseratus) dari modal bank yang

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia.

(3) Bank Indonesia menetapkan ketentuan

mengenai batas maksimum pemberikan

kredit, atau pembiayaan berdasarkan

Page 83: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

49TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Prinsip Syariah, pemberian jaminan,

penempatan investasi surat berharga, atau

hal lain yang serupa yang dapat dilakukan oleh

bank kepada:

a. pemegang saham yang memiliki 10%

(sepuluh perseratus) atau lebih dari

modal disetor bank;

b. anggota Dewan Komisaris;

c. anggota Direksi;

d. keluarga dari pihak sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf

c;

e. pejabat bank lainnya; dan

f. perusahaan-perusahaan yang di

dalamnya terdapat kepentingan dari pihak-

pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf

a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e.

Pasal 11 ayat (4), (4A), (5)

(4) Batas maksimum sebagaimana dimaksud

dalam ayat (3) tidak boleh melebihi 10%

(sepuluh perseratus) dari modal bank

yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

oleh Bank Indonesia.

(4A) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan

berdasarkan Prinsip Syariah, bank dilarang

melampaui batas maksimum pemberian

kredit atau pembiayaan berdasarkan

Prinsip Syariah sebagaimana diatur dalam

ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4).

(5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana

Page 84: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

50TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) wajib

dilaporkan sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

C. Penghimpunan Dana Simpanan Tanpa Ijin Bi

• Pasal 16 ayat (1)

Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai

Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari

Pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan

menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur

dengan Undang-undang tersendiri.

• Bagi perbankan Indonesia, berlaku asas bahwa

penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan tidak boleh dilakukan oleh pihak yang

bukan bank. Dengan kata lain, hanya bank yang dapat

menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan.

Asas ini ditentukan dalam Pasal 16 ayat (1) UUP.

• Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 16 ayat (1)

tersebut di atas diancam dengan pidana penjara serta

denda oleh Pasal 46 UUP yang berbunyi:

1. Barang siapa menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan tanpa izin usaha

dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 16, diancam dengan pidana

penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan

paling lama 15 (lima belas) tahun serta denda

sekurang-kurangnya Rp.10.000.000.000,00

(sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp.

Page 85: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

51TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).

2. Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dilakukan oleh badan hukum

yang berbentuk perseroan terbatas,

perserikatan, yayasan atau koperasi, maka

penuntutan terhadap badan-badan dimaksud

dilakukan baik terhadap mereka yang memberi

perintah melakukan perbuatan itu atau yang

bertindak sebagai pimpinan dalam perbuatan

itu atau terhadap kedua-duanya.

• Apakah yang dimaksudkan dengan simpanan menurut

ketentuan Pasal 16 ayat (1) dan Pasal 46 UUP tersebut?

• Menurut Pasal 1 angka 5 UUP, yang dimaksudkan

dengan simpanan adalah: dana yang dipercayakan

oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian

penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,

sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya

yang dipersamakan dengan itu.

• Berdasarkan pengertian atau definisi tersebut, maka

sepanjang bentuknya bukan giro, deposito, sertifikat

deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu, maka dana itu, yang

sekalipun dihimpun dari masyarakat, bukan merupakan

“simpanan”.

• Pasal 1 angka 5 UUP membatasi pengertian simpanan

hanya kepada dana masyarakat yang dihimpun dalam

bentukgiro,deposito,sertifikatdeposito,tabungan,dan

atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

• Ciri khusus dari giro, deposito, sertifikat deposito,

tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan

Page 86: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

52TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

dengan itu adalah dana yang dipinjam oleh bank (utang

bank) dari nasabah penyimpannya (kreditor bank) dan

menjadi sumber kredit yang diberikan oleh bank kepada

debitor bank.

• Dengan demikian, terdapat perbedaan antara dana

masyarakat yang berbentuk simpanan dan dana

masyarakat yang tidak berbentuk simpanan.

• Apabila dana yang dihimpun dari masyarakat oleh

siapa pun tetapi tidak perlu dikembalikan

kepada pemilik asal dari dana tersebut dan tujuan

penggunaannya bukan untuk disalurkan kembali

kepada masyarakat dalam bentuk kredit, maka dana

tersebut bukan dana masyarakat yang berbentuk

simpanan.

• Sebagai contoh adalah dana masyarakat yang dihimpun

oleh suatu pihak dengan menerbitkan obligasi yang

ditawarkan/dijual kepada masyarakat melalui pasar

modal atau melalui penawaran langsung dan apabila

dana masyarakat yang terhimpun dengan cara seperti itu

bukan dimaksudkan untuk disalurkan kembali kepada

masyarakat dalam bentuk kredit tetapi digunakan

untuk pengembangan usaha sendiri, maka kegiatan

tersebut bukan merupakan kegiatan menghimpun

dana masyarakat dalam bentuk simpanan.

• Tetapi apabila dana masyarakat yang berhasil dihimpun

melalui penerbitan obligasi tersebut digunakan oleh

penerbit obligasi untuk disalurkan dalam bentuk kredit

atau pinjaman kepada pihak lain, maka dana yang

berhasil dihimpun dari masyarakat melalui penerbitan

obligasi itu merupakan dana yang berbentuk simpanan.

Page 87: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

53TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

• Karena itu, kegiatan tersebut harus memperoleh izin

dari BI sesuai dengan ketentuan Pasal 16 UUP.

• Banyak contoh dalam kehidupan masyarakat dimana

suatu pihak menghimpun dana dari masyarakat tetapi

penghimpunan dana tersebut tidak dapat dikatagorisasi

sebagai penghimpunan dana dalam bentuk simpanan

karena bukan untuk tujuan pemberian kredit.

• Contohnya adalah penghimpunan dana dari masyarakat

berupa sumbangan tetapi bukan dimaksudkan untuk

disalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada pihak

lain tetapi, misalnya, untuk keperluan membantu

kelompok masyarakat tertentu yang tertimpa musibah

(bencana alam seperti tsunami, gunung meletus, dan

lain-lain) atau untuk membantu biaya pengobatan

seorang anak yang cacat sebagaimana yang sering

dilakukan oleh media cetak dan atau elektronik.

• Contoh lain adalah penerbitan surat utang jangka

pendek (surat utang berjangka maksimum satu tahun)

yang dikenal dengan istilah commercial paper atau

CP yang dijual di pasar uang oleh penerbitnya untuk

keperluan modal kerja atau mengatasi kesulitan cash

flowdari penerbit CP.

• Kegiatan penghimpunan dana yang seperti itu bukan

merupakan kegiatan penghimpunan dana yang

berbentuk simpanan karena bukan untuk disalurkan

kembali dalam bentuk kredit tetapi dipakai untuk

keperluan sendiri.

• Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan penghimpunan dana

masyarakat tetapi tidak untuk disalurkan kembali dalam

bentuk kredit seperti contoh-contoh yang dikemukakan

Page 88: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

54TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

di atas, tidak dapat diancam berdasarkan Pasal 46 ayat

(1) Undang-Undang Perbankan sebagai tindak pidana

atas pelanggaran ketentuan Pasal 16 ayat (1) UUP.

• Ada ciri lain yang perlu dicermati berkaitan dengan

ketentuan Pasal 16 Undang-Undang itu, yaitu berkaitan

dengan pengertian “masyarakat”.

• Dalam pengertian “masyarakat” terkandung bahwa

pengerahan dana harus bersifat terbuka, yaitu

berlaku bagi siapa pun yang ingin meminjamkan

dananya kepada pihak yang menghimpun dana tersebut

sepanjang orang/perusahaan yang bersangkutan

memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh pihak

penghimpun dana.

• Tetapi apabila pengerahan dana tersebut bersifat

terbatas hanya menghimpun dari beberapa orang/

kelompok tertentu saja, menurut saya penghimpunan

dana tersebut bukan merupakan penghimpunan dana

dari masyarakat.

• Sifat keterbukaan dan ketidakterbatasan itulah

yang menentukan apakah upaya penghimpunan

dana itu merupakan kegiatan penghimpunan dana

dari masyarakat atau hanya merupakan kegiatan

penghimpunan dana dari beberapa gelintir orang.

• Kesimpulan dari penjelasan tersebut di atas adalah

bahwa tujuan dari kriminalisasi dari perbuatan

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 46 jo.

Pasal 16 UUP adalah untuk mencegah agar tidak semua

orang atau badan hukum dapat melakukan kegiatan

usaha sebagai lembaga intermediasi tanpa memperoleh

Page 89: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

55TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

ijin sebagai bank (memperoleh ijin dari Pimpinan Bank

Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha

sebagai bank).

• Menjadi tujuan Undang-Undang Perbankan, bahwa

hanya bank yang dapat melakukan kegiatan sebagai

lembaga intermediasi.

D. Pengawasan Bank

1. Kewajiban Bank Membantu BI Menjalankan Fungsi

Pengawasan Bank

Pasal 30

1) Bank wajib menyampaikan kepada Bank

Indonesia, segala keterangan, dan penjelasan

mengenai usahanya menurut tata cara yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

2) Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib

memberikan kesempatan bagi pemeriksaan

buku-buku dan berkas-berkas yang ada

padanya, serta wajib memberikan bantuan

yang diperlukan dalam rangka memperoleh

kebenaran dari segala keterangan, dokumen

dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank

yang bersangkutan.

3) Keterangan tentang bank yang diperoleh

berdasarkan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) tidak

diumumkan dan bersifat rahasia.

2. Kewajiban Pelaporan Neraca Dan Perhitungan Laba/

Rugi Bank

Pasal 34

Page 90: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

56TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

1) Bank wajib menyampaikan kepada Bank

Indonesia neraca dan perhitungan laba/rugi

tahunan serta penjelasannya, serta laporan

berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

2) Neraca serta perhitungan laba/rugi tahunan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib

terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik.

3) Tahun buku bank adalah tahun takwim.

E. Tindak Pidana Pelangaran Pasal 30 & 34 UUP

Pasal 48

1) Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai

bank yang dengan sengaja tidak memberikan

keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan

Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), diancam dengan pidana

penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan

paling lama 10 (sepuluh) tahun serta denda sekurang-

kurangnya Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar

rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000.000,00

(seratus miliar rupiah).

2) Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai

bank yang dengan lalai memberikan keterangan

yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat

(1) dan ayat (2), diancam dengan pidana penjara

sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama

2 (dua) tahun dan atau denda sekurang-kurangnya

Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan

Page 91: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

57TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar

rupiah).

F. Tindak Pidana Rahasia Bank

1. Bank Sebagai Lembaga Kepercayaan

• Dibandingkan dengan lembaga atau perusahaan

lain, bank merupakan lembaga atau perusahaan

yang unik, yaitu memiliki sifat yang sangat khusus.

• Bank melakukan kegiatan usahanya dengan

menggunakan dana/uang yang berasal dari

masyarakat yang ditempatkan atau dipinjamkan

kepada bank dalam bentuk simpanan.

• Bank hanya mungkin menghimpun dana simpanan

dari masyarakat apabila masyarakat memiliki

kepercayaan kepada banknya bahwa dana yang

disimpan akan dapat dikembalikan oleh bank

apabila ditagih dan apabila bank merahasiakan baik

simpanan maupun identitas nasabah penyimpan

dana.

2. Bank Merupakan Bagian Dari Sistem Moneter

• Sebagai bagian dari sistem moneter, bank sangat

highly regulated.

• Apabila suatu bank mengalami rush, maka rush

tersebut akan menular terhadap bank-bank lain;

Keadaan itu disebut efek domino atau berdampak

sistemik.

• Terjadinya efek domino akan meruntuhkan sistem

moneter.

Page 92: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

58TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

G. Rahasia Bank

• Pasal 40

1) Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai

Nasabah Penyimpan dan simpanannya, kecuali

dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal

41, Pasal 41 A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan

Pasal 44 A.

2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

berlaku pula bagi Pihak Terafiliasi.

1. Tindak Pidana Pelanggaran Rahasia Bank

Pasal 47 ayat (2)

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, pegawai bank

atau Pihak Terafiliasi lainnya dengan sengaja

memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan

menurut Pasal 40, diancam dengan pidana penjara

sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun serta denda

sekurang-kurangnya Rp.4.000.000.000,00

(empat miliar rupiah) dan paling banyak

Rp.8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

2. Pengecualian Rahasia Bank

• Untuk kepentingan perpajakan, (Pasal 41)

• Untuk kepentingan penyelesaian piutang bank

BUMN (Pasal 41A)

• Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana

(Pasal 42)

• Untuk kepentingan perkara perdata antara bank

dan nasabah (Pasal 43)

• Untuk kepentingan tukar-menukar informasi antar

bank (Pasal 44)

• Untuk kepentingan nasabah sendiri (Pasal 44A

Page 93: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

59TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

ayat (1))

• Untuk kepentingan ahli waris nasabah (Pasal 44A

ayat (2))

• Untuk kepentingan Bank Indonesia (Pasal 30 dan

Pasal 31)

• Untuk kepentingan akuntan publik (Pasal 31A)

• Untuk kepentingan PPATK, (Pasal 15 jo. Pasal 13

Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun

2003)

• Untuk kepentingan pemeriksaan dalam perkara

tindak pidana pencucian uang (Pasal 33 Undang-

Undang No. 15 Tahun 2002 sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun

2003)

• Untuk kepentingan pemeriksaan dalam perkara

tindak pidana korupsi oleh KPK (Pasal 12 Undang-

Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi)

3. Pengungkapan Rahasia Bank Kepada Petugas

Perpajakan

Pasal 41

1) Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan

Bank Indonesia atas permintaan Menteri

Keuangan berwenang mengeluarkan

perintah tertulis kepada bank agar memberikan

keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti

tertulis serta surat-surat mengenai keadaan

keuangan nasabah penyimpan tertentu kepada

pejabat pajak.

Page 94: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

60TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

2) Perintah tertulis sebagaimana yang dimaksud

dalam ayat (1) harus menyebutkan nama

pejabat pajak dan nama nasabah wajib pajak

yang dikehendaki keterangannya.

4. Pengungkapan Rahasia Bank Kepada BUPLN/PUPN

Pasal 41 A

1) Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah

diserahkan kepada Badan Urusan Piutang

dan Lelang Negara / Panitia Urusan Piutang

Negara, Pimpinan Bank Indonesia memberikan

izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang

dan Lelang Negara / Panitia Urusan Piutang

Negara untuk memperoleh keterangan dari

bank mengenai simpanan Nasabah Debitur.

2) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

diberikan secara tertulis atas permintaan

tertulis dari Kepala Badan Urusan

Piutang dan Lelang Negara / Ketua

Panitia Urusan Piutang Negara.

3) Permintaan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) harus menyebutkan nama dan jabatan

pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang

Negara / Panitia Urusan Piutang Negara,

nama Nasabah Debitur yang bersangkutan

dan alasan diperlukannya keterangan.

5. Pengungkapan Rahasia Bank Kepada Penegak Hukum

Pasal 42

1) Untuk kepentingan peradilan dalam perkara

pidana, Pimpinan Bank Indonesia dapat

memberikan izin kepada polisi, jaksa atau

Page 95: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

61TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

hakim untuk memperoleh keterangan dari bank

mengenai simpanan tersangka atau terdakwa

pada bank.

2) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

diberikan secara tertulis atas permintaan

tertulis dari Kepala Kepolisian Republik

Indonesia, Jaksa agung, atau Ketua Mahkamah

Agung.

3) Permintaan sebagaimana yang dimaksud

dalam ayat (2) harus menyebutkan nama

dan jabatan polisi, jaksa atau hakim, nama

tersangka /terdakwa, alasan diperlukannya

keterangan dan hubungan perkara pidana

yang bersangkutan dengan keterangan yang

diperlukan.

6. Kewajiban Pengungkapan Rahasia Bank Oleh Bank

Pasal 42 A

Bank wajib memberikan keterangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A dan Pasal 42.

7. Tindak Pidana Rahasia Bank Bagi Penegak Hukum,

Petugas Pajak & Pejabat BUPLN/PUPN

Pasal 47 ayat (1)

Barang siapa tanpa membawa perintah tertulis atau

izin dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, dan Pasal 42,

dengansengajamemaksabankatauPihakTerafiliasi

untuk memberikan keterangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 40, diancam dengan pidana

penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan

paling lama 4 (empat) tahun serta denda sekurang-

Page 96: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

62TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

kurangnya Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar

rupiah) dan paling banyak Rp. 200.000.000.000,00

(dua ratus miliar rupiah).

8. Kewajiban Pengungkapan Rahasia Bank Untuk

Kepentingan Perkara Perdata Antara Bank Dan

Nasabah

Pasal 43

Dalam perkara perdata antar bank dengan

nasabahnya, Direksi bank yang bersangkutan dapat

menginformasikan kepada pengadilan tentang

keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan dan

memberikan keterangan lain yang relevan dengan

perkara tersebut.

9. Kewajiban Pengungkapan Rahasia Bank Untuk

Kepentingan Tukar Menukar Informasi Antar Bank

Pasal 44

1) Dalam tukar menukar informasi antar bank,

Direksi bank dapat memberitahukan keadaan

keuangan nasabahnya kepada bank lain.

2) Ketentuan mengenai tukar menukar informasi

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur

lebih lanjut oleh Bank Indonesia.

10. Pengungkapan Rahasia Bank Atas Permintaan Atau

Kepada Kuasa Nasabah

Pasal 44 A ayat (1)

Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari

Nasabah Penyimpan yang dibuat secara tertulis,

bank wajib memberikan keterangan mengenai

simpanan Nasabah Penyimpan pada bank yang

bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh

Page 97: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

63TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Nasabah Penyimpan tersebut.

11. Pengungkapan Rahasia Bank Kepada Ahli Waris

Nasabah

Pasal 44 A ayat (2)

Dalam hal Nasabah Penyimpan telah meninggal

dunia, ahli waris yang sah dari Nasabah Penyimpan

yang bersangkutan berhak memperoleh keterangan

mengenai simpanan Nasabah Penyimpan tersebut.

12. Tindak Pidana Kewajiban Pengungkapan Rahasia

Bank

Pasal 47 A

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai

bank yang dengan sengaja tidak memberikan

keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 42 A dan Pasal 44 A, diancam

dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2

(dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun serta

denda sekurang-kurangnya Rp. 4.000.000.000,00

(empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp.

15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).

13. Pengungkapan Rahasia Bank Untuk Kepentingan BI

• Pasal 30

1) Bank wajib menyampaikan kepada

Bank Indonesia, segala keterangan, dan

penjelasan mengenai usahanya menurut

tata cara yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia.

2) Bank atas permintaan Bank Indonesia,

wajib memberikan kesempatan bagi

pemeriksaan buku-buku dan berkas-

Page 98: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

64TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

berkas yang ada padanya, serta wajib

memberikan bantuan yang diperlukan

dalam rangka memperoleh kebenaran

dari segala keterangan, dokumen dan

penjelasan yang dilaporkan oleh bank

yang bersangkutan.

3) Keterangan tentang bank yang diperoleh

berdasarkan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) tidak

diumumkan dan bersifat rahasia.

• Pasal 31

Bank Indonesia melakukan pemeriksaan

terhadap Bank, baik secara berkala maupun

setiap waktu apabila diperlukan.

14. Pengungkapan Rahasia Bank Untuk Kepentingan

Akuntan Publik Yang Ditugasi BI

Pasal 31 A

Bank Indonesia dapat menugaskan Akuntan Publik

untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan

pemeriksaan terhadap bank sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 31.

15. Pengungkapan Rahasia Bank Untuk Kepentingan

Pemeriksaan Dalam Rangka TPPU

Pasal 72 UU No. 8/2010

1) Untuk kepentingan pemeriksaan dalam perkara

tindak pidana Pencucian Uang, penyidik,

penuntut umum, atau hakim berwenang

meminta Pihak Pelapor untuk memberikan

keterangan secara tertulis mengenai Harta

Kekayaan dari:

Page 99: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

65TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

a. orang yang telah dilaporkan oleh PPATK

kepada penyidik;

b. tersangka; atau

c. terdakwa.

2) Dalam meminta keterangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), bagi penyidik,

penuntut umum, atau hakim tidak berlaku

ketentuan peraturan perundangundangan

yang mengatur rahasia bank dan kerahasiaan

Transaksi Keuangan lain.

3) Permintaan keterangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus diajukan dengan

menyebutkan secara jelas mengenai:

a. nama dan jabatan penyidik, penuntut

umum, atau hakim;

b. identitas orang yang terindikasi dari

hasil analisis atau pemeriksaan PPATK,

tersangka, atau terdakwa;

c. uraian singkat tindak pidana yang

disangkakan atau didakwakan; dan

d. tempat Harta Kekayaan berada.

4) Permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) harus disertai dengan:

a. laporan polisi dan surat perintah

penyidikan;

b. surat penunjukan sebagai penuntut umum;

atau

c. surat penetapan majelis hakim.

16. Pengungkapan Rahasia Bank Untuk Kepentingan

Pemeriksaan Dalam Perkara TIPIKOR Oleh KPK

Page 100: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

66TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

UU No. 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi Pasal 12 ayat (1) Dalam

melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan,

dan penuntutan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 huruf c, Komisi Pemberantasan Korupsi

berwenang: meminta keterangan kepada bank

atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan

keuangan tersangka atau terdakwa yang

sedang diperiksa;

17. Tindak Pidana Pencatatan Dan Laporan Keuangan

Bank

Pasal 49 ayat (1)

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai

bank yang dengan sengaja:

a. membuat atau menyebabkan adanya pencatatan

palsu dalam pembukuan atau dalam proses

laporan, maupun dalam dokumen atau laporan

kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening

suatu bank;

b. menghilangkan atau tidak memasukkan atau

menyebabkan tidak dilakukannya pencatatan

dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun

dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha,

laporan transaksi atau rekening suatu bank;

c. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan,

menghapus, atau menghilangkan adanya

suatu pencatatan dalam pembukuan atau

dalam laporan, maupun dalam dokumen atau

laporan kegiatan usaha, laporan transaksi

atau rekening suatu bank, atau dengan sengaja

Page 101: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

67TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

mengubah, mengaburkan, menghilangkan,

menyembunyikan atau merusak catatan

pembukuan tersebut,

diancam dengan pidana penjara sekurang-

kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima

belas) tahun serta denda sekurang-kurangnya

Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan

paling banyak Rp.200.000.000.000,00 (dua ratus

miliar rupiah).

18. TindakPidanaGratifikasiPejabatBank

Tindak Pidana Tentang Penerimaan Imbalan

Oleh Pejabat Bank

• Pasal 49 ayat (2) huruf a

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai

bank yang dengan sengaja:

a. meminta atau menerima, mengizinkan atau

menyetujui untuk menerima suatu imbalan,

komisi, uang tambahan, pelayanan, uang

atau barang berharga, untuk keuntungan

pribadinya atau untuk keuntungan

keluarganya, dalam rangka mendapatkan

atau berusaha mendapatkan bagi orang

lain dalam memperoleh uang muka, bank

garansi, atau fasilitas kredit dari bank, atau

dalam rangka pembelian atau pendiskontoan

oleh bank atas surat-surat wesel, surat

promes, cek, dan kertas dagang atau bukti

kewajiban lainnya, ataupun dalam rangka

memberikan persetujuan bagi orang lain

untuk melaksanakan penarikan dana yang

Page 102: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

68TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

melebihi batas kreditnya pada bank;

b. diancam dengan pidana penjara sekurang-

kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling

lama 8 (delapan) tahun serta denda

sekurang-kurangnya Rp.5.000.000.000,00

(lima miliar rupiah) dan paling banyak

Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar

rupiah).

19. Sifat Tindak Pidana Perbankan

Tindak pidana perbankan adalah kejahatan dan

pelanggaran

Pasal 51 1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 46, Pasal 47, Pasal 47 A, Pasal 48 ayat (1), Pasal 49, Pasal 50, dan Pasal 50 A adalah kejahatan.

2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2) adalah pelanggaran.

Page 103: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

69TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Tanya Jawab

Heri Sukemi

Pertanyaan:

Biasanya kredit macet yang disalahkan adalah nasabahnya/

debitur, namun demikian syarat pengajuan kredit adalah 5 Cs

tadi, jika kredit macet tersebut masuk pada jaminan dan tidak

mencukupi untuk menutupi tunggakan, maka kesalahannya

pada analisa kredit tersebut yang ada di perbankan. Ataukan ada

“kongkalikong” antara analis kredit dan nasabah, bagaimana

penyelesaian secara hukum bagi analis kredit itu sendiri, apakah

termasuk tindak pidana?

Jawaban:

Ya, itu tindak pidana, bahwa memang banyak terjadi

persekongkolan antara analis kredit dengan nasabah, analis telah

di beli oleh nasabah, tetapi juga bisa jika itu kreditnya besar maka

merupakan permainan appraisal company dengan nasabah,

yang mana apraisal company dibayar oleh nasabah, sehingga

apprasial company tersebut akan tunduk pada kemauan

nasabah, tetapi bukan cuma appraisal company, kantor akuntan

juga begitu, merekayasa laporan keuangan sehingga dapat

diberikan kredit. Adakah ketentuan dalam UU perbankan yang

dapat menyeret nasabah, konsultan yang melakukan manipulasi,

paling-palingdiseretsebagaipihakyangterafiliasi,tetapibukan

sebagai tindak pidana, tidak kena pasal sapu jagad.

Page 104: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

70TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Saparudin Hasibuan

Pertanyaan:

Mengenai Bank Century, ada bank di dalam bank, dari

semula hal itu tentunya sudah diketahui aparat, namun dari

segi perdatanya baru saat ini bisa dimenangkan, apakah mereka

pegawai banknya dapat dikenakan pasal sapu jagad?

Jawaban:

Bank Century, nuansa politiknya sangat luar biasa. Bank

Century sebenarnya menjadi sarana politik, bank ini bank

kecil yang sangat tidak sehat. Saya merasa heran mengapa

bank ini kemudian dinyatakan sebagai bank gagal yang

berdampak sistemik, karena bank ini adalah bank kecil yang

tidak akan berdampak sistemik. Tidak ada yang bisa dipakai

sebagai tolak ukur sistemik, sehingga KKSK berpendapat

bahwa secara psikologis masyarakat, bank ini akan mengalami

rush (orang ramai-ramai akan menarik dananya dari bank

itu, dan menimbulkan efek domino/menular), tapi ini tidak

mungkin karena ada jaminan sebesar 2M untuk masing-masing

nasabahnya, nilai diatas 2 M tetap akan diganti 2 M. Jadi tidak

mungkin membawa dampak sistemik. Yang kedua adalah kasus

Antaboga, dimana pemilik saham secara yuridis memindahkan

uangnya dari bank century ke Antaboga sehingga bank century

tidak bertanggung jawab terhadap uang-uang nasabah Antaboga

yang merupakan pindahan century, ya salahnya nasabah itu

sendiri. Bank Century, merupakan gabungan dari 3 bank yang

sakit, kemudian mengalami kesulitan pada bulan November

dengan kondisi sudah minus, dan untuk itu diberikan kredit

likuiditas dari BI, tapi BI mengubah ketentuannya bahwa bisa

asal positif, tapi ketika akan diberikan kredit oleh BI statusnya

adalah negatif yang artinya sebenarnya tidak dapat dengan

Page 105: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

71TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

cara apapun untuk diberikan likuidasi dari BI. Harusnya bank

ini ditutup tapi malah dikasih kredit. Yang jelas eksekusi dari

BI salah dalam hal ini, tapi tidak pernah orang BI dipanggil-

panggil, hanya ibu Siti Fajriah deputi bidang pengawasan BI,

sebagai orang yang dikenal jujur sampai akhirnya stroke. Kasus

Bank century akan ditingkatkan statusnya ke tingkat penyidikan.

Ketidakmampuan bank century dalam mengembalikan uang

nasabah harus menjadi tanggungjawab negara, dibebankan pada

APBN, negara mengambil alih secara subrogasi (bail out).

Roki Panjaitan

Pertanyaan:

Sangat sependapat dengan pendapat Prof. Sutan Remy,

karena dalam praktek perbankan sering terjadi. Waktu itu kasus

BNI, dimana prinsip prudential banking/prinsip kehatian-

hatian bank tidak dijalankan, berkaitan dengan jaminan-

jaminan dalam LC, putusannya kepala bank dihukum seumur

hidup begitu juga dengan kepala divisinya, tapi bukan termasuk

dalam perkara korupsi. Untuk itu dilakukan penyitaan melalui

penyidik dan jaksa, disita dalam persidangan. Pabrik marmer

di Kupang juga disita dan dibacakan dalam penetapan mejelis

hakim. Ada yang mengatakan hal tersebut adalah pencucian

uang, tapi saya sebagai hakim kami tidak melihatnya sebagai

pencucian uang. Kejahatan perbankan melibatkan orang dalam,

saya sependapat dengan Bapak. Berkaitan dengan Otoritas

Jasa Keuangan BI, dimana kelebihan OJK dalam mengawasi

perbankan dibandingkan dengan BI?

Jawaban:

Memang bisa dikatakan bahwa itu adalah permaianan orang

dalam. Mengenai OJK dan BI, merupakan hasil perkembangan

Page 106: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

72TINDAK PIDANA PERBANKAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

bahwa OJK bukan hanya mengawasi tapi juga membuat

peraturannya, dan bukan hanya untuk bank saja tapi juga untuk

lembaga keuangan lainnya. Sehingga terbentuk OJK, dari BI

sudah ada sejak dulu pemikiran untuk menyerahkan fungsi

pengawasan ini kepada lembaga lain terutama pengaturan/

regulasinya. Bank bagian dari sistem moneter, jika ada kekacauan

di sektor perbankan, apakah menjadi tanggungjawab bank

sentral sebagai bagian dari sistem moneter, ini tanggungjawab

bank sentral bukan tanggungjawab OJK karena bank sentral

yang ada di sistem moneter. Saya setuju untuk lembaga keuangan

lainnya diawasi oleh OJK tapi tidak dengan perbankan, harusnya

tetap dibawah pengawasan BI. Bila dipisahkan apakah akan ada

kemudahan dalam melakukan kordinasi? Bahwa BI dianggap

‘brengsek’ dalam kaitannya dalam melakukan pengawasan, yang

brengsek adalah personnya bukan institusinya. Jika auditor BI

akan ke bank swasta, bank tsb sudah tahu dan mempersiapkan

apa saja yang akan diperiksa sehingga hasil auditnya akan baik.

Makro tetap dipegang BI, tetapi pengaturan secara previlage

silahkan dipegang OJK. Namun sampai saat ini belum ada

pengaturan yang jelas.

Page 107: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

73

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

EtIKA PERILAKUProf. Dr. Soekidjo Notoatmodjo

SESI iV

Page 108: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 109: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

75

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

ETIKA PERILAKU Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo

A. Pengertian Etika

• Berasal dari bahasa Yunani “ethos” (tunggal) atau “etha”

(jamak), yang artinya karakter, watak kesusilaan, adat

istiadat atau akhlak.

• Fungsi etika:

• Sebagai subjek: Untuk menilai apakah tindakan-

tindakan yang telah dikerjakan itu salah atau benar,

buruk atau baik.

• Sebagai Objek: cara melakukan sesuatu (moral).

• Menurut Martin (1993), “etika adalah tingkah laku

sebagai standart yang mengatur pergaulan manusia

dalam kelompok sosial”.

• Dalam Kaitannya dengan pergaulan manusia maka

etika berupa bentuk aturan yang dibuat berdasarkan

adat kebiasan atau akhlak yang berlaku.

B. Etika dan Moral

• Moral berasal dari bahasa latin “mos” (tunggal) atau

“mores” (jamak), yang artinya adat istiadat atau

kebiasaan serta norma yang berlaku.

• Moral adalah nilai-nilai atau norma-norma yang

menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok

dalam mengatur tingkah lakunya dalam bermasyarakat.

Page 110: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

76ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

• Sebagai contoh: “Pengacara X itu tidak bermoral….”

maknanya pengacara X itu melanggar norma-norma

etis yang berlaku dalam kelompok atau organisasi

profesinya.

• Menurut Frans Magnis Suseno (1987), “moral adalah

nilai-nilai yang mengandung peraturan, perintah dan

lain sebagainya yang terbentuk secara turun temurun

melalui suatu budaya tertentu tentang bagaimana

manusia harus hidup dengan baik”.

• Kesimpulan:

• Etika = moral adalah pegangan tingkah laku didalam

bermasyarakat

• Perbedaan moral dan etika: Moral menekankan pada

cara melakukan sesuatu. Etika menekankan pada

mengapa melakukan sesuatu harus dengan cara

tersebut.

Mengapa Orang Melanggar Etika?

• Kebutuhan Individu

Merupakan faktor utama penyebab terjadinya tindakan

tidak etis karena tidak tercukupinya kebutuhan pribadi

dalam kehidupan.

Etika Moral

Etika - Moral

Page 111: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

77ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

• Tidak ada pedoman

Tidak punya penuntun hidup sehingga tidak tahu

bagaimana melakukan sesuatu.

• Perilaku dan kebiasaan Individu

Perilaku kebiasaan individu tanpa memperhatikan

faktor lingkungan dimana individu tersebut berada.

C. Perilaku

• Sesuatu yang dipersepsikan, dipahami, dipikirkan,

dirasakan, dibicarakan dan dilakukan oleh seseorang

(Marthin and Pear, 1978).

• Respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar atau lingkungan sekitarnya. (BF.

Skinner, 1938, 1953).

• Batasan operasional:

Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang

dalam rangka pemenuhan keinginan, kehendak,

kebutuhan, nafsu, dan sebagainya. Kegiatan ini

mencakup:

• Kegiatan kognitif: à cipta à memikir à

pengetahuan

• Kegiatan afektif: (rasa)àmerasaàsikap (penilaian)

• Kegiatan psikomotor (karsa) à bertindakàtindakan

(practice)

Page 112: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

78ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

1. Konsep (Teori ) “S.O.R” (Skinner, 1938)

• Batasan Perilaku:

• Respons organisme terhadap stimulus

(rangsangan).

• Respons organisme terwujud dalam bentuk:

• Tertutup: apabila respons tersebut terjadi

dalam diri sendiri, dan sulit diamati

dari luar (orang lain). à pengetahuan

(knowledge) dan sikap (attitude).

• (Perilaku Tertutup= Covert Behaviour)

• Terbuka: apabila respons tersebut dalam

bentuk tindakan yang dapat diamati dari

luar (orang lain) à tindakan atau praktek

(practice)

(Perilaku Terbuka = Overt Behavior)

2. Domain Perilaku

• Kognitif (Pengetahuan): CIPTA

adalah pengertian atau pemahaman orang

ORGANISMEPerhatian

PengertianPenerimaan, dsb

REAKSI TERTUTUPPengetahuan/Kog

Sikap/Afektif

REAKSI TERBUKATindakan/Praktek

STIMULUS

Page 113: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

79ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

terhadap obyek (stimulus)

• Afektif (Sikap): RASA

adalah pendapata atau penilaian sesorang

terhadap obyek atau stimulus

• Konasi (Tindakan=Praksis atau praktek): KARSA

adalah tindakan (praksis) sesorang berkaitan

dengan obyek atau stimulus.

3. Diterminan Perilaku (Skinner, 1953)

4. Contoh: Perilaku Nasionalistik

• Adalah perbuatan terpuji yang merujuk nilai-

nilai Pancasila sehingga setiap anak bangsa

tampil: religius, humanis, patriotik, demokratik,

dan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan

kebenaran.

• Terbentuknya perbuatan atau perilaku seperti ini

ditentukan atau dipenagruhi oleh:

• Faktor internal (biologis dan psikologis);

Lingkungan (Eksternal):Fisik, SosBud, Ekonomi,

Politik, dsb

Biologi & Psikologi (Internal):Persepsi, Motivasi,

Keinginan, Kehendak, dsb

Tindakan, Praktek, Praksis, Practice

KARSA

Pengetahuan(Kognitif)

CIPTA

Sikap(Afektif)

RASA

Page 114: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

80ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

• Eksternal (geografis, sosial, budaya, politik,

ekonomi,dsb).

5. Diterminan Perilaku (Green, 1990)

6. Contoh: Perilaku Petugas Keamanan Lingkungan

Yang Baik

Predisposing:

• Tahu tata cara menjaga keamanan lingkungan

• Menguasai peraturan-peraturan dan perundang-

undangan yang tekait dengan keamanan

lingkungan

• Telah mengikuti pelatihan-pelatihan kemanan

lingkungan

Enabling:

• Sarana dan prasarana kemanan lingkungan

• Alat komunikasi yang memadai

Reinforcing:

• Sistem “reward” yang memadai

• Adanya buku panduan atau “SOP” keamanan

lingkungan

PREDISPOSING FACTORS:Pengetahuan, Sikap,

Kebiasaan, Tradisi, dsb

BEHAVIORENABLING FACTORS:Fasilitas, Sarana dan

Prasarana untuk berilaku

REINFORCING FACTORS:Peraturan-peraturan, UU,

Contoh dari orang lain, dsb

Page 115: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

81ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

• Adanya perilaku contoh “role model” petugas

keamanan

D. Etika Perilaku

• Etika perilaku adalah etika atau norma berperilaku bagi

para anggota profesi.

• Etika perilaku merupakan sekumpulan tindakan-

tindakan etis bagi anggota profesi.

• Etika perilaku hakim adalah sekumpulan perilaku bagi

profesi hakim.

• Etika perilaku hakim: Kode Etik dan Pedoman Perilaku

Hakim (Keputusan bersama Ketua Mahkamah Agung

RI dan Ketua Komisi Yudisial RI No. 047/KMA/SKB/

IV/2009 dan 02/SKB/P.KY/IV/2009.

1. Etika Perilaku Hakim (10 Prinsip Perilaku Hakim)

• Adil

• Jujur

• Arif dan Bijaksana

• Mandiri

• Berintegritas Tinggi

• Bertanggung Jawab

• Menjunjung Tinggi Harga Diri

• Berdisiplin Tinggi

• Rendah Hati

• Profesional

2. Etika Perilaku=Perilaku Profesi

• Adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan

oleh anggota profesi terkait dengan tugas dan

fungsinya.

• Perilaku seorang profesi juga tidak terlepas dari 3

Page 116: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

82ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

domain tersebut:

• Pengetahuan atau pemahaman terkait

dengan pofesinya.

• Sikap atau apresiasinya terhadap profesinya

• Tindakan atu praksis terkait dengan

profesinya.

3. Etika Vs. Hukum

• Etika hanya berlaku dilingkungan masing-masing

profesi, hukum berlaku untuk umum.

• Etika disusun berdasarkan kesepakatan anggota

masing-masing profesi, hukum disusun oleh

badan pemerintahan.

• Etika tidak semuanya tertulis, sedangkan hukum

tertulis secara rinci dalam undang-undang atau

peraturan pemerintah

• Sanksi terhadap pelanggaran etika berupa

“tuntunan” (biasanya dari organisasi profesinya),

sedangkan sanksi pelanggaran hukum adalah

“tuntutan” yang berujung pada pidana atau

hukuman.

• Pelanggaran etika diselesaikan oleh Majelis

Kehormatan Etik dari masing-masing organisasi

profesi, pelanggaran hukum diselesaikan lewat

pengadilan

• Penyelesaian pelanggaran etik tidak selalu disertai

buktifisik,sedangkanuntukpelanggaranhukum

pembuktiannyamemerlukanbuktifisik.

4. Profesi Dan Etika Profesi

• Profesi (profesio=pengakuan) adalah suatu tugas

atau kegiatan fungsional dari suatu kelompok

Page 117: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

83ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

tertentu dalam melayani masyarakat.

• Etika Profesi adalah merupakan norma-norma,

nilai-nilai, atau pola tingkah laku kelompok

profesi tertentu dalam memberikan pelayanan

atau “jasa” kepada masyarakat.

• Profesi Hakim adalah sekumpulan tugas

fungsional didalam melakukan pelayanan hukum

terhadap “clients” atau masyarakat.

E. Profesionalisme

• Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan

dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam

masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan

berdasarkan rasa keterpanggilan -- serta ikrar untuk

menerima panggilan tersebut -- untuk dengan semangat

pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada

sesama yang tengah dirundung kesulitan ditengah

gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999).

• Prinsip profesionalisme adalah untuk tetap

mempertahankan idealisme yang menyatakan bahwa

keahlian profesi yang dikuasai bukanlah komoditas yang

hendak diperjual-belikan sekedar untuk memperoleh

nafkah, melainkan suatu kebajikan yang hendak

diabdikan demi kesejahteraan umat manusia.

• Kalau didalam peng-amal-an profesi yang diberikan

ternyata ada semacam imbalan (honorarium) yang

diterimakan, maka hal itu semata hanya sekedar “tanda

kehormatan” (honour) demi tegaknya kehormatan

profesi, yang jelas akan berbeda nilainya dengan

pemberian upah yang hanya pantas diterimakan bagi

Page 118: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

84ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

para pekerja upahan saja.

• Tiga Watak Profesionalisme

Tiga watak kerja yang merupakan persyaratan dari

setiap kegiatan pemberian “jasa profesi” (dan bukan

okupasi) ialah:

1. bahwa kerja seorang profesional itu beritikad

untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya

kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh

karenanya tidak terlalu mementingkan atau

mengharapkan imbalan upah materiil;

2. bahwa kerja seorang profesional itu harus

dilandasi oleh kemahiran teknis yang berkualitas

tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan

dan/atau pelatihan yang panjang, ekslusif dan

berat;

3. bahwa kerja seorang profesional -- diukur dengan

kualitas teknis dan kualitas moral -- harus

menundukkan diri pada sebuah mekanisme

kontrol berupa kode etik yang dikembangkan dan

disepakati bersama didalam sebuah organisasi

profesi.

• 7 Syarat Pekerjaan Profesional

1. Pekerjaan tersebut adalah untuk melayani orang

banyak (umum)

2. Bagi yang ingin terlibat dalam profesi dimaksud,

harus melalui pendidikan atau pelatihan yang

cukup lama dan berkelanjutan

3. Adanya kode etik dan standar yang ditaati

berlakunya di dalam organisasi tersebut

4. Menjadi anggota dalam organisasi profesi

Page 119: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

85ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

dan selalu mengikuti pertemuan ilmiah yang

diselenggarakan oleh organisasi profesi tersebut

5. Mempunyai media/publikasi yang bertujuan

untuk meningkatkan keahlian dan ketrampilan

anggotanya

6. Kewajiban menempuh ujian untuk menguji

pengetahuan bagi yang ingin menjadi anggota

7. Adanya suatu badan tersendiri yang diberi

wewenang oleh pemerintah untuk mengeluarkan

sertifikat

• Siapakah Kaum Profesional itu?

1. Awalnya: para dokter dan guru -- khususnya

mereka yang banyak bergelut dalam ruang lingkup

kegiatan yang lazim dikerjakan oleh kaum padri

maupun juru dakhwah agama -- dengan jelas

serta tanpa ragu memproklamirkan diri masuk

kedalam golongan kaum profesional (PROFESI)

2. Bagaimana dengan jaksa, pengacara, hakim,

akuntan, dsb. apakah termasuk profesional

(Profesi)?

• Organisasi Profesi

1. Kaum profesional secara sadar mencoba

menghimpun dirinya dalam sebuah organisasi

profesi

a. yang cenderung dirancang secara eksklusif

b. yang memiliki visi dan misi untuk menjaga

tegaknya kehormatan profesi,

c. mengontrol praktek-praktek pengamalan dan

pengembangan kualitas keahlian/kepakaran,

serta

Page 120: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

86ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

d. menjaga dipatuhinya kode etik profesi yang

telah disepakati bersama

F. Kode Etik

• Kode etik adalah suatu aturan tertulis tentang kewajiban

yang harus dilakukan oleh semua anggota profesi dalam

menjalankan pelayanannya terhadap “client” atau

masyarakat.

• Kode etik pada umumnya disusun oleh organisasi

profesi yang bersangkutan.

• Kode etik tidak mengatur “hak-hak” anggota, tetapi

hanya “kewajiban-kewajiban” anggota.

G. Ruang Lingkup Kode Etik

Ruang lingkup kewajiban bagi anggota profesi atau

“isi” Kode Etik Profesi pada umumnya mencakup:

• Kewajiban umum

• Kewajiban terhadap “Client”

• Kewajiban terhadap Teman Sejawatnya

• Kewajiban terhadap Diri Sendiri

Page 121: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

87ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Tanya Jawab

Arwan Byrin

Pertanyaan:

Situasi sekarang sekali merdeka, merdeka sekali. Dalam

konteks respon stimulus ini, contohnya tawuran dan lain

sebagainya, dalam konteks ini. Apakah perilaku kita yang salah

atau bagaimana?

Jawaban:

Masyarakat sebentar-bentar marah seolah-olah sudah

jadi kebiasaan, yang salah bukan perilakunya tapi stimulusnya,

bagaimana masyarakat melihat kelakuan pejabat yang senantiasa

korup sementara masyarakat beli beras saja susah. Akhirnya

masyarakat jadi mudah marah, pemerintah kita sendiri tidak

dapat memberikan. Solusi terhadap masalah-masalah yang

dihadapi masyarakat. Perilaku kita dapat menjadi respon bagi

orang lain.

Hasby Junaidi Tolib

Pertanyaan:

Jika ditangkap dari pemaparan, baik respon maupun

stimulus adalah perilaku yang saling berhubungan. Kita sebagai

individu/kelompok (IKAHI) bisa menjadi stimulus atau respon,

adakah acuannya? jika rerspon begini maka stimulusnya begini,

jika stimulusnya membahayakan maka responnya harus begini

dalam ilmu pengetahuan.

Jawaban:

Jadi ketika seseorang mau merespon ada beberapa hal yang

Page 122: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

88ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

perlu diketahui oleh si orang itu. Contoh ada masalah kekacauan

di negara kita, ada yang marah, biasa-biasa saja, kenapa

stimulusnya sama tapi responnya berbeda-beda, hal ini karena

faktor internal dari masing-masing orang, yang mempengaruhi

faktor internal (diri dari masing-masing orang) salah satunya

adalah ilmu pengetahuan dari orang tersebut. Misalnya seorang

hakim, stimulusnya adalah kasus, penguasaan materi terhadap

kasus tersebut (hard skill), tapi juga ada soft skill (iman dan

takwa) sebagai responnya.

Muslich Bambang Luqmono

Tertarik dan ingin memperdalam pertanyaan Pak Hasby,

ada beda antara profesi hakim dengan tentara, tentara itu jelas,

perwira itu jelas ke kantor naik pesawat Garuda, sementara

hakim kan tidak jelas, persoalan ini tahun 2005 didiskusikan

tidak terselesaikan, mempersoalkan tentang reaksi hakim,

bersepeda akan berdampak lebih bersahaja, menggunakan peci

diprotes karena sendiri, aneh, ekstrim, potongan peci ndeso, ini

menjadi perbedaan sengit sehubungan dengan karakter budaya,

karena saya ingin memberikan respon dan stimulus yang baik.

Linton Sirait

Pertanyaan:

Saya sudah lama bertetangga dengan Pak Muslich, dengan

kebiasaan senang membersihkan halaman rumah orang, terkait

dengan hal tersebut menurut Bapak bagaimana?

Jawaban:

Artinya responnya terhadap lingkungan dari pada

berserakan lebih baik dibersihkan, ini respon yang spontan,

stimulusnya adalah kotor tadi;

Page 123: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

89ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Yunianto

Pertanyaan 1:

Mohon pendapat mengenai pelanggaran etika untuk

mencapai tujuan tertentu, contohnya banyak hakim-hakim

muda ke Jakarta (Komisi Yudisial – Mahkamah Agung) itu jika

disandingkan dengan teori tadi, adalah karena kebutuhan yang

mendesak, bagaimana etikanya sedangkan hal itu tentunya akan

baik buat semua hakim?

Jawaban 1:

Akan dibahas kemudian, faktor untuk memperjuangkan

itu apa etika? hal ini berkaitan dengan etika perilaku;

Pertanyaan 2:

Apakah moral bisa dinilai secara eksak, mengingat dulu

ada P-4, yang sekian jam termasuk mentornya mempunyai

klasifikasi, yang mana mentornya yg sudah memiliki nilai

yang baik tapi juga melakukan pelanggaran, terkait dengan hal

tersebut menurut Bapak bagaimana?

Jawaban 2:

Moral bisa dikuantifikasikan dengan mengembangakan

instrumen tentang moral yang dijabarkan melalui skala, terutama

untuk kepentingan akademnik hal itu bisa.

Alfred Pangala Batara Randa

Pertanyaan:

Uraian Magnis Suseno, dikatakan bahwa manusia terdiri

dari 3 bagian yaitu tubuh, jiwa, roh. Pertanyaannya etika/moral

letaknya dimana? Sekiranya ya, etika/moral sakit obatnya apa

dan dimana bekerja paling cepat? jika dari penjelasan tadi maka

agama.

Page 124: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

90ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Jawaban:

Moral letaknya dimana? Jadi begini jika dari kesehatan

orangdikatakansehatjikafisik,mental,sosial.Fisikukurannya

jelas, mental ini yang diwadahi, mental dibagi tiga, sehat

mental yaitu pikirannya sehat (mampu berpikir secara logis),

emosional (jika seseorang bisa mengekspresikan emosinya

secara wajar-sedih nangis, senang-tertawa), sosial (sesorang

yang menghindar jika akan ditemui karena punya hutang) ,

spiritual-moral (menjalankan syariat agama sesuai kaidahnya),

letaknyadimana?Yadidalamfisiktadi, iniadalahbagiandari

sehat mental;

Heri Sukemi

Pertanyaan:

Maraknya perilaku tawuran, bagaimana penilaiannya?

Jawaban:

Moral memang dipengaruhi oleh lingkungan, tindakannya

sangat dipengaruhi oleh faktor individu tadi yaitu hard dan soft

skill-nya individu tadi.

Arwan Byrin

Pertanyaan 1:

Hakim memang jabatan untuk melaksanakan profesi, tapi

hakim juga pejabat yang melaksanakan kekuasaan kehakiman.

Di satu pihak mereka sebagai profesi, tapi di sisi lain mereka juga

pejabat Kekuasaan Kehakiman. Bagaimana honorariumnya?

Jawaban 1:

Dokter di Rumah Sakit, dia juga sebagai direktur Rumah

Sakit, pada saat menduduki jabatan struktural yang diangkat

oleh pemerintah maka dia pantas mendapat gaji;

Page 125: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

91ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Pertanyaan 2:

Saya rasa dokter dengan hakim berbeda, dokter boleh

berbisnis tapi hakim tidak boleh.

Jawaban 2:

Ini bukan persoalan boleh buka warung atau tidak, tapi

sebagai dokter dia dapat honorarium tunjangan fungsional

sebagai dokter. Hakim juga begitu tapi ketika dia melakukan

tugas sebagai hakim maka dapat honorarium;

Syarat pekerjaan profesional:

• Pekerjaan tersebut untuk melayani orang banyak

(umum);

• Harus melalui pendidikan atau pelatihan yang cukup

lama dan berkelanjutan;

• Adanya kode etik dan standar yang ditaati berlakunya di

dalam organisasi tersebut;

• Menjadi anggota dalam organisasi profesi dan selalu

mengikuti pertemuan ilmiah;

• Mempunyai media/publikasi yang bertujuan

meningkatkan keahlian profesi;

• Kewajiban menempuh ujian untuk menguji pengetahuan

bagi yang ingin menjadi anggota;

• Adanya suatu badan tersendiri yang diberi wewenang

oleh pemerintah untuk mengeluarkan sertifikat, di

kedokteran ada MKI;

Kitajenda Ginting

Pertanyaan:

Memang Kode etik sebelumnya sudah dibuat oleh IKAHI,

diadopsi oleh Mahkamah Agung. Kemudian diadopsi ke Surat

Keputusan Bersama Mahkamah Agung – Komisi Yudisial. Dalam

Page 126: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

92ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

kode etik apakah organisasi profesi termasuk penegak kode etik?

Jawaban:

Kalau yang seharusnya (pada umumnya) memang

penegakan kode etik adalah tanggungjawab organisasi profesi.

Kalau dokter ada IDI, kemudian Dewan Kehormatan, tidak ada

campur tangan Dinas Kesehatan. Karena yang membuat kode

etik adalah organisasi profesi tersebut maka yang menegakkan

organisasi profesi tersebut;

• Kaum profesional secara sadar menghimpun dirinya

dalam sebuah organisasi profesi;

• Kode Etik: suatu aturan tertulis tentang kewajiban yang

harus dilakukan oleh anggotanya dalam pelayanan

terhadap kliennya atau masyarakat;

• Kode etik tidak mengatur hak-hak anggota, tapi hanya

kewajiban;

• Ruang lingkup kode etik, mencakup:

• Kewajiban umum;

• Kewajiban terhadap klien;

• Teman sejawat;

• Terhadap diri sendiri

Roki Panjaitan

Pertanyaan:

Mana yang lebih dominan hard skill atau soft skill dalam

merespon masalah? Dan mana yang lebih penting?

Jawaban:

Berdasarkan hasil penelitian bahwa keberhasilan seseorang

itu yang mendominasi sekitar 75% adalah soft skill-nya, kontribusi

hard skill hanya 25%. Misal seorang bussinessman berhasil

bukan karena kemampuan menguasai managemen bisnis

Page 127: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

93ETIKA PERILAKU

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

(sekolah tinggi), tapi karena soft skill diantaranya imtak (iman

dan takwa), kemampuan berkomunikasi, kemampuan dalam

relasi kerja sama dengan orang lain, kemampuan pengambilan

keputusan (decicion maker).

Sutardjo

Pertanyaan:

Etika dan moral, apakah etika dan moral selalu

berhubungan dan tidak bisa dipisahkan?

Jawaban:

Secara konsep itu berbeda, tapi kenyataan di lapangan

orang yang tidak beretika dianggap juga tidak bermoral, dalam

prakteknya selalu berkaitan;

Andriani Nurdin

Pertanyaan:

Ketika mempertahankan disertasi saya menggunakan teori

dari luar, mengapa tidak menggunakan teori-teori dari dalam

saja?

Jawaban:

Tadi ada juga teori-teori dari dalam yaitu Ki Hajar

Dewantoro.

Page 128: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 129: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

95

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

TINDAK PIDANAPENCUCIAN UANG

Dr. Yunus Husein, S.H., M.H.

SESI V

Page 130: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 131: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

97

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Tindak Pidana Pencucian Uang

Dr. Yunus Husein, S.H., M.H.

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN PEMBUKTIAN TERBALIK

A. Kendala Pemberantasan Tindak Pidana

• Kompleksitas kejahatan memerlukan pengetahuan

yangspesifiknamunkomprehensif.

• Kejahatan “kerah putih” umumnya tidak dilakukan

sendiri; Orang lain digunakan sebagai pelaksana-bisa

lebih dari 1 (satu) orang yang tidak saling mengenal

satu sama lain untuk memutus jejak penelusuran

kepada aktor intelektual.

• Kejahatan yang kompleks sering kali baru terungkap

setelah dalam tenggang waktu yang lama-

menyulitkan pengumpulan bukti-bukti karena

kemungkinan sudah hilang atau sudah dimusnahkan.

• Pelaku telah menggunakan atau mengalihkan hasil

yang diperoleh dari kejahatan dalam bentuk lain atau

dengan nama orang lain sehingga sulit terjangkau oleh

hukum.

Page 132: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

98TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

B. Fokus Pembahasan

Memahami konsep “Pembuktian Terbalik” dalam UU

TPPU untuk MERAMPAS dan MENGEMBALIKAN

HASIL TINDAK PIDANA

1. Alasan Kriminal Mencuci Uang

Uang HasilKejahatan

Uang HasilKejahatan Tindakan

Kejahatan

TindakanKejahatan

Kriminal/Penjahat

TindakanKejahatan

Uang HasilKejahatan

Page 133: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

99TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

2. Dari Follow The Suspect Ke Follow The Money

PEMILIK/YG MENGUASAI/PELAKU TRANSAKSI

KEJAHATAN ASAL+

PELAKU KEJAHATAN+

AKTOR INTELEKTUAL

POLA PENCUCIAN UANG

Page 134: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

100TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

3. Pendekatan Anti Pencucian Uang

4. Kriminalisasi Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)

PASAL 3 UU NO. 8 TAHUN 2010

Setiap orang yang menempatkan, mentransfer,

mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan,

menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,

menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau

perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau

patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan

atau menyamarkan asal usul harta kekayaan dipidana

karena tindak pidana pencucian uang dengan pidana penjara

paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak

Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

AML

mengejar

hasil

kejahatan

(follow the

money)

Follow

the money

dapat meng-

hubungkan

kejahatan

dengan

pelaku

intelektual

follow the

money

alat untuk

recovery

AML dapat

menembus

kerahasiaan

bank

AML dapat

menjerat

pihak-pihak

yang terlibat

dapat

menyembu-

nyikan hasil

kejahatan

AML dapat

menekan

nafsu orang

untuk

melakukan

kejahatan

terutama

economic

crime

Page 135: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

101TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

TPPU Pasal 3

PASAL 4 UU NO. 8 TAHUN 2010

Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan

asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak,

atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta kekayaan yang

diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak

pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana

karena tindak pidana pencucian uang dengan pidana penjara

paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak

Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Mens ReaDiketahui,

Patut Didugadari hasil tindak pidanaObyek:

Orang perseorangankorporasi

Obyek:Harta Kekayaan

Mens ReaMenyembunyikan asal-usul

Menyamarkan asal-usul

Actus Reus:- membawa ke luar negeri- mengubah bentuk- menukarkan dengan mata uang atau surat berharga- menghibahkan- perbuatan lain

Actus Reus:- menempatkan- mentransfer- mengalihkan- membelanjakan- membayarkan- menitipkan

Page 136: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

102TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

TPPU Pasal 4

PASAL 5 UU NO. 8 TAHUN 2010

Setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan,

pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan,

penukaran, atau menggunakan harta kekayaan yang

diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak

pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda

paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Mens ReaDiketahui,

Patut Didugadari hasil tindak pidanaObyek:

Orang perseorangankorporasi

Obyek:Harta Kekayaan

Perbuatan (Actus Reus):- Menyembunyikan

- Menyamarkan

- pengalihan hak-hak- kepemilikan yang sebenarnya

- asal-usul;- sumber;- lokasi;- peruntukan.

Page 137: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

103TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

TPPU Pasal 5

5. Tindak Pidana Asal (Pasal 2 UU NO. 8 Tahun 2010)

• korupsi;

• penyuapan;

• narkotika;

• psikotropika;

• penyelundupan tenaga kerja;

• penyelundupan imigran;

• di bidang perbankan;

• di bidang pasar modal;

• di bidang perasuransian;

• kepabeanan;

• cukai;

• perdagangan orang;

• perdagangan senjata gelap;

• terorisme;

• penculikan;

• pencurian;

• penggelapan;

Mens ReaDiketahui,

Patut Didugadari hasil tindak pidanaObyek:

Orang perseorangankorporasi

Obyek:Harta Kekayaan

Actus Reus (Perbuatan)Menggunakan

Menerima atau menguasai

- sumbangan,- penitipan,- penukaran

- penempatan,- pentransferan,- pembayaran,- hibah

Page 138: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

104TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

• penipuan;

• pemalsuan uang;

• perjudian;

• prostitusi;

• dibidang perpajakan;

• dibidang kehutanan;

• dibidang lingkungan hidup;

• dibidang kelautan dan perikanan; atau

• tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana

penjara 4 (empat) tahun atau lebih;

• yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia atau di luar wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga

merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia.

6. Hukum Acara Penanganan TPPU

Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di

sidang pengadilan serta pelaksanaan putusan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap terhadap tindak pidana

pencucian uang dilakukan sesuai dengan UU TPPU (UU

No. 8 Tahun 2010) kecuali ditentukan lain dalam undang-

undang dimaksud. (Pasal 68 UU TPPU).

7. Sistem Pembuktian Menurut KUHAP

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada

seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua

alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu

tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah

yang bersalah melakukannya. (Pasal 183 KUHAP).

“Pembuktian Terbalik” Dalam UU TPPU

• Pasal 77 UU TPPU

Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan,

Page 139: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

105TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

terdakwa wajib membuktikan bahwa harta kekayaannya

bukan merupakan hasil tindak pidana.

• Pasal 78 UU TPPU

1. Dalam pemeriksaan di sidang pengadilan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77, hakim

memerintahkan terdakwa agar membuktikan

bahwa harta kekayaan yang terkait dengan

perkara bukan berasal atau terkait dengan tindak

pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

(1)

2. Terdakwa membuktikan bahwa harta kekayaan

yang terkait dengan perkara bukan berasal dari

atau terkait dengan tindak pidana dengan cara

mengajukan alat bukti yang cukup

• adanya pembebanan pembuktian pada terdakwa

mengenai harta benda/kekayaannya

• namun pada dasarnya beban pembuktian tetap berada

pada penuntut umum-jpu tidak dapat mengajukan

dakwaan tanpa disertai dengan pengajuan bukti-bukti

• pembuktian terbalik hanya digunakan pada pemeriksaan

di muka persidangan.

• hanya unsur “harta benda/kekayaan” yang wajib dibuktikan.

Pembuktian Terbalik” Dalam UU TIPIKOR

• Berdasarkan Penjelasan UU No. 20/2001 Tentang

Tindak Pidana Tipikor:

Pembuktian yang dibebankan kepada terdakwa.

• Pasal 37 A UU Tipikor

1. Terdakwa wajib memberikan keterangan tentang

seluruh harta bendanya dan harta benda istri atau

Page 140: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

106TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

suami, anak, dan harta benda setiap orang atau

korporasi yang diduga mempunyai hubungan

dengan perkara yang didakwakan.

2. Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan

tentang kekayaan yang tidak seimbang dengan

penghasilannya atau sumber penambahan

kekayaannya, maka keterangan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) digunakan untuk

memperkuat alat bukti yang sudah ada bahwa

terdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi.

• Pasal 38 B UU Tipikor

3. Setiap orang yang didakwa melakukan salah satu

tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 13, Pasal

14, Pasal 15, dan Pasal 16 Undang-undang Nomor

31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi dan Pasal 5 sampai dengan Pasal

12 Undang-undang ini, wajib membuktikan

sebaliknya terhadap harta benda miliknya yang

belum didakwakan, tetapi juga diduga berasal

dari tindak pidana korupsi.

4. Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan

bahwa harta benda sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) diperoleh bukan karena tindak pidana

korupsi, harta benda tersebut dianggap diperoleh

juga dari tindak pidana korupsi dan hakim

berwenang memutuskan seluruh atau sebagian

harta benda tersebut dirampas untuk negara.

Page 141: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

107TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

C. Kasus a.n. Bahasyim Assifie

1. Indikasi Sumber Dana

• Rekening No. 259.000301480.901 a/n BA

sumber dana awal pada rekening dari:

• 5 kali setoran melalui kliring dari BCA dengan

total Rp 5.745.281.868,-

• pemindahbukuan sebesar Rp 800 juta

• 2 kali setoran tunai dengan total Rp 210 juta

• Rekening No. 259.000303628.905 a/n BA

sumber dana awal pada rekening dari:

• 15x setoran tunai dengan total

• Rp 12.538.400.000,-

• Dilihat dari pola transaksinya, terlihat

bahwa transaksi yang dilakukan oleh Sdr. BA

berupa penempatan sejumlah dana pada satu

rekening

• Dalam periode tertentu rekening tsb

menerima beberapa kali setoran tunai

Bahasyim AssifieBCA

Tunai Tgl 15.07.98 Rp 160 jutaTgl 01.07.99 Rp 50 juta

Bahasyim AssifieBNI

259.000301480.901Kliring

Tgl 26.03.98 Rp 100 jutaTgl 27.05.98 Rp 4 M

Tgl 29.05.98 Rp 160 jutaTgl 02.06.98 Rp 525 jutaTgl 13.01.99 Rp 960 juta

PemindahbukuanTgl 10.09.98 Rp 800 juta

Bahasyim AssifieBNI

259.000301480.905 Transfer

Tgl 26.03.98 Rp 7,27 M

Tunai Periode November 99 sd. Desember 02 Rp 4,86 M

PemindahbukuanTgl 05.12.00 Rp 1.2 M

Tgl 10.12.01 Rp 118 jutaTgl 20.08.02 Rp 180 juta

Bahasyim AssifieBNI

259.000303628.905 Transfer

Tgl 19.12.2001 Rp 12,6 M

Tunai Periode April 02 sd.

Februari 03 Rp 12,53 M

Tarik tunaiTgl 23.04.02 Rp 1,3 M

Tgl 24.04.02 Rp 500 jutaTgl 12.12.02 Rp 300 juta

Outgoing transferTgl 23.04.02 Rp 2 M

Budi Utomo Drs,MPABNI

259-000304365-905

Transfer

Tgl 27.02.03 Rp 22,27 M

Penempatan pada BNI Investment

Tgl 06.02.03 Rp 1,01M

Pencairan BNI Investment Tgl 06.03.03 Rp 1,01 M

Tunai Periode Maret 03 sd.

Oktober 03 Rp 3,18 M

Setoran dana Tgl 12.11.03 Rp 2,49 MTgl 02.12.03 Rp 1,49 M

Afie (Bahasyim Assifie )BNI

259-000304933-905 Transfer

Tgl 13.11.03 Rp 27,4 MTgl 13.11.03 Rp 600 jutaTgl 05.12.03 Rp 2,5 MTgl 05.01.04 Rp 1,4 M

Tunai Periode November 03 sd. September 04 Rp 6,57 M

Sri PurwantiBNI

19963416 Transfer

Tgl 12.10.04 Rp 5 MTgl 22.10.04 Rp 33,56 MTgl 26.10.04 Rp 500 jutaTgl 29.10.04 Rp 2,4 M

Page 142: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

108TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

dan di waktu bersamaan dana-dana ini

dikembangkan dalam berbagai kegiatan

investasi, kemudian pada waktu tertentu

rekening tersebut ditutup.

• Akumulasi dana pada rekening tsb kemudian

dipindahbukukan ke rekening yang baru di

buka.

• Aset per Mei 2008 dgn total à Rp. 76,3

M:

• Asuransi Unit Link an. Sri Purwanti:

• Dalam USDà 1,01 jt $ (Rp 10 M)

• Dalam Rupiah à

• Rp 25 M

• Rp 20,5 M

• SBI an. Sri Purwanti:

• Rp 1,8 M

• Asuransi Unit Link an. Winda Arum

Hapsari: Dalam Rupiah à 19 M 2. Aliran Rekening Bahasyim Hampir Rp 1 Triliun

Liputan6.com, Jakarta: Sidang perdana

Bahasyim Assifie, terdakwa kasus mafia pajak dan

pencucian uang, digelar di Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan, Kamis (30/9). Dalam dakwaan jaksa, mantan

Kepala Kantor Pemeriksaan Jakarta VII Direktorat

Jenderal Pajak ini dianggap meraup ribuan miliar

uang dari wajib pajak hasil temuan Pusat Pelaporan

dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) atas

rekening mencurigakan.

Namun, terdakwa yang duduk di kursi pesakitan

dengan tenangnya mendengar dakwaan jaksa

Page 143: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

109TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

penuntut umum yang dipimpin Fachrizal. Dalam

dakwaan jaksa, terdakwa memiliki transaksi aliran

dana ke rekening Sri Purwanti yang tak lain adalah

istrinya, sebesar Rp885 miliar lebih.

“Berdasarkan rekening koran dalam waktu

tahun 2004-2010, terdapat mutasi berupa penyetoran

atau pemindahbukuan atau transfer yang merupakan

uang masuk sebanyak 304 kali dengan jumlah sekitar

Rp 885.147.034.806”, ungkap Fachrizal.

Jaksa menambahkan, di antara transaksi uang

masuk itu terdapat mutasi uang setoran tunai dari

terdakwa ke saksi Yanti Purnamasari senilai Rp 4

miliar lebih. Bahkan, aliran dana lainnya yang sangat

mengagetkan pengunjung sidang adalah saat jaksa

mengatakan adanya simpanan dolar atas nama Sri

Purwanti sebesar US$ 271.354,06“.

Jaksa juga menyampaikan sejak 2005-2010

terdapat mutasi penyetoran atau transfer sebanyak 57

kali dalam bentuk mata uang dolar Amerika Serikat

senilai US$ 45.154.226,2. Ini berasal dari terdakwa

melalui saksi Yanti Purnamasari atas permintaan

terdakwa.

Lebih jauh jaksa menyebutkan, dalam rekening

atas nama Winda Arum Hapsari (putri terdakwa)

terdapat mutasi berupa penyetoran sebanyak 80

kali dengan nilai sebesar Rp 284.709.039.328. Pada

kurun waktu 2008-2010, dalam rekening Sri Purwanti

terdapat mutasi transfer uang sebanyak 24 kali, senilai

Rp 366.552.740.215. Ini dengan menggunakan

uang yang berasal dari terdakwa.

Page 144: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

110TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Terdakwa juga memasukkan dana ke rekening

atas nama Winda Arum Hapsari senilai Rp 60 juta

dan Rp 127 juta lebih. Rekening tersebut dipecah atas

nama berbeda yang masuk ke Bank Negara Indonesia

atau BNI dalam program tabungan Taplus bisnis

perorangan. Di antara mutasi penyetoran rekening

itu atas permintaan terdakwa dilaksanakan oleh Yanti

Purnamasari.

Di hadapan majelis hakim yang diketuai Didik

Setyo Handoyo, jaksa menuntut terdakwa mantan

pegawai pajak itu dengan ancaman pasal berlapis.

Yakni, Undang-undang Tindak Pidana Korupsi dan

UU Tindak Pidana Pencucian Uang.(ANS)

3. Bahasyim Divonis 10 Tahun Penjara Plus Penyitaan

Harta Rp 64 Miliar

Ari Saputra - detikNews

Jakarta - Bahasyim dihukum lima tahun lebih

ringan dari tuntutan jaksa dalam kasus korupsi

Rp 1 miliar dan pencucian uang Rp 64 miliar, yang

disangkakannya. Hakim memutus mantan pejabat pajak

itu dengan 10 tahun penjara dan denda sejumlah uang.

“10 Tahun penjara, denda 250 juta subsider 3

bulan kurungan. Uang Rp 64 miliar dirampas

untuk negara,” ujar majelis hakim dalam

pembacaan putusannya di PN Jakarta Selatan,

Jl Ampera Raya, Jakarta, Rabu (2/2/2011).

Bahasyim didakwa dengan pasal 12 UU 20/2001

tetang tindak pidana korupsi. Dia terbukti bersalah

pasal 1 huruf a tindak pidana pencucian uang.

Mantan pejabat pajak Bahasyim Assifiie dituntut 15

Page 145: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

111TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

tahun penjara. Dia dianggap terbukti menyalahgunakan

wewenang selama menjabat sejak 2004-2010 yang

merugikan keuangan negara sebanyak Rp 64 miliar.

Modus operandi Bahasyim dinilai cukup rapih

yakni dengan menampung sebagian uang korupsi

di perusahaan keluarga Bahasyim, PT Tri Darma

Perkasa. Selain itu, sebagian besar uang hasil korupsi

ditampung di 7 rekening istri dan kedua anaknya.

Perputaran uang di ketujuh rekening itu mengundang

kecurigaan jaksa karena mencapai Rp 932 miliar.

Jumlah ini yang dijerat dengan pasal pencucian uang.

4. Pertimbangan Hakim dalam Putusan

Antara lain menyatakan:

• Seandainya tindak pidana asal tidak terbukti

sekalipun, tindak pidana pencucian uang tetap

diperiksa dan dibuktikan di persidangan

• Terdakwa tidak dapat membuktikan bahwa harta

kekayaan yang disita bukan hasil korupsi

5. Putusan Tingkat Kasasi

Menyatakan Terdakwa terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“korupsi” dengan pidana selama 6 tahun dan denda

Rp500 juta, subsider 3 bulan kurungan.

Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana “pencucian uang”

dgn pidana penjara 6 tahun dan denda Rp500 juta,

subsider 3 bln kurungan.

Page 146: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

112TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

D. Kasus a.n. Yudi Hermawan

PEMBUKTIAN TERBALIK: Kasus gratifikasi petugas

pajak

Beban pembuktian asal usul harta kekayaan yang diduga

berasaldarigratifikasidialihkankepadaterdakwa.

Pertimbangan Majelis Hakim dalam Putusan:

Terdakwa gagal membuktikan secara meyakinkan

bahwa dana yang ada dalam rekening yang dikuasainya

berasal dari utang sebagaimana yang dinyatakan

Page 147: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

113TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Tanya Jawab

Roki Panjaitan

Pertanyaan:

Memutuskan perkara anak perusahaan dari BI (Askrindo)

dengan total kerugian 500 M, di Pengadilan Tipikor diputus

hukuman 11 tahun, ada ketidakadilan, dimana kita harus menilai

nilai-nilai yang berkembang di masyarakat, meskipun hukuman

cukup berat, tapi jika uang hasil kejahatan masih bisa dinikmati

saya setuju dengan uraian bapak tadi. Sejauh mana dilapangan

proses penyidikannya? Berkaitan dengan properti, terutama

bahwa dananya berasal dari ilegal logging, pembobolan

pertamina, ketika pejabat RI bertransaksi di luar wilayah hukum

RI, bagaimana PPATK mendeteksi transaksi tersebut?

Jawaban:

Cara orang bisa bermacam-macam dalam membobol,

setuju dengan bapak jika kerugian begitu besar mengapa

hukumannya ringan, kerugian negara dibebankan pada yang

membayar/perusahaan. Jadi pertanyaan kenapa harus hukuman

badan, tidak ada hukuman untuk menyita uangnya. Informasi

keuangan dari Singapura sebenarnya sulit, seharusnya ada

MoU, harusnya ada ketentuan internasional yang mengaturnya.

Sekarang Singapura lebih ketat dari Swiss dalam hal pertukaran

informasi dan pengembalian aset.

Page 148: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

114TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Hasby Junaidi Tolib

Pertanyaan 1:

Jika melihat dalam UU kita yang ditekankan adalah

pemberantasannya, apakah tidak lebih baik yang diutamakan

adalah pencegahannya, alangkah baiknya dilakukan revisi UU

atau bagaimana, dan dari PPATK sendiri menitikberatkan pada

pencegahannya. Dalam UU disebutkan bahwa masyarakat bisa

berperan serta dalam pemberantasan dan pencegahannya,

andaikan dalam hal ini PPATK bisa bekerjasama dengan Diknas

untuk menerbitkan buku penghubung yang memuat informasi

keuangan hubungan antara anak dan orang tua. Di dalam

pasal 5 yaitu yang menerima, dalam praktik, bisa membayar

pengacaranya, apakah bisa dikenakan pasal menerima?

Jawaban 1:

Mencegah memang perlu bahkan harus, jika hanya

memberantas saja capek, dan jika melihat UU KPK bahwa

pemberantasan tindak pidana korupsi adalah tindakan untuk

mencegah tindak pidana pencucian uang, jadi sebenarnya

memang sudah disadari oleh pembuat UU. Sistem yang belum

diperbaiki, remunerasi yang masih terlalu kecil untuk gaji PNS,

jadi sistem itu mahal. Sudah dilakukan beberapa kerjasama

dengan Kemenpan.

Pengacara yang dibayar klien pencucian uang, jika dibayar

sesuai fee pengacara sebagai tenaga profesional, maka hal ini

terkait professional fee yang wajar didapatkan oleh pengecara

tersebut. Jika ada indikasi untuk memaksa memenangkan

perkara tersebut maka fee-nya dapat diindikasikan sebagai

bagian dari rantai pencucian uang, namun hal ini juga masih

samar-samar,sulituntukdiidentifikasi.Jadibenar,kerjasama,

pencegahan perlu.

Page 149: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

115TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Pertanyaan 2:

Bahwa mengenai pencucian uang itu sudah banyak

laporan baik dari perbankan dan badan atau lembaga keuangan

lainnya. Khusus untuk perbankkan UU perbankan diperlukan

usaha untuk tumbuh berkembang menopang perekomian, bisa

diduga bahwa dana-dana yang masuk ke bank adalah dana

yang tidak benar maka PPATK perlu mengenali dana-dana

yang masuk ke bank tersebut, Kira-kira menyeimbangkan

kemajuan ekononi (perbankan-keamanan), contohnya: Swiss

sangat mengedepankan keamanan perbankan tapi mengabaikan

yang lain, sehingga bank Swiss terkenal sebagai bank dengan

keamanan yang baik sehingga banyak investor menabung di

bank Swiss, semakin maju suatu negara, kasus pidana semakin

tipis.

Jawaban 2:

Dalam situasi normal, kepentingan perbankan bisa

diutamakan, dengan menghargai kerahasiaan bank, tapi jika ada

kondisi lain untuk menegakkan hukum dan kepentingan umum,

yang mengharuskan dan mempunyai dampak yang lebih besar

maka kepentingan untuk membuka informasi di bank yang di

utamakan. Bank tidak dapat di pidana maupun di perdatakan

jika bank menyampaikan laporan/transaski keuangan. Ada

perlindungan terhadap pihak pelapor termasuk industri (bank)

yang menyampaikan laporan transaksi keuangan.

Pertanyaan 3:

Pasal 69, tidak perlu dibuktikan terlebih dahulu. Apa

kendala penyidik dalam menguak kasus ini?

Jawaban 3:

Tidak semua transaksi pencucian terindikasi pidana. Ada

4 produk PPATK, yang selama ini diberikan adalah laporan

Page 150: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

116TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

hasil analisis. Sebab yang lain adalah pemahaman dari penyidik

itu sendiri (polisi, jaksa, KPK, dan lain-lain) terkadang mereka

tidak mengerti bagaimana substansinya sehingga ini menjadi

faktor yang menyulitkan, disamping itu juga terkendala dengan

masalah integritas.

Heri Sukemi

Pertanyaan:

Bagaimana target usaha follow the money padahal

pendistribusiannya untuk membiayai pembangunan tempat

ibadah tertentu sebagai pencitraan sehingga masyarakat di

daerah tersebut menjadi simpati.

Jawaban:

Memang pasal 5, jika orang menerima, bentuknya bisa

untuk menyumbang rumah ibadah, kampus, dan lain-lain,

apakah bisa disita untuk barang bukti: harusnya bisa, namun

dalam putusannya bisa nanti dikembalikan kepada yang berhak,

sebenarnya memang harus dicari kemana uang itu pergi. Ciri-

ciri dari pelaku pencucian uang adalah pelakunya dispender/

boros, untuk itu untuk kasus korupsi digunakan pendekatan life

style analysis.

Andriani Nurdin

Pertanyaan:

Kasus hambalang, bahwa PPATK bisa melacak kasus

hambalang ini berdasarkan UU hasil analisis dilakukan oleh

KPK, dimana BPK menolak menandatangani menolak karena

ternyata ada yang tidak termasuk. Sebenarnya siapa yang

bertanggungjawab?

Jawaban:

Page 151: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

117TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Kasus Hambalang, adanya persetujuan Menteri Keuangan

untuk proyek multi years Hambalang, sementara proyek hanya

ditandatangani sekjen, yang seharusnya pengguna anggaran

(menteri), BPK belum menggunakan data-data dari PPATK,

banyak uang yang masuk tapi sifatnya pass bye, artinya hanya

lewat begitu saja, pegawai digaji dengan rupiah tapi dokumennya

menggunakan valuta asing, pejabatnya menerima macam-macam

upeti, biasanya untuk kasus sebesar ini ada peranan PPATK

karena transaksinya melalui rekening. Bagaimana melacak uang:

tertangkap basah, ikatan bank itu sendiri, jika uang tunai dilihat

pada saat uang itu diambil, traveller check setelah disetor baru

dicari. Mengapa PPATK kasih ke KPK karena kewenagan PPATK

mempunyai wewenang memberikan kepada siapa untuk pejabat

negara, penegak hukum, penyidiknya adalah KPK;

Arwan Byrin

Pertanyaan:

Seberapa jauh langkah-langkah yang dilakukan Unit Kerja

Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan,

lebih baik mencegah, untuk bisa menekan kerugian negara.

Jawaban:

Selama ini pemantuaannya kurang efektif, untuk

memantau pengembalian kerugian negara yang diperoleh dari

kasus korupsi yang mereka (KPK dan Kejaksaan) tangani;

Roki Panjaitan

Pertanyaan:

Bisa tidak terdeteksi yang memerintahkan penerbitan

(kasus BAG)? Apakah corporate atau pribadi?

Jawaban:

Page 152: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

118TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Terhadap bank-nya dilakukan audit, sebenarnya memang

tidak fair karena yang kena yang menerima, sementara

pemberinya belum terkena;

Saparudin Hasibuan

Pertanyaan:

Mohon penjelasan fungsi daripada PPATK karena tidak

mempunyai kewenangan untuk melaksanakan fungsi dari bank

data, bisakah sekaligus sebagai penyidik, agar bisa langsung

action?

Jawaban:

Penyidik sudah 3 yaitu Polisi, Jaksa, KPK. Ini saja sudah

saling diperebutkan.

Page 153: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

119

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

kejahatan korporasiDr. Gunawan Widjaja, S.H., M.H., M.M

SESI Vi

Page 154: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 155: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

121

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Kejahatan KorporasiDr. Gunawan Widjaja, S.H., M.H., M.M

A. Pengertian

• Kejahatan yang dilakukan oleh Korporasi

• Yang bertanggung jawab adalah Korporasi

• Korporasi = badan hukum => Perseroan Terbatas =>

UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

1. Tindak Pidana Korprasi

• Lingkungan hidup

• Anti-Trust – Persaingan Usaha

• Perlindungan Konsumen

• Pasar Uang dan Pasar Modal

2. Korporasi

• Bukan manusia => artificialperson

• Tidak bisa berpikir dan tidak mempunyai moral

seperti manusia

• Azas Ultra Vires => bukan tindakan koporasi

• HukumAcara=>tidakadawujudfisik

B. Pertanggungjawaban

• Publik = gangguan terhadap ketertiban umum

• Melakukan yang dilarang atau Tidak melakukan yang

diwajibkan

• Dengan atau tanpa kehendak

1. Jenis Pertanggungjawaban

Page 156: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

122KEJAHATAN KORPORASI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

• Perdata (civil liability)

• Administratif

• Pidana (criminal liability)

2. Doktrin Pertanggungjawaban

• Respondeat Superior (Master-Servant Rule)

• Actus reus = guilty act

• Mens rea = guilty mind

• Lingkup tindakan

• Untuk kepentingan korporasi

• Agency Theory => Alter-ego Theory

C. Wujud Penegakan Hukum

• Denda (Fines)

• Pengampuan (Probation)

• Pencegahan/ Pelarangan (Debarment)

• Pencabutan Izin (Lost of License)

• Pengecualian => yang bersifat pribadi => tidak dapat

dipenjarakan (no imprisonment)

1. Pasal 10 KUHP

• pidana pokok:

• pidana mati;

• pidana penjara;

• pidana kurungan;

• pidana denda;

• pidana tutupan.

• pidana tambahan

• pencabutan hak-hak tertentu;

• perampasan barang-barang tertentu;

• pengumuman putusan hakim.

2. Pasal 116 (1) UU No.32/2009

Page 157: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

123KEJAHATAN KORPORASI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Apabila tindak pidana lingkungan hidup

dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha,

tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada:

• badan usaha; dan/atau

• orang yang memberi perintah untuk melakukan

tindak pidana tersebut atau orang yang bertindak

sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana

tersebut

3. Pasal 118 UU No.32/2009

Terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 116 ayat (1) huruf a, sanksi pidana

dijatuhkan kepada badan usaha yang diwakili oleh

pengurus yang berwenang mewakili di dalam dan di

luar pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan selaku pelaku fungsional.

4. Pasal 119 UU No. 32/2009

Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang ini, terhadap badan usaha dapat

dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib

berupa:

• perampasan keuntungan yang diperoleh dari

tindak pidana;

• penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha

dan/atau kegiatan;

• perbaikan akibat tindak pidana;

• pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa

hak; dan/atau

• penempatan perusahaan di bawah pengampuan

paling lama 3 (tiga) tahun.

Page 158: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

124KEJAHATAN KORPORASI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

5. Pasal 47 UU No.5/1999

Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa

tindakan administratif terhadap pelaku usaha yang

melanggar ketentuan Undang-undang ini.

Tindakan administratif sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dapat berupa:

• Penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 13,

Pasal 15, dan Pasal 16; dan atau

• Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan

integrasi vertikal sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14; dan atau

• Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan

integrasi vertikal sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14; dan atau

• Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan

kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek

monopoli dan atau menyebabkan persaingan

usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat;

dan atau

• Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan

penyalahgunaan posisi dominan; dan atau

• Penetapan pembatalan atas penggabungan atau

peleburan badan usaha dan pengambilalihan

saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28;

dan atau

• Penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau

• Pengenaan denda serendah-rendahnya

Rp.1.000.000.000 (satu miliar rupiah) dan

setinggi-tingginya Rp.25.000.000.000,00 (dua

Page 159: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

125KEJAHATAN KORPORASI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

puluh lima miliar rupiah)

6. Pasal 49 UU No.5/1999

Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab

Undang-undang Hukum Pidana, terhadap pidana

sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat dijatuhkan

pidana tambahan berupa:

• pencabutan izin usaha; atau

• larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti

melakukan pelanggaran terhadap undang-

undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau

komisaris sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan

selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau

• penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang

menyebabkan timbulnya kerugian pada pihak

lain.

7. Pasal 61 UU No.8/1999

Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap

pelaku usaha dan/atau pengurusnya.

Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan

atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum

maupun bukan badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam

wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik

sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai

bidang ekonomi.

8. Pasal 62 UU No.8/1999

Pelaku usaha yang melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal

10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a,

Page 160: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

126KEJAHATAN KORPORASI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

huruf b, huruf c,huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau

pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000,00

(dua milyar rupiah).

Pelaku usaha yang melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12,

Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat

(1) huruf d dan huruf f dipidana penjara paling lama

2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan

luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian

diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.

9. Pasal 63 UU No.8/1999

Terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 62, dapat dijatuhkan hukuman tambahan,

berupa:

• perampasan barang tertentu;

• pengumuman keputusan hakim;

• pembayaran ganti rugi;

• perintah penghentian kegiatan tertentu yang

menyebabkan timbulnya kerugian konsumen;

• kewajiban penarikan barang dari peredaran; atau

• pencabutan izin usaha.

10. Pasal 201 UU No.32/2009

Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal 191, Pasal 192, Pasal

196, Pasal 197, Pasal 198, Pasal 199, dan Pasal 200

dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara dan

denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat

Page 161: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

127KEJAHATAN KORPORASI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda

dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal

191, Pasal 192, Pasal 196 , Pasal 197, Pasal 198, Pasal

199, dan Pasal 200.

Selain pidana denda sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana

tambahan berupa:

• pencabutan izin usaha; dan/atau

• pencabutan status badan hukum.

D. Direksi

• Merupakan orang kepercayaan yang mengurus harta

Perseroan Terbatas -> Trustee

• Pemegang kuasa untuk mewakili Perseroan Terbatas

dalam menjalankan kegiatan usahanya -> Agent

• Adanya Fiduciary Relation antara Direksi terhadap

Perseroan Terbatas -> Fiduciary Duty

• Duty of loyalty and good faith

• Duty of diligence and care

a. Tanggung jawab Direksi

Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh

secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang

bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.

(Pasal 97 ayat (3) UUPT)

Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota

Direksi atau lebih, tanggung jawab tersebut berlaku

secara tanggung renteng. (Pasal 97 ayat (4) UUPT)

Atas nama Perseroan, pemegang saham yang

mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian

Page 162: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

128KEJAHATAN KORPORASI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat

menggugat anggota Direksi yang karena kesalahan atau

kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan ke

pengadilan negeri.

b. Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung

jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila

yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan

tugasnya. (Pasal 114 ayat (3) UUPT)

Dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua)

anggota Dewan Komisaris atau lebih, tanggung jawab

tersebut diatas berlaku secara tanggung renteng bagi

setiap anggota Dewan Komisaris. (Pasal 114 ayat (4)

UUPT)

Atas nama Perseroan, pemegang saham yang

mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian

dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat

menggugat anggota Dewan Komisaris yang karena

kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian

pada Perseroan ke pengadilan negeri. (Pasal 114 ayat

(6) UUPT)

Page 163: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

129KEJAHATAN KORPORASI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Tanya Jawab

Hasby Junaidi Tolib

Pertanyaan:

Di dalam suatu perusahaan (PT, CV) siapa yang

berkewajiban menghadiri/mewakili dimuka persidangan supaya

tidak saling lempar tangan?

Jawaban:

Direksi mewakili perseroan, yang akan ditanya adalah

direksi, pihak-pihak lain tidak menutup kemungkinan untuk

dimintai keterangan, tapi hukumannya tidak dijatuhkan ke

direksi tapi kepada korporasi

UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, bila tindak pidana dilakukan

oleh badan usaha maka hukumanya dikenakan pada badan

usaha tersebut, bisa juga kepada kedua-duanya (person dan

badan usaha) tergantung hasil penyidikan penyidik

Iksan

Pertanyaan 1:

Kasus LAPINDO, termasuk kejahatan korporasi atau

Lingkungan Hidup? jika masuk ke korporasi disini langkah-

langkah apa jika secara pidana, siapa saja subjeknya yang harus

bertanggungjawab atas kejadian tersebut, apakah si pemberi ijin

AMDAL, atau si pengebor/pelaksana atau pemilik?

Jawaban 1:

Jawab: harus dibuktikan dulu, jika memang kejahatan

Lingkungan Hidup maka proses rehabilitasi apa yang akan

Page 164: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

130KEJAHATAN KORPORASI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

dilakukan, dan jika ya, maka perseroannya yang akan dimintakan

pertanggungjawabannya, kecuali jika dia bisa membuktikan

pihak lain yang harusnya bertanggungjawab. Berlaku konsep

strict liability.

Pertanyaan 2:

Pembuktian yang demikian sangat menyulitkan masyarakat

pada umumnya

Jawaban 2:

Ada persepsi yang harus saya luruskan, pada kasus lapindo

apakah itu masuk ranah Lingkungan Hidup atau korporasi,

karena disini yang menjadi korban adalah penduduknya bukan

Lingkungan Hidupnya, nah untuk itu berlaku stricht liability

dan pembuktian terbalik.

Muslich Bambang Luqmono

Pertanyaan 1:

Sudah ada gugatan perdata tentang Kasus Lapindo, hakim

memakai pertimbangan ahli dari Jepang, ini adalah bencana

alam. Ini tidak diangkat sebagai kejahatan korporasi bagaimana

menurut Bapak?

Jawaban 1:

Tindak pidana korporasi bukan merupakan tindak pidana

umum, jika lingkungan hidup itu susah karena lingkungan hidup

tidak bisa ngapa-ngapain, untuk itu untuk lingkungan hidup

berlaku pembuktian terbalik;

• Cartele, yang perlu dihukum perusahaannya.

Perlindungan konsumen yang dihukum korporasinya

begitu juga persaingan usaha, dimana direksinya

senantiasa berganti

• Berlaku asas strict liability, tapi UU ini masih belum

Page 165: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

131KEJAHATAN KORPORASI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

sepenuhnya menganut konsep strict liability, tetapi

juga menggunakan konsep pembuktian terbalik;

• Pasar modal, perusahaan yang diminta untuk

bertanggungjawab karena direksi disini bukan yang

memiliki modal;

Pertanyaan 2:

Bagaimana dengan kejahatan partai politik?

Jawaban 2:

Sulit dijawab karena politik, sementara yang membuat

peraturannya adalah mereka-mereka juga, kembali kepada

konstelasi politik;

Andriani Nurdin

Pertanyaan:

Mengenai tanggung jawab korporasi, sudah

pernah membuat keputusan bahwa korporasi yang harus

bertanggungjawab. Ketika ada 2 perbedaan pendapat dan tidak

dapat dipastikan dari ahli, maka hakim harus mengedepankan

asas kehati-hatian. Hakim harusnya berani menerapkan

requisionary principal (asas kehati-hatian). Yang paling

banyak pertanggungjawaban korporasi ini adalah alam (perkara

lingkungan hidup) dimana perusahaan yang bertanggungjawab;

Jawaban:

Seharusnya diuatamakan delik strict liability, jika aparat

tidak mengerti maka akan berlaku gugatan keperdataan bukan

dianggap sebagai tindak pidana. Namun jika kejahatan dilakukan

terus menerus harus dijatuhkan sanksi pidana (memang untuk

dibawa ke ranah pidana berlaku asas ultimum remedium/pilihan

terakhir;

Page 166: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

132KEJAHATAN KORPORASI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Saparudin Hasibuan

Pertanyaan:

Dalam Pasal 119 UU lingkungan hidup pidana tambahan

yang dapat dikenakan pada perusahaan. Ada huruf a, b, c, d, e.

Saya ingin bertanya huruf e. Siapa yang menjadi pengampu dan

bagaimana caranya?

Jawaban:

Mirip kepailitan, jadi ada kurator. Untuk menghindari

adanya sutau perbuatan yang dapat merugikan lingkungan

hidup.

Linton Sirait

Pertanyaan 1:

Gugatan LSM, perlunya pidana di sini apabila korbannya

ada masyarakat lain yang mengalami kerugian. Kerugian

masyarakat berbeda dengan kerugian lingkungan hidup sendiri.

Masyarakat itu sendiri dapat mengajukan gugatan class action.

Kalau lingkungan bisa diwakili lingkungan hidup.

Jawaban 1:

Umumnya siapa yang dirugikan dapat mengajukan

gugatan, tetapi lingkungan hidup tidak bisa ngomong dan

bertindak.

Gugatan perwakilan, diwakili LSM. Kalau korbannya

manusia sama saja gugatan class action hanya saja yang mewakili

kelompoknya. Tapi dua-duanya sama-sama gugatan perwakilan,

bedanya kalau lingkungan hidup tidak bisa berbuat apa-apa, jadi

diwakili.

Pertanyaan 2

Bagaiamana badan usaha melakukan Tindak Pidana?

Apakah dalam tuntutan jaksa saja dikenakan hukuman terhadap

Page 167: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

133KEJAHATAN KORPORASI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

badan usaha itu atau harus semula didakwa oleh Jaksa Penuntut

Umum melakukan Tindak Pidana?

Jawaban 2:

Dari awal sudah pak, dari kepolisian.

Saparudin Hasibuan

Pertanyaan:

Apakah bisa digabung? Mendakwa badan usaha sekaligus

mendakwa pengurus?

Jawaban:

Tidak bisa, harus dipisah pak.

Hirman Purwanasuma

Pertanyaan:

Ada banyak Tindak Pidana korporasi di pasar modal,

saya mengartikan orang-orang di pasar modal adalah orang-

orang korporasi bukan orang perorangan. Bappepam telah

banyak menjatuhkan sanksi corporate, tapi kalau bappepam

yang memberikan sanksi bukanlah pidana, hanya sanksi

administrasi oleh BAPPEPAM. Pialang sering menggoreng

saham. Penggorengan saham oleh para pialang tentunya juga

merupakan tindak pidana. Apakah pernah kejahatan korporasi

berupa penggorengan saham kemudian sanksinya hanya sanksi

administratif dari BAPPEPAM?

Jawaban:

Manipulasi pasar jelas merupakan Tindak Pindana, diatur

juga di UU pasar modal;

Page 168: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

134KEJAHATAN KORPORASI

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Muslich Bambang Luqmono

Pertanyaan:

Apakah yang sudah dipidana oleh pengadilan korporasi itu

masih bisa kena kejahatan korporasi?

Jawaban:

Bisa dikenakan 2

Roki Panjaitan

Pertanyaan:

Mengapa dikatakan kejahatan koporasi karena mereka

tidak menerapkan prinsip kehati-hatian. Seandainya pencitraan

satelit dibayar tidak mungkin kejadian itu terjadi. Jika menurut/

meminta pendapat ahli, sedangkan ahli itu bisa dibayar.

Itu penyataan saya mengenai stricht liability dan kejahatan

korporasi?

Jawaban:

Ada 4 macam bentuk pertanggungjawaban, yg ke-4 yang

dimaksud dengan stricht liability.

Muslich Bambang Luqmono

Pertanyaan:

Seandainya Anas terbukti cukup oleh KPK, terbukti dan

menyakinkan, apakah bisa Anas dihukum?

Jawaban:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas

dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, tidak mengatur sejauh itu,

tidak mengatur perseroannya atau organisasinya dijatuhkan

pidana, manusianya (A) silahkan dibuktikan tapi tidak dengan

partai politiknya.

Page 169: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

135

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

DISKUSI KELOMPOK

SESI Vii

Page 170: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 171: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

137

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Diskusi Kelompok

Kasus

Bupati, Sekda, dan Kepala Biro keuangan didakwa

melakukan perbuatan korupsi yang dilakukan dengan cara

memindah bukukan dana APBD dari Bank Daerah ke BPR

karena BPR menjanjikan bunga yang lebih besar. JPU mendakwa

dengan dakwaan primer pasal 2 subsider pasal 3 UU No. 20 tahun

2001 tentang perubahan atas UU No. 31 tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Perkara diajukan dalam

tiga berkas.

Bupati membantah, menurutnya pemindah bukuan itu

dilakukan oleh Sekda dan Karo Keuangan tanpa sepersetujuanya.

Sekda berdalih bahwa ide pemindah bukuan itu datang dari Karo

Keuangan yang mengatakan Bupati sudah setuju. Karo Keuangan

mengatakan pemindah bukuan itu sudah disetujui oleh Bupati

dan perintah pemindah bukuan tersebut datang dari Sekda.

Menurut keterangan Sekda, dia menelepon Bupati dan

menanyakan apakah Bupati setuju dengan pemindah bukuan

itu? Saat itu Bupati menjawab dengan kalimat yang bersayap

dan diartikan oleh Sekda bahwa memang benar Bupati setuju.

Dari penangkapan arti tersebut, Sekda memberi perintah kepada

Bank Daerah untuk memindah bukukan dana APBD ke BPR

dalam bentuk rekening simpanan atas nama Pemerintah Daerah.

Belakangan ternyata Karo Keuangan pernah mencairkan

atau mengambil uang simpanan tersebut dan diberikan atau

Page 172: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

138DISKUSI KELOMPOK

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

diserahkan kepada keluarga Bupati. Setelah itu ternyata BPR nya

koleps dan uang Bpnya raib. Menurut dakwaan JPU uang yang

dikorupsi itu senilai 1 M. Di dalam berkas ternyata yang disita

dari Sekda senilai 2 M. Dalam surat tuntutannya JPU menuntut

agar harta yang 2 M itu dirampas untuk negara.

Pertanyaan

Apa saja fakta-fakta hukum yang mengarah pada

pembuktian unsur-unsur delik dalam kasus tersebut?

Page 173: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

139DISKUSI KELOMPOK

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Pemaparan Kelompok

KELOMPOK I

1. Saparudin Hasibuan, S.H., M.A.

2. Ny. Roosdarmani Soetomo, S.H.

3. Heri Sukemi, S.H., M.H.

4. Linton Sirait, S.H.

5. Yunianto, S.H.

FAKTA HUKUM

1. Bahwa ada dana APBD yang disimpan di Bank Daerah.

2. Bahwa dana APBD dipindah bukukan ke BPR dengan

maksud untuk mendapatkan bunga yang lebih besar.

3. Bahwa menurut Bupati memindah bukukan dilakukan

oleh sekda dan karo keuangan.

4. Bahwa menurut Sekda pemindahan bukuan atas inisiatif

Karo Keuangan dengan alasan Bupati sudah setuju.

5. Bahwa menurut Karo Keuangan pemindah bukuan atas

persetujuan Bupati.

6. Bahwa sekda memerintahkan kepada Bank Daerah untuk

memindah bukukan dana APBD ke BPR dalam bentuk

Rekening Simpanan atas nama Pemda.

7. Bahwa Karo Keuangan pernah mencarikan dana tersebut

dari BPR dan diserahkan kepada Keluarga Bupati.

8. Bahwa BPR kemudian Koleps dan dana APBD yang

disimpan pada BPR ikut raib sehingga Negara dirugikan.

9. Bahwa telah disita dari Sekda senilai 2 Miliar.

10. Bahwa dalam Dakwaan JPU uang yang dikorupsi senilai 1

Page 174: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

140DISKUSI KELOMPOK

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Miliar.

11. Bahwa dalam Dakwaan PU menuntut agar harta yang

senilai 2 Miliar dirampas untuk Negara.

KESIMPULAN

Bahwa pemindah bukuan dana APBD dari Bank Daerah

ke BPR adalah bertentangan dengan kewenangan yang ada pada

Bupati, Sekda dan Karo Keuangan.

KELOMPOK II

1. Kitajenda Ginting, S.H.

2. Dr. Ny. Andriani Nurdin, S.H., M.H.

3. Hasby Junaidi Tolib, S.H., M.H.

4. Alfred Pangala Batara Randa, S.H.

5. R. Nohantoro, S.H.

FAKTA-FAKTA HUKUM

1. Sekda menelpon Bupati meminta persetujuan untuk

memindah bukukan dana APBD dari Bank Daerah ke BPR

kirim bunga yang lebih besar.

2. Bupati menjawab secara lengkap dan ditangkap sebagai

persetujuan.

3. Sekda perintah kepada Bank Daerah untuk memindah

bukukan dana APBD ke BPR dalam bentuk Rekening

simpanan atas nama Pemda.

4. Karo Keuangan mencairkan atau mengambil uang

simpanan dan diserahkan kepada Bupati.

5. Disita dari Sekda senilai 2 Miliar.

6. BPR koleps dan uang BPR raib.

DAKWAAN

• Pasal 2 undang-undang Tipikor.

Page 175: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

141DISKUSI KELOMPOK

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

• Pasal 3 undang-undang Tipikor.

ANALISA

• Pasal 2: Tidak terbukti secara sah dan meyakin dengan

pertimbangan :

Unsur ad.1 setiap orang

Berdasarkan pertimbangan dengan menyimpulkan

penafsiran sistematis dalam penyusunan pasal perundang-

undangan, terhadap pasal 3 mengenai unsur setiap

orang adalah ditujukkan kepada orang yang mempunyai

absah untuk melakukan penyalahgunaan yang memiliki

kewenangan sehingga unsur setiap orang dalam pasal 2

adalah ditujukan kepada orang pada umumnya.

Berdasarkan pertimbangan tersebut unsur Pasal 1 tidak

terpenuhi karena berdasarkan fakta hukumnya, peihal

terdakwa adalah Bupati Sekda dan Karo, sehingga unsur-

unsur lain tidak perlu dibuktikan.

• Pasal 3: Terbukti secara sah sah dan meyakinkan untuk

kepentingan terdakwa. Jo Pasal 55

Mencairkan keuangan harus berdasarkan tanda tangan

Karo Keuangan dan Sekda Karena uang diserahkan kepada

keluarga Bupati melalui para terdakwa.

Terhadap uang senilai 1 miliar yang ikut tersita. Berdasarkan

Pasal 38 B Undang-undang Tipikor terdakwa (Sekda)

mempunyai kewajiban untuk membuktikan bahwa uang

1 miliar tersebut bukan berasal hasil korupsi. Apabila ia

tidak dapat mebuktikan maka dianggap sebagai uang hasil

korupsi. Sehingga tuntutan JPU untuk merampas untuk

Negara uang terdakwa senilai 2 miliar harus dikuatkan.

Page 176: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

142DISKUSI KELOMPOK

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

KELOMPOK III

1. Roki Panjaitan, S.H.

2. Murniati Ida Sari, S.H., M.H.

3. Sulaiman, S.H., M.H.

4. I Nyoman Sutama, S.H.

5. MuslichBambangLuqmono.,S.H.,M.Hum.

FAKTA HUKUM

• Bahwa telah terjadi pemindah bukuan dari dana APBD yang

disimpan di Bank Daerah ke BPR dalam bentuk rekening

simpanan atas nama Pemerintah Daerah dengan alasan

untuk mendapatkan bunga yang lebih besar.

• Bahwa pemindah bukuan tersebut dilakukan oleh Kepala

Biro Keuangan selaku PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)

atas perintah Sekda selaku KPA (Kuasa Pengguna Anggran)

dengan persetujuan Bupati selaku PA (Pengguna Anggran).

• Bahwa kepada Biro Keuangan mengambil uang simpanan

tersebut dan diberikan kepada Keluarga Bupati.

• Setelah pengalihan dana tersebut BPRnya koleps.

• Bahwa kerugian Negara dalam kasus ini senilai 1 miliar.

• Bahwa barang bukti yang disita uang senilai 2 miliar.

Catatan:

• Dakwaan JPU seharusnya di Jo kan dengan pasal 55 ayat 1

KUHP

• Sebaiknya JPU mendakwakan pula tindak pidana pencucian

uang (TPPU) karena kerugian Negara dalam kasus ini

sebesar 1 miliar sedangkan barang bukti yang disita dari

Sekda sebesar 2 miliar (khusus untuk terdakwa Sekda selaku

KPA (Kuasa Pengguna Anggaran).

Page 177: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

143DISKUSI KELOMPOK

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

FAKTA-FAKTA HUKUM

1. Sekda melaporkan Bupati, menanyakan “Apakah Bupati

setuju dengan pemindah bukuan dana APBD dari Bank

Daerah ke BPR karena BPR menjanjikan bunga yang lebih

besar.

2. Bupati menjawab dengan kalimat bersayap atas telepon

Sekda.

3. Sekda mengartikan, bahwa Bupati setuju

4. Sekda memberi perintah kepada Bank Daerah untuk

memindah bukukan dana APBD ke BPR dalam bentuk

rekening simpanan atas nama Pemerintah Daerah.

5. Karo Keuangan melaksanakan pemindah bukuan itu, atas

perintah Sekda

6. Menurut Karo Keuangan Bupati sudah setuju

7. Karo Keuangan pernah mencairkan atau mengambil uang

simpanan dan diberikan atau diserahkan kepada Keluarga

Bupati.

8. Mengapa kepada keluarga Bupati?

9. Apakah benar BPRnya koleps?

10. Apakah benar uangnya BPR raib?

11. Apakah benar sudah disita dari Sekda senilai 2 miliar?

12. Apakah harta yang dirampas bisa untuk Negara?

PEMECAHAN MASALAH:

• Menimbang berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut di

atas, surat dakwaan JPU dengan Pasal 55

• Menimbang bahwa kunci permasalahannya adalah apakah

benar Bupati memberi perintah kepada Sekda?

• Menimbang bahwa berdasarkan fakta, ada jawaban telepon

kepada Sekda yang berasal dari Bupati. Ada persetujuan

Bupati, meski dengan kalimat atas nama saya.

Page 178: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

144DISKUSI KELOMPOK

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

• Menimbang bahwa ada keterlibatan keluarga Bupati

dengan bukti, bahwa uang simpanan yang sudah diambil

dana dicairkan Karo Keuangan diserahkan kepada keluarga

Bupati bernilai 1 Miliar

• Menimbang bahwa Bupati selaku yang bertanggung jawab

terhadap anggaran, sadar dan tahu sebagai pengguna

anggaran memindah bukukan dana APBD dari Bank Daerah

ke BPR adalah perbuatan melanggar Hukum.

KELOMPOK IV

1. Arwan Byrin, S.H., M.H.

2. H. Sutardjo, S.H., M.H.

3. Iksan, S.H.

4. Ny. Putu Supadmi, S.H.

5. Suryanto, S.H., M.Hum.

• Berkas Pertama adalah Bupati sebagai pengguna anggaran

(PA).

• Berkas Kedua Sekda sebagai Kuasa sebagai pengguna

anggran(KPA).

• Berkas Ketiga Kepala Biro Keuangan sebagai Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK).

FAKTA-FAKTA HUKUM

• APBD adalah termasuk uang Negara, juga dipindahkan dari

Bank Daerah ke BPR oleh Sekda dan Kepala Biro Keuangan

yang telah disetujui oleh Bupati sebagai Pengguna Anggaran

Kepada Biro Keuangan pernah menemukan uang tersebut

juga selanjutnya diserahkan kepada Keluarga Bupati

• Setelah pencairan uang tersebut BPK koleps dan uang BPR

nya raib

Page 179: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

145DISKUSI KELOMPOK

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

• Penuntut umum telah melakukan penyitaan uang dari

Sekda sebesar Rp.2.000.000.000,- sedangkan dakwa jaksa

hanya Rp.1.000.000.000,-

KESIMPULAN

1. Berkas I (Pertama)

Bupati sebagai terdakwa juga dalam perkara ini sebagai

pengguna anggaran telah terbukti bersalah melanggar

dalam pasal 2 Undang-Undang No. 31 tahun 1999 Jo

Undang-Undang No. 20 tahun 2001

2. Berkas II (Kedua)

Sekda sebagai terdakwa juga dalam hal ini sebagai

kuasa pengguna anggaran juga telah terbukti bersalah

melanggar pasal

3. Berkas III (Ketiga)

Kepala Biro Keuangan sebagai Penjabat pembuat

komitmen juga telah terbukti bersalah melanggar

pasal 2 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Jo Undang-

Undang No. 20 Tahun 2001.

Dalam perkara ini JPU hanya mendakwa kepada terdakwa

sebanyak Rp.1000.000.000,- tetapi ternyata JPU telah melalukan

pernyataan uang dari Sekda sebesar Rp.2.000.000.000,- sesuai

dengan ketentuan pasal 38 B terdakwa wajib membuktikan

setiap harta yang belum di dakwakan tersebut adalah bukan

merupakan hasil tindak pidana korupsi.

Apabila terdakwa tidak bisa membuktikan tentang hal

tersebut maka sesuai dengan tuntutan JPU Hakim berwenang

memutuskan harta tersebut dirampas untuk Negara.

Page 180: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 181: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

147

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Penutup

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai bahan

ajar pelatihan tematik yang meliputi: Kode Etik dan

Pedoman Perilaku Hakim, Tindak Pidana Korupsi,

Tindak Pidana Narkotika, Kejahatan Korporasi, Tindak Pidana

Lingkungan, beserta dengan tanya jawab dan hasil diskusi

kelompok dari peserta dalam proceeding ini, tentunya masih

banyak kekurangan dan kelemahannya.

Penyusun berharap para pembaca yang budiman

memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun

demi sempurnanya proceeding ini dan penyusunan makalah di

kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga proceeding ini

berguna bagi hakim pada khususnya juga para pembaca pada

umumnya.

Page 182: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 183: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

149

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

LAMPIRAN

Page 184: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 185: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

151LAMPIRAN

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

foto kegiatan

Page 186: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

Lampiran

Page 187: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

153

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Susunan AcaraWaktu Materi Narasumber Keterangan

Senin, 05 November 201214.00 Chek In Peserta18.00 – 19.00 Makan Malam19.00 – 22.00 Sambutan:

1. Ketua MA..............................

2. Ketua KY (Pembukaan)..

1. Diwakili oleh Prof. Dr. Surya Jaya, S.H.,M.Hum.

2. Prof. Dr. Eman Suparman, S.H., M.H.

MC

Selasa, 06 November 201208.00 – 08.30 Pretest Fasilitator08.30 – 10.00 • Kode Etik dan Pedoman

Perilaku Hakim (KEPPH)• Problem-problem Hukum

dalam Putusan

• Dr. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M. H.

• Dr. Jaja Ahmad Jayus,S.H., M.Hum.

Fasilitator

10.00 – 10.15 Coffee break10.15 – 11.15 Lanjutan (diskusi)11.15 – 12.15 Tindak Pidana Korupsi Prof. Dr. Surya Jaya, S.H.,M.Hum Fasilitator12.15 – 13.15 Ishoma13.15 – 14.45 Lanjutan (diskusi)14.45 – 15.45 Tindak Pidana Perbankan Prof. Dr. Sutan Remy Syahdeini, S.H. Fasilitator15.45 – 16.00 Coffee break16.00 – 17.30 Lanjutan (diskusi)Rabu, 07 November 201208.00 – 09.30 Etika Perilaku Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo Fasilitator 09.30 – 09.45 Coffee break09.45 – 10.45 Lanjutan (diskusi)10.45 – 12.15 Tindak Pidana Pencucian

UangDr. Yunus Husein, S.H., M.H. Fasilitator

12.15 – 13.15 Ishoma13.15 – 14.15 Lanjutan (diskusi)14.15 – 15.45 Kejahatan Korporasi Dr. Gunawan Widjaja, S.H., M.H., M.M Fasilitator15.45 – 16.00 Coffee break16.00 – 17.00 Lanjutan (diskusi)Kamis, 08 November 201208.00 – 09.30 Diskusi kelompok Fasilitator Fasilitator09.30 – 09.45 Coffee break09.45 – 10.45 Lanjutan (diskusi kelompok)10.45 – 11.15 Post test Fasilitator11.15 – 12.30 Evaluasi dan Penutupan 1. KPT Makassar

2. Sekretaris Jenderal KYModerator

13.00 Check Out

Page 188: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan

154

PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR

Daftar PesertaNO NAMA PESERTA INSTANSI

1 Alfred Pangala Batara Randa, S.H. Pengadilan Tinggi Makassar

2 I Nyoman Sutama, S.H. Pengadilan Tinggi Makassar

3 Heri Sukemi, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Makassar

4 Iksan, S.H. Pengadilan Tinggi Makassar

5 Roki Panjaitan, S.H. Pengadilan Tinggi Jakarta

6 Saparudin Hasibuan, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Jakarta

7 R. Nohantoro, S.H. Pengadilan Tinggi Surabaya

8 Ny. Roosdarmani Soetomo, S.H. Pengadilan Tinggi Surabaya

9 Sulaiman, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Ambon

10 Kitajenda Ginting, S.H. Pengadilan Tinggi Samarinda

11 Suryanto, S.H., M.Hum. Pengadilan Tinggi Banjarmasin

12 Ny. Putu Supadmi, S.H. Pengadilan Tinggi Denpasar

13 Dr. Ny. Andriani Nurdin, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Palangkaraya

14 Hasby Junaidi Tolib, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Palu

15 Linton Sirait, S.H. Pengadilan Tinggi Kendari

16 Arwan Byrin, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Mataram

17 Yunianto, S.H. Pengadilan Tinggi Manado

18 MuslichBambangLuqmono,S.H.,M.Hum. Pengadilan Tinggi Jayapura

19 H. Sutardjo, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Kupang

20 Murniati Ida Sari, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Gorontalo

Page 189: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan
Page 190: Pelatihan · vi DAFTAR ISI PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MAKASSAR SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. Ketentuan Tentang Pengadaan