pelaksanaan proses pendaftaran hak atas tanah untuk kepastian hukum melalui proyek operasi nasional...

92
PELAKSANAAN PROSES PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH UNTUK KEPASTIAN HUKUM MELALUI PROYEK OPERASI NASIONAL AGRARIA (Studi di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum Oleh: SYARIE TRI ANGGRAENI NIM. 0410113181 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS HUKUM MALANG 2008

Upload: esha-devi-s

Post on 18-Jan-2016

282 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

prona

TRANSCRIPT

Page 1: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

PELAKSANAAN PROSES PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH UNTUK

KEPASTIAN HUKUM MELALUI PROYEK OPERASI NASIONAL AGRARIA

(Studi di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat

Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan

Dalam Ilmu Hukum

Oleh:

SYARIE TRI ANGGRAENI

NIM. 0410113181

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2008

Page 2: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

i

LEMBAR PERSETUJUAN

PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH UNTUK KEPASTIAN

HUKUM MELALUI PROYEK OPERASI NASIONAL AGRARIA

(Studi di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang)

Oleh :

SYARIE TRI ANGGRAENI

NIM. 0410113181

Disetujui Pada Tanggal ……………………

Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

DR. M.BAKRI,SH. MS. TOYIB SUGIANTO, SH.MH

NIP : 130 779 451 NIP : 130 518 93

Mengetahui

Ketua Bagian

Hukum Perdata

RACHMI SULISTYARINI, SH. MH.

NIP : 131 573 917

LEMBAR PENGESAHAN

Page 3: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

ii

LEMBAR PENGESAHAN

PELAKSANAAN PROSES PENDAFTARAN

HAK ATAS TANAH UNTUK KEPASTIAN HUKUM MELALUI

PROYEK OPERASI NASIONAL AGRARIA

(Studi di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun, Kota Malang)

Disusun Oleh :

SYARIE TRI ANGGRAENI

NIM. 0410113181

Skripsi ini telah disahkan Oleh Dosen Pembimbing pada Tanggal : 30 Desember 2008

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Prof. DR. M. BAKRI. SH. MH TOYIB SUGIANTO. SH. MH

NIP : 130 779 451 NIP : 130 518 93

Ketua Majelis Penguji, Ketua Bagian Hukum Perdata,

Prof. DR. M. BAKRI. SH. MH RACHMI SULISTYARINI. SH. MH.

NIP : 130 779 451 NIP : 131 573 917

Mengetahui

Dekan,

HERMAN SURYOKUMORO. SH. MS

NIP : 131 472 741

Page 4: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH.SWT atas segala berkah rahmat dan nikmat yang

telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi dan menyusun

skripsi ini dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik dan lancer tidak lepas dari

peran serta dan dukungan aktif dari semua pihak. Bersamaan dengan itu, maka penulis

juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Bapak Herman Suryokumoro, SH.MS. Selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya Malang.

2. Ibu Rachmi Sulistyarini, SH.MH. Selaku Kepala Bagian Hukum Perdata

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.

3. Bapak DR. Mochamad Bakri, SH.MS. Selaku Dosen Pembimbing Utama.

4. Bapak Toyib Sugianti,SH.MH. Selaku Dosen Pembimbing Pendamping.

5. Bapak Imam Koeswayono, SH.MH. Telah banyak memberikan masukan dan

tambahan ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Bapak Kepala Kantor Pertanahan Kota Malang beserta Staf.

7. Bapak Kepala Kelurahan Bandungrejosari Kecamatan Sukun Kota Malang.

8. Warga masyarakat Kelurahan Bandungrejosari Kecamatan Sukun Kota

Malang.

9. Keluargaku tercinta terima kasih atas segala dorongan dan bimbingannya

selama ini.

Page 5: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

iv

10. Sahabat-sahabatku terima kasih atas dorongan buat aku sampai bias

menyelesaikan skripsi ini.

Serta semua orang yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin

penulis sebutkan satu persatu.

Penulis tidak dapat mengingkari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, mengingat

pengetahuan dan pengalaman penulis yang terbatas. Tidak lupa meminta maaf apabila

terdapat hal-hal yang kurang berkenan dalam skripsi ini. Besar harapan penulis agar

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 9 Desember 2008

Penulis

Page 6: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

v

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan………………………………………………………………… i

Lembar Pengesahan………………………………………………………………… ii

Kata Pengantar……………………………………………………………………… iii

Daftar Isi……………………………………………………………………………. v

Daftar Tabel……………………………………………………………………….... viii

Daftar Gambar…………………………………………………………………….. ix

Abstrak……………………………………………………………………………… x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….. 8

1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………… 9

1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………….. 9

1.5 Sistematika Penulisan………………………………………………. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Kepastian Hukum

2.1.1 Pengertian Kepastian Hukum....................................................... 12

2.1.2 Kerangka Pemikiran Kepastian Hukum....................................... 13

2.2 Tinjauan Umum tentang Tanah

2.2.1 Pengertian Tanah.......................................................................... 15

2.3 Tinjauan Umum tentang Pendaftaran Tanah

2.3.1 Pengertian Pendaftaran Tanah...................................................... 16

2.3.2 Pelaksanaan Pendaftaran Tanah................................................... 18

2.3.3 Tujuan dan Fungsi Penaftaran Tanah........................................... 21

2.3.4 Obyek Pendaftaran Tanah............................................................ 24

2.3.5 Sistem Pendaftaran Tanah............................................................ 25

2.3.6 Biaya Pendaftaran Tanah.............................................................. 27

Page 7: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

vi

2.3.7 Penyelenggara dan Pelaksana Pendaftaran Tanah........................ 27

2.4 Tinjauan Umum tentang PRONA

2.4.1 Pengertian PRONA...................................................................... 28

2.4.2 Latar Belakang PRONA............................................................... 29

2.4.3 Pelaksanaan PRONA.................................................................... 30

2.4.4 Tahapan Kegiatan Pelaksanaan PRONA.................................... 32

2.4.5 Sasaran PRONA........................................................................... 32

2.4.6 Lokasi PRONA............................................................................. 34

2.4.7 Obyek PRONA............................................................................. 37

2.4.8 Biaya PRONA.............................................................................. 37

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian...................................................................................... 39

3.2 Pendekatan Masalah.............................................................................. 39

3.3 Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian...................................................... 40

3.4 Tehnik Pengumpulan data..................................................................... 40

3.5 Tehnik Analisis Data............................................................................. 41

3.6 Definisi Operasional.............................................................................. 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum Lokasi Penelitian.

4.1.1 Keadaan Geogrfis Kelurahan Babdungrejosari............................. 43

4.1.2 Keadaan Penduduk Kelurahan Bandungrejosari.......................... 44

4.1.3 Data Penduduk............................................................................. 44

4.1.3.1 Jumlah Penduduk............................................................. 45

4.1.3.2 Mata Pencaharian............................................................. 46

4.2 Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Melalui PRONA

di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun, Kota Malang....... 47

4.3 Hambatan yang Timbul Dalam Pelaksanaan

Pendaftaran Tanah Melalui PRONA...................................................... 64

Page 8: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

vii

4.4 Upaya Untuk Menanggulangi Hambatan-Hambatan

dalam Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Melalui PRONA...................... 65

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan............................................................................................. 68

5.2 Saran-saran.............................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. xii

LAMPIRAN.................................................................................................................. xiv

Page 9: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

viii

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman

Tabel 1 Penggunaan Lahan di Kelurahan Bandungrejosari........................................ 43

Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia............................................ 45

Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian............................................... 46

Tabel 4 Tanggapan Masyarakat Peserta PRONA....................................................... 53

Tabel 5 Manfaat PRONA Bagi Masyarakat................................................................ 54

Tabel 6 Respon Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan PRONA............................. 55

Tabel 7 Prosedur Pelaksanaan PRONA..................................................................... 56

Tabel 8 PRONA Memberikan Kepastian hukum....................................................... 57

Tabel 9 Luas Tanah Brsertifikat dan Belum Bersertifikat.......................................... 58

Page 10: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

ix

DAFTAR GAMBAR

Judul Gambar Halaman

Diagram Pemohon Pendaftaran Tanah Melalui PRONA.......................................... ..... 47

Gambar Alur Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Melalui PRONA

di Kantor PertanahanKota Malang ............................................................................. 48

Page 11: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

x

ABSTRAK

Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui

Proyek Operasi Nasional Agraria (Studi di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan

Sukun Kota Malang). Syarie Tri Anggraeni, Mochamad Bakri, Toyib Sugianto,

Hukum Perdata Agraria, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.

Undang Undang Pokok Agraria dengan seperangkat peraturan pelaksanaannya telah

mengatur tentang pelaksanaan pendaftaran tanah untuk menjamin kepastian hukum hak

atas tanah. Namun dalam pelaksanaannya belum terlaksana sesuai dengan harapan. Masih

banyak hak atas tanah masyarakat yang belum didaftarkan baik karena factor biaya yang

sangat besar dan kurangnya kesadaran masyarakat. Permasalahan yang diangkat dari

skripsi ini yaitu pelaksanaan pendaftaran tanah melalui PRONA, serta upaya Kantor

Pertanahan untuk menanggulangi hambatan dalam pendaftaran tanah melalui PRONA.

Penelitian ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah melalui

PRONA serta mendeskripsikan hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaan

pendaftaran tanah melalui PRONA dan untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh

Kantor Pertanahan Kota Malang dalam mengatasi hambatan tersebut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris dengan menggunakan metode pendekatan

yuridis sosiologis, meninjau pelaksanaan hokum khususnya pendaftaran hak atas tanah

melalui PRONA pada masyarakat. Tehnik penentuan populasi dan sampel, penulis

melakukan wawancara langsung dengan peserta PRONA di Kelurahan Bandungrejosari

Kecamatan Sukun Kota Malang, dengan mengambil sampel dari 10 responden, pimpinan

proyek PRONA di Kantor Pertanahan Kota Malang dan Kepala Kelurahan

Bandungrejosari. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan Random

Sampling yaitu secara acak.

Dari hasil penelitian, penulis memperoleh jawaban dari permasalahan yang ada, dalam

pelaksanaan PRONA yang sudah dilakukan bahwa pendaftaran hak atas tanah melalui

PRONA tersebut prosedurnya sama dengan pendaftaran hak atas tanah biasa dan tetap

Page 12: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

xi

berdasarkan pada PP No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, tetapi di dalam

PRONA pemohon tidak perlu datang ke Kantor Pertanahan untuk mendaftarkan

tanahnya, selain itu PRONA sangat meringankan golongan ekonomi lemah karena tidak

ada biaya pendaftaran tanah tetapi hanya mengganti biaya formulir dan patok BPN dan

prosesnya sangat cepat dan sederhana. Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan

PRONA ini adalah kurangnya kesadaran hukum masyarakat, hal ini dapat dilihat dari

luas tanah 302 Ha hanya 30 Ha (10%) yang bersertifikat dan 207 Ha (90%) belum

memiliki sertifikat hak atas tanah, kurangnya kelengkapan persyaratan untuk pendafatran

hak atas tanah, adanya kepercayaan terhadap petok D sebagai tanda bukti hak milik atas

tanah, jumlah tenaga pelaksana dan peralatan yang terbatas, kurangnya penyuluhan

tentang pendaftaran hak atas tanah yang diberikan pada masyarakat. Untuk mengatasi

hambatan tersebut Kantor Pertanahan meningkatkan pelaksanaan penyuluhan dan

meningkatkan kinerja tim pelaksana PRONA di Kantor Pertanahan serta menambah

peralatan pengukuran.

Jadi dengan pelaksanaan PRONA ini Pemerintah memberikan rangsangan kepada

pemegang hak atas tanah agar mau mensertifikatkan tanahnya dengan jalan memberikan

kepada kepada mereka (pemegang hak atas tanah) khususnya golongan ekonomi lemah

dengan memberikan berbagai fasilitas atau kemudahan. Selain itu PRONA juga

mempunyai tujuan untuk menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat dalam bidang

pertanahan sebagai usaha untuk berpartisipasi dalam menciptakan stabilitas politik serta

pembangunan ekonomi. Pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah melalui PRONA akan

berjalan lebih baik dengan melibatkan seluruh masyarakat. Selain itu aparat pelaksana

yang jujur, dan berkompeten berperan penting terwujudnya pendaftaran tanah sesuai

dengan asas sederhana, aman, muthakir dan terbuka.

Keywords : Pendaftaran Hak Atas Tanah, Kepastian Hukum, Proyek Operasi

Nasional Agraria

Page 13: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bumi, air dan ruang angkasa demikian pula segala kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya adalah merupakan suatu karunia dari Tuhan Yang Maha Esa

kepada seluruh rakyat Indonesia dan oleh karena itu, sudah semestinya pemanfaatan

fungsi bumi, air dan ruang angkasa beserta segala apa yang terkandung di dalamnya

adalah ditujukan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran seluruh rakyat

Indonesia.

Tanah merupakan salah satu bagian dari bumi, merupakan tempat manusia hidup

dan berkembang, tanah menjadi sumber bagi segala kepentingan hidup manusia.

Demikian pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, karenanya tidak mengherankan

kalau setiap manusia ingin memiliki atau menguasainya, yang berakibat timbulnya

masalah-masalah tanah, yang kerap kali menimbulkan perselisihan.

Pentingnya arti tanah bagi kehidupan manusia ialah karena kehidupan manusia itu

sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah. Hal ini dapat dimengerti dan dipahami

karena tanah merupakan tempat tinggal, tempat pemberi makan, dilahirkan, tempat

dimakamkan, tempat arwah leluhur mereka, maka selalu ada pasangan antara manusia

dan tanah, antara masyarakat dan tanah.

Di Negara Indonesia, tanah merupakan masalah yang serius, bukan karena rakyat

Indonesia kekurangan tanah, tetapi karena sebagian besar rakyat Indonesia berdesak-

desakan tinggal pada tanah yang sempit (terbatas), hal ini dapat dilihat di kota-kota besar

banyak masyarakat miskin atau kurang beruntung tinggal di lahan yang sempit dan

Page 14: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

2

kumuh dengan lingkungan yang tidak sehat. Sebaliknya dengan masyarakat dengan

tingkat perekonomian yang tinggi dengan kebutuhan yang serba tercukupi, mereka

sebagian ada yang mengiventariskan uang mereka dalam bentuk tanah yang tersebar di

derah-daerah yang strategis dan membiarkan bidang tanah tersebut terlantar tanpa

didayagunakan.

Masalah pertanahan dewasa ini telah melahirkan berbagai problema yang tidak jarang menimbulkan perselisihan antara berbagai pihak. Oleh karena itu penanganan tugas-tugas keagrariaan harus dilaksanakan dengan cara kerja yang konsepsional dan terprogram yang meliputi semua fungsi yang ada yaitu tata guna tanah, fungsi landreform, pengurusan hak-hak atas tanah dan pendaftaran tanah yang didukung oleh administrasi yang mantap.1

Tanah mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Persediaan

tanah adalah tetap, padahal kebutuhan akan tanah terus mendesak dan tidak bisa

dihindari, sehingga tidak heran jika harga tanah terus bersaing dan cenderung meningkat.

Selain itu juga banyak sekali perbuatan-perbuatan hukum yang menyangkut tanah,

misalnya jual beli, tukar menukar, hibah bahkan juga pemberian kredit dengan jaminan

tanah.

Sehubungan dengan perkembangan-perkembangan dalam kehidupan masyarakat dan persoalan yang timbul. Bahwa Tanah bagi orang Indonesia merupakan masalah yang paling pokok dapat pula kita konstantir dari banyaknya perkara perdata maupun pidana yang diajukan ke pengadilan yang berkisar sekitar suatu sengketa mengenai tanah. Boleh dikatakan 90% dari perkara waris menyangkut soal tanah dan rumah belum lagi dihitung perkara piutang di mana tanah menjadi jaminan utang serta perkara penganiayaan, pencurian atau perbuatan melawan hukum yang bermula pada sengketa tanah. Dari banyaknya perkara-perkara yang menyangkut tanah dapat dilihat bahwa tanah yang sentral dalam kehidupan dan perekonomian yang bersifat agraris.2

Banyaknya tanah di Indonesia yang belum bersertifikat tentunya disebabkan oleh

berbagai faktor yang menyebabkan masyarakat enggan mendaftarkan hak milik atas 1 Djoko Prakoso, Budiman Adi Purwanto, 1985, Eksistensi PRONA sebagai Pelaksanaan Mekanisme Fungsi Agraria, Ghalia Indonesia, Jakarta,, hal.65. 2 Ibid, hal. 65

Page 15: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

3

tanahnya. Adanya anggapan yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan sertifikat

memerlukan waktu yang cukup lama serta prosedur yang berbelit-belit juga biaya yang

mahal merupakan faktor yang tidak dapat dipungkiri. Selain itu juga ada masyarakat yang

masih memiliki kesadaran hukum rendah dapat pula mempengaruhi masyarakat tidak

mendaftarkan tanahnya.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta dalam rangka

usaha menjamin kepastian hukum dan hak-hak atas tanah bagi masyarakat, semua tanah-

tanah yang berada di wilayah Indonesia harus terdaftar. Hal ini Untuk menjamin

kepastian hukum atas tanah di samping juga memberikan perlindungan hukum kepada

pemilik tanah yang bersangkutan.

Secara kronologis Peraturan Peraturan yang mengatur tentang pendaftran tanah

adalah sebagai berikut :

a. Undang-Undang Pokok Agraria yaitu Pasal 19 Ayat (1). Bunyi ketentuan

tersebut adalah :

“Untuk menjamin kepastian hukum terhadap pemilik hak atas tanah, oleh

pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah RI menurut ketentuan-

ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah”. 3

b. Peraturan Pemerintah yang dimaksudkan dalam Pasal 19 UUPA tersebut adalah

PP No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah.

Selain permasalahan yang telah dipaparkan oleh penulis di atas, masih ada sejumlah faktor utama yang sifatnya teknis dan non teknis yaitu :

1. Faktor Teknis. Menyangkut kenyataan, selama ini agraria bersifat pasif (menunggu masyarakat mendaftarkan tanahnya atau adanya aparat yang membodohi rakyat) serta siklus agraria selama ini kurang terpadu (masing-masing fungsi berjalan sendiri).

3 AP. Perlindungan, 1984, Komentar Atas Undang Undang Pokok Agraria, Alumni Bandung, hal. 9.

Page 16: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

4

2. Faktor non teknis Menyangkut kepekaan masalah tanah yang turut meningkat, karena dengan meningkatnya jumlah penduduk dan volume pembangunan, permintaan tanah yang luas dan berkualitas baik semakin besar. Sementara tanah semakin sulit didapat terutama di kota-kota besar, keresahan masyarakat karena soal tanah antara lain bersumber juga dari meningkatnya harga tanah, calo tanah dan campur tangan oknum agraria di luar wewenagnya. Di tengah itu golongan ekonomi lemah sendiri cenderung menjual atau memudahkan tanahnya kepada golongan ekonomi kuat.4

c. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 dengan sebagian

penjelasan sebagai berikut:

Keadaan yang demikian itulah yang dikawatirkan oleh Pemerintah umumnya masyarakat yang bersangkutan, maka dari itu dengan Proyek Operasi Nasinoal Agraria ini diharapkan keadaan yang demikian itu dapat diatasi dengan penuh pengertian dan kesadaran masyarakat.

1. Pembentukan Proyek Operasi Nasional Agraria (Selanjutnya disebut Proyek) adalah merupakan salah satu upaya dalam melaksanakan Garis-garis Besar Haluan Negara (Tap. MPR No. IV/MPR/1978 dan Catur Tertib di bidang pertanahan sebagaimana digariskan dalam Repelita III. Tujuan Proyek adalah untuk menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat dalam bidang pertanahan, sebagai usaha untuk berpartisipasi dalam menciptakan stabilitas sosial politik serta pembangunan di bidng Ekonomi.

2. Tugas Proyek adalah: a. Melaksanakan suatu program pensertifikatan tanah secara massal di

Indonesia untuk memberikan jaminan kepastian hukum bagi penguasaan dan pemilikan tanah sebagai tanda bukti yang kuat, terutama dalam rangka meningkatkan maupun menunjang pelaksanaan Landreform.

b. Melaksanakan pemeriksaan dan penelitian terhadap kasus-kasus tanah yang berupa sengketa yang bersifat strategis dan menyelesaikannya secara tuntas.5

d. Menurut PP No. 24 Tahun 1997 tersebut (dalam Bab III Pasal 5 dan 6)

Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional yang

dengan berlakunya Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan

Nasional.

4 Sudjito, 1987, Persertifikatan Tanah Secara Massal dan Penyelesaian Sengketa Tanah Yang Bersifat Strategis, Penerbit Liberty, Yogyakarta, hal. 14-15. 5 Djoko, Op.cit. hal 68.

Page 17: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

5

Dalam Pasal 5 dan 6 PP No. 24 Tahun 1997: Pasal 5 “Pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional”. Pasal 6 (1) Dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 tugas pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan, kecuali kegiatan-kegiatan tertentu yang oleh Peraturan Pemerintah ini atau perundang-undangan yang bersangkutan ditugaskan kepada Pejabat lain. (2) Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) dan Pejabat lain ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.

PPAT diangkat dan diberhentikan oleh Menteri. Untuk desa-desa dalam wilayah

yang terpencil Menteri dapat menunjuk PPAT Sementara. Peraturan jabatan PPAT diatur

dengan Peraturan Pemerintah tersendiri. (PP No 37 Tahun 1998 tentang Peraturan jabatan

Pejabat Pembuat Akta Tanah).

Salah satu kegiatan penting untuk menunjang berhasilnya proyek ini adalah

perlunya dilakukan usaha-usaha untuk membina pengertian dan kesadaran masyarakat

mengenai arti pentingnya proyek ini melalui penyuluhan secara luas dengan berbagai

macam cara dan sarana yang ada.

Sesuai dengan tujuannya bahwa pendaftaran tanah adalah untuk menjamin

kepastian hukum, mengingat karena hak atas tanah itu tidak selamanya tetap melekat

pada pemegangnya karena adanya pemindahan hak yang disebabkan oleh kepentingan

yang bersangkutan.

Pada kenyataannya, mekipun UUPA telah berlaku selama 39 tahun, namun

berlakunya ketentuan tersebut dalam masyarakat belum begitu menyeluruh. Hal ini tidak

hanya disebabkan masyarakat belum mengetahui hukumnya, tetapi bisa disebabkan oleh

faktor lain, misalnya faktor ekonomi (biaya), atau dapat juga disebabkan kesengajaan

yang dilakukan masyarakat. Selain itu permasalahan yang menimbulkan keresahan dalam

masyarakat antara lain bersumber dari harga tanah yang yang terus meningkat, percaloan

Page 18: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

6

tanah. Oleh sebab itu pemerintah memandang perlu bahwa masalah pertanahan itu perlu

segera diatasi sedini mungkin agar tidak sampai mengganggu stabilitas sosial, terutama

jalannya roda pembangunan. Selain daripada itu karena harga tanah terus meningkat,

maka golongan ekonomi lemah cenerung untuk menjual atau memindah tangankan tanah

miliknya kepada golongan ekonomi kuat.

Namun seiring dengan perkembangan jaman, Peraturan Pemerintah Nomor 10

Tahun 1961 tentang pendaftaran tanah yang sudah berlangsung selama kurang lebih 36

tahun perlu dilakukan penyempurnaan lebih lanjut. Pada tanggal 8 Oktober 1997

diberlakukanlah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah

sebagai pengganti dari Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, sehingga Peraturan

Pemerintah tentang pendaftaran tanah yang lama dinyatakan tidak berlaku.

Setelah dikeluarkan PP 24 Tahun 1997, tentang Pendaftaran Tanah aturannya

lebih lengkap mengenai pendaftaran tanah yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

untuk adanya jaminan kepastian hukum. Pendaftaran Tanah, diselenggarakan antara lain

untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, agar dengan

mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam rangka melakukan perbuatan

hukum mengenai bidang-bidang tanah atau satuan-satuan rumah susun yang sudah

terdaftar. Penyajian data tersebut dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/

Kotamadya seksi tata usaha pendaftaran tanah.

Sebagaimana telah diuraikan di atas, kiranya jelaslah bahwa peraturan pemerintah

yang baru mengenai pendaftaran tanah, disamping tetap melaksanakan pokok-pokok

yang digariskan oleh UUPA, memuat penyempurnaan dan penegasan yang diharapkan

Page 19: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

7

akan mampu untuk menjadi landasan operasional bagi pelaksanaan pendaftaran tanah

yang lebih cepat dan kepastian hukum yang lebih kuat.

Pada Keputusan Presiden Republik Indonesia No 34 Tahun 2003 tentang

Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan Pasal 2 yang berbunyi:

(1) Sebagian kewenangan Pemerintah di bidang pertanahan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/ Kota.

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah: a. pemberian ijin lokasi; b. penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan; c. penyelesaian sengketa tanah garapan; d. penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk

pembangunan; e. penetapan subyek dan obyek retribusi tanah kelebihan mksimum dan

tanah kelebihan maksimm dan tanah absente; f. penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat; g. pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong; h. pemberian ijin membuka tanah; i. perencanaan penggunaan tanah wilayah Kabupaten/Kota.

(3) Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) yang bersifat lintas Kabupaten/Kota dalam satu Propinsi, dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi yang bersangkutan.

Berdasarkan kenyataan bahwa belum semua tanah-tanah di Indonesia terdaftar,

maka apa yang selama ini dilaksanakan dan masih saja didapati di tengah-tengah

masyarakat, baik surat-surat yang dibuat oleh PPAT dengan berbagai ragam dari tanah-

tanah yang belum dikonversi dan dengan mengingat bahwa pelaksanaan pendaftaran

tanah setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 ternyata

belum dapat dicapai suatu hasil yang nyata pada pembangunan nasional serta mengingat

bahwa meskipun Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 telah dinyatakan tidak

berlaku setelah berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yang antara lain

dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya kesadaran hukum masyarakat Indonesia

akan semakin memerlukan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan yang berupa

Page 20: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

8

sertifikat hak tanah. Sertifikat hak tanah adalah alat bukti pemilikan/ penguasaan tanah.

Sertifikat hak tanah ini merupakan produk akhir dari proses pendaftran tanah.

Jadi dengan pelaksanaan PRONA ini Pemerintah memberikan rangsangan kepada

pemegang hak atas tanah agar mau mensertifikatkan tanahnya dengan jlan memberikan

kepada mereka (pemegang hak atas tanah) khususnya golongan ekonomi lemah sampai

menengah yang berada di desa miskin/ tertinggal, daerah penyangga kota, daerah miskin

kota, pertanian subur dan berkembang dengan memberikan berbagai fasilitas atau

kemudahan. Selain itu PRONA juga mempunyai tujuan untuk menumbuhkan kesadaran

hukum masyarakat dalam bidang pertanahan sebagai usaha untuk berpartisipasi dalam

menciptakan stabilitas politik serta pembangunan ekonomi.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan kerangka berfikir seperti yang diuraikan pada latar belakang, maka

permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian

Hukum melalui PRONA (Proyek Operasi Nasional Agraria) sebagai alat bukti di

Kota Malang?

2. Apa hambatan dalam menuju Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah

Untuk Kepastian Hukum melalui PRONA di Kota Malang ?

3. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan Pelaksanaan

Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum melalui PRONA di

Kota Malang ?

Page 21: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

9

I.3 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan proses pendaftaran tanah

melalui PRONA di Kota Malang.

2. Untuk mengetahui dan mendekskripsikan hambatan-hambatan yang terjadi atau

timbul dalam mencapai pelaksanaan proses pendaftaran tanah melalui PRONA di

Kota Malang.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya yang dilakukan untuk mengatasi

hambatan dalam Pelaksanaan proses Pendaftaran Tanah Untuk Kepastian Hukum

Melalui PRONA di Kota Malang.

I.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis :

Untuk memperkaya wawasan pengetahuan penulis berkaitan dengan pelaksanaan

proses pendaftaran hak atas tanah untuk kepastian hukum melalui PRONA, serta

fungsi dan tugas adalah dari Kantor Pertanahan.

2. Manfaat Praktis :

a. Bagi Kantor Pertanahan Kota Malang

Untuk memberi sumbangan pemikiran dan sebagai bahan masukan sebagai jalan

keluar dalam mengatasi hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan persertifikatan

hak milik atas tanah melalui PRONA khususnya hambatan yang terjadi di

Kelurahan Bandungrejosari Kecamatan Sukun Kota Malang.

Page 22: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

10

b. Bagi Masyarakat

Untuk memberi wacana dan tambahan salah satu media informasi mengenai

pendaftaran tanah untuk kepastian hukum melalui PRONA, yang mana

dimaksudkan untuk memproses pensertifikatan tanah secara massal. Pada

pelaksanaanya dilakukan secara terpadu dan ditujukan bagi segenap lapisan

masyarakat golongan ekonomi lemah dan untuk terwujudnya Efektivitas dan

kepastian hukum.

1.5 Sistematika Penulisan

Di dalam penulisan skripsi ini penulis membagi dalam 5 bab dan masing-masing

dibagi dalam sub bab guna memudahkan pembahasan maupun penulisannya. Untuk

mendapatkan gambaran tentang sitematika penulisan maka akan diuraikan sebagai

berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Didalam bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang

berikut permasalahannya, tujuan penelitian dan manfaat penelitian tentang pelaksanaan

Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA).

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan bab yang berisi tentang kajian teoritis meliputi pengertian

pendaftaran tanah, tujuan pendaftaran tanah, sistem pedaftaran tanah, hak-hak atas tanah

yang harus didaftarkan, biaya pendaftran tanah, pengertian dan fungsi sertifikat,

pengertian dan latar belakang PRONA, tahapan kegiatan PRONA dan sasaran PRONA.

Page 23: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

11

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi metode-metode penelitian yang akan digunakan secara garis besar

dalam penyusunan karya ilmiah.

BAB I V : PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas mengenai bagian inti dari penulisan yang akan membahas

tentang pelaksanaan proses pendaftaran tanah melalui PRONA di Kelurahan

Bandungrejosari Kecamatan Sukun Kota Malang oleh Kantor Pertanahan Kota Malang

dengan disertai analisis-analisis berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait yang

berlaku, dan hambatan serta upaya penyelesaiannya.

BAB V : PENUTUP

Bab ini akan dirumuskan tentang kesimpulan dari pelaksanaan pendaftaran hak

atas tanah melalui PRONA dan saran-saran yang akan penulis sampaikan setelah

mengadakan pembahasan dan proses analisa data dari permasalahan yang ada.

Page 24: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

12

B AB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Kepastian Hukum

2.1.1 Pengertian Kepastian Hukum

a. ” Kepastian hukum berarti hal yang dapat ditentukan (bepaalbaarheid) dari

hukum, dalam hal-hal yang konkret. Pihak-pihak pencari keadilan (yustisiabelen)

ingin mengetahui apakah hukum dalam suatu keadaan atau hal tertentu, sebelum

ia memperoleh dengan perkara.”6

b. ”Kepastian hukum berarti pula keamanan hukum, artinya melindungi para pihak

terhadap kesewenang-wenangan hakim.”7

c. Maria SW. Sumardjono, menyatakan bahwa : Secara Normatif, Kepastian Hukum itu memerlukan tersedianya perangkat

peraturan perundang-undangan yang secara operasional mampu mendukung pelaksanaannya. Secara empiris, keberadaan peraturan perundang-undangan itu perlu dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen oleh sumber daya manusia pendukungnya.8

d. Dalam hubungan dengan sistem publikasi negatif, Djoko Prakoso dan Budiman Adi Purwanto mengemukakan bahwa kepastian Hukum yang dimaksudkan sebagai tujuan pendaftaran tanah, meliputi Kepastian objek, Kepastian hak dan Kepastian Subjek. Dengan kepastian hukum tersebut para pemegang hak yang bersangkutan diharapkan akan memperoleh perlindungan hukum atas pemilikan tanahnya yang sudah bersertifikat. Rangkaian kegiatn pendaftaran tanah yang menghasilkan produk hukum, penetapan hak belum menjamin kepastian hukum sepenuhnya karena menggunakan sistem negatif . Dengan demikian sistem negatif itu sendiri secara hukum mengandung kelemahan di dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum.9

6 Van Apeldoorn, L.j., 1993, Pengantar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta, hal 105. 7 Achmad Ali, 1996, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Fiosofis Dan Sosiologis), Chandra Pratama, Jakarta, hal 134. 8 Dr. Irawan Soerdjono, SH. Msi, 2002, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Di Indonesia, Arkola., Jakarta, hal. 177 9 DR. Muchtar Wahid, 2008, Memaknai Kepastian Hukum Hak Milik Atas Tanah, Republika, Jakarta, hal. 87.

Page 25: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

13

e. Kepastian hukum, menurut Bachtiar Effendi sebagai berikut : 1. Kepastian mengenai orang atau Badan Hukum yang menjadi pemegang hak

atas tanah tersebut, kepastian hukum berkenan dengan siapakah pemegang hak atas tanah itu disebut dengan kepastian mengenai subjek hak atas tanah.

2. Kepastian mengenai letak tanah, batas-batas tanah, panjang dan lebar tanah, batas-batas dan panjang serta lebar tanah ini disebut dengan kepastian mengenai obyek hak atas tanah.10

Oleh karena ituinilah data yang diperoleh dari pendaftaran hak atas tanah

disimpan di Kantor Pertanahan baik tentang subyek maupun objek hak atas tanah

disusun dengan teliti agar dikemudian hari dapat memudahkan siapapun yang ingin

melihat data tersebut dan yang paling penting adalah untuk dapat menjamin kepastian

hukum yang kuat.

2.1.2 Kerangka Pemikiran Kepastian Hukum

Kerangka pemikiran mengenai kepastian hukum hak milik atas tanah dalam penelitian ini ditentukan oleh berfungsinya struktur hukum. Substansi hukum dan kultur hukum. Dengan uraian sbagai berikut :

Dalam rangka mengkaji secara sosiologis kepastian hukum hak milik atas tanah terdapat dua bagian yang perlu ditelaah. Bagian pertama adalah proses penerbitan sertifikat hak milik atas tanah oleh institusi Pertanahan dan bagian kedua adalah proses pengujian sertifikat hak milik atas tanah di Lembaga peradilan yang berfungsi sebagai penyaing Kepastian hukum hak milik atas tanah melalui Putusan Hakim pada Pengadilan Tata Usaha Negara Maupun Pengadilan Umum.11

Proses pendaftaran tanah dimulai dengan proses administrasi penelitian bukti-

bukti pemilikan dan dokumen-dokumen pendukung yang dilampirkan dalam

permohonan hak milik atas tanah. Selanjutnya Kantor Pertanahan secara operasional

melakukan pengukuran dan pemetaan untuk mengidentifikasi data fisik tanah yang

meliputi letak, batas-batas dari para pemilik yang bersebelahan serta kebenaran dari

data yuridis yang disertakan dalam proses permohonan hak atas tanahnya.

10 Bachtiar Effendie, 1993, Kumpulan Tulisan Tentang Hukum Tanah, Alumni, Bandung, hal 20-21 11 Ibid, hal. 111

Page 26: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

14

Proses administrasi berikutnya penerbitan surat penetapan hak, dan selanjutnya

pembukuan hak atas tanah dalam buku tanah yang memuat data yuridis dan data fisik

bidang tanah yang bersangkutan, kemudian di terbitkan salainan yang disebut

Sertifikat Hak Atas Tanah. Proses penerbitan sertifikat hak milik atas tanah

merupakan hasil berfungsinya struktur hukum, substansi hukum dan kultur hukum.

Dalam hal ini struktur hukum mencakup keadaan istitusi pelaksana dan aparat

pelaksana kegiatan pendaftaran tanah. Sedangkan substansi hukum meliputi peraturan

perundangan yang menjadi dasar pelaksana kebijakan, sistem, tujuan pendaftaran dan

ketatalaksanaannya.

Sertifikat hak milik atas tanah yang diterbitkan, dalam realitanya mengandung

kelemahan terhadap kepastian haknya karena masih dapat dipersoalkan oleh

masyarakat di lembaga peradilan. Oleh karena itu, sertifikat hak milik atas tanah

memiliki ketentuan hukum pasti setelah memperoleh putusan hakim.

Adapun kultur hukum dalam masyarakat yang meliputi kesadaran hukum

masyarakat dan realitas sosial berpengaruh dalam proses penerbitan sertifikat hak

milik atas tanah dan proses pengujian kepastian hukum di Lembaga Pengadilan.

Dalam proses penerbitan sertifikat hak milik atas tanah, kultur hukum masyarakat

berperan dalam memberikan keteragan kebenaran data fisik dan data yuridis tanah.

Kultur hukum mayarakat juga berperan dalam proses peradilan yang merupakan

lembaga tempat pencari keadilan.

Kepastian hukum hak atas tanah pada dasarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tercakup dalam sistim hukum pendaftaran tanah :

a. Substansi hukum, yang terdiri dari tujuan, sistem dan ketatalaksana pendaftaran tanah

b. Truktur hukum, yang terdiri dari aparat pertanahan dan lembaga penguji kepastian hukum, bukan juga lembaga yang terkait.

Page 27: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

15

c. Kultur hukum, yang terdiri dari kesadaran hukum masyarakat dan realitas sosial.12

Ada empat hal yang merupakan indikator dari kesadaran hukum, adalah sebagai

berikut :

1. Pengetahuan hukum, artinya seseorang mengetahui bahwa perilaku-perilaku tertentu, diatur oleh hukum.

2 Pemahaman hukum, artinya seorang warga masyarakat mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai aturan-aturan tertentu, terutama dari segi isinya.

3. Sikap hukum, artinya seseorang mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian-penilaian tertentu terhadap hukum.

4. Perilaku hukum, artinya dimana seseorang berperilaku sesuai dengan hukum yang berlaku.13

Hak-hak subjek hukum atas suatau bidang tanah denagn alat bukti yang berupa

suatu sertifikat harus dilindungi mengingat setufikat hak tanah adalah bukti tertulis

yang dibuat oleh Pejabat umum yang berwenang. Oleh karenanya menurut pasal 164

HIR dan pasal 1866 KUHperdata merupakn bukti otentik yang memiliki kekuatan

pembuktian sempurna. Dalam pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun

1997 ditentukan dengan tegas bahwa sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang

berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Tanah

2.2.1 Pengertian Tanah

Secara geologis-ekonomis, tanah adalah lapisan lepas permukaan bumi yang paling atas. Tanah yang dimanfaatkan untuk menanami tumbuh-tumbuhan disebut tanah garapan, tanah pekarangan, tanah pertanian, dan tanah perkebunan. Sedangkan yang digunakan untuk mendirikan bangunan disebut tanah bangunan. Di dalam tanah garapan itu dari atas kebawah berturut-turut terdapat sisiran garapan sedalam irisan bajak, lapisan pembentukan humus dan lapisan dalam.14

12 Ibid, hal 115. 13 Ibid, hal. 228. 14 Iman Sudiyat, 1982, Beberapa Masalah Penguasaan Tanah di Berbagai Masyarakat Sedang Berkembang, Badan Pertanahan Nasional.

Page 28: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

16

Dalam hukum Tanah sebutan kata “tanah” dipakai dalam arti yuridis, sebagai

suatu pengertian yang telah diberi batasan resmi oleh UUPA. Dalam pasal 4 dinyatakan,

bahwa “atas dasar hak menguasai dari Negara…ditentukan adanya macam-macam hak

atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh

orang-orang….”. Dengan demikian jelas, bahwa tanah dalam pengertian yuridis adalah

permukaan bumi (ayat 1). Sedang hak atas tanah adalah hak atas tanah sebagian tertentu

permukaan bumi, yang terbatas berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar.15

2.3 Tinjauan Umum tentang Pendaftaran Tanah

2.3.1 Pengertian Pendaftaran Tanah

Dengan dikeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, diharapkan terjaminnya kepastian hukum di bidang pertanahan terutama kepastian hukum atas hak-hak atas tanah yang ada di wilayah Negara Republik Indonesia. Adapun yang dimaksud dengan hak atas tanah adalah memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah.16

Kegiatan pendaftaran tanah yang menjadi kewajiban pemerintah ini disebut

dengan pengertian pendaftaran tanah. Sedangkan kewajiban yang menjadi beban bagi

pemegang hak atas tanah adalah mendaftarkan hak atas tanah tersebut.

15 Boedi Harsono, 2003, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, hal. 18. 16 Ibid, hal. 537.

Page 29: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

17

Berdasarkan ketentuan dalam UUPA, semua tanah-tanah yang berada di wilayah

Indonesia harus terdaftar. Hal ini tercantum pada pasal 19 Ayat (1) yang berbunyi

sebagai berikut :

“Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah

di suatu wilyah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur

dengan Peraturan Pemerintah”.

Untuk menjamin kepastian hukum tersebut, Pasal 19 Ayat (2) UUPA

mempertegas lagi dengan menyatakan bahwa penyelenggaraan pendaftaran tanah itu

dengan mengadakan :

a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah;

b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihannya;

c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang

kuat.17

Pendaftaran berasal dari kata Kadaster (cadastre, Perancis) yang berarti suatu

register atau capita atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah romawi dan berarti

suatu istilah teknis untuk suatu record (rekaman), yang menggambarkan tentang luas,

nilai, subyek, atas hak pada suatu bidang tanah.18

Dengan demikian yang dimaksudkan dengan Kadaster ialah sebagaimana yang diatur oleh Pasal 19 Ayat (2) sub a diatas yaitu terdiri dari pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah. Adapun yang dimaksud dengan pendaftaran hak adalah sebagaimana yang diatur dalam Pasal 19 Ayat (2) sub b dan c, yaitu : yang terdiri dari pendaftaran hak-hak atas tanah, atas peralihan hak-hak tersebut, pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.19

17 Bachtiar Effendie, 1993, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya, Alumni, Bandung, hal. 14. 18 Irawan Soerodjo, 2002, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Di Indonesia, Arkola, Surabaya, hal. 79. 19 Ibid, hal. 56.

Page 30: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

18

Kewajiban untuk mendaftarakan tanah ini dipertegas lagi dengan dikeluarkannya

Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 yang telah disempurnakan dengan

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Kemudian Pengertian pendaftaran tanah tersebut di sempurnakan dengan

dikeluarkannya PP No. 24 Tahun 1997 tentag Pendaftaran Tanah pada Pasal 1 Ayat

(1) adalah :

Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungn dan teratur, meliputi pengumpulan, pengelolaan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan dta fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti hanya bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membenaninya. Pendaftaran tanah merupakan pencatatan identitas sebidang tanah pada Kantor

Pertanahan Kota/ Kabupaten yang nantinya kan menghasilkan sebuah sertifikat tanah

sebagai bukti yang kuat, sehingga jelas jenis haknya, kuatnya, batas-batasnya,

keadaanya, letaknya serta pemiliknya. Kewajiban untuk melakukannya pada

prinsipnya dibebankan pada pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan secara

bertahap.20

Jadi ksimpulannya dari pengertian pendaftaran hak atas tanah adalah, sebagai

berikut :

a. pendaftaran awali yang mendaftarkan hak-hak atas tanah untuk pertaa kali dan

harus dipelihara.

20 Sumardjono Maria S.W, 2005, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, Kompas, Jakarta, hal. 181.

Page 31: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

19

b. pendaftaran hak-hak karena adanya mutasi hak, ataupun adanya peningkatan

jaminan hutang denagan tanah sebagai agunan dan pendirian hak baru (H.G.B

atau H.P diatas hak milik.

c. Hak-hak yang timbul dari Rumah Susun dan bagian-bagian dari Rumah susun.

d. pendaftaran tersebut meliputi pengumpulan, pengelolaan, pembukuan dan

penyajian serta memelihara data fisik data yuridis.

2.3.2 Pelaksanaan Pendaftaran Tanah

Dalam Pasal 11 dinyatakan, bahwa pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi

kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran

tanah.

Pendaftaran tanah untuk pertama kali (initial registration) adalah kegiatan

pendaftaran yang dilakukan terhadap obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 yang di ganti dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.

Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran tanah

secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik.

Pendaftaran tanah secara sistematik adalah pendaftaran tanah untuk pertama kali

yang dilakukan dengan serentak meliputi semua objek pendftaran tanah yang belum

didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/ kelurahan. Pendftaran tanah

secara sistematik diselenggarakan atas prakarsa Pemerintah, berdasarkan suatu

rencana kerja jangka panjang dan tahunan serta dilaksanakan di wilayah-wilayah

yang ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional.

Dalam hal suatu desa/ kelurahan belum ditetapkan sebagai wilayah pendaftaran tanah

Page 32: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

20

secara sistematik, pendaftarannya dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara

sporadik.

Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk

pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah

atau bagian wilayah suatu desa/ kelurahan secara individual atau massal. Pendaftaran

tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan, yaitu

pihak yang berhak atas obyek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau kausanya.

Pendaftaran tanah secra sistematik diutamakan, karena melalui cara ini akan dipercepat perolehan data mengenai bidang-bidang tanah yang akan didaftar daripada melalui pendaftaran tanah secara sporadik, tetapi karena prakarsanya datang dari Pemerintah, maka diperlukan waktu untuk memenuhi dana, tenaga, dan peralatan yang diperlukan, sehingga pelaksanaannya harus didasarkan pada suatu rencana kerja yang meliputi jangka waktu agak panjang dan rencana pelaksanaan tahunan yang berkelanjutan melalui uji kelayakan agar berjalan lancar. Uji kelancaran itu untuk pertama kali diselenggarakan di daerah Depok, Bekasi, dan Karawang di Jawa Barat.21

Disamping pendaftaran tanah secara sistematik pendaftaran tanah secara sporadik

juga akan ditingkatkan pelaksanaannya, karena dalam kenyataannya akan bertambah

banyak permintaan untuk mendaftar secara individual dan massal yang diperlukan

dalam pelaksanaan pembangunan yang makin meningkat kegiatannya. Demikian

dikemukakan dalam penjelasan umum.

Menurut penulis, dalam hal desa/ kelurahan yang belum ditetapkan sebagai

wilayah pendaftaran tanah secara sistematik, maka berarti tidak dapat dilakukan

pengukuran desa/ kelurahan demi desa/ kelurahan sehingga ditempuh pengukuran

spordik. Pendftaran tanah secara sistematik harus dilakukan dengan perencanaan yang

matang, efisien, dan akurat. Oleh karena itupelaksanaan pendaftaran tanah secara

21 Boedi Harsono, op.cit., hal. 461.

Page 33: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

21

sistematik disandarkan pada prakarsa Pemerintah dan harus dengan rencana kerja

yang ditetapkan oleh Menteri.

Keterkaitan antara pendaftaran tanah secara sistematik dengan PRONA dapat

dijumpai dalam Pasal 46 Ayat (4) Peraturan Menteri Agraria No. 3 Tahun 1997, yaitu

dalam hal pembiayaan pendaftaran tanah secara sistematik melaui anggaran

Pemerintah Pusat atau dibiayai dengan APBN.

Pemeliharaan data pendaftaran tanah (maintenance) adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran tanah, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian. Perubahan itu misalnya terjadi sebagai akibat beralihnya, dibebaninya, atau berubahnya nama pemegang hak yang telah didaftar, hapusnya atau diperpanjangnya jangka waktu hak yang sudah berakhir, pemecahan, pemisahan, dan penggabungan bidang tanah yang haknya sudah di daftar.22

Agar data yang tersedia di Kantor Pertanahan selalu sesuai dengan keadaa yang

mutakhir, dalam Pasal 36 Ayat (2) ditentukan, bahwa para pemegang hak yang

bersangkutan wajib mendaftarkan perubahan-perubahan yang dimaksudkan Kepada

Kepala Kantor Pertanahan. Ketentuan mengenai wajib daftar itu juga ada dalam Pasal

4 Ayat (3).

Sebagaimana uraian mengenai Pasal 97 Peraturan Menteri Agraria No. 3 Tahun

1997, PPAT bahkan diwajibkan mencocokkan lebih daulu isi sertifikat hak yang

bersangkutan dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan sebelum

diperbolekan membuat akta yang diperlukan.

Hal tersebut nampaknya sesuai dengan asas mutakhir pendaftaran tanah sebagai

yang dinyatakan dalam Pasal 2. Asas mutakhir menuntut dipeliharanya dat pendaftaran

tanah secara terus-menerus dan bekesinambungan, sehingga data yang tersimpan di

Kantor Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyata di lapangan dan masyarakat 22 Ibid.

Page 34: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

22

dapat memperoleh keterangan mengenai data yang benar setiap saat. Demikian

dinyatakan dalam penjelasan Pasal 2.

2.3.3 Tujuan dan Fungsi Penaftaran Tanah

Diselenggarakannya pendaftaran tanah yang efektif akan memungkinkan barang

siapa pun yang berkepentingan dengan mudah membuktikan haknya atas tanah yang

dipunyai dan mengetahui hal-hal yang perlu diketahui mengenai tanah-tanah

kepunyaan pihak lain, baik dari segi-segi teknis kadaster maupun segi yuridisnya.

Tujuan pendaftaran tanah dikaitkan dengan PP 24 Tahun 1997 adalah sebagai

berikut :

I. Menjamin kepastian hukum dari hak-hak atas tanah. Kepastian hukum tersebut

meliputi :

a. Memberikan kepastian obyek. Kepastian mengenai bidang teknis (yaitu kepastian mengenai letak, luas dan batas-batas tanah yang bersangkutan). Hal ini diperlukan untuk menghindarkan sengketa di kemudian hari, baik dengan pihak yang menyerahkan maupun pihak-pihak yang mempunyai tanah yang berbatasan.

b. Memberikan kepastian hak. Ditinjau dari segi yuridis mengenai status hukumnya, siapa yang berhak atasnya (siapa yang mempunyai) dan ada atau tidaknya hak-hak dan kepentingan pihak lain (pihak ketiga). Kepastian mengenai status hukum dari tanah yang bersangkutan diperlukan, karena dikenal tanah-tanah dengan berbagai macam status hukum, yang masing-masing memberikan wewenang dan meletakkan kewajiban-kewajiban yang berlainan kepada pihak yang mempunyainya, hal-mana akan berpenaruh pada harga tanah.

c. Memberikan kepastian subyek. Kepastian mengenai siapa yang mempunyai diperlukan untuk mengetahui dengan siapa kita harus berhubungan untuk dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum secara sah mengenai ada atau tidak adanya hak-hak dan kepentingan pihak ketiga diperlukan untuk mengetahui perlu atau tidaknya diadakan tindakan-tindakan tertentu untuk menjamin penguasaan dan penggunaan tanah yang bersangkutan secara efektif dan aman.23

23 Djoko Prakoso, op.cit., hal. 21.

Page 35: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

23

Dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 yang menympurnakan Peraturan

Pemerintah No. 10 Tahun 1961, tetap dipertahankan tujuan diselenggarakannya

pendaftaran tanah yang pada hakikatnya sudah ditetapkan dalam Pasal 19 UUPA,

yaitu pendaftaran tanah merupakan tugas Pemerintah, yang diselenggarakan dalam

rangka menjamin kepastian hukum dibidang pertanahan (suatu rechtskadaster tau

legal cadastre).

Rincian 3 tujuan pendaftaran tanah seperti yang dinyatakan dalam pasal 3

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 adalah sebagai berikut :

Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas

tanah, satuan rumah susun, dan hak-hak lain yang didaftar, agar dengan mudah dapat

membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Untuk itu kepada

pemegang haknya diberikan sertifikat sebagai surat tanda buktinya ( Pasal 4 Ayat

(1)). Hal ini merupakan tujuan utama pendaftaran tanah yang penyelenggaraannya

diperintahkan oleh Pasal 19 UUPA, maka memperoleh sertifikat, bukan sekedar

fasilitas, melainkan merupakan hak pemegang hak atas tanah, yng dijamin Undang-

Undang.

II. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk Pemerintah, agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam megadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah didaftar. Bentuk penyajian data tersebut diselenggarakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota tata usaha pendaftaran tanah yang dikenal sebagai daftar umum, yang terdiri atas Peta Pendaftaran, Daftar Tanah, Surat Ukur, Buku Tanah, dan Daftar Nama. Para pihak yang berkepentingan, terutama calon pembeli dan calon kreditur, sebelum melakukan suatu perbuatan hukum mengenai suatu bidang tanah atau satuan rumah susun tertentu perlu dan karenanya mereka berhak mengetahui data yang tersimpan dalam daftar-daftar di Kantor Pertanahan tersebut, oleh karena itu data tersebut diberi sifat terbuka untuk umum sesuai dengan asas pendaftaran yang terbuka sebagai yang dinyatakan dalam Pasal 2. Karena terbuka untuk umum daftar-daftar dan peta-peta tersebut disebut Daftar Umum (Pasal 4 Ayat (2), Pasal 33 dan 34). Tidak digunakannya

Page 36: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

24

hak tersebut menjadi tanggung jawab yang bersangkutan sendiri. Bagi PPAT hal itu merupakan suatu kewajiban sebelum membuat akta ( Pasal 97 Peraturan Menteri No. 3 Tahun 1997 ).24

Menurut penulis, dengan terselenggaranya pendaftaran tanah, dimaksudkan agar

terbentuk suatu pusat informasi mengenai bidang-bidang tanah sehingga pihak-pihak

yang berkepentingan termasuk Pemerintah dapat dengan mudah memperoleh data

yang diperlukan untuk mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah

dan satuan-satuan rumah susun yang sudah di daftar. Terselenggaranya Pendaftaran

Tanah secara baik merupakan perwujudan dari Tertib Administrasi di bidang

pertanahan.

III. Untuk terselenggaranya Tertib Administrasi Pertanahan.

Terselenggaranya pendaftaran tanah secara baik merupakan dasar dan perwujudan

tertib adminisrasi di bidang pertanahan. Untuk mecapai tertib administrasi

tersebut setiap bidang tanah dan satuan rumah susun, termsuk peralihan,

pembebanan, dan hapusnya wajib didaftar ( Pasal 4 Ayat (3) ).

Menurut penulis, Tertib Administrasi berarti juga terselenggaranya penyimpanan

seluruh data-data dengan baik dan teratur di Kantor Pertanahan sehingga

memudahkan dalam mencari data-data yang dibutuhkan.

Sedangkan fungsi dari pendaftaran hak atas tanah adalah :

a. Untuk memberikan jaminan secara sempurna bahwa nama orang yang terdaftar dalam buku tanah sudah tidak dapat dibantah lagi, sekalipun orang tersebut bukan pemilik yang sebenarnya daripada tanah yang bersagkutan.

b. Fungsi pendaftaran hak atas tanahnya hakikatnya daripada pendaftaran tanah itu akan merupaka suatu sertifikat, serta sebagai untuk jaminan atau usaha manusia suatu modal.25

24 Irawan Soerodjo, op.cit., hal. 106 25 Djoko Prakoso, op.cit., hal. 22

Page 37: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

25

2.3.4 Obyek Pendaftaran Tanah

Obyek pendaftaran tanah menurut Pasal 9 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun

1997 meliputi :

a. bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan Hak milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai;

b. tanah hak pengelolaan; c. tanah wakaf; d. hak milik atas satuan rumah susun; e. hak tanggungan; f. tanah negara.

Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai ada yang diberikan oleh Negara. Tetapi dimungkinkan juga diberikan oleh pemegang Hak Milik atas tanah. Tetapi selama belum ada pengaturan mengenai tatacara pembebanannya dan disediakan formulir akta pemberiannya, untuk sementara belum akan ada Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang diberikan oleh pemegang Hak Milik Atas Tanah. Maka yang kini merupakan obyek pendaftaran tanah baru Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang diberikan oleh negara. Tanah Negara dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 termasukobyek yang didaftar.26

Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai dapat diberikan oleh Negara atas tanah-tanah

yang dikuasai secara langsung oleh negara, tetapi dimungkinkan juga Hak Guna

Bangunan atau Hak Pakai diberikan oleh pemegang Hak Milik atas tanah. Dan

dikarenakan belum ada pengaturan mengenai tata cara pembebanannya, dan belum

tersedia formulir akta pemberian Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai di atas tanah

hak milik, maka untuk sementara (sampai saat ini), belum ada Hak Guna Bangunan

dan Hak Pakai yang diberikan di atas tanah hak milik. Berbeda dengan obyek-obyek

pendaftaran tanah lainnya, pendaftaran tanah negara dilakukan dengan cara

membukukan bidang tanah yang bersangkutan dalam daftar tanah, hanya saja

serifikatnya tidak diterbitkan. Sementara itu untuk obyek pendaftaran tanah yang lain

26 Boedi Harsono, op.cit., hal. 462.

Page 38: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

26

maka obyek tersebut didaftar dengan membukukannya dalam peta pendaftaran dan

buku tanah serta menerbitkan sertipikat sebagai surat tanda bukti haknya.

Dalam Pasal 1 dirumuskan bahwa tanah negara atau tanah yang dikuasai langsung

oleh negara adalah tanah yang tidak dipunyai dengan sesuatu hak atas tanah. Penulis

disini berpendapat bahwa yang yang dimaksud dengan obyek pendaftaran tanah

tersebut bukan tanah negara dalam arti yang luas melainkan terbatas pada jens tanah

negara dalam arti sempit, yaitu : atas tanah-tanah hak yang telah jatuh tempo (misal

Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai).

2.3.5 Sistem Pendaftaran Tanah

Sistem pendaftaran yang digunakan adalah sistem pendaftaran hak (registration of

itles), sebagaimana digunakan dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah menurut

Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961. Hal tersebut tampak dengan adanya buku

tanah sebagai dokumen yang memeuat data yuridis dan data fisik yang dihimpun dan

disajikan serta diterbitkannya sertipikat sebagai surat tanda bukti hak atas tanah yang

didaftar.27

Sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 19 UUPA maka untuk memberikan

jaminan kepastian hukum atas suatu bidang tanah, pemerintah wajib

menyelenggarakan pendaftaran tanah. Peran pemerintah dalam hal ini Badan

Pertanahan Nasional sangat besar dalam menyelenggarakan Pendaftaran Tanah baik

secara sistematik maupun sporadik, hanya saja dalam pendaftaran tanah secara

sporadik maka bobot proaktif adalah terletak pada pemegang hak atas tanah

Hak atas tanah, Hak Pengelolaan, tanah wakaf dan Hak Milik Atas Satuan Rumah

Susun didaftar degan membukukannya dalam buku tanah, yang memuat data yuridis 27 Irawan Soerodjo, op.cit., hal. 108.

Page 39: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

27

dan data fisik bidang tanah yang bersangkutan dan sepanjang ada surat ukurnya

dicatat pula pada surat ukur tersebut. Pembukuan dalam buku tanah serta

pencatatannya pada surat ukur tersebut merupakan bukti, bahwa hak yang

bersangkutan beserta pemegang haknya dan bidang tanahnya yang diuraikan dalam

surat ukur secara hukum telah didaftar menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun

1997 ini. Demikian dinyatakan dalam Pasal 29.

Menurut Pasal 31 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 “Untuk kepentingan

pemegang hak yang bersangkutan diterbitkan sertipikat sesuai dengan data fisik yang

ada dalam surat ukur dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah.

2.3.6 Biaya Pendaftaran Tanah

Menurut Peraturan Pememerintah No. 24 Tahun 2004 ( Pasal 61 ) tentang Biaya

Pendaftaran Tanah, meliputi :

(1). Besarnya dan cara pembayaran biaya-biaya dalam rangka pelaksanaan kegiatan

pendaftaran tanah diatur dengan Peraturan Pemerintah sendiri.

(2). Atas permohonan yang bersangkutan, Menteri atau Pejabat yang ditunjuk dapat

membebaskan pemohon dari sebagian atau seluruh biaya sebagaimana dimaksud

pada Ayat 1, jika pemohon dapat membuktikan tidak mampu membayar biaya

tersebut.

(3). Untuk pendaftaran peraluhan hak karena pewarisan yng diajukan dalam waktu 6

(enam) bulan sejak tanggal meninggalnya pewaris, tidak dipungut biaya

pendaftaran.

(4). Tata cara untuk memperoleh pembebasan atas biaya pendaftaran tanah diatur oleh

Menteri.

Page 40: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

28

2.3.7 Penyelenggara dan Pelaksana Pendaftaran Tanah

Sesuai dengan ketentuan Pasal 19 UUPA pendaftaran tanah diselenggarakan oleh

Pemerintah, dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional. Menurut Peraturan Pemerintah

No. 24 Tahun 1997 Pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh Kepala Kantor

Pertanahan, kecuali mengenai kegiatan-kegiatan tertentu yang ditugaskan kepada

Pejabat lain. Kegiatan-kegiatan tertentu yang ditugaskan kepada Pejabat lain, yaitu

kegiatan-kegiatan yang pemanfaatannya bersifat nasional atau melebihi wilayah kerja

Kepala Kantor Pertanahan, misalnya pengukuran titik dasar teknik dan pemetaan

fotogametri.

Dalam pelaksanaan tugas tersebut Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh Pejabat

Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan Pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 ini dan

peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Misalnya pembuatan akta PPAT

Sementara, pembuatan akta ikrar wakaf oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf,

pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) oleh notaris,

pembuatan Risalah Lelang oleh Pejabat Lelang, dan adjudikasi dalam pendaftaran

tanah secara sistematik oleh Panitia Ajudikasi.

2.4 Tinjauan Umum tentang PRONA

2.4.1 Pengertian PRONA

PRONA atau Proyek Nasional Agraria adalah merupakan suatu usaha pemerintah

dengan suatu subsidi untuk melakukan pendaftaran tanah secara massal. Bertolak dari

beberapa proyek yang pernah dilakukan di beberapa daerah, maka percepatan

Page 41: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

29

pendaftaran tanah itu dilakukan dan hal ini juga disebutkan sebagai program

pemerintah dalam Repelita IV, yang dapat kita baca pada buku III Repelita IV

halaman 418 sebagai berikut :

Dalam rangka membantu golongan masyarakat ekonomi lemah, usaha penerbitan sertifikat secara massal dilanjutkan.

Sehubungan dengan itu oleh pemerintah telah diterbitkan Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 189 tahun 1981 tentang Proyek Operasi Nasional Agraria.

Dalam menimbang dari Peraturan tersebut dinyatakan bahwa hukum bagi penguasaan dan pemilikan tanah sebagai bukti yang kuat; pengelakan sengketa tanah dan untuk mengurangi kerawanan/ kepekaan di bidang pertanahan, sebagai usaha untuk menciptakan stabilitas sosial politik di kalangan masyarakat.

Dalam pelaksanaan operasional maka Gubernur/ Bupati/ Walikota Kepala Daerah bertanggung jawab untuk daerahnya masing-masing.28

Selanjtnya diuraikan bahwa :

Proyek Operasi Nasional Agraria adalah merupakan salah satu uapaya yang dilakukan oleh Pemerintah dalam melaksanakan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Catur Tertib dibidang pertanahan sebagaimana digariskan dalam REPELITA III. Pada dasarnya PRONA ditekankan kepada ekonomi lemah, sedangkan bagi masyarakat yang tidak atau kurang mampu mereka dibebaskan oleh Undang-Undang untuk tidak dibebani dengan biaya (Pasal 19 Ayat 4 UUPA).29

24.2 Latar Belakang PRONA

Penetapan pelaksanaan Proyek Operasi Nasional Agraria dilatar belakangi

sejumlah faktor yang sifatnya teknis dan non teknis :

a. Faktor Teknis. 1. Selama itu instansi agraria bersifat pasif, menunggu kehadiran anggota

masyarakat (pemegang hak atas tanah ) yang berkeinginan untuk mendaftarkan hak atas tanahnya. Dengan cara kerja demikian, maka pekerjaan itu menjadi berjalan sangat lambat. Selain itu dijumpai sementara oknum aparat yang mempunyai mentalitas tidak terpuji, bukan membantu rakyat ( pemegang hak atas tanah ) tetapi justru membodohinya, yang karena tingkanya itu timbul citra yang kurang baik terhadap instansi agraria.

2. “Siklus Agraria”, selama itu kurang terpadu. Artinya tugas dan fungsi ke Agrariaan dengan segala seginya belum berjalan sebagaimana mestinya. Masing-masing fungsi berjalan sendiri-sendiri dan terkotak-kotak.

28 A. P. Parlindungan, op.cit., hal. 45. 29 Sudjito, op.cit., hal 158.

Page 42: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

30

3. Pilot proyek wajib daftar, yang pernah dicoba di propinsi Lampung dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta belum memenuhi sasaran yang diharapkan disebabkan kurangnya persiapan yang matang.

4. Dari hasil pelaksanaan persertifiktan massal yang dilaksanakan di Propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan dapat dikatakan cukup berhasil, namun segi biaya yang dibebankan pada masyarakat masih dirasakan berat.

b. Faktor non teknis Menyangkut kepekaan masalah tanah yang turut meningkat, karena dengan

meningkatnya jumlah penduduk dan volume pembangunan, permintaan tanah yang luas dan berkualitas baik semakin besar. Sementara tanah semakin sulit didapat terutama di kota-kota besar, keresahan masyarakat karena soal tanah antara lain bersumber juga dari meningkatnya harga tanah, calo tanah dan campur tangan oknum agraria di luar wewenagnya. Di tengah itu golongan ekonomi lemah sendiri cenderung menjual atau memudahkan tanahnya kepada golongan ekonomi kuat.30

Atas dasar pengalaman dan kenyataan-kenyataan itu Departemen Dalam Negeri

cq. Direktorat Jendral Agraria menetapkan suatu kebijaksanaan baru, yaitu

memberikan pelayanan yang cepat, mudah dan biaya relatif murah agar terjangkau

oleh segenap lapisan masyarakat, terutama golongan ekonomi lemah.

2.4.3 Pelaksanaan PRONA

Dalam melaksanakan Proyek Operasi Nasional Agraria, telah dilaksanakan

hampir tiap-tiap Kabupaten/ Kota yang ada di seluruh indonesia sudah dalaksanakan,

dan kesemuannya berjalan dengan sukses, hanya sebagian kecil saja hambatan-

hambatan yang semua dapat diatasi dengan penuh pengertian dari kalangan

masyarakat maupun pemerintah sendiri.

Pemerintah mempunyai suatu proyek untuk mendapatkan sertifikat secara

sederhana, cepat dan biayanya diusahakan seminim mungkin. Dan lokasi daerah

untuk sasaran Proyek Operasi Nasional Agraria itu sudah ditentukan oleh Walikota

Kepala Daerah dengan surat keputusannya.

30 Djoko Prakoso, Budiaman Adi Purwanto, op.cit., hal. 67.

Page 43: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

31

Jadi dalam proyek ini yang aktif bekerja adalah Kantor Pertanahan karena

pegawai instansi tersebut datang ke daerah yang sudah ditentukan lokasinya untuk

memberi penyuluhan-penyuluhan di Balai Desa atau tempat pertemuan masyarakat

desa.

Dalam pertemuan itu diterangkan apa yang dimaksud dengan Proyek Operasi

Nasional Agraria dan bagaimana untuk mendapatkannya dalam rangka Proyek

Operasi Nasional Agraria. Setelah mengadakan penyuluhan Kantor Pertanahan segera

mengadakan pendaftaran dan pengukuran. Setelah semua syarat-syarat yang

diperlukan telah terpenuhi maka sertfikat akan segera terbit tetapi penyerahannya

secara simbolis karena dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan pemerintah yaitu

pensertifikatan secara massal.

Daerah letak Proyek Operasi Agraria Nasional ditetapkan oleh Surat Keputusan

Kepala Kantor Pertanahan Kota Malang Nomor : SK/ 41/ 350/ 6/ 2007 tanggal 31

Mei 2007 menetapkan daerah lokasi Proyek Operasi Nasional Agraria :

1. Kelurahan Bandungrejosari Kecamatan Sukun

2. Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing

3. Kelurahan Polehan Kecamatan Blimbing.31

Seperti lokasi Proyek Operasi Nasional Agraria di Kota Malang ini, setelah

diadakan penelitian secara seksama yang semua penduduknya tidak mempunyai alat

bukti hak milik yang kuat, hanya patok saja yang mereka miliki.Hal itu telah disadari

oleh masyarakat kita masih yang masih mengakui hukum adat dan memegang penuh

31 Hasil Konsultasi dengan Penanggung Jawab PRONA Kantor Pertanahan Kota Malang, hari Jum’at, tanggal 4 April 2008.

Page 44: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

32

di dalam kehidupan masyarakat kita, walaupun keadaan yang demikian itu oleh

masyarakat diakui kebenaran dan kepastian terhadap hak milik.

Keadaan yang demikian itu tidak boleh berlangsung terus-menerus mengingat

dengan perkembangan zaman kehidupan yang layak, segala upaya dan usaha

dikerjakan demi hidupnya. Hal ini dikawatirkan oleh Pemerintah bahwa keadaan-

keadaan yang nrgatif yang tidak diinginkan oleh masyarakat akan terjadi mengingat

dengan kemajuan di tingkat ekonomi kebutuhan hidup manusia pun semakin

meningkat. Sehingga dengan kemajuan ini keperluan akan tanah sangat dibutuhkan

dalam perkembangan.

2.4.4 Tahapan Kegiatan Pelaksanaan PRONA

Pelaksanaan PRONA dilaksanakan dengan beberapa kegiatan atau tahapan-

tahapan meliputi :

a. Persiapan :

1. Rencana Kerja

2. Tujuan pembuatan rencana kerja

3. Dasar penyusunan rencana kerja

b. Pelaksanaan :

1. Penetapan lokasi desa

2. Pengolahan data

c. Pengawasan :

1. Pengawasan Keuangan

2. Pengawasan Operasional

Page 45: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

33

d. Pelaporan :

1. Pelaporan pertanggungjawaban proyek (ekstern)

2. Pelaporan intern

2.4.5 Sasaran PRONA

Sebagaimana yang dinyatakan dalam Pelita III, bahwa dalam pembagunan yang

sedang dilaksanakan, yang dititik beratkan pada bidang perekonomian mengenai

sarana yang utama serta terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat.

Terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat yang berarti sebagian besar dari usaha

pembangunan diserahkan kepada pembangunan ekonomi, sedang pembangunan di

bidang lainnya bersifat menunjang dan melengkapi bidang ekonomi.

Dalam pelaksanaan Pelita III pemusatan pendapatan serta peningkatan

kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama dari pemerintah, pemusatan

pendapatan pada sebagian besar anggaran rakyat. Yaitu dengan jalan mengadakan

pengolahan-pengolahan terhadap tanah sesuai dengan anjuran pemerintah dengan

melakukan penyuluhan-penyuluhan dan anjuran untuk menanamkan bibit tanaman

yang telah ditunjuk, guna untuk meningkatkan hasil produksi tersebut.

Tidak ketinggalan juga bagi penduduk yang mata pencahariannya sebagai

pegawai, buruh, perusahaan, tanah adalah sangat penting untuk pemukiman

(perumahan) penduduk dan juga tempat-tempat lokasi industri.

Kegiatan pembangunan di bidang lain pun dilakanakan terus baik pembangunan

di Kota-kota maupun di pedesaan, pembangunan ini dilaksanakan sesuai dengan

program yang dilaksanakan dengan penuh semangat dan mendapat dukungan yang

seksama dari masyarakat. Sehingga dengan kegiatan-kegiatan pembangunan ini

Page 46: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

34

dilaksanakan dengan penuh semangat dan mendapat dukungan yang seksama dari

masyarakat. Sehingga dengan kegiatan-kegiatan pembangunan yang menyangkut

spirituil maupun materiil terutama di bidang ekonomi, sedikit banyak akan

menyangkut tentang masalah pertanahan.

Telah kita sadari bahwa terhadap masalah pertanahan realitanya pada dewasa ini

menjadi problem dan telah banyak masalah pertanahan ini yang menimbulkan

perselisihan antarapihak-pihak yang bersangkutan. Oleh karena itupenanganan tugas

ke agrariaan dilaksanakan dengan cara kerja yang konsepsional dan berprogram

meliputi semua fungsi yang ada yaitu tata-guna-tanah, fungsi Landreform,

pengurusan hak-hak atas tanah dan pendaftaran tanah yang didukung oleh

administrasi yang mantap.

Kepastian hukum dan kepastian hak terhadap pemilik hak-hak atas tanah adalah

sangat penting sekali, untuk menghindari dan mencegah adanya pertentangan dan

perselisihan yang ditimbulkan oleh problema ini.

Sasaran Proyek Operasi Nasional Agraria yang terutama ialah hak milik. Yang

dimaksud dengan hak milik ialah hak yang turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang

dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat ketentuan Pasal 6 uupa ( Pasal 20

UUPA ).32

Subyek hak milik pada asasnya warga negara Indonesia baik sendiri maupun

bersama-sama orang lain, di samping itu badan hukum yang bergerak di bidang sosial

dan keagamaan yang telah ditunjuk oleh pemerintah dapat mempunyai hak milik atas

32 Boedi Harsono, 1999, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, hal. 542.

Page 47: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

35

tanahnya sepanjang tanah itu dipergunakan langsung dalam sosial dan dalam bidang

keagamaan.

Jadi, sasaran Proyek Operasi Nasional Agraria adalah sertipikasi tanah bagi

masyarakat golongan ekonomi lemah sampai menengah yang berada di desa miskin/

tertinggal, daerah penyangga kota, daerah miskin kota, pertanian subur atau

berkembang, atau daearah pengembangan ekonomi rakyat.

2.4.6 Lokasi PRONA

Penentuan lokasi PRONA merupakan kegiatan awal dari pelaksanaan PRONA.

Penentuan lokasi ini punya arti penting dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

pelaksanaan PRONA. Perlunya ada penentuan lokasi ini dikarenakan PRONA

tidaklah mungkin dilaksanakan serentak dan menyeluruh di seluruh wilayah tanah air.

Dengan mengingat terbatasnya tenaga, biaya dan sarana-sarana penunjang lainnya,

PRONA dilaksanakan pada lokasi-lokasi tertentu secara bertahap.

Dimaksud dengan lokasi PRONA adalah semua wilayah Kabupaten/ Kota Daerah

Tingkat II, yang selanjutnya dipilih Kecamatan dan Kelurahan/ Desa di mana

PRONA akan dilaksanakan.

PRONA dilaksanakan secara bertahap per tahun anggaran, meliputi seluruh

wilayah Indonesia. Penentuan lokasi PRONA untuk wilayah-wilayah Kabupaten/

Kota ditentukan berdasarkan prioritas sebagai berikut :

1. Ditetapkan secara berkelompok terutama untuk pensertifikatan tanah di

daerah-daerah yang penguasaan/ pemilikan tanahnya terkena ketentuan

landreform, baik yang ditujukan pada tanah-tanah yang masih menjadi hak

Page 48: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

36

bekas pemilik lama maupun yang telah diredtribusikan kepada para

penggarap.

2. Ditetapkan secara berkelompok untuk daerah-daerah penerima transmigran

pra Pelita atau daerah-daerah resetlement.

3. Ditetapkan di daerah yang tanahnya mempunyai potensi produksi bahan

pokok yang cukup untuk dikembangkan.

4. Ditetapkan secara berkelompok untuk pensertifikatan tanah-tanah yang

berpenduduk padat dan mempunyai potensi yang cukup besar untuk

dikembangkan.

5. Dipilih lokasi mengenai tanah-tanah sengketa yang sifatnya strategis dan

dapat diselesaikan secara tuntas.

Di samping atas dasar prioritas tersebut di atas, dalam penentuan lokasi ini

masing-masing daerah harus memperhatikan pada faktor-faktor teknis dan non teknis

yang dipandang bisa berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan PRONA tersebut.

Faktor-faktor teknis yang perlu mendapatkan perhatian itu adalah : 1. Dipilih desa-desa yang sudah ada peta situasinya, misalnya :

a. Sudah ada peta/ foto tentang keadaan tanah di daerah yang bersangkutan.

b. Sudah ada peta-peta yang dibuat berdasarkan pengukuran desa demi desa.

c. Sudah ada peta-peta situasi dalam rangka pembuatan sertifikat hak tanah secara rutin atau insidentil yang ngeblok.

2. Jika tidak ada desa yang mempunyai peta situasi berdasarkan pengukuran desa demi desa maka dipilih desa atau daerah-daerah lain yang akan memudahkan pembuatan gambar situasi.

Mengenai faktor-faktor non teknis yang perlu di perhatikan adalah : 1. Jauh atau dekatnya lokasi tersebut dengan kantor Pertanahan

Kabupaten/ Kota yang bersangkutan. 2. Kemuduhan dalam soal komunikasi, transportasi, misal : sudah

dilewati kendaraan umum, jalannya beraspal, sudah ada tilpon dan sebagainya.

Page 49: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

37

3. Banyak atau sedikitnya sengketa atas tanah di daerah yang bersangkutan.33

Lebih lanjut dalam kaitanya dengan penerbitan Fatwa Tata Guna Tanah, agar

pelaksanaannya lancar, maka dalam penentuan lokasi ini harus diperhatikan pula

kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Bagi daerah yang bersangkutan, secara potensial ada manfaat dari sertifikat

hak tanah itu, baik dalam hubugannya dengan ketertiban hukum, administrasi

maupun ekonomi.

2. Daerah tersebut sudah cukup ada sarana kerja, seperti : peta detail, peta-peta

Kecamatan, dan sebagaimana.

3. Aksesibilitas memungkinkan, misalnya jalan ke lokasi lancar.

Khusus untuk PRONA bagi golongan mampu, dalam hal penentuan lokasi ini,

Keputusan Menteri dalam Negeri No. 266 tahun 1982, pasal 1 ayat 2, dan ayat 3

memberikan pedoman sebagai berikut :

Pasal 1 Ayat 2 : Penentuan lokasi PRONA untuk golonan mampu dimaksud ayat ( 1 ) dilakukan

oleh Bupati/ Walikota Daerah Tingkat II dengan mempergunakan kriteria sebagaimana di maksud dalam Ayat ( 3 ).

Pasal 1 Ayat 3 : Dalam penentuan lokasi tersebut Ayat ( 2 ), diprioritaskan daerah-daerah yang

pemilikan/ penguasaan tanah sekurang-kurangnya 40 % termasuk golongan mampu.34

Dengan telah ditetapkan lokasi PRONA secara definitif berikut jumlah sertifikat

hak tanah yang akan diproses, berarti untuk daerah/ lokasi yang lain harus menunggu

giliran selanjutnya. Seorang pemilik tanah tidak bisa memprotes mengenai penentuan

33 Hasil Konsultasi dengan Penanggung Jawab PRONA Kantor Pertanahan Kota Malang, hari jum’at,

tanggal 4 April 2008. 34 Sudjito, op.cit., hal 39.

Page 50: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

38

lokasi ini dan tidak bisa minta diprioritaskan bila memang belum ditetapkan sebagai

lokasi PRONA.

2.4.7 Obyek PRONA

Obyek PRONA adalah tanah pertanian yang luasnya kurang dari 2 hektar atau

tanah pekarangan untuk tempat tinggal yang luasnya kurang dari 200 meter persegi

dalam lokasi kecamatan dan desa yang telah ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri

dan Gubernur Kepala Daerah.

2.4.8 Biaya PRONA

Dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya

golongan ekonomi lemah untuk mengurus hak atas tanahnya, maka perlu diadakan

biaya yang ringan terhadap hak-hak atas tanah negara maupun penegasan hak-hak

adat yang dijadikan obyek/ lokasi PRONA untuk pensertifikatan secara massal.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan biaya PRONA adalah para peserta PRONA

tidak perlu membayar biaya pendaftaran hak atas tanah, tetapi diharuskan melengkapi

administrasi, karena biaya pendaftaran hak atas tanah untuk peserta PRONA adalah

berasal dari APBN tahunan.

Syarat administrasi yang dimaksud adalah sebagai berikut, yang sesuai dengan

hal. 55 :

1. Formulir pendaftaran, yang berisikan sebagai berikut :

a. Subyek : Nama, umur, Warga Negara, pekerjaan, tempat tinggal, tanggal

lahir.

b. Obyek : Letak tanah, status tanah dan luas SKPT

Page 51: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

39

c. Lampiran : Surat keterangan Kepala desa/ Kepala Kelurahan tentang

riwayat perolehan tanah.

2. Materai (minimal 5 Buah)

3. Patok BPN (Batas pemilikan, masing-masing 4 Buah)

4. Foto Copy (Yaitu data dari Pemohon)

Page 52: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

40

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian empiris yaitu meneliti tentang pelaksanaan

pendaftaran tanah untuk kepastian hukum melalui PRONA dengan lokasi di Kelurahan

Bandungrejosari Kecamatan sukun Kota Malang. Penelitian yang dilakukan dengan

mempelajari gejala-gejala yang terjadi dalam masyarakat dengan banyaknya tanah yang

belum didaftar, berkaitan dengan pelaksanaan proses pendaftaran tanah sebagai jaminan

kepastian hukum dan menyesuaikan dengan aturan hukum tentang pendaftaran tanah ang

berlaku yaitu UUPA (Undang Undang Pokok Agraria) dan PP No. 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah.

Dengan demikian dalam penelitian ini melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan

PRONA (Proyek Operasi Naional Agraria) di Kota Malang, khususnya tentang

Keberhasilan atau tidaknya.

3.2 Pendekatan Penelitian

Agar penulisan ini memperoleh hasil yang obyektif, maka dibutuhkan data-data

dan informasi-informasi faktual dan relevan. Pendekatan masalah yang digunakan dalam

penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis sosiologis, yaitu penulis membahas

hambatan yang timbul dalam pelaksanaan pendaftaran tanah melalui PRONA di

Kelurahan Bandungrejosari Kecamatan Sukun Kota Malang dan upaya yang dilakukan

Kantor Pertanahan Kota Malang untuk menanggulangi hambatan-hambtan dalam

Page 53: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

41

pelaksanaan pendaftaran tanah melalui PRONA yang diatur dalam PP. No. 24 Tahun

1997.35

3.3 Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian adalah di Kelurahan Bandungrejosari Kecamatan Sukun

Kota Malang dan instansi Kantor Pertanahan Kota Malang yang beralamat di Jalan

Danau Jonge No. 1 Malang termasuk pada Kelurahan Madyopuro. Penentuan lokasi ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa di lokasi ini pada tahun 2006 dan 2007 telah

dilaksanakan PRONA di samping itu daerah tersebut masih banyak penduduknya yang

belum mendaftarkan hak atas tanahnya. Pada pemilihan instansi di Kantor Pertanahan

Kota Malang, karena yang melaksnakan PRONA. Dalam PRONA Tahun 2007 ini yang

menerima pelaksanaan pendaftaran tanah secara massal sebanyak 300 pemohon /

pemegang hak.

3.4 Tehnik Pengumpulan Data

Dari data penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Pengumpulan

datanya dengan cara :

a. Terhadap Data Primer :

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung atau wawancara dari

para responden. Respondennya adalah :

1. Kepala Kelurahan dan Staf bagian Kependudukan di Kantor Kelurahan

Bandungrejosari Kecamatan Sukun Kota Malang

2. Pimpinan Proyek PRONA di Kantor Pertanahan Kota Malang 35 Ronny Hanjito Soemitro, 1960, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 6.

Page 54: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

42

3. Peserta PRONA Kelurahan Bandungrejosari Kecamatan Sukun Kota

Malang sebanyak 300 peserta tetapi hanya di abil 10 orang ditentukan

secara acak.

b. Terhadap Data Primer :

Pengumpulan data sekunder didapatkan dengan cara studi dokumen juga

melakukan pengumpulan data di Kantor Pertanahan Kota Malang dan

Kelurahan Bandungrejosari Kecamatan Sukun Kota Malang yang kemudian

diolah oleh penulis.

3.5 Tehnik Analisis Data

Setelah data primer dan data sekunder terkumpul, selanjutnya diadakan analisis

dengan menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu menganalisis segala sesuatu yang

dinyatakan responden secara tertulis maupun lesan sehingga memberikan data yang

seteliti mungkin. Berdasarkan analisis ini selanjutnya diupayakan untuk mengambil

kesimpulan secara umum yang sesuai dengan permasalahan, sehingga dalam

penjelasannya nanti akan diharapkan dapat memperjelas pokok permasalahan.

3.6 Definisi Operasional

a. Pendaftaran Tanah dalam penelitian ini adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengelolaan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.36

36 A. P. Parlindungan, op.cit., hal. 70.

Page 55: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

43

b. ” Kepastian hukum berarti hal yang dapat ditentukan (bepaalbaarheid) dari

hukum, dalam hal-hal yang konkret. Pihak-pihak pencari keadilan (yustisiabelen)

ingin mengetahui apakah hukum dalam suatu keadaan atau hal tertentu, sebelum

ia memperoleh dengan perkara.”37

c. ”PRONA atau Proyek Operasi Nasional Agraria adalah merupakan suatu usaha

pemerintah dengan suatu subsidi untuk melakukan pendaftaran tanah secara

massal. Bertolak dari beberapa proyek yang pernah dilakukan di beberapa daerah,

maka percepatan pendaftaran tanah itu dilakukan dan hal ini juga disebutkan

sebagai program pemerintah dalam Repelita IV.”38

37 Van Apeldoorn, Op.cit hal 105 38 AP. Parlindungan . Op.cit, hal 45

Page 56: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

44

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum Lokasi Penelitian.

4.1.1 Keadaan Geogrfis Kelurahan Babdungrejosari.

Kelurahan Bandungrejosari terletak di Kecamatan Sukun Kota Malang.

Kelurahan Bandungrejosari memiliki luas sebesar 454,273 Ha, dengan batas wilayah

secara geografis terletak ± 0,2 jarak ke Pusat pemerintahan Kecamatan dan ± 2 Km

jarak ke Pusat pemerintahan Kota Malang. Adapun penggunaan dan peruntukan lahan

tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

Tabel 1

Penggunaan Lahan di Kelurahan Bandungrejosari

NO PENGGUNAAN

LAHAN LUAS LAHAN (Ha)

1 Tanah Sawah 149,572

2 Bangunan 89,452

3 Ladang/ Huma 63

4 Fasilitas Sosial 232,249

JUMLAH 454,273

Sumber : Kantor Kelurahan Bandungrejosari Tahun 2008 Diolah Oleh Penulis

Page 57: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

45

Dari keterangan diatas menunjukan bahwa penggunaan lahan di Kelurahan

Bandugrejosari banyak digunakan untuk Fasilitas Sosial berupa tempat ibadah dan

sarana pendidikan. Sedang sisanya masih banyak berupa lahan sawah / pertanian.39

4.1.2 Keadaan Penduduk Kelurahan Bandungrejosari.

Masyarakat yang berada di wilayah Badungrejosari cukup heterogen, dimana

terdapat perpaduan antara penduduk asli dengan pendatang, sehingga menjadikan

kondisi masyarakat cukup beragam. Tipikal penduduk asli yang masih memegang

perilaku desa bergabung dengan pendatang yang rata-rata sumber daya manusianya

cukup memadai. Kondisi ini merupakan potensi yang sangat potensial untuk

dikembangkan dengan menyusun suatu sinergitas sehingga program-program

Kelurahan maupun program-program kemasyarakatan dapat berjalan.

4.1.3 Data Penduduk.

Jumlah penduduk di Kelurahan Bandungrejosari setiap tahunnya mengalami

peningkatan, pertambahan tersebut dikarenakan beberapa faktor antara lain

bertambahnya angka kelahiran bayi, mahasiswa yang mengikuti pendidikan, serta

tenaga kerja (Buruh Kerja). Selain itu dengan dibangunnya beberapa Perumahan di

wilayah Bandungrejosari juga cukup memberikan dampak yang signifikan terdapat

pertambahan jumlah penduduk.

Akan tetapi pada Tahun 2006 ke Tahu 2007 terdapat penurunan jumlah penduduk

yang dikarenakan banyak penduduk yang pindah (Mutasi Keluar). Pada Tahun 2006

jumlah penduduk sebanyak 26.537 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 12.931

jiwa dan penduduk perempuan 13.606 jiwa. Sedangkan pada Tahun 2007 jumlah

39 Hasil Wawancara dengan Bapak Roihan. Soeleman, Bagian Kependudukan di Kelurahan Bandugrejosari, 10 November 2008.

Page 58: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

46

penduduk yang terdata sebanyak 26.337 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki

13.247 jiwa dan penduduk perempuan 13.090 jiwa.

4.1.3.1 Jumlah Penduduk

Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin dapat

ditampilkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

Jumlah NO Kelompok Usia

2006 2007

1 0 - 12 Bulan 1.046 1.014

2 >1 - < 5 Tahun 5.979 5.947

3 > 5 - < 7 Tahun 4.494 4.462

4 >7 - < 15 Tahun 5.684 5.652

5 > 15 – 56 Tahun 6.017 5.977

6 > 56 Tahun 3.317 3.285

JUMLAH 26.537 26.337

Sumber : Kantor Kelurahan Bandungrejosari Tahun 2008

Dalam tabel 2 ini dapat dilihat bahwa jumlah tertinggi penduduk Kelurahan

Bandungrejosari adalah usia 15 sampai 56 Tahun. Selain itu pada tahun 2006 dan

2007 dapat dilihat terjadinya penuruna jumlah penduduk sebesar 200 orang.

Penurunan ini menurut Kepala Kelurahan Bandungrejosari diakibatkan adanya

perpindahan sebagian penduduk ke daerah lain.

Page 59: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

47

4.1.3.2 Mata Pencaharian

Jumlah penduduk apabila ditinjau dari mata pencaharian yang dilakukan maka

dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 3

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani Pemilik Tanah 225

2 Petani Penggarap Tanah 311

3 Buruh Tani 228

4 Pengusaha Sedang/ Besar 97

5 Pengrajin / Industri Kecil 2996

6 Buruh Industri 10897

7 Buruh Bangunan 2555

8 Pedagang 2329

9 Pengangkutan 152

10 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 873

11 Anggota TNI 261

12 Pensiunan PNS/ TNI 872

13 Pelajar 4541

JUMLAH 26337

Sumber : Kantor Kelurahan Bandungrejosari Tahun 2008

Dari keterangan diatas menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan

Bandungrejosari bekerja sebagai Buruh Industri. Hal ini sangat dipengaruhi

Page 60: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

48

karena Kelurahan Bandungrejosari merupakan wilayah yang di kelilingi oleh

kawasan industri kecil, menengah dan atas.40

4.2 Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Melalui PRONA di Kelurahan

Bandungrejosari, Kecamatan Sukun, Kota Malang.

Diagram

Pemohon Pendaftaran Tanah Melalui PRONA

Pemohon

Sumber : Kantor Pertanahan Kota Malang (2007) diolah Oleh Penulis

Dari keterangan diatas menunjukan bahwa pada tahun 2006 dan 2007 terjadi

peningkatan. Dikarenakan masyarakat semakin mengerti bahwa sertifikat hak ats tanah

berfungsi sebagai alat bukti yang kuat. Selain itu kesadaran hukum (Pertanahan) pada

masyarakat untuk mensertifikatkan hak atas tanahnya untuk kepastian hukum juga

meningkat. Dengan adanya PRONA masyarakat merasakan adanya fasilitas atau

kemudahan-kemudahan pelaksanaan pendaftaran hak milik atas tanahnya. Jadi peserta

40 Hasil Wawancara dengan Bapak Roihan. Soeleman, Bagian Kependudukan di Kelurahan Bandugrejosari, 10 November 2008

300

219

2006 2007 Tahun

Page 61: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

49

yang mengikuti pendaftaran tanah melalui PRONA pada tahun 2006 dan 2007 berjumlah

519 pemohon.

Gambar : Alur Pelaksanaan Proses Pendaftaran Tanah Melalui PRONA di Kantor

Pertanahan Kota Malang.

Masyarakat / Pemohon

Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan dalam penentuan

menentukan Lokasi Proyek dan Penetapan Nama-nama peserta

PRONA

Kantor Pertanahan Kota Malang Membentuk Tim

Pelaksana Proyek PRONA

Sertifikasi

Proses Sertifikasi

Penelitian berkas oleh Kantor Pertanahan Kota Malang. Dan

peserta bayar pendaftaran

Kantor Pertanahan Kota Malang memberikan Penyuluhan kepada

Masyarakat. Dan mengidentifikasi para peserta PRONA. (misal : KTP, Surat-

surat)

BPN Pusat

Kanwil BPN

Kantor Kelurahan

Kantor Pertanahan Kota Malang

Kantor Pertanahan Kota Malang

Page 62: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

50

PENJELASAN :

1. Badan Pertanahan Nasional (BPN ) Pusat membuat dan mengeluarkan Surat

Keputusan mengenai aggaran untuk PRONA dan menentukan jenis pekerjaan

Proyek yang didalamnya memuat tentang jumlah target fisik dan total anggaran

untuk biaya PRONA. Anggaran tersebut bersumber dari APBN.

2. Kantor Wilayah BPN Provinsi bertugas menerima wewenang dari BPN Pusat

sebagai koordinator dan mengawasi jalannya Proyek di setiap Kota maupun

Kabupaten. Selain itu Kanwil BPN juga berhak menerima laporan tentang status

kegiatan PRONA selama 4 bulan berturut-turut (Triwulan).

3. Kantor Pertanahan Kota menerima Surat Keputusan mengenai jumlah Anggaran

dan jumlah target fisik untuk pelaksanaan PRONA di Kota/ Kabupaten tersebut.

Setelah itu Kantor Pertanahan akan mengedarkan surat ke Kelurahan yang

berisikan akan diadakannya program untuk pelaksanaan PRONA.

4. Kantor Kelurahan setelah menerima surat pengumuman tentang Program PRONA

langsung memberikan pengumuman pada semua masyarakat yang berada di

wilayah tersebut untuk dapat ikut dalam pendaftaran tanah untuk pertama kali

secara massal melalui PRONA. Setelah tugas untuk mengumumkan, aparat

Kelurahan juga termasuk sebagai panitia pelaksana PRONA yaitu bertugas untuk

membantu para pemohon untuk mengisi formulir dan melengkapi syarat-syarat

yang di butuhkan oleh Kantor Pertanahan untuk menjadi peserta PRONA. Diikut

sertakannya Kepala Desa/ Kelurahan dan Tokoh masyarakat setempat itu

disebabkan pada umumnya mereka lebih banyak tau mengenai masalah-asalah

tanah daerahnya serta kebiasaan-kebiasaan yang hidup dalam masyarakat. Lebih

Page 63: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

51

daripada itu akan terlihat adanya partisipasi langsung dari masyarakat dalam

pelaksanaan PRONA ini. Dengan begitu diharapkan pelaksanaan PRONA

menjadi lancar karena mendapatkan dukungan penuh dari seluruh anggota

masyarakat.

5. Masyarakat / Pemohon mengajukan permohonan ke Kantor Pertanahan Kota

melalui Kantor Kelurahan setempat untuk dapat menjadi peserta PRONA. Dalam

keadaan biasa (diluar kegiatan PRONA), pemohonsenantiasa dituntut untuk aktif

dan rajin mengurus permohonannya itu Segala kekurangan persyaratan bila

mungkin ada, harus diusahakan untuk dilengkapinya sendiri. Kelengkapan dari

syarat-syarat yang ditentukan itu akan berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya

penerbitan sertifikat hak tanahnya. Tidak demikian halnya bila permohonan

perolehan sertifikat hak tanah itu dilakukan dalam kegiatan PRONA. Di sini,

kedua belah pihak sama-sama aktif. Pemohon harus mengajukan permohonan

secara kolektif, minimal 5 orang, dan harus berusaha melengkapi persyaratan

yang ditentukan.

6. Kemudian dari pihak Kantor Pertanahan setempat melakukan survey apakah

kelurahan tersebut layak untuk diadakannya PRONA atau pensertifikatan massal.

Jika Kantor Pertanahan sudah melakukan survey dan dinyatakan Kelurahan

tersebut layak untuk diadakan PRONA.

7. Selanjutnya dari Kantor Pertanahan Kota memeriksa data-data tersebut dan jika

sudah layak atau perlu diadakannya PRONA, maka Kantor Pertanahan Kota

mengeluarkan Keputusan mengenai target fisik serta Lokasi kegiatan. Kemudian

setelah masyarakat mendaftar dan Kantor Pertanahan Kota sudah melakukan

Page 64: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

52

survei di Lokasi dan peserta maka akan di turunkan Surat Keputusan jumlah

nama-nama peserta dan kemudian menetapkannya. Selanjutnya Kantor

Pertanahan Kota melakukan pembentukan tim pelaksana PRONA. Dalam

menentukan peserta PRONA.

8. Selanjutnya Kantor Pertanahan Kota melakukan pembentukan tim pelaksana,

Kantor Pertanahan melakukan penyuluhan kepada masyarakat setempat yang

kelurahannya terpilih menjadi tempat dilaksanakannya proyek PRONA, yang

dimana dijelaskan tentang PRONA. Pelaksanaan penyuluhan dilakukan secara

langsung (tatap muka dengan warga masyarakat ditempat tertentu misalnya

Kantor Balai Kelurahan baik secara formal maupun informal. Penyuluhan dengan

tatapmuka itu diselenggarakan dengan teratur sesuai waktu-wktu yang tersedia

bagi warga masyarakat dan mempergunakan bahasa yang mudah dimengerti bila

perlu dengan bahasa daerah setempat. Misal, mempergunakan Bahasa Jawa.

9. Kemudian dari pihak Kantor Pertanahan yang diwakilkan oleh tim pelaksana

proyek, mengindentifikasi bagi yang mengikuti PRONA ( misal : KTP, surat-surat

penting yang diperlukan ).

10. Pihak Kantor Pertanahan melakukan penelitian atas berkas-berkas yang diterima

dari masyarakat yang akan mengikuti PRONA, apakah berkas-berkas tersebut

sudah lengkap dan sesuai. Dalam memproses semua pekerjaan keagrariaan itu

selalu berdasarkan siklus agraria. Adapun bentuk fasilitas ataupun kemudahan

yang diberikan oleh Pemerintah kepada pemegang hak atas tanah itu adalah

berupa keringanan dalam hal pembiayaan dan percepatan proses penyelesaian

sertifikat hak atas tanahnya. Berkenan dengan pemberian fasilitas yang berupa

Page 65: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

53

percepatan proses penyelesaian sertifikat hak atas tanah, bukan berarti bahwa

dalam pelaksanaannya menyimpang dari peraturan perundangan yang berlaku.

Dalam PRONA ini, proses pensertifikatan tanah diusahakan dalam waktu yang

amat singkat, namun tidak boleh meninggalkan soal kecermatan dan ketelitian

dalam penangannya sebab, apabila ada kesalahan atau kelalaian akan

menyebabkan gagalnya tujuan yang hendak di capai itu, yaitu kepastian hukum

mengenai hak-hak atas tanah.

11. Setelah dilakukan penelitian atas berkas maka Kantor Pertanahan mendaftar dan

mendata para peserta PRONA membayar biaya pendaftaran yang telah ditetapkan

oleh Kantor Pertanahan.

12. Setelah melakukan pembayaran, masyarakat diberi patok sebanyak 4 buah dan

kemudian masyarakat memasang patok tersebut dan pihak Kantor Pertanahan

mengukur luas dari tanah.

13. Setelah dilakukannya pengukuran, Kantor Pertanahan mengeluarkan

pengumuman yang isinya nama pemilik, bentuk bidang tanah, batas-batas

kepemilikan dengan alamat. Dan diharapkan dari masyarakat untuk melihatnya ke

Kantor Pertanahan.

14. Sebelum diterbitkannya sertifikat oleh bidang tugas pendaftaran tanah, terlebih

dahulu harus diteliti dengan seksama apakah ada atau tidak pelanggaran terhadap

ketentuan-ketentuan mengenai Tata Guna Tanah maupun Pengurusan Hak Tanah.

Jika dari pengumuman tersebut tidak ada komplain atau kesalahan maka kantor

Pertanahan akan menerbitkan yaitu SERTIFIKAT. Sertifikat hak tanah adalah alat

bukti pemilikan/ penguasaan tanah. Sertifikat hak tanah merupakan produk-

Page 66: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

54

produk akhir dari proses pendaftaran tanah. Jadi, jika masyarakat sudah

mensertifikatkan tanahnya, maka diharapkan akan tercapailah salah satu tujuan

UUPA yaitu terciptanya kepastian hukum hak hak atas tanah bagi rakyat

seluruhnya.

Menurut pandangan masyarakat yang ikut dalam kegiatan PRONA pada Tahun

2007 setelah mengikuti pelaksanaan pendaftaran tanah melalui PRONA.

Tabel 4

Tanggapan Masyarakat Peserta PRONA

NO TANGGAPAN FREKUENSI PROSENTASE

a Setuju 13 orang 100 %

b Kurang Setuju - -

c Tidak Setuju - -

JUMLAH 13 orang 100 %

Sumber : Data Primer (2007) diolah

Tujuan dengan dilaksanakan PRONA ternyata dari 13 orang responden menyatakan

setuju atas diadakannya PRONA karena memberikan pelayanan pendaftaran tanah

pertama kali dengan proses atau prosedur yang sederhana, mudah, cepat, dan biaya

murah dalam rangka percepatan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia. Segala

pendaftaran tanah masih tetap menggunakan siklus agraria, pada prinsipnya dasar

yang digunakan tidak berubah, hanya dalam PRONA didapatkan suatu kemudahan-

kemudahan saja. Khususnya pelaksanaan PRONA di Kota Malang juga tetap

dilaksanakan dengan lancar. Hambatan-hambatan tidak begitu tampak, sebab target-

Page 67: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

55

target yang dilaksanakan bisa diatasi. Sehingga masyarakat sangat mendukung

dengan adanya pelaksanaan PRONA ini, selain itu juga dapat mengetahui banyak

tentang manfaat dari suatu Sertifikat Tanah.

Tabel 5

Manfaat PRONA Bagi Masyarakat

No Manfaat Frekuensi Presentase

a Sangat Bermanfaat 13 orang 100 %

b Kurang Bermanfaat - -

c Tidak Setuju - -

Jumlah 13 orang 100 %

Sumber : Data Primer (2007) diolah oleh penulis

Menurut data pada tabel 5, responden berpendapat bahwa PRONA mempunyai manfaat

yang sangat besar bagi masyarakat yang selama ini belum mengerti tentang pentingnya

sertifikat dalam suatu hak kepemilikan atas tanah. Sehingga masyarakat sekarang dapat

mengerti besarnya manfaat suatu sertifikat dan dapat terhindar dari masalah pertanahan

realitanya pada dewasa ini menjadi problem dan telah banyak masalah pertanahan ini

yang menimbulkan perselisihan antara pihak-pihak yang bersangkutan. Selain itu

masyarakat golongan ekonomi lemah dapat lebih mudah untuk mendaftarkan tanahnya

untuk mendapatkan sertifikat sebagai alat pembuktian yang kuat.

Page 68: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

56

Tabel 6

Respon Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan PRONA

oleh Kantor Pertanahan

No Biaya Frekuensi Prosentase

a Biaya Murah 13 orang 100 %

b Biaya Cukup - -

c Biaya Mahal - -

Jumlah 13 orang 100 %

Sumber : Data Primer (2007) diolah oleh Penulis

Dari 13 responden pada tabel 6, 13 orang atau 100 % menyatakan biaya yang

dikeluarkan untuk pelaksanaan PRONA yang ditanggung oleh peserta sangatlah murah

untuk kalangan masyarakat ekonomi seperti di Kelurahan Bandungrejosari. Karena

mereka tidak perlu membayar beaya pendaftaran hak atas tanah tetapi mereka hanya

membeli formulir pendaftaran, petok BPN dan materai serta menyiapkan foto copy data

diri (syarat administrasi). Bagi masyarakat Kelurajhan Bandungrejosari motivasi

mensertifikatkan tanahnya cenderung dipengaruhi oleh lingkungan sosial budayanya,

yaitu dipengaruhi oleh anggota masyarakat lainny, lebih-lebih adanya kesempatan

memperoleh sertifikat dengan biaya murah melalui PRONA.

Page 69: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

57

Tabel 7

Prosedur Pelaksanaan PRONA

NO Prosedur Frekuensi Presentase

a Mudah dan Cepat 13 orang 100 %

b Mudah dan Rumit - -

c Rumit - -

JUMLAH 13 orang 100 %

Sumber : Data Primer (2007) diolah

Prosedur pelaksanaan PRONA menurut 50 responden sangatlah mudah dan proses

berjalan dengan cepat tanpa adanya birokrasi. Dari sini para peserta PRONA tidaklah

perlu datang sendiri mengurus kelengkapan data-data dari peserta ke Kantor Pertanahan

Kota Malang. Dan juga mereka menyatakan proses penyelesaian untuk menjadi

sertifikat sangat cepat, karena dari pihak Kantor Pertanahan sudah memilki target untuk

dapat menyelesaikan dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. Dimaksudkan. target

untuk menyelesaikan PRONA adalah tahap penyuluhan, penataan, pengukuran, panitia

nelakukan peninjauan lapang dan proses sertifikat.

Meskipun telah lebih seperempat abad berlakunya peraturan tentang pendaftaran tanah

di Indonesia, namun demikian kenyataan menunjukan bahwa harapan yang dicita-

citakan oleh undang-undang masih jauh dari yang diinginkan.

Demikian pula Kelurahan Bandungrejosari Kota Malang, masih banyak pemilik tanah

yang belum mendaftarakan hak miliknya, sehingga mereka belum mempunyai sertifikat

yang berfungsi sebagai alat pembuktian yang kuat atas suatu bidang tanah ataupun

satuan rumah.

Page 70: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

58

Tabel 8

PRONA Memberikan Kepastian Hukum

NO Responden Frekuensi Prosentase

a Kantor Pertanahan Kota 1 orang 30 %

b Kantor Kelurahan Bandungrejosari 2 orang 20 %

c Peserta PRONA/ Masyarakat 10 orang 50%

Jumlah 13 orang 100 %

Sumber : Data Primer (2008) diolah oleh penulis

Dari 13 orang responden yang terdiri dari 1 orang dari Kantor Pertanahan Kota Malang

yaitu Pimpinan Proyek PRONA 2007, 2 orang dari Kantor Kelurahan Bandungrejosari

(Kepala Kelurahan dan Staf Bagian Kependudukan), dan 10 orang dari peserta PRONA

2007. Mengatakan bahwa mensertifikatkan tanah melalui PRONA juga dapat

memberikan Kepastian Hukum, meskipun pensertifikatan tanah melalui PRONA

dengan biaya murah, tetapi dalam melakukan proses pensertfikatan tanah melalui

PRONA sama halnya dengan pensertifikatan biasa, karena petugas PRONA dalam

memproses semua pekerjaan keagrariaan itu selalu dengan siklus agraria. Siklus agraria

ini meliputi, pengumpulan, pengelolaan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan

data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah

dan satau rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-

bidang tanah yang ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak hak

tertentu yang membebaninya ( sesuai dengan pasal 1 butir 1 pada PP No. 24 Tahun

1997 tenang pendaftaran tanah). Jadi dengan mensertifikatkan tanah melalui PRONA

juga dapat memberikan kepastian hukum dari hak-hak atas tanah.

Page 71: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

59

Kepastian Hukum itu meliputi :

a. Kepastian mengenai orang/ Badan Hukum yang menjadi pemegang hak

b.Kepastian Mengenai letak, batas-batas serta luas bidang-bidang tanah

Tabel 9

Luas Tanah Bersertifikat dan Belum Bersertifikat

No Tanah Luas Tanah (Ha) Prosentase

a Bersertifikat 30 10 %

b Belum Bersertifikat 272 90 %

Jumlah 302 100 %

Sumber : Kantor Kelurahan Bandungrejosari (2008) Diolah Oleh Penulis

Luas wilayah Kelurahan Bandungrejosari 454,273 Ha, jumlah penggunaan lahan yang

disertifikatkan berupa lahan sawah, Bangunan dan ladang seluas 302 Ha, yang tidak

disertifikatkan adalah fasilitas sosial yang luasnya 232,249 Ha. Dari 302 Ha baru 30 Ha

atau 10 % bidang tanah yang sudah bersertifikat, sedangkan 272 Ha atau 90 % belum

disertifikatkan. Kesadaran untuk mendaftarkan hak atas tanah dari penduduk asli lebih

rendah dari pada kesadaran penduduk pendatang dan para pemilik usaha, alasan

penduduk asli lebih rendah dari pada kesadaran penduduk pendatang dan para pemilik

usaha, alasan penduduk asli kurang mempunyai kesadaran untuk mendaftarakan

tanahnya adalah faktor biaya yang besar dan prosesnya lama, tetapi penduduk

pendatang justru mempunyai kesadaran yang tinggi untuk mendaftarkan tanahnya

untuk alat pembuktian yang kuat. Selain itu para pengusaha kecil, menengah dan atas

juga mempunyai kesadaran yang tinggi untuk mendaftarkan hak miliknya karena untuk

mengurus usahanya di wilayah Bandungrejosari.

Page 72: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

60

Dari Luas tanah 302 Ha, 272 Ha tanah yang belum/ tidak mempunyai sertifikat di

wilayah Bandungrejosari masih menggunakan petok D sebagai tanda bukti pemilikan hak

atas tanahnya karena dari semua peserta PRONA tanahnya merupakan tanah yasan.

Padahal sebagaimana diketahui bahwa petok D hanya berfungsi untuk menentukan siapa

yang harus membayar pajak tanah tersebut serta menetapkan besarnya pajak yang harus

di bayar oleh mereka yang namanya tercantum dalam petok D tersebut serta merpakan

riwayat tanah tersebut . Dengan kata lain bahwa petok D hanya merupakan tanda bukti

pembayaran pajak atas tanah saja dan belum mempunyai kekuatan, petok D ini adalah

merupakan terawangan atau kutipan yamg dilegalisir yang dibuat oleh kantor Kelurahan

di wilayah tersebut.

Salah satu kebijaksanaan Pemerintah untuk mengatasi masalah pendaftaran tanah

yaitu dalam rangka memperlancar persertifikatan tanah dan mengusahakan sebanyak

mungkin pemilik hak atas tanah memiliki sertifikat yang saat ini sedang dilaksanakan

hampir di seluruh Kabupaten / Kota yang ada di Indonesia adalah melalui Proyek Operasi

Nasional Agraria (PRONA).

PRONA merupakan suatu kegiatan atau usaha yang diselenggarakan oleh

Pemerintah dengan suatu subsidi untuk melakukan pendaftaran tanah pada khususnya

secara massal dan di tujukan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah sampai

menengah yang berada di desa miskin / tertinggal, daerah penyangga kota, daerah miskin

kota, pertanian subur atau berkembang, atau daerah pengembangan ekonomi rakyat.

Dengan PRONA ini Pemerintah merangsang kepada pemegang hak atas tanah agar mau

mensertifikatkan tanahnya dan berusaha memberikan kemudahan-kemudahan dalam

Page 73: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

61

pelayanan pendaftaran tanah pertama kali dengan proses yang sederhana, mudah, cepat

dan murah dalam rangka percepatan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia.

Kemudahan yang bersifat sederhana adalah masyarakat yang mau mendaftarkan

hak miliknya tidak perlu datang dan mengurus ke kantor Pertanahan. Kemudian yang di

maksud dengan mudah dan murah yaitu prosedur-prosedur untuk para peserta PRONA

mudah, karena hanya dengan membeli dan mengisi blanko, materai, foto copy data diri

(Kartu Keluarga dan KTP), Surat tanah atau Petok D, serta untuk tanah hamparan atau

sawah harus membeli patok BPN (untuk batas pemilikan tanah). Serta yang dimaksud

cepat adalah proses pelaksanaannya sangat singkat karena Kantor Pertanahan telah

mempunyai program-program kegiatan yang sudah disiapkan, yaitu dengan 4 kali tahap.

Berkenan dengan pemberian kemudahan-kemudahan dalam percepatan proses

penyelesaian sertifikat hak atas tanah, bukan berarti bahwa pelaksanaannya menyimpang

dari perturan perundangan yang berlaku. Dalam PRONA ini proses pendaftaran tanah

diusahakan dalam waktu yang singkat namun tidak meninggalkan soal kecermatan d

ketelitian dalam penanganannya.

Salah satu kelurahan di kota Malang pada tahun 2007 yang telah melaksanakan PRONA adalah kelurahan Bandungrejosari Kecamatan Sukun yang menurut keterangan kepala kelurahan Bandungrejosari Sukun bahwa dilaksanakannya PRONA di kelurahan Bandungrejosari didasari oleh adanya kenyataan bahwa masih banyak penduduk yang belum mepunyai sertifikat sebagai bukti hak atas tanahnya dengan berbagai alasan, terutama alasan ekonomi. Sehingga dengan adanya PRONA ini dapat membantu masyarkat unuk mendapatkan sertifikat tanah yang dimilikinya secara masal dengan biaya yang ringan, mudah dan cepat. 41

41 Hasil Wawancara dengan pimpinan proyek PRONA dikantor pertanahan kota Malang tanggal 28 februari 2008

Page 74: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

62

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang mejadi motivasi

dilaksanakannya pendaftaran tanah melalui PRONA di Kelurahan Bandugrejosari antara

lain:

a. 90 % bidang tanah yang belum mempunyai sertifikat tanah.

b. membantu masyarakat untuk memperoleh sertifikat, terutama dari masyarakat

golongan ekonomi lemah yang selama ini merasa keberatan untuk mengusahakan

sendiri, karena biayanya yang dirasa cukup mahal, sehingga masalah biaya ini

dianggap sebagai hambatan untuk mendaftarkan tanahnya.

Dalam pelaksanaan PRONA Kelurahan Bandungrejosari pada tahun 2007

diajukan sebanyak 300 permohonan, dan telah terbit pula sertifikat sebanyak permohonan

yang diajukan.

Menurut Kepala Bagian PRONA Kota Malang bahwa besarnya biaya yang harus

dibayar oleh semua peserta PRONA adalah sama, tanpa melihat luas tanah yang di

PRONA kan. Setiap peserta hanya dikenakan biaya administrasi saja, sedangkan untuk

biaya lain-lain ditanggung oleh pemerintah.42

Uraian ini jabaran dari biaya PRONA, sebagaimana ditulis dihalaman 35.

Administrasi yang harus dipenuhi oleh setiap peserta/ pemohon PRONA untuk

penerbitan sertifikat adalah dengan rincian sebagai berikut :

a. Formulir pendaftaran : Rp 15.000,-

b. Foto copy ( lembaran –lembaran dan data diri : Rp 5.000.-

yang di legalisir dari Kelurahan )

c. Materai (minimal 5 buah) @ 6.000 ± Rp 5 x 7000 : Rp 35.000,-

42 Hasil Wawancara dengan pimpinan proyek PRONA dikantor pertanahan kota Mlang tanggal 28 Februari 2008

Page 75: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

63

d. Patok BPN (batas pemilikan masing-masing 4 buah) : Rp 40.000,-

Jumlah ± Rp 90.000,-

Untuk mendaftarkan tanahnya pemohon tidak perlu datang ke Kantor pertanahan

Kota Malang, tetapi cukup ke Kantor Kelurahan Bandungrejosari saja dan

pemohon hanya mengeluarkan biaya ± Rp 90.000 untuk perlengkapan berkas dan

yang di butuhkan oleh Kntor Pertanahan.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi peserta PRONA untuk dapat masuk dalam

Kantor Pertanahan adalah sebagai berikut :

a. Blanko ( Formulir Pendaftaran)

b. Idintitas pemohon ( Foto copy dilegalisir dengan aslinya)

c. Identitas tanah

( Foto copy leter D yang telah dilegalisir sesuai dengan aslinya oleh lurah)

d. Surat keterangan riwayat tanah yang dibuat oleh Lurah

e. Surat pernyataan penguasaan fisik bidang tanah

f. Surat pernyataan telah memasang tanda batas

g. SPPT atau PBB tahun berjalan

h. Surat pernyataan bahwa tanah tersebut tidak ada sengketa

i. Surat pernyataan menerima beda luas dan batas.

Tanggapan Masyarakat tentang Pelaksanaan PRONA di Kelurahan

Bandungrejosari.

a. Menurut Lurah Bandungrejosari :

Bahwa pelaksanaan Pendaftaran tanah melalui PRONA di Kelurahan

Bandungrejosari mendapatkan tanggapan yang sangat positif dan mendapatkan

Page 76: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

64

dukungan sangat besar dari warga masyarakat, bahkan warga masyarakat

mengharapkan agar pada tahun-tahun mendatang program ini akan dilaksanakan

lagi di Kelurahan Bandungrejosari. Sesuai dengan harapan Pemerintah, PRONA

ternyata benar-benar mendapatkan tanggapan positif dari segenap lapisan

masyarakat, khususnya pemegang hak atas tanah. Mereka berbondong-bondong

mendaftarkan diri sebagai peserta PRONA. Dalam kurun waktu yang relatif

singkat dapat diproses ratusan sertifikat hak tanah dan dapat di bagi-bagikan

kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan.

b. Menurut Kantor Pertanahan Kota Malang :

Dalam hal pelaksanaan pendaftaran Tanah melalui PRONA di Kelurahan

Bandungrejosari, Kantor Pertanahan sedikit mendapatkan kesulitan yaitu

dukungan dari masyarakat tentang kelengkapan berkas kurang dan kurangnya

dukungan dari aparat kelurahan sehingga pemberkasan yang ada di Kelurahan

tidak bisa segera selesai. Tetapi ada faktor penunjang di Kelurahan

Bandungrejosari yaitu setelah ditunjuk sebagai lokasi PRONA pihak Kelurahan

sebelumnya mengumumkan lebih dahulu pada masyarakat bahwa Proyek Operasi

Nasional Agraria akan dilaksanakan. Dengan adanya pengumuman itu kemudian

pemohon mendaftarkan diri ke Balai Kelurahan.

c. Menurut Masyarakat Kelurahan Bandungrejosari :

Dengan diadakannya pendaftaran tanah melalui PRONA masyarakat Kelurahan

Bandungrejosari menjadi semakin menyadari bahwa alat bukti hak milik yang

kuat adalah Sertifikat dan bukan Petok D.

Page 77: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

65

Menurut penulis dengan perundang-undangan yang berlaku, tetapi tanpa

kesadaran masyarakat pelaksanaan PRONA tentu tidak dapat berjalan sebagaimana yang

diharapkan.

4.3 Hambatan yang Timbul Dalam Proses Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Melalui

PRONA

Hambatan yang dimaksudkan dapat berasal dari masyarakat maupun dari pihak

pemerintah sendiri, dalam hal ini Kantor Pendaftaran Tanah (Kantor Pertanahan) Kota

Malang dan Kantor Kelurahan Bandungrejosari.

a. Adapun yang menjadi penghambat dari pihak Kantor Pertanahan adalah :

1. Terbatasnya jumlah tenaga pelaksana (petugas ukur, pengumpul data

yuridis dan tenaga komputer) dan kekurangan infrastruktur pendaftaran

atau peralatan ukur yang tersedia sedangkan pekeerjaan yang harus

diselesaikan dalam penyelenggaraan proses pendaftaran tanah melalui

PRONA cukup banyak. Sehingga kerja panitia PRONA tidak maksimal,

karena mereka juga tetap melayani pendaftaran tanah yang reguler di

Kantor Pertanahan.

2. Kurangnya penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat khususnya

pemegang hak atas tanah mengenai masalah pendaftaran tanah.

Penyuluhan hanya dilakukan pada tahun 2006 sedangkan PRONA 2007

tidak ada penyuluhan.

Page 78: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

66

b. Hambatan yang berasal dari Kantor Kelurahan Bandungrejosari :

Koordinasi antara Kantor pertanahan dengan Kantor Kelurahan Bandungrejosari

kurang efektif, sehingga pemberkasan yang ada di Kelurahan tidak bisa segera

selesai sehingga dapat mengulur waktu pelaksanaan PRONA.

c. Sedangkan yang menjadi penghambat berasal dari masyarakat, antara lain adalah :

1. Pada waktu pendaftaran, persyaratan pendaftaran hak atas tanah yang

diperlukan untuk kelengkapan dalam mengajukan permohonan untuk

pensertifikatkan melalui PRONA kurang lengkap, sehingga pemohon

terpaksa harus melengkapi lebih dahulu semua persyaratan yang

diperlukan, untuk mengurus hal tersebut memerlukan waktu.

2. Masyarakat lebih beranggapan bahwa dengan petok D saja tanah hak

memil kereka sudah mempunyai kekuatan hukum dan kekuatan

pembuktian. Sehingga sudah merasa aman dari gangguan pihak lain atas

tanah yang dimilikinya.

3. Pada waktu pendataan pemohon sering tidak ada di tempat.

4. Pada waktu penyerahan/ pengambilan sertifikat pemilik berada di luar

Kota dan pengambilan sertfikat bukan yang bersangkutan.

4.4 Upaya yang Dilakukan Kantor Pertanahan Untuk Menanggulangi Hambatan-

hambatan dalam Pelaksanaan Proses Pendaftaran Tanah Melalui PRONA.

Dalam hal ini Kantor Pertanahan melakukan upaya dengan jalan antara lain :

1. Penyuluhan

Page 79: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

67

Kegiatan penyuluhan dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Malang dibantu

oleh panitia Kelurahan. Adapun sasaran dalam penyuluhan ini adalah para

penerima PRONA, Kepala Kelurahan, Tokoh Masyarakat, Staf Kecamatan dan

pihak lain yang terkait.

Adapun materi penyuluhan yang diberikan oleh Kantor Pertanahan Kota

Malang meliputi :

a. Lokasi yang akan dilakukan proyek PRONA

b. Tujuan diadakannya kegiatan Pendaftaran tanah melalui PRONA

c. Tata cara pendaftaran Tanah melalui PRONA

d. Hak dan Kewajiban penerima PRONA sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

e. Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh.

f. Jadwal pelaksanaan Kegiatan

g. Pemberitahuan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi.43

2. Partisipasi Masyarakat dan perangkat Kantor Pertanahan

Diminta partisipasi kepada masyarakat untuk mengadakan kegiatan melengkapi

berkas-berkas (berkas permohonan) yang dibantu oleh tokoh masyarakat dan

perangkat Kelurahan. Agar dapat berjalan dengan lancar.

3. Diberikan jadwal pelaksanaan PRONA dari mulai waktu pendaftaran sampai

penyerahan atau pengambilan sertifikat.

4. Apabila pemohon pada saat pendataan tidak ada ditempat atau keluar Kota,

tandatangan tidak harus bersangkutan tetapi bisa kuasanya/ yang mewakili

43 Hasil Wawancara Penulis dengan Pimpinan Proyek ( PRONA) pada tanggal 28 April 2008

Page 80: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

68

5. Pada waktu penyerahan/ pengambilan sertifikat pemohon tidak dapat mengambil

sendiri, maka dapat memberikan kuasa dan membuat surat kuasa untuk dapat

mengambil sertifikat.

Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka mengatasi adanya

hambatan dari Kantor Pertanahan antara lain adalah :

a. Menambah peralatan teknis yaitu dengan adanya pengadaan alat ukur, pinjam ke Kanwil setempat atau BPN RI atau juga dapat menyewa alat ukur tersebut, karena alat ukur merupakan alat pelaksanaan kegtiatan operasional dalam pendaftaran tanah khususnya dalam hal melalui PRONA. Serta dengan hambatan dalam kekurangan petugas ukur atau petugas lainnya, upaya yang dilakukan adalah dengan menambah jumlah tenaga pelaksana mengingat pekerjaan yang harus diselesaikan dalam penyelenggaraan PRONA banyak. Penambahan tenaga tersebut dengan cara pemanfaatan staf unit teknis lainnya yang berada di Kantor Pertanahan tersebut tetapi kemampuan SDM harus melalui diklat teknis pengukuran, penugasan/ perbantuan dari Kanwil setempat dan penerimaan/ pengangkatan CPNS, DI, D3 dan S1 Geodesi menambah jumlah tenaga pelaksanaannya. Dengan penambahan jumlah peralatan dan tenaga pelaksana, diharapkan penyelenggaraan pendaftaran tanah melalui PRONA akan dapat berjalan dengan baik.44

b. Mengadakan penyuluhan dan pendekatan-pendekatan untuk memberikan

kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya sertifikat karena faktor

kesadaran masyrakat sangat penting dalam hal mendukung pelaksanaan

aturan. Penyuluhan itu dilakukan setiap akan ada program tentang

PRONA.

c. Pembagian tugas oleh perangkat Kelurahan untuk menyelesaikan berkas-

berkas yang akan dikirim ke Kantor Pertanahan. Agar pelaksanaan

pendaftaran hak dan penerbitan sertifikat berjalan dengan lancar dan tepat

waktu.

44 Hasil Wawancara Penulis dengan Pimpinan Proyek (PRONA) pada tanggal 28 April 2008

Page 81: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

69

Menurut penulis, karena semua faktor penghambat mempunyai alternatif dan

solusi atau upaya maka hambatan teknis tidak menjadi kendala untuk menyelesaikan

target dan sasaran PRONA, oleh karena itu pencapaian sasaran hanya tergantung dari

strategi, manajemen, kinerja Kantor Pertanahan. Selain itu dengan adanya kesadaran dari

masyarakat akan pentingnya mendaftarkan hak atas tanahnya maka akan tercapai

ketertiban dalam pertanahan.

Page 82: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

70

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Dari pembahasan hasil penelitian mengenai pelaksanaan proses

pendaftaran tanah melalui PRONA yang dilakukan oleh Kantor

Pertanahan Kota Malang :

a. Kantor Pertanahan Kota menerima Surat Keputusan dari Kanwil BPN mengenai

jumlah Anggaran dan JUMLAH TARGET FISIK UNTUK PELAKSANAAN

PRONA di Kota/ Kabupaten tersebut. Kemudian Kantor Pertanahan akan

mengedarkan surat ke Kelurahan yang berisikan akan diadakannya program

untuk pelaksanaan PRONA

b. Masyarakat/ Pemohon mengajukan permohonan ke Kantor Pertanahan Kota

melalui Kantor Kelurahan setempat untuk dapat menjadi Peserta PRONA.

c. Kantor Pertanahan setempat melakukan survei tentang kelayakan diadakannya

PRONA atau pensertfikatan massal serta memeriksa data-data tersebut dan jika

sudah layak atau perlu diadakannya PRONA.

d. Kantor Pertanahan Kota mengeluarkan Surat Keputusan mengenai target fisik

serta lokasi kegiatan. Serta mengeluarkan Surat Keputusan jumlah nama-nama

peserta kemudian menetapkannya.

e. Kantor Pertanahan Kota melakukan pembentukan tim pelaksana PRONA

f. Penyuluhan tentang PRONA kepada Masyarakat

Page 83: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

71

g. Kantor Pertanahan yang diwakilkan oleh Tim Pelaksana Proyek,

mengidentifikasi bagi yang mengikuti PRONA (Misal: KTP, Surat-surat penting

yang diperlukan) dan pihak Kantor Pertanahan melakukan penelitian atas

berkas-berkas yang diterima dari masyarakat yang akan mengikuti PRONA.

h. Kantor Pertanahan Kota mendaftar dan mendata para peserta PRONA

membayar biaya pendaftaran yang telah ditetapkan oleh Kantor Pertanahan.

Setelah melakukan pembayaran, masyarakat diberi Patok BPN sebanyak 4 buah

dan kemudian masyarakat memasang patok tersebut dan pihak Kantor

Pertanahan mengukur luas dari tanah.

i. Kantor Pertanahan mengeluarkan pengumuman yang isinya nama pemilik,

bentuk bidang tanah, batas-batas kepemilikan dengan alamat, dan diharapkan

dari masyarakat untuk melihatnya ke Kantor Pertanahan Kota.

j. Jika dari pengumuman tersebut tidak ada komplain atau keberatan dari pihak

pemegang hak atau pihak lain maka Kantor Pertanahan akan membuatkan berita

acara untuk diabuatkan buku tanah dan kemudian di terbitkan Sertifikat.

5.1.2 Hambatan pelaksanaan proses pendaftaran hak atas tanah melalui

PRONA, adalah :

a. Hambatan internal atau hambatan yang dihadapi oleh Kantor Pertanahan,

meliputi :

1. Kurangnya jumlah tenaga pelaksana dan peralatan pengukuran

2. Kurangnya koordinasi antara Kantor Pertanahan dengan Kantor

Kelurahan

Page 84: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

72

3. Kurangnya penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat khususnya

pemegang hak atas tanah mengenai masalah pendaftaran tanah

b. Hambatan eksternal atau hambatan yang dihadapi oleh masyarakat :

1. Persyaratan yang diperlikan untuk kelengkapan dalam mengajukan

permohonan untuk pensertifikatan melalui PRONA kurang lengkap

2. Masih banyak masyarakat yang khususnya peserta PRONA yang masih

mempunyai tanah yang berasal dari warisan yang belum balik atas

namanya sendiri

3. Masyarakat masih beranggapan bahwa petok D merupakan tanda bukti

yang cukup aman

4. Pada waktu pendataan pemohon sering tidak ada di tempat

5. Pada waktu penyerahan/ pengambilan sertifikat pemilik berada di luar

Kota dan pengambilan sertifikat bukan yang bersangkutan

5.1.3 Upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi hambatan

pelaksanaan proses pendaftaran tanah melalui PRONA :

a. Upaya mengatasi hambatan dari pihak Pemerintah :

1. Melakukan koordinasi dengan Kepala Kelurahan tempat pelaksanaan

PRONA

2. Mengusulkan kepada Kantor Pertanahan Kota Malang untuk dilakukan

penambahan tenaga pelaksana dan peralatan teknis untuk dapat berjalan

dengan baik

3. Mengadakan penyuluhan dan pendekatan-pendekatan untuk memberikan

kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya sertifikat karena faktor

Page 85: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

73

kesadaran masyarakat sangat penting dalam hal mendukung pelaksanaan

aturan.

b. Upaya mengatasi hambatan dari pihak Masyarakat :

1. Meminta partisipasi dari masyarakat untuk mengadakan kegiatan

melengkapi berkas yang dibantu oleh tokoh masyarakat dan perangkat

Kelurahan

2. Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya sertifikat hak atas tanah

sebagai alat bukti yang kuat menurut hukum. Kegiatan penyuluhan

dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Malang dibantu oleh Panitia

Kelurahan. Adapun sasaran dalam penyuluhan ini adalah para penerima

PRONA, Kepala Kelurahan, Tokoh Masyarakat, Staf Kecamatan dan

pihak lain yang terkait.

5.2 Saran-saran

1. Hendaknya penyuluhan hukum, khususnya hukum pertanahan tidak hanya dilakukan

dalam rangka PRONA saja, tetapi dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan

dari pejabat yang berwenang demi keberhasilan program pendaftaran tanah demi

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran hukum masyarakat di Bidang Pertanahan.

2. Untuk memenuhi keinginan masyarakat dalam mendapatkan sertifikat, mengingat

betapa pentingnya sertifikat tersebut sebagai alat bukti yang kuat atas tanah yang

dimilikinya, maka perlu adanya peningkatan pelayanan dari Kantor Pertanahan

kepada Masyarakat dalam mengurus sertifikatnya.

Page 86: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

74

3. Mengingat masih banyak masyarakat pemegang hak atas tanah yang belum

mempunyai sertifikat terutama bagi golongan ekonomi lemah, untuk mengatasinya

perlu lebih sering diadakan pensertifikatan massal melalui PRONA. Contohnya di

Kelurahan Bandungrejosari meskipun sudah dua kali mengikuti atau diadakan

PRONA di Kelurahan tersebut meskipun 10 % yang sudah bersertifikat. Untuk itu

masyarakat Kelurahan Bandungrejosari sangat menunggu untuk diadakannya

PRONA di Kelurahan tersebut.

Page 87: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

75

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Achmad Ali, 1996, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis Dan Sosiologis),

Chandra Pratama, Jakarta.

AP. Perlindungan, 1984, Komentar Atas Undang Undang Pokok Agraria, Alumni,

Bandung.

Bachtiar Effendie, 1993, Kumpulan Tulisan Tentang Hukum Tanah, Alumni, Bandung.

Bachtiar Effendie, 1993, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan

Pelaksanaannya, Alumni, Bandung.

Boedi Harsono, 1999, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang

Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta.

Boedi Harsono, 2003, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang

Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta.

Djoko Prakoso, Budiman Adi Purwanto, 1985, Eksistensi PRONA sebagai Pelaksanaan

Mekanisme Fungsi Agraria, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Iman Sudiyat, 1982, Beberapa Masalah Penguasaan Tanah di Berbagai Masyarakat

Sedang Berkembang, Badan Pertanahan Nasional.

Irawan Soerdjono, 2002. Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Di Indonesia, Arkola,

Jakarta.

Page 88: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

76

Muchtar Wahid, 2008, Memaknai Kepastian HukumHak Milik Atas Tanah, Republika,

Jakarta.

Ronny Hanjito Soemitro, 1960, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Soerjono Soekanto, Mustafa Abdullah, 1981, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat,

Rajawali, Jakarta.

Sudjito, 1987, Persertifikatan Tanah Secara Massal dan Penyelesaian Sengketa Tanah

Yang Bersifat Strategis, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Sumardjono Maria S.W, 2005, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi,

Kompas, Jakarta.

Van Apeldoorn, L.j. , 1993, Pengantar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria

Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Peraturan Jabatan Notaris

Perauran Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 Tentang Pendaftaran Tanah

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat

Akta Tanah.

Page 89: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

77

Keputusan Presiden RI Nomor 34 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Nasional di Bidang

Pertanahan.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang Proyek Operasi

Nasional Agraria.

Page 90: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

78

L A M P I R A N

Page 91: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

79

SURAT PERNYATAAN

KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya

Nama : SYARIE TRI ANGGRAENI

NIM : 0410113181

Menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini adalah asli karya penulis, tidak ada karya/

data orang lain yang telah dipublikasikan, juga bukan karya orang lain dalam rangka

mendapatkan gelar kesarjanaan di perguruan tinggi, selain yang diacu dalam kutipan dan

atau dalam daftar pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat, jika dikemudian hari terbukti karya ini

merupakan karya orang lain baik yang dipublikasikan maupun dalam rangka memperoleh

gelar kesarjanaan di perguruan tinggi, saya sanggup dicabut gelar kesarjanaan saya.

Malang,30 Desember 2008

Yang menyatakan,

SYARIE TRI ANGGRAENI

NIM : 0410113181

Page 92: Pelaksanaan Proses Pendaftaran Hak Atas Tanah Untuk Kepastian Hukum Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria Studi Di Kelurahan Bandungrejosari, Kecamatan Sukun Kota Malang

80

RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. Identitas Penulis :

NAMA : SYARIE TRI ANGGRAENI

NIM : 0410113181

Tempat/ Tanggal Lahir : Malang, 26 September 1986

Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jl. Cakalang 235 B

Status Perkawinan : Belum Kawin

B. Riwayat Pendidikan :

1. Pendidikan Formal :

• SDN Polowijen II Malang (1992-1998)

• SLTPN 11 Malang (1998-2001)

• MAN III (2001-2004)

• Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang (2004-2008)

2. Pendidikan Non Formal :

a. Kuliah Kerja Lapang di Kantor Pertanahan Kota Malang

b. Pelatihan Sertifikasi Pajak B (28 April 2008)

c. Kursus Bahasa Inggris di YPIA