pedoman teknis reklamasi rawa 2007

56
1 PEDOMAN TEKNIS REKLAMASI LAHAN TAHUN 2007

Upload: widiana-safaat

Post on 07-Dec-2014

128 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

1

PEDOMAN TEKNIS

REKLAMASI LAHAN TAHUN 2007

Page 2: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

2

Kata Pengantar

Maksud dan tujuan penerbitan pedoman teknis ini dalam rangka memberikan acuan dan panduan bagi para petugas Dinas lingkup Pertanian (Tanaman Pangan dan Hortikultura, Perkebunanan maupun Peternakan) baik Propinsi, Kabupaten/kota maupun petugas lapangan untuk melaksanakan kegiatan Reklamasi Lahan yang dananya bersumber baik dari dana APBN maupun APBD TA 2007. Para petugas terkait diharapkan dapat mempelajari dan mencermati pedoman ini dengan saksama, karena ada beberapa perbedaan atau perubahan prinsip antara Pedoman Teknis 2007 ini dengan Pedoman teknis Tahun 2006 yang lalu. Disamping itu dengan memahami Pedoman Teknis ini, diharapkan tidak akan terjadi keraguan-raguan dalam implementasi kegiatan dilapangan serta kendala /hambatan yang ada akan dapat diatasi yang pada akhirnya kinerja yang diperoleh dapat tercapai secara optimal . Muatan pedoman teknis ini bersifat umum karena berlaku secara nasional, oleh karenanya apabila diperlukan pihak Dinas lingkup Pertanian Propinsi dapat menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan dan Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/Kota dapat menerbitkan Petunjuk teknis yang akan menjabarkan secara lebih rinci Pedoman Teknis ini sesuai dengan kondisi spesifik daerah masing-masing. Untuk meningkatkan pemahaman petugas terhadap pedoman teknis ini, sangat diharapkan dalam berbagai kesempatan yang ada (misalnya Acara Sosialisasi, Rapat Koordinasi, Rapat Teknis, Supervisi dsbnya) Pedoman Teknis ini dapat didiskusikan bersama secara intensif. Dengan demikian diharapakan semua pihak terkait baik Pusat dan Daerah dapat memiliki kesamaan pandangan, gerak dan langkah dalam melaksanakan kegiatan ini.

Page 3: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

3

Akhirnya, sangat diharapkan komitmen berbagai pihak untuk dapat melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya dalam bingkai waktu yang telah ditentukan, agar hasil pembangunan melalui kegiatan ini benar-benar dapat dinikmati manfaatnya bagi sebesar besar kesejahteraan petani di Indonesia.

Jakarta, Januari 2007

Direktur

Pengelolaan Lahan,

Ir. Suhartanto MM

NIP. 080.048.854

Page 4: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

4

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......... ………………………………………….. i Daftar Isi........ …………………………………………………….. ii Daftar Gambar ...........………………………………………….. iii I. PENDAHULUAN…..………………………………………….. 1

1.1. Latar belakang…… ……………………………….. 1 1.2. Tujuan…….………………………………………….. 6 1.3. Sasaran................………………..……………… 6 1.4. Pengertian.........…………………………………… 7

II. RUANG LINGKUP KEGIATAN........…………………….. 9 III. SPESIFIKASI TEKNIS........……………………………….. 10 IV. PELAKSANAAN KEGIATAN.........…..…………………… 23

4.1. Cara Pelaksanaan…..……………………………….. 23 4.2. Tahapan pelaksanaan.........…………..……….. 23

4.2.1. Penerbitan Juklak dan juknis …….. 23 4.2.2. Koordinasi ………………………………… 23 4.2.3. Inventarisasi CLCP...........…………… 24 4.2.4. Penetapan CLCP....…………………….. 25 4.2.5. Sosialisasi dan RRA………..…………… 25 4.2.6. Desain sederhana …………………….. 26 4.2.7. Pelaksanaan fisik kegiatan………….. 26 4.2.8. Penyediaan saprodi……….………….. 33 4.2.9. Pemeliharaan……..…………………….. 34

4.3. Jadual kegiatan……..……………………………….. 34 4.4. Pendanaan…………… ……………………………….. 35

Page 5: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

5

V. PEMBINAAN MONITORING, EVALUASI

DAN PELAPORAN…………………………………………..... 36 5.1 Tugas Propinsi dan Kabupaten/Kota..…...… 37 5.2. Alur pelaporan…….…………………….…………... 38 5.3. Format monitoring…………………….……........ 39

VI. INDIKATOR KINERJA………………..…………….………… 40 6.1. Keluaran (Outputs)................…………………. 40 6.2. Keberhasilan (Outcomes)….…………………….. 40 6.3. Manfaat (Benefits)…… ……….…………………… 41 6.4. Dampak (Impacts)……………….………………… 41

VI. PENUTUP…………………………….………….……………….. 42 Lampiran 1.Daftar lokasi 2.RRA 3.Format laporan 4.Contoh Jadual Palang

Page 6: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

6

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Reklamasi lahan rawa untuk

Usahatani Nenas……............................. 12

Gambar 2 : Reklamasi lahan rawa

di Kab. Kapuas…………........................... 15

Gambar 3 : Lahan sawah BO rendah retak-retak

di musim kemarau……............................ 17

Gambar 4a : Lahan kering BO rendah tanpa kompos

di Kab. Bogor.............. ......................... 20

Gambar 4b : Lahan kering BO rendah dengan

perlakuan 5 ton/ ha kompos

di Kab Bogor......................................... 20

Gambar 5a : Lahan pertanian pasca industri

di Kab. Bantul, Prop. DIY……………………. 22

Gambar 5b : Lahan pertanian pasca tambang

di Kab. Bangka Prop. Kep Babel............. 22

Page 7: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

7

I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kegiatan reklamasi lahan dikaitkan dengan karakteristik

wilayah kabupaten/kota, dibagi ke dalam 4 subkegiatan.

yaitu 1). Reklamasi rawa pasang surut dan lebak

(termasuk reklamasi lahan kawasan PLG), 2). Perbaikan

lahan sawah berkadar bahan organik rendah, 3).

Perbaikan lahan kering berkadar bahan organik rendah,

4). Reklamasi lahan pertanian pasca tambang dan

industri.

Pendekatan masalah yang ditempuh dalam pengelolaan

lahan tergantung pada tipologi lahan dan tingkat

kesuburan tanah.

Pada tipologi lahan rawa pasang surut dan lebak

penanganan pengelolaan lahan diprioritaskan pada

lahan yang mempunyai kendala paling rendah yaitu

lahan telah diusahakan petani untuk berbagai

komoditas, tetapi apabila ditambah masukan teknologi

dan infrastruktur pertanian dari Pemerintah akan dapat

meningkatkan luas areal tanam dan produktivitas lahan.

Pada saat ini di Indonesia terdapat lahan rawa pasang

surut seluas 34,2 juta ha. Dari luasan tersebut telah

diusahakan 1,53 juta ha untuk pertanian, akan tetapi

belum dapat diusahakan secara terus menerus dan

intensif sehingga belum memberikan produktivitas yang

Page 8: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

8

lebih tinggi. Reklamasi lahan di kawasan PLG Kalimantan

Tengah yang meliputi Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau,

Barito Selatan dan Kota Palangkaraya dilaksanakan

mengacu pada draft Instruksi Presiden RI tentang

Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan Pengembangan

Lahan Gambut di Kalimantan Tengah.

Perbaikan lahan sawah berkadar bahan organik rendah

dimaksudkan untuk memperbaiki kesuburan fisika, kimia

dan biologis tanah sawah melalui pemberian pupuk

kompos untuk meningkatkan kandungan bahan organik

tanah dan ketersediaan unsur N, P dan K tanah. Di

samping itu, diharapkan untuk memberikan penyuluhan

kepada petugas dan petani agar membenamkan jerami

ke dalam tanah dan menghindari pembakaran jerami di

lahan sawah serta pendampingan pembuatan pupuk

kompos teknologi rendah.

Dari luas lahan sawah beririgasi kurang lebih 5 juta ha

di Indonesia, sebesar 65% mempunyai kandungan

bahan organik rendah sampai sedang ( 1%-2% ). Hal ini

disebabkan berbagai faktor antara lain jerami diangkut

keluar lahan sawah untuk digunakan sebagai makanan

ternak dan bahan baku industri, kebiasaan petani

membakar jerami, dan penggunaan pupuk organik yang

semakin langka. Hasil penelitian dari beberapa

Page 9: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

9

perguruan tinggi dan Departemen Pertanian di beberapa

lokasi di Jawa Tengah dan Jawa Timur menunjukkan

bahwa pemberian kompos sebagai sumber bahan

organik ke dalam tanah sawah selama 5-6 musim tanam

berturut-turut dapat meningkatkan kandungan bahan

organik tanah dan produktivitas padi.

Perbaikan lahan kering berkadar bahan organik rendah

dimaksudkan untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesuburan tanah di lahan kering melalui penanaman

tanaman penutup tanah (cover crops), tanaman kacang-

kacangan sebagai tanaman sela, dan pembuatan lubang

di antara tanaman dalam suatu hamparan tertentu

untuk membenamkan sisa tanaman dan daun tanaman.

Di samping itu, peningkatan kandungan bahan organik

juga dapat dilakukan dengan pemberian kompos.

Kawasan lahan kering sebagian besar diusahakan

dengan tanaman pangan dan hortikultura serta

perkebunan.

Lahan kering dengan kemiringan di bawah 8% yang

diusahakan dengan tanaman palawija, hortikultura baik

sebagai tanaman monokultur maupun sebagai tanaman

sela diantara tanaman perkebunan pada lahan sawah

rentan terhadap kekurangan bahan organik tanah.

Page 10: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

10

Sisa tanaman yang relatif banyak digunakan sebagai

makanan ternak merupakan suatu tantangan untuk

tetap menyisihkan sebagian untuk dikembalikan ke

dalam tanah sebagai upaya penyediaan kandungan

bahan organik dan sekaligus sebagai penahan air dan

konservasi tanah. Hal ini dalam jangka panjang sebagai

salah satu upaya mengendalikan niat petani untuk

tidak mengalihfungsikan lahan tersebut menjadi

peruntukan lainnya.

Reklamasi lahan bekas tambang bertujuan untuk

merehabilitasi lahan bekas tambang agar dimanfaatkan

kembali menjadi lahan pertanian melalui pemberian

teknologi bahan pembenah tanah, bahan organik dan

pertanaman (revegetasi) sesuai dengan kemampuan

teknis dan dana yang tersedia. Pemberian bahan organik

berupa seresah, amelioran, dan penanaman tanaman

tahunan seperti sengon, petai cina, mete dan lain-lain

merupakan pendekatan yang diupayakan tergantung

pada kondisi pedoagroklimat dan lapisan subsoil dan top

soil yang sisa.

Berdasarkan data Departemen Energi dan Sumberdaya

Mineral terdapat 186 perusahaan tambang yang masih

aktif dengan total luas areal sekitar 57.703 ha dan

hanya 20.826 ha yang telah direklamasi oleh para

Page 11: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

11

perusahaan yang memperoleh kontrak pada lahan

tersebut. Sebagian lahan tersebut dikembalikan kepada

petani untuk diusahakan kembali menjadi lahan

pertanian.

Industri batu bata, genteng dan keramik menggunakan

bahan baku berupa tanah bagian atas (top soil) dan

atau tanah bagian bawah (subsoil) lahan sawah atau

lahan kering di pedesaan dipicu oleh keterbatasan

ekonomi rumah tangga petani pada musim kemarau. Di

lain pihak, petani belum mengetahui resiko kerusakan

lingkungan dan penurunan kesuburan lahan sawah

apabila top soil diangkut dari permukaan lahan dan

waktu yang diperlukan untuk mereklamasi lahan sawah

serta biaya yang diperlukan untuk mengembalikan

kesuburan tanah ke posisi semula.

Pendekatan yang ditempuh adalah sosialisasi dan

kampanye pencegahan pengambilan top soil lahan

pertanian untuk bahan baku industri bata bata, genteng

dan keramik : kedua, memperbaiki infrastruktur

penyediaan air untuk usahatani dan penyediaan insentif

berupa benih/ bibit bagi petani dalam mereklamasi

lahan.

Page 12: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

12

1.2. Tujuan

Tujuan pedoman teknis reklamasi lahan adalah

untuk memberikan acuan dan masukan kepada Dinas

lingkup Pertanian di propinsi dan kabupaten/Kota dalam

melaksanakan kegiatan reklamasi lahan yang sesuai

dengan keadaan wilayah, sosial dan ekonomi

masyarakat setempat dan ketersediaan dana sehingga

dapat memberikan manfaat bagi para petani di lokasi

tersebut.

Tujuan kegiatan reklamasi lahan dimaksudkan untuk

memperbaiki ekosistem lahan melalui perbaikan

kesuburan tanah dan penyediaan sarana produksi dalam

rangka peningkatan perluasan areal tanam dan

peningkatan produktivitas lahan.

1.3. Sasaran

Sasaran kegiatan reklamasi lahan difokuskan untuk

perbaikan kualitas lahan pada kawasan Tanaman

Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan seluas

4.668 ha di 130 kabupaten/kota di 27 propinsi. Perincian

sebagaimana disajikan pada lampiran 1.

Page 13: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

13

1.4. Pengertian

Beberapa pengertian umum yang terkait dengan

kegiatan reklamasi lahan, antara lain :

1. Reklamasi lahan.

Reklamasi lahan adalah suatu upaya pemanfaatan,

perbaikan dan peningkatan kesuburan lahan

pertanian kurang produktif baik yang rusak secara

alami maupun pengaruh manusia melalui penerapan

teknologi dan pemberdayaan masyarakat

2. Ameliorasi lahan adalah suatu upaya pemberian

masukan tertentu (misalnya kapur, zeolite, kompos)

ke dalam tanah yang lebih difokuskan untuk

perbaikan fisika, kimiawi dan biologi tanah.

3. Sarana produksi adalah segala masukan yang

diberikan dalam usaha tani untuk menunjang

perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas

lahan.

4. Perbaikan lahan sawah berkadar bahan organik

rendah adalah suatu reklamasi lahan sawah

beririgasi teknis, semi teknis dan sederhana yang

mempunyai kadar bahan organik kurang dari 2 %.

5. Perbaikan lahan kering berkadar bahan organik

rendah adalah reklamasi lahan kering untuk usaha

pertanian yang mempunyai kadar bahan organik

kurang dari 2 %.

Page 14: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

14

6. Reklamasi lahan rawa adalah suatu upaya

pemanfaatan lahan rawa yang telah diusahakan

untuk usaha pertanian melalui perbaikan prasarana

dan sarana pertanian di kawasan tersebut sehingga

meningkatkan luas areal tanam dan produktivitas

lahan

7. Reklamasi lahan bekas tambang adalah suatu upaya

pemanfaatan lahan bekas tambang milik petani

melalui perbaikan lahan dan masukan teknologi serta

revegetasi

8. Reklamasi lahan pasca industri adalah suatu upaya

pemanfaatan lahan pertanian baik lahan sawah

maupun lahan kering yang diusahakan untuk industri

melalui masukan teknologi reklamasi.

9. Reklamasi lahan kawasan PLG Kalimantan Tengah

adalah suatu upaya pemanfaatan lahan yang telah

dibuka dan diusahakan petani di kawasan PLG

melalui perbaikan dan penyempurnaan sarana dan

prasarana.

10. Metode pembersihan lahan tanpa bakar (zero

burning) adalah teknis reklamasi lahan dalam

pembersihan lahan dengan tidak membakar kayu

dan sisa tanaman yang ada dipermukaan tanah.

11. Tim Teknis adalah tim yang dibentuk oleh Kepala

Dinas Lingkup Pertanian Kabupaten/ Kota untuk

Page 15: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

15

verifikasi, evaluasi, monitoring kegiatan teknis

reklamasi lahan.

II. RUANG LINGKUP KEGIATAN

2.1. Perbaikan lahan

Kegiatan yang termasuk dalam perbaikan lahan antara

lain:

1. Pembersihan lahan, terdiri dari penebasan,

penyemprotan, perataan tanah, galian dan

timbunan serta pengolahan tanah

2. Pembuatan pematang sawah atau galengan

3. Pembuatan/ perbaikan surjan

4. Perbaikan jalan usaha tani

5. Pembuatan/perbaikan gorong-gorong

6. Pemberian kompos/ ameliorant

2.2. Penyediaan sarana produksi

Kegiatan yang termasuk dalam penyediaan sarana

produksi antara lain :

1. Pupuk anorganik

2. Pupuk organik

3. Amelioran

4. Penyediaan alat pengolah pupuk organik

5. Penyediaan PUTS

6. Bibit/benih tanaman atau ternak kambing/domba

Page 16: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

16

III. SPESIFIKASI TEKNIS

3.1. Reklamasi lahan rawa pasang surut dan lebak

3.1.1. Reklamasi lahan rawa

a. Norma

Kegiatan reklamasi lahan rawa diarahkan

pada lahan rawa pasang surut dan lebak

yang telah mengalami penurunan

kesuburan lahan terutama pada lahan

yang mempunyai produktivitas kurang

dari 2 ton/Ha GKG. Reklamasi lahan

diarahkan pada lahan yang mempunyai

kendala paling rendah dan telah

diusahakan petani untuk berbagai

komoditas.

b. Standar teknis

1). Lahan berupa rawa pasang surut atau

lebak yang terletak dalam satu

hamparan minimal 10 ha,

2). Jaringan irigasi dan drainase mulai

dari jaringan utama sampai dengan

tingkat usahatani telah dibangun dan

berfungsi

3) Kawasan tersebut masih memerlukan

reklamasi dalam rangka pertambahan

Page 17: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

17

luas areal tanam dan produktivitas

lahan

4). Petani berdomisili dalam desa atau

desa lainnya dalam satu kecamatan

5) Luas pemilikan lahan per petani

minimal 0,5 ha dan maksimal 1 ha

6) Petani mengusahakan sendiri lahan

usahataninya

7) Petani bersedia secara teknis untuk

melaksanakan kegiatan ini melalui

pola padat karya

c. Kriteria

1) Lokasi merupakan kawasan lahan

pertanian yang dimiliki oleh petani,

dimana infrastruktur pertanian

termasuk jaringan drainase dan

pembawa sampai tingkat tersier

sudah berfungsi

2) Status pemilikan tanah jelas dan tidak

dalam sengketa

3) Pada lokasi tersebut terdapat petani

dan yang telah berusahatani secara

kelompok

4) Petani bersedia mengikuti kegiatan

dan melakukan pemeliharaan

Page 18: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

18

5) Terdapat petugas lapangan yang

membina para petani secara

berkelanjutan

6) Petani peserta kegiatan dalam

penyiapan lahan/ pembersihan lahan

harus bersedia menggunakan

metode tanpa bakar (zero

burning)

Gambar 2. Reklamasi lahan rawa untuk usaha tani nenas di kabupaten Kampar

Page 19: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

19

3.1.2. Reklamasi lahan rawa di kawasan

Pengembangan Lahan Gambut (PLG)

a. Norma

Kegiatan reklamasi lahan kawasan PLG

diarahkan pada lahan yang telah

diusahakan oleh petani sebagaimana

dilihat pada lampiran draft Inpres

tentang Rehabilitasi dan revitalisasi

kawasan pengembangan lahan gambut di

Kalimantan Tengah. Prioritas diberikan

pada lokasi yang telah dibuka di Dadahup

dan Lamunti, dan Palingkau baik untuk

tanaman pangan, hortikultura,

perkebunan dan hijauan makanan ternak

serta padang penggembalaan.

b. Kriteria

1). Lahan berupa rawa yang termasuk dalam

kawasan PLG dalam satu hamparan

minimal 10 ha,

2). Jaringan irigasi dan drainase mulai dari

jaringan utama sampai dengan tingkat

usahatani telah dibangun dan berfungsi

3) Kawasan tersebut masih memerlukan

reklamasi dalam rangka pertambahan

luas areal tanam dan produktivitas lahan

Page 20: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

20

4). Petani berdomisili dalam desa atau desa

lainnya dalam satu kecamatan

5) Luas pemilikan lahan per petani maksimal

1 ha dalam satu tersier

6) Petani mengusahakan sendiri lahan

7) Petani bersedia secara teknis untuk

melaksanakan secara padat karya

8). Petani peserta kegiatan dalam penyiapan

lahan/ pembersihan lahan harus

besedia menggunakan metode

tanpa bakar (zero burning)

c. Standar Teknis

1). Lokasi merupakan kawasan lahan PLG yang

dimiliki oleh petani dan infrastruktur sudah

berfungsi mulai dari jaringan primer sampai

ke tersier

2). Status pemilikan tanah jelas dan tidak dalam

sengketa

3). Pada lokasi tersebut terdapat petani pemilik

penggarap dan yang telah berusahatani

dalam kelompok

4). Petani bersedia mengikuti kegiatan dan

melakukan pemerliharaan

5). Terdapat petugas lapangan yang membina

para petani secara berkelanjutan

Page 21: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

21

Gambar 3. Reklamasi lahan rawa di kabupaten Kapuas

3.2. Perbaikan lahan sawah berkadar bahan organik rendah

3.2.1. Norma

Kegiatan perbaikan lahan sawah berkadar bahan

organik rendah diarahkan pada lahan sawah

beririgasi yang telah mengalami penurunan

kualitas kesuburan fisika, kimia dan biologi tanah

melalui aplikasi masukan bahan organik dan uji

unsur hara makro sehingga pemupukan lebih

efisien.

3.2.2. Tandar teknis

1). Lokasi merupakan lahan sawah yang terletak

pada daerah sentra produksi padi dengan

pola pertanaman minimal dua kali setahun

pada lahan minimal 25 ha.

Page 22: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

22

2) Jaringan irigasi mulai dari jaringan utama

sampai dengan tingkat usahatani telah

dibangun dan berfungsi

3) Lahan sawah tersebut merupakan lahan yang

telah mengalami penurunan kualitas

kesuburan dengan kandungan bahan organik

kurang dari 2 %.

4). Petani mempunyai kebiasaan setiap panen

jerami dibawa keluar lahan atau dibakar

4). Petani berdomisili dalam desa atau desa lain

dalam satu kecamatan

5) Luas pemilikan lahan sawah petani maksimal

1,0 ha

6) Petani mengusahakan sendiri lahan

usahataninya

7) Petani bersedia secara teknis untuk

melaksanakan secara padat karya

3.2.3. Kriteria

1). Lahan sawah beririgasi teknis, semiteknis dan

sederhana yang dimiliki oleh petani dengan

infrastruktur memadai

2). Status pemilikan tanah jelas dan tidak dalam

sengketa

3). Pada lokasi tersebut petani adalah anggota

kelompok tani binaan.

Page 23: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

23

4). Petani bersedia mengikuti kegiatan dan

melakukan pemerliharaan

5). Terdapat penyuluh pertanian atau petugas

lapangan yang membina para petani secara

berkelanjutan

6). Petani peserta kegiatan dalam penyiapan

lahan/ pembersihan lahan harus besedia

menggunakan metode tanpa bakar

(zero burning)

Gambar 4. Lahan sawah berkadar bahan organik rendah di musim kemarau retak-retak

Page 24: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

24

3.3. Perbaikan lahan kering berkadar bahan organik rendah

3.3.1. Norma

Kegiatan perbaikan lahan kering berkadar

bahan organik rendah diarahkan pada lahan

kering yang telah mengalami penurunan

kualitas kesuburan tanah yang mengandung

bahan organik kurang dari 2 %.

3.3.2. Standar Teknis

1). Lokasi merupakan lahan kering yang

terletak pada kawasan tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan dan tanaman

hijauan makanan ternak atau pertanian

terpadu dengan minimal luas 25 ha.

2). Tersedia sumber air yang memadai

3). Lahan tersebut merupakan lahan yang

telah mengalami penurunan kesuburan

pada kemiringan maksimal 8 %

4). Petani berdomisili dalam desa atau desa

lain dalam satu kecamatan

5). Luas pemilikan lahan petani maksimal 1,0

ha

6). Petani mengusahakan sendiri lahan

usahataninya

7). Petani bersedia secara teknis untuk

melaksanakan secara padat karya

Page 25: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

25

3.3.3. Kriteria

1). Lahan kering yang dimiliki oleh petani, dan

infrastruktur memadai,

2). Status pemilikan tanah jelas dan tidak dalam

sengketa

3). Pada lokasi tersebut petani merupakan

anggota kelompok tani binaan

4). Petani bersedia mengikuti kegiatan dan

melakukan pemeliharaan

5). Terdapat petugas lapangan yang membina

para petani secara berkelanjutan di lokasi

tersebut

6). Petani bersedia secara swadaya melanjutkan

kegiatan tersebut pada musim tanam

berikutnya

7). Petani peserta kegiatan dalam penyiapan

lahan/ pembersihan lahan harus besedia

menggunakan metode tanpa bakar

(zero burning)

Page 26: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

26

3.4. Reklamasi lahan pasca penambangan dan industri

3.4.1. Norma

Kegiatan reklamasi lahan pasca tambang dan

industri diarahkan pada lahan pertanian pasca

penambangan dan industri yang pernah

diusahakan oleh petani dan merupakan milik

petani dengan masukan teknologi revegetasi,

pembenah tanah dan bahan organik

3.4.2. Standar Teknis

1). Lahan pertanian pasca penambangan dan

industri yang akan direklamasi merupakan

milik petani dalam hamparan minimal 5 ha

Gb 5a. Lahan Kering BO

Rendah tanpa kompos Di Kab.

Bogor

Gb 5b. Lahan Kering BO rendah

dengan perlakuan 5 ton/ha kompos

Di Kab. Bogor

Page 27: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

27

2). Kawasan tersebut merupakan lahan

pertanian pasca penambangan dan industri

tetapi masih memerlukan reklamasi dalam

rangka memanfaatkan kembali menjadi lahan

pertanian

3). Petani berdomisili dalam desa atau desa lain

dalam satu kecamatan

4). Luas pemilikan lahan per petani maksimal 1

ha

5). Petani mengusahakan sendiri lahan

usahataninya

6). Petani bersedia secara teknis untuk

melaksanakan kegiatan fisik secara padat

karya, sedangkan kegiatan lainnya

merupakan swadaya dan swadana petani.

3.4.3. Kriteria

1). Lokasi merupakan kawasan pertanian dengan

infrastruktur sudah memadai

2). Status pemilikan tanah jelas dan tidak

sengketa

3). Pada lokasi tsb terdapat petani yang telah

berusahatani

4). Petani bersedia mengikuti kegiatan dan

melakukan pemeliharaan secara swadaya

Page 28: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

28

5). Secara teknis, lahan tersebut masih dapat

diusahakan untuk tanaman pertanian

6). Terdapat petugas lapangan yang membina

para petani secara berkelanjutan

7). Petani peserta kegiatan dalam penyiapan

lahan/ pembersihan lahan harus besedia

menggunakan metode tanpa bakar

(zero burning)

Gb 6a Lahan pertanian pasca

Industri Di Kab. Bantul

Propinsi DIY

Gb 6a Lahan pertanian pasca

tambang Di Kab. Bangka,

Propinsi Kep.Babel

Page 29: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

29

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1. Cara Pelaksanaan

Mekanisme pelaksanaan reklamasi lahan dilakukan

melalui pola padat karya dengan sebesar- besarnya

melibatkan partisipasi masyarakat/ petani setempat

(MAK Belanja Uang Honor Tidak Tetap). Sedangkan

penyediaan saprodi dilakukan secara swakelola oleh

kelompok tani (MAK Belanja Lembaga Sosial Lainnya)

4.2. Tahapan Pelaksanaan

4.2.1. Penerbitan Juklak dan Juknis

Pedoman teknis ini akan digunakan sebagai

acuan dalam penyusunan petunjuk

pelaksanaan dan petunjuk teknis oleh Dinas

Lingkup Pertanian Propinsi dan Kabupaten/

Kota.

4.2.2. Koordinasi

Koordinasi dimaksudkan dalam hal ini adalah

koordinasi internal lingkup Dinas Pertanian

Kabupaten dan antar Dinas terkait dalam

pelaksanaan reklamasi lahan, antara lain Dinas

PU atau Pengairan. Keluaran dari koordinasi ini

diperoleh calon lokasi yang perlu mendapatkan

kegiatan reklamasi sesuai dengan persyaratan

teknis diminta. Setelah diperoleh calon lokasi,

maka Dinas Pertanian akan menyampaikan

Page 30: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

30

sosialisasi kepada calon petani dan petugas di

lokasi tersebut tentang rencana kegiatan

tersebut, termasuk partisipasi dan kontribusi

petani di dalam memberhasilkan rencana

kegitan tersebut, termasuk pemeliharaan dan

pemantauan serta hasil yang diperoleh pasca

konstruksi yang berkelanjutan

4.2.3. Inventarisasi calon lokasi dan calon petani

(CLCP)

Untuk memperoleh calon lokasi dan calon

petani mengacu pada data yang telah

diterbitkan Pusat Data dan Informasi Pertanian

(PUSDATIN) Departemen Pertanian dan suatu

inventarisasi lebih rinci untuk menunjang

keberhasilan kegiatan tersebut, sesuai dengan

kriteria dan standar teknis.

Inventarisasi melalui suatu daftar isi yang

disusun oleh Dinas Lingkup Pertanian

Kabupaten/ Kota dilakukan oleh tim teknis

dibantu oleh kelompok tani dan kepala desa

setempat, serta hasilnya dilaporkan kepada

kepala Dinas untuk ditetapkan sebagai lokasi

kegiatan.

Page 31: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

31

4.2.4. Penetapan Calon Lokasi dan Calon Petani

Berdasarkan hasil inventarisasi calon lokasi dan

calon petani tersebut, Kepala dinas lingkup

Pertanian kabupaten/kota menetapkan calon

lokasi dan calon petani difinitif melalui surat

keputusan, sehingga dokumen ini digunakan

sebagai acuan dalam penetapan pelaksanaan

fisik dan pengadaan sarana produksi pertanian.

4.2.5. Sosialisasi dan Rural Rapid Apraisal (RRA).

Lokasi dan petani yang telah ditetapkan dalam

kegiatan perlu disosialisasikan kepada para

petani untuk mendapatkan masukan dan saran

agar seluruh rencana tersebut dapat dipahami

petani secara tepat.

Kegiatan RRA dimaksudkan untuk

mendapatkan masukan dari masyarakat

dengan kondisi sebenarnya di lapangan,

sehingga diharapkan dengan adanya usulan

dari masyarakat dapat merasa memiliki dan

memanfaatkan serta memelihara

kelanjutannya. Petunjuk pelaksanaan metode

RRA sebagaimana lampiran 2.

Page 32: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

32

4.2.6. Desain sederhana

Desain sederhana bertujuan sebagai acuan dan

dasar bagi petani untuk melaksanakan kegiatan

fisik yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan

lapangan.

Desain sederhana meliputi suatu informasi

sederhana yang diperoleh dari lokasi

pengembangan lahan yang perlu direklamasi

atau diperbaiki, yang disajikan dalam bentuk:

a. Peta situasi lokasi lahan yang akan

direklamasi

b. Peta komponen fisik yang diperlukan di

lokasi tersebut, seperti petakan usaha tani,

pematang, jalan usaha tani, gorong-

gorong, pembersihan lahan dll.

c. Dimensi bangunan fisik dan penampang

melintang bangunan yang diperlukan

d. Rencana anggaran biaya yang diperlukan

4.2.7. Pelaksanaan Fisik Kegiatan

Pelaksanaan fisik kegiatan di lapangan harus

memperhatikan fase pertanaman yang ada,

tidak mengganggu atau merusak tanaman

yang ada, kesediaan petani, teknik reklamasi,

peralatan yang diperoleh dan waktu

pelaksanaan sesuai dengan pola padat karya.

Page 33: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

33

Pelaksanaan fisik kegiatan reklamasi lahan

dinyatakan selesai apabila memperoleh

persetujuan tim teknis berdasarkan desain

sederhana yang dibuat. Apabila masih

dipandang perlu, maka kelompok tani harus

memperbaiki pekerjaannya hingga sesuai

dengan desain sederhana.

a. Reklamasi rawa

1). Penyiapan lahan.

Kegiatan penyiapan lahan dilaksanakan

pada areal yang telah dibuat desain

sederhana sebagai lokasi kegiatan

reklamasi. Pekerjaan dalam penyiapan

lahan terdiri dari : pembabatan rumput/

pembersihan lahan, pengolahan tanah

untuk tanaman semusim dan

pembuatan lubang untuk tanaman

tahunan. Dalam pembersihan lahan

menggunakan metode tanpa bakar

(zero burning). Kegiatan ini

dilaksanakan melalui pola padat karya.

2). Konstruksi Fisik .

Kegiatan konstruksi reklamasi lahan

didasarkan pada hasil desain

sederhana. Beberapa komponen

Page 34: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

34

kegiatan fisik reklamasi lahan pasang

surut antara lain :

• Perbaikan pematang/galengan

• Perbaikan tanggul pengaman

• Rehabilitasi jalan usahatani, jembatan

sederhana dan gorong-gorong

• Rehabilitasi dan pembuatan surjan

• Pembersihan lahan, penyemprotan

dan pengolahan tanah.

3). Penanaman

Penanaman tanaman pangan/

hortikultura/ perkebunan/ hijauan

makanan ternak dilakukan setelah selesai

pekerjaan penyiapan lahan. Penanaman

dilakukan disesuaikan dengan kondisi

lapangan.

b. Reklamasi lahan kawasan PLG di propinsi

Kalimantan Tengah.

1). Penyiapan lahan.

Kegiatan penyiapan lahan dilaksanakan

pada areal yang telah di desain

sederhana. Pekerjaan dalam penyiapan

lahan terdiri dari : pembabatan rumput/

pembersihan lahan, pengolahan tanah

Page 35: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

35

untuk tanaman semusim. Dalam

pembersihan lahan tidak menggunakan

metode pembakaran (zero burning)

Kegiatan ini dilaksanakan melalui padat

karya.

2). Konstruksi reklamasi.

Kegiatan konstruksi reklamasi lahan

didasarkan pada hasil desain sederhana.

Dalam rangka pembuatan konstruksi

reklamasi, yang perlu diperhatikan adalah

jenis konstruksi reklamasi yang sesuai

untuk lahan usahatani berdasarkan hasil

desain. Beberapa bentuk reklamasi lahan

kawasan PLG di Kalimantan Tengah

sebagai berikut :

• Pembersihan lahan dan perataan

tanah

• Pembuatan petak-petak dan galengan

sawah.

3). Penanaman

Penanaman tanaman pangan/

hortikultura/ perkebunan/ hijauan

makanan ternak dilakukan setelah selesai

pekerjaan penyiapan lahan. Penanaman

Page 36: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

36

dilakukan disesuaikan dengan kondisi

lapangan.

c. Perbaikan lahan sawah berkadar bahan

organik rendah

1). Penyiapan lahan.

Kegiatan penyiapan lahan dilaksanakan

pada areal yang telah di desain

sederhana. Pekerjaan dalam penyiapan

lahan terdiri dari : pembersihan galengan/

pematang, pengolahan tanah untuk

tanaman semusim. Kegiatan ini

dilaksanakan melalui pola padat karya.

2). Konstruksi

Kegiatan konstruksi perbaikan lahan

didasarkan pada hasil desain sederhana.

Dalam rangka pembuatan konstruksi,

yang perlu diperhatikan adalah jenis

konstruksi yang sesuai untuk lahan

usahatani berdasarkan hasil desain.

Beberapa bentuk perbaikan lahan antara

lain :

• Pembersihan galengan/ pematang

• Pemberian kompos/ pupuk organik

pada saat pengolahan tanah

• Pengolahan tanah

Page 37: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

37

3). Penanaman

Penanaman tanaman padi dilakukan

setelah selesai pekerjaan penyiapan

lahan. Penanaman dilakukan disesuaikan

dengan kondisi lapangan.

d. Perbaikan lahan kering berkadar bahan

organik rendah

1). Penyiapan lahan.

Kegiatan penyiapan lahan dilaksanakan

pada areal yang telah di desain

sederhana. Pekerjaan dalam penyiapan

lahan terdiri dari : pembersihan lahan/

pematang, pengolahan tanah, pembuatan

lubang tanam untuk tanaman hortikultura

dan perkebunan. Kegiatan ini

dilaksanakan melalui pola padat karya.

2). Konstruksi

Kegiatan konstruksi perbaikan lahan

kering didasarkan pada hasil desain.

Beberapa komponen kegiatan fisik

perbaikan lahan antara lain :

• Pembersihan lahan/ pematang

• Pemberian kompos/ pupuk organik

pada saat pengolahan tanah

• Pengolahan tanah

Page 38: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

38

3). Penanaman

Penanaman tanaman pangan/

hortikultura/ perkebunan/ hijauan

makanan ternak dilakukan setelah selesai

pekerjaan penyiapan lahan. Penanaman

dilakukan disesuaikan dengan kondisi

lapangan.

e. Reklamasi lahan pasca penambangan dan

industri

1). Penyiapan lahan.

Kegiatan penyiapan lahan dilaksanakan

pada areal yang telah di desain

sederhana. Pekerjaan dalam penyiapan

lahan terdiri dari : penimbunan/

pengembalian tanah yang masih tersisa,

perataan tanah, pembuatan galengan/

pematang, pengolahan tanah untuk

tanaman semusim, pembuatan lubang

untuk tanaman hortikultura dan

perkebunan. Kegiatan ini dilaksanakan

melalui pola padat karya.

2). Konstruksi

Kegiatan konstruksi perbaikan lahan

didasarkan pada hasil desain sederhana.

Page 39: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

39

Dalam rangka pembuatan konstruksi,

yang perlu diperhatikan adalah jenis

konstruksi yang sesuai untuk lahan

usahatani berdasarkan hasil desain.

Beberapa bentuk perbaikan lahan antara

lain :

• Penimbunan tanah atas (apabila

masih tersisa)

• Perataan tanah/ land leveling,

• Pemberian kompos/ pupuk organik/

tanah mineral

• Pembuatan lubang tanam

• Pengolahan tanah

3). Penanaman

Penanaman tanaman semusim/

hortikultura/ perkebunan/ tahunan

dilakukan setelah selesai pekerjaan

penyiapan lahan. Penanaman dilakukan

disesuaikan dengan kondisi lapangan.

4.2.8. Penyediaan Sarana Produksi Pertanian

Sarana produksi pertanian yang akan disediakan

sesuai dengan rekomendasi anjuran di lokasi

tersebut. Penyediaan sarana produksi ditempuh

melalui pengadaan langsung oleh kelompok tani

Page 40: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

40

setelah Dinas Lingkup Pertanian mentransfer

dana tersebut ke rekening kelompok tani.

Pengadaan sarana produksi pupuk anorganik

melalui kios sarana produksi yang tersedia,

sedangkan bibit/benih tanaman harus bermutu

dan bersertifikat. Pengadaan amelioran antara

lain kapur pertanian, batuan fosfat dan dolomit,

diharapkan atas rekomendasi Dinas lingkup

Pertanian Kabupaten/ Kota.

4.2.9. Pemeliharaan

Petani berkewajiban memelihara seluruh

infrastruktur di lokasi tersebut, dan selama

pertanaman harus memelihara tanaman untuk

memberikan hasil yang terbaik sesuai dengan

teknis budidaya. Petani harus menyampaikan

laporan kepada penyuluh pertanian atau petugas

Dinas lingkup Pertanian untuk mengetahui

peningkatan produktivitas sebelum dan sesudah

pertanaman.

4.3. Jadual Kegiatan

Jadual kegiatan disusun berdasarkan Rencana

Operasional Kegiatan (ROK). Jadual kegiatan ini

mempertimbangkan urutan kegiatan, ketersediaan

sumberdaya, jadual tanam, iklim dan lain-lain.

Page 41: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

41

Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

4.3.1. Penetapan Surat Keputusan Kepala Dinas

tentang penetapan lokasi dan petani difinitif

harus selesai pada bulan Maret 2007.

4.3.2. Desain sederhana harus selesai dilaksanakan

pada bulan Mei-Juni 2007

4.3.3. Pelaksanaan Fisik Kegiatan selesai pada bulan

Agustus 2007 bersamaan dengan penyediaan

sarana produksi pertanian.

4.4. Pendanaan

4.4.1. Biaya pelaksanaan kegiatan reklamasi lahan

dialokasikan melalui Dana Tugas Pembantuan di

kabupaten/ kota per ha sebesar Rp. 4.500.000,-

terdiri dari :

a. Perbaikan lahan melalui pembayaran upah

padat karya untuk pekerjaan fisik sebesar Rp.

25.000,- per HOK sebanyak 80 HOK = Rp.

2.000.000,-

b. Penyediaan sarana produksi sesuai

kebutuhan lapangan sebesar Rp. 2.500.000,-

per ha.

4.4.2. Dana APBD Kabupaten/ Kota

Digunakan untuk membiayai kegiatan pertemuan

koordinasi, CLCP, desain sederhana, sosialisasi

Page 42: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

42

dan RRA, pembinaan, monitoring, evaluasi dan

pelaporan

4.4.3. Kontribusi Petani Penerima Manfaat

Petani bertanggung jawab terhadap

pemeliharaan kegiatan fisik, tanaman, dan

keberlanjutan kegiatan usahatani.

V. PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Kegiatan pembinaan, monitoring dan evaluasi merupakan

suatu aspek yang sangat penting di dalam proses

pembangunan pertanain yang berkelanjutan. Apabila kegiatan

ini dapat dilaksanakan secara teratur dan berkelanjutan maka

kinerja dan manfaat kegiatan ini secara bertahap dan

berkelanjutan dapat ditingkatkan sesuai dengan

perkembangan teknologi. Untuk itu pembinaan, monitoring

dan evaluasi mulai dari tingkat Direktorat Pengelolaan Lahan,

Dinas lingkup Pertanian Propinsi dan Kabupaten/Kota sangat

diperlukan sehingga perencanaan dapat dilaksanakan dengan

baik dan memberikan manfaat yang baik bagi petani melalui

peningkatan luas areal tanam, produktivitas dan produksi

usaha tani. Agar tujuan dan harapan tersebut dapat

terimplementasikan dan terwujud dengan baik, maka perlu

diadakan suatu pengaturan yang baik antara pusat, propinsi

dan kabupaten kota dalam pembinaan, pemantauan dan

Page 43: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

43

evaluasi kegiatan secara berjenjang sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi masing-masing.

5.1. Tugas Propinsi dan Kabupaten/Kota

Dinas Lingkup Pertanian Propinsi mempunyai tugas :

5.1.1. Penyusunan petunjuk pelaksanaan

5.1.2. Penyusunan rencana kerja kegiatan tahunan

5.1.3.. Pembinaan, pendampingan dan bimbingan

petugas dan petani

5.1.4. Pemantauan dan evaluasi ke kabupaten

5.1.5. Pengumpulan laporan dari kabupaten dan

pengiriman laporan ke pusat

5.1.6. Koordinasi dengan instansi terkait di tingkat

propinsi

Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/ Kota mempunyai

tugas

5.2.1. Penyusunan petuunjuk teknis

5.2.2. Inventarisasi calon lokasi dan calon petani

5.2.3. Sosialisasi petunjuk teknis kepada petugas

tingkat kecamatan, desa dan petani

5.2.4. Pembuatan desain sederhana

5.2.5. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan fisik di

lapangan

5.2.6. Membantu kelompok tani dalam pengadaan

sarana produksi

Page 44: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

44

5.2.7. Bimbingan dan pembinaan teknis

5.2.8. Penyusunan dan pengiriman laporan ke propinsi

dan ke pusat

5.2. Alur Pelaporan

Laporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan

kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Laporan ini berisi antara lain data dan informasi tentang

perkembangan pelaksanaan fisik dan keuangan,

pendayagunaan tenaga kerja, penyerapan tenaga kerja,

pembayaran tenaga kerja, hasil kerja fisik dll. Alur

laporan adalah sebagai berikut :

5.2.1. Laporan Bulanan

a. Dibuat oleh petugas Kabupaten/Kota dan

dikirim ke Propinsi untuk diolah lebih lanjut

dengan tembusan ke pusat.

b. Laporan bulanan yang dibuat oleh propinsi

berdasarkan laporan dari kabupaten/kota

kemudian dikirim ke pusat dengan alamat

Direktorat Pengelolaan Lahan, Ditjen PLA,

Kanpus Departemen Pertanian Gedung D

lantai 9 Jalan Harsono RM No. 3 Ragunan

Jakarta Selatan.

Page 45: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

45

5.2.2. Laporan Akhir

a. Laporan akhir dibuat oleh petugas

kabupaten/ kota dan dikirimkan ke propinsi

untuk diolah lebih lanjut dengan tembusan ke

pusat.

b. Laporan akhir dibuat oleh propinsi

berdasarkan laporan dari kabupaten

kemudian dikirim ke pusat.

c. Waktu pengiriman laporan bulanan

kabupaten/ kota paling lambat tanggal 5

setiap bulannya.

d. Laporan bulanan propinsi paling lambat

tanggal 10 bulan berikutnya.

5.3. Format Monitoring

Untuk dapat melaporkan kinerja kegiatan setiap bulan

digunakan format monitoring terlampir. Apabila masih

ada hal yang akan disampaikan dapat menggunakan

laporan tambahan sesuai dengan kebutuhan.

VI. INDIKATOR KINERJA

6.1. Keluaran (Outputs)

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan reklamasi ini

adalah :

Page 46: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

46

6.1.1. Terreklamasinya lahan seluas 4.688 ha di 27

propinsi, 130 kabupaten/kota sesuai dengan

petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dan

dokumen yang disepakati dengan pihak-pihak

terkait.

6.1.2. Terserapnya tenaga kerja sebanyak 373.440

hok di propinsi dan kabupaten/kota di atas.

6.2. Hasil (Outcomes)

Hasil yang diharapkan dari kegiatan reklamasi lahan

adalah:

6.2.1. Terlaksananya penerapan pemupukan berimbang

seluas 3.274 ha

6.2.2. Dengan asumsi peningkatan produksi sebesar

0,3 ton GKG pada tanaman padi, maka

pertambahan produksi padi sebesar 974,1 ton

GKG. dari areal seluas 3274 ha

6.2.3. Di sektor perkebunan dengan luas sekitar 525 ha

hasil yang diperoleh belum diketahui, masih

terbatas kepada upaya perbaikan kesuburan

tanah dan hasilnya jangka panjang.

6.2.4. perbaikan lahan seluas 246 ha di subsektor

peternakan diharapkan dapat menambah luas

areal padang penggembalaan.

Page 47: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

47

6.3. Manfaat (Benefits)

Manfaat yang diperoleh dari kegiatan reklamasi lahan ini

adalah meningkatnya pendapatan petani dari upah

perbaikan lahan melalui pola padat karya sebesar Rp.

25.000,- per HOK, dan peningkatan pendapatan dari

usahatani.

6.4. Dampak (Impacts)

6.4.1. Petani dengan swadaya sendiri akan

melakukan kegiatan reklamasi pada tahun

berikutnya.

6.4.2. Petani disekitarnya merasa tertarik dan

bermanfaat untuk melakukan sendiri kegiatan

reklamasi di lahan petani sendiri.

6.4..3. Pemerintah daerah akan mengalokasikan dana

stimulus untuk melaksanakan kegiatan

reklamasi lahan di desa, kecamatan lain untuk

peningkatan produksi dan produktivitas lahan

dan usaha taninya.

VII. PENUTUP

Mengingat pentiingnya upaya reklamasi dan perbaikan lahan

pada lahan- lahan yang mengalami degradasi atau penurunan

kualitas baik lahan pertanian dan demi kelestarian lahan

pertanian dan fungsi lingkungan di kawasan pertanian, maka

perlu terus ditingkatkan penanganan lahan- lahan yang

Page 48: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

48

menurun kualitasnya dengan berbagai masukan teknologi,

sehingga dapat menambah luas areal tanam dan

meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Upaya- upaya

tersebut dapat dilakukan melalui sosialisasi, penerapan

teknologi reklamasi, maupun pemberdayaan teknologi

pembuatan kompos rendah dan teknologi uji tanah sawah,

serta teknologi uji kandungan bahan organik tanah.

Page 49: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

49

Lampiran 2 : METODA RAPID RURAL APPRISAL (RRA)

1. PENDAHULUAN

Sistem perencanaan dari bawah dan berbasis partisipasi

masyarakat (community participation) hendaknya bertitik

tolak dari kondisi sumberdaya alam dan sumberdaya

manusia yang dimilki dalam satu wilayah pedesaan serta

mengacu pada keinginan dan kebutuhan masyarakat

setempat sehingga menggambarkan suatu sistem

perencanaan dari bawah. Salah satu piranti/alat yang

digunakan untuk menggali aspirasi masyarakat adalah

dengan metoda Rapid Rural Apprisal (RRA). Dengan RRA

maka segala aspek kehidupan masyarakat yang

berkaitan dengan pembangunan fisik-material,

usahatani, organisasi dan kelembagaan perbaikan

kwalitas lingkungan dan lain-lain dapat diperoleh dan

akan menjadi dasar dalam penyusunan program

pembangunan pertanian di suatu wilayah pedesaan.

Page 50: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

50

2. TUJUAN RRA

Rapid Rural Apprisal (RRA) bertujuan :

a. mengidentifikasi potensi, permasalahan, upaya

pemecahan masalah dan kebutuhan-kebutuhan

prioritas kegiatan pelaksanaan pembangunan

pengelolaan lahan dan air tingkat desa.

b. Merumuskan rencana pembangunan pengelolaan

lahan dan air tingkat desa dan upaya tindak

lanjutnya.

3. SOSIALISASI KEGIATAN DAN RRA

Pelaksanaan RRA mencakup beberapa kegiatan dengan

tahapan sebagai berikut :

a. Sosialisasi dilakukan untuk memberikan penjelasan

kepada pemerintah dan masyarakat setempat

tentang maksud/tujuan kegiatan pengelolaan/

pembangunan infrastruktur lahan dan air dan

tujuan pelaksanaan RRA.

b. Pengumpulan data sekunder yang berkaitan dengan

informasi, keadaan umum, monografi, kondisi iklim,

tanah, dan petani di wilayah setempat.

Page 51: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

51

c. Dalam kaitan dengan kegiatan RRA perlu dilakukan

kunjungan lapangan untuk mengadakan

pengamatan langsung mengenai potensi sumber

daya lahan dan air.

d. Pada tahap berikutnya perlu dilakukan pula tahap

wawancara yang dilaksanakan dengan mengajukan

pertanyaan kepada beberapa orang petani dan

keluarganya, tokoh-tokoh masyarakat, wanita tani,

dan PPL setempat. Wawancara ini dilakukan untuk

memperoleh gambaran dan informasi mengenai

teknik budidaya tanaman pangan hortikultura,

perkebunan, peternakan, dan kondisi infrastruktur

lahan dan air.

e. Selain itu ditelusuri juga sejarah dan

kecenderungan perubahan perkembangan desa,

hasil produksi, sumber pendapatan, hubungan

antar kelembagaan desa dan lain-lain.

f. Pada tahap berikutnya dilakukan kegiatan analisis

peringkat dimana kegiatan analisis peringkat ini

dilakukan untuk mengetahui keinginan masyarakat

yang menjadi prioritas dan berbagai pilihan-pilihan

tentang infrastruktur lahan dan air yang akan

Page 52: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

52

dibangun, komoditas yang akan dikembangkan di

wilayah setempat, baik menyangkut tanaman

pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan,

perbaikan lingkungan hidup dan kegiatan lainnya

yang bermanfaat.

g. Dari hasil kajian RRA akan diperoleh berbagai

kondisi tentang potensi, peluang, tantangan dan

permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat

petani dalam berbagai kegiatan pertanian

sepanjang tahun.

h. Selanjutnya setelah pengorganisasian masalah,

diikuti dengan peringkat prioritas masalah,

penentuan komoditi tanaman pangan, perkebunan

dan peternakan, pengembangan infrastruktur,

penguatan kelembagaan dan peningkatan kualitas

lingkungan hidup dan lain-lain yang menjadi minat

dan kebutuhan masyarakat di lingkungan di

lokasi/desa setempat.

i. Dari hasil kajian RRA di atas selanjutnya diadakan

musyawarah dengan kelompok masyarakat

setempat, guna merumuskan rencana kegiatan/

pembangunan pertanian yang akan dilakukan

Page 53: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

53

sebagai upaya tindak lanjut dari berbagai

permasalahan yang dihadapi petani tersebut.

Adapun salah satu contoh kajian RRA tersebut disajikan

dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 1 : Hasil Kajian RRA Desa Doda, Kecamatan Marawola, Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah

No. Alat Kajian Hasil Kajian

I

Pola Ruang

a. Sketsa Peta Desa

b. Transek

� Jalan bergelombang dan berbatu

� Air bersih sering tersendat � Listrik belum masuk

� Sarana mandi, Cuci dan Kakus (MCK) kurang

� Masih ada sumber air bersih yang

belum dimanfaatkan � Tanaman yang dominan

diusahakan adalah jagung dan nenas

� Banyak lahan tidur (tidak digarap)

� Lahan miring dan berbatu

� Tanaman semusim kurang subur � Usahatani konservasi belum

banyak diterapkan (belum ada terasering dan penanaman tidak

searah garis kontour)

� Lahan giundul � Solum tanah dangkal

� Masih terjadi penebangan liar pada kawasan yang dilindungi

� Pertumbuhan tanaman tahunan (seperti nangka, kemiri, dan

jambu mente) cukup bagus tapi

Page 54: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

54

No. Alat Kajian Hasil Kajian

II.

III.

c. Sket Kebun

Pola Waktu

a. Alur Sejarah Lokasi

b. Kecenderungan dan perubahan

c. Kalender Musim

Pola Keputusan

a. Digram Venn

penanamannya kurang intensif � Air tanah dalam

� Air permukaan tidak ada (mata air hanya ada dalam kawasan hutan)

� Pola tanaman tidak teratur � Tidak ada penjarangan (pada

tanaman nenas)

� Seiring terjadi kemarau panjang � Hujan abu akibat letusan Gunung

Colo banyak memusnahkan pertanaman penduduk

� Ledakan serangan hama belalang biasanya terjadi pada awal musim

hujan setelah kemarau panjang

� Air tanah makin dalam � Intensitas curah hujan kian sedikit

� Lahan makin kritis � Kawasan hutan bertambah tapi

masih seiring dirambah

� Saat musim kemarau penduduk beralih dari usaha tani ke non

usaha tani (jadi buruh pasar, tukang becak, kenek mobil, dll)

� Musim hujan sulit diduga (selalu berubah-ubah tiap tahunnya)

� Peranan PPL masih kurang � Koperasi belum berperan (tempat

pelayanan koperasi yang ada belum dirasakan manfaatnya oleh

masyarakat)

� Peran lembaga keagamaan cukup besar

� Kelompok tani yang ada belum

Page 55: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

55

No. Alat Kajian Hasil Kajian

IV.

b. Kajian Mata Pencaharian

c. Analisis Output Input

Kajian Wanita

a. Peta Mobilitas Wanita

b. Diagram Kegiatan Harian

berperan � Kelompok masyarakat (Pokmas)

sudah tidak berfungsi � LKMD dan LMD tidak berfungsi

� Produksi jagung masih rendah

karena kekurangan air, serangan

penyakit serta masih kurangnya pemupukan

� Produksi ternak kambing belum stabil karena kurang perawatan

(terserang penyakit dan sebagian

belum dikandangkan) � Harga nenas tidak stabil

(cenderung turun saat panen banyak)

� Kegiatan non usaha tani (buruh dan lain-lain) hanya cukup untuk

makan

� Harga kebutuhan pokok tinggi

� Pendapatan rendah

� Usahatani masih menggunakan

varietas lokal (kekurangan modal untuk membeli varietas yang

unggul)

� Kaum wanita berperan setara

dengan kaum pria dalam

menunjang penghasilan keluarga � Lokasi kerja cukup jauh

� Sebagian besar waktu dari kaum

wanita pada siang hari dihabiskan

di luar rumah

Page 56: Pedoman Teknis Reklamasi Rawa 2007

56

Lampiran : 4 Outline Laporan Akhir

CONTOH OUTLINE LAPORAN AKHIR KEGIATAN REKLAMASI LAHAN TA. 2007 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

1.2. Tujuan

1.3. Sasaran lokasi

II. RUANG LINGKUP KEGIATAN

2.1. Dukungan kegiatan komoditas

2.2. Komponen kegiatan

III. LOKASI KEGIATAN

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1. Tahapan kegiatan

4.2. Realiasi fisik dan keuangan

V. PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH

5.1. Permasalahan yang dihadapi

5.2. Pemecahan masalah

VI. PEMANFAATAN

VII. PENUTUP

LAMPIRAN