inventarisasi tanaman sukun (arthocarpus cummunis
TRANSCRIPT
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
INVENTARISASI TANAMAN SUKUN (Arthocarpus communis) PADA BERBAGAI KETINGGIAN DI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh
Anwar Syadat Siregar
031203034/ Teknologi Hasil Hutan
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Lembaran Pengesahan
Judul Penelitian : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) pada Berbagai Ketinggian di Sumatera Utara.
NAMA : Anwar Syadat Siregar
NIM : 031203034
Program Studi : Teknologi Hasil Hutan
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
Dr. Budi Utomo, SP. MP Arif Nuryawan, S. Hut, M.Si NIP.19700820 200312 1 002 NIP. 19780416 200312 1 003
Mengetahui, Sekretaris Departemen Kehutanan
Dr. Delvian. Sp.MP NIP. 1969 0723 200212 1 001
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
ABSTRACT
This research aimed at detecting the spreading of the Arthocarpus communis kind in various heights in North Sumatra, was based on the height of the place grew, the breadfruit kind that was found, system silviculture that was used, the utilization breadfruit, the processing breadfruit, in the Batubara Regency, Simalungun and Deli Serdang Province North Sumatera during three months from October up to December. The object of the research was the growth of breadfruit with the height of the place 0 – 1100 mdpl. The data collection identification the breadfruit crop, the study of the book, and the primary data with distributed questioner to the respondent, the interview as well as direct observation from the field. The interview data and questioner was processed in the form of the percentage and the table perception the community to the crop breadfruit and the spreading in North Sumatra. From results of the research of showing that the breadfruit crop could grow by being good with the height of the region 0 – 1100 m from sea level, and the height of the region did not influence the growth of breadfruit. Results showed the number that varied in each location of the research.
The key word: Breadfruit Kind, Spreading, Utilization.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi penyebaran jenis Arthocarpus communis pada berbagai ketinggian di Sumatera Utara, berdasarkan ketinggian tempat tumbuh, jenis sukun yang ditemukan, system silvikultur yang digunakan, pemanfaatan buah sukun, pengolahan buah sukun, di Kabupaten Batubara, Simalungun dan Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara selama tiga bulan mulai bulan Oktober sampai dengan bulan Desember. Objek penelitian adalah pertumbuhan sukun dengan ketinggian tempat 0 – 1100 mdpl. Pengumpulan data skunder identifkasi tanaman sukun, studi pustaka, dan data primer dengan membagikan kuisioner kepada responden, wawancara serta pengamatan langsung dilapangan. Data wawancara dan kuisioner diolah dalam bentuk persentase dan tabel presepsi masyarakat pada tanaman sukun.dan penyebaran di Sumatera Utara.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman sukun dapat tumbuh dengan baik dengan ketinggian kawasan 0 – 1100 meter dari permukaan laut, dan ketinggian kawasan tidak mempengaruhi pertumbuhan sukun. Hasil menunjukkan jumlah yang bervariasi di setiap lokasi penelitian.
Kata kunci: Jenis Sukun, Penyebaran, Pemanfaatan.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ANWAR SYADAT SIREGAR. Dilahirkan di Padang Sidempuan pada
tanggal 07 Juli 1983 dari ayah Ahmad Ridwan Siregar dan Ibu Mardiah
Dalimunte. Penulis merupakan anak ke lima dari tujuh bersaudara.
Tahun 1996 penulis lulus dari SDN 114618 Kota Pinang, tahun 1999 lulus
dari SMP Negeri 1 Kota Pinang, selanjutnya pada tahun 2002 penulis lulus dari
SMU Negeri 1 Kota Pinang dan pada tahun 2003 penulis diterima di Universitas
Sumatera Utara melalui jalur SPMB. Penulis memilih Program Studi Teknologi
Hasil Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan
kampus. Pada tahun 2003 hingga 2009 penulis bergabung dengan Himpunan
Mahasiswa Sylva (Himas) sebagai anggota tetap di Universitas Sumatera Utara.
Selain itu penulis juga melaksanakan kegiatan akademik diluar lingkungan
kampus, antara lain melaksanakan Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan
(P3H) di hutan mangrove Bandar Khalifah dan Taman Hutan Raya (Tahura)
Tongkoh, Brastagi pada tahun 2005, melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
di HTI Sumatera Riang Lestari di Bagan Batu, Riau pada tahun 2007. Pada tahun
2009 melaksanakan penelitian di Kabupaten Simalungun, Batubara dan Deli
Serdang Propinsi Sumatera Utara.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikaan penelitian ini. Adapun
judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah ”Inventarisasi Tanaman Sukun
(Arthocarpus communis) pada Berbagai Ketinggian di Sumatera Utara” Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih ketua komisi pembimbing
Bapak Dr. Budi Utomo, SP. MP. dan anggota komisi pembimbing Bapak Arif
Nuryawan S.Hut. M.Si, yang telah membimbing dan memberikan masukan-
masukan dalam penelitian ini. Serta yang paling teristimewa Ayahanda Ahmad
Ridwan Siregar dan Ibunda Mardiah Dalimunte yang telah mengasuh, membiayai,
memberikan dorongan, serta mendoakan penulis sejak kecil hingga menyelesaikan
studi, dan kepada teman- teman yang telah banyak membantu selama melakukan
penelitian.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini masih banyak
terdapat kekurangan, baik dalam penyusunan kata maupun dalam penulisannya.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membimbing dan
membangun guna meningkatkan kualitas dan kesempurnaan penelitian ini.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT.................................................................................................. i ABSTRAK ................................................................................................... ii DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................. iv DAFTAR ISI ............................................................................................... v DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................... 1 Tujuan Penelitian............................................................................ 2 Manfaat Penelitian .......................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA Sukun (Arthocarpus communis) ...................................................... 3 Daerah Asal Penyebaran Sukun ...................................................... 4 Budidaya Sukun ............................................................................. 6 Pembibitan Sukun .......................................................................... 6 Manfaat Tanaman Sukun ................................................................ 10 Kandungan Kimia Tanaman Sukun ................................................ 13 Adaptasi Tanaman Sukun Terhadap Iklim ...................................... 13
METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 14 Bahan dan Alat ............................................................................... 14 Metode Penelitian ........................................................................... 14 Pengumpulan Data ......................................................................... 15 Analisis Data .................................................................................. 16
HASIL DAN PEMBAHASAN Peta Penyebaran Sukun .................................................................. 17 Lokasi Sukun yang Ditemukan di Berbagai Ketinggian .................. 17 Jenis Sukun yang Ditemukan di Berbagai Ketinggian ..................... 18 Teknik Silvikultur Sukun Lokal ...................................................... 21 Kendala yang Menghambat Pertumbuhan Sukun Lokal .................. 24 Serangan Hama Penyakit ................................................................ 24 Produktivitas Tanaman Sukun ........................................................ 27 Manfaat Buah Sukun ...................................................................... 30 Pengolahan Buah Sukun ................................................................. 32
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................... 34 Saran .............................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Pemenfaatan Buah Sukun Dengan Pola Cepat Saji .................................... 12 2. Pengelompokan Buah Berdasarkan Ketinggian ......................................... 15
3. Lokasi Bedasarkan Ketinggian Tempat dan Jumlah Pohon Sukun ............. 18
4. Persentase Budidaya Tanaman Sukun Yang Dipilih Responden ................ 21
5. Persentase Kendala Yang Menghambat Pada Pertumbuhan Sukun ........... 24
6. Persentase Produktivitas Buah Sukun Pada Responden ............................ 27
7. Persentase Pemanfaatan Buah Sukun Menurut Buah Sukun ..................... 31
8. Persentase Pengolahan Buah Sukun ......................................................... 32
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Peta Penyabaran Sukun ............................................................................. 17
2. Batang Sukun Lokal Terserang Hama Pada Ketinggian 860 mdpl ............. 25 3. Buah Dipanen Tanpa Menggunakan Jaring atau Net.................................. 28
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Gambar Dokumentasi Penelitian ............................................................... 36
2. Data Pertanyaan Kuisioner ........................................................................ 38
3. Data Hasil Wawancara Pada Lokasi Penelitian ......................................... 42
4. Karakteristik Responden Pada Tanaman Sukun ......................................... 43 5. Pendapatan Responden Dari Tanaman Sukun ......................................... 43 6. Budidaya Sukun Menurut Responden ........................................................ 44 7. Daftar Pertanyaan Wawancara .................................................................. 45
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sukun (Arthocarpus communis) merupakan salah satu hasil hutan non
kayu, yang dimanfaatkan dan kayunya jika telah memiliki umur yang sesuai.
Tanaman sukun mempunyai arti penting dalam penopang kebutuhan sumber
pangan karena sumber kalorinya dan kandungan gizi tinggi. Sukun termasuk
dalam hasil hutan non kayu yang masuk dalam lampiran International Treaty on
Genetik Receorse for Food and Agriculture sehingga penanganan jenis ini akan
berkontribusi terhadap upaya global dalam menjamin ketahanan pangan. Dalam
bidang kehutanan sukun merupakan salah satu jenis pohon yang dipilih dalam
kegiatan gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan. Selain memiliki akar yang
kuat dan tajuk yang lebar dapat mengurangi laju erosi, sukun juga merupakan
salah satu alternatif tanaman sumber pangan.
Tanaman sukun merupakan tanaman yang tergolong mudah untuk
dibudayakan baik secara tradisional pada lahan sempit seperti pekarangan, ladang,
atau kebun maupun budidaya secara komersial pada lahan yang cukup luas dan
jarak tanam yang digunakan umumnya lebar karena tajuk tanaman sukun juga
cukup lebar. Penanaman pada lahan terbuka tidak ternaungi akan membantu
pertumbuhan tanaman sukun lebih baik sehingga cepat berbuah. Produksi buah
sukun per hektar rata–rata mencapai 4 – 20 ton dalam jarak tanam 10 x 10 pada
satu kali musim berbuah (Adinugraha dan Kartikawati, 2003).
Di Sumatera Utara keberadaan sukun masih sporadis dan tidak
dibudidayakan secara intensif. Sukun terdapat di tepian hutan dan sungai serta
ditanam tanpa ada tujuan komersil di dalam kebun atau pekarangan rumah pada
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
hal kondisi iklim maupun tempat tumbuh tergolong cocok untuk
membudidayakan sukun secara intensif. Pola konsumsi sukun selama ini petik –
jual – olah atau petik olah.
Tujuan Penelitian
Untuk mendeteksi penyebaran jenis Arthocarpus communis pada berbagai
ketinggian di Sumatera Utara.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang
penyebaran sukun sehingga tanaman ini dapat direkomendasikan dalam gerakan
rehabilitasi hutan dan lahan di ketinggian dan iklim yang tepat.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
TINJAUAN PUSTAKA
Sukun (Arthocarpus communis)
Sukun (Arthocarpus communis) merupakan genus Arthocarpus, yang
terdiri atas 40 spesies. Spesies yang terkenal antara lain nangka dan cempedak.
Tanaman sukun mampu beradaptasi dengan lingkungan dan dapat tumbuh dengan
subur di daerah yang memiliki ketiggian tempat antara 0 – 100 m dari permukaan
laut (Anonim, 1990).
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman sukun dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermathophyta (tumbuhan berbiji)
Suddivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Arthocarpus
Spesies : Arthocarpus communis forst
Secara umum, sukun memiliki dua kelompok yaitu sukun lokal dan sukun
introduksi. Berdasarkan pengelompokan menurut Syah dan Nazarudin (1994),
sukun lokal termasuk dalam kelompok sukun kecil sedangkan sukun introduksi
termasuk dalam kelompok medium. Perbedaan pada kedua kelompok sukun dapat
dilihat melalui ukuran dan warna yang berbeda.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Daerah Asal dan Penyebaran Sukun
Sampai saat ini, terdapat beberapa versi mengenai sejarah penyebaran
tanaman sukun di Indonesia. Ada yang beranggapan bahwa tanaman sukun adalah
tanaman asli Indonesia. Dalam buku History of Indian Archipelago, disebut
bahwa orang Jepang menemukan tanaman sukun di kepulauan Ambon, kemudian
menyebar luas ke pulau Jawa dan Malaysia bagian barat. Beberapa ahli yang lain
berpendapat bahwa tanaman sukun diduga berasal dari Amerika Latin, yaitu Peru,
Argentina, dan Chili. Pendapat lain menyebutkan bahwa tanaman sukun berasal
dari kepulauan Pasifik, yakni di sekitar Polinesia. Tanaman sukun tersebut masuk
ke Indonesia melalui orang –orang Spanyol dan Portugis yang datang ke
Indonesia pada abad XV. Di Indonesia, tanaman sukun banyak dikembangkan di
wilayah Cilacap, yang merupakan pusat produksi bibit sukun di Indonesia.
Menurut sejarah, tanaman sukun yang dikembangkan di Cilacap ini berasal dari
pulau Bawean (Gunarto, 1990).
Tanaman sukun terdapat di berbagai wilayah di Indonesia, dan dikenal
dengan berbagai nama seperti, Suune (Ambon), Amo (Maluku Utara), Kamandi,
Urknem atau Beitu (Papua), Karara (Bima, Sumba dan Flores), Susu Aek (Rote),
Naunu (Timor), Hatopul (Batak), Baka atau Bakara (Sulawesi Selatan). Nama lain
sukun di berbagai negara yaitu : breadfruit (English); fruit a pain (French); fruta
pao, pao de massa (Portuguese); broodvrucht, broodboom (Holland); dan ulu
(Hawai). Tanaman sukun mempunyai beberapa nama ilmiah yang sering
digunakan, yaitu Artocarpus communis Forst, Artocarpus incisa Linn, atau
Artocarpus altilis. Sukun merupakan tanaman tahunan yang tumbuh baik pada
lahan kering (daratan), dengan tinggi pohon dapat mencapai 10 m atau lebih.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Buah muda berkulit kasar dan buah tua berkulit halus. Daging buah berwarna
putih agak krem, teksturnya kompak dan berserat halus. Rasanya agak manis dan
memiliki aroma yang spesifik. Berat buah sukun dapat mencapat 1 kg per buah.
Pembentukan buah sukun tidak didahului dengan proses pembuahan bakal biji
(parthenocarphy), maka buah sukun tidak memiliki biji. Buah sukun akan
menjadi tua setelah tiga bulan sejak munculnya bunga betina. Buah yang muncul
awal akan menjadi tua lebih dahulu, kemudian diikuti oleh buah berikutnya.
Keberadaan sukun di Sumatera Barat dan Riau masih bersifat sporadis dan tidak
dibudidayakan secara intensif. Sukun tumbuh begitu saja di tepian hutan dan
sungai serta ditanam tanpa ada tujuan komersil dalam kebun atau pekarangan
rumah padahal kondisi iklim maupun lokasi sangat cocok untuk membudidayakan
sukun secara intensif (Hendalastuti dan Rojidin, 2006).
Dari segi morfologi terdapat dua jenis tanaman sukun, perbedaan antara
dua jenis tersebut adalah sebagai berikut.
1. Sukun Lokal.
Sukun lokal daunnya kurang rimbun bila dibandingkan dengan sukun
introduksi. Sukun ini memiliki tinggi rata-rata 15 – 18 m sehingga kelihatan lebih
tinggi dengan pohon lain disekitarnya. Diameter batang mencapai 50 – 70 cm.
Jumlah bunga/buah per tandan 2 – 5 dengan rata-rata bunga/ buah per - tandan
adalah 3. Buah kecil berwarna hijau cerah agak kekuningan bila sudah tua, berat
rata-rata buah 0,8 – 1 kg. Bentuk buah lonjong dengan proporsi panjang lebar
buah adalah 3 : 4.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
2. Sukun Introduksi.
Sukun introduksi cenderung mempunyai daun yang lebih rimbun. Jumlah
bunga/ buah per - tandan 1 – 2 buah, dengan rata-rata jumlah buah yang mampu
bertahan sampai masak adalah 1. Buah berbentuk bundar dan berukuran besar
berwarna hijau kekuningan bila sudah matang. Berat buah bisa mencapai 1 – 3 kg
.proporsi panjang dan diameter hampir sama 1 : 1 (Soeseno, 1997).
Budidaya Sukun
Dari segi budidaya, sukun tergolong mudah untuk dibudidayakan baik
secara tradisional pada lahan sempit seperti pekarangan, ladang atau kebun
maupun dibudidayakan secara pada lahan komersil yang relatif luas. Jarak tanam
yang digunakan umumnya lebar karena tajuk tanaman sukun cukup lebar.
Penanaman pada lahan terbuka tidak ternaungi akan membantu pertumbuhan
tanaman sukun baik hingga lebih cepat berbuah. (Syamsuhidayat, 1991).
Pembibitan Sukun
Dalam kegiatan pembibitan sukun ada beberapa macam pembiakan vegetatif
yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.
1. Pemindahan Akar Tunas Alami
Secara alami pohon sukun berkembang biak dengan tunas akar. Untuk
merangsang pertumbuhanya tunas akar alami dapat dilakukan dengan melukai
akar yang menjalar dipermukaan tanah dengan menggunakan parang. Setelah
tunas tumbuh sepanjang 30 cm sudah dapat dipindahkan kedalam media polybag/
plot. Bibit serpihan ini dipelihara dipersemaian sampai siap untuk ditanam.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
2. Pencangkokan
Teknik pencangkokan dilakukan untuk memperoleh bibit dalam jumlah
terbatas. Untuk memperoleh hasil yang baik maka ranting yang dicangkok harus
yang baru dan belum produksi (belum berbuah). Cara mencangkok tanaman sukun
adalah sebagai berikut. Kulit ranting dikupas sekitar 3 – 5 cm dan bagian
kambium pada luka dibersihkan dan dikeringkan selama satu hari. Mengolesi luka
pada bagian atas dengan zat pengatur tumbuh seperti rootone F. Menutup semua
bagian luka dengan tanah dan kompos atau media lain yang telah disemprot
dengan insektisida. Membungkus media dengan sabuk kelapa atau plastik serta
diikat kuat sehingga cangkok tidak goyah. Pelaksanaan yang baik pada musim
hujan sehingga media cangkok cukup lembab untuk pertumbuhan akar.
Pengambilan cangkokan setelah memiliki akar dan berumur 23 bulan.
Pengambilan dilakukan bagian pangkal cabang yang dicangkok menggunakan
gergaji. Hasil cangkokan segera ditanam media tanah pada persemaian dan diberi
peneduh.
3. Stek Pucuk
Teknik stek batang atau pucuk untuk mengatasi permasalahan bibit yang
terlalu lama dalam polybag atau memanfaatkan tunas-tunas yang tumbuh pada
stek akar. Bak stek dilengkapi dengan naungan plastik atau sarlon untuk
mengurangi intensitas cahaya matahari. Bahan tanaman berupa tunas/ trubus pada
stek akar dan tunas-tunas yang tumbuh pada persemaian akibat pemangkasan.
Panjang stek kira-kira 10 cm dimana satu stek mempunyai 1-2 helaian daun yang
kemudian dipotong 2/3 bagian. Pemotongan bagian pangkal stek dilakukan pada
bawah mata tunas. Sebelum ditanam pangkal diberi hormon tumbuh. Pengiraman
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
rutin harus dilakukan untuk mencegah kekeringan. Intensitas dilakukan dua kali
sehari pagi dan sore hari (Syarief, 2006).
4. Stek Akar
Penyiapan bibit stek tanaman sukun meliputi langkah-langkah pemilihan
pohon induk dan pengambilan akar sukun. Secara terperinci, kegiatan-kegiatan
tersebut adalah sebagai berikut. Untuk memperoleh yang baik dan produktif,
diperlukan bibit tanaman yang baik pula. Bibit tanaman yang baik hanya
dihasilkan pohon induk yang baik. Adapun syarat-syarat tanaman yang dapat
digunakan sebagai pohon induk adalah sebagai berikut:
a. Umur tanaman sudah mencapai 6 – 10 tahun.
b. Tanaman tumbuh sehat tahap terhadap serangan hama penyakit.
c. Tanaman berbuah lebat setiap tahun dan memiliki mutu buah yang baik.
d. Berasal dari variates yang dibutuhkan.
e. Tanaman ditanam pada tanah yang gembur.
f. Tanaman memiliki perakaran yang sehat dan banyak, serta dipilih akar
permukaan.
g. Pohon sedang tidak dalam keadaan berbunga atau berbuah.
Perbanyakan akar sukun dilakukan dengan menggunakan stek akar,
dengan ataupun tanpa mengorbankan tanaman induk untuk dibongkar, tergantung
pada kebutuhan pengusahaan bibit. Adapun langkah-langkah yang harus
dikerjakan dalam pengambilan akar adalah sebagai berikut:
a. Akar dibongkar secara hati-hati dengan menggunakan cangkul atau
linggis.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
b. Dilakukan pengambilan akar pada jarak ± 5 m dari luar tajuk pohon induk,
dengan memperhatikan luas daun. Pengambilan akar dimulai dari ujung
akar ke arah pangkal, dengan menggunakan linggis atau benda untuk
memotong dan mengangkat akar dari timbunan tanah.
c. Dipilih satu akar yang memiliki paling baik, dengan memotong akar-akar
yang lain.
Akar yang dipilih diambil maksimal sebanyak 15% - 20% dari jumlah akar
keseluruhan dan dipilih akar yang memilki diameter 1,5 cm – 5 cm. Satu pohon
induk mampu menghasilkan 1,000 – 2,000 stek akar atau total panjang akar
adalah 140 m – 300 m. Selain itu, pengambilan akar harus dilakukan secara hai-
hati akar tidak melukai akar, menghindari menarik ataupun melengkungkan akar
yang dapat menyebabkan akar menjadi retak atau pecah-pecah (Widiyanto, 1988).
Bagian-bagian tanaman sukun terdiri atas akar, daun, bunga, dan buah.
Secara morfologi, karateristik bagian-bagian tanaman sukun tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Akar tanaman sukun tergolong akar adventif karena sebagian besar
menyebar di dekat permukaan tanah. Pada tanaman yang sudah tua,
sebagian akar tersebut menyembul kepermukaan tanah dan jika dilukai,
dari bagian akar yang terluka tersebut akan muncul tunas baru.
b. Daun tanaman sukun kaku, tebal, dan besar, memiliki ukuran sekitar 20
cm – 40 cm. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau mengkilap,
sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda dan kasar.
Daun tanaman sukun diselimuti dengan bulu-bulu halus. Pada saat berupa
tunas, daun berukuran panjang antara 10 cm – 20 cm dan tertutup oleh
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
contong (seludang) yang besar. Daun memiliki tangkai daun yang kokoh,
berukuran panjang 3 cm – 5 cm. Tulang daun menonjol, di bagian bawah
atas tulang daun terdapat buku-buku. Kira-kira 3/4 bagian dari seluruh tepi
daun berlekuk, membentuk 7- 9 cangap yang berujung runcing. Pada
umumnya, daun melekat pada bagian ujung cabang atau ranting.
c. Bunga tanaman sukun relatif besar dan memiliki tandan bunga. Bunga
tumbuh tegak, bunga jantan berbentuk seperti gada, dan bunga betina
berbentuk bulat. Kelopak bunga berbentuk seperti tabung, di bagian
atasnya menjulur kepala putik ruang dua, dengan tangkai putik berukuran
kecil. Bakal buah sukun juga ruang dua.
d. Buah sukun berbentuk bulat telur atau lonjong atau bulat panjang. Kulit
buah cenderung berduri, namun ada juga yang berkulit halus. Buah
berwarna hijau kekuningan dan tidak berbiji (Eko, 2003).
Manfaat Tanaman Sukun
Tanaman sukun memiliki beberapa pemanfaatan bagi kepentingan
pemenuhan kebutuhan pangan dan penghijauan. Beberapa manfaat tanaman sukun
tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Sukun merupakan bahan pangan pokok alternatif. Di daerah Sangir Taulud,
sukun dimanfaatkan sebagai pengganti beras. Di berbagai daerah lain di
Indonesia sukun dimanfaatkan sebagai makanan cemilan. Potensi tanaman
sukun sebagai makanan pengganti padi memiliki keunggulan dibandingkan
dengan tanaman pendamping padi yang lain karena pemanenan buah sukun
dapat dilakukan setiap waktu tanpa mengenal musim. Meskipun demikian,
tanaman sukun biasanya berbuah dua kali. Panen pertama biasanya dilakukan
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
pada bulan Januari – Februari dan panen kedua dilakukan pada bulan Juli –
Agustus.
2. Tanaman sukun bermanfaat sebagai tanaman peneduh dan tanaman
penghijauan. Sosok tanaman sukun yang tinggi, dengan perakaran tanaman
yang tidak terlalu dalam tetapi kokoh, membuat tanaman sukun sangat cocok
untuk digunakan sebagai tanaman penghijauan. Tajuk tanaman yang besar
mampu mengurangi erosi tanah yang disebabkan oleh angin kencang.
3. Kayu batang tanaman sukun dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
rumah tangga, antara lain untuk membuat berbagai macam perabot (misalnya
meja, kursi, atau rak), untuk membuat perahu, dan dimanfaatkan sebagai kayu
bakar (Purba, 2002).
Pengolahan buah sukun dapat dikonsumsi dalam keadaan matang (fully
mature), tetapi karena pola respirasinya yang demikian cepat maka dalam selang
beberapa hari maka buah sukun akan menjadi lunak dan tidak dapat dimakan.
Proses respirasi pematangan buah sukun dapat dihambat dengan menyimpan pada
suhu yang dingin tetapi proses pematangannya tidak menjadi normal. Buah
matang yang seharusnya berwarna hijau kekuningan berubah menjadi coklat.
Berkaitan dengan karateristik buah sukun sampai saat ini belum mengenal cara
penyimpanan khusus untuk memperlambat laju pematangan buah. Dengan
demikian sukun lokal yang memiliki daya simpan yang cukup lama dibandingkan
dengan sukun jenis lain.
Pengolahan buah sukun menjadi produk setengah jadi (tepung sukun dan
pati sukun) masih banyak belum diketahui oleh masyarakat. Pola konsumsi yang
ada sampai saat ini adalah pola pengolahan menjadi produk siap santap dalam
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
skala produk pengolahan bersifat kecil atau masih untuk kalangan konsumsi
sendiri dalam masyarakat petani. Pengolahan yang siap saji saat ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 1. Pemanfaatan Buah Sukun Dengan Pola Cepat Saji (Noviarso, 2003). No Produk Bahan campuran lain Teknik pengolahan
1 Goreng sukun _
Kulit sukun dibelah, kemudian dipotong-potong sesuai selera dengan tebal 0,5 – 1,5 cm. setelah direndam dalam bumbu kemudian digoreng sampai menguning dan empuk.
2 Keripik sukun _ Teknik sama dengan sukun goreng, perbedaan pada letak irisan. Pada keripik jauh lebih tipis.
3 Pergedel sukun
Daging digiling telur Kulit buah dikupas dan hati buah dibuang, kemudian sukun dipotong-potong lalu dikukus sampai empuk, sukun kukus dihaluskan dan ditambah bumbu, sebagai bahan pencampur untuk cita rasa, tambah daging giling dan telur diaduk merata. Selanjutnya adunan digoreng sampai mencoklat.
4 Gulai sukun Daging, telur, kentang,
Umumnya di Sumatera Barat sukun digulai dengan nangka yang disayur dan sangat umum disajikan dirumah makan. Proses pembuatan sama dengan gulai lain hanya saja ditambahkan dengan telur, kentang, dan daging.
5 Kolak sukun Ubi jalar, labu, kolang kaling, pisang.
Pengolahan sukun sebagai bahan kolak sudah mulai dikenal. Bahan dan proses sama dengan pembuatan kolak pada umumnya, hanya saja bahan diganti dengan sukun.
6 Jus sukun Susu Sukun yang sudah dibersihkan dari kulit dan hati buah kemudian diblender dengan gula susu.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Kandungan Kimia dan Manfaat Tanaman Sukun
Buah sukun mengandung niasin, vitamin C, riboflavin, karbohidrat,
kalium, thiamin, kalsium, dan besi. Pada kulit kayunya ditemukan senyawa
turunan flavanoid. Kayu yang dihasilkan dari tanaman sukun bersih berwarna
kuning, baik untuk digergaji menjadi papan kotak, dapat digunakan sebagai bahan
bangunan meskipun tidak begitu baik. Kulit kayunya digunakan sebagai salah satu
bagian minuman di Ambon kepada wanita setelah melahirkan (Heyne, 1987).
Flavanoid adalah senyawa polifenol yang secara umum mempunyai
struktur phenylbenzopyrone (C6-C3-C6). Flavanoid dan derivatnya terbukti
memiliki aktivitas biologi yang cukup tinggi sebagai cancer prevation. Berbagai
data dari uji laboratorium, investigasi epidomologi, dan uji klinik pada manusia
telah menujukan bahwa flavanoid memberikan efek signifikan (Mustafa, 1998).
Adaptasi Tanamaan Sukun Terhadap Iklim
Tanaman sukun dapat tumbuh dan dibudidayakan pada berbagai jenis
tanah mulai dari tepi pantai sampai pada lahan dengan ketinggian kurang lebih
600 m dari permukaan laut. Sukun juga toleran terhadap curah hujan yang sedikit
maupun curah hujan yang tinggi antara 80 - 100 inchi per - tahun dengan
kelembaban 60 - 80%, namun lebih sesuai pada daerah-daerah yang cukup banyak
mendapat penyinaran matahari. Tanaman sukun tumbuh baik di tempat yang
lembab panas, dengan temperatur antara 15°- 38° C (Koswara, 2006).
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di tiga Kabupaten yaitu: Kabupaten Simalungun,
Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara pada
bulan Oktober – Nopember 2009. Topografi cukup beragam dari dataran rendah,
berbukit dan bergelombang dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar 0 –
1100 mdpl. Umumnya topografi Kabupaten Deli Serdang, BatuBara, Simalungun
berbukit-bukit dan bergelombang. Dari tiga Kabupaten yang ada dapat dipilih
daerah dengan ketinggian 0 – 1100 mdpl.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lokasi topografi sukun
(Arthocarpus communis) pada masing – masing kelas ketinggian 0 – 1100 mdpl
yang diacak dalam tiap kelompok topografi. Alat yang digunakan dalah kegiatan
penelitian ini adalah: peralatan survey terdiri dari GPS, dan counter. Peralatan lain
yang digunakan adalah peralatan tulis, kamera digital.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu
penentuan lokasi berdasarkan perbedaan ketinggian antara 0 – 1100 mdpl dengan
kriteria desa yang memiliki tanaman sukun. Jumlah sukun di hitung berdasarkan
ketinggian dan disajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Tabel 2. Pengelompokan Jumlah Berdasarkan Ketinggian No Ketinggian Jumlah 1. 2. 3. 4. 5.
800 – 1100 mdpl 600 – 800 mdpl 400 – 600 mdpl 200 – 400 mdpl
0 – 200 mdpl
..........
..........
..........
..........
..........
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah.
1. Data Sekunder
a. Identifikasi tanaman sukun
b. Studi Pustaka
2. Data Primer
a. Kuisioner
Merupakan suatu daftar pertanyaan yang ditunjukan kepada para petani
pemilik tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebaran
kuisioner ini dilakukan untuk memperoleh data-data primer yang
dibutuhkan dalam penelitian.
b. Wawancara
Wawancara ditunjukan untuk melengkapi data lainnya yang berkaitan
dengan penelitian untuk memperoleh data-data yang lebih akurat.
c. Pengamatan
Survey langsung dengan melihat tanaman sukun berdasarkan ketinggian
tempat.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Analisis Data
1. Data analisis adaptasi jumlah dan jenis tanaman sukun berdasarkan
ketinggian tempat disajikan dalam bentuk tabulasi.
2. Data hasil perhitungan jumlah tegakan dalam bentuk tabulasi berdasarkan
ketinggian.
3. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling
yakni pengambilan sampel berdasarkan kesengajaan. Pemilihan kelompok
subyek berdasarkan atas ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Dalam menentukan ukuran sampel maka digunakan rumus
penentuan sampel menurut Hassan (2002) :
21 NeNn
+=
Keterangan :
n = Ukuran sampel ; N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian yang masih dapat ditolerir
karena kesalahan pengambilan sampel, ditetapkan sebesar 10 %.
Rumus diatas digunakan untuk mendapatkan jumlah masyarakat yang
dijadikan sebagai sampel, yaitu 99 Responden. Tingkat presepsi masyarakat
dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu:
1. Tingkat persepsi sangat baik, skor 81-100.
2. Tingkat persepsi baik, skor 61-80.
3. Tingkat persepsi sedang, skor 41-60.
4. Tingkat persepsi rendah, skor 21-40.
5. Tingkat persepsi sangat rendah, skor 0-20.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peta Penyebaran Sukun
Gambar 1. Peta Penyebaran Sukun
Hasil pengamatan di lapangan dan survey disajikan dalam bentuk peta
penyebaran sukun di beberapa ketinggian di Sumatera Utara yang terdiri atas
Kabupaten Simalungun, Batubara, Deli Serdang, dan desa yang terdiri atas Sait
Buntu, Bandar Baru, Sikeben, Manik Maraja, Bangun Jawa, Batu Layang,
Sibolangit, Kasindir, Bahsulung, Simbahe, Dolok Maraja, Sugau, Tiang Layar,
Mekar Sari, Mesjid Lama, dengan ketinggian 0 – 1100 mdpl.
Lokasi Sukun Yang Ditemukan Di Berbagai Ketinggian
Pertumbuhan sukun yang terbesar ditemukan pada Desa Dolok Maraja
dengan ketinggian 328 mdpl dengan jumlah 250 tanaman sukun dan jumlah
pertumbuhan tanaman sukun terkecil terdapat pada Desa Sikeben dengan jumlah 2
pohon. Ini menunjukan bahwa tanaman sukun tergantung peminat untuk
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
melakukan penanaman Tanaman sukun di berbagai ketinggian dapat di sajikan
pada Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3. Lokasi Bedasarkan Ketinggian Tempat dan Jumlah Pohon Sukun. No. Nama Desa Kecamatan Kabupaten Ketinggian
0 – 1100 mdpl Jumlah sukun
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13. 14. 15.
Sait Buntu Bandar Baru Sikeben Bangun Jawa Manik Maraja Batu Layang Sibolangit Kasindir Bahsulung Sembahe Dolok Maraja Sugau Tiang Layar Mekar Sari Mesjid Lama
Pematang Sidamanik Sibolangit Sibolangit Sidamanik Sidamanik Sibolangit Sibolangit Jorlang Hatorang Pematang Dolok Sibolangit Pematang Dolok Pancur Batu Pancur Batu Deli Tua Palawi
Simalungun Deli Serdang Deli Serdang Simalungun Simalungun Deli Serdang Deli Serdang Simalungun Simalungun Deli Serdang Simalungun Deli Serdang Deli Serdang Deli Serdang Batubara
1100 898 873 848 845 693 544 542 357 329 328 204 169 61 5
10 4 2 20
200 7 15 10
120 5
250 7 10 20 15
Perbandingan pertumbuhan tanaman sukun dengan ketinggian 1100 mdpl
dengan ketinggian 5 mdpl tidak memiliki selisih jumlah tanaman yang cukup
jauh. Pada ketinggian 1100 mdpl terdapat 10 tanaman sukun, pada ketinggian 5
mdpl terdapat 15 tanaman sukun. Perbedaaan jumlah tanaman sukun yang
ditemukan tidak dapat ditentukan berdasarkan ketinggian tempat tumbuh pada
hasil pengamatan perbedaan jumlah tanaman sukun sangat bervariasi pada
ketinggian 0 – 1100 mdpl.
Jenis Sukun Yang Ditemukan Di Berbagai Ketinggian
Berdasarkan pengamatan di lapangan, sukun di Sumatera Utara hanya ada
satu jenis yaitu lokal pada penelitian ini, sukun lokal didefenisikan sukun yang
sudah ada dan tumbuh selama puluhan tahun yang lalu. Perkembangan tanaman
sukun pada masing-masing desa penelitian berbeda-beda ini menunjukan bahwa
minat masyarakat sebagian besar masih kurang dalam pembudidayaan tanaman
sukun meskipun tanaman ini banyak ditemukan pada lokasi-lokasi penelitian
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
jumlah tanaman sukun yang ada tidak sebanding dengan jumlah masyarakat
petani. Untuk morfologi sukun lokal daun nya kurang rimbun dibandingkan
dengan sukun introduksi. Sukun ini memiliki tinggi rata-rata 15 - 18 meter
sehingga terlihat lebih tinggi dibanding pohon lain disekitarnya. Diameter batang
mencapai 50–70 cm. Jumlah bunga/ buah per - tandan 2-5 dengan rata–rata bunga/
buah per - tandan adalah 4. Buah berukuran kecil berwarna hijau cerah agak
kekuningan bila sudah tua, berat rata–rata buah 0,6-1 kg. Bentuk buah lonjong
dengan proposi panjang dan lebar 4 : 3.
Pertumbuhan tanaman sukun telah dapat produksi buah pada umur > 5
tahun tanpa mengenal sistem penurunan buah yang ada. Pada umumnya untuk
tanaman sukun yang memiliki umur > 20 tahun akan mengakibatkan kesulitan
dalam proses pemanenan buah sukun. Ini terjadi akibat semakin sulitnya dalam
pemetikan buah sukun tanaman sukun yang telah berumur memiki pertumbuhan
batang yang cukup tinggi dan diameter batang yang besar sehingga dapat
menyulitkan pemanen dalam pemetikan buah dan semakin sulit untuk dapat
memanjat pohon sukun yang akan dilakukan pemanenan. Proses pemanenan pada
tanaman sukun tidak membutuhkan waktu yang cukup lama apabila kondisi
pohon tidak terlalu tinggi dan mudah untuk dijangkau. Buah sukun terdapat pada
pangkal daun sehingga dalam proses pemanenan harus menggunakan alat bantu
berupa tangga, dan pengait untuk mendapatkan buah sukun.
Tanaman sukun pada pengamatan dapat tumbuh pada ketinggian 800-
1100 mdpl. Hal ini sesuai dengan pendapat (Hendalastuti dan Rojidin, 2006)
bahwa tanaman sukun dapat tumbuh dengan baik dengan ketinggian lebih dari
350-1400 mdpl dengan produktivitas yang cukup tinggi dengan suhu 120 C - 330 C
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
dengan tofografi beragam, dataran, berbukit, dan bergelombang dengan
kelerengan lebih dari 16 %.
Penyebaran sukun yang disajikan dalam bentuk peta berdasarkan daerah
penyebaran. Pertumbuhan sukun serta penyebarannya terdapat pada berbagai
ketinggian yang ada. Tanaman sukun menyebar luas pertumbuhannya sesuai
dengan lokasi yang dipilih secara acak berdasarkan ketinggian.
Hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa
ketinggian tidak mempengaruhi pertumbuhan sukun. Hal ini sesuai dengan
pengamatan perbandingan pertumbuhan tanaman sukun mulai dari 0 – 1100 mdpl,
pada ketinggian antara 0 – 200 mdpl pertumbuhan tanaman sukun lokal sangat
baik. Sedangkan pada ketinggian tempat tumbuh antara 800 – 1100 mdpl tidak
memiliki perbedaan pertumbuhan baik dari segi produktivitas maupun kualitas
buah sukun. Sukun adalah tanaman yang terus-menerus menghasilkan buah dalam
jumlah yang cukup banyak dengan waktu yang cukup singkat dan hasil buah yang
diperoleh dapat dipergunakan atau dapat dikonsumsi langsung digoreng maupun
disayur.
Untuk jumlah pertumbuhan tanaman sukun lokal sangat berbeda-beda
untuk masing-masing kawasan desa. Karena masih banyak masyrakat yang ada
pada lokasi penelitian belum banyak mengetahui manfaat dan jenis tanaman
sukun yang ada dan sistem perbanyakan yang dipergunakan sangat sederhana
dengan memindahkan anakan sukun yang ada tanpa melihat faktor hidup tanaman
sukun sangat kecil, dan informasi mengenai tanaman sukun bagi masyarakat
petani masih sangat kurang.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Menurut Eko (2003), bahwa tanaman sukun mampu beradaptasi dengan
lingkungan dan dapat tumbuh dengan subur di daerah yang memiliki ketinggian
tempat antara 0 – 100 mdpl. Hal ini tidak sesuai dengan hasil pengamatan yang
dilakukan pada penelitian ini, tananaman sukun dapat tumbuh dan berkembang
dengan subur pada daerah yang memiliki ketinggian tempat antara 0 – 1100 mdpl.
Perbedaan antara tanaman sukun dengan ketingggian 0 dengan ketingggian 1100
tidak memiliki perbedaan, dari segi buah, daun, batang, serta bentuk dan ukuran.
Pertumbuhan sukun tidak dipengaruhi oleh ketinggian, sesuai dengan hasil
yang diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan Hendalastuti danRojidin
(2005). Bahwa pertumbuhan sukun dengan suhu 120 C - 330 C dengan ketinggian
350 – 1400 mdpl tanaman dapat tumbuh dengan baik. Perbandingan antara suhu
dan ketinggian tempat tumbuh tanaman sukun sangat perlu di perhatikan, karena
pada hasil penelitian yang dilakukan ketinggian > 1100 tanaman sukun ditemukan
pada lokasi yang ditentukan secara acak menurut penyebaran sukun yang ada
untuk daerah penelitian berdasarkan ketinggian tempat tanaman sukun.
Teknik Silvikultur Sukun Lokal
Hasil pengamatan dan analisa kuisioner pada masyarakat menggunakan
teknik silvikur yang sangat sederhana yaitu dengan memindahkan anakan sukun
yang akan ditanam dapat dilihat pada hasil analisa kuisioner pada tabel 4.
Tabel 4. Persentase Budidaya Tanaman Sukun Yang Dipilih Responden No Budidaya yang dipilih Jumlah Responden Kategori Persentase
(%) 1 2 3 4
Stek akar Stek pucuk Pemindahan Cangkok
2 1 95 1
Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Baik Sangat Rendah
2,02 1,01 95,95 1,01
Total 99 99,99
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Budidaya yang paling banyak digunakan masyarakat adalah dengan
pemindahan anakan sukun jumlah responden 99 orang dengan persentase 95,95 %
,jumlah stek akar 2 orang dengan persentase 2,02 %, dan stek pucuk 1 orang
dengan persentase 1,01 % serta cangkok 1 orang dengan persentase 1,01 %. Ini
menunjukan bahwa masyarakat masih banyak yang belum mengetahui budidaya
yang tepat untuk dipegunakan.
Masyarakat pada daerah penelitian sebagian telah mengetahui manfaat
secara umum dan jenis tanaman sukun khususnya masyarakat pendatang, karena
dari hasil pengamatan di kawasan desa penelitian hampir keseluruhan tanaman
sukun berada pada sekitar pekarangan rumah/ tanah masyarakat pendatang umum
nya. Untuk penduduk asli yang berada pada lokasi penelitian tidak banyak yang
mengetahui tanaman sukun, karena bagi penduduk tersebut tanaman sukun
kurang diminati dan manfaat dari tanaman sukun berupa buah, daun, kayu, kurang
sesuai dengan jenis yang diminati pada umumnya.
Pada dasarnya tanaman sukun pada lokasi penelitian merupakan tanaman
yang terdapat pada pekarangan dan bukan tanaman yang khusus dikembangkan
dan dibudidayakan secara intensif. Ini menunjukan masyarakat sekitar pada
masing-masing kawasan desan penelitian masih banyak yang belum mengetahui
tanaman sukun serta manfaat dan proses pemanenan yang tepat untuk
meningkatkan kualitas dan produktivitas sukun. Tetapi pada lokasi tertentu sangat
diminati seperti pada Desa Manik Maraja hampir keseluruhan masyarakat
memiliki tanaman sukun. Dengan alasan bahwa jenis tanaman sukun sangat
mudah untuk dipelihara dan dapat menambah penghasilan serta pengolahan yang
mudah apabila ingin dimanfaatkan sebagai bahan makan yang bersifat cepat saji.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Tanaman sukun merupakan tanaman yang sangat mudah untuk tumbuh
dengan suhu yang sesuai dan tidak dipengaruhi oleh ketinggian tempat tumbuh.
Sukun adalah tanaman yang memiliki musim, sama dengan tanaman buah-buah
jenis lainnya. Sukun merupakan jenis tanaman yang memliki peranan penting,
dimana hampir seluruh bagian yang ada pada sukun dapat dimanfaatkan seperti
buah, daun, batang kayu, serta getah terdapat pada tanaman sukun. Secara
menyeluruh masyarakat belum mengetahui cara pemanfaatan yang tepat pada
tanamansukun melainkan hanya buah, daun, yang bersifat sangat sederhana.
Sukun lokal tumbuh di tempat umum atau di lahan masyarakat. Tahun
penanaman tidak diketahui secara jelas, umumnya pemilik pohon sukun
merupakan pemilik turunan dari generasi sebelumnya, untuk kawasan Desa
Bahapal dengan tinggi tanaman sukun mencapai 16 meter. Kelompok sukun lokal
tumbuh dengan baik di bantaran sungai dan bercampur dengan beragam jenis
pohon lainya pada suatu bentangan kebun petani dan sebagian besar barada pada
halaman rumah atau pada pekarangan sekitar rumah petani pada lokasi penelitian.
Teknik perbanyakan yang dilakukan oleh petani sangat sederhana, anakan
yang tumbuh disekitar digali kemudian dipindahkan kedalam lubang tanam. Daya
hidup sukun dengan perbanyakan ini sangat rendah meskipun teknik pembibitan
yang dilakukan jarang berhasil, tetapi petani tidak melakukan teknik pembibitan
lainya (stek akar atau stek pucuk) karena teknik perbanyakan tersebut tidak
dikuasai. Sistem pengelolaan tanaman sukun bersifat sederhana pada lokasi
penelitian pertumbuhan tanaman sukun cukup baik, karena setiap tanaman sukun
yang ditemukan telah memiliki produktivitas buah yang cukup.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Kendala Yang Menghambat Pertumbuhan Sukun lokal
Hama dan penyakit merupakan suatu kendala pada tanaman sukun. Hasil
yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan analisa kuisioner bahwa
pertumbuhan tanaman sukun akan terganggu apabila terserang hama dan penyakit
pada tanaman. Penurunan produktivitas buah sukun dan resiko kematian pada
tanaman sangat tinggi dan serangan hama dan penyakit pada tanaman sukun
merusak pertumbuhan dan tidak tergantung terhadap umur tanaman yang ada.
Tabel 5. Persentase Kendala Yang Menghambat Pertumbuhan Sukun Dengan Responden
No Kendala Pertumbuhan Sukun
Jumlah Responden Kategori Persentase (%)
1 2 3 4
Kesuburan tanah Ketinggian Iklim Hama dan penyakit
10 4
15 70
Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Baik
10,10 4,04 15,15 70,70
Total 99 99,99
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kendala yang dapat
mengganggu pertumbuhan sukun adalah hama dengan jumlah responden 70 orang
dan persentase 70,70 %. Kesuburan tanah jumlah responden 10 orang dengan
persentasi 10,10 %. Iklim 15 orang responden dengan persentase 15,15 % serta
ketinggian 4 orang responden dengan persentase 4,04 %.
Serangan Hama dan Penyakit Pada Sukun
Dilihat dari segi ketahanan terhadap serangan hama, sukun lokal memiliki
ketahanan yang lebih tinggi dengan jenis lain. Meskipun sukun lokal telah
memiliki umur yang lebih tua namun hanya serangan penyakit yang bersifat
sementara dan pohon terekgradasi karena umur (pelapukan). Tindakan yang
dilakukan oleh petani untuk meminimalisir agar serangan hama dan penyakit tidak
menyebar cukup sederhana yaitu dengan cara memangkas bagian batang yang
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
terserang dan penyemprotan dengan insektisida. Tetapi tidak terdapat pada setiap
desa kawasan penelitian perlakuan pengendalian hama dan penyakit.
Serangan hama disajikan pada Gambar 2 di bawah ini pada daerah dataran
tinggi dengan ketinggian 860 mdpl pada Desa Manik Maraja, Kecamatan
Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Terdapat tanaman sukun yang terserang hama
penggerek yang dapat mengurangi produktivitas sukun yang dapat menyebabkan
layu pada bagian pucuk batang serta dapat menyebabkan pembusukan pada
tangkai batang dan buah yang terdapat pada tangkai akan gugur atau jatuh
sebelum dilakukan proses pemanenan buah sukun. Hama penggerek ini dapat
mematikan pohon. Oleh karena itu, bila ada serangan harus cepat diberantas.
Penyakit yang mengancam tanaman sukun adalah mati pucuk, busuk buah lunak,
dan busuk tangkai buah.
Gambar 2. Batang Sukun Lokal Terserang Hama pada Ketinggian 860 mdpl.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Kendala dalam pertumbuhan sukun adalah serangan hama seperti pada
Gambar 2, pada batang terdapat lobang akibat serangan hama penggerek batang
(borer) yang dapat menurunkan produktivitas buah sukun. Dampak dari serangan
mengakibatkan layu pada ujung dahan serta dapat melapukan batang yang
terserang sehingga mengakibatkan berkurangnya produktivitas buah sukun. Buah
dari batang yang terserang oleh hama penggerek dapat jatuh sendiri akibat tahan
atau tangkai pada buah mengalami pembusukan.
Penanggulangan oleh para petani dari serangan hama penggerek sangat
sederhana yaitu dengan pemangkasan cabang yang telah terserang. Sebagian
masyarakat petani yang membiarkan tanamanan sukun terserang hama penggerek,
karena petani berpendapat bahwa tanaman sukun mampu untuk bertahan dan
merupakan hal yag sangat biasa terjadi pada tanaman sukun. Walaupun proses
meminimalisir serangan hama sangat sederhana.
Bagian batang merupakan bagian yang sangat mudah untuk terserang oleh
hama penggerek yang dapat merusak bagian batang yang menyebabkan layu pada
bagian pucuk sehingga mengganggu proses perkembangan buah sukun. Pada
bagian yang terserang akan terdapat lobang dibagian batang tanaman sukun, hal
ini dapat menyebabkan pembusukan dan kematian pada tanaman yang terserang
oleh hama penggerek tanaman sukun. Hama yang biasa menyerang tanaman
sukun adalah penggerek batang (Xyleberus sp.) bukan merupakan suatu ancaman
yang sangat serius karena dalam penanggulangan yang ada hanya bersifat
sederhana yang dipergunakan oleh masyarakat petanai pada lokasi penelitian dan
hal ini dapat mengurangi kerusakan pada batang yang terserang oleh hama
penggerek yang sangat sering ditemukan pada batang tanaman sukun yang ada.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Produkvtivitas Tanaman Sukun
Tanaman sukun memiliki produktivitas yang cukup tinggi, buah sukun
tidak mengalami kekosongan pembuahan pada tanaman, hanya musim panen
terbesar dapat terjadi dua kali dalam setahun dengan perbandingan semakin tua
tanaman sukun maka akan menghasilkan buah yang lebih banyak. Hal ini sesuai
dengan hasil yang diperoleh pada Tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6. Persentase Produktivitas Buah Sukun pada Responden No Jumlah Buah/Pohon Jumlah
Responden Kategori Persentase
(%) 1 2 3 4
100 buah 200 buah 300 buah 400 buah
20 29 10 40
Sangat Rendah Rendah Sangat Rendah Rendah
20,20 29,29 10,10 40,40
Total 99 99,99
Sukun lokal mampu berbuah sebanyak 200 – 400 buah/ pohon. Panen raya
terjadi 2 kali dalam setahun, harga sukun lokal ditingkat petani adalah Rp 1500/
buah sehingga dengan produksi sebanyak itu, petani mampu menerima
pendapatan Rp 150.000 – Rp 300.000/ 1 kali panen. Sukun lokal cenderung
berbuah sepanjang tahun namun panen raya biasanya pada bulan Agustus –
September dan Februari – Maret. Tetapi pada panen raya untuk masing-masing
daerah berbeda ini tergantung tahun dan bulan penanaman yang dilakukan oleh
para petani sukun dan sukun bukan merupakan tanaman musiman bagi
masyarakat yang ada pada proses pembuahan pada tanaman sukun.
Sebagian besar petani yang memiliki pohon sukun memanfaatkan produksi
buahnya untuk dikonsumsi sendiri. Sukun yang beredar dipasaran biasanya sukun
jenis lokal karena hanya sukun jenis ini yang mampu barproduksi banyak dan
tahan busuk. Untuk sukun yang biasanya dijual, pemanenanan dilakukan oleh
pembeli sendiri yang datang ketempat pemilik pohon sukun. Biaya pemanenan
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
(pemanjatan dan lain-lain) menjadi tanggungan pembeli. Pemanenan dilakukan
secara sederhana yaitu dengan cara pemanjatan. Untuk buah yang sulit dijangkau
untuk dipetik biasanya menggunakan bantuan pengait (galah). Buah yang dipetik
langsung dijatuhkan ketanah, jarang sekali buah yang dipetik ditampung dengan
jaring / net untuk mencegah kerusakan akibat benturan pada saat pemanenan ini
dasajikan pada Gambar 3 pemanenan buah sukun tanpa menggunakan jaring/ net.
Gambar 3. Buah Dipanen Tanpa Manggunakan Jaring/ Net.
Proses pemanenan tanaman sukun yang sangat sederhana dapat
menyebabkan kerusakan pada buah sukun akibat benturan-benturan saat proses
pemanenan. Luka akibat benturan akan terlihat pada bagian buah dengan warna
yang berbeda dengan warna kecoklat kehitaman dan agak lembut dibagian
benturan. Tapi hal ini tidak begitu mempengaruhi ketahanan dan keawetan buan
sukun lokal terhadap terjadinya pembusukan akibat benturan. Hal ini yang
menyebabkan diminati jenis sukun lokal dari jenis lain. Tetapi untuk memperoleh
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
hasil yang lebih baik harus menggunakan perlakuan yang layakdalam proses
pemanenan yang dipergunakan.
Buah sukun lokal tidak memiliki biji pada buah sama dengan jenis lainya.
Hal ini sangat bebeda dengan jenis tanaman buah-buahan lainnya terdapat biji
pada buah, seperti tanaman kluwi merupakan tanaman yang hampir sama dengan
sukun baik dari segi daun, dan batang. Perbedaan antara tanaman sukun dan kluwi
hanya terdapat pada bentuk buah, serta pada tanaman kluwi memilki biji yang
terdapat pada buah dan bentuk buah berduri kuning tajam, sedangkan pada
tanaman sukun tidak memiki biji pada buah dan bentuk buah memiliki duri
tumpul serta warna buah hijau, perbedaan ini sangat nyata terlihat hanya pada
bagian buah.
Proses berbuah pada tanaman sukun jenis lokal pada bulan Agustus-
September dan bulan Februari-Maret. Pada satu tahun tanaman sukun memiliki
dua kali musim panen raya atau panen buah yang melimpah, ini terjadi pada bulan
Januari - Maret. Buah dapat dipanen setelah tua benar. Tandanya, tonjolan kulit
buah mulai merata dan buah berwarna kuning kusam. Buah sukun apabila
dibungkus sejak kecil menunjukan warna menarik dan bersih. Buah dipotong pada
tangkainya dengan galah yang ujungnya diberi pisau. Getah yang keluar dari
tangkai buah dapat dihentikan dengan mencelupkan kedalam air. Bila buah dapat
dihasilakan dengan baik dalam pemanenan tidak langsung menjatuhkan buah yang
telah dipanen ketanah karena hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada buah
yang akan dijual dipasar dan buah yang pemanenan jatuh ketanah mudah
terserang oleh busuk sehingga apabila dimanfaatkan akan terasa pahit. Bagi para
petani merupakan masukan yang berarti karena pada pemanenan sukun pembeli
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
yang langsung datang kepemilik pohon sukun dan taransaksi yang dilakukan
dengan perhitungan jumlah buah dengan harga yang telah disepakati.
Tanaman sukun lokal dapat berproduksi buah pada tanaman umur 5
tahun secara terus-menerus tanpa mengenal umur pohon. Setelah umur buah 3
bulan telah dapat untuk di manfaatkan atau telah dapat untuk dipanen secara
menyeluruh. Pada lokasi penelitian umur pohon > 5 tahun dimana pada lokasi ini
keseluruhan tanaman sukun telah menghasilkan buah yang baik, pada kawasan
Desa tertentu seperti Dolok Maraja, Bahsulung tanaman rata-rata telah berumur >
33 tahun, dengan ketinggian hampir 33 meter berdasarkan pengamatan dilokasi
penelitian. Berdasarkan pada pengamatan dan hasil wawancara bahwa tanaman
sukun pada lokasi penelitian perbandingan umur yang sudah tua tidak dapat
mengurangi produktivitas buah sukun. Karena semakin tua tanaman yang ada
maka prouktivitas yang dihasilkan akan semakin tinggi. Kendala pada
penamanenan sukun yang telah berumur tua akan mengalami kesulitan untuk
memetik buah dengan kondisi tangkai buah akan semakin sulit untuk dijangkau
dengan ketinggian batang dan cabang tanaman sukun.
Manfaat Buah Sukun
Sukun merupakan tanaman yang seluruh bagian tanaman dapat
dimanfaatkan berupa buah, daun, batang, pada lokasi penelitian masyarakat telah
mengenal berbagai pemanfaatan yang ada akan tetapi masih sangat terfokus pada
pemanfaatan buah saja, ini sesuai dengan hasil pengamatan dan analisa kuisioner
dilapangan dapat dilihat dan disajikan pada Tabel 7.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Tabel 7. Persentase Manfaat Buah Sukun Menurut Responden No Manfaat Buah Sukun Jumlah responden Kategori Persentase (%) 1 2 3 4
Bahan makanan Obat-obatan Kayu Naungan
80 9 5 5
Baik Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah
80,80 9,09 5,05 5,05
Total 99 99,99
Pada data yang disajikan pada tabel di atas menunjukan bahwa
pemanfaatan buah sukun sebagai bahan makanan dengan jumlah 80 responden
dan jumlah persentase 80,80 %. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat telah
mengenal manfaat buah sukun dengan sifat yang sederhana. Untuk pemanfaatan
yang lain seperti obat-obatan jumlah responden 9 orang dengan persentase 9,09
%, pemanfaatan kayu dengan jumlah responden 5 orang dengan persentase 5,05
%, dan sebagai tanaman naungan dengan jumlah responden 5 orang dengan
persentase 5,05 %. Hasil persentase tertinggi menurut responden tentang manfaat
buah sukun sebagai bahan makanan, dan manfaat lain seperti obat-obatan, kayu,
dan sebagai tanaman naungan masih sangat rendah.
Pemanfaatan tanaman sukun masih sederhana oleh para petani, buah hanya
diolah sebagai cemilan sehari-hari. Pada kenyataan tanaman sukun bermanfaat
sebagai tanaman peneduh dan tanaman penghijauan. Sosok tanaman sukun yang
tinggi, dengan perakaran yang tidak terlalu dalam tetapi kokoh, membuat tanaman
sukun sangat cocok untuk digunakan sebagai tanaman penghijauan. Tajuk
tanaman yang besar mampu mengurangi erosi tanah yang disebabkan oleh angin
kencang.
Buah sukun merupakan makanan yang cepat saji, buah sukun dikonsumsi
dalam keadaan matang, tetapi pada referasinya yang demikian cepat maka dalam
selang beberapa hari buah sukun akan menjadi lunak dan tidak dapat dimakan.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Proses resvirasi dan pematangan buah dapat dihambat dengan penyimpanan nya
pada suhu dingin, tetapi proses pematangannya tidak normal. Buah matang yang
seharusnya berwarna hijau kekuningan berubah menjadi warna buram. Berkaitan
dengan buah sukun tersebut, sampai sejauh ini masyarakat belum mengenal cara
penyimpanan khusus untuk memperlambat pematangan buah. Oleh karena itu
sukun lokal yang memiliki daya simpan jauh lebih lama dibandingkan dengan
jenis lain menjadi disukai untuk dijual. Buah sukun yang telah tua dapat direbus,
digoreng dan keripik. Ini merupakan hal yang sangat sederhana dilakukan
masyarakat pada lokasi penelitian. Untuk pemanfaatan kayu yang digunakan
hanya untuk kayu bakar tetapi masyarakat sudah mulai mencoba sebagai bahan
konstruksi bangunan yang bersifat sementara serta masyarakat telah mengetahui
pemanfaatan daun sukun sebagai bahan obat-obatan yang bersifat sangat
tradisional.
Pengolahan Buah Sukun
Pengolahan buah sukun dapat dipergunakan dengan sistem cepat saji
pada lokasi penelitian masih sangat sederhana dengan bentuk cemilan dan
makanan ringan. Sedangkan untuk pengolahan dalam bentuk lain seperti tepung
belum terdapat pada lokasi penelitian. Hal ini sesuai dengan hasil analisa
kuisioner dan pengamatan dilapangan yang disajikan pada tabel 8.
Tabel 8. Persentase Pengolahan Buah Sukun Berdasarkan Responden No Hasil Produksi dari
Buah Sukun Jumlah Responden Kategori Persentase (%)
1 2 3 4
Gorengan Keripik Tepung Kolak
45 40 -
10
Sedang Sedang
- Sangat Rendah
45,45 40,40
- 10,10
Total 99 99,99
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Pengolahan yang paling banyak digunakan pada lokasi penelitian masih
bersifat sangat sederhana yaitu gorengan dengan jumlah 45 orang dengan
persentase 45,45 %, serta keripik 40 orang responden dengan persentase 40,40 %.
Sedangkan pengolahan yang bersifat lama belum ada dan belum dapat diterapkan
karena masih kurang pengetahuan mengenai pengolahan buah sukun. Persentase
pengolahan buah sukun ada dua jenis pengolahan yaitu dalam bentuk gorengan
dan keripik yang masih bersifat sangat sederhana , seperti diketahui bahwa buah
sukun merupakan salah satu jenis makanan pengganti beras. Jenis olahan yang
diproduksi oleh masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Gorengan sukun.
Kulit sukun dikupas kemudian dibelah. Kemudian buah dipotong sesuai selera
dengan tebal 0,5 – 1,5 cm. Setelah direndam dalam bumbu, potongan sukun
digoreng sampai empuk dan menguning.
2. Keripik sukun.
Teknik sama dengan sukun goreng, perbedaan terletak pada tebal irisan (1 – 2
mm) dan ukuran potongan (2 cm x 2 cm).
Dalam pemanfaatan ini masih bersifat sederhana serta bersifat skala sangat
kecil untuk dikonsumsi sendiri dalam rumah tangga dan tidak ditemukan dipasar-
pasar tradisional yang terdapat pada lokasi penelitian. Pengolahan buah sukun
sebagai makanan ringan atau cemilan oleh para petani, karena para petani belum
mengetahui cara pemanfaatan yang tepat pada buah sukun.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tanaman sukun dapat tumbuh dengan baik dengan ketinggian kawasan 0 –
1100 meter dari permukaan laut.
2. Ketinggian kawasan tidak mempengaruhi pertumbuhan sukun.
Saran
1. Pada kawasan rehabilitasi dengan ketinggian 0 – 1100 tanaman sukun sangat
sesuai untuk dilakukan penanaman.
2. Perlu adanya penangan yang tepat untuk tanaman sukun.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, A. H, dan N. K. Kartikawati. 2003. Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Arthocarpus altilis) Hasil Perbanyakan Koloni di Persemaian. Prosiding Ekspose Hasil Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogjakarta.
Anonim. 1990. Hari Depan Komunitas Sukun Cilacap. Dinas Pertanian Cilacap. Gunarto, B. 1990. Budidaya Tanaman Sukun. Bandung. Yayasan Bhineka
Swasembada. Eko, A. T. 1992. Pengaruh Berbagai Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit
Sukun. Yogjakarta. Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Hendalastuti, H. R dan A. Rojidin. 2006. Identifikasi Sentra Produksi Buah dan
Penanganan Pasca Panen Sukun Segar. Laporan Hasil Penelitian Lokal Litbang Hasil Hutan bukan Kayu. (tidak diterbitkan).
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia jilid II, Badan Litbang. Jakarta. Koswra, S. 2006. Sukun Sebagai Cadangan Pangan Alternatif. ebookpangan.com. Mustafa, A.M. 1998. Isi Kandungan Arthocarpus communis. Food science. Noviarso, C. 2003.Pengaruh Umur Panen dan Masa Simpan Buah Sukun
Terhadap Kualitas Tepung Sukun yang Dihasilkan. Skripsi Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Purba, S. B. 2002. karaterisasi tepung sukun (arthocarpus altilis) hasil
Pengeringan Drum dan Aplikasinya untuk Tepung Terigu pada Pembuatan Biscuit. Skripsi Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Widiyanto, R. 1988. Membuet stek, cangkok, dan okulasi. Jakarta: Penerbit
Swadaya. Syarif, S. 2006. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung. Pustaka
Buana. Syah dan Nazarudin, 1994. Sukun dan Kluwih. Penerbit Swadaya. Jakarta. Sayamsuhidayat. 1991. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia, edisi kedua,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Soeseno, S. 1997. Budidaya Sukun. Penerbit Karnesius. Yogyakarta.
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian
Gambar 3. Pertumbuhan sukun dengan tinggi tempat 1020 mdpl.
Gambar 4. Tanaman sukun pada pekarangan rumah petani
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 5. Buah sukun pada ketinggian tempat 850 mdpl.
Gambar 6. Serangan hama pada tanaman sukun
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 2.
KUISONER PENELITIAN
INVENTARISASI TANAMAN SUKUN PADA BERBAGAI KETINGGIAN di SUMATERA UTARA
Nama :
Alamat :
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten :
PENELITI
NAMA : ANWAR SYADAT SIREGAR
PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI HASIL HUTAN
JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNUVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2009
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Tujuan dari pengisian kuisioner ini adalah untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan selama penelitian. Oleh karenanya diharapkan dari bapak ibu/saudar/I
untuk memberikan informasi yang sebenarnya demi keakuratan dari hasil
penelitian ini. Terimakasi
DAFTAR PERTANYAAN
I. Manfaat dan Peranan Sukun di Masyarakat
1. Apakah manfaat sukun menurut anda?
a. Sebagai bahan makanan
b. Untuk obat-obatan
c. Pemanfaatan kayu
d. Sebagai tanaman naungan
2. Kendala apa saja yang dapat menghambat pertumbuhan sukun?
a. Kesuburan tanah
b. Ketinggian
c. Iklim
d. Hama penyakit
3. Apa alasan anda memilih tanaman sukun?
a. Mudah dirawat
b. Sebagai naungan
c. Pemanfaatan buah
d. Hiasan
4. Tanaman sukun mulai berbuah pada umur berapa?
a. 3 Tahun
b. 4 Tahun
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
c. 5 Tahun
d. 6 Tahun
II. Tingkat Pendapatan Sukun
1. Berapakah hasil buah yang diperoleh setiap pemanenan?
a. 100 Buah untuk tanaman umur 5
b. 200 Buah untuk tanaman umur 6
c. 300 Buah untuk tanaman umur 7
d. 400 Buah untuk tanaman umur 8
2. Berapa harga per buah sukun?
a. Rp 1500
b. Rp 2000
c. Rp. 3000
d. Rp 4000
3. Apakah tanaman suku membantu perekonomian anda?
a. Ya.
b. Tidak
c. Biasa saja
d. Sangat menbantu
4. Jika tanaman sukun termasuk tanaman yang direhabilitasi apakah anda
mendukung?
a. Ya
b. Tidak
c. Sangat mendukung
d. Biasa saja
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
III. Tingkat Budidaya Sukun
5. Apakah tanaman sukun yang anda miliki budidaya khusus?
a. Ya
b. Tidak
c. Tumbuh sendiri
d. Pemindahan
6. Jenis budidaya apakah yang anda lakukan untuk tanaman sukun?
a. Stek akar
b. Stek pucuk
c. Pemindahan
d. Pencangkokan
7. Bila tanaman sukun memiliki perlakuan yan khusus anda setuju?
a. Tidak setuju
b. Sangat setuju
c. Biasa saja
d. Mendukung
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 3.
Hasil Wawancara dan Pada Lokasi Penelitian. Nama Desa
Jenis Tanaman
Sukun
Jumlah Pohon
Ketinggian mdpl
Umur Manfaat Kendala
Sait Buntu Lokal 30 1100 16 tahun Buah Hama Penggerek
Manik Maraja
Lokal 200 845 15 tahun Buah Hama Penggerek
Bandar Baru
Lokal 4 890 6 tahun Buah _
Batu Layang
Lokal 7 670 8 tahun Buah _
Sikeben
Lokal 2 870 5 tahun Buah _
Bangun Jawa
Lokal 60 805 12 tahun Buah _
Simbahe
Lokal 2 407 8 tahun Buah _
Tiang Layar
Lokal 10 500 6 tahun Buah _
Kasindir
Lokal 50 535 15 tahun Buah _
D. Maraja
Lokal 155 330 33 tahun Buah _
Bahsulung
Lokal 120 405 27 tahun Buah _
Pancur Batu
Lokal 15 230 7 tahun Buah _
Mesjid Lama
Lokal 10 5 8 tahun Buah _
Deli Tua
Lokal 20 45 9 tahun Buah _
Sugau
Lokal 7 240 6 tahun Buah _
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 4. Karateristik Responden Pada Tanaman Sukun dari 99 Sampel di 15 Desa No Karakteristik
Jumlah
responden
Kategori Persentase (%)
1 Manfaat sukun a. Bahan makanan b. Obat-obatan c. Kayu d. Naungan
80 9 5 5
Baik
Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah
80,80 9,09 5,05 5,05
2 Kendala a. Kesuburan b. Ketinggian c. Iklim d. Hama
10 4
15 70
Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah
Baik
10,10 4,04 15,15 70,70
3 Alasan penanaman sukun a. Mudah dirawat b. Sebagai naungan c. Buah d. Iseng
40 3
44 2
Rendah
Sangat rendah Sedang
Sangat rendah
40,40 3,03 44,44 2,02
4 Sukun mulai berbuah a. 3 thn b. 4 thn c. 5 thn d. 6 thn
- 1
83 5
-
Sangat rendah Sangat baik
Sangat rendah
-
1,01 83,83 5,05
Lampiran 5. Pendapatan Responden dari Tanaman Sukun No Karateristik Jumlah
responden Kategori Persentase
(%)
1 Hasil buah/panen a. 100 b. 200 c.300 d. 400
2 4 -
40
Sangat rendah Sangat rendah
- Rendah
2,02 4.04
- 40,40
2 Harga/buah a. 1500 b. 2000 c. 3000 4. Tidak menentu
80 6 1
12
Baik
Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah
80,80 6,06 1,01 12,12
3 Meningkatkan pendapatan a. Ya
60
Sedang
60,60
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
b. Tidak c. Biasa saja d. Sangat
10 10 19
Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah
10,10 10,10 19,19
4 Hasil yang diproduksi buah sukun a. Gorengan sukun b. Keripik c. Tepung d. Kolak
70 20 - 9
Baik Sangat rendah
- Sangat rendah
70,70 20,20
- 9,09
5 Batas sukun berproduksi a. 20 thn b. 30 thn c. 40 thn d. 60 thn
- -
40 49
- -
Sedang Sedang
- -
40,40 49,49
Lampiran 6. Budidaya Sukun Menurut Responden No Jenis Budidaya Jumlah
responden Kategori Persentase
(%)
1 Budidaya khusus yang dilakukan a. Ada b. Tidak ada c. Tumbuh sendiri d. Pemindahan
- 5 4
90
-
Sangat rendah Sangat rendah Sangat baik
-
5,05 4,04 90,90
2 Perlakuan khusus sukun a. Setuju b. Tidak setuju c. Sangat setuju d. Biasa saja
20 -
70 9
Sangat rendah
- Baik
Sangat rendah
20,20
- 70,70 9,09
3 Jenis perbanyakan yang dipilih a. Stek akar b. Stek pucuk c. Pemindahan d. Pencangkokan
10 8
80 1
Sangat rendah Sangat rendah
Baik Sangat rendah
10,10 8,08 80,80 1,01
4 Sukun membutuhkan pemeliharaan a. Perlu b. Tidak c. Sangat perlu d. Biasa saja
40 -
43 6
Rendah -
Sedang Sangat rendah
40,40 -
43,40 6,06
Anwar Syadat Siregar : Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 7.
Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Termasuk jenis apakah tanaman sukun yang anda miliki?
2. Berapa umur tanmanan sukun yang anda miliki?
3. Manfaat apakah yang anda peroleh dari tanaman sukun?
4. Berapa jumlah tanaman sukun yang dimiliki?
5. Kendala apa saja dalam pemeliharaan sukun?