pelaksanaan penyaluran pembiayaan oleh...
TRANSCRIPT
Jurnal Ilmu Hukum ISSN 2302-0180
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 8 Pages pp. 98-105
Volume 2, No. 1, Agustus 2013 - 98
PELAKSANAAN PENYALURAN PEMBIAYAAN OLEH
BANK SYARIAH DI BANDA ACEH
Badri
1, Dahlan
2, Mahfud
2
1) Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2) Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Abstract: Bank Syariah is a financial institution which be based on syariah principle. In Chapter
(II) article (4) clause (1) mentioned the bank syariah has function to collect and distribute public
fund, and in article (2) mentioned too bank syariah has social functions in form of baitul mal
institution, in managing funds from zakat, infak, sedekah, hibah, or others social funds. However,
in implementation in field, it was not yet indicate role optimally and it still dominated by
particular business type that in commercial. Based on the case, this study promoted two problems:
1) what factors caused not all kind of production sharing business is implemented; 2) what factors
caused not all kind of non-production sharing business is implemented. The research is aim to: 1)
to find out and explains the causal factors of not all kind of production sharing business is
implemented; and 2) to find out and explains the causal factors of not all kind of non-production
sharing is implemented. This study is juridical empiric by using sociological research approach.
The data collection technique is obtained by field research by interview with respondent and
informants. The data analysis technique was conducted by descriptive analytic that is; first, not all
kind of production share and non-production share business were implemented optimally by bank
syariah in Banda Aceh. Second, implementation of kind of funding business by bank syariah
should be based by syariah principles and agree with rule of law concerning to syariah banking.
Based on this study, suggested to syariah banking party further should be looking at ability to give
benefit and added value to public, be able to empower the common mankind economic and accord
with syariah principle through a qualified financing.
Keywords : Implementation, Distribution, Financing
Abstrak: Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang berasaskan prinsip syariah.Dalam
Bab. (II) pasal. (4) ayat (1) disebutkan bank syariah berfungsi untuk menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat, serta dalam pasal (2) di jelaskan juga bank syariah mempunyai
fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, dalam mengelola dana dari zakat, infak, sedekah,
hibah, atau dana sosial lainnya.Namun dalam pelaksanaan di lapangan, belum menunjukkan peran
secara optimal serta masih didominasi oleh jenis usaha tertentu yang bersifat komersial.
Berdasarkan hal tersebut, kajian ini mengangkat dua permasalahan: 1). Apakah faktor-faktor yang
menyebabkan tidak semua jenis usaha bagi hasil dilaksanakan; 2). Apakah faktor-faktor yang
menyebabkan tidak semua jenis usaha non bagi hasil dilaksanakan.Penelitian ini bertujuan untuk:
1) mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor penyebab tidak semua jenis usaha bagi hasil
dilaksanakan; dan 2) mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor penyebab tidak semua jenis usaha
non bagi hasil dilaksanakan. Penelitian ini bersifat yuridis empiris dengan menggunakan
pendekatan penelitian sosiologis.Teknik pengumpulan data diperoleh melalui penelitian lapangan
dengan melakukan wawancara dengan responden dan informan.Teknis analisis data dilakukan
secara deskriptis analitis yaitu; sistematisasi data, analisis data secara kualitatif.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa; pertama, tidak semua jenis usaha bagi hasil dan non bagi hasil dilaksanakan
secara optimal oleh bank syariah di Banda Aceh.Kedua,pelaksanaan jenis usaha pembiayaan oleh
bank syariah harus dilandasi oleh prinsip-prinsip syariahserta sesuai dengan ketentuan undang-
undang tentang perbankan syariah.Berdasarkan hasil kajian ini, disarankan kepada pihak
perbankan syariah ke depan harus dilihat pada kemampuannya untuk memberikan manfaat dan
nilai tambah kepada masyarakat, mampu memberdayakan perekonomian umat secara umum serta
sesuai dengan prinsip syariah melalui pembiayaan yang berkualitas.
Kata kunci : Pelaksanaan, Penyaluran, Pembiayaan
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
99 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013
PENDAHULUAN
Bank syariah merupakan lembaga
keuangan yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan berfungsi
menghimpun dan menyalurkan dana serta
mempunyai fungsi sosial dalam bentuk lembaga
baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal
dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana
sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat.
Dasar hukum perbankan syari’ah di
Indonesia adalah mengacu pada Undang-
Undang Nomor 07 Tahun 1992 tentang
perbankan JO.Undang-Undang Nomor.10 tahun
1999, dan Undang–Undang Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia yang berada satu
atap dengan perbankan konvensional. Serta
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 yang
khusus mengatur tentang perbankan syari’ah.
Bank syariah sebagai alternatif lembaga
intermediasi dalam transaksi keuangan, yang
tata cara pengoperasiaannya mengacu pada
ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Penerapan
konsep perbankan Syari’ah dengan kata lain
merupakan bentuk realisasi dari nilai-nilai
ilahiyah yang bersifat transendental dan sebagai
pengendali terhadap terealisasinya nilai-nilai
keadilan, persaudaraan, kesederajatan,
transparansi, universal dan kepedulian sosial
yang berlandasakan pada Syariat Islam.
Berdasarkan konsepsi tersebut, penulis
melakukan penelitian kelapangan melalui tehnis
wawancara dengan responden dan informan,
dari hasil penelitian menunjukkan Bank Syariah
saat ini adalah bank yang tumbuh paling besar
dan pesat di Banda Aceh, hal ini di karena
prosfek industri syariah yang semakin agresif
memperluas jaringan dalam berbagai bentuk
pelaksanaan penyaluran pembiayaan pada jenis
usaha bagi hasil dan non bagi hasil tertentu.
Pelaksanaan penyaluran pembiayaan
pada jenis usaha non bagi hasil di Banda Aceh
paling banyak di luncurkan saat ini adalah di
dominasi oleh jenis akad jual beli murabahah
yang bersifat komersil, adapun objek
penyaluran pembiayaannya banyak terdapat
dari kalangan PNS yang berhubungan dengan
Bank Aceh Syariah dan perbankan syariah
lainnya di Banda Aceh. Sedangkan penyaluran
pembiayaan pada jenis usaha bagi hasil yang
banyak juga di luncurkan di dominasi oleh jenis
akad musyarakah. Nasabah yang berhubungan
melui jenis produk ini banyak dari kalangan
kontraktor-kontraktor yang membutuhkan
bantuan modal untuk menyelesaian proyek
kontruksi bangunan serta pengusaha-pengusaha
lainnya yang butuh permodalan besar untuk
memperluas jaringan usaha bisnisnya. Adapun
jenis bagi hasil lainnya seperti akad
mudharabah, muzaraah, dan musakkah, minim
diluncurkan saat ini.
Selain jenis usaha bagi hasil dan
nonbagi hasil tersebut di atas terdapat juga jenis
usaha lainnya dalam bentuk sektor layanan
multi jasa perbankan, seperti jenisRahn
(pegadaian), umumnya jenis ini diluncurkan
juga oleh beberapa bank syariah di Banda Aceh
dalam bentuk jenis usaha gadai emas, kecuali
oleh Bank Muamalat dan jenis produk Qard
(pinjaman kebajikan), yaitu berupa perjanjian
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 2, No. 1, Agustus 2013 - 100
lunak, dengan mengembalikan pokok modal
pinjaman saja. Jenis ini juga sangat terbatas
disalurkan, hanya di batasi pada jenis program
produk talangan haji.Sedangkan dalam bentuk
program khusus qardh melalui al-qardul hasan,
masih belum menunjukkan peran dan kinerja
positif untuk membantu fakir miskin dan kaum
duafa memberikan modal usaha dan pembinaan
usahanya.
Dalam bentuk sektor layanan sosial
lainnya melalui program khusus untuk
mengelola sumber dana masyarakat yang
berasal dari zakat, infak, sedekah, (ZIS), hibah,
atau dana sosial lainnya,masih belum nampak
peran dan fungsi perbankan dalam hal ini,
masih bersifat pasif/sektoral dalam ukuran yang
bersifat personal, serta belum di jalankan secara
professional yang bersifat khusus oleh bank
syariah di Banda Aceh, kecuali pada bank
muamalah yang telah membentuk lembaga
khusus baitul mal muamalah dalam mengelola
dana ZIS dan dana Wakaf, walaupun masih
terbatas anggaran yang di kelolanya, karena
masih minimnya kesadaran pihak donatur untuk
menyumbang dan kesadaran pihak perbankan
untuk mengelola, mengumpulkan dan
menyalurkan pembiayaan yang mempunyai
misi social
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Pelaksanaan penyaluran pembiayaan oleh
bank syariah
Karnaen Perwaajmadja dan Syafi’i
Antonio menyebutkan Bank Islam adalah bank
yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syari’at islam. Sedangkan fungsi bank syariah
dalam penjelasan umum Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syari’ah, disebutkan bank syariah berfungsi
untuk mengerahkan dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana dalam bentuk
pembiayaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
islam. Sedangkan konsep penyaluran
pembiayaan oleh bank syariah, berbeda dengan
sistem kredit pada perbankan konvensional. Di
sisi hubungan antara debitur dan kreditur
pada bank konvensional adalah bersifat
antagonis (debitor to creditor relationship),
seorang debitur wajib mengembalikan pokok
pinjaman dan bunganya, walaupun
mendapatkan untung atau rugi. Sedangkan pada
bank syari’ah hubungan yang terbina antar
investor bersifat harmonis (mutual investor
relationship), dengan adanya saling kerjasama
dan kepercayaan, Jumlah pembayaran bunga
tidak meningkat meskipun jumlah keuntungan
berlipat. Dan jika terjadi kerugian (resiko) di
kemudian hari dari hasil usaha bersama,
menjadi tanggung jawab bersama, sedangkan
pada bank konvensional tidak demikian, adapun
resiko tetap menjadi tanggung jawab kreditur.
berarti penyaluran pembiayaan oleh lembaga
perbankan syariah selaku shahibul maal adalah
memberikan kepercayaan kepada seseorang
untuk melaksanakan amanah yang diberikan
sesuai dengan garis-garis syariat.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah
yuridis empiris, yaitu penelitian yang
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
101 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013
bersumber pada kajian empiris dengan
melakukan penelitian sosiologis yang
membandingkan antara norma dengan
penerapannya di lapangan. Sifat dari penelitian
ini deskriptif analitis. Deskriptis yaitu
Penelitian yang bermaksud untuk
menggambarkan dan menganalisis data yang
diperoleh berhubungan dengan permasalahan
yang dikemukakan. Berarti bahwa penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan penerapan
suatu aturan hukum dalam kontek teori-teori
hukum dan pelaksanaan pelaksanaan dalam
masyarakat menurut apa adanya. Analisis
merupakan penguraian dan penjelasan secara
cermat, menyeluruh dan sistematis terhadap
suatu objek. Aspek yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah aspek-aspek perdata,
khususnya mengenai pelaksanaan jenis usaha
penyaluran pembiayaan oleh bank syari’ah di
Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan dengan
cara mengumpulkan data dan mempelajari data
hukum primer, sekunder dan tersier. Data
hukum primer diperoleh melalui penelitian
lapangan dengan melakukan wawancara dengan
responden dan informan, dengan menemukan
fakta-fakta hukum dilapangan serta
membandingkan dengan norma hukum yang
berlaku serta menjelaskan asas-asas yang
terdapat dalam hukum perbankan khususnya
perbankan syari’ah. Data hukum sekunder,
yaitu data yang menjelaskan tentang data
hukum primer seperti ; buku-buku, artikel,
pendapat pakar hukum maupun makalah yang
berhubungan dengan topic penulisan ini. Bahan
hukum tersier yaitu bahan hokum penunjang
yang memberikan petunjuk terhadap bahan
hukum primer dan bahan hokum sekunder
seperti kamus hukum, dan kamus bahasa.
Selanjutnya Analisis Data, melalui
deskriptis analitis yaitu; Sistematisasi data,
analisis data secara kualitatif. Tahap pertama
adalah editing (memilih data), dimaksudkan
untuk menghindari kemungkinan terjadinya
data yang kurang lengkap juga untuk
menentukan data yang benar-benar diperlukan
dan yang tidak diperlukan agar mudah di
analisis. Tahap kedua tabulasi, yaitu setelah
data tersebut diedit dan selanjutnya dibuat Tabel
agar lebih praktis, mudah dibaca dan dipahami
selanjutnya dilakukan analisis data. Setelah
data tersebut diolah, maka selanjudnya
dilakukan analisis dengan pendekatan kualitatis
maupun kuantitatif secara simultan, dan
akhirnya diperoleh suatu kesimpulan dengan
menggunakan metode berfikir induktif dan
deduktif. Kesimpulan tersebut merupakan
jawaban terhadap permasalahan yang akan
diteliti.
HASIL PEMBAHASAN
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Tidak
Semua Jenis Usaha Bagi Hasil Tidak Di
laksanakan Oleh Bank Syariah Pertama, kurangnya pemahaman bankir
syariah terhadap penyaluran jenis usaha
perbankan syariah.
Banyak studi yang menyimpulkan bahwa
faktor internal yang paling memicu rendahnya
bagi hasil yang pernah dilakukan di antaranya
adalah terdapat tentang pemahaman bankir
syariah terhadap esensi bank syariah kurang.
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 2, No. 1, Agustus 2013 - 102
Rendahnya pemahaman bankir syariah terhadap
pembiayaan bagi hasil akan menyebabkan
bankir syariah kurang memberi informasi
tentang pembiayaan. Bankir syariah juga
kebanyakan dari bank konvensional. Seorang
bankir syariah seperti halnya bankir-bankir di
bank lain juga cenderung mencari jalan yang
mudah dan cepat menggolkan target
pembiayaan. Sehingga mereka akan
mendahulukan pembiayaan murabahah yang
mudah dipahami debitur dan simpel dalam
analisa pembiayaan. Rendahnya pemahaman
bagi hasil membuat bankir syariah lebih
dominan melihat sisi resiko dari pada economic
benefit. Padahal pelaksanaan penyaluran oleh
bank syariah pada jenis-jenis usaha pada produk
mudharabah akan menunjukkan keadilan dalam
distribusi pendapatan.
Kedua, kecendruang pihak bank syariah
yang terlalu menghindari resiko dalam
menyalurkan pembiayaan pada jenis-jenis usaha
tertentu (aversion to risk).
Dalam operasional Lembaga Keuangan
Syariah (LKS), terdapat kegiatan penyaluran
pembiayaan modal investasi atau modal kerja
secara penuh (trusty financing) yang merupakan
produk yang bercirikhas kepercayaan yang
dibangun atas dasar hubungan prinsip
kemitraan. Hasil keuntungan dan kerugian yang
dialami nasabah pun di bagikan atau di
tanggung bersama antara bank dan nasabah
dengan ketentuan sesuai kesepakatan
bersama.Namun pihak bank syariah cendrung
menghindari penyaluran pembiayaan pada jenis
produk mudharabah yang bersifat produktif ini,
karena produk ini memiliki resiko, sehingga
semakin lama pembiayaan yang diberikan akan
semakin tinggi pula tuntutan risiko yang akan
muncul, maka masih selalu unsur
ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan
menjadi pertimbangan pihak bank untuk
menyalurakan pembiayaan pada jenis usaha ini,
inilah yang menyebabkan timbulnya unsur
risiko. Prinsip bagi hasil sebenarnya memiliki
konsep dalam meminimalisir risikodengan
menyediakan beberapa tindakan alternatif untuk
menghadapi ketidakpastian. Agar resiko tidak
menghalangi kegiatakan perusahaan, maka
seharusnya resiko itu dimanajemen dengan
sebaik-baiknya.
Ketiga, prinsip penyaluran pembiayaan
yang cenderung berorientasi pada mengejar
keuntungan jangka pendek dan pasti saja.
Jangka waktu lama suatu kontrak prestasi
yang akan diterima pada masa yang akan
datang, dalam hal waktu ini terkandung
pengertian bahwa nilai uang pada saat sekarang
akan lebih tinggi nilainya dari pada uang yang
diterimanya pada masa yang akan dating,
menjadi suatu pertimbangan bank untuk
menyalurakan bantuan pada jenis-jenis usaha
yang bersifat jangka pendek. Adanya
mekanisme investasi jangka pendek yang lebih
menguntungkan pihak bank serta terhindar dari
tingginya resiko, contohnya penyaluran
pembiayaan pada produk murabahah adalah
produk yang sangat memudahkan pihak
perbankan untuk menjalankan usaha bisnisnya
dan sudah bisa dipastikan berapa keuntungan
yang akan didapatkannya, cukup memudahkan.
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
103 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013
dibandingkan dengan sistem bagi hasil lainnya
seperti produk mudharabah dan musyarkah.
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Tidak
Semua Jenis Usaha Non Bagi Hasildi
laksanakan oleh Bank Syariah
Pertama, kebijakan pihak bank syariah
yang belum sepenuhnya mengakomodir
operasional pada semua jenis-jenis usaha non
bagi hasil.
Pelaksanaan penyaluran pembiayaan oleh
bank syariah masih terbilang lamban dan masih
terpaku pada produk-produk tertentu yang
bersifat komersial, contohnya, didominasi oleh
jenis akad jual beli murabahah oleh perbankan
syariah yang menjadi perioritasa utama,
sehingga mempengarui terhambatnya fungsi
layanan perbankan syariah di bidang yang lain
untuk membantu perekonomian masyarakat
dengan tujuan untuk saling tolong menolong
berdasarkan prinsip-prinsip keadilan,
kesederajatan, keseimbangan dan
persaudaraan dalam islam.
Kedua, minimnya prioritas penyaluran
pembiayaan pada jenis usaha jasa layanan
perbankan tertentu yang mempunyai misi sosial.
Salah satu jenis pembiayaan yang
mempunyai misi sosial adalah jenis produk
qard (pinjaman kebajikan).Dalam prakteknya di
lapangan masih terbatas di laksanakan pada
jenis talangan haji saja. Sedangkan melalui
program khusus al-qardhul hasan juga masih
kurang mendapat perioritas dalam membantu
fakir dan miskin serta kaum zuafa, padahal
program ini sangat cocok untuk di galakkan
dalam mengelola dana yang bersumber dari
penerimaan dana zakat, infak, dan sadaqah
(ZIS) serta sumber dana lainnya yang berasal
dari pihak donator yang tidak terikat.
Penyaluran pembiayaan melalui misi sosial ini
dapat dikatagorikan masih minus di luncurkan
di Banda Aceh secara persentase.kondisi ini
menunjukkan masih kurangnya peran bank
syariah dalam melaksanakan fungsi sosial
perbankan syariah untuk mengembankan misi
pemberdayaan ekonomi masyarakat.
sebagaimana amanat undang-undang No. 21
Tahun 2001 tentang perbankan syariah.
Selain jenis layanan sosial usaha non bagi
hasil di atas, terdapat juga jenis akad jual beli
salam, jual beli istisna dll. Kedua mekanisme
akad tersebut di laksanakan melalui pesanan
barang secara khusus, akan tetapi dalam
prakteknya oleh bank syariah di Banda Aceh,
khususnya pada bank muamalah tidak
meluncurkan jenis produk ini.
Keempat, faktor lainnya, antara
lain:Infrastruktur dan tata kelola bank syariah
yang belum memadai. Pengelolaan dan
penggunaan dana dari dan oleh pihak perbankan
tidak dapat dimamafaatkan secara baik dan
benar tanpa adanya fasilitas serta tata kelola
yang baik pula secara proporsional dan
professional, Pemahaman masyarakat yang
belum tepat terhadap kegiatan operasional bank
syariah, peraturan perbankan yang berlaku
belum sepenuhnya mengakomodasi operasional
bank syariah, jaringan kantor bank syariah yang
belum luas, sumber daya manusia yang
memiliki keahlian dalam bank syariah masih
sedikit.
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 2, No. 1, Agustus 2013 - 104
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkanuraian di atas, maka dapat
disimpulkan dan disampaikan saran-saran
sebagai berikut:
Pertama, pelaksanaan penyaluran
pembiayaan oleh bank syariah di Banda Aceh
belum sepenuhnya dilaksanakan pada semua
jenis usaha bagi hasil pada sektor riil yang
bertujuan untuk menumbuh kembangkan
semangat berwirausaha masyarakat melalui
penyediaan akses permodalan dan perlindungan
terhadap para pelaku usaha.Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain: kurangnya
pemahaman bankir syariah terhadap penyaluran
jenis usaha perbankan syariah, kecenderungan
pihak bank untuk menghindari resiko dalam
meluncurkan produk-produk tertentu (aversion
to risk), serta peluncuran produk hanya
berorientasi pada jenis-jenis usaha tertentu
untuk mengejar keuntungan jangka pendek.
Kedua, pelaksanaan penyaluran pembiayaan
pada jenis usaha non bagi hasil oleh Bank
Syariah di Banda Aceh melalui sektor keuangan
masih didominasi oleh jenis usaha dan produk
tetentu (produk murabahah) saja, sedangkan
pada sektor social belum menunjukkan peran
dan kinerja positif dalam menjalankan fungsi
sosial untuk menerima dan menyalurkan dana
yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah,
atau dana sosial lainnya. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
Kebijakan pihak perbankan yang belum
sepenuhnya mengakomodir operasional pada
jenis-jenis usaha non bagi hasil, masih
kurangnya modal dan diprioritaskan untuk
jenis-jenis usaha non bagi hasil tertentu.
Infrastruktur dan tata kelola bank syariah yang
belum memadai, dan faktor lainnya yang
meyebabkan tidak semua jenis usaha non bagi
hasil tidak dilaksanakan oleh bank syariah.
Saran
Pertama, sebaiknya pelaksanaan
penyaluran pembiayaan yang dilaksanakan oleh
bank syariah di Banda Aceh harus berimbang
pada semua jenis usaha, baik pada jenis -jenis
usaha bagi hasil maupun pada jenis-jenis usaha
non bagi hasil yang bersifat komersil maupun
sosial. pelaksanaanya harus dilandasai oleh
prinsip-prinsip kemitraan, kesetaraan,
kemanusian, tolong menolong serta sesuai
dengan ketentuan ketentuan undang-undang
dan prinsip keadilan menurut hukum islam.
Kedua, pengembangan industri
perbankan syariah kedepan harus dilihat pada
kemampuannya untuk memberikan manfaat dan
nilai tambah kepada nasabah, mampu
memberdayakan perekonomian ummat secara
umum dan sesuai prinsip syariah melalui
pembiayaan yang berkualitas.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdul, A.Z., 2001. Ensiklopedi Hukum Islam.
Jakarta: PT. Ictiar Baru Van Hoeve.
Bank Indonesia, 2012. Statistik Perbankan Syari’ah
Jakarta: Direktorat PerbankanSyari’ah.
Bismar, N., 2004. Mengkaji Ulang Sebagai landasan
Pembangunan Ekonomi. Pidato pada
Pengukuhan Guru Besar, USU- Medan.
Himpunan Fatwa DSN., MUI., Ed. Rev., Fatwa No.7
& 8 /DSN/-MUI/1V/2008 tentang
Pembiayaan Mudgarabah-Musyarakah.
Karnaen, P., dan Muhammad, 1997. Apa dan
Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta: PT.
Dana Bhakta Waqaf.
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
105 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013
Karnaen, P., dan Muhammad, 1992. Prinsip
Operasional Bank Syariah. Jakarta: Risalah
Masa.
Muhammad, N.A.S., 1991. Kegiatan Ekonomi
Dalam Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Muhammad, M., 2004. Sistem Perbankan Dalam
Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahmat, F., dan Maya Arianti. 2008. Manajemen
Perkreditan Bank Umum: Teori, Masalah
Kebijakan dan Aplikasinya. Bandung:
ALFABETA.
Soerjono, S., dan Sri Mamudji, 2010. Penelitian
Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat.
Jakarta: Rajawali Pers.
Soerjono, S., 1996. Pengantar Penelitian Hukum.
Jakarta: UI-Press.
Sunarto, Z., 2003. Panduan Transaksi Perbankan
Syari’ah. Jakarta: Zikrul Hakim.
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syari’ah.
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Veitzal,R.H., dan Arfian Arifin, 2010. Islamic
Banking: Sebuah Teori Konsep dan
Aplikasi, Islamic Financial Management.
Jakarta: Bumi Aksara.