pedoman teknis reklamasi rawa 2007
DESCRIPTION
-TRANSCRIPT
1
PEDOMAN TEKNIS
REKLAMASI LAHAN TAHUN 2007
2
Kata Pengantar
Maksud dan tujuan penerbitan pedoman teknis ini dalam rangka memberikan acuan dan panduan bagi para petugas Dinas lingkup Pertanian (Tanaman Pangan dan Hortikultura, Perkebunanan maupun Peternakan) baik Propinsi, Kabupaten/kota maupun petugas lapangan untuk melaksanakan kegiatan Reklamasi Lahan yang dananya bersumber baik dari dana APBN maupun APBD TA 2007. Para petugas terkait diharapkan dapat mempelajari dan mencermati pedoman ini dengan saksama, karena ada beberapa perbedaan atau perubahan prinsip antara Pedoman Teknis 2007 ini dengan Pedoman teknis Tahun 2006 yang lalu. Disamping itu dengan memahami Pedoman Teknis ini, diharapkan tidak akan terjadi keraguan-raguan dalam implementasi kegiatan dilapangan serta kendala /hambatan yang ada akan dapat diatasi yang pada akhirnya kinerja yang diperoleh dapat tercapai secara optimal . Muatan pedoman teknis ini bersifat umum karena berlaku secara nasional, oleh karenanya apabila diperlukan pihak Dinas lingkup Pertanian Propinsi dapat menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan dan Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/Kota dapat menerbitkan Petunjuk teknis yang akan menjabarkan secara lebih rinci Pedoman Teknis ini sesuai dengan kondisi spesifik daerah masing-masing. Untuk meningkatkan pemahaman petugas terhadap pedoman teknis ini, sangat diharapkan dalam berbagai kesempatan yang ada (misalnya Acara Sosialisasi, Rapat Koordinasi, Rapat Teknis, Supervisi dsbnya) Pedoman Teknis ini dapat didiskusikan bersama secara intensif. Dengan demikian diharapakan semua pihak terkait baik Pusat dan Daerah dapat memiliki kesamaan pandangan, gerak dan langkah dalam melaksanakan kegiatan ini.
3
Akhirnya, sangat diharapkan komitmen berbagai pihak untuk dapat melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya dalam bingkai waktu yang telah ditentukan, agar hasil pembangunan melalui kegiatan ini benar-benar dapat dinikmati manfaatnya bagi sebesar besar kesejahteraan petani di Indonesia.
Jakarta, Januari 2007
Direktur
Pengelolaan Lahan,
Ir. Suhartanto MM
NIP. 080.048.854
4
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......... ………………………………………….. i Daftar Isi........ …………………………………………………….. ii Daftar Gambar ...........………………………………………….. iii I. PENDAHULUAN…..………………………………………….. 1
1.1. Latar belakang…… ……………………………….. 1 1.2. Tujuan…….………………………………………….. 6 1.3. Sasaran................………………..……………… 6 1.4. Pengertian.........…………………………………… 7
II. RUANG LINGKUP KEGIATAN........…………………….. 9 III. SPESIFIKASI TEKNIS........……………………………….. 10 IV. PELAKSANAAN KEGIATAN.........…..…………………… 23
4.1. Cara Pelaksanaan…..……………………………….. 23 4.2. Tahapan pelaksanaan.........…………..……….. 23
4.2.1. Penerbitan Juklak dan juknis …….. 23 4.2.2. Koordinasi ………………………………… 23 4.2.3. Inventarisasi CLCP...........…………… 24 4.2.4. Penetapan CLCP....…………………….. 25 4.2.5. Sosialisasi dan RRA………..…………… 25 4.2.6. Desain sederhana …………………….. 26 4.2.7. Pelaksanaan fisik kegiatan………….. 26 4.2.8. Penyediaan saprodi……….………….. 33 4.2.9. Pemeliharaan……..…………………….. 34
4.3. Jadual kegiatan……..……………………………….. 34 4.4. Pendanaan…………… ……………………………….. 35
5
V. PEMBINAAN MONITORING, EVALUASI
DAN PELAPORAN…………………………………………..... 36 5.1 Tugas Propinsi dan Kabupaten/Kota..…...… 37 5.2. Alur pelaporan…….…………………….…………... 38 5.3. Format monitoring…………………….……........ 39
VI. INDIKATOR KINERJA………………..…………….………… 40 6.1. Keluaran (Outputs)................…………………. 40 6.2. Keberhasilan (Outcomes)….…………………….. 40 6.3. Manfaat (Benefits)…… ……….…………………… 41 6.4. Dampak (Impacts)……………….………………… 41
VI. PENUTUP…………………………….………….……………….. 42 Lampiran 1.Daftar lokasi 2.RRA 3.Format laporan 4.Contoh Jadual Palang
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Reklamasi lahan rawa untuk
Usahatani Nenas……............................. 12
Gambar 2 : Reklamasi lahan rawa
di Kab. Kapuas…………........................... 15
Gambar 3 : Lahan sawah BO rendah retak-retak
di musim kemarau……............................ 17
Gambar 4a : Lahan kering BO rendah tanpa kompos
di Kab. Bogor.............. ......................... 20
Gambar 4b : Lahan kering BO rendah dengan
perlakuan 5 ton/ ha kompos
di Kab Bogor......................................... 20
Gambar 5a : Lahan pertanian pasca industri
di Kab. Bantul, Prop. DIY……………………. 22
Gambar 5b : Lahan pertanian pasca tambang
di Kab. Bangka Prop. Kep Babel............. 22
7
I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kegiatan reklamasi lahan dikaitkan dengan karakteristik
wilayah kabupaten/kota, dibagi ke dalam 4 subkegiatan.
yaitu 1). Reklamasi rawa pasang surut dan lebak
(termasuk reklamasi lahan kawasan PLG), 2). Perbaikan
lahan sawah berkadar bahan organik rendah, 3).
Perbaikan lahan kering berkadar bahan organik rendah,
4). Reklamasi lahan pertanian pasca tambang dan
industri.
Pendekatan masalah yang ditempuh dalam pengelolaan
lahan tergantung pada tipologi lahan dan tingkat
kesuburan tanah.
Pada tipologi lahan rawa pasang surut dan lebak
penanganan pengelolaan lahan diprioritaskan pada
lahan yang mempunyai kendala paling rendah yaitu
lahan telah diusahakan petani untuk berbagai
komoditas, tetapi apabila ditambah masukan teknologi
dan infrastruktur pertanian dari Pemerintah akan dapat
meningkatkan luas areal tanam dan produktivitas lahan.
Pada saat ini di Indonesia terdapat lahan rawa pasang
surut seluas 34,2 juta ha. Dari luasan tersebut telah
diusahakan 1,53 juta ha untuk pertanian, akan tetapi
belum dapat diusahakan secara terus menerus dan
intensif sehingga belum memberikan produktivitas yang
8
lebih tinggi. Reklamasi lahan di kawasan PLG Kalimantan
Tengah yang meliputi Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau,
Barito Selatan dan Kota Palangkaraya dilaksanakan
mengacu pada draft Instruksi Presiden RI tentang
Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan Pengembangan
Lahan Gambut di Kalimantan Tengah.
Perbaikan lahan sawah berkadar bahan organik rendah
dimaksudkan untuk memperbaiki kesuburan fisika, kimia
dan biologis tanah sawah melalui pemberian pupuk
kompos untuk meningkatkan kandungan bahan organik
tanah dan ketersediaan unsur N, P dan K tanah. Di
samping itu, diharapkan untuk memberikan penyuluhan
kepada petugas dan petani agar membenamkan jerami
ke dalam tanah dan menghindari pembakaran jerami di
lahan sawah serta pendampingan pembuatan pupuk
kompos teknologi rendah.
Dari luas lahan sawah beririgasi kurang lebih 5 juta ha
di Indonesia, sebesar 65% mempunyai kandungan
bahan organik rendah sampai sedang ( 1%-2% ). Hal ini
disebabkan berbagai faktor antara lain jerami diangkut
keluar lahan sawah untuk digunakan sebagai makanan
ternak dan bahan baku industri, kebiasaan petani
membakar jerami, dan penggunaan pupuk organik yang
semakin langka. Hasil penelitian dari beberapa
9
perguruan tinggi dan Departemen Pertanian di beberapa
lokasi di Jawa Tengah dan Jawa Timur menunjukkan
bahwa pemberian kompos sebagai sumber bahan
organik ke dalam tanah sawah selama 5-6 musim tanam
berturut-turut dapat meningkatkan kandungan bahan
organik tanah dan produktivitas padi.
Perbaikan lahan kering berkadar bahan organik rendah
dimaksudkan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesuburan tanah di lahan kering melalui penanaman
tanaman penutup tanah (cover crops), tanaman kacang-
kacangan sebagai tanaman sela, dan pembuatan lubang
di antara tanaman dalam suatu hamparan tertentu
untuk membenamkan sisa tanaman dan daun tanaman.
Di samping itu, peningkatan kandungan bahan organik
juga dapat dilakukan dengan pemberian kompos.
Kawasan lahan kering sebagian besar diusahakan
dengan tanaman pangan dan hortikultura serta
perkebunan.
Lahan kering dengan kemiringan di bawah 8% yang
diusahakan dengan tanaman palawija, hortikultura baik
sebagai tanaman monokultur maupun sebagai tanaman
sela diantara tanaman perkebunan pada lahan sawah
rentan terhadap kekurangan bahan organik tanah.
10
Sisa tanaman yang relatif banyak digunakan sebagai
makanan ternak merupakan suatu tantangan untuk
tetap menyisihkan sebagian untuk dikembalikan ke
dalam tanah sebagai upaya penyediaan kandungan
bahan organik dan sekaligus sebagai penahan air dan
konservasi tanah. Hal ini dalam jangka panjang sebagai
salah satu upaya mengendalikan niat petani untuk
tidak mengalihfungsikan lahan tersebut menjadi
peruntukan lainnya.
Reklamasi lahan bekas tambang bertujuan untuk
merehabilitasi lahan bekas tambang agar dimanfaatkan
kembali menjadi lahan pertanian melalui pemberian
teknologi bahan pembenah tanah, bahan organik dan
pertanaman (revegetasi) sesuai dengan kemampuan
teknis dan dana yang tersedia. Pemberian bahan organik
berupa seresah, amelioran, dan penanaman tanaman
tahunan seperti sengon, petai cina, mete dan lain-lain
merupakan pendekatan yang diupayakan tergantung
pada kondisi pedoagroklimat dan lapisan subsoil dan top
soil yang sisa.
Berdasarkan data Departemen Energi dan Sumberdaya
Mineral terdapat 186 perusahaan tambang yang masih
aktif dengan total luas areal sekitar 57.703 ha dan
hanya 20.826 ha yang telah direklamasi oleh para
11
perusahaan yang memperoleh kontrak pada lahan
tersebut. Sebagian lahan tersebut dikembalikan kepada
petani untuk diusahakan kembali menjadi lahan
pertanian.
Industri batu bata, genteng dan keramik menggunakan
bahan baku berupa tanah bagian atas (top soil) dan
atau tanah bagian bawah (subsoil) lahan sawah atau
lahan kering di pedesaan dipicu oleh keterbatasan
ekonomi rumah tangga petani pada musim kemarau. Di
lain pihak, petani belum mengetahui resiko kerusakan
lingkungan dan penurunan kesuburan lahan sawah
apabila top soil diangkut dari permukaan lahan dan
waktu yang diperlukan untuk mereklamasi lahan sawah
serta biaya yang diperlukan untuk mengembalikan
kesuburan tanah ke posisi semula.
Pendekatan yang ditempuh adalah sosialisasi dan
kampanye pencegahan pengambilan top soil lahan
pertanian untuk bahan baku industri bata bata, genteng
dan keramik : kedua, memperbaiki infrastruktur
penyediaan air untuk usahatani dan penyediaan insentif
berupa benih/ bibit bagi petani dalam mereklamasi
lahan.
12
1.2. Tujuan
Tujuan pedoman teknis reklamasi lahan adalah
untuk memberikan acuan dan masukan kepada Dinas
lingkup Pertanian di propinsi dan kabupaten/Kota dalam
melaksanakan kegiatan reklamasi lahan yang sesuai
dengan keadaan wilayah, sosial dan ekonomi
masyarakat setempat dan ketersediaan dana sehingga
dapat memberikan manfaat bagi para petani di lokasi
tersebut.
Tujuan kegiatan reklamasi lahan dimaksudkan untuk
memperbaiki ekosistem lahan melalui perbaikan
kesuburan tanah dan penyediaan sarana produksi dalam
rangka peningkatan perluasan areal tanam dan
peningkatan produktivitas lahan.
1.3. Sasaran
Sasaran kegiatan reklamasi lahan difokuskan untuk
perbaikan kualitas lahan pada kawasan Tanaman
Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan seluas
4.668 ha di 130 kabupaten/kota di 27 propinsi. Perincian
sebagaimana disajikan pada lampiran 1.
13
1.4. Pengertian
Beberapa pengertian umum yang terkait dengan
kegiatan reklamasi lahan, antara lain :
1. Reklamasi lahan.
Reklamasi lahan adalah suatu upaya pemanfaatan,
perbaikan dan peningkatan kesuburan lahan
pertanian kurang produktif baik yang rusak secara
alami maupun pengaruh manusia melalui penerapan
teknologi dan pemberdayaan masyarakat
2. Ameliorasi lahan adalah suatu upaya pemberian
masukan tertentu (misalnya kapur, zeolite, kompos)
ke dalam tanah yang lebih difokuskan untuk
perbaikan fisika, kimiawi dan biologi tanah.
3. Sarana produksi adalah segala masukan yang
diberikan dalam usaha tani untuk menunjang
perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas
lahan.
4. Perbaikan lahan sawah berkadar bahan organik
rendah adalah suatu reklamasi lahan sawah
beririgasi teknis, semi teknis dan sederhana yang
mempunyai kadar bahan organik kurang dari 2 %.
5. Perbaikan lahan kering berkadar bahan organik
rendah adalah reklamasi lahan kering untuk usaha
pertanian yang mempunyai kadar bahan organik
kurang dari 2 %.
14
6. Reklamasi lahan rawa adalah suatu upaya
pemanfaatan lahan rawa yang telah diusahakan
untuk usaha pertanian melalui perbaikan prasarana
dan sarana pertanian di kawasan tersebut sehingga
meningkatkan luas areal tanam dan produktivitas
lahan
7. Reklamasi lahan bekas tambang adalah suatu upaya
pemanfaatan lahan bekas tambang milik petani
melalui perbaikan lahan dan masukan teknologi serta
revegetasi
8. Reklamasi lahan pasca industri adalah suatu upaya
pemanfaatan lahan pertanian baik lahan sawah
maupun lahan kering yang diusahakan untuk industri
melalui masukan teknologi reklamasi.
9. Reklamasi lahan kawasan PLG Kalimantan Tengah
adalah suatu upaya pemanfaatan lahan yang telah
dibuka dan diusahakan petani di kawasan PLG
melalui perbaikan dan penyempurnaan sarana dan
prasarana.
10. Metode pembersihan lahan tanpa bakar (zero
burning) adalah teknis reklamasi lahan dalam
pembersihan lahan dengan tidak membakar kayu
dan sisa tanaman yang ada dipermukaan tanah.
11. Tim Teknis adalah tim yang dibentuk oleh Kepala
Dinas Lingkup Pertanian Kabupaten/ Kota untuk
15
verifikasi, evaluasi, monitoring kegiatan teknis
reklamasi lahan.
II. RUANG LINGKUP KEGIATAN
2.1. Perbaikan lahan
Kegiatan yang termasuk dalam perbaikan lahan antara
lain:
1. Pembersihan lahan, terdiri dari penebasan,
penyemprotan, perataan tanah, galian dan
timbunan serta pengolahan tanah
2. Pembuatan pematang sawah atau galengan
3. Pembuatan/ perbaikan surjan
4. Perbaikan jalan usaha tani
5. Pembuatan/perbaikan gorong-gorong
6. Pemberian kompos/ ameliorant
2.2. Penyediaan sarana produksi
Kegiatan yang termasuk dalam penyediaan sarana
produksi antara lain :
1. Pupuk anorganik
2. Pupuk organik
3. Amelioran
4. Penyediaan alat pengolah pupuk organik
5. Penyediaan PUTS
6. Bibit/benih tanaman atau ternak kambing/domba
16
III. SPESIFIKASI TEKNIS
3.1. Reklamasi lahan rawa pasang surut dan lebak
3.1.1. Reklamasi lahan rawa
a. Norma
Kegiatan reklamasi lahan rawa diarahkan
pada lahan rawa pasang surut dan lebak
yang telah mengalami penurunan
kesuburan lahan terutama pada lahan
yang mempunyai produktivitas kurang
dari 2 ton/Ha GKG. Reklamasi lahan
diarahkan pada lahan yang mempunyai
kendala paling rendah dan telah
diusahakan petani untuk berbagai
komoditas.
b. Standar teknis
1). Lahan berupa rawa pasang surut atau
lebak yang terletak dalam satu
hamparan minimal 10 ha,
2). Jaringan irigasi dan drainase mulai
dari jaringan utama sampai dengan
tingkat usahatani telah dibangun dan
berfungsi
3) Kawasan tersebut masih memerlukan
reklamasi dalam rangka pertambahan
17
luas areal tanam dan produktivitas
lahan
4). Petani berdomisili dalam desa atau
desa lainnya dalam satu kecamatan
5) Luas pemilikan lahan per petani
minimal 0,5 ha dan maksimal 1 ha
6) Petani mengusahakan sendiri lahan
usahataninya
7) Petani bersedia secara teknis untuk
melaksanakan kegiatan ini melalui
pola padat karya
c. Kriteria
1) Lokasi merupakan kawasan lahan
pertanian yang dimiliki oleh petani,
dimana infrastruktur pertanian
termasuk jaringan drainase dan
pembawa sampai tingkat tersier
sudah berfungsi
2) Status pemilikan tanah jelas dan tidak
dalam sengketa
3) Pada lokasi tersebut terdapat petani
dan yang telah berusahatani secara
kelompok
4) Petani bersedia mengikuti kegiatan
dan melakukan pemeliharaan
18
5) Terdapat petugas lapangan yang
membina para petani secara
berkelanjutan
6) Petani peserta kegiatan dalam
penyiapan lahan/ pembersihan lahan
harus bersedia menggunakan
metode tanpa bakar (zero
burning)
Gambar 2. Reklamasi lahan rawa untuk usaha tani nenas di kabupaten Kampar
19
3.1.2. Reklamasi lahan rawa di kawasan
Pengembangan Lahan Gambut (PLG)
a. Norma
Kegiatan reklamasi lahan kawasan PLG
diarahkan pada lahan yang telah
diusahakan oleh petani sebagaimana
dilihat pada lampiran draft Inpres
tentang Rehabilitasi dan revitalisasi
kawasan pengembangan lahan gambut di
Kalimantan Tengah. Prioritas diberikan
pada lokasi yang telah dibuka di Dadahup
dan Lamunti, dan Palingkau baik untuk
tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan hijauan makanan ternak
serta padang penggembalaan.
b. Kriteria
1). Lahan berupa rawa yang termasuk dalam
kawasan PLG dalam satu hamparan
minimal 10 ha,
2). Jaringan irigasi dan drainase mulai dari
jaringan utama sampai dengan tingkat
usahatani telah dibangun dan berfungsi
3) Kawasan tersebut masih memerlukan
reklamasi dalam rangka pertambahan
luas areal tanam dan produktivitas lahan
20
4). Petani berdomisili dalam desa atau desa
lainnya dalam satu kecamatan
5) Luas pemilikan lahan per petani maksimal
1 ha dalam satu tersier
6) Petani mengusahakan sendiri lahan
7) Petani bersedia secara teknis untuk
melaksanakan secara padat karya
8). Petani peserta kegiatan dalam penyiapan
lahan/ pembersihan lahan harus
besedia menggunakan metode
tanpa bakar (zero burning)
c. Standar Teknis
1). Lokasi merupakan kawasan lahan PLG yang
dimiliki oleh petani dan infrastruktur sudah
berfungsi mulai dari jaringan primer sampai
ke tersier
2). Status pemilikan tanah jelas dan tidak dalam
sengketa
3). Pada lokasi tersebut terdapat petani pemilik
penggarap dan yang telah berusahatani
dalam kelompok
4). Petani bersedia mengikuti kegiatan dan
melakukan pemerliharaan
5). Terdapat petugas lapangan yang membina
para petani secara berkelanjutan
21
Gambar 3. Reklamasi lahan rawa di kabupaten Kapuas
3.2. Perbaikan lahan sawah berkadar bahan organik rendah
3.2.1. Norma
Kegiatan perbaikan lahan sawah berkadar bahan
organik rendah diarahkan pada lahan sawah
beririgasi yang telah mengalami penurunan
kualitas kesuburan fisika, kimia dan biologi tanah
melalui aplikasi masukan bahan organik dan uji
unsur hara makro sehingga pemupukan lebih
efisien.
3.2.2. Tandar teknis
1). Lokasi merupakan lahan sawah yang terletak
pada daerah sentra produksi padi dengan
pola pertanaman minimal dua kali setahun
pada lahan minimal 25 ha.
22
2) Jaringan irigasi mulai dari jaringan utama
sampai dengan tingkat usahatani telah
dibangun dan berfungsi
3) Lahan sawah tersebut merupakan lahan yang
telah mengalami penurunan kualitas
kesuburan dengan kandungan bahan organik
kurang dari 2 %.
4). Petani mempunyai kebiasaan setiap panen
jerami dibawa keluar lahan atau dibakar
4). Petani berdomisili dalam desa atau desa lain
dalam satu kecamatan
5) Luas pemilikan lahan sawah petani maksimal
1,0 ha
6) Petani mengusahakan sendiri lahan
usahataninya
7) Petani bersedia secara teknis untuk
melaksanakan secara padat karya
3.2.3. Kriteria
1). Lahan sawah beririgasi teknis, semiteknis dan
sederhana yang dimiliki oleh petani dengan
infrastruktur memadai
2). Status pemilikan tanah jelas dan tidak dalam
sengketa
3). Pada lokasi tersebut petani adalah anggota
kelompok tani binaan.
23
4). Petani bersedia mengikuti kegiatan dan
melakukan pemerliharaan
5). Terdapat penyuluh pertanian atau petugas
lapangan yang membina para petani secara
berkelanjutan
6). Petani peserta kegiatan dalam penyiapan
lahan/ pembersihan lahan harus besedia
menggunakan metode tanpa bakar
(zero burning)
Gambar 4. Lahan sawah berkadar bahan organik rendah di musim kemarau retak-retak
24
3.3. Perbaikan lahan kering berkadar bahan organik rendah
3.3.1. Norma
Kegiatan perbaikan lahan kering berkadar
bahan organik rendah diarahkan pada lahan
kering yang telah mengalami penurunan
kualitas kesuburan tanah yang mengandung
bahan organik kurang dari 2 %.
3.3.2. Standar Teknis
1). Lokasi merupakan lahan kering yang
terletak pada kawasan tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan dan tanaman
hijauan makanan ternak atau pertanian
terpadu dengan minimal luas 25 ha.
2). Tersedia sumber air yang memadai
3). Lahan tersebut merupakan lahan yang
telah mengalami penurunan kesuburan
pada kemiringan maksimal 8 %
4). Petani berdomisili dalam desa atau desa
lain dalam satu kecamatan
5). Luas pemilikan lahan petani maksimal 1,0
ha
6). Petani mengusahakan sendiri lahan
usahataninya
7). Petani bersedia secara teknis untuk
melaksanakan secara padat karya
25
3.3.3. Kriteria
1). Lahan kering yang dimiliki oleh petani, dan
infrastruktur memadai,
2). Status pemilikan tanah jelas dan tidak dalam
sengketa
3). Pada lokasi tersebut petani merupakan
anggota kelompok tani binaan
4). Petani bersedia mengikuti kegiatan dan
melakukan pemeliharaan
5). Terdapat petugas lapangan yang membina
para petani secara berkelanjutan di lokasi
tersebut
6). Petani bersedia secara swadaya melanjutkan
kegiatan tersebut pada musim tanam
berikutnya
7). Petani peserta kegiatan dalam penyiapan
lahan/ pembersihan lahan harus besedia
menggunakan metode tanpa bakar
(zero burning)
26
3.4. Reklamasi lahan pasca penambangan dan industri
3.4.1. Norma
Kegiatan reklamasi lahan pasca tambang dan
industri diarahkan pada lahan pertanian pasca
penambangan dan industri yang pernah
diusahakan oleh petani dan merupakan milik
petani dengan masukan teknologi revegetasi,
pembenah tanah dan bahan organik
3.4.2. Standar Teknis
1). Lahan pertanian pasca penambangan dan
industri yang akan direklamasi merupakan
milik petani dalam hamparan minimal 5 ha
Gb 5a. Lahan Kering BO
Rendah tanpa kompos Di Kab.
Bogor
Gb 5b. Lahan Kering BO rendah
dengan perlakuan 5 ton/ha kompos
Di Kab. Bogor
27
2). Kawasan tersebut merupakan lahan
pertanian pasca penambangan dan industri
tetapi masih memerlukan reklamasi dalam
rangka memanfaatkan kembali menjadi lahan
pertanian
3). Petani berdomisili dalam desa atau desa lain
dalam satu kecamatan
4). Luas pemilikan lahan per petani maksimal 1
ha
5). Petani mengusahakan sendiri lahan
usahataninya
6). Petani bersedia secara teknis untuk
melaksanakan kegiatan fisik secara padat
karya, sedangkan kegiatan lainnya
merupakan swadaya dan swadana petani.
3.4.3. Kriteria
1). Lokasi merupakan kawasan pertanian dengan
infrastruktur sudah memadai
2). Status pemilikan tanah jelas dan tidak
sengketa
3). Pada lokasi tsb terdapat petani yang telah
berusahatani
4). Petani bersedia mengikuti kegiatan dan
melakukan pemeliharaan secara swadaya
28
5). Secara teknis, lahan tersebut masih dapat
diusahakan untuk tanaman pertanian
6). Terdapat petugas lapangan yang membina
para petani secara berkelanjutan
7). Petani peserta kegiatan dalam penyiapan
lahan/ pembersihan lahan harus besedia
menggunakan metode tanpa bakar
(zero burning)
Gb 6a Lahan pertanian pasca
Industri Di Kab. Bantul
Propinsi DIY
Gb 6a Lahan pertanian pasca
tambang Di Kab. Bangka,
Propinsi Kep.Babel
29
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1. Cara Pelaksanaan
Mekanisme pelaksanaan reklamasi lahan dilakukan
melalui pola padat karya dengan sebesar- besarnya
melibatkan partisipasi masyarakat/ petani setempat
(MAK Belanja Uang Honor Tidak Tetap). Sedangkan
penyediaan saprodi dilakukan secara swakelola oleh
kelompok tani (MAK Belanja Lembaga Sosial Lainnya)
4.2. Tahapan Pelaksanaan
4.2.1. Penerbitan Juklak dan Juknis
Pedoman teknis ini akan digunakan sebagai
acuan dalam penyusunan petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis oleh Dinas
Lingkup Pertanian Propinsi dan Kabupaten/
Kota.
4.2.2. Koordinasi
Koordinasi dimaksudkan dalam hal ini adalah
koordinasi internal lingkup Dinas Pertanian
Kabupaten dan antar Dinas terkait dalam
pelaksanaan reklamasi lahan, antara lain Dinas
PU atau Pengairan. Keluaran dari koordinasi ini
diperoleh calon lokasi yang perlu mendapatkan
kegiatan reklamasi sesuai dengan persyaratan
teknis diminta. Setelah diperoleh calon lokasi,
maka Dinas Pertanian akan menyampaikan
30
sosialisasi kepada calon petani dan petugas di
lokasi tersebut tentang rencana kegiatan
tersebut, termasuk partisipasi dan kontribusi
petani di dalam memberhasilkan rencana
kegitan tersebut, termasuk pemeliharaan dan
pemantauan serta hasil yang diperoleh pasca
konstruksi yang berkelanjutan
4.2.3. Inventarisasi calon lokasi dan calon petani
(CLCP)
Untuk memperoleh calon lokasi dan calon
petani mengacu pada data yang telah
diterbitkan Pusat Data dan Informasi Pertanian
(PUSDATIN) Departemen Pertanian dan suatu
inventarisasi lebih rinci untuk menunjang
keberhasilan kegiatan tersebut, sesuai dengan
kriteria dan standar teknis.
Inventarisasi melalui suatu daftar isi yang
disusun oleh Dinas Lingkup Pertanian
Kabupaten/ Kota dilakukan oleh tim teknis
dibantu oleh kelompok tani dan kepala desa
setempat, serta hasilnya dilaporkan kepada
kepala Dinas untuk ditetapkan sebagai lokasi
kegiatan.
31
4.2.4. Penetapan Calon Lokasi dan Calon Petani
Berdasarkan hasil inventarisasi calon lokasi dan
calon petani tersebut, Kepala dinas lingkup
Pertanian kabupaten/kota menetapkan calon
lokasi dan calon petani difinitif melalui surat
keputusan, sehingga dokumen ini digunakan
sebagai acuan dalam penetapan pelaksanaan
fisik dan pengadaan sarana produksi pertanian.
4.2.5. Sosialisasi dan Rural Rapid Apraisal (RRA).
Lokasi dan petani yang telah ditetapkan dalam
kegiatan perlu disosialisasikan kepada para
petani untuk mendapatkan masukan dan saran
agar seluruh rencana tersebut dapat dipahami
petani secara tepat.
Kegiatan RRA dimaksudkan untuk
mendapatkan masukan dari masyarakat
dengan kondisi sebenarnya di lapangan,
sehingga diharapkan dengan adanya usulan
dari masyarakat dapat merasa memiliki dan
memanfaatkan serta memelihara
kelanjutannya. Petunjuk pelaksanaan metode
RRA sebagaimana lampiran 2.
32
4.2.6. Desain sederhana
Desain sederhana bertujuan sebagai acuan dan
dasar bagi petani untuk melaksanakan kegiatan
fisik yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan
lapangan.
Desain sederhana meliputi suatu informasi
sederhana yang diperoleh dari lokasi
pengembangan lahan yang perlu direklamasi
atau diperbaiki, yang disajikan dalam bentuk:
a. Peta situasi lokasi lahan yang akan
direklamasi
b. Peta komponen fisik yang diperlukan di
lokasi tersebut, seperti petakan usaha tani,
pematang, jalan usaha tani, gorong-
gorong, pembersihan lahan dll.
c. Dimensi bangunan fisik dan penampang
melintang bangunan yang diperlukan
d. Rencana anggaran biaya yang diperlukan
4.2.7. Pelaksanaan Fisik Kegiatan
Pelaksanaan fisik kegiatan di lapangan harus
memperhatikan fase pertanaman yang ada,
tidak mengganggu atau merusak tanaman
yang ada, kesediaan petani, teknik reklamasi,
peralatan yang diperoleh dan waktu
pelaksanaan sesuai dengan pola padat karya.
33
Pelaksanaan fisik kegiatan reklamasi lahan
dinyatakan selesai apabila memperoleh
persetujuan tim teknis berdasarkan desain
sederhana yang dibuat. Apabila masih
dipandang perlu, maka kelompok tani harus
memperbaiki pekerjaannya hingga sesuai
dengan desain sederhana.
a. Reklamasi rawa
1). Penyiapan lahan.
Kegiatan penyiapan lahan dilaksanakan
pada areal yang telah dibuat desain
sederhana sebagai lokasi kegiatan
reklamasi. Pekerjaan dalam penyiapan
lahan terdiri dari : pembabatan rumput/
pembersihan lahan, pengolahan tanah
untuk tanaman semusim dan
pembuatan lubang untuk tanaman
tahunan. Dalam pembersihan lahan
menggunakan metode tanpa bakar
(zero burning). Kegiatan ini
dilaksanakan melalui pola padat karya.
2). Konstruksi Fisik .
Kegiatan konstruksi reklamasi lahan
didasarkan pada hasil desain
sederhana. Beberapa komponen
34
kegiatan fisik reklamasi lahan pasang
surut antara lain :
• Perbaikan pematang/galengan
• Perbaikan tanggul pengaman
• Rehabilitasi jalan usahatani, jembatan
sederhana dan gorong-gorong
• Rehabilitasi dan pembuatan surjan
• Pembersihan lahan, penyemprotan
dan pengolahan tanah.
3). Penanaman
Penanaman tanaman pangan/
hortikultura/ perkebunan/ hijauan
makanan ternak dilakukan setelah selesai
pekerjaan penyiapan lahan. Penanaman
dilakukan disesuaikan dengan kondisi
lapangan.
b. Reklamasi lahan kawasan PLG di propinsi
Kalimantan Tengah.
1). Penyiapan lahan.
Kegiatan penyiapan lahan dilaksanakan
pada areal yang telah di desain
sederhana. Pekerjaan dalam penyiapan
lahan terdiri dari : pembabatan rumput/
pembersihan lahan, pengolahan tanah
35
untuk tanaman semusim. Dalam
pembersihan lahan tidak menggunakan
metode pembakaran (zero burning)
Kegiatan ini dilaksanakan melalui padat
karya.
2). Konstruksi reklamasi.
Kegiatan konstruksi reklamasi lahan
didasarkan pada hasil desain sederhana.
Dalam rangka pembuatan konstruksi
reklamasi, yang perlu diperhatikan adalah
jenis konstruksi reklamasi yang sesuai
untuk lahan usahatani berdasarkan hasil
desain. Beberapa bentuk reklamasi lahan
kawasan PLG di Kalimantan Tengah
sebagai berikut :
• Pembersihan lahan dan perataan
tanah
• Pembuatan petak-petak dan galengan
sawah.
3). Penanaman
Penanaman tanaman pangan/
hortikultura/ perkebunan/ hijauan
makanan ternak dilakukan setelah selesai
pekerjaan penyiapan lahan. Penanaman
36
dilakukan disesuaikan dengan kondisi
lapangan.
c. Perbaikan lahan sawah berkadar bahan
organik rendah
1). Penyiapan lahan.
Kegiatan penyiapan lahan dilaksanakan
pada areal yang telah di desain
sederhana. Pekerjaan dalam penyiapan
lahan terdiri dari : pembersihan galengan/
pematang, pengolahan tanah untuk
tanaman semusim. Kegiatan ini
dilaksanakan melalui pola padat karya.
2). Konstruksi
Kegiatan konstruksi perbaikan lahan
didasarkan pada hasil desain sederhana.
Dalam rangka pembuatan konstruksi,
yang perlu diperhatikan adalah jenis
konstruksi yang sesuai untuk lahan
usahatani berdasarkan hasil desain.
Beberapa bentuk perbaikan lahan antara
lain :
• Pembersihan galengan/ pematang
• Pemberian kompos/ pupuk organik
pada saat pengolahan tanah
• Pengolahan tanah
37
3). Penanaman
Penanaman tanaman padi dilakukan
setelah selesai pekerjaan penyiapan
lahan. Penanaman dilakukan disesuaikan
dengan kondisi lapangan.
d. Perbaikan lahan kering berkadar bahan
organik rendah
1). Penyiapan lahan.
Kegiatan penyiapan lahan dilaksanakan
pada areal yang telah di desain
sederhana. Pekerjaan dalam penyiapan
lahan terdiri dari : pembersihan lahan/
pematang, pengolahan tanah, pembuatan
lubang tanam untuk tanaman hortikultura
dan perkebunan. Kegiatan ini
dilaksanakan melalui pola padat karya.
2). Konstruksi
Kegiatan konstruksi perbaikan lahan
kering didasarkan pada hasil desain.
Beberapa komponen kegiatan fisik
perbaikan lahan antara lain :
• Pembersihan lahan/ pematang
• Pemberian kompos/ pupuk organik
pada saat pengolahan tanah
• Pengolahan tanah
38
3). Penanaman
Penanaman tanaman pangan/
hortikultura/ perkebunan/ hijauan
makanan ternak dilakukan setelah selesai
pekerjaan penyiapan lahan. Penanaman
dilakukan disesuaikan dengan kondisi
lapangan.
e. Reklamasi lahan pasca penambangan dan
industri
1). Penyiapan lahan.
Kegiatan penyiapan lahan dilaksanakan
pada areal yang telah di desain
sederhana. Pekerjaan dalam penyiapan
lahan terdiri dari : penimbunan/
pengembalian tanah yang masih tersisa,
perataan tanah, pembuatan galengan/
pematang, pengolahan tanah untuk
tanaman semusim, pembuatan lubang
untuk tanaman hortikultura dan
perkebunan. Kegiatan ini dilaksanakan
melalui pola padat karya.
2). Konstruksi
Kegiatan konstruksi perbaikan lahan
didasarkan pada hasil desain sederhana.
39
Dalam rangka pembuatan konstruksi,
yang perlu diperhatikan adalah jenis
konstruksi yang sesuai untuk lahan
usahatani berdasarkan hasil desain.
Beberapa bentuk perbaikan lahan antara
lain :
• Penimbunan tanah atas (apabila
masih tersisa)
• Perataan tanah/ land leveling,
• Pemberian kompos/ pupuk organik/
tanah mineral
• Pembuatan lubang tanam
• Pengolahan tanah
3). Penanaman
Penanaman tanaman semusim/
hortikultura/ perkebunan/ tahunan
dilakukan setelah selesai pekerjaan
penyiapan lahan. Penanaman dilakukan
disesuaikan dengan kondisi lapangan.
4.2.8. Penyediaan Sarana Produksi Pertanian
Sarana produksi pertanian yang akan disediakan
sesuai dengan rekomendasi anjuran di lokasi
tersebut. Penyediaan sarana produksi ditempuh
melalui pengadaan langsung oleh kelompok tani
40
setelah Dinas Lingkup Pertanian mentransfer
dana tersebut ke rekening kelompok tani.
Pengadaan sarana produksi pupuk anorganik
melalui kios sarana produksi yang tersedia,
sedangkan bibit/benih tanaman harus bermutu
dan bersertifikat. Pengadaan amelioran antara
lain kapur pertanian, batuan fosfat dan dolomit,
diharapkan atas rekomendasi Dinas lingkup
Pertanian Kabupaten/ Kota.
4.2.9. Pemeliharaan
Petani berkewajiban memelihara seluruh
infrastruktur di lokasi tersebut, dan selama
pertanaman harus memelihara tanaman untuk
memberikan hasil yang terbaik sesuai dengan
teknis budidaya. Petani harus menyampaikan
laporan kepada penyuluh pertanian atau petugas
Dinas lingkup Pertanian untuk mengetahui
peningkatan produktivitas sebelum dan sesudah
pertanaman.
4.3. Jadual Kegiatan
Jadual kegiatan disusun berdasarkan Rencana
Operasional Kegiatan (ROK). Jadual kegiatan ini
mempertimbangkan urutan kegiatan, ketersediaan
sumberdaya, jadual tanam, iklim dan lain-lain.
41
Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
4.3.1. Penetapan Surat Keputusan Kepala Dinas
tentang penetapan lokasi dan petani difinitif
harus selesai pada bulan Maret 2007.
4.3.2. Desain sederhana harus selesai dilaksanakan
pada bulan Mei-Juni 2007
4.3.3. Pelaksanaan Fisik Kegiatan selesai pada bulan
Agustus 2007 bersamaan dengan penyediaan
sarana produksi pertanian.
4.4. Pendanaan
4.4.1. Biaya pelaksanaan kegiatan reklamasi lahan
dialokasikan melalui Dana Tugas Pembantuan di
kabupaten/ kota per ha sebesar Rp. 4.500.000,-
terdiri dari :
a. Perbaikan lahan melalui pembayaran upah
padat karya untuk pekerjaan fisik sebesar Rp.
25.000,- per HOK sebanyak 80 HOK = Rp.
2.000.000,-
b. Penyediaan sarana produksi sesuai
kebutuhan lapangan sebesar Rp. 2.500.000,-
per ha.
4.4.2. Dana APBD Kabupaten/ Kota
Digunakan untuk membiayai kegiatan pertemuan
koordinasi, CLCP, desain sederhana, sosialisasi
42
dan RRA, pembinaan, monitoring, evaluasi dan
pelaporan
4.4.3. Kontribusi Petani Penerima Manfaat
Petani bertanggung jawab terhadap
pemeliharaan kegiatan fisik, tanaman, dan
keberlanjutan kegiatan usahatani.
V. PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Kegiatan pembinaan, monitoring dan evaluasi merupakan
suatu aspek yang sangat penting di dalam proses
pembangunan pertanain yang berkelanjutan. Apabila kegiatan
ini dapat dilaksanakan secara teratur dan berkelanjutan maka
kinerja dan manfaat kegiatan ini secara bertahap dan
berkelanjutan dapat ditingkatkan sesuai dengan
perkembangan teknologi. Untuk itu pembinaan, monitoring
dan evaluasi mulai dari tingkat Direktorat Pengelolaan Lahan,
Dinas lingkup Pertanian Propinsi dan Kabupaten/Kota sangat
diperlukan sehingga perencanaan dapat dilaksanakan dengan
baik dan memberikan manfaat yang baik bagi petani melalui
peningkatan luas areal tanam, produktivitas dan produksi
usaha tani. Agar tujuan dan harapan tersebut dapat
terimplementasikan dan terwujud dengan baik, maka perlu
diadakan suatu pengaturan yang baik antara pusat, propinsi
dan kabupaten kota dalam pembinaan, pemantauan dan
43
evaluasi kegiatan secara berjenjang sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi masing-masing.
5.1. Tugas Propinsi dan Kabupaten/Kota
Dinas Lingkup Pertanian Propinsi mempunyai tugas :
5.1.1. Penyusunan petunjuk pelaksanaan
5.1.2. Penyusunan rencana kerja kegiatan tahunan
5.1.3.. Pembinaan, pendampingan dan bimbingan
petugas dan petani
5.1.4. Pemantauan dan evaluasi ke kabupaten
5.1.5. Pengumpulan laporan dari kabupaten dan
pengiriman laporan ke pusat
5.1.6. Koordinasi dengan instansi terkait di tingkat
propinsi
Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/ Kota mempunyai
tugas
5.2.1. Penyusunan petuunjuk teknis
5.2.2. Inventarisasi calon lokasi dan calon petani
5.2.3. Sosialisasi petunjuk teknis kepada petugas
tingkat kecamatan, desa dan petani
5.2.4. Pembuatan desain sederhana
5.2.5. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan fisik di
lapangan
5.2.6. Membantu kelompok tani dalam pengadaan
sarana produksi
44
5.2.7. Bimbingan dan pembinaan teknis
5.2.8. Penyusunan dan pengiriman laporan ke propinsi
dan ke pusat
5.2. Alur Pelaporan
Laporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan
kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Laporan ini berisi antara lain data dan informasi tentang
perkembangan pelaksanaan fisik dan keuangan,
pendayagunaan tenaga kerja, penyerapan tenaga kerja,
pembayaran tenaga kerja, hasil kerja fisik dll. Alur
laporan adalah sebagai berikut :
5.2.1. Laporan Bulanan
a. Dibuat oleh petugas Kabupaten/Kota dan
dikirim ke Propinsi untuk diolah lebih lanjut
dengan tembusan ke pusat.
b. Laporan bulanan yang dibuat oleh propinsi
berdasarkan laporan dari kabupaten/kota
kemudian dikirim ke pusat dengan alamat
Direktorat Pengelolaan Lahan, Ditjen PLA,
Kanpus Departemen Pertanian Gedung D
lantai 9 Jalan Harsono RM No. 3 Ragunan
Jakarta Selatan.
45
5.2.2. Laporan Akhir
a. Laporan akhir dibuat oleh petugas
kabupaten/ kota dan dikirimkan ke propinsi
untuk diolah lebih lanjut dengan tembusan ke
pusat.
b. Laporan akhir dibuat oleh propinsi
berdasarkan laporan dari kabupaten
kemudian dikirim ke pusat.
c. Waktu pengiriman laporan bulanan
kabupaten/ kota paling lambat tanggal 5
setiap bulannya.
d. Laporan bulanan propinsi paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya.
5.3. Format Monitoring
Untuk dapat melaporkan kinerja kegiatan setiap bulan
digunakan format monitoring terlampir. Apabila masih
ada hal yang akan disampaikan dapat menggunakan
laporan tambahan sesuai dengan kebutuhan.
VI. INDIKATOR KINERJA
6.1. Keluaran (Outputs)
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan reklamasi ini
adalah :
46
6.1.1. Terreklamasinya lahan seluas 4.688 ha di 27
propinsi, 130 kabupaten/kota sesuai dengan
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dan
dokumen yang disepakati dengan pihak-pihak
terkait.
6.1.2. Terserapnya tenaga kerja sebanyak 373.440
hok di propinsi dan kabupaten/kota di atas.
6.2. Hasil (Outcomes)
Hasil yang diharapkan dari kegiatan reklamasi lahan
adalah:
6.2.1. Terlaksananya penerapan pemupukan berimbang
seluas 3.274 ha
6.2.2. Dengan asumsi peningkatan produksi sebesar
0,3 ton GKG pada tanaman padi, maka
pertambahan produksi padi sebesar 974,1 ton
GKG. dari areal seluas 3274 ha
6.2.3. Di sektor perkebunan dengan luas sekitar 525 ha
hasil yang diperoleh belum diketahui, masih
terbatas kepada upaya perbaikan kesuburan
tanah dan hasilnya jangka panjang.
6.2.4. perbaikan lahan seluas 246 ha di subsektor
peternakan diharapkan dapat menambah luas
areal padang penggembalaan.
47
6.3. Manfaat (Benefits)
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan reklamasi lahan ini
adalah meningkatnya pendapatan petani dari upah
perbaikan lahan melalui pola padat karya sebesar Rp.
25.000,- per HOK, dan peningkatan pendapatan dari
usahatani.
6.4. Dampak (Impacts)
6.4.1. Petani dengan swadaya sendiri akan
melakukan kegiatan reklamasi pada tahun
berikutnya.
6.4.2. Petani disekitarnya merasa tertarik dan
bermanfaat untuk melakukan sendiri kegiatan
reklamasi di lahan petani sendiri.
6.4..3. Pemerintah daerah akan mengalokasikan dana
stimulus untuk melaksanakan kegiatan
reklamasi lahan di desa, kecamatan lain untuk
peningkatan produksi dan produktivitas lahan
dan usaha taninya.
VII. PENUTUP
Mengingat pentiingnya upaya reklamasi dan perbaikan lahan
pada lahan- lahan yang mengalami degradasi atau penurunan
kualitas baik lahan pertanian dan demi kelestarian lahan
pertanian dan fungsi lingkungan di kawasan pertanian, maka
perlu terus ditingkatkan penanganan lahan- lahan yang
48
menurun kualitasnya dengan berbagai masukan teknologi,
sehingga dapat menambah luas areal tanam dan
meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Upaya- upaya
tersebut dapat dilakukan melalui sosialisasi, penerapan
teknologi reklamasi, maupun pemberdayaan teknologi
pembuatan kompos rendah dan teknologi uji tanah sawah,
serta teknologi uji kandungan bahan organik tanah.
49
Lampiran 2 : METODA RAPID RURAL APPRISAL (RRA)
1. PENDAHULUAN
Sistem perencanaan dari bawah dan berbasis partisipasi
masyarakat (community participation) hendaknya bertitik
tolak dari kondisi sumberdaya alam dan sumberdaya
manusia yang dimilki dalam satu wilayah pedesaan serta
mengacu pada keinginan dan kebutuhan masyarakat
setempat sehingga menggambarkan suatu sistem
perencanaan dari bawah. Salah satu piranti/alat yang
digunakan untuk menggali aspirasi masyarakat adalah
dengan metoda Rapid Rural Apprisal (RRA). Dengan RRA
maka segala aspek kehidupan masyarakat yang
berkaitan dengan pembangunan fisik-material,
usahatani, organisasi dan kelembagaan perbaikan
kwalitas lingkungan dan lain-lain dapat diperoleh dan
akan menjadi dasar dalam penyusunan program
pembangunan pertanian di suatu wilayah pedesaan.
50
2. TUJUAN RRA
Rapid Rural Apprisal (RRA) bertujuan :
a. mengidentifikasi potensi, permasalahan, upaya
pemecahan masalah dan kebutuhan-kebutuhan
prioritas kegiatan pelaksanaan pembangunan
pengelolaan lahan dan air tingkat desa.
b. Merumuskan rencana pembangunan pengelolaan
lahan dan air tingkat desa dan upaya tindak
lanjutnya.
3. SOSIALISASI KEGIATAN DAN RRA
Pelaksanaan RRA mencakup beberapa kegiatan dengan
tahapan sebagai berikut :
a. Sosialisasi dilakukan untuk memberikan penjelasan
kepada pemerintah dan masyarakat setempat
tentang maksud/tujuan kegiatan pengelolaan/
pembangunan infrastruktur lahan dan air dan
tujuan pelaksanaan RRA.
b. Pengumpulan data sekunder yang berkaitan dengan
informasi, keadaan umum, monografi, kondisi iklim,
tanah, dan petani di wilayah setempat.
51
c. Dalam kaitan dengan kegiatan RRA perlu dilakukan
kunjungan lapangan untuk mengadakan
pengamatan langsung mengenai potensi sumber
daya lahan dan air.
d. Pada tahap berikutnya perlu dilakukan pula tahap
wawancara yang dilaksanakan dengan mengajukan
pertanyaan kepada beberapa orang petani dan
keluarganya, tokoh-tokoh masyarakat, wanita tani,
dan PPL setempat. Wawancara ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran dan informasi mengenai
teknik budidaya tanaman pangan hortikultura,
perkebunan, peternakan, dan kondisi infrastruktur
lahan dan air.
e. Selain itu ditelusuri juga sejarah dan
kecenderungan perubahan perkembangan desa,
hasil produksi, sumber pendapatan, hubungan
antar kelembagaan desa dan lain-lain.
f. Pada tahap berikutnya dilakukan kegiatan analisis
peringkat dimana kegiatan analisis peringkat ini
dilakukan untuk mengetahui keinginan masyarakat
yang menjadi prioritas dan berbagai pilihan-pilihan
tentang infrastruktur lahan dan air yang akan
52
dibangun, komoditas yang akan dikembangkan di
wilayah setempat, baik menyangkut tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan,
perbaikan lingkungan hidup dan kegiatan lainnya
yang bermanfaat.
g. Dari hasil kajian RRA akan diperoleh berbagai
kondisi tentang potensi, peluang, tantangan dan
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat
petani dalam berbagai kegiatan pertanian
sepanjang tahun.
h. Selanjutnya setelah pengorganisasian masalah,
diikuti dengan peringkat prioritas masalah,
penentuan komoditi tanaman pangan, perkebunan
dan peternakan, pengembangan infrastruktur,
penguatan kelembagaan dan peningkatan kualitas
lingkungan hidup dan lain-lain yang menjadi minat
dan kebutuhan masyarakat di lingkungan di
lokasi/desa setempat.
i. Dari hasil kajian RRA di atas selanjutnya diadakan
musyawarah dengan kelompok masyarakat
setempat, guna merumuskan rencana kegiatan/
pembangunan pertanian yang akan dilakukan
53
sebagai upaya tindak lanjut dari berbagai
permasalahan yang dihadapi petani tersebut.
Adapun salah satu contoh kajian RRA tersebut disajikan
dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1 : Hasil Kajian RRA Desa Doda, Kecamatan Marawola, Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah
No. Alat Kajian Hasil Kajian
I
Pola Ruang
a. Sketsa Peta Desa
b. Transek
� Jalan bergelombang dan berbatu
� Air bersih sering tersendat � Listrik belum masuk
� Sarana mandi, Cuci dan Kakus (MCK) kurang
� Masih ada sumber air bersih yang
belum dimanfaatkan � Tanaman yang dominan
diusahakan adalah jagung dan nenas
� Banyak lahan tidur (tidak digarap)
� Lahan miring dan berbatu
� Tanaman semusim kurang subur � Usahatani konservasi belum
banyak diterapkan (belum ada terasering dan penanaman tidak
searah garis kontour)
� Lahan giundul � Solum tanah dangkal
� Masih terjadi penebangan liar pada kawasan yang dilindungi
� Pertumbuhan tanaman tahunan (seperti nangka, kemiri, dan
jambu mente) cukup bagus tapi
54
No. Alat Kajian Hasil Kajian
II.
III.
c. Sket Kebun
Pola Waktu
a. Alur Sejarah Lokasi
b. Kecenderungan dan perubahan
c. Kalender Musim
Pola Keputusan
a. Digram Venn
penanamannya kurang intensif � Air tanah dalam
� Air permukaan tidak ada (mata air hanya ada dalam kawasan hutan)
� Pola tanaman tidak teratur � Tidak ada penjarangan (pada
tanaman nenas)
� Seiring terjadi kemarau panjang � Hujan abu akibat letusan Gunung
Colo banyak memusnahkan pertanaman penduduk
� Ledakan serangan hama belalang biasanya terjadi pada awal musim
hujan setelah kemarau panjang
� Air tanah makin dalam � Intensitas curah hujan kian sedikit
� Lahan makin kritis � Kawasan hutan bertambah tapi
masih seiring dirambah
� Saat musim kemarau penduduk beralih dari usaha tani ke non
usaha tani (jadi buruh pasar, tukang becak, kenek mobil, dll)
� Musim hujan sulit diduga (selalu berubah-ubah tiap tahunnya)
� Peranan PPL masih kurang � Koperasi belum berperan (tempat
pelayanan koperasi yang ada belum dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat)
� Peran lembaga keagamaan cukup besar
� Kelompok tani yang ada belum
55
No. Alat Kajian Hasil Kajian
IV.
b. Kajian Mata Pencaharian
c. Analisis Output Input
Kajian Wanita
a. Peta Mobilitas Wanita
b. Diagram Kegiatan Harian
berperan � Kelompok masyarakat (Pokmas)
sudah tidak berfungsi � LKMD dan LMD tidak berfungsi
� Produksi jagung masih rendah
karena kekurangan air, serangan
penyakit serta masih kurangnya pemupukan
� Produksi ternak kambing belum stabil karena kurang perawatan
(terserang penyakit dan sebagian
belum dikandangkan) � Harga nenas tidak stabil
(cenderung turun saat panen banyak)
� Kegiatan non usaha tani (buruh dan lain-lain) hanya cukup untuk
makan
� Harga kebutuhan pokok tinggi
� Pendapatan rendah
� Usahatani masih menggunakan
varietas lokal (kekurangan modal untuk membeli varietas yang
unggul)
� Kaum wanita berperan setara
dengan kaum pria dalam
menunjang penghasilan keluarga � Lokasi kerja cukup jauh
� Sebagian besar waktu dari kaum
wanita pada siang hari dihabiskan
di luar rumah
56
Lampiran : 4 Outline Laporan Akhir
CONTOH OUTLINE LAPORAN AKHIR KEGIATAN REKLAMASI LAHAN TA. 2007 I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
1.2. Tujuan
1.3. Sasaran lokasi
II. RUANG LINGKUP KEGIATAN
2.1. Dukungan kegiatan komoditas
2.2. Komponen kegiatan
III. LOKASI KEGIATAN
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1. Tahapan kegiatan
4.2. Realiasi fisik dan keuangan
V. PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH
5.1. Permasalahan yang dihadapi
5.2. Pemecahan masalah
VI. PEMANFAATAN
VII. PENUTUP
LAMPIRAN