pekerjaan kefarmasian

13
 Sesudah lebih dari 4 dekade telah terjadi kecenderungan perubahan pekerjaan kefarmasian di apotik dari fokus semula penyaluran ob at-obatan kearah focus yang lebih terarah pada kepedulian terhadap pasien. Peran apoteker lambat laun berubah dari peracik obat (compounder ) dan suplair sediaan farmasi kearah pemberi pelayanan dan informasi dan akhirnya berubah lagi sebagai pemberi kepedulian pada pasien. Disamping itu ditambah lagi tugas seorang apoteker adalah memberikan obat yang layak , lebih efektif dan seaman mungkin serta memuaskan pasien. Dengan mengambil tanggung jawab langsung pada kebutuhan obat pasien individual , apoteker dapat memberikan kontribusi yang berdampak pada pengobatan serta kualitas hidup pasien. Pendekatan cara ini disebut " pharmaceutical care " (= asuhan kefarmasian ; peduli kefarmasian ).  Pharmaceutical care (p.c) adalah tanggung jawab pemberi pelayanan obat sampai pada dampak yang diharapkan yaitu meningkatnya kualitas hidup pasien. ( Hepler dan Strand, 1990 ). Seteleh diadopsi oleh International Pharmaceutical Federation (= FIP = ISFI nya dunia )  pada tahun 1998, definisi itu ditambah dengan timbulnya dampak yang jelas atau menjaga kualitas hidup pasien.  Jadi menurut definisi FIP, pharmaceutical care adalah tanggung jawab pemberi pelayanan obat sampai timbulnya dampak yang jelas atau terjaganya kualitas hidup pasien.  Pekerjaan pharmaceutical care adalah baru, berlawanan dengan pekerjaan apoteker beberapa tahun yang lalu.Banyak apoteker yang belum mau menerima tanggung  jawab ini . Dasar pengetahuan dari sarjana farmasi sedang berubah. Ketika seorang sarjana farmasi mulai bekerja setelah lulus , pekerjaan kefarmasian sudah berubah dan merupakan pengetahuan baru. Meskipun demikian seorang apoteker harus dapat bekerja sesuai dengan pendidikannya . Walaupun apoteker dapat memberikan kemampuannya yang tepat pada praktek kefarmasian, mereka tetap memerlukan pengetahuan dan ketrampilan pada peran yang akan datang. Karena itu diperlukan pendidikan  berkelanjutan ( life-long learner ) salah satu peran apoteker yang baru. Lebih jelasnya lagi bahwa farmasi / apotik mempunyai peran penting dalam proses reformasi sektor kesehatan. Dengan demikian peran apoteker perlu ditetapkan kembali (redefinisi) dan diarahkan kembali (reorientasi). Para apoteker harus mempunyai kemampuan untuk meningkatkan dampak pengobatan dan meningkatkan kualitas hidup pasien dari sumber daya yang tersedia dan posisi mereka sendiri harus terdepan dalam system pelayanan kesehatan. Perubahan kearah pharmaceutical care adalah faktor yang kritis dalam proses ini. Meskipun upaya untuk berkomunikasi dengan memberikan informasi yang benar pada  pasien merupakan faktor penting dalam membantu pengobatan sendiri, apoteker juga harus memberikan kontribusi yang vital melalui manajemen terapi obat dan penyediaan obat tanpa resep ataupun terapi alternatif. Setelah lebih 40 tahun peran apoteker telah berubah dari penggerus dan peracik obat menjadi manajer terapi obat. Tanggung jawab ini lama kelamaan meningkat lagi dalam memberi dan menggunakan obat, kualitas obat harus di seleksi, disediakan, disimpan di distribusikan, di racik dan di serahkan untuk meningkatkan kesehatan pasien dan tidak menyakitinya. Jangkauan pekerjaan apoteker di apotik saat ini , dirancang berpusat pada pasien dengan

Upload: wahyu-hartono

Post on 11-Jul-2015

179 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pekerjaan kefarmasian

5/11/2018 Pekerjaan kefarmasian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pekerjaan-kefarmasian 1/13

Sesudah lebih dari 4 dekade telah terjadi kecenderungan perubahan pekerjaan

kefarmasian di apotik dari fokus semula penyaluran obat-obatan kearah focus yang lebih

terarah pada kepedulian terhadap pasien. Peran apoteker lambat laun berubah dari peracik obat (compounder ) dan suplair sediaan farmasi kearah pemberi pelayanan dan informasi

dan akhirnya berubah lagi sebagai pemberi kepedulian pada pasien. Disamping itu

ditambah lagi tugas seorang apoteker adalah memberikan obat yang layak , lebih efektif dan seaman mungkin serta memuaskan pasien. Dengan mengambil tanggung jawab

langsung pada kebutuhan obat pasien individual , apoteker dapat memberikan kontribusi

yang berdampak pada pengobatan serta kualitas hidup pasien. Pendekatan cara ini disebut" pharmaceutical care " (= asuhan kefarmasian ; peduli kefarmasian ).

 Pharmaceutical care (p.c) adalah tanggung jawab pemberi pelayanan obat sampai pada

dampak yang diharapkan yaitu meningkatnya kualitas hidup pasien. ( Hepler dan Strand,

1990 ).Seteleh diadopsi oleh International Pharmaceutical Federation (= FIP = ISFI nya dunia )

 pada tahun 1998, definisi itu ditambah dengan timbulnya dampak yang jelas atau

menjaga kualitas hidup pasien. Jadi menurut definisi FIP, pharmaceutical care adalahtanggung jawab pemberi pelayanan obat sampai timbulnya dampak yang jelas atau

terjaganya kualitas hidup pasien.

 Pekerjaan pharmaceutical care adalah baru, berlawanan dengan pekerjaan apoteker 

beberapa tahun yang lalu.Banyak apoteker yang belum mau menerima tanggung 

 jawab ini . Dasar pengetahuan dari sarjana farmasi sedang berubah. Ketika seorang

sarjana farmasi mulai bekerja setelah lulus , pekerjaan kefarmasian sudah berubah dan

merupakan pengetahuan baru. Meskipun demikian seorang apoteker harus dapat bekerjasesuai dengan pendidikannya . Walaupun apoteker dapat memberikan kemampuannya

yang tepat pada praktek kefarmasian, mereka tetap memerlukan pengetahuan dan

ketrampilan pada peran yang akan datang. Karena itu diperlukan pendidikan

 berkelanjutan ( life-long learner ) salah satu peran apoteker yang baru. Lebih jelasnyalagi bahwa farmasi / apotik mempunyai peran penting dalam proses reformasi sektor 

kesehatan. Dengan demikian peran apoteker perlu ditetapkan kembali (redefinisi) dan

diarahkan kembali (reorientasi).Para apoteker harus mempunyai kemampuan untuk meningkatkan dampak pengobatan

dan meningkatkan kualitas hidup pasien dari sumber daya yang tersedia dan posisi

mereka sendiri harus terdepan dalam system pelayanan kesehatan.Perubahan kearah pharmaceutical care adalah faktor yang kritis dalam proses ini.

Meskipun upaya untuk berkomunikasi dengan memberikan informasi yang benar pada

 pasien merupakan faktor penting dalam membantu pengobatan sendiri, apoteker jugaharus memberikan kontribusi yang vital melalui manajemen terapi obat dan penyediaan

obat tanpa resep ataupun terapi alternatif.

Setelah lebih 40 tahun peran apoteker telah berubah dari penggerus dan peracik obat

menjadi manajer terapi obat. Tanggung jawab ini lama kelamaan meningkat lagi dalammemberi dan menggunakan obat, kualitas obat harus di seleksi, disediakan, disimpan di

distribusikan, di racik dan di serahkan untuk meningkatkan kesehatan pasien dan tidak 

menyakitinya.Jangkauan pekerjaan apoteker di apotik saat ini , dirancang berpusat pada pasien dengan

Page 2: Pekerjaan kefarmasian

5/11/2018 Pekerjaan kefarmasian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pekerjaan-kefarmasian 2/13

semua fungsi-fungsi pengamatan, konseling, pemberian informasi dan monitoring terapi

obat sebaik aspek teknis seperti pelayanan farmasi dan pendistribusian obat.

Bab ini menguraikan peran baru, ketrampilan dan sikap dimana apoteker membutuhkansesuatu bila mereka menjadi anggota dari tim kesehatan multi disiplin, sebagai

keuntungan tambahan yang dapat membawa mereka pada keprofesionalan.

B. APAKAH KESEHATAN ITU ?

Pekerjaan kefarmasian tidak dilakukan dalam ruang hampa tapi dalam lingkungankesehatan. Kesehatan adalah suatu konsep luas dimana dapat menjadi suatu kisaran

 pengertian yang lebar dari teknis sampai ke moral dan filosofi.

Definisi Kesehatan menurut konsep Konstitusi WHO tahun 1946 adalah keadaan

sempurna fisik, mental dan sosial, tidak adanya penyakit atau kelemahan. Setelah beberapa tahun WHO mendiskusikan lagi dan mendefinisikan kesehatan sbb :

Keadaan dimana seorang individu atau kelompok dapat merealisasikan aspirasinya

dengan kebutuhan yang layak dan dapat melakukan perubahan / mengatasi kesukaran

dari lingkungan. Kesehatan merupakan suatu sumber daya yang penting dalam kehidupansehari-hari, bukan objek kehidupan dan merupakan suatu konsep positif yang

mengutamakan sumber daya personal dan sosial.

C. PROFESI FARMASI DIPERTANYAKAN 

Terapi obat-obatan sangat sering digunakan dalam bentuk intervensi pengobatan dalamrangkaian praktek kesehatan. Dia tumbuh secara cepat ketika rata-rata penduduk 

meningkat umurnya, prevalensi penyakit khronis meningkat, infeksi penyakit baru

tumbuh dan kisaran pengobatan yang efektif menjadi berkembang. Tambahan lagi sangat banyak saat ini dipasarkan apa yang dinamakan obat gaya hidup ( life-style medicine )

seperti untuk pengobatan penyakit kebotakan , pengobatan kulit kering dan mengkerutserta disfungsi ereksi.Meningkatnya jumlah dan jenis obat-obatan yang dapat diperoleh dalam perdagangan

sekarang ini , lebih banyak ditangani oleh orang yang bukan tenaga kefarmasian .

Sebaliknya peracikan obat telah digantikan oleh pabrik farmasi pada hampir semuaformulasi. Obat-obatan pun dapat diperoleh di super market, di toko-toko obat dan kios-

kios di pasar. Juga obat-obatan dapat pula diperoleh dengan order via pos, tilpon atau

internet atau dijual oleh dokter praktek dan diracik secara mesin racikan komputer.

Dibawah lingkungan seperti ini tepat dipertanyakan hal-hal berikut ini :1. Apakah masih diperlukan apoteker itu ?

2. Berapakah nilai pelayanan farmasi itu ?

Profesi adalah untuk melayani masyarakat.Seorang tenaga profesi adalah seorang pelayan masyarakat. Karena itu misi profesi

apoteker harus dialamatkan pada kebutuhan masyarakat dan pasien individual.

Pada suatu waktu, penetapan terapi obat dan pelaksanaannya begitu sederhana, aman dantidak mahal. Dokter meresepkan dan apoteker meracik obat. Meskipun demikian ada

 bukti dasar bahwa metoda peresepan dan peracikan demikian tidak selalu aman dan

efektif akibat terjadi kesalahan dan obat. Di negara-negara maju 4 - 10 % dari semua

 pasien rawat inap timbul efek samping, terutama di sebabkan penggunaan terapi banyak 

Page 3: Pekerjaan kefarmasian

5/11/2018 Pekerjaan kefarmasian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pekerjaan-kefarmasian 3/13

obat (multiple drug ) pada pasien orang tua dan pasien penyakit khronis.

FIP telah menerbitkan Standar Profesional dan Medication Error dalam peresepan obat

dan membuat definisi tentang Medication Error 

Pekerjaan Profesional yang bertanggung jawab adalah issu utama dalam kepedulian

kesehatan ( health care ). Dalam hubungan tradisional antara dokter sebagai penulis resep

dan apoteker sebagai peracik obat, penulis resep bertanggung jawab atas hasilfarmakoterapinya. Situasi itu sedang berubah dengan cepat dalam sistem kesehatan.

Praktek pelayanan farmasi sedang berubah dimana apoteker bertanggung jawab juga pada

 pasien dengan kepeduliannya dan masyarakat tidak hanya menerima perlakuan tapi jugamemegang profesi ini.

Pada waktu yang sama, profesi lain seperti dokter, perawat, bidan, asisten apoteker juga

 berupaya dengan kompetensinya dan merasa sebagai pemimpin dalam pengobatan.

Mahasiswa Farmasi harus di didik dalam memegang tanggung jawab mengelola terapiobat sehingga mereka dapat memelihara dan mengembangkan posisinya dalam dunia

kesehatan dan untuk itu harus ada kompensasi atas peran mereka dalam asuhan

kefarmasian ( pharmaceutical care ).

 Dispensing harus menjadi tanggung jawab apoteker. Meskipun sedikit apoteker yangterlibat langsung dalam dispensing obat-obatan, tapi pada daerah pedesaan apoteker harus

memimpin proses dispensing dan bertanggung jawab atas kualitas obat dan dampak  pengobatan.

serta merekomendasikan pada anggotanya untuk meningkatkan keamanan dalam

 pemesanan, pembuatan, peracikan, pelabelan, penyerahan dan penggunaan obat.

D. DIMENSI BARU PEKERJAAN KEFARMASIAN.

1. ASUHAN KEFARMASIAN ( Pharmaceutical care ).2. FARMASI BERDASARKAN BUKTI ( Evidence base pharmacy ).3. KEBUTUHAN MENJUMPAI PASIEN ( Meeting patients needs ).

4. PENANGANAN PASIEN KHRONIS-HIV/AIDS (Chronic patient care hiv/aids).

5. PENGOBATAN SENDIRI ( self-medications).6. JAMINAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN ( quality assurance of 

 pharmaceutical care ).

7. FARMASI KLINIS ( clinical pharmacy ).

8. KEWASPADAAN OBAT ( pharmacovigilance = MESO ).

1. ASUHAN KEFARMASIAN.

 Pharmaceutical care adalah konsep dasar dalam pekerjaan kefarmasian yang timbul

 pertengahan tahun 1970-an. Dia mengisyaratkan bahwa semua praktisi kesehatan harus

memberikan tanggung jawab atas dampak pemberian obat pada pasien. Hal ini meliputi bermacam-macam pelayanan dan fungsi, beberapa masih baru sebagian sudah lama.

Konsep pharmaceutical care juga termasuk komitmen emosional pada kesejahteraan

 pasien sebagai individu, yang memerlukan dan patut mendapat petunjuk /jasa,keterlibatan dan perlindungan dari seorang apoteker. Pharmaceutical care dapat

Page 4: Pekerjaan kefarmasian

5/11/2018 Pekerjaan kefarmasian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pekerjaan-kefarmasian 4/13

ditawarkan pada individual atau masyarakat. Pharmaceutical care yang berbasiskan masyarakat menggunakan data demografi dan

epidemiologi untuk mengembangkan formula atau daftar obat, memonitor kebijakanapotik, mengembangkan dan mengelola jaringan farmasi (apotik) menyiapkan serta

menganalisa laporan penggunaan obat, biaya obat, peninjauan penggunaan obat dan

mendidik provider tentang prosedur dan kebijaksanaan obat.. Tanpa pharmaceutical care,tidak ada sistem yang mengelola dan memonitor kesakitan karena obat secara efektif.

Sakit karena obat bisa terjadi berasal dari formularium atau daftar obat-obatan, atau sejak 

obat diresepkan, diserahkan atau obat yang sudah tidak layak digunakan. Karena itu pasien butuh pelayanan apoteker pada waktu menerima obat. Keberhasilan farmakoterapi

merupakan sesuatu yang spesifik untuk masing-masing pasien. Untuk pelayanan

 pengobatan pasien secara individual, apoteker perlu mengembangkan pelayanan bersama

dengan pasien. Pharmaceutical care tidak dalam isolasi pelayanan kesehatan lain. Dia harus di dukung

dalam kolaborasi dengan pasien, dokter , para medis dan tenaga pemberi pelayanan

lainnya.

Tahun 1998 Pharmaceutical care di adopsi oleh FIP dan merupakan penuntun ( guidance) bagi organisasi apoteker untuk mengimplementasikan pelayanan kefarmasian di

negaranya tapi disesuaikan lagi menurut kebutuhan negara masing-masing.

2. FARMASI BERDASARKAN BUKTI.

Dalam lingkungan pelayanan kesehatan agak sukar membandingkan keefektifan berbagai pengobatan. Intervensi layanan kesehatan tidak bisa didasarkan pada pendapat atau

 pengalaman individu sendiri. Bukti ilmiah dibuat dari penelitian yang berkualitas, yang

digunakan sebagai penuntun, diadaptasikan pada negara-negara masing-masing. Lebih jauh tentang ini akan diuraikan pada bab lain.

3. KEBUTUHAN MENJUMPAI PASIEN.

Dalam pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien , tantangan pertama adalah untuk 

mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan pasien yang berubah.. Apoteker harus dapat

menjamin bahwa orang-orang bisa memperoleh obat atau nasehat kefarmasian dengan

mudah, sejauh mungkin dalam satu jalan, satu waktu dan satu tempat dari pilihan mereka.Apoteker harus bisa memberdayakan pasien dan melakukan dialog guna menyampaikan

 pengetahuan yang mereka miliki dalam mengelola pengobatan dan kesehatan sendiri.

Meskipun pasien mendapat jangkauan yang luas untuk memperoleh informasi baik dari brosur,barang-barang promosi, iklan di media massa dan melaui internet, informsi ini

tidak selalu akurat dan lengkap. Apoteker dapat membantu pasien memberikan informasi

yang lebih akurat dengan memberikan informasi berdasarkan bukti dari sumber-sumber yang dipercaya. Konseling melalui pendekatan perjanjian tentang pencegahan penyakit

dan modifikasi gaya hidup (lifestyle) akan meningkatkan kesehatan masyarakat

disamping memberikan petunjuk bagaimana menggunakan obat yang tepat ,mengoptimalkan dampak kesehatan, mengurangi jumlah jenis obat pada setiap

Page 5: Pekerjaan kefarmasian

5/11/2018 Pekerjaan kefarmasian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pekerjaan-kefarmasian 5/13

 pengobatan, mengurangi jumlah obat yang bersisa dan meningkatkan pelayanan

kesehatan.

Dalam tahun 2000 publikasi dari Kementerian Kesehatan Inggris berjudul " Pharmacy in

the Future " disusun untuk keperluan seorang apoteker untuk meningkatkan dan

memperluas kisaran pelayanan kefarmasian pada pasien termasuk identifikasi kebutuhan

obat perorangan, pengembangan kerjasama dalam bidang kesehatan, kordinasi dari poses peresepan dan peracikan, peninjauan kembali target pengobatan dan tindak lanjutnya.

Pendekatan ini juga memuat model apotik masa depan . Kerangka baru dari farmasi

komunitas yang akan dilaksanakan merupakan kunci dalam pelayanan kefarmasian masadepan. Farmasi komunitas akhir-akhir ini akan menjamin kembali pelayanan yang

diharapkan pasien, memaksimalkan potensi apoteker untuk memberikan ketrampilan

mereka pada hasil yang lebih baik 

4. KEPEDULIAN PADA PASIEN KHRONIS HIV-AIDS. 

Dalam sejarah dunia selama ini belum pernah ada tantangan kesehatan sehebat

menghadapi penyebaran ( pandemi ) HIV-AIDS .

Diperkirakan 40 juta orang didunia tahun 2004 hidup dengan HIV dan 3 juta orangmengidap AIDS . Penularan HIV / AIDS menampilkan masalah kemanusiaan yang luar 

 biasa , hak azasi manusia, krisis kemanusiaan dan tragedi sosial luar biasa yang memukulekonomi dan kesehatan masyarakat.

Ketersediaan sumber keuangan untuk pengobatan retrovirus (ART) mulai meningkat

 berasal dari WHO dan negara yang tergabung kelompok G-8 guna pencegahan dan

 pengobatan HIV / AIDS sampai tahun 2010.Salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dan digerakkan dalam melawan HIV /

AIDS ini adalah apoteker. Untuk itu perlu pelatihan terhadap profesi apoteker.

Pada tahun 2003 , Majelis FIP mengadopsi standar Profesi tentang Peranan Apoteker dalam penanganan Pengobatan Jangka Panjang, seperti HIV - AIDS ini.

Dalam tahun 2004 FIP meluncurkan Website International Network untuk apoteker (www.fip.org/hivaids ) yang berfokus pada 3 pilar utama : Pelatihan , dokumentasi dan pertukaran pengalaman.

5. PENGOBATAN SENDIRI ( SELF MEDICATION ).

Pada Tahun 1996 Majelis FIP mengadopsi aturan tentang " Peranan Profesi Apoteker 

dalam Pengobatan Sendiri " untuk digunakan sebagai tanggung jawab apoteker dalam

 pemberian advis pada pengobatan sendiri yang terdiri dari ; pengantar farmasi, promosi penjualan; advis pada pengobatan simptom, hal-hal yang spesifik tentang obat, catatan

rujukan dan kepercayaan diri.

Pada tahun 1999 dikeluarkan Deklarasi bersama mengenai Self Medication antara majelisFIP dan Industri Pengobatan Sendiri Dunia ( WSMI ) sebagai pemandu apoteker dan

industri dalam hal keamanan dan keefektifan penggunaan obat-obatan tanpa resep .

Luasnya Peranan Apoteker.

Sebagai seorang yang ahli dalam hal obat-obatan karena pendidikannya , apoteker harus

selalu dikenal dan dapat dihubungi sebagai sumber nasehat yang benar tentang obat-

obatan dan masalah pengobatan. Saat ini kontribusi apoteker pada perawatan kesehatan (

Page 6: Pekerjaan kefarmasian

5/11/2018 Pekerjaan kefarmasian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pekerjaan-kefarmasian 6/13

health care ) sedang berkembang dalam bentuk baru untuk mendukung pasien dalam

 penggunaan obat dan sebagai bagian dari pembuat keputusan klinis bersama spesialis

yang lain.Apotik harus terbuka sepanjang hari, nyaman untuk banyak orang ketika mendapatkan

obat dan tidak perlu harus ada janji untuk ketemu apotekernya. Ini membuat apotik 

menjadi tempat pertama bagi bantuan pemeliharaan kesehatan yang biasa.Pengobatan sendiri yang biasa akan menjadi lebih populer, tumbuh dengan aman dengan

obat-obatnya yang mudah didapat tanpa perlu dengan resep dokter.

Apoteker harus mempunyai keahlian dalam memberi nasehat, memilih obat dankeamanannya serta keefektifan penggunaannya.

6. JAMINAN MUTU ( Q.A.) DARI PELAYANAN KESEHATAN.

Konsep yang menjadi dasar pelayanan kesehatan adalah jaminan kualitas dari pelayanan

 pasien. Donabedian mendefinisikan 3 unsur jaminan mutu dalam pelayanan kesehatanadalah : struktur , proses dan dampak .

Definisi Quality Assurance adalah rangkaian aktifitas yang dilakukan untuk memonitor dan meningkatkan penampilan sehingga pelayanan kesehatan se efektif dan se efisien

mungkin. Dapat juga didefinisikan QA sebagai semua aktifi tas yang berkontribusi untuk 

menetapkan, merencanakan, mengkaji, memoni tor,dan meningkatkan kualitas pelayanankesehatan.

Aktifitas ini dapat ditampilkan sebagai akreditasi pelayanan farmasi ( apotik),

 pengawasan tenaga kefarmasian atau upaya lain untuk meningkatkan penampilan dan

kualitas pelayanan kesehatan.Pelaksanaan dan praktek dari pharmaceutical care harus di dukung dan di tingkatkan

dengan pengukuran, pengkajian dan peningkatan aktifitas apotik , penggunaan kerangkakonsep peningkatan kualitas secara berkesinambungan. Dalam banyak kasus kualitas pelayanan kefarmasian dapat ditingkatkan dengan membuat perubahan pada sistem

 pelayanan kesehatan atau sistem pelayanan kefarmasian tanpa perlu menambah sumber 

daya.

7. FARMASI KLINIS.

Istilah farmasi klinis dibuat untuk menguraikan kerja apoteker yang tugas utamanya berinteraksi dengan tim kesehatan lain, interview dan menaksir pasien, membuat

rekomendasi terapi spesifik, memonitor respons pasien atas terapi obat dan memberi

informasi tentang obat. Farmasi klinis tempat kerjanya di rumah sakit dan ruang gawatdarurat dan pelayanannya lebih berorientasi pada pasien dari pada berorientasi produk.

Farmasi klinis dipraktekkan terutama pada pasien rawat inap dimana data hubungan

dengan pasien dan tim kesehatan mudah diperoleh.Rekam Medis ( medical record ) atau file dari pasien adalah dokumen resmi termasuk 

informasi yang diberikan rumah sakit, dimulai dari riwayat pasien , kemajuan latihan

fisik sehari-hari yang dibuat tenaga kesehatan yang profesional yang berinteraksi dengan pasien, konsultasi , catatan perawatan, hasil laboratorium, prosedur diagnosa dsb.

Page 7: Pekerjaan kefarmasian

5/11/2018 Pekerjaan kefarmasian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pekerjaan-kefarmasian 7/13

Farmasi klinis memerlukan pengetahuan terapi yang tinggi, pengertian yang baik atas

 proses penyakit dan pengetahuan produk-produk farmasi. Tambahan lagi farmasi klinis

memerlukan ketrampilan berkomunikasi yang baik dengan pengetahuan obat yang padatketrampilan monitoring obat, pemberian informasi obat , ketrampilan perencanaan terapi

dan kemampuan memperkirakan dan menginterpretasikan hasil laboratorium dan fisik.

Penakaran farmakokinetik dan monitoring merupakan ketrampilan dan pelayananistimewa dari farmasi klinis. Seorang farmasi klinis adalah sering merupakan anggota tim

kesehatan yang aktif , ikut serta ke bangsal untuk mendiskusikan terapi di ruang rawat

inap.

8. FARMAKOVIGILANCE ( FARMASI SIAGA / KEWASPADAAN FARMASI

=MESO )

Keamanan obat-obatan adalah issu penting yang lain , karena kompetisi yang kuat

diantara pabrik farmasi , dimana produk harus didaftarkan dan di pasarkan di banyak 

negara secara serentak. Hasilnya adalah efek samping tidak boleh ada dan tidak terpantau

secara sistematis. Farmacovigilance adalah suatu proses yang terstruktur untuk memantau dan mencari

efek samping obat ( advere drug reaction ) dari obat yang telah diberikan.Data-data diperoleh dari sumber-sumber seperti Medicines Information, Toxicology and

 Pharmacovigilance Centres yang lebih relevan dan bernilai pendidikan dalam

manajemen keamanan obat. Masalah yang berhubungan dengan obat, sekali ditemukan ,

 perlu ditetapkan , di analisa ,di tindak lanjuti dan dikomunikasikan pada pejabat yang berwewenang, profesi kesehatan dan masyarakat. Farmacovigilance termasuk penyebarluasan informasi, Dalam beberapa kasus, obat-

obatan dapat direcall , dicabut izin edarnya dari pasaran dan ini dilakukan oleh institusiyang terlibat dalam distribusi obat-obatan. Apoteker harus memberikan kontribusi yang

 penting untuk melakukan post marketing surveilance dan pharmacovigilance ini.

E. NILAI DARI PELAYANAN APOTEKER YANG PROFESIONAL

Asuhan kefarmasian berdampak pada keadaan kesehatan pasien, meningkatkan kualitasdan ketepatan biaya ( cost efective ) dalam sistem kesehatan. Peningkatan ini memberi

faedah pada kesehatan individual sehingga mereka akan menikmati kesehatan lebih baik 

dan akhirnya bermanfaat pada sebagian besar penduduk.

Pelayanan apoteker dan keterlibatannya dalam pelayanan yang berfokuskan pada pasientelah memberikan dampak kesehatan dan ekonomi serta mengurangi angka kesakitan

(morbidity) dan angka kematian ( mortality ).

Suatu pemberian imbalan (remuneration) yang pantas pada apoteker adalah kunciuntuk menjamin mereka melaksanakan praktek pelayanan farmasi yang baik (

 good pharmacy practice ) dan selanjutnya berubah kearah pharmaceutical care

.Walaupun demikian upaya untuk menjamin bahwa apoteker layak diberi imbalan, akanmemerlukan dokumen yang secara nyata meningkatkan dampak sebagai pernyataan dari

 penyedia dana bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang memberikan nilai ekonomi .

Klasifikasi kegiatan praktek farmasi ( The Pharmacy Practice Activity Classification =

PPAC ).

Page 8: Pekerjaan kefarmasian

5/11/2018 Pekerjaan kefarmasian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pekerjaan-kefarmasian 8/13

Sebagai apoteker yang prakteknya berfokuskan peningkatan asuhan kefarmasian dan

mengharapkan diberikan kompensasi untuk pelayanan pharmaceutical care itu ,

kebutuhan pada klasifikasi praktek farmasi yang dapat diterima secara konsisten harusmenjadi lebih nyata ( terbukti ). Meskipun banyak sistem untuk mencatat aktifitas

apoteker , sampai sekarang profesi ini kurang diterima untuk menguraikan atau mencatat

aktifitas dalam bahasa yang umum. Klassifikasi aktifitas praktek farmasi (PPAC) telahdicoba buat oleh The American Pharmacists Association (APhA= ISFI nya Amerika )

dalam bahasa yang sederhana yang jika digunakan secara konsisten akan menghasilkan

data perbandingan diantara studi-studi yang ada.

F. APOTEKER SEBAGAI ANGGOTA TIM PELAYANAN KESEHATAN. 

Tim pelayanan kesehatan terdiri dari pasien dan semua profesi kesehatan yang bertanggung jawab untuk kepedulian kesehatan pasien. Tim ini perlu didefinisikan secara

 baik dan perlu kerjasama secara aktif. Apoteker mempunyai peran yang penting dalam

tim ini. Mereka akan memerlukan penyesuaian pengetahuan mereka , ketrampilan dan

sikap pada peran yang baru ini, dalam mana mengintegrasikan ilmu farmasi dengan aspek klinis pada pelayanan kesehatan pasien, ketrampilan klinis, ketrampilan manajemen dan

komunikasi serta kerjasama yang aktif dalam tim medis dan ikut dalam pemecahanmasalah obat-obatan.

Jika mereka diakui sebagai sebagai anggota penuh tim kesehatan, para apoteker akan

 butuh untuk mengadopsi sikap essensial dalam kerja profesi kesehatan pada wilayah ; pandangan ( visibility; ), tanggung jawab ( responsibility ), keterjangkauan (

accessibility ) dalam tugas yang diperlukan untuk masyarakat, kepercayaan diri dan

orientasi pasien.

&;nbsp; Apoteker harus memiliki kompetensi , visi dan suara dalam berintegrasi penuhkedalam tim kesehatan.

Aliansi Profesi Kesehatan Sedunia yang didirikan tahun 1999 untuk menfasilitasikerjasama diantara organisasi apoteker sedunia ( FIP) , organisasi dokter sedunia(WMA), majelis perawat sedunia (ICN), ikatan dokter gigi sedunia (FDI) guna

membantu Pemerintah, pembuat kebijakan dan WHO supaya tercipta pelayanan

kesehatan yang lebih baik, dan cost efectif ( www.whpa.org).

1. Rangkaian pekerjaan farmasi. 

Peran apoteker terdapat dalam berbagai sektor di dunia. Keterlibatan apoteker dalam

kefarmasian eda dalam dunia riset dan pengembangan (R&D), formulasi, manufaktur ,

 jaminan mutu, lisensi, marketing, distribusi, penyimpanan, suplai, tugas informasi,dikelompokkan menjadi pelayanan kefarmasian dan diteruskan kedalam bentuk dasar 

dari praktek farmasi. Apoteker bekerja dalam rangkaian variasi yang lebar , dalam bentuk 

farmasi komunitas ( retail dan pelayanan kesehatan ), farmasi rumah sakit ( dalam berbagai bentuk dari rumah sakit kecil sampai rumah sakit besar ) , industri farmasi

farmasi dan lingkungan akademis. Disamping itu apoteker juga terlibat administrasi

 pelayanan kesehatan, penelitian, organisasi kesehatan internasional dan organisasi non pemerintah.

Page 9: Pekerjaan kefarmasian

5/11/2018 Pekerjaan kefarmasian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pekerjaan-kefarmasian 9/13

2. Tingkatan praktek dan pembuatan keputusan. 

Praktek farmasi terdapat pada level yang berbeda-beda. Tujuan akhir dari aktifitas iniadalah manfaat pada pasien dengan meningkatkan dan menjaga kesehatan mereka.

Aktifitas pada level pasien individual adalah mendukung dan mengelola terapi obat. Padalevel ini keputusan dibuat pada issu pharmaceutical care dan triage ( prioritas pelayanan,

tindak lanjut dan pemantauan dampak pengobatan ).Beberapa aktifitas pada level manajemen suplai dalam farmasi komunitas dan rumah

sakit adalah pembuatan, peracikan , pengadaan dan distribusi obat.

Pada level institusi seperti di rumah sakit dan klinik, organisasi pengelolaan pelayananatau apotik aktifitas pada seleksi obat termasuk formularium, pedoman pengobatan dan

 peninjauan penggunaan obat-obatan. Tool ini harus diterima sebagai pemberi pelayanan

kesehatan dan harus dilaksanakan.Pada level sistem ( seperti negara , negara bagian , propinsi ) aktifitas apoteker pada

 perencanaan, pengelolaan, legislasi, regulasi dan kebijaksanaan masih memungkinkan

untuk dikembangkan dalam pengembangan dan pengoperasian sistem pelayanankesehatan. Pada level sistem ini juga termasuk penetapan standar pelayanan dan perizinanapotik. Kebijaksanaan Obat Nasional telah berkembang pada banyak negara sebagai

kebijaksanaan kesehatan . Pada level internasional telah bergerak kearah harmonisasi

 pendekatan pada industri farmasi dan pelayanan apotik.Pada level komunitas dan penduduk, praktek kefarmasian termasuk aktifitas pendukung

level-level lain yaitu pemberian informasi, edukasi dan komunikasi untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat, pemberian informasi obat-obatan, penelitian,, penyebar-luasaninformasi baru , pendidikan dan pelatihan staf, barang-barang konsumen , organisasi

kesehatan dan peneliti sistem kesehatan.

Promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan modifikasi gaya hidup adalah aktifitas pada

level komunitas yang berfokus kesehatan masyarakat. Apoteker dapat masuk pada bagianmana saja karena mereka mempunyai latar belakang pendidikan kesehatan. Apoteker 

merupakan sumber informasi dan nasehat mengenai kesehatan dan obat-obatan.

Karena demikian mereka tidak dapat bekerja dalam isolasi dan harus menerima tanggung jawab bersama dengan profesi kesehatan lain dalam melaksanakan pelyanan kesehatan

masyarakat.

3. The seven star pharmacist. 

Untuk bisa efektif sebagai anggota tim kesehatan, apoteker butuh ketrampilan dan sikap

untuk melakukan fungsi-fungsi yang berbeda-beda. Konsep the seven-star pharmacist diperkenalkan oleh WHO dan diambil oleh FIP pada tahun 2000 sebagai

kebijaksanaan tentang praktek pendidikan farmasi yang baik ( Good Pharmacy

 Education Practice ) meliputi sikap apoteker sebagai : pemberi pelayanan (care-

 giver ), pembuat keputusan (decision-maker ) , communicator, manager,

pembelajaran jangka panjang (life-long learner ), guru ( teacher ) dan pemimpin

(leader ). Pada buku pegangan ini penerbit menambahkan satu fungsi lagi yaitu sebagai

researcher ( peneliti ).

Page 10: Pekerjaan kefarmasian

5/11/2018 Pekerjaan kefarmasian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pekerjaan-kefarmasian 10/13

a. Care- giver.

Dalam memberikan pelayanan mereka harus memandang pekerjaan mereka sebagai

 bagian dan terintegrasi dengan sistem pelayanan kesehatan dan profesi lainnya .Pelayanannya harus dengan mutu yang tinggi.

b. Decision- maker

Penggunaan sumber daya yang tepat , bermanfaat , aman dan tepat guna seperti SDM,obat-obatan, bahan kimia, perlengkapan, prosedur dan pelayanan harus merupakan dasar 

kerja dari apoteker. Pada tingkat lokal dan nasional apoteker memainkan peran dalam

 penyusunan kebijaksanaan obat-obatan. Pencapaian tujuan ini memerlukan kemampuanuntuk mengevaluasi, menyintesa informasi dan data serta memutuskan kegiatan yang

 paling tepat.

c. Communicator

Apoteker adalah merupakan posisi ideal untuk mendukung hubungan antara dokter dan pasien dan untuk memberikan informasi kesehatan dan obat-obatan pada masyarakat. Dia

harus memiliki ilmu pengetahuan dan rasa percaya diri dalam berintegrasi dengan profesi

lain dan masyarakat. Komunikasi itu dapat dilakukan secara verbal ( langsung ) non

verbal , mendengarkan dan kemampuan menulis.d. Manager.

Apoteker harus dapat mengelola sumber daya ( SDM, fisik dan keuangan ) , daninformasi secara efektif . Mereka juga harus senang dipimpin oleh orang lainnya , apakah

 pegawai atau pimpinan tim kesehatan. Lebih-lebih lagi teknologi informasi akan

merupakan tantangan ketika apoteker melaksanakan tanggung jawab yang lebih besar 

untuk bertukar informasi tentang obat dan produk yang berhubungan dengan obat sertakualitasnya.

e. Life-long learner

Adalah tak mungkin memperoleh semua ilmu pengetahuan di sekolah farmasi dan masihdibutuhkan pengalaman seorang apoteker dalam karir yang lama. Konsep-konsep,

 prinsip-prinsip , komitmen untuk pembelajaran jangka panjang harus dimulai disampingyang diperoleh di sekolah dan selama bekerja. Apoteker harus belajar bagaimanamenjaga ilmu pengetahuan dan ketrampilan mereka tetap up to date.

f. Teacher 

Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk membantu pendidikan dan pelatihangenerasi berikutnya dan masyarakat.. Sumbangan sebagai guru tidak hanya membagi

ilmu pengetahuan pada yang lainnya, tapi juga memberi peluang pada praktisi lainnya

untuk memperoleh pengetahuan dan menyesuaikan ketrampilan yang telah dimilikinya.

g. Leader Dalam situasi pelayanan multi disiplin atau dalam wilayah dimana pemberi pelayanan

kesehatan lainnya ada dalam jumlah yang sedikit, apoteker diberi tanggung jawab untuk 

menjadi pemimpin dalan semua hal yang menyangkut kesejahteraan pasien danmasyarakat. Kepemimpinan apoteker melibatkan rasa empati dan kemampuan membuat

keputusan , berkomunikasi dan memimpin secara efektif. Seseorang apoteker yang

memegang peranan sebagai pemimpin harus mempunyai visi dan kemampuanmemimpin.

h. Researcher

Apoteker harus dapat menggunakan sesuatu yang berdasarkan bukti ( ilmiah , praktek 

farmasi , sistem kesehatan ) yang efektif dalam memberikan nasehat pada pengguna obat

Page 11: Pekerjaan kefarmasian

5/11/2018 Pekerjaan kefarmasian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pekerjaan-kefarmasian 11/13

secara rasional dalam tim pelayanan kesehatan.. Dengan berbagi pengalaman apoteker 

dapat juga berkontribusi pada bukti dasar dengan tujuan mengoptimalkan dampak dan

 perawatan pasien.. Sebagai peneliti , apoteker dapat meningkatkan akses dan informasiyang berhubungan dengan obat pada masyarakat dan tenaga profesi kesehatan lainnya.

G. PRAKTEK FARMASI : SUATU KOMITMEN UNTUK MELAKUKANPERUBAHAN 

1. PERUBAHAN KEBIJAKAN 

WHO Konsultatif Group untuk Peranan Apoteker telah dilaksanakan di New Delhi tahun1968, di Tokyo tahun 1993. Majelis Kesehatan Sedunia ( W H Assembly ) tahun 1994

memutuskan dalam pengembangan dan pelaksanaan Kebijaksanaan Obat Nasional

diarahkan pada "penggunaan obat yang rasional". Kebijaksanaan Obat Nasional( KONAS) yang telah dikembangkan pada lebih dari 100 negara anggota WHO dan telah

menyusun kerangka untuk praktek kefarmasian yang baik ( good pharmaceutical 

 practice) Strategi Obat Revisi WHO sehubungan dengan peranan apoteker telah dibuat pada tahun 1994 sebagai resolusi WH Assembly tersebut diatas. Resolusi ini merupakan

kunci bagi peran apoteker dalam kesehatan masyarakat, termasuk penggunaan obat-

obatan. Resolusi itu menekankan tanggung jawab apoteker pada pemberian informasi dan

nasehat tentang obat serta penggunaannya , memajukan konsep pharmaceutical care dan berpartisipasi aktif dalam pencegahan penyakit serta promosi kesehatan. Forum

konsultasi WHO tentang peran apoteker ketiga telah dilakukan di Vancouver tahun 1997

dan ke empat dilakukan di Hague tahun 1998.

2. PERUBAHAN DALAM PENDIDIKAN FARMASI DAN PENDEKATAN

PEMBELAJARAN BARU 

Apoteker berdiri pada daerah antara riset dan pengembangan , manufaktur , penulis resep, pasien dan obat itu sendiri. WHO telah menghimbau agar lebih besar keterlibatan

apoteker dalam sistem pelayanan kesehatan umum dan penggunan obat yang lebih besar 

sesuai latar belakang pendidikan akademisnya. Dalam hal pernyataan kebijaksanaan ini

FIP mengatakan bahwa perubahan dalam peran apoteker harus di refleksikan dalam pendidikan berkelanjutan apoteker, dengan lebih banyak fokusnya pada pembelajaran

mahasiswa. Paradigma baru farmasi memerlukan apoteker yang lebih ahli dalam ilmu

farmaseutik dan kimia farmasi. Mereka harus mengerti dan menggunakan aturan-aturandi belakang semua keperluan dalam aktifitas mengelola terapi obat. Pada tahun 1999

Asosiasi Fakultas Farmasi Eropa mengajukan suatu pergantian program studi farmasi dariilmu yang berbasiskan laboratorium kepada ilmu praktek dan klinis.Perubahan kearah pendekatan perawatan pasien telah terjadi dalam bermacam tingkatan

di beberapa negara seperti Inggris dan Amerika Serikat. Ini meliputi daerah yang amat

luas dan merupakan peluang bagi apoteker untuk merubah dan meningkatkan dampak 

 pada pasien secara integral, dan sebagai anggota yang aktif dalam tim pelayanan pasien.Tetapi, terutama di negara-negara berkembang, kurikulum farmasi telah lama dilalaikan

 pada banyak institusi pendidikan , dimana telah membantu mengekalkan status apoteker 

Page 12: Pekerjaan kefarmasian

5/11/2018 Pekerjaan kefarmasian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pekerjaan-kefarmasian 12/13

yang kurang bermutu dalam pelayanan sektor kesehatan . Dalam kurikulum farmasi

tradisional, penekanan kurikulum lebih sering pada aspek teknis kefarmasian bukan pada

 praktek profesional.Tekanan dibelakang perubahan pendidikan farmasi, banyak variasinya dan meningkat

dalam jumlah serta intensitasnya. Kekuatan ekonomi dan politik yang besar telah

mempengaruhi sistem kesehatan di banyak negara dan juga mempunyai pengaruh pada praktek kefarmasian . Sebagai hasilnya adalah diperlukan perubahan radikal dalam

 pendidikan kefarmasian. Peranan dan fungsi apoteker serta staf kefarmasian perlu dikaji

kembali dan dampak pendidikan beserta kurukulum farmasi harus di definisikan kembalisecara jelas . Penggunaan dampak akan menolong pengembangan kurikulum. Dampak 

 pendidikan harus termasuk dalam hal-hal berikut ini :

1. Pharmaceutical care dengan penekanan berfokus pada kepedulian kepada pasien dan

masyarakat.2. Manajemen sistem sumber daya ( sumber daya manusia, obat-obatan,, informasi dan

teknologi ).

3. Jaminan kesehatan masyarakat yang efektif, bermutu,serta pelayanan pencegahan dan

kebijaksanan pengembangan kesehatan masyarakat.

Perubahan pendidikan farmasi tidak hanya memerlukan revisi dan restrukturisasikurikulum tapi juga suatu komitmen pada pada pengembangan fakultas yang menyiapkan

dosen-dosen untuk mendidik apoteker dalam bentuk yang berbeda. Tipe dan dalamnya

 pelajaran dan materi pengalaman termasuk suatu yang akan berbeda. Jumlah dan alokasi

sumber pendidikan harus berubah. Sekolah / perguruan tinggi farmasi harus kreatif, majudan mrnyiapkan model praktek yang bernilai serta dapat digunakan dalam pelayanan

kesehatan .

Kurikulum pelatihan harus di pertimbangkan sesuai dengan kebutuhan, target audien,dampak pembelajaran , isi pelatihan , metode pengajaran, sumber pelajaran, pengkajian

 peserta, evaluasi pelatihan dan jaminan mutu .Beberapa tahun terakhir telah dilakukan suatu pergantian dalam pendidikan ilmukesehatan kearah pembelajaran berdasarkan masalah. Kurikulum farmasi berdasarkan

masalah juga telah dikembangkan pada beberapa negara seperti Inggris, Australia,

 Nederland dan Afrika Selatan. Di banyak negara standar kompetensi juga telahdidefinisikan dan disiapkan guna diperbandingkan. Standar ini digunakan untuk mengkaji

 pengetahuan profesional kesehatan dan kemampuan untuk uji registrasi atau dalam

 pengembangan profesi berkelanjutan ( continuing professional development = CPD ) .

CPD termasuk juga penelitian dan refleksinya pada dampak pekerjaan, akan memberikanarti pada pemeliharaan kompetensi jangka panjang.

Inilah saatnya perubahan mahabesar akan terjadi dalam pelayanan kesehatan dan

profesi farmasi. Tidak ada waktu lagi dan sejarah baru dari profesi farmasi harusdimunculkan dengan penuh tantangan dan peluang. Sementara itu profesi farmasi

harus diarahkan kepada asuhan kefarmasian sebagai kontribusi besar yang di

 persembahkan kepada masyarakat, pendidikan kefarmasian pun perlu dikembangkan,kompetensi , isi dan proses kurikulum pendidikan perlu disiapkan untuk mendidik 

mahasiswa kepada asuhan kefarmasian ( pharmaceutical care) dalam memasuki sistem

 pelayanan kesehatan nanti.

Page 13: Pekerjaan kefarmasian

5/11/2018 Pekerjaan kefarmasian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pekerjaan-kefarmasian 13/13

H. KESIMPULAN

Meskipun jumlah produk kefarmasian meningkat di pasaran , akses kepada obat-obat

essensial masih lemah di seluruh dunia. Meningkatnya biaya pelayanan kesehatan, perubahan sosial, ekonomi, teknologi , dan politik telah membuat suatu kebutuhan

reformasi pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Pendekatan baru ini dibutuhkan padalevel perorangan dan masyarakat untuk menyokong keamanan dan keefektifan

 pengunaan obat pada pasien dalam lingkungan yang lebih kompleks.

Apoteker adalah suatu posisi yang istimewa untuk memenuhi kebutuhan profesional iniguna menjamin keamanan dan keefektifan penggunaan obat-obatan . Oleh sebab itu

apoteker harus menerima tanggung jawab yang lebih besar ini dari pada mereka terutama

melakukan pengelolaan obat untuk pelayanan pasien. Tanggung jawab ini berjalandibelakang aktifitas peracikan tradisional yang telah lama berjalan dalam praktek farmasi.

Pengawasan rutin proses distribusi obat-obatan harus ditinggalkan oleh apoteker.

Keterlibatan langsung mereka dalam distribusi obat-obatan akan berkurang karenaaktifitas ini akan ditangani oleh asisten farmasi yang berkualitas. Dengan demikian jumlah pengawasan aktifitas farmasi akan bertambah. Tanggung jawab apoteker harus

diperluas pada monitoring kemajuan pengobatan, konsultasi dengan penulis resep dan

kerjasama dengan praktisi kesehatan lainnya demi untuk keperluan pasien. Perubahankearah asuhan kefarmasian ( pharmaceutical care ) merupakan faktor yang kritis .

 Nilai dari pelayanan apoteker dalam hal klinis, dampak ekonomi dan sosial telah dicoba

di dokumentasikan. Klassifikasi pekerjaan farmasi telah dihitung oleh AmericanPharmacists Association ( ISFI -nya Amerika ) dalam bahasa yang sederhana .Farmasi

telah di praktekkan mulai dari cara sederhana sampai pada rangkaian baru dan tingkat-

tingkat pembuatan keputusan. Sebagai anggota tim kesehatan, apoteker butuh kecakapan

dalam banyak fungsi yang berbeda-beda. Konsep seven star pharmacist telahdiperkenalkan oleh WHO dan FIP telah mengadopsi dan menguraikan peran itu.

Apoteker mempunyai potensi untuk meningkatkan dampak pengobatan dan kualitas

hidup pasien dalam berbagai sumber dan mempunyai posisi sendiri yang layak dalamsistem pelayanan kesehatan.. Pendidikan farmasi mempunyai tanggung jawab

menghasilkan sarjana yang kompeten dalam melaksanakan asuhan kefarmasian ( pharmaceutical care ).