pedoman umum urban poverty project 2 bab vi transparansi dan akuntabilitas

11
107 Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Bab VI Bab VI Transparansi dan Akuntabilitas Sumber dana P2KP berasal dari pinjaman luar negeri yang harus dikembalikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, dana P2KP merupakan “Dana Publik” yang “di-wakaf-kan” oleh Pemerintah Indonesia ke masyarakat di lokasi sasaran P2KP. “Dana Publik” pada hakekatnya mengandung makna bahwa rakyat Indonesia berhak memperoleh informasi keberadaan dan pemanfaatan dana P2KP yang dikelola oleh masyarakat di lokasi sasaran P2KP. Pada sisi lain, hal ini juga menuntut para pengelola dana P2KP untuk senantiasa memberi informasi secara terbuka tentang pemanfaatan dana yang dikelolanya, termasuk terbuka untuk diperiksa oleh pihak-pihak terkait. Sedangkan sifat “Dana Wakaf” bermakna pada tanggungjawab pengelola dana P2KP untuk tidak menggunakan dana P2KP secara sembarangan, melainkan harus selalu dimanfaatkan sepenuhnya bagi kepentingan perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin yang ada di wilayahnya. 6.1. TATA CARA PENYELENGGARAAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS 6.1.1. Transparansi Transparansi dalam pelaksanaan P2KP pada dasarnya dapat diterapkan dengan memberikan akses kepada semua pihak yang berrkepenting- an ataupun membutuhkan untuk mengetahui informasi-informasi mengenai P2KP, kebijakan serta pengambilan keputusan, perkembangan kegiatan dan keuangan, serta informasi-informasi lainnya dari para pelaku P2KP, baik di tingkat proyek, daerah dan masyarakat . Dalam hal ini, semua informasi yang berkaitan dengan kegiatan dan keuangan dana bantuan P2KP harus dipublikasikan dan disebar- luaskan kepada masyarakat luas serta pihak- pihak lainnya secara terbuka melalui papan- papan informasi, bulletin, dan berbagai media yang dimungkinkan. Pada tataran masyarakat dan panitia kemitraan, maka notulensi pertemuan, kebijakan, kondisi dan laporan keuangan bulanan, nama serta jumlah pinjaman, jenis kegiatan yang diusulkan, penunggak pinjaman, dan lain-lain juga harus disebarluaskan ke masyarakat serta harus ditempelkan di papan-papan pengumuman di seluruh pelosok kelurahan, khususnya di tempat-tempat strategis. Di sisi lain, P2KP juga berupaya mendorong masyarakat luas untuk menuntut hak atas segala informasi yang berkaitan dengan pengelolaan kegiatan serta dana bantuan P2KP oleh pelaku-pelaku P2KP. Sebaliknya, pelaku-pelaku P2KP dan masyarakat penerima manfaat didorong pula untuk memberi kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat serta pihak terkait yang ingin me- ngetahui informasi dana serta kegiatan P2KP. Penerapan transparansi secara konsisten oleh seluruh pelaku P2KP tersebut pada dasarnya dimaksudkan, antara lain; (1) mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan-penyim- pangan melalui tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk melakukan kontrol sosial, (2) menghindarkan miss komunikasi ataupun salah persepsi, (3) mendorong proses masyarakat belajar dan “melembagakan” sikap bertanggung jawab serta tanggung gugat terhadap pilihan keputusan dan kegiatan yang

Upload: advisory-specialist-for-p2kp

Post on 25-Jul-2015

127 views

Category:

Government & Nonprofit


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman umum urban poverty project 2   bab vi transparansi dan akuntabilitas

107Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

BabVI

BabVI Transparansi dan Akuntabilitas

Sumber dana P2KP berasal dari pinjaman luar negeriyang harus dikembalikan oleh seluruh rakyat Indonesia.Oleh karena itu, dana P2KP merupakan “Dana Publik”yang “di-wakaf-kan” oleh Pemerintah Indonesia kemasyarakat di lokasi sasaran P2KP.“Dana Publik” pada hakekatnya mengandung maknabahwa rakyat Indonesia berhak memperoleh informasikeberadaan dan pemanfaatan dana P2KP yang dikelolaoleh masyarakat di lokasi sasaran P2KP. Pada sisi lain,hal ini juga menuntut para pengelola dana P2KP untuksenantiasa memberi informasi secara terbuka tentangpemanfaatan dana yang dikelolanya, termasuk terbukauntuk diperiksa oleh pihak-pihak terkait.Sedangkan sifat “Dana Wakaf” bermakna padatanggungjawab pengelola dana P2KP untuk tidakmenggunakan dana P2KP secara sembarangan,melainkan harus selalu dimanfaatkan sepenuhnya bagikepentingan perbaikan kesejahteraan masyarakatmiskin yang ada di wilayahnya.

6.1. TATA CARA PENYELENGGARAANTRANSPARANSI DANAKUNTABILITAS

6.1.1. TransparansiTransparansi dalam pelaksanaan P2KP padadasarnya dapat diterapkan dengan memberikanakses kepada semua pihak yang berrkepenting-an ataupun membutuhkan untuk mengetahuiinformasi-informasi mengenai P2KP, kebijakanserta pengambilan keputusan, perkembangankegiatan dan keuangan, serta informasi-informasilainnya dari para pelaku P2KP, baik di tingkatproyek, daerah dan masyarakat .

Dalam hal ini, semua informasi yang berkaitandengan kegiatan dan keuangan dana bantuanP2KP harus dipublikasikan dan disebar-luaskan kepada masyarakat luas serta pihak-

pihak lainnya secara terbuka melalui papan-papan informasi, bulletin, dan berbagai mediayang dimungkinkan. Pada tataran masyarakatdan panitia kemitraan, maka notulensipertemuan, kebijakan, kondisi dan laporankeuangan bulanan, nama serta jumlahpinjaman, jenis kegiatan yang diusulkan,penunggak pinjaman, dan lain-lain juga harusdisebarluaskan ke masyarakat serta harusditempelkan di papan-papan pengumuman diseluruh pelosok kelurahan, khususnya ditempat-tempat strategis.

Di sisi lain, P2KP juga berupaya mendorongmasyarakat luas untuk menuntut hak atassegala informasi yang berkaitan denganpengelolaan kegiatan serta dana bantuanP2KP oleh pelaku-pelaku P2KP. Sebaliknya,pelaku-pelaku P2KP dan masyarakatpenerima manfaat didorong pula untukmemberi kesempatan seluas-luasnya bagimasyarakat serta pihak terkait yang ingin me-ngetahui informasi dana serta kegiatan P2KP.

Penerapan transparansi secara konsisten olehseluruh pelaku P2KP tersebut pada dasarnyadimaksudkan, antara lain; (1) mencegah sedinimungkin terjadinya penyimpangan-penyim-pangan melalui tumbuhnya kesadaranmasyarakat untuk melakukan kontrol sosial,(2) menghindarkan miss komunikasi ataupunsalah persepsi, (3) mendorong prosesmasyarakat belajar dan “melembagakan”sikap bertanggung jawab serta tanggung gugatterhadap pilihan keputusan dan kegiatan yang

Page 2: Pedoman umum urban poverty project 2   bab vi transparansi dan akuntabilitas

108 Pedoman Umum

dilaksanakannya, (4) membangun keper-cayaan semua pihak (trust building) terhadappelaksanaan P2KP secara keseluruhan, serta(5) agar pelaksanaan P2KP sesuai denganketentuan, prinsip dan nilai P2KP.

Pelaksanaan transparansi oleh seluruh pihakyang berkepentingan tersebut dilakukan sesuaidengan ketentuan yang berlaku, misalnyaPedoman-Pedoman P2KP, Surat KeputusanPMU/Proyek, Keppres, AD/ART, dsb.

Transparansi dalam P2KP ini harus dilakukandi semua tataran, antara lain sebagai berikut:

a) Di tataran penyelenggara proyekUntuk menjaga agar transparansipengelolaan proyek ini dapat selalu dijaga,maka di tataran penyelenggara harusdilakukan hal-hal sebagai berikut:

• Secara periodik PMU/Pimpro wajibmendiseminasikan P2KP secara luas,melalui berbagai media masa, sepertiantara lain; radio, televisi dan koran,mengenai apa saja yang disediakanproyek ke masyarakat dan pemda sertasejauh mana pencapaian proyek;

• PMU/Pimpro wajib mengembangkandan mengelola situs jaringan internet(Web-site) yang dapat diakses denganmudah oleh semua pihak yang berke-pentingan pada P2KP dan masyarakatuntuk mendapatkan gambaran terkinidari perkembangan P2KP; dan

• PMU/Pimpro juga wajib menyeleng-garakan audit proyek baik dari segifinansial dan manajemen yang hasilnyadilaporkan ke semua pihak terkait.

b) Di tataran daerahUntuk menjaga transparansi pengelolaanproyek di daerah, terutama penggunaanDana PAKET, maka pemerintah daerah,khususnya penanggung jawab DanaPAKET, harus melakukan hal-hal sbb :

• Secara periodik wajib mendisemi-nasikan proyek P2KP ini secara luasmelalui berbagai media masa sepertiantara lain; radio, televisi daerah dankoran mengenai apa saja yangditawarkan oleh proyek ke masyarakat

dan sejauh mana pencapaian proyekserta penggunaan Dana PAKET;

• Kepada penanggung jawab DanaPAKET harus dilakukan audit menje-lang akhir tahun anggaran oleh indepen-den auditor, baik dari segi finansialmaupun manajemen, yang hasilnyadilaporkan ke semua pihak terkait; dan

• Menjamin pelaksanaan pemeriksaanpengelolaan keuangan proyek - baikuntuk BLM maupun PAKET – yangdilakukan oleh BPKP maupun auditorindependen kepada pelaku-pelakuP2KP di wilayahnya masing-masing.

c) Di tataran masyarakatUntuk menjaga transparansi pengelolaankegiatan dan penggunaan dana BLM olehBKM maupun dana PAKET oleh PanitiaKemitraan, sehingga dapat diketahui olehsemua warga, BKM diwajibkan untukmenyebarluaskan keputusan-keputusanyang telah ditetapkan, PJM dan RentaPronangkis, perkembangan organisasi dankegiatan BKM/UP-UP, laporan posisikeuangan, KSM beserta anggota yangmemperoleh pinjaman, Panitia Kemitraanbeserta anggotanya, serta informasi-informasi lain, dengan cara:

• Penempelan melalui papan-papaninformasi di tempat-tempat yangstrategis, minimal di 5 lokasi, denganukuran dan bentuk yang mudah dilihatdan dibaca oleh semua warga. Jenispapan informasi yang diperlukan adalahpapan informasi kegiatan (proyek),papan informasi BKM dan papaninformasi KSM, papan informasi PanitiaKemitraan dan kegiatan PAKET, papan-papan informasi kegiatan pembangun-an, kegiatan sosial, dengan muatan/isisesuai perkembangan terbaru dll;

• Pertemuan-pertemuan rutin denganKSM, panitia dan masyarakat;

• Pertemuan-pertemuan rutin denganperangkat kelurahan, lembaga formalyang ada dan kelompok pedulisetempat, demikian pula pertemuan rutin

Page 3: Pedoman umum urban poverty project 2   bab vi transparansi dan akuntabilitas

109Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

masyarakat dengan dinas dankelompok peduli dalam kaitan denganpelaksanaan PAKET.

• Penyebarluasan melalui surat kepadaKSM-KSM dan masyarakat

• Pembuatan dan penyebarluasan mediawarga, leaflet atau buletin, dll

• Melakukan audit tahunan BKM danhasilnya disebar luaskan ke masyarakatmelalui rapat tahunan pertanggungjawaban BKM (lihat akuntabilitas)

• BKM, UP-UP serta pelaku P2KP ditingkat kelurahan harus bersifat terbukamemberikan informasi dan data-datayang dibutuhkan dalam pelaksanaanpemeriksaan oleh KMW, perangkatpemerintah, unsur masyarakat dan ataupemantau independen yang dapatdilakukan setiap saat serta auditindependen yang dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.

6.1.2. AkuntabilitasSelain wajib menerapkan prinsip transparansidalam proses pengambilan keputusan danpengelolaan kegiatan serta keuangan, juga wajibdilaksanakan berdasarkan prinsip akuntabilitas.Penerapan prinsip akuntabilitas harus ditaatisecara konsisten oleh semua pelaku P2KP,tanpa terkecuali.

Akuntabilitas ini pada dasarnya dapat diterapkandengan memberikan akses kepada semua pihakyang berkepentingan untuk melakukan audit,bertanya dan atau menggugatpertanggunganjawaban para pengambilkeputusan, baik ditingkat proyek, daerah danmasyarakat . Oleh sebab itu semua unitpengambilan keputusan dalam semua tataranproyek harus melaksanakan prosespengambilan keputusan masing-masing sesuaidengan ketentuan yang berlaku, misalnyaPedoman P2KP, Surat Edaran Dirjen Anggaran,Keppres, AD/ART, dsb

Untuk tataran masyarakat antara lain dapatdilakukan sebagai berikut :

a) Konsultasi PublikDalam hal BKM mengambil keputusan yangberkaitan dengan kepentingan masyarakat

banyak (misalnya; Peta Kemiskinan,Pronangkis, Pencairan dana BLM danPAKET, KSM penerima manfaat dll), makakeputusan yang ditetapkan oleh BKMharus dikonsultasikan ke masyarakatmelalui penyebarluasan dan penempelankeputusan tersebut di tempat-tempatstrategis.

Maksimal dua minggu setelah pelaksanaankonsultasi publik, BKM mengadakan rapatevaluasi keputusan untuk ditetapkansebagai keputusan yang mengikat ataudisempurnakan terlebih dahulu sebelumditetapkan, berdasarkan masukanmasyarakat yang telah diterima.

b) Rapat Koordinasi Triwulan BKMdengan KSM dan MasyarakatAnggota-anggota BKM wajib mengadakanpertemuan koordinasi triwulanan atausesuai ketentuan AD/ART denganmengundang seluruh gugus tugas (UP-UP),KSM, dan perwakilan masyarakat untukmenyampaikan perkembangan kegiatan,membahas permasalahan sertamerencanakan kegiatan triwulanberikutnya.

c) Rapat Bulanan Anggota BKMAnggota BKM berkewajibanmenyelenggarakan pertemuaan rutinanggota-angota BKM sekurang-kurangnyasatu bulan sekali. Rapat bertujuan selainmembahas berbagai masalah danperkembangan yang ada, juga membahasrencana BKM untuk bulan berikutnya.Hasil rapat bulanan tersebut disampaikanBKM kepada KSM, masyarakat danpemerintah kelurahan.

d) Rapat Tahunan BKMBKM wajib menyelenggarakan RapatTahunan BKM yang dilaksanakan minimalsatu tahun sekali. Rapat tahunan BKMtersebut disamping sebagai pertanggungjawaban kegiatan dan keuangan kepadamasyarakat (termasuk penyampaian hasilaudit) juga dapat sekaligus untuk mela-kukan penyegaran anggota BKM, apabila

Page 4: Pedoman umum urban poverty project 2   bab vi transparansi dan akuntabilitas

110 Pedoman Umum

dibutuhkan dan sesuai dengan AD/ART.Masyarakat, melalui utusan-utusan yangdipilih langsung dari setiap RT/RW, dapatmenerima atau menolak pertanggungjawa-ban BKM dan menetapkan untuk mem-perpanjang atau mengganti anggota BKM.

e) Rembug Para-Pihak Tingkat KelurahanBKM, pemerintah kelurahan dan kelompokpeduli terkait perlu menyelenggarakanrembug para-pihak di tingkat kelurahanyang dilaksanakan untuk mengambilkeputusan mengenai program perbaikanpelayanan public (good governance) sertamatching program dalam kaitan denganpelaksanaan PAKET, dll yang menyangkutkepentingan seluruh para-pihak.

f) Komunitas Belajar KelurahanBKM, melalui UPS, mengkoordinirrelawan-relawan setempat, yang terdiri dariorang-orang peduli dan ikhlas, perangkatpemerintah kelurahan dan kelompok pedulisetempat, dalam forum kajian reflektif yangdisebut dengan Komunitas BelajarKelurahan (KBK). Fungsi utama KBKadalah turut membantu masyarakatsetempat dalam rangka menjaga danmelembagakan penerapan nilai-nilai sertaprinsip-prinsip universal, sehingga kontrolsosial masyarakat tetap terbangun danBKM serta UP-UP tetap berorientasi padaperbaikan kesejahteraan masyarakatmiskin maupun pembangunan kelurahan diwilayahnya. Pada akhirnya, keberadaanKBK juga sebagai embrio dan pondasiuntuk mendorong keberlanjutan P2KP olehmasyarakat secara mandiri..

g) Audit dan PemeriksaanDalam rangka pelaksanaan akuntabilitasini, maka BKM wajib melakukan audittahunan termasuk semua unit-unitnya (UP-UP). Audit ini harus dilakukan oleh auditorindipenden dan hasilnya disebarluaskankesemua pihak terkait sesuai ketentuan.

Disamping itu, BKM dengan semua unitnyaharus terbuka terhadap berbagaipemeriksaan, baik dari manajemenproyek, pemerintah maupun masyarakat.

Demikian pula halnya terkait denganpelaksanaan PAKET, maka para-pihakterkait sesuai ketentuan wajib melakukanaudit pelaksanaan kegiatan danpenggunaan dana PAKET yangditerimanya, dengan beban pendanaanberasal dari swadaya yang bersangkutan.Audit ini harus dilakukan oleh auditorindipenden dan hasilnya disebarluaskankesemua pihak terkait sesuai ketentuan.

Disamping itu, Para pihak terkait di lokasiPAKET dengan semua panitia kemitraanharus terbuka terhadap berbagaipemeriksaan, baik dari manajemenproyek, pemerintah maupun masyarakat.

6.2. MANAJEMEN KEUANGAN DANAUDIT

6.2.1. UmumSebagaimana telah dijelaskan di awal bahwapada dasarnya P2KP dalam penyediaan danaBLM maupun PAKET menganut sikap menubebas (open menu), dimana masyarakat dapatbebas mengajukan usulan kegiatan apapunselama terkait langsung dengan upayapenanggulangan kemiskinan, disepakatisemua pihak, serta harus merupakanpenjabaran dari PJM & Renta Pronangkis.

Meskipun demikian, pengambilan keputusanmasyarakat serta para pihak tingkat kelurahantentang pilihan kegiatan yang akan dila-kukannya untuk menanggulangi kemiskinanharus senantiasa disertai kesadaran akankonsekuensi dari keputusan tersebut, yaknimelakukan kewajiban-kewajiban yang harusdipenuhi dan proses persiapan yang harusdilakukan.

Apapun bentuk kegiatan, secara administrasiharus tetap menganut prinsip transparansi danakuntabilitas yang tata cara pelaksanaannyadijelaskan di atas.

6.2.2. Pengelolaan Pinjaman BergulirApabila masyarakat memutuskan bahwasebagian dana BLM digunakan untuk pinjamanbergulir, maka pengelolaanya harus dilakukan

Page 5: Pedoman umum urban poverty project 2   bab vi transparansi dan akuntabilitas

111Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

dengan memenuhi kaidah-kaidah pengelolaanpinjaman bergulir yang berorientasi padamasyarakat miskin. Pengelolaan pinjamanbergulir secara operasional ditangani oleh UnitPengelola, sebagai gugus tugas dari BKM.

BKM diperkenankan memperkuat kapasitaspelayanan kepada orang miskin denganmengembangkan Unit Pengelola Ekonomi(UPE), Perusahaan Terbatas dan lain-lain,termasuk memfasilitasi pembentukan koperasioleh KSM-KSM atau sekumpulan anggotaKSM yang telah meningkat kesejahteraannya.(Ketentuan mengenai pengelolaan pinjamanbergulir dan pembentukan koperasi atau UPEdan PT akan ditetapkan lebih lanjut oleh PMU/Pimpro P2KP)).

6.2.3. PenatabukuanDalam rangka mempersiapkan tertib adminis-trasi BKM, khususnya dalam masalahadministrasi keuangan, maka KMW memberi-kan pelatihan tentang penatabukuan kepadaBKM dan Unit-Unit Pengelola. Pelatihan seje-nis diberikan kepada Panitia-Panitia KemitraanPAKET sebelum mereka melaksanakankegiatan yang telah disetujui Pokja PAKET.

Pada saat pelaksanaan P2KP, maka KMWmelalui Tim Fasilitator dan Relawan masya-rakat akan membantu pihak BKM dalammemproses penatabukuan BKM, sehinggasesudah akhir tahun buku pihak BKM sudahsiap dalam menerima audit yang akandilakukan oleh akuntan independen. KMWmelalui koordinator kota dan stafnya juga akanmembantu Panitia-Panitia Kemitraan PAKETserta Para Pihak terkait dalam memprosespenatabukuan sehingga siap diaudit.

Tiap kelompok (KSM) wajib menatabukukankegiatannya maupun keuangannya dengancara yang cukup sederhana yang akan disiapkan oleh KMW. Penatabukuan ini akandijadikan bahan pelaporan kepada anggotaBKM pada pertemuan bulanan, sekaligusmenjadi alat pantau secara dini terhadapkedisiplinan pengembalian pinjaman anggota.

Disamping itu, laporan tersebut juga dapatdipakai sebagai salah satu bentukpertanggungjawaban kepada UP/BKM yang

telah memberikan pinjaman kepada KSM.BKM dan relawan-relawan dapat membantuproses penatabukuan ini dalam kapasitassebagai pendamping. Dengan kata lain, BKMdan relawan-relawan akan membantu KSMyang didampinginya dengan tujuan agarpengurus KSM tersebut pada masa berikutnyamampu mengerjakannya secara mandiri.

6.2.4. AuditSelain pantauan partisipatif yang dilakukansendiri oleh para pelaku di semua tingkatan,akan dilakukan pula audit oleh pihak-pihak yangtidak terlibat secara langsung dalam prosespendampingan. Ada tiga jenis audit dalampelaksanaan P2KP.

a) Audit oleh Instansi Pemerintah untukSeluruh PelakuSebagaimana semua proyek/programpemerintah lainnya, maka P2KP juga akandiaudit oleh BPKP (Badan PemeriksaKeuangan dan Pembangunan). Artinyabahwa pemerintah (proyek P2KP)mempercayakan pelaksanaan audit kepadaBPKP. Audit dilakukan sekali setiap tahunterhadap KSM, BKM/UP, Panitia KemitraanPAKET, PJOK, para konsultan pelaksana,serta kantor-kantor bank pemerintah yangditunjuk sebagai penyalur dana. Lembaga-lembaga pemeriksa akan mengkoordi-nasikan kegiatan ini untuk menghindariduplikasi antar mereka.

Bagi instansi pemerintah pelaksana P2KP,Panitia Kemitraan PAKET, konsultanpelaksana, dan bank, titik berat pemerik-saan adalah pada ada atau tidaknyapenyimpangan, sedangkan bagi KSM danBKM/UP, lebih pada pendidikan dan pem-belajaran kepada masyarakat tentangpenatabukuan yang sehat.

Audit BPKP terhadap BKM selama masaproyek P2KP lebih dititikberatkan padaaspek substantif. Sedangkan audit BPKPterhadap UP-UP (UPL, UPS dan UPK)difokuskan pada audit kegiatan,administrasi pembukuan, dan keuangan,yang dikelola oleh masing-masing UP.

Page 6: Pedoman umum urban poverty project 2   bab vi transparansi dan akuntabilitas

112 Pedoman Umum

Laporan pemeriksaan BPKP harus selesaipada setiap akhir bulan Maret bagipengeluaran yang terjadi pada tahun fiskalsebelumnya. BKM/UP, KSM, PanitiaKemitraan PAKET, para konsultanpelaksana, dan bank yang ditunjuk harusmendokumentasikan catatan-catatankegiatannya selama tiga tahun danmenyerahkannya kepada auditorindependen bila diminta.

b) Audit Independen untuk PelaksanaKegiatan P2KPMasyarakat perlu menyadari pentingnyapenilaian pihak luar untuk membuktikantelah dijalankannya prinsip transparansidan akuntabilitas. Untuk itu, setiap tahunsemua lembaga yang langsung terkaitsebagai pelaksana lapangan P2KP,khususnya Pokja PAKET, BKM, dan Para-pihak terkait harus mengauditkan dirikepada auditor independen. Biaya auditwajib dialokasikan oleh BKM dan PokjaPAKET sendiri sebagai bagian biayaoperasional pelaksanaan (BOP).

Audit oleh auditor independent terhadapBKM selama masa proyek P2KP lebihdititikberatkan pada aspek penyerapan danpenyaluran dana BLM tahap 1 hingga tahap3. Sedangkan audit terhadap UP-UP (UPL,UPS dan UPK) difokuskan pada auditadministrasi pembukuan dan keuangan,yang dikelola oleh masing-masing UP.

Ketentuan pokok mengenai auditindependen adalah sebagai berikut:

1) Pokja PAKET dan BKM melaluikesepakatan anggotanya menyewaauditor independen untuk melakukanaudit di lembaga masing-masing danpihak mitra kerja masing-masing, baikuntuk aspek keuangan maupun untukaspek manajemen.

2) Auditor independen harus memenuhisyarat-syarat sebagai berikut:

• Akuntan Publik yang terdaftar diIkatan Akuntan Indonesia (IAI), atauKoperasi Jasa Audit, atau perguruantinggi yang memiliki jurusan/programstudi akuntansi (dengan syarat

tambahan: tim audit harus dipimpinseorang sarjana akuntansi dan hasilaudit ditandatangani ketua tim audit).

• bukan warga kelurahan di manaBKM yang akan diaudit berada; danbukan anggota Panitia KemitraanPAKET;

• bersedia mengikuti briefing ataupengarahan dari KMW tentangmodel kelembagaan “bkm”, PanitiaKemitraan, sistem pembukuanP2KP, dan cakupan audit (biayapengarahan ditanggung olehauditor);

• lulus pengujian yang dilakukan olehKMW (pengujian hanya dilakukanatas: kesediaan mengikutipengarahan dan melakukan auditsesuai isi pengarahan, calon auditorbenar-benar bukan warga kelurahandi mana BKM yang akan diauditberada, dan berijasah minimal S-1akuntansi).

3) Audit independen harus dilakukansetiap tahun selambat-lambatnya satubulan setelah tutup tahun buku.

4) Hasil audit diumumkan oleh BKM,Pokja PAKET dan para pihak terkaitkepada masyarakat baik dengan caraditempelkan di papan pengumuman,penyebarlausan salinan hasil auditkepada masyarakat, disebarluaskanmelalui media massa (untuk PanitiaKemitraan PAKET) dan dimasukkan kedalam laporan tahunan dan laporanpertanggungjawaban BKM serta laporanpertanggungjawaban Pokja PAKET.

6.2.5.Monitoring Independen oleh Tim KhususPemerintah atau perwakilan Bank Dunia dapatmembentuk tim khusus di luar yang telah adauntuk melakukan monitoring independen ataspelaksanaan P2KP, terutama untukmemeriksa apakah proses pelembagaan dimasyarakat dan proses pendampingan yangdilakukan instansi pemerintah pelaksanaP2KP dan para konsultan pelaksana telahdilakukan sebagaimana mestinya. Tim khususini dapat dibentuk sewaktu-waktu tanpa

Page 7: Pedoman umum urban poverty project 2   bab vi transparansi dan akuntabilitas

113Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

pemberitahuan terlebih dahulu baikkeberadaan maupun jadwal pemeriksaannyakepada para pelaku.

6.2.6. Kelompok Pemantau Independen P2KPDisamping audit resmi tersebut, harusdibangun mekanisme pengendalian sosial(social control). Untuk itu, masyarakatkelurahan yang peduli pada P2KP danmemiliki komitmen terhadap penanggulangankemiskinan dapat membentuk Kelompokpemantau independen P2KP atau sejenisnya.

Inisiatif masyarakat untuk mengawasipelaksanaan P2KP harus diakomodasi olehBKM dan Pokja PAKET dengan memberikankemudahan untuk memperoleh informasi yangdibutuhkan mereka. Meskipun demikian,Kelompok pemantau independen tetap tidakmemiliki kewenangan untuk menetapkansanksi ataupun kebijakan terhadap BKM danPokja PAKET. Kelompok pemantau indepen-den dapat menyampaikan temuannya kepadarembug-rembug warga kelurahan atau instansiyang berwenang menangani, atau ke unitpengaduan masyarakat (UPM) yang ada.

Untuk menyiapkan BKM (termasuk UP-UP-nya) dan Pokja PAKET (termasuk PanitiaKemitraan di wilayahnya) mengikuti berbagaimacam audit tersebut, terutama auditmanajemen dan audit pendanaan, KMW perluterlebih dahulu mengadakan verifikasimanajemen dan pembukuan kepada semuaBKM, Pokja PAKET dan Panitia Kemitraan diwilayah kerja masing-masing. Verifikasidilakukan oleh tenaga ahli KMW untukmengecek kesiapan BKM dan Pokja PAKETdalam menerima audit independen.

6.3. MEKANISME PENERAPAN SANKSI6.3.1. Sanksi

Sanksi adalah pemberlakuan hukumanterhadap pelanggaran ketentuan dan/atauaturan yang telah ditetapkan dalam PedomanP2KP maupun aturan yang ditetapkanmasyarakat, sebagaimana tercantum padaAD/ART BKM dan aturan Pokja PAKET.

6.3.2. Penetapan dan Penerapan SanksiPenerapan sanksi merupakan konsekuensilogis dari penegakan prinsip akuntabiltas yangbertujuan untuk menghukum yang salah danmenyebarkan kebajikan dengan menumbuh-kan rasa tanggungjawab dari berbagai pihakterkait dalam melaksanakan P2KP. Sehinggawarga masyarakat miskin yang seharusnyamerasakan manfaat program tidak dirugikandan program dapat berjalan dengan baik sertaberkelanjutan.

a) Penetapan dan penerapan sanksi olehPemerintahPemerintah dapat menetapkan danmenerapkan sanksi dalam bentuk :

• Sanksi hukum yang dapat dikenakanpada perangkat pemerintah, konsultan,pengurus BKM/UP dan masyarakat,sesuai dengan peraturan perundanganyang berlaku, terhadap upaya dan/ataupenyalahgunaan dana, tindak korupsi,penyalahgunaan wewenang untuk ke-pentingan pribadi maupun kelompok;

• Sanksi pembatalan/pencabutan dana,yaitu suatu bentuk sanksi dengandibatalkan/tidak dialokasikannya danaP2KP (BLM atau PAKET) pada tahapawal atau tahap berikutnya. Ketentuanmengenai pembatalan dana dimaksuddapat dibaca pada ketentuan umumpenggunaan dana BLM dan ketentuanumum penggunaan dana PAKET diBuku Pedoman ini.

b) Penerapan sanksi oleh masyarakatSanksi yang diterapkan masyarakat dapatbersifat formal, artinya merupakankeputusan/hasil rembug warga atau bersifatnon formal dalam bentuk sanksi yangdilakukan oleh warga orang per orang;seperti cemoohan atau yang bersangkutantidak dihargai lagi, dan sebagainya.

Mekanisme penetapan dan penerapansanksi yang lazim dilakukan melalui :

• Rembug Warga KelurahanRembug warga merupakan mekanismeyang lazim digunakan dalam menetap-kan sanksi dan penerapannya. Dalam

Page 8: Pedoman umum urban poverty project 2   bab vi transparansi dan akuntabilitas

114 Pedoman Umum

hal masyarakat melihat terjadipenyimpangan prinsip serta nilai P2KPoleh anggota BKM dan/atau terdapatkeputusan BKM yang ditolak olehsebagian besar warga, dan/atau BKMdianggap tidak lagi mencerminkankriteria sebagai pimpinan kolektiforganisasi masyarakat warga, makamasyarakat kelurahan berhak untukmembubarkan sebagian atau seluruhanggota BKM serta memilih pengganti-nya melalui mekanisme Rembug WargaKelurahan. Mekanisme rembug wargakelurahan diawali dengan rembug wargatingkat RT/RW, rembug warga tingkatdusun dan akhirnya rembug wargatingkat kelurahan.

Melalui rembug warga ini dapat ditetap-kan sanksi sosial dan atau sanksihukum, yaitu dengan menyerahkanoknum yang melakukan penyimpanganke pihak yang berwajib.

• Musyawarah kelompokSelain mekanisme rembug warga, yangrelatif melibatkan banyak orang, seringkali juga dilakukan musyawarahkelompok untuk membahas persoalandi tingkat kelompok. Sanksi yang dite-tapkan dan diterapkan pada umumnyaadalah bersifat sanksi sosial misalnyapengucilan dari kelompok, dsb.

6.4. PENANGANAN PENGADUAN DANPENYELESAIAN KONFLIKPengaduan pada dasarnya merupakanaspirasi, keluhan ataupun ketidakpuasan ter-hadap implementasi P2KP. Pengaduan dapatdisampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis,baik ke pelaku P2KP, media massa dll.

Terlepas dari siapapun dan darimanapun yangmenyampaikan pengaduan, maka harusdipahami bahwa pada hakekatnya timbulnyapengaduan disebabkan oleh:

• pemahaman substansi informasi yangkurang utuh,

• proses kegiatan di lapangan yang kurangsempurna,

• pendekatan yang keliru,

• tumbuhnya kepedulian dan kontrol sosialdari warga masyarakat;

• mulai tumbuh berkembangnya prinsip dannilai P2KP

Oleh karena itu, pandangan tidak adanyapengaduan menunjukkan indikator keber-hasilan pendampingan di lapangan adalahsangat keliru. Sama kelirunya denganpandangan bahwa banyaknya pengaduanmerupakan indikator ketidakberhasilan.

Indikator keberhasilan P2KP sebenarnyadapat dilihat dari menurunnya jumlah peng-aduan secara bertahap melalui prosespenyempurnaan pelaksanaan P2KP dilapangan dan penanganan pengaduan yangmemberi kontribusi bagi kelancaran P2KP.

Pengaduan adalah bagaikan mutiara yangsangat berharga bagi keberhasilan pencapaianproyek P2KP.

6.4.1. Prinsip Penanganan PengaduanSistem penanggulangan pengaduan yangditerapkan di P2KP pada dasarnya harusmenganut beberapa kaidah sebagai berikut :

a) Kemudahan. Masyarakat harus menda-patkan kemudahan untuk menyampaikanpengaduannya baik dari aspek fisik,pendanaan maupun administrasi;

b) Cepat, Tepat dan Tanggap. Pengaduanyang masuk harus ditangani dengan cepatdan tepat. Instansi yang berwenangmenangani pengaduan harus tanggapterhadap setiap pengaduan yang masuk,termasuk melalui surat kabar;

c) Terbuka. Proses penerimaan dan pena-nganan pengaduan harus terbuka untukpihak umum yang ingin mengetahuinya;

d) Satu Pintu. Penanganan pengaduan yangdikoordinir di Unit Pengaduan MasyarakatP2KP pada berbagai tataran; serta

e) Rahasia dan Aman. Penanganan penga-duan harus dapat memberikan jaminankerahasiaan dan rasa aman bagi pelapor.

Page 9: Pedoman umum urban poverty project 2   bab vi transparansi dan akuntabilitas

115Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

6.4.2. Manajemen Pengaduana) Pembentukan Unit pengaduan Masyarakat

KMP wajib membangun dan memfasilitasijaringan unit pengaduan masyarakat (UPM)di semua wilayah kerja; pusat, daerah danmasyarakat/komunitas, yang masing-masing bekerja secara independen dalamsuatu jejaring pengaduan masyarakat.Untuk itu, KMP wajib bekerjasama dengandengan semua pihak peduli (stakeholders),baik pemerintah maupun non pemerintah,untuk membangun simpul-simpul jaringanpengaduan masyarakat di tiap wilayah kerjaP2KP (pusat, daerah dan masyarakat).Simpul-simpul jaringan tersebut diharapkanakan membentuk unit-unit pengaduanmasyarakat dan akan tetap berfungsisetelah masa proyek P2KP selesai,sebagai bagian dari partisipasi masyarakatdalam mengawal pembangunan.

Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) yangtelah ada dapat difungsikan sebagai UPMP2KP, apabila UPM dimaksud telahmemenuhi kriteria dan persyaratan yangditetapkan melalui pedoman P2KP maupunketentuan PMU/Pimpro, berdasarkan hasilpenilaian dari KMW dan rekomendasi KMP.

b) Penyampaian dan Penerimaan Pengaduanserta KeluhanPengaduan dan keluhan dapat berasaldari perorangan atau kelompok masyara-kat. Untuk memudahkan penyampaianpengaduan, maka pengaduan dapat di-sampaikan ke unit pengaduan masyara-kat (UPM) terdekat. Penyampaian dapatdilakukan dengan berbagai cara: surat/kotak pos, fax, telepon bebas pulsa,email dan sebagainya. Meski pada tiaptingkatan pelaku dikembangkan unit pe-ngaduan, tetapi yang paling strategisadalah di tingkat masyarakat atau BKM,hal ini untuk menjamin kesinambunganprogram setelah proyek selesai.

Pencatatan pengaduan dan keluhan padatiap UPM (Unit Pengaduan Masyarakat)harus dilakukan pada saat penerimaan. Halini dilakukan untuk memudahkan pelaporandan penanganan penyelesaian pengaduan.

Untuk memudahkan penanganan perludikembangkan klasifikasi masalah yangbersifat standar dan terkait dengan SIM.Sebagai contoh jenis pengaduan dapatdikelompokkan dalam katagori: penyalah-gunaan dana, intervensi politik, prosesusulan, proses pelaksanaan kegiatan, dll.

c) Penyelesaian PengaduanPada dasarnya adanya pengaduan darimasyarakat menandakan ketidakpuasandan sengketa antara masyarakat denganpelaku proyek, baik itu sengketa horisontalmaupun vertikal. Artinya penyelesaianpengaduan juga mengacu pada prosespenyelesaian sengketa.

Sebetulnya yang paling baik adalah penye-lesaian sengketa dengan cara musyawarahdan mufakat. Namun kenyataannya upayapenyelesaian sengketa dengan cara initidak selalu terjadi dengan mudah,sehingga diperlukan campur tangan pihakketiga. Untuk itu, cara lain yang juga dapatdipakai untuk penyelesaian pengaduanadalah melalui arbitrase dan hukum, dll.

Pada dasarnya penanganan pengaduandilakukan melalui proses investigasi,konfirmasi, rekomendasi dan informasi.Hasil investigasi yang dilakukan olehUPM harus dikonfirmasikan kepada pihakterkait yang tepat. Selanjutnya dari hasilkonfirmasi, UPM membuat rekomendasike pihak yang berwenang menanganimasalahnya. Untuk P2KP, BKM adalahlembaga yang pal ing banyakmendapatkan rekomendasi untukmenyelesaikan masalahnya.

Gambaran mekanisme penangananpengaduan dapat dilihat pada Bagan 6.1.

d) Penyelesaian Secara Hukum

Proses penyelesaian secara hukum untukpengaduan tentang ketidakpuasan maupunsengketa antara masyarakat dengan pe-laku proyek, baik sengketa horisontal atauvertikal, dapat dilakukan dalam hal:

• Sengketa tidak dapat didamaikanmelalui mekanisme penangananpengaduan yang disiapkan di P2KP

Page 10: Pedoman umum urban poverty project 2   bab vi transparansi dan akuntabilitas

116 Pedoman Umum

• Terdapat indikasi kuat bahwa persoalanatau peristiwa tersebut berkaitan denganpelanggaran hukum (pidana maupunperdata)

6.4.3. Penanganan KonflikBeberapa langkah yang perlu dilakukan untukmenyelesaikan konflik antara dua pihak ataulebih, dapat diuraikan singkat sebagai berikut:

a) Identifikasi jenis konflik, apakah konfliklaten, konflik terbuka ataukah konflikpermukaan, yang membutuhkan pende-katan berbeda dalam penanganannya.Konflik laten merupakan konflik tersem-bunyi yang perlu diidentifikasi sejak awal;

b) Identifikasi akar persoalan dari konflik yangterjadi; dan

c) Formulasikan rencana tindak penanganankonflik, yang dapat dikategorikan sbb:

• Cegah terjadinya konflik sejak dini agarterhindar dari munculnya konflik yanglebih luas dan keras;

• Selesaikan konflik melalui pengakhirankekerasan dan pertengkaran;

• Kelola konflik melalui pengurangan ataupenghindaran kekerasan maupuntindakan yang menjurus kekerasan,dengan cara mengembangkan tindakanserta perilaku positif yang melibatkansemua pihak atau pelaku; serta

• Transformasikan konflik melalui inves-tigasi mendalam secara partisipatifuntuk menyelesaikan akar konflik,dengan cara mentransformasi kekuatannegatif menjadi kekuatan-kekuatanpositif.

Page 11: Pedoman umum urban poverty project 2   bab vi transparansi dan akuntabilitas

117Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

Bagan 6.1. Mekanisme Penanganan Pengaduan

Dapat Diselesai-

kan ?

Forum BKM/ Pokja PAKET

Koordinator Kota. Kab. / KMW

KMW

KMP

PMU

P.O.Box 2222 JKPMT Atau e-mail ke :

[email protected] Website: www.p2kp.org

Kotak Pos UPM-Forum BKM / Pokja PAKET

Tim InterDept. Nasional

PO Box UPM- KMW

Tim Koordinasi Propinsi/KPK

Propinsi

Dapat Diselesai

-kan ? Ya

Tdk Jalur hukum

Tk. Pusat

Dapat Diselesai-

kan ?

Ya

Tdk

Dapat Diselesai-

kan ?

Masyarakat

Kepala Kelurahan/Desa

Ya

B K M

Jalur hukum Tdk

Tk. Propinsi

Tk. Kota

Tim Koordinasi Kota/Kabupaten & KPK kota/kab

Dapat Diselesai-

kan ?

Tdk Jalur hukum

Camat / PJOK

Ya

Jalur hukum Tdk

Tim Fasilitator

Tk. Kecamatan

Fasilitator /Kader

Dapat Diselesai-

kan ?

Ya

Tdk

Ya