pedoman teknis biogas kompos 2010

31

Upload: dhinameilani

Post on 30-Jun-2015

411 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010
Page 2: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

ii

PEDOMAN TEKNIS

PENGEMBANGAN USAHA

PENGOLAHAN KOMPOS DAN BIOGAS

TAHUN 2010

DITJEN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2010

Page 3: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

i

KATA PENGANTAR

Pada tahun 2010 Ditjen PPHP mengalokasikan dana tugas pembantuan untuk

kegiatan Pengembangan Usaha Pengolahan kompos dan biogas di 12

Kabupaten/Kota. Kegiatan tersebut merupakan salah satu langkah kongkret

sebagai dukungan pemerintah untuk mendorong pengelolaan limbah pertanian

yang lebih baik dan menghasilkan produk berupa energi biogas serta kompos

yang berkualitas di perdesaan.

Dalam rangka memberikan arahan untuk pelaksanaan kegiatan tersebut di atas

disusun Pedoman Teknis bagi pelaksana kegiatan pada setiap Propinsi atau

Kabupaten/Kota yang bersangkutan yang berisi mengenai aspek teknis, tahapan

pelaksanaan kegiatan, pembinaan/pengawalan dan pelaporan.

Lebih lanjut, berdasarkan Pedoman Umum Kegiatan PPHP tahun 2010 dan

Pedoman Teknis ini diharapkan setiap penanggung jawab kegiatan di Propinsi

atau Kabupaten/Kota dapat menyusun Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk

Teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan dimaksud dengan sebaik-

baiknya.

Akhir kata semoga dengan adanya Pedoman Teknis ini dapat menjadikan

kegiatan Pengembangan Usaha Pengolahan kompos dan biogas dapat

dilaksanakan dengan baik.

Direktur Pengolahan Hasil Pertanian

Ditjen PPHP,

Ir. Chairul Rachman, MM

Page 4: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 2

C. Sasaran/Output 2

BAB II. PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN LIMBAH BERBASIS

BIOGAS

4

A. Pengertian 4

B. Pemanfaatan Biogas 5

C. Penerima Bantuan 5

D. Spesifikasi Peralatan dan Bangunan 6

E. Pengelolaan Unit Pengolahan Biogas 10

BAB III. PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN LIMBAH BERBASIS

KOMPOS

11

A. Latar Belakang 11

B. Pengertian 12

C. Penerima Bantuan 12

D. Spesifikasi Peralatan dan Bangunan 13

E. Pengelolaan Unit Pengolahan Biogas 17

BAB IV. PENGADAAN 18

BAB V. PEMBINAAN 19

BAB VI. PELAPORAN 21

Lampiran 23

Page 5: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

1

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan populasi penduduk mendorong peningkatan permintaan akan

energi, hal ini menyebabkan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta

permasalahan emisi dari bahan bakar fosil. Beberapa negara memberikan

perhatian besar untuk segera memproduksi dan menggunakan energi

terbarukan.

Salah satu permasalahan nasional yang kita hadapi dan harus kita

pecahkan/harus dicarikan jalan keluarnya pada saat ini adalah masalah energi,

baik untuk keperluan rumah tangga, maupun untuk industri dan transportasi.

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah

telah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006

tentang Kebijakan Energi Nasional. Kebijakan tersebut menekankan pada

pengembangan dan pemanfaatan sumber energi alternatif sebagai pengganti

bahan bakar minyak.

Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas yang dapat dihasilkan dari

pengolahan limbah organik pertanian seperti kotoran hewan (sapi, kerbau, babi,

kuda dan unggas) dan limbah pengolahan hasil pertanian melalui proses

anaerobik digestion.

Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar kompor untuk memasak,

penerangan langsung menggunakan petromax biogas, menghasilkan energil

listrik melalui generator, dan penggunaan lainnya untuk kegiatan produktif di

perdesaan.

Selain diolah menjadi biogas, limbah pertanian juga dapat diolah menjadi

kompos dengan menggunakan teknik tertentu dan peralatan serta bangunan

Page 6: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

2

penunjang yang memenuhi syarat. Hal ini dimaksudkan agar kompos yang

dihasilkan memiliki kualitas yang baik sesuai dengan standar dalam Peraturan

Menteri Pertanian Nomor: 28/Permentan/SR.130/5/2009 tentang Pupuk

Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah.

Arahan untuk pengolahan dan pemanfaatan limbah pertanian menjadi biogas

dan kompos diharapkan dapat meningkatkan kemandirian energi masyarakat

diperdesaan dan tumbuhnya usaha produktif, selain itu diharapkan tercipta pula

kondisi lingkungan hidup yang lebih baik di perdesaan.

B. Tujuan

Tujuan kegiatan Pengembangan Usaha Pengolahan kompos dan biogas TA 2010

yang difasilitasi melalui dana Tugas Pembantuan Ditjen PPHP adalah:

a. Membangun unit pengolahan biogas skala rumah tangga di 12

Kabupaten/Kota, sebagai percontohan dan sekaligus dapat dimanfaatkan

langsung oleh Kelompok Tani/Peternak di wilayah yang bersangkutan.

b. Membangun unit pengolahan kompos di 12 Kabupaten/Kota sebagai usaha

produktif di Kelompok Tani/Peternak di wilayah yang bersangkutan.

c. Memotivasi masyarakat untuk mengembangkan dan menggunakan teknologi

pengolahan dan pemanfaatan limbah pertanian bagi penyediaan energi

ramah lingkungan berupa biogas serta penyediaan kompos berkualitas.

d. Meningkatkan peri kehidupan masyarakat serta mendorong berkembangnya

usaha produktif masyarakat melalui penyediaan energi secara mandiri di

perdesaan.

e. Mendorong tumbuhnya Desa Mandiri Energi (DME).

C. Sasaran/Output

Sasaran Pengembangan Usaha Pengolahan kompos dan biogas TA 2010 adalah:

a. Terbangunnya dan beroperasinya unit pengolahan biogas limbah ternak di 12

Kabupaten/Kota.

Page 7: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

3

b. Tersosialisasinya program pengembangan Desa Mandiri Energi (DME) dan Bio

Energi Perdesaan (BEP), minimal pada 12 Kabupaten/Kota.

c. Tersosialisasinya teknologi biogas, khususnya dari limbah ternak.

Page 8: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

4

BAB II.

PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN LIMBAH

BERBASIS BIOGAS

A. Pengertian

Salah satu sumber energi terbarukan yang berasal dari sumber daya alam hayati

adalah biogas dari kotoran ternak. Biogas merupakan sumber energi alternatif

yang ramah lingkungan dan terbarukan, dapat dibakar seperti gas elpiji (LPG) dan

dapat digunakan sebagai sumber energi penggerak generator listrik, petromak

biogas, penghangat ruang/kotak penetasan telur dll.

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik

oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob).

Komponen Biogas :

• ± 60 % CH4 (metana)

• ± 38 % CO2 (karbon dioksida)

• ± 2 % N2, O2, H2, & H2S

Kotoran dari 3 ekor ternak sapi atau 7 ekor ternak babi dapat menghasilkan

kurang lebih 2 m3 biogas per hari. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain

ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 1.

Nilai Kesetaraan 1 m3 Biogas Dengan Energi Lainnya

Volume Kesetaraan

1 m3 biogas

0,46 kg LPG

0,62 liter minyak tanah

3,5 kg kayu bakar

Page 9: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

5

B. Pemanfaatan Biogas

Saat ini berbagai jenis bahan dan volume digester serta peralatan biogas telah

dikembangkan sehingga dapat disesuaikan dengan karakteristik wilayah, jenis,

jumlah dan pengelolaan kotoran ternak yang akan dilakukan.

Peralatan dan proses pengolahan dan pemanfaatan biogas ditampilkan pada

gambar berikut.

Gambar 2.1.

Contoh Diagram Alir Pengolahan dan Pemanfaatan Biogas

Digester biogas dapat dibuat dari bahan plastik Polyetil Propilene (PP), fiber glass

atau semen, sedangkan ukuran bervariasi mulai dari 4 hingga 35 m3. Biogas

dengan ukuran terkecil dapat dioperasikan dengan kotoran ternak 3 ekor sapi, 7

ekor babi atau 500 ekor unggas.

C. Penerima Bantuan

Penerima bantuan fasilitasi Pengembangan Pengolahan Limbah Berbasis Biogas

diidentifikasi oleh Dinas yang bersangkutan dengan memperhatikan hal-hal sbb:

Page 10: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

6

a. Bantuan diberikan kepada Kelompok Tani/Kelompok Peternak, penempatan

unit pengolahan biogas ditentukan oleh Kelompok yang bersangkutan dengan

berkonsultasi pada pihak Dinas.

b. Kelompok Kelompok Tani/Kelompok Peternak memiliki komitmen untuk

menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana yang diberikan.

c. Kepemilkan ternak:

- Untuk unit pengolahan biogas rumah skala kecil, Kelompok yang

bersangkutan harus memiliki ternak sapi minimal 3 ekor sapi atau 8 ekor

babi atau 5000 ekor ayam secara tetap sepanjang tahun yang dipelihara

dengan sistem kandang.

- Untuk unit pengolahan biogas skala menengah, Kelompok yang

bersangkutan harus memiliki ternak sapi minimal 15 ekor sapi atau 30

ekor babi atau 15.000 ekor ayam secara tetap sepanjang tahun yang

dipelihara dengan sistem kandang.

- Untuk unit pengolahan biogas skala besar, Kelompok yang bersangkutan

harus memiliki ternak sapi minimal 20 ekor sapi atau 80 ekor babi atau

45.000 ekor ayam secara tetap sepanjang tahun yang dipelihara dengan

sistem kandang.

d. Lahan dan pagar pengaman disediakan oleh Kelompok penerima bantuan.

e. Diutamakan Kelompok Tani/Kelompok Peternak yang sudah mempunyai atau

akan mengembangkan usaha pengolahan hasil pertanian dan/atau di daerah

terpencil.

D. Spesifikasi Peralatan dan Bangunan

a. Digester dan Alat Pemanfaatan Energi Biogas

Pemilihan digester biogas didasarkan pada ketersediaan ternak dan kebutuhan

pemanfaatan energi. Untuk itu, dapat dipilih biogas skala kecil, menengah atau

besar sebagai berikut:

i. Unit pengolahan biogas skala kecil:

Kapasitas/volume digester biogas: 3 - 5 m3

Page 11: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

7

Bahan digester: plastik LDPE 200 mikron yang didesain khusus sebagai

digester biogas atau fiber glass dengan tebal 3-5 mm

Slang/pipa gas: plastik atau paralon PVC (disesuaikan dengan jarak

penyaluran biogas)

Penampung gas: plastik LDPE (bila diperlukan dan volume disesuaikan

dengan kebutuhan)

Peralatan penunjang lainnya.

ii. Untuk unit pengolahan biogas skala menengah:

Kapasitas/volume digester biogas: 6 – 12 m3.

Bahan digester: plastik LDPE 200 mikron yang didesain khusus sebagai

digester biogas atau fiber glass dengan tebal 3-5 mm

Slang/pipa gas: plastik atau paralon PVC (disesuaikan dengan jarak

penyaluran biogas)

Peralatan penunjang lainnya.

iii. Untuk unit pengolahan biogas skala besar:

Kapasitas/volume digester biogas: 13 – 20 m3.

Bahan digester: fiber glass dengan tebal 3-5 mm yang didesain khusus

sebagai digester biogas atau konstruksi semen.

Slang/pipa gas: plastik atau paralon PVC (disesuaikan dengan jarak

penyaluran biogas)

Peralatan penunjang lainnya.

Pemilihan alat pemanfaatan energi biogas disesuaikan dengan jenis digester,

ketersediaan biogas dan kebutuhan pengguna. Jenis alat yang dapat diigunakan

meliputi:

- Kompor biogas

- Petromax biogas

- Generator listrik dari biogas kapasitas 500 watt s/d 2.000 watt

- Peralatan lain yang digunakan sebagai sarana pemanfaatan energi biogas.

Page 12: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

8

b. Konstruksi Saluran dan Penampungan Kotoran Ternak

Saluran kotoran ternak adalah saluran permanen yang digunakan untuk

menyalurkan kotoran ternak dari kandang ke digester biogas dan menyalurkan

limbah yang keluar dari digester biogas. Sedangkan penampung kotoran ternak

adalah bak permanen yang digunakan untuk menampung kotoran ternak

sebelum dimasukan ke dalam digester atau setelah keluar dari digester.

Spesifikasi konstruksi saluran dan penampungan kotoran ternak adalah sbb:

Saluran kotoran ternak terbuat dari bahan semen, pasir dan bata (plester);

lebar 30 cm; panjang saluran disesuaikan dengan jarak kandang dengan

digester biogas; diameter lubang 8-10 inchi.

Penampung kotoran ternak terbuat bahan semen, pasir dan bata (plester);

ukuran bak minimal 1x1x1m; diameter lubang 8-10 inchi.

c. Tata Letak Digester Biogas

Digester biogas diletakkan di dekat kandang dan saluran masuk (inlet) agar

kotoran dapat mengalir ke dalam digester biogas dengan mudah. Biogas yang

dihasilkan disalurkan langsung atau ditampung dalam penampung biogas

berbahan plastik sebelum dialirkan ke peralatan pemanfaatan biogas (kompor,

petromax, genset, dll)

Digester Biogas Plastik Penampung gas

Gambar 2.2.

Contoh Unit Pengolahan Biogas Menggunakan Digester Plastik

Page 13: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

9

Digester Fiberglass Digester Semen

Gambar 2.3.

Contoh Unit Pengolahan Biogas

Menggunakan Digester Fiberglass dan Semen

Kompor Biogas Pompa Biogas Rice Cooker

Gambar 2.4.

Contoh Alat Pemanfaatan Biogas

Gambar 2.6.

Contoh Genset Biogas

Page 14: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

10

E. Pengelolaan Unit Pengolahan Biogas

Kelompok tani/ternak yang mendapatkan fasilitasi kegiatan pengolahan biogas

harus bersedia mengoperasionalkan dan memelihara digester dan peralatan

biogas secara swadaya dan swadana.

Dalam pengelolaan tersebut Kelompok Tani/Ternak agar memperhatikan hal hal

sebagai berikut:

Secara rutin melakukan pengisian limbah ke dalam digester agar biogas

dihasilkan secara berkelanjutan.

Memanfaatkan biogas secara optimal untuk kegiatan rumah tangga dan

kegiatan produktif lainnya.

Memelihara digester dan peralatan biogas lainnya agar fungsinya tetap

optimal.

Melaporkan secara berkala setiap 6 bulan mengenai operasionalisasi

pemanfaatan biogas kepada Dinas Kabupaten/Kota.

Page 15: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

11

BAB III.

PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN LIMBAH

BERBASIS KOMPOS

A. Latar Belakang

Kegiatan pertanian, baik budidaya (on farm) maupun pengolahan hasil (off farm)

akan menghasilkan produk utama dan limbah padat. Sebagai contoh, budidaya

padi akan menghasilkan produk berupa gabah dan limbah padat berupa jerami.

Contoh lainnya adalah pada pengolahan komoditas hortikultura, akan dihasilkan

produk berupa sirop, jus dan manisan buah serta dihasilkan limbah padat berupa

kulit buah atau sayur afkir. Sedangkan pada kegiatan peternakan, limbah padat

yang dihasilkan berupa sisa pakan, kotoran hewan (manure) dan lain-lain.

Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan pertanian perlu diolah dengan baik

agar tidak mencemari lingkungan dan diupayakan dapat menjadi produk yang

memiliki nilai ekonomi. Salah satu pilihan pengolahannya adalah proses

pengomposan untuk menghasilkan kompos/pupuk organik.

Pemanfaatan limbah dengan menggunakan metode komposting merupakan

salah satu pengelolaan limbah yang mempunyai manfaat ditinjau dari berbagai

aspek diantaranya:

a. Aspek Ekonomi

Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah, mengurangi

volume atau ukuran limbah, dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada

bahan asalnya

b. Aspek Lingkungan

Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan mengurangi

kebutuhan lahan untuk penimbunan limbah.

c. Aspek Bagi Tanah dan Tanaman

Dapat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan karakteristik

tanah, meningkatkan kapasitas serap air tanah, meningkatkan aktivitas mikroba

Page 16: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

12

tanah, menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman dan meningkatkan

retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

B. Pengertian

Berdasarkan definisinya pupuk kompos atau pupuk organik adalah pupuk yang

berasal dari sisa tanaman dan/atau kotoran hewan yang telah melalui proses

rekayasa, berbentuk padat atau cair dan dapat diperkaya dengan bahan mineral

alami dan/atau mikroba yang bermanfaat memperkaya hara, bahan organik

tanah dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Dengan proses yang benar, kompos yang dihasilkan memiliki kuaitas yang baik,

aman digunakan dan memiliki nilai jual yang kompetitif. Pengembangan usaha

pengolahan kompos memerlukan sarana dan prasarana penunjang produksi

yang meliputi bangunan pengomposan, peralatan kerja, bahan baku penunjang

dan tenaga kerja. Sarana dan prasarana yang diperlukan harus disesuaikan

dengan bahan baku dan kapasitas produksi kompos.

C. Penerima Bantuan

Penerima bantuan fasilitasi Pengembangan Usaha Pengolahan Kompos

diidentifikasi oleh Dinas yang bersangkutan dengan memperhatikan hal-hal sbb:

a. Penempatan unit pengolahan biogas ditentukan oleh Kelompok yang

bersangkutan dengan berkonsultasi pada pihak Dinas.

b. Kelompok Kelompok Tani/Kelompok Peternak memiliki komitmen untuk

menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana yang diberikan.

b. Untuk unit pengomposan skala kecil, kelompok yang bersangkutan harus

memiliki sumber limbah pertanian dan/atau peternakan minimal 0,5

ton/hari secara tetap sepanjang tahun.

c. Untuk unit pengomposan skala sedangl, kelompok yang bersangkutan harus

memiliki sumber limbah pertanian dan/atau peternakan minimal 1 ton/hari

secara tetap sepanjang tahun.

Page 17: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

13

d. Lahan untuk bangunan pengomposan disediakan oleh kelompok penerima

bantuan.

e. Diutamakan Kelompok Tani/Kelompok Peternak yang sudah mempunyai

atau akan mengembangkan usaha pengolahan hasil pertanian

D. Spesifikasi Peralatan dan Bangunan

a. Alat Pengomposan

Alat pengomposan adalah peralatan produksi untuk memproduksi kompos.

Peralatan produksi terdiri dari peralatan manual dan peralatan mekanis.

Peralatan yang digunakan terdiri dari:

i. Mesin pemotong/pencacah

Mesin pemotong adalah mesin untuk memotong atau mencacah bahan

baku yang berukuran panjang atau besar. Jumlah mesin yang dibutuhkan

1 buah.

Dimensi (p x l x t): 1.300 x 800 x 1.600 mm

Kapasitas potong: 300-500 kg/jam

Penggerak: mesin diesel 16 PK

ii. Peralatan Penunjang dapat terdiri dari uraian dibawah ini atau

disesuaikan dengan kebutuhan usaha yang direncanakan.

- Sekop sebanyak 4 buah

- Cangkul sebanyak 4 buah

- Pengayak sebanyak 1 buah (Dimensi: 100 x 170 cm, Bentuk: empat

persegi panjang, Konstruksi: list kayu, Penyaring: kawat besi ukuran 1

x 1 cm)

- Drum air sebanyak 1 buah kapasitas 1.000 liter

- Ember sebanyak 2 buah

- Gembor sebanyak 2 buah

- Sepatu boot sebanyak 5 pasang

Page 18: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

14

- Jarum jahit karung sebanyak 2 buah

- Karung plastik sebanyak 100 buah

- Benang jahit karung secukupnya

Gambar 3.1.

Contoh Mesin Pemotong/Pencacah Kapasitas 300 – 500 kg/jam

Dan 800 - 1000

b. Bangunan Pengomposan

Bangunan pengomposan adalah bangunan yang digunakan untuk menampung

bahan baku, melakukan proses produksi, menyimpan produk dan menyimpan

peralatan produksi. Bangunan pengomposan memiliki luas 40 - 80 m2

disesuaikan dengan kapasitas produksi.

Proses pembuatan kompos hendaknya dilakukan didalam suatu bangunan

(bangunan sederhana / gudang) yang memenuhi persyaratan antara lain :

1. Beratap (asbes atau genteng), sehingga proses pembuatan kompos tidak

terkena sinar matahari langsung;

2. Ventilasi udara dalam bangunan cukup memadai, tidak minim udara

(pengab);

Page 19: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

15

3. Lantai bangunan dapat beraerasi dengan baik, sebaiknya dasar lantai tanah

yang dipadatkan dan dilapisi oleh anyaman bambu atau kayu, sehingga aliran

udara dan cairan dari timbunan kompos ke dasar lantai dapat berlangsung

dengan baik;

4. Sebagian dinding bangunan sebaiknya tertutup rapat (terbuat dari bilik

bambu atau kawat kasa) guna menghindari terkena percikan air air hujan

(tapias), sedangkan sebagian lagi dapat dibuat disesuaikan dengan

kebutuhan;

5. Bangunan diberi pintu untuk menghalangi hewan masuk kedalam gudang

atau tempat pengolahan.

Bangunan kompos merupakan bangunan semi permanen dengan spesifikasi

minimal sebagai berikut atau disesuaikan dengan kebutuhan usaha

pengomposan yang direncanakan:

Tinggi bangunan: 4,5 m

Pondasi: 40 cm batu kali dan semen

Lantai: tanah dipadatkan dilapisi bambu belah

Tiang: kayu ukuran 8/16

Dinding: tembok / papan kayu setinggi + 40 cm dari dasar dan disekeliling

bangunan dipasang kawat ayam setinggi 150 cm.

Rangka atap: kayu ukuran 5/7

Atap: genting tanah liat /asbes.

Gambar 3.2.

Contoh Bangunan Kompos Tampak Samping

Page 20: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

16

Gambar 3.3.

Contoh Bangunan Kompos Tampak Samping

BakBahan baku

Kompos(rumput, daun kering/basah,

sampah dll)

BakBahan baku

Siap olah(setelah di

cacah)

Gudang

Mesin pencacah

pen

gayak

8 m

10 m

Gambar 3.4.

Contoh Tata Letak Alat Pengolahan Kompos

Pada Bangunan Pengomposan

c. Lokasi Pengomposan

Pengomposan sebaiknya dilakukan di lokasi yang memiliki akses jalan yang baik

untuk mengangkut bahan baku dan produk. Selain itu dipilih lokasi yang dekat

dengan sumber bahan baku untuk menghemat tenaga atau biaya transportasi.

d. Bioaktivator Pengomposan

Page 21: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

17

Bioaktivator adalah bahan yang biasanya berisi mikroorganisme untuk

membantu proses pengomposan. Bioaktivator dapat diproduksi sendiri dari

bahan-bahan yang ada disekitar lokasi seperti kotoran ternak, rumen, tape, dll

atau menggunakan bioaktivator yang tersedia dipasaran.

E. Pengelolaan Unit Pengolahan Kompos

Kelompok tani/ternak yang mendapatkan fasilitasi kegiatan pengolahan kompos

harus bersedia mengoperasionalkan dan memelihara bangunan dan peralatan

kompos secara swadaya dan swadana.

Dalam pengelolaan usaha kompos agar memperhatikan hal hal sebagai berikut:

Dikelola secara baik dengan membentuk struktur organisasi pengelola mulai

dari manager, tenaga operator, pemasaran, dll.

Biaya operasional dan pemeliharaan unit pengolahan kompos, termasuk

bahan bakar dan biaya operasional lainnya menjadi tanggung jawab

kelompok tani/ternak. Untuk itu pengurus usaha kompos harus menyusun

rencana kerja dan biaya yang dibutuhkan, teknis pengumpulan bahan baku,

teknis pembuatan kompos dan pemasarannya.

Kompos yang dihasilkan diutamakan untuk memenuhi kebutuhan anggota

kelompok tani/ternak, dengan mengganti ongkos produksi. Kelebihan

produksi kompos dapat dipasarkan kepada masyarakat umum.

Membuat, mengarsipkan dan mengirimkan laporan operasional/produksi,

pemasaran dan keuangan yang baik dan benar kepada Dinas Kabupaten/Kota

minimal setiap 3 (tiga) bulan sekali, melalui petugas lapangan / tim teknis.

Page 22: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

18

BAB IV.

PENGADAAN

Pengadaan/pembangunan unit pengolahan biogas dan kompos dilaksanakan

oleh Dinas Kabupaten/Kota atau Dinas Provinsi pelaksana Tugas Pembantuan

untuk kegiatan Pengembangan Usaha Pengolahan Kompos dan Biogas, sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan memperhatikan Petunjuk

Pelaksanaan ini.

Bahan bangunan dan peralatan yang digunakan diutamakan menggunakan

produksi dalam negeri atau atau produk yang menggunakan kandungan bahan

lokalnya tinggi, serta memiliki test report (hasil uji kualitas / efektifitas alat).

Pengadaan alat dari pihak ketiga harus sekaligus dengan paket teknologi yang

digunakan (formula, prosedur kerja, teknik pengoperasian alat, teknik

pemeliharaan dll).

Page 23: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

19

BAB V.

PEMBINAAN, MONITORING & EVALUASI

Dalam pelaksanaan kegiatan fasilitasi dan pengadaan/pembangunan unit

pengolahan biogas dan kompos akan dilakukan kegiatan pembinaan, monitoring,

evaluasi dan pelaporan oleh petugas terkait kegiatan, di tingkat Propinsi dan

Kabupaten/ Kota sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.

A. Tugas dan Tanggungjawab di Tingkat Propinsi

Dinas lingkup Pertanian/Peternakan Propinsi melaksanakan kegiatan sebagai

berikut :

Menyusun Petunjuk Pelaksanaan sebagai penjabaran dari Pedoman Teknis

yang disesuaikan dengan kondisi di daerah.

Melakukan koordinasi horizontal dan vertikal dengan instansi terkait.

Melakukan bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi kegiatan.

Menyusun laporan rekapitulasi pelaksanaan kegiatan yang dibuat oleh Dinas

lingkup Pertanian/Peternakan Kabupaten/Kota, selanjutnya disampaikan ke

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP.

B. Tugas dan Tanggungjawab di Tingkat Kabupaten/Kota

Dinas lingkup Pertanian/Peternakan Kabupaten/Kota melaksanakan kegiatan

sebagai berikut :

Melakukan koordinasi horizontal dan vertikal dengan instansi terkait

Menyusun Petunjuk Teknis sebagai penjabaran lebih rinci dari Petunjuk

Pelaksanaaan dan Pedoman Teknis yang disesuaikan dengan kondisi di

daerah

Inventarisasi dan penetapan calon lokasi dan calon penerima kegiatan

Melaksanakan sosialisasi dan bimbingan teknis kepada para petugas di

lapangan dan kelompok tani/kelompok ternak pelaksana kegiatan

Membuat rancangan teknis

Page 24: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

20

Mengusahakan alokasi dana APBD Kabupaten/Kota sebagai dukungan

sinergitas

Melakukan bimbingan supervisi, monitoring dan evaluasi kegiatan

Menyusun laporan perkembangan kegiatan secara periodik, disampaikan

kepada Propinsi dan tembusan ke Pusat (Direktorat Pengolahan Hasil

Pertanian Ditjen PPHP).

Melakukan pemantauan kinerja operasional usaha pengolahan kompos dan

melaporkannya secara periodik kepada Dinas Propinsi dengan tembusan

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP.

Page 25: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

21

BAB VI.

PELAPORAN

A. Laporan Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan

Laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan disusun setiap bulan oleh Dinas

Kabupaten/Kota yang merupakan laporan dari tahapan kegiatan yang telah

dilaksanakan seperti tertuang pada Lampiran 1. dan Dinas Propinsi menyusun

rekapitulasinya untuk selanjutnya dikirim ke Pusat.

B. Laporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan

Laporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan tingkat Kabupaten/Kota disusun oleh Dinas

Kabupaten/Kota setelah seluruh kegiatan selesai dilaksanakan. Laporan tersebut

disampaikan kepada Dinas Provinsi untuk selanjutnya Dinas Provinsi membuat

Laporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan tingkat Provinsi bersangkutan dan

dikirimkan ke Pusat.

Format Laporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan terdapat pada Lampiran 2. Laporan

juga memuat dokumentasi foto-foto kegiatan, minimal meliputi:

kondisi/keadaan sebelum dilaksanakan kegiatan (0%) pelaksanaan kegiatan

(50%) dan akhir kegiatan (100%).

C. Laporan Kinerja dan Operasional Pengolahan Kompos dan Biogas

Kelompok penerima bantuan wajib menyampaikan laporan kepada Dinas

Kabupaten/Kota mengenai kondisi unit pengolahan biogas dan unit pengolahan

kompos serta pemanfaatannya setiap 6 bulan atau sewaktu-waktu bila ada

permasalahan/perkembangan yang nyata (signifikan).

Dinas Kabupaten/Kota wajib menyampaikan laporan kinerja kepada Dinas

Provinsi dan melaporkan kinerja serta mempertanggungjawabkan akuntabilitas

Page 26: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

22

kepada Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian Ditjen PPHP sebagai pemberi

wewenang setiap 6 bulan.

D. Alamat Pengiriman Laporan ke Pusat:

Laporan dikirimkan ke alamat sbb:

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil pertanian

Kementerian Pertanian

Gedung D Lantai 3, Kantor Pusat Kementerian Pertanian

Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan – Jakarta Selatan 12550

Telp/Fax: 021-78842569, 7815380 ext 5334

Page 27: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

23

LAMPIRAN

Page 28: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

24

Lampiran 1.

Outline Laporan Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Usaha Pengolahan Kompos dan Biogas Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian – Ditjen PPHP

Nama Satker :

Alamat :

Telp/Fax :

Kontak Person :

Telp & HP :

UPH

Nilai : Rp.

Tahun :

Jenis UPH :

Lokasi UPH

Nama Poktan/ Gapoktan

:

Alamat :

Telp/Fax :

Kontak Person :

Telp & HP :

Realisasi Keuangan : Rp. %

Realisasi Fisik Alat Bangunan Kapasitas Produksi / Luas Bangunan

Penguatan Modal Usaha Kelompok

:

Operasionalisasi UPH :

Page 29: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

25

Produk UPH :

Kelembagaan UPH :

Kemitraan :

Masalah & Solusi Permasalahan Solusi

Catatan :

Tanggal Pengisian : Petugas : Tanda Tangan :

Page 30: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

26

Lampiran 2.

OUTLINE LAPORAN AKHIR

PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN KOMPOS DAN BIOGAS

TA. 2010

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

Daftar Lampiran

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Tujuan

C. Sasaran

II. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

B. Realisasi Fisik dan Keuangan

- CP/CL

- Lokasi Kegiatan

- Peralatan

- Bangunan

III. PENGELOLAAN UNIT PENGOLAHAN BIOGAS DAN KOMPOS

A. Unit Pengolahan Biogas

- Organisasi Pengelola

- Operasional dan Pemanfaatan Energi

- Pemeliharaan Digester, Saluran/Penampung Limbah dan Peralatan

B. Unit Pengolahan kompos

- Organisasi Pengelola

- Operasional

Page 31: Pedoman Teknis Biogas Kompos 2010

27

- Pemasaran

- Pemeliharaan Alat dan Bangunan

IV. PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH

A. Permasalahan

B. Pemecahan masalah

VII. PENUTUP

Lampiran

- Foto pelaksanaan kegiatan

- Foto peralatan dan bangunan

- Desain digester biogas

- Desain bangunan pengomposan