pelaksanaan program dan pengelolaan masalah gizi masyarakat ga tau pnya siapa

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait. Masalah gizi meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat ketahanan pangan ditingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga untuk memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal ini, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup dalam jumlah dan mutunya. Dalam konteks ini masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja. Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein 1

Upload: sara-fadila-pramadani

Post on 10-Apr-2016

223 views

Category:

Documents


49 download

DESCRIPTION

pelaksanaan program dan pengelolaan gizi masyarakat terutama gizi buruk di masyarakat oleh puskesmas dan pelayanan kesehatan primer

TRANSCRIPT

Page 1: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun

penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan

kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu

pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

Masalah gizi meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan,

pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada

kasus tertentu, seperti keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial,

krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat ketahanan pangan ditingkat rumah tangga,

yaitu kemampuan rumah tangga untuk memperoleh makanan untuk semua anggotanya.

Menyadari hal ini, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang

menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup dalam

jumlah dan mutunya. Dalam konteks ini masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah

kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja.

Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih

didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA)

dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar (Supariasa dkk, 2002)

Di Indonesia, masalah gizi kurang dan gizi buruk masih menjadi perhatian utama

selain juga maslah gizi mikro dan pemberian ASI eksklusif. Dari data Riskesdas 2007,

prevalensi gizi buruk yang berada diatas rerata nasional (5,4%) ditemukan pada 21

provinsi dan 216 kabupaten/kota. Sedangkan berdasarkan gabungan hasil pengukuran

Gizi Buruk dan Gizi Kurang Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 19 provinsi

mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi nasional sebesar

18,4%. Masalah gizi mikro di 10 provinsi tahun 2006, diperoleh gambaran prevalensi

xerophtalmia pada balita 0,13% dan proporsi balita dengan serum retinol < 20 μgr/dl

sebesar 14,6% (Puslitbang Gizi, 2006). Selain itu, masalah anemia pada ibu hamil

1

Page 2: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 masih cukup tinggi

yaitu sebesar 40,1%. Secara nasional cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

0–6 bulan di Indonesia berfluktuasi dalam tiga tahun terakhir, menurun dari 62,2% tahun

2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008 dan sedikit meningkat pada tahun 2009 menjadi

61,3%. Demikian juga cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai 6 bulan

menurun dari 28,6% tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan meningkat

menjadi 34,3% pada tahun 2009 (Susenas 2007 – 2009).

Adapun masalah-masalah yang timbul pada kelompok umur usia sekolah, antara lain

defesiensi Fe dan seringnya jajan di sekolah sehingga dirumah anak tidak mau makan

dan pada umumnya mereka tidak sarapan (makan pagi), makan siang di luar rumah tidak

teratur sehingga tidak tercukupi kebutuhan gizinya.

Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan

memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Melalui

program dan kegiatannya, puskesmas berperan serta mewujudkan keberhasilan status

pelayanan kesehatan Indonesia, khususnya di wilayah kerjanya. Dalam pelaksanaannya,

puskesmas memiliki enam program pokok (basic six) yang salah satu diantaranya

adalah Program Perbaikan Gizi. Program ini bertujuan untuk memantapkan dan

meningkatkan status gizi masyarakat secara efektif dan efisien melalui agendanya yang

meliputi pemantauan perkembangan bayi dan balita, pemberian vitamin A untuk balita,

pemberian tablet Fe untuk ibu hamil, pemberian makanan pendamping ASI, serta

pendataan dan perawatan balita gizi buruk.

Oleh karena pentingnya peran puskesmas dalam pengelolaan program gizi demi

meningkatkan status kesehatan masyarakat, maka penulis mengangkatkan makalah

Pelaksanaan Program dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat di Puskesmas

Andalas sebagai perbandingan bagi puskesmas lain dan sebagai evaluasi bagi Puskesmas

Andalas sendiri untuk memberikan pelayanan yang lebih baik di bidang gizi masyarakat

di masa yang akan dating

2

Page 3: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

Mengetahui pelaksanaan program dan pengelolaan masalah gizi masyarakat di

puskesmas secara umum.

b. Tujuan Khusus

Mengetahui tentang program perbaikan gizi di Puskesmas Andalas

Mengetahui pengelolaan masalah gizi di Puskesmas Andalas

1.3 Batasan masalah

Makalah ini membahas tentang pelaksanaan program dan pengelolaan masalah gizi di

puskesmas Andalas

1.4 Metode penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan kepustakaan yang merujuk pada

berbagai literatur

3

Page 4: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

BAB II

ANALISIS SITUASI

2.1. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

2.1.1. Kondisi Geografis

Puskesmas Andalas terletak di kelurahan Andalas dengan luas 8.15 km2 dengan

batas-batas sebagai berikut:

- sebelah utara : Kecamatan Padang Utara, Kuranji

- sebelah selatan : Kecamatan Padang Selatan

- sebelah barat : Kecamatan Padang Barat

- sebelah timur : Kecamatan Lubuk Begalung, Pauh

Puskesmas Andalas meliputi 10 kelurahan sebagai wilayah kerjanya. Kesepuluh

kelurahan tersebut adalah:

1. Kelurahan Sawahan

2. Kelurahan Jati Baru

3. Kelurahan Jati

4. Kelurahan Sawahan Timur

5. Kelurahan Simpang Haru

6. Kelurahan Andalas

7. Kelurahan Kubu Marapalam

8. Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah

9. Kelurahan Parak Gadang Timur

10. Kelurahan Ganting Parak Gadang

4

Page 5: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

Gambar 1. Peta wilayah kerja Puskesmas Andalas

5

Page 6: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

2.1.2. Keadaan Demografis

Data kependudukan Kecamatan Padang Timur sebagai wilayah kerja Puskesmas

Andalas adalah:

Tabel 1. Distribusi Penduduk menurut Kelurahan Tahun 2011

NO KELURAHAN JUMLAH

1 Kelurahan Sawahan 6387

2 Kelurahan Jati Baru 6707

3 Kelurahan Jati 10134

4 Kelurahan Sawahan Timur 5360

5 Kelurahan Simpang Haru 5835

6 Kelurahan Andalas 8980

7 Kelurahan Kubu Marapalam 6309

8 Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah 10134

9 Kelurahan Parak Gadang Timur 7594

10 Kelurahan Ganting Parak Gadang 10132

Jumlah 77.572

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Andalas tahun 2011

Tabel .2. Daftar Sasaran Kesehatan Puskesmas Andalas Tahun 2011

Kelurahan Bayi Balita Bumil Bulin Buteki WUS PUS Lansia

Sawahan 153 749 168 160 306 1571 1076 531

Jati Baru 161 786 177 169 322 1650 1130 558

Jati 250 1223 275 262 500 2567 1758 868

Sawahan Timur 128 629 142 135 256 1321 904 446

6

Page 7: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

Kubu Marapalam 152 741 167 160 304 1560 1069 527

Andalas 221 1081 243 232 442 2268 1554 766

Kubu Dalam Pr. Karakah 250 1226 275 263 500 2572 1762 869

Parak Gadang Timur 188 922 207 198 376 1934 1325 653

Simpang Haru 141 689 155 148 282 1446 991 489

Ganting Parak Gadang 251 1229 276 263 502 2579 1766 871

Jumlah 1895 9275 2085 1990 3790 19468 13335 6578 Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Andalas tahun 2011

2.1.3. Sarana dan Prasarana

a. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Wilayah kerja Puskesmas Andalas sangat luas, oleh karena itu untuk melayani

masyarakat, Puskesmas Andalas memiliki 1 buah Puskesmas induk, dan 8 buah

Puskesmas pembantu dan 1 buah Poskeskel yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas

Andalas, yaitu:10

1. Puskesmas Pembantu Andalas Barat

2. Puskesmas Pembantu Parak Karakah

3. Puskesmas Pembantu Tarandam

4. Puskesmas Pembantu Ganting Selatan

5. Puskesmas Pembantu Jati Gaung

6. Puskesmas Pembantu Sarang Gagak

7. Puskesmas Pembantu Kubu Dalam

8. Puskesmas Pembantu Kampung Durian

9. Poskeskel Kubu Marapalam

Untuk kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat, Puskesmas Andalas

mempunyai:

1 buah kendaraan roda empat (Puskel)

5 buah kendaraan roda dua

Sarana kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas yaitu:

Rumah Sakit Pemerintah : 3 buah

7

Page 8: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

Rumah Sakit Swasta : 6 buah

Klinik Swasta : 6 buah

Dokter Praktek Umum : 51 orang

Dokter Praktek Spesialis : 15 orang

Bidan Praktek Swasta : 30 orang

Dukun Terlatih : 2 orang

Kader aktif : 352 orang

Pos KB : 12 pos

Posyandu Balita : 88 buah

Posyandu Lansia : 8 buah

b. Sarana dan Prasarana Umum

Sarana dan prasarana umum di wilayah kerja Puskesmas Andalas:

Taman kanak-kanak (TK) : 34 buah

SD Negeri : 35 buah

SD Swasta : 13 buah

SMP/MTsN : 11 buah

SMA/ SMK : 15 buah

Perguruan tinggi : 4 buah

Tempat ibadah : 112 buah

Salon/ pangkas rambut : 34 buah

Pasar : 2 buah

2.1.4. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi

Sebagian besar penduduk wilayah kerja Puskesmas Andalas beragama Islam yaitu

sekitar 96%, beragama Kristen 2%, Hindu 1% dan Budha 1 %. Keadaan ekonomi

penduduk sebagian besar menengah ke bawah.

2.1.5. Tenaga Kesehatan dan Struktur Organisasi

Puskesmas Andalas mempunyai tenaga kesehatan yang bertugas di dalam gedung

induk dan Puskesmas Pembantu. dengan rincian: 51 orang PNS, 7 orang tenaga PTT, 5

orang tenaga volunteer/honor.

Tabel 3. Komposisi Ketenagaan yang ada di Puskesmas Andalas

8

Page 9: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

NOJENIS

KETENAGAANPNS PTT HONOR JML

1. Dokter Umum 4 4

2. Dokter Gigi 3 3

3. SKM 4 1 5

4. Akademi Perawat 5 1 6

5. Akademi Bidan 6 7 13

6. Pengatur Gizi / AKZI 1 1 2

7. Perawat 6 6

8. Bidan 7 1 8

9. Perawat Gigi 1 1

10. Sanitarian 2 2

11. Asisten Apoteker 3 3

12. Analis 3 1 4

13. SMU 6 2 8

Jumlah 51 8 5 65 Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Andalas tahun 2011

2.1.6. Sasaran Program Gizi

a) Jumlah penduduk : 81. 963 jiwa

b) Bayi (0- 5 bulan) : 645

c) Bayi ( 6- 11 bulan ) : 921

d) Anak balita (1-5 tahun) : 5.924

e) Balita (0- 5 tahun) : 7.943

f) Ibu hamil : 1.776

g) Ibu nifas : 1.613

9

Page 10: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

PIMPINAN PUSKESMASDr. Dessy M Siddik

.

KEUANGANSumarni

Yenti Reflinda

PERENCANAANKa. Puskesmas

Tata UsahaStaf Medis

TATA USAHA/ KEPEGAWAIAN

PERLENGKAPAN UMUMErnawati

Nofrizal Bahar, AmKL

KOORDINATOR UPAYA KESEHATAN PERORANGANDr. Fanni Martias

PENGOBATANUMUM :dr. FANNI MARTIASANNELTIERNI BOTHNURHAYATIDEWI RAHAYU NEKA KURNIATIGIGI: drg. RATNI YUDHAdrg. DWI FILIANAdrg. VINELSIHdrg. DAFNAMURNI BR GURUSINGAKIA/KBA. IBU:SYAMSIWARTIRINI A, Amd, KebB. ANAK:ADE MAILINADOTI MAILINAC. KB: ARNITAWATIHj. NELLY S, Amd,Keb

PROGRAM PENUNJANGAPOTIK:YENTI REFLINDAELGUSNETIGUSTINAR NURSAMRR:AMRIANINURHAYATI

KOORDINATOR UPAYA KESEHATAN MASYARAKATDrg. DWI FILIANA

P2MTb Paru: NURHAYATI

SURVEILANS: ADETYOZA, AmkDBD: IRDAWATI, SKMISPA: NELLY MURSITA

DIARE: ERFITAIMUNISASI/RABIES: FERDINI DK,Amd,Keb

MALARIA/LABOR: LIZA NURMAYA D,Amd,Ak JUFRIYANTI,Amd,Ak

PROMKES : YUSMARNI,Amd,KepKESLING: IRDAWATI,SKM

GIZI: SALNIATY,AMG

PROGRAM TAMBAHAN

UKS: GUSNETIUKGS: MURNI BR GURUSINGA

LANSIA: LINA FIFRIANTIKESORGA: SYAMSIWARTI

PERKESMAS: DEWI RAHAYU,Amd,Kep

10

Page 11: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas Andalas

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. pengertian gizi dan ilmu gizi

Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang

dikaitkan dengan kesehatan. Dilihat dari segi sifatnya, ilmu gizi dibedakan menjadi dua,

yakni gizi yang berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan

perorangan dan gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut gizi

kesehatan masyarakat (public health nutrition). Kedua sifat keilmuan ini akhirnya

11

Page 12: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

masing-masing berkembang menjadi cabang ilmu sendiri, yakni cabang ilmu gizi

kesehatan perorangan atau disebut gizi klinik (clinical nutrition) dan cabang ilmu gizi

kesehatan masyarakat (community nutrition).

Kedua cabang ilmu ini dibedakan berdasarkan hakikat masalahnya. Gizi klinik

berkaitan dengan masalah gizi pada individu yang sedang menderita gangguan

kesehatan akibat kekurangan atau kelebihan gizi. Jadi gizi klinik lebih menitik beratkan

pada kuratif. Gizi masyarakat berkaiatan dengan gangguan gizi pada kelompok

masyarakat, oleh sebab itu, sifat dari gizi masyarakat lebih ditekankan pada pencegahan

(prevensi) dan peningkatan (promosi).

3.2 Program Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Di Puskesmas

Berdasarkan standar minimal penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat yang

dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia pada tahun 2004, pengelolaan masalah gizi di puskesmas dilaksanakan

melalui program-program sebagai berikut :

1. Pemantauan Pertumbuhan Balita

1. Balita yang Naik Berat Badannya (program N/D)

Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yang ditimbang (D) di posyandu

maupun di luar posyandu yang berat badannya naik di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.

Langkah kegiatan:

1) Pengadaan dan pemeliharaan sarana terdiri dari alat timbang, pengadaan daftar

tilik, formulir rujukan, R1 Gizi;

2) Perencanaan logistik, pelaksanaan kegiatan dan pengambilan laporan;

3) Pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di posyandu dan di luar posyandu;

4) Bimbingan teknis.

2. Balita Bawah Garis Merah

Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang ditimbang berat badannya

berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS. Bayi BGM keluarga

12

Page 13: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

miskin adalah bayi usia 6-11 bulan yang berat badannya berada pada garis merah atau

dibawah garis merah pada KMS. Keluarga miskin (gakin) adalah keluarga yang

ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota melalui tim koordinasi

kabupaten/kota (TKK) dengan melibatkan tim desa dalam mengidentisikasi nama dan

alamat gakin secara tepat, sesuai dengan gakin yang disepakati. MP-ASI yang diberikan

dapat berupa bubur, nasi tim dan biskuit yang dapat dibuat dari campuran beras dan atau

beras merah, kacang-kacangan, sumber protein hewani/nabati, terigu, margarine, gula,

susu, lesitin, kedele, garam bikarbonat dan diperkaya dengan vitamin dan mineral.

Target Bayi BGM yang mendapatkan MP-ASI adalah 100%.

Langkah Kegiatan

1) Pengadaan dan pemeliharaan alat ukur berat badan dan KMS, pengadaan daftar

tilik dan formulir rujukan;

2) Perencanaan penyiapan logistik;

3) Pelacakan BGM melalui pemantauan pertumbuhan di posyandu dan di luar posyandu;

Rumusan yang digunakan untuk mendapatkan cakupan pemberian MP-ASI pada

Bayi BGM adalah:

Langkah kegiatan yang dilakukan adalah:

Pendataan sasaran

Penyusunan spesifikasi dan pedoman pengelolaan MP-ASI untuk bayi

usia 6-11 bulan dan anak usia 12-23 bulan.

Pelatihan tenaga pelaksanaan program MP-ASI

Sosialisasi program MP-ASI

Distribusi MP-ASI

Pencatatan/pelaporan

Monitoring dan evaluasi

13

Page 14: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

4) Bimbingan teknis.

2. Pelayanan Gizi

1. Cakupan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A 2 kali per tahun.

Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul vitamin A adalah bayi yang

berumur mulai umur 6-11 bulan dan anak umur 12-59 bulan yang mendapat kapsul

vitamin A dosis tinggi. Kapsul vitamin A yang diberikan adalah kapsul vitamin A dosis

tinggi yang terdiri dari kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 S.I. yang

diberikan kepada bayi umur 6-11 bulan dan kapsul vitamin A berwarna merah dengan

dosis 200.000 S.I. yang diberikan kepada anak umur 12- 59 bulan.

Rumusan yang digunakan untuk mendapatkan nilai cakupan balita yang mendapatkan

Vitamin A adalah:

Langkah kegiatan yang dilakukan adalah:

Pendataan sasaran balita

Perencanan kebutuhan kapsul vitamin A

Pengadaan dan pendistribusian kapsul vitamin A

Sweeping pemberian kapsul vitamin A

Penggandaan buku pedoman dan juknis

Monitoring dan evaluasi

2. Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Fe

14

Page 15: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trimester I s/d trismester III. Tablet Fe

yang diberikan merupakan tablet tambah darah sebanyak 90 tablet untuk menanggulangi

anemia gizi besi pada ibu hamil.

Langkah Kegiatan

1) Pendataan Sasaran Ibu Hamil (Baseline data);

2) Perencanaan kebutuhan tablet Fe (zat besi);

3) Pengadaan dan pendistrubusian tablet Fe;

4) Penggandaan Buku Pedoman dan Juknis;

5) Monitoring dan Evaluasi.

3. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Bawah Garis Merah

dari Keluarga Miskin.

Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 6-11 bulan BGM dari

keluarga miskin adalah pemberian MP-ASI dengan porsi 100 gram per hari selama 90

hari.

Langkah Kegiatan

1) Pendataan sasaran;

2) Penyusunan Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan MP-ASI untuk bayi usia 6-11

bln dan anak usia 12-23 bln;

3) Pelatihan tenaga pelaksanaan program MP-ASI;

4) Sosialisasi program MP-ASI;

5) Distribusi MP-ASI;

6) Pencatatan/Pelaporan;

7) Monitoring dan Evaluasi

4. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di

sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada

kurun waktu tertentu.

Perawatan sesuai standar yaitu pelayanan yang diberikan mencakup :

a) Pemeriksaan klinis meliputi kesadaran, dehidrasi,

hipoglikemi, dan hipotermi;

15

Page 16: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

b) Pengukuran antropometri menggunakan parameter BB dan

TB;

c) Pemberian larutan elektrolit dan multi-micronutrient serta

memberikan makanan dalam bentuk, jenis, dan jumlah yang

sesuai kebutuhan, mengikuti fase Stabilisasi, Transisi, dan

Rehabilitasi;

d) Diberikan pengobatan sesuai penyakit penyerta;

e) Ditimbang setiap minggu untuk memantau peningkatan BB

sampai mencapai Z-score -1;

f) Konseling gizi kepada orang tua / pengasuh tentang cara

memberi makan anak.

5. Bayi Yang Mendapat ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6

bulan tanpa diberikan makanan dan minuman. Bayi yang mendapat ASI eksklusif ádalah

bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu

Langkah Kegiatan

1) Kegiatan pengumpulan data :

a) Menghitung jumlah seluruh bayi usia 0-6 bulan di satu wilayah kerja/ administrasi.

b) Menghitung jumlah seluruh bayi usia 0-6 bulan yang hanya diberi ASI saja dari

catatan puskesmas.

c) Menghitung dengan rumus.

2) Kegiatan meningkatkan penyelenggaraan program:

a) Pelatihan PP-ASI bagi tokoh agama, pengajar di institusi pendidikan keperawatan,

kebidanan, gizi dan tenaga kesehatan.

b) Penyusunan materi KIE ASI Eksklusif.

c) Pengadaan materi KIE ASI Eksklusif.

d) Pendataan sasaran ASI Eksklusif

e) Penyuluhan ASI Eksklusif.

16

Page 17: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

f) Sosialisasi KIE ASI Eksklusif

g) Pembinaan teknis (kunjungan lapangan)

h) Pelaporan dan evaluasi

6. Desa/kelurahan dengan Garam Beryodium Baik

Desa dengan garam beryodium baik adalah desa/kelurahan dengan 21 sampel garam

konsumsi yang diperiksa hanya ditemukan tidak lebih dari satu sampel garam konsumsi

dengan kandungan yodium kurang dari 30 ppm pada kurun waktu tertentu

Langkah Kegiatan

1) Kegiatan mendapatkan data :

a) Menghitung jumlah seluruh desa di satu wilayah kerja/administrasi.

b) Menghitung desa yang beryodium.

c) Menetapkan status desa (beryodium baik atau tidak).

d) Menghitung jumlah desa yang beryodium baik.

e) Menghitung dengan rumus.

2) Kegiatan meningkatkan pelaksanaan program :

a) Pendataan sasaran desa (Baseline data);

b) Perencanaan kebutuhan anggaran kegiatan promosi / KIE;

c) Pengadaan tes kit yodium

d) Pelatihan dan Kegiatan promosi KIE garam beryodium;

e) Pengadaan media KIE garam beryodium

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Kegiatan yang dilakukan di puskesmas andalas

4.1.1. Penimbangan

Kegiatan penimbangan dilakukan 1 bulan 1 kali setiap posyandu pada 10 kelurahan,

yang bertujuan untuk mengetahui dan memantau pekembangan berat badan dengan

17

Page 18: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

menggunakan timbangan dacin bagi balita, timbangan injak (bathscale) untuk ibu hamil

dan ibu nifas.

Hasil penimbangan dibuat oleh masing- masing Pembina wilayah, kemudian di

kumpulkan pada petugas gizi laporan di rekap dalam buku register posyandu untuk di

laporkan ke Dinas Kesehatan Kota dalam bentuk LB3 gizi

Grafik 4.1 Pencapaian D/S. N/D, BGM/D bayi, A. balita dan puskesmas tahun 2011

Bayi Anak Balita P. Andalas0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

D/SN/DBGM/D

Tabel 4.1. Pencapaian D/S. N/D, M/D bayi, A. balita dan puskesmas tahun 2011

D/S(65%) 91.5 76.1 79.2

N/D (80 %) 78.3 67.0 80.0

M/D (< 5%) 0.07 2.3 5.2

1. Partisipasi Masyarakat (D/S)

18

Page 19: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

Sasaran balita di wilayah puskesmas andalas adalah 1478 balita dengan targetan

kunjungan balita ke posyandu yang harus dicapai adalah sebanyak 65 %. Dari grafik dan

tabel terliahat sudah mencapai target, bayi 91,5 %, balita 76,1 %, puskesmas 79,2 %.

Berdasarkan pengamatan dilapangan . Walaupun sudah tercapai target tapi masih

terdapat masalah honor kader sebagai petugas lapangan yang langsung berinteraksi

dengan masyarakat tidak sebanding dengan beban tugas yang harus diembannya,

sehingga banyak kader yang mulai tidak aktif lagi dalam menjalankan posyandu di

daerahnya.

2. Keberhasilan Program (N/D)

Seperti di sampaikan pada tinjauan pustaka di atas, Balita yang naik berat badannya

(N) adalah balita yang ditimbang 2 bulan berturut-turut naik berat badannya dan

mengikuti garis pertumbuhan pada kartu menuju sehata (KMS). Targetnya 80%.

Rumusan yang digunakan untuk mendapatkan nilai balita yang naik berat badannya

adalah:

Tabel.4.2 Pencapaian N/D Balita diwilayah kerja Puskesmas Andalas Tahun hingga

2011

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2011, program N/D belum

mencapai target yang ditetapkan oleh DKK. Petugas Program Gizi harus lebih giat lagi

meningkatkan pelaksanaan program posyandu dan mereaktivasi serta memotivasi

kembali semua kader posyandu di wilayah kerjanya.

Kendala karena hampir semua kegiatan program bertumpu pada kunjungan balita ke

posyandu. Namun, hal yang juga dikhawatirkan adalah keminiman pendataan balita

yang tidak pernah datang sama sekali ke posyandu yang mungkin termasuk balita

19

Page 20: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

dengan status gizi kurang bahkan mungkin buruk. Hal ini masih merupakan tugas

bersama petugas puskemas dengan bidan penanggung jawab wilayah serta kader

posyandu, ditambah dukungan pejabat pemerintah setempat, yakni lurah dan camat.

Keakuratan, prosedur dalam penimbangan yang kurang baik, sehingga

menghasilkan keakuratan berat badan balita yang kurang.

3. Keberhasilan Program (BGM/D)

Data Balita bawah Garis Merah secara umum didapatkan dari pendataan

kunjungan balita ke posyandu, puskesmas, bidan di wilayah kerja puskesmas Andalas,

maupun rumah sakit. Meskipun demikian, pendataan utama tetap didapatkan dari

posyandu karena pemantauan dan perekapan data posyandu dilakukan secara rutin.

Skrining awal balita yang dicurigai mengalami malnutrisi juga lebih berpedoman

pada posyandu. Hal ini dikarenakan kebanyakan balita yang datang ke puskesmas atau

ke bidan atau ke rumah sakit adalah setelah anak tersebut sakit.

Meskipun angka balita bawah garis merah yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Andalas sudah tercapai target, namun pihak puskesmas sendiri sebenarnya menargetkan

bahwa tidak ada lagi balita yang berada di bawah garis merah pertumbuhannya, dengan

katan lain BGM/D haruslah 0 (nol).

Yang masih disangsikan adalah penurunan angka BGM/D yang belum tentu

disebabkan berkurangnya jumlah balita BGM, tetapi bisa jadi karena belum semua balita

terpantau (masih banyak balita yang tidak datang ke Posyandu). Sehingga, secara umum

masalah yang dihadapi untuk program gizi di posyandu adalah kunjungan posyandu dan

pendataan yang masih belum optimal.

4.1.2. Penyuluhan Gizi

Penyuluhan dilakukan dilakukan puskesmas andalas pada 2 tempat:

a) Dalam gedung

Penyuluhan dalam gedung (POZI) dilakukan setiap hari kerja. Penyuluhan ini

bersifat sederhana terhadap pasien yang dirujuk dari balai pengobatan dan KIA yang

memerlukan diet sederhana.

b) Luar gedung

20

Page 21: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

Penyuluhan diluar gedung dilakukan diposyandu dan sekolah- sekolah bekerja

sama dengan promkes dan UKS

4.1.3. Distribusi Vitamin A

1. Bayi dan balita

Distribusi vitamin A pada pada bayi dan anak balita dilakukan 2 kali dalam

setahun yaitu bulan Februari dan Agustus dan pemberian kapsul vitamin A di sekolah

PAUD dan TK.

2. Pada ibu nifas

Distribusi vitamin A pada ibu nifas dilakukan oleh Pembina wilayah dan kader di

masing- masing posyandu, di Puskesmas, Pustu, bidan praktek suasta yang ada di

wilayah kerja puskesmas

Pencapaian distribusi kapsul Vitami A pada Balita dan ibu nifas direkap oleh

petugas gizi dan dilaporkan ke dinak kesehatan kota yang diketahui oleh pemimpin

Puskesmas.

Grafik 4.3. Distribusi Vitamin A Pada Bayi Dan Anak Balita Bulan Februari Tahun 2011

N

O

KELURAHAN SASARAN PENCAPAIAN

BAYI

PENCAPAIAN

BALITA

Bayi A.balit

a

ABS % ABS %

1 Sawahan 92 596 86 93,5 580 96,5

21

Page 22: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

2 Jati baru 97 625 92 94,8 609 94,0

3 Jati 150 973 144 96,0 945 95,8

4 Sawahan timur 77 501 74 92,3 486 92,3

5 Simpang haru 85 548 83 97,6 533 91,5

6 Kubu marapalam 91 589 88 96,7 572 96,3

7 Andalas 133 860 130 97,7 836 99,3

8 Kb. Dalam parker 150 976 141 94,0 947 96,2

9 GT. Prk. Gadang

timur

113 734 108 95,6 715 94,1

10 Gt. Prk. Gadang 151 978 141 93,4 950 98,4

Jumlah 1.139 7.375 1.087 95,4 7.014 95.1

Tabel 4.4. Distribusi Vitamin A Bulan Agustus 2011

N

O

KELURAHAN SASARAN PENCAPAIAN

BAYI

PENCAPAIAN

BALITA

Bayi A.balit

a

ABS % ABS %

1 Sawahan 74 407 71 95,9 385 94,6

2 Jati baru 83 509 78 93,9 471 92,7

3 Jati 130 809 122 93,8 759 93,9

4 Sawahan timur 61 501 58 95,1 455 93,4

5 Simpang haru 70 487 65 92,9 320 93,3

6 Kubu marapalam 76 343 73 96,1 437 94,6

7 Andalas 115 463 110 95,6 742 94,8

8 Kb. Dalam parker 133 783 125 93,6 813 91,8

9 GT. Prk. Gadang

timur

97 886 92 94,9 582 90,6

10 Gt. Prk. Gadang 130 642 127 97,7 1094 89,9

Jumlah 968 6.330 1.074 95,1 6.997 93,6

22

Page 23: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

Berdasarkan tabel diatas terlihat pendistribusian kapsul Vitamin A pada bayi di bulan

Februari dan Agustus tahun 2011 masih sudah mencapai target( bayi 95%, balita 93 %).

Table 4.5. distribusi Vitamin A untuk ibu nifas

4.1.4. Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Nifas

Sasaran pemberian tablet Fe adalah Ibu Hamil (Bumil ) dan Ibu Nifas (Bufas).

Untuk ibu hamil tablet Fe 1 diberika pada kunjungan pertama (K1) dan Fe 3 diberikan

pada kehamilan trimester ke III. Tablet Fe diberikan pada ibu hamil yang dating ke

Puskesmas, Pustu dan Bidan Prakte Swasta (BPS) yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Andalas

4.1.4. distribusi tablet FE untuk ibu nifas

Berdasarkan tabel pencapaian distribusi tablet Fe pada ibu nifas di tahun 2011

sudah mencapai target, bahkan sudah melebihi target yaitu FE1 : 106,0%( target 90,0%),

fe3 : 116,1 %( target 85,0%), ibu nifas 100,9 % (target 80,0%). Hal ini juga didukung

dengan kerjasama lintas program di puskesmas yaitu antara program KIA tempat dimana

ibu nifas sering memeriksakan kesehatannya dengan program Gizi.

Tabel 4.6. distribusi Fe1 pada ibu nifas tahun 2011

23

Page 24: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

Table 4.7. distribusi Fe 3 pada ibu nifas tahun 2011

4.1.5. Pojok Gizi (POZI)

Pojok gizi merupakan kegiatan penyuluhan dan konsultasi gizi perorangan

terhadap pasien yang dirujuk dari balai pengobatan, KIA dan Posyandu. Pasien yang

biasanya berkunjung ke POZI adalah pasien Diabetes Melitus (DM), Hipertensi, balita

24

Page 25: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

bawah garis merah, tuberkulosis, dan lain- lain. Hal ini menunjukan bahwa masalah gizi

saat ini tidak hanya pada masalah gizi utama (KEP, KVA, Anemia Gizi Besi dan GAKI)

saja, melainkan juga masalah penyakit degeneratif. Untuk itu kegiatan gizi dimasa

mendatang juga fokus pada penyakit degeneratif.

Kunjungan POZI tidak memiliki targetan spesifik yang harus dicapai. Kendala

yang dialami program ini adalah lebih banyak datang dari pasien sendiri, yaitu kepatuhan

pasien dalam menerapkan panduan gizi yang didapatnya. Sering ditemukan pasien

dengan penyakit yang sama, seperti hipertensi, datang berulang ke pojok gizi. Meski

demikian, petugas gizi tetap berusaha memaksimalkan pemberian edukasi melalui kerja

sama dengan lintas program seperti KIA, Imunisasi, dan BP.

KEPHIPERTENSIDIABETESGIZI LEBIHDLLANEMIA BUMIL

Grafik 4.2. Kunjungan POZI di puskesmas Andalas

Table 4.8. Kunjungan POZI Puskesmas Andalas tahun 2011

No Bulan PENYAKIT

KE

P

HIPERT

ENSI

DIABET

ES

ANEMIA

BUMIL

KEK GIZI

LEBIH

DLL JUMLAH

1 Januari 16 3 3 7 1 0 10 39

25

Page 26: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

2 Februari 19 2 1 4 0 0 5 31

3 Maret 27 4 5 0 0 0 10 46

4 April 38 30 4 3 0 0 4 79

5 Mei 42 10 12 3 0 0 15 82

6 Juni 23 24 18 4 0 0 10 75

7 Juli 18 15 18 2 4 0 17 70

8 Agustus 2 12 15 2 1 0 15 78

9 September 16 7 5 2 2 0 38 68

10 Oktober 28 15 10 2 2 0 2 57

11 Nofember 23 15 20 3 0 1 3 65

12 Desember 12 14 8 8 2 0 1 66

Jumlah 264 151 109 40 12 1 130 756

4.1.6. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

Pemberian makanan tambahan (PMT) khusus untuk anak yang menderita gizi

buruk atau BGM (bawah garis merah) dan ibu hamil KEK (Kurang Energi Kalori). PMT

ini berupa susu lactogen klasik untuk bayi (0-6 bulan), lactogen gold untuk anak umur (1-

2 tahun), dancow untuk anak umur (>3 tahun), bubur susu SUN untuk umur (6- 12

bulan), susu batu lactamil untuk ibu hamil KEK dan anemia gizi besi, dan MP. ASI

biscuit untuk anak umur (6- 24 bulan), pediasure untuk 35 orang anak balita BGM

Makanan ini diberikan khususnya kepada balita dengan status gizi BGM dan

balita non BGM keluarga miskin.

Sasaran MP-ASI Gakin 2011 : 259 orang

Sasaran yang mendapat MP-ASI : 259 orang

Balita non gakin masih ada yang mendapatkan MP-ASI/susu gratis. Hal ini menunjukkan

bahwa balita yang ada di wilayah puskesmas Andalas tidak semuanya berada dalam

kondisi keluarga miskin. Untuk pemberian MP-ASI dan susu gratis, petugas puskesmas

mengakui bahwa ini juga merupakan salah satu metode efektif untuk menarik kunjungan

ke posyandu. Tapi hal ini tidak berarti dalam Meningkatan berat badan balita BMG.

4.1.7. Pemantauan Balita Gizi Buruk

26

Page 27: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

Pemantauan terhadap kasus gizi buruk dilakukan dua minggu sekali, sekurang-

kurangnya satu kali dalam sebulan. Pemantauan ini dilakukan ke lapangan oleh pelaksana

gizi bersama dengan Pembina wilayah. Intervensi yang dilakukan terhadap balita gizi

buruk dengan memberikan PMT(pemeberian makanan tambahan) pemulihan selama 90

hari berupa biscuit dan susu.

4.1.8.Survei Kadarzi

Suatu keluarga disebut KADARZI (Keluarga Sadar Gizi) apabila telah

berperilaku gizi yang baik (sesuai dengan indikator kadarzi). Masih adanya masalah gizi

pada balita/ibu hamil maka dilakukanlah pemetaan kadarzi untuk melihat seberapa besar

masalah gizi, apa saja yang menjadi pokok masalah dan sekaligus menetapkan konseling

yang tepat sehubungan dengan masalah yang dihadapi.

Kadarzi adalah kegiatan gerakan keluarga sadar gizi yang dilihat dari 5 item

tertentu :

1. Keanekaragaman makanan dalam menu keluarga

2. Penimbangan berat badan balita dan bumil dan anggota keluarga secara teratur

3. Penggunaan garam beryodium

4. Pemberian ASI eklusif

5. Sarapan pagi

Survey ini dilaksanakan di masing- masing posyandu dengan pengambilan

sampel secara acak sebanyak 30 KK / kelurahan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan

gambaran masalah gizi dan perilaku gizi yang baik dan benar di satu wilayah atau

sekelompok dasawisma.

Kepala keluarga yang didata juga dilakukan konseling tentang masalah gizi yang

ada di keluarga tersebut. Kendala yang dihadapi dari pihak puskesmas adalah

kekurangan tenaga untuk turun ke lapangan. Selain itu, dari pihak KK sendiri juga tidak

semua yang bisa dan mengikuti edukasi dan saran yang sudah diberikan.

4.1.9. Penimbangan missal

Penimbangan missal serentak diadakan 1 kali setahun di masing- masing

Posyandu dengan sasaran adalah semua balita (0-5 tahun), untuk menjaring balita BGM

yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Hasil penimbangan diolah dan direkap oleh

27

Page 28: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

petugas gizi sekaligus melakukan validasi terhadap balita BGM (baawah garis merah)

berdasarkan standar BB/U dan BB/TB.

Sasaran : 7943 orang

Jumlah BGM : 306 orang

Dengan status gizi (diambil tahun 2011):

1. BB/U

Buruk : 41 orang

Kurang : 265 orang

Baik : 5632 orang

2. TB/U

Sangat pendek : 19 orang

Pendek : 61 orang

Normal : 5922 orang

3. BB/TB

Kurang sekali : 10 orang

Kurus : 72 orang

Normal : 5869 orang

Dari hasil penimbangan massal tersebut ditemukan balita dengan status gizi buruk (kurus

Sekali) 41 orang, sangat pendek 19 orang, kurang sekali 10 orang.

Upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi masalah gizi buruk (balita dengan

status gizi Kurus) antara lain dengan pemberian MP-ASI, Susu Formula & Bubur susu.

4.1.10. Pemantauan Garam Beryodium

Pemantauan garam beryodium di tingkat masyarakat dilakukan bersamaan denga

survey kadarzi di 10 kelurahan. Pemantauan atau pemeriksaan garam ini dilakukan oleh

28

Page 29: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

petugas gizi ke lapangan bersama dengan Pembina wilayah dengan jumlah sampel 30 kk.

Kelurahan yang bertujuan untuk mengetahui apakah garam yang dipakai di rumahtangga

mengandung yodium atau tidak.

Pemeriksaan garam dilakukan menggunakan Iodine test pada garam yang dipakai

di rumah warga tersebut. Hasilnya, jika garam tersebut cukup mengandung yodium, maka

akan menampakkan warna ungu.

Masalah yang ditemukan di lapangan masih ditemukan garam yang masih kurang

kandungan yodiumnya, tapi hal itu lebih disebabkan karena penyimpanan garam yang

kurang baik. Misalnya, warga masih ada yang meletakkan garam di dekat kompor atau di

tempat yang panas, sehingga kadar yodium garam jadi berkurang. Selain pemeriksaan,

petugas juga langsung memberikan penyuluhan mengenai pentingnya penggunaan garam

beryodium dan cara penyimpanannya yang baik.

4.1.11. Pencatatan Dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan program gizi dilakukan setiap bulan

pencatatan ada yang bersifat

1. Rutin : LB3 gizi

2. Tidak rutin : pelaporan yang dilakukan di Puskesmas seperti pelaporan

harian, pelaporan vitamin A, penimbangan missal, pemantauan status gizi, MP-

ASI.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

29

Page 30: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

Pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat yang dilakukan Puskesmas Andalas sudah memenuhi standar pelayanan minimal yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2004.

Berdasarkan data-data di atas maka dapat disimpulkan bahwa masalah gizi yang ada di puskesmas Andalas meliputi : Dalam pelasanaan di lapangan D/s, N/D masih ditemukan masalah Masih ditemukan balita yang berat badan bawah garis merah Belum maksimalnya pemantauan serta penanganan masalah gizi buruk Pendataan dan pencatatan laporan program yang belum optimal

5.2. Saran

1. Lakukan evaluasi pada setiap program yang telah dijalankan, baik itu program

yang sudah mencapai target ataupun yang belum.

2. Lakukan rapat koordinasi lintas program minimal 1x sebulan dan lintas sektor

minimal 1x 3 bulan, karena salah satu yang menyebabkan timbulnya masalah gizi

adalah kurangnya koordinasi lintas program dan lintas sektoral, khususnya pejabat

setempat (lurah,ketua RT, ketua RW)

3. Menggiatkan kader agar lebih bersemangat untuk melaksanakan posyandu tiap

bulannya, bisa dengan memberi reward and punishment.

4. Melengkapi sarana dan prasarana posyandu melalui DKK agar masyarakat

termotivasi untuk datang ke posyandu.

5. Memperdayakan bidan poskeskel, pembina wilayah, dan kader masing-masing

posyandu dalam memantau/menangani masalah balita BGM dan pembenahan

dalam sistem pencatatan dan pelaporan agar diperolehnya data yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Operasional Kadarzi diunduh tanggal 16 januari 2013 dari :

www.gizi.depkes.go.id

30

Page 31: Pelaksanaan Program Dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Ga Tau Pnya Siapa

2. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Perbaikan Gizi

Masyarakat diunduh tanggal 16 januari 29013 dari : www.depkes.go.id

3. Puskesmas Ambacang. Laporan Tahunan Gizi 2011 Puskemas Andalas Padang :

Puskesmas Andalas

31